Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU DI

RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT BALADHIKA HUSADA


KABUPATEN JEMBER

LAPORAN PENDAHULUAN APLIKASI KLINIS

Oleh

Istna Abidah Mardiyah


NIM 152310101070

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT .................................................... 1
1.1 Anatomi Fisiologi Paru ........................................................................... 1
1.1.1 Anatomi Paru ................................................................................. 1
1.1.2 Fisiologi Paru ................................................................................. 1
1.2 Definisi Ca Paru ...................................................................................... 3
1.3 Epidemiologi ........................................................................................... 4
1.4 Etiologi .................................................................................................... 5
1.5 Klasifikasi ............................................................................................... 6
1.6 Patofisiologi dan clinical pathway .......................................................... 8
1.7 Manifestasi Klinis ................................................................................... 11
1.8 Pemeriksaan Penunjang .......................................................................... 11
1.9 Penatalaksanaan ...................................................................................... 12
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................... 14
2.1 Pengkajian ............................................................................................... 14
2.2 Diagnosa ................................................................................................. 21
2.3 Intervensi................................................................................................. 22
2.4 Discharge Planning ................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 27

iii
BAB 1. KONSEP DASAR PENYAKIT

1.1 Anatomi Fisiologi Paru


1.1.1 Anatomi Paru
Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada bagian
atas, bagian samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh
mediastinum yang berisi jantung dan pembuluh darah. Paru kanan mempunyai tiga
lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus dan horizontal, sedangkan paru kiri
hanya mempunyai dua lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus. Setiap lobus
paru memiliki bronkus lobusnya masing-masing. Paru kanan mempunyai sepuluh
segmen paru, sedangkan paru kiri mempunyai sembilan segmen (Syaifuddin, 2011).
Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan
elastis, dikenal sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi
rongga dada dikenal sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat cairan
pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan pleura bergerak
selama bernafas dan untuk mencegah pemisahan thoraks dan paru. Tekanan dalam
rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, sehingga mencegah terjadinya
kolaps paru. Selain itu rongga pleura juga berfungsi menyelubungi struktur yang
melewati hilus keluar masuk dari paru. Paru dipersarafi oleh pleksus pulmonalis
yang terletak di pangkal tiap paru. Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut simpatis
(dari truncus simpaticus) dan serabut parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut
eferen dari pleksus ini mempersarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima
dari membran mukosa bronkioli dan alveoli (Sari & Purwoko, 2015).

1.1.2 Fisiologi Paru


Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan
normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga
paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan

1
antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Fungsi utama
paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas
tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan
karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus berubah sesuai
dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi pernafasan harus tetap
dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut. Fungsi utama
paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas
tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan
karbon dioksida (Guyton, 2007).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit
(bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea).
Pipa tersebut berakhir di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang
merupakan kantong udara terakhir dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan
dari tempat dimana darah mengalir. Ada lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-
paru manusia bersifat elastis (Syafrullah, 2015)
Pernapasan dapat berarti pengangkutan oksigen (O2) ke sel dan
pengangkutan CO2 dari sel kembali ke atmosfer. Proses ini terdiri dari 4 tahap yaitu
(Guyton, 2007):
1. Pertukaran udara paru: yang berarti masuk dan keluarnya udara ke dan dari
alveoli. Alveoli yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh, karena
masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak dapat dikeluarkan
walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume udara yang tersisa ini disebut volume
residu. Volume ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk
mengaerasikan darah
2. Difusi O2 dan CO2 antara alveoli dan darah
3. Pengangkutan O2 dan CO2 dalam darah dan cairan tubuh menuju ke dan dari
sel-sel
4. Regulasi pertukaran udara dan aspek-aspek lain pernapasan.
Menurut Guyton (2007) volume paru terbagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Volume Tidal adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada
setiap kali pernafasan normal. Besarnya ± 500 ml pada rata-rata orang dewasa

2
2. Volume Cadangan Inspirasi adalah volume udara ekstra yang diinspirasi
setelah volume tidal, dan biasanya mencapai ± 3000 ml.
3. Volume Cadangan Eskpirasi adalah jumlah udara yang masih dapat
dikeluarkan dengan ekspirasi maksimum pada akhir ekspirasi normal, pada
keadaan normal besarnya ± 1100 ml.
4. Volume Residu, yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml.
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi
menjadi empat bagian, yaitu (Guyton, 2007):
1. Kapasitas Inspirasi sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi.
Besarnya ±3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang
mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah
maksimum.
2. Kapasitas Residu Fungsional sama dengan volume cadangan inspirasi + volume
residu.Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam
paru pada akhir eskpirasi normal.
3. Kapasitas Vital sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal +
volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan merupakan jumlah udara
maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya.
4. Kapasitas Paru Total sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya
±5800ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar
mungkin dengan inspirasi paksa.

1.2 Definisi Ca Paru


Kanker paru adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup
keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer). Dalam pengertian klinik yang
dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas yang berasal dari epitel
bronkus (karsinoma bronkus/bronchogenic carcinoma) (Kemenkes RI, 2017).
Kanker paru atau disebut karsinoma bronkogenik merupakan tumor ganas primer
sistem pernapasan bagian bawah yang bersifat epithelial dan berasal dari mukosa

3
percabangan bronkus (Nurarif & Kusuma, 2015). Kanker paru adalah keganasan
yang berasal dari luar paru maupun yang berasal dari paru sendiri (primer), dimana
kelainan dapat disebabkan oleh kumpulan perubahan genetika pada sel epitel
saluran nafas yang dapat mengakibatkan proliferasi sel yang tidak dapat
dikendalikan. (Purba & Wibisono, 2015).

1.3 Epidemiologi
Kanker paru merupakan penyebab utama keganasan di dunia, mencapai
hingga 13% dari semua diagnosis kanker. Selain itu, kanker paru juga menyebabkan
1/3 dari seluruh kematian akibat kanker pada laki-laki. Di Amerika Serikat,
diperkirakan terdapat sekitar 213.380 kasus baru pada tahun 2007 dan
160.390 kematian akibat kanker paru pada tahun 2007. Berdasarkan data WHO,
kanker paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia, dan
terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan. Kanker paru juga
merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada laki-laki dan kedua
terbanyak pada perempuan.
Hasil penelitian dari 100 RS di Jakarta menunjukkan bahwa kanker paru
merupakan kasus terbanyak pada laki-laki dan nomor 4 terbanyak pada perempuan,
dan merupakan penyebab kematian utama pada laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data hasil pemeriksaan di laboratorium Patologi Anatomik RSUP
Persahabatan, lebih dari 50 persen kasus dari semua jenis kanker yang didiagnosa
adalah kasus kanker paru. Data registrasi kanker Rumah Sakit Dharmais tahun
2003-2007 menunjukkan bahwa kanker trakea, bronkus dan paru merupakan
keganasan terbanyak kedua pada pria (13,4%) setelah kanker nasofaring (13,63%)
dan merupakan penyebab kematian akibat kanker terbanyak pada pria (28,94%).
Insiden kanker paru termasuk rendah pada usia di bawah 40 tahun, namun
meningkat sampai dengan usia 70 tahun. Faktor risiko utama kanker paru adalah
merokok. Secara umum, rokok menyebabkan 80% kasus kanker paru pada laki- laki
dan 50% kasus pada perempuan. Faktor lain adalah kerentanan genetik, polusi
udara, pajanan radon, dan pajanan industri (Kemenkes RI, 2017)

4
1.4 Etiologi
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat
yang bersifat karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko
penyebab terjadinya kanker paru adalah (Stopler, 2010):
1. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari
seluruh kasus. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai
merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan
merokok, dan lamanya berhenti merokok
2. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak
merokok, tetapi mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker
paru meningkat dua kali
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi
pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker
paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan
daerah pedesaan
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium,
nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru.
Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh
kali lebih besar daripada masyarakat umum
5. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler
memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor
memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru

5
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga
dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif
kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru
7. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru
sekunder. Paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas.
Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita
penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus
berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat
imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-
paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,
yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-
lain.

1.5 Klasifikasi
Ada dua jenis utama kanker paru di kategorikan berdasarkan ukuran serta
adanya sel ganas yang terlihat yaitu kanker paru karsinoma bukan sel kecil/NSCLC
(Non Small Cell Lung Cancer) dan kanker paru karsinoma sel kecil/SCLC (Small
Cell Lung Cancer. Beberapa jenis kanker paru adalah (Purba & Wibisono, 2015):
1. Karsinoma sel skuamosa
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal
dari permukaan epitel bronkus. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak
sentral di sekitar hilus dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor
jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara
langsung ke kelenjar getah bening, dinding dada, dan mediastinum.
2. Adenokarsinoma
Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan
fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas ke pembuluh darah dan

6
limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer
menyebabkan gejala-gejala. Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai
subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO.
3. Karsinoma sel besar
Sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke
tempat-tempat yang jauh.
4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening
hilus dan mediastinum. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling
jelas pada pemeriksaan sitologik adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel
tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

Tabel 1.1 TNM Klasifikasi Kanker Paru Karsinoma Bukan Sel Kecil
Tumor Primer (T)
TX Tumor primer tidak dapat dinilai, atau tumor dibuktikan dengan
adanya sel-sel ganas dalam sputum atau bronkial tetapi tidak di
visualisasikan dengan bronkoskopi
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Tumor ≤ 3cm , di kelilingi oleh paru-paru atau pleura visceral, tidak
ada bukti bronkoskopi invasi lebih proksimal dari bronkus lobus
(tidak dibronkus utama), penyebaran tumor dangkal di saluran udara
yang utama (terbatas pada dinding bronkus)
T1a Tumor ≤ 2cm dalam dimensi terbesar
T1b Tumor > 2cm tetapi ≤ 3cm dalam dimensi terbesar.
T2 Tumor > 3cm tetapi ≤ 7cm atau tumor dengan salah satu dari berikut
: Menyerang pleura visceral, Terutama melibatkan bronkus ≥ 2cm
distal karina, Terkait dengan atelektasis/pneumonitis obstruktif
memperluas ke daerah hilus tetapi tidak melibatkan seluruh paru-
paru
T2a Tumor > 3cm tetapi ≤ 5cm dalam dimensi terbesar
T2b Tumor > 5cm tetapi ≤ 7cm dalam dimensi terbesar
T3 Tumor > 7cm atau yang langsung menyerang salah satu dari berikut :
a) Dinding dada (termasuk tumor sulkus superior), diafragma, saraf
phrenikus, pleura mediastinal, atau parietal perikardium atau tumor

7
di bronkus utama < 2cm distal karina tetapi tanpa keterlibatan karina
Atau b) atelektasis terkait/pneumonitis obstruktif seluruh paru-paru
atau nodul
T4 tumor terpisah di lobus yang sama
Tumor dari berbagai ukuran yang menyerang salah satu dari berikut:
mediastinum, jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
vertebral, atau karina; tonjolan kecil tumor terpisah dalam lobus
ipsilateral yang berbeda
Kelenjar getah bening (N)
NX Kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 Tidak ada metastasis
N1 Metastasis di peribronkial ipsilateral dan/atau kelenjar getah bening
hilus ipsilateral dan nodul intrapulmo, termasuk keterlibatan secara
Langsung
N2 Metastasis di mediastinum dan/atau subkranial kelenjar getah bening
Ipsilateral
N3 Metastasis di mediastinum kontralateral, hilus kontralateral,
ipsilateral atau kontralateral sisi tidak sama panjang, atau kelenjar
getah bening supraklavikula
Metastase (M)
M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh
M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak
Sumber: Purba & Wibisono, 2015

Tabel 1.2 Stadium Kanker Paru berdasarkan TNM Klasifikasi


Stadium TNM
Stadium 0 Tx N0 M0
Stadium IA Tis N0 M0
Stadium IB T1 N0 M0
Stadium IIA T2 N0 M0
Stadium IIB T1 N1 M0
Stadium IIIA T2 N1 M0
Stadium IIIB T3 N0 M0 atau T3 N1 M0
Stadium 4 T berapapun N3 M0 atau T4 N berapapun M0
Sumber: Purba & Wibisono, 2015

1.6 Patofisiologi dan Clinical Pathway


Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan
sekunder. Primer yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan
sekunder berasal dari metastase organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan
segmen/sub bronkus menyebabkan cilia hilang. Fungsi dari cilia ini

8
adalah menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil agar keluar dari
paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan
menimbulkan ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan
displasia yang selanjutnya akan menyebabkan Ca Paru. Ca paru ada beberapa jenis
yaitu karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan
karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki tanda dan gejala khas masing masing.
Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan menjadi berkembang
sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi, ulserasi,
dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada
adenokarsinoma akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat
mengakibatkan penyumbatan jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel
bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali bermetastase sehingga
menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala dispnea ringan. Pada karsinoma sel
besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area
pleuritik dan menyebabkan nyeri kronis. Pada stadium lanjut, penurunan berat
badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding
esofagus, pericardium, otak, tulang rangka (Nurarif & Kusuma, 2015).
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya
sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah
pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel
kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker
bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi.
Paru-paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker,
yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain-lain
(Stopler, 2010).

9
1.10 Pathway

Predisposisi
Primer : Merokok (perokok aktif Bronkus mengalami trauma Perubahan Deskuamasi
oleh paparan zat karsinogen epitel silia Ulserasi bronkus
dan pasif), polusi udara, paparan
zat karsinogen. (rokok, paparan industri) dan mukosa

Lapisan epitel bronkus


Sekunder: Metastase dari organ lain Ca Paru hiperplasi & metaplasi
abnormal

Adenokarsinoma Carcinoma sel Carcinoma non sel kecil


Karsinoma sel skuamosa
kecil

produksi mucus >> Karsinoma berkembang di


Karsinoma berkembang di Membesar/metastase di pada jaringan paru perifer
tengah bronkus dan tengah parenkim paru
menonjol ke dalam Menyumbat jalan napas
Perubahan membran Produksi cairan melebihi
alviolar kemampuan penyerapan
Hiperplasia pada dinding Sesak Ketidakefektifan
bronkus bersihan jalan nafas
Dispnea
Penumpukan cairan
Dispnea
Obstruksi jalan napas pada rongga pleura
anoreksia
Gangguan
anemia
Ketidakefektifan bersihan jalan pertukaran gas Ekspansi paru menurun
napas

Ketidakseimbangan nutrisi:
Intoleransi aktivitas Keletihan kurang dari kebutuhan tubuh Ketidakefektifan
pola napas Dispnea

(Sumber : Betz, C. L. & Sowden, 2002)


10
1.7 Manifestasi Klinis

Tabel 1.3 Manifestasi klinis Ca Paru sesuai dengan lokasinya

Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel Karsinoma Sel


dan Skuamosa kecil besar
Bronkoalveolar
Tanda 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk
dan 2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom chusing berkepanjangan
Gejala 3. Penurunan nafsu 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada saat
makan 4. Atelektasis 4. Batuk menghirup
4. Trosseau 5. Pneumonia 5. Stridor 3. Suara serak
syndrome postobstruktif 6. Nafas dangkal 4. Sesak napas
6. Mengi 7. Sesak nafas
7. Hemoptisis 8. Anemia
8. Kelelahan
9. Penurunan berat
badan
Sumber: Tan, 2017

1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kanker paru ini adalah
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk (Purba &
Wibisono, 2015):
a. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru;
b. kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau
pemeriksaan analisis gas;
c. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
organ-organ lainnya; dan
d. menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada
jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena
metastasis.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah (Purba &
Wibisono, 2015):
1. Radiologi
Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan
untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi
yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan

11
tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke
organ lain.
2. Sitologi
Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik
yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan
mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan
gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker.
Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan bahan sitologik.
3. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi
untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan
mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging.
Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral.
Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop.
4. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis
tumor pada paru terutama yang terletak di perifer.
5. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan
histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat
torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat
dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak.

1.9 Penatalaksanaan
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, manajemen
penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan klasifikasinya. Pada
kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis,
antara lain adalah karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma
bukan sel kecil (KBSK) penatalaksanaannya tergantung pada stadium penyakit,
tampilan umum penderita, komorbiditas, tujuan pengobatan, dan cost-effectiveness.
Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah, radiasi, dan kemoterapi.
Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan sel kecil antara lain:
1. Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II dan
stadium IIIA yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis
12
pembedahan yang dapat dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi
sublobaris. Pasien dengan kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah,
pembedahan segmentektomi dan reseksi sublobaris paru dilakukan.
2. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat
berperan di semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif
neoajuvan atau ajuvan maupun paliatif. Radioterapi dapat diberikan pada
stadium I yang menolak dilakukan operasi setelah evaluasi bedah thoraks dan
pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III) konkuren dengan kemoterapi. Pada
pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi dan radiasi pasca operasi
merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan sebagai
paliatif atau pencegahan gejala (nyeri, perdarahan, obstruksi).
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini,
atau sebagai adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pada
KPKBSK stadium IIA, IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi
dapat diberikan dengan tujuan pengobatan jika tampilan umum pasien baik.
Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada pasien dengan stadium lanjut.
Penatalaksanaan kanker paru karsinoma sel kecil (KPKSK) berbeda dengan
KPBSK, pasien dengan KPKSK, penatalaksanaan dilakukan berdasarkan stadium,
antara lain :
1. Stadium terbatas
Pilihan modalitas terapi pada stadium ini adalah kombinasi dari kemoterapi
berbasis-platinum dan terapi radiasi toraks. Kemoterapi dilakukan paling banyak
4-6 siklus, dengan peningkatan toksisitas yang signifikan jika diberikan lebih
dari 6 siklus. Regimen terapi kombinasi yang memberikan hasil paling baik
adalah concurrent therapy, dengan terapi radiasi dimulai dalam 30 hari setelah
awal kemoterapi. Regimen kemoterapi yang tersedia untuk stadium ini adalah
EP, sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama, sisplatin/karboplatin
dengan irinotekan. Reseksi bedah dapat dilakukan dengan kemoterapi adjuvant
atau kombinasi kemoterapi dan radiasi terapi adjuvant pada TNM stadium dini,
dengan/tanpa pembesaran kelenjar getah bening.
2. Stadium lanjut
Pilihan utama modalitas terapi stadium ini adalah kemoterapi kombinasi.
Regimen kemoterapi yang dapat digunakan pada stadium ini adalah:
sisplatin/karboplatin dengan etoposid (pilihan utama), atau sisplatin/karboplatin
dengan irinotekan. Pilihan lain adalah radiasi paliatif pada lesi primer dan lesi
metastasis.
13
BAB 2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
2.1.1 Identitas Klien
Mengidentifikasi identitas klien kemudian dikaitkan dengan apakah ada faktor
resiko yang menyertainya. Pengkajian identifikasi klien meliputi:
1. Nama: Tulis nama panggilan pasien atau inisial
2. Umur: Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40 tahun
3. Jenis kelamin: Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di
Indonesia dan terbanyak kelima untuk semua jenis kanker pada perempuan
4. Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih
banyak mengidap Ca paru
5. Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Ca paru,
orang dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati ketika
berhadapan dengan asap yang berbahaya
6. Alamat: Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi udara di
perkotaan
7. No. RM: Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk
8. Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen
akan meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaan
yang meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrik
industri, dan lain-lain
9. Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan angka
kejadian Ca paru
10. Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD
11. Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan
pengkajian pertama kali
12. Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga, atau
pasien dan keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada keluarga, dari
keluarga biasanya jika pasien tidak kooperatif, dan dari pasien dan keluarga
apabila keduanya kooperatif dalam memberikan informasi

14
2.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik:
Ca Paru
2. Keluhan Utama:
Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel Karsinoma Sel
dan Skuamosa kecil besar
Bronkoalveolar
Tanda 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk
dan 2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom chusing berkepanjangan
Gejala 3. Penurunan nafsu 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada saat
makan 4. Atelektasis 4. Batuk menghirup
4. Trosseau 5. Pneumonia 5. Stridor 3. Suara serak
syndrome postobstruktif 6. Nafas dangkal 4. Sesak napas
6. Mengi 7. Sesak nafas
7. Hemoptisis 8. Anemia
8. Kelelahan
9. Penurunan berat
badan

3. Riwayat penyakit sekarang:


Batuk produktif, dahak bersifat mukoid atau purulen, atau batuh darah;
malaise; anoreksia; sesak nafas; nyeri dada dapat bersifat lokal atau pleuritik
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Kaji apakah klien memiliki riwayat penyakit paru dan penyakit menular atau
menurun lainnnya sebelumnya. Penyakit paru seperti tuberkulosis dan
penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru.
Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru
b. Alergi : Kaji alergi klien terhadap makanan, obat, plester, dan lain-lain
c. Imunisasi : Kaji apakah klien mendapatkan imunisasi lengkap atau tidak
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Kebiasaan yang sangat berkaitan denga Ca paru adalah kebiasaan merokok,
menghirup asap rokok, zat karsinogen, dan polusi udara. Merokok
merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh
kasus. Jika terjadi pada laki-laki maka yang harus dikaji adalah

15
usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya
kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok. Jika terjadi pada wanita
maka yang harus dikaji adalah seberapa sering menghirup asap rokok atau
terpapar zat lainnya
e. Obat-obat yang digunakan:
Menanyakan pada klien obat apa saja yang dikonsumsi sebelum MRS
f. Riwayat penyakit keluarga:
Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang mengidap Ca
paru, penyakit menular, atau menurun lainnya

2.1.3 Pengkajian Keperawatan


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Pada klien dengan Ca paru sebagian besar akan merasakan sesak dan
menganggap sesak tersebut adalah sesak biasa karena pada klien Ca paru pada
fase awal akan jarang menimbulkan gejala. Gejala akan timbul biasanya jika Ca
paru sudah semakin meluas. Sehingga klien tidak terlalu perhatian dengan
gejala yang dirasakannya pada gejala awal
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
a. Antropometeri : dilakukan dengan menghitung TB, BB, dan IMT. Biasanya
pada klien dengan Ca Paru apabila terjadi pada tipe adenokarsinoma akan
mengalami penurunan nafsu makan yang berakibat pada penurunan berat
badan
b. Biomedical sign : dilakukan dengan cek darah lengkap
c. Clinical Sign : dilakukan dengan mengkaji status umum pasien meliputi
mukosa bibir, konjungtiva, keadaan umum (lemas atau segar), dll
3. Diet Pattern : dilakukan dengan mengkaji bagaimana pola makan pasien saat
ini. Pada umumnya pada klien dengan Ca paru jika mengalami sesak nafas maka
nafsu makan akan semakin menurun
4. Pola eliminasi:
BAK
- Frekuensi : Mengalami peningkatan
- Jumlah : Mengalami peningkatan

16
- Warna : Kuning
- Bau : Amoniak dan obat
- Karakter : Cair
- Alat Bantu : Tidak menggunakan kateter
- Kemandirian : Dibantu
BAB
- Frekuensi : Mengalami sembelit
- Jumlah : 1 kali selama MRS
- Warna Bau : Khas feses
- Karakter : Keras
- Alat Bantu : Tidak terpasang alat bantu
- Kemandirian : Dibantu

5. Pola aktivitas & latihan


Pada klien dengan Ca Paru maka aktivitas sehari-hari mengalami penurunan
c.1. Aktivitas harian (Activity Daily Living)
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum ✓
Toileting ✓
Berpakaian ✓
Mobilitas di tempat tidur ✓
Berpindah ✓
Ambulasi / ROM ✓
- Status Oksigenasi :
RR meningkat
tidak ada retraksi dada
Ada batuk dan sputum
- Fungsi kardiovaskuler : irama jantung teratur, nadi normal
Terapi oksigen : menggunakan alat bantu nafas nassal canul

17
6. Pola tidur & istirahat
1. Durasi : berkurang
2. Gangguan tidur : menahan nyeri dan sesak nafas
3. Keadaan bangun tidur : lemah
7. Pola kognitif & perceptual
a. Fungsi Kognitif dan Memori :
Pasien mampu berhitung dan mengingat apa yang telah dilakukan oleh
perawat saat dilakukan pengkajian.
b. Fungsi dan keadaan indera :
Keadaan indera pasien baik
8. Pola persepsi diri
a. Gambaran diri: Klien biasanya mengkhawatirkan jika dia tidak bisa bekerja
seperti biasanya
b. Identitas diri: dilakukan dengan mengkaji identitas umum klien (jenis
kelamin, umur, dll)
c. Harga diri: Klien biasanya merasa malu memiliki penyakit kanker dan
khawatir jika setelah kemoterapi rambutnya akan rontok
e. Peran Diri : Pasien dengan Ca paru biasanya adalah seseorang dalam usia
produktif dan sedang bekerja (>40 tahun)
9. Pola seksualitas & reproduksi
a. Pola seksualitas
Tidak terdapat hubungan pola seksualitas dengan terjadinya Ca paru
b. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi klien baik
10. Pola peran & hubungan
Klien dengan Ca paru biasanya akan lebih menjauh dari orang-orang sekitarnya
karena khawatir penyakitnya akan menular seperti TBC dan penyakit paru
lainnya
11. Pola manajemen koping-stress
Dilakukan dengan melihat seberapa besar optimism pasien dalam menghadapi
penyakit tersebut

18
12. System nilai & keyakinan
Dilakukan dengan mengkaji agama ataupun kepercayaan klien sebagai
pegangan hidup

2.1.4 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan umum:
b. Tanda vital:
c. Tekanan Darah : Normal, jika tidak ada riwayat hipertensi
d. Nadi : Meningkat (Normal 80-100x/menit)
e. RR : Meningkat (Normal 16-24x/menit)
f. Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada
inflamasi
Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
1. Kepala
Inspeksi: kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban),
distribusi normal, kaji kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat lesi, tidak ada perdarahan, tidak
ada lesi.
2. Mata
Inspeksi: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil
terhadap cahaya (+/+), kondisi bersih, bulu mata rata dan hitam
Palpasi: tidak ditemukan nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
3. Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada
kelainan bentuk.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak teraba benjolan abnormal
4. Hidung
Inspeksi: hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu
pernafasan
5. Mulut
Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi
bersih tidak ada karies gigi

19
Palpasi: tidak ada pembesaran tonsil
6. Dada
Paru Jantung
Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, Inspeksi: Tidak ada pembesaran jantung
kaji adanya retraksi dada Palpasi: Tidak ada edema dan nyeri tekan
Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, Perkusi: Suara jantung pekak
kaji adanya kemungkinan flail chest Auskultasi: Tidak ada bunyi jantung
Perkusi: Suara paru sonor tambahan (Gallop, Gargling, Mur-mur,
Auskultasi: Ada suara nafas tambahan Friction rub)
Wheezing

7. Abdomen
Inspeksi: bentuk abdomen datar
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi: Kaji adanya ketegangan abdomen
Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan
8. Urogenital
Inspeksi: Tidak terpasanga alat bantu nafas
9. Ekstremitas
Inspeksi: ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas
Palpasi: akral dingin, tidak ada edema, tugor kuit baik.
10. Kulit dan kuku
Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink
Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akral dingin.
11. Keadaan local
Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu
pernafasan, kesadaran compos mentis (sadar penuh)

20
2.1.4 Pemeriksaan Penunjang & Laboratorium
Rontgen dada yang menunjukkan Ca paru

2.2 Diagnosa
Diagnosa yang sering muncul pada pasien dengan Ca Paru adalah:
1. Gangguan pertukaran gas (00030) berhubungan dengan himoptosis atau
bronkiektasis dan atelektasis
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) berhubungan dengan
peningkatan produksi mukus
3. Ketidakefektifan pola napas (00032) berhubungan dengan obstruksi bronkus
atau sumbatan parsial pada intrapulmoner proksimal
4. Nyeri kronis (00132) berhubungan dengan penyebaran neoplastik ke
mediastinum
5. Ansietas (00146) berhubungan dengan nyeri kronis

21
2.3 Intervensi
No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC
1. Gangguan pertukaran gas Tujuan: 3140. Manajemen Jalan nafas
(00030) berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam klien 13. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
gangguan pertukaran gas pada klien dapat 14. Identifikasi kebutuhan aktual/potensial untuk
himoptosis atau bronkiektasis teratasi memasukkan alat dan membuka jalan nafas
dan atelektasis Kriteria Hasil: 15. Motivasi pasien untuk bernafas dalam dan pelan
0415. Status Pernafasan: Pertukaran Gas 16. Auskultasi suara nafas, catat area yang ventilasinya
1. Saturasi oksigen dari skala 1 menjadi menuurun atau tidak ada dan adanya suara tambahan
skala 4 17. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana
2. Keseimbangan ventilasi dan perfusi dari mestinya
skala 1 menjadi skala 5 3320. Terapi Oksigen
3. Dispnea saat istirahat dari skala 1 1. Bersihkan mulut dan hidung
menjadi skala 5 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
humidifier
4. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
5. Monitor alat pemberian oksigen
6. Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat
2. Ketidakefektifan bersihan Tujuan: 3140. Manajemen Jalan Nafas
jalan nafas (00031) Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam tidak 1. Instruksikan klien bagaimana agar bisa melakukan batuk
ada sumbatan pada jalan nafas klien efektif
berhubungan dengan
Kriteria Hasil: 2. Kolaborasi pemberian bronkodilator sebagaimana
peningkatan produksi 0410 Status Pernafasan: Kepatenan Jalan mestinya
Mucus

22
Nafas 3. Berikan bantuan terapi nafas (nebulizer) jika diperlukan
1. Frekuensi pernafasan dari skala 1 4. Posisikan klien untuk meringankan sesak nafas
menjadi skala 5 3320. Terapi Oksigen
2. Irama pernafasan dari skala 1 menjadi 1. Bersihkan mulut hidung dan sekresi trakea dengan tepat
skala 5 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
3. Kemampuan untuk mengeluarkan sekret 3. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
dari skala 1 menjadi skala 4 humidifier
4. Akumulasi sputum dari skala 1 menjadi 4. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
skala 4 5. Monitor alat pemberian oksigen
5. Suara nafas tambahan dari skala 1 6. Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat
menjadi skala 5
3. Ketidakefektifan pola napas Tujuan: 3140. Manajemen Jalan nafas
(00032) berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan 2x24 jam status 1. Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi
pola nafas klien efektif 2. Motivasi pasien untuk bernafas dalam dan pelan
obstruksi bronkus atau
Kriteria Hasil: 3. Monitor status pernafasan dan oksigenasi sebagaimana
sumbatan parsial pada Status Pernafasan mestinya
intrapulmoner proksimal 1. Frekuensi pernafasan dari skala 1 3320. Terapi Oksigen
menjadi skala 5 7. Bersihkan mulut hidung dan sekresi trakea dengan tepat
2. Kapasitas vital dan volume tidal dari 8. Pertahankan kepatenan jalan nafas
skala 1 menjadi skala 4 9. Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui sistem
3. Suara auskultasi nafas dari skala 1 humidifier
menjadi skala 4 10. Berikan oksigen tambahan seperti yang diperintahkan
4. Irama pernafasan dari skala 1 menjadi 11. Monitor alat pemberian oksigen
skala 5 12. Monitor efektifitas terapi oksigen dengan tepat

23
4. Nyeri kronis (00132) Tujuan: 2210. Pemberian Analgesik
berhubungan dengan Setelah dilakukan perawatan 3x24 klien 1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan keparahan
sedikit atau tidak menunjukkan nyeri nyeri sebelum mengobati klien
penyebaran neoplastik ke
Kriteria Hasil: 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan
mediastinum 1605. Kontrol Nyeri frekuensi obat analgesik yang diresepkan
1. Mengenali kapan nyeri terjadi dari skala 3. Cek adanya riwayat alergi obat
1 menjadi skala 3 4. Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
2. Menggambarkan faktor penyebab nyeri pemberian analgesik
dari skala 1 menjadi skala 3 5. Berikan analgesik sesuai dengan waktu paruhnya
3. Menggunakan tindakan pengurangan 1400. Manajemen Nyeri
nyeri (tanpa analgesik) dari skala 1 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif dengan teknik
menjadi skala 3 PQRST
4. Melaporkan nyeri terkontrol dari skala 1 2. Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk
menjadi skala 4 mengetahui pengalaman nyeri
2102. Tingkat Nyeri 3. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab
1. Nyeri yang dilaporkan dari skala 1 nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan dan antisipasi
menjadi skala 4 dari ketidaknyamanan akibat prosedur
2. Ekspresi wajah nyeri dari skala 1 menjadi 4. Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri
skala 3 5. Dorong pasien untuk memonitor nyeri dan menangani
nyerinya dengan tepat.
6. Kolaborasi dengan pasien, orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan penurunan nyeri sesuai
kebutuhahan.

24
5. Ansietas (00146) berhubungan Tujuan: 5820. Pengurangan Kecemasan
dengan nyeri kronis Setelah dilakukan perawatan 3x24 klien 1. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
sedikit atau tidak menunjukkan tanda ansietas 2. Jelaskan penyebab nyeri
Kriteria Hasil: 3. Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan
1211. Tingkat Kecemasan dan prognosis.
1. Perasaan gelisah dari skala 1 menjadi 4. Instruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
skala 5 5. Kolaborasi penggunaan obat-obatan untuk mengurangi
2. Rasa cemas yang disampaikan secara kecemasan secara tepat
lisan dari skala 1 menjadi skala 5 6680. Monitor Tanda-Tanda Vital
3. Peningkatan frekuensi nadi dari skala 1 1. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status
menjadi skala 5 pernafasan dengan tepat.
4. Gangguan tidur dari skala 1 menjadi 2. Monitor irama dan tekanan jantung
skala 5 3. Monitor nada jantung.
4. Monitor irama dan laju pernafasan.
5. Identifikasi kemungkinan penyebab perubahan tanda-
tanda vital

25
2.4 Discharge Planning
Discharge planning merupakan serangkaian keputusan dan aktivitas-aktivitas
yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan yang berlanjut dan
terkoordinasi ketika pasien akan pulang dari pelayanan kesehatan. Discharge
planning pada pasien kanker paru disusun berdasarakan tindakan keperawatan yang
meliputi observasi, mandiri, edukasi, dan kolaborasi yang disusun sebagai berikut :

1. Observasi keadaan pasien meliputi tanda-tanda vital pasien

2. Kolaborasi dengan dokter untuk mengkonsultasikan tentang penanganan


lanjutan (Kemoterapi, radiasi, atau pembedahan)
3. Motivasi klien untuk tidak merokok dan tidak berada di dekat orang yang
sedang merokok
4. Hindari daerah yang banyak polusi udara atau pakailah masker untuk mencegah
debu masuk ke saluran pernafasan
5. Ajarkan kepada klien untuk meningkatkan daya tahan tubuh, cukup istirahat,
dan makan-makanan yang bergizi
6. Ajarkan kepada klien untuk menghindari menghirup zat karsinogenik (seperti
asbestos, uranium, dll)

26
DAFTAR PUSTAKA

Guyton A.C. and J.E. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna., et all. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. Edisi 10. Jakarta: EGC

Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru.


http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKParu.pdf (Diakses pada 15
Januari 2018)

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction

Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Interventions Classification


Edisi 6 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Nurjannah, I & Tumanggor, R.D. 2013. Nursing Outcomes Classification Edisi


5 (Bahasa Indonesia). Indonesia. ELSEVIER.

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015 Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr.
Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.
http://eprints.undip.ac.id/46681/3/BAB_II_HASIL_KTI.pdf (Diakses pada
15 Januari 2018)

Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus
Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora
pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang.
http://eprints.undip.ac.id/46788/3/Lenny_Widyawati_Intan_Sari_2201011
1120052_Lap.KTI_Bab2.pdf (Diakses pada 15 Januari 2018)

Stoppler, M.C. 2010. Kanker Paru. http://www.emedicinehealth/ (Diakses pada 15


Januari 2018)

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Tan, Winston W. 2017. Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation


https://emedicine.medscape.com/article/279960-clinical. (Diakses pada 22
Januari 2018
27
Syafrullah, Sarah Carolin. 2015. Pengaruh Olahraga Renang terhadap Kapasitas
Vital Paksa dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik pada Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
http://digilib.unila.ac.id/20701/14/BAB%20II.pdf (Diakses pada 15 Januari
2018)

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Tan, Winston W. 2017. Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation.


https://emedicine.medscape.com/article/279960-clinical. (Diakses pada 22
Januari 2018)

28

Anda mungkin juga menyukai