Anda di halaman 1dari 98

MATERI KULIAH KIMIA DASAR

DAFTAR ISI

Bab I. Stoikiometri
A. Hukum-Hukum Dasar Ilmu Kimia
B. Massa Atom Dan Massa Rumus
C. Konsep Mol
D. Persamaan Reaksi

Bab II. Hitungan Kimia


Hitungan Kimia

Bab III. Termokimia


A. Reaksi Eksoterm Dan Rekasi Endoterm
B. Perubahan Entalpi
C. Penentuan Perubahan Entalpi dan Hukum Hess
D. Energi-Energi Dan Ikatan Kimia

Bab IV. Sistem Koloid


A. Sistem Dispers Dan Jenis Koloid
B. Sifat-Sifat Koloid
C. Elektroforesis Dan Dialisis
D. Pembuatan Koloid

Bab V. Kecepatan Reaksi


A. Konsentrasi Dan Kecepatan Reaksi
B. Orde Reaksi
C. Teori Tumbukan Dan Keadaan Transisi
D. Tahap Menuju Kecepatan Reaksi
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Reaksi

Bab VI. Kesetimbangan Kimia


A. Keadaan Kesetimbangan
B. Hukum Kesetimbangan
C. Pergeseran Kesetimbangan
D. Pengaruh Katalisator Terhadap Kesetimbangan Dan Hubungan Antara Harga
Kc Dengan Kp
E. Kesetimbangan Disosiasi

Bab VII. Larutan


A. Larutan
B. Konsentrasi Larutan

Bab VIII. Eksponen Hidrogen


A. Pendahuluan
B. Menyatakan pH Larutan Asam
C. Menyatakan pH Larutan Basa
D. Larutan Buffer (penyangga)
E. Hidrolisis
F. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah
G. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Kuat

Bab IX. Teori Asam-Basa Dan Stokiometri Larutan


A. Teori Asam Basa
B. Stokiometri Larutan

Bab X. Zat Radioaktif


A. Keradioaktifan Alam
B. Keradioaktifan Buatan, Rumus Dan Ringkasan

Bab XI. Kimia Lingkungan


Kimia Lingkungan

Bab XII. Kimia Terapan Dan Terpakai


Kimia Terapan Dan Terpakai

Bab XIII. Sifat Koligatif Larutan


A. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit
B. Penurunan Tekanan Uap jenuh Dan Kenaikkan Titik Didih
C. Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik
D. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Bab XIV. Hasil Kali Kelarutan


A. Pengertian Dasar
B. Kelarutan
C. Mengendapkan Elektrolit

Bab XV. Reaksi Redoks Dan Elektrokimia


A. Oksidasi - Reduksi
B. Konsep Bilangan Oksidasi
C. Langkah-Langkah Reaksi Redoks
D. Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks
E. Elektrokimia
F. Sel Volta
G. Potensial Elektroda
H. Korosi
I. Elektrolisis
J. Hukum Faraday.

Bab XVI. Struktur Atom


A. Pengertian Dasar
B. Model Atom
C. Bilangan-Bilangan Kuantum
D. Konfigurasi Elektron

Bab XVII. Sistem Periodik Unsur-Unsur


Sistem Periodik Unsur-Unsur

Bab XVIII. Ikatan Kimia


A. Peranan Elektron Dalam Ikatan Kimia
B. Ikatan ion = Elektrovalen = Heteropolar
C. Ikatan Kovalen = Homopolar
D. Ikatan Kovalen Koordinasi = Semipolar
E. Ikatan Logam, Hidrogen, Van Der Walls
F. Bentuk Molekul

Bab XIX. Hidrokarbon


A. Hidrokarbon termasuk senyawa karbon
B. Kekhasan atom karbon
C. Klasifikasi hidrokarbon
D. Alkana
E. Isomer alkana
F. Tata nama alkana
G. Alkena
H. Alkuna
I. Beberapa hidrokarbon lain

Bab XX. Gas Mulia


Unsur-Unsur Gas Mulia

Bab XXI. Unsur-Unsur Halogen


A. Sifat Halogen
B. Sifat Fisika Dan Sifat Kimia Unsur Halogen
C. Hidrogen, Klor, Brom Dan Iodium

Bab XXII. Unsur-Unsur Alkali


A. Sifat Golongan Unsur Alkali
B. Sifat Fisika Dan Kimia
C. Pembuatan Logam Alkali

Bab XXIII. Unsur-Unsur Alkali Tanah


A. Sifat Golongan Unsur Alkali Tanah
B. Sifat Fisika Dan Kimia Unsur Alkali Tanah
C. Kelarutan Unsur Alkali Tanah
D. Pembuatan Logam Alkali Tanah
E. Kesadahan.

Bab XXIV. Unsur-Unsur Periode Ketiga


Sifat-Sifat Periodik, Fisika Dan Kimia

Bab XXV. Unsur-Unsur Transisi Periode Keempat


A. Pengertian Unsur Transisi
B. Sifat Periodik
C. Sifat Fisika Dan Kimia
D. Sifat Reaksi Dari Senyawa-Senyawa Krom Dan Mangan
E. Unsur-Unsur Transisi Dan Ion Kompleks

Bab XXVI. Gas Hidrogen


A. Sifat Fisika Dan Kimia
B. Pembuatan
BAB I
STOIKIOMETRI

STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan kuantitatif dari
komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

A. HUKUM-HUKUM DASAR ILMU KIMIA

1. HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER


"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".

Contoh:
hidrogen + oksigen hidrogen oksida
(4g) (32g) (36g)

2. HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST


"Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap"

Contoh:
a. Pada senyawa NH3 : massa N : massa H
= 1 Ar . N : 3 Ar . H
= 1 (14) : 3 (1) = 14 : 3
b. Pada senyawa SO3 : massa S : massa 0
= 1 Ar . S : 3 Ar . O
= 1 (32) : 3 (16) = 32 : 48 = 2 : 3

Keuntungan dari hukum Proust:


bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk senyawa
tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.

Contoh:
Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)
Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3
= 12/100 x 50 gram = 6 gram
massa C
Kadar C = massa C / massa CaCO3 x 100%
= 6/50 x 100 % = 12%

3. HUKUM PERBANDINGAN BERGANDA = HUKUM DALTON


"Bila dua buah unsur dapat membentuk dua atau lebih senyawa untuk massa salah satu
unsur yang sama banyaknya maka perbandingan massa unsur kedua akan berbanding
sebagai bilangan bulat dan sederhana".

Contoh:

Bila unsur Nitrogen den oksigen disenyawakan dapat terbentuk,


NO dimana massa N : 0 = 14 : 16 = 7 : 8
NO2 dimana massa N : 0 = 14 : 32 = 7 : 16
Untuk massa Nitrogen yang same banyaknya maka perbandingan massa Oksigen pada
senyawa NO : NO2 = 8 :16 = 1 : 2

4. HUKUM-HUKUM GAS
Untuk gas ideal berlaku persamaan : PV = nRT

dimana:
P = tekanan gas (atmosfir)
V = volume gas (liter)
n = mol gas
R = tetapan gas universal = 0.082 lt.atm/mol Kelvin
T = suhu mutlak (Kelvin)

Perubahan-perubahan dari P, V dan T dari keadaan 1 ke keadaan 2 dengan kondisi-kondisi


tertentu dicerminkan dengan hukum-hukum berikut:

a. HUKUM BOYLE
Hukum ini diturunkan dari persamaan keadaan gas ideal dengan
n1 = n2 dan T1 = T2 ; sehingga diperoleh : P1 V1 = P2 V2

Contoh:
Berapa tekanan dari 0 5 mol O2 dengan volume 10 liter jika pada temperatur tersebut
0.5 mol NH3 mempunyai volume 5 liter den tekanan 2 atmosfir ?

Jawab:
P1 V 1 = P2 V 2
2.5 = P2 . 10  P2 = 1 atmosfir

b. HUKUM GAY-LUSSAC
"Volume gas-gas yang bereaksi den volume gas-gas hasil reaksi bile diukur pada
suhu dan tekanan yang sama, akan berbanding sebagai bilangan bulat den
sederhana".

Jadi untuk: P1 = P2 dan T1 = T2 berlaku : V1 / V2 = n1 / n2

Contoh:
Hitunglah massa dari 10 liter gas nitrogen (N2) jika pada kondisi tersebut 1 liter gas
hidrogen (H2) massanya 0.1 g.
Diketahui: Ar untuk H = 1 dan N = 14

Jawab:

V1/V2 = n1/n2  10/1 = (x/28) / (0.1/2)  x = 14 gram

Jadi massa gas nitrogen = 14 gram.

c. HUKUM BOYLE-GAY LUSSAC


Hukum ini merupakan perluasan hukum terdahulu den diturukan dengan keadaan
harga n = n2 sehingga diperoleh persamaan:
P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2

d. HUKUM AVOGADRO
"Pada suhu dan tekanan yang sama, gas-gas yang volumenya sama mengandung
jumlah mol yang sama. Dari pernyataan ini ditentukan bahwa pada keadaan STP (0o
C 1 atm) 1 mol setiap gas volumenya 22.4 liter volume ini disebut sebagai volume
molar gas.

Contoh:
Berapa volume 8.5 gram amoniak (NH3) pada suhu 27o C dan tekanan 1 atm ?
(Ar: H = 1 ; N = 14)

Jawab:
85 g amoniak = 17 mol = 0.5 mol

Volume amoniak (STP) = 0.5 x 22.4 = 11.2 liter

Berdasarkan persamaan Boyle-Gay Lussac:

P1 . V1 / T1 = P2 . V2 / T2
1 x 112.1 / 273 = 1 x V2 / (273 + 27)  V2 = 12.31 liter

B. MASSA ATOM DAN MASSA RUMUS

1. Massa Atom Relatif (Ar)


merupakan perbandingan antara massa 1 atom dengan 1/12 massa 1 atom karbon 12

2. Massa Molekul Relatif (Mr)


merupakan perbandingan antara massa 1 molekul senyawa dengan 1/12 massa 1 atom karbon
12.
Massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa merupakan penjumlahan dari massa atom unsur-
unsur penyusunnya.

Contoh:

Jika Ar untuk X = 10 dan Y = 50 berapakah Mr senyawa X2Y4 ?

Jawab:

Mr X2Y4 = 2 x Ar . X + 4 x Ar . Y = (2 x 10) + (4 x 50) = 220

C. KONSEP MOL

1 mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-molekulnya
sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.

Jika bilangan Avogadro = L maka :


L = 6.023 x 1023

1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.


1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersehut.

Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat

Contoh:

Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?

Jawab:

Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40

mol NaOH = massa / Mr = 20 / 40 = 0.5 mol

Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L = 0.5 x 6.023 x 1023 = 3.01 x 1023 molekul.

D. PERSAMAAN REAKSI

PERSAMAAN REAKSI MEMPUNYAI SIFAT

1.
Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
2.
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol (khusus yang berwujud gas
perbandingan koefisien juga menyatakan perbandingan volume asalkan suhu den
tekanannya sama)

Contoh: Tentukanlah koefisien reaksi dari

HNO3 (aq) + H2S (g)  NO (g) + S (s) + H2O (l)

Cara yang termudah untuk menentukan koefisien reaksinya adalah dengan memisalkan
koefisiennya masing-masing a, b, c, d dan e sehingga:

a HNO3 + b H2S  c NO + d S + e H2O

Berdasarkan reaksi di atas maka

atom N : a = c (sebelum dan sesudah reaksi)


atom O : 3a = c + e  3a = a + e  e = 2a
atom H : a + 2b = 2e = 2(2a) = 4a  2b = 3a  b = 3/2 a
atom S : b = d = 3/2 a

Maka agar terselesaikan kita ambil sembarang harga misalnya a = 2 berarti: b = d = 3, dan e = 4
sehingga persamaan reaksinya :
2 HNO3 + 3 H2S  2 NO + 3 S + 4 H2O

BAB II
HITUNGAN KIMIA

Hitungan kimia adalah cara-cara perhitungan yang berorientasi pada hukum-hukum dasar ilmu
kimia.

Dalam hal ini akan diberikan bermacam-macam contoh soal hitungan kimia beserta
pembahasanya.

Contoh-contoh soal :

1. Berapa persen kadar kalsium (Ca) dalam kalsium karbonat ? (Ar: C = 12 ; O= 16 ; Ca=40)

Jawab :

1 mol CaCO, mengandung 1 mol Ca + 1 mol C + 3 mol O


Mr CaCO3 = 40 + 12 + 48 = 100
Jadi kadar kalsium dalam CaCO3 = 40/100 x 100% = 40%

2. Sebanyak 5.4 gram logam alumunium (Ar = 27) direaksikan dengan asam klorida encer
berlebih sesuai reaksi :

2 Al (s) + 6 HCl (aq) 2 AlCl3 (aq) + 3 H2 (g)

Berapa gram aluminium klorida dan berapa liter gas hidrogen yang dihasilkan pada kondisi
standar ?

Jawab:

Dari persamaan reaksi dapat dinyatakan


2 mol Al x 2 mol AlCl3  3 mol H2
5.4 gram Al = 5.4/27 = 0.2 mol

Jadi:

AlCl3 yang terbentuk = 0.2 x Mr AlCl3 = 0.2 x 133.5 = 26.7 gram


Volume gas H2 yang dihasilkan (0o C, 1 atm) = 3/2 x 0.2 x 22.4 = 6.72 liter

3. Suatu bijih besi mengandung 80% Fe2O3 (Ar: Fe=56; O=16). Oksida ini direduksi dengan
gas CO sehingga dihasilkan besi.
Berapa ton bijih besi diperlukan untuk membuat 224 ton besi ?
Jawab:

1 mol Fe2O3 mengandung 2 mol Fe


maka : massa Fe2O3 = ( Mr Fe2O3/2 Ar Fe ) x massa Fe = (160/112) x 224 = 320 ton
Jadi bijih besi yang diperlukan = (100 / 80) x 320 ton = 400 ton

4. Untuk menentukan air kristal tembaga sulfat 24.95 gram garam tersebut dipanaskan sampai
semua air kristalnya menguap. Setelah pemanasan massa garam tersebut menjadi 15.95
gram. Berapa banyak air kristal yang terkandung dalam garam tersebut ?

Jawab :

misalkan rumus garamnya adalah CuSO4 . xH2O

CuSO4 . xH2O  CuSO4 + xH2O

24.95 gram CuSO4 . xH2O = 159.5 + 18x mol

15.95 gram CuSO4 = 159.5 mol = 0.1 mol

menurut persamaan reaksi di atas dapat dinyatakan bahwa:


banyaknya mol CuS04 . xH2O = mol CuSO4; sehingga persamaannya

24.95/ (159.5 + 18x) = 0.1  x = 5

Jadi rumus garamnya adalah CuS04 . 5H2O

Rumus Empiris dan Rumus Molekul

Rumus empiris adalah rumus yang paling sederhana dari suatu senyawa.
Rumus ini hanya menyatakan perbandingan jumlah atom-atom yang terdapat dalam molekul.
Rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan apabila diketahui salah satu:
- massa dan Ar masing-masing unsurnya
- % massa dan Ar masing-masing unsurnya
- perbandingan massa dan Ar masing-masing unsurnya

Rumus molekul: bila rumus empirisnya sudah diketahui dan Mr juga diketahui maka rumus
molekulnya dapat ditentukan.

Contoh: Suatu senyawa C den H mengandung 6 gram C dan 1 gram H.


Tentukanlah rumus empiris dan rumus molekul senyawa tersebut bila diketahui Mr
nya = 28 !
Jawab: mol C : mol H = 6/12 : 1/1 = 1/2 : 1 = 1 : 2
Jadi rumus empirisnya: (CH2)n

Bila Mr senyawa tersebut = 28 maka: 12n + 2n = 28  14n = 28  n = 2


Jadi rumus molekulnya : (CH2)2 = C2H4

Contoh: Untuk mengoksidasi 20 ml suatu hidrokarbon (CxHy) dalam keadaan gas diperlukan
oksigen sebanyak 100 ml dan dihasilkan CO2 sebanyak 60 ml. Tentukan rumus
molekul hidrokarbon tersebut !
Jawab: Persamaan reaksi pembakaran hidrokarbon secara umum

CxHy (g) + (x + 1/4 y) O2 (g) x CO2 (g) + 1/2 y H2O (l)
Koefisien reaksi menunjukkan perbandingan mol zat-zat yang terlibat dalam reaksi.
Menurut Gay Lussac gas-gas pada p, t yang sama, jumlah mol berbanding lurus
dengan volumenya

Maka:

mol CxHy : mol O2 : mol CO2 =1 : (x + 1/4y) :x


20 : 100 : 60 =1 : (x + 1/4y) :x
1 :5 :3 =1 : (x + 1/4y) :x

atau:

1 : 3 = 1 : x x = 3
1 : 5 = 1 : (x + 1/4y) y = 8
Jadi rumus hidrokarbon tersebut adalah : C3H8
BAB III
TERMOKIMIA

A. Reaksi Eksoterm Dan Endoterm

1. Reaksi Eksoterm

Pada reaksi eksoterm terjadi perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan atau pada reaksi
tersebut dikeluarkan panas.
Pada reaksi eksoterm harga H = ( - )

Contoh : C(s) + O2(g)  CO2(g) + 393.5 kJ ; H = -393.5 kJ

2. Reaksi Endoterm

Pada reaksi endoterm terjadi perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem atau pada reaksi
tersebut dibutuhkan panas.
Pada reaksi endoterm harga H = ( + )

Contoh : CaCO3(s)  CaO(s) + CO2(g) - 178.5 kJ ; H = +178.5 kJ

B. Perubahan Entalpi

ntalpi = H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp


Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan kimia pada
tekanan tetap.

a. Pemutusan ikatan membutuhkan energi (= endoterm)


Contoh: H2  2H - a kJ ; H= +akJ
b. Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)
Contoh: 2H  H2 + a kJ ; H = -a kJ

Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :

1. Entalpi Pembentakan Standar ( Hf ):


H untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang diukur
pada 298 K dan tekanan 1 atm.

Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g)  H20 (l) ; Hf = -285.85 kJ


2. Entalpi Penguraian:
H dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (=
Kebalikan dari H pembentukan).
Contoh: H2O (l)  H2(g) + 1/2 O2(g) ; H = +285.85 kJ
3. Entalpi Pembakaran Standar ( Hc ):
H untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2 dari udara yang diukur pada 298
K dan tekanan 1 atm.

Contoh: CH4(g) + 2O2(g)  CO2(g) + 2H2O(l) ; Hc = -802 kJ


4. Entalpi Reaksi:
H dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan reaksi
dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat
sederhana.

Contoh: 2Al + 3H2SO4  Al2(SO4)3 + 3H2 ; H = -1468 kJ


5. Entalpi Netralisasi:
H yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau basa.

Contoh: NaOH(aq) + HCl(aq)  NaCl(aq) + H2O(l) ; H = -890.4 kJ/mol


6. Hukum Lavoisier-Laplace
"Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurya =
jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi unsur-unsur
pembentuknya."
Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari
positif menjadi negatif atau sebaliknya

Contoh:
N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g) ; H = - 112 kJ
2NH3(g)  N2(g) + 3H2(g) ; H = + 112 kJ

C. Penentuan Perubahan Entalpi Dan Hukum Hess

PENENTUAN PERUBAHAN ENTALPI

Untuk menentukan perubahan entalpi pada suatu reaksi kimia biasanya digunakan alat seperti
kalorimeter, termometer dan sebagainya yang mungkin lebih sensitif.

Perhitungan : H reaksi =  Hfo produk -  Hfo reaktan

HUKUM HESS

"Jumlah panas yang dibutuhkan atau dilepaskan pada suatu reaksi kimia tidak tergantung pada
jalannya reaksi tetapi ditentukan oleh keadaan awal dan akhir."

Contoh:

C(s) + O2(g)  CO2(g) ; H = x kJ  1 tahap


C(s) + 1/2 02(g)  CO(g) ; H = y kJ
 2 tahap
CO(g) + 1/2 O2(g)  CO2(g) ; H = z kJ
------------------------------------------------------------ +
C(s) + O2(g)  CO2(g) ; H = y + z kJ
Menurut Hukum Hess : x = y + z

D. Energi-Energi Dan Ikatan Kimia

Reaksi kimia merupakan proses pemutusan dan pembentukan ikatan. Proses ini selalu disertai
perubahan energi. Energi yang dibutuhkan untuk memutuskan ikatan kimia, sehingga
membentuk radikal-radikal bebas disebut energi ikatan. Untuk molekul kompleks, energi yang
dibutuhkan untuk memecah molekul itu sehingga membentuk atom-atom bebas disebut energi
atomisasi.

Harga energi atomisasi ini merupakan jumlah energi ikatan atom-atom dalam molekul tersebut.
Untuk molekul kovalen yang terdiri dari dua atom seperti H2, 02, N2 atau HI yang mempunyai
satu ikatan maka energi atomisasi sama dengan energi ikatan Energi atomisasi suatu senyawa
dapat ditentukan dengan cara pertolongan entalpi pembentukan senyawa tersebut. Secara
matematis hal tersebut dapat dijabarkan dengan persamaan :

H reaksi =  energi pemutusan ikatan -  energi pembentukan ikatan


=  energi ikatan di kiri -  energi ikatan di kanan

Contoh:

Diketahui :

energi ikatan

C - H = 414,5 kJ/Mol
C = C = 612,4 kJ/mol
C - C = 346,9 kJ/mol
H - H = 436,8 kJ/mol

Ditanya:

H reaksi = C2H4(g) + H2(g)  C2H6(g)

H reaksi = Jumlah energi pemutusan ikatan - Jumlah energi pembentukan ikatan


= (4(C-H) + (C=C) + (H-H)) - (6(C-H) + (C-C))
= ((C=C) + (H-H)) - (2(C-H) + (C-C))
= (612.4 + 436.8) - (2 x 414.5 + 346.9)
= - 126,7 kJ
BAB IV
SISTEM KOLOID

A. Sistem Dispers Dan Sistem Koloid

SISTEM DISPERS

A. : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih besar


Dispersi kasar dari 100 nm.
(suspensi)
B. : partikel zat yang didispersikan berukuran antara 1 nm -
Dispersi koloid 100 nm.
C. Dispersi molekuler : partikel zat yang didispersikan berukuran lebih kecil dari
(larutan sejati) 1 nm.

Sistem koloid pada hakekatnya terdiri atas dua fase, yaitu fase terdispersi dan medium
pendispersi.
Zat yang didispersikan disebut fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan disebut medium pendispersi.

JENIS KOLOID

Sistem koloid digolongkan berdasarkan pada jenis fase terdispersi dan medium pendispersinya.

- koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.


- koloid yang mengandung fase terdispersi cair disebut emulsi.
- koloid yang mengandung fase terdispersi gas disebut buih.

B. Sifat-Sifat Koloid

Sifat-sifat khas koloid meliputi :

a. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah efek penghamburan cahaya oleh partikel koloid.

b. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak, gerak tidak beraturan dari partikel koloid.
Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena Koloid As2S3 bermuatan negatif karena
permukaannya menyerap ion H+ permukaannya menyerap ion S2-

c. Adsorbsi
Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorbsi (penyerapan) terhadap partikel atau
ion atau senyawa yang lain.
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorbsi (harus dibedakan dari absorbsi yang
artinya penyerapan sampai ke bawah permukaan).
Contoh :
(i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+.
(ii) Koloid As2S3 bermuatan negatit karena permukaannya menyerap ion S2.

d. Koagulasi
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan
atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda
muatan.

e. Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid ini terjadi pada sol yaitu fase terdispersinya padatan dan medium pendispersinya
cairan.

Koloid Liofil: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya


besar terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol kanji, agar-agar, lem, cat
Koloid Liofob: sistem koloid yang affinitas fase terdispersinya
kecil terhadap medium pendispersinya.
Contoh: sol belerang, sol emas.

C. Elektroferisis Dan Dialisis

ELEKTROFERESIS
Elektroferesis adalah peristiwa pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke salah satu
elektroda.
Elektrotoresis dapat digunakan untuk mendeteksi muatan partikel koloid. Jika partikel koloid
berkumpul di elektroda positif berarti koloid bermuatan negatif dan jika partikel koloid
berkumpul di elektroda negatif berarti koloid bermuatan positif.
Prinsip elektroforesis digunakan untuk membersihkan asap dalam suatu industri dengan alat
Cottrell.

DIALISIS
Dialisis adalah proses pemurnian partikel koloid dari muatan-muatan yang menempel pada
permukaannya.
Pada proses dialisis ini digunakan selaput semipermeabel.

D. Pembuatan Koloid

1. Cara Kondensasi

Cara kondensasi termasuk cara kimia.

kondensasi
Prinsip : Partikel Molekular --------------> Partikel Koloid

Reaksi kimia untuk menghasilkan koloid meliputi :

a. Reaksi Redoks
2 H2S(g) + SO2(aq)  3 S(s) + 2 H2O(l)

b. Reaksi Hidrolisis
FeCl3(aq) + 3 H2O(l)  Fe(OH)3(s) + 3 HCl(aq)

c. Reaksi Substitusi
2 H3AsO3(aq) + 3 H2S(g)  As2S3(s) + 6 H2O(l)

d.
Reaksi Penggaraman
Beberapa sol garam yang sukar larut seperti AgCl, AgBr, PbI2, BaSO4 dapat membentuk
partikel koloid dengan pereaksi yang encer.
AgNO3(aq) (encer) + NaCl(aq) (encer)  AgCl(s) + NaNO3(aq) (encer)

2. Cara Dispersi

Prinsip : Partikel Besar ----------------> Partikel Koloid

Cara dispersi dapat dilakukan dengan cara mekanik atau cara kimia:

a. Cara Mekanik
Cara ini dilakukan dari gumpalan partikel yang besar kemudian dihaluskan dengan
cara penggerusan atau penggilingan.

b. Cara Busur Bredig


Cara ini digunakan untak membuat sol-sol logam.

c. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu
endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
- Agar-agar dipeptisasi oleh air ; karet oleh bensin.
- Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S ; endapan Al(OH)3 oleh AlCl3
BAB V
KECEPATAN REAKSI

A. KONSENTRASI DAN KECEPATAN REAKSI

Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah menjadi zat lain
dalam setiap satuan waktu.

Untuk reaksi: aA + bB  mM + nN
maka kecepatan reaksinya adalah:

1 (dA) 1 d(B) 1 d(M) 1 d(N)


V=- ------- = - ------- = + -------- = + ----------
a dt b dt m dt n dt

dimana:

= kecepatan reaksi zat A = pengurangan konsentrasi zat A per satuan


- 1/a . d(A) /dt = rA
wakru.
= kecepatan reaksi zat B = pengurangan konsentrasi zat B per satuan
- 1/b . d(B) /dt = rB
waktu.
= kecepatan reaksi zat M = penambahan konsentrasi zat M per
- 1/m . d(M) /dt = rM
satuan waktu.
= kecepatan reaksi zat N = penambahan konsentrasi zat N per satuan
- 1/n . d(N) /dt = rN
waktu.

Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup besar. Dengan
berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan berkurang pula
kecepatannya.

Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:

V = k(A) x (B) y

dimana:

V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi.

B. Orde Reaksi

Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang mempengaruhi kecepatan
reaksi.
Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi tetapi hanya dapat
ditentukan berdasarkan percobaan.

Suatu reaksi yang diturunkan secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :

v = k (A) (B) 2

persamaan tersebut mengandung pengertian reaksi orde 1 terhadap zat A dan merupakan reaksi
orde 2 terhadap zat B. Secara keselurahan reaksi tersebut adalah reaksi orde 3.

Contoh soal:

Dari reaksi 2NO(g) + Br2(g)  2NOBr(g)

dibuat percobaan dan diperoleh data sebagai berikut:

Kecepatan Reaksi
No. (NO) mol/l (Br2) mol/l
mol / 1 / detik
1. 0.1 0.1 12
2. 0.1 0.2 24
3. 0.1 0.3 36
4. 0.2 0.1 48
5. 0.3 0.1 108

Pertanyaan:

a. Tentukan orde reaksinya !


b. Tentukan harga k (tetapan laju reaksi) !

Jawab:

a. Pertama-tama kita misalkan rumus kecepatan reaksinya adalah V = k(NO)x(Br2)y : jadi kita
harus mencari nilai x den y.
Untuk menentukan nilai x maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap Br2 tidak
berubah, yaitu data (1) dan (4).
Dari data ini terlihat konsentrasi NO naik 2 kali sedangkan kecepatan reaksinya naik 4 kali
maka :

2x = 4  x = 2 (reaksi orde 2 terhadap NO)

Untuk menentukan nilai y maka kita ambil data dimana konsentrasi terhadap NO tidak
berubah yaitu data (1) dan (2). Dari data ini terlihat konsentrasi Br2 naik 2 kali, sedangkan
kecepatan reaksinya naik 2 kali, maka :

2y = 2  y = 1 (reaksi orde 1 terhadap Br2)

Jadi rumus kecepatan reaksinya : V = k(NO)2(Br2) (reaksi orde 3)

b. Untuk menentukan nilai k cukup kita ambil salah satu data percobaan saja misalnya data
(1), maka:

V = k(NO)2(Br2)
12 = k(0.1)2(0.1)

k = 12 x 103 mol-212det-1

C. Teori Tumbukan Dan Teori Keadaan Transisi

Teori tumbukan didasarkan atas teori kinetik gas yang mengamati tentang bagaimana suatu
reaksi kimia dapat terjadi. Menurut teori tersebut kecepatan reaksi antara dua jenis molekul A
dan B sama dengan jumiah tumbukan yang terjadi per satuan waktu antara kedua jenis molekul
tersebut. Jumlah tumbukan yang terjadi persatuan waktu sebanding dengan konsentrasi A dan
konsentrasi B. Jadi makin besar konsentrasi A dan konsentrasi B akan semakin besar pula
jumlah tumbukan yang terjadi.

TEORI TUMBUKAN INI TERNYATA MEMILIKI BEBERAPA KELEMAHAN, ANTARA


LAIN :

- tidak semua tumbukan menghasilkan reaksi sebab ada energi tertentu yang harus dilewati
(disebut energi aktivasi = energi pengaktifan) untak dapat menghasilkan reaksi. Reaksi
hanya akan terjadi bila energi tumbukannya lebih besar atau sama dengan energi
pengaktifan (Ea).

- molekul yang lebih rumit struktur ruangnya menghasilkan tumbukan yang tidak sama
jumlahnya dibandingkan dengan molekul yang sederhana struktur ruangnya.

Teori tumbukan di atas diperbaiki oleh tcori keadaan transisi atau teori laju reaksi absolut.
Dalam teori ini diandaikan bahwa ada suatu keadaan yang harus dilewati oleh molekul-molekul
yang bereaksi dalam tujuannya menuju ke keadaan akhir (produk). Keadaan tersebut
dinamakan keadaan transisi. Mekanisme reaksi keadaan transisi dapat ditulis sebagai berikut:

A + B  T* --> C + D

dimana:

- A dan B adalah molekul-molekul pereaksi


- T* adalah molekul dalam keadaan transisi
- C dan D adalah molekul-molekul hasil reaksi
SECARA DIAGRAM KEADAAN TRANSISI INI DAPAT DINYATAKAN SESUAI KURVA
BERIKUT

Dari diagram terlibat bahwa energi pengaktifan (Ea) merupakan energi keadaan awal sampai
dengan energi keadaan transisi. Hal tersebut berarti bahwa molekul-molekul pereaksi harus
memiliki energi paling sedikit sebesar energi pengaktifan (Ea) agar dapat mencapai keadaan
transisi (T*) dan kemudian menjadi hasil reaksi (C + D).

Catatan :
energi pengaktifan (= energi aktivasi) adalah jumlah energi minimum yang dibutuhkan oleh
molekul-molekul pereaksi agar dapat melangsungkan reaksi.

D. Tahap Menuju Kecepatan Reaksi

Dalam suatu reaksi kimia berlangsungnya suatu reaksi dari keadaan semula (awal) sampai
keadaan akhir diperkirakan melalui beberapa tahap reaksi.

Contoh: 4 HBr(g) + O2(g)  2 H2O(g) + 2 Br2(g)

Dari persamaan reaksi di atas terlihat bahwa tiap 1 molekul O2 bereaksi dengan 4 molekul HBr.
Suatu reaksi baru dapat berlangsung apabila ada tumbukan yang berhasil antara molekul-
molekul yang bereaksi. Tumbukan sekaligus antara 4 molekul HBr dengan 1 molekul O2 kecil
sekali kemungkinannya untuk berhasil. Tumbukan yang mungkin berhasil adalah tumbukan
antara 2 molekul yaitu 1 molekul HBr dengan 1 molekul O2. Hal ini berarti reaksi di atas harus
berlangsung dalam beberapa tahap dan diperkirakan tahap-tahapnya adalah :

Tahap 1: HBr + O2  HOOBr (lambat)


Tahap 2: HBr + HOOBr  2HOBr (cepat)
Tahap 3: (HBr + HOBr  H2O + Br2) x 2 (cepat)
------------------------------------------------------ +
4 HBr + O2 --> 2H2O + 2 Br2

Dari contoh di atas ternyata secara eksperimen kecepatan berlangsungnya reaksi tersebut
ditentukan oleh kecepatan reaksi pembentukan HOOBr yaitu reaksi yang berlangsungnya
paling lambat.
Rangkaian tahap-tahap reaksi dalam suatu reaksi disebut "mekanisme reaksi" dan kecepatan
berlangsungnya reaksi keselurahan ditentukan oleh reaksi yang paling lambat dalam
mekanisme reaksi. Oleh karena itu, tahap ini disebut tahap penentu kecepatan reaksi.

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN REAKSI

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi antara lain konsentrasi, sifat zat yang
bereaksi, suhu dan katalisator.

1. KONSENTRASI

Dari berbagai percobaan menunjukkan bahwa makin besar konsentrasi zat-zat yang bereaksi
makin cepat reaksinya berlangsung. Makin besar konsentrasi makin banyak zat-zat yang
bereaksi sehingga makinbesar kemungkinan terjadinya tumbukan dengan demikian makin
besar pula kemungkinan terjadinya reaksi.

2. SIFAT ZAT YANG BEREAKSI

Sifat mudah sukarnya suatu zat bereaksi akan menentukan kecepatan berlangsungnya reaksi.

Secara umum dinyatakan bahwa:

- Reaksi antara senyawa ion umumnya berlangsung cepat.


Hal ini disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara ion-ion yang muatannya
berlawanan.

Contoh: Ca2+(aq) + CO32+(aq)  CaCO3(s)


Reaksi ini berlangsung dengan cepat.

- Reaksi antara senyawa kovalen umumnya berlangsung lambat.


Hal ini disebabkan karena untuk berlangsungnya reaksi tersebut dibutuhkan energi
untuk memutuskan ikatan-ikatan kovalen yang terdapat dalam molekul zat yang
bereaksi.

Contoh: CH4(g) + Cl2(g)  CH3Cl(g) + HCl(g)


Reaksi ini berjalan lambat reaksinya dapat dipercepat apabila diberi energi misalnya
cahaya matahari.

3. SUHU

Pada umumnya reaksi akan berlangsung lebih cepat bila suhu dinaikkan. Dengan menaikkan
suhu maka energi kinetik molekul-molekul zat yang bereaksi akan bertambah sehingga akan
lebih banyak molekul yang memiliki energi sama atau lebih besar dari Ea. Dengan demikian
lebih banyak molekul yang dapat mencapai keadaan transisi atau dengan kata lain kecepatan
reaksi menjadi lebih besar. Secara matematis hubungan antara nilai tetapan laju reaksi (k)
terhadap suhu dinyatakan oleh formulasi ARRHENIUS:
k = A . e-E/RT

dimana:

k : tetapan laju reaksi


A : tetapan Arrhenius yang harganya khas untuk setiap reaksi
E : energi pengaktifan
R : tetapan gas universal = 0.0821.atm/moloK = 8.314 joule/moloK
T : suhu reaksi (oK)

4. KATALISATOR

Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud memperbesar
kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan
kimiawi yang permanen, dengan kata lain pada akhir reaksi katalis akan dijumpai kembali
dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti sebelum reaksi.

Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan
memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru.
Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung
lebih cepat.
BAB VI
KESETIMBANGAN KIMIA

A. Keadaan Kesetimbangan

Reaksi yang dapat berlangsung dalam dua arah disebut reaksi dapat balik. Apabila dalam suatu
reaksi kimia, kecepatan reaksi ke kanan sama dengan kecepatan reaksi ke kiri maka, reaksi
dikatakan dalam keadaan setimbang. Secara umum reaksi kesetimbangan dapat dinyatakan
sebagai:

A + B  C + D

ADA DUA MACAM SISTEM KESETIMBANGAN, YAITU :

1. Kesetimbangan dalam sistem homogen


a. Kesetimbangan dalam sistem gas-gas
Contoh: 2SO2(g) + O2(g)  2SO3(g)

b. Kesetimbangan dalam sistem larutan-larutan


Contoh: NH4OH(aq)  NH4+(aq) + OH- (aq)

2. Kesetimbangan dalam sistem heterogen


a. Kesetimbangan dalam sistem padat gas
Contoh: CaCO3(s)  CaO(s) + CO2(g)

b. Kesetimbangan sistem padat larutan


Contoh: BaSO4(s)  Ba2+(aq) + SO42- (aq)

c. Kesetimbangan dalam sistem larutan padat gas


Contoh: Ca(HCO3)2(aq)  CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)

B. Hukum Kesetimbangan
Hukum Guldberg dan Dalam keadaan kesetimbangan pada suhu tetap, maka hasil kali
Wange: konsentrasi zat-zat hasil reaksi dibagi dengan hasil kali
konsentrasi pereaksi yang sisa dimana masing-masing konsentrasi
itu dipangkatkan dengan koefisien reaksinya adalah tetap.

Pernyataan tersebut juga dikenal sebagai hukum kesetimbangan.


Untuk reaksi kesetimbangan: a A + b B  c C + d D maka:

Kc = (C)c x (D)d / (A)a x (B)b


Kc adalah konstanta kesetimbangan yang harganya tetap selama suhu tetap.

BEBERAPA HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN

- Jika zat-zat terdapat dalam kesetimbangan berbentuk padat dan gas yang dimasukkan
dalam, persamaan kesetimbangan hanya zat-zat yang berbentuk gas saja sebab
konsentrasi zat padat adalah tetap den nilainya telah terhitung dalam harga Kc itu.

Contoh: C(s) + CO2(g)  2CO(g)


Kc = (CO)2 / (CO2)

- Jika kesetimbangan antara zat padat dan larutan yang dimasukkan dalam perhitungan Kc
hanya konsentrasi zat-zat yang larut saja.

Contoh: Zn(s) + Cu2+(aq)  Zn2+(aq) + Cu(s)


Kc = (Zn2+) / (CO2+)

- Untuk kesetimbangan antara zat-zat dalam larutan jika pelarutnya tergolong salah satu
reaktan atau hasil reaksinya maka konsentrasi dari pelarut itu tidak dimasukkan dalam
perhitungan Kc.

Contoh: CH3COO-(aq) + H2O(l)  CH3COOH(aq) + OH-(aq)


Kc = (CH3COOH) x (OH-) / (CH3COO-)

Contoh soal:

1. Satu mol AB direaksikan dengan satu mol CD menurut persamaan reaksi:

AB(g) + CD(g)  AD(g) + BC(g)

Setelah kesetimbangan tercapai ternyata 3/4 mol senyawa CD berubah menjadi AD dan BC.
Kalau volume ruangan 1 liter, tentukan tetapan kesetimbangan untuk reaksi ini !

Jawab:

Perhatikan reaksi kesetimbangan di atas jika ternyata CD berubah (bereaksi) sebanyak 3/4 mol
maka AB yang bereaksi juga 3/4 mol (karena koefsiennya sama).
Dalam keadaan kesetimbangan:

(AD) = (BC) = 3/4 mol/l


(AB) sisa = (CD) sisa = 1 - 3/4 = 1/4 n mol/l

Kc = [(AD) x (BC)]/[(AB) x (CD)] = [(3/4) x (3/4)]/[(1/4) x (1/4)] = 9

2. Jika tetapan kesetimbangan untuk reaksi:

A(g) + 2B(g)  4C(g)

sama dengan 0.25, maka berapakah besarnya tetapan kesetimbangan bagi reaksi:
2C(g)  1/2A(g) + B(g)
Jawab:

- Untuk reaksi pertama: K1 = (C)4/[(A) x (B)2] = 0.25


- Untuk reaksi kedua : K2 = [(A)1/2 x (B)]/(C)2
- Hubungan antara K1 dan K2 dapat dinyatakan sebagai:
K1 = 1 / (K2)2  K2 = 2

C. Pergeseran Kesetimbangan

Azas Le Chatelier menyatakan: Bila pada sistem kesetimbangan diadakan aksi, maka sistem
akan mengadakan reaksi sedemikian rupa sehingga pengaruh aksi itu menjadi sekecil-kecilnya.

Perubahan dari keadaan kesetimbangan semula ke keadaan kesetimbangan yang baru akibat
adanya aksi atau pengaruh dari luar itu dikenal dengan pergeseran kesetimbangan.

Bagi reaksi:

A + B  C + D

KEMUNGKINAN TERJADINYA PERGESERAN

1. Dari kiri ke kanan, berarti A bereaksi dengan B memhentuk C dan D, sehingga jumlah
mol A dan Bherkurang, sedangkan C dan D bertambah.

2. Dari kanan ke kiri, berarti C dan D bereaksi membentuk A dan B. sehingga jumlah mol
C dan Dherkurang, sedangkan A dan B bertambah.

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENGGESER LETAK KESETIMBANGAN


ADALAH :

a. Perubahan konsentrasi salah satu zat


b. Perubahan volume atau tekanan
c. Perubahan suhu

1. PERUBAHAN KONSENTRASI SALAH SATU ZAT

Apabila dalam sistem kesetimbangan homogen, konsentrasi salah satu zat diperbesar, maka
kesetimbangan akan bergeser ke arah yang berlawanan dari zat tersebut. Sebaliknya, jika
konsentrasi salah satu zat diperkecil, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak zat tersebut.

Contoh: 2SO2(g) + O2(g)  2SO3(g)

- Bila pada sistem kesetimbangan ini ditambahkan gas SO2, maka kesetimbangan akan bergeser
ke kanan.
- Bila pada sistem kesetimbangan ini dikurangi gas O2, maka kesetimbangan akan bergeser ke
kiri.

2. PERUBAHAN VOLUME ATAU TEKANAN


Jika dalam suatu sistem kesetimbangan dilakukan aksi yang menyebabkan perubahan volume
(bersamaan dengan perubahan tekanan), maka dalam sistem akan mengadakan berupa
pergeseran kesetimbangan.

Jika tekanan diperbesar = volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser


ke arah jumlah Koefisien Reaksi Kecil.

Jika tekanan diperkecil = volume diperbesar, kesetimbangan akan bergeser


ke arah jumlah Koefisien reaksi besar.

Pada sistem kesetimbangan dimana jumlah koefisien reaksi sebelah kiri =


jumlah koefisien sebelah kanan, maka perubahan tekanan/volume tidak
menggeser letak kesetimbangan.

Contoh:

N2(g) + 3H2(g)  2NH3(g)

Koefisien reaksi di kanan = 2


Koefisien reaksi di kiri = 4

- Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperbesar (= volume diperkecil), maka


kesetimbangan akan
bergeser ke kanan.
- Bila pada sistem kesetimbangan tekanan diperkecil (= volume diperbesar), maka
kesetimbangan akan
bergeser ke kiri.

C. PERUBAHAN SUHU

Menurut Van't Hoff:

- Bila pada sistem kesetimbangan subu dinaikkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser
ke arah yang membutuhkan kalor (ke arah reaksi endoterm).

- Bila pada sistem kesetimbangan suhu diturunkan, maka kesetimbangan reaksi akan bergeser
ke arah yang membebaskan kalor (ke arah reaksi eksoterm).

Contoh:

2NO(g) + O2(g)  2NO2(g) ; H = -216 kJ

- Jika suhu dinaikkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri.

- Jika suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke kanan.

D. Pengaruh Katalisator Terhadap Kesetimbangan Dan Hubungan Antara Harga Kc


Dan Kp
PENGARUH KATALISATOR TERHADAP KESETIMBANGAN

Fungsi katalisator dalam reaksi kesetimbangan adalah mempercepat tercapainya kesetimbangan


dan tidak merubah letak kesetimbangan (harga tetapan kesetimbangan Kc tetap), hal ini
disebabkan katalisator mempercepat reaksi ke kanan dan ke kiri sama besar.

HUBUNGAN ANTARA HARGA Kc DENGAN Kp

Untuk reaksi umum:

a A(g) + b B(g)  c C(g) + d D(g)

Harga tetapan kesetimbangan:

Kc = [(C)c . (D)d] / [(A)a . (B)b]

Kp = (PCc x PDd) / (PAa x PBb)

dimana: PA, PB, PC dan PD merupakan tekanan parsial masing-masing gas A, B. C dan D.

Secara matematis, hubungan antara Kc dan Kp dapat diturunkan sebagai:

Kp = Kc (RT) n

dimana n adalah selisih (jumlah koefisien gas kanan) dan (jumlah koefisien gas kiri).

Contoh:

Jika diketahui reaksi kesetimbangan:

CO2(g) + C(s)  2CO(g)

Pada suhu 300o C, harga Kp= 16. Hitunglah tekanan parsial CO2, jika tekanan total dalaun
ruang 5 atm!

Jawab:

Misalkan tekanan parsial gas CO = x atm, maka tekanan parsial gas CO2 = (5 - x) atm.

Kp = (PCO)2 / PCO2 = x2 / (5 - x) = 16  x = 4

Jadi tekanan parsial gas CO2 = (5 - 4) = 1 atm

E. Kesetimbangan Disosiasi

Disosiasi adalah penguraian suatu zat menjadi beberapa zat lain yang lebih sederhana.

Derajat disosiasi adalah perbandingan antara jumlah mol yang terurai dengan jumlah mol
mula-mula.
Contoh:

2NH3(g)  N2(g) + 3H2(g)

besarnya nilai derajat disosiasi ():

 = mol NH3 yang terurai / mol NH3 mula-mula

Harga derajat disosiasi terletak antara 0 dan 1, jika:

a = 0 berarti tidak terjadi penguraian


a = 1 berarti terjadi penguraian sempurna
0 <  < 1 berarti disosiasi pada reaksi setimbang (disosiasi sebagian).

Contoh:

Dalam reaksi disosiasi N2O4 berdasarkan persamaan

N2O4(g)  2NO2(g)

banyaknya mol N2O4 dan NO2 pada keadaan setimbang adalah sama.

Pada keadaan ini berapakah harga derajat disosiasinya ?

Jawab:

Misalkan mol N2O4 mula-mula = a mol


mol N2O4 yang terurai = a  mol  mol N2O4 sisa = a (1 - ) mol
mol NO2 yang terbentuk = 2 x mol N2O4 yang terurai = 2 a  mol

Pada keadaan setimbang:

mol N2O4 sisa = mol NO2 yang terbentuk

a(1 - ) = 2a   1 -  = 2    = 1/3
BAB VII
LARUTAN

A. Pendahuluan

LARUTAN adalah campuran homogen dua zat atau lebih yang saling melarutkan dan masing-
masing zat penyusunnya tidak dapat dibedakan lagi secara fisik.

Larutan terdiri atas zat terlarut dan pelarut.


Berdasarkan daya hantar listriknya (daya ionisasinya), larutan dibedakan dalam dua macam,
yaitu larutan elektrolit dan larutan non elektrolit.

Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan arus listrik.

Larutan ini dibedakan atas :

1. ELEKTROLIT KUAT

Larutan elektrolit kuat adalah larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat,
karena zat terlarutnya didalam pelarut (umumnya air), seluruhnya berubah menjadi ion-
ion (alpha = 1).

Yang tergolong elektrolit kuat adalah:

a. Asam-asam kuat, seperti : HCl, HCl03, H2SO4, HNO3 dan lain-lain.


b. Basa-basa kuat, yaitu basa-basa golongan alkali dan alkali tanah, seperti: NaOH,
KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2 dan lain-lain.
c. Garam-garam yang mudah larut, seperti: NaCl, KI, Al2(SO4)3 dan lain-lain

2. ELEKTROLIT LEMAH

Larutan elektrolit lemah adalah larutan yang daya hantar listriknya lemah dengan harga
derajat ionisasi sebesar: O < alpha < 1.

Yang tergolong elektrolit lemah:

a. Asam-asam lemah, seperti : CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S dan lain-lain


b. Basa-basa lemah seperti : NH4OH, Ni(OH)2 dan lain-lain
c. Garam-garam yang sukar larut, seperti : AgCl, CaCrO4, PbI2 dan lain-lain

Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik, karena zat
terlarutnya di dalam pelarut tidak dapat menghasilkan ion-ion (tidak mengion).

Tergolong ke dalam jenis ini misalnya:

- Larutan urea
- Larutan sukrosa
- Larutan glukosa
- Larutan alkohol dan lain-lain

B. Konsentrasi Larutan
Konsentrasi merupakan cara untuk menyatakan hubungan kuantitatif antara zat terlarut dan
pelarut.
Menyatakan konsentrasi larutan ada beberapa macam, di antaranya:

1. FRAKSI MOL

Fraksi mol adalah perbandingan antara jumiah mol suatu komponen dengan jumlah mol
seluruh komponen yang terdapat dalam larutan.

Fraksi mol dilambangkan dengan X.

Contoh:
Suatu larutan terdiri dari 3 mol zat terlarut A den 7 mol zat terlarut B. maka:

XA = nA / (nA + nB) = 3 / (3 + 7) = 0.3

XB = nB /(nA + nB) = 7 / (3 + 7) = 0.7

* XA + XB = 1

2. PERSEN BERAT

Persen berat menyatakan gram berat zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Contoh:
Larutan gula 5% dalam air, artinya: dalam 100 gram larutan terdapat :

- gula = 5/100 x 100 = 5 gram

- air = 100 - 5 = 95 gram

3. MOLALITAS (m)

Molalitas menyatakan mol zat terlarut dalam 1000 gram pelarut.

Contoh:
Hitunglah molalitas 4 gram NaOH (Mr = 40) dalam 500 gram air !

- molalitas NaOH = (4/40) / 500 gram air = (0.1 x 2 mol) / 1000 gram air = 0,2 m

4. MOLARITAS (M)

Molaritas menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan.

Contoh:
Berapakah molaritas 9.8 gram H2SO4 (Mr= 98) dalam 250 ml larutan ?
- molaritas H2SO4 = (9.8/98) mol / 0.25 liter = (0.1 x 4) mol / liter = 0.4 M

5. NORMALITAS (N)

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan.
Untuk asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.
Untuk basa, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-.

Antara Normalitas dan Molaritas terdapat hubungan :

N = M x valensi

BAB VIII
EKSPONEN HIDROGEN

A. Pendahuluan

Besarnya konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman.


Untuk menyatakan derajat keasaman suatu larutan dipakai pengertian pH.

pH = - log [H+]

Untuk air murni (25oC): [H+] = [OH-] = 10-7 mol/l

pH = - log 10-7 = 7

Atas dasar pengertian ini, ditentukan:

- Jika nilai pH = pOH = 7, maka larutan bersifat netral

- Jika nilai pH < 7, maka larutan bersifat asam

- Jika nilai pH > 7, maka larutan bersifat basa

- Pada suhu kamar: pKw = pH + pOH = 14

B. Menyatakan pH Larutan Asam

Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus ditentukan
(dibedakan) antara asam kuat dengan asam lemah.

1. pH Asam Kuat

Bagi asam-asam kuat (  = 1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat dihitung
langsung dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya).
Contoh:

1. Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.01 M HCl !

Jawab:

HCl(aq)  H+(aq) + Cl-(aq)


[H+] = [HCl] = 0.01 = 10-2 M
pH = - log 10-2 = 2

2. Hitunglah pH dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat !

Jawab:

H2SO4(aq)  2 H+(aq) + SO42-(aq)

[H+] = 2[H2SO4] = 2 x 0.1 mol/2.0 liter = 2 x 0.05 = 10-1 M


pH = - log 10-1 = 1

2. pH Asam Lemah

Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya  1 (0 <  < 1) maka
besarnya konsentrasi ion H+ tidak dapat dinyatakan secara langsung dari konsentrasi
asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh adalah
menghitung besarnya [H+] dengan rumus

[H+] = Ca . Ka)

dimana:

Ca = konsentrasi asam lemah


Ka = tetapan ionisasi asam lemah

Contoh:

Hitunglah pH dari 0.025 mol CH3COOH dalam 250 ml larutannya, jika diketahui Ka =
10-5

Jawab:

Ca = 0.025 mol/0.025 liter = 0.1 M = 10-1 M


[H+] = Ca . Ka) = 10-1 . 10-5 = 10-3 M
pH = -log 10-3 = 3

C. Menyatakan pH Larutan Basa

Prinsip penentuan pH suatu larutan basa sama dengan penentuan pH larutam asam, yaitu
dibedakan untuk basa kuat dan basa lemah.

1. pH Basa Kuat
Untuk menentukan pH basa-basa kuat ( = 1), maka terlebih dahulu dihitung nilai
pOH larutan dari konsentrasi basanya.

Contoh:

a. Tentukan pH dari 100 ml larutan KOH 0.1 M !


b. Hitunglah pH dari 500 ml larutan Ca(OH)2 0.01 M !

Jawab:

a. KOH(aq)  K+(aq) + OH-(aq)


[OH-] = [KOH] = 0.1 = 10-1 M
pOH = - log 10-1 = 1
pH = 14 - pOH = 14 - 1 = 13

b. Ca(OH)2(aq)  Ca2+(aq) + 2 OH-(aq)


[OH-1] = 2[Ca(OH)2] = 2 x 0.01 = 2.10-2 M
pOH = - log 2.10-2 = 2 - log 2
pH = 14 - pOH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2

2. pH Basa Lemah

Bagi basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya  1, maka untuk menyatakan
konsentrasi ion OH- digunakan rumus:

[OH-] = Cb . Kb)

dimana:

Cb = konsentrasi basa lemah


Kb = tetapan ionisasi basa lemah

Contoh:

Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH4OH, jika diketahui tetapan ionisasinya =
10-5 !

Jawab:

[OH-] = Cb . Kb) = 10-3 . 10-5 = 10-4 M


pOH = - log 10-4 = 4
pH = 14 - pOH = 14 - 4 = 10

D. Larutan Buffer

Larutan buffer adalah:

a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut.


Contoh:
- CH3COOH dengan CH3COONa
- H3PO4 dengan NaH2PO4
b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut.
Contoh:
- NH4OH dengan NH4Cl

Sifat larutan buffer:


- pH larutan tidak berubah jika diencerkan.
- pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa.

CARA MENGHITUNG LARUTAN BUFFER

1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya
(larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus:

[H+] = Ka. Ca/Cg

pH = pKa + log Ca/Cg

dimana:
Ca = konsentrasi asam lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Ka = tetapan ionisasi asam lemah

Contoh:

Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat dengan 0.1 mol
natrium Asetat dalam 1 1iter larutan !
Ka bagi asam asetat = 10-5

Jawab:

Ca = 0.01 mol/liter = 10-2 M


Cg = 0.10 mol/liter = 10-1 M

pH= pKa + log Cg/Ca = -log 10-5 + log-1/log-2 = 5 + 1 = 6

2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya
(larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus:

[OH-] = Kb . Cb/Cg

pOH = pKb + log Cg/Cb

dimana:
Cb = konsentrasi base lemah
Cg = konsentrasi garamnya
Kb = tetapan ionisasi basa lemah

Contoh:

Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH4OH dengan 0.1 mol
HCl ! (Kb= 10-5)
Jawab:

NH4OH(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l)

mol NH4OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol
mol NH4OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol
mol NH4Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol
Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH4Cl) maka campurannya akan
membentuk
Larutan buffer.

Cb (sisa) = 0.1 mol/liter = 10-1 M


Cg (yang terbentuk) = 0.1 mol/liter = 10-1 M
pOH = pKb + log Cg/Cb = -log 10-5 + log 10-1/10-1 = 5 + log 1 = 5

pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9

E. Hidrolisis

Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa.

ADA EMPAT JENIS GARAM, YAITU :

1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl,
K2SO4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian
nilai pH = 7 (bersifat netral).

2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH4Cl,
AgNO3 dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis
parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam).

3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya
CH3COOK, NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami
hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa).

4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya
CH3COONH4, Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk
jenis garam yang demikian nilai pH-nya tergantung harga Ka den Kb.

F. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah

Karena untuk jenis ini garamnya selalu bersifat asam (pH < 7) digunakan persamaan:

[H+] = Kh . Cg

dimana :

Kh = Kw/Kb

Kh = konstanta hidrolisis
Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:

pH = 1/2 (pKW - pKb - log Cg)

Contoh:

Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.1 M NH4Cl ! (Kb = 10-5)

Jawab:

NH4Cl adalah garam yang bersifat asam, sehingga pH-nya kita hitung secara langsung.

pH = 1/2 (pKw - pKb - log Cg)


= 1/2 (-log 10-14 + log 10-5 - log 10-1)
= 1/2 (14 - 5 + 1)
= 1/2 x 10
= 5

G. Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah

Untuk jenis garam ini larutannya selalu bersifat basa (pH > 7), dan dalam perhitungan
digunakan persamaan:

[OH-] =  Kh . Cg

dimana:

Kh = Kw/Ka

Kh = konstanta hidrolisis

Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan:

pH = 1/2 (pKw + pKa + log


Cg)

Contoh:

Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam asetat ! (Ka =
10-5).

Jawab:

NaOH + CH3COOH  CH3COONa + H2O


- mol NaOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol

- mol CH3COOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol

Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang direaksikan, maka
tidak ada yang tersisa, yang ada hanya mol garam (CH3COONa) yang terbentuk.

- mol CH3COONa = 0.002 mol (lihat reaksi)


- Cg = 0.002 mol/200 ml = 0.002 mol/0.2 liter = 0.01 M = 10-2 M
- Nilai pH-nya akan bersifat basa (karena garamnya terbentuk dari asam lemah dengan
basa kuat), besarnya:

pH = 1/2 (pKw + pKa + log Cg)


= 1/2 (14 + 5 + log 10-2)
= 1/2 (19 - 2)
= 8.5

BAB IX
TEORI ASAM BASA DAN STOKIOMETRI LARUTAN

A. Teori Asam Basa


1. MENURUT ARRHENIUS

Asam ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion H+.

Basa ialah senyawa yang dalam larutannya dapat menghasilkan ion OH-.

Contoh:

1) HCl(aq)  H+(aq) + Cl-(aq)


2) NaOH(aq)  Na+(aq) + OH-(aq)

2. MENURUT BRONSTED-LOWRY

Asam ialah proton donor, sedangkan basa adalah proton akseptor.

Contoh:

1) HAc(aq) + H2O(l)  H3O+(aq) + Ac-(aq)


asam-1 basa-2 asam-2 basa-1

HAc dengan Ac- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.


H3O+ dengan H2O merupakan pasangan asam-basa konyugasi.

2) H2O(l) + NH3(aq)  NH4+(aq) + OH-(aq)


asam-1 basa-2 asam-2 basa-1

H2O dengan OH- merupakan pasangan asam-basa konyugasi.


NH4+ dengan NH3 merupakan pasangan asam-basa konyugasi.

Pada contoh di atas terlihat bahwa air dapat bersifat sebagai asam (proton donor) dan
sebagai basa (proton akseptor). Zat atau ion atau spesi seperti ini bersifat ampiprotik
(amfoter).

B. Stokiometri Larutan
Pada stoikiometri larutan, di antara zat-zat yang terlibat reaksi, sebagian atau seluruhnya
berada dalam bentuk larutan.

1. Stoikiometri dengan Hitungan Kimia Sederhana

Soal-soal yang menyangkut bagian ini dapat diselesaikan dengan cara hitungan kimia
sederhana yang menyangkut hubungan kuantitas antara suatu komponen dengan
komponen lain dalam suatu reaksi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah:


a. menulis persamann reaksi
b. menyetarakan koefisien reaksi
c. memahami bahwa perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol

Karena zat yang terlibat dalam reaksi berada dalam bentuk larutan, maka mol larutan
dapat dinyatakan sebagai:

n=V.M

dimana:

n = jumlah mol
V = volume (liter)
M = molaritas larutan

Contoh:

Hitunglah volume larutan 0.05 M HCl yang diperlukan untuk melarutkan 2.4 gram
logam magnesium (Ar = 24).

Jawab:

Mg(s) + 2HCl(aq)  MgCl2(aq) + H2(g)


24 gram Mg = 2.4/24 = 0.1 mol
mol HCl = 2 x mol Mg = 0.2 mol
volume HCl = n/M = 0.2/0.25 = 0.8 liter

2. Titrasi

Titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan
standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Motode ini banyak dilakukan di
laboratorium. Beberapa jenis titrasi, yaitu:
1. titrasi asam-basa
2. titrasi redoks
3. titrasi pengendapan

Contoh:

1. Untuk menetralkan 50 mL larutan NaOH diperlukan 20 mL larutan 0.25 M HCl.


Tentukan kemolaran larutan NaOH !

Jawab:

NaOH(aq) + HCl(aq)  NaCl(aq) + H2O(l)


mol HCl = 20 x 0.25 = 5 m mol
Berdasarkan koefisien reaksi di atas.
mol NaOH = mol HCl = 5 m mol
M = n/V = 5 m mol/50mL = 0.1 M

2. Sebanyak 0.56 gram kalsium oksida tak murni dilarutkan ke dalam air. Larutan ini
tepat dapat dinetralkan dengan 20 mL larutan 0.30 M HCl.Tentukan kemurnian
kalsium oksida (Ar: O=16; Ca=56)!

Jawab:

CaO(s) + H2O(l)  Ca(OH)2(aq)


Ca(OH)2(aq) + 2 HCl(aq)  CaCl2(aq) + 2 H2O(l)
mol HCl = 20 x 0.30 = 6 m mol
mol Ca(OH)2 = mol CaO = 1/2 x mol HCl = 1/2 x 6 = 3 m mol
massa CaO = 3 x 56 = 168 mg = 0.168 gram
Kadar kemurnian CaO = 0.168/0.56 x 100% = 30%

BAB X
ZAT RADIOAKTIF

A. Keradioaktifan Alam

Definisi : Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari unsur-unsur yang bersifat radiokatif

MACAMNYA

KERADIOAKTIFAN ALAM

- Terjadi secara spontan

238 224 4
Misalnya: 92 U 90 Th + 2 He

1. Jenis peluruhan

a. Radiasi Alfa
- terdiri dari inti 24 He
- merupakan partikel yang massif
- kecepatan 0.1 C
- di udara hanya berjalan beberapa cm sebelum menumbuk
molekul udara

b. Radiasi Beta
- terdiri dari elektron -10 e atau -10 beta
- terjadi karena perubahan neutron 01 n  1
1
p+ -1
0
e
- di udara kering bergerak sejauh 300 cm

c. Radiasi Gamma
- merupakan radiasi elektromagnetik yang berenergi tinggi
- berasal dari inti
- merupakan gejala spontan dari isotop radioaktif

d. Emisi Positron
- terdiri dari partikel yang bermuatan positif dan hampir sama
dengan elektron
- terjadi dari proton yang berubah menjadi neutron 1 1 p  01
0
n+ +1 e

e. Emisi Neutron
- tidak menghasilkan isotop unsur lain

2. Kestabilan inti

- Pada umumnya unsur dengan nomor atom lebih besar dari 83


adalah radioaktif.
- Kestabilan inti dipengaruhi oleh perbandingan antara neutron dan
proton di dalam inti.

* isotop dengan n/p di atas pita kestabilan menjadi stabil dengan


memancarkan partikel beta.
* isotop dengan n/p di bawah pita kestabilan menjadi stabil
dengan menangkap elektron.
* emisi positron terjadi pada inti ringan.
* penangkapan elektron terjadi pada inti berat.

3. Deret keradioaktifan

Deret radioaktif ialah suatu kumpulan unsur-unsur hasil peluruhan suatu radioaktif
yang berakhir dengan terbentuknya unsur yang stabil.

a. Deret Uranium-Radium

238 206
Dimulai dengan 92 U dan berakhir dengan 82 Pb

b. Deret Thorium

232 208
Dimulai oleh peluruhan 90 Th dan berakhir dengan 82 Pb

c. Deret Aktinium

235 207
Dimulai dengan peluruhan 92 U dan berakhir dengan 82 Pb

d. Deret Neptunium

237 209
Dimulai dengan peluruhan 93 Np dan berakhir dengan 83
Bi

B. Keradioaktifan Buatan, Rumus Dan Ringkasan

KERADIOAKTIFAN BUATAN

Perubahan inti yang terjadi karena ditembak oleh partikel.

Prinsip penembakan:

o Jumlah nomor atom sebelum penembakan = jumlah nomor atom setelah


penembakan.
o Jumlah nomor massa sebelum penembakan = jumlah nomor massa setelah
penembakan.
14 4 17 1
Misalnya: 7 N+ 2 He  8 O+ 1 p

RUMUS

k = (2.3/t) log (No/Nt)

k = 0.693/t1/2

t = 3.32 . t1/2 . log No/Nt

k = tetapan laju peluruhan


t = waktu peluruhan
No = jumlah bahan radioaktif mula-mula
Nt = jumlah bahan radioaktif pada saat t
t1/2 = waktu paruh

RINGKASAN

1. Kestabilan inti: umumnya suatu isotop dikatakan tidak stabil bila:


a. n/p > (1-1.6)
b. e > 83

e = elektron
n = neutron
p = proton

2. Peluruhan radioaktif:
a. Nt = No . e-1
b. 2.303 log No/Nt = k . t
c. k . t1/2 = 0.693
d. (1/2)n = Nt/No
t1/2 x n = t

No = jumiah zat radioaktif mula-mula (sebelum meluruh)


Nt = jumiah zat radioaktif sisa (setelah meluruh)
k = tetapan peluruhan
t = waktu peluruhan
t1/2 = waktu paruh
n = faktor peluruhan

Contoh:

1. Suatu unsur radioaktif mempunyai waktu paruh 4 jam. Dari sejumlah No unsur tersebut
setelah 1 hari berapa yang masih tersisa ?

Jawab:

t1/2 = 4 jam ; t= 1 hari = 24 jam


t1/2 x n = t  n = t/t1/2 = 24/4 = 6
(1/2)n = Nt/No  (1/2)6 = Nt/No  Nt = 1/64 No
2. 400 gram suatu zat radioaktif setelah disimpan selama 72 tahun ternyata masih tersisa
sebanyak 6.25 gram. Berapakah waktu paruh unsur radioaktif tersebut ?

Jawab:

No = 400 gram
Nt = 6.25 gram
t = 72 tahun

(1/2)n = Nt/No = 6.25/400 = 1/64 = (1/2)6

n = 6 (n adalah faktor peluruhan)

t = t1/2 x n  t1/2 = t/n = 72/6 = 12 tahun

BAB XI
KIMIA LINGKUNGAN

DEFINISI
Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari pengaruh dari bahan kimia terhadap lingkungan.

KETENTUAN
Kimia lingkungan mempelajari zat-zat kimia yang penggunaannya dapat menguntungkan
dibidang kemajuan teknologi tetapi hasil-hasil sampingannya merugikan, serta cara
pencegahannya.

MACAMNYA
1. Pencemaran udara
2. Pencemaran air
3. Pencemaran tanah

1. Pencemaran udara
a.
Karbon monoksida (CO)
- tidak berwarna dan tidak barbau
- bersifat racun karena dapat berikatan dengan hemoglobin CO
+ Hb  COHb
- kemampuan Hb untuk mengikat CO jauh lebih besar dan O2,
akibatnya darah kurang berfungsi sebagai pengangkut 02
b.
Belerangdioksida (SO2)
- berasal dari: gunung api, industri pulp dengan proses sulfit dan
hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung belerang (S)
- warna gas : coklat
- bersifat racun bagi pernafasan karena dapat mengeringkan
udara
c.
Oksida nitrogen (NO dan NO2)
- pada pembakaran nitrogen, pembakaran bahan industri dan
kendaraan bermotor
- di lingkungan yang lembab, oksida nitrogen dapat membentuk
asam nitrat yang bersifat korosif
d. Senyawa karbon
- dengan adanya penggunaan dari beberapa senyawa karbon di
bidang pertanian, kesehatan dan peternakan, misalnya
kelompok organoklor
- organoklor tersebut: insektisida, fungisida dan herbisida
2. Pencemaran air
a. Menurunnya pH air memperbesar sifat korosi air pada Fe dan dapat mengakibatkan
terganggunya
kehidupan organisme air.
b. Kenaikan suhu air mengakibatkan kelarutan O2 berkurang.
c. Adanya pembusukan zat-zat organik yang mengubah warna, bau dan rasa air.
Syarat air sehat:
- tidak berbau dan berasa
- harga DO tinggi dan BOD rendah
3. Pencemaran tanah
- Adanya bahan-bahan sintetik yang tidak dapat dihancurkan oleh
mikroorganisme seperti plastik.
- Adanya buangan kimia yang dapat merusak tanah.
4. Dampak polusi
JENIS POLUTAN DAMPAK
CO Racun sebab afinitasnya terhadap Hb besar
Peningkatan radiasi ultra violet sebab NO menurunkan kadar O3
NO
(filter ultra violet)
Freon sda
NO2 Racun paru
Minyak Ikan mati sebab BOD naik
Limbah industri Ikan mati sebab BOD naik
Pestisida Racun sebab pestisida adalah organoklor
Pupuk Tumbuhan mati kering sebab terjadi plasmolisis cairan sel

BAB XII
KIMIA TERAPAN DAN TERPAKAI

DEFINISI

Bagian dari ilmu kimia yang mempelajari reaksi-reaksi kimia yang dapat dimanfaatkan
dalam proses industri untuk mengolah bahan asal menjadi bahan jadi atau bahan
setengah jadi.

A. Sabun
1. PENGERTIAN

Garam dari asam lemak dengan KOH/NaOH

2. JENIS

O

Lunak : R  C  OK
O

Keras : R  C  ONa

3. SIFAT

1. Mengandung alkali bebas  kualitas rendah


2. Dalam H2koloid
3. Dalam air sadah  kurang membuih

4. PEMBUATAN

Lemak / Minyak + NaOH / KOH

B. Detergen
1. PENGERTIAN

Garam Natrium dari Asam Sulfonat

2. SIFAT

Fisis
- Ujung non polar : R - O (hidrofob)
- Ujung polar : SO3Na (hidrofil)

Terhadap JASAD RENIK


- Rantai C-nya lurus : Biogradable
- Rantai C-nya bercabang : Unbiogradable

Kimiawi
- Dapat melarutkan lemak
- Tak dipengaruhi kesadahan air

3. PEMBUATAN

ROH + H2SO4  ROSO3H + H2O

ROSO3H + NaOH  ROSO3Na + H2O

C. Bensin
1. KOMPOSISI

- Iso oktan (= 2, 2, 4 - trimetil pentana)


- n heptan (menimbulkan knocking)

2. BILANGAN OKTAN

Kadar iso oktan dalam bensin

3. KOMERSIAL
- Premium  bilangan oktan + 80
- Premix  bilangan oktan + 94

4. SENYAWA ANTI KNOCKING

Tetra etil lead (C2H5)4Pb

5. BENSIN CRACKING

Diperoleh melalui proses pemutusan Hidrokarbon

C12H26 ———————————> C6H14 + C6H12


425 C 25 atm

D. Pupuk

JENIS PUPUK

1. Pupuk Alam
- Kompos
- Pupuk Hijau
- Pupuk Kandang

2. Pupuk Buatan

a. Pupuk Nitrogen
- Za = (NH4)2SO4
- A.S.N = Amonium Sulfat Nitrat
- Urea = CO(NH2)2

b. Pupuk Kalium  N.P.K

c.
Pupuk Pospor
- Enkel Superpospat
- Double Superpospat
- Triple Superpospat

Catatan :

Fungsi Pupuk : Mensuplai kebutuhan akan unsur-unsur tertentu

E. Air

H 2O  merupakan pelarut universal

1.
Menurut Tempatnya
a. Air Tanah
b. Air Permukaan  Sungai
c. Air Hujan
2. Menurut Kandungan Mineral
a. Air Murni
b. Air Tak Murni
- Air Minum
- Air mineral  Air Pelikan dan Air Sadah

F. Kesadahan

Air Sadah  mengandung Ca2+ dan Mg2+

1. Jenis

a. Tetap  bila anionnya SO42- / Cl-


....pelunakannya diberi Na2CO3

b. Sementara  bila anionnya HCO3-


....pengendapannya  Dipanaskan dan Diberi Kapur
2. Dampak

a. Memboroskan

b.Sabun Menimbulkan Baru Ginjal

c.Menimbulkan Kerak Pada Dasar Ketel

G. Zat Tambahan Pada Makanan

Zat-zat makanan yang diperlukan tubuh adalah

- karbohidrat
- lemak
- protein
- vitamin
- mineral
- air

Tetapi, selain zat-zat makanan tersebut di atas, di dalam makanan kita masih terdapat
zat-zat lain yang pada umumnya tidak mempunyai nilai gizi.

Zat-zat ini disebut zat tambahan (additives) pada makanan, yaitu :

1. Zat tambahan untuk membuat makanan menjadi lebih menarik kelihatannya, lebih
sedap bau dan rasanya dan lebih awet bila disimpan.
2. Zat tambahan yang bercampur dengan makanan pada waktu dalam proses
penyediaan/pembuatan bahan makanan.

Zat tambahan im harus aman penggunaannya, yaitu tidak mengganggu kesehatan.

URAIAN BEBERAPA ZAT TAMBAHAN

1. Zat warna: tujuan penambahan ialah membuat makanan lebih menarik.

Ada 2 macam zat warna:


a. Zat Warna Nabati, yaitu yang berasal dari alam/tumbuh-tumbuhan. seperti
warna hijau dari daun suji (daun pandan) dan warna
kuning atau jingga dari kunir (kurkuma).
b. Zat Warna Sintetik, yang umumnya dibuat dari ter batubara
Zat warna ini tidak boleh digunakan untuk makanan,
karena beracun. Penelitian menunjukkan bahwa
beberapa zat warna itu dapat menimbulkan penyakit
kanker.

2. Zat Penyedap (penguat rasa) : Tujuan penambahan ialah agar makanan lebih
sedap rasa dan baunya.

3. Zat Pengawet

Penggunaan gula dan garam sebagai pengawet sudah diketahui orang banyak.
Untuk makanan dalam kaleng umumnya digunakan zat pengawet lain, misalnya
natrium benzoat. nipagin, sendawa dan asam sitrat. Ada kalanya digunakan juga
antibiotik.
Minyak dan lemak jika tidak disimpan baik, lama kelamaan menjadi tengik. Peristiwa
ini terjadi karena asam lemak
yang tidak jenuh dalam bahan ini teroksidasi.
Udara, cahaya dan kerja bakteri adalah penyebabnya. Untuk mencegah proses ini
pada minyak atau lemak ditambahkan zat pengawet yang tergolong "antioksidan".

Contohnya:

- butil hidroksi anisol (BHA)


- butil hidroksi toluena (BHT)

Biasanya antioksidan digunakan bersama dengan asam sitrat atau asam askorbat
(vitamin C) yang fungsinya untuk memperkuat kerja antioksidan itu.
Zat tambahan golongan lainnya yang secara tidak sengaja bercampur dengan
makanan ialah bahan-bahan kimia yang digunakan dalam bidang pertanian dan
peternakan, misalnya senyawa organoklor.
Karena itu kita harus mencuci bersih lebih dahulu sayuran dan buah-buahan yang
akan kita makan untuk mencegah
keracunan oleh bahan kimia itu. Hormon-hormon yang sekarang sering diberikan
kepada hewan potong untuk
mempercepat pertumbuhannya dapat juga merupakan zat pada makanan yang tidak
kita kehendaki.

4. Zat Pemanis

Gula Pasir dan gula jawa adalah pemanis alami yang sering dipakai sehari-hari.
Pemanis sintetis sering digunakan dalam industri minuman seperti limun, sirup dan
lain-lain. Penggunaan pemanis sintetis ini harus dibatasi karena kelebihan pemanis
sintetis dalam minuman atau makanan akan menyebabkan penyakit.

Pemanis sintetis yang aman penggunaannya adalah gula stevita yaitu gula yang
berasal dari daun Stevita rebaudina.

H. Kertas
Bahan baku yang digunakan untuk membuat kertas ialah bahan-bahan yang mengandung
banyak selulosa, seperti bambu, kayu, jerami, merang, dan lain-lain.

Pembuatan kertas dari bahan baku dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Pembuatan pulp
2. Pembuatan kertas dari pulp

Pulp, di samping dapat digunakan untuk membuat kertas, dapat juga digunakan untuk
membuat rayon (rayon adalah selulosa dalam bentuk serat-serat).

Ada 3 macam proses pembuatan pulp, yaitu:

1. Proses mekanis
2. Proses semi-kimia
3. Proses kimia

Pada proses mekanis tidak digunakan bahan-bahan kimia. Bahan baku


digiling dengan mesin sehingga selulosa terpisah dari
zat-zat lain.

Pada proses semi-kimia dilakukan seperti proses mekanis, tetapi dibantu


dengan bahan kimia untuk lebih melunakkan, sehingga
serat-serat selulosa mudah terpisah dan tidak rusak.

Pada proses kimia bahan baku dimasak dengan bahan kimia tertentu
untuk mengllilangkan zat lain yang tidak perlu dari
serat-serat selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh
selulosa yang murni dan tidak rusak.

Ada 2 metoda pembuatan pulp dengan proses kimia, yaitu:

a. Metoda proses basa

Termasuk di sini adalah:


- proses soda
- proses sulfat

b. Metoda proses asam

Yang termasuk proses asam adalah proses sulfit

Proses Basa

Bahan baku yang telah dipotong kecil-kecil dengan mesin pemotong, dimasukkan dalam
sebuah bejana yang disebut "digester."

Dalam larutan tersebut dimasukkan larutan pemasak:

- NaOH 7%, untuk proses soda


- NaOH, Na2S dan Na2CO3 untuk proses sulfat
Pemasakan ini berguna untuk memisahkan selulosa dari zat-zat yang lain.

Reaksi sebenarnya rumit sekali, tetapi secara sederhana dapat ditulis:

Larutan pemasak

Kayu ———————————> pulp (selulosa) + senyawa-senyawa alkohol + senyawa-senyawa


asam + merkaptan + zat-zat pengotor lainnya.

Kemudian campuran yang selesai dimasak tersebut dimasukkan ke dalam mesin pemisah
pulp dan disaring. Pulp kasar dapat digunakan untuk membuat karton dan pulp halus yang
warnanya masih coklat harus dikelantang (diputihkan/dipucatkan). Pemucatan dilakukan
dengan menggunakan Kaporit atau Natrium hipoklorit. Perlu diperhatikan bahwa, bahan-
bahan kimia yang sudah terpakai tidak dibuang, tetapi diolah kembali untuk dipakai lagi.
Hal ini berarti menghemat biaya dan mencegah pencemaran lingkungan

Reaksi kimia yang penting dalam pengolahan kembali sisa larutan tersebut adalah :

Na2SO4 + 2 C ———————————> Na2S + 2 CO2

Na2CO3 + Ca(OH)2 ———————————> 2 NaOH + CaCO3

Proses Asam

Secara garis besar, proses sulfit dilakukan melalui tahap-tahap yang sama dengan proses
basa. tetapi larutan yang digunakan adalah:

SO2, Ca(HSO3)2 dan Mg(HS03)2

Pembuatan Kertas

Pulp yang sudah siap, diolah dengan bahan-bahan penolong seperti perekat damar, kaolin,
talk, gips, kalsium karbonat, tawas aluminium, kertas bekas, zat warna dan lain-lain,
untuk kemudian diproses menjadi kertas, melalui mesin pembentuk lembaran kertas,
mesin pengeras dan mesin pengering.

Catatan:

1. Zat-zat tersebut di atas dipakai dalam jumlah kecil sekali, dan bila berlebihan
berbahaya bagi kesehatan.
2. Ada zat pemanis yang dapat menimbulkan kanker pada hewan-hewan percobaan,
sehingga di beberapa negara dilarang.
3. Umumnya zat-zat tersebut di atas adalah sintetis.

BAB XIII
SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

A. Sifat Koligatif Larutan Non Elektrolit

Sifat koligatif larutan adalah sifat larutan yang tidak tergantung pada macamnya zat
terlarut tetapi semata-mata hanya ditentukan oleh banyaknya zat terlarut (konsentrasi zat
terlarut).

Sifat koligatif meliputi:


1. Penurunan tekanan uap jenuh
2. Kenaikan titik didih
3. Penurunan titik beku
4. Tekanan osmotik

Banyaknya partikel dalam larutan ditentukan oleh konsentrasi larutan dan sifat Larutan itu
sendiri. Jumlah partikel dalam larutan non elektrolit tidak sama dengan jumlah partikel
dalam larutan elektrolit, walaupun konsentrasi keduanya sama. Hal ini dikarenakan
larutan elektrolit terurai menjadi ion-ionnya, sedangkan larutan non elektrolit tidak terurai
menjadi ion-ion. Dengan demikian sifat koligatif larutan dibedakan atas sifat koligatif
larutan non elektrolit dan sifat koligatif larutan elektrolit.

B. Penurunan Tekanan Uap Jenuh Dan Kenaikan Titik Didih

PENURUNAN TEKANAN UAP JENUH

Pada setiap suhu, zat cair selalu mempunyai tekanan tertentu. Tekanan ini adalah tekanan
uap jenuhnya pada suhu tertentu. Penambahan suatu zat ke dalam zat cair menyebabkan
penurunan tekanan uapnya. Hal ini disebabkan karena zat terlarut itu mengurangi bagian
atau fraksi dari pelarut, sehingga kecepatan penguapanberkurang.

Menurut RAOULT:

p = po . XB

dimana:

p = tekanan uap jenuh larutan


po = tekanan uap jenuh pelarut murni
XB = fraksi mol pelarut

Karena XA + XB = 1, maka persamaan di atas dapat diperluas menjadi:

P = Po (1 - XA)

P = Po - Po . XA

Po - P = Po . XA

sehingga:

P = po . XA

dimana:

P = penunman tekanan uap jenuh pelarut


po = tekanan uap pelarut murni
XA = fraksi mol zat terlarut

Contoh:

Hitunglah penurunan tekanan uap jenuh air, bila 45 gram glukosa (Mr = 180) dilarutkan
dalam 90 gram air !
Diketahui tekanan uap jenuh air murni pada 20oC adalah 18 mmHg.
Jawab:

mol glukosa = 45/180 = 0.25 mol

mol air = 90/18 = 5 mol

fraksi mol glukosa = 0.25/(0.25 + 5) = 0.048

Penurunan tekanan uap jenuh air:

P = Po. XA = 18 x 0.048 = 0.864 mmHg

KENAIKAN TITIK DIDIH

Adanya penurunan tekanan uap jenuh mengakibatkan titik didih larutan lebih tinggi dari
titik didih pelarut murni.

Untuk larutan non elektrolit kenaikan titik didih dinyatakan dengan:

Tb = m . Kb

dimana:

Tb = kenaikan titik didih (oC)


m = molalitas larutan
Kb = tetapan kenaikan titik didih molal

Karena : m = (W/Mr) . (1000/p) ; (W menyatakan massa zat terlarut)

Maka kenaikan titik didih larutan dapat dinyatakan sebagai:


Tb = (W/Mr) . (1000/p) . Kb

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik didih larutan dinyatakan
sebagai:

Tb = (100 + Tb)oC

C. Penurunan Titik Beku Dan Tekanan Osmotik

PENURUNAN TITIK BEKU

Untuk penurunan titik beku persamaannya dinyatakan sebagai :

Tf = m . Kf = W/Mr . 1000/p . Kf

dimana:

Tf = penurunan titik beku


m = molalitas larutan
Kf = tetapan penurunan titik beku molal
W = massa zat terlarut
Mr = massa molekul relatif zat terlarut
p = massa pelarut

Apabila pelarutnya air dan tekanan udara 1 atm, maka titik beku larutannya dinyatakan
sebagai:
Tf = (O - Tf)oC

TEKANAN OSMOTIK

Tekanan osmotik adalah tekanan yang diberikan pada larutan yang dapat menghentikan
perpindahan molekul-molekul pelarut ke dalam larutan melalui membran semi permeabel
(proses osmosis).

Menurut VAN'T HOFF tekanan osmotik mengikuti hukum gas ideal:

PV = nRT

Karena tekanan osmotik =  , maka :

= n/V R T = C R T

dimana :
= tekanan osmotik (atmosfir)
C = konsentrasi larutan (mol/liter= M)
R = tetapan gas universal = 0.082 liter.atm/moloK
T = suhu mutlak (oK)

- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih rendah dari yang lain
disebut larutan Hipotonis.
- Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih tinggi dari yang lain
disebut larutan Hipertonis.
- Larutan-larutan yang mempunyai tekanan osmotik sama disebut
Isotonis.

D. Sifat Koligatif Larutan Elektrolit

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa larutan elektrolit di dalam pelarutnya
mempunyai kemampuan untuk mengion. Hal ini mengakibatkan larutan elektrolit
mempunyai jumlah partikel yang lebih banyak daripada larutan non elektrolit pada
konsentrasi yang sama

Contoh:

Larutan 0.5 molal glukosa dibandingkan dengan iarutan 0.5 molal garam dapur.
- Untuk larutan glukosa dalam air jumlah partikel (konsentrasinya) tetap, yaitu 0.5 molal.
- Untuk larutan garam dapur: NaCl(aq) --> Na+ (aq) + Cl- (aq) karena terurai menjadi 2
ion, maka konsentrasi partikelnya menjadi 2 kali semula = 1.0 molal.

Yang menjadi ukuran langsung dari keadaan (kemampuannya) untuk mengion adalah
derajat ionisasi.
Besarnya derajat ionisasi ini dinyatakan sebagai:

= jumlah mol zat yang terionisasi/jumlah mol zat mula-mula


Untuk larutan elektrolit kuat, harga derajat ionisasinya mendekati 1, sedangkan untuk
elektrolit lemah, harganya berada di antara 0 dan 1 (0 <  < 1).

Atas dasar kemampuan ini, maka larutan elektrolit mempunyai pengembangan di dalam
perumusan sifat koligatifnya.

1. Untuk Kenaikan Titik Didih dinyatakan sebagai:

Tb = m . Kb [1 + (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kb [1+ (n-1)]

n menyatakan jumlah ion dari larutan elektrolitnya.

2. Untuk Penurunan Titik Beku dinyatakan sebagai:

Tf = m . Kf [1 + (n-1)] = W/Mr . 1000/p . Kf [1+ (n-1)]

3. Untuk Tekanan Osmotik dinyatakan sebagai:


= C R T [1+ (n-1)]

Contoh:

Hitunglah kenaikan titik didih dan penurunan titik beku dari larutan 5.85 gram garam
dapur (Mr = 58.5) dalam 250 gram air ! (bagi air, Kb= 0.52 dan Kf= 1.86)

Jawab:

Larutan garam dapur, NaCl(aq) --> NaF+ (aq) + Cl- (aq)


Jumlah ion = n = 2.

Tb = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.52 [1+1(2-1)] = 0.208 x 2 = 0.416 oC

Tf = 5.85/58.5 x 1000/250 x 0.86 [1+1(2-1)] = 0.744 x 2 = 1.488 oC

Catatan:
Jika di dalam soal tidak diberi keterangan mengenai harga derajat ionisasi, tetapi kita
mengetahui bahwa larutannya tergolong elektrolit kuat, maka harga derajat ionisasinya
dianggap 1.

BAB XIV
HASIL KALI KELARUTAN
A. Pengertian Dasar

Bila sejumlah garam AB yang sukar larut dimasukkan ke dalam air maka akan terjadi beberapa
kemungkinan:
- Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi masih dapat
larut larutan tak jenuh.
- Garam AB larut semua lalu jika ditambah garam AB lagi tidak dapat
larut larutan jenuh.
- Garam AB larut sebagian larutan kelewat jenuh.
Ksp = HKK = hasil perkalian [kation] dengan [anion] dari larutan jenuh suatu elektrolit yang
sukar larut menurut kesetimbangan heterogen.

Kelarutan suatu elektrolit ialah banyaknya mol elektrolit yang sanggup melarut dalam tiap liter
larutannya.

Contoh:

AgCl(s) Ag+(aq) + Cl-(aq)

K = [Ag+] [Cl-] / [AgCl]

K . [AgCl] = [Ag+][Cl-]

KspAgCl = [Ag+] [Cl-]

Bila Ksp AgCl = 10-10 , maka berarti larutan jenuh AgCl dalam air pada suhu 25 oC, Mempunyai
nilai [Ag+] [Cl-] = 10-10

B. Kelarutan

1. Kelarutan zat AB dalam pelarut murni (air).

AnB(s) nA+(aq) + Bn-(aq)


s n.s s

Ksp AnB = (n.s)n.s = nn.sn+1 s = n+i Ksp AnB/nn

dimana: s = sulobility = kelarutan

Kelarutan tergantung pada:


- suhu
- pH larutan
- ada tidaknya ion sejenis

2. Kelarutan zat AB dalam larutan yang mengandung ion sejenis


AB(s)  A+ (aq) + B- (aq)
s  n.s s

Larutan AX :
AX(aq)  A+(aq) + X-(aq)
b  b b

maka dari kedua persamaan reaksi di atas:

[A+] = s + b = b, karena nilai s cukup kecil bila dibandingkan terhadap nilai b sehingga dapat
diabaikan.
[B-1] = s
Jadi : Ksp AB = b . s
Contoh:
Bila diketahui Ksp AgCl = 10-10 ,berapa mol kelarutan (s) maksimum AgCl dalam 1 liter larutan
0.1 M NaCl ?
Jawab:

AgCl(s)  Ag+(aq) + Cl-(aq)


s  s s

NaCl(aq)  Na+(aq) + Cl-(aq)

Ksp AgCl = [Ag+] [Cl-] = s . 10-1

Maka s = 10-10/10-1 = 10-9 mol/liter

Dari contoh di atas. kita dapat menarik kesimpulan bahwa makin besar konsentrasi ion sojenis
maka makin kecil kelarutan elektrolitnya.

a. Pembentukan garam-garam

Contoh: kelarutan CaCO3(s) pada air yang berisi CO2 > daripada dalam air.

CaCO3(s) + H2O(l) + CO2(g)  Ca(HCO3)2(aq)


larut
b. Reaksi antara basa amfoter dengan basa kuat

Contoh: kelarutan Al(OH)3 dalam KOH > daripada kelarutan Al(OH)3 dalam air.

Al(OH)3(s) + KOH(aq)  KAlO2(aq) + 2 H2O(l)


larut
c. Pembentukan senyawa kompleks

Contoh: kelarutan AgCl(s) dalam NH4OH > daripada AgCl dalam air.

AgCl(s) + NH4OH(aq)  Ag(NH3)2Cl(aq) + H2O(l)


larut

C. Mengendapkan Elektrolit

Untuk suatu garam AB yang sukar larut berlaku ketentuan, jika:

- [A+] x [B-] < Ksp  larutan tak jenuh; tidak terjadi pengendapan
- [A+] x [B-] = Ksp  larutan tepat jenuh; larutan tepat mengendap
- [A+] x [B-] > Ksp  larutan kelewat jenuh; di sini terjadi pengendapan zat

Contoh:

Apakah terjadi pengendapan CaCO3. jika ke dalam 1 liter 0.05 M Na2CO3 ditambahkan 1 liter
0.02 M CaCl2, dan diketahui harga Ksp untuk CaCO3 adalah 10-6.

Jawab:

Na2CO3(aq)  2 Na+(aq) + CO3- (aq)

[CO32-] = 1 . 0.05 / 1+1 = 0.025 M = 2.5 x 10-2 M


CaCl2(aq)  Ca2+(aq) + 2Cl-(aq)

[Ca2+] = 1 . 0.02 / 1+1 = 0.01 = 10-2 M

maka : [Ca2+] x [CO32-] = 2.5 x 10-2 x 10-2 = 2.5 x 10-4

karena : [Ca2+] x [CO32-] > Ksp CaCO3, maka akan terjadi endapan CaCO3

BAB XV
REAKSI REDOKS DAN ELEKTROKIMIA
A. Oksidasi - Reduksi

OKSIDASI REDUKSI

Oksidasi
Reaksi antara suatu zat dengan oksigen
Klasik
Reduksi Reaksi antara suatu zat dengan hidrogen

Oksidasi - Kenaikan Bilangan Oksidasi


- Pelepasan Elektron
- Penurunan Bilangan Oksidasi
Reduksi
- Penangkapan Elektron

- Mengalami Reduksi
- Mengalami Penurunan Bilangan Oksidasi
Oksidator
- Memapu mengoksidasi
- Dapat menangkap elektron
Modern
- Mengalami oksidasi
- Mengalami kenaikan Bilangan Oksidasi
Reduktor
- Mampu mereduksi
- Dapat memberikan elektron

- Reaksi redoks di mana sebuah zat mengalami


Auto Redoks
reduksi sekaligus oksidasi
B. Konsep Bilangan Oksidasi

Pengertian Bilangan Oksidasi :


Muatan listrik yang seakan-akan dimiliki oleh unsur dalam suatu senyawa atau ion.

HARGA BILANGAN OKSIDASI


1. Unsur bebas Bialngan Oksidasi = 0

2. Oksigen
Dalam Senyawa Bilangan Oksidasi = -2
kecuali
a. Dalam peroksida, Bilangan Oksidasi = -1
b. Dalam superoksida, Bilangan Oksida = -1/2
c. Dalam OF2, Bilangan Oksidasi = +2

3. Hidrogen
Dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +1
Kecuali dalam hibrida = -1

4. Unsur-unsur Golongan IA
Dalam Senyawa, Bilangan Oksidasi = +2

5. Unsur-unsur Golongan IIA


Dalam senyawa, Bilangan Oksidasi = +2

6. Bilangan Oksidasi molekul = 0

7. Bilangan Oksidasi ion = muatan ion

8. Unsur halogen
F : 0, -1
Cl : 0, -1, +1, +3, +5, +7
Br : 0, -1, +1, +5, +7
I : 0, -1, +1, +5, +7

C. Langkah-Langkah Reaksi Redoks

LANGKAH-LANGKAH PENYETARAAN REAKSI REDOKS

1. CARA BILANGAN OKSIDASI

a.
Tentukan mana reaksi oksidasi dan reduksinya.
b.
Tentukan penurunan Bilangan Oksidasi dari oksidator dan kenaikan Bilangan
Oksidasi dari reduktor.
c.
Jumlah elektron yang diterima dan yang dilepaskan perlu disamakan dengan
mengalikan terhadap suatu faktor.
d.
Samakan jumlah atom oksigen di kanan dan kiri reaksi terakhir jumlah atom
hidrogen di sebelah kanan dan kiri reaksi.
2. CARA SETENGAH REAKSI

a.
Tentukan mana reaksi oksidasi dan reduksi.
b.
Reaksi oksidasi dipisahkan daui reaksi reduksi
c.
Setarakan ruas kanan dan kiri untuk jumlah atom yang mengalami perubahan
Bilangan Oksidasi untuk reaksi yang jumlah atom-atom kanan dan kiri sudah sama,
setarakan muatan listriknya dengan menambahkan elektron.
d.
Untuk reaksi yang jumlah atom oksigen di kanan dan kiri belum sama setarakan
kekurangan oksigen dengan menambahkan sejumlah H2O sesuai dengan jumlah
kekurangannya.
e.
Setarakan atom H dengan menambah sejumlah ion H+ sebanyak kekurangannya.
f.
Setarakan muatan, listrik sebelah kanan dan kiri dengan menambahkan elektron
pada ruas yang kekurangan muatan negatif atau kelebihan muatan positif.
g.
Samakan jumlah elektron kedua reaksi dengan mengalikan masing-masing dengan
sebuah faktor.

D. Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks

Tahapan:

1. Tentukan perubahan bilangan oksidasi.


2. Setarakan perubahan bilangan oksidasi.
3. Setarakan jumlah listrik ruas kiri dan kanan dengan :
H+ pada larutan bersifat asam
-
OH pada larutan bersifat basa
4. Tambahkan H2O untuk menyetarakan jumlah atom H.

Contoh:

MnO4- + Fe2+ Mn2+ + Fe3+ (suasana asam)

1. MnO4- + Fe2+ Mn2+ + Fe3+


..+7...... +2....... +2...... +3
.................
........................+1
2. Angka penyerta = 5
MnO4- + 5 Fe2+ Mn2+ + 5 Fe3+

3. MnO4- + 5 Fe2+ + 8 H+ Mn2+ + 5 Fe3+

4. MnO4- + 5 Fe2+ + 8 H+ Mn2+ + 5 Fe3+ + 4 H2O

E. Elektrokimia
SEL ELEKTROKIMIA

1. Sel Volta/Galvani
1. terjadi penubahan : energi kimia  energi listrik
2. anode = elektroda negatif (-)
3. katoda = elektroda positif (+)

2. Sel Elektrolisis
1. terjadi perubahan : energi listrik  energi kimia
2. anode = elektroda positif (+)
3. katoda = elektroda neeatif (-)

F. Sel Volta

KONSEP-KONSEP SEL VOLTA

Sel Volta
1. Deret Volta/Nerst
a. Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, Zn
Fe Ni, Sn, Pb, (H), Cu, Hg, Ag, Pt, Au

b. Makin ke kanan, mudah direduksi sukar dioksidasi


Makin ke kiri, mudah dioksidasi sukar direduksi

2. Prinsip
1. Anoda terjadi reaksi oksidasi ; Katoda terjadi reaksi reduksi
2. Arus elektron : anoda  katoda ; Arus listrik : katoda  anoda
3. Jembatan garam: menyetimbangkan ion-ion dalam larutan

MACAM SEL VOLTA

1. Sel Kering atau Sel Leclance


= Katoda : Karbon
= Anoda :Zn
= Elektrolit : Campuran berupa pasta : MnO2 + NH4Cl + sedikit Air

2. Sel Aki
= Katoda: PbO2
= Anoda : Pb
= Elektrolit: Larutan H2SO4
= Sel sekunder

3. Sel Bahan Bakar


= Elektroda : Ni
= Elektrolit : Larutan KOH
= Bahan Bakar : H2 dan O2

4. Baterai Ni - Cd
= Katoda : NiO2 dengan sedikit air
= Anoda : Cd
G. Potensial Elektroda

POTENSIAL ELEKTRODA

1. Pengertian
Merupakan ukuran terhadap besarnya kecenderungan suatu unsur untuk melepaskan atau
mempertahankan elektron

2. Elektroda Hidrogen
- E° H2 diukur pada 25° C, 1 atm dan {H+} = 1 molar
- E° H2 = 0.00 volt

3. Elektroda Logam
- E° logam diukur terhadap E° H2
- Logam sebelah kiri H : E° elektroda < 0
- Logam sebelah kanan H : E° elektroda > 0

4. Cara Menghitung Potensial Elektroda Sel


1. E° sel = E° red - E° oks
2. E sel = E° sel - RT/nF ln C
Pada 25° C :
E sel = E° sel - 0.059/n log C
Elektroda tergantung pada :
- Jenis Elektroda
- Suhu
- Konsentrasi ionnya

Catatan :
E° = potensial reduksi standar (volt)
R = tetapan gas - [ volt.coulomb/mol.°K] = 8.314
T = suhu mutlak (°K)
n = jumlah elektron
F = 96.500 coulomb
C = [bentuk oksidasi]/[bentuk reduksi]

H. Korosi

1. Prinsip
Proses Elektrokimia
Proses Oksidasi Logam

2. Reaksi perkaratan besi


a. Anoda: Fe(s) ® Fe2+ + 2e
Katoda: 2 H+ + 2 e- ® H2
2 H2O + O2 + 4e- ® 4OH-

b. 2H+ + 2 H2O + O2 + 3 Fe ® 3 Fe2+ + 4 OH- + H2


Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O

3. Faktor yang berpengaruh


1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

4. Mencegah Korosi
1. Dicat
2. Dilapisi logam yang lebih mulia
3. Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi
4. Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan dihubungkan
5. Dicampur dengan logam lain

I. KOROSI

1. Prinsip
Proses Elektrokimia
Proses Oksidasi Logam

2. Reaksi perkaratan besi


a. Anoda: Fe(s) ® Fe2+ + 2e
Katoda: 2 H+ + 2 e- ® H2
2 H2O + O2 + 4e- ® 4OH-

b. 2H+ + 2 H2O + O2 + 3 Fe ® 3 Fe2+ + 4 OH- + H2


Fe(OH)2 oleh O2 di udara dioksidasi menjadi Fe2O3 . nH2O

3. Faktor yang berpengaruh

1. Kelembaban udara
2. Elektrolit
3. Zat terlarut pembentuk asam (CO2, SO2)
4. Adanya O2
5. Lapisan pada permukaan logam
6. Letak logam dalam deret potensial reduksi

4. Mencegah Korosi
1. Dicat
2. Dilapisi logam yang lebih mulia
3. Dilapisi logam yang lebih mudah teroksidasi
4. Menanam batang-batang logam yang lebih aktif dekat logam besi dan dihubungkan
5. Dicampur dengan logam lain

J. Elektrolisis
1. Katoda [elektroda -]
• Terjadi reaksi reduksi
• Jenis logam tidak diperhatikan, kecuali logam Alkali (IA) den Alkali tanah (IIA), Al dan
Mn
• Reaksi:
2 H+(aq) + 2e-  H2(g)
ion golongan IA/IIA  tidak direduksi; penggantinya air
2 H2O() + 2 e-  basa + H2(g)
ion-ion lain  direduksi
2. Anoda [ektroda +]
• Terjadi reaksi oksidasi
• Jenis logam diperhatikan

a. Anoda : Pt atau C (elektroda inert)


reaksi : - 4OH-(aq)  2H2O() + O2(g) + 4e-
- gugus asam beroksigen tidak teroksidasi, diganti oleh 2
H2O()  asam + O2(g)
- golongan VIIA (halogen)  gas

b. Anoda bukan : Pt atau C


reaksi : bereaksi dengan anoda membentuk garam atau
senyawa lain.

K. Hukum Faraday

PRINSIP PERHITUNGAN ELEKTROLISIS

1. Hukum Faraday I

"Massa zat yang terbentuk pada masing-masing elektroda sebanding dengan kuat
arus/arus listrik yang mengalir pada elektrolisis tersebut".

Rumus:

m = e . i . t / 96.500

q=i.t

m = massa zat yang dihasilkan (gram)


e = berat ekivalen = Ar/ Valens i= Mr/Valensi
i = kuat arus listrik (amper)
t = waktu (detik)
q = muatan listrik (coulomb)

2. Hukum Faraday II

"Massa dari macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda


(terbentuk pada masing-masing elektroda) oleh sejumlah arus listrik yang sama
banyaknya akan sebanding dengan berat ekivalen masing-masing zat tersebut."

Rumus:

m1 : m2 = e1 : e2

m = massa zat (garam)


e = beret ekivalen = Ar/Valensi = Mr/Valensi

Contoh:
Pada elektrolisis larutan CuSO4 dengan elektroda inert, dialirkan listrik 10 amper selama
965 detik.

Hitunglah massa tembaga yang diendapkan pada katoda dan volume gas oksigen yang
terbentuk di anoda pada (O°C, 1 atm), (Ar: Cu = 63.5 ; O = 16).

Jawab:

CuSO4 (aq)  Cu2+(aq) + SO42-(aq)

Katoda [elektroda - : reduksi] : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)

Anoda [elektroda + : oksidasi]: 2 H2O(l)  O2(g) + 4 H+(aq) + 4 e-

a. massa tembaga:

m = e . i . t/96.500 = (Ar/Valensi) x (10.965/96.500) = 63.5/2 x 9.650/96.500 =


31.25 x 0,1 = 3,125 gram

b. m1 : m2 = e1 : e2

mCu : mO2 = eCu : eO2

3,125 : mO2 = 6.32/2 : 32/4

3,125 : mO2 = 31,25 : 8

mO2 = (3.125 x 8)/31.25 = 0.8 gram

mol O2 = 0.8/32 = 8/320 = 1/4 mol

volume O2 (0°C, 1 atm) = 1/40 x 22.4 = 0.56 liter

BAB XVI
STRUKTUR ATOM

A. Pengertian Dasar
a. Partikel dasar : partikel-partikel pembentuk atom yang terdiri dari elektron, proton
den neutron.

1. Proton : partikel pembentuk atom yang mempunyai massa sama dengan satu
sma (amu) dan bermuatan +1.
2. Neutron : partikel pembentuk atom yang bermassa satu sma (amu) dan netral.
3. Elektron : partikel pembentuk atom yang tidak mempunyai massa dan
bermuatan -1.

b. Nukleus : Inti atom yang bermuatan positif, terdiri dari proton den neutron.

c. Notasi unsur : z
A
A dengan X : tanda atom (unsur)
Z : nomor atom = jumlah elektron (e)
= jumlah proton (p)
A : bilangan massa = jumlah proton +
neutron
Pada atom netral, berlaku: jumlah elektron = jumlah proton.

Contoh :

1. Tentukan jumlah elektron, proton den neutron dari unsur 26


56
Fe !

Jawab :

Jumlah elektron = jumlah proton = nomor atom = 26

Jumlah neutron = bilangan massa - nomor atom = 56 - 26 = 30

2. Berikan notasi unsur X, jika diketahui jumlah neutron = 14 dan jumlah elektron = 13 !

Jawab :

Nomor atom = jumlah elektron = 13


Bilangan massa = jumlah proton + neutron = 13 + 14 = 27

Jadi notasi unsurnya: 13


27
X

d. Atom tak netral : atom yang bermuatan listrik karena kelebihan atau kekurangan
elektron bila dibandingkan dengan atom netralnya.

Atom bermuatan positif bila kekurangan elektron, disebut kation.


Atom bermuatan negatif bila kelebihan elektron, disebut anion.

Contoh:

- Na+ : kation dengan kekurangan 1 elektron


- Mg2- : kation dengan kekurangan 2 elektron
- Cl- : anion dengan kelebihan 1 elektron
- O2 : anion dengan kelebihan 2 elektron

e. Isotop : unsur yang nomor atomnya sama, tetapi berbeda bilangan massanya.
Contoh: Isotop oksigen: 816 O ; 817 O ; 818 O

f. Isobar : unsur yang bilangan massanya sama, tetapi berbeda nomor atomnya.
Contoh: 2759 CO dengan 2859 Ni

g. Isoton : unsur dengan jumlah neutron yang sama.


Contoh: 613 C dengan 714 N

h. Iso elektron: atom/ion dengan jumlah elektron yang sama.


Contoh: Na+ dengan Mg2+
K+ dengan Ar

B. Model Atom
A. MODEL ATOM JOHN DALTON
- atom adalah bagian terkecil suatu unsur
- atom tidak dapat diciptakan, dimusnahkan, terbagi lagi, atau diubah menjadi zat lain
- atom-atom suatu unsur adalah same dalam segala hal, tetapi berbeda dengan atom-
atom dari unsur lain
- reaksi kimia merupakan proses penggabungan atau pemisahan atom dari unsur-unsur
yang terlihat
Kelemahan teori atom Dalton: tidak dapat membedakan pengertian atom den molekul.
Dan atom ternyata bukan partikel yang terkecil.

B.
MODEL ATOM J.J. THOMPSON
- atom merupakan suatu bola bermuatan positif dan di dalamnya tersebar elektron-
elektron seperti kismis
- jumlah muatan positif sama dengan muatan negatif, sehingga atom bersifat netral

C. MODEL ATOM RUTHERFORD


- atom terdiri dari inti atom yang sangat kecil dengan muatan positif yang massanya
merupakan massa atom tersebut
- elektron-elektron dalam atom bergerak mengelilingi inti tersebut
- banyaknya elektron dalam atom sama dengan banyaknya proton dalam inti dan ini
sesuai dengan nomor
atomnya

D. MODEL ATOM BOHR


- elektron-elektron dalam mengelilingi inti berada pada tingkat-tingkat energi (kulit)
tertentu tanpa
menyerap atau memancarkan energi
- elektron dapat berpindah dari kulit luar ke kulit yang lebih dalam dengan
memancarkan energi, atau
sebaliknya

C. Bilangan-Bilangan Kuantum

Untuk menentukan kedudukan suatu elektron dalam atom, digunakan 4 bilangan


kuantum.

1. Bilangan kuantum utama (n): mewujudkan lintasan elektron dalam atom.

n mempunyai harga 1, 2, 3, .....

- n = 1 sesuai dengan kulit K


- n = 2 sesuai dengan kulit L
- n = 3 sesuai dengan kulit M
- dan seterusnya

Tiap kulit atau setiap tingkat energi ditempati oleh sejumlah elektron. Jumlah elektron
maksimmm yang dapat menempati tingkat energi itu harus memenuhi rumus Pauli = 2n2.

Contoh:

kulit ke-4 (n=4) dapat ditempati maksimum= 2 x 42 elektron = 32 elektron

2. Bilangan kuantum azimuth (l) : menunjukkan sub kulit dimana elektron itu
bergerak sekaligus menunjukkan sub kulit yang merupakan penyusun suatu kulit.

Bilangan kuantum azimuth mempunyai harga dari 0 sampai dengan (n-1).


n = 1 ; l = 0 ; sesuai kulit K
n = 2 ; l = 0, 1 ; sesuai kulit L
n = 3 ; l = 0, 1, 2 ; sesuai kulit M
n = 4 ; l = 0, 1, 2, 3 ; sesuai kulit N
dan seterusnya

Sub kulit yang harganya berbeda-beda ini diberi nama khusus:

l = 0 ; sesuai sub kulit s (s = sharp)


l = 1 ; sesuai sub kulit p (p = principle)
l = 2 ; sesuai sub kulit d (d = diffuse)
l = 3 ; sesuai sub kulit f (f = fundamental)

Bilangan kuantum magnetik (m): mewujudkan adanya satu atau beberapa


tingkatan energi di dalam satu sub kulit. Bilangan kuantum magnetik (m) mempunyai
harga (-l) sampai harga (+l).

Untuk:

l = 0 (sub kulit s), harga m = 0 (mempunyai 1 orbital)


l = 1 (sub kulit p), harga m = -1, O, +1 (mempunyai 3 orbital)
l = 2 (sub kulit d), harga m = -2, -1, O, +1, +2 (mempunyai 5 orbital)
l = 3 (sub kwit f) , harga m = -3, -2, O, +1, +2, +3 (mempunyai 7 orbital)

4. Bilangan kuantum spin (s): menunjukkan arah perputaran elektron pada sumbunya.
Dalam satu orbital, maksimum dapat beredar 2 elektron dan kedua elektron ini berputar
melalui sumbu dengan arah yang berlawanan, dan masing-masing diberi harga spin +1/2
atau -1/2.

Pertanyaan:

Bagaimana menyatakan keempat bilangan kuantum dari elektron 3s1 ?

Jawab:

Keempat bilangan kuantum dari kedudukan elektron 3s1 dapat dinyatakan sebagai,
n= 3 ; l = 0 ; m = 0 ; s = +1/2 ; atau -1/2

D. Konfigurasi Elektron

Dalam setiap atom telah tersedia orbital-orbital, akan tetapi belum tentu semua orbital ini
terisi penuh. Bagaimanakah pengisian elektron dalam orbital-orbital tersebut ?

Pengisian elektron dalam orbital-orbital memenuhi beberapa peraturan. antara lain:

1. Prinsip Aufbau : elektron-elektron mulai mengisi orbital dengan tingkat energi


terendah dan seterusnya.

Orbital yang memenuhi tingkat energi yang paling rendah adalah 1s dilanjutkan dengan
2s, 2p, 3s, 3p, dan seterusnya dan untuk mempermudah dibuat diagram sebagai berikut:
Contoh pengisian elektron-elektron dalam orbital beberapa unsur:

Atom H : mempunyai 1 elektron, konfigurasinya 1s1


Atom C : mempunyai 6 elektron, konfigurasinya 1s2 2s2 2p2
Atom K : mempunyai 19 elektron, konfigurasinya 1s2 2s2 2p6 3S2 3p6 4s1

2. Prinsip Pauli : tidak mungkin di dalam atom terdapat 2 elektron dengan keempat
bilangan kuantum yang sama.

Hal ini berarti, bila ada dua elektron yang mempunyai bilangan kuantum utama, azimuth
dan magnetik yang sama, maka bilangan kuantum spinnya harus berlawanan.

3. Prinsip Hund : cara pengisian elektron dalam orbital pada suatu sub kulit ialah bahwa
elektron-elektron tidak membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing orbital
terisi dengan sebuah elektron.

Contoh:

- Atom C dengan nomor atom 6, berarti memiliki 6 elektron dan cara Pengisian orbitalnya
adalah:

Berdasarkan prinsip Hund, maka 1 elektron dari lintasan 2s akan berpindah ke lintasan
2pz, sehingga sekarang ada 4 elektron yang tidak berpasangan. Oleh karena itu agar
semua orbitalnya penuh, maka atom karbon berikatan dengan unsur yang dapat
memberikan 4 elektron. Sehingga di alam terdapat senyawa CH4 atau CCl4, tetapi tidak
terdapat senyawa CCl3 atau CCl5.

BAB XVII
SISTEM PERIODIK UNSUR-UNSUR
MACAM-MACAM SISTEM PERIODIK
1. TRIADE DOBEREINER DAN HUKUM OKTAF NEWLANDS

TRIADE DOBEREINER
Dobereiner menemukan adanya beberapa kelompok tiga unsur yang memiliki kemiripan
sifat, yang ada hubungannya dengan massa atom.

Contoh kelompok-kelompok - Cl, Br dan I


triade: - Ca, Sr dan Ba
- S, Se dan Te

HUKUM OKTAF NEWLANDS


Apabila unsur disusun berdasarkan kenaikan massa atom, maka unsur kesembilan
mempunyai sifat-sifat yang mirip dengan unsur pertama, unsur kesepuluh mirip dengan
unsur kedua dan seterusnya. Karena setelah unsur kedelapan sifat-sifatnya selalu
terulang, maka dinamakan hukum Oktaf.
(+8)

Contoh: Li (nomor atom 3) akan mirip sifatnya dengan Na (nomor atom 11) 3  11

2. SISTEM PERIODIK MENDELEYEV

- Disusun berdasarkan massa atomnya dengan tidak mengabaikan sifat-sifat unsurnya.


- Lahirlah hukum periodik unsur yang menyatakan bahwa apabila unsur disusun
menurut massa atomnya, maka unsur itu akan menunjukkan sifat-sifat yang berulang
secara periodik.
- Beberapa keunggulan sistem periodik Mendeleyev, antara lain:
- Ada tempat bagi unsur transisi.
- Terdapat tempat-tempat kosong yang diramalkan akan diisi dengan unsur yang
belum ditemukan pada waktu itu.
- Kekurangan sistem periodik ini:
Adanya empat pasal anomali, yaitu penyimpangan terhadap hukum perioditas
- yang disusun berdasarkan kenaikan massa atomnya. Keempat anomali itu
adalah: Ar dengan K, Te dengan I, Co dengan Ni dan Th dengan Pa.

3. SISTEM PERIODIK BENTUK PANJANG


Sistem ini merupakan penyempurnaan dari gagasan Mendeleyev, disusun berdasarkan
nomor atomnya.
Sistem ini terdiri dari dua deret, deret horisontal disebut periodik dan deret vertikal
disebut golongan.

4. SISTEM PERIODIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON

A. HUBUNGAN ANTARA PERIODA DENGAN KONFIGURASI ELEKTRON

Dalam sistem periodik, perioda menunjukkan banyaknya kulit yang telah terisi elektron di
dalam suatu atom.
Sehingga sesuai dengan banyaknya kulit yaitu K, L, M, N, O, P, Q maka sistem periodik
mempunyai 7 perioda.

B. Hubungan Antara Golongan Dengan Konfigurasi Elektron

Unsur yang terletak pada satu golongan mempunyai sifat-sifat kimia yang mirip (hampir
sama).
Unsur-unsur golongan A disebut golongan utama, sedangkan unsur-unsur golongan B
disebut unsur transisi (peralihan), semua unsur transisi diberi simbol B kecuali untuk
triade besi, paladium dan platina disebut "golongan VIII''.

- LAMBANG UNSUR-UNSUR GOLONGAN A

Lambang Nama Konfigurasi Elektron Orbital


Golongan Golongan Terluar
I-A Alkali ns1
II - A Alkali tanah ns2
III - A Boron ns2 - np1
IV - A Karbon - Silikon ns2 - np2
Nitogen -
V-A ns2 - np3
Posphor
VI - A Oksigen ns2 - np4
VII - A Halogen ns2 - np5
VIII - A Gas mulia ns2 - np6

- LAMBANG UNSUR-UNSUR GOLONGAN B

Konfigurasi
Lambang Golongan
Elektron
(n - 1) d1 ns2 III - B
(n - 1) d2 ns2 IV - B
3 2
(n - 1) d ns V-B
4 2
(n - 1) d ns VI - B
5 2
(n - 1) d ns VII - B
6-8 2
(n - 1) d ns VIII
(n - 1) d9 ns2 I-B
(n - 1) d10 ns2 II - B

- GOLONGAN LANTANIDA DAN AKTINIDA, DIBERI LAMBANG

nS2 (n-2)f1-14

Jika :

n = 6 adalah lantanida
n = 7 adalah aktinida

C. Cara Penentuan Perioda Dan Golongan Suatu Unsur


1. Unsur dengan nomor atom 11, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s1

- n = 3, berarti periode 3 (kulit M).


- elektron valensi (terluar) 3s sebanyak 1 elektron, berarti termasuk golongan IA.
2. Unsur Ga dengan nomor atom 31, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10
4p1

- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).


- elektronvalensi 4s2 4p1, berarti golongan IIIA.

3. Unsur Sc dengan nomor atom 21, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d1

- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).


- 3d1 4s2 berarti golongan IIIB.

4. Unsur Fe dengan nomor atom 26, konfigurasinya : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d10

- n = 4, berarti perioda 4 (kulit N).


- 3d6 4s2 , berarti golongan VIII.

D. Beberapa Sifat Periodik Unsur-Unsur


1. Jari jari atom adalah jarak dari inti atom ke lintasan elektron terluar.

- Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan jari jari atom berkurang.
- Dalam satu golongan, dari atas ke bawah jari-jari atom bertambah.
- Jari-jari atom netral lebih besar daripada jari-jari ion positifnya tetapi lebih kecil dari
jari-jari ion negatifnya.

Contoh:
jari-jari atom Cl < jari-jari ion Cl-
jari-jari atom Ba > jari-jari ion Ba2+

2. Potensial ionisasi adalah energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron yang
paling lemah/luar dari atom suatu unsur atau ion dalam keadaan gas.

- Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan potensial ionisasi bertambah.


- Dalam satu golongan, dari atas ke bawah potensial ionisasi berkurang.

3. Affinitas elektron adalah besarnya energi yang dibebaskan pada saat atom suatu
unsur dalam keadaan gas menerima elektron.

- Dalam satu perioda, dari kiri ke kanan affinitas elektron bertambah.


- Dalam satu golongan, dari atas ke bawah affinitas elektron berkurang.

4. Keelektronegatifan adalah kemampuan atom suatu unsur untuk menarik elektron ke


arah intinya dan digunakan bersama.

SECARA DIAGRAMATIS SIFAT-SIFAT INI DAPAT DISAJIKAN SEBAGAI BERIKUT

1. Jari-jari atom
2. Sifat logam
3. Sifat elektropositif
4. Reduktor
5. Sifat basa/oksida basa

makin besar/kuat
1. Sifat elektronegatif
2. Oksidator
3. Potensial ionisasi
4. Affinitas elektron
5. Keelektronegatifan

Keterangan: tanda-tanda panah di atas mempunyai arti sebagai berikut

 : artinya, dalam satu periode dari kiri ke kanan


 : artinya, dalam satu periode dari kanan ke kiri
 : artinya, dalam satu golongan dari atas ke bawah
 : artinya, dalam satu golongan dari bawah ke atas

BAB XVIII
IKATAN KIMIA

A. Peranan Elektron Dalam Ikatan Kimia

Teori duplet dan oktet dari G.N. Lewis merupakan dasar ikatan kimia.
Lewis mengemukakan bahwa suatu atom berikatan dengan cara menggunakan bersama
dua elektron atau lebih untuk mencapai konfigurasi elektron gas mulia (ns 2np6)

Contoh:

TEORI INI MENDAPAT BEBERAPA KESULITAN, YAKNI :

1. Pada senyawa BCl3 dan PCl5, atom boron dikelilingi 6 elektron, sedangkan atom fosfor
dikelilingi 10 elektron.

2. Menurut teori ini, jumlah ikatan kovalen yang dapat dibentuk suatu unsur tergant~u~g
jumlah elektron tak berpasangan dalam unsur tersebut.

Contoh : 8O : 1s2 2s2 2p2 2px2 2py1 2pz1

Ada 2 elektron tunggal. sehingga oksigen dapat membentuk 2 ikatan (H-O-H; O=O).

akan tetapi:

5 B : 1s2 2s2 2px1

Sebenarnya hal ini dapat diterangkan bila kita ingat pada prinsip Hund, dimana cara
pengisian elektron dalam orbital suatu sub kulit ialah bahwa elektron-elektron tidak
membentuk pasangan elektron sebelum masing-masing orbital terisi dengan sebuah
elektron.

Contoh : 5B : 1s2 2s2 2px1  (hibridisasi) 1s2 2s1 2px1 2py1

Tampak setelah terjadi hibridisasi untuk berikatan dengan atom B memerlukan tiga
buah elektron, seperti BCl3

3. Menurut teori di atas, unsur gas mulia tidak dapat membentuk ikatan karena di
sekelilingnya telah terdapat
8 elektron. Tetapi saat ini sudah diketahui bahwa Xe dapat membentuk senyawa,
misalnya XeF2 den XeO2.

Teori lain adalah teori ikatan valensi. Dalam teori ini ikatan antar atom terjadi dengan care
saling bertindihan dari orbital-orbital atom. Elektron dalam orbital yang tumpang tindih
harus mempunyai bilangan kuantum spin yang berlawanan.

BEBERAPA MACAM IKATAN KIMIA YANG TELAH DIKETAHUI, ANTARA LAIN :

A. Ikatan antar atom 1. Ikatan ion = elektrovalen = heteropolar


2. Ikatan kovalen = homopolar
3. Ikatan kovalen koordinasi = semipolar
4. Ikatan logam
B. Ikatan antar molekul 1. Ikatan hidrogen
2. Ikatan van der walls

B. Ikatan Ion = Elektrovalen = Heteropolar

Ikatan ion biasanya terjadi antara atom-atom yang mudah melepaskan elektron (logam-
logam golongan utama) dengan atom-atom yang mudah menerima elektron (terutama
golongan VIA den VIIA). Makin besar perbedaan elektronegativitas antara atom-atom
yang membentuk ikatan, maka ikatan yang terbentuk makin bersifat ionik.

PADA UMUMNYA UNSUR-UNSUR YANG MUDAH MEMBENTUK IKATAN ION ADALAH

- IA VIIA atau VIA


- IIA  VIIA atau VIA
- Unsur transisi VIIA atau VIA

Contoh:

Na Na + e-
1s 2s2 2p6 3s1
2
1s2 2s2 2p6 (konfigurasi Ne)

Atom Cl (VIIA) mudah menerima elektron sehingga elektron yang dilepaskan oleh atom
Na akan ditangkap oleh atom Cl.

Cl + e- Cl-
2 2 6 2 5
1s 2s 2p 3s 3p 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 (konfigurasi Ar)

Antara ion-ion Na+ dan Cl- terjadi gaya tarik menarik elektrostatik, sehingga membentuk
senyawa ion Na+Cl-.

Contoh lain : CaCl2 , MgBr2, BaO , FeS dan sebagainya.

SIFAT-SIFAT SENYAWA IONIK ANTARA LAIN

a. bersifat polar
b. larutannya dalam air menghantarkan arus listrik
c. titik lelehnya tinggi
d. lelehannya menghantarkan arus listrik
e. larut dalam pelarut-pelarut polar
C. Ikatan Kovalen = Homopolar

Ikatan kovalen terjadi karena adanya pemakaian bersama elektron dari atom-atom yang
membentuk ikatan. Pada umumnya ikatan kovalen terjadi antara atom-atom bukan logam
yang mempunyai perbedaan elektronegativitas rendah atau nol. Seperti misalnya : H2,
CH4, Cl2, N2, C6H6, HCl dan sebagainya.

IKATAN KOVALEN TERBAGI ATAS

1. IKATAN KOVALEN POLAR

Atom-atom pembentuknya mempunyai gaya tarik yang tidak sama terhadap


pasangan elektron
persekutuannya. Hal ini terjadi karena beda keelektronegatifan kedua atomnya.
Elektron persekutuan akan
bergeser ke arah atom yang lebih elektronegatif akibatnya terjadi pemisahan kutub
positif dan negatif.

Dalam senyawa HCl ini, Cl mempunyai keelektronegatifan yang lebih besar dari H.
sehingga pasangan elektron lebih tertarik ke arah Cl, akibatnya H relatif lebih
elektropositif sedangkan Cl relatif menjadi elektronegatif.

Pemisahan muatan ini menjadikan molekul itu bersifat polar dan memiliki "momen
dipol" sebesar:

T=n.l

dimana :

T = momen dipol
n = kelebihan muatan pada masing-masing atom
l = jarak antara kedua inti atom

2. IKATAN KOVALEN NON POLAR

Titik muatan negatif elektron persekutuan berhimpit, sehingga pada molekul


pembentukuya tidak terjadi momen dipol, dengan perkataan lain bahwa elektron
persekutuan mendapat gaya tarik yang sama.

Contoh:

Kedua atom H mempunyai harga keelektronegatifan yang sama.

Karena arah tarikan simetris, maka titik muatan negatif elektron persekutuan
berhimpit.

Contoh lain adalah senyawa CO2, O2, Br2 dan lain-lain

D. Ikatan Kovalen Koordinasi = Semipolar

Ikatan kovalen koordinasi adalah ikatan yang terjadi apabila pasangan elektron yang
dipakai bersama berasal dari salah satu atom yang membentuknya.

Jadi di sini terdapat satu atom pemberi pasangan elektron bebas (elektron sunyi),
sedangkan atom lain sebagai
penerimanya.

SYARAT PEMBENTUKANNYA

1. Atom yang satu memiliki pasangan elektron bebas


2. Atom lainnya memiliki orbital kosong

Contoh:

- Ion hidronium (H3O+): H2O + H+ H3O+L

- Ion amonium : NH4+

E. Ikatan Logam, Ikatan Hidrogen Dan Ikatan Van Der Walls

IKATAN LOGAM

Pada ikatan kovalen, elektron-elektron ikatan seolah-olah menjadi milik sepasang atom,
sehingga tidak dapat bergerak bebas. Pada logam, elektron-elektron yang menyebabkan
terjadinya ikatan di antara atom-atom logam tidak hanya menjadi milik sepasang atom
saja, tetapi menjadi milik semua atom logam, sehingga elektron-elektron dapat bergerak
bebas. Karena itulah maka logam-logam dapat menghantarkan arus listrik.

IKATAN HIDROGEN

Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik antara atom H dengan atom lain yang
mempunyai keelektronegatifan besar pada satu molekul dari senyawa yang sama.

Contoh:

- molekul H2O
- molekul HF

IKATAN VAN DER WALLS

Gas mempunyal sifat bentuk dan volumenya dapat berubah sesuai tempatnya. Jarak
antara molekul-molekul gas relatif jauh dan gaya tarik menariknya sangat lemah. Pada
penurunan suhu, fasa gas dapat berubah menjadi fasa cair atau padat. Pada keadaan ini
jarak antara molekul-molekulnya menjadi lebih dekat dan gaya tarik menariknya relatif
lebih kuat. Gaya tarik menarik antara molekul-molekul yang berdekatan ini disebut gaya
Van der walls.

F. Bentuk Molekul

Dalam bentuk molekul dikenal adanya teori ikatan valensi. Teori ini menyatakan bahwa
ikatan antar atom terjadi dengan cara saling bertindihan dari orbital-orbital atom. Elektron
dalam orbital yang tumpang tindih harus mempunyai bilangan kuantum spin yang
berlawanan.

Pertindihan antara dua sub kulit s tidak kuat, oleh karena distribusi muatan yang
berbentuk bola, oleh sebab itu pada umumnya ikatan s - s relatif lemah.

Sub kulit "p" dapat bertindih dengan sub kulit "s" atau sub kulit "p" lainnya, ikatannya
relatif lebih kuat, hal ini dikarenakan sub kulit "p" terkonsentrasi pada arah tertentu.

Contoh:

a. Molekul HF: - konfigurasi atom H : 1s1


- konfigurasi atom F: 1s2 2s2 2Px2 2py2 2pz1

Tumpang tindih terjadi antara sub kulit 1s dari atom H dengan orbital 2pz dari aton, F.
Pertindihan demikian disebut pertindihan sp.

b. Molekul H2O: - konfigurasi atom H : 1s1


- konfigurasi atom O: 1s2 2s2 2Px2 2py1 2pz1

Dalam atom O terdapat 2 elektron dalam keadaan yang tidak berpasangan (orbital 2py
dan 2pz), masing-masing orbital ini akan bertindihan dengan orbital 1s dari 2 atom H.
Kedudukan orbital-orbital p saling tegak lurus, diharapkan sudut ikatannya sebesar
90o, tetapi karena adanya pengaruh pasangan elektron 2px, maka kedua ikatan
tersebut akan tertolak dan membentuk sebesar 104.5o.

c. Molekul CH4 - konfigurasi atom H: 1s1


- konfigurasi atom C: 1s2 2s2 2Px1 2py1 2pz0

Untuk mengikat 4 atom H menjadi CH4, maka 1 elektron dari orbital 2s akan
dipromosikan ke orbital 2pz, sehingga konfigurasi elektron atom C menjadi: 1s1 2s1
2px1 2py1 2pz1 . Orbital 2s mempunyai bentuk yang berbeda dengan ketiga orbital 2p,
akan tetapi ternyata kedudukan keempat ikatan C-H dalam CH4 adalah sama. Hal ini
terjadi karena pada saat orbital 2s, 2px, 2py dan 2pz menerima 4 elektron dari 4 atom
H, keempat orbital ini berubah bentuknya sedemikian sehingga mempunyai kedudukan
yang sama. Peristiwa ini disebut "hibridisasi". Karena perubahan yang terjadi adalah
1 orbital 2s dan 3 orbital 2p, maka disebut hibridisasi sp3. Bentuk molekul dari ikatan
hibrida sp3 adalah tetrahedron.

BEBERAPA BENTUK GEOMETRI IKATAN, ANTARA LAIN :

Jumlah ikatan
Jenis ikatan Bentuk geometrik
maksimum
sp 2 Linier
2
sp 3 Segitiga datar
sp3 4 Tetrahedron
3
dsp 5 Trigonal bipiramid
2 2
sp d ; dsp 4 Segiempat datar
s 3 3 2
d2 p ; sp d 6 Oktahedron

BAB XIX
HIDROKARBON

A. Hidrokarbon Termasuk Senyawa Karbon

Senyawa hidrokarbon terdiri atas karbon dan hidrogen. Bagian dari ilmu kimia yang
membahas senyawa hidrokarbon disebut kimia karbon. Dulu ilmu kimia karbon disebut
kimia organik, karena senyawa-senyawanya dianggap hanya dapat diperoleh dari tubuh
makhluk hidup dan tidak dapat disintesis dalam pabrik. Akan tetapi sejaka Friedrich
Wohler pada tahun 1928 berhasil mensintesis urea (suatu senyawa yang terdapat dalam
air seni) dari senyawa anorganik, amonium sianat dengan jalan memanaskan amonium
sianat tersebut.

O
||
NH4+CNO- H2N - C - NH2

Begitu keberhasilan Wohler diketahui, banyaklah sarjana lain yang mencoba membuat
senyawa karbon dari senyawa anorganik. Lambat laun teori tentang daya hidup hilang dan
orang hanya menggunakan kimia organik sebagai nama saja tanpa disesuaikan dengan
arti yang sesungguhnya. Sejaka saat itu banyak senyawa karbon berhasil disintesis dan
hingga sekarang lebih dari 2 juta senyawa karbon dikenal orang dan terus bertambah
setiap harinya. Apa sebabnya jumlah senyawa karbon sedemikian banyak bila
dibandingkan dengan jumlah senyawa anorganik yang hanya sekitar seratus ribuan ?

Selain perbedaan jumlah yang sangat mencolok yang menyebabkan kimia karbon
dibicarakan secara tersendiri , karena memang terdapat perbedaan yang sangat besar
antara senyawa karbon dan senyawa anorganik seperti yang dituliskan berikut ini.

Senyawa karbon Senyawa anorganik


 membentuk ikatan kovalen  membentuk ikatan ion
 dapat membentuk rantai karbon  tidak dapat membentuk rantai karbon
 non elektrolit  elektrolit
 reaksi berlangsung lambat  reaksi berlangsung cepat
 titik didih dan titik lebur rendah  titik didih dan titik lebur tinggi

 larut dalam pelarut organik  larut dalam pelarut pengion

Hidrokarbon merupakan segolongan senyawa yang banyak terdapat di alam sebagai


minyak bumi. Indonesia banyak menghasilkan minyak bumi yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi, diolah menjadi bahan bakar motor, minyak pelumas, dan aspal.

B. Kekhasan Atom Karbon

Atom karbon dengan nomor atom 6 mempunyai susunan elektron K = 2, L = 4, jadi


mempunyai 4 elektron valensi dan dapat mernbentuk empat ikatan kovalen, serta dapat
digambarkan dengan rumus Lewis sebagai berikut, umpamanya untuk CH4.

ikatan dalam molekul metana


[gambar]
atom karbon

[gambar]
4 atom hidrogen

[gambar]
molekul metana ( CH4 )

[gambar]
diagram sederhana dari molekul metana

H H
\ /
C
/ \
H H
empat ikatan kovalen dari molekul metana

Selain itu atom karbon mempunyai kemampuan untuk membentuk ikatan dengan atom
karbon lain membentuk rantai karbon yang terbuka atau tertutup/berlingkar. Contoh-
contoh rantai karbon dapat digambarkan dengan rumus struktur :

| | | | |
-C-C- -C-C-C-
| | | | |
C
rantai terbuka rantai terbuka dan bercabang
| |
-C-C-
| |
-C-C-
| |
rantai tertutup

Sekarang terjawablah mengapa jumlah senyawa karbon demikian banyaknya walaupun


jumlah jenis unsur pembentuknya sedikit.

C. Alkana

Alkana
Hidrokarbon jenuh yang paling sederhana merupakan suatu deret senyawa yang
memenuhi rumus umum CnH2n+2 yang dinamakan alkana atau parafin. Suku perfama
sampai dengan 10 senyawa alkana dapat anda peroleh dengan mensubstitusikan harga n
dan tertulis dalam tabel berikut.

Suku pertama sampai dengan 10 senyawa alkana

titik didih massa 1 mol


Suku ke n rumus molekul nama
(°C/1 atm) dalam g
1 1 CH4 metana -161 16
2 2 C2H6 etana -89 30
3 3 C3H8 propana -44 44
4 4 C4H10 butana -0.5 58
5 5 C5H12 pentana 36 72
6 6 C6H14 heksana 68 86
7 7 C7H16 heptana 98 100
8 8 C8H18 oktana 125 114
9 9 C9H20 nonana 151 128
10 10 C10H22 dekana 174 142

Selisih antara suku satu dan suku berikutnya selalu sama, yaitu -CH2 atau 14 satuan
massa atom, sehingga seperti suatu deret dan disebut deret homolog (deret sepancaran).
Ternyata banyak senyawa-senyawa karbon yang merupakan deret seperti alkana seperti
yang akan kita pelajari nanti. Bagaimana kita dapat memberi nama pada suku-suku
alkana, untuk itu perhatikan nama setiap suku itu dan nama umum. Umpamanya, metana
dan alkana apanya y yang sama? Akhiran -ana, jadi alk- diganti dengan met- untuk suku
pertama, suku kedua dengan et-, suku ketiga dengan prop-, suku keempat dengan but-,
mulai suku kelima dan seterusnya diberi awalan angka-angka Latin; pent- untuk 5, heks-
untuk 6, hept- untuk 7, okt- untuk 8, non- untuk 9, dan dek- untuk 10. Hasil penamaan
sudah dapat anda lihat pada tabel di atas. Anda harus betul-betul menguasai nama-nama
dari kesepuluh alkana yang sederhana ini karena akan merupakan dasar bagi penamaan
senyawa-senyawa karbon lainnya.

Alkana-alkana penting sebagai bahan bakar dan sebagai bahan mentah untuk mensintesis
senyawa-senyawa karbon lainnya. Alkana banyak terdapat dalam minyak bumi, dan dapat
dipisahkan menjadi bagian-bagiannya dengan distilasi bertingkat. Suku pertama sampai
dengan keempat senyawa alkana berwujud gas pada temperatur kamar. Metana biasa
disebut juga gas alam yang banyak digunakan sebagai bahan bakar rumah
tangga/industri. Gas propana, dapat dicairkan pada tekanan tinggi dan digunakan pula
sebagai bahan bakar yang disebut LPG (liquified petroleum gas). LPG dijual dalam tangki-
tangki baja dan diedarkan ke rumah-rumah. Gas butana lebih mudah mencair daripada
propana dan digunakan sebagai "geretan" rokok. Oktana mempunyai titik didih yang
tempatnya berada dalam lingkungan bahan bakar motor. Alkana-alkana yang bersuhu
tinggi terdapat dalam kerosin (minyak tanah), bahan bakar diesel, bahan pelumas, dan
parafin yang banyak digunakan untuk membuat lilin.

Bagaimana sifat-sifat senyawa karbon yang termasuk dalam satu deret homolog?
Perhatikan tabel di atas di mana terdapat salah satu sifat, yaitu titik didih. Titik didih
semakin tinggi jika massa molekul relatifnya makin besar. Hal ini berarti wujudnya akan
berubah pada suhu kamar dari gas ke cair kemudian padat. Kecenderungan sifat apa lagi
yang dapat anda ramalkan?

Dalam kimia karbon adalah panting bagi kita untuk dapat menuliskan rumus molekul dan
rumus struktur. Rumus molekul menyatakan banyaknya atom setiap unsur yang ada
dalam suatu molekul. Sedangkan rumus struktur menggambarkan bagaimana atom-atom
itu terikat satu sama lain. Karena atom karbon merupakan tulang punggung dari semua
senyawa karbon, maka kita harus mampu menggambarkan rangka karbon dalam suatu
molekul senyawa karbon. Setiap atom karbon dikelilingi secara tetrahedral oleh atom-
atom terikat dalam gambaran tiga dimensi, tetapi biasanya molekul-molekul senyawa
karbon cukup digambarkan dengan gambaran dua dimensi saja.

H
|
H-C-H
|
H
rumus struktur metana (gambar 2 dimensi)

Formula
Nama Formula struktural
(rumus)
H
|
metana CH4 H-C-H
|
H
H H
| |
etana C2H6 H-C- C-H
| |
H H
H H H
| | |
propana C3H8 H-C- C-C-H
| | |
H H H
H H H H
| | | |
butana C4H10 H-C-C- C-C-H
| | | |
H H H H

Sifat alkana sebenarnya berhubungan dengan rantai struktural molekulnya. Bila rantai
karbon panjang atau bercabang, maka setelah anda buat rangka atom karbonnya tinggal
membubuhkan atom-atom hidrogen pada ikatan atom karbon yang masih kosong.
contoh : molekul butana

| | | |
-C-C-C-C-
| | | |

sekarang anda tinggal membubuhkan atom-atom hidrogennya

H H H H
| | | |
H-C-C- C-C-H
| | | |
H H H H

Kalau anda membuat molekul butana dengan molymod, terlihat bahwa rantai karbonnya
tidak benar-benar lurus seperti rumus strukturnya, karena atom karbon tetrahedral
mencegah gambaran rantai karbon lurus. Kebanyakan yang kita tuliskan adalah rumus
struktur yang lebih sederhana lagi yaitu:

CH3 - CH2 - CH2 - CH3 atau CH3CH2CH2CH3

Jadi asal terbaca rantai karbonnya, itulah yang akan kita gunakan selanjutnya asal selalu
ingat bahwa sesungguhnya adalah gambaran ruang.

D. Isomer Alkana

Bagaimana kita dapat memperoleh molekul alkana yang lebih panjang dari molekul yang
lebih pendek ? Gantilah salah satu atom H dari metana dengan gugus -CH3 maka akan kita
peroleh molekul etana. Demikian juga jika kita mengganti salah satu atom H dari etana
dengan gugus -CH3 akan kita peroleh propana yang rantai karbonnya lebih panjang satu
lagi.

CH3-H diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH3


CH3-CH2-H diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH2-CH3

Anda boleh memilih salah satu atom H yang mana saja untuk diganti dengan gugus -CH3
dan anda akan memperoleh hasil penggantian yang sama. Kita mengatakan bahwa setiap
atom H terikat secara ekuivalen dengan atom karbon. Tetapi bila sekarang anda akan
mengganti salah satu atom H dari propana dengan gugus -CH3 anda akan memperoleh
lebih dari satu macam hasil, perhatikanlah:

CH3-CH2-CH2-H diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH2-CH2-CH3


n-butana

H CH3
| |
CH3-CH-CH3 diganti dengan -CH3 diperoleh CH3-CH-CH3
isobutana

Jelas terlihat bahwa kedua hasil penggantian di atas berbeda, kita mengatakan atom H
tidak lagi terikat secara ekuivalen. Atom C yang terikat dengan satu atom C dan 3 atom H
disebut atom C primer, sedang atom C yang terikat dengan dua atom C den dua atom H
disebut atom C sekunder. Kedua hasil penggantian itu mempunyai rumus struktur yang
berbeda tetapi rumus molekulnya sama, peristiwa ini disebut isomer. Jadi dapatkah Anda
mendefinisikan apa itu isomeri ? Kedua hasil penggantian itu adalah senyawa yang
berbeda terbukti mempunyai sifat-sifat berbeda, titik beku dan titik didih dari yang
berantai lurus adalah -138,3°C dan -0,5°C sedang yang rantainya bercabang adalah
-159°C dan -12°C. Sekarang semakin jelas tentunya mengapa jumlah senyawa karbon itu
demikian banyaknya.

E. Tata Nama Alkana

Sekarang bagaimana memberi nama isomer butana itu ? Untuk itu marilah kita gunakan
aturan tata nama yang diterbitkan IUPAC (International Union of Pure and Applied
Chemistry).

1. Rantai karbon berurutan yang terpanjang dalam suatu molekul ditentukan sebagai
rantai induk. Carilah namanya pada tabel suku pertama sampai dengan 10
senyawa alkana dan letakkan di bagian belakang Kadang-kadang rumus struktur
itu tidak digambarkan dengan rantai karbon terpanjang dalam garis lurus.
2. Isomer bercabang diberi nama sebagai turunan rantai lurus di mana satu atau
beberapa atom hidrogen diganti dengan pecahan alkana. Pecahan alkana ini
disebut gugus alkil, biasa diberi tanda -R (dari kata radikal), dan mempunyai
rumus umum -CnH2n+1
Dengan mengganti n dengan angka-angka diperoleh suku-sukunya seperti terlihat
pada tabel berikut

Beberapa gugus alkil

Rumus struktur
n -CnH2n+1 Rumus struktur terinci Nama
sederhana
H
|
1 -CH3 -C-H -CH3 metil
|
H
H H
| |
2 -C2H5 -C-C-H -CH2-CH3 etil
| |
H H
H H H
| | |
3 -C3H7 - C - C - C- H -CH2-CH2-CH3 propil
| | |
H H H
H H H H
| | | |
4 -C4H9 -C-C-C-C-H -CH2-CH2-CH2-CH3 butil
| | | |
H H H H

Tentunya anda dapat meneruskan untuk alkil-alkil lain, tetapi sebagai gugus
cabang tentunya jarang yang berantai panjang. Letakkan nama gugus cabang ini di
depan nama rantai induk

3. Untuk menentukan cabang pada rantai induk, rantai induk itu diberi diberi nomor
dari kiri atau dari kanan sehingga cabang pertama mempunyai nomor terkecil.
contoh :

H H H H H
| | | | |
H - C5 - C4 - C3 - C2 - C1 - H
| | | | |
H H H H-C-H H
|
H

a. Menurut aturan nomor satu, rantai C terpanjang 5, jadi menurut tabel ini ,
namanya pentana dan kita letakkan di bagian belakang.
b. cabangnya adalah metil
c. Letakkan cabang itu pada atom C nomor dua dari kanan (karena kalau dari
kiri menjadi nomor 4).

4. Kadang-kadang terdapat lebih dari satu cabang. Jika cabang-cabang itu sama,
namanya tidak perlu disebut dua kali. Cukup diberi awalan di- , kalau 3 cabang
sama awalannya tri- , tetra untuk 4 cabang yang sama dan seterusnya. Ingat
setiap cabang diberi satu nomor, tidak peduli cabangnya sama atau beda.

contoh :
H H H H
| | | |
H- 1C - 2C - 3C - 4C - H 2,3-dimetilbutana
| | | |
H H-C-H H-C-H H
| |
H H

a. Rantai terpanjangnya 4, jadi dinamakan butana


b. Cabangnya adalah metil dan ada dua
c. Letak cabangnya pada atom C nomor 2 dan nomor 3.

Jika cabang-cabang itu berbeda, maka urutan menyebutnya adalah menurut urutan
abjad huruf pertamanya, cabang etil disebut dulu dari cabang metil.

F. Alkena

Alkena tergolong hidrokarbon tidak jenuh yang mengandung satu ikatan rangkap dua
antara dua atom C yang berurutan. Jadi rumus umumnya mempunyai 2 atom H lebih
sedikit dari alkana karena itu rumus umumnya menjadi CnH2n+2-2H = CnH2n. Kekurangan
jumlah atom H pada alkena dibandingkan dengan jumlah atom H pada alkana dapat
dijelaskan sebagai berikut. Perhatikan untuk n = 2, pada alkana adalah C2H6 sedang pada
alkena adalah C2H4, bagaimana dapat digambarkan rumus strukturnya? Perhatikan contoh
berikut!

H H H H
| | | |
H-C- C - H berubah menjadi H - C = C - H
| |
H H

Kedua atom H di bawah harus dibebaskan supaya elektron-elektron atom C yang tadinya
dipakai untuk membentuk ikatan kovalen dengan atom H dapat dialihkan untuk
membentuk ikatan kovalen dengan sesama atom karbon. Alkena mengandung satu ikatan
rangkap dua antara dua atom C, maka suku pertama alkena harus mengandung dua atom
C. Jadi n = 2, dan beberapa suku lain dapat Anda lihat pada tabel berikut ini.
Lima suku pertama alkena

Suku
n rumus struktur nama
ke
1 2 CH2 = CH2 etena
2 3 CH2 = CH - CH3 propena
3 4 CH2 = CH - CH2 - CH3 1-butena
4 5 CH2 = CH - CH2 - CH2 - CH3 1-pentena
5 6 CH2 = CH - CH2 - CH2 -CH2 - CH3 1-heksena

Nama alkena berbeda dengan alkana hanya pada bagian belakang, jadi bagian yang
menunjuk pada jumlah tidak berubah. Bagaimana memberi nama alkena yang bercabang?
Secara garis, besar tidak berbeda dengan cara memberi nama alkana yang bercabang,
tetapi pada penentuan rantai induk yang terpanjang harus rantai yang mengandung
ikatan rangkap. Jadi ikatan rangkapnya diutamakan dengan nomor terkecil. Sebagai
contoh lihatlah rumus struktur berikut ini.

H H H H
| | | |
1
C = C2 - C3 - C4 - H 3-metil-1-butena (bukan 2-metil-3-butena)
| | |
H CH3 H

Pada alkana tidak ada bagian dari rumus strukturnya yang mempunyai ciri khas,
sebaliknya pada alkena ada bagian dari rumus strukturnya yang mengandung satu ikatan
rangkap dua. Bagian ini (-C=C-) disebut gugus fungsional.
Suku alkena yang banya dikenal adalah etena (etilena) dan propena (propilena) yang
merupakan bahan dasar untuk membuat plastik polietena (politena) dan polipropilen.

G. Alkuna

Alkuna merupakan deret senyawa hidrokarbon tidak jenuh yang dalam tiap molekulnya
mengandung satu ikatan rangkap 3 diantara dua atom C yang berurutan. Untuk
membentuk ikatan rangkap 3 atau 3 ikatan kovalen diperlukan 6 elektron, sehingga
tinggal satu elektron pada tiap-tiap atom C tersisa untuk mengikat atom H. Jumlah atom
H, yang dapat diikat berkurang dua, maka rumus umumnya menjadi
CnH2n+2 - 4H = CnH2n-2

Seperti halnya alkena, alkuna juga mempunyai suku pertama dengan harga n = 2,
sehingga rumus molekulnya C2H2, sedang rumus strukturnya H - C C - H. Senyawa
alkuna tersebut mempunyai nama etuna atau dengan nama lazim asetilena. Asetilena
merupakan suatu gas yang dihasilkan dari reaksi karbon dengan air dan banyak
digunakan oleh tukang las untuk menyambung besi.

CaC2 (s) + 2 H20 (l)  C2H2 (g) + Ca(OH)2 (aq)


karbida asetilena

Tata nama alkuna sama dengan alkana atau alkena, bagian pertama menunjuk pada
jumlah sedang bagian kedua adalah akhiran -una, tetapi suku pertamanya juga
mempunyai n = 2 seperti alkena. Etuna merupakan suku alkuna satu-satunya yang dapat
dibuat. Suku-suku alkuna lain sering diberi nama atau dianggap sebagai turunan etuna.
Jadi propuna disebut metil asetilena.

Seperti pada alkana, suku-suku rendah pada alkena dan alkuna pun hanya mempunyai
satu rumus struktur, tetapi pada suku ketiga (jangan lupa harga n-nya 4) dapat kita
tuliskan lebih dari satu rumus struktur yaitu ,
pada alkena

1-butena
CH2=CH-CH2-CH3
2-butena
CH3-CH=CH-CH3
CH2=C-CH3
2-metil-1-propena |
CH3

pada alkuna

CH3C-CH2-CH3
1-butuna
CH3-CC-CH3 2-butuna

Jadi peristiwa isomeri terjadi pula pada alkena dan alkuna, bahkan penyebabnya dua.
Kalau pada alkana hanya pada rantainya berbeda (disebut isomeri rantai), pada alkena
dan alkuna dapat pula disebabkan ikatan rangkapnya berpindah tempat (disebut isomeri
posisi) karena itu letak ikatan rangkap pada suku-suku alkena dan alkuna yang lebih
tinggi selalu diberi nomor seperti terlihat di atas.

H. Beberapa Hidrokarbon Lain

Seperti dikatakan dalam klasifikasi hidrokarbon, masih banyak hidrokarbon lainnya, tetapi rumus umumnya kadang-kadang sama dengan rumus umum

yang ada antara lain rumus umum alkena. Rumus umum alkena juga menunjukkan hidrokarbon siklis yang jenuh yang dikenal sebagai siklana (siklo-

alkana) dan siklo-propana sebagai suku pertamanya mempunyai harga n = 3. Alkandiena dan siklo-alkena mempunyai rumus umum yang sama dengan

alkuna. Rumus molekul C5H8 dapat merupakan pentuna, isoprena (monomer dari karet alam atau siklopentana).

H3C - CH2 - CH2 - C  CH pentuna

H2C = C - CH = CH2
| isoprena
CH3

Adalagi hidrokarbon berlingkar yang mengandung cincin segi enam, dikenal sebagai
hidrokarbon aromatik karena umumnya hidrokarbon ini harum baunya walaupun banyak
juga yang beracun. Struktur utama senyawa aromatik yang menjadi dasar sifat-sifat
kimianya adalah cincin benzena. Cincin benzena biasa digambarkan sebagai segi-enam
beraturan dengan tiap sudut ditempati oleh atom C yang mengikat satu atom H dan ikatan
rangkap yang berselang-seling antara dua atom C yang berurutan (lihat gambar di bawah
ini). Gambaran ini sempat menguasai senyawa aromatik untuk beberapa puluh tahun
sebelum akhirnya diubah karena sifat-sifat utama ikatan rangkap tidak tampak pada
gambaran struktur benzena sebelumnya. Hidrokarbon aromatik banyak pula terdapat
dalam minyak bumi.

rumus lama struktur benzena

H
|
H C H
\ // \ /
C C
| ||
C C
/ \\ / \
H C H
|
H

rumus baru struktur benzena

[gambar]

BAB XX
GAS MULIA

UNSUR-UNSUR GAS MULIA

Terdiri Atas : Helium : He


Neon : Ne
Argon : Ar
Kripton : Kr
Xenon : Xe
Radon : Rn

Sifat-Sifat Umum :

1. Tidak Berwarna, tidak berbau, tidak berasa, sedikit larut dalam air.
2. Mempunyai elektron valensi 8, dan khusus untuk Helium elektron valensinya 2,
maka gas mulia bersifat kekal dan diberi valensi nol.
3. Molekul-molekulnya terdiri atas satu atom (monoatom).

Unsur Nomor Atom Konfigurasi Elektron


He 2 1s2
Ne 10 [He] 2s2 2p6
Ar 18 [Ne] 3s2 3p6
Kr 36 [Ar] 4s2 3d10 4p6
Xe 54 [Kr] 5s2 4d10 5p6
Rn 86 [Xe] 6s2 5d10 6p6

Dua elektron dari He membuat subkulit s menjadi penuh dan unsur-unsur gas mulia yang
lain pada kulit terluarnya terdapat 8 elektron. karena kulit terluarnya telah penuh maka
gas mulia bersifat stabil dan tidak reaktif. Jadi afinitas elektronnya mendekati nol.

BAB XXI
UNSUR-UNSUR HALOGEN

A. Sifat-Sifat Halogen

Fluor Klor Brom


Iodium
UNSUR
9 F 17 Cl 35 Br
53 I
2 5
1. Konfigurasi elektron [X] ns , np
2. Massa Atom Catatan :

[X]unsur-unsur gas mulia


3. Jari-jari Atom
=(He, Ne, Ar, Kr)
n =nomor perioda (2, 3,
4. Energi Ionisasi dan 4, 5)
Afinitas Elektron  =makin besar sesuai
5. Keelektronegatifan dengan arah panah
6. Potensial Reduksi (Eored >
0)
7. Suhu Lebur (0o) -216.6 -101.0 -72 114.0
o
8. Suhu Didih (0 ) -188.2 -34 58 183
+ 1, +3 + 1 +1
9. Bilangan Oksidasi
-1
Senyawa Halogen
+5, +7 +5, +7 +5, +7

B. Sifat Fisika Dan Sifat Kimia Unsur Halogen

X2 Fluor (F2) Klor (Cl2) Brom (Br2) Iodium (I2)


1. Molekulnya Diatom
2. Wujud zat (suhu kamar) Gas Gas Cair Padat
Kuning Coklat
3. Warna gas/uap Kuning muda Ungu
hijau merah
4. Pelarutnya (organik) CCl4, CS2
5. Warna larutan (terhadap pelarut Tak
Tak berwarna Coklat Ungu
4) berwarna
6. Kelarutan oksidator

7. Kereaktifan terhadap gas H2


(makin besar sesuai dengan arah panah)
8. Reaksi pengusiran pada senyawa X = Cl, Br, I X = Br X=I Tidak dapat
dan I
F2 + 2KX  Cl2 + 2KX Br2 + KX  mengusir F,
halogenida
2KF X2  2KCl 2KBr + X2 Cl, Br
+ X2
9. Reaksi dengan logam (M) 2 M + nX2  2MXn (n = valensi logam tertinggi)
10. Dengan basa kuat MOH (dingin) X2 + 2MOH  MX + MXO + H2O (auto redoks)
3X2 + 6MOH  5MX + MXO3 + 3H2O (auto
11. Dengan basa kuat (panas)
redoks)
12. Pembentukan asam oksi Membentuk asam oksi kecuali F

Catatan :

I2 larut dalam KI membentuk garam poli iodida


I2 + KI  Kl3
I2 larut terhadap alkohol coklat

B. Hidrogen, Klor, Brom Dan Iodium

SIFAT GOLONGAN

HX HF HCl HBr HI

Sifat reduktor Catatan :

Keasaman  makin besar/kuat


sesuai dengan arah
panah
Kepolaran

Kestabilan
terhadap panas

SIFAT FISIKA DAN KIMIA HIDROGEN HALIDA

HCl HBr HI

1. Bentuk pada suhu biasa Gas tidak berwarna

2. Dalam pelarut non polar


Larut, tak menghantarkan arus listrik
(Benzana/Toluensa)

3. Dalam air Larut, menghantarkan arus listrik

Tidak Teroksidasi Teroksidasi menjadi


4. Dengan H2SO4, pekat (oksidator)
teroksidasi menjadi Br2 I2
Terurai menjadi He
5. Kestabilan terhadap pemanasan Tidak terurai Sedikit terurai
dan I2
BAB XXII
UNSUR-UNSUR ALKALI

A. Sifat Golongan Unsur Alkali

UNSUR 3 Li Na
11 19K 37Rb Cs
55 87 Fr

1. Konfigurasi elektron [X] ns1

2. Massa atom

3. Jari-jari atom (n.m)

4. Keelektronegatifan
Rendah (antara 0.7 - 1.0)

5. Suhu lebur (oC)


Di atas suhu kamar (antara 28.7o - 180.5o)

6. Energi ionisasi
Antara 376 - 519
(kJ/mol)

7. Potensial oksidasi
Positif, antara 2.71 - 3.02 (reduktor)
(volt)

8. Bilangan oksidasi +1 +1 +1 +1 +1 +1

Catatan :
[X] = unsur-unsur gas mulia (He, Ne, Ar, Kr, Xe, Rn)
n = nomor perioda (2, 3, 4, 5, 6, 7)
= makin besar sesuai dengan arah panah

B. Sifat Fisika Dan Kimia

UNSUR Li Na K Rb dan Cs
Perlahan-lahan Cepat terjadi Cepat Terbakar terjadi
a. DENGAN UDARA
terjadi Li2O Na2O dan Na2O2 terjadi K2O Rb2O dan Cs2O
b. DENGAN AIR

2L + 2H2O  2LOH +
H2 (g)
c. DENGAN ASAM KUAT

2L + 2H+  2L+ + H2
(g) (makin hebat reaksinya sesuai dengan arah panah)
d. DENGAN HALOGEN

2L + X2  2LH
WARNA NYALA API Merah Kuning Ungu -
2+
CO3
Garam atau basa yang ClO4- dan
-
sukar larut dalam air [ Co(NO2)6 ]3-
OH- , PO43-

C. Pembuatan Logam Alkali

Dengan cara elektrolisis leburan/lelehan garamnya.

Contoh : NaCl (l) Na+ (l) + Cl- (l)


+
Katoda Na (l) + e-  Na (s)
Anoda Cl- (l)  1/2 Cl2 (g) + e-
--------------------------------------------------------------------------------
 Na+ (l) + Cl- (l) --> Na (s) + 1/2 Cl2 (g)

BAB XXIII
UNSUR-UNSUR ALKALI TANAH

A. Sifat Golongan Unsur Alkali Tanah

4 Be Mg
12 20 Ca Sr
38 56Ba
UNSUR

1. Konfigurasi elektron [X] ns2

2. Massa atom

3. Jari-jari atom (n.m)

4. Energi ionisasi

(M  M+) kJ/mol

(M  M2+) kJ/mol
5. Potensial oksidasi (volt)

6. Keelektronegatifan

7. Suhu lebur (oC)


Antara 650o - 1227o

8. Bilangan oksidasi +2 +2 +2 +2 +2

B. Sifat Fisika Dan Kimia Unsur Alkali Tanah

1. Reaksi dengan

Menghasilkan MO dan M3N2 Dalam keadaan dingin


a. Udara
bila dipanaskan dapat menghasilkan MO
dan M3N2 dipermukaan
Bereaksi dalam
Bereaksi dengan keadaan dingin
uap air membentuk
b. Air Tidak bereaksi
membentuk MO M(OH)2 dan H2.
dan H2 Makin ke kanan
makin reaktif

c. Hidrogen Tidak bereaksi


M + H2  MH2 (Hidrida)

d. Klor M + X2  (dipanaskan) MX2 (garam

e. Asam M + 2H+  M2+ + H2 (g)

2. Sifat oksida Amfoter basa

Peroksidanya Makin stabil sesuai dengan arah


3. Kestabilan peroksida
tidak dikenal panah
Mengurai pada
(suhu pemanasan antara 550o -
4. Kestabilan karbonat pemanasan agak
1400oC)
tinggi

Catatan :

M = unsur-unsur alkali tanah


Ra bersifat radioaktif, Be bersifat amfoter

C. Kelarutan Unsur Alkali Tanah


Kelarutan Sr Ba
Mg Ca

-------------------> Catatan :
M(OH)2
makin besar sesuai arah panah
Warna nyala
Garam Ca2+ = merah
Garam Ba2+ = hijau
MSO4 M = unsur logam
MCO3 alkali tanah
<--------------------
makin besar sesuai arah panah
MCrO4

D. Pembuatan Logam Unsur Alkali Tanah

Dengan elektrolisis leburan garamnya.

Contoh:

CaCl2(l)  Ca2+ (l) + 2Cl- (l)


Katoda : Ca2+ (l) + 2 e-  Ca (s)
Anoda : 2Cl2 (g) + 2 e-
------------------------------------------------------------------------
Ca2+ (l) + 2Cl- (l)  Ca (s) + Cl2 (l)

E. Kesadahan

Air Sadah ialah air yang sukar berbuih dengan sabun dan banyak mengandung ion Ca2+
dan Mg2+.

Macamnya:

1. Kesadahan Sementara

Mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2


Dapat dihilangkan dengan pemanasan

Contoh : Ca(HCO3)2 (aq)  CaCO3 + H2O (l) + CO2 (g)

2. Kesadahan Tetap

Mengandung CaSO4 dan MgSO4


Dapat dihilangkan dengan menambahkan soda ash (Na2CO3)

Contoh : MgSO4 (aq) + Na2CO3 (aq)  MgCO3 + Na2SO4 (aq)


BAB XXIV
UNSUR-UNSUR PERIODE KETIGA

A. Sifat-Sifat Periodik, Fisika Dan Kimia

UNSUR Na
11 12 Mg 13Al 14 Si 15 P 16 S 17Cl

[Ne]
Konfigurasi [Ne] [Ne] 3s2, [Ne] [Ne]
[Ne] 3s2 3s2, [Ne] 3s2,
elektron 3s1 3p1 3s2, 3p2 3s2,
3p3 3p5
3p4

<----------------------------
Jari-jari atom
makin besar sesuai arah panah

----------------------------->
Keelektronegatifan
makin besar sesuai arah panah

Semi
Kelogaman Logam Bukan Logam
logam

Reduktor <----------------------------
Oksidator/reduktor (makin besar sesuai arah panah)
oksidator

Konduktor/isolator Konduktor Isolator

Oksida (utama) Na2O MgO Al2O3 SiO2 P 2O 5 SO3 Cl2O7

Ikatan Ion Kovalen

Sifat oksida Basa Amfoter Asam

Hidroksida NaOH Mg(OH)2 Al(OH)3 H2SiO3 H3PO4 H2SO4 HClO4

Kekuatan Basa Basa Basa Asam Asam Asam Asam


basa/asam kuat lemah lemah lemah lemah kuat kuat

Klorida NaCl MgCl2 AlCl3 SiCl4 PCl5 SCl2 Cl2

Ikatan Ion Kovalen

Senyawa dengan
NaH MgH2 AlH3 SiH4 PH3 H2S HCl
hidrogen

Ikatan Ion Kovalen

Asam
Reaksi dengan air Menghasilkan bau dan Tidak bersifat Asam
kuat
gas H2 asam lemah
BAB XXV
UNSUR-UNSUR PERIODE KEEMPAT
A. Pengertian Unsur Transisi

Definisi : Unsur transisi adalah unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit terluar
dan kulit pertama terluar untuk berikatan dengan unsur-unsur yang lain.

Orbital
Nomor Konfigurasi
Unsur
Atom Elektron
3d 4s

Skandium
21 (Ar) 3d1 4s2 
(Sc) 

Titanium (Ti) 22 (Ar) 3d2 4s2  




Vanadium (V) 23 (Ar) 3d3 4s2   




Krom (Cr) 24 (Ar) 3d5 4s1


     

Mangan (Mn) 25 (Ar) 3d5 4s2     




Besi (Fe) 26 (Ar) 3d6 4s2     




Kobalt (Co) 27 (Ar) 3d7 4s2     




Nikel (Ni) 28 (Ar) 3d8 4s2     




Tembaga (Cu) 29 (Ar) 3d10 4s1     


Seng (Zn) 30 (Ar) 3d10 4s2     




Konfigurasi elektron Cr bukan (Ar) 3d4 4s2 tetapi (Ar) 3d5 4s1. Demikian halnya dengan
konfigurasi elektron Cu bukan (Ar) 3d9 4s2 tetapi (Ar) 3d10 4s1. Hal ini berkenaan dengan
kestabilan orbitalnya, yaitu orbital-orbital d dan s stabil jika terisi penuh, bahkan 1/2 penuh
pun lebih stabil daripada orbital lain.

B. Sifat Periodik
UNSUR 21Sc Ti
22 V
23 Cr
24 25 Mn Fe
26 Co
27 Ni
28 29 Cu Zn
30

[Ar] [Ar] [Ar] [Ar] [Ar] [Ar] [Ar] [Ar] [Ar]


Konfigurasi [Ar]
3d1 3d2 3d3 3d5 3d5 3d7 3d8 3d10 3d10
Elektron 3d6 4s2
4s2 4s2 4s2 4s1 4s 2
4s2 4s2 4s1 4s2

Massa jenis
(g/mL) Antara 3.4 - 8.92 (makin besar sesuai dengan arah panah)
keelektro- -------------------------------------------------------->
negatifan Antara 1.3 - 1.9 (makin besar sesuai dengan arah panah)

Bilangan 0;2; 0;2;3; 0;2; 0;2;3;


0;3 0;2;3 0;2;3 0;2;3 0;1;2 0;2
oksidasi 3;4 4;5 3;6 4;6;7

Titik lebur
Di atas 1000oC (berbentuk padat)
(oC)

Energi
ionisasi Antara 1872 - 2705 (sukar melepaskan elektron terluarnya)
(kJ/mol)
Jumlah
elektron Satu Dua Tiga Enam Lima Empat Tiga Dua Satu -
tunggal
Sifat yang disebabkan karena adanya elektron yang tidak
Sifat para- berpasangan
magnetik/ (=elektron tunggal) diama-
fero- gnetik
magnetik Makin banyak elektron tunggalnya, makin bersifat
feromagnetik

Warna ion Merah Hijau Merah


- - Ungu Biru Hijau Biru -
M2+ muda muda muda

Tak
Warna ion
ber- Ungu Hijau Hijau - Kuning - - - -
M3+
warna

Ion-ion tak
berwarna Sc3+ , Ti4+ , Cu+ , Zn2+

Catatan :

MnO4- = ungu
Cr2O72- = jingga

C. Sifat Fisika Dan Kimia

UNSUR Oksida Jenis oksida Rumus Basa/Asam

CrO Oksida basa Cr(OH)2


Cr(OH)3
Cr2O3 Oksida amfoter
HCrO2
24Cr
(krom)
H2CrO4
CrO3 Oksida Asam
H2CrO7

MnO Mn(OH)2
Oksida Basa
Mn2O3 Mn(OH)3
Mn
25
(mangan)
MnO3
H2MnO4
Oksida Asam
HMnO4
Mn2O7

FeO Fe(OH)2
Fe
26
(besi)
Fe2O3 Fe(OH)3

CoO Co(OH)2
27Co
(kobal)
Co2O3 Co(OH)3
OKSIDA BASA
NiO Ni(OH)2
Ni
28
(nikel)
Ni2O3 Ni(OH)3

Cu2O CuOH
Cu
29
(tembaga)
CuO Cu(OH)2

D. Sifat Reaksi Dari Senyawa-Senyawa Krom Dan Mangan

E. Unsur-Unsur Transisi Dan Ion Kompleks

a. Unsur Transisi

Unsur yang dapat menggunakan elektron pada kulit pertama sebelum kulit terluar untuk
berikatan dengan unsur lain

b. Ion Kompleks

Terdiri dari Ion pusat dari Ligand

1. Ion pusat ion dari unsur-unsur transisi dan bermuatan positif.


molekul atau ion yang mempunyai pasangan elektron bebas.
2. Ligand
Misal : Cl-, CN-, NH3, H2O dan sebagainya.
3. Bilangan koordinasi adalah jumlah ligand dalam
suatu ion kompleks.

Antara ion pusat dan ligand terdapat ikatan koordinasi.

c. Daftar Ion Kompleks


1. Ion Kompleks positif :
[Ag(NH3)2]+ = Diamin Perak (I)
[Cu(NH3)4]2+ = Tetra amin Tembaga (II)
[Zn(NH3)4]2+ = Tetra amin Seng (II)
[Co(NH3)6]3+ = Heksa amin Kobal (III)
[Cu(H2O)4]2+ = Tetra Aquo Tembaga (II)
[Co(H2O)6]3+ = Heksa Aquo Kobal (III)

2. Ion Kompleks negatif


[Ni(CN)4]2- = Tetra siano Nikelat (II)
[Fe(CN)6]3- = Heksa siano Ferat (III)
[Fe(CN)6]4- = Heksa siano Ferat (II)
[Co(CN)6]4- = Heksa siano Kobaltat (II)
[Co(CN)6]3- = Heksa siano Kobaltat (III)
[Co(Cl6]3- = Heksa kloro Kobaltat (III)

BAB XXVI
GAS HIDROGEN
A. Sifat Fisika Dan Kimia

Titik Didih (oC) -252.6oC


Titik Lebur (oC) -259.2oC
H2 (g) + Cl2 (g)  2 HCl (g)
Dengan Halogen
HCl (g) + air  H+ (aq) + Cl- (aq)
Dengan Logam 2 Na (s) + H2 (g) ® 2 Na+H- (s) + energi

Golongan Alkali Na+H- (s) + H2O  NaOH (aq) + H2 (g)


Susunan Atom 1 proton + 1 elektron
Isotop 11H , 12H , 13H
Potensial Iobisasi (kJ/mol) 56.9 kJ/mol

B. Pembuatan

A. Cara Industri B. Cara Laboratorium

1. Elektrolisis air yang sedikit


diasamkan
1. Logam (golongan IA/IIA) + air
2K(s) + 2H2O(l)  2KOH (aq) + H2 (g)
2H2O (l)  2H2 (g) + O2 (g)
Ca (s) + 2H2O (l)  Ca(OH)2 (aq) + H2 (g)

2. 3Fe(pijar) + 4H2O  Fe3O4 (s) + 2. Logam dengan Eok o > O + asam kuat encer
Zn (s) + 2HCl (aq)  ZnCl2 (aq) + H2 (g)
4H2(g)
Mg (s) + 2 HCl (aq)  MgCl2 (aq) + H2(g)
3. Logam amfoter + basa kuat
Zn (s) + NaOH(aq)  Na2ZnO2 (aq) + H2(g)
3. 2C(pijar) + 2H2O (g)  2H2 (g)
2Al (s) + 6NaOH (aq)  2Na3AlO3 (aq) +
+ 2CO (g)
3H2(g)

Anda mungkin juga menyukai