Anda di halaman 1dari 253

MODUL 6 PEMBELAJARAN

TEKNIK JARINGAN LISTRIK


HENDRI, Drs., MT., PhD.

2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya
penulis dapat menyusun modul ini dengan judul “ Teknik Jaringan Listrik” Di dalamnya
dibahas masalah mengenai gangguan sistem tenaga listrik, besarnya gangguan sistem proteksi
tenaga listrik serta peralatan pengaman proteksi tenaga listrik. Penulis menyadari dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan- kekurangan baik dalam materi maupun
sistematika penulisannya.

Buku ini dapat dijadikan referensi dalam membantu siswa dan peserta diklat tentang
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan teknik jaringan listrik. Terutama pada
penggunaannya di lapangan. Untuk itu, saran dan kritikan yang membangun guna perbaikan
buku ini diterima dengan senang hati.

Padang, Desember 2015

Penulis

i
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,


dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan
wajib melaksanakan kegiatan pengembangan keprofesian secara
berkelanjutan agar dapat melaksanakan tugas profesionalnya. Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah pengembangan
kompetensi Guru dan Tenaga Kependidikan yang dilaksanakan sesuai
kebutuhan, bertahap, dan berkelanjutan untuk meningkatkan
profesionalitasnya.

Pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagai salah satu


strategi pembinaan guru dan tenaga kependidikan diharapkan dapat
menjamin guru dan tenaga kependidikan mampu secara terus menerus
memelihara, meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan PKB akan
mengurangi kesenjangan antara kompetensi yang dimiliki guru dan tenaga
kependidikan dengan tuntutan profesional yang dipersyaratkan.

Guru dan tenaga kependidikan wajib melaksanakan PKB baik


secara mandiri maupun kelompok. Khusus untuk PKB dalam bentuk diklat
dilakukan oleh lembaga pelatihan sesuai dengan jenis kegiatan dan
kebutuhan guru. Penyelenggaraan diklat PKB dilaksanakan oleh PPPPTK
dan LPPPTK KPTK atau penyedia layanan diklat lainnya. Pelaksanaan
diklat tersebut memerlukan modul sebagai salah satu sumber belajar bagi
peserta diklat. Modul merupakan bahan ajar yang dirancang untuk
dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta diklat berisi materi, metode,
batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang disajikan secara sistematis
dan menarik untuk mencapai tingkatan kompetensi yang diharapkan
sesuai dengan tingkat kompleksitasnya.

1
Modul ini dirancang sebagai pedoman bagi tenaga pendidik PKB
dalam bidang mata dilkat sistem rerigerasi untuk keperluan industri yang
mencangkup komponen, pemasangan, perawatan dan aplikasinya di
industri.

2. Tujuan
Tujuan disusunnya modul teknik jaringan listrik ini adalah
memberikan pemahaman bagi peserta diklat, guru dan tenaga
kependidikan tentang system teknik jaringan listrik. Secara khusus tujuan
pedoman ini adalah:

1. Sebagai pedoman dalam memahami pembelajaran teknik jaringan


listrik bagi tenaga pendidik.

2. Menjadi bahan ajar bagi peserta diklat dalam memahami mata diklat
teknik jarringan listrik.
3. Peta Kompetensi

4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari modul ini mencangkup pembahasan tentang teknik
jaringan listrik yang mencangkup tentang pembahasan alat dan

2
perlengkapan uji, prosedur pemerikssaan dan pengujian, memeriksa urutan
fasa gardu induk, pemasangan instalasi gardu induk dan memeriksa
tahanan isolasi gardu induk.

5. Saran Cara Penggunaan Modul

Dalam penggunan modul ini, diharapkan peserta diklat memahami


terlebih dahulu uraian materi yang telah di jabarkan, dan melaksanakan
melakukan evaluasi yang telah disediakan baik berbentuk pilihan ganda
maupun tugas berbentuk essay. Sehingga memberikan pemahaman
kepada peserta diklat tentang pembahasan mengenai teknik jaringan listrik.

3
Kegiatan Pembelajaran 1 : Mengembangkan kurikulum yang

terkait dengan mata pelajaran yang


diampu

A. Tujuan
1. Peserta diklat dapat mengidentifikasikan berbagai kegiatan pembelajaran
program ekstrakurikuler untuk mendorong peserta didik mencapai
prestasi secara optimal.
2. Peserta diklat dapat merancang berbagai kegiatan pembelajaran
program ekstrakurikuler untuk mendorong peserta didik mencapai
prestasi secara optimal

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


1. Berbagai kegiatan pembelajaran melalui program ekstrakurikuler
diidentifikasikan untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi
secara optimal.
2. Berbagai kegiatan pembelajaran melalui program ekstrakurikuler
dirancang untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi secara
optimal.

C. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Sepuluh aspek kompetensi pedagogik guru mata pelajaran sebagai standar
yang harus ada dan di penuhi oleh guru mata pelajaran itu adalah sebagai
berikut :
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional dan intelektual.

4
Pada aspek ini guru harus mampu memahami karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan
intelektual. Untuk dapat memahami karakteristik peserta didik harus ada
tahap pembinaan keakraban antar peserta didik dan antara guru dengan
peserta didik. Suasana keakraban ini penting dikuasai oieh pendidik
sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Upaya ini berdasarkan atas
asumsi bahwa peserta didik tidak dapat berpartisipasi secara optimal
dalam kegiatan pembelajaran apabila ia tidak mengenal guru dan
peserta didik lainya secara akrab.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Guru dituntut untuk memahami berbagai teori belajar dan prinsipprinsip
pembelajaran yang mendidik. Dalam hal ini guru dapat menerapkan
berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang
mendidik secara kreatif. Pesiapan yang harus dilakukan guru sebelum
memulai pembelajaran adalah pembuatan RPP.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
Adapun bentuknya seperti membuat Program Tahunan (Prota), Program
Semesteran (Promes), Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Dalam pembuatan RPP kepala sekolah mewajibkan kepada
semua guru untuk mengumpulkan semua RPP pada awal semester yang
kemudian diserahkan kepada kepala sekolah untuk dievaluasi.
Prinsip-prinsip pembuatan prota, promes, silabus dan RPP sebagai
berikut:
1. Tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai harus jelas dan makin
tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapainya.
2. Program itu harus sederhana dan fleksibel.
3. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai
dengan tujuan dan kompetensi yang telah ditetapkan.
4. Program yang ditetapkan harus menyeluruh dan jelas pencapainya
Dalam pembuatan prota, promes, silabus, dan RPP harus memahami
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, menentukan tujuan
pembelajaran yang diampu, manata materi pembelajaran secara benar
sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik,
mengembangkan indikator instrument penilaian.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

5
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik adalah guru harus
mampu memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang
mendidik, melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas,
laboratorium, maupun lapangan dengan memperhatikan standar
keamanan yang dipersyaratkan, menggunakan media pembelajaran dan
sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran yang diampu.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran guru harus mampu memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki siswa guru harus menyediakan berbagai fasilitas yang
mendukung. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Dengan
adanya fasilitas yang memadai untuk mengaktualisasikan potensi
peserta didik dan menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya akan
mendorong peserta didik untuk mencapai prestasi secara optimal.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.
Dalam hal ini guru harus mampu memahami berbagai strategi
berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun baik secara lisan
maupun tulisan. Menggunakan bahasa yang khas dalam interaksi
kegiatan yang mendidik yang terbangun secara siklikal, dari:
1. penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam
permainan melalui bujukan dan contoh,
2. ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian,
3. espons peserta didik terhadap ajakan guru, dan
4. reaksi guru terhadap respons peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dalam penilaian hasil belajar guru menentukan aspek-aspek proses dan
hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi. Kegiatan
pembelajaran pada tahap ini ditandai dengan keterlibatan guru–guru
dalam menentukan penilaian program kegiatan pembelajaran. Aspek-

6
aspek yang dinilai adalah proses, hasil, dan pengaruh kegiatan
pembelajaran. Penilaian ini mencakup perubahan tingkah laku seperti
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai yang telah diperoleh peserta
didik melaluai kegiatan pembelajaran.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran. Dalam hal ini yang harus dilakuakan guru dalam
pembelajaran salah satunya adalah mengevaluasi pembelajaran. Hasil
dari penilaian dan evaluasi ini nantinya juga harus digunakan untuk
menentukan ketuntasan belajar, merancang program remedial dan
pengayaan, mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada
pemangku kepentingan yaitu peserta didik dan wali murid,
memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Semua hasil dari evaluasi dan penilaian akan menunjukkan tingkat
kemampuan belajar setiap peserta didik yang nantinya digunakan
sebagai bahan tindak lanjut proses pembalajaran yang telah
dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi materi yang perlu
diulang, peserta didik yang wajib mengikuti remedial dan yang mengikuti
program pengayaan. Hasil evaluasi yang telah dilakukan di gunakan
guru untuk mengetahui penguasaan materi peserta didik dengan materi
yang telah diberikan guru yang akhirnya di gunakan guru sebagai acuan
apa yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.


Maksudnya guru harus mampu melakukan refleksi terhadap
pembelajaran yang telah dilaksanakan, melakukan penelitian tindakan
kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dalam mata pelajaran
yang diampu.

Beberapa kemampuan di atas kemudian diberikan penguatan berupa


penguasaan ketrampilan-ketrampilan mengajar, meliputi:
a. Ketrampilan bertanya (questioning skills)
b. Ketrampilan memberikan penguatan (reinforcement skills)
c. Ketrampilan mengadakan variasi (variation skills)

7
d. Ketrampilan menjelaskan (explaining skills)
e. Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction and
closure)
f. Ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil
g. Ketrampilan mengelola kelas,
h. Ketrampilan mengajar perseorangan.

Disamping itu menurut pendapat guru sebagai pembimbing dan pendidik


harus mempunyai bermacam-macam kemampuan, melalui kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a. Mengobservasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik di kelas
maupun di luar kelas
b. Menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta
didiknya, sebelum , selama dan setelah sekolah
c. Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan
memberikan komentar yang konstruktif
d. Mempelajari catatan peseta didik yang dekat
e. Membuat tugas dan latihan untuk kelompok
f. Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki
kemampuan yang berbeda.

Dalam kaitannya dengan motivasi, guru harus mampu membangkitkan


motivasi belajar peserta didik, antara lain dengan memperhatikan
prinsipprinsip: peserta didik dapat bekerja keras kalau ia punya minat dan
perhatian terhadap pekerjaannya, memberikan tugas yang jelas dan dapat
dimengerti, memberikan penghargaan terhadap hasil kerja dan prestasi
peserta didik, menggunakan hadiah, dan hukuman secara efektif dan tepat
guna.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 membahas
tentang standar kualifikasi dan kompetensi guru dimana disebutkan bahwa
setiap guru wajib memenuhi standar kualitas akademik dan kompetensi guru
yang berlaku secara nasional, juga bahwa guru-guru yang belum memenuhi
kualifikasi akademik diploma empat (D-IV) atau sarjana akan diatur dengan
peraturan menteri tersendiri. Berikut dibawah ini adalah salinan dari lampiran
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007 yang

8
diterbitkan pada 4 Mei 2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi
guru.

Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Setiap
unsur kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan
indikator esensial seperti terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1.1. Sub-Kompetensi dan Indikator Esensial Kompetensi Kepribadian


Sub-kompetensi Indikator Esensial
Memiliki kepribadian a.a. Bertindak sesuai dengan norma hukum.
mantap dan stabil b. b. Bertindak sesuai dengan norma sosial.
c. c. Bangga sebagai pendidik.
d. d. Memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma.

Memiliki kepribadian Ma.Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai


dewasa pendidik.
b. b. Memiliki etos kerja sebagai pendidik.

Memiliki kepribadian arifa. Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaat-an


peserta didik, sekolah, dan masyarakat.
b. Menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Memiliki kepribadian a. Memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap pe-serta
yang berwibawa. didik.
b. Memiliki perilaku yang disegani.

Memiliki akhlak mulia a. Bertindak sesuai dengan norma religius (intaq, jujur, ikhlas,
dan dapat menjadi suka menolong).
teladan. b. Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik
Menjunjung tinggi a. Memahami kode etik profesi guru. Menerapkan kode etik
kode etik profesi guru. profesi guru.
b. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.

Seorang guru harus bertindak sesuai norma hukum dan norma sosial. Pada
masa sekarang ini, peserta didik lebih senang diteladani daripada dinasihati.
Guru yang baik adalah guru yang memiliki sifat terpuji yang dapat diteladani,
seperti manusiawi, adil, konsisten, suka menolong peserta didik, adil, tidak

9
pendendam, tidak egois, dan jujur. Sifat-sifat terpuji ini merupakan bagian
dari kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru.

Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua / wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dan indikator esensial seperti nampak pada tabel 1.2.

Tabel 1.2. Sub-Kompetensi dan Indikator Esensial Kompetensi Sosial


Sub-kompetensi Indikator Esensial
Bersikap inklusif, a) Bersikap inklusif dan objektif terhadap peserta didik,
bertindak objektif, serta teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan
tidak diskriminatif pembelajaran.
karena pertimbangan
b) Tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik,
jenis kelamin, agama,
teman sejawat, orang tua peserta didik dan lingkungan
ras, kondisi fisik, latar
sekolah karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin,
belakang keluarga, dan
latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.
status sosial ekonomi.
Berkomunikasi secara a) Berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas
efektif, empatik, dan ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif.
santun dengan sesama
b) Berkomunikasi dengan orang tua peserta didik dan
pendidik, tenaga
masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang
kependidikan, orang
program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.
tua, dan masyarakat.

c) Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan


masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam
mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

Beradaptasi di tempat a) Beradaptasi dengan lingkungan tempat bekerja dalam


bertugas di seluruh rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik.
wilayah Republik
b) Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan
Indonesia yang memiliki
kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas
keragaman sosial
pendidikan di daerah yang bersangkutan.
budaya.
Berkomunikasi dengan a) Berkomunikasi dengan teman sejawat, profesi ilmiah,
komunitas profesi dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media dalam
sendiri dan profesi lain rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.
secara lisan dan tulisan
b) Mengkomunikasikan hasil-hasil inovasi pembelajaran
atau bentuk lain.
kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan tulisan
maupun bentuk lain.

10
Kompetensi sosial sangat perlu dan harus dimiliki seorang guru, karena
bagaimanapun proses pendidikan itu berlangsung dampaknya akan
dirasakan bukan hanya oleh peserta didik itu sendiri tetapi juga oleh
masyarakat yang menerima dan memakai lulusannya.

Kompetensi Profesional

Tabel 1.3. Sub-Kompetensi dan Indikator Esensial Kompetensi Profesional


Sub-kompetensi Indikator Esensial
Menguasai standar a) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang
kompetensi dan diampu.
kompetensi dasar mata
b) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang
pelajaran yang diampu.
diampu.
c) Memahami tujuan pembelajaran yang diampu.
Mengembangkan materi a) Memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai
pembelajaran yang dengan tingkat perkembangan peserta didik.
diampu secara kreatif.
b) Mengolah materi pelajaran yang diampu secara
kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.
Mengembangkan a) Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara
keprofesionalan secara terus menerus.
berkelanjutan dengan
b) Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka
melakukan tindakan
peningkatan keprofesionalan.
reflektif.
c) Melakukan penelitian tindakan kelas untuk
peningkatan keprofesionalan.
d) Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari
berbagai sumber.
Memanfaatkan a) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
teknologi informasi dan dalam berkomunikasi.
komunikasi untuk
b) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
mengembangkan diri.
untuk pengembangan diri.

Selain tugas dan peranan mengajar atau (instructional) dan mendidik


(educational), seorang guru juga memimpin kelasnya (manajerial).
Memimpin kelas tidak hanya terbatas di dalam kelas tetapi juga di luar kelas.
Kegiatan guru di dalam kelas menyangkut personal peserta didik, material
(alat-alat perlengkapan) dan operasional (tindakan-tindakannya). Dengan
kata lain, peranan manajerial guru dalam kelas, yakni membina disiplin dan
menyelenggarakan tata usaha kelas.

11
Disiplin kelas ialah tata tertib kelas. Artinya guru dan peserta didik dalam
satu kelas tunduk dalam tata tertib yang telah ditetapkan. Guru harus
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan intra dan ekstra kelas, personal
peserta didik (pengorganisasian, penempatan, penugasan, pembimbingan
peserta didik dan kenaikan kelas), serta fasilitas-fasilitas fisik kelas
(pengaturan tempat duduk, pemeliharaan ruang kelas, pengaturan alat-alat
pengajaran, pemeliharaan kebersihan, cahaya ventilasi, dan akustik
ruangan).

2. Kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang sering juga disebut ekskul merupakan
kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan diluar
kegiatan kurikuler. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran
yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,
guru, atau tenaga kependidikan. Dalam struktur kurikulum pendidikan umum,
dijelaskan bahwa pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah.
Pada pendidikan kejuruan kegiatan intrakurikuler bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
ketrampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif
serta mengembangkan keahlian dan ketrampilan, mereka harus memiliki
stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu
berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki
kemampuan mengembangkan diri.
Adapun format kegiatan ekstra kurikuler di sekolah dilakukan dalam bentuk:
a. Individual, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik
secara. perorangan.

12
b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh
kelompok-kelompok peserta didik.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta. didik
dalam satu kelas.
d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta
didik antar kelas / antar sekolah.
e. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti seorang
atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan
lapangan

Manfaat dan Prinsip-Prinsip Program Ekstrakurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan sekolah, tentunya membawa
manfaat, baik bagi siswa, sekolah, pendidikan, maupun bagi masyarakat
luas. Secara terinci manfaat kegiatan ekstrakurikuler sebagai berikut :

Manfaat kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa :


a. Untuk memberikan kesempatan bagi pemantapan ketertarikan yang telah
tertanam serta pembangunan ketertarikan yang baru.
b. Untuk memeberikan pendidikan sosial melalui pengalaman dan
pengamatan, terutama dalam hal perilaku kepemimpinan, persahabatan,
kerjasama, dan kemandirian.
c. Untuk membangun semangat dan mentalitas bersekolah.
d. Untuk memberikan kepuasan bagi perkembangan jiwa anak atau
pemuda.
e. Untuk mendorong pembangunan jiwa dan moralitas.
f. Untuk menguatkan kekuatan mental dan jiwa siswa.
g. Untuk memberikan kesempatan bergaul bagi siswa.
h. Untuk memperluas interaksi siswa.
i. Untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam melatih kapasitas
kreativitas mereka lebih mendalam.

Manfaat kegiatan ekstrakurikuler bagi pengembangan kurikulum :


a. Untuk memberikan tambahan pengayaan pengalaman di kelas.
b. Untuk mengeksplorasi pengalaman belajar yang baru yang mungkin
menunjung kurikulum.

13
c. Untuk memberikan tambahan kesempatan dalam bimbingan kelompok
ataupun individu.
d. Untuk memberikan motivasi dalam proses pembelajaran di kelas.

Manfaat kegiatan ekstrakurikuler bagi masyarakat :


a. Untuk mempromosikan sekolah yang lebih baik dan hubungan
masyarakat.
b. Untuk meningkatkan ketertarikan yang besar pada masyarakat dan
dorongan mereka kepada sekolah.

Manfaat kegiatan ekstrakurikuler bagi sekolah :


a. Untuk membantu perkembangan kerjasama kelompok yang lebih efektif
antara personel dan penanggung jawab akademis siswa.
b. Untuk mengintegrasikan lebih dekat beberapa devisi di sekolah.
c. Untuk menyediakan sedikit peluang yang dirancang untuk membantu
siswa dalam memanfaatkan situasi guna memecahkan masalah yang
dihadapi.

Prinsip-Prinsip Program Ekstrakurikuler


Dengan berpedoman kepada tujuan dan maksud kegiatan ekstrakurikuler di
sekolah dapat ditetapkan prinsip-prinsip program ektrakurikuler.
Profesional prinsip program ekstrakurikuler adalah :
a. Semua murid, guru, dan personel administrasi hendaknya ikut serta
dalam usaha meningkatkan program.
b. Kerjasama dalam tim adalah fundamental.
c. Pembatasan-pembatasan untuk partisipasi hendaknya dihindarkan.
d. Proses adalah lebih penting daripada hasil.
e. Program hendaknya cukup komprehensif dan seimbang dapat memenuhi
kebutuhan dan minat semua siswa.
f. Program hendaknya memperhitungkan kebutuhan khusus sekolah.
g. Program harus dinilai berdasarkan sumbangannya kepada nilai-nilai
pendidikan di sekolah dan efisiensi pelaksanaannya.
h. Kegiatan ini hendaknya menyediakan sumber-sumber motivasi yang kaya
bagi pengajaran kelas, sebaliknya pengajaran kelas hendaknya juga
menyediakan sumber motivasi yang kaya bagi kegiatan murid.

14
i. Kegiatan ekstrakurikuler ini hendaknya dipandang sebagai integral dari
kesekuruhan program pendidikan di sekolah, tidak sekedar tambahan
atau sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.

Dalam usaha membina dan mengembangkan pogram ekstrakurikuler ada


hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu diantaranya sebagai berikut :
a. Materi kegiatan yang dapat memberikan pengayaan bagi siswa.
b. Sejauh mana mungkin tidak terlalu membebani siswa.
c. Memanfaatkan potensi alam lingkungan.
d. Memanfaatkan kegiatan-kegiatan industri dan dunia usaha.

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di sekolah akan memberikan banyak


manfaat tidak hanya terhadap siswa tetapi juga bagi efektivitas
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
Begitu banyak fungsi dan makna kegiatan ekstrakurikuler dalam menunjang
tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini akan terwujud, apabila pengelolaan
kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebaik-baiknya khususnya pengaturan
siswa, peningkatan disiplin siswa dan semua petugas.
Biasanya mengatur siswa di luar jam-jam pelajaran lebih sulit dari mengatur
mereka di dalam kelas. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan
ekstrakurikuler melibatkan banyak pihak, memerlukan peningkatan
administrasi yang lebih tinggi. Dalam beberapa kegiatan ekstrakurikuler guru
terlibat langsung dalam pelaksanaannya. Keterlibatan ini dimaksudkan untuk
memberikan pengarahan dan pembinaan juga menjaga agar kegiatan
tersebut tidak mengganggu atau merugikan aktivitas akademis. Yang
dimaksud dengan pembina ekstrakurikuler adalah guru atau petugas khusus
yang ditunjuk oleh kepala sekolah untuk membina kegiatan ekstrakurikuler.

3. Pengelolaan Ekstrakurikuler Siswa


Didalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.

15
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang merupakan salah satu kegiatan dalam program
kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan program kurikuler yang alokasi
waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan
ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan
complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana
kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan yang baik dan penting karena


memberikan nilai tambah bagi para siswa dan dapat menjadi barometer
perkembangan/kemajuan sekolah yang sering kali diamati oleh orangtua
siswa maupun masyarakat dengan adanya kegiatan ekstra tersebut
diharapkan suasana sekolah menjadi lebih hidup.

Tujuan, Fungsi dan Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler


a. Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan ekstrakurikuler menurut Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan adalah;
 Meningkatkan kemampuan siswa beraspek kognitif, efektif dan
psikomotor.
 Mengembangkan bakat dan minat siswa dalam upaya pembinaan
pribadi menuju pembinaan manusia seutuhnya yang positif.
 Dapat mengetahui, mengenal serta membedakan antara hubungan
satu pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Ruang lingkup kegiatan ekstrakurikuler harus berpangkal pada kegiatan
yang dapat menunjang serta dapat mendukung program intrakurikuler dan
program kurikuler.

b. Fungsi
Fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler dalam satuan pendidikan adalah:
 Fungsi pengembangan,
yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung
perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat,

16
pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk
pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.
 Fungsi sosial,
yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan
internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
 Fungsi rekreatif,
yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana
rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang
proses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler
harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih
menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.
 Fungsi persiapan karir,
yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas.

c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan ekstrakurikuler adalah:
 Pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa.
 Pengembangan keterampilan melalui hobi dan minat siswa.
 Pengembangan sikap yang menunjang program kurikuler dan
kokurikuler.

Prinsip Kegiatan Ekstrakurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler pada satuan pendidikan dikembangkan dengan
prinsip sebagai berikut:
a. Individual,
yaitu prinsip kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai dengan potensi, bakat
dan minat peserta didik masing-masing.
b. Pilihan,

17
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurkuler yang sesuai dengan keinginan dan
diikuti secara sukarela oleh peserta didik.
c. Keterlibatan aktif,
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan
peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan,
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan
mengembirakan peserta didik.
e. Etos kerja,
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta
didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial,
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk
kepentingan masyarakat.

Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler


Kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk:
a. Krida, meliputi Kepramukaan, Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa
(LDKS), Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan Pengibar Bendera
Pusaka (PASKIBRAKA).
b. Karya ilmiah, meliputi Kegiatan Ilmiah Remaja (KIR), kegiatan
penguasaan keilmuan dan kemampuan akademik, penelitian.
c. Latihan/lomba keberbakatan/prestasi, meliputi pengembangan bakat olah
raga, seni dan budaya, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan
d. Seminar, lokakarya, dan pameran/bazar, dengan substansi antara lain
karir, pendidikan, kesehatan, perlindungan HAM, keagamaan, seni
budaya.

Kegiatan ekstrakurikuler dibagi menjadi dua jenis yaitu:


a. Kegiatan yang bersifat sesaat, misalnya: karyawisata, bakti sosial.
b. Kegiatan yang bersifat kelanjutan, misalnya: pramuka , PMR, dan
sebagainya.

18
Format Kegiatan
Format kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk sebagai berikut:
a. Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
secara perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh
kelompok-kelompok peserta didik.
c. Klasikal, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik dalam
satu kelas.
d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
antar kelas/antar sekolah/madrasah.
e. Lapangan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format
yang diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui
kegiatan di luar sekolah atau kegiatan lapangan.

Perencanaan Kegiatan Ekstrakuikuler


Program kegiatan ekstrakurikuler pada prinsipnya didasarkan pada
kebijakan yang berlaku dan kemampuan sekolah, kemampuan para orang
tua/masyarakat dan kondisi lingkungan sekolah.
Sekolah dapat mengembangkan alternatif program kegiatan ekstrakurikuler,
melalui cara:
a. Alternatif -1 Top-Down : sekolah menyediakan/menyelenggarakan
program kegiatan ekstrakurikuler dalam bentuk paket-paket (jenis-jenis
kegiatan) yang diperkirakan dibutuhkan siswa.
b. Alternatif -2 Bottom-Up : sekolah mengakomodasikan keragaman potensi,
keinginan, minat, bakat, motivasi dan kemampuan seorang atau kelompok
siswa untuk kemudian menetapkan/menyelenggarakan program kegiatan
ekstrakurikuler.
c. Alternatif -3: Variasi dari alternatif-1 dan alternatif-2.

Alternatif manapun hendaknya di pertimbangkan tenaga, biaya,


sumber/bahan/fasilitas. Sekolah sebaiknya melakukan penelusuran atau
seleksi atas potensi, keinginan, minat, bakat, motivasi dan kemampuan siswa
sebagaimana dipertimbangkan adanya quot atas peserta untuk setiap jenis
kegiatan ekstrakurikuler yang ditawarkan/akan diselenggarakan. Seleksi
dapat ditempuh melalui suatu test, kuesioner, wawancara/penawaran

19
tertentu sekaligus dimaksudkan untuk mengetahui siswa/kelompok siswa
yang karena berbagai hal tidak dapat melanjutkan studi sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dalam layanan program kegiatan
ekstrakurikuler.
Selanjutnya sekolah melakukan pengelompokkan siswa dengan jumlah
tertentu (sesuai quota) yang dipandang layak mengikuti satu/beberapa jenis
kegiatan ekstrakurikuler yang akan diselenggarakan. Sebagaimana jumlah
peserta telah ditetapkan, suatu perencanaan kegiatan ekstrakurikuler
hendaknya menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap jenis program kegiatan
ekstrakurikuler yang disediakan sejalan pula dengan visi sekolah yang telah
ditetapkan.
Melalui penetapan tujuan dan jenis kegiatan serta peserta (sebagai
sasaran) yang ditetapkan, perencanaan hendaknya menetapkan rencana
strategi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Dengan struktur organisasi sekolah yang ada, rencana strategi pelaksanaan
hendaknya menjelaskan siapa yang bertanggung baik terhadap keseluruhan
program kegiatan ekstrakurikuler ataupun terhadap jenis kegiatan
ekstrakurikuler tertentu yang akan dilaksanakan. Perencanaan strategi ini
mencakup pula, perencanaan waktu, tempat, fasilitas/sumber/bahan,
jaringan/tenaga lainnya, dan besarnya alokasi dan sumber biaya.

Pelaksanaan Dan Penilaian Kegiatan Ekstrakurikuler


a. Pelaksanaan
Peserta didik harus mengikuti program ekstrakurikuler wajib (kecuali bagi
yang terkendala),dan dapat mengikuti suatu program ekstrakurikuler
pilihan baik yang terkait maupun yang tidak terkait dengan suatu mata
pelajaran di satuan pendidikan tempatnya belajar.
Penjadwalan waktu kegiatan ekstrakurikuler sudah harus dirancang pada
awal tahun atau semester dan di bawah bimbingan kepala sekolah
atau wakil kepala sekolah bidang kurikulum dan peserta didik. Jadwal
waktu kegiatan ekstrakurikuler diatur sedemikian rupa sehingga tidak
menghambat pelaksanaan kegiatan kurikuler atau dapat
menyebabkan gangguan bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan
kurikuler.

20
1. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin, spontan dan keteladanan
dilaksanakan secara langsung oleh guru konselor dan tenaga
kependidikan disekolah/madrasah.
2. Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan
sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat dan pelaksanaan
sebagaimana telah direncanakan.

b. Penilaian
Penilaian perlu diberikan terhadap kinerja peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan
keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya.
Penilaian dilakukan secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan
sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung
jawab kegiatan.
Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai memuaskan pada
kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester. Nilai yang diperoleh
pada kegiatan ekstrakurikuler wajib Kepramukaan berpengaruh terhadap
kenaikan kelas peserta didik. Nilai di bawah memuaskan dalam dua
semester atau satu tahun memberikan sanksi bahwa peserta didik
tersebut harus mengikuti program khusus yang diselenggarakan bagi
mereka.
Persyaratan demikian tidak dikenakan bagi peserta didik yang mengikuti
program ekstrakurikuler pilihan. Meskipun demikian, penilaian tetap
diberikan dan dinyatakan dalam buku rapor.
Penilaian didasarkan atas keikutsertaan dan prestasi peserta didik dalam
suatu kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti. Hanya nilai memuaskan atau di
atasnya yang dicantumkan dalam buku rapor.
Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada
peserta didik yang memiliki prestasi sangat memuaskan atau
cemerlang dalam satu kegiatan ekstrakurikuler wajib atau pilihan.
Penghargaan tersebut diberikan untuk pelaksanaan kegiatan dalam satu
kurun waktu akademik tertentu; misalnya pada setiap akhir semester,
akhir tahun, atau pada waktu peserta didik telah menyelesaikan seluruh
program pembelajarannya.

21
Penghargaan tersebut memiliki arti sebagai suatu sikap menghargai
prestasi seseorang. Kebiasaan satuan pendidikan memberikan
penghargaan terhadap prestasi baik akan menjadi bagian dari diri
peserta didik setelah mereka menyelesaikan pendidikannya.

Pelaporan/Pertangungjawaban Kegiatan Ekstrakurikuler


Sekolah hendaknya membuat laporan, baik laporan untuk keseluruhan
program kegiatan ekstrakurikuler dan untuk setiap jenis kegiatan
ekstrakurikuler ataupun pertanggungjawabn keuangan yang telah
dialokasikan/digunakan untuk kegiatan yang dimaksudkan.
Untuk laporan kegiatan, hendaknya dibuat format yang sederhana tetapi
cukup komprehensif dan mudah dipahami, misalnya mencakup: kata
pengantar, daftar isi, latar belakang, pengertian dari jenis kegiatan
ekstrakurikuler, tujuan, sasaran, hasil yang diharapkan;
penyelenggaraan kegiatan yang meliputi persyaratan peserta, bentuk
dan materi kegiatan, organisasi penyelenggaraan, jadwal dan
mekanisme pelaksanaan, bentuk penghargaan, hasil yang diperoleh,
kesulitan yang dijumpai dan usaha mengatasi kesulitan itu, kesimpulan
keseluruhan dan saran-saran yang diajukan, serta lampiran-lampiran
yang diperlukan.

Evaluasi Kegiatan Ekstrakurikuler


Evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk
mengumpulkan data atau informasi mengenai tingkat keberhasilan yang
dicapai siswa. Penilaian dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk
menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan
untuk jangka waktu tertentu berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan
ekstrakurikuler.

4. Perbedaan Kegiatan Ekstrakurikuler dan Kegiatan Kurikuler


(Intrakurikuler)
Kegiatan ektrakuriluler berbeda dengan kegiatan kurikuler (intrakurikuler).
Perbedaan keduanya ini dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
a. sifat kegiatan,
Kegiatan kurikuler merupakan kegiatan yang wajib diikuti oleh setiap
siswa. Kegiatan kurikuler bersifat mengikat. Program kurikuler berisi

22
berbagai kemampuan dasar dan kemampuan minimal yang harus dimiliki
siswa di suatu tingkat sekolah (lembaga pendidikan). Oleh karena itu
maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh pencapaian siswa pada
tujuan kegiatan kurikuler.
Sebaliknya, kegiatan ektrakurikuler lebih bersifat sebagai kegiatan
penunjang untuk mencapai program kegiatan kurikuler serta untuk
mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas. Sebagai kegiatan
penunjang, maka kegiatan ekstrakurikuler sifatnya lebih luwes dan tidak
terlalu mengikat. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler yang
diprogramkan lebih bergantung pada bakat, minat, dan kebutuhan siswa
itu sendiri.

b. waktu pelaksanaan,
Kalau ditinjau dari waktu pelaksanaan, waktu untuk kegiatan kurikuler
pasti dan tetap, dilaksanakan sekolah secara terus-menerus setiap hari
sesuai dengan kalender akademik. Sedangkan waktu pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler sangat bergantung pada sekolah yang
bersangkutan, lebih bersifat fleksibel dan dinamis.

c. sasaran dan tujuan program,


d. teknis pelaksanaan,
e. evaluasi dan criteria keberhasilan.

23
D. Latihan

1. Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Departemen Pendidikan Nasional


memberikan pelayanan prima, salah satu yang perlu dilakukan adalah
pengembangan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) yang dilakukan
melalui pendayagunaan ICT di bidang pendidikan yang mencakup peran
dibawah ini, kecuali .....:
a. ICT Sebagai Substansi Pendidikan,
b. Alat Bantu Pembelajaran, Fasilitas Pendidikan,
c. Standar Kompetensi, Penunjang Administrasi Pendidikan,
d. Alat Bantu Manajemen Satuan Pendidikan, Dan Infrastruktur Pendidikan.
e. Pengembangan bakat dan daya kreatifitas siswa

2. Pemanfaatan fasilitas internet dalam pembelajaran yang digunakan untuk


berkorespondensi antara seseorang dengan lainnya di mana pun dan kapan
pun meraka berada. Dengan fasilitas ini mereka dapat saling mengirim dan
menerima surat, gambar, suara, dan video. Fasilitas ini dapat pula mengirim
lampiran berupa file yang berisi teks atau gambar. Selain itu, dengan fasilitas
ini, pengguna dapat pula mengarsipkan surat-surat yang diangap penting
dengan menyimpannya pada folder yang disediakan untuk itu disebut
dengan....
a. Teleconverence
b. Email
c. Website
d. Chatting
e. Browsing

3. Kegiatan guru dalam: melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam; belajar dari aneka sumber; menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antar-peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;

24
dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan disebut kegiatan...............
a. Elaborasi
b. Eksplorasi
c. Konfirmasi
d. Browsing
e. Contextual teaching learning

4. Salah satu contoh kegiatan guru dalam kegiatan elaborasi dalam komunikasi
pembelajaran dengan para siswa, yaitu ........
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b. Menfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik
melalui ber- bagai sumber,
d. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
e. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar

5. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik


dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun
secara siklikal, yaitu dengan alur sebagai berikut ....
a. 1. memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta
didik untuk merespon; 2. penyiapan kondisi psilogis peserta didik
3.respons peserta didik untuk merespons; 4. reaksi guru terhadap
respons peserta didik.
b. 1. reaksi guru terhadap respons peserta didik; 2. penyiapan kondisi
psilogis peserta didik, 3. memberikan pertanyaan atau tugas sebagai

25
undangan kepada peserta didik untuk merespon; 4. respons peserta didik
untuk merespons;
c. 1. memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta
didik untuk merespon; 2. respons peserta didik untuk merespons; 3.
reaksi guru terhadap respons peserta didik; 4. penyiapan kondisi psilogis
peserta didik
d. 1. memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta
didik untuk merespon; 2. respons peserta didik untuk merespons; 3.
reaksi guru terhadap respons peserta didik; 4. penyiapan kondisi psilogis
peserta didik.
e. 1. penyiapan kondisi psilogis peserta didik, 2. memberikan pertanyaan
atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespon; 3.
respons peserta didik untuk merespons; 4. reaksi guru terhadap respons
peserta didik

6. Dalam kaitannya dengan upaya untuk memotivasi belajar siswa dan agar
proses pembelajaran berlangsung efektif, maka guru perlu mengacu pada....
a. Metode pembelajaran
b. Pendekatan pembelajaran
c. Strategi pembelajaran
d. Gaya pembelajaran
e. Kemampuan belajar

7. Standar ketuntasan minimal belajar (SKMB) ditentukan oleh faktor-gaktor di


bawah ini ….
a. Intake Siswa
b. Tingkat kesulitan
c. Sarana pendukung
d. Bakat dan Minat siswa
e. Intake siswa, Tingkat Kesulitan Dan Sarana Pendukung

8. Jenis-jenis pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:


a. fakta, konsep, prinsip, prosedur, sikap
b. fakta, konsep, prinsip, definisi, aksioma

26
c. fakta, konsep, prinsip, definisi, prosedur
d. fakta, konsep, definisi, aksioma, prosedur
e. konsep, definisi, aksioma, prosedur, fungsi

9. Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat mengacu pada


rumusan….
a. kompetensi dasar
b. standar kompetensi
c. indikator
d. metode pembelajaran
e. sumber belajar

10. Dibawah ini merupakan pengidentifikasian materi pembelajaran yang


menunjang pencapaian kompetensi dasar :

1. potensi peserta didik, karakteristik mata pelajaran, relevansi dengan


karakteristik daerah
2. tingkat perkembangan fisik intelektual, emosional, social dan spiritual
peserta didik
3. kebermanfaatan bagi peserta didik, struktur keilmuan, aktualitas,
kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran
4. kemampuan guru dan ketersediaan referensi
5. relevansi dengan kebutuhan peserta didik, tuntutan lingkungan dan
alokasi waktu
6. dana yang tersedia

Dalam mengidentifikasi materi pembelajaran yang diampu,guru harus


memperhatikan antara lain nomor….
a. 1, 2, 3, 4
b. 2, 3, 5, 6
c. 1, 2, 3, 5
d. 1, 2, 4, 5
e. 3, 4, 5, 6

27
11. Upaya guru dalam memanfaatkan hasil analisis untuk menentukan
ketuntasan belajar antara lain sebagai berikut……..
a. menentukan kriteria keberhasilan belajar
b. mengklasifikasi siswa berdasarkan hasil capaian belajarnya
c. mencari letak kelemahan secara umum dilihat dari kriteria keberhasilan
yang diharapkan
d. merencanakan pengajaran remidi
e. mengadakan tes remidi

12. Upaya merancang pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan
belajar optimal tampak dalam kegiatan guru sebagai berikut:
a. memberikan tambahan materi berupa sumber ajar dari pengarang yang
berbeda
b. memberikan tes tambahan dengan tingkat kesukaran yang lebih tingi
c. memberikan tambahan sumber bacaan yang lebih mendalam dan tingkat
variasi yang tinggi berikut instrumen tesnya yang sesuai
d. diberikan materi bahan ajar yang lebih tinggi tingkatannya dan pengerjaan
soal-soalnya yang memiliki kesulitan tinggi
e. memberikan tambahan materi berupa sumber ajar dari penerbit yang
berbeda

13. Dalam melakukan evaluasi proses dan hasil belajar, seorang guru perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Semua indikator ditagih dengan berbagai teknik penilaian, analisa hasil
penilaian, melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
b. Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, analisa hasil penilaian,
sebagian indikator ditagih dengan berbagai teknik penilaian
c. Analisa hasil penilaian, belum melaksanakan program perbaikan dan
pengayaan, semua indikator ditagih dengan berbagai teknik penilaian
d. Melaksanakan hasil penilaian dan melaksankan program perbaikan dan
pengayaan
e. Semua indikator ditagih dengan berbagai teknik penilaian dan
melaksanakan analisa hasil penilaian

28
14. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran, guru bersama peserta didik
melakukan kegian refleksi. Hal ini dilaksanakan untuk….
a. mengukur ketuntasan peserta didik
b. mengukur efektivitas proses pembelajaran
c. mengukur hal-hal yang belum dipahami peserta didik
d. menentukan langkah-langkah pertemuan berikutnya
e. mengetahui materi yang belum terbahas dalam proses pembelajaran

15. Penilaian diatur dalam permendiknas RI Nomor …………..


a. Permendiknas RI Nomor 16 tahun 2007
b. Permendiknas RI Nomor 20 tahun 2007
c. Permendiknas RI Nomor 41 tagun 2007
d. Permendiknas RI Nomor 13 tahun 2007
e. Permendiknas RI Nomor 19 tahun 2007

16. Untuk menghindari penilaian yang subjektif dan untuk memudahkan guru
dalam menilai prestasi yang dicapai peserta didik, maka dalam penilaian
ranah psikomotor guru menggunakan….
a. soal pilihan ganda
b. soal jawaban singkat
c. soal uraian objektif
d. kriteria
e. tes performance

17. Penilaian portofolio dapat dilaksanakan dengan cara….


a. memberikan penilaian menyeluruh terhadap tugas-tugas peserta didik
b. mengumpulkan lembaran-lembaran jawaban hasil tes harian dan ulangan
akhir semester tiap peserta didik
c. mengumpulkan hasil kerja masing-masing peserta didik yang telah
diberikan masukan baik oleh guru dan rekan peserta didik dalam suatu
album sebagai bukti hasil belajar
d. mengumpulkan lembaran-lembaran jawaban hasil ulangan tiap peserta
didik untuk melihat kesulitan peserta didik dalammemahami

29
pokokbahasan tertentu dankemudian diberikan pembelajaran dan tes
remidi
e. mengumpulkan lembaran-lembaran hasil pekerjaan tugas, gambar-
gambar dan hasil ulangan tiap peserta didik

18. Dalam mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar, harus memperhatikan….
a. substansi, konstruksi, bahasa
b. substansi, konstruksi, validitas, skor
c. substansi, bahasa konstruksi, skor
d. substansi, validitas, bahasa, reliabilitas
e. substansi, konstruksi, validitas, reliabilitas

19. Di bawah ini yang merupakan ciri dari penilaian kelas adalah….
a. Penentuan tujuan tes, penyusunan kisi-kisi tes, penulisan soal,
penelaahan soal, perakitan soal, analisis soal
b. Penyusunan kisi-kisi tes, penulisan kartu soal, penelaahan soal, perakitan
soal, penyajian tes, skoring, pelaporan hasil tes
c. Belajar tuntas, penilaian otentik, berkesinambungan berdasarkan acuan
norma, menggunakan berbagai teknik dan instrument penilaian
d. Belajar tuntas, penilaian otentik, berkesinambungan berdasarkan acuan
kriteria, menggunakan berbagai teknik dan instrument penilaian
e. Tes tertulis, tes lisan, tes praktik atau teskinerja, tugas proyek, portofolio

20. Pernyatan-pernyatan di bawah ini yang betul adalah….


a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian
kompetensi peserta didik, bahan laporan hasil belajar, dan memperbaiki
proses pembelajaran
b. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan dalam bentuk
penugasan, ulangan harian, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan
kelas, ujian sekolah

30
c. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran dan
tanpa memperhatikan hasil penilaian oleh pendidik
d. Kriteria kelulusan Ujian Nasional (UN) dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan surat keputusan kepala satuan pendidikan

e. Ujian sekolah mencakup semua mata pelajaran kelompok IPTEK, agama


dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian

31
E. Rangkuman

a. Kegiatan ekstrakurikuler yang sering juga disebut ekskul merupakan


kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan
diluar kegiatan kurikuler. Pengembangan diri bukan merupakan mata
pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan
dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
b.Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia
c.Evaluasi program kegiatan ekstrakurikuler dimaksudkan untuk
mengumpulkan data atau informasi mengenai tingkat keberhasilan yang
dicapai siswa. Penilaian dapat dilakukan sewaktu-waktu untuk
menetapkan tingkat keberhasilan siswa pada tahap-tahap tertentu dan
untuk jangka waktu tertentu berkenaan dengan proses dan hasil kegiatan
ekstrakurikuler.

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Umpan balik yang diharapkan dari penulisan modul ini diharapkan siswa
mampu memahami penjelasan dari pembahasan yang telah dibuat serta
mengetahui implementasi dari pembelajaran. Modul yang dirancang
diharapkan dipahami oleh peserta diklat dan bisa menyelesaikan soal latihan
yang telah disediakan untuk lebih memberikan pemahaman kepada peserta
diklat.

32
G. Kunci Jawaban
1.e
2. b
3. b
4. b
5. e
6. c
7. e
8. b
9. a
10. b
11. c
12. d
13. e
14 .c
15. a
16. b
17. c
18. a
19. d
20. a

33
KEGIATAN BALAJAR 2 :

MENGANALISIS JENIS GANGUAN SISTEM TENAGA


LISTRIK

1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
a) Menjelaskan pengertian dan fungsi sistem tenaga listrik
b) Mengidentifikasi beberapa jenis gangguan system tenaga induk
c) Menjelaskan alat dan perlengkapan uji hasil gangguan system tenaga
listrik
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Mampu menganalisis gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik

3. Uraian Materi
A. SISTEM TENAGA LISTRIK
Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi.
Oleh sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang
paling dekat dengan masyarakat. Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi
dua, yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.
Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV, 6 KV.
Pada saat ini, tegangan distribusi primer yang cenderung dikembangkan
oleh PLN adalah 20 kV. Tegangan pada jaringan distribusi primer,
diturunkan oleh gardu distribusi menjadi tegangan rendah yang besarnya
adalah 380/220 V, dan disalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah
kepada konsumen.

34
Gambar 1 sistem jaringa listrik
Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan –
gangguan yang dapat mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga
listrik ke konsumen. Gangguan adalah penghalang dari suatu sistem yang
sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem penyaluran tenaga listrik
yang menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam peralatan
listrik didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan
listrik yang menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang
seharusnya.
Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 gangguan didefenisikan
sebagai suatu kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat,
komponen atau suatu elemen untuk bekerja sesuai dengan fungsinya.
Gangguan hampir selalu ditimbulkan oleh hubung singkat antar fase atau
hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan hampir selalu berupa
hubung langsung atau melalui impedansi. Istilah gangguan identik dengan
hubung singkat, sesuai standart ANSI/IEEE Std. 100-1992.
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk
busur api) pada impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau
disengaja antara dua titik yang mempunyai potensial yang berbeda. Istilah

35
gangguan atau gangguan hubung singkat digunakan untuk menjelaskan
suatu hubungan singkat.
Tujuan menganalisis gangguan pada jaringan distribusi adalah :
1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung
singkat tiga fasa.
2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan
satu dan dua line ke tanah, gangguan line ke line, dan
rangkaian terbuka.
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker.
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat
tegangan busbar selama gangguan. (Weedy, 1988 : 299)
Berdasarkan studi yang telah dilakukan EPRI (Burke and Lawrence,
1984; EPRI 1209-1, 1983) bahwa penyebab terjadinya gangguan permanen
pada jaringan distribusi seperti gambar berikut.

Gambar 2

Gambar 2 merupakan Persentase gangguan berdasarkan sebab


hampir 40% dari gangguan yang diteliti, terjadi pada priode cuaca yang tidak
menguntungkan seperti : cuaca hujan, dingin dan salju. Gangguan distribusi
terjadi pada satu fase, dua faseatau ketiga fasenya.
Hal ini sebabkan bahwa hampir sebagian besar dari panjang saluran
distribusi adalah saluran satu fase, setiap gangguan satu fasa hanya

36
mencakup bagian satu fase. Begitu juga bagian tiga fase, beberapa jenis
gangguan cenderung terjadi dari fase ke tanah. Gangguan yang disebabkan
oleh peralatan dan hewan cenderung terjadi dari fase ke tanah. Pohon juga
dapat menyebabkan gangguan satu fase ke tanah pada sistem tiga fase,
tetapi gangguan fase-fase lebih sering terjadi. Gangguan petir cenderung
menyebabkan gangguan dua atau tiga fase ke tanah pada sistem tiga fase.
Gangguan-gangguan tersebut menyebabkan terjadinya :
1. Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen
apabila gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu
rangkaian (sircuit) atau menyebabkan keluarnya satu unit pembangkit
.
2. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya
kualitas tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan
konsumen.
3. Pengurangan stabilitas sistim dan menyebabkan jatuhnya generator.
4. Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan itu.
Gangguan terdiri dari gangguan temporer atau permanent, rata-rata
jumlah gangguan temporer lebih tinggi dibandingkan gangguan permanent.
Kebanyakan gangguan temporer di amankan dengan circuit breaker(CB)
atau pengaman lainnya.
Gangguan permanent adalah gangguan yang menyebabkan
kerusakan permanent pada sistem. Seperti kegagalan isolator, kerusakan
penghantar, kerusakan pada peralatan seperti transformator atau kapasitor.
Pada saluran bawah tanah hampir semua gangguan adalah gangguan
permanen. Kebanyakan gangguan peralatan akan menyebabkan hubung
singkat. Gangguan permanen hampir semuanya menyebabkan
pemutusan/gangguan pada konsumen. Untuk melindungi jaringan dari
gangguan digunakan fuse,recloser atau CB.

B. Jenis Gangguan
Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi
saluran 20 kV dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari
dalam sistem dan gangguan dari luar sistem. Gangguan yang berasal dari
luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada penghantar,

37
sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain. Sedangkan
gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari
fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari
peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.
Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi
(Hutauruk,1987 : 4) adalah :
1. Dari jenis gangguannya :
a. Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui hubungan tanah
b. Gangguan fasa ke fasa
c. Gangguan dua fasa ke tanah
d. Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah
e. Dari lamanya gangguan
f. Gangguan permanen
g. Gangguan temporer

1. Gangguan yang bersifat temporer


Gangguan yang bersifat temporer ini apabila terjadi gangguan,
maka gangguan tersebut tidak akan lama dan dapat normal kembali.
Gangguan ini dapat hilang dengan sendirinya atau dengan memutus
sesaat bagian yang terganggu dari sumber tegangannya. Kemudian
disusul dengan penutupan kembali peralatan hubungnya. Apabila
ganggguan temporer sering terjadi dapat menimbulkan kerusakan pada
peralatan dan akhirnya menimbulkan gangguan yang bersifat permanen.
Salah satu contoh gangguan yang bersifat temporer adalah gangguan
akibat sentuhan pohon yang tumbuh disekitar jaringan, akibat binatang
seperti burung kelelawar, ular dan layangan. Gangguan ini dapat hilang
dengan sendirinya yang disusul dengan penutupan kembali peralatan
hubungnya. Apabila ganggguan temporer sering terjadi maka hal tersebut
akan menimbulkan kerusakan pada peralatan dan akhirnya menimbulkan
gangguan yang bersifat permanen.

2. Gangguan yang bersifat permanen


Gangguan permanen tidak akan dapat hilang sebelum penyebab

38
gangguan dihilangkan terlebih dahulu. Gangguan yang bersifat permanen
dapat disebabkan oleh kerusakan peralatan, sehinggga gangguan ini baru
hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena ada sesuatu
yang mengganggu secara permanen. Untuk membebaskannya
diperlukan tindakan perbaikan atau menyingkirkan penyebab gangguan
tersebut. Terjadinya gangguan ditandai dengan jatuhnya pemutus tenaga,
untuk mengatasinya operator memasukkan tenaga secara manual. Contoh
gangguan ini yaitu adanya kawat yang putus, terjadinya gangguan hubung
singkat, dahan yang menimpa kawat phasa dari saluran udara, adanya
kawat yang putus, dan terjadinya gangguan hubung singkat.

C. Penyebab Gangguan
Gangguan biasanya diakibatkan oleh kegagalan isolasi di antara
penghantar phasa atau antara penghantar phasa dangan tanah. Secara
nyata kegagalan isolasi dapat menghasilkan beberapa efek pada sistem
yaitu menghasilkan arus yang cukup besar, atau mengakibatkan adanya
impedansi diantara konduktor phasa atau antara penghantar phasa dan
tanah.
Penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi disebabkan
karena (Hutauruk, 1987 : 3):
a. kesalahan mekanis
b. kesalahan thermis
c. karena tegangan lebih
d. karena material yang cacat atau rusak
e. gangguan hubung singkat
f. konduktor putus
Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi
adalah karena (Hutauruk, 1987 : 4):
a. Surja petir atau surja hubung
b. Burung atau daun-daun
c. Populasi debu
d. Pohon-pohon yang tumbuh di dekat jaringan
e. Keretakan pada isolator

39
f. Andongan yang terlalu kendor

Secara umum gangguan dibedakan pada dua kondisi tegangan saat


terjadinya gangguan, yaitu gangguan terjadi pada tegangan normal dan
gangguan terjadi pada tegangan lebih.
1. Gangguan Terjadi Pada Kondisi Tegangan Normal.
Gangguan pada kondisi tegangan normal terjadi dikarenakan
pemerosotan dari isolasi dan kejadian-kejadian tak terduga dari benda
asing. Pemerosotan isolasi dapat terjadi karena polusi dan penuaan.
Saat ini batas ketahanan isolasi tertinggi (high insulation level) sekitar
3-5 kali nilai tegangan nominalnya. Tapi dengan adanya pengotoran
(pollution) pada isolator yang biasanya disebabkan oleh penumpukan
jelaga (soot) atau debu (dust) pada daerah industri dan penumpukan
garam (salt) karena angin yang mengandung uap garam
menyebabkan kekuatan isolasi akan menurun. Hal inilah yang
menyebabkan penurunan resistansi dari isolator dan menyebabkan
kebocoran arus.Kebocoran arus yang kecil ini mempercepat
kerusakan isolator. Selain itu pemuaian dan penyusutan yang
berulang-ulang dapat juga menyebabkan kemerosotan resistansi dari
isolator.

2. Gangguan Terjadi Pada Kondisi Tegangan Lebih


Gangguan pada kondisi tegangan lebih salah satunya disebabkan
sambaran petir yang tidak cukup teramankan oleh alat-alat pengaman
petir. Petir menghasilkan surja tegangan yang sangat tinggi pada
sistem tenaga listrik, besarnya tegangan dapat mencapai jutaan volt
dan ini tidak dapat ditahan oleh isolasi. Surja ini berjalan secepat kilat
pada jaringan listrik, faktor yang membatasinya adalah impedansi dan
resistansi dari saluran. Untuk mengatasi surja petir ini sehingga tidak
mengakibatkan kerusakan pada isolasi dan peralatan sistem tenaga
lainnya, diperlukan suatu peralatan proteksi khusus untuk dapat
mengatasi surja petir ini.

40
3. Akibat dari Gangguan
Akibat yang paling serius dari gangguan adalah kebakaran yang
tidak hanya akan merusak peralatan dimana gangguan terjadi tetapi
bisa berkembang ke sistem dan akan mengakibatkan kegagalan total
dari sistem. Berikut ini akibat- akibat yang disebabkan oleh gangguan:
a. Penurunan tegangan yang cukup besar pada sistem daya
sehingga dapat merugikan pelanggan atau mengganggu kerja
peralatan listrik.
b. Bahaya kerusakan pada peralatan yang diakibatkan oleh
arcing (busur api listrik).
c. Bahaya kerusakan pada peralatan akibat overheating
(pemanasan berlebih) dan akibat tekanan mekanis (alat pecah
dan sebagainya).
d. Tergangguanya stabilitas sistem dan ini dapat menimbulkan
pemadaman menyeluruh pada sistem tenaga listrik.
e. Menyebabkan penurunan tegangan sehingga koil tegangan
relai gagal bertahan.

4. Statistik Gangguan
Pada sistem tenaga listrik terjadinya gangguan hampir
sebagian besar dialami pada saluran udara. Dalam sistem tiga phasa
kegagalan isolasi antara satu phasa dengan tanah disebut gangguan
saluran ke tanah atau gangguan satu phasa ke tanah, sedangkan
kegagalan isolasi di antara dua phasa disebut gangguan saluran ke
saluran, kegagalan isolasi dua phasa ke tanah disebut gangguan dua
saluran ke tanah, menurunnya isolasi di antara tiga phasa disebut
gangguan tiga phasa. Frekuensi timbulnya gangguan dari sistem
tenaga listrik berbeda- beda. Informasi ini akan membantu dalam
menentukan disain danaplikasi suatu proteksi. Bermacam - macam
frekuensi gangguan dapatdilihat pada tabel 1 berikut ini.

41
Tabel 2.1. Jumlah fase yang mengalami gangguan

Fault Percentage
One Phase To Neutral 63%
Phase To Phase 11%
Two Phase To Neutral 2%
Three Phase 2%
One Phase On The Ground 15%
Two Phase On The Ground 2%
Thee Phase On The Ground 1%
Other 4%

Gangguan yang terjadi pada sistem distribusi biasanya


merupakan gangguan – gangguan yang terkait dengan saluran
penghantar dan peralatan – peralatan gardu distribusi seperti trafo
distribusi, kawatpentanahan dan sebagainya. Seperti pada sistem
tenaga umumnya, maka gangguan yang terjadi pada sistem distribusi
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Gangguan hubung singkat
a. Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase
atau 2 fase) atau 1 fase ketanah dan sifatnya bisa temporer
atau permanen.
b. Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan
trafo, generator, (tembusnya isolasi).
c. Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir,
flashover dengan pohon, tertiup angin.

2. Gangguan beban lebih


Gangguan beban lebih terjadi karena pembebanan sistem
distribusi yang melebihi kapasitas sistem terpasang.
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila
dibiarkan terus-menerus berlangsung dapat merusak
peralatan. Beban lebih adalah sejumlah arus yang mengalir

42
yang lebih besar dari arus nominal. Hal ini terjadi karena
penggunaan daya listrik oleh konsumen melampuai kapasitas
nominal mesin. Hal ini tidaklah segera merusak perlengkapan
listrik tetapi mengurangi umur peralatan listrik. Untuk waktu
yang singkat arus lebih tidaklah memebawa akibatyang jelek
terhadap perlengkapan listrik, umpamanya pada waktu
menjalankan motor-motor,arus mulanya cukup besar dalam
waktu yang singkat tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap
peralatan listrik.
3. Gangguan tegangan lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering
terjadi pada saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya
maka gangguan tegangan lebih ini dapat dikelompokkan atas
2 hal:
a. Tegangan lebih power frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh
kesalahan pada AVR atau pengatur tap pada trafo
distribusi.
b. Tegangan lebih surja
c. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau
surja petir.
Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering
terjadi dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah
gangguan hubung singkat. Sehingga istilah gangguan pada sistem
distribusi lazim mengacu kepada gangguan hubung singkat dan
peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan
hubung singkat ini.

D. Analisis Gangguan
1. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena
adanya kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan.
Gangguan hubung singkat dapat juga terjadi akibat adanya isolasi

43
yang tembus atau rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih,
baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar (akibat
sambaran petir).Bila gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung
dengan agak lama pada suatu sistem daya, akan banyak pengaruh-
pengaruh yang tidak diinginkan yang akan terjadi. Berikut ini akibat
yang ditimbulkan gangguan hubung singkat antara lain:
a. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
b. Rusaknya perlengkapan-perlengkapan yang berada dekat dengan
gangguan yang disebabkan oleh arus-arus tak seimbang, atau
tegangan rendah yang ditimbulkan oleh hubung singkat.
Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena
adanya kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi akibat adanya isolasi yang
tembus atau rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih, baik
yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar (akibat
sambaran petir). Gangguan hubung singkat adalah suatu kondisi
pada sistem tenaga dimana penghantar yang berarus terhubung
dengan penghantar lain atau dengan tanah. Gangguan yang
mengakibatkan hubung singkat dapat menimbulkan arus yang jauh
lebih besar dari pada arus normal. Bila gangguan hubung singkat
dibiarkan berlangsung dengan lama pada suatu sistem daya, banyak
pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan yang dapat terjadi.
(Stevenson, 1982: 317) :
a. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
b. Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan
yang disebabkan oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah
yang ditimbulkan oleh hcubung singkat.
c. Ledakan-ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang
mengandung minyak isolasi sewaktu terjadinya suatu hubung
singkat, dan yang mungkin menimbulkan kebakaran sehingga
dapat membahayakan orang yang menanganinyadan merusak
peralatan –peralatan yang lain.
d. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya
itu oleh suatu rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh

44
sitem –sistem pengamanan yang berbeda – beda; kejadian ini di
kenalsebagai “cascading”.

Perhitungan hubung singkat adalah suatu analisa kelakuan suatu


sistem tenaga listrik pada keadaan gangguan hubung singkat, dimana
dengan cara ini diperoleh nilai besaran-besaran listrik yang
dihasilkansebagai akibat gangguan hubung singkat tersebut. Analisa
gangguan hubung singkat diperlukan untuk mempelajari sistem
tenaga listrik baik waktu perencanaan maupun setelah beroperasi
kelak. Analisa hubung singkat digunakan untuk menentukan setting
relai proteksi yang digunakan untuk melindungi sistem tersebut dari
kemungkinan adanya gangguan tersebut. Tujuan dari perhitungan
gangguan hubung singkat adalah untuk menghitung arus maksimum
dan minimum gangguan, dan tegangan pada lokasi yang berbeda dari
sistem tenaga untuk jenis gangguan yang berbeda sehingga
rancangan pengaman, relai dan pemutus yang tepatbisa dipilih untuk
melindungi sistem dari kondisi yang tidak normal dalam waktu yang
singkat. Salah satu relai proteksi yang digunakan adalah relai
gangguan tanah Ground Fault Relai (GFR). Relai ini digunakan
sebagai pengaman dimana fungsinya nanti adalah untuk membantu
relai diferensial dalam mengamankan busbar dari gangguan hubung
tanah di dalam daerah pengaman busbar. Karena diketahui relai
differensial tidak terlalu sensitif dalam mendeteksi terjadinya
gangguan hubung singkat ke tanah tetapi relai diferensial ini cukup
efektif untuk mengatasi gangguan hubung singkat antara fasa dengan
fasa karena biasanya arus gangguan untuk hubung singkat antara
fasa dengan fasa adalah tidak terhingga. Perhitungan hubung singkat
adalah suatu analisa kelakuan suatu sistem tenaga listrik pada
keadaan gangguan hubung singkat, dimana dengan cara ini diperoleh
nilai besaran-besaran listrik yang dihasilkan sebagai akibat gangguan
hubung singkat tersebut. Gangguan hubung singkat dapat
didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi akibat adanya penurunan
kekuatan dasar isolasi antara sesama kawat fasa dengan tanah yang
menyebabkan kenaikan arussecara berlebihan. Analisa gangguan

45
hubung singkat diperlukan untuk mempelajari sistem tenaga listrik
baik waktu perencanaan maupun setelah beroperasi kelak. Kegunaan
dari analisis gangguan hubung singkat antara lain adalah (B. M.
Weedy, 1988: 299):
a. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung
singkattiga-fasa.
b. Untuk menentukan arus gangguan.
c. Penyelidikan operasi relai-relai proteksi.
d. Untuk menentukan kapasitas pemutus daya.
e. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan
busbar selama gangguan.

2. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah Untuk Netral


Tidak Diketanahkan
Pada jaringan distribusi tenaga dengan tegangan yang tidak
terlalu tinggi antara 3 kV sampai 35 kV titik netralnya tidak
diketanahkan seperti gambar. Karena adanya kapasitansi antara
kawat dan tanah maka kalau ada hubungan singkat arus IA = 0
karena adanya arus kapasitive antara kawat dan tanah.

Gambar 2.3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ketanah Untuk


Netral Tidak Diketanahkan

46
Pada titik K gambar 168 dianggap timbul tegangan Vo = EA
VA = EA – EA = 0
(1)
VB = EB− EA = 3 Vph.
(2)
VC = EC – EA = j√3 Vph.
(3)

Karena adanya kapasitansi antara kawat penghantar dengan tanah,


maka walaupun titik netral tidak ditanahkan arus akan mengalir relatif
kecil pada waktu terjadi hubung singkat kawat ke tanah.
IB = = j CUB

(4)
IC= = j CUC

(4)
I = - (IB + IC) = j√3 Vph.
(5)
C = Total Capasitansi dari kawat yang tidak mendapat gangguan

3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah


Untuk gangguan ini dianggap phasa a mengalami
gangguan.Gangguan ini dapat digambarkan pada gambar di bawah:

47
Gambar 2.4. Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah

Kondisi terminalnya sebagai berikut:


Ib = 0 ; Ic = 0 ; Va = Ia.Zf
Untuk persamaan arus yang digunakan diperoleh dari komponen
simetris arus:

I = I = I (7)

I 1 1 1 I
I = 1 a a I (8)
I 1 a a I

Arus ganguan untuk fhasa a didapatkan


Iaf=Ia0 + Ia1 + Ia2
Iaf=3Ia0 = 3Ia1 = 3Ia2 (9)

Dengan kata lain semua arus urutan sama dari persamaan dan dari
gambar diatas
Vaf= 3Zfx Ia1
Vaf= Va1 + Va2 + Va0 = 3Zfx Ia1 (10)

Persamaan di atas menunjukkan bahwa masing-masing arus urutan


sama.

48
V 0 Z 0 0 I
V = V − 0 Z 0 I (11)
V 0 0 a Z I
V = −I .Z
V = V − I Z
V = −I Z
V = V + V + V
(12)

Jika pada phasa b atau c terjadi gangguan satu phasa ketanah,maka


tegangan dari phasa a dapat dilihat dari komponen
V 1 1 1 V
V = 1 a a V
V 1 a a V
(13)
Seterusnya :
V = V + a V + aV
(14)
V = V + aV + a V
(15)

I = 3xI =

(16)

Menurut Turan Gonen (1986 : 549 ) rumus untuk gangguan satu


phasa ke tanah, yaitu:

I =

(17)

Dimana Z =

(18)

I =

(19)

Pada arus dapat digambarkan dengan rangkaian equivalen sebagai berikut :

49
Gambar 2.5. Rangkaian ekivalen gangguan hubung singkatsatu phasa ke tanah

Dari persamaan-persamaan di atas kita dapat melukiskan vector diagram


untuk arus dan tegangan sebagai berikut:

Gambar 2.6. Vektor diagram arus dan tegangan gangguan hubung singkat satu
phasa ke tanah

50
Sehingga diperoleh :
I = .
=

(20)
I = I =

(21)
Sebagian besar saluran distribusi adalah jenis radial, dengan hanya satu
sumber dan satu jalur untuk arus gangguan. Gambar berikutmenunjukkan
persamaan untuk menghitung arus gangguan pada saluran distribusi.

Line to groun to faulet

Gambar2. 7. Ganguan hubung singkat satu phasa ke tanah

4. Gangguan hubung singkat tiga fasa


Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa (Turan Gonen,
1986: 284):
Ia + Ib + Ic = 0
Va = Vb = Vc

51
Gambar 2. 8. Gangguan hubung singkat tiga fasa
Karena sistemnya seimbang maka urutan negatif dan urutan noltidak
ada, sehingga diperoleh:
V = V − I + Z (22)

I = I = I= (23)

Gambar 2.9. Ganguan hubung singkat tiga fasa dengan vektor


diagramnya

5. Gangguan hubung singkat dua fasa


Gangguan terjadi pada phasa b dan phasa c Kondisi pada saat
gangguan

52
Gambar 2.10. Gangguan hubung singkat dua fasa

Ia = 0 ; Ib = - Ic ; Vb - Vc = Zf Ib
Dari komponen-komponen simetris (Turan Gonen, 1986:275)
C= 0 (24)

I = −I = (25)

Jika, Z = 0

I = −I = (26)

Subtitusikan persamaan (14) dan (15) ke persamaan (2) maka


didapat
Ibf = - Icf =3Ia1∠ − 90° (27)
Menurut Gonen ( 1986 : 548 ) rumus untuk gangguan dua phasa
adalah:

I. = (28)

Dari komponren-komponen simetris (Turan Gonen, 1986: 275):


Ia0 = 1/3 (Ia+ Ib + Ic)
= 1/3 (0 + -Ic + Ic) = 0 (29)
2
Ia1 = 1/3 (Ia + a Ib + a Ic)
2 2
= 1/3 (0 + a Ib – a Ib) = 1/3 (a – a ) Ib (30)
2
Ia2 = 1/3 (Ia + a Ib + a Ic)
2 2
= 1/3 (0 + a Ib – a Ib) = 1/3 (a – a) Ib (31)
Sehingga:
I = −I

53
V −V = Z I
V −V = ( − )(V − V ) (32)
− [V − (V − V )I ] = Z I
Subsitusikan I ke persamaan (8), maka :

V − V −V I = Z (33)
( )( )

− − = 3
Sehingga diperoleh:

I = (34)

Jadi arus gangguan antar fasa adalah :


I = − j √3 I (35)

I = (36)

I = (37)

I = ( ) (38)
( )

I = I + I = 3I (39)

Line to line to ground fault

Gambar 2.11. Gangguan hubung singkat dua fasa


6. Hubung Singkat Fasa ke Fasa
Hubungan singkat antara 2 kawat penghantar dengan. titik
netralsistim tidak ditanahkan seperti Gambar 5

54
Gambar 2.12. Persentase gangguan berdasarkan sebab
Kita misalkan pada phasa B dan C terjadi hubungan singkat titik K.
Dari kejadian ini kita membuat 3 persamaan.
IA = 0 (Arus beban diabaikan) (40)
IB = Ic
(41)
UBK = UcK
(42)
Dengan mempergunakan analisa komponen simetris untuk arus
kitamemperoleh hubungan berikut :
I0a = 1/3 (Ia+ Ib + Ic)
= 1/3 (0 + Ib - Ic) = 0 (43)
2
I2a= 1/3 (Ia + a Ib + a Ic)

=j

(44)
2
I2a= 1/3 (Ia +a Ib +a Ic)
2
= 1/3 (0 + a Ib – a Ib) = = j (45)

Ki ta nyatakan dengan equivalent sebagai beri kut :

55
Gambar 2.13. Rangkaian equvalent hubungansingkat phasa-phasa

Berdasarkan persamaan diatas hasil dari analisa kamponen


simetriskita dapat melukiskan diagram vektor untuk arus dan
tegangan.

Gambar 2.14. Diagram vektor arus dan tegangan untuk gangguan


hubung singkat fasa ke fasa
Tegangan sepanjang kawat penghantar dapat digambarkan
sebagaiberikut :

56
Gambar 2.15. Persentase gangguan berdasarkan sebab
Dari hubungan singkat phasa-phasa diatas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. sangat mengganggu simetris dari arus dan tegangan
2. hubungan phasa antara arus dan tegangan sangat berbeda.
Line to line fault


Ia = - Ib = -j

Gambar 16. Gangguan hubung singkat fasa ke fasa


7. Hubung Singkat Fasa-Fasa ke Tanah
Hubungan galvanis phasa-phasa pengahantar pada satu titik
ketanahdengan titik netralnya ketanah. Dapat dilukiskan dengan
rangkaian ekivalent gambar 17.

57
Gambar 2.17. Gangguan hubung singkat fasa-fasa ke tanah

Dari peristiwa hubugan singkat diatas kita menetapkan 3 persamaan


sebagai berikut :
IA =0
(47)
UBK =0
(48)
UCK =0
(49)
Dengan analisa komponen simetris untuk tegangan kitamendapatkan
U1A = 1/3 UA (50)
U2A = 1/3 UA (51)
UoA = 1/3 UA (53)
U1A=U2A=UoA=1/3 UA (54)
Dari analisa komponen simetris untuk arus kita mendapatkan :

I = (54)
( )

I = − I (55)

I = − I (56)

58
8. Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa
Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga phasa.
Ia + Ib + Ic = 0 Ia = 0 E = Eb = Ec

Gambar 2.18. Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa


, ⦟
I = 0; I = 0; I = (57)

Dsubtitusikan persamaan (20) ke persamaan (2)


, ⦟
I = I = (58)

, ⦟
I = a I = (59)

, ⦟
I = aI =

(60)
V = 0; V = 0; V = Z .I (61)
V = Z .I
(62)
V = Z . I ⦟240 (63)
V = Z . I ⦟120 (64)
Menurut Gonen ( 1986 : 547 ) rumus untuk gangguan tiga phasa
adalah:

I = I = I = I = (65)

59
Tabel 2.2. Frekuensi gangguan yang terjadi pada saluran udara
Tipe Ganguan Gambar % Kejadian
L-G 70%

L-L 0.15%

0.1%
L-L-G

L-L-L 0.5%

E. Komponen Simetris
Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama
sistem yang tidak seimbang, misalnya saat terjadi hubung singkat tiga
phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah. Dimana sebuah sistem tak
seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu rangkaian
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol.
Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem
tiga phasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang.
Himpunan seimbang komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):
a. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar
0
120 , dan mempunyai urutan phasa yang sama seperti fasor aslinya.
b. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar
0
120 ,dan mempunyai urutan phasa yang berlawanan dengan fasor

60
aslinya.
c. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnyadan dengan pergeseran phasa nol antara fasor yang satu
dengan yang lain.

Tujuan lain adalah untuk memperlihatkan bahwa setiap phasa


dari sistem tiga phasa tak seimbang dapat di pecah menjadi tiga
set komponen.

a. Urutan Positip b. Urutan Negatif c. Urutan Nol


Gambar 2.19. Vektor Diagram Untuk Komponen Simetris
Cara yang biasa dilakukan dalam menghitung besar arus
gangguanhubung singkat pada komponen simetris adalah memulai
perhitungan pada rel daya tegangan primer di gardu induk untuk berbagai
jenis gangguan, kemudian menghitung pada titik-titik lainnya yang
letaknya semakin jauh dari gardu induk tersebut.
Impedansi saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari
jeniskonduktornya yaitu dari bahan apa konduktor itu dibuat yang juga
tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor dan panjang
saluran yang digunakan jenis konduktor iniSuatu komponen urutan arus
menyebabkan tegangan jatuh sesuai dengan urutan arusnya dan tidak

61
mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutan yang seimbang
akan terdiri dari suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan
ini akan menimbulkan pula impedansi urutan positif, urutan negatif dan
urutan nol. Impedansi urutan dapat didefinisikan sebagai suatu impedansi
yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya dipasang pada
peralatan ataupada sistem tersebut.
Seperti juga tegangan dan arus didalam metode komponen
simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu :
a. Impedansi urutan positif (Z1)
Impedansi urutan positif adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri oleh arus urutan positif.
b. Impedansi urutan negatif (Z2)
Impedansi urutan negatif adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri oleh arus urutan negatif
c. Impedansi urutan nol (Z0)
Impedansi urutan nol adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri arus urutan nol.
Metoda komponen simetris yang digunakan dalam perhitungan
yang berhubungan dengan keadaan yang tidak seimbang pada perangkat
listrik tiga fasa, dan secara khusus untuk perhitungan hubung singkat
yang tidak seimbang pada perangkat listrik.
Cara yang biasa dilakukan dalam menghitung besar arus gangguan
hubung singkat pada komponen simetris adalah memulai perhitungan
pada rel daya tegangan primer di gardu induk untuk berbagai jenis
gangguan,kemudian menghitung pada titik-titik lainnya yang letaknya
semakin jauh dari gardu induk tersebut.
Untuk suatu transformator, impedansi urutan positifnya sama dengan
impedansi bocor transformator tersebut. Begitu juga dengan impedansi
urutan negatifnya. Sedangkan besar impedansi urutan nol transformator
tergantung dari hubungan transformator dengan impedansi
pentanahannya. Sedangkan pada busbar impedansi yang dihitung adalah
impedansi pada saluran yang digunakan.
Impedansi saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari jenis
konduktornya yaitu dari bahan apa konduktor itu dibuat yang juga

62
tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor dan panjang
saluran yang digunakan jenis konduktor ini.
Metode komponen simetris di dalam perhitungan tak seimbang
dari sistem 3 phasa dan khususnya pada keadaan hubungan
singkat. Arus 3 phasa tak seimbang IA, IB, dan IC seperti gambar
20 di bawah ini.

a.Urutan Positip

b. Urutan Negatif c. Urutan Nol


Gambar 2.20. Vektor Diagram Untuk Komponen Simetris
Dengan mempergunakan operator a persamaan-i dapat ditulis
sebagai berikut
IA = I1A + I2A + I0. (66)

63
2
IB = a I1A + a I2A + I0. (67)
2
IC = a I1A + a I2A + I0. (68)
Dari persamaan di atas kita dapatkan
2
I1A = 1/3 (IA + aIB + a IC) (69)
2
I2A = 1/3 (IA + a IB + aIC) (70)
I0 = 1/3 (IA + IB + IC) (71)
Komponen urutan positif, negatif, dan urutan nol dari arah dan
tegangan dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan impedansi yang
sesuai dengan urutan positif, negatif, dan nol. Pada perhitungan arus
hubungan singkat dengan metode komponen simetris biasanya aktif
resistance sangat kecil sehingga sering diabaikan, sehingga yang
dipandang adalah reactance yang dinyatakan berturut—turut X1, X1, dan
X0 (urutan positif, negatif, dan nol).
Urutan phasa positif reactance X1 adalah reactance dari keadaan
rangkaian seimbang 3 phasa. Urutan phasa negatif reactance X2 untuk
semua sistem elemen listrik tanpa perputaran medan magnet adalah
sama, dengan urutan positif.Jadi, untuk transformator, reactor, kawat
penghantar daya = X2 = X1.Untuk mesin sinkron X2 = X1 tergantung dari
perencanaan. Urutan phasa nol reactance pada umumnya berbeda
dasarnya dengan urutan positif dan negatif. Setiap arus sistim ini dapat
dipecahkan menjadi penjumlahan vektor yang membentuk sistim 3 phasa
yang simetris yaitu urutan phasa positif, phasa negatif, dan phasa nol.
IA = I1A + I2A+ I0A (72)
IB = I1B + I2B + I0B. (73)
IC = I1C + I2C + I0C. (74)
Phasa urutan positif ditandai dengan indek 1, urutan phasa
negatifditandai dengan indek 2, urutan nol dengan indek 0.
Semua urutan phasareactor arus dimisalkan mempunyai
kecepatan dan arah putaran yang sama. Arah putaran positif
diambil berlawanan dengan arah jarum jam. Pada analisa
simetrical hubungan singkat sering bahwa komponan phasaB dan
C dinyatakan dengan komponen phasa A dengan

64
mempergunakan phasa operator a.Operator a adalah unit vektor
0
yang membentuk sampai dengan 120 dengan nyala positif.

Gambar 2. 21. Vektor Diagram Untuk Komponen Simetris

a = ej120 = -0,5 + j 3/2


(75)
2
a = ej240 = -0,5 – j 3/2
(76)
4
a = 1a
(77)
2
a +a+1=0
(78)
0
Mengalikan vektor dengan a menghasilkan putaran 120 ,
2
mengalikan dengan a menghasi1kan putaran 240° untuk urutan positif.
2
I1B = a I1A
I1C = a I1A
Untuk urutan negatif : I2B = a I2A
Untuk urutan nol : I0A = I0B = I0C = I0
Dengan adanya operator a cukup menghitung arus dan tegangan
untuk 1phasa pada hubungan singkat.
Persamaan pada gambar 2. diasumsikan bahwa impedansi urutan
positif sama dengan impedansi urutan negatif. Impedansi untuk kedua
komponen urutan pada gangguan fase ke fase adalah Z1+ Z2 dapat

65
disederhanakan menjadi 2Z1. Arus maksimum terjadi jika RF = 0. Arus
maksimum pada gangguan fase-fase 86,6% dari arus maksimum
gangguan tiga fase. Pada kebanyakan kasus arus beban diabaikan, hal
ini disebabkan karena arus beban tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil perhitungan.
Arus gangguan tiga fase hampir selalu mempunyai magnitude
yang lebih besar. Pada beberapa jaringan, impedansi urutan nol lebih
signifikan dibandingkan komponen urutan positif. Pada lokasi tertentu
arus gangguan fase ke tanah dapat menjadi lebih besar, misalnya pada
gardu induk.
Alasannya adalah :
1. Hubungan delta-wye transformator adalah sumber komponen urutan
nol. Komponen urutan positif merupakan impedansi saluran sistem
subtransmisi atau sistem transmisi, komponen urutan nol tidak.
Ganbar berikut menunjukkan diagram komponen urutan positif dan
nol.
2. Jika transformator gardu jenis three-legged, komponen urutan nol
lebih rendah dibandingkan komponen urutan positif, impedansi urutan
nol 85% dari komponen urutan positif. Jika terjadi gangguan fase
tanah meningkat 2,5%.

a.Subtransmission System b. Distribution System

66
c.Positive Sequence Diagram

d. ZeroSequence Diagram
Gambar 2.22. Diagram urutan positif dan urutan nol pada
teransformator terhubung delta-wye

Pada beberapa kasus dimana impedansi urutan nol lebih kecil


dibandingkan impedansi urutan positif, gangguan fase ke tanah
mengakibatkan arus fase yang lebih tinggi. Gangguan dua fase ke tanah
menghasilkan arus tanah yang lebih tinggi.
Untuk mengurangi arus gangguan pada gangguan fase ketanah,
dapat digunakan reaktor netral pada transformator. Gambar 4
menunjukkan persamaan rangkaian dengan netral reaktor.
LINE TO GROUN FAULT

=
(2 + √3+ +
Gambar 2.23. Penyebab terjadinya gangguan pada saluran udara

67
LINE TO LINE TO GROUND FAULT

+ − aZ
= − √3
( + 2 + 6
+ − aZ
= − √3
( + 2 + 6

=
( + 2 + 6 )√3
Gambar 2.24. Persentase gangguan berdasarkan sebab

F. Gangguan Pada Jaringan Distribusi 20 kV


Suatu gangguan didalam peralatan listrik didefinisikan
sebagaiterjadinya suatu kerusakan di dalam sirkuit listrik yang
menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang seharusnya.
Gangguan ini umumnyadisebabkan oleh putusnya kawat saluran
transmisi sehingga terjadi hubung singkat ke tanah, pecahnya isolator
atau rusaknya isolasi. Impedansigangguan umumnya rendah, sehingga
arus gangguan menjadi besar.
Selama gangguan, tegangan tiga phasa menjadi tidak seimbang
dan suplai ke sirkuit tiga phasa yang berdekatan akan terpengaruhi.
Arusgangguan yang besar dapat merusak tidak hanya peralatan yang
terganggu,tetapi juga instalasi yang dilalui arus gangguan. Gangguan
dalam peralatan yang penting dapat mempengaruhi stabilitas sistem
tenaga listrik. Sebagai contoh, suatu gangguan pada daerah suatu pusat
pembangkit yang dapat mempengaruhi stabilitas sistem interkoneksi.

68
Ada beberapa penyebab terjadinya gangguan dalam suatu
pembangkit listrik tertentu. Gangguan ini dapat dibuat sekecil mungkin
dengan cara antara lain:
1. Memperbaiki desain sistem
2. Memperbaiki kualitas komponen
3. Mempergunakan relai proteksi yang lebih baik
4. Pengoperasian dan pemeliharaan yang lebih baik.
Tetapi gangguan yang terjadi tidak dapat seluruhnya dihilangkan.
Gangguan dapat diperkecil lagi beberapa tingkat dengan mengambil
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perbaikan kuantitas mesin, peralatan, instalasi dan lain-lain, dengan
perbaikan dalam desain teknik pembutan material, quality control
dan testing yang memadai.
2. Perbaikan desain tata letak yang betul, pemilihan peralatan.
3. Keandalan pengaman sistem yang memadai
4. Sumber daya manusia yang terlatih untuk mengoperasikan dan
memasang pusat pembangkit.

Gangguan-gangguan yang mungkin dapat terjadi pada saluran distribusi


antara lain petir, angin kencang dan kerusakan isolator. Untuk gangguan
petir,arus yang di induksikan sangat besar dan dapat merusak
perlengkapan instalasi listrik atau alat-alat pemakai listrik. Sedangkan
gangguan angin kencang dapat juga merusak peralatan listrik seperti
robohnya tiang distribusi, tertimpanya kawat saluran karena pohon
tumbang, berayun berlebihan kawat-kawat saluran sehingga bisa putus.
Semua gangguan ini dapat menyebabkan terjadinya hubung singkat antar
fasa dan hubung singkat fasa ke tanah.
Permasalahan yang sering dijumpai pada sistem distribusi antara
lain pemadaman pada penyulang 20 kV, yang disebabkan oleh gangguan
hubung singkat. Jika penyetelan overcurrent relay (OCR) dan ground
fault relay (GFR) yang berada di Incoming atau di outgoing
kurang baik, dapat menyebabkan pemadaman total (black out) atau jika
salah satu penyulang terkena gangguan, dapat mengakibatkan penyulang
lain yang berada pada satu bus juga ikut trip, karena gangguan hubung

69
singkat dapat mentripkan relai yang ada pada incoming feeder.
Tabel 2.3. Data Gangguan pada Gardu Induk Simpang Haru
Penyulang 20 kV/6.3kV JENIS GANGUAN
BULAN DESEMBER 2008 BULAN JANUARI 2009
OCR Lama GFR Lama OCR Lama( GFR Lam
(Menit (Menit Menit) a
) ) (Menit)
Gor agus salim - - 2 15 - - 1 24
Teluk bayur2 - - 1 - 2 367 5 14
4
Wahidin 1 191 2 2 1 2 0 -
Cokrominoto - - - - 1 1 1 1
Jati 1 185 - - - 1 1
Matahari - - - - - - - -
RSUD - - - - - - - -
Marapalam 3 161 5 55 3 129 7 8
Metro - - - - - - 2 52
Andalas 2 201 1 1 1 1 - -
Pauh limo1 - - - - - - - -
Pauh limo 2 1 38 1 1 - - 2
Polamas - - - - - - 1 1
BRI 1 33 - - 1 46 - -
Sudirman 1 163 1 1 1 4 - -
Sutan syahrir 5 301 2 2 2 223 - -
Kandis 1 - - - - - - - -
Imam bonjol 1 - - - - - - - -
Imam bonjol 2 - - - - - - 1 20

Jumlah 31 84 - - 21 64 4 -

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa frekuensi terjadinya


gangguan pada umumnya mengalami peningkatan. Feeder yang paling
sering mengalami ganggguan adalah feeder Marapalam. Hal ini dapat

70
dilihat pada jenis gangguan tanah, dimana frekuensi gangguan pada
jaringan distribusi 20kV GIS Simpang Haru, pada bulan Januari 2009 di
penyulang Marapalam terjadi 7 kali gangguan relai GFR selama 8 menit,
sedangkan bulan Desember 2008 terjadi 5 kali gangguan selama 55
menit. Dengan adanya fluktuasi jumlah gangguan tiap bulannya pada
feeder Marapalam, maka perlu diupayakan penanggulangan terhadap
kondisi tersebut. Dari tabel dapat juga dilihat bahwa ganguan sering
terjadi pada sisi outgoing feeder, hal ini dapat dilihat pada tabel bahwa
pemadaman pada masing- masing feeder tidak bersamaan.

71
E. Rangkuman

Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk


busur api) pada impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau
disengaja antara dua titik yang mempunyai potensial yang berbeda. Istilah
gangguan atau gangguan hubung singkat digunakan untuk menjelaskan
suatu hubungan singkat.
Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi
saluran 20 kV dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari
dalam sistem dan gangguan dari luar sistem. Gangguan yang berasal dari
luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada penghantar,
sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain. Sedangkan
gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari
fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari
peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.
Impedansi saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari
jeniskonduktornya yaitu dari bahan apa konduktor itu dibuat yang juga
tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor dan panjang
saluran yang digunakan jenis konduktor iniSuatu komponen urutan arus
menyebabkan tegangan jatuh sesuai dengan urutan arusnya dan tidak
mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutan yang seimbang
akan terdiri dari suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan
ini akan menimbulkan pula impedansi urutan positif, urutan negatif dan
urutan nol. Impedansi urutan dapat didefinisikan sebagai suatu impedansi
yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya dipasang pada
peralatan ataupada sistem tersebut.

72
G. SOAL – SOAL
1. Tiga buah impedansi yang identik yaitu 10 ‚-15° Ω dihubungkan Y
kepada tegangan-tegangan saluran tiga-fasa yang seimbang dari 208
V. Tentukanlah semua tegangan-tegangan saluran, tegangan-
tegangan fasa dan arus-arus sebagai phasor dalam bentuk polar
dengan Vca sebagai pedoman dan urutan fasa abc.
Jawab :

Vca = 208‚0° V Vcn = 120‚-30° V Ic = Vcn/Z = 12‚-15°

Vbc = 208‚120° V Vbn = 120‚ 90° V Ib =Vbn/Z = 12‚105°

Vab = 208‚240° V Van = 120‚210° V Ia =Van/Z = 12‚225°

2. Dalam suatu sistem tiga-fasa yang seimbang, impedansi yang


dihubungkan Y adalah 10‚- 30° Ω. Jika Vbc = 416‚90° V, tentukanlah Icn
dalam bentuk polar.
Jawab:

73
Vbc = 416‚90° V ==> Tegangan fasa = 416/√3 = 240 V

Vcn = 240‚-60° ==> Icn =(240‚-60° )/( 10‚- 30°) = 24‚- 90° A

3. Terminal-terminal dari suatu sumber tiga-fasa ditandai dengan a, b,


dan c. Di antara dua terminal yang mana pun sebuah voltmeter
mengukur 115 V. Sebuah tahanan 100 Ω dan sebuah kapasitor 100 Ω
(pada frekuensi sumber tegangan) dihubungkan seri dari a ke b
dengan tahanan terhubung pada a. Titik hubung antara kedua elemen
tersebut ditandai n. Tentukanlah secara grafik pembacaan voltmeter
antara c dan n jika urutan fasa adalah abc dan jika urutan fasa acb.
Jawab :

Urutan fasa abc : Urutan fasa acb :

Jarak : n – k = 115/2 = 57.5 V Jarak : k – c = 99.6 V

Jarak : k – c = 115 Sin 60° Jarak : n – k = 57.5 V

= 115 x 0.866 = 99.6 V Jarak : n – c = 99.6 – 57.5 = 42.1 V

74
Pembacaan meter = 57.5 + 99.6 = 157.1 V Pembacaan meter = 42.1 V

4. Tentukanlah arus yang ditarik dari saluran 440 V tiga-fasa oleh


sebuah motor htiga-fasa 15 hp yang beroperasi pada beban penuh,
efisiensi 90 % dan faktor daya 80 % tertinggal. Hitunglah nilai-nilai
dari P dan Q yang ditarik dari saluran.
Jawab :
15 746
| |= = = 20.39
√3. ᵠ √3. 440 0.9 0.8
P = √3 ᵠ = √3x440x20.39x0.8 = 12.431w
Q = = √3x ᵠ= √3 440 20.39 0.6 = 9.324

5. Jika ketiga saluran yang menghubungkan motor pada soal 2.15 ke


suatu bus masing-masing mempunyai imepansi 0.3 + j 1.0 Ω,
hitunglah tegangan antar saluran pada bus yang mencatu 440 V pada
motor.
Jawab :
I = | I | ( Cos φ – j Sin φ ) = 20.39 (0.8 – j 0.6) = 16.31 – j 12.23 A
Bila sebagai pedoman diambil tegangan ke netral dari motor pada
terminal dimana I dihitung, atau = 440/√3 = 254‚0° V = ( 254 + j 0) V,
maka tegangan bus catu ke netral adalah:
Vn + (Z x I) = (254 + j 0) + (0.3 + j 1.0) (16.31 – j 12.23)
= 254 + j 0 + 4.893 – j 3.669 + j 16.31 + 12.23
= 271.123 + j 12.641 = 271.4‚2.67°
Tegangan antar saluran | V | = √3 [271.123 + j 12.641] = √3 x 271.4=
470 V

6. Suatu beban Δ seimbang yang terdiri dari tahanan-tahanan murni


sebesar 15 Ω per fasa dihubungkan paralel dengan suatu beban Y
seimbang yang mempunyai impedansi-impedansi fasa 8 + j 6 Ω.
Ketiga saluran yang menghubungkan kombinasi beban-beban
tersebut di atas ke sesuatu sumber tiga fasa 110 V mempunyai
impedansi-impedansi identik yaitu masing-masing 2 + j 5 Ω.
Hitunglah arus total dan faktor daya resultan.

75
Jawab :

Ubah Δ ke Y ekivalen yang mempunyai 15/3 = 5 Ω per fasa dan paralel


suatu beban seimbang, sehingga mempunyai impedansi total pada
beban:

( ) ⦟ .
= = . ⦟ .
= 3.49 ‚12.09° Ω = 3.41 + j 0.73Ω

Pada catu daya mempunyai impedansi total

Z = (2 + j 5) + (3.41 + j 0.73) = 5.41 + j 5.73 = 7.88‚46.65° Ω

110/√3
| |= = 8.06
7.88

Pada beban Vℓ = 8.06 x 3.49 = 28.13 V ke netral.egangan saluran-


saluran

V = √3 x28.13 = 48.72

Suatu beban tiga-fasa menarik 250 kW dengan faktor daya 0.707


tertinggal dari saluran 440 V. Paralel dengan beban ini terpasang sebuah

76
kumpulan kapasitor yang menarik 60 kVar. Hitunglah arus total dan faktor
daya resultan.

Jawab :
Faktor daya = Cos φ = 0.707 ==> φ = 45°
S1 = 250 + j 250
S2 = 0 - j 60
Daya total S = S1 + S2 = 250 + j 190 = 314 ‚37.23° kVA
Arus total | I | = 314000/(√3x440)= 412 A ; Faktor daya = Cos 37.23° =
0.796 tertinggal.

7. Sebuah motor tiga-fasa menarik 20 kVA dengan faktor daya 0.707


dari sebuah sumber 220 V. Tentukanlah rating kilovoltampere dari
kapasitor-kapasitor untuk membuat faktor daya kombinasi menjadi
0.90 tertinggal, dan tentukanlah juga arus saluran sebelum dan
sesudah penambahan kapasitor.
Jawab :

Rating kapasitor = y – y2 = 14.14 – 6.85 = 7.29 kVarSebelum


penambahan kapasitor Sesudah penambahan kapasitor

( . . ( . )
| |= = = 41.2 A
(√ )

20.000
| |= = 52.5
(√3 220)

77
KEGIATAN BALAJAR 3 :
MENGANALISIS BESAR ARUS GANGUAN HUBUNG
SINGKAT SISTEM TENAGA LISTRIK
A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian gangguan hubung singkat system tenaga listrik
2. Menjelaskan besar arus gangguan hubung singkat system tenaga listrik..
3. Mengidentifikasi jenis gangguan system tenaga listrik.

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


 Mampu menganalisis besar arus gangguan hubung singkat system
tenaga listrik.

C. Uraian Materi
A. SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang
terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen-komponen
listrik seperti generator, transformator, jaringan tenaga listrik dan beban-
beban listrik.
Peranan utama dari suatu sistem tenaga listrik adalah menyalurkan
energi listrik yang dibangkitkan oleh generator ke konsumen-konsumen
yang membutuhkan energi listrik tersebut. Secara garis besar suatu
sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3 bagian sub sistem, yaitu
:
1. Bagian Pembangkitan, meliputi :
a. Generator
b. Gardu Induk Pembangkitan (sebagian)
2. Bagian Penyaluran/Transmisi Daya, meliputi :
a. Saluran transmisi
b. Gardu Induk
c. Saluran sub-transmisi

78
3. Bagian Distribusi dan Beban, meliputi :
a. Gardu Induk Distribusi (sebagian)
b. Saluran Distribusi Primer
c. Gardu Distribusi
d. Saluran Distribusi Sekunder
e. Beban Listrik/konsumen
Sebagai ilustrasi, diagram satu garis sistem tenaga listrik dapat digambarkan
sebagai berikut (lihat gambar 1.1) :

Gambar 1.1. Diagram satu garis sistem tenaga

Keterangan :
a = Generator
b = Gardu Induk Pembangkit
c = Saluran Transmisi
d = Gardu Induk
e = Saluran Transmisi
f = Gardu Induk Distribusi
g = Saluran Distribusi Primer
h = Gardu Distribusi
i = Saluran Distribusi Sekunder
SP = Sistem Pembangkitan
ST = Sistem Transmisi
SD = Sistem Distribusi

79
Berdasarkan pembagian diatas, fungsi dari masing-masing sub-
sistem dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembangkitan berperan sebagai sumber daya tenaga listrik dan
disebut juga sebagai produktor energi.
2. Sistem transmisi berfungsi sebagai penyalur daya listrik secara besar-
besaran dari pembangkit ke bagian sistem distribusi/konsumen.
Dilihat dari sistem transmisi, sistem distribusi dapat dianggap sebagai
beban sistem transmisi.
3. Sistem distribusi berperan sebagai distributor energi ke konsumen-
konsumen yang membutuhkan energi tersebut.
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk
busur api) pada impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan
atau disengaja antara dua titik yang mempunyai potensial yang berbeda.
Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat digunakan untuk
menjelaskan suatu hubungan singkat. Untuk mengatasi gangguan
tersebut, perlu dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem
Proteksi yang tepat pada Sistem Tenaga Listrik dapat ditentukan. Analisis
hubung singkat adalah analisis yang mempelajari kontribusi arus
gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang
didalam sistem (di jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari
pembangkit) sewaktu gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di
dalam sistem tenaga listrik.

B. ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT


Perhitungan hubung singkat adalah analisis suatu system tenaga
listrik pada keadaan gangguan hubung singkat, dimana dengan cara ini
diperoleh nilai besaran-besaran listrik yang dihasilkan sebagai akibat
gangguan hubung singkat tersebut. Gangguan hubung singkat dapat
didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi akibat adanya penurunan
kekuatan dasar isolasi antara sesama kawat fasa dengan tanah yang
menyebabkan kenaikan arus secara berlebihan. Analisis gangguan

80
hubung singkat diperlukan untuk mempelajari system tenaga listrik baik
waktu perencanaan maupun setelah beroperasi.
Analaisis Gangguan Hubung Singkat dilakukan dengan
berdasarkan kesimetrisan gangguan yang terjadi. Analisis gangguan
Hubung Singkat dapat dilakukan pada keadaan simetris. Pada gangguan
asimetris perlu dilakukan metode komponen simetris untuk melakukan
analisis hubung singkat.jatuhnya generator, dan merusak peralatan pada
daerah terjadinya gangguan tersebut.
Analisis Hubung Singkat memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat.
2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu
dan dua line ke tanah, gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan
busbar selama gangguan.
Hubung singkat terjadi akibat dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dari gangguan adalah rusaknya peralatan listrik.
Faktor eksternal adalah antara lain cuaca buruk, seperti badai, hujan,
dingin; bencana, seperti gempa bumi, angin ribut, kecelakaan kendaraan;
runtuhnya pohon; petir; aktivitas konstruksi, ulah manusia, dan lain-lain.
Sebagian besar gangguan terjadi karena cuaca buruk, yaitu hujan atau
badai, dan pohon.
Memeriksa besar daya hubung singkat pada setiap bus yang ada
dalam sistem, dan juga besar daya yang mengalir pada setiap saluran
yang terhubung kepada bus itu. Dengan mengetahui besar daya hubung
singkat (MVA) itu maka dapat ditentukan besar kapasitas alat pemutus
daya sesuai pada setiap saluran pada bus yang bersangkutan.Besar
daya hubung singkat atau arus hubung singkat yang mengalir pada setiap
komponen (saluran, generator dan transformator) akan dipergunakan
kemudian untuk mengkoordinir rele-rele.
Gangguan hubung singkat menyebabkan terjadinya interupsi
kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen apabi1a gangguan itu
sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian (sircuit) atau

81
menyebabkan keluarnya satu unit pembangkit, penurunan tegangan yang
cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas tenaga listrik dan
merintangi kerja normal pada peralatan konsumen, pengurangan
stabilitas sistem dan menyebabkan
Gangguan dapat terdiri dari gangguan temporer atau permanent.
Kebanyakan gangguan temporer di amankan dengan circuit breaker (CB)
atau pengaman lainnya. Gangguan permanent adalah gangguan yang
menyebabkan kerusakan permanent pada sistem. Seperti kegagalan
isolator, kerusakan penghantar, kerusakan pada peralatan seperti
transformator atau kapasitor. Pada saluran bawah tanah hampir semua
gangguan adalah gangguan permanen. Kebanyakan gangguan peralatan
akan menyebabkan hubung singkat. Gangguan permanen hampir
semuanya menyebabkan pemutusan/gangguan pada konsumen. Untuk
melindungi jaringan dari gangguan digunakan fuse, recloser atau CB.
Namun, berdasarkan kesimetrisannya, gangguan terdiri dari
gangguan simetris dan asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan
yang terjadi pada semua fasanya sehingga arus dan tegangan pada
masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di antaranya Hubung Singkat 3
fasa dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah. Sedangkan gangguan simetris
adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir pada setiap
fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa ke tanah,
hubung singkat fasa ke fasa, dan hubung singkat 2 fasa ke tanah.
Analisis Hubung Singkat secara umum menggunakan persamaan hubung
singkat sebagai berikut.

1. Analisis stabilitas transient


Stabilitas dari suatu sistem tenaga listrik adalah kemampuan dari
sistem itu untuk kembali bekerja normal setelah mengalami
gangguan.
Tujuan dari stabilitas transien untuk memeriksa apakah sistem
(generator-generator) tetap stabil atau tidak bila terjadi gangguan.
Gangguan itu dapat berupa hubung singkat, penambahan beban yang
besar dan tiba-tiba, atau pengurang pelepasan beban besar secara

82
tiba-tiba. Tujuan lain dari analisis ini adalah untuk menentukan waktu
terlama yang diizinkan sebelum gangguan itu diisolir.
2. Pengaturan daya aktif dan frekuensi
Bila ada penambahan beban sehingga kekurangan pembangkitan,
atau bila karena gangguan terjadi kekurangan pembangkitan, maka
frekuensi sistem akan turun. Untuk mengembalikan frekuensi ke
harga nominal perlu ada alat pengatur. Alat pengatur utama adalah
governor dari penggerak mula dan sebagai lata pengatur kedua
adalah pengatur tegangan otomatik (AVR) dari generator.
3. Pengaturan tegangan dan daya reaktif
Pengaturan tegangan dan daya reaktif bertujuan untuk mengatur
tegangan setiap titik (simpul) dalam sistem agar selalu berada dalam
batas-batas tegangan yang diizinkan ( 5 %).
Dengan pengaturan ini sekaligus akan mengatur daya reaktif juga.
Pengaturan tegangan dan daya reaktif ini biasanya dilakukan dengan
meninggikan tegangan dalam generator, mengubah kedudukan tap
dari transformator, atau menambah sumber daya reaktif yaitu
kapasitor statik atau kondensator sinkron. Daya reaktif ada 2 macam
yaitu daya reaktif induktif (daya reaktif lagging) dan daya reaktif
kapasitif (daya reaktis leading), dimana keduanya mempunyai tanda
yang berlawanan.
4. Pelepasan Beban (Load Shedding)
Bila penambahan beban terlalu besar atau bila kekurangan
pembangkitan terlalu besar maka ada kemungkinan kapasitas
cadangan sesaat (spinning reserve) dari sistem pembangkitan tidak
cukup lagi sehinggga jatuhnya frekuensi sudah dibawah harga yang
diizinkan. Untuk mendeteksi dan melepaskan beban ini digunakan
“Under Frequency Relay” (UFR).(Sibuea)

83
C. KOMPONEN SIMETRIS
Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama
sistem yang tidak seimbang, misalnya saat terjadi hubung singkat tiga
phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah. Dimana sebuah sistem tak
seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu rangkaian
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Menurut teorema Fortescue,
tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi
tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang komponen itu
adalah (Stevenson, 1982: 260):
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar
120o, dan mempunyai urutan phasa yang sama seperti fasor aslinya.
2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar
120o, dan mempunyai urutan phasa yang berlawanan dengan fasor
aslinya.
3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya dan dengan pergeseran phasa nol antara fasor yang satu
dengan yang lain.
Tujuan lain adalah untuk memperlihatkan bahwa setiap phasa dari
sistem tiga phasa tak seimbang dapat di pecah menjadi tiga set
komponen.Cara yang biasa dilakukan dalam menghitung besar arus
gangguan hubungn singkat pada komponen simetris adalah memulai
perhitungan pada rel daya teganganprimer di gardu induk untuk berbagai
jenis gangguan, kemudian menghitung padatitik-titik lainnya yang terletak
semakin jauh dari gardu induk tersebut.Impedansi saluran suatu system
tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya yaitu dari bahan apa
konduktor itu dibuat yang juga tentunya pula daribesar kecilnya
penampang konduktor dan panjang saluran yang digunakan
jeniskonduktor ini.
Komponen simetris adalah lazim digunakan di dalam menganalisa
gangguanyang tidak simetris di dalam suatu sistem kelistrikan, misalnya:
a. Gangguan satu phasa ke tanah.
b. Gangguan tiga phasa

84
c. Gangguan phasa ketanah

1. Dimana phasa ini mempunyai komponen urutan ( sequence ):


a. Komponen urutan nol ( Zero sequence component ), adalah tiga
buah fasor yang arah bersamaan sama dengan magnitudes urutan
nol ( zero sequence ).
b. Komponen urutan positif ( positif sequence ), adalah 3 fasor yang
0
mempunyai beda sudut ± 120 antara phasa sama dengan
magnitudes dari urutan positif ( positif sequence ).
Komponen urutan negatif ( negatif sequence component ), adalah 3 buah fasor
yang mempunyai beda sudut ± 120º antara phasa sama dengan magnitudes dari
urutan negatif ( negatif sequence ).

Gambar 2.1 Komponen urutan untuk tegangan

Gambar 2.2 Komponen urutan untuk arus

85
Dalam penulisan bahwa komponen urutan nol, urutan positif dan
urutan negatif misal untuk phasa a, yang mana masing-masing tegangan
adalah Vao, Va1 dan Va2 .

Gambar 3 Vektor Diagram untuk Komponen Simetris

Komponen simetris berpengaruh terhadap besarnya impedansi


saluran. Impedansi saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari
jenis konduktornya yaitu dari bahan apa konduktor itu dibuat yang juga
tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor dan panjang
saluran yang digunakan jenis konduktor ini. Komponen Simetris
menyebabkan tegangan jatuh sesuai dengan urutan arusnya dan tidak
mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutan yang seimbang
akan terdiri dari suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan
ini akan menimbulkan pula impedansi urutan positif, urutan negatif, dan
urutan nol. Impedansi urutan dapat didefinisikan sebagai suatu impedansi
yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya dipasang pada
peralatan atau pada sistem tersebut. Seperti juga tegangan dan arus
didalam metode komponen simetris dikenal tiga macam impedansi urutan
yaitu sebagai berikut.
a. Impedansi urutan positif (Z1), adalah impedansi tiga phasa simetris
yang terukur bila dialiri oleh arus urutan positif.
b. Impedansi urutan negatif (Z2), adalah impedansi tiga phasa
simetris yang terukur bila dialiri oleh arus urutan negatif.

86
c. Impedansi urutan nol (Z0), adalah impedansi tiga phasa simetris
yang terukur bila dialiri arus urutan nol.

a.Urutan Positip
d.

b. Urutan Negatif c. Urutan Nol


IA = I1A + I2A + I0.
IB = a2 I1A + a I2A + I0.
IC = a I1A + a2 I2A + I0.
Dari persamaan tersebut, diperoleh persamaan berikut.
I1A = 1/3(IA + aIB + a2IC)
I2A = 1/3(IA + a2IB + aIC)
I0 = 1/3(IA + IB + IC)

87
Persamaan di atas, terdapat operator a yang merupakan unit
vektor yang membentuk sudut 120 derajat berlawanan jarum jam.

Gambar 5 sudut phasa

D. GANGGUAN HUBUNG SINGKAT


Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena
adanya kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan. Gangguan
hubung singkat dapat juga terjadi akibat adanya isolasi yang tembus atau
rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih, baik yang berasal dari
dalam maupun yang berasal dari luar (akibat sambaran petir).Bila
gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung dengan agak lama pada
suatu sistem daya, akan banyak pengaruh-pengaruh yang tidak
diinginkan yang akan terjadi. Berikut ini akibat yang ditimbulkan gangguan
hubung singkat antara lain:
c. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
d. Rusaknya perlengkapan-perlengkapan yang berada dekat dengan
gangguan yang disebabkan oleh arus-arus tak seimbang, atau
tegangan rendah yang ditimbulkan oleh hubung singkat.

Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena


adanya kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan. Gangguan
hubung singkat dapat terjadi akibat adanya isolasi yang tembus atau
rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih, baik yang berasal dari
dalam maupun yang berasal dari luar (akibat sambaran petir). Gangguan

88
hubung singkat adalah suatu kondisi pada sistem tenaga dimana
penghantar yang berarus terhubung dengan penghantar lain atau dengan
tanah. Gangguan yang mengakibatkan hubung singkat dapat
menimbulkan arus yang jauh lebih besar dari pada arus normal. Bila
gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung dengan lama pada
suatu sistem daya, banyak pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan
yang dapat terjadi. (Stevenson, 1982: 317) :
e. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
f. Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan
yang disebabkan oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah
yang ditimbulkan oleh hcubung singkat.
g. Ledakan-ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang
mengandung minyak isolasi sewaktu terjadinya suatu hubung
singkat, dan yang mungkin menimbulkan kebakaran sehingga
dapat membahayakan orang yang menanganinyadan merusak
peralatan –peralatan yang lain.
h. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya
itu oleh suatu rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh
sitem –sistem pengamanan yang berbeda – beda; kejadian ini di
kenalsebagai “cascading”.

1. Prinsip Gangguan Hubung Singkat


a. Gangguan hubung singkat dapat terjadi antar fase (3 fase atau 2
fase) atau 1 fase ketanah dan sifatnya bisa temporer atau
permanen.
b. Gangguan permanen : Hubung singkat pada kabel, belitan trafo,
generator, (tembusnya isolasi).
c. Gangguan temporer : Flashover karena sambaran petir, flashover
dengan pohon, tertiup angin.
2. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ke Tanah Untuk
Netral Tidak Diketanahkan
Pada jaringan distribusi tenaga dengan tegangan yang
tidak terlalu tinggi antara 3 kV sampai 35 kV titik netralnya tidak

89
diketanahkan seperti gambar . Karena adanya kapasitansi antara
kawat dan tanah maka kalau ada hubungan singkat arus IA = 0
karena adanya arus kapasitive antara kawat dan tanah.

Gambar 6. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa Ketanah Untuk


Netral Tidak Diketanahkan

Pada titik K gambar 168 dianggap timbul tegangan Vo = EA


VA = EA – EA = 0

VB = EB− EA = 3 Vph.
VC = EC – EA = j√3 Vph.

Karena adanya kapasitansi antara kawat penghantar dengan


tanah, maka walaupun titik netral tidak ditanahkan arus akan
mengalir relatif kecil pada waktu terjadi hubung singkat kawat ke
tanah.
IB = = j CUB

IC= = j CUC

I = - (IB + IC) = j√3 Vph.

90
C = Total Capasitansi dari kawat yang tidak mendapat gangguan
3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
Untuk gangguan ini dianggap phasa a mengalami
gangguan.Gangguan ini dapat digambarkan pada gambar di
bawah:

Gambar 7. Gangguan hubung singkat


satu phasa ke tanah
Kondisi terminalnya sebagai berikut:
Ib = 0 ; Ic = 0 ; Va = Ia.Zf
Untuk persamaan arus yang digunakan diperoleh dari komponen
simetris arus:

I = I = I

I 1 1 1 I
I = 1 a a I
I 1 a a I
Arus ganguan untuk fhasa a didapatkan
Iaf=Ia0 + Ia1 + Ia2
Iaf=3Ia0 = 3Ia1 = 3Ia2
Dengan kata lain semua arus urutan sama dari persamaan dan
dari gambar diatas
Vaf= 3Zfx Ia1
Vaf= Va1 + Va2 + Va0 = 3Zfx Ia1
Persamaan di atas menunjukkan bahwa masing-masing arus

91
urutan sama.
V 0 Z 0 0 I
V = V − 0 Z 0 I
V 0 0 a Z I
V = −I .Z
V = V − I Z
V = −I Z
V = V + V + V
Jika pada phasa b atau c terjadi gangguan satu phasa ketanah,maka
tegangan dari phasa a dapat dilihat dari komponem
V 1 1 1 V
V = 1 a a V
V 1 a a V
Seterusnya :
V = V + a V + aV
V = V + aV + a V

I = 3xI =

Menurut Turan Gonen (1986 : 549 ) rumus untuk gangguan satu


phasa ke tanah, yaitu:

I =

Dimana Z =

I =

Pada arus dapat digambarkan dengan rangkaian equivalen sebagai


berikut :

92
Gambar 8. Rangkaian ekivalen gangguan hubung singkat
satu phasa ke tanah
Dari persamaan-persamaan di atas kita dapat melukiskan
vector diagram untuk arus dan tegangan sebagai berikut:

Gambar 9. Vektor diagram arus dan tegangan gangguan


hubung singkatsatu phasa ke tanah

Sehingga diperoleh :
I = .
=

I = I =

Sebagian besar saluran distribusi adalah jenis radial,


dengan hanya satu sumber dan satu jalur untuk arus gangguan.
Gambar berikutmenunjukkan persamaan untuk menghitung arus
gangguan pada saluran distribusi.

93
Line to groun to faulet

Gambar 10. Ganguan hubung singkat


satu phasa ke tanah

4. Gangguan hubung singkat tiga fasa


Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga fasa (Turan
Gonen, 1986: 284):
Ia + Ib + Ic = 0
Va = Vb = Vc

Gambar 11. Gangguan hubung singkat tiga fasa


Karena sistemnya seimbang maka urutan negatif dan urutan nol
tidak ada, sehingga diperoleh:
V = V − I + Z

I = I = I=

94
Gambar 12. Ganguan hubung singkat tiga fasa
dengan vektor diagramnya

5. Gangguan hubung singkat dua fasa


Gangguan terjadi pada phasa b dan phasa c Kondisi pada saat
gangguan

Gambar 13. Gangguan hubung singkat dua fasa

Ia = 0 ; Ib = - Ic ; Vb - Vc = Zf Ib
Dari komponen-komponen simetris (Turan Gonen, 1986:275)
C= 0

I = −I =

Jika, Z = 0

I = −I =

95
Subtitusikan persamaan (14) dan (15) ke persamaan (2) maka
didapat
Ibf = - Icf =3Ia1∠ − 90°
Menurut Gonen ( 1986 : 548 ) rumus untuk gangguan dua phasa
adalah:

I. = (28)

Dari komponren-komponen simetris (Turan Gonen, 1986: 275):


Ia0 = 1/3 (Ia+ Ib + Ic)
= 1/3 (0 + -Ic + Ic) = 0
2
Ia1 = 1/3 (Ia + a Ib + a Ic)
2 2
= 1/3 (0 + a Ib – a Ib) = 1/3 (a – a ) Ib
2
Ia2 = 1/3 (Ia + a Ib + a Ic)
2 2
= 1/3 (0 + a Ib – a Ib) = 1/3 (a – a) Ib
Sehingga:
I = −I
V −V = Z I
V −V = ( − )(V − V )
− [V − (V − V )I ] = Z I
Subsitusikan I

V − V −V I = Z
( )( )

− − = 3
Sehingga diperoleh:
I =

Jadi arus gangguan antar fasa adalah :


I = − j √3 I

I =

I =

(37)
I = ( )
( )

(38)

96
I = I + I = 3I (39)

Line to line to ground fault

Gambar 14. Gangguan hubung singkat dua fasa

6. Hubung Singkat Fasa ke Fasa


Hubungan singkat antara 2 kawat penghantar dengan. titik netral
sistim tidak ditanahkan seperti Gambar 5

Gambar 15. Persentase gangguan berdasarkan sebab


Kita misalkan pada phasa B dan C terjadi hubungan singkat titik K.
Dari kejadian ini kita membuat 3 persamaan.
IA = 0 (Arus beban diabaikan)
IB = Ic

97
UBK = UcK
Dengan mempergunakan analisa komponen simetris untuk arus kita
memperoleh hubungan berikut :
I0a = 1/3 (Ia+ Ib + Ic)
= 1/3 (0 + Ib - Ic) = 0
2
I2a= 1/3 (Ia + a Ib + a Ic) = j
2
I2a= 1/3 (Ia +a Ib +a Ic)
2
= 1/3 (0 + a Ib – a Ib) = = j

Ki ta nyatakan dengan equivalent sebagai beri kut :

Gambar 16. Rangkaian equvalent hubungan


singkat phasa-phasa

Berdasarkan persamaan diatas hasil dari analisa kamponen


simetris kita dapat melukiskan diagram vektor untuk arus dan
tegangan.

98
Gambar 17. Diagram vektor arus dan tegangan untuk gangguan
hubung singkat fasa ke fasa
Tegangan sepanjang kawat penghantar dapat digambarkan sebagai
berikut :

Gambar 18. Persentase gangguan berdasarkan sebab

Dari hubungan singkat phasa-phasa diatas dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut :
3. sangat mengganggu simetris dari arus dan tegangan
4. hubungan phasa antara arus dan tegangan sangat berbeda.

99
Line to line fault


Ia = - Ib = -j

Gambar 19. Gangguan hubung singkat fasa ke fasa


7. Hubung Singkat Fasa-Fasa ke Tanah
Hubungan galvanis phasa-phasa pengahantar pada satu titik ketanah
dengan titik netralnya ketanah. Dapat dilukiskan dengan rangkaian
ekivalent gambar 17.

Gambar 20. Gangguan hubung singkat fasa-fasa ke tanah

100
Dari peristiwa hubugan singkat diatas kita menetapkan 3 persamaan
sebagai berikut :
IA =0
UBK =0
UCK =0
Dengan analisa komponen simetris untuk tegangan kita
mendapatkan
U1A = 1/3 UA
U2A = 1/3 UA
UoA = 1/3 UA
U1A=U2A=UoA=1/3 UA
Dari analisa komponen simetris untuk arus kita mendapatkan :
I =
( )

I = − I

I = − I

8. Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa


Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga phasa.
Ia + Ib + Ic = 0 Ia = 0 E = Eb = Ec

Gambar 21. Gangguan Hubung Singkat Tiga Phasa


, ⦟
I = 0; I = 0; I =

101
Dsubtitusikan persamaan
, ⦟
I = I =

, ⦟
I = a I =

, ⦟
I = aI =

V = 0; V = 0; V = Z .I
V = Z .I
V = Z . I ⦟240
V = Z . I ⦟120
Menurut Gonen ( 1986 : 547 ) rumus untuk gangguan tiga phasa
adalah:

I = I = I = I =

Tabel . Frekuensi gangguan yang terjadi pada saluran udara


Tipe Ganguan Gambar % Kejadian
L-G 70%

L-L 0.15%

0.1%
L-L-G

L-L-L 0.5%

102
E. ESTIMASI LOKASI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
Perhitungan yang dilakukan melalui perkiraan lokasi gangguan
dengan memanfaatkan tegangan dan arus hasil pengukuran rele
impedansi yang dipasangkan dikedua terminal. Besar impedansi saluran
antara rele dengan titik gangguan tersebut tidak akan menghasilkan jarak
gangguan yang sebenarnya bila dikonversikan langsung kedalam jarak
gangguan.
Untuk membangkitkan tenaga listrik dan mengalirkan daya listrik
kepemakai diperlukan investasi yang sangat besar, terutama untuk
pengadaan peralatan-peralatan listriknya. Peralatan-peralatan ini dibuat
untuk dapat bekerja pada kondisi normal, tetapi gangguan hubung singkat
selalu mungkin terjadi pada jaringan transmisi atau distribusi.
Dalam sistem tenaga listrik, untuk mengurangi kerusakan pada
peralatan terdapat dua alternatif perencanaan, yakni : pertama sistem
dapat direncanakan sedemikian rupa sehingga gangguan tidak terjadi,
dan kedua gangguan masih mungkin terjadi serta untuk itu dilakukan
langkah-langkah untuk melokalisir gangguan sehingga kerusakan yang
akan terjadi dapat ditekan.Oleh sebab itu perlu adanya sistem proteksi
yang dapat mengatasi akibat dari gangguan hubung singkat tersebut.
Khususnya suatu peralatan yang dapat mendeteksi lokasi gangguan.
Pada umumnya proteksi saluran transmisi tenaga listrik
kebanyakan menggunakan sistem proteksi dengan rele jarak, salah satu
jenisnya adalah rele impedansi.
Dengan memanfaatkan hasil pengukuran rele impedansi digital, yang
terdiri dari tegangan, arus dan impedansi yang dirasakan rele terhadap
titik gangguan.
1. Gangguan Hubung Singkat pada saluran
Sebagian besar gangguan yang terjadi pada sistem adalah
gangguan tidak simetris, sehingga dengan terjadinya gangguan tidak
simetris, akan timbul arus yang tidak seimbang pada sistem tersebut.
Dengan menggunakan metoda komponen-komponen simetris, dapat
dianalisa dan ditentukan besar arus dan tegangan pada semua
bagian dari sistem tenaga setelah terjadi gangguan.

103
Pengujian perkiraan lokasi gangguan dilakukan dengan
menggunakan program komputer, program hubung singkat untuk
menghitung arus dan tegangan frekuensi sistem serta memperkirakan
besarnya impedansi dari lokasi rele terhadap lokasi gangguan. Data
tersebut akan dipakai sebagai input ke program perhitungan lokasi
gangguan. dimana bus 2 dan bus 3 dipilih sebagai objek.
Tahanan tanah (RG) dibuat tetap sebesar 5 ohm, untuk tahanan
gangguan (RF) kita asumsikan sebesar 12 ohm.
Data sistem terdiri dari data saluran, data pembangkit, dan data
beban.
Tabel 1. Harga-harga dasar pada sistem pengujian
Arus(A) Teganga (kV) Daya (MVA) Impedansi (ohm)
1154700 500 1000 250
Tabel 2. Data Saluran Transmisi (harga dasar 1000 MVA, 500 kV)
Impedansi Seri (pu)
Saluran Urutan Positif Urutan Nol dan Negatif
1 0,00208 + j 0,0327 0,02908 + j 0,09489
2 0,01454 + j 0,21186 0,20356 + j 0,66424
3 0,00727 + j 0,10593 0,10178 + j 0,33212
Admitansi Shunt (pu)
Saluran Urutan Positif Urutan Nol dan Negatif

1 0,0+ j 1,19355 0,0 + j 0,93581


2 0,0 + j 0,17051 0,0 + j 0,13369
3 0,0+ j 0,34101 0,0 + j 0,26738

Tabel 3. Data Sumber (pada harga dasar 1000 MVA, 500 kV)
Unit Kapasitas Impedansi
MVA Urutan Positif (pu)

G1 25000 0,00027 + j 0,0160


G2 1000 0,00800 + j 0,4000

104
Unit Kapasitas Impedansi
MVA Urutan Negatif (pu)

G1 25000 0,00027 + j 0,0140

G2 1000 0,00800 + j 0,3000

Unit Kapasitas Impedansi


MVA Urutan Nol (pu)

G1 25000 0,0040 + j 0,0040

G2 1000 0,0076 + j 0,1000

Reaktansi dari reaktor X = 0,4 pu

Tabel 4. Data Beban (harga dasar 1000 MVA, 500 kV)


Bus MVA Impedansi (pu)

1 16000 0,00352 + j 0, 00170

2 5000 0,04000 + j 0,00000

3 1000 0,78513 + j 0,25805

Berdasarkan hasil perhitungan perkiraan lokasi gangguan hubung


singkat untuk saluran tunggal dan saluran ganda dengan
mengasumsikan tahanan tanah sebesar 5 ohm dan tahanan
gangguan sebesar 12 ohm dapat dilihat pada gambar
1. Metode estimasi penentuan lokasi gangguan berdasarkan
tegangan dan arus kerja rele impedansi digital, dapat memberikan

105
hasil perhitungan yang cukup teliti, dengan tingkat kesalahan yang
relatif sangat kecil (0,67 % untuk panjang saluran 120 Km).
2. Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi penentuan lokasi
gangguan dari semua jenis gangguan hubung singkat.
3. Perlu memperhitungkan arus kapasitansi dan kopling antar
saluran, karena mempengaruhi estimasi lokasi gangguan hubung
singkat.
semua instalasi listrik tanpa pengecualian harus terlindung
dari hubungan listrik arus pendek (hubungan singkat). Arus short
circuit (hubungan singkat) pada suatu jaringan harus dihitung
pada setiap tingkat untuk berbagai konfigurasi yang mungkin
terdapat dalam jaringan tersebut dalam rangka menentukan
karakteristik peralatan yang harus dipenuhi dalam menahan
kejadian short circuit yang mungkin timbul.

Dalam hal menentukan karakteristik peralatan dan


pengarturan proteksi pda suatu jaringan , ada tiga hal menenai
nilai hubungan singkat (short circuit) yang mesti diperhatikan,
adalah sbb :

2. Arus hubungan singkat minimum (Minimal Short Circuit


Current), Isc = kA (rms) contoh : 25 kA rms
Penentuan nilai ini berhubungan dengan kejadian hubungan
singkat diujung suatu jaringan (arah kebeban). Dengan
mengetahui nilai hubungan singkat (Isc) maka dapat membantu
kita dalam menentukan kareakterisitk ketahanan alat dan
pengaturan besarnya nilai proteksi untuk kejadian short circuit.

106
3. Arus hubungan singkat maksimum (rms value of maximal
short-circuit current)Ith = (kA rms. 1 s or 3 s) contoh : 25 kA
rms 1s
Hal ini terkait dengan hubungan singkat yang terjadi pada
bagian input terminal peralatan switching. Ini didefinisikan dalam
kA untuk 1 atau 3 detik (s), dan digunakan untuk menentukan
karakteristik keta hanan peralatan terhadap kenaikan temparatur
akibat hubngan singkat tersebut.
4. Nilai puncak hubungan singkat maksimum (peak value of
the maximum short-circuit current)Idyn = (kA peak)
Contoh : 2.5 • 25 kA = 63.75 kA peak untuk standar IEC 60
056 atau, 2.7 • 25 kA = 67.5 kA peak untuk standar ANSI
Nilai ini merupakan nilai breaking capacity dan closing capacity
suatu peralatan switching dan merupakan karakteristik peralatan untuk
ketahanan terhadap elektrodinamik.

Standar yang berlaku untuk Idyn adalah :


- 2.5 • Isc at 50 Hz (IEC)
- 2.6 • Isc at 60 Hz (IEC)
- 2.7 • Isc (ANSI)

107
F. ARUS HUBUNG SINGKAT (SHORT CIRCUIT)
Arus hubung pendek adalah Arus lebih yang dihasilkan oleh gangguan
dengan mengabaikan impedansi antara titik-titik pada potensial yang
berbeda dalam kondisi layanan normal.
PUIL 2000 ( 1.9 ) mendefinisikan Arus Hubung Pendek adalah :Arus lebih
yang diakibatkan oleh gangguan impedans yang sangat kecil mendekati
nol antara dua penghantar aktif yang dalam kondisi operasi normal
berbeda potensialnya ( short circuit current ).
1. Akibat Hubung Singkat
a. Pada lokasi gangguan, adanya busur api listrik yg dapat
menyebabkan
a). Kerusakan isolasi.
b). Melelehnya penghantar.
c)Api dan bahaya kebakaran.

b. Pada sirkuit yang tergantung Gaya elektrodinamik yang


menyebabkan :
a). Perubahan bentuk bus-bar.
b). Terputusnya kabel.
c.) Suhu yang berlebihan akan terus meningkat, akibatnya rugi
dalam joule semakin besar pula, sehingga menyebabkan resiko
kerusakan isolasi
c. Disirkuit jaringan lain atau yang berdekatan dengan jaringan :
a). Tegangan menurun selama waktu gangguan yang bervariasi
dari beberapa milidetik s/d beberap ratus milidetik.
b).Mematikan sebagian jaringan.
c).Ketidak stabilan dinamis dan/atau rugi sinkronisasi mekanis.
d).Gangguan kendali / kontrol sirkuit.

108
2. Metode Sederhana Menghitung Arus Hubungan Singkat
(Short Circuit)
Metode Sederhana Menghitung Arus Hubungan Singkat (Short
Circuit) - Analisia Short Circuit Current (Arus Hubungan Singkat)
bertujuan untuk menentukan besarnya arus hubungan pendek yang
dapat timbul pada suatu sistim tenaga listrik, sehingga mampu
memberikan aksi terhadap perbandingan besarnya arus yang lewat
pada suatu sistim dengan rating ketahanan peralatan didalam sistim
tersebut melalui suatu alat proteksi arus lebih (Over Current
Protection Device) sehingga terhindar dari arus yang dapat
merusaknya .

Hubungan Singkat (Short Circuit) dapat menyebabkan kerusakan


serius pada komponen dan peralatan dalam sistim distribusi daya.
Perhitungan dan analisa yang mendalam perlu dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan besarnya arus hubungan singkat yang dapat
timbul pada sebuah sistim distribusi sehingga dapat dilakukan
pencegahan melalui pengaturan setting pada alat proteksi arus lebih
dan juga pemilihan peralatan atau komponen listrik yang akan
digunakan dengan menyesuaikan rating ketahanannya terhadap arus
hubugnan singkat disesuaikan dengan hasil analisa dan perhitungan
Arus Hubungan Singkat.

Dalam melaksanakan metode sederhana ini, ada beberapa data yang


diperlukan untuk menghitung arus hubungan singkat dan biasanya
data-data tersebut terdapat pada nameplate peralatan ataupun
dokumen yang menyertai peralatan tersebut.

109
1. Nilai Impedansi Transformator Tiga Phasa, untuk perhitungan
arus lebih pada transformator
2. Nilai reaktansi motor induksi dan motor sinkron, untuk
perhitungan arus lebih pada motor induksi dan motor sinkron
3. Nilai MVA jaringan, untuk perhitungan hubungan singkat pada
sistim distribusi.

Berdsarkan jumlah kutub (pole) pada motor sinkron dan tegangan


pada motor induksi, nilai reaktansi untuk tiap-tiap peralatan tersebut
adalah :

Tipe Mesin X'' Subtransient


Listrik

Salient Pole Generator 12 Pole 0,16

Salient Pole Generator 12 Pole 0,21

Motor Induksi diatas 600 V 0,17

Motor Induksi dibawah 600 V 0,25

3. Arus Hubungan Singkat Pada Transformator


Setiap transformator memiliki nilai impedansi dalam "%" yang
tertera pada papan nama (name plate) transformator tersebut. Nilai itu
adalah nilai hasil pengujian transformotor tersebut saat setelah
diproduksi.
Sekilas mengenai cara menentukan nilai impedansi transforamtor
Proses pengujiannya secara garis besar adalah sebagai berikut : sebuah
voltmeter terhubung ke sisi primer transformator dan pada sisi sekunder
terminal 3 -Phase digabung (hubungsingkat antar ketiga phas) dan

110
sebuah ampere meter dipasang pada sisi sekunder untuk membaca nilai
arus yang mengalir pada saat terjadinya hubungan singkat tersebut.
Kemudian tegangan disisi primer dinaikan secara bertahap
sampai arus beban penuh pada sisi sekunder tercapai (terbaca pada
ampere meter).
Jadi, apabila pada name plate tertulis data sebagai berkut :
13,8KV 1000KVA - 480Y/277V dengan impedansi 5,75%
Arus Beban Penuh transformator (FLA - Full Load Ampere) pada sisi
sekunder adalah :
FLA = KVA / 1,73 x L - L (sekunder)KV
FLA = 1000 / 1,732 x 0,48
FLA = 1202,85 A

Pada saat arus disisi sekunder telah mencapai arus beban penuh
(1202 A), dilakukan pencatatan nilai tegangan pada sisi primer. Dalam
hal ini, misalkan nilai tegangan yang terbaca disisi primer saat arus
disisi sekunder telah mencapai arus beban penuh adalah sebesar
793,5 V.
Sehingga persentase nilai impedansi transformator tersebut adalah :

Z = 793,5 / 13800 = 0,0575


Sehingga % impedansi menjadi :
% Z = 0.0575 x 100 = 5,75 %

Kembali ke pokok masalah mengenai gangguan pada


transfrmator, gangguan tiga phasa pada sisi sekunder
transformator maka besarnya arus gangguan maksimum yang
dapat mengalir melalui trafo menjadi :
100 / 5,75 kali FLA tranformato
Atau
17,39 x 1202 = 20.903 A
Perhitungan cepat ini dapat membantu dalam menentukan arus
gangguan pada sisi sekunder transformator untuk tujuan pemilihan alat
proteksi arus lebih yang tepat. Disamping itu, dengna mengetahui

111
besarnya arus gangguan pada transformator, kita bisa menentukan
berapa besar ketahanan KA peralatan Main Switch (circuit Breaker)
yang harus dipasang. Dalam hal ini, peralatan main switch yang harus
dipasang harus yang memiliki ketahanan arus yang lebih besar dari
21.000 A.

Sebagai lanjutan dari Metode Sederhana Menghitung Arus


Hubungan Singkat (Short Circuit) I , yang membahas mengenai
maksimum arus pada saat terjadinya short circuit (hubungan singkat)
pada trafo, pada postingan ini kita akan mencoba metrode sederhana
tersebut untuk analisis besarnya arus yang dapat timbul pada
generator apa terjadi gangguan short circuit (hubungan singkat).
Sebelum kita menganilisa besarnya arus gangguna karena hubungan
singkat (short circuit) pada generator, kita perlu mengetahui data
(parameter) referensi generator seperti sebagai berikut :

112
Tipe Mesin Listrik X'' Subtransient

Salient Pole Generator 12 Pole 0,16

3Salient Pole Generator 6 Pole 0,21

Motor Induksi diatas 600 V 0,17

Motor Induksi dibawah 600 V 0,25

4. Arus Gangguan Pada Generator


Arus gangguan yang dapat timbul karena hubungan singkat (short
circuit) pada Generator berbeda dengan arus gangguan pada
transformator. Kita akan mengetahui perbedaan tersebut melalui
contoh perhitungan dibawah ini :
Misalkan data sebuah generator : 1000KVA; 800kW; 0,8 % PF; 480V;
1.202 FLA; Sailent 12 pole

KVA = KW / PF

KVA = 800 / .8

KVA = 1000

FLA = KVA / 1,732 x L - L Volts

FLA = 1000 / 1,732 x 0,48

FLA = 1.202

(Dari dalam tabel, untuk generator Sailent 12 pole, nilai subtransient X"
adalah 0,16)
FC = FLA / X "

113
FC = 1202 / 0.16
FC = 7.513 A

*, FLA = Full Load Ampere ; FC = Full Current


Jadi, arus gangguan dari Generator 1000KVA jauh lebih kecil dari
transformator 1000KVA, Arus gangguan Generator = 7513 A
sedangkan pada Transformator = 20903 A. Perbedaan ini
disebabkan nilai impedansi pada transformator dan nilai-nilai
reaktansi Generator adalah sangat berbeda. Transformer 5,75 %
sedangkan Generator 16%.
Proses metode sederhana ini dapat dilakukan pada perhitungan
arus ganggunan motor listrik.

- Sebagai kelanjutan dari Metode Sederhana Menghitung Arus


Hubungan Singkat (Short Circuit) II, berikut adalah cara cepat
untuk mendapatkan besarnya nilai arus gangguan pada sistim
yang dihitung dengan mengetahui ketahanan arus hubungan
singkat (short circuit) pada suatu jaringan tenaga listrik yang
biasanya ditulis dalam satuan MVA . Penggunaan Metode ini
untuk pengukuran gangguan pada sistim jaringan akan lebih cepat
dan sederhana dibandingkan dengan menggunakan sistem PU
(per unit) atau metode ohmic. Pada metode ini kita tidak perlu
menggunakan konversi ke Basis MVA atau khawatir tentang
tingkat tegangan seperti yang ditemui pada metode perkuliahan
Analisa Sistim Tenaga (AST).

114
5. Arus Gangguan Pada Sistim Jaringan Tenaga Listrik
Metode sederhana yang kita gunakan ini sangat berguna untuk
mendapatkan perkiraan nilai arus gangguan yang mungkin dapat
timbul pada sebuah sistim jaringan tengaga listrik. Elemen-elemen
yang kita gunakan akan dikonversi kenilai MVA dan kemudian
parameter didalam rangkaian sistim jaringan dikonversi ke nilai input
(primer) atau nilai masukan. Untuk lebih jelasnya diapat dilihat melaui
contoh perhitungan dibawah ini :
Bila diketahui ketahanan suatu jaringan primer (Utilitas) pada sisi
primer Transformator adalah MVAsc = 500MVA. Data
Transformator yang terpasang dijaringan tersebut adalah sbb :
Transformer data
13,8KV - 480Y/277V
1000KVA Transformer Z = 5,75 %
Maka nilai MVA dari transformator tersebut adalah :
1000KVA / 1000 = 1 MVA
MVA Nilai = 1MVA / ZPU = 1MVA / 0,0575 = 17,39 MVA
Dengan kapasitas ketahanan transformator adalah 17,39
MVA maka besarnya gangguan arus yang dapat timbul pada
jaringan adalah sbb :
1 / Utilitas MVA + 1 / Trans MVA = 1 / MVAsc
1/500 + 1 / 17,39 = 1 / MVAsc

115
0,002 + 0,06 = 1 / MVAsc
MVAsc = 1 / ( 0,002 + 0,06 )
MVAsc = 16,129
Bearnya arus yang dapat timbul disisi sekunder akibat gangguan
pada jaringan adalah :
FC 480V = MVAsc / ( 1,73 x 0,48 )

FC 480V = 16,129 / 0,8304

FC 480V = 19,423KA

FC 480V = 19.423 A

Bila ingin mengetahui data yang lebih akurat, peralatan yang


terpasang seperti kabel dan panjangnya dapat ditambahkan
kedalam perhitungan dengan menggunakkan perhitungan seperti
diatas dengan rumus sebagai berikut :
Kabel MVA Nilai MVAsc = KV2 / kabel Z.

Data Z (Impedansi) kabel dapat diambilkan ari nilai X & R kabel


yang biasanya terdapat dalam data sheet kabel tersebut.

Pada saat arus disisi sekunder telah mencapai arus beban penuh
(1202 A), dilakukan pencatatan nilai tegangan pada sisi primer. Dalam
hal ini, misalkan nilai tegangan yang terbaca disisi primer saat arus
disisi sekunder telah mencapai arus beban penuh adalah sebesar
793,5 V.

Sehingga persentase nilai impedansi transformator tersebut


adalah :
Z = 793,5 / 13800 = 0,0575Sehingga % impedansi menjadi :% Z
= 0.0575 x 100 = 5,75 %

Kembali ke pokok masalah mengenai gangguan pada


transfrmator, gangguan tiga phasa pada sisi sekunder transformator
maka besarnya arus gangguan maksimum yang dapat mengalir
melalui trafo menjadi :

116
100 / 5,75 kali FLA tranformator , atau 17,39 x 1202 = 20.903

Perhitungan cepat ini dapat membantu dalam menentukan arus


gangguan pada sisi sekunder transformator untuk tujuan pemilihan
alat proteksi arus lebih yang tepat. Disamping itu, dengna
mengetahui besarnya arus gangguan pada transformator, kita bisa
menentukan berapa besar ketahanan KA peralatan Main Switch
(circuit Breaker) yang harus dipasang. Dalam hal ini, peralatan main
switch yang harus dipasang harus yang memiliki ketahanan arus
yang lebih besar dari 21.000 A.

Sebagai kelanjutan artikel Menghitung Short Circuit Impedansi


Peralatan, kali ini kita lanjutkan untuk peralatan lainnya, yaitu :

a. Kabel
Untuk nilai impedansi kabel, biasanya telah dilampirkan pada
dokumen pabrik masing-masing dalam satuan Ohms per
kilometer. Nilai tersebut mesti dikonversi menjadi ohms per
panjang kabel yang terpasang, dengan perhitungan sbb :

Rc = R * Lc / 1000

Xc = X * Lc / 1000

Keterangan :

Rc : Nilai tahanan kabel ()

Xc : Nilai reaktansi kabel ()

R : Nilai tahanan kabel perkilometer (/km)

X : Nilai reaktansi kabel perkilometer (/kn)

Lc : Panjang kabel yang terpasang (m)

Formula diatas dapat digunakan untuk menghitung negatif


sequence impedansi dan positif sequence impedansi. Untuk

117
perhitungan zero sequence impedansi membutuhkan data komplit dari
pabrikan yang memproduksi kabel tersebut. Bila data dari pabrik tidak
ada, cara praktis untuk menetukan nilai zero sequence impedansi dapat
menngunakan rumus diatas yang dikalikan dengan faktor nilai sbb :

Rc(o) = Rc * 3.15155

Xc(o) = Xc * 2.46274

b. Motor Asinkron
Perhitungan resistansi dan reaktansi untuk motor asinkron adalah
sbb :

Zm = (1 / (ILRC / IFLC)) * ((Vm2Cosm)/Pm)

Rm = (Pm*(ILRC / IFLC)*Coss) / (3I2LRC * Cosm)


Xm =  (Z2m - R2m)

Keterangan :

Zm : Nilai impedansi motor ()


Rm : Nilai tahanan motor ()
Xm : Nilai reaktansi motor ()
ILRC / IFLC: Nilai perbandingann arus lock rotor motor dengan arus
full load
ILRC : Nilai arus lock rotor motor (A)
IFLC: Nilai arus full load (beban penuh) motor (A)
Vm : Nilai tegangan nominal motor (VAC)
Pm : Nilai rating daya motor (W)
Cosm : Nilai faktor daya motor saat beban penuh (pu)
Coss : Nilai faktor daya motor saat starting (pu)

Formula diatas dapat digunakan untuk menghitung negatif sequence


impedansi dan positif sequence impedansi. Untuk perhitungan zero
sequence impedansi membutuhkan data komplit dari pabrikan yang
memproduksi motor tersebut.

118
Lanjutan dari Menghitung Short Circuit Impedansi Peralatan II ,
setelah kita menghitung nilai impedansi beberapa peralatan yang
terpasang pada sebuah jaringan yang akan dianalisa ketahanan
hubungan singkatnya (short circuit), tahap selanjutnya adalah
menentukan nilai impedansi referensi yang nantinya akan digunakan
pada rangkaian ekivalen satu phasa. Penetapan referensi ini
diperlukan karena adanya perbedaan level tegangan pada masing-
masing peralatan yang terpasang pada jaringan tersebut, seperti nilai
impedansi peralatan yang dikonversikan terhadap nilai teganan yang
dihitung (sisi tegangan tinggi atau rendah), sbb :
6. Rasio belitan sebuah transformator dapat dihitung dengan
rumus sbb :
n = Vt2 ( 1 + tp) / Vt1

Dimana:
n : Rasio belitan transformator
Vt2: Tegangan nominal transformator pada sisi sekunder pada suatu tap
Vt1: Tegangan nominal transformator pada sisi primer
tp : Tap Setting (%)
Dengan menggunakan rasio belitan transformator, nilai impedansi
(resistansi dan reaktansi) dapat dihitung terhadap sisi tegangan tinggi
(HV) maupun sisi tegangan rendah (LV) berdasarkan persamaan sbb :
ZHV = ZLV / n2

Dimana:

ZHV : Nilai Impedansi terhadap sisi tegangan tinggi (HV), 


ZLV : Nilai Impedansi terhadap sisi tegangan rendah (LV), 
n : Rasio belitan transformator (pu)
Dengan persamaan diatas, nilai impedansi terhadap LV adalah
sebagai berikut :

ZLV = ZHV * n2

119
5. Menentukan Persamaan Diagram Thevenin pada Sistim
Dari lanjutan artikel mengenai Menhitung Short Circuit Impedansi
Peralatan III, pada sistim yang akan kita hitung ketahanannya terhadap
arus hubungan singkat (short circuit) harus dimodelkan kedalam bentuk
persamaan sederhana dengan menggunakan Persamaan Diagram
Thevenin. Pada model diagram thevenin ini akan menunjukan sumber
tegangan dan nilai impedansi yang terhubung pada jaringan, yang
merupakan gambaran dari peralatan yang terpasang berikut dengan
impedansi beban pada sistim jaringan tersebut baik terpasang secara seri
maupun paralel.

Dalam menggunakan persamaan thevenin ini, rumus dasar


mengenai perhitungan impedansi parallel, seri dan bilangan complex
akan sering digunakan. Sedangkan untuk analsisa unbalanced short
circuit (hubungan singkat tidak seimbang) seperti hubungan satu phasa
ketanah, model persamaan diagram thevenin dibuat untuk ketiga
kondisi, yaitu urutan positf, urutan negative dan urutan nol (Zk(1), Zk(2) dan
Zk(0))
Setelah rangkaian disederhanakandengan menggunakan
persamaan thevenin, langkah berikutnya adalah menghitung besarnya
arus hubungan singkat yang seimbang untuk rangkaian 3 phasa
(balanced three phase short circuit currents).Untuk perhitungan short

120
circuit ini dilakukan pada setiap tingkatan pada sebuah siklus short
circuit, yaitu :
- Initial Short Circuit Current
- Peak Short Circuit Current
- Symmetrical Breaking Current
- DC Short Circuit Component
Untuk setiap tingkatan short circuit tersebut, akan kita bahas pada
artikel beriktunya.Sebagai kelanjutan dari postingan "Menghitung Short
Circuit Impedansi Peralatan IV", kali ini kita akan melanjutkan ketahapan
menghitung besarnya arus hubungan singkat yang seimbang untuk
rangkaian 3 phasa (balanced three phase short circuit currents).
Untuk perhitungan short circuit ini dilakukan pada setiap tingkatan pada
sebuah siklus short circuit, yaitu :
- Initial Short Circuit Current
- Peak Short Circuit Current
- Symmetrical Breaking Current
- DC Short Circuit Component
Penjelasan perhitungan untuk setiap tingkatan adalah sbb :
- Initial Short Circuit Current
Untuk menghitng arus pada tahap innitial symetrical short circuit, digunakan
persamaan dengan standar IEC 60909, sbb :
Ink = c Vn / ( 3 Zk ),

Dimana,

Ink = arus pada tahap innitial symetrical hubungan singkat (short


circuit) , A
c = faktor tegangan untuk level tegangan maximum pada jaringan
tersebut (1.05 untuk tegangan < 1kV dan 1.1 untuk tegangan > 1 kV)
Vn = Tegangan nominal pada sistim jaringan tersebut (V)
Zk = Nilai impedansi pada urutan postif hubungan singkat.

121
- Peak Short Circuit Current,

Sederhananya pada perhitungan Peak Short Circuit Current, kita


hanya memperhatikan pada ratio (perbandingan) X/R. Perhitungan
rasio X/R dapat dilakukan pada titik lokasi kegagalan dengan
menggunakan rumus sbb :

X/R = Xk / Rk

Berawal dari perhitungan rasio diatas, arus puncak hubungan singkat


(Peak Short Circuit current) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan sbb :

Ip = K x  2Ik" , untuk jaringan terbuka


Ip = 1.15K x  2Ik" , untuk jaringan tertutup

Dimana,
Ip = Peak Short Circuit Current , A
Ik" = Initial Symmetrical Short Circuit Current , A
K = faktor konstanta, K = 1.02 + 0.98 e (-3/(X/R))

- Symmeterical Breaking Current,


Symmeterical Breaking Current, merupakan arus hubungan singkat
yang terjadi pada saat circuit breaker membuka.
Ib = Ik"

Dimana,

Ib = Symmeterical Breaking Current , A


Ik" = Initial Symmetrical Short Circuit Current ,

Dari perhitungan diatas, kita telah menyelesaikan analisa perhitungan


short circuit (arus hubungan singkat) pada sebuah jaringan.
Untuk contoh penerapannya, akan kita bahas pada artikel berikutnya.

122
6. Kesimpulan
Dari metode sederhana ini adalah bahwa kita perlu mengetahui
nilai arus gangguan yang dapat timbul dalam sebuah istem untuk
memduahkan dalam pemilihan dan pemansangan peralatan Proteksi
(Over Current Protective Devices - OCPD) secara lebih cepat
sehingga tidak terjadi pemasangan atau penggunaan peralatan yang
under rate. Analisis dan perhitungan yang lebih akurat dengan
menggunakan software dan komputer serta teori perlu dilakukan
untuk mengetahui lebih ditail besarnya arus gangguan tersebut.
Metode sederhana ini hanya berguna untuk perkiraan awal dan
hitungan kasar (perhitungan awal) secara cepat.

G. CONTOH PERHITUNGAN DAN ANALISA SHORT CIRCUIT


Setelah panjang lebar kita membahas cara menganalisa dan menghitung
short circuit current (arus hubungan singkat ) pada sebuah lokasi disuatu
jaringan tegangan listrik, sebagai penutup pembahasan analisa short
circuit curent (arus hubungan singkat) tersebut, pada postingan ini akan
diberikan contoh penerapannya.

123
Pada gambar di atas terdapat sebuah jaringan radial sederhana
yang terdiri dari : 1 buah generator (G1), 3 buah motor (M1, M2 dan
M3), 1 buah transformator (TX1), tahanan kabel (C1, C2 dan C3) dan 2
buah bus dengan tegangan 11 kV dan 415 V.

Data yang dikumpulkan dari peralatan - peralatan yang terpasang


di jaringan tersebut adalah sbb :

Equipment Parameters

Generator G1 Sg1= 24.150 kVA

Vg1 = 11.000 V

Xd”= 0,255 pu

Cos  = 0,85 pu

Generator Cable Length = 30m


C1
Size = 2 parallel circuits of 3 x 1C x 500
mm2

(R = 0,0506 Ω\km, X = 0,0997 Ω\km)

Motor M1 Pm1 = 500 kW

Vm1= 11.000 V

ILRC= 200,7 A

ILRC / IFLC= 6,5 pu

Cos m = 0,85 pu

Cos s = 0,30 pu

Motor Cable C2 Length = 150m

Size = 3C x E 35 mm2

124
(R = 0,668 Ω\km, X = 0,115 Ω\km)

Transformer TX1 Str1= 2,500 kVA

Vt1= 11.000 V

Vt2= 415 V

ILRC= 200,7 A

uk= 0,0625 pu

Pkt = 19.000 W

tp = 0%

Transformer Length = 100m


Cable C3
Size = 3C x E 95 mm2

(R = 0,247 Ω\km, X = 0,0993 Ω\km)

Motor M2 Pm1= 90 kW

Vm1= 415 V

ILRC= 1.217,3 A

ILRC/ IFLC= 7 pu

Cosm = 0,8 pu

Cos s = 0,30 pu

Motor M3 Pm1 = 150 kW

Vm1= 415 V

ILRC= 1.595,8 A

ILRC / IFLC= 6.5 pu

125
Cos m = 0,85 pu

Cos s = 0,30 pu

1. Menghitung besarnya Impedansi peralatan


Dengan menggunakan persamaan yang telah kita bahas sebelumnya
,dari data peralatan seperti tabel diatas didapat nilai impedansi
peralatan seperti tabel berikut ini :

Equipment Resistance Reactance


(Ω) (Ω)
R X

Generator G1 0.08672 1.2390

Generator Cable C1 0.000759 0.001496

11kV Motor M1 9.4938 30.1885

Motor Cable C2 0.1002 0.01725

Transformer TX1 (Primary Side) 0.36784 3.0026

Transformer Cable C3 0.0247 0.00993

415V Motor M2 0.0656 0.2086

415V Motor M3 0.0450 0.1432

2. Menghitung Impedansi Referensi


Bila kita menghitung kondisi kegagalan melalui sisi tegangan 11 kV,
maka seluruh impedansi peralatan yang terpasang harus merujuk
kesisi tegangan 11 kV. Pada contoh ini, impedansi peralatan yang
akan dirujuk kesisi tegangan tinggi adalah motor M2 dan M3 karena
pada jaringan tersebut hanya 2 buah motor itu saja yang
menggunakan tegangan 415 V. Sehingga impedansi kedua peralatan

126
tersebut yang sebelumnya berdasarkan tegangan 415 V diganti
menjadi 11 kV.
Ratio trafo TX1 yang merupakan trafo step down dari 11kV ke
415 V didapat sbb :

n = (415 x (1 + 0%)) / 11000

n = 0,03773

Untuk menghitung impedansi referensi , digunakan persamaan


dibawah ini :

R' = R / n2

X' = X / n2

Sehingga untuk nilai impedansi kedua motor didapat nilai impedansi


baru seperti pada tabel dibawah ini :

Equipment Resistance Reactance Resistance Reactance


(Ω) (Ω) (Ω) (Ω)

R X R’ X’

415V Motor 46.0952 146.5735


0.0656 0.2086
M2

415V Motor 31.6462 100.6284


0.0450 0.1432
M3

3. Menentukan Persamaan untuk Diagram Thevenin


Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan mengenai
Menghitung Short Circuit Impedansi Peralatan III, dari gambar
rangkaian jaringan diatas , maka persaman thevenin yang dihasilkan
adalah sbb :

Zk = [ZG1 + ZC1] || [ZM1 + ZC2] || [ZC3 + ZTX1 + (ZM2 || ZM3) ]

Zk = 0,08618 + j 1.16531

127
4. Arus hubungan sinkat balans tiga phasa (Balanced Three Phase
Short Circuit Current)
a. Arus inisial hubungan singkat tiga phasa simeteris (Symmetrical
Initial Short Circuit Current) adalah :

I"k = c Vn / ( 3 Zk )

I"k = 5,9786 kA

b. Puncak Arus hubungan Singkat (Peak Short Circuit Current) adalah


: Ip = K x  2Ik"

Ip = 15,2614 kA

Perhitungan arus hubungan singkat (short circuit calculation)


diatas merupakan komponen dasar dari software untuk power systim
analysis seperti ETAP, PTW atau DlgSilent dll. Dengan menggunakan
software tersebut akan lebih memudahkan melaukan analisa pada
sebuah jaringan namun perhitungan manual sering digunakan unuk
sebagai bahan pembanding.

128
D. RANGKUMAN

Peranan utama dari suatu sistem tenaga listrik adalah menyalurkan


energi listrik yang dibangkitkan oleh generator ke konsumen-
konsumen yang membutuhkan energi listrik tersebut

Hubungan Singkat (Short Circuit) dapat menyebabkan kerusakan


serius pada komponen dan peralatan dalam sistim distribusi daya.
Perhitungan dan analisa yang mendalam perlu dilakukan untuk
mengetahui kemungkinan besarnya arus hubungan singkat yang dapat
timbul pada sebuah sistim distribusi sehingga dapat dilakukan
pencegahan melalui pengaturan setting pada alat proteksi arus lebih
dan juga pemilihan peralatan atau komponen listrik yang akan
digunakan dengan menyesuaikan rating ketahanannya terhadap arus
hubugnan singkat disesuaikan dengan hasil analisa dan perhitungan
Arus Hubungan Singkat.

Arus gangguan yang dapat timbul karena hubungan singkat (short


circuit) pada Generator berbeda dengan arus gangguan pada
transformator

Dalam sistem tenaga listrik, untuk mengurangi kerusakan pada


peralatan terdapat dua alternatif perencanaan, yakni : pertama sistem
dapat direncanakan sedemikian rupa sehingga gangguan tidak terjadi,
dan kedua gangguan masih mungkin terjadi serta untuk itu dilakukan
langkah-langkah untuk melokalisir gangguan sehingga kerusakan yang
akan terjadi dapat ditekan.

129
Kegiatan Belajar 4 :

Menganalisis Koordinasi Proteksi Jaringan


Transmisi Tenaga Listrik

A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian Koordinasi proteksi jaringan transmisi tenaga
listrik
2. Menjelaskan prinsip kerja koordinasi proteksi jaringan transmisi tenaga
listrik
3. Menjelaskan komponen sistem refrigerasi yang dipakai di undustrial

B. Indikator Pencapaian Kompetensi


 Mampu menganalisis koordinasi proteksi jaringan transmisi tenaga listrik

C. Uraian Materi
Terdapat berbagai persoalan teknis yang teerdapat didalamnya, tenaga
listrik hanya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu. Sedangkan pelanggan
tenaga listrik tersebar di berbagai tempat, maka penyampaian tenaga listrik dari
tempat dibangkitkan sampai ke tempat pelanggan memerlukan jaringan. Tenaga
listrik dibangkitkan dari PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan
tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformer) yang ada
di Pusat Listrik. Hal ini digambarkan oleh Gambar 4.1

130
A. Struktur Jaringan Tegangan Menengah.
Struktur jaringan tegangan menengah yang ada bila dikelompokkan terdiri
dari lima model, yaitu :
a.Jaringan radial.
b.Jaringan hantaran penghubung (TIE Line).
c.Jaringan lingkaran (loop).
d.Jaringan Spindel
e.Sistem gugus atau sistem kluster.

Sistem Pentanahan Jaringan Distribusi di Indonesia


Pentanahan titik netral sistem adalah hubungan titik netral dengan tanah,
baik langsung maupun melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan Petersen.
Di Indonesia sistem pentanahan meliputi empat macam,
yaitu :
a.Pentanahan mengambang (tidak ditanahkan).
b.Pentanahan dengan tahanan.
c.Pentanahan dengan kumparan Petersen.
d.Pentanahan langsung (Solid)
Sistem kelistrikan pada PLN Distribusi Jawa Tengah adalah menggunakan tiga
fasa empat kawat dengan pentanahan netral secara langsung atau sesuai SPLN
12 : 1978 (Pola 2)

131
Pada sistem ini (pola 2) mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a.Sistem jaringan :
1. Tegangan nominal 20 kV (antar fasa)
2. Sistem pentanahan dengan netral ditanahkan langsung sepanjang jaringan.
3. Kawat netral dipakai bersama untuk saluran tegangan menengah dan saluran
tegangan rendah dibawahnya.
4. Konstruksi jaringan terdiri dari saluran udara terutama dan saluran
kabel,sedang saluran udara terdiri dari :
1. Saluran utama terdiri dari kawat fasa 3 x AAAC 240 mm²dan kawat netral
1 x 120 mm²
2. Saluran cabang terdiri dari jaringan 3 fasa atau 1 fasa (2 kawat, untuk
fasa & netral) dengan ukuran disesuaikan dengan perencanaan beban.
5. Sistem pelayanan radial dengan kemungkinan antara saluran utama yang
berbeda penyulang dapat saling dihubungkan dalam keadaan darurat.
6. Pelayanan beban dapat dilayani dengan:
1. Tiga fasa, 4 kawat dengan tegangan 20 kV antar fasa , dan
2. Fasa tunggal, 2 kawat dengan tegangan 20/3 kV

132
b.Sistem Pengamanan
Sistem pengamanan jaringan dilakukan dengan perencanaan koordinasi sebagai
berikut :
1. Pemutus Tenaga (PMT), dengan pengindera OCR dab GRF.
2. Recloser, dengan pengindera OCR (Over Current Relay).
3.Sectionaliser, dengan pengindera jumlah tegangan hilang / CTO (Count To
Open)FCO, dengan fuse pelebur untuk pemutus rangkaian akibat hubung singkat
karena gangguan atau beban lebih.

c.Keistimewaan dari sistem 3 fasa 4 kawat.


1. Sistem ini pendekatannya didasari dari jarak antara beban relatif jauh dan
kepadatan beban rendah. Sistem ini juga lebih sesuai untukdaerah yang
tahanan spesifik tanahnya relatif tinggi.
2. Pada sistem ini kawat netral diusahakan sebanyak mungkin dan merata
ditanahkan. kawat netral JTM dan JTR dihubungkan dan dipakai bersama,
dimana pentanahannya dilakukan sepanjang JTM, JTR dan dihubungkan
pula pada pentanahan TR dari tiap instalasi konsuman.
3. Sistem pelayanan JTM terutama menggunakan jaringan 1 fasa yang terdiri
dari kawat fasa dan netral, sehingga memungkinkan penggunaan trafo-trafo
kecil 1 fasa yang sesuai bagi beban-beban kecil yang berjauhan letaknya.
4. Dengan adanya tahanan netral yang sangat kecil mendekati nol, maka arus
hubung tanah menjadi relatif besar dan berbanding terbalik dengan letak
gangguan tanah sehingga perlu dan dapat digunakan alat pengaman yang
dapat bekerja cepat dan dapat memanfaatkan alat pengindera (relay)
dengan karakteristik waktu terbalik (invers time).
5. Keuntungan lain dari arus gangguan fasa tanah yang besar adalah dapat
dilakukannya koordinasi antara PMT dan relay arus lebih atau recloser
dengan pengaman lebur atau antara recloser dengan automatic sectionalizer
secara baik.
6. Pada percabangan beban atau tapping 1 fasa dapat digunakan pengaman
fasa tunggal yang lebih selectif.

133
B. Keandalan Sistem Distribusi
Keandalan system penyaluran distribusi tenaga listrik tergantung
pada model susunan saluran, pengaturan operasi dan pemeliharaan serta
koordinasi peralatan pengaman. Tingkat kontinuitas dibagi antara lain :
a. Tingkat 1, Padam berjam-jam
b. Tingkat 2, Padam beberapa jam
c. Tingkat 3, Padam beberapa menit
d. Tingkat 4, Padam beberapa detik
e. Tingkat 5, tanpa padamKeandalan dari suatu sistem adalah kebalikan
dari besarnya jam pemutusan pelayanan, jam pemutusan pelayanan
dapat dihitung berdasarka jumlah konsumen atau jumlah daya yang
padam (diputus)

C. Macam-macam gangguan dan akibatnya


a. Gangguan beban lebih.
b. Gangguan hubung singkat.
c. Gangguan tegangan lebih
d. Gangguan hilangnya Pembangkit
e. Gangguan Instability
D.Cara mengatasi gangguan
a. Mengurangi terjadinya gangguan

134
b. Mengurangi akibat gangguan
E. Impedansi Jaringan Distribusi
Pada sistem distribusi tenaga listrik impedansi yang menentukan
besarnya arus hubung singkat, adalah :
1. Impedansi sumber
2. Impedansi transformator tenaga
3. Impedansi hantaran/jaringan
4. Impedansi gangguan atau titik hubung singkat

F. Komponen Simetris.
Komponen simetris lazim digunakan dalam menganalisa
gangguan-gangguan yang tidak simetris didalam suatu sistim kelistrikan.
a.Sistem Tenaga Listrik Tiga Fasa
ketiga sistem simetris yang merupakan hasil uraian komponen simetris
dikenal dengan nama :
Komponen urutan positif
Komponen urutan negatif
Komponen urutan nol
Dari komponen vektor yang tidak seimbang dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen simetris

135
b.Operator Vektor “ a ”
Pada penggunaan komponen simetris sistem 3 fasa memerlukan suatu fasor
atau operator yang akan memutar rotasi dengan vektor lainnya yang berbeda
sudut 120°. Operator yang dipakai vektor satuan adalah “a”. Didefinisikan bahwa:

2.9. Teori Hubung Singkat

a. Arus hubung singkat 3 fasa

b. Arus hubung singkat 2 fasa

c. Arus hubung singkat 1 fasa

maka, dapat dihitung

136
SISTEM PENGAMAN PADA SUTM 20 kV 3 FASA 4 KAWAT

3.1. Pemutus Tenaga

Pemutus Tenaga (PMT) adalah alat pemutus otomatis yang mampu


memutus/menutup rangkaian pada semua kondisi, yaitu pada kondisi normal
ataupun gangguan. Secara singkat tugas pokok pemutus tenaga adalah :

1. Keadaan normal, membuka / menutup rangkaian listrik.


2. Keadaan tidak normal, dengan bantuan relay, PMT dapat membuka
sehingga gangguan dapat dihilangkan.

3.2. Relay Arus Lebih (OCR)

Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan
bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai setingnya ( I set).

a. Prinsip Kerja

137
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi
besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus.
Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.

Macam-macam karakteristik relay arus lebih :

a. Relay waktu seketika (Instantaneous relay)

b. Relay arus lebih waktu tertentu (Definite time relay)

c. Relay arus lebih waktu terbalik

a. Relay Waktu Seketika (Instantaneous relay)

Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang
mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa
mili detik (10 – 20 ms).

Dapat kita lihat pada gambar 5. dibawah ini.

Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay
arus lebih dengan karakteristik yang lain.

b.Relay arus lebih waktu tertentu (deafinite time relay)

138
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi
gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui
setingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay
diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus

yang mengerjakan relay, lihat gambar 6. dibawah ini

c. Relay arus lebih waktu terbalik.

Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari
besarnya arus secara terbalik (inversetime), makin besar arus makin kecil
waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam. Setiap pabrik dapat
membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan
dalam tiga kelompok :

1. Standar invers
2. Very inverse
3. extreemely inverse

139
Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:

1. Pengamanan hubung singkat fasa

Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay fasa”. Karena
pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka setingnya (Is) harus lebih besar
dari arus beban maksimum.

Ditetapkan Is = 1,2 x In (In = arus nominal peralatan terlemah).

2. Pengamanan hubung tanah

Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus
beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:

3. Gangguan tanah ini melalui tahanan gangguan yang masih cukup


tinggi.
4. Pentanahan netral sistemnya melalui impedansi/tahanan yang tinggi,
atau bahkan tidak ditanahkan

Dalam hal demikian, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat
mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap

140
gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang
tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya.

Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen
simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya.

Ia + Ib = 3 Io

Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat
jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)

3.3. Pemutus Balik Otomatis (Recloser)

Pemutus balik otomatis (Automatic circuit recloser = Recloser) ini


secara fisik mempunyai kemampuan sepertipemutus beban, yang dapat bekerja
secara otomatis untuk mengamankan sistem dari arus lebih yang diakibatkan
adanya gangguan hubung singkat.

3.4. Saklar seksi Otomatis (sectionaliser)

Sectionaliser adalah alat perlindungan terhadap arus lebih, hanya


dipasang bersama-sama dengan PBO yang berfungsi sebagai pengaman
back-upnya. Alat ini menghitung jumlah operasi pemutusan yang dilakukan
oleh perlindungan back-upnya secara otomatis disisi hulu dan SSO ini

141
membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang dalam posisi
terbuka.

3.5. Pelebur (fuse cut out)

Adalah suatu alat pemutus, dimana dengan meleburnya bagian dari


komponen yang telah dirancang khusus dan disesuaiakan ukurannya untuk
membuka rangkaian dimana pelebur tersebut dipasang dan memutuskan
arus bila arus tersebut melebihi suatu nilai dalam waktu tertentu. Oleh
karena pelebur ditujukan untuk menghilangkan gangguan permanen, maka
pelebur dirancang meleleh pada waktu tertentu pada nilai arus gangguan
tertentu.

3.6. Koordinasi Peralatan Pengaman SUTM 20 kV

Pada dasarnya prinsip pokok dari koordinasi adalah :

a. Peralatan pengaman pada sisi beban harus dapat menghilangkan


gangguan menetap atau sementara yang terjadi pada saluran,
sebelum peralatan pengaman di sisi sumber beroperasi memutuskan
saluran sesaat atau membuka terus.

b. Pemadaman yang terjadi akibat adanya gangguan menetap harus


dibatasi sampai pada seksi sekecil mungkin.

IV. PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN DAN ANALISIS

KOORDINASI PERALATAN PENGAMAN.

4.1. Data-data Pengusahaan :

I hs 3Φtt : 17.856,96 Ampere

Kapasitas trf : 60 MVA

Impedansi Trafo : 12,5 %

Impedansi JTM 3 Φ : Z1 = Z

2 = 0,134 + j0,308

142
Z0 = 0,413 + j0,949

Impedansi JTM 1 fasa Z1

= 1,623 + j0,746

4.2. Perhitungan dan analisis Impedansi trafo :

Arus gangguan maximum adalah yang terjadi pada dekat rel 20 kV GI.

143
Arus gangguan yang terjadi pada ujung jaringan SUTM (JTM) adalah
merupakan arus hubung singkat minimum, rumus perhitungan sebagai berikut :

4.3. Setting arus OCR :

Peralatan dengan arus nominal terendah adalah CT, dengan In = 400


Ampere.

Is ocr = 1,2 x In CT = 480 Ampere

144
Setting waktu tunda relay OCR untuk penyulang dipilih

karakteristik Very Inverse, dengan rumus

td vi = k./((Ihs /Is ocr )^)-1.

dimana : (k) = 0,1  = 13,5 dan  = 1.

145
4.4. Setting GFR

Setting GFR pada penyulang : 0,5 x In CT: 200 Ampere

Setting waktu tunda relay GFR dipilih karakteristik

Standar Inverse, dengan rumus waktu tunda, berikut :

tdsi= k./((Ihs /Is ocr )^)-1.

Relay GFR juga dikombinasi dengan setting waktu tunda definite (waktu tunda
tertentu), yang mana pemilihannya ditetapkan 1 detik.

146
4.5. Setting arus momen (Im)

Setting arus momen ( Im ) yang akan bekerja tanpa tunda waktu, penetapannya
sebagai berikut :

1. Setting arus momen OCR = 400 % x In terendah


2. Setting arus momen GFR = 600 % x In terendah

4.6. Koordinasi OCR dengan PBO1

Dengan beban tertinggi pada PBO1 sebesar 250 ampere, maka ditetapkan I sett
PBO1 adalah 320 Ampere

147
4.7. Koordinasi OCR, PBO 1 dan PBO 2a

Beban tertinggi pada PBO 2a adalah sebesar 88 Ampere, maka setting arus
pada PBO 2a ditetapkan 200 Ampere

4.8. Koordinasi OCR, PBO 1 dan PBO 2b

148
Beban tertinggi pada PBO 2a adalah sebesar 40 Ampere, maka setting arus
pada PBO 2a ditetapkan 140 Ampere

Kesimpulan

1. Besar arus gangguan pada sistem 3 fasa 4 kawat memberikan keuntungan


koordinasi atara peralatan pengaman yang satu dengan yang lain dengan baik.

2. Perbedaan mendasar dari perhitungan arus gangguan maksimum dengan


minimum adalah besar impedansi jaringan Z1, Z2 dan Z0, dimana pada arus
gangguan maksimum yang terjadi dekat gardu induk, nilai impedansi
jaringan mendekati nol, dan pada arus gangguan minimum nilai impedansi
jaringan sesuai nilai impedansi pada titik lokasi gangguan (≠ 0).

Rumus perhitungan yang digunakan untuk kedua kondisi pada dasarnya sama.

3. Jangkauan relay sangat dipengaruhi besar kecilnya arus hubung singkat,


sedangkan besar arus hubung singkat dipengaruhi :

a. Jumlah pembangkit yang masuk ke sistem jaringan.

b. Kapasitas dan impedansi trafo

149
c. Titik gangguan atau panjang jaringan.

4. Peralatan Pengaman pada penyulang KLU-03 masih bisa menjangkau


(melakukan penginderaan) pada saat menerima pelimpahan beban dari
penyulang WLI-06.

Prinsip Kerja Generator sinkron

Setelah kita membahas di sini mengenai konstruksi dari suatu generator


sinkron, maka artikel kali ini akan membahas mengenai prinsip kerja dari suatu
generator sinkron. Yang akan menjadi kerangka bahasan kali ini adalah
pengoperasian generator sinkron dalam kondisi berbeban, tanpa beban,
menentukan reaktansi dan resistansi dengan melakukan percobaan tanpa beban
(beban nol), percobaan hubung-singkat dan percobaan resistansi jangkar.

Seperti telah dijelaskan pada artikel-artikel sebelumnya, bahwa


kecepatan rotor dan frekuensi dari tegangan yang dibangkitkan oleh suatu
generator sinkron berbanding lurus. Gambar 1 akan memperlihatkan prinsip kerja
dari sebuah generator AC dengan dua kutub, dan dimisalkan hanya memiliki satu
lilitan yang terbuat dari dua penghantar secara seri, yaitu penghantara dan a’.

Lilitan seperti disebutkan diatas disebut “Lilitan terpusat”, dalam generator


sebenarnya terdiri dari banyak lilitan dalam masing-masing fasa yang terdistribusi
pada masing-masing alur stator dan disebut “Lilitan terdistribusi”. Diasumsikan
rotor berputar searah jarum jam, maka fluks medan rotor bergerak sesuai lilitan
jangkar. Satu putaran rotor dalam satu detik menghasilkan satu siklus per detik
atau 1 Hertz (Hz).Bila kecepatannya 60 Revolution per menit (Rpm), frekuensi 1
Hz. Maka untuk frekuensi f = 60 Hz, rotor harus berputar 3600 Rpm. Untuk
kecepatan rotor n rpm, rotor harus berputar pada kecepatan n/60 revolution per
detik (rps). Bila rotor mempunyai lebih dari 1 pasang kutub, misalnya P kutub
maka masing-masing revolution dari rotor menginduksikan P/2 siklus tegangan
dalam lilitan stator. Frekuensi dari tegangan induksi sebagai sebuah fungsi dari
kecepatan rotor, dan diformulasikan dengan:
Untuk generator sinkron tiga fasa, harus ada tiga belitan yang masing-masing
terpisah sebesar 120 derajat listrik dalam ruang sekitar keliling celah udara

150
seperti diperlihatkan pada kumparan a – a’, b – b’ dan c – c’ pada gambar 2.
Masing-masing lilitan akan menghasilkan gelombang Fluksi sinus satu dengan
lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi
sesaat :

ΦA = Φm. Sin ωt

ΦB = Φm. Sin ( ωt – 120° )

ΦC = Φm. Sin ( ωt – 240° )

Besarnya fluks resultan adalah jumlah vektor ketiga fluks tersebut adalah:

ΦT = ΦA +ΦB + ΦC, yang merupakan fungsi tempat (Φ) dan waktu (t),
maka besar- besarnyafluks total adalah:

ΦT = Φm.Sin ωt + Φm.Sin(ωt – 120°) + Φm. Sin(ωt– 240°). Cos (φ –


240°)
Dengan memakai transformasi trigonometri dari :

Sin α . Cos β = ½.Sin (α + β) + ½ Sin (α + β ),

maka dari persamaan diatas diperoleh :

ΦT = ½.Φm. Sin (ωt +φ )+ ½.Φm. Sin (ωt – φ) + ½.Φm. Sin ( ωt + φ –


240° )+ ½.Φm.

Sin (ωt – φ) +½.Φm. Sin (ωt + φ – 480°)

Dari persamaan diatas, bila diuraikan maka suku kesatu, ketiga, dan
kelima
akan silang menghilangkan. Dengan demikian dari persamaan akan didapatfluksi
total sebesar,

ΦT = ¾ Φm. Sin ( ωt - Φ ) Weber .

Jadi medan resultan merupakan medan putar dengan modulus 3/2 Φ


dengan
sudut putar sebesar ω. Maka besarnya tegangan masing-masing fasa adalah :

151
E maks = Bm. ℓ. ω r Volt

dimana :

Bm = Kerapatan Fluks maksimum kumparan medan rotor (Tesla)

ℓ = Panjang masing-masing lilitan dalam medan magnetik (Weber)

ω = Kecepatan sudut dari rotor (rad/s)

r = Radius dari jangkar (meter)

Generator Tanpa Beban

Apabila sebuah mesin sinkron difungsikan sebagai generator dengan


diputar pada kecepatan sinkron dan rotor diberi arus medan (If), maka pada
kumparan jangkar stator akan diinduksikan tegangan tanpa beban (Eo), yaitu
sebesar:

Eo = 4,44 .Kd. Kp. f. φm. T Volt

Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
sehingga tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh
arus medan (If). Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan keluaran
juga akan naik sampai titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada gambar 3.
Kondisi generator tanpa beban bisa digambarkan rangkaianekuivalennya seperti
diperlihatkan pada gambar 3b.

Generator Berbeban

Bila generator diberi beban yang berubah-ubah maka besarnya tegangan


terminal V akan

berubah-ubah pula, hal ini disebabkan adanya kerugian tegangan pada:

a. Resistansi jangkar Ra
b. Reaktansi bocor jangkar Xl
c. Reaksi Jangkar Xa

152
1. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya
kerugian tegang/fasa (tegangan jatuh/fasa) dan I.Ra yang
sefasa dengan arus jangkar.
2. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian
fluks yang terjadi tidak mengimbas pada jalur yang telah
ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor.
3. Reaksi Jangkar
4. Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat
generator dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar (ΦA )
yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada
kumparan medan rotor(ΦF), sehingga
akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :

Menentukan Resistansi dan Reaktansi

Untuk bisa menentukan nilai reaktansi dan impedansi dari sebuah


generator, harus dilakukan percobaan (test). Ada tiga jenis test yang biasa
dilakukan, yaitu:

a. Test Tanpa beban ( Beban Nol )


b. Test Hubung Singkat.
c. Test Resistansi Jangkar.

Test Tanpa Beban

Test Tanpa Beban dilakukan pada kecepatan Sinkron dengan rangkaian


jangkar terbuka (tanpa beban) seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Percobaan
dilakukan dengan cara mengatur arus medan (If) dari nol sampai rating tegangan
output terminal tercapai.

Test Hubung Singkat


Untuk melakukan test ini terminal generator dihubung singkat, dan
dengan Ampermeter diletakkan diantara dua penghantar yang dihubung singkat

153
tersebut. Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai diperoleh arus jangkar
maksimum. Selama proses test arus If dan arushubung singkat Ihs dicatat.
Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar dalam bentuk kurva
karakteristik.
Impedansi Sinkron dicari berdasarkan hasil test, adalah:
If = konstatn

Test Resistansi Jangkar


Dengan rangkaian medan terbuka, resistansi DC diukur antara dua
terminal output sehingga dua fasa terhubung secara seri, Gambar 9. Resistansi
per fasa adalah setengahnya dari yang diukur.
Dalam kenyataannya nilai resistansi dikalikan dengan suatu faktor untuk
menentukan nilai resistansi AC efektif , eff R . Faktor ini tergantung pada bentuk
dan ukuran alur, ukuran penghantar jangkar, dan konstruksi kumparan. Nilainya
berkisar antara 1,2 s/d 1,6

“PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK”


I. Pengertian Proteksi Transmisi Tenaga
Listrik

Gambar 1. Gambar jaringan sistem tenaga listrik

154
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik
sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga
listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) dapat
disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman. Proteksi
transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar jika terjadi
gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak
mengalami kerusakan.Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi
menyala.Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan
pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan.Jika saat
melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman
yang terpasang haurus bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang
sedang melaukukan perawatan.

Tujuan dari sistem proteksi adalah

a. untuk mengidentifikasi gangguan, memisahkan bagian instalasi yang


terganggu dari bagian lain yang masih normal dan sekaligus
mengamankan instalasi dari kerusakan atau kerugian yang lebih
besar, serta memberikan informasi / tanda bahwa telah terjadi
gangguan, yang pada umumnya diikuti dengan membukanya PMT.
b. Pemutus Tenaga ( PMT ) untuk memisahkan / menghubungkan
satu bagian instalasi dengan bagian instalasi lain, baik instalasi dalam
keadaan normal maupun dalam keadaan terganggu. Batas dari
bagian-bagian instalasi tersebut dapat terdiri dari satu PMT atau lebih
Sedangkan untuk syarat yang harus dimiliki oleh sebuah sistem
proteksi adalah Sensitif : yaitu mampu merasakan gangguan
sekecil apapun
c.
1. Andal : yaitu akan bekerja bila diperlukan (dependability) dan
tidak akan bekerja bila tidak diperlukan (security).
2. Selektif : yaitu mampu memisahkan jaringan yang terganggu
saja.
3. Cepat : yaitu mampu bekerja secepat-cepatnya

155
Proteksi ini berbeda dengan pengaman.Jika pengaman suatu sistem
berarti system tersebut tidak merasakan gangguan sekalipun.Sedangkan
proteksi atau pengaman sistem, sistem merasakan gangguan tersebut
namun dalam waktu yang sangant singkat dapat diamankan.Sehingga
sistem tidak mengalami kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama.
Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat berupa :

A. GANGGUAN SISTEM

Gangguan sistem adalah gangguan yang terjadi di sistem tenaga


listrik seperti pada transformator, reaktor, kapasitor, busbar, SUTT, SKTT,
SUTET dan lain sebagainya.Gangguan sistem dapat dikelompokkan
sebagai gangguan permanen dan gangguan temporer.

B. GANGGUAN NON SISTEM

Gangguan non sistem adalah gangguan bukan pada sistem, jenis


nya antara lain kerusakan komponen relai, kabel kontrol terhubung
singkat dan interferensi / induksi pada kabel kontrol.

Dan untuk jenis tipe gangguan pada sistem proteksi terdiri dari

1. Gangguan Fasa

Terhubungnya dua fasa atau lebih, secara langsung atau


tidak.Meliputi gangguan hubung singkat dua fasa dan tiga fasa.
Hubung singkat ditandai dengan:

- Turunnya tegangan sistem jaringan.


- Kenaikan arus dalam waktu yang sangat pendek

2. Gangguan Tanah
Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara
langsung atau tidak langsung. (tiang, badan trafo, selubung timah
kabel).

156
II. Relay Proteksi

Gambar 2. Skema diagram relay proteksi

a. ELEMEN PEMBANDING

Elemen ini berfungsi menerimabesaran setelah terlebih


dahulu besaran itu diterima oleh elemen pengindera
untukmembandingkan besaran listrikpada saat keadaan normal
denganbesaran arus kerja relai.

b. ELEMEN PENGINDERA

Elemen ini berfungsi untukmerasakan besaran-besaran


listrik,seperti arus, tegangan, frekuensi,dan sebagainya tergantung
relai yang dipergunakan.

Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan


keadaannya,apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan
gangguan atau dalam keadaan normal, untuk selanjutnya besaran
tersebut dikirimkan keelemen pembanding.

157
c. ELEMEN PENGUKUR

Elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara cepet


pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk
membuka PMT atau memberikan sinyal.

Relay adalah Sebuah alat yang bertugas menerima/mendeteksi


besaran tertentu untuk kemudian mengeluarkan perintah sebagai
tanggapan (respons) atas besaran yang dideteksinya.

Berdasarkan cara mendeteksi besaran:

a) Relay Primer; besaran yang dideteksi misalnya arus, dideteksi


secara langsung.
b) Relay Sekunder; besaran yang dideteksi, melalui alat-alat bantu
misalnya trafo arus/trafo tegangan
Konstruksi Relay terdiri dari dua bagian utama yaitu kumparan magnit
dan kumparan induksi

III. Jenis-jenis Relay

a) Relay Arus Lebih


Merupakan rele Pengaman yang bekerja karena adanya
besaran arus dan terpasang pada Jaringan Tegangan tinggi,
Tegangan menengah juga pada pengaman Transformator
tenaga. Rele ini berfungsi untuk mengamankan peralatan listrik
akibat adanya gangguan phasa-phasa.
Jenis Relay Arus Lebih:

158
1. Relay invers; waktu kerjanya tergantung kepada besarnya
arus hubung singkat, makin besar makin cepat. Pada
koordinasi antara relay-relay invers berlaku koordinasi arus
dan waktu sekaligus.
2. Relay Cepat; digunakan dalam kombinasi dengan relay
definit/invers apabila diperlukan waktu kerja yang lebih cepat
misalnya jika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat
besar.
3. Relay Definit; bekerjanya tidak tergantung kepada besarnya
arus hubung singkat yang melaluinya. Waktu kerjanya disetel
tertentu dan biasanya dikoordinasikan dengan waktu kerja
pengaman didepan dan dibelakangnya.

Gambar 3. Bentuk fisik dari relay arus lebih


b) Relay Diffrensial
Relay Differensial pada prinsipnya adalah sama saja dengan relay arus lebih
hanya saja lebih peka karena harus bekerja terhadap arus yang kecil.
Perbedaan dengan relay arus lebih terletak pada rangkaian listrik yang bertugas
mendeteksi arus.

159
Gambar 4. Skema dan bentuk fisik relay diffrensial
c). Relai gangguan tanah terbatas
Rele Gangguan Tanah Terbatas ini berfungsi untuk mengamankan
transformator terhadap tanah didalam daerah pengaman transformator
khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh
RELE differential, yang disambung ke instalasi trafo arus ( CT ) dikedua sisi.

Gambar 5. Single diagram Rele Gangguan Tanah Terbatas

160
d). Relai Bucholtz
Rele Bucholtz berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan
oleh loncatan ( bunga ) api dan pemanasan setempat dalam minyak
transformator. Penggunaan rele deteksi gas (Bucholtz) pada Transformator
terendam minyak yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada
gangguan Transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating yang
umumnya menghasilkan gas.

Gambar 6. Bentuk fisik dari relai Bucholtz

e). Relai jansen


Relai Jansen berfungsi untuk mengamankan pengubah tap (tap changer)
dari transformator.

1. Tap changer adalah alat yang terpasang pada trafo,berfungsi untuk


mengatur tegangan keluaran (sekunder) akibat beban maupun variasi
tegangan pada sistem masukannya (input).
2. Tap changer umumnya dipasang pada ruang terpisah dengan ruang
untuk tempat kumparan,dimaksudkan agar minyak tap changer tidak
bercampur dengan minyak tangki utama.
3. Untuk mengamankan ruang diverter switch apabila terjadi
gangguan pada sistem tap changer ,digunakan pengaman yang biasa
disebut :RELE JANSEN (bucholznya Tap changer).
4. Jenis dan tipe rele jansen bermacam-macam bergantung pada merk
Trafo: misalnya RS 1000,LF 15,LF 30.
5. Rele jansen dipasang antara tangki tap changer dengan konservator
minyaktap changer.

161
Gambar 7. Bentuk fisik dari relai Jensen

f). Relai zero sequenze current


Konstruksi dan prinsif kerjanya adalah seperti relay arus lebih, hanya
rangkaian arusnya yang bertugas mendeteksi arus zero sequenze yang berbeda.
Juga karena arus zero sequenze ini ordenya lebih kecil maka relay arus zero
sequenze ini juga harus lebih peka dari relai arus lebih.

Dalam keadaan normal maka arus dalam setiap fasa IR, IS, dan IT sama
besarnya (Simetris) masing-masing berbeda fasa 1200 ,sehingga arus melewati
kumparan Zo =0. tetapi apabila ada gangguan hubung tanah maka keadaan
arus setiap fasa tidak simetris lagi dan mengalirkan komponen arus urutan nol
lewat kumparan Zo sehingga relai arus zero Sequenze bekerja.

Gambar 8. Rangkaian arus relai zero sequencec cureent dan diagram


vektornya

162
g). Relai tekan lebih
Rele Tekanan Lebih ini berfungsi mengamankan tekanan lebih pada
transformator, dipasang pada transformator tenaga dan bekerja dengan
menggunakan membrane.Tekanan lebih terjadi karena adanya flash over atau
hubung singkat yang timbul pada belitan transformator tenaga yang terendam
minyak, lalu berakibat decomposisi dan evaporasi minyak, sehingga
menimbulkan tekanan lebih pada tangki transformator.

Gambar 9. Bentuk fisik dari relai tekan lebih

h). Relai Impedansi


Relay impedansi disebut juga relay jarak atau impedance relay atau
Distance relay. Disebut relay impedansi karena mendeteksi impedansi tapi
disebut relay jarak karena bersifat mengukur jarak. Rele ini mempunyai beberapa
karaktristik seperti mho, quadralateral, reaktans, dll. Sebagai unit proteksi relai ini
dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti putt, pott dan blocking. Jika tidak
terdapat teleproteksi maka rele ini berupa step distance saja

163
i) . Directional Comparison Relay.
Relai penghantar yang prinsip kerjanya membandingkan arah gangguan, jika
kedua relai pada penghantar merasakan gangguan di depannyamaka relai akan
bekerja. Cara kerjanya ada yang menggunakan directional impedans, directional
current dan superimposed

Gambar 11. Gambar single line diagram directional comparison relai


j) . Relai hubung tanah (GFR)
Rele hubung tanah merupakan rele Pengaman yang bekerja karena
adanya besaran arus dan terpasang pada jaringan Tegangan tinggi,Tegangan
menengah juga pada pengaman Transformator tenaga.

164
Gambar 12. Diagram Pengaman arus lebih dengan 3 OCR + GFR

k) . Circuit Breaker (CB)


Circuit Breaker (CB) adalah salah satu peralatan pemutus daya yang
berguna untuk memutuskan dan menghubungkan rangkaian listrik dalam kondisi
terhubung ke beban secara langsung dan aman, baik pada kondisi normal
maupun saat terdapat gangguan. Berdasarkan media pemutus listrik / pemadam
bunga api, terdapat empat jenis CB sbb:
1. Air Circuit Breaker (ACB), menggunakan media berupa udara.
2. Vacuum Circuit Breaker (VCB), menggunakan media berupa vakum.
3. Gas Circuit Breaker (GCB), menggunakan media berupa gas SF6.
4. Oil Circuit Breaker (OCB), menggunakan media berupa minyak.
Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu peralatan untuk
menjadi pemutus daya :
a. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara kontinu.
b. Mampu memutuskan atau menutup jaringan dalam keadaan berbeban
ataupun dalam keadaan hubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada
pemutus daya itu sendiri.
c. Mampu memutuskan arus hubung singkat dengan kecepatan tinggi.

Relay Suhu
Relay ini digunakan untuk mengamankan transformator dari
kerusakan akibat adanya suhu yang berlebihan. Ada 2 macam relay
suhu pada transformator, yaitu :

165
a. Relay Suhu Minyak
Relay ini dilengkapi dengan sensor yang dipasang pada minyak isolasi
transformator. Pada saat transformator bekerja memindahkan daya dari sisi
primer ke sisi sekunder, maka akan timbul panas pada minyak isolasi, akibat rugi
daya maupun adanya gangguan pada transformator.

b. Relay Suhu Kumparan


Relay ini hampir sama dengan relay suhu minyak. Perbedaannya terletak
pada sensornya.Sensor relay suhu kumparan berupa elemen pemanas yang
dialiri arus dari transformator arus yang dipasang pada kumparan-kumparan
transformator.

Gambar 13. Rangakaian relai suhu

166
D. RANGKUMAN
Pentanahan titik netral sistem adalah hubungan titik netral dengan tanah,
baik langsung maupun melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan
Petersen.

167
Kegiatan Belajar 5 :
PEMILIHAN ALAT UNTUK PEMASANGAN
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan prosedur pemasangan proteksi system tenaga listrik.
b. Mengidentifikasi komponen sistem proteksi tenaga listrik.
c. Menjelaskan alat dan perlengkapan proteksi system tenaga listrik
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Mampu Memilih alat dan perlengkapan yang digunakan untuk
pemasangan proteksi system tenaga listrik.

3. Uraian Materi
Salah satujenis pemilihan alat dalam pemsangan proteksi system tenaga
listrik adalah dngan mengunakan system pentanahan.

1. Grounding atau Pentanahan

Penghubungan bagian-bagia peralatan listrik yang pada keadaan normal


tidak dialiri arus.Tujuannya adalah untuk membatasi tegangan antara
bagian-bagian peralatan yang tidak dialiri arus, dan antara bagian-bagian
tersebut dengan tanah, sampai pada suatu nilai yang aman untuk semua
kondisi operasi, baik kondisi normal maupun saat terjadi gangguan.
a) Semua bagian instalasi yang terbuat dari logam (menghantar
listrik) dan dengan mudah bisa disentuh manusia. Hal ini perlu agar potensial
dari logam yang mudah disentuh manusia selalu sama dengan potensial
tanah (bumi) tempat manusia berpijak sehingga tidak berbahaya bagi
manusia yang menyentuhnya.
b) Bagian pembuangan muatan listrik (bagian bawah) dari lightning
arrester. Hal ini diperlukan agar lightning arrester dapat berfungsi dengan

168
baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah
(bumi) dengan lancar,
c) Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat
petir ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester.Karena
letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang
transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat
disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
d) Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini
diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang
menyangkut gangguan hubung tanah.Dalam praktik, diinginkan agar
tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut di atas tidak melebihi
4 ohm.
Secara teoritis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas
penampang bumi tak terhingga.Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya
tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh
adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah di mana alat
tersebut dipasang (dalam tanah).
Pada saat terjadi gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan
menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang disebabkan
karena adanya tahanan tanah. Bila arus hubung-singkat ke tanah
dipaksakan mengalir melalui tanah dengan tahanan yang tinggi, maka hal
tersebut akan menimbulkan perbedaan tegangan yang besar dan bisa jadi
berbahaya. Oleh sebab itu diperlukan sistim pentanahan yang berguna untuk
memperoleh tegangan potensial yang merata dalam suatu bagian struktur
dan peralatan, serta untuk memperoleh jalan balik arus hubung-singkat/arus
gangguan ke tanah yang memiliki resistansi rendah."

2. SYARAT – SYARAT SISTEM PENTANAHAN YANG EFEKTIF


Tahanan pentanahan harus memenuhi syarat yang di inginkan
untuk suatu keperluan pemakaian Elektroda yang ditanam dalam tanah
harus :
- Bahan Konduktor yang baik
- Tahan Korosi
- Cukup Kuat

169
- Jangan sebagai sumber arus galvanis
- Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah
sekelilingnya.
- Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
- Biaya pemasangan serendah mungkin.
Alat apa saja yang dipakai dalam pentanahan????
1. Batang pentanahan tunggal (single grounding rod).
2. Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari
beberapa batang tunggal yang dihubungkan paralel.
3. Anyaman pentanahan (grounding mesh), merupakan anyaman kawat
tembaga.
4. Pelat pentanahan (grounding plate), yaitu pelat tembaga.
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TAHANAN
PENTANAHAN
Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :
Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke
peralatan yang ditanahkan.
Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan,
akan tetapi tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan
akan mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi tinggi
seperti misal pada saat terjadi lightningdischarge. Untuk menghindarinya,
sambungan ini di usahakan dibuat sependek mungkin.Dari ketiga faktor
tersebut diatas yang dominan pengaruhnya adalah tahanan sekeliling
elektroda atau dengan kata lain tahanan jenis tanah (ρ).
a. TAHANAN JENIS TANAH (ρ)
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding
lurus dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan
tergantung pada beberapa faktor :
sifat geologi tanah
Komposisi zat kimia dalam tanah

170
Kandungan air tanah
Temperatur tanah
Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.Sifat Geologi
Tanah Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis
tanah.Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar.Tanah
liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan
quartz bersifat sebagai insulator.
b. KOMPOSISI ZAT – ZAT KIMIA DALAM TANAH
Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik
maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.Didaerah
yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan
jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan
atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan
yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih
dalam dimana larutan garam masih terdapat
.
c. KANDUNGAN AIR TANAH
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan
jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%.Dalam
salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air
tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30
kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.

d. TEMPERATUR TANAH
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil
terhadap perubahan temperatur permukaan.Bagi Indonesia daerah tropic
perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga faktor
temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.

e. ELEKTRODA PENTANAHAN
Jenis Elektroda pentanahan
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem
pentanahan yaitu :

171
Elektroda Batang
Elektroda Pelat
Elektroda Pita
Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun
multiple dan juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.

f. ELEKTRODA BATANG
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam vertikal
di dalam tanah.
Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel.
Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic
couple yang dapat menyebabkan korosi.Ukuran Elektroda :
diameter 5/8 ” - 3/4 ”
Panjang 4 feet – 8 feet
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk
pemakaian pentanahan yang lain.

g. ELEKTRODA PELAT
Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau empat persegi
panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam
didalam tanah.Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan
menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan
vertical.Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.

h. ELEKTRODA PITA
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau
juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ±
2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai
tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak
mengalami kekeringan.
Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan
jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.

172
i. PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan
tahanan jenis tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan
yang diinginkan seringkali sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk
mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda ditanam tahanan jenis
tanah menjadi rendah, yaitu :
Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan
dimasukkan mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat
atau cokas. Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat
nimia yang mana akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-
zat nimia yang biasa di pakai adalah sodium chloride, calsium chloride,
magnesium sulfat, dan coper sulfat Dengan Bentonite.
Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu dengan mencampur
bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite tersebut
dapat menghasilkan tahanan jenis tanah yang rendah.Dengan menanamkan
campuran bentonite tersebut disekeliling elektroda maka tahanan
pentanahandapat diperkecil 1/10 – 1/15 kali.
Komposisi campuran bentonite menurut perbandingan :Bentonite : garam
dapur : air = 1 : 0,2 : 2

4. SISTEM PENTANAHAN
Gardu induk merupakan salah satu bagian dari sistem tenaga listrik
yang mempunyai kemungkinan sangat besar mengalami bahaya yang
disebabkan oleh timbulnya gangguan sehingga arus gangguan itu mengalir
ke tanah sebagai akibat isolasi peralatan yang tidak berfungsi dengan baik.
Arus gangguan tersebut akan mengalir pada bagian bagian peralatan yang
terbuat dari metal dan juga mengalir dalam tanah di sekitar gardu induk.
Arus gangguan ini menimbulkan gradien tegangan diantara :
a. peralatan dengan peralatan
b. peralatan dengan tanah
c. permukaan tanah itu sendiri
Besarnya gradien tegangan pada permukaan tanah tergantung pada:
a. Tahanan jenis tanah

173
b. Struktur tanah tersebut
Salah satu usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah
maka diperlukan suatu pentanahan yaitu dengan cara menambahkan
elektroda pentanahan yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi
peralatan listrik (gardu induk) biasanya tersebar dan berada pada daerah
yang kemungkinannya mempunyai struktur tanah berlapis-lapis maka
diperlukan perencanaan pentanahan yang sesuai, dengan tujuan untuk
mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil sehingga tegangan
permukaan yang timbul tidak membahayakan baik dalam kondisi normal
maupun saat terjadi gangguan ke tanah. Dalam paper ini analisa dilakukan
dengan menggunakan elektroda batang (Rod) dengan berbagai jenis
pemasangannya
Pentanahan peralatan adalah penghubungan bagian bagian peralatan listrik
yang pada keadaan normal tidak dialiri arus.Tujuannya adalah untuk
membatasi tegangan antara bagian bagian peralatan yang tidak dialiri arus
dan antara bagian bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang
aman untuk semua kondisi operasi baik kondisi normal maupun saat terjadi
gangguan.Sistem pentanahan ini berguna untuk memperoleh potensial yang
merata dalam suatu bagian struktur dan peralatan serta untuk memperoleh
impedansi yang rendah sebagai jalan balik arus hubung singkat ke tanah.
Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir melalui tanah
dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan perbedaan tegangan yang
besar dan berbahaya.
Dalam analisis ini digunakan beberapa parameter yaitu kedalaman
penanaman elektroda pentanahan, panjang elektroda batang, jumlah
elektroda batang (rod), ketebalan lapisan tanah bagian pertama dan tahanan
jenis tanah tiap lapisan dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu:
a. Lapisan-lapisan tanah sejajar terhadap permukaan tanah
b. Tahanan jenis tanah adalah konstan untuk setiap lapisan
c. Analisa hanya dilakukan untuk elektroda rod
d. panjang rod (L) untuk semua kemungkinan pemasangan adalah sama
(3.5 meter).
Pada saat terjadi gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan
menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang disebabkan

174
karena adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu terjadi
seseorang berjalan di atas switch yard sambil memegang atau menyentuh
suatu peralatan yang diketanahkan yang terkena gangguan, maka akan ada
arus mengalir melalui tubuh orang tersebut. Arus listrik tersebut mengalir dari
tangan ke kedua kaki dan terus ke tanah, bila orang tersebut menyentuh
suatu peralatan atau dari kaki yang satu ke kaki yang lain, bila ia berjalan di
switch yard tanpa menyentuh peralatan. Arus ini yang membahayakan orang
dan biasanya disebut arus kejut.Berat ringannya bahaya yang dialami
seseorang tergantung pada besarnya arus listrik yang melalui tubuh,
lamanya arus tersebut mengalir dan frekuensinya.
1. Arus Melalui Tubuh Manusia
Kemampuan tubuh manusia terhadap besarnya arus yang
mengalir di dalamnya terbatas dan lamanya arus yang masih dapat
ditahan sampai yang belum membahayakan sukar ditetapkan.
Berdasarkan hal ini maka batas - batas arus berdasarkan pengaruhnya
terhadap tubuh manusia dijelaskan berikut ini . Bila seseorang
memegang penghantar yang diberi tegangan mulai dari harga nol dan
dinaikkan sedikit demi sedikit, arus listrik yang melalui tubuh orang
tersebut akan memberikan pengaruh. Mula mula akan merangsang
syaraf sehingga akan terasa suatu getaran yang tidak berbahaya bila
dengan arus bolak balik dan akan terasa sedikit panas pada telapak
tangan bila dengan arus searah (arus persepsi) Bila tegangan yang
menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi dinaikkan lagi maka orang
akan merasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka otot-otot akan kaku
sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk melepaskan konduktor
tersebut.
Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar dari arus
yang mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang menjadi pingsan
bahkan sampai mati, hal ini disebabkan arus listrik tersebut
mempengaruhi jantung sehingga jantung berhenti bekerja dan peredaran
darah tidak jalan.Penelitian yang telah dilakukan oleh Dalziel disebutkan
bahwa 99.5 % dari semu orang yang beratnya kurang dari 50 kg masih
dapat menahan arus pada frekuensi 50 Hz atau 60 Hz yang mengalir

175
melalui tubuhnya dan waktu yang ditentukan oleh persamaan sebagai
berikut :
Keterangan :
Ik : besarnya arus yang mengalir melalui tubuh (Ampere)
t : lamanya arus mengalir dalam tubuh atau lama ganguan tanah (detik)
K : konstanta empiris, sehubungan dengan adanya daya kejut yang
dapat ditahan oleh X % dari sekelompok manusia.
Untuk X=99.5 %, 50 kg diperoleh K= 0.0135, maka k = 0.116
Untuk X=99.5 %, 70 kg diperoleh K=0.01246 maka k = 0.157Dengan
menggunakan persamaan (3) akan diperoleh besarnya arus yang masih
dapat ditahan seseorang sebagai berikut :
2. Tahanan Tubuh Manusia
Tahanan tubuh manusia berkisar di antara 500 Ohm sampai
100.000 Ohm tergantung dari tegangan, keadaan kulit pada tempat yang
mengadakan hubungan (kontak) dan jalannya arus dalam tubuh. Kulit
yang terdiri dari lapisan tanduk mempunyai tahanan yang tinggi, tetapi
terhadap tegangan yang tinggi kulit yang menyentuh konduktor langsung
terbakar, sehingga tahanan dari kulit ini tidak berarti apa-apa.Tahanan
tubuh manusia ini yang dapat membatasi arus.Berdasarkan hasil
penyelidikan oleh para ahli maka sebagai pendekatan diambil harga
tahanan tubuh manusia sebesar 1000 Ohm.
3. Karakteristik Tanah
Karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak
diketahui karena mempunyai kaitan erat dengan perencanaan dan
sistem pentanahan yang akan digunakan. Sesuai dengan tujuan
pentanahan bahwa arus gangguan harus secepatnya terdistribusi secara
merata ke dalam tanah, maka penyelidikan tentang karakteristik tanah
sehubungan dengan pengukuran tahanan dan tahanan jenis tanah
merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi besarnya tahanan
pentanahan.Pada kenyataannya tahanan jenis tanah harganya
bermacam-macam, tergantung pada komposisi tanahnya dan faktor
faktor lain.Untuk memperoleh harga tahanan jenis tanah yang akurat
diperlukan pengukuran secara langsung pada lokasi pembangunan
gardu induk karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak

176
sesederhana yang diperkirakan.Pada suatu lokasi tertentu sering
dijumpai beberapa jenis tanah yang mempunyai tahanan jenis yang
berbeda-beda (non uniform). Pada pemasangan sistem pentanahan
dalam suatu lokasi gardu induk, tidak jarang peralatan pentanahan
tersebut ditanam pada dua atau lebih lapisan tanah yang berbeda yang
berarti bahwa tahanan jenis tanah di tempat itu tidak sama. Apabila
lapisan tanah pertama dari sistem pentanahan mempunyai tahanan jenis
sebesar r 1 sedangka lapisan bawahnya dengan tahanan jenisnya
adalah r 2, maka diperoleh faktor refleksi K seperti pada persamaan.
Dari persamaan (6) di atas memungkinkan faktor refleksi K
berharga positif atau negatif. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tahanan jenis tanah antara lain: Pengaruh temperatur,
pengaruh gradien tegangan, pengaruh besarnya arus, pengaruh
kandungan air dan pengaruh kandungan bahan kimia. Pada sistem
pengetanahan yang tidak mungkin atau tidak perlu untuk ditanam lebih
dalam sehingga mencapai air tanah yang konstan, variasi tahanan jenis
tanah sangat besar. Kadangkala pada penanaman elektroda
memungkinkan kelembaban dan temperatur bervariasi, untuk hal seperti
ini harga tahanan jenis tanah harus diambil dari keadaan yang paling
buruk, yaitu tanah kering dan dingin. Berdasarkan harga inilah dibuat
suatu perencanaan pengetanahan.
Nilai tahanan jenis tanah (r ) sangat tergantung pada tahanan
tanah ( R ) dan jarak antara elektroda-elektroda yang digunakan pada
waktu pengukuran. Pengukuran perlu dilakukan pada beberapa tempat
yang berbeda guna memperoleh niai rata-ratanya. Tahanan jenis rata-
rata dari dua lapis tanah menurut IEEE standar 81 dimodelkan sebagai
berikut :
dimana :
Rhoav : tahanan jenis rata-rata dua lapis tanah (Ohm-m)
r1 : tahanan jenis tanah lapisan pertama (Ohm-m)
a : jarak antara elektroda (meter)
h : ketebalan lapisan tanah bagian pertama (meter)
K : koefesien refleksi
d : diameter elektroda (meter)

177
n : jumlah pengamatan (sampel) tiap lapisan tanah yang diamati

Perbedaan tahanan jenis tanah akibat iklim biasanya terbatas sampai


kedalaman beberapa meter dari permukaan tanah, selanjutnya pada
bagian yang lebih dalam secara praktis akan konstan.
4. Konduktor Pentanahan
Konduktor yang digunakan untuk pentanahan harus memenuhi
beberapa persyaratan antara lain:
Memiliki daya hantar jenis (conductivity) yang cukup besar
sehingga tidak akan memperbesar beda potensial lokal yang berbahaya.
Memiliki kekerasan (kekuatan) secara mekanis pada tingkat yang
tinggi terutama bila digunakan pada daerah yang tidak terlindung
terhadap kerusakan fisik.
Tahan terhadap peleburan dari keburukan sambungan listrik,
walaupun konduktor tersebut akan terkena magnitude arus gangguan
dalam waktu yang lama.
Tahan terhadap korosi.Dari persamaan kapasitas arus untuk
elektroda tembaga yang dianjurkan oleh IEEE Guide standar, Onderdonk
menemukan suatu persamaan :
A : penampang konduktor (circular mills)
I : arus gangguan (Ampere)
t : lama gangguan (detik)
Tm : suhu maksimum konduktor yang diizinkan ( 0 C )
Ta : suhu sekeliling tahunan maksimum ( 0 C )
Persamaan di atas dapat digunakan untuk menentukan ukuran
penampang minimum dari konduktor tembaga yang dipakai sebagai kisi-
kisi pentanahan.
5. Penentuan panjang elektroda pentanahan
Kebutuhan akan konduktor pentanahan pada umumnya baru
diperkirakan setelah diketahui tata letak peralatan yang akan
diketanahkan serta sistem pentanahan yang akan digunakan. Sebagai
dasar pertimbangan dalam penentuan panjang konduktor pentanahan
umumnya digunakan tegangan sentuh, bukan tegangan langkah dan
tegangan pindah. Hal ini disebabkan karena tegangan langkah yang

178
timbul di dalam instalasi yang terpasang pada switch yard umumnya
lebih kecil daripada tegangan sentuh tersebut.Pentanahan peralatan
gardu induk mula mula dilakukan dengan menanamkan batang
konduktor tegak lurus permukaan tanah (rod). Penelitian selanjutnya
dengan sistem penanaman elektroda secara horisontal dengan bentuk
kisi-kisi (grid) dan gabungan sistem grid dengan rod.
6. Penentuan Jumlah Batang Pengetanahan
Pada saat arus gangguan mengalir antara batang pengetanahan
dengan tanah, tanah akan menjadi panas akibat i2r .Suhu tanah harus
tetap di bawah 100 0 C untuk menjaga jangan sampai terjadi penguapan
air kandungan dalam tanah dan kenaikan tahanan jenis tanah.
Kerapatan arus yang diizinkan pada permukaan batang pentanahan
dapat dihitung.
Dimana dapat di ketahui :
i : kerapatan arus yang diizinkan (Ampere/cm)
d : diameter batang pengetanahan (mm)
d : panas spesifik rata-rata tanah ( ± 1.75 x 106 watt-detik tiap m2 tiap
0C )
q : kenaikan suhu tanah yang diizinkan ( 0 C )
r : tahanan jenis tanah (Ohm-m)
t : lama waktu gangguan (detik)
Seluruh panjang batang pentanahan yang diperlukan dihitung dari
pembagian arus gangguan ke tanah dengan kerapatan arus yang
diizinkan, sedang jumlah minimum batang pentanahan yang diperlukan
diperoleh dari pembagian panjang total dengan panjang satu batang,
atau dalam bentuk lain dituliskan sebagai berikut :
Dima dimana dapat di rumuskan:
Nmin : jumlah minimum batang pentanahan yang diperlukan
Ig : arus gangguan ke tanah (Ampere)
i : kerapatan arus yang diizinkan (Ampere/cm)

Jenis Jenis -jenis Pentanahan (Sistem Grounding)


- jenis Pentanahan (Sistem Grounding) –

179
Sistim grounding/pentanahan perlu dimiliki pada suatu instalasi.
Dalam pemasangannya, sistim gorunding tersebut terbagi pada
beberapa type tergantung dari kebutuhan dan tingkat keamanan yang
dibutuhkan serta regulasi yang berlaku pada suatu wilayah yang kadang-
kadang menetapkan type jenis pentanahan yang hanya boleh digunakan
pada daerah tersebut oleh pejabat berwenang. Ketika akan mendesain
suatu sistim instalasi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah
menentukan type pentanahan apa yang akan digunakan untuk instalasi
tersebut.Terdapat beberapa type pentanahan yang digunakan
berdasarkan standar IEEE yang menjadi acuan terhadap sistim
pentanahan pada suatu instalasi, sbb :
1. TN-S (Terre Neutral - Separate)
2. TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate) 3. TT (Double
Terre)
4. TN-C (Terre Neutral - Combined)
5. IT (Isolated Terre)
Terre berasal dari bahasa perancis yang berarti pembumian , earth.
TN-S (Terre Neutral - Separate)
Pada sebuah sistem TN-S, bagian netral sumber energi listrik
terhubung dengan bumi pada satu titik saja, sehingga bagian netral pada
sebuah instalasi konsumen terhubung langsung dengan netral sumber
listrik.Type ini cocok pada instalasi yang dekat dengan sumber energi
listrik, seperti pada konsumen besar yang memiliki satu atau lebih HV/LV
transformer untuk kebutuhan sendiri dan instalsai/perlatan nya
berdekatan dengan sumber energi tersebut (transformer).
TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate)
Sebuah sistem TN-C-S, memiliki saluran netral dari peralatan distribusi
utama (sumber listrik) terhubung dengan bumi dan pembumian pada
jarak tertentu disepanjang saluran netral yang menuju konsumen,
biasanya disebut sebagai Protective Multiple Earthing (PME).Dengan
sistim ini konduktor netral dapat berfungsi untuk mengembalikan arus
gangguan pentanahan yang mungkin timbul disisi konsumen (instlasi)
kembali kesumber listrik.Pada sistim ini, instalasi peralatan pada

180
konsumen tinggal menghubungkan pentanahannya pada terminal
(saluran) yang telah disediakan oleh sumber listrik.

TT (Double Terre)
Pada sistem TT, bagian netral sumber listrik tidak terhubung langsung
dengan pembumian netral pada sisi konsumen (instalasi peralatan).
Pada sistim TT, konsumen harus menyediakan koneksi mereka sendiri
ke bumi, yaitu dengan memasang elektroda bumi yang cocok untuk
instalasi tersebut.

181
Kegiatan Belajar 6 :

MENYUSUN PROSEDUR PEMERIKSAAN DAN


PENGUJIAN HASIL PEMASANGAN INSTALASI
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
a) Menjelaskan prosedur pemeriksaan instalasi proteksi system
tenaga listrik.
b) Melakukan pengujian hasil pemasangan instalasi system tenaga
listrik
c) Menjelaskan alat dan perlengkapan melaksanakan pemeriksaan
dan pengujian hasil pemasangan instalasi proteksi system tenaga
listrik.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Mampu melaksanakan prosedur pemeriksaan dan pengujian hasil
pemasangan instalsai proteksi system tenaga listrik.

3. Uraian Materi
A. POTENSI BAHAYA LISTRIK PADA INSTALASI

Instalasi lisrik memiliki potensi bahaya bagi manusia maupun bagi


instalasi itu sendiri. Potensi bahaya ini bisa menjadi sumber penyebab terjadinya
kecelakaan listrik. Terdapat empat macam baya lisrrik yaitu :

1. Bahaya kejut listrik karena tersentuh tegangan


2. Bahaya kebakaran
3. Bahaya pasana yang dapat merusak instalasi
4. Bahaya ledakan atau percikan metal panas

182
B. KONDISI YANG DAPAT MENUNJUANG TERJADINYA
KECELAKAAN/ KERUSAKAN/ KEBAKARAN
Kondisi tersebut terjadi antara lain karena hal-hal berikut:
1. Hubung pendek terjadi tanpa pengaman atau dengan pengaman
yang salah
2. Beban lebih tanpa pengaman atau dengan pengaman yang tidak
sesuai.
3. Ledakan, percikan api atau pemanasan lokal yang timbul karena
salah pemilihan dan penggunaan perlengkapan listrik
4. Peralatan tidak memenuhi persyaratan keamanan baik yang
disyaratkan dalam standar maupun dalam PUIL. Pelaksanaan
pemasangan sistem proteksi termasuk di dalamnya sistem
pembumian instalasi yang tidak benar
5. Penggunaan identifikasi warna atau tanda lain yang tidak benar.
6. Kontak pada peralatan pemutus, terminal,sambungan, dan pada
klem buruk kondisinya
7. Hilang kontak atau netral putus yang menimbulkan tegangan tidak
berimbang
8. Keadaan lingkungan instalasi yang buruk
C. SUMBER KECELAKAAN KARENA LISTRIK
Sebab -sebab kemungkinan kecelakaan yang berasal dari peralatan :
1. Peralatan sudah tua.
2. Peralatan yang kondisinya tidak baik.
3. Peralatan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan/standar.
4. Sebab - sebab kemungkinan kecelakaan yang berasal bukan dari
peralatan (peralatan memenuhi persyaratan).
5. Kesalahan pengoperasian oleh pemakai instalasi/peralatan listrik.
6. Kesalahan yang dilakukan oleh instalatur, karena salah memasang
peralatan (tidak mengikuti peraturan) atau salah memilih peralatan/
material yang tidak memenuhi persyaratan standar dan persyaratan
PUIL.
7. Kesalahan yang dilakukan oleh pengawas, karena tidak cermat, tidak
disiplin Kesalahan yang dilakukan oleh perancang atau perencana, baik

183
karena salah memilih peralatan maupun karena salah
perhitungan/perencanaan
8. Kesalahan - kesalahan karena kondisi peraturan dan control yang belum
memadai
9.

D. Tuntutan dan syarat utama dalam instalasi listrik

1. Instalasi harus aman bagi manusia, ternak dan harta benda


2. Instalasi harus andal dalam arti memenuhi fungsinya secara amanbagi
instalasi
3. Instalasi listrik harus akrap lingkungan dalam arti tidak
merusaklingkungan dalam

E. PERATURAN INSTALASI LISTRIK

PUIL 2000 mempunyai maksud dan tujuan utama agarpengoperasian


instalasi listrik dapat terselenggara denganbaik terutama untuk mencegah
bahaya listrik.Instalasi listrik harus direncanakan, dipasang,
diperiksa,dioperasikan dan dikelola/dipelihara secara berkala denganbaik
sesuai ketentuan PUIL 2000.

Para ahli dan teknisi yang mengerjakan tahap-tahappekerjaan instalasi


tersebut harus memiliki kompetensisesuai dengan bidangnya.Peralatan dan
material instalasi yang digunakan harusmemenuhi persyaratan standar SNI
atau standar lain yangdiberlakukan dan harus pula memenuhi persyaratan
PUILantara lain sesuai penggunaan dan kemampuannya.

F. PERTANGGUNG JAWABAN PEKERJAAN

Pembangunan instalasi listrik sesuai dengan peraturan, memerlukan


biaya dan waktu dan dilakukan berdasarkan persetujuan antara pemilik dan
kontraktor. Hasil pemasangan instalasi harus diverifikasi dengan biaya yang
telah dikeluarkan oleh pemilik dan juga harus
diverifikasi kesesuaiannya dengan persyaratan PUIL 2000.

184
G. SERTIFIKAT LAYAK OPERASI

UU dan peraturan perundangan mempersyaratkan sertifikat layak


operasi bagi instalasi listrik baru atau instalasi listrik lama yang telah
mengalami perubahan, sebelum instalasi tersebut dioperasikan.

H. KETENTUAN PEMERIKSAAN DAN PENUJIAN SESUAI PUIL 2000

Lingkup pemeriksaan dan pengujian

Instalasi listrik yang baru dipasang atau telah mengalami perubahan,


harus diperiksa dan diuji dulu sesuai dengan ketentuan PUIL 2000.
Pemeriksaan dan pengujian sistem pembumian instalasi domestik dan non
domestik harus mengikuti ketentuan sistem pembumian yang ditrapkan.

Sistem pembumian pembumian yang diatur dalam PUIL adalah : Sistem


TN-S, dimana penghantar pengaman terpisah di seluruh system Sistem TN-
C-S, dimana fungsi netral dan fungsi proteksi tergabung dalam penghantar
tunggal di sebagian system.

Sistem TN-C, dimana fungsi netral dan fungsi proteksitergabung dalam


penghantar proteksi di seluruh sistem. Sistem TT, dimana BKT instalasi
dihubungkan ke elektroda bumi yang secara listrik yang secara listrik
terpisah dari elektroda bumi sistem.

Cacatan: Sisten TN-C-S digunakan pada instalasi yang disambung


pada jaringan PLN berdasarkan SPLN-3

Pengujian sistem pembumian harus meliputi:


1. Pemeriksaan awal yang teliti terhadap bagian instalasi yangpenting
2. Pengukuran yang dapat menunjukkan keefektifan system pengaman
(a.l. pengukuran dan pengujian resistanspembumian dan
berfungsinya alat pengaman GPAS – gawaiproteksi arus sisa dan
GPAL – gawai proteksi arus lebih)
3. Pemeriksaan awal mengenai:
4. Kesesuaian ukuran penghantar fase dan pengaman arus lebih

185
5. Luas penampang minimum penghantar pengaman dankesesuaian
pemasangannya
6. Kontinuitas penghantar pengaman
7. Apakah penghantar pengaman tidak terhubung denganpenghantar
fase?
8. Tanda pengenal penghantar nol dan penghantar pengaman
9. Apakah kotak kontak dan tusuk kontak telah mempunyaipenghantar
pengaman dengan luas penampang yang cukupdan telah terhubung
pada kotak pengamannya?Apakah tegangan nominal sakelar
pengaman (sptb atau spas)cocok dengan tegangan nominal jaringan.

Instalasi listrik yang selesai dipasang, atau yang mengalami


perubahan, harus diperiksa dan diuji dahulu sebelum dialiri listrik sesuai
lingkup pemeriksaan dan pengujian yang dsitetapkan dan harus digunakan
sesuai dengan ketentuan dalam PUIL. Penyimpangan dari ketentuan ini
dapat dilakukan pada instalasi sementara dan instalasi kedutaan asing,
dengan izin khusus dari instansi yang berwenang.
Pemeriksan dan pengujian instalasi listrik dilakukan antara lain
mengenai hal berikut:
 Berbagai macam tanda pengenal dan papan peringatan
 Perlengkapan listrik yang dipasang
 Cara memasang perlengkapan listrik
 Polaritas
 Pembumian
 Resistans isolasi
 Kesinambungan sirkit
 Fungsi pengamanan sistem instalasi listrik
 Pemeriksaan dan pengujian disusul dengan uji coba.

A. Acuan
Pemeriksa instalasi listrik harus mentaati ketentuan dalam PUIL 2000 dan
peraturan-peraturan lain sebagaimana disebut dalam PUIL 2000:
 UU No. 1 tahun 1970

186
 Peraturan bangunan nasional
 Peraturan pemerintah RI tentang pengusahaan kelistrikan
 Peraturan pemerintah RI tentang keselamatan kerja
 Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang izin usaha
kelistrikan
 Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang standar nasional
indonesia (SNI)
 Peraturan lainnya mengenai kelistrikan dan usaha penunjangnya.

B. Pemberitahuan kesiapan instalasi untuk diperiksa


Jika pekerjaan pemasanagan instalasi listrik sudah selesai, pelaksana
pekerjaan pemasangan instalasi tersebut harus secara tertulis
memberitahukan kepada instansi yang berwenang bahwa pekerjaan telah
dilaksanakan dengan baik, memenuhi syarat pengamanan sebagaimana
diatur dalam PUIL 2000 ini serta siap untuk diperiksa dan diuji.

C. Sertifikat layak operasi dan dokuen tertulis lainnya


Instalasi listrik yang sudah memenuhi semua ketentuan dalam puil 2000 ini
diberi sertifikat oleh instansi yang berwenang dan dapat dioperasikan
dengan syarat tidak boleh dibebani melebihi kemampuannya. Hasil
pemeriksaan dan pengujian instalasi, menurut PUIL, harus dinyatakan
secara tertulis oleh badan penguji.
D. Uji coba
Instalasi yang telah diperiksa dan diuji dengan hasil baik, sesuai
ketentuan PUIL, jika dipandang perlu harus diuji coba dengan tegangan dan
arus kerja menurut batas yang ditentukan dan dalam waktu yang
disyaratkan.

Pada waktu uji coba, semua peranti yang terpasang dan akan digunakan
harus dijalankan, baik secara sendiri-sendiri maupun serempak sesuai
dengan rencana dan tujuan penggunaannya.

187
Hasil pemeriksaan dan pengujian, termasuk hasil uji coba, harus
dilaporkan dalam bentuk berita acara.Jika uji coba menunjukkan ada
kesalahan dalam instalasi, uji cobaitu harus dihentikan dan hanya dapat
diulangi seteh instalasidiperbaiki

E. Pemeliharaan
Karena instalsi mengalami aus, penuaan atau kerusakan yang
akanmengganggu instalasi jika dibiarkan, secara berkala instalasi
harusdiperiksa dan diperbaiki, dan bagian yang aus, rusak ataumengalami
penuaan diganti.

Perlengkapan tertentu seperti relai, kontaktor yang bagiannya lebihcepat


terganggu bekerjanya karena mengalami aus, penuaan ataukerusakan,
harus secara berkala diperiksa dan dicoba, baik segimekanis maupun
listriknya.

F. Pemeriksaan berkala

Semua bagian instalasi listrik harus diperiksa dan dibersihkansecara


berkala dan teratur berdasarkan petunjuk, metode, danprogram yang telah
ditentukan.

Hasil pemeriksaan berkala suatu instalasi harus dimuat dalamlaporan


tertulis pemeriksaan.

Instalasi listrik yang disiapkan untuk melayani keadaan darurat,harus


diperiksa dan dicoba secara berkala agar keamanan dankeandalannya
terjamin.

Pemeliharaan semua instalasi listrik sementara di


lapanganpembangunan harus diawasi oleh orang yang berwenang
danmemikul tanggung jawab penuh atas keamanan
menggunakan,mengubah, dan menambah instalasi. Instalasi sementara

188
tersebutharus diperiksa dan diuji secara berkala sesuai ketentuan
mengenaiinstalasi sementara, paling lama tiga bulan sekali sesuai
dengankeadaan dan tempat instalasi.

I. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian

1. lembaga sertifikasi
Pemeriksa instalasi listrik harus menggunakan tenaga kerja yang
Berkompeten sesuai dengan bidangnya dan bersertifikat yang dikeluarkan
oleh lembaga sertifikasi yang diakreditasi oleh lembaga akreditasi yang
ditetapkan berdasarkan UU.

Pemeriksa instalasi listrik wajib menjaga keselamatan dan kesehatan


tenaga kerjanya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku. Lembaga sertifikasi yang
melakukan pemeriksaan dan pengujianinstalasi harus netral (tidak berpihak).

Pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik domestik dan


nondomestik dengan daya sampai 199 kVA dan penerbitan sertifikasilaik
operasi dilakukan oleh KONSUIL.

Sertifikat laik operasi dikeluarkan setelah instalasi listrik diperiksa dan


diuji dengan hasil baik. Pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian instalasi di
atas 199 kVAtegangan rendah dan tegangan tinggi dilakukan oleh instansi
lain yang netral.

Catatan:Direktorat Jendral Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan,sesuai


sesuai peraturan perundang-undangan terkait K3 Listrik melakukan
pemeriksaan instalasi listrik penerangan dan tenaga yang merupakan obyek
pengawasan di bidang K3 Listrik, dimana tenaga kerja melakukan
kegiatannya. Direktorat Jendral Listrik dan Pengembangan Energi, sesuai
peraturan perundang-undangan di bidang ketenagalistrikan, menetapkan
sistem standardisasi dan sertifikasi di bidang ketenagalistrikan, termasuk
diantaranya sertifikasi tenaga ahli/teknisi dan sertifikasi instalasi listrik
domestik dan non domestik. Untuk instalasi non domestik telah ditunjuk 15

189
perusahaan pemeriksa.
2. Pemeriksa/ penguji (inspector)
Orang yang diserahi tanggung jawab atas semua pekerjaanpemeriksaan
instalasi listrik harus ahli (memiliki sertifikatkompetensi) dibidang kelistrikan,
memahami peraturan perlistrikan,menguasai pekerjaan memasang instalasi
listrik, dan memiliki izinbekerja dari instansi yang berwenang.Penguji harus
mampu menjaga keselamatan dirinya dan juga oranglain di dekat tempat
pengujian.Sikap dan tindakan pengujian yang harus dilakukan oleh seorang
penguji mencakup diantaranya hal-hal sbb.:
 Meyakini bahwa tindakan keselamatan dan pengamanandipatuhi
 Mempunyai pemahaman tentang instalasi, bagaimanarancangannya
dan bagaimana pemasangannya.Meyakini bahwa instrumen uji yang
akan digunakanmemenuhi standaryang ditentukan dan masih
mempunyai tanda lulus kalibrasiuntuk menjamin
ketelitiannya.Memeriksa bahwa penghantar uji yang akan dipakai
dalamkeadaan baik perlu diproteksi oleh pengaman lebur.

J. DATA YANG DIPERLUKAN PENGUJI

Penguji demikian pula pengguna instalasi harus memperoleh datayang


jelas tentang instalasi dan bagaimana melaksanakan fungsitersebut.Data
yang diperlukan oleh seorang pemeriksa dan penguji adalahsbb.:
 Gambar situasi
 Gambar instalasi sesuai ketentuan
 Jenis suplai apa fasa tunggal atau fasa tiga
 Kebutuhan maksimum instalasi
 Tindakan pembumian bagi instalasi
 Rincian rancangan instalasi termasuk susunan PHB utama dan
 PHB cabang serta sirkit cabang dan sirkit akhir.
 Data mengenai rancangan instalasi termasuk perhitungan
untukmenentukan kebutuhan maksimum, penampang penghantarfasa
dan netral, penghantar pengaman dan lainnya.
 Metode yang diterapkan untuk menghindari tegangan sentuhjika terjadi

190
gangguan bumi.
 Daftar semua sirkit dan perlengkapan yang mungkin menjadirusak
karena adanya pengujian.
 Tanpa informasi yang lengkap ini penguji tidak dapat
memverifikasiapakah instalasi telah memenuhi Regulasi dan
Persyaratan ataubahwa instalasi telah dilaksanakan sesuai rancangan.

K. INSTRUMENT UJI

Instrumen uji yang diperlukan

 Ohmeter resistans rendah


 Pengukur resistans isolasi
 Pengukur impedans lingkar gangguan bumi
 Penguji GPAS
 Pengukur resistans elektroda bumi
 Penguji tegangan terpasang

Persyaratan instrument uji

 Harus disimpan dengan baik dan selalu selalu dalam keadaansiap


pakai.
 Secara berkala harus dikalibrasi agar ketelitian yang
disyaratkandipenuhi
 Bila cacat karena perlakuan mekanis yang kasar, harus diujiulang
 Harus diperiksa setiap 2 tahun bagi istrumen yang jarangdigunakan
 Harus diperiksa setiap tahun bagi instrumen yang sering dipakai.
 Untuk instrumen digital persyaratan ketelitian ±5%
 Untuk instrumen analog persyaratan ketelitian ±2% dari kisarskala
penuh sehingga terpenuhi ketelitian ±5%

191
L. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN INSTALASI

Pemeriksaan penandaan dan tanda perhatian

Label pada pengaman leburPenandaan pada sakelar utamaBerbagai


informasi pada gambar instalasiPengumuman pada PHB utama tentang
pengujian terakhirdan pengujian berkala berikutnya.Tanda peringatan
adanya bahaya jika penghantar bumidilepas pada titik:
 elektroda bumi,
 terminal pembumi utama
 penghantar pengikat ekipotensial

M. PEMERIKSAAN ATAU INSPEKSI SEBELUM DILAKUKAN

PENGUJIAN

 Tidak terlihat cacat atau rusak


 Telah dipilih dan dipasang secara benar
 Telah memenuhi dan sesuai standar yang berlaku
 Sudah cocok dengan kondisi sekeliling yang berlaku

a. Urutan pengujian yang aman

Sebelum instalasi dihubungkan dengan suplai:


 Kontinuitas penghantar proteksi
 Kontinuitas penghantar pengikat
 Resistans isolasi
 Isolasi yang dilaksanakan setempat
 Proteksi dengan pemisahan
 Proteksi dengan penghalang
 Dan penyelungkupan
 Resistans isolasi lantai dan dinding
 Polaritas
 Resistans elektrode bumi

192
 Sesudah instalasi dihubungkan dengan suplai:
 Meyakini polaritas yang benar
 Impedans lingkar gangguan bumi
 Bekerjanya GPAS
 Bekerjanya semua sakelar, pemutus sirkit dan pemisah

b. Pemeriksaan berkala

Disarankan jadwal pemeriksaan dan pengujian berkalaberbagai instalasi


sbb:
 rumah tinggal 5 tahun
 bangunan komersial 5 tahun
 bangunan industry 3 tahun
 sekolah 5 tahun
 rumah sakit 5 tahun
 komplek hiburan 1 tahun
 agro bisnis 3 tahun
 penerangan darurat 3 tahun
 system pemadam kebarakan 1 tahun
 instalasi sementara 3 bulan

c. Pelaksanaan pemeriksaan instalasi domestic

Kontraktor harus menyerahkan suatu berkas yang berisi a.l.:


Kontraktor harus menyerahkan dokumen yang berisi a.l.:
 Satu kartu JILDAG yang telah diisi dan dibubuhkan
 gambar instalasi dan gambar situasi dan telah ditandatangani di atas
meterai oleh PJT
 Perhitungan tentang jenis dan penampang kabel, susut tegangan dan
impedans lingkar bumi
 Daftar peralatan/material listrik yang terpasang beserta jumlah dan
spesifikasinya

193
 Sertifikat kontraktor yang menyatakan bahwa instalasi telah selesai
dipasang dengan baik dan telah diperiksa dan atau diuji internal oleh
kontraktor
 Tanda pelunasan biaya pemeriksaan dan pengujian
 Kontraktor harus menyiapkan petugas untuk mendampingi
 penguji KONSUILdan membantu kelancaran pelaksanaan pengujian
instalasi.

Kontraktor bersedia menyaksikan pelaksanaan pengujian dan


membubuhkan tanda tangan pada borang pengujian KONSUIL bersama
pemilik rumah.
KONSUIL mengirim penguji ke lapangan untuk melaksanakan
pemeriksaan dan pengujian dengan berpedoman pada borang pengujian
yang sudah baku Setelah pemeriksaan selesai dan data hasil pemeriksaan
telah dituangkan pada borang, penguji membubuhkan tanda tangan pada
borang tersebut.

Penanggung jawab kontraktor atau yang diberi wewenang bersama


pemilik instalasi harus membubuhkan tanda tangannya pada borang
pengujian untuk kesaksiannya bahwa pemeriksaan dan pengujian telah
dilaksan sesuai prosedur. TIM ahli melakukan evaluasi atas gambar instalasi
dan boring yang telah diisi dan ditandatangani. Selanjutnya TIM ahli
memberi penilaian apakah instalasi layak atau tidak diberi sertifikat.

Instalasi yang memenuhi syarat diberi sertifikat yang ditandatangani


oleh Ketua KONSUIL.

d. Temuan atau penyimpangan yang sering terjadi

Hal-hal yang tidak sesuai ketentuan, mengakibatkan pemeriksaanulang


harus dilaksanakan. Biaya pemeriksaan bertambah a.l.:
 Instalasi belum ada atau belum selesai dipasang
 Alamat tidak ditemukan.

194
 Gambar situasi tidak jelas dan atautidak dikenal warga setempat.
 Instalasi telah tersambung ke jaring PLN oleh instalatur
yangbersangkutan.
 Penghuni melarang listrik dimatikan agarbebas tegangan, akibatnya
gagal dilaksanakan pengujian.
 Denah setempat tidak sesuai dengan gambar JILDAK,misalnya gambar
untuk 1 lantai, kenyataannya bangunannya2 lantai. Luas bangunan
menurut gambar 6X8 m2, padakenyataannya 8X29 m2.
 Gambar instalasi/ bagan satu garis tidak sesuai dengan yangTerpasang
 Kesalahan atau penyimpangan teknis yang tergolong
MAYOR,menjadikan instalasi tidak laik operasi:
 Hasil ukur tahanan isolasi tidak memenuhi persyaratan PUIL.
 Ukuran penghantar saluran utama kurang dari 4 mm2 (Cu)
 Penghantar sirkit akhir tanpa penghantar pembumian
 Letak kotak kontak tanpa pengaman tutup/putar kurang dari1,25 m
 Sistem pembumian, elektroda bumi, penghantar PE tidak
adaPenghantar elektroda bumi lebih kecil dari penghantar saluranutama
untuk saluran utama s/d 35 mm2
 penggabungan penghantar netral dengan penghantar pembumian tidak
memakai PHB/ KHBwarna penghantar netral tidak biru mudaWarna
penghantar pembumian tidak loreng hijau-kuning. Adayang hijau-
biriPHB/KHB tidak dilengkapi sakelar utama, kecuali untuk 1(satu) sirkit
dan KHB cabang yang berjarak kurang dari 5 m
 Penghantar sirkit cabang tidak dilengkapi pengaman Jumlah titik beban
terpasang tidak sesuai gambar di jildak Polaritas KKB dan atau fitting
lampu dan atau sakelar tidak benar besar pengaman tidak
memperhatikan besar KHA saluran yang diamankan dan tidak
memperhatikan besar beban Penggabungan penghantar dengan jenis
yang berbeda (Cu dan Al) tidak menggunakan alat sambung bimetal

195
Kesalahan atau penyimpangan yang sementara ini dikategorikan
MINOR, sehingga instalasi bisa dianggap laik operasi. Simbol yang
digunakan tidak sesuai PUIL 2000

Gambar Bagan Satu Garis tidak sesuai dengan Gambar instalasi


Tanda jumlah dan macam hantaran tidak ada Jenis, penampang penghantar
dan Tabel Beban tidak ada Tanda hantaran naik/turun pada denah
bertingkat tidak ada Simbol/Gambar peralatan terpasang permanen (motor,
AC Sentral dll) termasuk alat kontrolnya serta data teknis tidak ada.

196
KEGIATAN BELAJAR 7 :

MEMERIKSA KONDISI DAN EFEK GANGGUAN SISTEM TENAGA LISTRIK

1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan kondisi gangguan system tenaga listrik
b. Mengidentifikasi efek gangguan system tenaga listrik
c. Menjelaskan alat dan perlengkapan yang diguakan untuk memeriksa
kondisi dan efek gangguan system tenaga listrik.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Mampu Memilih alat dan perlengkapan uji hasil pemasangan instalasi
gardu induk sistem tenaga listrik

3. Uraian Materi
Macam-macam Gangguan

A . Gangguan Beban Lebih

Beban lebih mungkin tidak tepat disebut sebagai gangguan. Namun


karena beban lebih adalah suatu keadaan abnormal yang apabila
dibiarkan terus berlangsung dapat membahayakan peralatan, jadi harus
diamankan, maka beban lebih harus ikut ditinjau.

197
Beban lebih dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena beban yang
dipasoknya terus meningkat, atau karena adanya maneuver atau perubahan
aliran beban di jaringan setelah adanya gangguan. Beban lebih dapat
mengakibatkan pemanasan yang berlebihan yang selanjutnya panas yang
berlebihan itu dapat mempercepat proses penuaan atau memperpendek
umur peralatan listrik.

B. Gangguan Hubung Singkat (Short Circuit)

Gangguan hubung singkat dapat terjadi antara fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau
antara 1 fasa ke tanah, dan dapat bersifat temporair (non persistant) atau
permanent (persistant). Gangguan yang permanent misalnya hubung singkat
yang terjadi pada kabel, belitan trafo atau belitan generator karena
tembusnya (break downnya) isolasi padat. Gangguan temporair misalnya
akibat flashover karena sambaran petir, pohon, atau tertiup angin.

Gangguan hubung singkat dapat merusak peralatan secara termis dan


mekanis. Kerusakan termis tergantung besar dan lama arus gangguan,
sedangkan kerusakan mekanis terjadi akibat gaya tarik-menarik atau tolak-
menolak.
Keterangan pada gambar di atas :
1. Hubung singkat 1 fasa ke tanah
2. Hubung singkat 2 fasa (antar fasa)
3. Hubung singkat 2 fasa ke tanah
4. Hubung singkat 3 fasa
5. Hubung singkat 3 fasa ke tanah

C. Gangguan Tegangan Lebih

Tegangan lebih dapat dibedakan sebagai berikut :

 Tegangan lebih dengan power frequency


 Tegangan lebih transient

198
Tegangan lebih transient dapat dibedakan :

 Surja Petir (Lightning surge)


 Surja Hubung (Switching surge)

Timbulnya tegangan lebih dengan power frequency, dapat terjadi karena :

 Kehilangan beban atau penurunan beban di jaringan akibat switching,


karena gangguan atau karena maneuver.

 Gangguan pada AVR (Automatic Voltage Regulator) pada generator atau


pada on load tap changer dari trafo.
 Over speed pada generator karena kehilangan beban.

D. Gangguan Kurangnya Daya

Kekurangan daya dapat terjadi karena tripnya unit pembangkit (akibat


gangguan di prime movernya atau di generator) atau gangguan hubung
singkat di jaringan yang menyebabkan kerjanya relay dan circuit breakernya
yang berakibat terlepasnya suatu pusat pembangkit dari sistem. Jika
kemampuan atau tingkat pembebanan pusat atau unit pembangkit yang
hilang atau terlepas tersebut melampaui spinning reverse system, maka
pusat-pusat pembangkit yang masih ada akan mengalami pembebanan
yang berkelebihan sehingga frequency akan merosot terus, yang bila tidak
diamankan akan mengakibatkan tripnya unit pembangkit lain (cascading)
yang selanjutnya dapat berakibat runtuhnya (collapse) sistem (pemadaman
total).

E. Gangguan Ketidakstabilan (Instability)

Gangguan hubung singkat atau kehilangan pembangkit dapat menimbulkan


ayunan daya (power swing) atau yang lebih hebat dapat menyebabkan unit-
unit pembangkit lepas sinkron (out of synchronism). Power swing dapat
menyebabkan relay pengaman salah kerja yang selanjutnya menyebabkan
gangguan yang lebih luas. Lepas sinkron dapat mengakibatkan
berkurangnya pembangkit karena tripnya unit pembangkit tersebut atau

199
terpisahnya sistem, yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan yang
lebih luas bahkan runtuh (collapse).

H. Upaya Mengatasi Gangguan

Dalam sistem tenaga listrik, upaya untuk mengatasi gangguan dapat


dilakukan dengan cara :

1. Mengurangi Terjadinya Gangguan

Gangguan tidak dapat dicegah sama sekali, tapi dapat dikurangi


kemungkinan terjadinya sebagai berikut :

 Peralatan yang dapat diandalkan adalah peralatan yang minimum


memenuhi persyaratan standart yang dibuktikan dengan type test, dan
yang telah terbukti keandalannya dari pengalaman. Penggunaan
peralatan di bawah mutu standart akan merupakan sumber gangguan.
 Penentuan spesifikasi yang tepat dan design yang baik sehingga
semua peralatan tahan terhadap kondisi kerja normal maupun dalam
keadaan gangguan, baik secara elektris, thermis maupun mekanis.
 Pemasangan yang benar sesuai dengan design, spesifikasi dan
petunjuk dari pabrik.
 Penggunaan kawat tanah pada SUTT/SUTET dengan tahanan
pentanahan kaki tiang yang rendah. Untuk pemeriksaan dan
pemeliharaan, maka konduktor pentanahannya harus dapat dilepas
dari kaki tiangnya.
 Penebangan atau pemangkasan pohon-pohon yang berdekatan
dengan kawat fasa SUTM dan SUTT harus dilakukan secara periodik.
Dalam hal ini yang perlu diperhatikan tidak hanya jaraknya dalam
keadaan tidak ada angin, melainkan juga dalam keadaan pohon-pohon
tersebut ketika ditiup angin.
 Penggunaan kawat atau kabel udara berisolasi untuk SUTM harus
dipilih dan digunakan secara selektif.
 Operasi dan pemeliharaan yang baik.
 Menghilangkan atau mengurangi penyebab gangguan atau kerusakan
melalui penyelidikan.

200
2. Mengurangi Akibat Gangguan

Menghilangkan gangguan sama sekali dalam suatu sistem tenaga


listrik merupakan usaha yang tidak mungkin dapat dilakukan. Oleh karena
itu maka usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi akibat kerusakan
yang ditimbulkannya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan adalah :

 Mengurangi besarnya arus gangguan. Untuk mengurangi arus


gangguan dapat dilakukan dengan cara : menghindari konsentrasi
pembangkitan (mengurangi short circuit level) menggunakan reaktor
dan menggunakan tahanan untuk pentanahan netralnya.

 Penggunaan lighting arrester dan penentuan tingkat dasar isolasi (BIL)


dengan koordinasi isolasi yang tepat.
 Melepaskan bagian sistem yang terganggu dengan menggunakan
circuit breaker dan relay pengaman.
 Mengurangi akibat pelepasan bagian sistem yang terganggu dengan
cara :

1. Penggunaan jenis relay yang tepat dan penyetelan relay yang


selektif agar bagian yang terlepas sekecil mungkin.
2. Penggunaan saluran double.
3. Penggunaan automatic reclosing.
4. Penggunaan sectionalizer pada JTM.
5. Penggunaan spindle pada JTM atau setidak-tidaknya ada titik
pertemuan antar saluran sehingga ketika ada kerusakan atau
pemeliharaan tersedia alternative supply untuk maneuver.
6. Penggunaan peralatan cadangan.

 Penggunaan pola load shedding dan sistem splitting untuk mengurangi


akibat kehilangan pembangkit.

 Penggunaan relay dan circuit breaker yang cepat dan AVR dengan
response yang cepat pula untuk menghindari atau mengurangi
kemungkinan gangguan instability (lepas sinkron).

201
Peralatan yang disebabkan oleh gangguan yang akan mengakibatkan
terjadinya ketidaknormalan pada sistem daya. Pada dasarnya suatu
gangguan adalah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari
normal.Gangguan dapat merusak atau mempengaruhi sistem daya,
gangguan dapat bersifat sementara atau permanen, gangguan sementara
tidak memerlukan perbaikan untuk beroperasinya sistem tenaga listrik,
misalnya pada keadaan beban lebih. Sedangkan gangguan permanen
mengakibatkan operasi sistem tenaga listrik tidak akan normal kembali
sebelum gangguan diperbaiki/gangguan diisolasi dari sistem. Penyebab
Kerusakan

I. TIPE GANGGUAN

Secara umum gangguan transformator dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1.Gangguan dari luar, diantaranya oleh binatang, lingkungan dan petir.

Gangguan dari dalam, diantaranya arus lebih, tegangan lebih dan kenaikan
temperatur.

 Gangguan oleh Binatang


Ada bermacam-macam gangguan yang tidak terduga sebelumnya,
salah satunya adalah gangguan dari binatang.Demikian pula halnya ada
bermacam-macam model dan tipe dari transformator, ada yang terminal
kabel yang masuk dan keluar tertutup rapat dan ada pula yang tertutup
rapat, artinya tempat untuk terminal kabel yang masuk dan keluar tidak
tertutup. Jadi untuk transformator yang semi tertutup rapat tersebut
dikhawatirkan gangguan oleh binatang seperti tikus, ular, dan binatang-
binantang lainnya yang dapat mengakibatkan hubungan singkat terjadi.

 Gangguan oleh lingkungan


Pengotoran isolasi yang disebabkan antara lain oleh debu, kabut,
sarang laba-laba, dan partikel-partikel lainnya, memungkinkan untuk
terjadinya pengotoran pada isolator, pada umumnya loncatan tegangan
tidak akan terjadi sampai endapan tersebut basah karena kabut. Jadi
adanya kotoran-kotoran yang menempel pada isolator tersebut yang

202
makin lama makin menebal dapat mempengaruhi isolator pada terminal
tersebut, sehingga daya tembus isolasinya makin besar. Dengan
demikian tidak tertutup kemungkinan akan terjadinya hubung singkat
antara fasa dengan body ( ground ).

 Gangguan oleh petir


Penelitian menunjukan bahwa petir merupakan salah satu penyebab
kerusakan pada transformator tenaga, gangguan dapat terjadi karena
pukulan gelombang surja ( kejutan ). Walaupun waktu bekerja
gelombang surja sangat singkat yaitu hanya hingga beberapa puluh
mikrodetik, akan tetapi karena dapat memiliki tegangan puncak yang
sangat tinggi dan jumlah energy yang besar dapat mengakibatkan
kerusakan pada sebuah transformator, kerusakan-kerusakan tersebut
diakibatkan oleh adanya tegangan.

Perubahan kondisi yang terjadi pada komponen pembangkitan dapat


berupa gangguan pada generator sehingga salah satu bus tegangan tidak
mampu menyuplai daya sesuai semestinya ke dalam sistem atau malah
tidak mampu menyuplai daya. Karena kondisi tersebut, kekurangan suplai
daya pada beban harus ditangani oleh unit pembangkit dari bus lain.

J. SISTEMATIS PEMELIHARAAN SISTEM PENGAMAN TENAGA LISTRIK

1. Pengaturan Frekuensi

Daya yang dibangkitkan dalam sistem tenaga listrik harus selalu sama
dengan beban sistem, hal ini diamati melalui frekuensi sistem. Kalau daya
yang dibangkitkan dalam sistem lebih kecil daripada beban sistem maka
frekuensi turun dan sebaliknya apabila daya yang dibangkitkan lebih besar
daripada beban maka frekuensi naik.

2. Pemeliharaan Peralatan

Peralatan yang beroperasi dalam sistem tenaga listrik perlu dipelihara


secara periodik dan juga perlu segera diperbaiki apabila mengalami
kerusakan

203
3. Biaya Operasi

Biaya Operasi khususnya biaya bahan bakar adalah biaya yang terbesar dari
suatu perusahaan listrik sehingga perlu dipakai teknik-teknik optimisasi untuk
menekan biaya ini

4. Perkembangan Sistem

Beban selalu berubah sepanjang waktu dan juga selalu berkembang


seirama dengan perkembangan kegiatan masyarakat yang tidak dapat
dirumuskan secara eksak, sehingga perlu diamati secara terus menerus
agar dapat diketahui langkah pengembangan sistem yang harus dilakukan
agar sistem selalu dapat mengikuti perkembangan beban sehingga tidak
akan terjadi pemadaman tenaga listrik dalam sistem

5. Gangguan Dalam Sistem

Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat
sepenuhnya dihindarkan. Penyebab gangguan yang paling besar adalah
petir, hal ini sesuai dengan isokeraunic level yang tinggi di tanah air kita.

6. Tegangan Dalam Sistem

Tegangan merupakan salah satu unsur kualitas penyediaan tenaga listrik


dalam sistem oleh karenanya perlu diperhatikan dalam pengoperasian
sistem.

K. MANAJEMEN OPERASI TENAGA LISTRIK

a. Perencanaan Operasi

Yaitu pemikiran mengenai bagaimana sistem tenaga listrik akan


dioperasikan untuk jangka waktu tertentu. Pemikiran ini harus mencakup
perkiraan beban, koordinasi pemeliharaan peralatan, optimisasi, keandalan
serta mutu tenaga listrik

204
b. Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi

Yaitu pelaksanaan dari rencana operasi serta pengendaliannya apabila


terjadi hal-hal yang menyimpang dari rencana operasi.

c. Analisa Operasi

Yaitu analisa atas hasil-hasil operasi untuk memberikan umpan balik bagi
perencanaan operasi maupun bagi pelaksanaan dan pengendalian operasi.
Analisa operasi juga diperlukan untuk memberikan saran-saran bagi
pengembangan sistem serta penyempurnaan pemeliharaan instalasi.

Transmisi

Sistem transmisi merupakan komponen dalam sistem tenaga listrik yang


berfungsi menghubungkan pusat-pusat pembangkit tenaga listrik dengan
pusat-pusat beban. Pusat-pusat pembangkit dan pusat-pusat beban
memiliki karakteristik umum yang berbeda. Pada umumnya pusat-pusat
pembangkit terletak di daerah pinggiran kota, sedangkan pusat-pusat beban
mayoritas terletak di perkotaan. Pusat-pusat pembangkit umumnya terletak
di pinggiran kota karena areal yang dibutuhkan untuk sebuah pusat
pembangkit cenderung cukup luas. Sedangkan pusat beban cenderung
terkonsentrasi di daerah perkotaan.

Proses penyaluran tenaga listrik dilakukan dalam berbagai level


tegangan. Dengan nilai arus yang sama, makin tinggi level tegangan maka
daya yang dapat dihantarkan melalui saluran transmisi tersebut akan
semakin besar.

Biaya pembangunan saluran transmisi dapat dibagi menjadi tiga hal pokok,
yaitu biaya untuk penghantar, menara, dan peralatan isolasi. Makin tinggi
level tegangan yang digunakan, biaya untuk peralatan isolasi akan semakin
dominan.

205
Level Tegangan Sistem Transmisi

Pemilihan level tegangan suatu saluran transmisi memerlukan banyak


pertimbangan. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dipadukan untuk
mendapatkan nilai level tegangan yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi.

Adapun beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan


level tegangan antara lain:

1. Biaya peralatan.
2. Panjang saluran transmisi.
3. Beban yang terhubung dengan saluran transmisi dan perkembangannya.
4. Pertimbangan interkoneksi.
5. Batasan regulasi tegangan dan rugi-rugi transmisi.

Berdasarkan level tegangan, sistem transmisi di Indonesia dikelompokkan


menjadi transmisi tegangan tinggi (TT) dan transmisi tegangan ekstra tinggi
(TET). Tegangan tinggi di Indonesia adalah 70 kV, 150 kV, dan 275 kV.
Sedangkan tegangan ekstra tinggi di Indonesia yaitu 500 kV (PT PLN
Persero, 2011). Adapun perkembangan sistem transmisi Jawa-Bali adalah
sebagai berikut.

2001 2002 2003 2004 2005*

500
(kms) 2.849 3.128 3.532 4.068 4.068
kV

150
(kms) 10.475 11.055 11.055 11.121 11.121
kV

70 kV (kms) 3.985 3.985 3.757 3.603 3.603

Tabel 2.1Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa-Bali

206
DariTabel 2.1 Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa-Baliterlihat
bahwa panjang saluran transmisi 70 kV terus berkurang. Hal tersebut
disebabkan karena adanya upayauprating menjadi 150 kV guna
meningkatkan keandalan dan perbaikan kualitas pelayanan kekonsumen.
Selain itu, sesuai dengan perencanaan sistem distribusi pada RUPTL 2006-
2015, ke depan tegangan 70 kV akan diimplementasikan sebagai jaringan
distribusi sebagai salah satu langkah menekan susut jaringan distribusi.

Kemampuan Hantar Arus (KHA)

Paduan parameter tegangan sistem dan rencana kemampuan transfer daya


transmisi akan membentuk kemampuan hantar arus (current-carrying
capacity/ampacity) penghantar. Menurut PUIL 2000 (SNI 04-0225-2000),
kemampuan hantar arus (KHA) adalah arus maksimum yang dapat dialirkan
dengan kontinu oleh penghantar pada keadaan tertentu tanpa menimbulkan
kenaikan suhu yang melampaui nilai tertentu.

Jika penghantar digunakan dalam kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi
yang disyaratkan meski tetap dalam fungsinya, maka nilai KHA yang
dimilikinya harus dikalikan dengan faktor koreksi.

Rating untuk penghantar udara, mengacu pada standard IEEE 738-1993


(IEEE Standard for Calculating theCurrent-Temperature Relationship of Bare
OverheadConductors), ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal terdiri dari resistans, diameter penghantar, jenis material
penghantar, kondisi permukaan penghantar dan sifat termis material
penghantar. Faktor eksternal terdiri dari arah bentangan penghantar,
ketinggian tempat, keadaan udara sekitar, penyinaran sinar matahari, suhu
lingkungan, dan kecepatan serta arah angin. Semakin mudah penghantar
melakukan pendinginan suhu, maka makin besar kemampuan hantar arus
penghantar tersebut. Hal ini berkaitan dengan transfer panas yang terjadi
pada penghantar tersebut.

207
Representasi Saluran

Representasi untuk saluran transmisi dibagi menjadi tiga macam


berdasarkan panjang saluran yang akan dimodelkan. Untuk saluran dengan
panjang kurang dari 80 km, digunakan model saluran transmisi pendek.
Untuk saluran dengan panjang 80 sampai dengan 240 km, digunakan model
saluran transmisi menengah. Untuk saluran dengan panjang lebih dari 240
km, digunakan model saluran transmisi jarak jauh.

Saluran Transmisi Jarak Pendek

Rangkaian ekivalen untuk saluran transmisi pendek dapat diselesaikan


dengan perhitungan rangkaian arus bolak-balik biasa. Pada rangkaian
ekivalen transmisi pendek ini, admitansi shunt diabaikan. Rangkaian
ekivalen untuk transmisi pendek adalah seperti pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1: Rangkaian Ekuivalen Saluran Transmisi Pendek

Saluran Transmisi Jarak Menengah

Saluran transmisi untuk jarak menengah memasukkan komponen admitansi


shunt pada pemodelannya. Admitansi shunt disini merupakan kapasitansi
murni. Rangkaian ekivalen untuk saluran transmisi jarak menengah adalah
sebagai pada Gambar 2.2.

208
Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Saluran Transmisi Jarak Menengah

Rangkaian ekivalen di atas merupakan rangkaian ekivalen nominal p. Untuk


rangkaian nominal p, admitansi shunt saluran dibagi dua sama besar dan
ditempatkan masing-masing pada ujung pengirim dan ujung penerima. Jika
admitansi shunt menjadi satu di tengah dan impedans saluran yang dibagi
dua sama besar di ujung pengirim dan di ujung penerima, maka rangkaian
ekivalen tersebut disebut rangkaian ekivalen nominal T.

Saluran Transmisi Jarak Jauh

Untuk pemodelan saluran transmisi yang lebih panjang dari 240 km, untuk
memperoleh ketelitian perhitungan, admitansi shunt tidak dapat dianggap
terpusat. Admitansi shunt harus dinyatakan tersebar merata sepanjang
saluran.

Konstanta ABCD

Dalam analisis jaringan, parameter saluran terpakai di dalam konstanta


ABCD, dengan saluran transmisi digambarkan sebagai jaringan berujung
empat seperti pada Gambar 2.3.

209
Gambar 2.3 Rangkaian 4 ujung

Susunan atau kombinasi parameter R,L, dan C di dalam konstanta ABCD


bergantung kepada pendekatan yang diambil. Untuk transmisi pendek,
dengan panjang (l) maksimum 50 mile, pendekatan dapat dilakukan dengan
hanya impedans seri tertumpuk.

Susunan atau kombinasi parameter R,L, dan C di dalam konstanta ABCD


bergantung kepada pendekatan yang diambil. Untuk transmisi pendek,
dengan panjang (l) maksimum 50 mile, pendekatan dapat dilakukan dengan
hanya impedans seri tertumpuk seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.4

Gambar 2.4 Rangkaian pendekatan transmisi pendek

Untuk transmisi dengan panjang yang sedang (l= 50 sampai 150 mile) dapat
digunakan dua pendekatan, yaitu dengan rangkaian nominal T atau dengan
rangkaian nominal π. Rangkaian transmisi jarak menengah digambarkan
pada Gambar 2.5.

210
Gambar 2.5 Rangkaian pendekatan transmisi menengah

PadaGambar 2.6 digambarkan sebuah saluran transmisi panjang. Saluran


trasmisi panjang (l> 150 mile), parameter R, L, dan C tidak dapat dianggap
tertumpuk (lumped parameter), tetapi harus dianggap sebagai yang
sesungguhnya, yaitu parameter terdistribusi (distributed parameter). Setelah
dihitung, kemudian di dalam gambar dinyatakan dengan rangkaian ekivalen
π, yang elemen-elemennya diberi nilai sesuai dengan hasil hitungan
tersebut.

Gambar 2.6 Rangkaian pendekatan transmisi panjang

Load Flow

Studi aliran beban (Load Flow) yaitu suatu proses perhitungan nilai
tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif, atau faktor daya pada titik-titik dalam
suatu jala-jala listrik. Studi aliran beban penting dalam pengoperasian

211
maupun perencanaan suatu sistem tenaga listrik. Dengan studi aliran
beban, efek-efek interkoneksi antara komponen-komponen sistem tenaga
listrik dapat diamati.

Data yang diperlukan untuk suatu studi aliran beban yaitu data daya dan
tegangan pada bus, serta data impedans seri dan admitans shunt pada
saluran penghubung antara bus.

Data daya pada bus merupakan data daya bersih untuk bus tersebut. Daya
yang diserap oleh suatu beban dari jala-jala diberi notasi negatif, sedangkan
daya yang masuk pada jala-jala diberi notasi positif.

Pada suatu bus, harus ditentukan apakah besar tegangan atau aliran daya
reaktifnya yang akan ditentukan konstant. Umumnya daya reaktif ditentukan
konstant pada bus-bus beban dan tegangan ditentukan konstant pada bus-
bus generator. Pada penyelesaian studi aliran beban dengan software,
dimungkinkan nilai tegangan pada generator ditentukan konstant pada suatu
jangkauan pembangkitan daya reaktif. Jika batas jangkauan tersebut
dilampaui, maka nilai pembangkitan daya reaktif tersebut yang kemudian
menjadi dipertahankan konstant.

Kebutuhan daya aktif dan daya reaktif total pada sistem tidak dapat
ditentukan sebelumnya, karena rugi-rugi pada sistem tidak diketahui
sebelum perhitungan selesai. Oleh karena itu, pada suatu jaring-jaring listrik
yang menjadi objek studi aliran beban, minimal harus memiliki sebuah bus
yang dapat mencukupi berapapun kebutuhan total daya aktif dan reaktif
sistem. Bus tersebut disebut sebagai bus berayun (swing bus). Swing bus
berfungsi untuk mencatu selisih antara daya yang sudah diketahui masuk
pada sistem dengan daya yang diserap sistem, termasuk rugi-ruginya.
Tegangan beserta sudut pada swing bus ditentukan sebelumnya. Masukan
daya aktif dan reaktif swing bus ke sistem ditentukan setelah perhitungan
selesai sebagai penyelesaiannya.

Kesulitan dalam studi aliran beban disebabkan karena perbedaan jenis data
yang harus ditentukan pada suatu bus. Studi aliran beban membutuhkan

212
suatu proses iteratif dengan menetapkan nilai-nilai perkiraan untuk
tegangan-tegangan bus yang tidak diketahui. Perhitungan suatu nilai baru
untuk setiap tegangan bus tersebut dilakukan dengan bantuan nilai-nilai
perkiraan daya aktif, daya reaktif, dan tegangan perkiraan sebelumnya.
Selanjutnya akan diperoleh suatu himpunan baru nilai-nilai tegangan untuk
setiap bus yang akan terus digunakan untuk menghitung himpunan
tegangan-tegangan bus yang baru. Proses perhitungan himpunan
tegangan-tegangan bus ini terus dilakukan sampai mendapatkan suatu nilai
perubahan nilai tegangan setiap bus antara tiap himpunan yang kurang dari
suatu nilai minimum yang telah ditentukan.

Dua metode yang menjadi dasar dalam studi aliran beban adalah metode
Gauss – Seidel dan metode Newton – Raphson.

Metode Gauss – Seidel

Metode Gauss – Seidel didasarkan pada pernyataan tegangan suatu bus


sebagai fungsi dari daya aktif dan daya reaktif pada suatu busbaik berupa
masukan dari sumber maupun berupa penyerapan oleh beban yang terdapat
pada bustersebut, tegangan – tegangan pada bus lain yang telah dihitung
atau diperkirakan sebelumnya, dan admitansi-admitansi sendiri maupun
bersama pada simpul-simpulnya. Penurunan persamaan diawali dari
rumusan simpul pada persamaan jala-jala.

Misal suatu perhitungan jala-jala dengan 4 bus, maka rumusan untuk


tegangan pada bus 2 adalah sebagai berikut.

Dengan memasukkan nilai admitans baik admitans sendiri maupun admitans


bersama pada persamaan (2.8), maka persamaan menjadi :

213
Persamaan di atas memberikan nilai yang telah dikoreksi untuk V2
berdasarkan P2 dan Q2 yang direncanakan untuk bus tersebut. V2* adalah
nilai konjugat perkiraan tegangan sebelumnya untuk bus tersebut atau nilai
konjugat tegangan hasil perhitungan sebelumnya. Ketepatan perhitungan
baru akan didapatkan setelah beberapa kali iterasi. Tegangan tersebut
belum sebagai bentuk penyelesaian untuk V2 karena perhitungan tersebut
masih didasarkan pada nilai-nilai tegangan perkiraan pada bus-bus yang
lain. Setelah didapatkan nilai tegangan yang telah dikoreksi untuk suatu
bus, nilai tegangan tersebut lalu digunakan untuk menghitung tegangan bus
yang lain. Proses tersebut diulangi untuk setiap bus secara berturut-turut
pada seluruh bus jala-jala selain swing bus, sebagai iterasi pertama
perhitungan aliran daya. Iterasi tersebut diulangi sampai didapatkan indeks
ketepatan yang sesuai dengan yang telah ditentukan.

Untuk keseluruhan N buah bus, tegangan yang dihitung pada setiap bus k
dengan Pk dan Qk diketahui, dirumuskan sebagai berikut.

Dengan n ≠ k.

Metode Gauss – Seidel memerlukan iterasi yang cukup banyak untuk


mendapatkan suatu nilai dalam indeks ketepatan. Hal tersebut disebabkan
koreksi tegangan pada metoda Gauss – Seidel hanya menggantikan nilai
koreksi tegangan terakhir, sementara perhitungan berjalan per bus. Jumlah

214
iterasi dalam perhitungan dapat dikurangi dengan mengalikan koreksi
tegangan setiap bus pada tiap iterasi dengan faktor percepatan. Selisih
antara tegangan yang baru saja dihitung dan tegangan terdahulu terbaik
pada bus dikalikan dengan faktor percepatan yang sesuai untuk
mendapatkan koreksi yang lebih baik untuk ditambahkan pada nilai yang
terdahulu. Faktor percepatan untuk komponen real dengan komponen
imajiner dapat berbeda. Pemilihan faktor percepatan yang salah dapat
menyebabkan perhitungan tidak konvergen. Pada umumnya faktor
percepatan yang diambil adalah 1,6.

Jika nilai yang diberikan pada suatu bus adalah nilai tegangannya, maka
komponen real dan imajiner tegangan pada bus tersebut pada setiap iterasi
didapatkan dengan menghitung daya reaktif dahulu sebagai berikut.

dimana n ≠ k, jika n = k, maka :

Daya reaktif hasil perhitungan tersebut dihitung berdasarkan nilai-nilai


tegangan terbaik sebelumnya untuk tiap bus. Nilai Qk tersebut kemudian
dimasukkan pada persamaan (2.8) untuk mendapatkan Vk baru. Unsur-
unsur pada Vk baru tersebut kemudian dikalikan dengan perbandingan
besarnya Vk konstant yang ditentukan terhadap besarnya Vkhasil dari
persamaaan (2.8).

215
Metode Newton – Raphson

Penggunaan metode Newton – Raphson dalam studi aliran beban


didasarkan pada penggunaan deret Taylor dalam proses penyelesaian dua
persamaan dengan dua variabel. Misal suatu fungsi dengan dua variabel
x1dan x2 serta dua konstanta K1 dan K2 dengan fungsi sebagai berikut.

f1(x1,x2) = K1(9)

f2(x1,x2) = K2(10)

Penyelesaian perkiraan pertama untuk persamaan tersebut adalah x1(0) dan


x2(0). Untuk mendapatkan suatu jawaban yang benar, dianggap x1(0) dan x2(0)

harus ditambahkan masing-masing dengan nilai .


Selanjutnya perumusan dapat ditulis sebagai berikut.

Jika persamaan (2.17) dan (2.18) diuraikan dalam deret Taylor, maka akan
menjadi sebagai berikut.

216
Suku menunjukkan bahwa turunan parsial dihitung untuk nilai-nilai
(0)
x1 dan x2(0). Suku-suku lain semacam itu dihitung dengan cara yang
sama. Jika turunan parsial dengan orde lebih dari satu diabaikan, maka
persamaan (2.17) dan persamaan (2.18) dapat ditulis dalam bentuk matrik
sebagai berikut.

(15)

Matrik bujursangkar turunan-turunan parsial tersebut dinamakan jacobian


(J), atau dalam hal ini J(0) untuk menunjukkan bahwa perkiraan-perkiraan
pertama x1(0) dan x2(0) digunakan untuk menghitung nilai turunan-turunan
parsial dalam angka. f1(x1(0),x2(0)) adalah nilai yang dihitung dari nilai K1
untuk nilai-nilai perkiraan x1(0) dan x2(0). Tetapi, nilai K1 yang dihitung ini
bukanlah nilai yang ditetapkan persamaan (2.15), kecuali jika nilai-nilai
perkiraan x1(0) dan x2(0) sesuai. Jika ditentukan DK1(0) sebagai K1 yang
ditetapkan, dikurangi nilai K1 yang dihitung, dan dengan mendefinisikan K2
dengan cara yang sama, maka didapatkan perumusan sebagai berikut.

(16)

Nilai Dx1(0) dan Dx2(0) dapat diperoleh dengan membalik matrik


jacobian. Tetapi, karena telah terjadi pemotongan deret, maka penambahan
nilai ini pada perkiraan pertama tidak akan memberikan jawaban yang benar
sehingga harus dilakukan perkiraan untuk x1(1) dan x2(1)berikutnya.
Hubungan x1(0) dengan x1(1) dan x2(0) dengan x2(1) adalah sebagai berikut.

217
Perhitungan aliran beban dengan metode Newton Raphson dapat dilakukan
dengan menyatakan tegangan-tegangan bus dan admitans-admitans saluran
dalam bentuk polar maupun bentuk siku. Jika dalam bentuk polar, maka
persamaan (2.16) dapat diuraikan dalam komponen real dan imajiner seperti
berikut ini.

didapatkan

(22)

sehingga perumusan daya aktif dan daya reaktif menjadi :

218
Swing bus diabaikan dalam penyelesaian iterasi, karena tegangan dan sudut
tegangan pada swing bus tetap. Nilai konstant P dan Q yang ditetapkan,
sesuai dengan konstanta K dalam persamaan (2.19). Nilai-nilai perkiraan
besar dan sudut tegangan juga sesuai dengan nilai-nilai perkiraan untuk x1
dan x2 dalam persamaan (2.19). Sehingga untuk perhitungan nilai-nilai
perkiraan pada persamaan (2.24) dan persamaan (2.25) adalah sebagai
berikut.

DPk = Pk ditetapkan – Pk terhitung(25)

DQk = Qk ditetapkan – Qk terhitung(26)

Jacobian terdiri dari turunan parsial P dan Q terhadap masing-


masing variabel dalam persamaan (2.24) dan persamaan (2.25). Unsur –
unsur matrik kolom Ddk(0) dan D|Vk|(0) sesuai dengan Dx1(0) dan Dx2(0) dan
merupakan koreksi – koreksi yang harus ditambahkan pada perkiraan
semula Ddk(0) dan D|Vk|(0) untuk mendapatkan nilai – nilai baru bagi
perhitungan DPk(1) dan DQk(1). Berikut bentuk matrik penyelesaian metode
Newton Raphson pada suatu sistem yang terdiri 3 bus dengan swing bus
pada bus 1.

(27)

Unsur-unsur jacobian didapatkan dengan membuat turunan-turunan parsial


dari rumus untuk Pk dan Qk dan memasukkan ke dalam tegangan-tegangan
yang diperkirakan untuk iterasi pertama atau yang diperhitungkan dalam

219
iterasi sebelumnya. Dari persamaan (2.24) diperoleh rumusan sebagai
berikut.

Pada penjumlahan di atas terlihat bahwa n ≠ k, karena dk akan hilang dari


persamaan (2.23) jika n = k.

1.1 Kontingensi

Kontingensi merupakan keadaan operasi saat terjadinya gangguan atau


keluarnya suatu komponen dari sistem tenaga listrik Kontingensi dapat
terdiri dari gangguan pada satu komponen atau lebih. Untuk kegagalan
pada satu komponen disebut single outagecontingency. Kegagalan atau
keluarnya dua atau lebih komponen suatu sistem tenaga listrik secara
bersamaan disebut multiple outage contingency.Analisis kontingensi
dilakukan dengan membandingkan aliran daya dalam kondisi normal dengan
aliran daya dalam kondisi kontingensi.

Pada keadaan ini, sistem tenaga listrik dituntut tetap dapat memenuhi
kekangan dari sistem transmisi. Adapun kekangan-kekangan untuk sistem
transmisi adalah dari aspek termal, stabilitas, dan tegangan.

Stabilitas

Permasalahan dalam stabilitas sistem tenaga listrik dikelompokkan menjadi


dua macam, yaitu bagainama menjaga agar sinkronisasi antara generator
dalam sistem dapat terjaga dan bagaimana menjaga batasan tegangan
dapat terpenuhi. Untuk suatu sistem interkoneksi, generator-generator pada
sistem tersebut berputar dengan nilai frekuensi yang sama. Saat terjadi
gangguan, kebutuhan daya yang harus dipenuhi oleh generator akan

220
berkurang. Tetapi, daya masukan pada generator tersebut tidak berubah,
sehingga kecepatan generator tersebut akan naik. Saat gangguan telah
hilang aliran daya serta daya masukan generator berubah, sehingga pada
akhirnya akan muncul osilasi pada rotasi generator yang berakibat pada
osilasi frekuensi sistem.

Indeks Kontingensi

Untuk menentukan indeks kontingensi, diterapkan dua metode, yaitu metode


perbandingan antar tegangan dan metode perbandingan antar kuat
arus.Dengan menilai indeks kontingensi, dapat diperoleh urutan kontingensi
saluran mana yang paling berbahaya terhadap keberlangsungan operasi
sistem tenaga listrik setelahnya.

(30)

Penghitungan indeks kontingensi dengan metode perbandingan kuat arus


dilakukan dengan menjumlahkan perbandingan besar arus yang sedang
mengalir saat terjadi kontingensi pada saluran k dengan kemampuan hantar
arus saluran tersebut.

(31)

Penghitungan indeks kontingensi dengan metode perbandingan tegangan


dilakukan dengan menjumlahkan perbandingan selisih magnitude tegangan
di bus yang sedang terjadi kontingensi (Vk) terhadap dengan rerata bus
pada saat kontingensi (Vk) terhadap selisih tegangan maksimal dan minimal
pada bus (∆Vk).

221
Sistem Tenaga Listrik juga merupakan sistem penyediaan tenaga
listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu
dengan lainnya oleh jaringan transmisi dengan pusat beban atau jaringan
distribusi.

222
Kegiatan Belajar 8 :

MEMERIKSA HASIL PEMASANGAN KOMPONEN


UTAMA,KOMPONEN BANTU,& INSTALASI
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
d) Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan pemasangan komponen
utama proteksi sistem tenaga lisrik.
e) Mengidentifikasi prosedur pemasangan komponen bantu instalsi
proteksi system tenaga listrik.
f) Menjelaskan alat dan perlengkapan peralatan yang digunakan dakam
pemasangan komponen utama dan komponen bantu system tenaga
listrik.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
 Mampu Memeriksa Hasil Pemasangan Komponen Utama,Komponen
Bantu,& Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik

3. Uraian Materi
A. SALURAN TRANSMISI ATAU SISTEM TRANSMISI

Selama ini ada pemahaman bahwa yang dimaksud transmisi


adalah proses penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan
tinggi saja. Bahkan ada yang memahami bahwa transmisi adalah proses
penyaluran energi listrik dengan menggunakan tegangan tinggi dan
melalui saluran udara (over head line). Namun sebenarnya, transmisi
adalah proses penyaluran energi listrik dari satu tempat ke tempat
lainnya, yang besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi (UHV),
Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan Tinggi (HV), Tegangan
Menengah (MHV), dan Tegangan Rendah (LV).

223
Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:

- Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk
lainnya.

- Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara tiang-tiang (tower) melalui


isolator- isolator, dengan sistem tegangan tinggi.

- Standar tegangan tinggi yang berlaku di Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV


dan 150 KV

a. Komponen-komponen transmisi lstrik

1. konduktor

• Kawat konduktor ini digunakan untuk menghantarkan listrik yang


ditransmisikan.

• Kawat konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi ini selalu tanpa
pelindung/isolasi, hanya menggunakan isolasi udara.

• Jenis Konduktor yang dipakai

- Tembaga (cu)

- Alumunium (Al)

- Baja (steel)

• Jenis yang sering dipakai adalah jenis alumunium dengan campuran


baja.

• Jenis-jenis penghantar Aluminium :

- AAC (All-Alumunium Conductor), yaitu kawat penghantar yang

seluruhnya terbuat dari alumunium.

- AAAC (All-Alumunium-Alloy Conductor), yaitu kawat penghantar yang


seluruhnya terbuat dari campuran alumunium.

224
- ACSR (Alumunium Conductor Steel-Reinforced) Conductor, Steel-
Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium berinti kawat baja.

- ACAR (Alumunium Conductor, Alloy-Reinforced), yaitu kawat


penghantar alumunium yang di perkuat dengan logam campuran.

- Jenis yang sering digunakan adalah ACSR.

2. Isolator.

Gambar 8.1 contoh beberapa jenis isolator pada saluran transmisi

Isolator pada sistem transmisi tenaga listrik disni berfungsi untuk


penahan bagian konduktor terhadap ground. Isolator disini bisanya terbuat
dari bahan porseline, tetapi bahan gelas dan bahan isolasi sintetik juga
sering digunakan disini. Bahan isolator harus memiiki resistansi yang tinggi
untuk melindungi kebocoran arus dan memiliki ketebalan yang secukupnya
(sesuai standar) untuk mencegah breakdown pada tekanan listrik tegangan
tinggi sebagai pertahanan fungsi isolasi tersebut. Kondisi nya harus kuat
terhadap goncangan apapun dan beban konduktor.

Jenis isolator yang sering digunakan pada saluran transmisi adalah


jenis porselin atau gelas. Menurut penggunaan dan konstruksinya, isolator
diklasifikasikan menjadi:

- isolator jenis pasak

- isolator jenis pos-saluran

225
- isolator jenis gantung

Isolator jenis pasak dan isolator jenis pos-saluran digunakan pada


saluran transmisi dengan tagangan kerja relatif rendah (kurang dari 22-
33kV), sedangkan isolator jenis gantung dapat digandeng menjadi rentengan
rangkaian isolator yang jumlahnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Infrastruktur Transmisi listrik.

• Tiang Penyangga Saluran transmisi dapat berupa saluran udara dan


saluran bawah tanah, namun pada umumnya berupa saluran udara. Energi
listrik yang disalurkan lewat saluran transmisi udara pada umumnya
menggunakan kawat telanjang sehingga mengandalkan udara sebagai
media antar isolasi antar kawat penghantar. Dan untuk
menyanggah/merentangkan kawat penghantar dengan ketinggian dan jarak
yang aman bagi manusia dan lingkungan sekitarnya, kawat-kawat
penghantar tersebut dipasang pada suatu konstruksi bangunan yang kokoh,
yang biasa disebut menara/tower. Antar menra/tower listrik dan kawat
penghantar disekat oleh isolator.

• Saluran Kabel bawah laut, ini merupakan saluran listrik yang melewati
medium bawah air (laut) karena transmisi antar pulau yang jaraknya
dipisahkan oleh lautan.

Berdasarkan komponen tranmisi di atas, maka pemeriksaan setelah


pemasangangannya dapat dilakukan berupa :

- pengecekan pada pemasangan konduktor atau kabel

- pengecekan pada pemasangan isolator

- pengecekan pipa saluran pada transmisi bawah tanah dan bawah laut

- pengecekan pada kondisi tiang penyangga pada saluran transmisi udara

226
b. Konstruksi Saluran Transmisi

Berdasarkan pemasangannya saluran transmisi dibagi menjadi tiga kategori,


yaitu :

1. Saluran Udara (Overhead Lines) saluran transmisi yang menyalurkan


energi listrik melalui kawat-kawat yang digantung pada isolator antara
menara atau tiang transmisi.

Gambar 8.2. contoh Tiang Transmisi Udara

2. Saluran kabel bawah tanah (underground cable), saluran transmisi yang


menyalurkan energi listrik melalui kabel yang dipendam didalam tanah.

Gambar 8.3 contoh saluran bawah tanah

227
3. Saluran bawah Laut Saluran transmisi listrik yang di bangun di dalam laut.

Gambar 8.4 contoh saluran transmisi bawah laut

• Pada pemeriksan transmisi bawah laut, pemeriksaan dilakukan secara


manual oleh teknisi menggunakan perangkat selam atau diving.

c. Klasifikasi transmisi berdasarkan tingkat tegangannya

1. SALURAN UDARA TEGANGAN EKSTRA TINGGI (SUTET) 200 KV –


500 KV

• Pada umumnya digunakan pada pembangkitan dengan kapasitas di atas


500 MW.

• Tujuannya adalah agar drop tegangan dan penampang kawat dapat


direduksi secara maksimal, sehingga diperoleh operasional yang efektif dan
efisien.

• Permasalahan mendasar pembangunan SUTET adalah: konstruksi tiang


(tower) yang besar dan tinggi, memerlukan tapak tanah yang luas,
memerlukan isolator yang banyak, sehingga pembangunannya
membutuhkan biaya yang besar.

• Masalah lain yang timbul dalam pembangunan SUTET adalah masalah


sosial, yang akhirnya berdampak pada masalah pembiayaan, antara lain:
Timbulnya protes dari masyarakat yang menentang pembangunan SUTET,

228
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi,
Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.

• Pembangunan transmisi ini cukup efektif untuk jarak 100 km sampai


dengan 500 km.

Pemeriksaan yang dilakukan pada SUTET setelah pemasangan berpa :

- Pemeriksaan pemasangan kabel pada menara

- Pemeriksaan kondisi menara pada SUTET

- Pemeriksaan kondisi kabel (apakah ada yang putus atau rusak)

2. SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 30 KV – 150 KV

• Tegangan operasi antara 30 KV sampai dengan 150 KV.

• Konfigurasi jaringan pada umumnya single atau double sirkuit, dimana 1


sirkuit terdiri dari 3 phasa dengan 3 atau 4 kawat. Biasanya hanya 3 kawat
dan penghantar netralnya digantikan oleh tanah sebagai saluran kembali.

• Apabila kapasitas daya yang disalurkan besar, maka penghantar pada


masing-masing phasa terdiri dari dua atau empat kawat (Double atau
Qudrapole) dan Berkas konduktor disebut Bundle Conductor.

• Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km.

• Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje)
terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.

• Untuk mengatasi hal tersebut maka sistem transmisi dihubungkan secara


ring system atau interconnection system. Ini sudah diterapkan di Pulau Jawa
dan akan dikembangkan di Pulau-pulau besar lainnya di Indonesia.

Pemeriksaan yang dilakukan pada SUTT setelah pemasangan berpa :

- Pemeriksaan pemasangan kabel pada menara

- Pemeriksaan kondisi menara pada SKTT

229
- Pemeriksaan kondisi kabel (apakah ada yang putus atau rusak)

3. SALURAN KABEL TEGANGAN TINGGI (SKTT) 30 KV – 150 KV

SKTT dipasang di kota-kota besar di Indonesia (khususnya di


Pulau Jawa), dengan beberapa pertimbangan :

• Di tengah kota besar tidak memungkinkan dipasang SUTT, karena sangat


sulit mendapatkan tanah untuk tapak tower.

• Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari
masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.

• Pertimbangan keamanan dan estetika.

• Adanya permintaan dan pertumbuhan beban yang sangat tinggi.

Jenis kabel yang digunakan:

• Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link
Poly Etheline (XLPE).

• Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil
paper impregnated).

Inti (core) kabel dan pertimbangan pemilihan:

• Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.

• Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.

• Pertimbangan fabrikasi.

• Pertimbangan pemasangan di lapangan.

Kelemahan SKTT:

• Memerlukan biaya yang lebih besar jika dibanding SUTT.

230
• Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan
yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum
Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.

Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter.
Untuk desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat
tanpa sambungan sesuai kebutuhan.

Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine
Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:

• Sub marine cable 150 KV Gresik – Tajungan (Jawa – Madura).

• Sub marine cable 150 KV Ketapang – Gilimanuk (Jawa – Bali).

Beberapa hal yang perlu diketahui:

• Sub marine cable ini ternyata rawan timbul gangguan.

• Direncanakan akan didibangun sub marine cable Jawa – Sumatera.

• Untuk Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang
dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.

Pemeriksaan yang dilakukan pada SKTT setelah pemasangan berupa :

- Pemeriksaan pemasangan kabel atau konduktor pada menara

- Pemeriksaan kondisi menara pada SKTT

- Pemeriksaan kondisi kabel (apakah ada yang putus atau rusak)

4. SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 6 KV – 30 KV

• Di Indonesia, pada umumnya tegangan operasi SUTM adalah 6 KV dan 20


KV. Namun secara berangsur-angsur tegangan operasi 6 KV dihilangkan
dan saat ini hampir semuanya menggunakan tegangan operasi 20 KV.

231
• Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan
distribusi yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder),
SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan
(Pelanggan/ Konsumen).

• Berdasarkan sistem pentanahan titik netral trafo, efektifitas penyalurannya


hanya pada jarak (panjang) antara 15 km sampai dengan 20 km. Jika
transmisi lebih dari jarak tersebut, efektifitasnya menurun, karena relay
pengaman tidak bisa bekerja secara selektif.

• Dengan mempertimbangkan berbagai kondisi yang ada (kemampuan


likuiditas atau keuangan, kondisi geografis dan lain-lain) transmisi SUTM di
Indonesia melebihi kondisi ideal di atas.

Pemeriksaan yang dilakukan pada SUTM setelah pemasangan berupa :

- Pemeriksaan pemasangan kabel pada menara

- Pemeriksaan kondisi menara pada SUTM

- Pemeriksaan kondisi kabel (apakah ada yang putus atau rusak)

5. SALURAN KABEL TEGANGAN MENENGAH (SKTM) 6 KV – 20 KV

Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama
dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di
dalam tanah.

Beberapa pertimbangan pembangunan transmisi SKTM adalah:

• Kondisi setempat yang tidak memungkinkan dibangun SUTM.

• Kesulitan mendapatkan ruang bebas (ROW), karena berada di tengah kota


dan pemukiman padat.

• Pertimbangan segi estetika.

232
Beberapa hal yang perlu diketahui:

• Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga
kabel yang jauh lebih mahal dibanding penghantar udara dan dalam
pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan
banyak pihak.

• Pada saat pelaksanaan pembangunan transmisi SKTM sering


menimbulkan masalah, khususnya terjadinya kemacetan lalu lintas.

• Jika terjadi gangguan, penanganan (perbaikan) transmisi SKTM relatif sulit


dan memerlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan SUTM.

• Hampir seluruh (sebagian besar) transmisi SKTM telah terpasang di


wilayah PT. PLN (Persero) Distribusi DKI Jakarta & Tangerang.

Pemeriksaan yang dilakukan pada SKTM setelah pemasangan berupa :

- Pemeriksaan pemasangan kabel pada menara

- Pemeriksaan kondisi menara pada SKTM

- Pemeriksaan kondisi kabel (apakah ada yang putus atau rusak)

6. SALURAN UDARA TEGANGAN RENDAH (SUTR) 40 VOLT – 1000


VOLT

Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada
tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan
listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi
transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.

Radius operasi jaringan distribusi tegangan rendah dibatasi oleh:

• Susut tegangan yang disyaratkan.

• Luas penghantar jaringan.

233
• Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.

• Sifat daerah pelayanan (desa, kota, dan lain-lain).

• susut tegangan yang diijinkan adalah + 5% dan – 10 %, dengan radius


pelayanan berkisar 350 meter.

Saat ini transmisi SUTR pada umumnya menggunakan penghantar Low


Voltage Twisted Cable (LVTC).

Pemeriksaan yang dilakukan pada SUTR setelah pemasangan berupa :

- Pemeriksaan pemasangan kabel pada menara

- Pemeriksaan kondisi menara pada SUTR

- Pemeriksaan kondisi kabel (apakah ada yang putus atau rusak)

7. SALURAN KABEL TEGANGAN RENDAH (SKTR) 40 VOLT – 1000


VOLT

Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama
dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam
didalam di dalam tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi
jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR
menggunakan penghantar berisolasi.

Penggunaan SKTR karena mempertimbangkan:

• Sistem transmisi tegangan menengah yang ada, misalnya karena


menggunakan transmisi SKTM.

• Faktor estetika Oleh karenanya transmisi SKTR pada umumnya dipasang


di daerah perkotaan, terutama di tengah-tengah kota yang padat bangunan
dan membutuhkan aspek estetika.

Pemeriksaan yang dilakukan pada SKTR setelah pemasangan berupa :

- Pemeriksaan pemasangan kabel pada menara

234
- Pemeriksaan kondisi menara pada SKTR

- Pemeriksaan kondisi kabel (apakah ada yang putus atau rusak)

3. SISTEM DISTRIBUSI

Sistem distribusi merupakan sistem yang bekerja sebagai pendistribusi.


Sistem Distribusi berfungsi mendistribusikan tenaga listrik ke konsumen
yang berupa pabrik, industri, perumahan dan sebagainya. Transmisi tenaga
dengan tengangan tinggi maupun tegangan ekstra tinggi pada saluran
transmisi dirubah pada gardu induk menjadi tegangan menengah atau
tegangan distribusi primer, yang selanjutnya tegangannya diturunkan lagi
menjadi tegangan untuk konsumen. Persoalan-persoalan yang muncul pada
sistem tenaga listrik meliputi antara lain: aliran daya, operasi ekonomik
(economic load dispatch), gangguan hubungan singkat, kestabilan sistem,
pengaturan daya aktif dan frekuensi, pelepasan beban, pengetanahan netral
sistem, pengamansistem arus lebih, tegangan lebih, keandalan dan
interkoneksi sistem tenaga.

Biasanya , sistem distribusi dipisahkan oleh transformator terhadap


sistem transmisi. Hal itu dikarenakan sebelum masuk ke sistem transmisi,
jaringan listrik akan melalui sistem transmisi lalu melalui tafro untuk
menurunkan tingkat tegangannya. Setelah itu barulah listrik akan dibagi
didistribusikan kepada para pemakai.

Namun, dalam sistem distribusi juga terdapat trafo yang berfungsi


menaikkan atau menurunkan tegangan yang akan digunakan. Seperti kita
contohkan, dalam sebuah kelurahan dapat digunakan sebuah trafo untuk
menurunkan tegangan sebelum masuk ke perumahan. Lalu pada industri
digunakan trafo untuk menaikkan tegangan , karena biasanyan kawasan
industri membutuhkan lebih banyak daya atau tegangan dibandingkan
dengan kawasan perumahan.

235
Gambar 8.5 sistem pendistribusian tenaga listrik

236
Gambar 8.6 contoh nyata distribusi listrik

a. Perbedaan transmisi dan distribusi

Tabel perbedaan antara distribusi dan transmisi

237
b. Macam-macam sistem distribusi

Sistem pendistribusian tenaga listrik dapat dibedakan menjadi dua macam,


yaitu sistem pendistribusian langsung dan sistem pendistribusian tak
langsung.

1. Sistem Pendistribusian Langsung

Sistem pendistribusian langsung merupakan sistem penyaluran tenaga


listrik yang dilakukan secara langsung dari Pusat Pembangkit Tenaga Listrik,
dan tidak melalui jaringan transmisi terlebih dahulu.

Sistem pendistribusian langsung ini digunakan jika Pusat Pembangkit


Tenaga Listrik berada tidak jauh dari pusat-pusat beban, biasanya terletak
daerah pelayanan beban atau dipinggiran kota.

2. Sistem Pendistribusian Tak Langsung

Sistem pendistribusian tak langsung merupakan sistem penyaluran tenaga


listrik yang dilakukan jika Pusat Pembangkit Tenaga Listrik jauh dari pusat-
pusat beban, sehingga untuk penyaluran tenaga listrik memerlukan jaringan
transmisi sebagai jaringan perantara sebelum dihubungkan dengan jaringan
distribusi yang langsung menyalurkan

tenaga listrik ke konsumen.

A. PEMERIKSAAN PEMASANGAN KOMPONEN BANTU

Kegagalan pada pengaman utama atau adanya daerah mati tersebut diatasi
dengan menggunakan pengaman cadangan. Pengaman cadangan
umumnya mempunyai perlambatan waktu untuk memberikan kesempatan
pengaman utama bekerja lebih dahulu. Jika pengaman utama gagal, maka
pengaman cadangan bekerja.

Jenis pengaman cadangan ada dua, yaitu pengaman cadangan setempat


(local back up) dan pengaman cadangan jauh (remote back up).

238
c. Pengaman Cadangan Setempat

Pengaman cadangan setempat merupakan sistem pengaman yang bekerja


jika pengaman utamanya gagal bekerja. Akan tetapi, jika pengamanannya
masih gagal karena pemutus beban gagal bekerja, maka relai tersebut akan
memberikan perintah untuk membuka semua pemutus beban yang ada
kaitannya dengan pemutus beban tersebut.

Sistem pengaman cadangan setempat umumnya digunakan pada sistem


tenaga listrik dengan tegangan ekstra tinggi. Dalam hal ini relai cadangan
mempunyai kecepatan sama dengan pengaman utamanya, karena sistem ini
mempunyai pengaman ganda. Disebut pengaman ganda, sebab trafo arus,
baterai, maupun kumparan trip semuanya ganda. Di Indonesia untuk sistem
dengan tegangan tinggi, yaitu tegangan 150 KV dan 70 KV, biasanya
pengaman cadangannya hanya berupa relai cadangan.

d. Pengaman Cadangan Jauh

Pengaman cadangan jauh merupakan pengaman yang digunakan untuk


mengantisipasi adanya kegagalan kerja pengaman di daerah tertentu. Dalam
hal ini suatu gangguan pada daerah tertentu akan dihilangkan atau
dipisahkan oleh pengaman dari tempat lain berikutnya (cadangan jauh).

Pengaman cadangan jauh yang banyak dipakai adalah pengaman dengan


relai arus lebih dan pengaman dengan relai jarak. Pengaman cadangan jauh
kurang memadai untuk sistem yang besar, antara lain karena dapat gagal
bekerja dan dapat terjadi triping yang tidak diharapkan

B. PEMERIKSAAN PEMASANGAN KOMPONEN UTAMA

3. Pengaman Utama

Daerah pengamanan seperti diuraikan sebelumnya memberikan gambaran


tentang tugas dari pengaman utama. Untuk relai cepat dan pemutus beban
cepat, waktu mulainya terjadinya gangguan sampai selesainya pembukaan
pemutus beban maksimum 100 ms, yaitu terdiri dari waktu kerja relai 20-40
ms dan waktu pembukaan pemutus beban 40-60 ms.

239
Pada pengamanan jenis tertentu, misalnya pengamanan dengan relai arus
lebih, waktu kerjanya justru diperlambat untuk mendapatkan selektivitas
karena terjadi pengamanan yang tumpang-tindih dengan seksi berikutnya.
Relai ini bertugas selain sebagai pengaman utama pada daerahnya dan juga
sekaligus merupakan pengaman cadangan pada seksi berikutnya.

Elemen-elemen pengaman utama terdiri atas relai, trafo tegangan, baterai


(catu daya), kumparan trip, dan pemutus tenaga. Kegagalan kerja pada
elemen-elemen pengaman utama dapat dikelompokkan sebagai berikut.

e. Kegagalan pada relainya sendiri.

f. Kegagalan catu arus dan atau catu tegangan ke relai. Hal ini dapat
disebabkan kerusakan trafo arus atau trafo tegangannya. Bisa juga
rangkaian catu ke relai dari trafo tersebut terbuka atau terhubung singkat.

g. Kegagalan sistem catu arus searah untuk triping pemutus beban. Hal ini
disebabkan baterai lemah karena kurang perawatan, terbuka, atau
terhubung singkatnya arus searah.

h. Kegagalan pada pemutus tenaga. Kegagalan ini dapat disebabkan


karena kumparan trip tidak menerima catu, terjadi kerusakan mekanis, atau
kegagalan pemutusan arus karena besarnya arus hubung singkat
melampaui kemampuan dari pemutus bebannya.

Di samping kegagalan di atas, pada pengaman tumpang-tindih (Gambar 2.5)


dapat juga terjadi gangguan pada titik x. gangguan itu dapat terjadi antara
batas daerah pengaman A dengan pemutus bebannya atau pengaman
daerah telah bekerja dan membuka pemutus tenaganya, tetapi gangguan
tersebut belum hilang dari sistem. Hal tersebut terjadi karena relai pengaman
daerah A tidak mendeteksinya, sehingga masih terdapat daerah mati.

a. Alat Pengaman Celah Batang (rod gap)

Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling
sederhana, yang terdiri dari dua batang logam dengan penampang tertentu.
Batang logam bagian atas diletakkan di puncak isolator jenis pos (post type
insulator) dihubungkan dengan kawat penghantar jaringan distribusi,

240
sedangkan batang logam bagian bawah diletakkan pada bagian dasar
isolator jenis pos yang langsung berhubungan dengan ground. Jarak celah
kedua batang logam tersebut disesuaikan dengan tegangan percikan untuk
suatu bentuk gelombang tegangan tertentu. Pada tabel di bawah ini
memperlihatkan panjang celah yang diizinkan pada suatu tegangan sisitem.

Tabel 12

Tegangan Sistem dan Panjang Celah

Tegangan sistem (kV) 12 33 66 132 275 400

Panjang celah (m) 0,032 0,23 0,35 0,66 1,25 1,70

Gambar 8.7 Bentuk Pengaman Celah Batang (Rod Gap)

Gambar 8. 8Rangkaian Pengaman Celah Batang (Rod Gap)

241
Keuntungan alat pengaman celah batang ini selain bentuknya sederhana,
juga mudah dibuat dan kuat konstruksinya. Sedangkan kelemahan dari celah
batang ini, bila terjadi percikan bunga api akibat tegangan lebih maka bunga
api yang ditimbulkan pada celah akan tetap ada walaupun tegangan lebih
sudah tidak ada lagi. Untuk memadamkan percikan bunga api yang
ditimbulkan, dapat dilakukan dengan memutus jaringan tersebut dengan
menggunakan saklar pemutus udara (air break switch). Saat gelombang
pendek, tegangan gagalnya akan naik lebih tinggi dari pada isolasi yang
akan dilindunginya, sehingga diperlukan celah yang sempit untuk gelombang
yang curam. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 86 di atas.

b. Alat Pengaman Tanduk Api (arcing horn)

Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api
ini diletakkan dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau
isolator batang panjang (long rod insulator). Tanduk api dipasang pada ujung
kawat penghantar dan ujung isolator yang berhubungan langsung dengan
ground (tanah) yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga busur api tidak
akan mengenai isolator saat terjadi loncatan api. Jarak antara tanduk atas
dan bawah diatur sekitar 75-85 % dari panjang isolator keseluruhan.
Tegangan loncatan api untuk isolator gandengan dengan tanduk api
ditentukan oleh jarak tanduk tersebut. Untuk jelasnya lihat gambar di bawah
ini.

Gambar 8.9 Pengaman Tanduk Api (Arcing Horn)

242
c. Alat Pengaman Celah Sekring (fuse rod gap)

Alat pengaman celah sekring ini merupakan gabungan antara celah


batang (rod gap) dengan sekring yang dihubungkan secara seri.
Penggabungan ini digunakan untuk menginterupsikan arus susulan (power
follow current) yang diakibatkan oleh percikan api. Oleh sebab itu celah
sekring mempunyai karakteristik yang sama dengan celah batang, dan alat
ini dapat menghindarkan adanya pemutusan jaringan sebagai akibat
percikan, serta memerlukan penggantian dan perawatan sekring yang telah
dipakai. Kecuali itu agar supaya penggunaannya efektif harus diperhatikan
juga koordinasi antara waktu leleh sekring dengan waktu kerja rele
pengaman.

d. Alat Pengaman Celah Kontrol (control gap)

Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah yang diatur
sedemikian rupa, sehingga karakteristiknya mendekati celah bola ditinjau
dari segi lengkung volt-waktunya yang mempunyai karakteristik lebih baik
dari celah batang. Celah kontrol ini dapat dipakai bersama atau tanpa
sekring; meskipun alat ini dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan
atau sekunder, dan dianggap sekelas dengan celah batang.

e. Alat Pengaman Celah Tanduk (horn gap)

Alat pengaman ini terbuat dari dua buah batang besi yang masing-
masing diletakkan diatas isolator. Celah yang dibuat oleh kedua batang besi
itu, satu batang dihubungkan langsung dengan kawat penghantar jaringan
sedangkan yang lainnya dihubungkan dengan sebuah resistor yang
langsung terhubung ke ground (tanah). Celah tanduk ini biasanya bekerja
pada saat terjadi tegangan loncatan api pada celahnya. Ketika tegangan
surja mencapai 150 – 200 % dari tegangan nominal jaringan, maka akan
terjadi pelepasan langsung pada celah dan langsung diteruskan ke ground
melalui resistor. Fungsi dari celah tanduk ini untuk pemutus busur api yang

243
terjadi pada saat tegangan lebih. Busur api cenderung naik akibat panas
yang terlalu tinggi, juga disebabkan peristiwa arus loop sebesar mungkin
pada sisi lain membuat tembus rangkaian magnit maksimum. Hanya celah
tanduk sebagai arrester jauh dari memuaskan yang seringkali busur api yang
tak perlu. Pengaman ini tidak cukup karena dapat dibandingkan dari nilai
pelepasan yang rendah resistor. Dan ini tidak selalu menahan secara
dinamis busur api yang mengikuti pelepasan peralihan (transient discharge).
Akibatnya salah satu pada keadaan tetap tanduk ground atau dibinasakan
oleh celah. Oleh sebab itu celah tanduk arrester sekarang hampir tidak
diapakai lagi sebagai alat pengaman petir.

2. Alat Pengaman Tabung Pelindung (protector tube)

Alat pengaman tabung pelindung ini terdiri dari : (1) tanduk api (arcing horn)
yang dipasang di bawah kawat penghantar, yang terhubung dengan tabung
fiber. (2) Tabung fiber yang terdiri dari elektroda atas yang berhubungan
dengan tanduk api dan elektroda bawah yang berhubungan langsung
dengan tanah (ground). Apabila tegangan petir mengalir ke kawat
penghantar, maka akan terjadi percikan api antara kawat penghantar
dengan tanduk api. Percikan api akan mengalir dari elektroda atas ke
elektroda bawah. Karena panas tabung fiber akan menguap disekitar
dindingnya, sehingga gas yang ditimbulkan akan menyembur ke percikan
apai dan memadamkannya. Alat pengaman tabung pelindung ini digunakan
pada saluran transmisi untuk melindungi isolator dan mengurangi besarnya
tegangan surja yang mengalir pada kawat penghantar. Selain itu digunakan
juga pada gardu induk untuk melindungi peralatan disconnect switches, ril
bus, dan sebagainya.

Gambar 8.10 .Pengaman Tabung Pelindung (Protector Tube)

244
3. Alat Pengaman Lightning Arrester

Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan dan
peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena
sambaran petir (flash over) dan karena surja hubung (switching surge) di
suatu jaringan. Lightning arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar
terhadap tegangan lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat
pengaman ini merusak peralatan jaringan seperti tansformator dan isolator.
Oleh karena itu lightning arrester merupakan alat yang peka terhadap
tegangan, maka pemakaiannya harus disesuaikan dengan tegangan sistem.

Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ketanah.

Disebabkan oleh fungsinya, Arrester harus dapat menahan tegangan system


50 Hz untuk waktu yang terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke
tanah tanpa mengalami kerusakan. Arrester berlaku sebagai jalan pintas
sekitar isolasi. Arrester membentuk jalan yang mudah untuk dilalui oleh arus
kilat atau petir, sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada
peralatan.

Selain melindungi peralatan dari tegangan lebih yang diakibatkan oleh


tegangan lebih external, arrester juga melindungi peralatan yang diakibatkan
oleh tegangan lebih internal seperti surja hubung, selain itu arrester juga
merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu system tenaga listrik. Bila
surja datang ke gardu induk arrester bekerja melepaskan muatan listrik serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam gardu
induk.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh arrester adalah sebagai berikut :

245
a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya
(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu pelepasan,
harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan.
Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap breakdown
voltage) sedangkan tegangan pelepasan disebut juga tegangan sisa
(residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop)

Jatuh tegangan pada arrester = I x R

Dimana

I = arus arrester maksimum (A)

R = tahanan arrester (Ohm)

b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas dari tegangan system di mana arus susulan ini masih
mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.

Gambar 8.11. Arus melalui Arrester

Gambar 8.12. Tegangan dan Arus Pelepasan Pada Arrester

246
Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada
kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja
arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus
yang tinggi ke tanah. Setelah arus hilang, arrester harus dengan cepat
kembali menjadi isolator.

Pada dasar arrester terdiri dari dua bagian yaitu : Sela api (spark gap) dan
tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas
atas dan bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan system
maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Untuk
penggunaan yang lebih khusus arrester mempunyai satu bahagian lagi yang
disebut dengan Tahanan katup dan system pengaturan atau pembagian
tegangan (grading system).

Jika hanya melindungi isolasi terhadap bahaya kerusakan karena gangguan


dengan tidak memperdulikan akibatnya terhadap pelayanan, maka cukup
dipakai sela batang yang memungkinkan terjadinya percikan pada waktu
tegangan mencapai keadaan bahaya. Dalam hal ini, tegangan system bolak
– balik akan tetap mempertahankan busur api sampai pemutus bebannya
dibuka. Dengan menyambung sela api ini dengan sebuah tahanan, maka
kemungkinan api dapat dipadamkan. Tetapi bila tahanannya mempunyai
harga tetap, maka jatuh tegangannya menjadi besar sekali sehingga maksud
untuk meniadakan tegangan lebih tidak terlaksana, dengan akibat bahwa
maksud melindungi isolasi pun gagal. Oleh sebab itu disrankan memakai
tahanan kran (valve resistor), yang mempunyai sifat khusus, yaitu
tahanannya kecil sekali bila tegangannya dan arusnya besar. Proses
pengecilan tahanan berlangsung cepat yaitu selama tegangan lebih
mencapai harga puncak. Tegangan lebih dalam hal ini mengakibatkan
penurunan drastis pada tahanan sehingga jatuh tegangannya dibatasi
meskipun arusnya besar.

Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik lagi
sehingga arus susulannya dibatasi kira – kira 50 ampere. Arus susulan ini
akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai

247
titik nol yang pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang
menutup arus, dari sini didapatkan nama tahanan kran.

Pada arrester modern pemadaman arus susulan yang cukup besar (200–
300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, baik
amplitude maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadaman
dapat dilakukan sebelum tegangan system mencapai harga nol.

Tegangan dasar (rated voltage) yang dipakai pada lightning arrester adalah
tegangan maksimum sistem, dimana lightning arrester ini harus mempu-nyai
tegangan dasar maksimum tak melebihi tegangan dasar maksimum dari sis-
tem, yang disebut dengan tegangan dasar penuh atau lightning arrester 100
%.

a. Lightning Arrester Jenis Oksida Film

Dalam tabung porselin dari alat pengaman lightning arrester tipe oksida film
ini memiliki 2 ruang, yaitu : (1) ruang celah (gap chamber) dan (2) ruang
butiran oksida timah hitam. Ruang celah terbuat dari porselin annulus yang
berbentuk silinder, yang berisi sebuah pegas, lempengan cakram dan celah
elektroda. Lempengan cakram terdiri dari dua lempeng yang disatukan
(crimped), yang masing memiliki dimeter sebesar 19 cm dan tebal 1,59 cm.
Permukaan lempengan cakram dilapisi dengan film yang diisolasi dengan
vernis. Kekuatan tembus untuk setiap lempeng cakram tersebut terjadi pada
tegangan 300 V. Jumlah unit lempeng cakram ditentukan oleh tegangan
jaringan dan kondisi petir agar dapat menahan tegangan maksimum sistem.
Pada ruang celah ini ditempatkan juga sebuah pegas pada bagian atas dan
celah elektroda (gap electrode) pada bagian bawah. Sedangkan ruang
butiran oksida timah hitam (lead peroxida) berisi dengan butiran-butiran
oksida timah hitam. Dimana panjang ruangan kira-kira 5,1 cm (2 inchi) per
kV dari tegangan dasar. Satu tabung dapat digunakan untuk tegangan diatas
25 kV ketika titik netral diketanahkan dengan induktansi coil. Butiran-butiran
oksida timah hitam mempunyai diameter 2,38 mm dengan kulit berlubang
tipis dari litharge.

248
Ketika tegangan pelepasan (discharge voltage) mengalir ke ruang celah
melalui pegas, maka tegangan pelepasan akan menembus film yang
berlapis vernis diatas lempeng cakram. Apabila tegangan melebihi dari batas
kekuatan lempeng cakram per unit, loncatan busur api akan diteruskan ke
celah elektroda. Dan mengalir langsung ke ruang butiran oksida timah hitam.
Panas yang berkembang akibat busur api menyebabkan oksida timah hitam
berubah menjadi merah. Sehingga busur api akan padam dan energi yang
tersisa akan mengalir ke ground.

b. Lightning Arrester Jenis Thyrite

Elemen kran (valve) untuk arrester jenis thyrite ini terbuat dari bahan
lempengan keramik yang berkualitas baik, yang bertindak sebahai
penghantar tegangan tinggi surja dan memperli-hatkan tahanan tinggi untuk
tenaga jaringan (line energy). Pada arrester ”thyriet magne-valve”
memperlihatkan arus petir lewat langsung celah by-pass seri ke celah
utama, dan oleh elemen thyrite ke ground. Jika energi jaringan berusaha
mengikuti energi petir, maka energi jaringan dibuat untuk mengalirkan
langsung ke lilitan seri, dan menciptakan medan magnit cukup kuat untuk
memadamkan busur api dari pelepasan arus petir. Pemadaman ini bereaksi
dengan cepat dan mengambil kedudukan kurang lebih setengah gelombang
energi jaringan.

Gambar 8.13. Pengaman Arrester Jenis Thyrite

249
Thyrite adalah bahan campuran padat tak organik dari keramik alam, yang
mempunyai resistansi lebih cepat untuk mengurangi.

c. Lightning Arrester Jenis Katup (Valve)

Alat pengaman arrester jenis katup (valve) ini terdiri dari sebuah celah api
(spark gap) yang dihubungkan secara seri dengan sebuah tahanan non linier
atau tahanan katup (valve resistor). Dimana ujung dari celah api
dihubungkan dengan kawat fasa, sedangkan ujung dari tahanan katup
dihubungkan ke ground (tanah). Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah
ini.

Saat terjadi tegangan lebih maka pada celah api akan terjadi percikan yang
akan menyebabkan timbulnya bunga api (arc). Api percikan ini akan timbul
terus menerus walaupun tegangan lebihnya sudah tidak ada. Untuk
menghentikan percikan bunga api pada celah api tersebut, maka resistor
non linier akan memadamkan percikan bunga api tersebut. Nilai tahanan non
linier ini akan turun saat tegangan lebih menjadi besar. Tegangan lebih akan
mengaki-batkan penurunan secara drastis nilai tahanan katup, sehingga
tegangan jatuh-nya dibatasi walaupun arusnya besar.

Gambar.8.14 Rangkaian dan Karekteristik Pengaman Arrester Jenis Katup


(Valve)

250
Gambar .8.1 Pengaman Arrester Jenis Katup (Valve)

Arrester jenis katup ini terdiri dari sela pecik terbagi atau sela seri yang
terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linier.

Tegangan frekwensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri.
Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi,
alat tersebut menjadi pengahantar. Sela seri itu tidak dapat memutus arus
susulan. Dalam hal ini dibantu oleh arrester tak linier yang mempunyai
karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus
susulan dari frekwensi dasar terlihat pada karakteristik volt amper.

251

Anda mungkin juga menyukai