Anda di halaman 1dari 29

KISI KISI OR

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

 GONORE

salah satu penyakit menular seksual. Penyakit ini disebabkan oleh seks yang
tidak aman melalui oral, anal, atau vaginal. Melakukan seks berganti-ganti
pasangan dan tanpa kondom dapat berisiko terjadinya infeksi. Gonore
disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri biasanya akan
menginfeksi daerah yang hangat, lembap seperti:

 Urethra ( tabung yang mengalirkan urin ke saluran kemih)


 Mata
 Tenggorokan
 Vagina
 Anus
 Saluran reproduksi pada perempuan (tuba fallopi, serviks dan rahim)

Apa saja gejala gonore yang sering muncul?

Gejala biasanya diketahui sekitar 14 hari setelah Anda tertular. Sayangnya,


tidak semua orang menyadari gejala yang muncul dari gonore. Bahkan ada yang
mengidap gonore tetapi tanpa menunjukkan gejala-gejala yang ada – biasanya
disebut nonsymptomatic carrier alias pembawa non gejala. Terdapat dua gejala
berbeda pada perempuan dan laki-laki.

Gejala gonore pada laki-laki

Sebagian besar laki-laki mungkin tidak akan menyadari gejala bahwa ia telah
menginap gonore, karena beberapa laki-laki memang tidak mendapatkan
gejalanya. Gejala yang paling umum dan paling pertama dikenali adalah rasa
panas atau terbakar ketika buang air kecil. Setelah itu akan diikuti oleh gejala
lainnya berupa:

 Frekuensi buang air kecil yang cukup sering


 Keluarnya nanah dari penis (tetesan cairan) berwarna putih, kuning, krem atau
kehijau-hijauan)
 Bengkak dan kemerahan bukaan penis
 Bengkak atau nyeri pada testis
 Sakit tenggorokan yang datang terus-menerus
Ketika telah diobati, infeksi ini mungkin masih akan bertahan di tubuh selama
beberapa hari. Pada kasus yang jarang ditemui, gonore dapat menyebabkan
kerusakan pada tubuh, khususnya urethra dan testis. Rasa nyeri juga dapat
dirasakan hingga ke rektum.

Gejala gonore pada perempuan

Beberapa perempuan sulit mengidentifikasi gejala gonore ini, sebab gejala yang
muncul ada kemiripan dengan infeksi lain. Gejala gonore pada perempuan tidak
terbentuk dengan jelas, seperti infeksi jamur vagina pada umumnya, sehingga
beberapa perempuan salah menebak infeksi yang diidapnya. Berikut ini adalah
beberapa gejala yang muncul pada perempuan:

 Keluar cairan dari vagina (berair, menyerupai krim, sedikit kehijauan)


 Ketika buang air kecil, adanya sensasi nyeri dan rasa panas
 Frekuensi buang air kecil yang cukup sering
 Munculnya bercak darah atau perdarahan saat tidak sedang menstruasi
 Rasa nyeri ketika melakukan hubungan seksual
 Rasa nyeri juga dirasakan pada perut bagian bawah atau nyeri panggul
 Bengkak pada vulva
 Rasa terbakar atau panas di tenggorokan (ketika sudah melakukan oral seks)
 Demam

cara mengobati gonore

Gonore dapat diobati dan dapat disembuhkan, tetapi tidak bisa disembuhkan
dengan pengobatan yang dilakukan di rumah, atau membeli obat di apotek.
Anda harus pergi menemui dokter. Ketika pergi menemui dokter, Anda
sebaiknya mempersiapkan:

 Gejala-gejala yang Anda alami


 Diskusi mengenai riwayat seks Anda

Dokter akan melakukan diagnosis berdasarkan hasil tes dengan cara mengambil
contoh cairan dari urethra laki-laki dan serviks pada perempuan. Dokter juga
akan melakukan pengecekan pada anus dan tenggorokan Anda, untuk melihat
ada tidaknya infeksi pada bagian tersebut. Tes tersebut dibawa ke lab, dan jika
hasilnya positif, dokter akan mulai memberikan perawatan.

Dokter mungkin akan memberikan antibiotik berupa obat minum dan yang
disuntikan langsung. Ceftriaxone adalah antibiotik yang diberikan lewat
suntikan, biasanya hanya sekali saja. Setelah itu Anda akan diberikan
Azithromycin sebagai antibiotik yang diminum. Sangat dianjurkan untuk
menghabiskan antibiotik yang diresepkan, bahkan jika kondisi Anda telah
membaik. Jika Anda resisten terhadap antibiotik, maka akan ada pengobatan
lanjutan yang perlu Anda jalani. Karena ini penyakit menular, kemungkinan
dokter juga akan menanyakan tentang pasangan Anda untuk melakukan tes dan
pengobatan juga, agar infeksi ini tidak menyebar.

Bagaimana jika gonore tidak diobati?

Pada perempuan, gonore yang tidak diobati dapat menyebabkan penyakit


radang panggul, yang mana dapat merusak tuba fallopi. Dampak fatalnya,
gonore dapat menyebabkan ketidaksuburan dan meningkatkan risiko kehamilan
ektopik – di mana sel telur yang dibuahi berkembang di luar rahim.

Sedangkan pada laki-laki, gonore yang dibiarkan dapat


menyebabkan epididimis – rasa sakit di daerah testis yang berisiko terhadap
infertilitas. Jika tidak diobati dengan cepat, gonore lama-lama akan
menyebabkan masalah pada prostat dan menimbulkan luka pada urethra,
sehingga akan menyebabkan susah buang air kecil.
Langkah apa saja yang bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran gonore?

Benar adanya ungkapan ‘lebih baik mencegah daripada mengobati’. Berikut ini
yang bisa Anda lakukan untuk mencegah penularan gonore:

 Selalu gunakan kondom ketika berhubungan seks, bahkan sebaiknya Anda juga
menggunakan kondom ketika melakukan seks oral.
 Sebaiknya setia pada satu pasangan, hindari perilaku berganti-ganti pasangan.
Mungkin Anda bisa membayangkan berapa kerugian yang ditimbulkan ketika
berganti-ganti pasangan seks.
 Jika Anda curiga terkena gonore, sebaiknya hentikan berhubungan seks dengan
siapa pun dan cepat kunjungi dokter.

Diagnosis Gonore
Untuk mendiagnosis gonore, dokter akan menanyakan tentang aktivitas seksual
dan melakukan pemeriksaan fisik. Bila diperlukan, dokter juga akan mengambil
sampel cairan tubuh penderita, terutama cairan dari vagina, penis dan dubur.
Cairan ini akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.

Pengobatan Gonore
Pengobatan utama untuk penyakit gonore adalah pemberian antibiotik, karena
penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Perlu diingat bahwa tidak hanya
penderita saja yang perlu diobati, tetapi pasangan seksual dari penderita juga
perlu diobati, karena kemungkinan besar juga menderita gonore. Setelah
sembuh dari gonore, tidak tertutup kemungkinan seseorang bisa terkena gonore
lagi.

Komplikasi Gonore
Gonore yang tidak diobati dengan baik dapat menimbulkan komplikasi. Wanita
lebih mudah terkena komplikasi gonore dibanding pria. Komplikasi gonore
yang dapat muncul pada pria adalah epididimitis dan luka pada saluran kencing.
Sedangkan komplikasi gonore yang dapat muncul pada wanita adalah penyakit
radang panggul dan sumbatan pada saluran telur. Kondisi ini dapat memicu
terjadinya hamil anggur atau kehamilan ektopik.

Pencegahan Gonore
Penyakit ini menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral atau
anal. Oleh karena itu, cara pencegahan penyakit ini adalah melakukan hubungan
intim yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom atau tidak bergonta-ganti
pasangan.
Masing-masing organ yang terkena gonore akan memunculkan gejala yang
berbeda, seperti:

 Gonore pada anus, gejalanya berupa anus gatal, keluar darah atau nanah
dari anus.
 Gonore pada sendi, gejalanya berupa radang sendi, yaitu kemerahan,
pembengkakan, dan nyeri saat digerakkan.
 Gonore pada tenggorokan, ditandai dengan sakit tenggorokan yang sulit
sembuh dan munculnya benjolan di leher (pembengkakan kelenjar getah
bening).
 Gonore pada mata, gejalanya berupa mata merah, keluarnya nanah dari
mata, dan menjadi sensitif terhadap cahaya.

Gonore juga dapat terjadi pada bayi akibat tertular dari ibunya selama proses
persalinan normal (melalui jalan lahir). Pada bayi yang baru lahir, penyakit
gonore dapat menyebabkan mata bayi merah, bengkak, dan mengeluarkan
nanah. Gejala ini akan muncul dalam dua minggu pertama setelah lahir.

 HERPES
Herpes merupakan nama kelompok virus herpesviridae yang dapat
menginfeksi manusia. Infeksi virus herpes dapat ditandai dengan
munculnya lepuhan kulit dan kulit kering. Jenis virus herpes yang paling
terkenal adalah herpes simplex virus atau HSV. Herpes simplex dapat
menyebabkan infeksi pada daerah mulut, wajah, dan kelamin (herpes
genitalia).

Pembagian kelompok virus herpesviridae adalah sebagai berikut:

 Alfa herpesvirus. Kelompok virus ini memiliki siklus hidup untuk


menggandakan diri yang pendek, serta berpotensi menjadi tersembunyi
dan infeksi muncul kembali (infeksi laten) di sel saraf. Contoh alfa
herpesvirus adalah HSV tipe 1 dan 2, serta virus varicella-zoster.
 Beta herpesvirus. Kelompok virus ini memiliki siklus hidup untuk
menggandakan diri yang panjang dan infeksi virus ini berjalan lambat
dalam tubuh manusia. Contoh beta herpesvirus adalah cytomegalovirus,
serta herpesvirus 6 dan 7.
 Gamma herpesvirus. Contohnya adalah Epstein-Barr virus dan human
herpesvirus 8.

Tahapan Infeksi Herpes


Infeksi herpes yang muncul biasanya terjadi dalam beberapa tahapan. Rincian
tahapan infeksi herpes adalah sebagai berikut:

 Stadium primer. Stadium primer terjadi pada hari kedua hingga kedelapan
setelah terjadinya infeksi herpes. Gejala yang muncul adalah blister (kulit
yang melepuh) berukuran kecil, namun menyakitkan. Blister biasanya
berisi cairan berwarna bening atau keruh, dan dapat pecah serta
menimbulkan luka terbuka. Daerah di sekitar blister akan berwarna
kemerahan.
 Stadium laten. Pada stadium ini, gejala herpes seperti blister dan koreng
akan mereda. Tetapi pada stadium ini, sebetulnya virus sedang menyebar
ke saraf dekat saraf tulang belakang melalui kulit.
 Stadium peluruhan. Pada stadium ini, virus mulai berkembang biak pada
ujung-ujung saraf organ tubuh. Jika ujung saraf yang terinfeksi terletak
pada organ tubuh yang menghasilkan cairan, seperti testis atau vagina,
virus herpes dapat terkandung dalam cairan tubuh seperti semen dan
lendir Biasanya tidak terjadi gejala yang terlihat, namun sebenarnya
sedang terjadi perkembangbiakan virus di dalam tubuh.
 Stadium rekurensi (muncul kembali). Pada stadium ini, blister pada kulit
yang terjadi di stadium pertama dapat muncul kembali. Biasanya tidak
separah lepuhan dan koreng yang sebelumnya. Gejala yang umumnya
muncul pada stadium rekurensi ini adalah gatal, kesemutan, dan nyeri di
daerah yang terkena infeksi pada stadium pertama.
Virus Penyebab dan Gejala Herpes
Artikel ini akan fokus membahas kelompok alfa herpesvirus yang paling sering
menyebabkan infeksi.
HSV 1
Herpes simplex virus tipe 1 (HSV 1) merupakan virus yang dapat menyebar
dengan cepat, dan umumnya menyebabkan herpes oral (mulut). Akan tetapi
HSV 1 juga dapat menyebabkan terjadinya herpes kelamin (genital) jika
menyebar dari mulut ke alat kelamin pada saat melakukan hubungan seksual
melalui oral. HSV 1 dapat menular melalui kontak langsung sederhana dari
penderita herpes ke orang yang sehat. Contohnya adalah lewat berciuman,
berbagai pakai peralatan makan atau lipstik dan kosmetik. HSV 1 bahkan dapat
ditularkan dari seseorang yang mengalami infeksi HSV 1 namun tanpa gejala.
Gejala yang dapat ditimbulkan oleh infeksi HSV 1 atau herpes oral adalah:

 Diawali dengan demam, nyeri otot, dan lemas.


 Muncul rasa nyeri, gatal, rasa terbakar atau ditusuk pada tempat infeksi.
 Kemudian timbul blister, yaitu lesi kulit seperti melepuh yang pecah dan
mengering dalam beberapa hari.
 Blister yang pecah tersebut mengakibatkan luka dengan rasa nyeri. Bila
terjadi di mulut, bisa mengganggu makan.

HSV 2
Herpes simplex virus tipe 2 (HSV 2) merupakan penyebab penyakit herpes
genital. Virus ini menyebar melalui kontak dengan luka pada penderita herpes,
misalnya saat hubungan seksual. Selain itu, HSV 2 juga dapat ditularkan dari
ibu kepada bayinya pada saat persalinan.
Baik HSV 1 maupun HSV 2 dapat menjadi infeksi laten di sel saraf dan berisiko
muncul kembali saat seseorang mengalami demam, cedera, stres, dan
menstruasi. HSV 2 sendiri dapat lebih mudah menginfeksi seseorang jika:

 Berjenis kelamin perempuan.


 Bergonta-ganti pasangan seksual.
 Memiliki sistem kekebalan tubuh yang rendah.
 Sedang mengalami penyakit menular seksual selain herpes.
 Melakukan hubungan seksual di usia muda.

Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita herpes genital, antara
lain:

 Gatal.
 Sakit pada saat buang air kecil.
 Keluarnya cairan dari vagina.
 Munculnya benjolan di selangkangan.
 Munculnya koreng yang menyakitkan pada kemaluan, pantat, anus, atau
paha.
 Pada pria, herpes dapat menyebabkan kulit penis kering, perih, dan gatal.

VZV
Varicella-zoster virus (VZV) merupakan virus kelompok alfa herpesviridae
yang menjadi penyebab cacar air dan cacar ular (herpes zoster). Cacar air terjadi
ketika virus varicella-zoster menginfeksi seorang anak pertama kali. Sedangkan
herpes zoster terjadi ketika cacar air yang diderita seseorang sudah sembuh
namun di tubuh orang tersebut masih ada virus varicella-zoster yang bersifat
laten dan muncul kembali.
VZV utamanya menular melalui kontak langsung dengan penderita cacar air.
Virus ini dapat menimbulkan bintil pada kulit penderita (vesikel) yang berisi
cairan dan dapat menjadi perantara penularan virus. Selain itu, VZV juga dapat
menular melalui percikan ludah, yaitu pada saat penderita cacar air bersin atau
batuk.
Seseorang lebih mudah terkena infeksi virus varicella-zoster jika:

 Berusia di bawah 12 tahun.


 Mengalami permasalahan sistem imun, baik akibat penyakit maupun
obat-obatan.
 Pernah mengalami kontak langsung dengan penderita cacar air.
 Bekerja atau beraktivitas di sekolah atau fasilitas khusus anak-anak.
 Tinggal bersama anak-anak.

Jika seseorang pernah mengalami cacar air sebelumnya dan sembuh, risiko
orang tersebut untuk mengalami cacar air kembali berkurang karena adanya
kekebalan. Kekebalan tubuh terhadap virus varicella-zoster juga dapat diperoleh
melalui vaksinasi. Seorang ibu hamil yang memiliki kekebalan terhadap VZV
dapat memberikan kekebalannya kepada janin melalui transfer antibodi.
Kekebalan janin yang diperoleh dengan cara tersebut dapat bertahan sekitar 3
bulan sejak lahir.
Herpes zoster dapat terjadi pada siapa saja yang pernah mengalami cacar air.
Akan tetapi seseorang dapat lebih mudah terkena herpes zoster jika:

 Berusia 60 tahun ke atas.


 Sedang menjalani pengobatan kemoterapi atau radioterapi.
 Sedang menjalani pengobatan yang dapat memengaruhi atau melemahkan
sistem imun (imunosupresan).
 Menderita penyakit yang dapat melemahkan sistem imun
seperti HIV/AIDS atau kanker.

Gejala cacar air dimulai dengan ruam kulit berisi cairan (vesikel) yang terasa
gatal. Vesikel yang muncul dapat diikuti dengan adanya gejala lain, seperti
demam, hilangnya nafsu makan dan sakit kepala. Virus tersebut sudah berada di
dalam tubuh penderita selama 7-21 hari sebelum dapat menimbulkan ruam dan
gejala lainnya. Penderita sudah dapat menularkan virus varicella-zoster ke orang
lain sejak 48 jam sebelum munculnya ruam.
Jika penderita cacar air yang sudah sembuh kemudian mengalami herpes zoster,
gejala yang muncul biasanya berupa rasa nyeri dan panas pada kulit di salah
satu sisi bagian tubuh, sesuai dengan penjalaran saraf tempat VZV
bersembunyi. Nyeri dan panas di bagian tersebut akan diikuti dengan
munculnya ruam kemerahan, membentuk lepuhan (blister) berisi air dan gatal.

Diagnosis Herpes
Herpes dapat didiagnosis melalui pemeriksaan fisik. Pada pemeriksaan fisik,
dokter akan mengecek koreng yang terbentuk akibat herpes serta menanyakan
gejala yang muncul pada pasien. Selain itu, untuk membantu diagnosis herpes
agar lebih akurat, dapat dilakukan pemeriksaan tambahan, seperti:

 Kultur virus herpes simplex. Kultur virus herpes bertujuan untuk


mendiagnosis adanya virus herpes. Kultur virus herpes dilakukan dengan
cara mengusap area kulit atau genital yang terinfeksi, mengambil cairan
genital atau cairan tubuh lainnya yang diduga mengalami herpes untuk
kemudian diperiksa di laboratorium.
 Tes antibodi. Tes antibodi spesifik virus HSV 1 dan HSV 2 dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya infeksi primer herpes, namun tidak
dapat mendeteksi infeksi herpes rekuren. Tes antibodi dilakukan dengan
mengambil sampel darah dari tubuh, kemudian dianalisis di lab untuk
dicek keberadaan antibodi spesifik HSV 1 ataupun HSV 2. Perlu diingat
bahwa tubuh memerlukan waktu sekitar 12-16 minggu untuk membentuk
antibodi anti HSV 1 atau HSV 2, setelah virus HSV masuk ke dalam
tubuh pertama kali. Tes antibodi HSV 1 dan HSV 2 sangat membantu
diagnosis, terutama jika pasien tidak mengalami koreng atau pelepuhan
pada kulit.

Pengobatan Herpes
Fokus pengobatan herpes adalah untuk menghilangkan blister, serta untuk
mencegah penyebaran herpes, meskipun koreng dan lepuhan akibat herpes
dapat hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Selain itu, pemberian
obat-obatan antivirus juga dapat mengurangi komplikasi akibat herpes.
Beberapa obat-obatan antivirus yang dapat digunakan, antara lain adalah:

 Acyclovir.
 Valacyclovir.
 Famciclovir.

Untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan oleh herpes, tips-tips berikut ini
dapat dilakukan selama masa penyembuhan herpes, antara lain yaitu:

 Mengonsumsi paracetamol atau ibuprofen sebagai obat pereda nyeri.


 Mandi dengan menggunakan air suam
 Kompres dengan air hangat atau atau air dingin pada kulit yang terkena.
 Menggunakan pakaian dalam berbahan katun.
 Menggunakan pakaian longgar.
 Menjaga area koreng tetap kering dan bersih.

Khusus ibu hamil, jika sedang atau pernah menderita herpes genital harus
berkonsultasi dengan dokter. Virus herpes dapat menular dari ibu kepada bayi
selama masa persalinan, terutama ketika sedang infeksi aktif, serta dapat
menyebabkan komplikasi yang berbahaya bagi bayi. Jika ibu hamil diketahui
sedang atau pernah menderita herpes, diskusikan dengan doker mengenai
kemungkinan melahirkan bayi secara operasi Caesar.

Komplikasi Herpes
Herpes simplex jarang menimbulkan komplikasi serius pada penderita. Herpes
simplex dapat menimbulkan komplikasi, terutama jika penderita juga menderita
infeksi HIV. Penderita herpes simplex yang juga menderita HIV biasanya
menderita gejala herpes yang lebih parah dan lebih sering kambuh. Beberapa
komplikasi yang jarang, namun serius, yang dapat ditimbulkan oleh herpes
simplex adalah:

 Penyebaran infeksi ke bagian tubuh lain.


 Radang otak dan selaputnya.
 Radang paru-paru.
 Hepatitis.
 Esofagitis.
 Kematian jaringan retina mata.

Komplikasi dari infeksi virus varicella-zoster tidak selalu terjadi pada penderita
cacar air. Komplikasi seringkali terjadi pada anak-anak, lansia, wanita hamil,
dan orang yang kekebalan tubuhnya lemah. Beberapa komplikasi yang dapat
terjadi akibat cacar air adalah:

 Ruam menyebar ke bagian mata.


 Ruam yang diikuti oleh sesak napas dan sakit kepala.
 Ruam yang diikuti dengan infeksi bakteri sekunder pada daerah tersebut.

Herpes zoster dapat menimbulkan komplikasi antara lain:

 Post herpetic neuralgia. Nyeri yang masih dirasakan walaupun lesi pada
kulit sudah menghilang.
 Infeksi bakteri. Infeksi bakteri dapat pada lokasi ruam akibat herpes, yang
sering menimbulkan gejala seperti kulit kemerahan, pembengkakan dan
hangat jika disentuh.
 Nyeri dan ruam pada mata. Ruam akibat herpes zoster yang
penjalarannya di sekitar mata dapat menginfeksi mata. Ruam di daerah
ini membutuhkan terapi antivirus yang lebih lama dan berisiko
menimbulkan kerusakan mata permanen.
 Sindrom Ramsay-Hunt. Sindrom Ramsay-Hunt dapat terjadi sebagai
komplikasi dari herpes zoster. Gejala Sindrom Ramsay-Hunt antara lain
adalah kehilangan pendengaran, pusing, nyeri di salah satu telinga dan
kehilangan kemampuan mengecap rasa pada lidah.

Jika komplikasi tersebut muncul, hendaknya segera diperiksakan ke dokter.


Komplikasi virus varicella-zoster dapat berbahaya terutama jika terjadi pada
wanita hamil. Jika wanita hamil menderita infeksi virus varicella-zoster, janin
yang dikandungnya dapat mengalami kelainan bawaan, seperti:

 Kelainan mata dan masalah penglihatan lainnya.


 Disabilitas intelektual (retardasi mental).
 Pertumbuhan yang lambat.
 Kepala yang berukuran lebih kecil dari ukuran normal.

Pencegahan Herpes
Untuk mencegah penyebaran virus herpes ke orang lain, dapat dilakukan
langkah-langkah berikut ini:

 Menghindari kontak fisik dengan orang lain, terutama kontak dari koreng
yang muncul akibat herpes.
 Mencuci tangan secara rutin.
 Mengoleskan obat antivirus topikal menggunakan kapas agar kulit tangan
tidak menyentuh daerah yang terinfeksi virus herpes.
 Jangan berbagi pakai barang-barang yang dapat menyebarkan virus,
seperti gelas, cangkir, handuk, pakaian, make up, dan lip balm.
 Jangan melakukan oral seks, ciuman atau aktivitas seksual lainnya,
selama munculnya gejala penyakit herpes.

Khusus bagi penderita herpes genitalia, harus menghindari segala bentuk


aktivitas seksual selama masa tersebut. Perlu diingat bahwa meskipun sudah
menggunakan kondom, virus herpes tetap dapat menyebar melalui kontak kulit
yang tidak terlindungi kondom.

 KLAMIDIA

Definisi
Apa itu klamidia (chlamydia)?

Klamidia atau chlamydia adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri bernama Chlamydia trachomatis. Penyakit ini bisa menyerang baik pria
maupun wanita melalui kontak seksual.

Klamidia dapat menginfeksi serviks (leher rahim), anus, saluran kencing, mata,
dan tenggorokan. Penyakit ini termasuk yang tidak begitu sulit diobati jika
langsung ditangani di masa-masa awal kemunculannya. Namun, jika dibiarkan
chlamydia bisa menyebabkan masalah kesehatan serius.

Pasalnya, penyakit kelamin ini bisa menyebabkan kerusakan serius dan


permanen pada sistem reproduksi wanita. Akibatnya, wanita yang terserang
chlamydia berisiko sulit hamil.
Seberapa umumkah klamidia (chlamydia)?

Dilansir dari laman Planet Parenthood, ada sekitar 3 juta orang penduduk
Amerika yang terkena penyakit ini setiap tahunnya. Kebanyakan orang yang
terkena biasanya berusia 14 sampai 24 tahun.

Dilansir dari medicalnewstoday Chlamydia 3 kali lebih umum dari gonore


(kencing nanah) dan 50 kali lebih umum dibandingkan dengan sifilis. Jika Anda
merasa bahwa Anda mungkin terinfeksi atau cukup berisiko segera
konsultasikan ke dokter.
Tanda-tanda & gejala
Apa saja tanda-tanda dan gejala klamidia (chlamydia)?
Chlamydia termasuk ke dalam infeksi menular seksual yang jarang disadari.
Pasalnya, penyakit ini sering kali tidak menunjukkan tanda dan gejal di awal
kemunculannya.

Tanda dan gejala biasanya muncul satu hingga dua minggu setelah terpapar
infeksi. Namun tanda ini pun sering kali ringan dan hilang begitu saja sehingga
tak begitu dihiraukan.

Adapun berbagai tanda dan gejala yang biasanya muncul akan berbeda pada
pria dan wanita, berikut selengkapnya:

Gejala klamidia pada wanita

 Sakit perut bawah


 Keputihan yang jauh lebih banyak dari biasanya dengan warna yang cenderung
kuning serta berbau busuk
 Perdarahan yang terjadi di antara siklus haid
 Demam ringan
 Sakit saat seks
 Perdarahan setelah berhubungan seks
 Rasa terbakar saat buang air kecil
 Buang air kecil lebih sering
 Pembengkakan di vagina atau sekitar anus
 Iritasi di rektum

Gejala klamidia pada pria

 Rasa sakit dan terbakar saat buang air kecil


 Penis mengeluarkan cairan berupa nanah, cairan yang encer, atau putih dan
kental seperti susu
 Testis bengkak dan nyeri saat ditekan
 Iritasi pada rektum

Berbagai gejala ini tidak selalu muncul pada orang yang terinfeksi klamidia.
Ada orang yang bahkan tidak memiliki gejala sama sekali. Jika Anda
mengalami satu atau lebih gejala, termasuk yang tidak disebutkan di atas, segera
konsultasikan ke dokter.
Kapan saya harus periksa ke dokter?

Periksakan ke dokter jika Anda mengalami keluarnya cairan tak biasa dari
vagina, penis, atau rektum. Selain itu, segera konsultasikan ke dokter jika Anda
sering merasa sakit ketika buang air kecil.
Jangan tunda untuk berkonsultasi ke dokter jika Anda atau pasangan mengalami
berbagai tanda dan gejala klamidia seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Selain itu, cobalah untuk memeriksakan diri ke dokter jika Anda merasa
berisiko tinggi terkena penyakit kelamin. Tak perlu sungkan atau malu untuk
memeriksakannya karena semakin cepat diketahui akan semakin cepat pula
diobati.

Penyebab
Apa penyebab klamidia (chlamydia)?

Klamidia disebabkan oleh bakteri yang disebut Chlamydia trachomatis. Infeksi


ini dapat menyebar dengan mudah melalui seks vagina, oral, dan anal.

Seorang wanita tetap bisa terkena penyakit ini meski pasangannya tidak
ejakulasi saat seks. Pasalnya, tak hanya lewat air mani, bakteri juga terdapat
dalam cairan praejakulasi.

Selain itu, jika sudah pernah memiliki infeksi ini, risiko untuk terkena kembali
sangat mungkin. Hal ini biasanya terjadi ketika Anda melakukan seks tanpa
kondom dengan orang yang terinfeksi.

Dikarenakan penyakit ini sering kali tidak menunjukkan gejala, orang yang
telah terinfeksi bisa dengan mudah menularkan ke pasangannya tanpa disadari.

Jika Anda adalah seorang ibu hamil yang mengidap klamidia, Anda juga dapat
menyebarkan infeksi ini ke bayi saat melahirkan. Penyakit ini nantinya bisa
menyebabkan pneumonia atau infeksi mata serius pada buah hati Anda.

Oleh karena itu, jika seorang ibu memiliki klamidia selama kehamilan,
diperlukan tes 3 hingga 4 minggu setelah perawatan untuk memastikan
kondisinya.

Namun penting untuk diingat bahwa penyakit kelamin ini tidak dapat ditularkan
melalui:

 Dudukan toilet yang telah digunakan oleh orang yang terinfeksi


 Berbagi sauna dengan orang yang terinfeksi
 Berbagi kolam renang yang sama dengan orang yang terinfeksi
 Berbagi makanan dan minuman yang sama
 Ciuman, pelukan, dan pegangan tangan
 Permukaan yang sebelumnya disentuh oleh orang yang terinfeksi
 Berdiri di dekat orang yang terinfeksi dan menghirup udara setelah mereka
batuk atau bersin
Faktor-faktor risiko
Apa yang meningkatkan risiko saya untuk klamidia (chlamydia)?

Anda berisiko tinggi terkena klamidia jika:

 Aktif secara seksual sebelum berusia 25 ahun


 Sering berganti-ganti pasangan seks
 Tidak menggunakan kondom setiap kali berhubungan seks dengan pasangan
yang berbeda
 Memiliki riwayat penyakit kelamin

Untuk mengurangi risiko, sebaiknya praktikkan seks yang aman dan lakukan tes
secara rutin.
Komplikasi
Apa saja komplikasi akibat klamidia (chlamydia)?

Selain menyebabkan infertilitas, klamidia juga dapat menyebabkan beberapa


komplikasi penyakit, seperti:
Radang panggul

Radang panggul atau pelvic inflammatory disease terjadi ketika bakteri


menyebar dan meninginfeksi serviks, rahim, saluran tuba, dan ovarium. Radang
panggul bisa membuat seseorang menjadi tidak subur, mengalami nyeri panggul
kronis, dan hamil anggur.
Epididimitis

Epididimitis adalah kondisi saat saluran belakang testis yang membawa sperma
menuju uretra meradang. Peradangan ini muncul akibat infeksi bakteri
chlamydia yang akhirnya menyebabkan demam, pembengkakan, dan nyeri pada
skrotum.

Prostatitis

Prostatitis atau infeksi kelenjar prostat adalah kondisi saat bakteri klamidia
mulai masuk dan menyerang prostat. Hal ini mengakibatkan seseorang akan
merasa nyeri saat berhubungan seks, demam, meriang, sakit saat kencing, dan
nyeri punggung bawah.
Infeksi menular seksual lainnya

Orang yang sudah terkena chlamydia biasanya berisiko lebih tinggi terkena
infeksi menular seks lainnya seperti gonore, sipilis, hingga HIV. Oleh karena
itu, segera periksakan ke dokter jika Anda memang berisiko tinggi dan
mengalami berbagai gejala tak biasa beberapa waktu belakangan.

Infertilitas

Chlamydia bisa menyebabkan jaringan parut dan sumbatan pada tuba falopi.
Kondisi ini membuat seorang wanita bisa mengalami kesulitan untuk memiliki
anak. Oleh katena itu, pengobatan dini sangat diperlukan untuk mencegah hal
ini terjadi.

Arthritis reaktif

Arthritis reaktif adalah kondisi saat sendi terasa nyeri dan bengkak akibat
infeksi di bagian lain pada tubuh. Penyakit yang dikenal dengan istilah sindrom
Reiter ini juga menyerang mata dan uretra, yaitu tabung yang membawa urine
dari kandung kemih ke luar tubuh Anda.
Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU


konsultasikan pada dokter Anda.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk klamidia (chlamydia)?

Anda harus melakukan tes tahunan jika berusia di bawah 25 tahun dan aktif
secara seksual. Namun, jika usia Anda di atas 25 tahun, lakukan tes yang sama
jika memiliki lebih dari satu pasangan seks dan faktor risiko lainnya.

Berikut berbagai skrining dan tes yang dilakukan untuk mendiagnosis klamidia,
yaitu:

Tes urine

Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel urine Anda untuk kemudian
dianalisis di laboratorium. Jika Anda positif memiliki penyakit kelamin yang
satu ini, tes akan menunjukkan hasil yang positif.
Tes swab

Tes swab biasanya dilakukan pada pria dan wanita untuk mendeteksi penyakit
kelamin. Pada wanita tes ini dilakukan dengan mengambil sampel cairan dari
serviks untuk dilihat keberadaan bakteri di dalamnya.

Sementara pada pria, dokter biasanya akan mengambil sampel cairan dari ujung
penis. Cairan ini bisa diteliti karena berasal dari uretra, tempat di mana bakteri
klamidia biasanya menginfeksi. Selain itu, dalam beberapa kasus dokter akan
mengambil sampel cairan dari anus.

Jika Anda pernah diobati karena infeksi klamidia awal, Anda harus diuji ulang
dalam waktu sekitar tiga bulan setelahnya.
Bagaimana cara mengobati klamidia (chlamydia)?

Klamidia dapat diobati dengan antibiotik. Dokter akan menyesuaikan dosis obat
dengan keparahan kondisi. Biasanya antibiotik yang diberikan berbentuk pil.
Dosis yang diberikan bisa satu kali setiap hari atau beberapa kali sehari dalam 5
hingga 10 hari.

Doxycycline menjadi antibiotik yang biasanya diresepkan dokter pada


pasien. Pastikan untuk menghabiskan antibiotik sesuai anjuran dokter. Hal ini
dilakukan untuk mencegah Anda terkena infeksi kembali dan bakteri resisten
terhadap antibiotik.

Selain doxycycline, dokter biasanya memiliki beberapa alternatif antibiotik


terutama untuk wanita hamil. Ini karena doxycycline atau tetracycline bisa
menyebabkan masalah perkembangan tulang dan gigi
bayi. Azithromycin termasuk salah satu obat yang terbukti aman dan efektif
untuk wanita hamil.

Berikut ini beberapa antibiotik alternatif yang juga direkomendasikan oleh


Centers Disease for Control and Prevention untuk mengobati klamidia, yaitu:

 Erythromycin
 Levofloxacin
 Ofloxacin

Sebagian orang biasanya akan mengalami berbagai efek samping ringan setelah
minum antibiotik, seperti:

 Diare
 Sakit perut
 Masalah pencernaan
 Mual

Selain itu, orang yang minum doxycycline biasanya akan mengalami ruam kulit
saat terpapar sinar matahari.

Dalam kebanyakan kasus, infeksi biasanya akan sembuh dalam waktu satu
sampai dua minggu. Selama waktu pengobatan itu, Anda bisa tidak
diperbolehkan berhubungan seks untuk mencegah penyebarannya.

Dokter juga akan menyarankan pasangan Anda untuk mendapatkan pengobatan


yang sama meski tidak memiliki gejala. Jika tidak, infeksi bisa bolak balik
muncul antara Anda dan pasangan.

Namun, meski klamidia telah diobati, tubuh tidak kebal terhadap bakteri ini.
Artinya setelah sembuh Anda masih bisa terinfeksi lagi di masa mendatang jika
terus melakukan hal berisiko.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan
untuk mengatasi klamidia (chlamydia)?

Klamidia disebabkan oleh infeksi bakteri dan satu-satunya obat yang cocok
yaitu antibiotik. Namun, ada beberapa pengobatan alternatif yang diduga
mampu membantu meringankan gejala. Berikut berbagai pengobatan rumahan
yang bisa Anda coba untuk meringankan gejala klamidia, yaitu:

Melakukan diet sehat

Meski memang belum terbukti, Anda bisa mengurangi gejala klamidia dengan
melakukan diet sehat. Biasanya makanan yang dianjurkan yaitu buah, sayur,
dan probiotik. Berbagai makanan ini memang tidak akan menyembuhkan
klamidia tetapi bisa menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat untuk melawan
infeksi.

Selain itu, makanan yang mengandung probiotik juga membantu melindungi


usus dan meminimalisir efek samping antibiotik pada saluran pencernaan Anda.
Oleh karena itu, tak ada salahnya untuk melakukan diet sehat demi kondisi
tubuh yang lebih baik.
Minum suplemen goldenseal

Goldenseal merupakan tanaman kecil dengan batang berbulu tunggal yang


sangat dikenal di pasar obat Amerika. Tanaman satu ini bisa membantu
mengatasi gejala infeksi klamidia dengan mengurangi peradangan.

Anda bisa mencari tanaman obat yang satu ini dalam bentuk suplemen yang
banyak dijual di pasaran. Namun ingat, konsultasikan terlebih dahulu ke dokter
sebelum meminumnya.

Minum suplemen echinacea

Echinacea adalah tanaman yang banyak digunakan untuk membantu


meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Selain itu, tanaman ini juga mampu mengatasi berbagai infeksi dari mulai flu
hingga luka pada kulit.

Namun, kandungan antiradang didalamnya dipercaya mampu membantu


mengurangi gejala klamidia. Akan tetapi, pastikan untuk berkonsultasi ke
dokter terlebih dahulu.
Pencegahan
Apa yang bisa saya lakukan untuk mencegah klamidia (chlamydia)?

Berikut berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi akibat
klamidia:

Menggunakan kondom

Kondom merupakan salah satu benda yang bisa melindungi Anda dari
penyebaran penyakit kelamin termasuk klamidia.

Kondom berfungsi untuk mencegah perpindahan bakteri melalui cairan vagina


dan air mani antarpasangan.

Oleh karena itu, usahakan untuk menggunakannya dengan benar setiap kali
berhubungan seksual.
Membatasi jumlah pasangan seks

Memilki banyak pasangan seks membuat Anda sangat berisiko tertular infeksi
kelamin. Untuk itu, cobalah untuk berkomitmen pada diri untuk hanya setia
pada satu pasangan.
Menghindari douching

Douching adalah teknik mencuci vagina dengan menyemprotkan larutan khusus


ke dalam saluran vagina. Teknik ini biasanya dilakukan dengan alat khusus
berbentuk kantong dan selang.

Larutan yang dipakai dalam douching ini terbuat dari campuran air, cuka, dan
baking soda. Namun, sekarang ini banyak larutan douche yang mengandung
parfum dan bahan kimia lainnya.

Douching sangat tidak dianjurkan karena bisa mengurangi jumlah bakteri baik
yang ada di vagina. Hal ini membuat vagina lebih rentan terkena infeksi.

Melakukan tes secara rutin

Jika Anda berisiko tinggi terhadap infeksi menular seksual ini misalnya sangat
aktif secara seksual, lakukan tes secara rutin. Dengan begitu, Anda bisa terus
memantau kondisi dan melakukan pengobatan dini jika memang diperlukan.

 SIFILIS
Raja singa atau sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh
bakteri. Gejala sifilis diawali dengan munculnya luka yang tidak terasa sakit
di area kelamin, mulut, atau dubur.
Luka pada area kelamin yang menjadi gejala sifilis (sipilis) sering kali
tidakterlihat dan tidak terasa sakit, sehingga tidak disadari oleh
penderitanya. Meski demikian, pada tahap ini, infeksi sudah bisa
ditularkan ke orang lain.
Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, sifilis dapat merusak organ otak,
jantung, dan beberapa organ lain. Pada wanita hamil, infeksi juga berbahaya
karena dapat menyebabkan kondisi janin tidak normal, bahkan kematian bayi.
Oleh karena itu, semakin dini diagnosis dan pengobatannya, semakin mudah
sifilis disembuhkan.

Gejala Sifilis
Gejala sipilis atau sifilis digolongkan sesuai dengan tahap perkembangan
penyakitnya. Tiap jenis sifilis memiliki gejala yang berbeda-beda. Berikut
adalah penjelasannya:

 Sifilis primer
Sifilis jenis ini ditandai dengan luka (chancre) di tempat bakteri masuk.
 Sifilis sekunder
Sifilis jenis ini ditandai dengan munculnya ruam pada tubuh.
 Sifilis laten
Sifilis ini tidak menimbulkan gejala, tapi bakteri ada di dalam tubuh
penderita.
 Sifilis tersier
Sifilis ini dapat menyebabkan kerusakan organ lainnya otak, saraf, atau
jantung.

Penyebab Sifilis
Sifilis disebabkan oleh infeksi bakteri, yang menyebar melalui hubungan
seksual dengan penderita sifilis. Meski demikian, bakteri penyebab sifilis juga
bisa menyebar melalui melalui kontak fisik dengan luka yang ada di penderita.
Melihat penularannya, sifilis rentan tertular pada seseorang yang sering
bergonta-ganti pasangan seksual.

Diagnosis Sifilis
Untuk mengetahui seseorang menderita sifilis, dokter akan melakukan
pemeriksaan berupa tes darah dan pengambilan cairan luka. Tes darah untuk
mengetahui adanya antibodi untuk melawan infeksi, sementara pemeriksaan
cairan luka guna mengetahui keberadaan bakteri penyebab sifilis (sipilis).

Pengobatan Sifilis
Pengobatan siflis atau raja singa ini akan lebih efektif jika dilakukan ketika
tahap awal. Sifilis dapat diatasi dengan antibiotik penisilin. Selama masa
pengobatan, penderita dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seks,
sampai dokter memastikan infeksi sudah sembuh.

Pencegahan Sifilis
Penularan sifilis dapat dicegah dengan perilaku seks yang aman, yaitu setia pada
1 pasangan seksual atau menggunakan kondom. Selain itu, pemeriksaan
atau skrining terhadap penyakit sifilis atau sipilis ini juga perlu dilakukan secara
rutin pada orang-orang yang memiliki faktor risiko tinggi mengalami penyakit
ini.

Sipilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri yang dapat
menginfeksi kulit, mulut, alat kelamin, serta sistem saraf. Sipilis dikenal juga
dengan nama sifilis atau raja singa.
Jika terdeteksi lebih awal, sifilis akan lebih mudah disembuhkan dan tidak akan
menyebabkan kerusakan permanen. Namun, penyakit sipilis yang tidak diobati
dapat mengakibatkan kerusakan serius pada otak atau sistem saraf serta organ
lainnya, termasuk jantung.

Seberapa umumkah sipilis, sifilis, atau raja singa?

Jumlah pengidap raja singa mengalami penurunan pada wanita sejak 2010.
Tetapi pada pria, jumlah penderita sipilis tidak menurun, terutama pada
pria yang berhubungan seksual dengan sesama pria.
Tanda-tanda & gejala
Apa saja ciri dan gejala sipilis, sifilis, atau raja singa?

Gejala sipilis atau raja singa berbeda-beda tergantung tahapannya.

Gejala sipilis tahap 1:

Gejala raja singa tahap pertama muncul 2-4 minggu setelah terjadi infeksi,
dalam bentuk luka yang tidak terasa sakit (chancre) di mana bakteri masuk ke
dalam tubuh. Luka jenis ini sering terasa pada alat kelamin tetapi juga dapat
dilihat di mulut atau anus jika bagian-bagian ini terlibat dalam aktivitas seksual
dengan orang yang terinfeksi.

Umumnya, gejala ini akan sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 1
hingga 5 minggu.
Gejala sipilis tahap 2:

Jika infeksi tidak diobati, gejala raja singa tahap dua dimulai sejak 6-12 minggu
kemudian. Ciri-ciri sifilis tahap 2 adalah demam, sakit kepala, nyeri sendi,
kehilangan nafsu makan, muncul ruam (kecil, benjolan bersisik merah pada
penis, vagina, atau mulut, terutama pada telapak tangan dan kaki), sakit
tenggorokan, kelenjar limpa membengkak (pada ketiak, pangkal paha, leher),
serta kelelahan.

Tahap laten (tersembunyi) ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun tanpa


adanya gejala.
Gejala sipilis tahap 3:

Tahap 3 dari gejala sifilis muncul 10 sampai 40 tahun setelah infeksi awal.
Cirinya adalah timbulnya kerusakan pada otak dan jantung, daya ingat menurun,
mengalami kelumpuhan, dan terjadi masalah pada keseimbangan tubuh.
Beberapa penderita yang sudah berada pada stadium dua atau tiga mungkin
tidak menunjukkan adanya gejala penyakit sipilis.

Mungkin ada beberapa tanda atau gejala yang tidak tercantum di atas. Jika Anda
memiliki kekhawatiran terhadap gejala tertentu, silakan berkonsultasi dengan
dokter Anda.
Kapan saya harus periksa ke dokter?

Segera hubungi dokter jika Anda atau anak Anda mengeluarkan cairan yang
tidak biasa, terasa sakit atau muncul ruam – terutama jika itu terjadi di daerah
selangkangan.
Penyebab
Apa penyebab sipilis (sifilis, raja singa)?

Penyebab sipilis adalah bakteri dengan nama Treponema pallidum. Infeksi


biasanya terjadi karena adanya kontak seksual. Dalam kasus yang sangat jarang
ditemukan, bakteri dapat melewati celah atau luka pada kulit setelah menyentuh
orang yang terinfeksi sifilis. Raja singa tidak dapat menular melalui penggunaan
toilet yang sama, bak mandi, pakaian atau peralatan makan, atau dari gagang
pintu, kolam renang atau pemandian air panas.
Faktor-faktor risiko
Siapa yang berisiko terkena sipilis (sifilis, raja singa)?

Penderita HIV lebih rentan terhadap penularan dan menjadi penyebar sipilis.
Sekali Anda tertular sifilis, bukan berarti Anda akan kebal terhadap infeksi
sejenis. Anda bisa terinfeksi lagi dan lagi. Penularan sipilis juga dapat terjadi
dari ibu hamil ke janinnya (sifilis kongenital).
Obat & Pengobatan

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU


konsultasikan pada dokter Anda.
Apa obat sipilis (sifilis, raja singa) yang biasa digunakan?

Pengobatan sipilis tergantung pada tahapan penyakit:

 Tahap satu cukup mudah untuk disembuhkan dengan antibiotik, baik dengan
cara disuntik atau diminum.
 Jika Anda berada dalam tahap 2 dan tahap 3 penyakit ini, Anda akan diberikan
antibiotik untuk waktu yang lama.
Biasanya darah Anda akan diperiksa setelah pengobatan untuk memastikan
bahwa infeksi sudah hilang.
Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk sipilis (sifilis, raja singa)?

Dokter dapat membuat diagnosis berdasarkan sejarah medis dan pemeriksaan


tubuh pasien dengan memperhatikan organ seks, mulut, dan anus. Jika terdapat
tanda penyakit sekecil apa pun, sebentuk kecil irisan jaringan atau cairan
penyakit akan segera diteliti untuk mengetahui jenis bakteri menggunakan
mikroskop lapang gelap (dark-field microscope).

Sebuah tes darah, dikenal sebagai VDRL, dilakukan untuk menentukan apakah
terdapat antibodi (zat yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh untuk
melawan infeksi dari bakteri Treponema pallidum) dalam darah. Tidak sampai
di situ, dokter juga akan menguji pasangan seksual Anda.
Pengobatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengatasi sipilis
(sifilis, raja singa)?

Berikut gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda
mengatasi sifilis:

 Jangan berhenti meminum obat atau mengubah dosisnya hanya karena Anda
merasa lebih baik, kecuali dokter Anda yang menganjurkan.
 Informasikan kepada dokter jika Anda sedang hamil. Penularan sipilis terhadap
janin sangat berbahaya.
 Informasikan kepada dokter jika Anda memiliki alergi terhadap obat terutama
terhadap penisilin.
 Cuci tangan Anda sesering mungkin untuk menghindari penyebaran infeksi.
 Lakukanlah aktivitas seksual yang aman dengan menggunakan kondom.
 Beri tahukan pasangan seksual Anda jika Anda tengah menjalani pengobatan
sipilis sehingga mereka juga mendapatkan pemeriksaan medis.
 Usahakan untuk tidak melakukan aktivitas seksual selama minimal 2 minggu
setelah pengobatan atau hingga dinyatakan bersih oleh dokter Anda.
 Memeriksakan diri Anda saat terdapat penyakit menular seksual lainnya.

 HEPATITIS
Hepatitis adalah istilah umum penyakit yang merujuk pada peradangan
yang terjadi di hati. Hepatitis umumnya disebabkan oleh infeksi virus,
meskipun juga dapat disebabkan oleh kondisi lain. Beberapa penyebab
hepatitis selain infeksi virus adalah kebiasaan minum alkohol, penyakit
autoimun, serta zat racun atau obat-obatan tertentu.

Hepatitis dapat mengganggu berbagai fungsi tubuh terutama yang berkaitan


dengan metabolisme, karena hati memiliki banyak sekali peranan dalam
metabolisme tubuh, seperti:

 Menghasilkan empedu untuk pencernaan lemak.


 Menguraikan karbohidrat, lemak, dan protein.
 Menetralisir racun yang masuk ke dalam tubuh.
 Mengaktifkan berbagai enzim.
 Membuang bilirubin (zat yang dapat membuat tubuh menjadi kuning),
kolesterol, hormon, dan obat-obatan.
 Membentuk protein seperti albumin dan faktor pembekuan darah.
 Menyimpan karbohidrat (dalam bentuk glikogen), vitamin, dan mineral.

Hepatitis yang terjadi dapat bersifat akut maupun kronis. Seseorang yang
mengalami hepatitis akut dapat memberikan beragam manifestasi dan
perjalanan penyakit. Mulai dari tidak bergejala, bergejala dan sembuh sendiri,
menjadi kronis, dan yang paling berbahaya adalah berkembang menjadi gagal
hati. Bila berkembang menjadi hepatitis kronis, dapat menyebabkan sirosis
dan kanker hati (hepatocellular carcinoma) dalam kurun waktu
tahunan. Pengobatan hepatitis sendiri bermacam-macam sesuai dengan jenis
hepatitis yang diderita dan gejala yang muncul.

Penyebab Hepatitis
Hepatitis dapat disebabkan karena infeksi maupun bukan karena infeksi.
Pembagian jenis hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus adalah sebagai
berikut:

 Hepatitis A. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A (HAV).


Hepatitis A biasanya ditularkan melalui makanan atau air minum yang
terkontaminasi feses dari penderita hepatitis A yang mengandung virus
hepatitis A.
 Hepatitis B. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis B
(HBV). Hepatitis B dapat ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi
virus hepatitis B. Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan
hepatitis B adalah darah, cairan vagina, dan air mani. Karena itu, berbagi
pakai jarum suntik serta berhubungan seksual tanpa kondom dengan
penderita hepatitis B dapat menyebabkan seseorang tertular penyakit ini.
 Hepatitis C. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis C
(HCV). Hepatitis C dapat ditularkan melalui cairan tubuh, terutama
melalui berbagi pakai jarum suntik dan hubungan seksual tanpa kondom.
 Hepatitis D. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis D (HDV).
Hepatitis D merupakan penyakit yang jarang terjadi, namun bersifat
serius. Virus hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh
manusia tanpa adanya hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah
dan cairan tubuh lainnya.
 Hepatitis E. Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV).
Hepatitis E mudah terjadi pada lingkungan yang tidak memiliki sanitasi
yang baik, akibat kontaminasi virus hepatitis E pada sumber air.

Ibu yang menderita hepatitis B dan C juga dapat menularkan kepada bayinya
melalui jalan lahir.
Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat terjadi akibat kerusakan pada
hati oleh senyawa kimia, terutama alkohol. Konsumsi alkohol berlebihan akan
merusak sel-sel hati secara permanen dan dapat berkembang menjadi gagal hati
atau sirosis. Penggunaan obat-obatan melebihi dosis atau paparan racun juga
dapat menyebabkan hepatitis.
Pada beberapa kasus, hepatitis terjadi karena kondisi autoimun pada tubuh. Pada
hepatitis yang disebabkan oleh autoimun, sistem imun tubuh justru menyerang
dan merusak sel dan jaringan tubuh sendiri, dalam hal ini adalah sel-sel hati,
sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan yang terjadi dapat bervariasi
mulai dari yang ringan hingga berat. Hepatitis autoimun lebih sering terjadi
pada wanita dibanding pria.

Gejala Umum Hepatitis


Sebelum virus hepatitis menimbulkan gejala pada penderita, terlebih dahulu
virus ini akan melewati masa inkubasi. Waktu inkubasi tiap jenis virus hepatitis
berbeda-beda. HAV membutuhkan waktu inkubasi sekitar 15-45 hari, HBV
sekitar 45-160 hari, dan HCV sekitar 2 minggu hingga 6 bulan.
Beberapa gejala yang umumnya muncul pada penderita hepatitis, antara lain
adalah:

 Mengalami gejala seperti flu, misalnya mual, muntah, demam, dan lemas.
 Feses berwarna pucat.
 Mata dan kulit berubah menjadi kekuningan (jaundice).
 Nyeri perut.
 Berat badan turun.
 Urine menjadi gelap seperti teh.
 Kehilangan nafsu makan.
Bila Anda mengalami hepatitis virus yang dapat berubah menjadi kronik,
seperti hepatitis B dan C, mungkin Anda tidak mengalami gejala tersebut pada
awalnya, sampai kerusakan yang dihasilkan oleh virus berefek terhadap fungsi
hati. Sehingga diagnosisnya menjadi terlambat.

Faktor Risiko Hepatitis


Faktor risiko yang dapat meningkatkan seseorang untuk lebih mudah terkena
hepatitis tergantung dari penyebab hepatitis itu sendiri. Hepatitis yang dapat
menular lewat makanan atau minuman seperti hepatitis A dan hepatitis E, lebih
berisiko pada pekerja pengolahan air atau pengolahan limbah. Sementara
hepatitis non infeksi, lebih berisiko pada seseorang yang kecanduan alkohol.
Untuk hepatitis yang penularannya melalui cairan tubuh seperti hepatitis B,C,
dan D lebih berisiko pada:

 Petugas medis.
 Pengguna NAPZA dengan jarum suntik.
 Berganti-ganti pasangan seksual.
 Orang yang sering menerima transfusi darah.

Namun saat ini sudah jarang orang yang tertular hepatitis melalui transfusi
darah, karena setiap darah yang didonorkan terlebih dulu melewati pemeriksaan
untuk penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui darah.

Diagnosis Hepatitis
Langkah diagnosis hepatitis pertama adalah dengan menanyakan riwayat
timbulnya gejala dan mencari faktor risiko dari penderita. Lalu dilakukan
pemeriksaan fisik untuk menemukan tanda atau kelainan fisik yang muncul
pada pasien, seperti dengan menekan perut untuk mencari pembesaran hati
sebagai tanda hepatitis, dan memeriksa kulit serta mata untuk melihat
perubahan warna menjadi kuning.
Setelah itu, pasien akan disarankan untuk menjalani beberapa pemeriksaan
tambahan, seperti:

 Tes fungsi hati. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah dari
pasien untuk mengecek kinerja hati. Pada tes fungsi hati, kandungan
enzim hati dalam darah, yaitu enzim aspartat aminotransferase dan alanin
aminotransferase (AST/SGOT dan ALT/SGPT), akan diukur. Dalam
kondisi normal, kedua enzim tersebut terdapat di dalam hati. Jika hati
mengalami kerusakan akibat peradangan, kedua enzim tersebut akan
tersebar dalam darah sehingga naik kadarnya. Meski demikian, perlu
diingat bahwa tes fungsi hati tidak spesifik untuk menentukan penyebab
hepatitis.
 Tes antibodi virus hepatitis. Tes ini berfungsi untuk menentukan
keberadaan antibodi yang spesifik untuk virus HAV, HBV, dan HCV.
Pada saat seseorang terkena hepatitis akut, tubuh akan membentuk
antibodi spesifik guna memusnahkan virus yang menyerang tubuh.
Antibodi dapat terbentuk beberapa minggu setelah seseorang terkena
infeksi virus hepatitis. Antibodi yang dapat terdeteksi pada penderita
hepatitis akut, antara lain adalah:
o Antibodi terhadap hepatitis A (anti HAV).
o Antibodi terhadap material inti dari virus hepatitis B (anti HBc).
o Antibodi terhadap material permukaan dari virus hepatitis B (anti
HBs).
o Antibodi terhadap material genetik virus hepatitis B (anti HBe).
o Antibodi terhadap virus hepatitis C (anti HCV).
 Tes protein dan materi genetik virus. Pada penderita hepatitis kronis,
antibodi dan sistem imun tubuh tidak dapat memusnahkan virus sehingga
virus terus berkembang dan lepas dari sel hati ke dalam darah.
Keberadaan virus dalam darah dapat terdeteksi dengan tes antigen
spesifik dan material genetik virus, antara lain:
o Antigen material permukaan virus hepatitis B (HBsAg).
o Antigen material genetik virus hepatitis B (HBeAg).
o DNA virus hepatitis B (HBV DNA).
o RNA virus hepatitis C (HCV RNA).
 USG perut. Dengan bantuan gelombang suara, USG perut dapat
mendeteksi kelainan pada organ hati dan sekitarnya, seperti adanya
kerusakan hati, pembesaran hati, maupun tumor hati. Selain itu, melalui
USG perut dapat juga terdeteksi adanya cairan dalam rongga perut serta
kelainan pada kandung empedu.
 Biopsi hati. Dalam metode ini, sampel jaringan hati akan diambil untuk
kemudian diamati menggunakan mikroskop. Melalui biopsi hati, dokter
dapat menentukan penyebab kerusakan yang terjadi di dalam hati.

Pengobatan Hepatitis
Pengobatan yang diberikan kepada penderita hepatitis bergantung kepada
penyebabnya. Pemantauan kondisi fisik pasien selama masa penyembuhan
hepatitis sangat diperlukan agar proses pemulihan bisa berjalan dengan baik.
Aktivitas fisik yang melelahkan harus dihindari selama masa penyembuhan
hingga gejala mereda.
Pengobatan hepatitis A, B, dan E akut umumnya tidak membutuhkan
pengobatan spesifik, pengobatan difokuskan untuk meredakan gejala-gejala
yang muncul, seperti mual muntah dan sakit perut. Perlu diingat pada kasus
hepatitis akut, pemberian obat-obatan harus dipertimbangkan dengan hati-hati
karena fungsi hati pasien sedang terganggu. Pasien hepatitis akut harus menjaga
asupan cairan tubuh, baik dengan minum air maupun dengan pemberian cairan
lewat infus, untuk menghindari dehidrasi akibat sering muntah. Khusus untuk
hepatitis C akut, akan diberikan obat interferon.
Pengobatan hepatitis kronis memiliki tujuan untuk menghambat
perkembangbiakan virus, serta mencegah kerusakan hati lebih lanjut dan
berkembang menjadi sirosis, kanker hati, atau gagal hati. Beda dengan hepatitis
B kronis, pengobatan hepatitis C kronis juga bertujuan untuk memusnahkan
virus dari dalam tubuh. Pengobatan terhadap hepatitis kronis melibatkan obat-
obatan antivirus seperti ribavirin, simeprevir, lamivudine, dan entecavir, serta
suntikan interferon. Pasien hepatitis kronis diharuskan untuk berhenti minum
alkohol dan merokok untuk mencegah kerusakan hati bertambah parah.
Infeksi hepatitis D dapat terjadi bersamaan atau setelah terdapat infeksi hepatitis
B. Pengobatan infeksi hepatitis D sampai saat ini belum diteliti lebih lanjut.
Pengobatan hepatitis autoimun umumnya melibatkan obat imunosupresan,
terutama golongan kortikosteroid seperti prednisone dan budesonide. Selain itu,
pasien penderita hepatitis autoimun juga dapat diberikan azathioprine,
mycophenolate, tacrolimus, dan cyclosporin.

Komplikasi Hepatitis
Penderita hepatitis akut dapat mengalami hepatitis fulminan yang berujung
kepada gagal hati akibat peradangan hebat pada hati. Gejala penderita hepatitis
fulminan mencakup bicara kacau dan penurunan kesadaran hingga koma. Pasien
juga dapat mengalami lebam dan perdarahan akibat kurangnya protein faktor
pembekuan darah yang diproduksi hati. Penderita hepatitis fulminan dapat
meninggal dunia dalam beberapa minggu jika tidak dirawat dengan segera.
Selain hepatitis fulminan, penderita hepatitis B dan C juga dapat mengalami
hepatitis kronis. Hepatitis kronis adalah hepatitis yang terjadi pada seseorang
selama lebih dari 6 bulan. Pada hepatitis kronis, virus akan berkembang biak di
dalam sel-sel hati dan tidak dapat dimusnahkan oleh sistem imun. Virus yang
berkembang biak secara kronis dalam hati penderita akan menyebabkan
peradangan kronis dan dapat menyebabkan sirosis, kanker hati, atau gagal hati.

Pencegahan Hepatitis
Agar terhindar dari hepatitis, seseorang perlu menerapkan pola hidup bersih dan
sehat. Misalnya dengan:
 Menjaga kebersihan sumber air agar tidak terkontaminasi virus hepatitis.
 Mencuci bahan makanan yang akan dikonsumsi, terutama kerang dan
tiram, sayuran, serta buah-buahan.
 Tidak berbagi pakai sikat gigi, pisau cukur, atau jarum suntik dengan
orang lain.
 Tidak menyentuh tumpahan darah tanpa sarung tangan pelindung.
 Melakukan hubungan seksual yang aman, misalnya dengan menggunakan
kondom, atau tidak berganti-ganti pasangan.
 Kurangi konsumsi alkohol.

Selain melalui pola hidup bersih dan sehat, hepatitis (terutama A dan B) bisa
dicegah secara efektif melalui vaksinasi. Untuk vaksin hepatitis C, D, dan E
hingga saat ini masih dalam tahap pengembangan. Namun di beberapa negara,
vaksin hepatitis C sudah tersedia dan bisa digunakan.

Anda mungkin juga menyukai