Anda di halaman 1dari 2

2.

2 Morfologi Sungkai
Sungkai (Peronema canescens) sering disebut sebagai jati sabrang, ki sabrang, kurus,
sungkai, sekai termasuk kedalam famili Verbenaceae. Menurut Dephut (2006), daerah
penyebarannya di Indonesia adalah Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu, Sumatera Selatan,
Jawa Barat, dan seluruh Kalimantan dan Peronema canescens adalah jenis yang banyak
tersebar di Semenanjung Malaysia (Zulfahmi, 2007).
Dalam dunia tumbuhan tanaman sungkai (Peronema canescens) tersusun dalam
sistematika sebagai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisio: Magnoliophyta (berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub-kelas: Asteridae
Ordo: Lamiales
Familia: Verbenaceae
Genus: Peronema
Spesies: Peronema canescens(Plantamor, 2008)

Tinggi pohon mencapai 20–30 m panjang batang bebas cabang mencapai 15 m,


dengan diameter 60 cm atau lebih, batang lurus dan sedikit berlekuk dangkal, tidak berbanir,
dan ranting penuh bulu halus. Kulit luar berwarna kelabu atau sawo muda, beralur dangkal,
mengelupas kecil-kecil dan tipis. Kayu teras berwarna krem atau kuning muda. Tekstur kayu
kasar dan tidak merata. Arah serat lurus, kadang-kadang bergelombang dengan permukaan
kayu agak kesat. Tanaman sungkai berbuah sepanjang tahun, terutama pada bulan Maret –
Juni. Tiap kilogram biji berisi 262.000 butir (Dephut, 2006).

Permukaan daun berbulu halus, berwarna abu-abu kotor atau abu-abu terang. Dalam
satu cabang terdapat lebih dari empat helai daun. Tajuk pohon berbentuk avoid, skala tajuk
halus sampai sedang. Daun pertama pinateli, ujung daun ovate, bentuk daun petiolate. Bentuk
kotiledonsama dengan perkecambahan epigeal (Zulfahmi, 2007)

Untuk keperluan pembibitan pemilihan benih (biji) dilakukan dengan cara mengambil
buah-buah yang sudah tua yang ditandai warna coklat tua. Akan tetapi mengingat
perbanyakan secara biji (generatif) lebih kecil pesentase tumbuhnya, maka untuk pengadaan
benih lebih mudah dilaksanakan dengan cara perbanyakan vegetatif penanaman digunakan
stek batang, yang diambil dari terubusan-terubusan yang berumur lebih kurang dua tahun
pada tunggul bekas tebangan. Tunggul yang dipilih sebagai induk dari terubusan calon stek
adalah tunggul yang berasal dari tegakan terpilih/tegakan plus (Dephut, 2006).

Pemilihan terubusan yang akan dipakai sebagai bahan stek dilakukan dengan cara
memilih terubusan yang sehat dan sudah berkayu dengan diameter lebih kurang 2,5 cm dan
panjang 25 cm – 30 cm. Untuk merangsang pertumbuhan akar, maka stek dapat diberi
hormon tumbuh (Roton F), kemudian ditanam/disemaikan dalam kantong plastik. Kantong-
kantong plastik sebaiknya dibuat bedengan dan dinaungi. Cara pemeliharaan bibit adalah
penyiraman dua kali sehari dan jika terserang hama/penyakit dilakukan pemberantasan
dengan Universitas Sumatera Utara
insektisida/fungisida. Dengan cara ini biasanya bibit siap dipindahkan kelapangan
pada umur lebih kurang 3 bulan (Dephut, 2006)

Anda mungkin juga menyukai