Anda di halaman 1dari 8

Artikel Penelitian

Gambaran Hasil Screening Aloantibodi pada


Pasien Transfusion Dependent Thalassemia di
RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung

Ellyana Perwitasari, Nadjwa Zamalek Dalimoenthe, Leni Lismayanti, Basti Andriyoko

Departemen/SMF Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran,


Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin, Bandung

Abstrak
Pendahuluan: Pasien transfusion dependent thalassemia (TDT) membutuhkan transfusi
eritrosit rutin untuk mempertahankan hidup sehingga berisiko mengalami aloimunisasi
dan membentuk aloantibodi. Aloantibodi dapat mengganggu pemeriksaan pretransfusi
dan menyebabkan reaksi transfusi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran aloantibodi pada pasien TDT
di RSUP Dr. Hasan Sadikin (RSHS), Bandung.
Penelitian observasional deskriptif dengan rancangan potong lintang dilakukan pada
183 pasien TDT anak dan dewasa. Bahan pemeriksaan berupa wholeblood dengan
antikoagulan EDTA.
Aloantibodi ditemukan pada 1,1% (2 dari 183) subjek yaitu pada anak usia 12 tahun dan
pada dewasa usia 27 tahun. Rendahnya frekuensi aloantibodi positif pada penelitian ini
kemungkinan disebabkan karena homogenesitas antigen eritrosit non-ABO antara do-
nor dan subjek; kemungkinan subjek tergolong non-responden; karena lebih dari 50%
subjek tergolong undernutrition yang berpengaruh terhadap respons imun.
Kesimpulan: aloantibodi positif ditemukan pada sebagian kecil pasien TDT di RSHS.
Walaupun sedikit, namun screening aloantibodi harus dipertimbangkan untuk dilakukan
pada pasien-pasien ini.
Kata kunci: aloantibodi, aloimunisasi, transfusion dependent thalassemia

Korespondensi: Ellyana Perwitasari


E-mail: ellyana_perwitasari@hotmail.com

584 J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 10, Oktober 2017
Gambaran Hasil Screening Aloantibodi pada Pasien Transfusion Dependent Thalassemia

Alloantibody Screening on Transfusion Dependent


Thalassemia Patients in Dr. Hasan Sadikin General Hospital, Bandung

Ellyana Perwitasari, Nadjwa Zamalek Dalimoenthe,


Leni Lismayanti, Basti Andriyoko

Department of Clinical Pathology, Faculty of Medicine, University of Padjadjaran,


Dr. Hasan Sadikin General Hospital, Bandung

Abstract
Introduction: Transfusion dependent thalassemia (TDT) patients require rou-
tine erythrocyte transfusions to sustain life so that at risk of alloimmunization
and alloantibody formation. Alloantibodies can interfere with pretransfusion
examination and cause transfusion reactions.
The purpose of this study was to know the description of alloantibodies in TDT
patients in Dr. Hasan Sadikin General Hospital (RSHS), Bandung.
A descriptive observational study with cross sectional design was conducted
in 183 children and adult. Wholeblood with EDTA anticoagulants used for ex-
amination.
Alloantibodies are found in 1.1% (2 of 183) subjects: children aged 12 years
and adult aged 27 years. The low frequency of positive alloantibodies in this
study may be due to the homogeneity of non-ABO erythrocyte antigens be-
tween the donor and the subject; possible subjects belonging to non-respon-
dents; and because more than 50% of subjects classified as undernutrition that
affect the immune response.
Conclusions: Positive alloantibodies are found in a small proportion of TDT
patients in RSHS. Although few, alloantibody screening should be considered
for these patients.
Keywords: alloimunization, alloantibody, transfusion dependent thalassemia

Pendahuluan
Thalassemia merupakan suatu kelompok penyakit memiliki berbagai risiko seperti iron overload dan
genetik yang disebabkan oleh berkurang atau tidak aloimunisasi.4
adanya sintesis satu atau lebih rantai globin. Defek Aloimunisasi adalah reaksi imun berupa
sintesis rantai globin akan menimbulkan anemia pembentukan antibodi yang terjadi bila antigen
dengan derajat bervariasi.1 Berdasarkan kebutuhan golongan darah yang tidak dimiliki seseorang
akan transfusi, thalassemia dibedakan menjadi trans- memasuki sirkulasi darahnya. Antibodi yang terbentuk
fusion dependentthalassemia (TDT) dan non-transfu- disebut aloantibodi dan antigen yang masuk disebut
sion dependentthalassemia (NTDT). Pasien TDT aloantigen. Aloimunisasi terjadi akibat aloantigen yang
membutuhkan transfusi darah seumur hidup yang terdapat pada eritrosit, leukosit atau trombosit dari
umumnya diberikan setiap 2-5 minggu.2 Pasien NTDT komponen darah donor. Aloantibodi yang dihasilkan
hanya membutuhkan transfusi darah pada waktu dan dari aloimunisasi bermakna secara klinis jika
kondisi klinis tertentu, namun tidak membutuhkan aloantibodi tersebut dapat menimbulkan hemolisis
transfusi rutin untuk bertahan hidup.3 (aloantibodi eritrosit), febrile non-hemolytic trans
Pada pasien TDT terapi transfusi rutin sangat fusionreactions (aloantibodi leukosit), atau transfusi
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan pada trombosit refrakter (aloantibodi trombosit).5
anak-anak dan untuk kualitas hidup yang lebih baik Frekuensi aloimunisasi eritrosit bervariasi antar
pada orang dewasa. Namun, transfusi rutin juga populasi dan etnis dengan frekuensi yang telah

J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 10, Oktober 2017 585
Gambaran Hasil Screening Aloantibodi pada Pasien Transfusion Dependent Thalassemia

dilaporkan sekitar 2-21%.5 Frekuensi aloimunisasi dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor yang
eritrosit pada kelompok pasien hemoglobinopati kompleks, di antaranya faktor aloantigen (imuno-
(thalassemia dan anemia sel sabit) dapat mencapai genesitas dan antigenesitas antigen) dan faktor resipien
50% tergantung pada besarnya perbedaan etnis antara (sistem imun tubuh).21Sistem imun dipengaruhi oleh
populasi donor dan resipien, status inflamasi pasien, faktor nutrisi dan telah diketahui adanya malnutrisi
dan sejauh mana pemeriksaan pencocokan golongan yang dapat menyebabkan imunodefisiensi. Defisiensi
darah dilakukan.6 Jenis aloantibodi yang banyak zat nutrisi tunggal sekalipun dapat menyebabkan
ditemukan dari berbagai penelitian di Asia yaitu anti- perubahan respons imun tubuh.22Berbagai penelitian
E, anti-c, anti-C, anti-D, anti-K, anti-M dan anti-Mia.7- telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor risiko
10
Frekuensi aloantibodi eritrosit di Indonesia pada aloimunisasi eritrosit pada resipien (thalassemia)
populasi umum belum diketahui. Namun, pada pasien dengan hasil yang berbeda satu dengan lainnya. Faktor-
thalassemia telah dilakukan beberapa penelitian di faktor risiko tersebut antara lain usia resipien saat
Jakarta dan Yogyakarta untuk mengetahui frekuensi pertama kali mendapat transfusi, jumlah komponen
aloantibodi eritrosit dengan hasil berkisar antara 8- darah yang ditransfusikan, jenis komponen darah yang
29,5%.11-14 Aloantibodi terbanyak yang ditemukan diberikan (leukoreduced blood atau bukan), riwayat
pada pasien thalassemia di Jakarta yaitu anti-E dan reaksi transfusi, lama terapi transfusi, riwayat
anti-M.11,12 splenektomi (pada pasien thalassemia), dan lain-
Aloantibodi sistem golongan darah non-ABO yang lain.13,21,23
sering diperiksa di Asia antara lain aloantibodi terhadap Rumah sakit umum pusat (RSUP) Dr. Hasan
sistem golongan darah Rh (antibodi D, C, c, E, e), Sadikin, Bandung merupakan rumah sakit rujukan
MNS (antibodi M, N, S, s, Mia), P1PK (antibodi P1), provinsi Jawa Barat dengan jumlah pasien thalassemia
Kell (antibodi K, k), Lewis (antibodi Lea, Leb), Duffy terbanyak di Jawa Barat. Jumlah pasien thalassemia
(antibodi Fya, Fyb), dan Kidd (antibodi Jka, Jkb).15 sepanjang tahun 2015 di RSUP Dr. Hasan Sadikin,
Pemeriksaan antibodi terhadap sistem golongan darah Bandung yaitu 895 pasien yang meliputi 826 pasien
Rh termasuk di dalamnya karena pemeriksaan rawat jalan dan 69 pasien rawat inap.24Penelitian
golongan darah Rh yang rutin dilakukan selama ini Maryani E., et al.,25 pada tahun 2014 menemukan
hanya terhadap antigen D, sedangkan antigen Rh kejadian inkompatibilitas crossmatch pada pasien
lainnya (antigen C, c, E, e) diketahui dapat thalassemia mayor anak sebanyak 8,8% dari 377 subjek
menyebabkan aloimunisasi dan aloantibodi yang penelitian, dengan rincian inkompatibilitas mayor 3%,
terbentuk menimbulkan masalah.16 inkompatibilitas minor 15,2% dan inkompatibilitas
Deteksi aloantibodi eritrosit penting pada resipien minor-otokontrol 81,8%. Sedangkan untuk angka
karena aloantibodi dapat menyebabkan berbagai kejadian reaksi transfusi pada pasien TDT di RSUP
permasalahan seperti mengganggu pemeriksaan Dr. Hasan Sadikin, Bandung belum diketahui dengan
crossmatch, menghambat ketersediaan produk darah, pasti.
memboroskan tenaga dan biaya penyediaan unit darah Deteksiantibodi pada resipien yang mendapat
yang cocok, dapat memperpendek usia hidup eritrosit transfusi berulang, khususnya pasien TDT, belum
donor, dan berpotensi menyebabkan reaksi transfusi dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung. Dan
hemolitik (pada beberapa kasus dapat mengancam berdasarkan penelusuran kepustakaan, belum ada
jiwa).16,17 Adanya aloantibodi pada pasien TDT dapat penelitian mengenai gambaran screening aloantibodi
menyebabkan target transfusi tidak tercapai akibat pada pasien TDT di RSUP Dr. Hasan Sadikin,
hemolisis eritrosit donor sehingga dapat meningkatkan Bandung. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk
frekuensi transfusi.18 mengetahui gambaran hasil screening aloantibodi pada
Untuk mendeteksi ada tidaknya aloantibodi dapat pasien TDT di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung.
dilakukan dengan screening antibodi.19Screening
antibodi termasuk dalam pemeriksaan pratransfusi Metode
yang sebaiknya dilakukan berdasarkan rekomendasi Subjek penelitian adalah pasien transfusion de-
World Health Organization (WHO).20 Hasil screen- pendent thalassemia (TDT) di Poliklinik Talasemia dan
ing antibodi yang positif dapat dilanjutkan dengan Poliklinik Hematologi Onkologi RSUP Dr. Hasan
pemeriksaan identifikasi antibodi untuk menentukan Sadikin, Bandung yang datang ke Laboratorium Rawat
jenis antibodi yang ada. Resipien dengan aloantibodi Jalan dan memenuhi kriteria inklusi serta bersedia ikut
positif sebaiknya diberikan komponen darah dari do- serta dalam penelitian dengan menandatangani
nor dengan aloantigen negatif.15 formulir persetujuan setelah diberi penjelasan (in-
Namun tidak semua resipien transfusi darah akan formed consent).
mengalami aloimunisasi. Kejadian aloimunisasi Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien anak

586 J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 10, Oktober 2017
Gambaran Hasil Screening Aloantibodi pada Pasien Transfusion Dependent Thalassemia

(<18 tahun) dan dewasa (>18 tahun) yang didiagnosis penelitian ini menggunakan perhitungan secara
thalassemia oleh dokter di Divisi Hematologi deskriptif dengan menghitung angka frekuensi atau
Onkologi Ilmu Kesehatan Anak dan Divisi Hematologi persentase hasil screening aloantibodi.
Onkologi Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Hasan
Sadikin, Bandung, yang mendapat terapi transfusi Hasil
komponen eritrosit minimal sebanyak dua kali dengan Gambaran hasil pemeriksaan screening aloanti
interval transfusi setiap 2-5 minggu. Kriteria eksklusi bodi berdasarkan karakteristik subjek penelitian
penelitian ini adalah pasien yang baru didiagnosis disajikan pada Tabel 1 berikut. Pada penelitian ini
thalassemia. Bahan pemeriksaan beku, hemolisis, terdapat 2 (1,1%) subjek penelitian dengan aloantibodi
lipemik dan ikterik dieksklusi dari penelitian. positif. Otoantibodi tidak ditemukan pada subjek
Bahan yang akan diperiksakan pada penelitian penelitian ini.
ini adalah wholeblood dengan antikoagulan EDTA. Status gizi subjek penelitian dapat dilihat pada
Pemeriksaan yang dilakukan yaitu screening antibodi Tabel 2 dan Tabel 3 berikut ini. Mayoritas subjek
dengan reagen screening dari PMI DKI Jakarta dan penelitian anak tergolong undernutrition dengan
autocontrol (AC). Bentuk penelitian ini adalah perawakan kurus dan pendek (Tabel 2). Subjek
observasional deskriptif dengan rancangan penelitian penelitian dengan aloantibodi positif juga tergolong
potong lintang (cross sectional). Analisis data dalam undernutrition.

Tabel 1. Hasil Screening Aloantibodi Berdasarkan Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik Aloantibodi Positif AloantibodiNegatif Totalb(n=183)


(n= 2) (n= 181)
n % n % n %

Jenis Kelamin
Laki–laki 1 50 90 49,7 91 49,7
Perempuan 1 50 91 50,3 92 50,3
Usia
Anak-anak 1 50 162 89,5 163 89,1
Dewasa 1 50 19 10,5 20 10,9
Lama terapi transfusi*
<5 tahun 0 0 37 20,4 37 20,2
5 - <10 tahun 0 0 62 34,3 62 33,9
>10 tahun 2 100 82 45,3 84 45,9
Splenektomi
Ya 0 0 4 2,2 4 2,2
Tidak 2 100 177 97,8 179 97,8
Golongan darah
O 1 50 64 35,4 65 35,5
A 1 50 58 32,0 59 32,2
B 0 0 41 22,7 41 22,4
AB 0 0 18 9,9 18 9,9

*Lama terapi transfusi: Median 9,8 tahun (1,6-28,7 tahun)

Tabel 2. Status Gizi Subjek Penelitian Usia Anak

Aloantibodi Positif Aloantibodi Negatif Total (n= 163)


(n= 1) (n= 162)
n % n % n %

BB/U
Normal 0 0 50 30,9 50 30,7
Kurus 1 100 109 67,2 110 67,5
Sangat kurus 0 0 3 1,9 3 1,8
TB/U
Normal 0 0 42 25,9 42 25,8
Pendek 1 100 82 50,6 83 50,9
Sangat pendek 0 0 38 23,5 38 23,3

Keterangan: BB/U= berat badan/usia, TB/U= tinggi badan/usia

J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 10, Oktober 2017 587
Gambaran Hasil Screening Aloantibodi pada Pasien Transfusion Dependent Thalassemia

Dari Tabel 3 berikut ini 50% subjek penelitian Pasien transfusion dependent thalassemia (TDT)
dewasa tergolong dalam status gizi normal. Subjek di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung sebagian besar
dengan aloantibodi positif tergolong kurus. Subjek merupakan anak-anak (89,1%). Hal berbeda ditemukan
dewasa dengan status gizi normal dan sangat kurus pada penelitian Kocyigit C., et al.,28 di Turki tahun
seluruhnya dengan aloantibodi negatif. 2014 dengan pasien TDT terbanyak yaitu dewasa
51,8% (subjek penelitian berusia 9-26 tahun). Hal yang
Tabel 3. Status Gizi Subjek Penelitian Usia Dewasa hampir serupa dengan penelitian ini ditemukan pada
penelitian Hussein E., et al.,26 tahun 2014 di Mesir
IMT Aloantibodi Aloantibodi Total dengan subjek penelitian pasien thalassemia anak-anak
Positif Negatif (n=20)
(n=1) (n=19)
dan dewasa dimana 79,8% subjek merupakan anak-
n % n % n % anak <18 tahun.
Penelitian ini mendapatkan hasil screening
Normal 0 0 10 52,6 10 50,0 aloantibodi positif pada 2 subjek penelitian (1,1%)
Kurus 1 100 5 26,3 6 30,0
Sangat kurus 0 0 4 21,1 4 20,0
dengan lama transfusi >10 tahun dan tanpa riwayat
splenektomi. Hasil penelitian serupa ditemukan pada
penelitian Saleem EKM, et al.,29 di India tahun 2015
Karakteristik dua subjek dengan aloantibodi positif dengan frekuensi aloantibodi 1,8% (1 dari 55 subjek
dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini. penelitian). Pada penelitian tersebut subjek dengan
aloantibodi positif telah mendapat terapi transfusi ru-
Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian dengan tin selama 5,5 tahun dan tanpa riwayat splenektomi.
Aloantibodi Positif Frekuensi aloantibodi positif penelitian ini
ditemukan lebih rendah dari hasil penelitian Fridawati
Keterangan Subjek Penelitian
Subjek 1 Subjek 2 V., et al.,13 yang mendapatkan frekuensi aloantibodi
positif sebesar 12,3% pada pasien thalassemia dan 80%
Usia (tahun) 12 27 diantaranya sudah mendapat transfusi >10 tahun.
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
Penelitian lain oleh Jansuwan S., et al. pada pasien
Usia terdiagnosis thalassemia 9 bulan 1 tahun
Usia transfusi pertama 9 bulan 1 tahun thalassemia di Thailand ditemukan frekuensi
Lama terapi transfusi >10 tahun >10 tahun aloantibodi positif sebesar 17,5% pada subjek penelitian
Interval transfusi (minggu) 3 4 yang sudah mendapat terapi transfusi antara 11-15
Jenis komponen darah Leukoreduced PRC
tahun dan 44% diantaranya dengan riwayat
PRC
Riwayat splenektomi Tidak Tidak splenektomi.23 Perbedaan frekuensi aloantibodi antar
Status gizi BB/U: kurus IMT: Kurus negara, bahkan antar wilayah dalam negara yang
TB/U: pendek sama, dipengaruhi oleh keragaman etnis (tingkat
Golongan darah ABO A O
homogenesitas antigen golongan darah non-ABO pada
Keterangan: BB/U= berat badan/usia, TB/U= tinggi badan/ eritrosit donor dan resipien), metode pemeriksaan yang
usia, IMT= indeks massa tubuh digunakan, dan faktor-faktor aloimunisasi lainnya.
Metode yang digunakan pada penelitian Fridawati V.,
Diskusi et al. dan Jansuwan S., et al. sama dengan yang
Penelitian ini termasuk penelitian pertama yang digunakan pada penelitian ini yaitu hemaglutinasi.
melakukan pemeriksaan screening aloantibodi pada Pada penelitian ini subjek penelitian yang telah
resipien transfusi darah khususnya pada pasien thalas- mendapat terapi transfusi >10 tahun yaitu sebesar
semia di RSUP Dr. Hasan Sadikin, Bandung. Dari 45,9%, lebih banyak dibandingkan penelitian Fridawati
penelitian ini terdapat informasi mengenai frekuensi V., et al.,13 tahun 2016 di Indonesia yang mendapatkan
aloantibodi positif pada pasien transfusion dependent sebesar 35,8%. Kedua subjek penelitian dengan
thalassemia (TDT) di RSUP Dr. Hasan Sadikin, aloantibodi positif pada penelitian ini sudah mendapat
Bandung. terapi transfusi darah >10 tahun dan pada penelitian
Penelitian ini menunjukkan bahwa subjek Fridawati V., et al.,13sebanyak 80% pasien dengan
perempuan (50,3%) sedikit lebih banyak dari laki-laki aloantibodi positif sudah mendapat terapi transfusi
(49,7%) (Tabel 1). Hal ini sama dengan hasil yang darah e”10 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
didapatkan pada penelitian Hussein E., et al.,26 tahun Thompson A., et al.,30 yang menyatakan terapi
2014 di Mesir dan Hiradfar A., et al.,27 tahun 2015 di transfusi lebih dari 10 tahun merupakan faktor risiko
Iran. Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang yang signifikan untuk terjadinya aloimunisasi (p=
sama untuk mendapat thalassemia karena thalassemia 0,001).
diturunkan secara otosomal dominan.1 Subjek penelitian dengan riwayat splenektomi

588 J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 10, Oktober 2017
Gambaran Hasil Screening Aloantibodi pada Pasien Transfusion Dependent Thalassemia

sebanyak 2,2%. Jumlah pasien TDT dengan Pada penelitian ini subjek penelitian anak yang
splenektomi di RSHS lebih rendah dibandingkan hasil tergolong kurus sebanyak 67,5%, sangat kurus 1,8%,
penelitian di Thailand (23,7%) dan Taiwan (20,3%).23,31 pendek 50,9% dan sangat pendek 23,3% (Tabel 2). Hal
Splenektomi direkomendasikan pada pasien TDT serupa ditemukan pada penelitian Thongkijpreecha P,
dengan splenomegali simptomatik/hipersplenisme et al.,36 di Thailand tahun 2011 dengan 63,3% subjek
dengan iron overload berat untuk mengurangi penelitian tergolong kurus dan pada penelitian
penghancuran darah dan kebutuhan transfusi darah.32 Najafipour F, et al.,37 di Iran tahun 2008 dengan 51,8%
Pada penelitian ini subjek dengan aloantibodi positif subjek tergolong pendek. Gangguan pertumbuhan
tidak memiliki riwayat splenektomi. Penelitian Davari (perawakan kurus dan pendek) pada pasien thalassemia
K.,33 tahun 2016 di Iran mendapatkan splenektomi disebabkan oleh kombinasi faktor seperti keadaan
bukan faktor risiko aloimunisasi (p=0,85). Berbeda anemia kronis, hemosiderosis, disfungsi endokrin
dengan penelitian Jansuwan S., et al.,23 tahun 2015 di (defisiensi hormon pertumbuhan), serta defisiensi trace
Thailand yang menemukan riwayat splenektomi elements.38,39
merupakan faktor risiko pembentukan aloantibodi pada Risiko aloimunisasi lebih besar pada pasien thalas-
pasien thalassemia (OR 2,88; CI 95% 1,07-7,80; p= semia yang memulai transfusi darah pada usia >2 tahun
0,037). Hal tersebut didukung dengan penelitian menurut hasil penelitian Kocyigit C., et al.,28 pada
sebelumnya tahun 2011 oleh Thompson A., et al.,30 di tahun 2014 di Turki (p= 0,005). Namun dari Tabel 4,
Amerika Serikat dimana pasien thalassemia dengan kedua subjek dengan aloantibodi positif pada penelitian
splenektomi lebih berisiko mengalami aloimunisasi ini memulai terapi transfusi pada usia dini (<2 tahun).
(OR 2,528, p<0,001). Akibat splenektomi, antigen Hal ini sejalan dengan penelitian Davari K.,33 tahun
eritrosit dan eritrosit yang rusak tidak tersaring dari 2016 di Iran yang menemukan tidak ada hubungan
sirkulasi darah sehingga risiko pembentukan antara usia pertama transfusi dengan risiko
aloantibodi lebih tinggi. Pada keadaan splenektomi aloimunisasi. Perbedaan hasil penelitian kemungkinan
tersebutrisiko pembentukan antibodi (IgG dan IgA) disebabkan oleh faktor kompleks lain yang berperan
meningkat karena terjadi perubahan imunitas seluler menimbulkan aloimunisasi seperti perbedaan antigen
dan humoral seperti perubahan fungsi limfosit dan eritrosit pasien dan donor, status imunitas pasien, lama
peningkatan jumlah absolut limfosit T dan limfosit B terapi transfusi, dan lain-lain.
di sirkulasi darah perifer.23Perbedaan hasil penelitian Sebagian besar hasil screening aloantibodi subjek
tersebut kemungkinan berhubungan dengan berbagai penelitian negatif yang kemungkinan dapat disebabkan
faktor seperti frekuensi dan volume transfusi darah, oleh berbagai hal, antara lain:
waktu paparan antigen eritrosit (presplenektomi atau a. Homogenesitas antara antigen golongan darah non-
pascasplenektomi), dan usia eritrosit donor dalam ABO pada eritrosit donor dengan resipien sehingga
tubuh resipien.33 tingkat paparan aloantigen eritrosit yang dapat
Golongan darah sistem ABO terbanyak pada menimbulkan aloimunisasi rendah atau tidak
subjek penelitian ini yaitu golongan O sebesar 35,5%. sampai menghasilkan aloantibodi dengan kadar
Seluruh subjek penelitian ini memiliki golongan Rh yang dapat terdeteksi
positif (antigen D). Hal serupa ditemukan pada b. Subjek tergolong non-responden, yaitu individu
penelitian Fridawati V., et al.,13 dengan 34,6% subjek yang tidak akan membentuk aloantibodi sekalipun
penelitian golongan darah O dan juga pada penelitian telah mendapat transfusi eritrosit berkali-kali. Hal
Varizi M., et al.,34 sebanyak 34%. Golongan darah O ini dipengaruhi oleh faktor genetik, ada tidaknya
merupakan golongan darah sistem ABO terbanyak inflamasi saat mendapat transfusi, dan tingkat
dibandingkan golongan darah sistem ABO lainnya toleransi sistem imun resipien terhadap berbagai
pada semua ras di dunia (31-51%).35 aloantigen.40
Pada penelitian ini dilakukan penilaian status gizi c. Sebagian besar subjek penelitian tergolong under-
menurut Centers for Disease Control and Prevention nutrition (kurus dan pendek) yang mempengaruhi
(CDC) yaitu pada pasien TDT anak diukur dengan respons imun sehingga mungkin menyebabkan
menggunakan berat badan berdasarkan usia (BB/U) rendahnya temuan aloantibodi pada penelitian ini
dan tinggi badan berdasarkan usia (TB/U) sedangkan Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa
pasien TDT dewasa menggunakan indeks massa tubuh aloimunisasi akibat transfusi darah merupakan suatu
(IMT). Pada pasien anak tidak diukur IMT/U karena proses multifaktorial. Pada penelitian ini subjek
anak dengan thalassemia cenderung memiliki dengan lama terapi transfusi >10 tahun walaupun un-
perawakan pendek serta berat badan dapat dipengaruhi dernutrition dapat terbentuk aloantibodi sementara
oleh splenomegali dan hematomegali sehingga IMT subjek lainnya dengan karakteristik serupa tidak
dapat kurang akurat. membentuk aloantibodi. Hal tersebut kemungkinan

J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 10, Oktober 2017 589
Gambaran Hasil Screening Aloantibodi pada Pasien Transfusion Dependent Thalassemia

karena berbagai faktor lain yang belum dapat 12. Kresnawati W. Faktor-faktor yang memengaruhi
terbentuknya aloantibodi terhadap sel darah merah pada
digambarkan pada penelitian ini sehingga diperlukan
pasien thalassemia mayor. Program Studi Ilmu Kesehatan
penelitian lebih lanjut. Keterbatasan penelitian ini yaitu Anak. 2014.
hasil screening aloantibodi positif tidak dilanjutkan 13. Akindolire AE, Tongo O, Dada-Adegbola H, Akinyinka O.
dengan identifikasi aloantibodi sehingga jenis Etiology of early onset septicemia among neonates at the
University College Hospital, Ibadan, Nigeria. Journal of in-
aloantibodi yang spesifik tidak diketahui.
fection in developing countries. 2016 Dec 30;10(12):1338-
44.
Kesimpulan 14. Kurniawan A, Atmakusuma D, Sukrisman L. Erythrocyte
alloantibody in transfusion dependent thalassemia patients:
Aloantibodi positif ditemukan pada sebagian kecil
Proportion and related factors. Transfus Med Hemother.
pasien transfusion dependent thalassemia (TDT), 2013;30(suppl 1):40-1.
namunscreening aloantibodi tetap perlu dilakukan agar 15. Trudell KS. Detection and Identification of Antibodies.
risiko pasien terpapar komponen darah yang tidak Dalam: Harmening DM, editor. Modern Blood Banking and
Transfusion Practices. Edisi ke-6. Philadelphia: F. A. Davis
sesuai (aloantigen golongan darah non-ABO positif)
Company; 2012. hlm. 216-36.
menurun sehingga keselamatan pasien tetap terjaga. 16. Reid ME, Lomas-Francis C. Erythrocyte Antigens and Anti-
bodies. Dalam: Kaushansky K, Lichtman MA, Prchal JT,
Daftar Pustaka Levi MM, Press OW, Burns LJ, et al., editor. Williams He-
1. Weatherall DJ. The thalassemias: disorders of globin syn- matology. Edisi ke-9. New York: McGraw-Hill Education;
thesis. Dalam: Kaushansky K, Lichtman MA, Prchal JT, 2016. hlm. 2329-51.
Levi MM, Press OW, Burns LJ, et al., editor. Williams He- 17. Goldfinger D. The incompatible crossmatch. UpToDate,
matology. Edisi ke-9. New York: McGraw-Hill Education; Wolters Kluwer; 2016 [updated 19 April 2016; diunduh 14
2016. hlm. 725-54. Januari 2017]. Tersedia dari: https://www.uptodate.com/con-
2. Viprakasit V, Origa R. Genetic Basis, Pathophysiology and tents/the-incompatible-crossmatch.
Diagnosis Dalam: Cappellini MD, Cohen A, Porter J, Taher 18. Chou ST, Liem RI, Thompson AA. Challenges of
A, Viprakasit V, editor. Guidelines for the Management of alloimmunization in patients with haemoglobinopathies. Br J
Transfusion Dependent Thalassaemia (TDT). Edisi ke-3. Haematol. 2012 Nov;159(4):394-404.
Nicosia, Cyprus: Thalassaemia International Federation; 19. Green REB, Klostermann DA. The Antiglobulin Test. Dalam:
2014. hlm. 14-25. Harmening DM, editor. Modern Blood Banking and Trans-
3. Taher A, Vichinsky E, Musallam K, Cappellini MD, Viprakasit fusion Practices. Edisi ke-6. Philadelphia: F. A. Davis Com-
V. Guidelines for the Management of Non-transfusion-de- pany; 2012. hlm. 101-15.
pendent thalassemias (NTDT). Nicosia, Cyprus: 20. World Health Organization. Safe Blood and Blood Products.
Thalassaemia International Federation;2013. hlm. 1-8. Modul 3: Blood Group Serology. Geneva: World Health Or-
4. Higgins RA, Harrison CR. Hamolytic Anemias, ganization; 2009. p. 41-54.
Intracorpuscular Defects: IV. Thalassemia. Dalam: 21. Kormoczi GF, Mayr WR. Responder individuality in red
Harmening DM, editor. Clinical Hematology and Fundametal blood cell alloimmunization. Transfus Med Hemother. 2014
of Hemostasis. Edisi ke-5. Philadelphia: F.A. Davis Com- Nov;41(6):446-51.
pany; 2009. hlm. 231-47. 22. Chandra RK. Nutrition and the immune system: an introduc-
5. Zwaginga JJ, Ham SMv. Essential Immunology for Trans- tion. The American journal of clinical nutrition. 1997
fusion Medicine. Dalam: Murphy MF, Roberts DJ, Yazer Aug;66(2):460S-3S.
MH, editor. Practical Transfusion Medicine. Edisi ke-5. 23. Jansuwan S, Tangvarasittichai O, Tangvarasittichai S.
Hoboken, NJ: John Wiley & Sons Inc.; 2017. hlm. 11-8. Alloimmunization to Red Cells and the Association of Al-
6. Novelli EM. Blood Transfusion in the Management of Pa- loantibodies Formation with Splenectomy Among Transfu-
tients with Haemoglobinopathies. Dalam: Murphy MF, Rob- sion-Dependent â-Thalassemia Major/HbE Patients. Ind J
erts DJ, Yazer MH, editor. Practical Transfusion Medicine. Clin Biochem. 2015;30(2):198-203.
Edisi ke-5. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons Inc.; 2017. 24. Data Instalasi Rekam Medis RSUP Dr. Hasan Sadikin
hlm. 330-8. Bandung. 2015 (unpublished).
7. Yousuf R, Abdul Aziz S, Yusof N, Leong CF. Incidence of 25. Maryani E, Lismayanti L, Sugianli AK. Mini Survey: Kejadian
Red Cell Alloantibody among the Transfusion Recipients of Inkompatibilitas Hasil Crossmatch Serta Derajat Positifisitas
Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Centre. Indian J yang Terjadi pada Pasien Thalassemia Mayor Anak. Bandung:
Hematol Blood Transfus. 2013 Jun;29(2):65-70. Universitas Padjadjaran; 2014.
8. Cheng CK, Lee CK, Lin CK. Clinically significant red blood 26. Hussein E, Desooky N, Rihan A, Kamal A. Predictors of red
cell antibodies in chronically transfused patients: a survey of cell alloimmunization in multitransfused Egyptian patients
Chinese thalassemia major patients and literature review. with beta-thalassemia. Arch Pathol Lab Med. 2014
Transfusion. 2012 Oct;52(10):2220-4. May;138(5):684-8.
9. Kim D-J, Sung H-H, Park C-E. Investigation of Red Cell 27. Hiradfar A, Keikhai B, Pedram M. Clinical Prevalence and
Antibody Screening Tests Gyeonggi Areas. Korean J Clin Dominant Patterns of alloimmunization in Transfusion- De-
Lab Sci. 2016;48(1):36-40. pendent Thalassemia Patients at Ahvaz Shafa Hospital. Per-
10. Mo Z, Li H, Huang L, Jiao W. Prevalence and specificity of sian Journal of Medical Sciences. 2015;1(1):18-22.
RBC alloantibodies in the general hospitalised population in 28. Kocyigit C, Eliacik K, Kanik A, Atabay B, Turker M. Fre-
Guangxi. Transfus Med. 2015;25(5):313-9. quency of red cell allo- and autoimmunization in patients
11. Merizka E. Profil Antigen Sel Darah Merah dan Aloantibodi with transfusion-dependent beta thalassemia and affecting
pada Pasien Talasemia di Pusat Talasemia Rumah Sakit Dr. factors. Turk J Pediatr. 2014;56(5):487-92.
Ciptomangunkusumo (RSCM) Program Studi Magister Ilmu 29. Saleem EKM, Mahalingam S, Shastri S, Bhat KG. Red blood
Biomedik. 2016. cell alloimmunisation and autoimmunisation in transfusion

590 J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 10, Oktober 2017
Gambaran Hasil Screening Aloantibodi pada Pasien Transfusion Dependent Thalassemia

dependent beta thalassemics from Southern India. Nitte 35. Daniels G. Human Blood Group Systems. Dalam: Murphy
University Journal of Health Science. 2015;5(3):4-8. MF, Roberts DJ, Yazer MH, editor. Practical Transfusion
30. Thompson AA, Cunningham MJ, Singer ST, Neufeld EJ, Medicine. Edisi ke-5. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons
Vichinsky E, Yamashita R, et al. Red cell alloimmunization Inc.; 2017. hlm. 20-7.
in a diverse population of transfused patients with 36. Thongkijpreecha P, Kangsadalampai O, Pongtanakul B,
thalassaemia. British journal of haematology. 2011 Meksawan K. Nutritional Status in Patients with Thalas-
Apr;153(1):121-8. semia Intermedia. J Hematol Transfus Med. 2011;21(3):167-
31. Chao YH, Wu KH, Lu JJ, Shih MC, Peng CT, Chang CW. 76.
Red blood cell alloimmunisation among Chinese patients 37. Najafipour F, Aliasgarzadeh A, Niafar M, Mobaseri M,
with beta-thalassaemia major in Taiwan. Blood Transfus. Aghamohamadzadeh N, Sorkhabi RS. Evaluation of Glu-
2013 Jan;11(1):71-4. cose Metabolism, Thyroid Function, Growth and Develop-
32. Taher A, Tyan PI. The Spleen. Dalam: Cappellini MD, Cohen ment Pattern and Calcium Status in Patients with Thalas-
A, Porter J, Taher A, Viprakasit V, editor. Guidelines for the semia Major. Res J Biol Sci. 2008;3(8):867-73.
Management of Transfusion Dependent Thalassaemia 38. Fung EB. Nutritional deficiencies in patients with thalas-
(TDT). Edisi ke-3. Nicosia, Cyprus: Thalassaemia Interna- semia. Ann N Y Acad Sci. 2010 Aug;1202:188-96.
tional Federation; 2014. hlm. 126-31. 39. Aslam MS, Roshan E, Iqbal A, Shahi M. Frequency of Short
33. Davari K, Soltanpour MS. Study of alloimmunization and Stature in â-Thalassemia Major Patients. Pak Armed Forces
autoimmunization in Iranian beta-thalassemia major patients. Med J. 2013;63(4).
Asian J Transfus Sci. 2016 Jan-Jun;10(1):88-92. 40. Prigent A, Maillard N, Absi L, Aloui C, Cognasse F, Laradi
34. Vaziri M, Shahshahani HJ, Moghaddam M, Taghvaee N. S, et al. From Donor to Recipient: Current Questions Relat-
Prevalence and specificities of red cell alloantibodies in trans- ing to Humoral Alloimmunization. Antibodies. 2014;3:130-
fusion-dependent beta thalassemia patients in Yazd. Iran J 52.
Ped Hematol oncol. 2015;5(2):93-9.

J Indon Med Assoc, Volum: 67, Nomor: 10, Oktober 2017 591

Anda mungkin juga menyukai