Anda di halaman 1dari 9

PERATURAN ORGANISASI

PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA


NOMOR :04/PO/PB/XXI/2015
TENTANG
ASOSIASI PROFESI DAN KEAHLIAN SEJENIS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa salah satu fungsi Persatuan Guru Republik Indonesia Fungsi
organisasi profesi guru Pasal 41 UUGD;
b. bahwa kewenangan Persatuan Guru Republik Indonesia sebagai
organisasi profesi antara lain melakukan pembinaan dan
pengembangan profesi guru;
c. bahwa untuk melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru
PGRI telah menetapkan perangkat kelengkapan organisasi adalah
asosiasi profesi dan keahlian sejenis;
d. bahwa untuk mengatur asosiasi profesi dan keahlian sejenis PGRI
perlu ditetapkan peraturan organisasi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indoensia Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru
4. Peraturan Pemerintah Republik Indoensia Nomor 37 Tahun 2009
tentang Dosen.
5. Akte Pengakuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor J.A.
5/82/12 tanggal 20 September 1954 tentang pengesahan Anggaran
Dasar PGRI dan Pengakuan PGRI Sebagai Badan Hukum, yang telah
diperbaharui, terakhir dengan keputusan Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia RI Nomor AHU- 161.AH.01.07.Tahun 2011 tanggal 11
Oktober 2011;
6. Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor
IV/KONGRES/XXI/PGRI/2013 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga PGRI;

7. Keputusan Kongres XXI Persatuan Guru Republik Indonesia Nomor


XI/KONGRES/XXI/PGRI/2013 tentang Susunan dan Personalia Pengu-
rus Besar PGRI Masa Bakti XXI Tahun 2013-2018;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN ORGANISASI PENGURUS BESAR PERSATUAN GURU
REPUBLIK INDONESIA TENTANG ASOSIASI PROFESI DAN KEAHLIAN

1
SEJENIS.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam peraturan organisasi ini yang dimaksud dengan :
1. Persatuan Guru Republik Indonesia, selanjutnya disingkat PGRI,adalah organisasi profesi
guru didirikan pada tanggal 25 November 1945 dalam Kongres Guru Indonesia di
Surakarta.
2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PGRI, selanjutnya disingkat AD/ART PGRI,
adalah aturan dasar dan aturan operasional organisasi yang mencerminkan aspirasi, visi,
dan misi sebagai landasan gerak dan landasan manajemen PGRI.
3. Badan pimpinan organisasi adalah pengurus PGRI/perangkat kelengkapan organisasi
yang memiliki wilayah sesuai dengan tingkatannya yang berkedudukan di setiap tingkat
organisasi, terdiri atas pengurus besar, pengurus provinsi/daerah istimewa, selanjutnya
disebut provinsi, pengurus kabupaten/kabupaten administrasi/kota/kota administrasi,
selanjutnya disebut kabupaten/kota, pengurus cabang/cabang khusus, dan pengurus
ranting/ranting khusus.
4. Asosiasi profesi dan keahlian sejenis adalah himpunan/ikatan/kelompok guru, dosen,
dan/atau tenaga kependidikan yang memiliki bidang pekerjaan yang dilandasi oleh
keahlian yang memenuhi persyaratan untuk menyandang jabatan profesi di bidang
pendidikan.
5. Forum organisasi adalah pertemuan organisasi sebagai wahana atau tempat untuk
merumuskan program kerja dan/atau menetapkan keputusan organisasi sesuai dengan
tingkatannya dan/atau sebagai wahana pertemuan-pertemuan ilmiah.
6. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
pendidikan pada jalur pendidikan formal dan non formal dalam setiap jenjang dan jenis
pendidikan.
7. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah.
8. Guru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
secara penuh dalam proses pembelajaran seluruh mata pelajaran di kelas tertentu di
TK/RA/TKLB dan SD/MI/SDLB dan satuan pendidikan formal yang sederajat, kecuali guru
mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan serta guru pendidikan agama.
9. Guru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas tanggung jawab, wewenang,
dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran pada 1 (satu) mata pelajaran tertentu
pada satuan pendidian formal pada jenjang pendidikan dasar (SD/MI/SDLB,
SMP/MTs/SMPLB) dan pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB/SMK/MAK).
10. Guru bimbingan dan konseling/konselor adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung
jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling
terhadap sejumlah peserta didik satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan
dasar (SMP/MTs/SMPLB) dan pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB, SMK/MAK).
11. Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi dan berkompetensi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong, pamong belajar, widya iswara, tutor, instruktur,

2
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan.
12. Kepala sekolah/madrasah adalah guru yang diberi tugas tambahan untuk memimpin
satuan pendidikan.
13. Pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
sekolah/madrasah.
14. Kualifikasi akademis adalah ijazah jenjang pendidikan akademik yang harus dimiliki oleh
guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal ditempat penugasan.
15. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk Guru.
16. Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada Guru
sebagai tenaga profesional.
17. Profesional adalah seseorang yang memiliki suatu profesi tertentu.
18. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab, yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas- tugas di bidang pekerjaan tertentu dengan elemen: a. landasan
kepribadian; b. penguasaan ilmu dan keterampilan; c. kemampuan berkarya; d. sikap
dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan
keterampilan yang dikuasai; dan e. pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat
sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
19. Kompeten adalah ketrampilan yang diperlukan seseorang yang ditunjukkan oleh
kemampuannya untuk dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang memadai
atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan spesifik.
20. Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat
untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga administrasi,
laboran, pustakawan, teknisi,tenaga layanan khusus dan tenaga lainnya.
21. Penyelenggara pendidikan adalah pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat
yang menyelenggarakan pendidikan formal dalam setiap jenjang dan jenis pendidikan.
22. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan
potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
23. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan
pendidikan (pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi).
24. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.
25. Taman kanak-kanak/Raudhatul Athfal/Bustanul Athfal yang selanjutnya disingkat TK/
RA/BA adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
formal/kekhasan agama Islam yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak
berusia 4 tahun sampai 6 tahun.
26. Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang
melandasi jenjang pendidikan menengah yang diselenggarakan pada satuan pendidikan
yang berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sedrajat
serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang
berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang
sederajat.
27. Pendidikan Menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang
merupakan lanjutan pendidika dasar, berbentuk Sekolah Menengah Atas, Madrasah

3
Aliyah,Sekolah Menengah Kejuruan, dan Madrasah Aliyah Kejuruan atau bentuk lain
yang sederajat.
28. Masyarakat adalah kelompok Warga Negara Indonesia nonpemerintah yang mempunyai
perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

BAB II
NAMA, ASAS, LANDASAN, KEDUDUKAN,DAN RUANG LINGKUP

Pasal 2
Nama organisasi adalah Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis (APKS) PGRI.

Pasal 3
APKS PGRI dibentuk berasaskan kebersamaan, keilmuan, dan keahlian.

Pasal 4
APKS PGRI didirikan berlandaskan:
a. AD PGRI hasil Kongres XXI Bab XII Pasal (24) tentang Perangkat Kelengkapan Organisasi
PGRI dan Bab XVI Pasal 31 ayat (1) dan (2) tentang Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis.
b. ART PGRI hasil Kongres XXI Bab XVI Pasal 45 ayat (1), (2), (3), dan (4) tentang Asosiasi
Profesi dan Keahlian Sejenis.

Pasal 5
(1) APKS PGRI adalah perangkat kelengkapan organisasi bertanggung jawab kepada
badan pimpinan organisasi sesuai tingkatannya.
(2) Organisasi APKS PGRI yang berkedudukan:
a. di tingkat pusat disebut APKS PGRI Pusat;
b. di tingkat provinsi disebut APKS PGRI Provinsi;dan
c. di tingkat kabupaten/kota disebut APKS PGRI Kabupaten/Kota.

Pasal 6
Ruang lingkup APKS PGRI meliputi:
a. APKS PGRI Pusat mencakup seluruh wilayah kerja Republik Indonesia berfungsi sebagai
Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis PGRI dan bertanggung jawab kepada Pengurus Besar
PGRI.
b. APKS PGRI Provinsi mencakup wilayah kerja satu provinsi berfungsi sebagai Asosiasi
Profesi dan Keahlian Sejenis PGRI bertanggung jawab kepada Pengurus Provinsi PGRI.
c. APKS PGRI Kabupaten/Kota mencakup wilayah kerja satu Kabupaten/Kota berfungsi
sebagai Asosiasi Profesi dan Keahlian Sejenis PGRI bertanggung jawab kepada Pengurus
Kabupaten/Kota PGRI.

BAB III
FUNGSI, TUJUAN, DAN WEWENANG

Pasal 7
APKS PGRI berfungsi:
a. membina asosiasi, ikatan, persatuan, himpunan, atau forum profesi guru, dosen dan

4
tenaga kependidikan; dan
b. melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan untuk mewujudkan pendidik dan
tenaga kependidikan yang profesional.

Pasal 8
APKS PGRI bertujuan:
a. Meningkatkan profesionalitas dan kompetensi guru, dosen, dan tenaga kependidikan
secara berkesinambungan.
b. Mempersatukan guru, dosen dan tenaga kependidikan baik pada jenis, dan jenjang
satuan pendidikan.
c. Mengembangkan layanan profesi yang berkualitas.

Pasal 9

(1) APKS PGRI berwenang menetapkan kebijakan organisasi yang terkait dengan tata
laksana dan program kerja.
(2) Pokok-pokok kebijakan yang ditetapkan tersebut ayat (1) harus mendapat
persetujuan dari Pengurus Besar PGRI.
(3) APKS PGRI provinsi dan kabupaten/kota dalam melaksanakan kebijakan
organisasi, wajib mengikuti tata laksana dan program kerja yang ditetapkan oleh
APKS PGRI tingkat pusat.

BAB IV
KEORGANISASIAN

Pasal 10
Asosiasi, ikatan, persatuan, himpunan, atau forum profesi guru, dosen dan tenaga
kependidikan yang menyatakan bergabung dengan PGRI wajib mencantumkan nama PGRI
setelah nama organisasinya.
Pasal 11
(1) APKS PGRI melaksanakan forum organisasi dan forum keprofesian.
(2) Forum organisasi dalam bentuk rapat koordinasi dan rapat pimpinan yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keperluan.
(3) Forum keprofesian dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan program APKS.

Pasal 12
(1) Pengurus APKS PGRI ditetapkan oleh badan pimpinan organisasi sesuai dengan
tingkatannya.
(2) Pengurus APKS Pusat PGRI terdiri atas:
a. satu orang ketua
b. dua orang wakil ketua
c. satu orang sekretaris
d. satu orang wakil sekretaris
e. empat orang anggota
(3) Pengurus APKS Provinsi PGRI terdiri atas:
a. satu orang ketua

5
b. satu orang wakil ketua
c. satu orang sekretaris
d. satu orang wakil sekretaris
e. tiga orang anggota
(4) Pengurus APKS Kabupaten/Kota PGRI terdiri atas:
a. satu orang ketua
b. satu orang wakil ketua
c. satu orang sekretaris
d. dua orang anggota
(5) Seluruh anggota badan pengurus APKS PGRI dilantik oleh badan pimpinan organisasi
PGRI yang ada di wilayah bersangkutan dengan pengucapan janji di hadapan forum
organisasi tersebut.
(6) Badan pimpinan organisasi PGRI di wilayah bersangkutan menjadi pembina yang
bertugas untuk memberikan nasihat, pertimbangan, pembinaan dan saran-saran kepada
pimpinan organisasi APKS PGRI tersebut.

Pasal 13
Personalia pengurus APKS PGRI harus memenuhi syarat:
a. anggota PGRI,
b. berpengalaman dalam bidang organisasi profesi guru dan/atau pengelolaan pendidikan,
c. mematuhi AD dan ART PGRI, peraturan organisasi APKS, dan keputusan-keputusan PGRI,
d. menandatangani pakta integritas.

Pasal 14
Masa bakti kepengurusan APKS PGRI sama dengan masa bakti badan pimpinan organisasi
PGRI sesuai tingkatannya.

BAB V
TATA KERJA DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal 15
(1) APKS PGRI berhak menetapkan tata kerja dan ketentuan lainnya.
(2) Tata kerja dan ketentuan lain sebagaimana dimaksud ayat (1) harus sejalan dengan
peraturan organisasi PGRI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16
(1) APKS PGRI bertanggung jawab kepada badan pimpinan organisasi PGRI
sesuai tingkatannya.
(2) APKS PGRI wajib menyampaikan pertanggungjawaban kegiatan kepada
badan pimpinan organisasi PGRI paling sedikit satu tahun sekali selambat-lambatnya
satu bulan sebelum konferensi kerja nasional/konferensi kerja provinsi/ konferensi kerja
kabupaten/kota.

BAB VI
KEUANGAN

6
Pasal17
(1) Sumber keuangan APKS PGRI diperoleh dari :
a. Bantuan pimpinan organisasi PGRI untuk melaksanakan kegiatan operasional atau
kegiatan yang sejenisnya,
b. Bantuan atau hibah dari perseorangan atau lembaga yang menaruh perhatian
terhadap APKS PGRI, dan
c. Pendapatan dari usaha-usaha sah dan tidak mengikat.

(2) Sumber keuangan sebagimana Bantuan rutin dimaksud ayat (1) huruf a dicantumkan
dalam anggaran pendapatan dan belanja (APB) badan pimpinan organisasi PGRI sesuai
tingkatannya.

Pasal 18
(1) Semua pendapatan dan belanja APKS PGRI dibukukan berdasarkan standar administrasi
Keuangan PGRI.
(2) Keuangan APKS PGRI dilaporkan kepada badan pimpinan organisasi PGRI sesuai
tingkatannya setelah kegiatan selesai dilaksanakan.

Pasal 19
(1) Kekayaan APKS PGRI dibukukan atas nama organisasi PGRI sesuai tingkatannya.
(2) Dalam hal masih terdapat kekayaan organisasi dibukukan atas nama bukan
organisasi, harus dilakukan pengalihan haknya menjadi atas nama organisasi
sebagaimana dimaksud ayat (1) paling lambat 2 (dua) tahun sejak ditetapkannya
peraturan organisasi ini.

BAB VII
KEANGGOTAAN

Pasal 20
(1) APKS terdiri atas guru, dosen, dan tenaga kependidikan lainnya, yang dengan sukarela
mengajukan permohonan menjadi anggota asosiasi masing-masing profesi dan
keahlian serta memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
(2) Semua anggota APKS harus bersedia memenuhi semua kewajiban yang telah ditentukan
oleh badan pimpinan organisasi.

BAB VIII
PEMBENTUKAN DAN PEMAKAIAN ATRIBUT

Pasal 21
(1) Pembentukan kelompok APKS PGRI dilakukan sesuai disiplin ilmu dan ruang lingkup
pekerjaan kependidikan.
(2) Kelompok APKS PGRI sebagaimana dimaksud ayat (1) seperti Ikatan Guru Kanak-kanak
Indonesia (IGTKI), Asosiasi Pengawas Seluruh Indnesia (APSI), Musyawarah Guru Mata
pelajaran (MGMP), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Guru
(KKG), dan sejenisnya.

7
(3) Memiliki calon anggota sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) orang.

Pasal 22
(1) Atribut APKS PGRI adalah atribut PGRI terdiri atas lambang, logo, panji, hymne dan mars
PGRI.
(2) Kelompok APKS PGRI dapat mempunyai atribut khusus sesuai dengan kelompok
keprofesian atau keahliannya.

BAB IX
PENGESAHAN

Pasal 23
(1) Hasil musyawarah yang telah dilaksanakan oleh kelompok asosiasi keprofesian atau
keahlian disampaikan kepada pengurus APKS PGRI sesuai tingkatannya untuk diminta
pengesahannya.
(2) Pengesahan kelompok asosiasi keprofesian atau keahlian secara lembaga dilakukan
oleh badan pimpinan organisasi PGRI dengan surat keputusan.
(3) Permintaan pengesahan harus dilengkapi dengan nama lengkap, alamat lengkap,
AD/ART atau peraturan organisasinya, susunan pengurus, dan rencana kerja kelompok
asosiasi keprofesian atau keahlian.
(4) Apabila persyaratan perlengkapan dipenuhi, maka pengurus PGRI sesuai tingkatannya
membahas dalam rapat pleno, dan atas dasar hasil pleno maka PGRI mengeluarkan
keputusan pengesahan.

BAB X
PEMBUBARAN

Pasal 24
(1) Pembubaran kelompok asosiasi keprofesian dan keahlian dilakukan sesuai dengan
ketentuan dalam AD/ART masing-masing kelompok.
(2) Pembubaran APKS PGRI dilakukan melalui kongres PGRI.

BAB XI
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 25
Semua peraturan dan ketentuan organisasi yang berkaitan dengan asosiasi profesi dan
keahlian sejenis tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan
peraturan baru berdasarkan peraturan ini.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 26
Hal-hal yang belum tercantum dalam ketentuan ini akan diatur kemudian.

8
Ditetapkan di : di Jakarta
Pada tanggal : 7 Januari 2015

PENGURUS BESAR
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA

Ketua Umum, Sekretaris Jenderal,

Dr. H. Sulistiyo, M.Pd M. Qudrat Nugraha, Ph.D


NPA 1201008541 NPA 2708060024

Anda mungkin juga menyukai