Anda di halaman 1dari 5

Kariena Permanasari

111811133012
Perilaku Sehat D-1

ESSAI HEALTH BELIEF MODEL

SEJARAH
Pada tahun 1950-an, para peneliti di Amerika Serikat mulai mengembangkan model
psikologis untuk program kesehatan masyarakat. Dimana pada masa tersebut, langkah-
langkah medis lebih difokuskan pada langkah preventif, daripada penanganan penyakit.
Namun, kendala yang dihadapi ialah masyarakat pada masa itu sulit menerima program
deteksi dini, meskipun telah disediakan tes deteksi dini dengan biaya gratis maupun sangat
rendah [CITATION Irw74 \l 1033 ].
Kendala ini kemudian membuat Becker (1974) memunculkan teori yang menjelaskan
preventive health behavior. Teori ini dikembangkan dari Field Theory milik Lewin (1954)
dan akhirnya berkembang lagi menjadi Health Belief Model (HBM). HBM sendiri bertujuan
untuk mengetahui persepsi individu mengenai penerimaan kondisi kesehatan mereka.
Penerimaan ini dinilai dari beberapa aspek yaitu keinginan, kepercayaan, dan usaha individu
untuk menghindari suatu penyakit [ CITATION Soe10 \l 1033 ]. Selain itu teori ini juga
melihat respon masyarakat terhadap gejala penyakit serta perilaku mereka setelah terdiagnosa
suatu penyakit [ CITATION Dev16 \l 1033 ].
Hubungan antara health belief dan perilaku sehat awalnya dinyatakan oleh Kurt Lewin
mengenai valensi atau idea of valence (membuat perilaku terlihat lebih menarik atau
sebaliknya). Ide ini kemudian menghasilkan expectancy value model yaitu ekspektasi akan
nilai dan kepercayaan yang akan mempengaruhi perilaku selanjutnya. Hubungan antara
health belief dan perilaku sehat juga dapat melihat perbedaan perilaku antar orang yang
memiliki belief dan sebaliknya, yang kemudian diaplikasikan untuk preventive behavior dan
berkembang menjadi pelayanan kesehatan [ CITATION Con05 \l 1033 ].
Dari perkembangan tersebut, pada awal 1970-an, terdapat serangkaian penelitian yang
menunjukkan bahwa health belief memberikan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk
memahami perbedaan individu dalam perilaku kesehatan serta untuk merancang intervensi
perubahan perilaku [ CITATION Con05 \l 1033 ]. Selama lebih dari tiga dekade, health belief
model ini menjadi salah satu model dengan pendekatan psikososial yang paling berpengaruh
untuk menjelaskan hubungan antara perilaku dengan kesehatan.
DEFINISI DAN KOMPONEN
Health Belief Model (HBM) sendiri merupakan suatu model yang digunakan untuk
menggambarkan kepercayaan individu terhadap perilaku sehat, sehingga individu akan
melakukan perilaku sehat tersebut. HBM juga digunakan sebagai upaya untuk
mengidentifikasi respon pasien terhadap gejala dan kepatuhan terhadap saran medis. Model
ini dapat memberikan kerangka untuk membentuk pola perilaku yang relevan dengan
kesehatan masyarakat [CITATION Cha05 \l 1033 ].
HBM juga diartikan sebagai model kognitif karena teori ini membahas mengenai
pemahaman individu dalam pengambilan tindakan yang berhubungan dengan kesehatannya.
Menurut model ini, individu mungkin melakukan tindakan preventif yang dipengaruhi secara
langsung berdasarkan beliefs mereka mengenai kesehatan [CITATION Placeholder1 \l 1057 ].
HBM juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor demografis dan karakteristik
psikologis [ CITATION MHB77 \l 1033 ].
HBM juga memiliki enam komponen yang membentuknya yaitu perceived
susceptibilty, perceived severity atau perceived seriousness, perceived benefits, perceived
barriers, cues to action, dan self-efficacy. Komponen pertama ialah perceived susceptibility
yang merupakan kepercayaan individu bahwa menderita penyakit adalah hasil dari perilaku
tertentu. Perceived susceptibility juga berarti kerentanan atau kemungkinan individu untuk
terkena suatu penyakit. Perceived susceptibility memiliki hubungan positif dengan perilaku
sehat yang berarti bahwa apabila persepsi kerentanan tinggi, maka perilaku sehat individu
juga tinggi.
Komponen kedua ialah perceived severity yang merupakan kepercayaan subjektif
individu bahwa penyebaran penyakit dan tingkat keparahan penyakit disebabkan oleh
perilaku tidak sehat, sehingga akhirnya individu tersebut menghindari perilaku tidak sehat
tersebut. Perceived severity juga memiliki hubungan yang positif dengan perilaku sehat yang
berarti jika persepsi keparahan individu tinggi maka perilaku sehat yang ia lakukan juga
tinggi.
Komponen selanjutnya ialah perceived benefits, yaitu kepercayaan individu akan
keuntungan yang akan ia dapat ketika ia melakukan perilaku yang dapat mengurangi resiko
terkena suatu penyakit tertentu. Perceived benefits memiliki hubungan positif dengan
perilaku sehat, dimana individu dengan perceived benefits tinggi akan lebih banyak
melakukan perilaku sehat.
Keempat ialah perceived barriers yang merupakan sebuah pandangan individu
mengenai hambatan dalam melakukan perilaku sehat yang disarankan. Perceived barriers
memiliki hubungan negatif dengan perilaku sehat, sehingga apabila perceived barriers tinggi
maka individu akan cenderung untuk tidak melakukan perilaku sehat.
Komponen kelima yaitu cues to action. Cues to action sendiri merupakan sebuah
pemicu atau trigger bagi individu untuk melakukan suatu perilaku sehat, dan dapat bersifat
internal maupun eksternal. Hubungan antara cues to action dan perilaku sehat masih diteliti
lebih lanjut, karena terdapat penelitian yang berkorelasi positif dan ada pula yang berkorelasi
negatif.
Komponen terakhir dalam HBM ialah self efficacy, yang merupakan kepercayaan
individu mengenai kemampuannya dalam melaksanakan perilaku sehat yang
direkomendasikan. Self efficacy banyak ditemukan dalam teori behavioral karena berkaitan
dengan kesesuaian perilaku individu dengan apa yang individu inginkan.

APLIKASI PENERAPAN
Dalam penerapannya, komponen HBM dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari dan menjadi model yang masih relevan. Contohnya ialah pada perilaku sehat menjaga
asupan gula. Dalam komponen pertama, individu dikatakan memiliki perceived susceptibility
ketika ia menjaga asupan gulanya karena ia takut akan mengidap penyakit diabetes.
Kemudian komponen kedua yaitu perceived severity, individu yang memiliki kepercayaan
bahwa asupan gula yang terlalu banyak dapat menyebabkan penyakit diabetes dan berujung
pada kematian akan lebih menjaga asupan gulanya daripada individu yang memiliki
kepercayaan bahwa asupan gula yang terlalu banyak dapat menyebabkan penyakit diabetes
saja.
Selanjutnya pada komponen ketiga yaitu perceived benefits, individu akan menjaga
asupan gulanya karena ia percaya bahwa dengan menjaga asupan gula, ia akan mendapat
banyak keuntungan selain mengurangi resiko diabetes. Pada komponen keempat yaitu
perceived barriers, individu tidak dapat menjaga asupan gulanya karena ia menyukai
makanan manis. Pada komponen kelima, cues to action, individu akan mulai menjaga asupan
gulanya ketika ia menyadari bahwa ia, sebagai keturunan pengidap diabetes, memiliki resiko
lebih tinggi untuk mengidap diabetes. Yang terakhir yaitu self-efficacy, setelah individu
mengetahui saran-saran untuk menjaga asupan gulanya, individu yakin bahwa ia dapat
melakukan saran-saran tersebut dengan baik.
KELEBIHAN KELEMAHAN
Sepanjang perjalanannya HBM telah diketahui memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelemahan pertama dari model ini ialah, HBM tidak menjelaskan secara langsung mengenai
hubungan antar variabel dan tidak ada aturan jelas mengenai penggabungan variabel-variabel
yang telah dirumuskan tersebut [ CITATION Rit12 \l 1033 ]. Namun terdapat juga ahli yang
menilai bahwa hal tersebut ialah bentuk dari fleksibilitas HBM dalam penyesuaiannya
terhadap berbagai perilaku kesehatan dan berbagai populasi sehingga dapat juga menjadi
kelebihan dari model ini. Kelemahan kedua ialah HBM dinilai kurang lengkap sebagai
sebuah model karena ukuran efek dari variabel HBM sangat kecil. Meskipun variabel primer
dari HBM merupakan prediktor signifikan dari perilaku sehat, namun banyak variabel
penting yang belum diperhitungkan oleh HBM [ CITATION Rit12 \l 1033 ].
Sedangkan kelebihan dari model ini ialah memiliki konstruk yang mudah untuk
diterapkan dan diuji [ CITATION Placeholder1 \l 1033 ]. HBM juga dinilai sebagai
pembentuk dasar dari banyak intervensi praktis dalam berbagai perilaku sehat, karena telah
memberikan kerangka teori mengenai penentu kognitif dari perilaku sehat [ CITATION Rit12
\l 1033 ]. Kelebihan lain dari HBM ialah model ini dapat diusulkan oleh individu secara
independen dan banyak berkontribusi sebagai prediktor perilaku sehat, serta membantu
individu untuk memeriksa biaya dan manfaat dari perilaku tertentu [ CITATION Cha05 \l
1033 ]

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, C., & Sheeran, P. (2005). The Health Belief Model. In M. Conner, & P. Norman,
Predicting and Changing Health Behavior (pp. 30-69). New York: Open University
Press.
Becker, M., Maiman, L., Kirscht, J., & Haefner, D. (1977). The Health Belief Model in the
Prediction of Dietary Compliance: A Field Experiment. Journal of Health and Social
Behaviour 18, 348-66.
Conner, M., & Norman, P. (2005). Predicting and Changing Health Behaviour: Research and
Practice with Social Cognition Models (2nd ed.). New York: Open University Press.
Notoatmodjo, S. (2010). Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Orji , R., Vassileva, J., & Mandryk, R. (2012). Towards an Effective Health Interventions
Design: An Extension of the Health Belief Model. Jorunal of Publich Health, 15.
Putri, D. (2016). Gambaran Health Belief Model pada Penderita Kanker yang Memilih dan
Menjalani Pengobatan Alternatif. Undergraduate thesis of UIN Sunan Ampel
Surabaya, 12-13.
Rosenstock, I. M. (1974). Historical Origins of the Health Belief Model. Health Education
Monographs VOL. 2, NO. 4, 328-335.

Anda mungkin juga menyukai