2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang Maha Esa, karena dengan rahmat-Nya
penulis dapat menyusun modul ini dengan judul “ Teknik Jaringan Listrik” Di dalamnya
dibahas masalah mengenai gangguan sistem tenaga listrik, besarnya gangguan sistem proteksi
tenaga listrik serta peralatan pengaman proteksi tenaga listrik. Penulis menyadari dalam
penyusunannya masih terdapat banyak kekurangan- kekurangan baik dalam materi maupun
sistematika penulisannya.
Buku ini dapat dijadikan referensi dalam membantu siswa dan peserta diklat tentang
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan teknik jaringan listrik. Terutama pada
penggunaannya di lapangan. Untuk itu, saran dan kritikan yang membangun guna perbaikan
buku ini diterima dengan senang hati.
Penulis
i
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
Modul ini dirancang sebagai pedoman bagi tenaga pendidik PKB
dalam bidang mata dilkat sistem rerigerasi untuk keperluan industri yang
mencangkup komponen, pemasangan, perawatan dan aplikasinya di
industri.
2. Tujuan
Tujuan disusunnya modul teknik jaringan listrik ini adalah
memberikan pemahaman bagi peserta diklat, guru dan tenaga
kependidikan tentang system teknik jaringan listrik. Secara khusus tujuan
pedoman ini adalah:
2. Menjadi bahan ajar bagi peserta diklat dalam memahami mata diklat
teknik jarringan listrik.
3. Peta Kompetensi
4. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari modul ini mencangkup pembahasan tentang teknik
jaringan listrik yang mencangkup tentang pembahasan alat dan
2
perlengkapan uji, prosedur pemerikssaan dan pengujian, memeriksa urutan
fasa gardu induk, pemasangan instalasi gardu induk dan memeriksa
tahanan isolasi gardu induk.
3
Kegiatan Pembelajaran 1 : Mengembangkan kurikulum yang
A. Tujuan
1. Peserta diklat dapat mengidentifikasikan berbagai kegiatan pembelajaran
program ekstrakurikuler untuk mendorong peserta didik mencapai
prestasi secara optimal.
2. Peserta diklat dapat merancang berbagai kegiatan pembelajaran
program ekstrakurikuler untuk mendorong peserta didik mencapai
prestasi secara optimal
C. Uraian Materi
1. Pendahuluan
Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik guru merupakan kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta
didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Sepuluh aspek kompetensi pedagogik guru mata pelajaran sebagai standar
yang harus ada dan di penuhi oleh guru mata pelajaran itu adalah sebagai
berikut :
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual,
sosial, kultural, emosional dan intelektual.
4
Pada aspek ini guru harus mampu memahami karakteristik peserta didik
dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan
intelektual. Untuk dapat memahami karakteristik peserta didik harus ada
tahap pembinaan keakraban antar peserta didik dan antara guru dengan
peserta didik. Suasana keakraban ini penting dikuasai oieh pendidik
sebelum memulai kegiatan pembelajaran. Upaya ini berdasarkan atas
asumsi bahwa peserta didik tidak dapat berpartisipasi secara optimal
dalam kegiatan pembelajaran apabila ia tidak mengenal guru dan
peserta didik lainya secara akrab.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
Guru dituntut untuk memahami berbagai teori belajar dan prinsipprinsip
pembelajaran yang mendidik. Dalam hal ini guru dapat menerapkan
berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang
mendidik secara kreatif. Pesiapan yang harus dilakukan guru sebelum
memulai pembelajaran adalah pembuatan RPP.
c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang
diampu.
Adapun bentuknya seperti membuat Program Tahunan (Prota), Program
Semesteran (Promes), Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP). Dalam pembuatan RPP kepala sekolah mewajibkan kepada
semua guru untuk mengumpulkan semua RPP pada awal semester yang
kemudian diserahkan kepada kepala sekolah untuk dievaluasi.
Prinsip-prinsip pembuatan prota, promes, silabus dan RPP sebagai
berikut:
1. Tujuan dan kompetensi yang hendak dicapai harus jelas dan makin
tepat program-program yang dikembangkan untuk mencapainya.
2. Program itu harus sederhana dan fleksibel.
3. Program-program yang disusun dan dikembangkan harus sesuai
dengan tujuan dan kompetensi yang telah ditetapkan.
4. Program yang ditetapkan harus menyeluruh dan jelas pencapainya
Dalam pembuatan prota, promes, silabus, dan RPP harus memahami
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, menentukan tujuan
pembelajaran yang diampu, manata materi pembelajaran secara benar
sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik,
mengembangkan indikator instrument penilaian.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
5
Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik adalah guru harus
mampu memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang
mendidik, melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas,
laboratorium, maupun lapangan dengan memperhatikan standar
keamanan yang dipersyaratkan, menggunakan media pembelajaran dan
sumber belajar yang relevan dengan karakteristik peserta didik dan mata
pelajaran yang diampu.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran guru harus mampu memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
Untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki siswa guru harus menyediakan berbagai fasilitas yang
mendukung. Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mendorong peserta didik mencapai prestasi secara optimal. Dengan
adanya fasilitas yang memadai untuk mengaktualisasikan potensi
peserta didik dan menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk
mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya akan
mendorong peserta didik untuk mencapai prestasi secara optimal.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.
Dalam hal ini guru harus mampu memahami berbagai strategi
berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun baik secara lisan
maupun tulisan. Menggunakan bahasa yang khas dalam interaksi
kegiatan yang mendidik yang terbangun secara siklikal, dari:
1. penyiapan kondisi psikologis peserta didik untuk ambil bagian dalam
permainan melalui bujukan dan contoh,
2. ajakan kepada peserta didik untuk ambil bagian,
3. espons peserta didik terhadap ajakan guru, dan
4. reaksi guru terhadap respons peserta didik.
h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
Dalam penilaian hasil belajar guru menentukan aspek-aspek proses dan
hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi. Kegiatan
pembelajaran pada tahap ini ditandai dengan keterlibatan guru–guru
dalam menentukan penilaian program kegiatan pembelajaran. Aspek-
6
aspek yang dinilai adalah proses, hasil, dan pengaruh kegiatan
pembelajaran. Penilaian ini mencakup perubahan tingkah laku seperti
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai yang telah diperoleh peserta
didik melaluai kegiatan pembelajaran.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran. Dalam hal ini yang harus dilakuakan guru dalam
pembelajaran salah satunya adalah mengevaluasi pembelajaran. Hasil
dari penilaian dan evaluasi ini nantinya juga harus digunakan untuk
menentukan ketuntasan belajar, merancang program remedial dan
pengayaan, mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada
pemangku kepentingan yaitu peserta didik dan wali murid,
memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Semua hasil dari evaluasi dan penilaian akan menunjukkan tingkat
kemampuan belajar setiap peserta didik yang nantinya digunakan
sebagai bahan tindak lanjut proses pembalajaran yang telah
dilaksanakan. Program ini juga mengidentifikasi materi yang perlu
diulang, peserta didik yang wajib mengikuti remedial dan yang mengikuti
program pengayaan. Hasil evaluasi yang telah dilakukan di gunakan
guru untuk mengetahui penguasaan materi peserta didik dengan materi
yang telah diberikan guru yang akhirnya di gunakan guru sebagai acuan
apa yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran.
7
d. Ketrampilan menjelaskan (explaining skills)
e. Ketrampilan membuka dan menutup pelajaran (set induction and
closure)
f. Ketrampilan membimbing diskusi kelompok kecil
g. Ketrampilan mengelola kelas,
h. Ketrampilan mengajar perseorangan.
8
diterbitkan pada 4 Mei 2007 tentang kualifikasi akademik dan kompetensi
guru.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Setiap
unsur kepribadian tersebut dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan
indikator esensial seperti terlihat pada tabel dibawah ini.
Memiliki akhlak mulia a. Bertindak sesuai dengan norma religius (intaq, jujur, ikhlas,
dan dapat menjadi suka menolong).
teladan. b. Memiliki perilaku yang diteladani peserta didik
Menjunjung tinggi a. Memahami kode etik profesi guru. Menerapkan kode etik
kode etik profesi guru. profesi guru.
b. Berperilaku sesuai dengan kode etik profesi guru.
Seorang guru harus bertindak sesuai norma hukum dan norma sosial. Pada
masa sekarang ini, peserta didik lebih senang diteladani daripada dinasihati.
Guru yang baik adalah guru yang memiliki sifat terpuji yang dapat diteladani,
seperti manusiawi, adil, konsisten, suka menolong peserta didik, adil, tidak
9
pendendam, tidak egois, dan jujur. Sifat-sifat terpuji ini merupakan bagian
dari kompetensi kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial berkaitan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian
dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua / wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dan indikator esensial seperti nampak pada tabel 1.2.
10
Kompetensi sosial sangat perlu dan harus dimiliki seorang guru, karena
bagaimanapun proses pendidikan itu berlangsung dampaknya akan
dirasakan bukan hanya oleh peserta didik itu sendiri tetapi juga oleh
masyarakat yang menerima dan memakai lulusannya.
Kompetensi Profesional
11
Disiplin kelas ialah tata tertib kelas. Artinya guru dan peserta didik dalam
satu kelas tunduk dalam tata tertib yang telah ditetapkan. Guru harus
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan intra dan ekstra kelas, personal
peserta didik (pengorganisasian, penempatan, penugasan, pembimbingan
peserta didik dan kenaikan kelas), serta fasilitas-fasilitas fisik kelas
(pengaturan tempat duduk, pemeliharaan ruang kelas, pengaturan alat-alat
pengajaran, pemeliharaan kebersihan, cahaya ventilasi, dan akustik
ruangan).
2. Kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang sering juga disebut ekskul merupakan
kegiatan tambahan di suatu lembaga pendidikan, yang dilaksanakan diluar
kegiatan kurikuler. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran
yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap
peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.
Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor,
guru, atau tenaga kependidikan. Dalam struktur kurikulum pendidikan umum,
dijelaskan bahwa pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri
sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat setiap peserta didik sesuai
dengan kondisi sekolah.
Pada pendidikan kejuruan kegiatan intrakurikuler bertujuan untuk
meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta
ketrampilan peserta didik untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan program kejuruannya. Agar dapat bekerja secara efektif
serta mengembangkan keahlian dan ketrampilan, mereka harus memiliki
stamina yang tinggi, menguasai bidang keahliannya dan dasar-dasar ilmu
pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi, dan mampu
berkomunikasi sesuai dengan tuntutan pekerjaannya, serta memiliki
kemampuan mengembangkan diri.
Adapun format kegiatan ekstra kurikuler di sekolah dilakukan dalam bentuk:
a. Individual, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta didik
secara. perorangan.
12
b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti oleh
kelompok-kelompok peserta didik.
c. Klasikal, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta. didik
dalam satu kelas.
d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti peserta
didik antar kelas / antar sekolah.
e. Lapangan, yaitu format kegiatan ekstra kurikuler yang diikuti seorang
atau sejumlah peserta didik melalui kegiatan di luar kelas atau kegiatan
lapangan
13
c. Untuk memberikan tambahan kesempatan dalam bimbingan kelompok
ataupun individu.
d. Untuk memberikan motivasi dalam proses pembelajaran di kelas.
14
i. Kegiatan ekstrakurikuler ini hendaknya dipandang sebagai integral dari
kesekuruhan program pendidikan di sekolah, tidak sekedar tambahan
atau sebagai kegiatan yang berdiri sendiri.
15
Pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional tersebut dapat diwujudkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang merupakan salah satu kegiatan dalam program
kurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan program kurikuler yang alokasi
waktunya tidak ditetapkan dalam kurikulum. Jelasnya bahwa kegiatan
ekstrakurikuler merupakan perangkat operasional (supplement dan
complements) kurikulum, yang perlu disusun dan dituangkan dalam rencana
kerja tahunan/kalender pendidikan satuan pendidikan.
b. Fungsi
Fungsi dari kegiatan ekstrakurikuler dalam satuan pendidikan adalah:
Fungsi pengembangan,
yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk mendukung
perkembangan personal peserta didik melalui perluasan minat,
16
pengembangan potensi, dan pemberian kesempatan untuk
pembentukan karakter dan pelatihan kepemimpinan.
Fungsi sosial,
yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab sosial
peserta didik. Kompetensi sosial dikembangkan dengan
memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
memperluas pengalaman sosial, praktek keterampilan sosial, dan
internalisasi nilai moral dan nilai sosial.
Fungsi rekreatif,
yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler dilakukan dalam suasana
rileks, menggembirakan, dan menyenangkan sehingga menunjang
proses perkembangan peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler
harus dapat menjadikan kehidupan atau atmosfer sekolah lebih
menantang dan lebih menarik bagi peserta didik.
Fungsi persiapan karir,
yakni bahwa kegiatan ekstrakurikuler berfungsi untuk
mengembangkan kesiapan karir peserta didik melalui
pengembangan kapasitas.
c. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan ekstrakurikuler adalah:
Pengembangan pengetahuan dan kemampuan penalaran siswa.
Pengembangan keterampilan melalui hobi dan minat siswa.
Pengembangan sikap yang menunjang program kurikuler dan
kokurikuler.
17
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurkuler yang sesuai dengan keinginan dan
diikuti secara sukarela oleh peserta didik.
c. Keterlibatan aktif,
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang menuntut keikutsertaan
peserta didik secara penuh.
d. Menyenangkan,
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler dalam suasana yang disukai dan
mengembirakan peserta didik.
e. Etos kerja,
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang membangun semangat peserta
didik untuk bekerja dengan baik dan berhasil.
f. Kemanfaatan sosial,
yaitu prinsip kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan untuk
kepentingan masyarakat.
18
Format Kegiatan
Format kegiatan ekstrakurikuler dapat berbentuk sebagai berikut:
a. Individual, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
secara perorangan.
b. Kelompok, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti oleh
kelompok-kelompok peserta didik.
c. Klasikal, yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik dalam
satu kelas.
d. Gabungan, yaitu format kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti peserta didik
antar kelas/antar sekolah/madrasah.
e. Lapangan, yaitu kegiatan ekstrakurikuler dapat dilakukan dalam format
yang diikuti oleh seorang atau sejumlah peserta didik melalui
kegiatan di luar sekolah atau kegiatan lapangan.
19
tertentu sekaligus dimaksudkan untuk mengetahui siswa/kelompok siswa
yang karena berbagai hal tidak dapat melanjutkan studi sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dalam layanan program kegiatan
ekstrakurikuler.
Selanjutnya sekolah melakukan pengelompokkan siswa dengan jumlah
tertentu (sesuai quota) yang dipandang layak mengikuti satu/beberapa jenis
kegiatan ekstrakurikuler yang akan diselenggarakan. Sebagaimana jumlah
peserta telah ditetapkan, suatu perencanaan kegiatan ekstrakurikuler
hendaknya menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap jenis program kegiatan
ekstrakurikuler yang disediakan sejalan pula dengan visi sekolah yang telah
ditetapkan.
Melalui penetapan tujuan dan jenis kegiatan serta peserta (sebagai
sasaran) yang ditetapkan, perencanaan hendaknya menetapkan rencana
strategi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler.
Dengan struktur organisasi sekolah yang ada, rencana strategi pelaksanaan
hendaknya menjelaskan siapa yang bertanggung baik terhadap keseluruhan
program kegiatan ekstrakurikuler ataupun terhadap jenis kegiatan
ekstrakurikuler tertentu yang akan dilaksanakan. Perencanaan strategi ini
mencakup pula, perencanaan waktu, tempat, fasilitas/sumber/bahan,
jaringan/tenaga lainnya, dan besarnya alokasi dan sumber biaya.
20
1. Kegiatan ekstrakurikuler yang bersifat rutin, spontan dan keteladanan
dilaksanakan secara langsung oleh guru konselor dan tenaga
kependidikan disekolah/madrasah.
2. Kegiatan ekstrakurikuler yang terprogram dilaksanakan sesuai dengan
sasaran, substansi, jenis kegiatan, waktu, tempat dan pelaksanaan
sebagaimana telah direncanakan.
b. Penilaian
Penilaian perlu diberikan terhadap kinerja peserta didik dalam kegiatan
ekstrakurikuler. Kriteria keberhasilan lebih ditentukan oleh proses dan
keikutsertaan peserta didik dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilihnya.
Penilaian dilakukan secara kualitatif dan dilaporkan kepada pimpinan
sekolah/madrasah dan pemangku kepentingan lainnya oleh penanggung
jawab kegiatan.
Peserta didik diwajibkan untuk mendapatkan nilai memuaskan pada
kegiatan ekstrakurikuler wajib pada setiap semester. Nilai yang diperoleh
pada kegiatan ekstrakurikuler wajib Kepramukaan berpengaruh terhadap
kenaikan kelas peserta didik. Nilai di bawah memuaskan dalam dua
semester atau satu tahun memberikan sanksi bahwa peserta didik
tersebut harus mengikuti program khusus yang diselenggarakan bagi
mereka.
Persyaratan demikian tidak dikenakan bagi peserta didik yang mengikuti
program ekstrakurikuler pilihan. Meskipun demikian, penilaian tetap
diberikan dan dinyatakan dalam buku rapor.
Penilaian didasarkan atas keikutsertaan dan prestasi peserta didik dalam
suatu kegiatan ekstrakurikuler yang diikuti. Hanya nilai memuaskan atau di
atasnya yang dicantumkan dalam buku rapor.
Satuan pendidikan dapat dan perlu memberikan penghargaan kepada
peserta didik yang memiliki prestasi sangat memuaskan atau
cemerlang dalam satu kegiatan ekstrakurikuler wajib atau pilihan.
Penghargaan tersebut diberikan untuk pelaksanaan kegiatan dalam satu
kurun waktu akademik tertentu; misalnya pada setiap akhir semester,
akhir tahun, atau pada waktu peserta didik telah menyelesaikan seluruh
program pembelajarannya.
21
Penghargaan tersebut memiliki arti sebagai suatu sikap menghargai
prestasi seseorang. Kebiasaan satuan pendidikan memberikan
penghargaan terhadap prestasi baik akan menjadi bagian dari diri
peserta didik setelah mereka menyelesaikan pendidikannya.
22
berbagai kemampuan dasar dan kemampuan minimal yang harus dimiliki
siswa di suatu tingkat sekolah (lembaga pendidikan). Oleh karena itu
maka keberhasilan pendidikan ditentukan oleh pencapaian siswa pada
tujuan kegiatan kurikuler.
Sebaliknya, kegiatan ektrakurikuler lebih bersifat sebagai kegiatan
penunjang untuk mencapai program kegiatan kurikuler serta untuk
mencapai tujuan pendidikan yang lebih luas. Sebagai kegiatan
penunjang, maka kegiatan ekstrakurikuler sifatnya lebih luwes dan tidak
terlalu mengikat. Keikutsertaan siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler yang
diprogramkan lebih bergantung pada bakat, minat, dan kebutuhan siswa
itu sendiri.
b. waktu pelaksanaan,
Kalau ditinjau dari waktu pelaksanaan, waktu untuk kegiatan kurikuler
pasti dan tetap, dilaksanakan sekolah secara terus-menerus setiap hari
sesuai dengan kalender akademik. Sedangkan waktu pelaksanaan
kegiatan ekstrakurikuler sangat bergantung pada sekolah yang
bersangkutan, lebih bersifat fleksibel dan dinamis.
23
D. Latihan
3. Kegiatan guru dalam: melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam; belajar dari aneka sumber; menggunakan
beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber
belajar lain; memfasilitasi terjadinya interaksi antar-peserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
24
dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium,
studio, atau lapangan disebut kegiatan...............
a. Elaborasi
b. Eksplorasi
c. Konfirmasi
d. Browsing
e. Contextual teaching learning
4. Salah satu contoh kegiatan guru dalam kegiatan elaborasi dalam komunikasi
pembelajaran dengan para siswa, yaitu ........
a. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan,
tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
b. Menfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan
kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
c. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta
didik
melalui ber- bagai sumber,
d. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
e. Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang
bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar
25
undangan kepada peserta didik untuk merespon; 4. respons peserta didik
untuk merespons;
c. 1. memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta
didik untuk merespon; 2. respons peserta didik untuk merespons; 3.
reaksi guru terhadap respons peserta didik; 4. penyiapan kondisi psilogis
peserta didik
d. 1. memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta
didik untuk merespon; 2. respons peserta didik untuk merespons; 3.
reaksi guru terhadap respons peserta didik; 4. penyiapan kondisi psilogis
peserta didik.
e. 1. penyiapan kondisi psilogis peserta didik, 2. memberikan pertanyaan
atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merespon; 3.
respons peserta didik untuk merespons; 4. reaksi guru terhadap respons
peserta didik
6. Dalam kaitannya dengan upaya untuk memotivasi belajar siswa dan agar
proses pembelajaran berlangsung efektif, maka guru perlu mengacu pada....
a. Metode pembelajaran
b. Pendekatan pembelajaran
c. Strategi pembelajaran
d. Gaya pembelajaran
e. Kemampuan belajar
26
c. fakta, konsep, prinsip, definisi, prosedur
d. fakta, konsep, definisi, aksioma, prosedur
e. konsep, definisi, aksioma, prosedur, fungsi
27
11. Upaya guru dalam memanfaatkan hasil analisis untuk menentukan
ketuntasan belajar antara lain sebagai berikut……..
a. menentukan kriteria keberhasilan belajar
b. mengklasifikasi siswa berdasarkan hasil capaian belajarnya
c. mencari letak kelemahan secara umum dilihat dari kriteria keberhasilan
yang diharapkan
d. merencanakan pengajaran remidi
e. mengadakan tes remidi
12. Upaya merancang pengayaan bagi peserta didik yang mencapai ketuntasan
belajar optimal tampak dalam kegiatan guru sebagai berikut:
a. memberikan tambahan materi berupa sumber ajar dari pengarang yang
berbeda
b. memberikan tes tambahan dengan tingkat kesukaran yang lebih tingi
c. memberikan tambahan sumber bacaan yang lebih mendalam dan tingkat
variasi yang tinggi berikut instrumen tesnya yang sesuai
d. diberikan materi bahan ajar yang lebih tinggi tingkatannya dan pengerjaan
soal-soalnya yang memiliki kesulitan tinggi
e. memberikan tambahan materi berupa sumber ajar dari penerbit yang
berbeda
13. Dalam melakukan evaluasi proses dan hasil belajar, seorang guru perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Semua indikator ditagih dengan berbagai teknik penilaian, analisa hasil
penilaian, melaksanakan program perbaikan dan pengayaan
b. Melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, analisa hasil penilaian,
sebagian indikator ditagih dengan berbagai teknik penilaian
c. Analisa hasil penilaian, belum melaksanakan program perbaikan dan
pengayaan, semua indikator ditagih dengan berbagai teknik penilaian
d. Melaksanakan hasil penilaian dan melaksankan program perbaikan dan
pengayaan
e. Semua indikator ditagih dengan berbagai teknik penilaian dan
melaksanakan analisa hasil penilaian
28
14. Pada setiap akhir kegiatan pembelajaran, guru bersama peserta didik
melakukan kegian refleksi. Hal ini dilaksanakan untuk….
a. mengukur ketuntasan peserta didik
b. mengukur efektivitas proses pembelajaran
c. mengukur hal-hal yang belum dipahami peserta didik
d. menentukan langkah-langkah pertemuan berikutnya
e. mengetahui materi yang belum terbahas dalam proses pembelajaran
16. Untuk menghindari penilaian yang subjektif dan untuk memudahkan guru
dalam menilai prestasi yang dicapai peserta didik, maka dalam penilaian
ranah psikomotor guru menggunakan….
a. soal pilihan ganda
b. soal jawaban singkat
c. soal uraian objektif
d. kriteria
e. tes performance
29
pokokbahasan tertentu dankemudian diberikan pembelajaran dan tes
remidi
e. mengumpulkan lembaran-lembaran hasil pekerjaan tugas, gambar-
gambar dan hasil ulangan tiap peserta didik
18. Dalam mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil
belajar, harus memperhatikan….
a. substansi, konstruksi, bahasa
b. substansi, konstruksi, validitas, skor
c. substansi, bahasa konstruksi, skor
d. substansi, validitas, bahasa, reliabilitas
e. substansi, konstruksi, validitas, reliabilitas
19. Di bawah ini yang merupakan ciri dari penilaian kelas adalah….
a. Penentuan tujuan tes, penyusunan kisi-kisi tes, penulisan soal,
penelaahan soal, perakitan soal, analisis soal
b. Penyusunan kisi-kisi tes, penulisan kartu soal, penelaahan soal, perakitan
soal, penyajian tes, skoring, pelaporan hasil tes
c. Belajar tuntas, penilaian otentik, berkesinambungan berdasarkan acuan
norma, menggunakan berbagai teknik dan instrument penilaian
d. Belajar tuntas, penilaian otentik, berkesinambungan berdasarkan acuan
kriteria, menggunakan berbagai teknik dan instrument penilaian
e. Tes tertulis, tes lisan, tes praktik atau teskinerja, tugas proyek, portofolio
30
c. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai
pencapaian kompetensi peserta didik pada semua mata pelajaran dan
tanpa memperhatikan hasil penilaian oleh pendidik
d. Kriteria kelulusan Ujian Nasional (UN) dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan surat keputusan kepala satuan pendidikan
31
E. Rangkuman
32
G. Kunci Jawaban
1.e
2. b
3. b
4. b
5. e
6. c
7. e
8. b
9. a
10. b
11. c
12. d
13. e
14 .c
15. a
16. b
17. c
18. a
19. d
20. a
33
KEGIATAN BALAJAR 2 :
1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
a) Menjelaskan pengertian dan fungsi sistem tenaga listrik
b) Mengidentifikasi beberapa jenis gangguan system tenaga induk
c) Menjelaskan alat dan perlengkapan uji hasil gangguan system tenaga
listrik
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Mampu menganalisis gangguan yang terjadi pada sistem tenaga listrik
3. Uraian Materi
A. SISTEM TENAGA LISTRIK
Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan distribusi.
Oleh sebab itu jaringan distribusi merupakan bagian jaringan listrik yang
paling dekat dengan masyarakat. Jaringan distribusi dikelompokkan menjadi
dua, yaitu jaringan distribusi primer dan jaringan distribusi sekunder.
Tegangan distribusi primer yang dipakai PLN adalah 20 kV, 12 kV, 6 KV.
Pada saat ini, tegangan distribusi primer yang cenderung dikembangkan
oleh PLN adalah 20 kV. Tegangan pada jaringan distribusi primer,
diturunkan oleh gardu distribusi menjadi tegangan rendah yang besarnya
adalah 380/220 V, dan disalurkan kembali melalui jaringan tegangan rendah
kepada konsumen.
34
Gambar 1 sistem jaringa listrik
Dalam operasi sistem tenaga listrik sering terjadi gangguan –
gangguan yang dapat mengakibatkan terganggunya penyaluran tenaga
listrik ke konsumen. Gangguan adalah penghalang dari suatu sistem yang
sedang beroperasi atau suatu keadaan dari sistem penyaluran tenaga listrik
yang menyimpang dari kondisi normal. Suatu gangguan di dalam peralatan
listrik didefinisikan sebagai terjadinya suatu kerusakan di dalam jaringan
listrik yang menyebabkan aliran arus listrik keluar dari saluran yang
seharusnya.
Berdasarkan ANSI/IEEE Std. 100-1992 gangguan didefenisikan
sebagai suatu kondisi fisis yang disebabkan kegagalan suatu perangkat,
komponen atau suatu elemen untuk bekerja sesuai dengan fungsinya.
Gangguan hampir selalu ditimbulkan oleh hubung singkat antar fase atau
hubung singkat fase ke tanah. Suatu gangguan hampir selalu berupa
hubung langsung atau melalui impedansi. Istilah gangguan identik dengan
hubung singkat, sesuai standart ANSI/IEEE Std. 100-1992.
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk
busur api) pada impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan atau
disengaja antara dua titik yang mempunyai potensial yang berbeda. Istilah
35
gangguan atau gangguan hubung singkat digunakan untuk menjelaskan
suatu hubungan singkat.
Tujuan menganalisis gangguan pada jaringan distribusi adalah :
1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung
singkat tiga fasa.
2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan
satu dan dua line ke tanah, gangguan line ke line, dan
rangkaian terbuka.
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker.
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat
tegangan busbar selama gangguan. (Weedy, 1988 : 299)
Berdasarkan studi yang telah dilakukan EPRI (Burke and Lawrence,
1984; EPRI 1209-1, 1983) bahwa penyebab terjadinya gangguan permanen
pada jaringan distribusi seperti gambar berikut.
Gambar 2
36
mencakup bagian satu fase. Begitu juga bagian tiga fase, beberapa jenis
gangguan cenderung terjadi dari fase ke tanah. Gangguan yang disebabkan
oleh peralatan dan hewan cenderung terjadi dari fase ke tanah. Pohon juga
dapat menyebabkan gangguan satu fase ke tanah pada sistem tiga fase,
tetapi gangguan fase-fase lebih sering terjadi. Gangguan petir cenderung
menyebabkan gangguan dua atau tiga fase ke tanah pada sistem tiga fase.
Gangguan-gangguan tersebut menyebabkan terjadinya :
1. Menginterupsi kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen
apabila gangguan itu sampai menyebabkan terputusnya suatu
rangkaian (sircuit) atau menyebabkan keluarnya satu unit pembangkit
.
2. Penurunan tegangan yang cukup besar menyebabkan rendahnya
kualitas tenaga listrik dan merintangi kerja normal pada peralatan
konsumen.
3. Pengurangan stabilitas sistim dan menyebabkan jatuhnya generator.
4. Merusak peralatan pada daerah terjadinya gangguan itu.
Gangguan terdiri dari gangguan temporer atau permanent, rata-rata
jumlah gangguan temporer lebih tinggi dibandingkan gangguan permanent.
Kebanyakan gangguan temporer di amankan dengan circuit breaker(CB)
atau pengaman lainnya.
Gangguan permanent adalah gangguan yang menyebabkan
kerusakan permanent pada sistem. Seperti kegagalan isolator, kerusakan
penghantar, kerusakan pada peralatan seperti transformator atau kapasitor.
Pada saluran bawah tanah hampir semua gangguan adalah gangguan
permanen. Kebanyakan gangguan peralatan akan menyebabkan hubung
singkat. Gangguan permanen hampir semuanya menyebabkan
pemutusan/gangguan pada konsumen. Untuk melindungi jaringan dari
gangguan digunakan fuse,recloser atau CB.
B. Jenis Gangguan
Pada dasarnya gangguan yang sering terjadi pada sistem distribusi
saluran 20 kV dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu gangguan dari
dalam sistem dan gangguan dari luar sistem. Gangguan yang berasal dari
luar sistem disebabkan oleh sentuhan daun/pohon pada penghantar,
37
sambaran petir, manusia, binatang, cuaca dan lain-lain. Sedangkan
gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari
fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari
peralatan pemutus beban dan kesalahan pada alat pendeteksi.
Klasifikasi gangguan yang terjadi pada jaringan distribusi
(Hutauruk,1987 : 4) adalah :
1. Dari jenis gangguannya :
a. Gangguan dua fasa atau tiga fasa melalui hubungan tanah
b. Gangguan fasa ke fasa
c. Gangguan dua fasa ke tanah
d. Gangguan satu fasa ke tanah atau gangguan tanah
e. Dari lamanya gangguan
f. Gangguan permanen
g. Gangguan temporer
38
gangguan dihilangkan terlebih dahulu. Gangguan yang bersifat permanen
dapat disebabkan oleh kerusakan peralatan, sehinggga gangguan ini baru
hilang setelah kerusakan ini diperbaiki atau karena ada sesuatu
yang mengganggu secara permanen. Untuk membebaskannya
diperlukan tindakan perbaikan atau menyingkirkan penyebab gangguan
tersebut. Terjadinya gangguan ditandai dengan jatuhnya pemutus tenaga,
untuk mengatasinya operator memasukkan tenaga secara manual. Contoh
gangguan ini yaitu adanya kawat yang putus, terjadinya gangguan hubung
singkat, dahan yang menimpa kawat phasa dari saluran udara, adanya
kawat yang putus, dan terjadinya gangguan hubung singkat.
C. Penyebab Gangguan
Gangguan biasanya diakibatkan oleh kegagalan isolasi di antara
penghantar phasa atau antara penghantar phasa dangan tanah. Secara
nyata kegagalan isolasi dapat menghasilkan beberapa efek pada sistem
yaitu menghasilkan arus yang cukup besar, atau mengakibatkan adanya
impedansi diantara konduktor phasa atau antara penghantar phasa dan
tanah.
Penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi disebabkan
karena (Hutauruk, 1987 : 3):
a. kesalahan mekanis
b. kesalahan thermis
c. karena tegangan lebih
d. karena material yang cacat atau rusak
e. gangguan hubung singkat
f. konduktor putus
Faktor-faktor penyebab terjadinya gangguan pada jaringan distribusi
adalah karena (Hutauruk, 1987 : 4):
a. Surja petir atau surja hubung
b. Burung atau daun-daun
c. Populasi debu
d. Pohon-pohon yang tumbuh di dekat jaringan
e. Keretakan pada isolator
39
f. Andongan yang terlalu kendor
40
3. Akibat dari Gangguan
Akibat yang paling serius dari gangguan adalah kebakaran yang
tidak hanya akan merusak peralatan dimana gangguan terjadi tetapi
bisa berkembang ke sistem dan akan mengakibatkan kegagalan total
dari sistem. Berikut ini akibat- akibat yang disebabkan oleh gangguan:
a. Penurunan tegangan yang cukup besar pada sistem daya
sehingga dapat merugikan pelanggan atau mengganggu kerja
peralatan listrik.
b. Bahaya kerusakan pada peralatan yang diakibatkan oleh
arcing (busur api listrik).
c. Bahaya kerusakan pada peralatan akibat overheating
(pemanasan berlebih) dan akibat tekanan mekanis (alat pecah
dan sebagainya).
d. Tergangguanya stabilitas sistem dan ini dapat menimbulkan
pemadaman menyeluruh pada sistem tenaga listrik.
e. Menyebabkan penurunan tegangan sehingga koil tegangan
relai gagal bertahan.
4. Statistik Gangguan
Pada sistem tenaga listrik terjadinya gangguan hampir
sebagian besar dialami pada saluran udara. Dalam sistem tiga phasa
kegagalan isolasi antara satu phasa dengan tanah disebut gangguan
saluran ke tanah atau gangguan satu phasa ke tanah, sedangkan
kegagalan isolasi di antara dua phasa disebut gangguan saluran ke
saluran, kegagalan isolasi dua phasa ke tanah disebut gangguan dua
saluran ke tanah, menurunnya isolasi di antara tiga phasa disebut
gangguan tiga phasa. Frekuensi timbulnya gangguan dari sistem
tenaga listrik berbeda- beda. Informasi ini akan membantu dalam
menentukan disain danaplikasi suatu proteksi. Bermacam - macam
frekuensi gangguan dapatdilihat pada tabel 1 berikut ini.
41
Tabel 2.1. Jumlah fase yang mengalami gangguan
Fault Percentage
One Phase To Neutral 63%
Phase To Phase 11%
Two Phase To Neutral 2%
Three Phase 2%
One Phase On The Ground 15%
Two Phase On The Ground 2%
Thee Phase On The Ground 1%
Other 4%
42
yang lebih besar dari arus nominal. Hal ini terjadi karena
penggunaan daya listrik oleh konsumen melampuai kapasitas
nominal mesin. Hal ini tidaklah segera merusak perlengkapan
listrik tetapi mengurangi umur peralatan listrik. Untuk waktu
yang singkat arus lebih tidaklah memebawa akibatyang jelek
terhadap perlengkapan listrik, umpamanya pada waktu
menjalankan motor-motor,arus mulanya cukup besar dalam
waktu yang singkat tetapi tidak banyak berpengaruh terhadap
peralatan listrik.
3. Gangguan tegangan lebih
Gangguan tegangan lebih termasuk gangguan yang sering
terjadi pada saluran distribusi. Berdasarkan penyebabnya
maka gangguan tegangan lebih ini dapat dikelompokkan atas
2 hal:
a. Tegangan lebih power frekwensi.
Pada sistem distribusi hal ini biasanya disebabkan oleh
kesalahan pada AVR atau pengatur tap pada trafo
distribusi.
b. Tegangan lebih surja
c. Gangguan ini biasanya disebabkan oleh surja hubung atau
surja petir.
Dari ketiga jenis gangguan tersebut, gangguan yang lebih sering
terjadi dan berdampak sangat besar bagi sistem distribusi adalah
gangguan hubung singkat. Sehingga istilah gangguan pada sistem
distribusi lazim mengacu kepada gangguan hubung singkat dan
peralatan proteksi yang dipasang cenderung mengatasi gangguan
hubung singkat ini.
D. Analisis Gangguan
1. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena
adanya kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan.
Gangguan hubung singkat dapat juga terjadi akibat adanya isolasi
43
yang tembus atau rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih,
baik yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar (akibat
sambaran petir).Bila gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung
dengan agak lama pada suatu sistem daya, akan banyak pengaruh-
pengaruh yang tidak diinginkan yang akan terjadi. Berikut ini akibat
yang ditimbulkan gangguan hubung singkat antara lain:
a. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
b. Rusaknya perlengkapan-perlengkapan yang berada dekat dengan
gangguan yang disebabkan oleh arus-arus tak seimbang, atau
tegangan rendah yang ditimbulkan oleh hubung singkat.
Gangguan hubung singkat adalah gangguan yang terjadi karena
adanya kesalahan antara bagian-bagian yang bertegangan.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi akibat adanya isolasi yang
tembus atau rusak karena tidak tahan terhadap tegangan lebih, baik
yang berasal dari dalam maupun yang berasal dari luar (akibat
sambaran petir). Gangguan hubung singkat adalah suatu kondisi
pada sistem tenaga dimana penghantar yang berarus terhubung
dengan penghantar lain atau dengan tanah. Gangguan yang
mengakibatkan hubung singkat dapat menimbulkan arus yang jauh
lebih besar dari pada arus normal. Bila gangguan hubung singkat
dibiarkan berlangsung dengan lama pada suatu sistem daya, banyak
pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan yang dapat terjadi.
(Stevenson, 1982: 317) :
a. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
b. Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan
yang disebabkan oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah
yang ditimbulkan oleh hcubung singkat.
c. Ledakan-ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang
mengandung minyak isolasi sewaktu terjadinya suatu hubung
singkat, dan yang mungkin menimbulkan kebakaran sehingga
dapat membahayakan orang yang menanganinyadan merusak
peralatan –peralatan yang lain.
d. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya
itu oleh suatu rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh
44
sitem –sistem pengamanan yang berbeda – beda; kejadian ini di
kenalsebagai “cascading”.
45
hubung singkat diperlukan untuk mempelajari sistem tenaga listrik
baik waktu perencanaan maupun setelah beroperasi kelak. Kegunaan
dari analisis gangguan hubung singkat antara lain adalah (B. M.
Weedy, 1988: 299):
a. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung
singkattiga-fasa.
b. Untuk menentukan arus gangguan.
c. Penyelidikan operasi relai-relai proteksi.
d. Untuk menentukan kapasitas pemutus daya.
e. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan
busbar selama gangguan.
46
Pada titik K gambar 168 dianggap timbul tegangan Vo = EA
VA = EA – EA = 0
(1)
VB = EB− EA = 3 Vph.
(2)
VC = EC – EA = j√3 Vph.
(3)
(4)
IC= = j CUC
(4)
I = - (IB + IC) = j√3 Vph.
(5)
C = Total Capasitansi dari kawat yang tidak mendapat gangguan
47
Gambar 2.4. Gangguan hubung singkat satu phasa ke tanah
I = I = I (7)
I 1 1 1 I
I = 1 a a I (8)
I 1 a a I
Dengan kata lain semua arus urutan sama dari persamaan dan dari
gambar diatas
Vaf= 3Zfx Ia1
Vaf= Va1 + Va2 + Va0 = 3Zfx Ia1 (10)
48
V 0 Z 0 0 I
V = V − 0 Z 0 I (11)
V 0 0 a Z I
V = −I .Z
V = V − I Z
V = −I Z
V = V + V + V
(12)
I = 3xI =
(16)
I =
(17)
Dimana Z =
(18)
I =
(19)
49
Gambar 2.5. Rangkaian ekivalen gangguan hubung singkatsatu phasa ke tanah
Gambar 2.6. Vektor diagram arus dan tegangan gangguan hubung singkat satu
phasa ke tanah
50
Sehingga diperoleh :
I = .
=
(20)
I = I =
(21)
Sebagian besar saluran distribusi adalah jenis radial, dengan hanya satu
sumber dan satu jalur untuk arus gangguan. Gambar berikutmenunjukkan
persamaan untuk menghitung arus gangguan pada saluran distribusi.
51
Gambar 2. 8. Gangguan hubung singkat tiga fasa
Karena sistemnya seimbang maka urutan negatif dan urutan noltidak
ada, sehingga diperoleh:
V = V − I + Z (22)
I = I = I= (23)
52
Gambar 2.10. Gangguan hubung singkat dua fasa
Ia = 0 ; Ib = - Ic ; Vb - Vc = Zf Ib
Dari komponen-komponen simetris (Turan Gonen, 1986:275)
C= 0 (24)
I = −I = (25)
Jika, Z = 0
I = −I = (26)
53
V −V = Z I
V −V = ( − )(V − V ) (32)
− [V − (V − V )I ] = Z I
Subsitusikan I ke persamaan (8), maka :
V − V −V I = Z (33)
( )( )
− − = 3
Sehingga diperoleh:
I = (34)
I = (36)
I = (37)
I = ( ) (38)
( )
I = I + I = 3I (39)
54
Gambar 2.12. Persentase gangguan berdasarkan sebab
Kita misalkan pada phasa B dan C terjadi hubungan singkat titik K.
Dari kejadian ini kita membuat 3 persamaan.
IA = 0 (Arus beban diabaikan) (40)
IB = Ic
(41)
UBK = UcK
(42)
Dengan mempergunakan analisa komponen simetris untuk arus
kitamemperoleh hubungan berikut :
I0a = 1/3 (Ia+ Ib + Ic)
= 1/3 (0 + Ib - Ic) = 0 (43)
2
I2a= 1/3 (Ia + a Ib + a Ic)
=j
(44)
2
I2a= 1/3 (Ia +a Ib +a Ic)
2
= 1/3 (0 + a Ib – a Ib) = = j (45)
55
Gambar 2.13. Rangkaian equvalent hubungansingkat phasa-phasa
56
Gambar 2.15. Persentase gangguan berdasarkan sebab
Dari hubungan singkat phasa-phasa diatas dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. sangat mengganggu simetris dari arus dan tegangan
2. hubungan phasa antara arus dan tegangan sangat berbeda.
Line to line fault
√
Ia = - Ib = -j
57
Gambar 2.17. Gangguan hubung singkat fasa-fasa ke tanah
I = (54)
( )
I = − I (55)
I = − I (56)
58
8. Gangguan Hubung Singkat 3 Fasa
Kondisi saat terjadi gangguan hubung singkat tiga phasa.
Ia + Ib + Ic = 0 Ia = 0 E = Eb = Ec
, ⦟
I = a I = (59)
, ⦟
I = aI =
(60)
V = 0; V = 0; V = Z .I (61)
V = Z .I
(62)
V = Z . I ⦟240 (63)
V = Z . I ⦟120 (64)
Menurut Gonen ( 1986 : 547 ) rumus untuk gangguan tiga phasa
adalah:
I = I = I = I = (65)
59
Tabel 2.2. Frekuensi gangguan yang terjadi pada saluran udara
Tipe Ganguan Gambar % Kejadian
L-G 70%
L-L 0.15%
0.1%
L-L-G
L-L-L 0.5%
E. Komponen Simetris
Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama
sistem yang tidak seimbang, misalnya saat terjadi hubung singkat tiga
phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah. Dimana sebuah sistem tak
seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu rangkaian
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol.
Menurut teorema Fortescue, tiga fasor tak seimbang dari sistem
tiga phasa dapat diuraikan menjadi tiga sistem fasor yang seimbang.
Himpunan seimbang komponen itu adalah (Stevenson, 1982: 260):
a. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar
0
120 , dan mempunyai urutan phasa yang sama seperti fasor aslinya.
b. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar
0
120 ,dan mempunyai urutan phasa yang berlawanan dengan fasor
60
aslinya.
c. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnyadan dengan pergeseran phasa nol antara fasor yang satu
dengan yang lain.
61
mempengaruhi urutan arus lainnya, berarti tiap urutan yang seimbang
akan terdiri dari suatu jaringan. Ketidakseimbangan arus atau tegangan
ini akan menimbulkan pula impedansi urutan positif, urutan negatif dan
urutan nol. Impedansi urutan dapat didefinisikan sebagai suatu impedansi
yang dirasakan arus urutan bila tegangan urutannya dipasang pada
peralatan ataupada sistem tersebut.
Seperti juga tegangan dan arus didalam metode komponen
simetris dikenal tiga macam impedansi urutan yaitu :
a. Impedansi urutan positif (Z1)
Impedansi urutan positif adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri oleh arus urutan positif.
b. Impedansi urutan negatif (Z2)
Impedansi urutan negatif adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri oleh arus urutan negatif
c. Impedansi urutan nol (Z0)
Impedansi urutan nol adalah impedansi tiga phasa simetris yang
terukur bila dialiri arus urutan nol.
Metoda komponen simetris yang digunakan dalam perhitungan
yang berhubungan dengan keadaan yang tidak seimbang pada perangkat
listrik tiga fasa, dan secara khusus untuk perhitungan hubung singkat
yang tidak seimbang pada perangkat listrik.
Cara yang biasa dilakukan dalam menghitung besar arus gangguan
hubung singkat pada komponen simetris adalah memulai perhitungan
pada rel daya tegangan primer di gardu induk untuk berbagai jenis
gangguan,kemudian menghitung pada titik-titik lainnya yang letaknya
semakin jauh dari gardu induk tersebut.
Untuk suatu transformator, impedansi urutan positifnya sama dengan
impedansi bocor transformator tersebut. Begitu juga dengan impedansi
urutan negatifnya. Sedangkan besar impedansi urutan nol transformator
tergantung dari hubungan transformator dengan impedansi
pentanahannya. Sedangkan pada busbar impedansi yang dihitung adalah
impedansi pada saluran yang digunakan.
Impedansi saluran suatu sistem tenaga listrik tergantung dari jenis
konduktornya yaitu dari bahan apa konduktor itu dibuat yang juga
62
tentunya pula dari besar kecilnya penampang konduktor dan panjang
saluran yang digunakan jenis konduktor ini.
Metode komponen simetris di dalam perhitungan tak seimbang
dari sistem 3 phasa dan khususnya pada keadaan hubungan
singkat. Arus 3 phasa tak seimbang IA, IB, dan IC seperti gambar
20 di bawah ini.
a.Urutan Positip
63
2
IB = a I1A + a I2A + I0. (67)
2
IC = a I1A + a I2A + I0. (68)
Dari persamaan di atas kita dapatkan
2
I1A = 1/3 (IA + aIB + a IC) (69)
2
I2A = 1/3 (IA + a IB + aIC) (70)
I0 = 1/3 (IA + IB + IC) (71)
Komponen urutan positif, negatif, dan urutan nol dari arah dan
tegangan dihubungkan satu dengan yang lainnya dengan impedansi yang
sesuai dengan urutan positif, negatif, dan nol. Pada perhitungan arus
hubungan singkat dengan metode komponen simetris biasanya aktif
resistance sangat kecil sehingga sering diabaikan, sehingga yang
dipandang adalah reactance yang dinyatakan berturut—turut X1, X1, dan
X0 (urutan positif, negatif, dan nol).
Urutan phasa positif reactance X1 adalah reactance dari keadaan
rangkaian seimbang 3 phasa. Urutan phasa negatif reactance X2 untuk
semua sistem elemen listrik tanpa perputaran medan magnet adalah
sama, dengan urutan positif.Jadi, untuk transformator, reactor, kawat
penghantar daya = X2 = X1.Untuk mesin sinkron X2 = X1 tergantung dari
perencanaan. Urutan phasa nol reactance pada umumnya berbeda
dasarnya dengan urutan positif dan negatif. Setiap arus sistim ini dapat
dipecahkan menjadi penjumlahan vektor yang membentuk sistim 3 phasa
yang simetris yaitu urutan phasa positif, phasa negatif, dan phasa nol.
IA = I1A + I2A+ I0A (72)
IB = I1B + I2B + I0B. (73)
IC = I1C + I2C + I0C. (74)
Phasa urutan positif ditandai dengan indek 1, urutan phasa
negatifditandai dengan indek 2, urutan nol dengan indek 0.
Semua urutan phasareactor arus dimisalkan mempunyai
kecepatan dan arah putaran yang sama. Arah putaran positif
diambil berlawanan dengan arah jarum jam. Pada analisa
simetrical hubungan singkat sering bahwa komponan phasaB dan
C dinyatakan dengan komponen phasa A dengan
64
mempergunakan phasa operator a.Operator a adalah unit vektor
0
yang membentuk sampai dengan 120 dengan nyala positif.
65
disederhanakan menjadi 2Z1. Arus maksimum terjadi jika RF = 0. Arus
maksimum pada gangguan fase-fase 86,6% dari arus maksimum
gangguan tiga fase. Pada kebanyakan kasus arus beban diabaikan, hal
ini disebabkan karena arus beban tidak memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap hasil perhitungan.
Arus gangguan tiga fase hampir selalu mempunyai magnitude
yang lebih besar. Pada beberapa jaringan, impedansi urutan nol lebih
signifikan dibandingkan komponen urutan positif. Pada lokasi tertentu
arus gangguan fase ke tanah dapat menjadi lebih besar, misalnya pada
gardu induk.
Alasannya adalah :
1. Hubungan delta-wye transformator adalah sumber komponen urutan
nol. Komponen urutan positif merupakan impedansi saluran sistem
subtransmisi atau sistem transmisi, komponen urutan nol tidak.
Ganbar berikut menunjukkan diagram komponen urutan positif dan
nol.
2. Jika transformator gardu jenis three-legged, komponen urutan nol
lebih rendah dibandingkan komponen urutan positif, impedansi urutan
nol 85% dari komponen urutan positif. Jika terjadi gangguan fase
tanah meningkat 2,5%.
66
c.Positive Sequence Diagram
d. ZeroSequence Diagram
Gambar 2.22. Diagram urutan positif dan urutan nol pada
teransformator terhubung delta-wye
=
(2 + √3+ +
Gambar 2.23. Penyebab terjadinya gangguan pada saluran udara
67
LINE TO LINE TO GROUND FAULT
+ − aZ
= − √3
( + 2 + 6
+ − aZ
= − √3
( + 2 + 6
−
=
( + 2 + 6 )√3
Gambar 2.24. Persentase gangguan berdasarkan sebab
68
Ada beberapa penyebab terjadinya gangguan dalam suatu
pembangkit listrik tertentu. Gangguan ini dapat dibuat sekecil mungkin
dengan cara antara lain:
1. Memperbaiki desain sistem
2. Memperbaiki kualitas komponen
3. Mempergunakan relai proteksi yang lebih baik
4. Pengoperasian dan pemeliharaan yang lebih baik.
Tetapi gangguan yang terjadi tidak dapat seluruhnya dihilangkan.
Gangguan dapat diperkecil lagi beberapa tingkat dengan mengambil
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Perbaikan kuantitas mesin, peralatan, instalasi dan lain-lain, dengan
perbaikan dalam desain teknik pembutan material, quality control
dan testing yang memadai.
2. Perbaikan desain tata letak yang betul, pemilihan peralatan.
3. Keandalan pengaman sistem yang memadai
4. Sumber daya manusia yang terlatih untuk mengoperasikan dan
memasang pusat pembangkit.
69
singkat dapat mentripkan relai yang ada pada incoming feeder.
Tabel 2.3. Data Gangguan pada Gardu Induk Simpang Haru
Penyulang 20 kV/6.3kV JENIS GANGUAN
BULAN DESEMBER 2008 BULAN JANUARI 2009
OCR Lama GFR Lama OCR Lama( GFR Lam
(Menit (Menit Menit) a
) ) (Menit)
Gor agus salim - - 2 15 - - 1 24
Teluk bayur2 - - 1 - 2 367 5 14
4
Wahidin 1 191 2 2 1 2 0 -
Cokrominoto - - - - 1 1 1 1
Jati 1 185 - - - 1 1
Matahari - - - - - - - -
RSUD - - - - - - - -
Marapalam 3 161 5 55 3 129 7 8
Metro - - - - - - 2 52
Andalas 2 201 1 1 1 1 - -
Pauh limo1 - - - - - - - -
Pauh limo 2 1 38 1 1 - - 2
Polamas - - - - - - 1 1
BRI 1 33 - - 1 46 - -
Sudirman 1 163 1 1 1 4 - -
Sutan syahrir 5 301 2 2 2 223 - -
Kandis 1 - - - - - - - -
Imam bonjol 1 - - - - - - - -
Imam bonjol 2 - - - - - - 1 20
Jumlah 31 84 - - 21 64 4 -
70
dilihat pada jenis gangguan tanah, dimana frekuensi gangguan pada
jaringan distribusi 20kV GIS Simpang Haru, pada bulan Januari 2009 di
penyulang Marapalam terjadi 7 kali gangguan relai GFR selama 8 menit,
sedangkan bulan Desember 2008 terjadi 5 kali gangguan selama 55
menit. Dengan adanya fluktuasi jumlah gangguan tiap bulannya pada
feeder Marapalam, maka perlu diupayakan penanggulangan terhadap
kondisi tersebut. Dari tabel dapat juga dilihat bahwa ganguan sering
terjadi pada sisi outgoing feeder, hal ini dapat dilihat pada tabel bahwa
pemadaman pada masing- masing feeder tidak bersamaan.
71
E. Rangkuman
72
G. SOAL – SOAL
1. Tiga buah impedansi yang identik yaitu 10 ‚-15° Ω dihubungkan Y
kepada tegangan-tegangan saluran tiga-fasa yang seimbang dari 208
V. Tentukanlah semua tegangan-tegangan saluran, tegangan-
tegangan fasa dan arus-arus sebagai phasor dalam bentuk polar
dengan Vca sebagai pedoman dan urutan fasa abc.
Jawab :
73
Vbc = 416‚90° V ==> Tegangan fasa = 416/√3 = 240 V
Vcn = 240‚-60° ==> Icn =(240‚-60° )/( 10‚- 30°) = 24‚- 90° A
74
Pembacaan meter = 57.5 + 99.6 = 157.1 V Pembacaan meter = 42.1 V
75
Jawab :
( ) ⦟ .
= = . ⦟ .
= 3.49 ‚12.09° Ω = 3.41 + j 0.73Ω
110/√3
| |= = 8.06
7.88
V = √3 x28.13 = 48.72
76
kumpulan kapasitor yang menarik 60 kVar. Hitunglah arus total dan faktor
daya resultan.
Jawab :
Faktor daya = Cos φ = 0.707 ==> φ = 45°
S1 = 250 + j 250
S2 = 0 - j 60
Daya total S = S1 + S2 = 250 + j 190 = 314 ‚37.23° kVA
Arus total | I | = 314000/(√3x440)= 412 A ; Faktor daya = Cos 37.23° =
0.796 tertinggal.
( . . ( . )
| |= = = 41.2 A
(√ )
20.000
| |= = 52.5
(√3 220)
77
KEGIATAN BALAJAR 3 :
MENGANALISIS BESAR ARUS GANGUAN HUBUNG
SINGKAT SISTEM TENAGA LISTRIK
A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian gangguan hubung singkat system tenaga listrik
2. Menjelaskan besar arus gangguan hubung singkat system tenaga listrik..
3. Mengidentifikasi jenis gangguan system tenaga listrik.
C. Uraian Materi
A. SISTEM TENAGA LISTRIK
Sistem tenaga listrik merupakan suatu sistem terpadu yang
terbentuk oleh hubungan-hubungan peralatan dan komponen-komponen
listrik seperti generator, transformator, jaringan tenaga listrik dan beban-
beban listrik.
Peranan utama dari suatu sistem tenaga listrik adalah menyalurkan
energi listrik yang dibangkitkan oleh generator ke konsumen-konsumen
yang membutuhkan energi listrik tersebut. Secara garis besar suatu
sistem tenaga listrik dapat dikelompokkan atas 3 bagian sub sistem, yaitu
:
1. Bagian Pembangkitan, meliputi :
a. Generator
b. Gardu Induk Pembangkitan (sebagian)
2. Bagian Penyaluran/Transmisi Daya, meliputi :
a. Saluran transmisi
b. Gardu Induk
c. Saluran sub-transmisi
78
3. Bagian Distribusi dan Beban, meliputi :
a. Gardu Induk Distribusi (sebagian)
b. Saluran Distribusi Primer
c. Gardu Distribusi
d. Saluran Distribusi Sekunder
e. Beban Listrik/konsumen
Sebagai ilustrasi, diagram satu garis sistem tenaga listrik dapat digambarkan
sebagai berikut (lihat gambar 1.1) :
Keterangan :
a = Generator
b = Gardu Induk Pembangkit
c = Saluran Transmisi
d = Gardu Induk
e = Saluran Transmisi
f = Gardu Induk Distribusi
g = Saluran Distribusi Primer
h = Gardu Distribusi
i = Saluran Distribusi Sekunder
SP = Sistem Pembangkitan
ST = Sistem Transmisi
SD = Sistem Distribusi
79
Berdasarkan pembagian diatas, fungsi dari masing-masing sub-
sistem dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembangkitan berperan sebagai sumber daya tenaga listrik dan
disebut juga sebagai produktor energi.
2. Sistem transmisi berfungsi sebagai penyalur daya listrik secara besar-
besaran dari pembangkit ke bagian sistem distribusi/konsumen.
Dilihat dari sistem transmisi, sistem distribusi dapat dianggap sebagai
beban sistem transmisi.
3. Sistem distribusi berperan sebagai distributor energi ke konsumen-
konsumen yang membutuhkan energi tersebut.
Hubung singkat merupakan suatu hubungan abnormal (termasuk
busur api) pada impedansi yang relatif rendah terjadi secara kebetulan
atau disengaja antara dua titik yang mempunyai potensial yang berbeda.
Istilah gangguan atau gangguan hubung singkat digunakan untuk
menjelaskan suatu hubungan singkat. Untuk mengatasi gangguan
tersebut, perlu dilakukan analisis hubung singkat sehingga sistem
Proteksi yang tepat pada Sistem Tenaga Listrik dapat ditentukan. Analisis
hubung singkat adalah analisis yang mempelajari kontribusi arus
gangguan hubung singkat yang mungkin mengalir pada setiap cabang
didalam sistem (di jaringan distribusi, transmisi, trafo tenaga atau dari
pembangkit) sewaktu gangguan hubung singkat yang mungkin terjadi di
dalam sistem tenaga listrik.
80
hubung singkat diperlukan untuk mempelajari system tenaga listrik baik
waktu perencanaan maupun setelah beroperasi.
Analaisis Gangguan Hubung Singkat dilakukan dengan
berdasarkan kesimetrisan gangguan yang terjadi. Analisis gangguan
Hubung Singkat dapat dilakukan pada keadaan simetris. Pada gangguan
asimetris perlu dilakukan metode komponen simetris untuk melakukan
analisis hubung singkat.jatuhnya generator, dan merusak peralatan pada
daerah terjadinya gangguan tersebut.
Analisis Hubung Singkat memiliki tujuan, yaitu sebagai berikut:
1. Untuk menentukan arus maksimum dan minimum hubung singkat.
2. Untuk menentukan arus gangguan tak simetris bagi gangguan satu
dan dua line ke tanah, gangguan line ke line, dan rangkaian terbuka
3. Penyelidikan operasi rele-rele proteksi.
4. Untuk menentukan kapasitas pemutus dari circuit breaker
5. Untuk menentukan distribusi arus gangguan dan tingkat tegangan
busbar selama gangguan.
Hubung singkat terjadi akibat dari faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dari gangguan adalah rusaknya peralatan listrik.
Faktor eksternal adalah antara lain cuaca buruk, seperti badai, hujan,
dingin; bencana, seperti gempa bumi, angin ribut, kecelakaan kendaraan;
runtuhnya pohon; petir; aktivitas konstruksi, ulah manusia, dan lain-lain.
Sebagian besar gangguan terjadi karena cuaca buruk, yaitu hujan atau
badai, dan pohon.
Memeriksa besar daya hubung singkat pada setiap bus yang ada
dalam sistem, dan juga besar daya yang mengalir pada setiap saluran
yang terhubung kepada bus itu. Dengan mengetahui besar daya hubung
singkat (MVA) itu maka dapat ditentukan besar kapasitas alat pemutus
daya sesuai pada setiap saluran pada bus yang bersangkutan.Besar
daya hubung singkat atau arus hubung singkat yang mengalir pada setiap
komponen (saluran, generator dan transformator) akan dipergunakan
kemudian untuk mengkoordinir rele-rele.
Gangguan hubung singkat menyebabkan terjadinya interupsi
kontinuitas pelayanan daya kepada para konsumen apabi1a gangguan itu
sampai menyebabkan terputusnya suatu rangkaian (sircuit) atau
81
menyebabkan keluarnya satu unit pembangkit, penurunan tegangan yang
cukup besar menyebabkan rendahnya kualitas tenaga listrik dan
merintangi kerja normal pada peralatan konsumen, pengurangan
stabilitas sistem dan menyebabkan
Gangguan dapat terdiri dari gangguan temporer atau permanent.
Kebanyakan gangguan temporer di amankan dengan circuit breaker (CB)
atau pengaman lainnya. Gangguan permanent adalah gangguan yang
menyebabkan kerusakan permanent pada sistem. Seperti kegagalan
isolator, kerusakan penghantar, kerusakan pada peralatan seperti
transformator atau kapasitor. Pada saluran bawah tanah hampir semua
gangguan adalah gangguan permanen. Kebanyakan gangguan peralatan
akan menyebabkan hubung singkat. Gangguan permanen hampir
semuanya menyebabkan pemutusan/gangguan pada konsumen. Untuk
melindungi jaringan dari gangguan digunakan fuse, recloser atau CB.
Namun, berdasarkan kesimetrisannya, gangguan terdiri dari
gangguan simetris dan asimetris. Gangguan simetris adalah gangguan
yang terjadi pada semua fasanya sehingga arus dan tegangan pada
masing-masing fasa bernilai sama, yaitu di antaranya Hubung Singkat 3
fasa dan Hubung singkat 3 fasa ke tanah. Sedangkan gangguan simetris
adalah gangguan yang mengakibatkan arus yang mengalir pada setiap
fasa tidak seimbang, yaitu di antaranya hubung singkat 1 fasa ke tanah,
hubung singkat fasa ke fasa, dan hubung singkat 2 fasa ke tanah.
Analisis Hubung Singkat secara umum menggunakan persamaan hubung
singkat sebagai berikut.
82
tiba-tiba. Tujuan lain dari analisis ini adalah untuk menentukan waktu
terlama yang diizinkan sebelum gangguan itu diisolir.
2. Pengaturan daya aktif dan frekuensi
Bila ada penambahan beban sehingga kekurangan pembangkitan,
atau bila karena gangguan terjadi kekurangan pembangkitan, maka
frekuensi sistem akan turun. Untuk mengembalikan frekuensi ke
harga nominal perlu ada alat pengatur. Alat pengatur utama adalah
governor dari penggerak mula dan sebagai lata pengatur kedua
adalah pengatur tegangan otomatik (AVR) dari generator.
3. Pengaturan tegangan dan daya reaktif
Pengaturan tegangan dan daya reaktif bertujuan untuk mengatur
tegangan setiap titik (simpul) dalam sistem agar selalu berada dalam
batas-batas tegangan yang diizinkan ( 5 %).
Dengan pengaturan ini sekaligus akan mengatur daya reaktif juga.
Pengaturan tegangan dan daya reaktif ini biasanya dilakukan dengan
meninggikan tegangan dalam generator, mengubah kedudukan tap
dari transformator, atau menambah sumber daya reaktif yaitu
kapasitor statik atau kondensator sinkron. Daya reaktif ada 2 macam
yaitu daya reaktif induktif (daya reaktif lagging) dan daya reaktif
kapasitif (daya reaktis leading), dimana keduanya mempunyai tanda
yang berlawanan.
4. Pelepasan Beban (Load Shedding)
Bila penambahan beban terlalu besar atau bila kekurangan
pembangkitan terlalu besar maka ada kemungkinan kapasitas
cadangan sesaat (spinning reserve) dari sistem pembangkitan tidak
cukup lagi sehinggga jatuhnya frekuensi sudah dibawah harga yang
diizinkan. Untuk mendeteksi dan melepaskan beban ini digunakan
“Under Frequency Relay” (UFR).(Sibuea)
83
C. KOMPONEN SIMETRIS
Komponen simetris digunakan untuk menganalisis terutama
sistem yang tidak seimbang, misalnya saat terjadi hubung singkat tiga
phasa, dua phasa dan satu phasa ke tanah. Dimana sebuah sistem tak
seimbang diubah menjadi tiga rangkaian persamaan yaitu rangkaian
urutan positif, urutan negatif, dan urutan nol. Menurut teorema Fortescue,
tiga fasor tak seimbang dari sistem tiga phasa dapat diuraikan menjadi
tiga sistem fasor yang seimbang. Himpunan seimbang komponen itu
adalah (Stevenson, 1982: 260):
1. Komponen urutan positif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar
120o, dan mempunyai urutan phasa yang sama seperti fasor aslinya.
2. Komponen urutan negatif, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya, terpisah satu dengan yang lainnya dalam phasa sebesar
120o, dan mempunyai urutan phasa yang berlawanan dengan fasor
aslinya.
3. Komponen urutan nol, yang terdiri dari tiga fasor yang sama
besarnya dan dengan pergeseran phasa nol antara fasor yang satu
dengan yang lain.
Tujuan lain adalah untuk memperlihatkan bahwa setiap phasa dari
sistem tiga phasa tak seimbang dapat di pecah menjadi tiga set
komponen.Cara yang biasa dilakukan dalam menghitung besar arus
gangguan hubungn singkat pada komponen simetris adalah memulai
perhitungan pada rel daya teganganprimer di gardu induk untuk berbagai
jenis gangguan, kemudian menghitung padatitik-titik lainnya yang terletak
semakin jauh dari gardu induk tersebut.Impedansi saluran suatu system
tenaga listrik tergantung dari jenis konduktornya yaitu dari bahan apa
konduktor itu dibuat yang juga tentunya pula daribesar kecilnya
penampang konduktor dan panjang saluran yang digunakan
jeniskonduktor ini.
Komponen simetris adalah lazim digunakan di dalam menganalisa
gangguanyang tidak simetris di dalam suatu sistem kelistrikan, misalnya:
a. Gangguan satu phasa ke tanah.
b. Gangguan tiga phasa
84
c. Gangguan phasa ketanah
85
Dalam penulisan bahwa komponen urutan nol, urutan positif dan
urutan negatif misal untuk phasa a, yang mana masing-masing tegangan
adalah Vao, Va1 dan Va2 .
86
c. Impedansi urutan nol (Z0), adalah impedansi tiga phasa simetris
yang terukur bila dialiri arus urutan nol.
a.Urutan Positip
d.
87
Persamaan di atas, terdapat operator a yang merupakan unit
vektor yang membentuk sudut 120 derajat berlawanan jarum jam.
88
hubung singkat adalah suatu kondisi pada sistem tenaga dimana
penghantar yang berarus terhubung dengan penghantar lain atau dengan
tanah. Gangguan yang mengakibatkan hubung singkat dapat
menimbulkan arus yang jauh lebih besar dari pada arus normal. Bila
gangguan hubung singkat dibiarkan berlangsung dengan lama pada
suatu sistem daya, banyak pengaruh-pengaruh yang tidak diinginkan
yang dapat terjadi. (Stevenson, 1982: 317) :
e. Berkurangnya batas-batas kestabilan untuk sistem daya.
f. Rusaknya perlengkapan yang berada dekat dengan gangguan
yang disebabkan oleh arus tak seimbang, atau tegangan rendah
yang ditimbulkan oleh hcubung singkat.
g. Ledakan-ledakan yang mungkin terjadi pada peralatan yang
mengandung minyak isolasi sewaktu terjadinya suatu hubung
singkat, dan yang mungkin menimbulkan kebakaran sehingga
dapat membahayakan orang yang menanganinyadan merusak
peralatan –peralatan yang lain.
h. Terpecah-pecahnya keseluruhan daerah pelayanan sistem daya
itu oleh suatu rentetan tindakan pengamanan yang diambil oleh
sitem –sistem pengamanan yang berbeda – beda; kejadian ini di
kenalsebagai “cascading”.
89
diketanahkan seperti gambar . Karena adanya kapasitansi antara
kawat dan tanah maka kalau ada hubungan singkat arus IA = 0
karena adanya arus kapasitive antara kawat dan tanah.
VB = EB− EA = 3 Vph.
VC = EC – EA = j√3 Vph.
IC= = j CUC
90
C = Total Capasitansi dari kawat yang tidak mendapat gangguan
3. Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
Untuk gangguan ini dianggap phasa a mengalami
gangguan.Gangguan ini dapat digambarkan pada gambar di
bawah:
I = I = I
I 1 1 1 I
I = 1 a a I
I 1 a a I
Arus ganguan untuk fhasa a didapatkan
Iaf=Ia0 + Ia1 + Ia2
Iaf=3Ia0 = 3Ia1 = 3Ia2
Dengan kata lain semua arus urutan sama dari persamaan dan
dari gambar diatas
Vaf= 3Zfx Ia1
Vaf= Va1 + Va2 + Va0 = 3Zfx Ia1
Persamaan di atas menunjukkan bahwa masing-masing arus
91
urutan sama.
V 0 Z 0 0 I
V = V − 0 Z 0 I
V 0 0 a Z I
V = −I .Z
V = V − I Z
V = −I Z
V = V + V + V
Jika pada phasa b atau c terjadi gangguan satu phasa ketanah,maka
tegangan dari phasa a dapat dilihat dari komponem
V 1 1 1 V
V = 1 a a V
V 1 a a V
Seterusnya :
V = V + a V + aV
V = V + aV + a V
I = 3xI =
I =
Dimana Z =
I =
92
Gambar 8. Rangkaian ekivalen gangguan hubung singkat
satu phasa ke tanah
Dari persamaan-persamaan di atas kita dapat melukiskan
vector diagram untuk arus dan tegangan sebagai berikut:
Sehingga diperoleh :
I = .
=
I = I =
93
Line to groun to faulet
I = I = I=
94
Gambar 12. Ganguan hubung singkat tiga fasa
dengan vektor diagramnya
Ia = 0 ; Ib = - Ic ; Vb - Vc = Zf Ib
Dari komponen-komponen simetris (Turan Gonen, 1986:275)
C= 0
I = −I =
Jika, Z = 0
I = −I =
95
Subtitusikan persamaan (14) dan (15) ke persamaan (2) maka
didapat
Ibf = - Icf =3Ia1∠ − 90°
Menurut Gonen ( 1986 : 548 ) rumus untuk gangguan dua phasa
adalah:
√
I. = (28)
V − V −V I = Z
( )( )
− − = 3
Sehingga diperoleh:
I =
I =
I =
(37)
I = ( )
( )
(38)
96
I = I + I = 3I (39)
97
UBK = UcK
Dengan mempergunakan analisa komponen simetris untuk arus kita
memperoleh hubungan berikut :
I0a = 1/3 (Ia+ Ib + Ic)
= 1/3 (0 + Ib - Ic) = 0
2
I2a= 1/3 (Ia + a Ib + a Ic) = j
2
I2a= 1/3 (Ia +a Ib +a Ic)
2
= 1/3 (0 + a Ib – a Ib) = = j
98
Gambar 17. Diagram vektor arus dan tegangan untuk gangguan
hubung singkat fasa ke fasa
Tegangan sepanjang kawat penghantar dapat digambarkan sebagai
berikut :
99
Line to line fault
√
Ia = - Ib = -j
100
Dari peristiwa hubugan singkat diatas kita menetapkan 3 persamaan
sebagai berikut :
IA =0
UBK =0
UCK =0
Dengan analisa komponen simetris untuk tegangan kita
mendapatkan
U1A = 1/3 UA
U2A = 1/3 UA
UoA = 1/3 UA
U1A=U2A=UoA=1/3 UA
Dari analisa komponen simetris untuk arus kita mendapatkan :
I =
( )
I = − I
I = − I
101
Dsubtitusikan persamaan
, ⦟
I = I =
, ⦟
I = a I =
, ⦟
I = aI =
V = 0; V = 0; V = Z .I
V = Z .I
V = Z . I ⦟240
V = Z . I ⦟120
Menurut Gonen ( 1986 : 547 ) rumus untuk gangguan tiga phasa
adalah:
I = I = I = I =
L-L 0.15%
0.1%
L-L-G
L-L-L 0.5%
102
E. ESTIMASI LOKASI GANGGUAN HUBUNG SINGKAT
Perhitungan yang dilakukan melalui perkiraan lokasi gangguan
dengan memanfaatkan tegangan dan arus hasil pengukuran rele
impedansi yang dipasangkan dikedua terminal. Besar impedansi saluran
antara rele dengan titik gangguan tersebut tidak akan menghasilkan jarak
gangguan yang sebenarnya bila dikonversikan langsung kedalam jarak
gangguan.
Untuk membangkitkan tenaga listrik dan mengalirkan daya listrik
kepemakai diperlukan investasi yang sangat besar, terutama untuk
pengadaan peralatan-peralatan listriknya. Peralatan-peralatan ini dibuat
untuk dapat bekerja pada kondisi normal, tetapi gangguan hubung singkat
selalu mungkin terjadi pada jaringan transmisi atau distribusi.
Dalam sistem tenaga listrik, untuk mengurangi kerusakan pada
peralatan terdapat dua alternatif perencanaan, yakni : pertama sistem
dapat direncanakan sedemikian rupa sehingga gangguan tidak terjadi,
dan kedua gangguan masih mungkin terjadi serta untuk itu dilakukan
langkah-langkah untuk melokalisir gangguan sehingga kerusakan yang
akan terjadi dapat ditekan.Oleh sebab itu perlu adanya sistem proteksi
yang dapat mengatasi akibat dari gangguan hubung singkat tersebut.
Khususnya suatu peralatan yang dapat mendeteksi lokasi gangguan.
Pada umumnya proteksi saluran transmisi tenaga listrik
kebanyakan menggunakan sistem proteksi dengan rele jarak, salah satu
jenisnya adalah rele impedansi.
Dengan memanfaatkan hasil pengukuran rele impedansi digital, yang
terdiri dari tegangan, arus dan impedansi yang dirasakan rele terhadap
titik gangguan.
1. Gangguan Hubung Singkat pada saluran
Sebagian besar gangguan yang terjadi pada sistem adalah
gangguan tidak simetris, sehingga dengan terjadinya gangguan tidak
simetris, akan timbul arus yang tidak seimbang pada sistem tersebut.
Dengan menggunakan metoda komponen-komponen simetris, dapat
dianalisa dan ditentukan besar arus dan tegangan pada semua
bagian dari sistem tenaga setelah terjadi gangguan.
103
Pengujian perkiraan lokasi gangguan dilakukan dengan
menggunakan program komputer, program hubung singkat untuk
menghitung arus dan tegangan frekuensi sistem serta memperkirakan
besarnya impedansi dari lokasi rele terhadap lokasi gangguan. Data
tersebut akan dipakai sebagai input ke program perhitungan lokasi
gangguan. dimana bus 2 dan bus 3 dipilih sebagai objek.
Tahanan tanah (RG) dibuat tetap sebesar 5 ohm, untuk tahanan
gangguan (RF) kita asumsikan sebesar 12 ohm.
Data sistem terdiri dari data saluran, data pembangkit, dan data
beban.
Tabel 1. Harga-harga dasar pada sistem pengujian
Arus(A) Teganga (kV) Daya (MVA) Impedansi (ohm)
1154700 500 1000 250
Tabel 2. Data Saluran Transmisi (harga dasar 1000 MVA, 500 kV)
Impedansi Seri (pu)
Saluran Urutan Positif Urutan Nol dan Negatif
1 0,00208 + j 0,0327 0,02908 + j 0,09489
2 0,01454 + j 0,21186 0,20356 + j 0,66424
3 0,00727 + j 0,10593 0,10178 + j 0,33212
Admitansi Shunt (pu)
Saluran Urutan Positif Urutan Nol dan Negatif
Tabel 3. Data Sumber (pada harga dasar 1000 MVA, 500 kV)
Unit Kapasitas Impedansi
MVA Urutan Positif (pu)
104
Unit Kapasitas Impedansi
MVA Urutan Negatif (pu)
105
hasil perhitungan yang cukup teliti, dengan tingkat kesalahan yang
relatif sangat kecil (0,67 % untuk panjang saluran 120 Km).
2. Metode ini dapat digunakan untuk mengestimasi penentuan lokasi
gangguan dari semua jenis gangguan hubung singkat.
3. Perlu memperhitungkan arus kapasitansi dan kopling antar
saluran, karena mempengaruhi estimasi lokasi gangguan hubung
singkat.
semua instalasi listrik tanpa pengecualian harus terlindung
dari hubungan listrik arus pendek (hubungan singkat). Arus short
circuit (hubungan singkat) pada suatu jaringan harus dihitung
pada setiap tingkat untuk berbagai konfigurasi yang mungkin
terdapat dalam jaringan tersebut dalam rangka menentukan
karakteristik peralatan yang harus dipenuhi dalam menahan
kejadian short circuit yang mungkin timbul.
106
3. Arus hubungan singkat maksimum (rms value of maximal
short-circuit current)Ith = (kA rms. 1 s or 3 s) contoh : 25 kA
rms 1s
Hal ini terkait dengan hubungan singkat yang terjadi pada
bagian input terminal peralatan switching. Ini didefinisikan dalam
kA untuk 1 atau 3 detik (s), dan digunakan untuk menentukan
karakteristik keta hanan peralatan terhadap kenaikan temparatur
akibat hubngan singkat tersebut.
4. Nilai puncak hubungan singkat maksimum (peak value of
the maximum short-circuit current)Idyn = (kA peak)
Contoh : 2.5 • 25 kA = 63.75 kA peak untuk standar IEC 60
056 atau, 2.7 • 25 kA = 67.5 kA peak untuk standar ANSI
Nilai ini merupakan nilai breaking capacity dan closing capacity
suatu peralatan switching dan merupakan karakteristik peralatan untuk
ketahanan terhadap elektrodinamik.
107
F. ARUS HUBUNG SINGKAT (SHORT CIRCUIT)
Arus hubung pendek adalah Arus lebih yang dihasilkan oleh gangguan
dengan mengabaikan impedansi antara titik-titik pada potensial yang
berbeda dalam kondisi layanan normal.
PUIL 2000 ( 1.9 ) mendefinisikan Arus Hubung Pendek adalah :Arus lebih
yang diakibatkan oleh gangguan impedans yang sangat kecil mendekati
nol antara dua penghantar aktif yang dalam kondisi operasi normal
berbeda potensialnya ( short circuit current ).
1. Akibat Hubung Singkat
a. Pada lokasi gangguan, adanya busur api listrik yg dapat
menyebabkan
a). Kerusakan isolasi.
b). Melelehnya penghantar.
c)Api dan bahaya kebakaran.
108
2. Metode Sederhana Menghitung Arus Hubungan Singkat
(Short Circuit)
Metode Sederhana Menghitung Arus Hubungan Singkat (Short
Circuit) - Analisia Short Circuit Current (Arus Hubungan Singkat)
bertujuan untuk menentukan besarnya arus hubungan pendek yang
dapat timbul pada suatu sistim tenaga listrik, sehingga mampu
memberikan aksi terhadap perbandingan besarnya arus yang lewat
pada suatu sistim dengan rating ketahanan peralatan didalam sistim
tersebut melalui suatu alat proteksi arus lebih (Over Current
Protection Device) sehingga terhindar dari arus yang dapat
merusaknya .
109
1. Nilai Impedansi Transformator Tiga Phasa, untuk perhitungan
arus lebih pada transformator
2. Nilai reaktansi motor induksi dan motor sinkron, untuk
perhitungan arus lebih pada motor induksi dan motor sinkron
3. Nilai MVA jaringan, untuk perhitungan hubungan singkat pada
sistim distribusi.
110
sebuah ampere meter dipasang pada sisi sekunder untuk membaca nilai
arus yang mengalir pada saat terjadinya hubungan singkat tersebut.
Kemudian tegangan disisi primer dinaikan secara bertahap
sampai arus beban penuh pada sisi sekunder tercapai (terbaca pada
ampere meter).
Jadi, apabila pada name plate tertulis data sebagai berkut :
13,8KV 1000KVA - 480Y/277V dengan impedansi 5,75%
Arus Beban Penuh transformator (FLA - Full Load Ampere) pada sisi
sekunder adalah :
FLA = KVA / 1,73 x L - L (sekunder)KV
FLA = 1000 / 1,732 x 0,48
FLA = 1202,85 A
Pada saat arus disisi sekunder telah mencapai arus beban penuh
(1202 A), dilakukan pencatatan nilai tegangan pada sisi primer. Dalam
hal ini, misalkan nilai tegangan yang terbaca disisi primer saat arus
disisi sekunder telah mencapai arus beban penuh adalah sebesar
793,5 V.
Sehingga persentase nilai impedansi transformator tersebut adalah :
111
besarnya arus gangguan pada transformator, kita bisa menentukan
berapa besar ketahanan KA peralatan Main Switch (circuit Breaker)
yang harus dipasang. Dalam hal ini, peralatan main switch yang harus
dipasang harus yang memiliki ketahanan arus yang lebih besar dari
21.000 A.
112
Tipe Mesin Listrik X'' Subtransient
KVA = KW / PF
KVA = 800 / .8
KVA = 1000
FLA = 1.202
(Dari dalam tabel, untuk generator Sailent 12 pole, nilai subtransient X"
adalah 0,16)
FC = FLA / X "
113
FC = 1202 / 0.16
FC = 7.513 A
114
5. Arus Gangguan Pada Sistim Jaringan Tenaga Listrik
Metode sederhana yang kita gunakan ini sangat berguna untuk
mendapatkan perkiraan nilai arus gangguan yang mungkin dapat
timbul pada sebuah sistim jaringan tengaga listrik. Elemen-elemen
yang kita gunakan akan dikonversi kenilai MVA dan kemudian
parameter didalam rangkaian sistim jaringan dikonversi ke nilai input
(primer) atau nilai masukan. Untuk lebih jelasnya diapat dilihat melaui
contoh perhitungan dibawah ini :
Bila diketahui ketahanan suatu jaringan primer (Utilitas) pada sisi
primer Transformator adalah MVAsc = 500MVA. Data
Transformator yang terpasang dijaringan tersebut adalah sbb :
Transformer data
13,8KV - 480Y/277V
1000KVA Transformer Z = 5,75 %
Maka nilai MVA dari transformator tersebut adalah :
1000KVA / 1000 = 1 MVA
MVA Nilai = 1MVA / ZPU = 1MVA / 0,0575 = 17,39 MVA
Dengan kapasitas ketahanan transformator adalah 17,39
MVA maka besarnya gangguan arus yang dapat timbul pada
jaringan adalah sbb :
1 / Utilitas MVA + 1 / Trans MVA = 1 / MVAsc
1/500 + 1 / 17,39 = 1 / MVAsc
115
0,002 + 0,06 = 1 / MVAsc
MVAsc = 1 / ( 0,002 + 0,06 )
MVAsc = 16,129
Bearnya arus yang dapat timbul disisi sekunder akibat gangguan
pada jaringan adalah :
FC 480V = MVAsc / ( 1,73 x 0,48 )
FC 480V = 19,423KA
FC 480V = 19.423 A
Pada saat arus disisi sekunder telah mencapai arus beban penuh
(1202 A), dilakukan pencatatan nilai tegangan pada sisi primer. Dalam
hal ini, misalkan nilai tegangan yang terbaca disisi primer saat arus
disisi sekunder telah mencapai arus beban penuh adalah sebesar
793,5 V.
116
100 / 5,75 kali FLA tranformator , atau 17,39 x 1202 = 20.903
a. Kabel
Untuk nilai impedansi kabel, biasanya telah dilampirkan pada
dokumen pabrik masing-masing dalam satuan Ohms per
kilometer. Nilai tersebut mesti dikonversi menjadi ohms per
panjang kabel yang terpasang, dengan perhitungan sbb :
Rc = R * Lc / 1000
Xc = X * Lc / 1000
Keterangan :
117
perhitungan zero sequence impedansi membutuhkan data komplit dari
pabrikan yang memproduksi kabel tersebut. Bila data dari pabrik tidak
ada, cara praktis untuk menetukan nilai zero sequence impedansi dapat
menngunakan rumus diatas yang dikalikan dengan faktor nilai sbb :
Rc(o) = Rc * 3.15155
Xc(o) = Xc * 2.46274
b. Motor Asinkron
Perhitungan resistansi dan reaktansi untuk motor asinkron adalah
sbb :
Keterangan :
118
Lanjutan dari Menghitung Short Circuit Impedansi Peralatan II ,
setelah kita menghitung nilai impedansi beberapa peralatan yang
terpasang pada sebuah jaringan yang akan dianalisa ketahanan
hubungan singkatnya (short circuit), tahap selanjutnya adalah
menentukan nilai impedansi referensi yang nantinya akan digunakan
pada rangkaian ekivalen satu phasa. Penetapan referensi ini
diperlukan karena adanya perbedaan level tegangan pada masing-
masing peralatan yang terpasang pada jaringan tersebut, seperti nilai
impedansi peralatan yang dikonversikan terhadap nilai teganan yang
dihitung (sisi tegangan tinggi atau rendah), sbb :
6. Rasio belitan sebuah transformator dapat dihitung dengan
rumus sbb :
n = Vt2 ( 1 + tp) / Vt1
Dimana:
n : Rasio belitan transformator
Vt2: Tegangan nominal transformator pada sisi sekunder pada suatu tap
Vt1: Tegangan nominal transformator pada sisi primer
tp : Tap Setting (%)
Dengan menggunakan rasio belitan transformator, nilai impedansi
(resistansi dan reaktansi) dapat dihitung terhadap sisi tegangan tinggi
(HV) maupun sisi tegangan rendah (LV) berdasarkan persamaan sbb :
ZHV = ZLV / n2
Dimana:
ZLV = ZHV * n2
119
5. Menentukan Persamaan Diagram Thevenin pada Sistim
Dari lanjutan artikel mengenai Menhitung Short Circuit Impedansi
Peralatan III, pada sistim yang akan kita hitung ketahanannya terhadap
arus hubungan singkat (short circuit) harus dimodelkan kedalam bentuk
persamaan sederhana dengan menggunakan Persamaan Diagram
Thevenin. Pada model diagram thevenin ini akan menunjukan sumber
tegangan dan nilai impedansi yang terhubung pada jaringan, yang
merupakan gambaran dari peralatan yang terpasang berikut dengan
impedansi beban pada sistim jaringan tersebut baik terpasang secara seri
maupun paralel.
120
circuit ini dilakukan pada setiap tingkatan pada sebuah siklus short
circuit, yaitu :
- Initial Short Circuit Current
- Peak Short Circuit Current
- Symmetrical Breaking Current
- DC Short Circuit Component
Untuk setiap tingkatan short circuit tersebut, akan kita bahas pada
artikel beriktunya.Sebagai kelanjutan dari postingan "Menghitung Short
Circuit Impedansi Peralatan IV", kali ini kita akan melanjutkan ketahapan
menghitung besarnya arus hubungan singkat yang seimbang untuk
rangkaian 3 phasa (balanced three phase short circuit currents).
Untuk perhitungan short circuit ini dilakukan pada setiap tingkatan pada
sebuah siklus short circuit, yaitu :
- Initial Short Circuit Current
- Peak Short Circuit Current
- Symmetrical Breaking Current
- DC Short Circuit Component
Penjelasan perhitungan untuk setiap tingkatan adalah sbb :
- Initial Short Circuit Current
Untuk menghitng arus pada tahap innitial symetrical short circuit, digunakan
persamaan dengan standar IEC 60909, sbb :
Ink = c Vn / ( 3 Zk ),
Dimana,
121
- Peak Short Circuit Current,
X/R = Xk / Rk
Dimana,
Ip = Peak Short Circuit Current , A
Ik" = Initial Symmetrical Short Circuit Current , A
K = faktor konstanta, K = 1.02 + 0.98 e (-3/(X/R))
Dimana,
122
6. Kesimpulan
Dari metode sederhana ini adalah bahwa kita perlu mengetahui
nilai arus gangguan yang dapat timbul dalam sebuah istem untuk
memduahkan dalam pemilihan dan pemansangan peralatan Proteksi
(Over Current Protective Devices - OCPD) secara lebih cepat
sehingga tidak terjadi pemasangan atau penggunaan peralatan yang
under rate. Analisis dan perhitungan yang lebih akurat dengan
menggunakan software dan komputer serta teori perlu dilakukan
untuk mengetahui lebih ditail besarnya arus gangguan tersebut.
Metode sederhana ini hanya berguna untuk perkiraan awal dan
hitungan kasar (perhitungan awal) secara cepat.
123
Pada gambar di atas terdapat sebuah jaringan radial sederhana
yang terdiri dari : 1 buah generator (G1), 3 buah motor (M1, M2 dan
M3), 1 buah transformator (TX1), tahanan kabel (C1, C2 dan C3) dan 2
buah bus dengan tegangan 11 kV dan 415 V.
Equipment Parameters
Vg1 = 11.000 V
Xd”= 0,255 pu
Cos = 0,85 pu
Vm1= 11.000 V
ILRC= 200,7 A
Cos m = 0,85 pu
Cos s = 0,30 pu
Size = 3C x E 35 mm2
124
(R = 0,668 Ω\km, X = 0,115 Ω\km)
Vt1= 11.000 V
Vt2= 415 V
ILRC= 200,7 A
uk= 0,0625 pu
Pkt = 19.000 W
tp = 0%
Motor M2 Pm1= 90 kW
Vm1= 415 V
ILRC= 1.217,3 A
ILRC/ IFLC= 7 pu
Cosm = 0,8 pu
Cos s = 0,30 pu
Vm1= 415 V
ILRC= 1.595,8 A
125
Cos m = 0,85 pu
Cos s = 0,30 pu
126
tersebut yang sebelumnya berdasarkan tegangan 415 V diganti
menjadi 11 kV.
Ratio trafo TX1 yang merupakan trafo step down dari 11kV ke
415 V didapat sbb :
n = 0,03773
R' = R / n2
X' = X / n2
R X R’ X’
Zk = 0,08618 + j 1.16531
127
4. Arus hubungan sinkat balans tiga phasa (Balanced Three Phase
Short Circuit Current)
a. Arus inisial hubungan singkat tiga phasa simeteris (Symmetrical
Initial Short Circuit Current) adalah :
I"k = c Vn / ( 3 Zk )
I"k = 5,9786 kA
Ip = 15,2614 kA
128
D. RANGKUMAN
129
Kegiatan Belajar 4 :
A. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian Koordinasi proteksi jaringan transmisi tenaga
listrik
2. Menjelaskan prinsip kerja koordinasi proteksi jaringan transmisi tenaga
listrik
3. Menjelaskan komponen sistem refrigerasi yang dipakai di undustrial
C. Uraian Materi
Terdapat berbagai persoalan teknis yang teerdapat didalamnya, tenaga
listrik hanya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu. Sedangkan pelanggan
tenaga listrik tersebar di berbagai tempat, maka penyampaian tenaga listrik dari
tempat dibangkitkan sampai ke tempat pelanggan memerlukan jaringan. Tenaga
listrik dibangkitkan dari PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian
disalurkan melalui saluran transmisi setelah terlebih dahulu dinaikkan
tegangannya oleh transformator penaik tegangan (step up transformer) yang ada
di Pusat Listrik. Hal ini digambarkan oleh Gambar 4.1
130
A. Struktur Jaringan Tegangan Menengah.
Struktur jaringan tegangan menengah yang ada bila dikelompokkan terdiri
dari lima model, yaitu :
a.Jaringan radial.
b.Jaringan hantaran penghubung (TIE Line).
c.Jaringan lingkaran (loop).
d.Jaringan Spindel
e.Sistem gugus atau sistem kluster.
131
Pada sistem ini (pola 2) mempunyai spesifikasi sebagai berikut :
a.Sistem jaringan :
1. Tegangan nominal 20 kV (antar fasa)
2. Sistem pentanahan dengan netral ditanahkan langsung sepanjang jaringan.
3. Kawat netral dipakai bersama untuk saluran tegangan menengah dan saluran
tegangan rendah dibawahnya.
4. Konstruksi jaringan terdiri dari saluran udara terutama dan saluran
kabel,sedang saluran udara terdiri dari :
1. Saluran utama terdiri dari kawat fasa 3 x AAAC 240 mm²dan kawat netral
1 x 120 mm²
2. Saluran cabang terdiri dari jaringan 3 fasa atau 1 fasa (2 kawat, untuk
fasa & netral) dengan ukuran disesuaikan dengan perencanaan beban.
5. Sistem pelayanan radial dengan kemungkinan antara saluran utama yang
berbeda penyulang dapat saling dihubungkan dalam keadaan darurat.
6. Pelayanan beban dapat dilayani dengan:
1. Tiga fasa, 4 kawat dengan tegangan 20 kV antar fasa , dan
2. Fasa tunggal, 2 kawat dengan tegangan 20/3 kV
132
b.Sistem Pengamanan
Sistem pengamanan jaringan dilakukan dengan perencanaan koordinasi sebagai
berikut :
1. Pemutus Tenaga (PMT), dengan pengindera OCR dab GRF.
2. Recloser, dengan pengindera OCR (Over Current Relay).
3.Sectionaliser, dengan pengindera jumlah tegangan hilang / CTO (Count To
Open)FCO, dengan fuse pelebur untuk pemutus rangkaian akibat hubung singkat
karena gangguan atau beban lebih.
133
B. Keandalan Sistem Distribusi
Keandalan system penyaluran distribusi tenaga listrik tergantung
pada model susunan saluran, pengaturan operasi dan pemeliharaan serta
koordinasi peralatan pengaman. Tingkat kontinuitas dibagi antara lain :
a. Tingkat 1, Padam berjam-jam
b. Tingkat 2, Padam beberapa jam
c. Tingkat 3, Padam beberapa menit
d. Tingkat 4, Padam beberapa detik
e. Tingkat 5, tanpa padamKeandalan dari suatu sistem adalah kebalikan
dari besarnya jam pemutusan pelayanan, jam pemutusan pelayanan
dapat dihitung berdasarka jumlah konsumen atau jumlah daya yang
padam (diputus)
134
b. Mengurangi akibat gangguan
E. Impedansi Jaringan Distribusi
Pada sistem distribusi tenaga listrik impedansi yang menentukan
besarnya arus hubung singkat, adalah :
1. Impedansi sumber
2. Impedansi transformator tenaga
3. Impedansi hantaran/jaringan
4. Impedansi gangguan atau titik hubung singkat
F. Komponen Simetris.
Komponen simetris lazim digunakan dalam menganalisa
gangguan-gangguan yang tidak simetris didalam suatu sistim kelistrikan.
a.Sistem Tenaga Listrik Tiga Fasa
ketiga sistem simetris yang merupakan hasil uraian komponen simetris
dikenal dengan nama :
Komponen urutan positif
Komponen urutan negatif
Komponen urutan nol
Dari komponen vektor yang tidak seimbang dapat diuraikan menjadi
komponen-komponen simetris
135
b.Operator Vektor “ a ”
Pada penggunaan komponen simetris sistem 3 fasa memerlukan suatu fasor
atau operator yang akan memutar rotasi dengan vektor lainnya yang berbeda
sudut 120°. Operator yang dipakai vektor satuan adalah “a”. Didefinisikan bahwa:
136
SISTEM PENGAMAN PADA SUTM 20 kV 3 FASA 4 KAWAT
Relay arus lebih adalah relay yang bekerja terhadap arus lebih, ia akan
bekerja bila arus yang mengalir melebihi nilai setingnya ( I set).
a. Prinsip Kerja
137
Pada dasarnya relay arus lebih adalah suatu alat yang mendeteksi
besaran arus yang melalui suatu jaringan dengan bantuan trafo arus.
Harga atau besaran yang boleh melewatinya disebut dengan setting.
Relay yang bekerja seketika (tanpa waktu tunda) ketika arus yang
mengalir melebihi nilai settingnya, relay akan bekerja dalam waktu beberapa
mili detik (10 – 20 ms).
Relay ini jarang berdiri sendiri tetapi umumnya dikombinasikan dengan relay
arus lebih dengan karakteristik yang lain.
138
Relay ini akan memberikan perintah pada PMT pada saat terjadi
gangguan hubung singkat dan besarnya arus gangguan melampaui
setingnya (Is), dan jangka waktu kerja relay mulai pick up sampai kerja relay
diperpanjang dengan waktu tertentu tidak tergantung besarnya arus
Relay ini akan bekerja dengan waktu tunda yang tergantung dari
besarnya arus secara terbalik (inversetime), makin besar arus makin kecil
waktu tundanya. Karakteristik ini bermacam-macam. Setiap pabrik dapat
membuat karakteristik yang berbeda-beda, karakteristik waktunya dibedakan
dalam tiga kelompok :
1. Standar invers
2. Very inverse
3. extreemely inverse
139
Pada relay arus lebih memiliki 2 jenis pengamanan yang berbeda antara lain:
Relay mendeteksi arus fasa. Oleh karena itu, disebut pula “Relay fasa”. Karena
pada relay tersebut dialiri oleh arus fasa, maka setingnya (Is) harus lebih besar
dari arus beban maksimum.
Arus gangguan satu fasa tanah ada kemungkinan lebih kecil dari arus
beban, ini disebabkan karena salah satu atau dari kedua hal berikut:
Dalam hal demikian, relay pegaman hubung singkat (relay fasa) tidak dapat
mendeteksi gangguan tanah tersebut. Supaya relay sensitive terhadap
140
gangguan tersebut dan tidak salah kerja oleh arus beban, maka relay dipasang
tidak pada kawat fasa melainkan kawat netral pada sekunder trafo arusnya.
Dengan demikian relay ini dialiri oleh arus netralnya, berdasarkan komponen
simetrisnya arus netral adalah jumlah dari arus ketiga fasanya.
Ia + Ib = 3 Io
Arus urutan nol dirangkaian primernya baru dapat mengalir jika terdapat
jalan kembali melalui tanah (melalui kawat netral)
141
membuka pada saat peralatan pengaman disisi hulunya sedang dalam posisi
terbuka.
Impedansi JTM 3 Φ : Z1 = Z
2 = 0,134 + j0,308
142
Z0 = 0,413 + j0,949
= 1,623 + j0,746
Arus gangguan maximum adalah yang terjadi pada dekat rel 20 kV GI.
143
Arus gangguan yang terjadi pada ujung jaringan SUTM (JTM) adalah
merupakan arus hubung singkat minimum, rumus perhitungan sebagai berikut :
144
Setting waktu tunda relay OCR untuk penyulang dipilih
145
4.4. Setting GFR
Relay GFR juga dikombinasi dengan setting waktu tunda definite (waktu tunda
tertentu), yang mana pemilihannya ditetapkan 1 detik.
146
4.5. Setting arus momen (Im)
Setting arus momen ( Im ) yang akan bekerja tanpa tunda waktu, penetapannya
sebagai berikut :
Dengan beban tertinggi pada PBO1 sebesar 250 ampere, maka ditetapkan I sett
PBO1 adalah 320 Ampere
147
4.7. Koordinasi OCR, PBO 1 dan PBO 2a
Beban tertinggi pada PBO 2a adalah sebesar 88 Ampere, maka setting arus
pada PBO 2a ditetapkan 200 Ampere
148
Beban tertinggi pada PBO 2a adalah sebesar 40 Ampere, maka setting arus
pada PBO 2a ditetapkan 140 Ampere
Kesimpulan
Rumus perhitungan yang digunakan untuk kedua kondisi pada dasarnya sama.
149
c. Titik gangguan atau panjang jaringan.
150
seperti diperlihatkan pada kumparan a – a’, b – b’ dan c – c’ pada gambar 2.
Masing-masing lilitan akan menghasilkan gelombang Fluksi sinus satu dengan
lainnya berbeda 120 derajat listrik. Dalam keadaan seimbang besarnya fluksi
sesaat :
ΦA = Φm. Sin ωt
Besarnya fluks resultan adalah jumlah vektor ketiga fluks tersebut adalah:
ΦT = ΦA +ΦB + ΦC, yang merupakan fungsi tempat (Φ) dan waktu (t),
maka besar- besarnyafluks total adalah:
Dari persamaan diatas, bila diuraikan maka suku kesatu, ketiga, dan
kelima
akan silang menghilangkan. Dengan demikian dari persamaan akan didapatfluksi
total sebesar,
151
E maks = Bm. ℓ. ω r Volt
dimana :
Dalam keadaan tanpa beban arus jangkar tidak mengalir pada stator,
sehingga tidak terdapat pengaruh reaksi jangkar. Fluks hanya dihasilkan oleh
arus medan (If). Bila besarnya arus medan dinaikkan, maka tegangan keluaran
juga akan naik sampai titik saturasi (jenuh), seperti diperlihatkan pada gambar 3.
Kondisi generator tanpa beban bisa digambarkan rangkaianekuivalennya seperti
diperlihatkan pada gambar 3b.
Generator Berbeban
a. Resistansi jangkar Ra
b. Reaktansi bocor jangkar Xl
c. Reaksi Jangkar Xa
152
1. Resistansi Jangkar
Resistansi jangkar/fasa Ra menyebabkan terjadinya
kerugian tegang/fasa (tegangan jatuh/fasa) dan I.Ra yang
sefasa dengan arus jangkar.
2. Reaktansi Bocor Jangkar
Saat arus mengalir melalui penghantar jangkar, sebagian
fluks yang terjadi tidak mengimbas pada jalur yang telah
ditentukan, hal seperti ini disebut Fluks Bocor.
3. Reaksi Jangkar
4. Adanya arus yang mengalir pada kumparan jangkar saat
generator dibebani akan menimbulkan fluksi jangkar (ΦA )
yang berintegrasi dengan fluksi yang dihasilkan pada
kumparan medan rotor(ΦF), sehingga
akan dihasilkan suatu fluksi resultan sebesar :
153
tersebut. Arus medan dinaikkan secara bertahap sampai diperoleh arus jangkar
maksimum. Selama proses test arus If dan arushubung singkat Ihs dicatat.
Dari hasil kedua test diatas, maka dapat digambar dalam bentuk kurva
karakteristik.
Impedansi Sinkron dicari berdasarkan hasil test, adalah:
If = konstatn
154
Pengertian proteksi transmisi tenaga listrik adalah adalah proteksi yang
dipasang pada peralatan-peralatan listrik pada suatu transmisi tenaga listrik
sehingga proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga
listrik(Power Plant) hingga Saluran distribusi listrik (substation distribution) dapat
disalurkan sampai pada konsumer pengguna listrik dengan aman. Proteksi
transmisi tenaga listrik diterapkan pada transmisi tenaga listrik agar jika terjadi
gangguan peralatan yang berhubungan dengan transmisi tenaga listrik tidak
mengalami kerusakan.Ini juga termasuk saat terjadi perawatan dalam kondisi
menyala.Jika proteksi bekerja dengan baik, maka pekerja dapat melakukan
pemeliharaan transmisi tenaga listrik dalam kondisi bertegangan.Jika saat
melakukan pemeliharaan tersebut terjadi gangguan, maka pengaman-pengaman
yang terpasang haurus bekerja demi mengamankan sistem dan manusia yang
sedang melaukukan perawatan.
155
Proteksi ini berbeda dengan pengaman.Jika pengaman suatu sistem
berarti system tersebut tidak merasakan gangguan sekalipun.Sedangkan
proteksi atau pengaman sistem, sistem merasakan gangguan tersebut
namun dalam waktu yang sangant singkat dapat diamankan.Sehingga
sistem tidak mengalami kerusakan akibat gangguan yang terlalu lama.
Gangguan pada transmisi tenaga listrik dapat berupa :
A. GANGGUAN SISTEM
Dan untuk jenis tipe gangguan pada sistem proteksi terdiri dari
1. Gangguan Fasa
2. Gangguan Tanah
Terhubungnya satu fasa atau lebih dengan tanah, secara
langsung atau tidak langsung. (tiang, badan trafo, selubung timah
kabel).
156
II. Relay Proteksi
a. ELEMEN PEMBANDING
b. ELEMEN PENGINDERA
157
c. ELEMEN PENGUKUR
158
1. Relay invers; waktu kerjanya tergantung kepada besarnya
arus hubung singkat, makin besar makin cepat. Pada
koordinasi antara relay-relay invers berlaku koordinasi arus
dan waktu sekaligus.
2. Relay Cepat; digunakan dalam kombinasi dengan relay
definit/invers apabila diperlukan waktu kerja yang lebih cepat
misalnya jika terjadi gangguan dengan arus hubung singkat
besar.
3. Relay Definit; bekerjanya tidak tergantung kepada besarnya
arus hubung singkat yang melaluinya. Waktu kerjanya disetel
tertentu dan biasanya dikoordinasikan dengan waktu kerja
pengaman didepan dan dibelakangnya.
159
Gambar 4. Skema dan bentuk fisik relay diffrensial
c). Relai gangguan tanah terbatas
Rele Gangguan Tanah Terbatas ini berfungsi untuk mengamankan
transformator terhadap tanah didalam daerah pengaman transformator
khususnya untuk gangguan didekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh
RELE differential, yang disambung ke instalasi trafo arus ( CT ) dikedua sisi.
160
d). Relai Bucholtz
Rele Bucholtz berfungsi untuk mendeteksi adanya gas yang ditimbulkan
oleh loncatan ( bunga ) api dan pemanasan setempat dalam minyak
transformator. Penggunaan rele deteksi gas (Bucholtz) pada Transformator
terendam minyak yaitu untuk mengamankan transformator yang didasarkan pada
gangguan Transformator seperti : arcing, partial discharge, over heating yang
umumnya menghasilkan gas.
161
Gambar 7. Bentuk fisik dari relai Jensen
Dalam keadaan normal maka arus dalam setiap fasa IR, IS, dan IT sama
besarnya (Simetris) masing-masing berbeda fasa 1200 ,sehingga arus melewati
kumparan Zo =0. tetapi apabila ada gangguan hubung tanah maka keadaan
arus setiap fasa tidak simetris lagi dan mengalirkan komponen arus urutan nol
lewat kumparan Zo sehingga relai arus zero Sequenze bekerja.
162
g). Relai tekan lebih
Rele Tekanan Lebih ini berfungsi mengamankan tekanan lebih pada
transformator, dipasang pada transformator tenaga dan bekerja dengan
menggunakan membrane.Tekanan lebih terjadi karena adanya flash over atau
hubung singkat yang timbul pada belitan transformator tenaga yang terendam
minyak, lalu berakibat decomposisi dan evaporasi minyak, sehingga
menimbulkan tekanan lebih pada tangki transformator.
163
i) . Directional Comparison Relay.
Relai penghantar yang prinsip kerjanya membandingkan arah gangguan, jika
kedua relai pada penghantar merasakan gangguan di depannyamaka relai akan
bekerja. Cara kerjanya ada yang menggunakan directional impedans, directional
current dan superimposed
164
Gambar 12. Diagram Pengaman arus lebih dengan 3 OCR + GFR
Relay Suhu
Relay ini digunakan untuk mengamankan transformator dari
kerusakan akibat adanya suhu yang berlebihan. Ada 2 macam relay
suhu pada transformator, yaitu :
165
a. Relay Suhu Minyak
Relay ini dilengkapi dengan sensor yang dipasang pada minyak isolasi
transformator. Pada saat transformator bekerja memindahkan daya dari sisi
primer ke sisi sekunder, maka akan timbul panas pada minyak isolasi, akibat rugi
daya maupun adanya gangguan pada transformator.
166
D. RANGKUMAN
Pentanahan titik netral sistem adalah hubungan titik netral dengan tanah,
baik langsung maupun melalui tahanan reaktansi ataupun kumparan
Petersen.
167
Kegiatan Belajar 5 :
PEMILIHAN ALAT UNTUK PEMASANGAN
PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK
1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan prosedur pemasangan proteksi system tenaga listrik.
b. Mengidentifikasi komponen sistem proteksi tenaga listrik.
c. Menjelaskan alat dan perlengkapan proteksi system tenaga listrik
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Mampu Memilih alat dan perlengkapan yang digunakan untuk
pemasangan proteksi system tenaga listrik.
3. Uraian Materi
Salah satujenis pemilihan alat dalam pemsangan proteksi system tenaga
listrik adalah dngan mengunakan system pentanahan.
168
baik, yaitu membuang muatan listrik yang diterimanya dari petir ke tanah
(bumi) dengan lancar,
c) Kawat petir yang ada pada bagian atas saluran transmisi. Kawat
petir ini sesungguhnya juga berfungsi sebagai lightning arrester.Karena
letaknya yang ada di sepanjang saluran transmisi, maka semua kaki tiang
transmisi harus ditanahkan agar petir yang menyambar kawat petir dapat
disalurkan ke tanah dengan lancar melalui kaki tiang saluran transmisi.
d) Titik netral dari transformator atau titik netral dari generator. Hal ini
diperlukan dalam kaitan dengan keperluan proteksi khususnya yang
menyangkut gangguan hubung tanah.Dalam praktik, diinginkan agar
tahanan pentanahan dari titik-titik pentanahan tersebut di atas tidak melebihi
4 ohm.
Secara teoritis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas
penampang bumi tak terhingga.Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya
tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh
adanya tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah di mana alat
tersebut dipasang (dalam tanah).
Pada saat terjadi gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan
menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang disebabkan
karena adanya tahanan tanah. Bila arus hubung-singkat ke tanah
dipaksakan mengalir melalui tanah dengan tahanan yang tinggi, maka hal
tersebut akan menimbulkan perbedaan tegangan yang besar dan bisa jadi
berbahaya. Oleh sebab itu diperlukan sistim pentanahan yang berguna untuk
memperoleh tegangan potensial yang merata dalam suatu bagian struktur
dan peralatan, serta untuk memperoleh jalan balik arus hubung-singkat/arus
gangguan ke tanah yang memiliki resistansi rendah."
169
- Jangan sebagai sumber arus galvanis
- Elektroda harus mempunyai kontak yang baik dengan tanah
sekelilingnya.
- Tahanan pentanahan harus baik untuk berbagai musim dalam setahun.
- Biaya pemasangan serendah mungkin.
Alat apa saja yang dipakai dalam pentanahan????
1. Batang pentanahan tunggal (single grounding rod).
2. Batang pentanahan ganda (multiple grounding rod). Terdiri dari
beberapa batang tunggal yang dihubungkan paralel.
3. Anyaman pentanahan (grounding mesh), merupakan anyaman kawat
tembaga.
4. Pelat pentanahan (grounding plate), yaitu pelat tembaga.
3. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN TAHANAN
PENTANAHAN
Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :
Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang menghubungkan ke
peralatan yang ditanahkan.
Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.
Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.
Namun demikian pada prakteknya tahanan elektroda dapat diabaikan,
akan tetapi tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan
akan mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls frekuensi tinggi
seperti misal pada saat terjadi lightningdischarge. Untuk menghindarinya,
sambungan ini di usahakan dibuat sependek mungkin.Dari ketiga faktor
tersebut diatas yang dominan pengaruhnya adalah tahanan sekeliling
elektroda atau dengan kata lain tahanan jenis tanah (ρ).
a. TAHANAN JENIS TANAH (ρ)
Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda yang
hemispherical R = ρ/2πr terlihat bahwa tahanan pentanahan berbanding
lurus dengan besarnya ρ. Untuk berbagai tempat harga ρ ini tidak sama dan
tergantung pada beberapa faktor :
sifat geologi tanah
Komposisi zat kimia dalam tanah
170
Kandungan air tanah
Temperatur tanah
Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.Sifat Geologi
Tanah Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis
tanah.Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan penghantar.Tanah
liat umumnya mempunyai tahanan jenis terendah, sedang batu-batuan dan
quartz bersifat sebagai insulator.
b. KOMPOSISI ZAT – ZAT KIMIA DALAM TANAH
Kandungan zat – zat kimia dalam tanah terutama sejumlah zat organik
maupun anorganik yang dapat larut perlu untuk diperhatikan pula.Didaerah
yang mempunyai tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan
jenis tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada lapisan
atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk memperoleh pentanahan
yang efektif yaitu dengan menanam elektroda pada kedalaman yang lebih
dalam dimana larutan garam masih terdapat
.
c. KANDUNGAN AIR TANAH
Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap perubahan tahanan
jenis tanah ( ρ ) terutama kandungan air tanah sampai dengan 20%.Dalam
salah satu test laboratorium untuk tanah merah penurunan kandungan air
tanah dari 20% ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30
kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya sedikit sekali.
d. TEMPERATUR TANAH
Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m) biasanya stabil
terhadap perubahan temperatur permukaan.Bagi Indonesia daerah tropic
perbedaan temperatur selama setahun tidak banyak, sehingga faktor
temperatur boleh dikata tidak ada pengaruhnya.
e. ELEKTRODA PENTANAHAN
Jenis Elektroda pentanahan
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem
pentanahan yaitu :
171
Elektroda Batang
Elektroda Pelat
Elektroda Pita
Elektroda – elektroda ini dapat digunakan secara tunggal maupun
multiple dan juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam suatu sistem.
f. ELEKTRODA BATANG
Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di tanam vertikal
di dalam tanah.
Biasanya dibuat dari bahan tembaga, stainless steel atau galvanised steel.
Perlu diperhatikan pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic
couple yang dapat menyebabkan korosi.Ukuran Elektroda :
diameter 5/8 ” - 3/4 ”
Panjang 4 feet – 8 feet
Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun untuk
pemakaian pentanahan yang lain.
g. ELEKTRODA PELAT
Bentuk elektroda pelat biasanya empat perseguí atau empat persegi
panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang ditanam
didalam tanah.Cara penanaman biasanya secara vertical, sebab dengan
menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda jauh dengan
vertical.Penanaman secara vertical adalah lebih praktis dan ekonomis.
h. ELEKTRODA PITA
Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk pita atau
juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara horizontal sedalam ±
2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada struktur tanah yang mempunyai
tahanan jenis rendah pada permukaan dan pada daerah yang tidak
mengalami kekeringan.
Hal ini cocok untuk daerah – daerah pegunungan dimana harga tahanan
jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.
172
i. PENGKONDISIAN TANAH
Bagi daerah – daerah yang mempunyai struktur tanah dengan
tahanan jenis tanah yang tinggi untuk memperoleh tahanan pentanahan
yang diinginkan seringkali sukar diperoleh. Ada tiga cara untuk
mengkondisikan tanah agar pada lokasi elektroda ditanam tahanan jenis
tanah menjadi rendah, yaitu :
Dengan membuat lubang penanaman elektroda yang lebar dan
dimasukkan mengelilingi elektroda tersebut bahan – bahan seperti tanah liat
atau cokas. Mengelilingi elektroda pada statu jarak tertentu diberi zat-zat
nimia yang mana akan memperkecil tahanan jenis tanah di sekitarnya. Zat-
zat nimia yang biasa di pakai adalah sodium chloride, calsium chloride,
magnesium sulfat, dan coper sulfat Dengan Bentonite.
Bubuk bentonita bersifat mengabsorb air, karena itu dengan mencampur
bubuk bentonite, garam dapur dan air maka campuran bentonite tersebut
dapat menghasilkan tahanan jenis tanah yang rendah.Dengan menanamkan
campuran bentonite tersebut disekeliling elektroda maka tahanan
pentanahandapat diperkecil 1/10 – 1/15 kali.
Komposisi campuran bentonite menurut perbandingan :Bentonite : garam
dapur : air = 1 : 0,2 : 2
4. SISTEM PENTANAHAN
Gardu induk merupakan salah satu bagian dari sistem tenaga listrik
yang mempunyai kemungkinan sangat besar mengalami bahaya yang
disebabkan oleh timbulnya gangguan sehingga arus gangguan itu mengalir
ke tanah sebagai akibat isolasi peralatan yang tidak berfungsi dengan baik.
Arus gangguan tersebut akan mengalir pada bagian bagian peralatan yang
terbuat dari metal dan juga mengalir dalam tanah di sekitar gardu induk.
Arus gangguan ini menimbulkan gradien tegangan diantara :
a. peralatan dengan peralatan
b. peralatan dengan tanah
c. permukaan tanah itu sendiri
Besarnya gradien tegangan pada permukaan tanah tergantung pada:
a. Tahanan jenis tanah
173
b. Struktur tanah tersebut
Salah satu usaha untuk memperkecil tegangan permukaan tanah
maka diperlukan suatu pentanahan yaitu dengan cara menambahkan
elektroda pentanahan yang ditanam ke dalam tanah. Oleh karena lokasi
peralatan listrik (gardu induk) biasanya tersebar dan berada pada daerah
yang kemungkinannya mempunyai struktur tanah berlapis-lapis maka
diperlukan perencanaan pentanahan yang sesuai, dengan tujuan untuk
mendapatkan tahanan pentanahan yang kecil sehingga tegangan
permukaan yang timbul tidak membahayakan baik dalam kondisi normal
maupun saat terjadi gangguan ke tanah. Dalam paper ini analisa dilakukan
dengan menggunakan elektroda batang (Rod) dengan berbagai jenis
pemasangannya
Pentanahan peralatan adalah penghubungan bagian bagian peralatan listrik
yang pada keadaan normal tidak dialiri arus.Tujuannya adalah untuk
membatasi tegangan antara bagian bagian peralatan yang tidak dialiri arus
dan antara bagian bagian ini dengan tanah sampai pada suatu harga yang
aman untuk semua kondisi operasi baik kondisi normal maupun saat terjadi
gangguan.Sistem pentanahan ini berguna untuk memperoleh potensial yang
merata dalam suatu bagian struktur dan peralatan serta untuk memperoleh
impedansi yang rendah sebagai jalan balik arus hubung singkat ke tanah.
Bila arus hubung singkat ke tanah dipaksakan mengalir melalui tanah
dengan tahanan yang tinggi akan menimbulkan perbedaan tegangan yang
besar dan berbahaya.
Dalam analisis ini digunakan beberapa parameter yaitu kedalaman
penanaman elektroda pentanahan, panjang elektroda batang, jumlah
elektroda batang (rod), ketebalan lapisan tanah bagian pertama dan tahanan
jenis tanah tiap lapisan dengan menggunakan beberapa asumsi yaitu:
a. Lapisan-lapisan tanah sejajar terhadap permukaan tanah
b. Tahanan jenis tanah adalah konstan untuk setiap lapisan
c. Analisa hanya dilakukan untuk elektroda rod
d. panjang rod (L) untuk semua kemungkinan pemasangan adalah sama
(3.5 meter).
Pada saat terjadi gangguan, arus gangguan yang dialirkan ke tanah akan
menimbulkan perbedaan tegangan pada permukaan tanah yang disebabkan
174
karena adanya tahanan tanah. Jika pada waktu gangguan itu terjadi
seseorang berjalan di atas switch yard sambil memegang atau menyentuh
suatu peralatan yang diketanahkan yang terkena gangguan, maka akan ada
arus mengalir melalui tubuh orang tersebut. Arus listrik tersebut mengalir dari
tangan ke kedua kaki dan terus ke tanah, bila orang tersebut menyentuh
suatu peralatan atau dari kaki yang satu ke kaki yang lain, bila ia berjalan di
switch yard tanpa menyentuh peralatan. Arus ini yang membahayakan orang
dan biasanya disebut arus kejut.Berat ringannya bahaya yang dialami
seseorang tergantung pada besarnya arus listrik yang melalui tubuh,
lamanya arus tersebut mengalir dan frekuensinya.
1. Arus Melalui Tubuh Manusia
Kemampuan tubuh manusia terhadap besarnya arus yang
mengalir di dalamnya terbatas dan lamanya arus yang masih dapat
ditahan sampai yang belum membahayakan sukar ditetapkan.
Berdasarkan hal ini maka batas - batas arus berdasarkan pengaruhnya
terhadap tubuh manusia dijelaskan berikut ini . Bila seseorang
memegang penghantar yang diberi tegangan mulai dari harga nol dan
dinaikkan sedikit demi sedikit, arus listrik yang melalui tubuh orang
tersebut akan memberikan pengaruh. Mula mula akan merangsang
syaraf sehingga akan terasa suatu getaran yang tidak berbahaya bila
dengan arus bolak balik dan akan terasa sedikit panas pada telapak
tangan bila dengan arus searah (arus persepsi) Bila tegangan yang
menyebabkan terjadinya tingkat arus persepsi dinaikkan lagi maka orang
akan merasa sakit dan kalau terus dinaikkan maka otot-otot akan kaku
sehingga orang tersebut tidak berdaya lagi untuk melepaskan konduktor
tersebut.
Apabila arus yang melewati tubuh manusia lebih besar dari arus
yang mempengaruhi otot dapat mengakibatkan orang menjadi pingsan
bahkan sampai mati, hal ini disebabkan arus listrik tersebut
mempengaruhi jantung sehingga jantung berhenti bekerja dan peredaran
darah tidak jalan.Penelitian yang telah dilakukan oleh Dalziel disebutkan
bahwa 99.5 % dari semu orang yang beratnya kurang dari 50 kg masih
dapat menahan arus pada frekuensi 50 Hz atau 60 Hz yang mengalir
175
melalui tubuhnya dan waktu yang ditentukan oleh persamaan sebagai
berikut :
Keterangan :
Ik : besarnya arus yang mengalir melalui tubuh (Ampere)
t : lamanya arus mengalir dalam tubuh atau lama ganguan tanah (detik)
K : konstanta empiris, sehubungan dengan adanya daya kejut yang
dapat ditahan oleh X % dari sekelompok manusia.
Untuk X=99.5 %, 50 kg diperoleh K= 0.0135, maka k = 0.116
Untuk X=99.5 %, 70 kg diperoleh K=0.01246 maka k = 0.157Dengan
menggunakan persamaan (3) akan diperoleh besarnya arus yang masih
dapat ditahan seseorang sebagai berikut :
2. Tahanan Tubuh Manusia
Tahanan tubuh manusia berkisar di antara 500 Ohm sampai
100.000 Ohm tergantung dari tegangan, keadaan kulit pada tempat yang
mengadakan hubungan (kontak) dan jalannya arus dalam tubuh. Kulit
yang terdiri dari lapisan tanduk mempunyai tahanan yang tinggi, tetapi
terhadap tegangan yang tinggi kulit yang menyentuh konduktor langsung
terbakar, sehingga tahanan dari kulit ini tidak berarti apa-apa.Tahanan
tubuh manusia ini yang dapat membatasi arus.Berdasarkan hasil
penyelidikan oleh para ahli maka sebagai pendekatan diambil harga
tahanan tubuh manusia sebesar 1000 Ohm.
3. Karakteristik Tanah
Karakteristik tanah merupakan salah satu faktor yang mutlak
diketahui karena mempunyai kaitan erat dengan perencanaan dan
sistem pentanahan yang akan digunakan. Sesuai dengan tujuan
pentanahan bahwa arus gangguan harus secepatnya terdistribusi secara
merata ke dalam tanah, maka penyelidikan tentang karakteristik tanah
sehubungan dengan pengukuran tahanan dan tahanan jenis tanah
merupakan faktor penting yang sangat mempengaruhi besarnya tahanan
pentanahan.Pada kenyataannya tahanan jenis tanah harganya
bermacam-macam, tergantung pada komposisi tanahnya dan faktor
faktor lain.Untuk memperoleh harga tahanan jenis tanah yang akurat
diperlukan pengukuran secara langsung pada lokasi pembangunan
gardu induk karena struktur tanah yang sesungguhnya tidak
176
sesederhana yang diperkirakan.Pada suatu lokasi tertentu sering
dijumpai beberapa jenis tanah yang mempunyai tahanan jenis yang
berbeda-beda (non uniform). Pada pemasangan sistem pentanahan
dalam suatu lokasi gardu induk, tidak jarang peralatan pentanahan
tersebut ditanam pada dua atau lebih lapisan tanah yang berbeda yang
berarti bahwa tahanan jenis tanah di tempat itu tidak sama. Apabila
lapisan tanah pertama dari sistem pentanahan mempunyai tahanan jenis
sebesar r 1 sedangka lapisan bawahnya dengan tahanan jenisnya
adalah r 2, maka diperoleh faktor refleksi K seperti pada persamaan.
Dari persamaan (6) di atas memungkinkan faktor refleksi K
berharga positif atau negatif. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi tahanan jenis tanah antara lain: Pengaruh temperatur,
pengaruh gradien tegangan, pengaruh besarnya arus, pengaruh
kandungan air dan pengaruh kandungan bahan kimia. Pada sistem
pengetanahan yang tidak mungkin atau tidak perlu untuk ditanam lebih
dalam sehingga mencapai air tanah yang konstan, variasi tahanan jenis
tanah sangat besar. Kadangkala pada penanaman elektroda
memungkinkan kelembaban dan temperatur bervariasi, untuk hal seperti
ini harga tahanan jenis tanah harus diambil dari keadaan yang paling
buruk, yaitu tanah kering dan dingin. Berdasarkan harga inilah dibuat
suatu perencanaan pengetanahan.
Nilai tahanan jenis tanah (r ) sangat tergantung pada tahanan
tanah ( R ) dan jarak antara elektroda-elektroda yang digunakan pada
waktu pengukuran. Pengukuran perlu dilakukan pada beberapa tempat
yang berbeda guna memperoleh niai rata-ratanya. Tahanan jenis rata-
rata dari dua lapis tanah menurut IEEE standar 81 dimodelkan sebagai
berikut :
dimana :
Rhoav : tahanan jenis rata-rata dua lapis tanah (Ohm-m)
r1 : tahanan jenis tanah lapisan pertama (Ohm-m)
a : jarak antara elektroda (meter)
h : ketebalan lapisan tanah bagian pertama (meter)
K : koefesien refleksi
d : diameter elektroda (meter)
177
n : jumlah pengamatan (sampel) tiap lapisan tanah yang diamati
178
timbul di dalam instalasi yang terpasang pada switch yard umumnya
lebih kecil daripada tegangan sentuh tersebut.Pentanahan peralatan
gardu induk mula mula dilakukan dengan menanamkan batang
konduktor tegak lurus permukaan tanah (rod). Penelitian selanjutnya
dengan sistem penanaman elektroda secara horisontal dengan bentuk
kisi-kisi (grid) dan gabungan sistem grid dengan rod.
6. Penentuan Jumlah Batang Pengetanahan
Pada saat arus gangguan mengalir antara batang pengetanahan
dengan tanah, tanah akan menjadi panas akibat i2r .Suhu tanah harus
tetap di bawah 100 0 C untuk menjaga jangan sampai terjadi penguapan
air kandungan dalam tanah dan kenaikan tahanan jenis tanah.
Kerapatan arus yang diizinkan pada permukaan batang pentanahan
dapat dihitung.
Dimana dapat di ketahui :
i : kerapatan arus yang diizinkan (Ampere/cm)
d : diameter batang pengetanahan (mm)
d : panas spesifik rata-rata tanah ( ± 1.75 x 106 watt-detik tiap m2 tiap
0C )
q : kenaikan suhu tanah yang diizinkan ( 0 C )
r : tahanan jenis tanah (Ohm-m)
t : lama waktu gangguan (detik)
Seluruh panjang batang pentanahan yang diperlukan dihitung dari
pembagian arus gangguan ke tanah dengan kerapatan arus yang
diizinkan, sedang jumlah minimum batang pentanahan yang diperlukan
diperoleh dari pembagian panjang total dengan panjang satu batang,
atau dalam bentuk lain dituliskan sebagai berikut :
Dima dimana dapat di rumuskan:
Nmin : jumlah minimum batang pentanahan yang diperlukan
Ig : arus gangguan ke tanah (Ampere)
i : kerapatan arus yang diizinkan (Ampere/cm)
179
Sistim grounding/pentanahan perlu dimiliki pada suatu instalasi.
Dalam pemasangannya, sistim gorunding tersebut terbagi pada
beberapa type tergantung dari kebutuhan dan tingkat keamanan yang
dibutuhkan serta regulasi yang berlaku pada suatu wilayah yang kadang-
kadang menetapkan type jenis pentanahan yang hanya boleh digunakan
pada daerah tersebut oleh pejabat berwenang. Ketika akan mendesain
suatu sistim instalasi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah
menentukan type pentanahan apa yang akan digunakan untuk instalasi
tersebut.Terdapat beberapa type pentanahan yang digunakan
berdasarkan standar IEEE yang menjadi acuan terhadap sistim
pentanahan pada suatu instalasi, sbb :
1. TN-S (Terre Neutral - Separate)
2. TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate) 3. TT (Double
Terre)
4. TN-C (Terre Neutral - Combined)
5. IT (Isolated Terre)
Terre berasal dari bahasa perancis yang berarti pembumian , earth.
TN-S (Terre Neutral - Separate)
Pada sebuah sistem TN-S, bagian netral sumber energi listrik
terhubung dengan bumi pada satu titik saja, sehingga bagian netral pada
sebuah instalasi konsumen terhubung langsung dengan netral sumber
listrik.Type ini cocok pada instalasi yang dekat dengan sumber energi
listrik, seperti pada konsumen besar yang memiliki satu atau lebih HV/LV
transformer untuk kebutuhan sendiri dan instalsai/perlatan nya
berdekatan dengan sumber energi tersebut (transformer).
TN-C-S (Terre Neutral - Combined - Separate)
Sebuah sistem TN-C-S, memiliki saluran netral dari peralatan distribusi
utama (sumber listrik) terhubung dengan bumi dan pembumian pada
jarak tertentu disepanjang saluran netral yang menuju konsumen,
biasanya disebut sebagai Protective Multiple Earthing (PME).Dengan
sistim ini konduktor netral dapat berfungsi untuk mengembalikan arus
gangguan pentanahan yang mungkin timbul disisi konsumen (instlasi)
kembali kesumber listrik.Pada sistim ini, instalasi peralatan pada
180
konsumen tinggal menghubungkan pentanahannya pada terminal
(saluran) yang telah disediakan oleh sumber listrik.
TT (Double Terre)
Pada sistem TT, bagian netral sumber listrik tidak terhubung langsung
dengan pembumian netral pada sisi konsumen (instalasi peralatan).
Pada sistim TT, konsumen harus menyediakan koneksi mereka sendiri
ke bumi, yaitu dengan memasang elektroda bumi yang cocok untuk
instalasi tersebut.
181
Kegiatan Belajar 6 :
1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
a) Menjelaskan prosedur pemeriksaan instalasi proteksi system
tenaga listrik.
b) Melakukan pengujian hasil pemasangan instalasi system tenaga
listrik
c) Menjelaskan alat dan perlengkapan melaksanakan pemeriksaan
dan pengujian hasil pemasangan instalasi proteksi system tenaga
listrik.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Mampu melaksanakan prosedur pemeriksaan dan pengujian hasil
pemasangan instalsai proteksi system tenaga listrik.
3. Uraian Materi
A. POTENSI BAHAYA LISTRIK PADA INSTALASI
182
B. KONDISI YANG DAPAT MENUNJUANG TERJADINYA
KECELAKAAN/ KERUSAKAN/ KEBAKARAN
Kondisi tersebut terjadi antara lain karena hal-hal berikut:
1. Hubung pendek terjadi tanpa pengaman atau dengan pengaman
yang salah
2. Beban lebih tanpa pengaman atau dengan pengaman yang tidak
sesuai.
3. Ledakan, percikan api atau pemanasan lokal yang timbul karena
salah pemilihan dan penggunaan perlengkapan listrik
4. Peralatan tidak memenuhi persyaratan keamanan baik yang
disyaratkan dalam standar maupun dalam PUIL. Pelaksanaan
pemasangan sistem proteksi termasuk di dalamnya sistem
pembumian instalasi yang tidak benar
5. Penggunaan identifikasi warna atau tanda lain yang tidak benar.
6. Kontak pada peralatan pemutus, terminal,sambungan, dan pada
klem buruk kondisinya
7. Hilang kontak atau netral putus yang menimbulkan tegangan tidak
berimbang
8. Keadaan lingkungan instalasi yang buruk
C. SUMBER KECELAKAAN KARENA LISTRIK
Sebab -sebab kemungkinan kecelakaan yang berasal dari peralatan :
1. Peralatan sudah tua.
2. Peralatan yang kondisinya tidak baik.
3. Peralatan yang tidak memenuhi persyaratan keamanan/standar.
4. Sebab - sebab kemungkinan kecelakaan yang berasal bukan dari
peralatan (peralatan memenuhi persyaratan).
5. Kesalahan pengoperasian oleh pemakai instalasi/peralatan listrik.
6. Kesalahan yang dilakukan oleh instalatur, karena salah memasang
peralatan (tidak mengikuti peraturan) atau salah memilih peralatan/
material yang tidak memenuhi persyaratan standar dan persyaratan
PUIL.
7. Kesalahan yang dilakukan oleh pengawas, karena tidak cermat, tidak
disiplin Kesalahan yang dilakukan oleh perancang atau perencana, baik
183
karena salah memilih peralatan maupun karena salah
perhitungan/perencanaan
8. Kesalahan - kesalahan karena kondisi peraturan dan control yang belum
memadai
9.
184
G. SERTIFIKAT LAYAK OPERASI
185
5. Luas penampang minimum penghantar pengaman dankesesuaian
pemasangannya
6. Kontinuitas penghantar pengaman
7. Apakah penghantar pengaman tidak terhubung denganpenghantar
fase?
8. Tanda pengenal penghantar nol dan penghantar pengaman
9. Apakah kotak kontak dan tusuk kontak telah mempunyaipenghantar
pengaman dengan luas penampang yang cukupdan telah terhubung
pada kotak pengamannya?Apakah tegangan nominal sakelar
pengaman (sptb atau spas)cocok dengan tegangan nominal jaringan.
A. Acuan
Pemeriksa instalasi listrik harus mentaati ketentuan dalam PUIL 2000 dan
peraturan-peraturan lain sebagaimana disebut dalam PUIL 2000:
UU No. 1 tahun 1970
186
Peraturan bangunan nasional
Peraturan pemerintah RI tentang pengusahaan kelistrikan
Peraturan pemerintah RI tentang keselamatan kerja
Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang izin usaha
kelistrikan
Peraturan menteri pertambangan dan energi tentang standar nasional
indonesia (SNI)
Peraturan lainnya mengenai kelistrikan dan usaha penunjangnya.
Pada waktu uji coba, semua peranti yang terpasang dan akan digunakan
harus dijalankan, baik secara sendiri-sendiri maupun serempak sesuai
dengan rencana dan tujuan penggunaannya.
187
Hasil pemeriksaan dan pengujian, termasuk hasil uji coba, harus
dilaporkan dalam bentuk berita acara.Jika uji coba menunjukkan ada
kesalahan dalam instalasi, uji cobaitu harus dihentikan dan hanya dapat
diulangi seteh instalasidiperbaiki
E. Pemeliharaan
Karena instalsi mengalami aus, penuaan atau kerusakan yang
akanmengganggu instalasi jika dibiarkan, secara berkala instalasi
harusdiperiksa dan diperbaiki, dan bagian yang aus, rusak ataumengalami
penuaan diganti.
F. Pemeriksaan berkala
188
tersebutharus diperiksa dan diuji secara berkala sesuai ketentuan
mengenaiinstalasi sementara, paling lama tiga bulan sekali sesuai
dengankeadaan dan tempat instalasi.
1. lembaga sertifikasi
Pemeriksa instalasi listrik harus menggunakan tenaga kerja yang
Berkompeten sesuai dengan bidangnya dan bersertifikat yang dikeluarkan
oleh lembaga sertifikasi yang diakreditasi oleh lembaga akreditasi yang
ditetapkan berdasarkan UU.
189
perusahaan pemeriksa.
2. Pemeriksa/ penguji (inspector)
Orang yang diserahi tanggung jawab atas semua pekerjaanpemeriksaan
instalasi listrik harus ahli (memiliki sertifikatkompetensi) dibidang kelistrikan,
memahami peraturan perlistrikan,menguasai pekerjaan memasang instalasi
listrik, dan memiliki izinbekerja dari instansi yang berwenang.Penguji harus
mampu menjaga keselamatan dirinya dan juga oranglain di dekat tempat
pengujian.Sikap dan tindakan pengujian yang harus dilakukan oleh seorang
penguji mencakup diantaranya hal-hal sbb.:
Meyakini bahwa tindakan keselamatan dan pengamanandipatuhi
Mempunyai pemahaman tentang instalasi, bagaimanarancangannya
dan bagaimana pemasangannya.Meyakini bahwa instrumen uji yang
akan digunakanmemenuhi standaryang ditentukan dan masih
mempunyai tanda lulus kalibrasiuntuk menjamin
ketelitiannya.Memeriksa bahwa penghantar uji yang akan dipakai
dalamkeadaan baik perlu diproteksi oleh pengaman lebur.
190
gangguan bumi.
Daftar semua sirkit dan perlengkapan yang mungkin menjadirusak
karena adanya pengujian.
Tanpa informasi yang lengkap ini penguji tidak dapat
memverifikasiapakah instalasi telah memenuhi Regulasi dan
Persyaratan ataubahwa instalasi telah dilaksanakan sesuai rancangan.
K. INSTRUMENT UJI
191
L. PELAKSANAAN PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN INSTALASI
PENGUJIAN
192
Sesudah instalasi dihubungkan dengan suplai:
Meyakini polaritas yang benar
Impedans lingkar gangguan bumi
Bekerjanya GPAS
Bekerjanya semua sakelar, pemutus sirkit dan pemisah
b. Pemeriksaan berkala
193
Sertifikat kontraktor yang menyatakan bahwa instalasi telah selesai
dipasang dengan baik dan telah diperiksa dan atau diuji internal oleh
kontraktor
Tanda pelunasan biaya pemeriksaan dan pengujian
Kontraktor harus menyiapkan petugas untuk mendampingi
penguji KONSUILdan membantu kelancaran pelaksanaan pengujian
instalasi.
194
Gambar situasi tidak jelas dan atautidak dikenal warga setempat.
Instalasi telah tersambung ke jaring PLN oleh instalatur
yangbersangkutan.
Penghuni melarang listrik dimatikan agarbebas tegangan, akibatnya
gagal dilaksanakan pengujian.
Denah setempat tidak sesuai dengan gambar JILDAK,misalnya gambar
untuk 1 lantai, kenyataannya bangunannya2 lantai. Luas bangunan
menurut gambar 6X8 m2, padakenyataannya 8X29 m2.
Gambar instalasi/ bagan satu garis tidak sesuai dengan yangTerpasang
Kesalahan atau penyimpangan teknis yang tergolong
MAYOR,menjadikan instalasi tidak laik operasi:
Hasil ukur tahanan isolasi tidak memenuhi persyaratan PUIL.
Ukuran penghantar saluran utama kurang dari 4 mm2 (Cu)
Penghantar sirkit akhir tanpa penghantar pembumian
Letak kotak kontak tanpa pengaman tutup/putar kurang dari1,25 m
Sistem pembumian, elektroda bumi, penghantar PE tidak
adaPenghantar elektroda bumi lebih kecil dari penghantar saluranutama
untuk saluran utama s/d 35 mm2
penggabungan penghantar netral dengan penghantar pembumian tidak
memakai PHB/ KHBwarna penghantar netral tidak biru mudaWarna
penghantar pembumian tidak loreng hijau-kuning. Adayang hijau-
biriPHB/KHB tidak dilengkapi sakelar utama, kecuali untuk 1(satu) sirkit
dan KHB cabang yang berjarak kurang dari 5 m
Penghantar sirkit cabang tidak dilengkapi pengaman Jumlah titik beban
terpasang tidak sesuai gambar di jildak Polaritas KKB dan atau fitting
lampu dan atau sakelar tidak benar besar pengaman tidak
memperhatikan besar KHA saluran yang diamankan dan tidak
memperhatikan besar beban Penggabungan penghantar dengan jenis
yang berbeda (Cu dan Al) tidak menggunakan alat sambung bimetal
195
Kesalahan atau penyimpangan yang sementara ini dikategorikan
MINOR, sehingga instalasi bisa dianggap laik operasi. Simbol yang
digunakan tidak sesuai PUIL 2000
196
KEGIATAN BELAJAR 7 :
1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
a. Menjelaskan kondisi gangguan system tenaga listrik
b. Mengidentifikasi efek gangguan system tenaga listrik
c. Menjelaskan alat dan perlengkapan yang diguakan untuk memeriksa
kondisi dan efek gangguan system tenaga listrik.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Mampu Memilih alat dan perlengkapan uji hasil pemasangan instalasi
gardu induk sistem tenaga listrik
3. Uraian Materi
Macam-macam Gangguan
197
Beban lebih dapat terjadi pada trafo atau pada saluran karena beban yang
dipasoknya terus meningkat, atau karena adanya maneuver atau perubahan
aliran beban di jaringan setelah adanya gangguan. Beban lebih dapat
mengakibatkan pemanasan yang berlebihan yang selanjutnya panas yang
berlebihan itu dapat mempercepat proses penuaan atau memperpendek
umur peralatan listrik.
Gangguan hubung singkat dapat terjadi antara fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau
antara 1 fasa ke tanah, dan dapat bersifat temporair (non persistant) atau
permanent (persistant). Gangguan yang permanent misalnya hubung singkat
yang terjadi pada kabel, belitan trafo atau belitan generator karena
tembusnya (break downnya) isolasi padat. Gangguan temporair misalnya
akibat flashover karena sambaran petir, pohon, atau tertiup angin.
198
Tegangan lebih transient dapat dibedakan :
199
terpisahnya sistem, yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan yang
lebih luas bahkan runtuh (collapse).
200
2. Mengurangi Akibat Gangguan
Penggunaan relay dan circuit breaker yang cepat dan AVR dengan
response yang cepat pula untuk menghindari atau mengurangi
kemungkinan gangguan instability (lepas sinkron).
201
Peralatan yang disebabkan oleh gangguan yang akan mengakibatkan
terjadinya ketidaknormalan pada sistem daya. Pada dasarnya suatu
gangguan adalah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari
normal.Gangguan dapat merusak atau mempengaruhi sistem daya,
gangguan dapat bersifat sementara atau permanen, gangguan sementara
tidak memerlukan perbaikan untuk beroperasinya sistem tenaga listrik,
misalnya pada keadaan beban lebih. Sedangkan gangguan permanen
mengakibatkan operasi sistem tenaga listrik tidak akan normal kembali
sebelum gangguan diperbaiki/gangguan diisolasi dari sistem. Penyebab
Kerusakan
I. TIPE GANGGUAN
Gangguan dari dalam, diantaranya arus lebih, tegangan lebih dan kenaikan
temperatur.
202
makin lama makin menebal dapat mempengaruhi isolator pada terminal
tersebut, sehingga daya tembus isolasinya makin besar. Dengan
demikian tidak tertutup kemungkinan akan terjadinya hubung singkat
antara fasa dengan body ( ground ).
1. Pengaturan Frekuensi
Daya yang dibangkitkan dalam sistem tenaga listrik harus selalu sama
dengan beban sistem, hal ini diamati melalui frekuensi sistem. Kalau daya
yang dibangkitkan dalam sistem lebih kecil daripada beban sistem maka
frekuensi turun dan sebaliknya apabila daya yang dibangkitkan lebih besar
daripada beban maka frekuensi naik.
2. Pemeliharaan Peralatan
203
3. Biaya Operasi
Biaya Operasi khususnya biaya bahan bakar adalah biaya yang terbesar dari
suatu perusahaan listrik sehingga perlu dipakai teknik-teknik optimisasi untuk
menekan biaya ini
4. Perkembangan Sistem
Gangguan dalam sistem tenaga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat
sepenuhnya dihindarkan. Penyebab gangguan yang paling besar adalah
petir, hal ini sesuai dengan isokeraunic level yang tinggi di tanah air kita.
a. Perencanaan Operasi
204
b. Pelaksanaan dan Pengendalian Operasi
c. Analisa Operasi
Yaitu analisa atas hasil-hasil operasi untuk memberikan umpan balik bagi
perencanaan operasi maupun bagi pelaksanaan dan pengendalian operasi.
Analisa operasi juga diperlukan untuk memberikan saran-saran bagi
pengembangan sistem serta penyempurnaan pemeliharaan instalasi.
Transmisi
Biaya pembangunan saluran transmisi dapat dibagi menjadi tiga hal pokok,
yaitu biaya untuk penghantar, menara, dan peralatan isolasi. Makin tinggi
level tegangan yang digunakan, biaya untuk peralatan isolasi akan semakin
dominan.
205
Level Tegangan Sistem Transmisi
1. Biaya peralatan.
2. Panjang saluran transmisi.
3. Beban yang terhubung dengan saluran transmisi dan perkembangannya.
4. Pertimbangan interkoneksi.
5. Batasan regulasi tegangan dan rugi-rugi transmisi.
500
(kms) 2.849 3.128 3.532 4.068 4.068
kV
150
(kms) 10.475 11.055 11.055 11.121 11.121
kV
206
DariTabel 2.1 Perkembangan Saluran Transmisi Sistem Jawa-Baliterlihat
bahwa panjang saluran transmisi 70 kV terus berkurang. Hal tersebut
disebabkan karena adanya upayauprating menjadi 150 kV guna
meningkatkan keandalan dan perbaikan kualitas pelayanan kekonsumen.
Selain itu, sesuai dengan perencanaan sistem distribusi pada RUPTL 2006-
2015, ke depan tegangan 70 kV akan diimplementasikan sebagai jaringan
distribusi sebagai salah satu langkah menekan susut jaringan distribusi.
Jika penghantar digunakan dalam kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi
yang disyaratkan meski tetap dalam fungsinya, maka nilai KHA yang
dimilikinya harus dikalikan dengan faktor koreksi.
207
Representasi Saluran
208
Gambar 2.2 Rangkaian Ekivalen Saluran Transmisi Jarak Menengah
Untuk pemodelan saluran transmisi yang lebih panjang dari 240 km, untuk
memperoleh ketelitian perhitungan, admitansi shunt tidak dapat dianggap
terpusat. Admitansi shunt harus dinyatakan tersebar merata sepanjang
saluran.
Konstanta ABCD
209
Gambar 2.3 Rangkaian 4 ujung
Untuk transmisi dengan panjang yang sedang (l= 50 sampai 150 mile) dapat
digunakan dua pendekatan, yaitu dengan rangkaian nominal T atau dengan
rangkaian nominal π. Rangkaian transmisi jarak menengah digambarkan
pada Gambar 2.5.
210
Gambar 2.5 Rangkaian pendekatan transmisi menengah
Load Flow
Studi aliran beban (Load Flow) yaitu suatu proses perhitungan nilai
tegangan, arus, daya aktif, daya reaktif, atau faktor daya pada titik-titik dalam
suatu jala-jala listrik. Studi aliran beban penting dalam pengoperasian
211
maupun perencanaan suatu sistem tenaga listrik. Dengan studi aliran
beban, efek-efek interkoneksi antara komponen-komponen sistem tenaga
listrik dapat diamati.
Data yang diperlukan untuk suatu studi aliran beban yaitu data daya dan
tegangan pada bus, serta data impedans seri dan admitans shunt pada
saluran penghubung antara bus.
Data daya pada bus merupakan data daya bersih untuk bus tersebut. Daya
yang diserap oleh suatu beban dari jala-jala diberi notasi negatif, sedangkan
daya yang masuk pada jala-jala diberi notasi positif.
Pada suatu bus, harus ditentukan apakah besar tegangan atau aliran daya
reaktifnya yang akan ditentukan konstant. Umumnya daya reaktif ditentukan
konstant pada bus-bus beban dan tegangan ditentukan konstant pada bus-
bus generator. Pada penyelesaian studi aliran beban dengan software,
dimungkinkan nilai tegangan pada generator ditentukan konstant pada suatu
jangkauan pembangkitan daya reaktif. Jika batas jangkauan tersebut
dilampaui, maka nilai pembangkitan daya reaktif tersebut yang kemudian
menjadi dipertahankan konstant.
Kebutuhan daya aktif dan daya reaktif total pada sistem tidak dapat
ditentukan sebelumnya, karena rugi-rugi pada sistem tidak diketahui
sebelum perhitungan selesai. Oleh karena itu, pada suatu jaring-jaring listrik
yang menjadi objek studi aliran beban, minimal harus memiliki sebuah bus
yang dapat mencukupi berapapun kebutuhan total daya aktif dan reaktif
sistem. Bus tersebut disebut sebagai bus berayun (swing bus). Swing bus
berfungsi untuk mencatu selisih antara daya yang sudah diketahui masuk
pada sistem dengan daya yang diserap sistem, termasuk rugi-ruginya.
Tegangan beserta sudut pada swing bus ditentukan sebelumnya. Masukan
daya aktif dan reaktif swing bus ke sistem ditentukan setelah perhitungan
selesai sebagai penyelesaiannya.
Kesulitan dalam studi aliran beban disebabkan karena perbedaan jenis data
yang harus ditentukan pada suatu bus. Studi aliran beban membutuhkan
212
suatu proses iteratif dengan menetapkan nilai-nilai perkiraan untuk
tegangan-tegangan bus yang tidak diketahui. Perhitungan suatu nilai baru
untuk setiap tegangan bus tersebut dilakukan dengan bantuan nilai-nilai
perkiraan daya aktif, daya reaktif, dan tegangan perkiraan sebelumnya.
Selanjutnya akan diperoleh suatu himpunan baru nilai-nilai tegangan untuk
setiap bus yang akan terus digunakan untuk menghitung himpunan
tegangan-tegangan bus yang baru. Proses perhitungan himpunan
tegangan-tegangan bus ini terus dilakukan sampai mendapatkan suatu nilai
perubahan nilai tegangan setiap bus antara tiap himpunan yang kurang dari
suatu nilai minimum yang telah ditentukan.
Dua metode yang menjadi dasar dalam studi aliran beban adalah metode
Gauss – Seidel dan metode Newton – Raphson.
213
Persamaan di atas memberikan nilai yang telah dikoreksi untuk V2
berdasarkan P2 dan Q2 yang direncanakan untuk bus tersebut. V2* adalah
nilai konjugat perkiraan tegangan sebelumnya untuk bus tersebut atau nilai
konjugat tegangan hasil perhitungan sebelumnya. Ketepatan perhitungan
baru akan didapatkan setelah beberapa kali iterasi. Tegangan tersebut
belum sebagai bentuk penyelesaian untuk V2 karena perhitungan tersebut
masih didasarkan pada nilai-nilai tegangan perkiraan pada bus-bus yang
lain. Setelah didapatkan nilai tegangan yang telah dikoreksi untuk suatu
bus, nilai tegangan tersebut lalu digunakan untuk menghitung tegangan bus
yang lain. Proses tersebut diulangi untuk setiap bus secara berturut-turut
pada seluruh bus jala-jala selain swing bus, sebagai iterasi pertama
perhitungan aliran daya. Iterasi tersebut diulangi sampai didapatkan indeks
ketepatan yang sesuai dengan yang telah ditentukan.
Untuk keseluruhan N buah bus, tegangan yang dihitung pada setiap bus k
dengan Pk dan Qk diketahui, dirumuskan sebagai berikut.
Dengan n ≠ k.
214
iterasi dalam perhitungan dapat dikurangi dengan mengalikan koreksi
tegangan setiap bus pada tiap iterasi dengan faktor percepatan. Selisih
antara tegangan yang baru saja dihitung dan tegangan terdahulu terbaik
pada bus dikalikan dengan faktor percepatan yang sesuai untuk
mendapatkan koreksi yang lebih baik untuk ditambahkan pada nilai yang
terdahulu. Faktor percepatan untuk komponen real dengan komponen
imajiner dapat berbeda. Pemilihan faktor percepatan yang salah dapat
menyebabkan perhitungan tidak konvergen. Pada umumnya faktor
percepatan yang diambil adalah 1,6.
Jika nilai yang diberikan pada suatu bus adalah nilai tegangannya, maka
komponen real dan imajiner tegangan pada bus tersebut pada setiap iterasi
didapatkan dengan menghitung daya reaktif dahulu sebagai berikut.
215
Metode Newton – Raphson
f1(x1,x2) = K1(9)
f2(x1,x2) = K2(10)
Jika persamaan (2.17) dan (2.18) diuraikan dalam deret Taylor, maka akan
menjadi sebagai berikut.
216
Suku menunjukkan bahwa turunan parsial dihitung untuk nilai-nilai
(0)
x1 dan x2(0). Suku-suku lain semacam itu dihitung dengan cara yang
sama. Jika turunan parsial dengan orde lebih dari satu diabaikan, maka
persamaan (2.17) dan persamaan (2.18) dapat ditulis dalam bentuk matrik
sebagai berikut.
(15)
(16)
217
Perhitungan aliran beban dengan metode Newton Raphson dapat dilakukan
dengan menyatakan tegangan-tegangan bus dan admitans-admitans saluran
dalam bentuk polar maupun bentuk siku. Jika dalam bentuk polar, maka
persamaan (2.16) dapat diuraikan dalam komponen real dan imajiner seperti
berikut ini.
didapatkan
(22)
218
Swing bus diabaikan dalam penyelesaian iterasi, karena tegangan dan sudut
tegangan pada swing bus tetap. Nilai konstant P dan Q yang ditetapkan,
sesuai dengan konstanta K dalam persamaan (2.19). Nilai-nilai perkiraan
besar dan sudut tegangan juga sesuai dengan nilai-nilai perkiraan untuk x1
dan x2 dalam persamaan (2.19). Sehingga untuk perhitungan nilai-nilai
perkiraan pada persamaan (2.24) dan persamaan (2.25) adalah sebagai
berikut.
(27)
219
iterasi sebelumnya. Dari persamaan (2.24) diperoleh rumusan sebagai
berikut.
1.1 Kontingensi
Pada keadaan ini, sistem tenaga listrik dituntut tetap dapat memenuhi
kekangan dari sistem transmisi. Adapun kekangan-kekangan untuk sistem
transmisi adalah dari aspek termal, stabilitas, dan tegangan.
Stabilitas
220
berkurang. Tetapi, daya masukan pada generator tersebut tidak berubah,
sehingga kecepatan generator tersebut akan naik. Saat gangguan telah
hilang aliran daya serta daya masukan generator berubah, sehingga pada
akhirnya akan muncul osilasi pada rotasi generator yang berakibat pada
osilasi frekuensi sistem.
Indeks Kontingensi
(30)
(31)
221
Sistem Tenaga Listrik juga merupakan sistem penyediaan tenaga
listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu
dengan lainnya oleh jaringan transmisi dengan pusat beban atau jaringan
distribusi.
222
Kegiatan Belajar 8 :
1. Tujuan
Setelah mempelajari kegiatan pembelajaran ini peserta diklat
diharapkan mampu:
d) Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan pemasangan komponen
utama proteksi sistem tenaga lisrik.
e) Mengidentifikasi prosedur pemasangan komponen bantu instalsi
proteksi system tenaga listrik.
f) Menjelaskan alat dan perlengkapan peralatan yang digunakan dakam
pemasangan komponen utama dan komponen bantu system tenaga
listrik.
2. Indikator Pencapaian Kompetensi
Mampu Memeriksa Hasil Pemasangan Komponen Utama,Komponen
Bantu,& Instalasi Proteksi Sistem Tenaga Listrik
3. Uraian Materi
A. SALURAN TRANSMISI ATAU SISTEM TRANSMISI
223
Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:
- Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu gardu induk ke gardu induk
lainnya.
1. konduktor
• Kawat konduktor untuk saluran transmisi tegangan tinggi ini selalu tanpa
pelindung/isolasi, hanya menggunakan isolasi udara.
- Tembaga (cu)
- Alumunium (Al)
- Baja (steel)
224
- ACSR (Alumunium Conductor Steel-Reinforced) Conductor, Steel-
Reinforced), yaitu kawat penghantar alumunium berinti kawat baja.
2. Isolator.
225
- isolator jenis gantung
• Saluran Kabel bawah laut, ini merupakan saluran listrik yang melewati
medium bawah air (laut) karena transmisi antar pulau yang jaraknya
dipisahkan oleh lautan.
- pengecekan pipa saluran pada transmisi bawah tanah dan bawah laut
226
b. Konstruksi Saluran Transmisi
227
3. Saluran bawah Laut Saluran transmisi listrik yang di bangun di dalam laut.
228
Permintaan ganti rugi tanah untuk tapak tower yang terlalu tinggi tinggi,
Adanya permintaan ganti rugi sepanjang jalur SUTET dan lain sebagainya.
• Jika transmisi ini beroperasi secara parsial, jarak terjauh yang paling efektif
adalah 100 km.
• Jika jarak transmisi lebih dari 100 km maka tegangan jatuh (drop voltaje)
terlalu besar, sehingga tegangan diujung transmisi menjadi rendah.
229
- Pemeriksaan kondisi kabel (apakah ada yang putus atau rusak)
• Untuk Ruang Bebas juga sangat sulit dan pasti timbul protes dari
masyarakat, karena padat bangunan dan banyak gedung-gedung tinggi.
• Kabel yang berisolasi (berbahan) Poly Etheline atau kabel jenis Cross Link
Poly Etheline (XLPE).
• Kabel yang isolasinya berbahan kertas yang diperkuat dengan minyak (oil
paper impregnated).
• Single core dengan penampang 240 mm2 – 300 mm2 tiap core.
• Three core dengan penampang 240 mm2 – 800 mm2 tiap core.
• Pertimbangan fabrikasi.
Kelemahan SKTT:
230
• Pada saat proses pembangunan memerlukan koordinasi dan penanganan
yang kompleks, karena harus melibatkan banyak pihak, misal : pemerintah
kota (Pemkot) sampai dengan jajaran terbawah, PDAM, Telkom, Perum
Gas, Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan lain-lain.
Panjang SKTT pada tiap haspel (cable drum), maksimum 300 meter.
Untuk desain dan pesanan khusus, misalnya untuk kabel laut, bisa dibuat
tanpa sambungan sesuai kebutuhan.
Pada saat ini di Indonesia telah terpasang SKTT bawah laut (Sub Marine
Cable) dengan tegangan operasi 150 KV, yaitu:
• Untuk Jawa – Madura, saat ini sedang dibangun SKTT 150 KV yang
dipasang (diletakkan) di atas Jembatan Suramadu.
231
• Transmisi SUTM digunakan pada jaringan tingkat tiga, yaitu jaringan
distribusi yang menghubungkan dari Gardu Induk, Penyulang (Feeder),
SUTM, Gardu Distribusi, sampai dengan ke Instalasi Pemanfaatan
(Pelanggan/ Konsumen).
Ditinjau dari segi fungsi , transmisi SKTM memiliki fungsi yang sama
dengan transmisi SUTM. Perbedaan mendasar adalah, SKTM ditanam di
dalam tanah.
232
Beberapa hal yang perlu diketahui:
• Pembangunan transmisi SKTM lebih mahal dan lebih rumit, karena harga
kabel yang jauh lebih mahal dibanding penghantar udara dan dalam
pelaksanaan pembangunan harus melibatkan serta berkoordinasi dengan
banyak pihak.
Transmisi SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada
tegangan distribusi di bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan
listrik tegangan rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi
transmisi SUTR saat ini adalah 220/ 380 Volt.
233
• Distribusi pelanggan sepanjang jalur jaringan distribusi.
Ditinjau dari segi fungsi, transmisi SKTR memiliki fungsi yang sama
dengan transmisi SUTR. Perbedaan mendasar adalah SKTR di tanam
didalam di dalam tanah. Jika menggunakan SUTR sebenarnya dari segi
jarak aman/ ruang bebas (ROW) tidak ada masalah, karena SUTR
menggunakan penghantar berisolasi.
234
- Pemeriksaan kondisi menara pada SKTR
3. SISTEM DISTRIBUSI
235
Gambar 8.5 sistem pendistribusian tenaga listrik
236
Gambar 8.6 contoh nyata distribusi listrik
237
b. Macam-macam sistem distribusi
Kegagalan pada pengaman utama atau adanya daerah mati tersebut diatasi
dengan menggunakan pengaman cadangan. Pengaman cadangan
umumnya mempunyai perlambatan waktu untuk memberikan kesempatan
pengaman utama bekerja lebih dahulu. Jika pengaman utama gagal, maka
pengaman cadangan bekerja.
238
c. Pengaman Cadangan Setempat
3. Pengaman Utama
239
Pada pengamanan jenis tertentu, misalnya pengamanan dengan relai arus
lebih, waktu kerjanya justru diperlambat untuk mendapatkan selektivitas
karena terjadi pengamanan yang tumpang-tindih dengan seksi berikutnya.
Relai ini bertugas selain sebagai pengaman utama pada daerahnya dan juga
sekaligus merupakan pengaman cadangan pada seksi berikutnya.
f. Kegagalan catu arus dan atau catu tegangan ke relai. Hal ini dapat
disebabkan kerusakan trafo arus atau trafo tegangannya. Bisa juga
rangkaian catu ke relai dari trafo tersebut terbuka atau terhubung singkat.
g. Kegagalan sistem catu arus searah untuk triping pemutus beban. Hal ini
disebabkan baterai lemah karena kurang perawatan, terbuka, atau
terhubung singkatnya arus searah.
Alat pengaman celah batang (rod gap) merupakan alat pengaman paling
sederhana, yang terdiri dari dua batang logam dengan penampang tertentu.
Batang logam bagian atas diletakkan di puncak isolator jenis pos (post type
insulator) dihubungkan dengan kawat penghantar jaringan distribusi,
240
sedangkan batang logam bagian bawah diletakkan pada bagian dasar
isolator jenis pos yang langsung berhubungan dengan ground. Jarak celah
kedua batang logam tersebut disesuaikan dengan tegangan percikan untuk
suatu bentuk gelombang tegangan tertentu. Pada tabel di bawah ini
memperlihatkan panjang celah yang diizinkan pada suatu tegangan sisitem.
Tabel 12
241
Keuntungan alat pengaman celah batang ini selain bentuknya sederhana,
juga mudah dibuat dan kuat konstruksinya. Sedangkan kelemahan dari celah
batang ini, bila terjadi percikan bunga api akibat tegangan lebih maka bunga
api yang ditimbulkan pada celah akan tetap ada walaupun tegangan lebih
sudah tidak ada lagi. Untuk memadamkan percikan bunga api yang
ditimbulkan, dapat dilakukan dengan memutus jaringan tersebut dengan
menggunakan saklar pemutus udara (air break switch). Saat gelombang
pendek, tegangan gagalnya akan naik lebih tinggi dari pada isolasi yang
akan dilindunginya, sehingga diperlukan celah yang sempit untuk gelombang
yang curam. Untuk lebih jelasnya lihat gambar 86 di atas.
Seperti halnya alat pengaman celah batang, alat pengaman tanduk api
ini diletakkan dikedua ujung isolator gantung (suspension insulator) atau
isolator batang panjang (long rod insulator). Tanduk api dipasang pada ujung
kawat penghantar dan ujung isolator yang berhubungan langsung dengan
ground (tanah) yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga busur api tidak
akan mengenai isolator saat terjadi loncatan api. Jarak antara tanduk atas
dan bawah diatur sekitar 75-85 % dari panjang isolator keseluruhan.
Tegangan loncatan api untuk isolator gandengan dengan tanduk api
ditentukan oleh jarak tanduk tersebut. Untuk jelasnya lihat gambar di bawah
ini.
242
c. Alat Pengaman Celah Sekring (fuse rod gap)
Alat pengaman celah kontrol terdiri dari dua buah celah yang diatur
sedemikian rupa, sehingga karakteristiknya mendekati celah bola ditinjau
dari segi lengkung volt-waktunya yang mempunyai karakteristik lebih baik
dari celah batang. Celah kontrol ini dapat dipakai bersama atau tanpa
sekring; meskipun alat ini dapat dipakai sebagai perlindungan cadangan
atau sekunder, dan dianggap sekelas dengan celah batang.
Alat pengaman ini terbuat dari dua buah batang besi yang masing-
masing diletakkan diatas isolator. Celah yang dibuat oleh kedua batang besi
itu, satu batang dihubungkan langsung dengan kawat penghantar jaringan
sedangkan yang lainnya dihubungkan dengan sebuah resistor yang
langsung terhubung ke ground (tanah). Celah tanduk ini biasanya bekerja
pada saat terjadi tegangan loncatan api pada celahnya. Ketika tegangan
surja mencapai 150 – 200 % dari tegangan nominal jaringan, maka akan
terjadi pelepasan langsung pada celah dan langsung diteruskan ke ground
melalui resistor. Fungsi dari celah tanduk ini untuk pemutus busur api yang
243
terjadi pada saat tegangan lebih. Busur api cenderung naik akibat panas
yang terlalu tinggi, juga disebabkan peristiwa arus loop sebesar mungkin
pada sisi lain membuat tembus rangkaian magnit maksimum. Hanya celah
tanduk sebagai arrester jauh dari memuaskan yang seringkali busur api yang
tak perlu. Pengaman ini tidak cukup karena dapat dibandingkan dari nilai
pelepasan yang rendah resistor. Dan ini tidak selalu menahan secara
dinamis busur api yang mengikuti pelepasan peralihan (transient discharge).
Akibatnya salah satu pada keadaan tetap tanduk ground atau dibinasakan
oleh celah. Oleh sebab itu celah tanduk arrester sekarang hampir tidak
diapakai lagi sebagai alat pengaman petir.
Alat pengaman tabung pelindung ini terdiri dari : (1) tanduk api (arcing horn)
yang dipasang di bawah kawat penghantar, yang terhubung dengan tabung
fiber. (2) Tabung fiber yang terdiri dari elektroda atas yang berhubungan
dengan tanduk api dan elektroda bawah yang berhubungan langsung
dengan tanah (ground). Apabila tegangan petir mengalir ke kawat
penghantar, maka akan terjadi percikan api antara kawat penghantar
dengan tanduk api. Percikan api akan mengalir dari elektroda atas ke
elektroda bawah. Karena panas tabung fiber akan menguap disekitar
dindingnya, sehingga gas yang ditimbulkan akan menyembur ke percikan
apai dan memadamkannya. Alat pengaman tabung pelindung ini digunakan
pada saluran transmisi untuk melindungi isolator dan mengurangi besarnya
tegangan surja yang mengalir pada kawat penghantar. Selain itu digunakan
juga pada gardu induk untuk melindungi peralatan disconnect switches, ril
bus, dan sebagainya.
244
3. Alat Pengaman Lightning Arrester
Lightning arrester adalah suatu alat pengaman yang melindungi jaringan dan
peralatannya terhadap tegangan lebih abnormal yang terjadi karena
sambaran petir (flash over) dan karena surja hubung (switching surge) di
suatu jaringan. Lightning arrester ini memberi kesempatan yang lebih besar
terhadap tegangan lebih abnormal untuk dilewatkan ke tanah sebelum alat
pengaman ini merusak peralatan jaringan seperti tansformator dan isolator.
Oleh karena itu lightning arrester merupakan alat yang peka terhadap
tegangan, maka pemakaiannya harus disesuaikan dengan tegangan sistem.
Arrester petir atau disingkat arrester adalah suatu alat pelindung bagi
peralatan system tenaga listrik terhadap surya petir. Alat pelindung terhadap
gangguan surya ini berfungsi melindungi peralatan system tenaga listrik
dengan cara membatasi surja tegangan lebih yang datang dan
mengalirkannya ketanah.
245
a. Tegangan percikan (sparkover voltage) dan tegangan pelepasannya
(discharge voltage), yaitu tegangan pada terminalnya pada waktu pelepasan,
harus cukup rendah, sehingga dapat mengamankan isolasi peralatan.
Tegangan percikan disebut juga tegangan gagal sela (gap breakdown
voltage) sedangkan tegangan pelepasan disebut juga tegangan sisa
(residual voltage) atau jatuh tegangan (voltage drop)
Dimana
b. Arrester harus mampu memutuskan arus dinamik dan dapat bekerja terus
seperti semula. Batas dari tegangan system di mana arus susulan ini masih
mungkin, disebut tegangan dasar (rated voltage) dari arrester.
246
Pada prinsipnya arrester membentuk jalan yang mudah dilalui oleh petir,
sehingga tidak timbul tegangan lebih yang tinggi pada peralatan. Pada
kondisi normal arrester berlaku sebagai isolasi tetapi bila timbul surja
arrester berlaku sebagai konduktor yang berfungsi melewatkan aliran arus
yang tinggi ke tanah. Setelah arus hilang, arrester harus dengan cepat
kembali menjadi isolator.
Pada dasar arrester terdiri dari dua bagian yaitu : Sela api (spark gap) dan
tahanan kran (valve resistor). Keduanya dihubungkan secara seri. Batas
atas dan bawah dari tegangan percikan ditentukan oleh tegangan system
maksimum dan oleh tingkat isolasi peralatan yang dilindungi. Untuk
penggunaan yang lebih khusus arrester mempunyai satu bahagian lagi yang
disebut dengan Tahanan katup dan system pengaturan atau pembagian
tegangan (grading system).
Bila tegangan lebih habis dan tinggal tegangan normal, tahanannya naik lagi
sehingga arus susulannya dibatasi kira – kira 50 ampere. Arus susulan ini
akhirnya dimatikan oleh sela api pada waktu tegangan sistemnya mencapai
247
titik nol yang pertama sehingga alat ini bertindak sebagai sebuah kran yang
menutup arus, dari sini didapatkan nama tahanan kran.
Pada arrester modern pemadaman arus susulan yang cukup besar (200–
300 A) dilakukan dengan bantuan medan magnet. Dalam hal ini, baik
amplitude maupun lamanya arus susulan dapat dikurangi dan pemadaman
dapat dilakukan sebelum tegangan system mencapai harga nol.
Tegangan dasar (rated voltage) yang dipakai pada lightning arrester adalah
tegangan maksimum sistem, dimana lightning arrester ini harus mempu-nyai
tegangan dasar maksimum tak melebihi tegangan dasar maksimum dari sis-
tem, yang disebut dengan tegangan dasar penuh atau lightning arrester 100
%.
Dalam tabung porselin dari alat pengaman lightning arrester tipe oksida film
ini memiliki 2 ruang, yaitu : (1) ruang celah (gap chamber) dan (2) ruang
butiran oksida timah hitam. Ruang celah terbuat dari porselin annulus yang
berbentuk silinder, yang berisi sebuah pegas, lempengan cakram dan celah
elektroda. Lempengan cakram terdiri dari dua lempeng yang disatukan
(crimped), yang masing memiliki dimeter sebesar 19 cm dan tebal 1,59 cm.
Permukaan lempengan cakram dilapisi dengan film yang diisolasi dengan
vernis. Kekuatan tembus untuk setiap lempeng cakram tersebut terjadi pada
tegangan 300 V. Jumlah unit lempeng cakram ditentukan oleh tegangan
jaringan dan kondisi petir agar dapat menahan tegangan maksimum sistem.
Pada ruang celah ini ditempatkan juga sebuah pegas pada bagian atas dan
celah elektroda (gap electrode) pada bagian bawah. Sedangkan ruang
butiran oksida timah hitam (lead peroxida) berisi dengan butiran-butiran
oksida timah hitam. Dimana panjang ruangan kira-kira 5,1 cm (2 inchi) per
kV dari tegangan dasar. Satu tabung dapat digunakan untuk tegangan diatas
25 kV ketika titik netral diketanahkan dengan induktansi coil. Butiran-butiran
oksida timah hitam mempunyai diameter 2,38 mm dengan kulit berlubang
tipis dari litharge.
248
Ketika tegangan pelepasan (discharge voltage) mengalir ke ruang celah
melalui pegas, maka tegangan pelepasan akan menembus film yang
berlapis vernis diatas lempeng cakram. Apabila tegangan melebihi dari batas
kekuatan lempeng cakram per unit, loncatan busur api akan diteruskan ke
celah elektroda. Dan mengalir langsung ke ruang butiran oksida timah hitam.
Panas yang berkembang akibat busur api menyebabkan oksida timah hitam
berubah menjadi merah. Sehingga busur api akan padam dan energi yang
tersisa akan mengalir ke ground.
Elemen kran (valve) untuk arrester jenis thyrite ini terbuat dari bahan
lempengan keramik yang berkualitas baik, yang bertindak sebahai
penghantar tegangan tinggi surja dan memperli-hatkan tahanan tinggi untuk
tenaga jaringan (line energy). Pada arrester ”thyriet magne-valve”
memperlihatkan arus petir lewat langsung celah by-pass seri ke celah
utama, dan oleh elemen thyrite ke ground. Jika energi jaringan berusaha
mengikuti energi petir, maka energi jaringan dibuat untuk mengalirkan
langsung ke lilitan seri, dan menciptakan medan magnit cukup kuat untuk
memadamkan busur api dari pelepasan arus petir. Pemadaman ini bereaksi
dengan cepat dan mengambil kedudukan kurang lebih setengah gelombang
energi jaringan.
249
Thyrite adalah bahan campuran padat tak organik dari keramik alam, yang
mempunyai resistansi lebih cepat untuk mengurangi.
Alat pengaman arrester jenis katup (valve) ini terdiri dari sebuah celah api
(spark gap) yang dihubungkan secara seri dengan sebuah tahanan non linier
atau tahanan katup (valve resistor). Dimana ujung dari celah api
dihubungkan dengan kawat fasa, sedangkan ujung dari tahanan katup
dihubungkan ke ground (tanah). Untuk lebih jelasnya lihat gambar di bawah
ini.
Saat terjadi tegangan lebih maka pada celah api akan terjadi percikan yang
akan menyebabkan timbulnya bunga api (arc). Api percikan ini akan timbul
terus menerus walaupun tegangan lebihnya sudah tidak ada. Untuk
menghentikan percikan bunga api pada celah api tersebut, maka resistor
non linier akan memadamkan percikan bunga api tersebut. Nilai tahanan non
linier ini akan turun saat tegangan lebih menjadi besar. Tegangan lebih akan
mengaki-batkan penurunan secara drastis nilai tahanan katup, sehingga
tegangan jatuh-nya dibatasi walaupun arusnya besar.
250
Gambar .8.1 Pengaman Arrester Jenis Katup (Valve)
Arrester jenis katup ini terdiri dari sela pecik terbagi atau sela seri yang
terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linier.
Tegangan frekwensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri.
Apabila sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi,
alat tersebut menjadi pengahantar. Sela seri itu tidak dapat memutus arus
susulan. Dalam hal ini dibantu oleh arrester tak linier yang mempunyai
karakteristik tahanan kecil untuk arus besar dan tahanan besar untuk arus
susulan dari frekwensi dasar terlihat pada karakteristik volt amper.
251