I. Aspek-Aspek Keapemimpinan
1. Physicality (Fisik)
Aspek pertama yang menjadi sorotan utama dari pemimpin ialah fisiknya. Jika kita
melihat seseorang, pasti hal yang pertama kita lihat fisiknya bukan?
Aspek fisik ini sangat erat kaitannya dengan visual, seperti cara berpakaian, postur
tubuh, kebersihan dan kerapian.
Selain itu intonasi,
dan warna suara juga
sangat berpengaruh bagi
kepemimpinan seseorang.
Pernah nggak mendengar
bagaimana dulu Bung
Karno berpidato, sehingga
membangkitkan semangat
rakyat Indonesia.
Suaranya yang
lantang, dan penuh semangat membuat banyak orang menaruh kepercayaan besar
terhadap sosoknya sebagai pemimpin saat itu.
2. Intellectuality (Intelektual)
Setelah melihat fisiknya, kemudian beralih kepada kecerdasan itelektualnya. Aspek
yang kedua ini sangatlah berpengaruh bagi kepemimpinan seseorang, karena bertahan
tidaknya sebuah perusahaan, tergantung pada kreativitas pemimpinnya.
3. Sociability (Sosial)
Aspek ini juga perlu dimilki dari seorang pemimpin. Karena seorang pemimpin
akan mudah menyampaikan visinya, dan menjalankan misinya jika bawahannya merasa
senang dengan pemimpin tersebut.
4. Emotionality (Emosional)
Kenali emosi kamu saat diposisikan menjadi pemimpin, terutama berkaitan dengan
masalah pribadi. Jangan campurkan masalah pribadi dengan masalah perusahaan, karena
berdampak buruk bagi perusahaan yang kamu pimpin.
Tularkan emosi secara positif, dan tentunya jangan berlebihan. Analisis data, dan
fakta ketika terjadi permasalahan. Lakukan story telling untuk mengungkapkan
permasalahan yanga ada, dan jangan langsung meng-judge suatu hal, apalagi
menyalahkan orang lain.
5. Personability (Personal)
Dalam aspek personabilty ini yang perlu dipahami ialah kesadaran kita dalam
memahami tujuan hidup, memegang nilai-nilai yang dipercayai, dan tahu apa yang anda
inginkan serta mengetahui cara mendapatkannya.
Oleh karena itu harus banyak belajar dari pengalaman sukses pribadi, dan orang
lain. Masukan positif, sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri.
Selain itu juga dibutuhkan motivasi diri, caranya dengan menjauhi pikiran negatif
ketika gagal, mencari solusi untuk menyelesaikan masalah, dan tetap tenang, serta fokus
ketika ada tekanan.
6. Morality (Moral)
Hal-hal yang berkaitan dengan moral ini, cukup subtstansial. Hal ini menyangkut
tentang integrity yaitu mau dan mampu mengatakan hal yang benar secara konsisten.
Mampu bertanggung jawab atas seluruh keputusan yang diambil, dan mau berkorban
untuk kepentingan orang lain.
Itulah 6 aspek yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Jadi jika kamu berniat menjadi
pimpinan di sebuah perusahaan, baik perusahaan orang ataupun perusahaan sendiri,
pelajarilah 6 aspek tersebut. Supaya kamu menjadi pemimpin yang disukai, dan disenangi
oleh bawahan, kolega, serta lawan bisnismu.
dengan tegas dia bedakan dari keyakinan agama dan agama. Dia percaya bahwa SQ
dikembangkan dari waktu ke waktu, dengan praktik yang signifikan.
5. Menjadi teladan. Menjadi teladan bukan hanya di depan jemaat saja ataupun
dio depan orfang yang dipimpinnya. Melainkan menjadi teladan mulai dari
dalam keluarga taupun rumah, masyarakat dan juga gereja. Seorang pempin
haraus dapat menjaga perkataan, perbuatan yang sesuai dengan Firman
Tuhan.
C. Pentingnya Visi, Misi Pemimpin Kristen
Pemimpin harus tahu apa misi dari pelayanan yang dia tangani. Misi mengingatkan
“ mengapa kita ataupun organisasi ini ada”. Gereja ada bukan sekedar untuk membuat
serangkaian kegiatan yang menyenangkan, tapi misi utamanya adalah mememnagkan
jiwa yang terhilang dengan Injil
Kristus. Pemimpin juga harus
memiliki visi, yaitu pandangan
kedepan untuk membuat rencana,
supaya dia dapat menentukan
sasaran, arah, tujuan yang kelas, sehingga ia dapat mengajak semua orang
untuk mencapai visi itu. Seorang pemimpin yang memiliki visi selalu melangkah
kedepan dengan penuh keberanian atas dasar imannya. Seorang pemimpin harus lebih
banyak melihat kedepan dari pada yang dipimpin. Seperti halnya dengan Nehemia (Neh
2:8) yang meilhat jauh kedepan. Seorang pemimpin haruslah mempunyai visi, tanpa visi
maka tidak mungkin seorang pemimpin dapat mencapai tujuan. Tujuannya bukan hanya
untuk generasi ataupun masa jabatannya saat ini melainkan juga kepada generasi yang
akan datang.
D. Kriteria Ideal Kepemimpinan Kristen
Di dalam 1 Timotius 3:1-13, Paulus memberikan Kriteria bagi pemimpin Kristen
ataupun pemimpin rohani yang memiliki beberapa kwalifikasi, bukan hanya asal memiliki
jabatan dan hendaknya kualifikasi ini menjadi tolak ukur minimal yang dimiliki oleh
seorang pemimpin Kristen.
Sosial: memiliki nama baik di dalam lingkungan jemaat maupun di lingkungan
masyarakat. Haruslah orang yang terhormat.
Moral: suami dari satu istri demikian sebaliknya, dapat menegendalikan diri,
bukan seorang pemabuk.
Mental, bijaksana, sopan dan dapat mengajarkan kebenaran Firman Tuhan dengan
baik.
Kepribadian: bukan pemarah melainkan orang yang ramah terhadap orang lain,
suka damai dan pembuat damai, mau memberikan tumpanagn, bukan hamba uang
ataupun serakah, tidak bercabang lidah ataupun jujur, tidak suka memfitnah,
memiliki hati nurani yang murni dan dapat dipercaya.
Kehidupan Rumah tangga: kepala keluarga yang baik, disegani, dihormati, oleh
anggota keluarga, mampu membimbing anak dan istrinya dijalan yang benar.
Kedewasaan iman: bukan seorang yang baru bertobat, maka perlu dilakukan
pengujian terlebih dahulu.
E. Keteladanan Kepemimpinan Kristen
Kasih. Pemimpin yang memiliki “kasih” kepada Tuhan adalah pemimpin
yang selalu bersyukur dalam keadaan apapun, dan pemimpin yang selalu bersyukur
adalah pemimpin yang selalu menyenangkan hati Tuhan. Hukum dasar dari seorang
pemimpin adalah Kasih, kasih kepada Allah maupun kepada manusia.
Rendah hati. Seorang yang ingin menjadi pemimpin hendaklah mempunyai
kerendahan hati. Sama seperti Kristus yang adalah pemimpin Kristen yang sejati, Ia
mau merendahkan dirinya. Di dalam Markus 10:44 mengatakan siapa yang ingin
menjadi pemimpin hendaklah memiliki hati seorang hamba.
Memiliki wawasan yang luas. Ia harus bisa melihat lebih jauh ke depan dari
lain-lain dan harus bisa membedakan lebih terang daripada golongan yang
dipimpinnya. Dengan demikian akan mendorong yang dipimpin untuk berfikir lebih
maju lagi dari biasanya.
Sabar. Dalam menjalankan kepemimpian, seorang pemimpin pasti memiliki
tantangan dan msalah demi masalah yang harus dihadapi. Maka ia harus memiliki
sikap yang sabar dalam menghadapinya dan menganggapnya bukan sebagai beban.
Kesabaran yang dimiliki akan menjadi perhatian dari pada jemaat atau yang
dipimpin.
Ramah. Ramah bukan hanya pada warga gereja ataupun jemaat, namun
kepada siapapun. Dengan memiliki sikap yang ramah maka ia akan mudah untuk
diterima dimanapun.
10 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen
Denni J Karundeng, M.Pd.K
F. Pentingnya Pendelegasian
Pendelegasian ialah tindakan mempercayakan tugas (yang pasti dan jelas),
kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, dan pertanggungjawaban kepada bawahan
secara individu dalam setiap posisi tugas. Pendelegasian dilakukan dengan cara membagi
tugas, kewenangan, hak, tanggung jawab, kewajiban, serta pertanggungjawaban, yang
ditetapkan dalam suatu penjabaran/deskripsi tugas formil dalam organisasi. Dasar
pendelegasian adalah kepercayaan. Dengan adanya pendelegasian yang jelas maka
manfaatnya adalah
Pekerjaan akan mudah dan ringan dengan beberapa orang yang bergerak bersama-
sama di dalamnya.
Pemimpin dapat mempelajari hal yang baru lagi yang dapat menujang kinerja
pelayanan dan dapat mencapai tujuan dengan pasti dan terstruktur.
Penyelesaian tugas ataupun tujuan pelayanan akan cepat tercapai.
Mengajarkan bawahan untuk dapat bertanggung jawab dalam kepercayaan yang
telah dipercayakan.
Dengan melihat adanya manfaat dalam pendelegasikan, maka pendelegasian
dalam pelayanan sangat penting. Perbedaan talenta yang Tuhan berikan harus digunakan
untuk saling membangun dengan memiliki satu tujuan, yaitu menyenangkan hati Tuhan
dan memenangkan jiwa sebanyak mungkin (1 Kor 12:12-31).
Bahaya Atau Penyebab Kegagalan Kepemimpinan Kristen Di Gereja Lokal
Bahaya atau penyebab yang biasanya muncul dari kegagalan bagi seorang
pemimpin ataupun kepemimpinan adalah :
1. Tidak ada pendelegasian 5. Tinggi hati
2. Kurangnya kepercayaan kepada orang lain; 6. Emosional
3. Tidak hidup dalam kebenaran Firman 7. Tidak bertanggung jawab
Tuhan
4. Ketidak matangan pribadi pemimpin
11 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen
Denni J Karundeng, M.Pd.K
12 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen
Denni J Karundeng, M.Pd.K
13 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen
Denni J Karundeng, M.Pd.K
14 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen
Denni J Karundeng, M.Pd.K
Sumber :
Ivancevich, dkk. 2008. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta : Erlangga
Kreitner dan Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta : salemba Empat
Robbins dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi. Jakarta : salemba empat
15 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen
Denni J Karundeng, M.Pd.K
Leadership Intelligences
SQ and PQ intelligences are rarely, if ever, talked about in leadership circles. but
two that are include intellectual intelligence (IQ) and Emotional Intelligence (EQ) but
evidence is growing that Spiritual Intelligence (SQ) and Physical Intelligence (SQ) are in
fact major factors in determining the success of both leaders and organisations alike.
In 1983 Howard Gardner, in his book Frames Of Mind, wrote about seven types of
multiple intelligences in human beings. Gardner argues that there is a wide range of
cognitive abilities, and that strength or weakness in one area or ability does not necessarily
correlate to another intelligence. Gardner did not mention leadership in any of his multiple
intelligences. However it is easily recognizable that to be an effective, efficient and
productive leader, intelligence is quite naturally required. As such, there is now growing
understanding that there are four kinds of intelligence that directly affect one’s leadership
capabilities and methodologies to become a successful leadership practitioner.
A holistic approach to leadership requires knowledge, i.e. intelligence, is these
areas: Physical (PQ); Intellectual (IQ); Emotional (EQ); and Spiritual (SQ). They are
interrelated in that they build on each other as one’s intellectual level increases over time
through normal life experiences, academic achievements and professional expertise in our
chosen fields. I would argue that the order of importance should be SQ, EQ, IQ and PQ.
I might even argue that PQ come before IQ. IQ, I see as the basic foundations rather than
the icing on top,
The importance of Physical Intelligence (PQ) to the overall well-being of personal
health and fitness. Physical Intelligence relates to Gardner’s bodily-kinesthetic
intelligence. Furthermore, current studies and findings prove the necessity of maintaining
a strong fitness level to improve longevity and body functions. PQ theory says that
individuals need be knowledgeable in fitness, nutrition, and bodily wellness.Cindy
Wigglesworth, in her book SQ 21, outlines from her research 21 key elements to Spiritual
Intelligence (SQ); which she emphatically differentiates from religious and religious
beliefs. She believes that SQ is developed over time, with significant practice.
Spiritual Intelligence (SQ)
16 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen
Denni J Karundeng, M.Pd.K
SQ may be defined as: “The ability to behave with wisdom and compassion, while
maintaining inner and outer peace, regardless of the situation.” Wisdom and compassion
being the pillars of SQ.
Deeper understanding of one’s own world view, life purpose, value hierarchy and
controlling personal ego to consider the higher self.
Self-mastery of one’s spiritual growth, living your purpose, values and vision,
sustaining faith in and seeking guidance from a higher power.
Universal awareness of world view of others, limitations and power of human
perception, awareness of spiritual laws and transcendental oneness
Social Mastery/Spiritual Presence: wise and effective mentor of spiritual
principles; leadership change agent; making wise and compassionate decisions; and being
aligned with the ebb and flow of life.
Emotional Intelligence (EQ)
Daniel Goleman, writing in What Makes A Leader, says that his findings have
shown that the most effective leaders all have a high degree of Emotional Intelligence
(EQ).
The Center for Creative Leadership (CCL) says EQ is associated with better
performance in nine different areas of leadership and management. Goleman’s research
clearly shows that EQ is the sine qua non – absolute requirement – of leadership.
Learn principles and practices for improvements in Self-Awareness and Self-
Management: self-confidence; self-control; adaptability; initiative.
Becoming more socially: empathetic; service orientation to others and the
organization.
Relationship Management: inspirational leadership practices; change
management; conflict resolution skills; teamwork building techniques.
Intelligence Quotient (IQ)
Life-long learning is widely regarded as the increase in the intellectual level – IQ –
of everyone wishing to improve one’s mind, professional expertise, and position in life.
IQ contributes significantly to the personal “wisdom” one attains throughout the maturing
process.
17 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen
Denni J Karundeng, M.Pd.K
Henri Bergson, in his book Creative Evolution reminds us: “To exist is to change,
to change is to mature, to mature is to go on creating oneself endlessly.” Continuing
education is a never-ending process in raising one’s intellectual level, i.e. IQ.
Life-long learning is widely regarded as the increase in the intellectual level – IQ –
of everyone wishing to improve one’s mind, professional expertise, and position in life.
IQ contributes significantly to the personal “wisdom” one attains throughout the maturing
process.
Enrolling in classes of higher learning, obtaining a second degree, technical
expertise improvement classes.
Research intellectual topics such as philosophy, religion, symbolism, leadership,
psychology.
Surrounding yourself with people or organizations where life-long learning exists.
This has been regarded as the key building clock in learning over a number of years
but the importance of both EQ and at the moment to a lesser extent SQ and PQ have had
lower profiles. This is however changing quickly in order to meet changing needs in
succeeding generations and their needs and desires.
Physical Intelligence (PQ)
Ability to listen, identify and respond to internal messages about one’s physical
self. Pain, hunger, depression, fatigue and frustration are examples.
Learn about and understand the mind body connection. For instance: stomach
telling mind it is time to stop eating; understanding the difference between the internal
voice of wants vs. needs; the bodies need for exercise when we want to be lethargic.
Determining our body’s perfect weight, fitness level and perfect diet.
David McCuiston wrote on this topic in About Leaders in May 2013.
18 | S T T P a i s J a k a r t a Kepemimpinan Kristen