DSKFL
DSKFL
Oleh:
Kelompok 1
1.
Arifa Rahmi
( 15205061 )
2.
Muthia Rahmi
( 15205072 )
3.
Rahmi Fitri
( 15205076 )
4.
Siti Zulaika
( 15205079 )
5.
Susanti
( 15205080 )
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd, M.Sc
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Sejalan dengan dinamika bangsa yang terus mencari bentuk yang lebih
baik demi menghasilkan generasi cerdas dan budiman, maka penulis membuat
makalah ini yang berjudul “Ranah Pengetahuan menurut Bloom + Bloom yang
direvisi dan Contoh Bentuk-bentuk Soalnya untuk Pembelajaran Matematika”
dengan baik. Untuk memenuhi tugas perkuliahan Evaluasi Pembelajaran
Matematika.
Penulis berharap agar semua orang dapat memperoleh berbagai informasi yang
berguna untuk pembaca dari karya tulis ini. Namun, walaupun demikian penulis juga
percaya bahwa tidak ada gading yang tak retak, untuk itu kritikan dan saran maupun
sumbangsih pikiran yang sifatnya constructive dari pembaca akan penulis terima
dengan senang hati. Demi kesempurnaan makalah ini dan untuk perbaikan makalah
yang akan datang.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, bantuan dan
bimbingan yang telah diberikan oleh Bapak Prof. Dr. Ahmad Fauzan, M.Pd, M.Sc.
selaku dosen pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
makalah ini, serta rekan-rekan yang ikut membantu terselesainya makalah ini.
Padang,
Penulis
Februari 2016
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .........................................................................
.................. i
DAFTAR
ISI ...............................................................................
......................... ii
BAB I
PENDAHULUAN .......................................................................
......... 1
A. Latar
Belakang...........................................................................
..... 1
B. Rumusan
Masalah ..........................................................................
2
C. Tujuan
Penulisan .........................................................................
... 2
D. Manfaat
Penulisan .........................................................................
. 2
BAB II
PEMBAHASAN ........................................................................
........... 3
A. Ranah Pengetahuan Menurut Bloom .............................................. 3
B. Ranah Pengetahuan Menurut Bloom yang Direvisi ...................... 18
BAB III
PENUTUP ...........................................................................
................ 28
A.
Kesimpulan ........................................................................
............ 28
B.
Saran .............................................................................
................. 29
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penilaian merupakan upaya atau tindakan untuk mengetahui sejauh mana tujuan
yang telah ditetapkan dapat tercapai atau tidak. Dengan kata lain, penilaian
berfungsi
sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan proses dan hasil belajar peserta didik.
Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler
maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin S.
Bloom.
Salah satu prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam rangka evaluasi
pembelajaran adalah prinsip kebulatan, dengan prinsip tersebut evaluator dalam
melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh
terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan
pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan
(aspek
afektif), dan pengamalannya (aspek psikomotor).
Ketiga aspek atau ranah tersebut erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat
dilepaskan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan
kawan-kawannya itu berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu
harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang
melekat pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berfikir (cognitive domain),
ranah
nilai atau sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain).
Dalam konteks evaluasi pembelajaran, maka ketiga domain atau ranah itulah
yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi pembelajaran. Untuk
lebih memahami tentang ranah pengetahuan menurut Bloom tersebut, maka dalam
makalah ini penulis akan menjelaskan materi yang berjudul “Ranah Pengetahuan
menurut Bloom + Bloom yang direvisi dan Contoh Bentuk-bentuk Soalnya untuk
Pembelajaran Matematika”.
1
2
B. Rumusan masalah
Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
2.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
2.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Digunakan untuk acuan pada pendidik atau calon pendidik untuk mengetahui
ranah pengetahuan serta dalam praktiknya dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
Atas dasar prinsip ini maka taksonomi disusun menjadi suatu tingkatan yang
menujukkan tingkat kesulitan. Selain itu pada prinsip evaluator dituntut untuk
mengevaluasi
secara
menyeluruh
terhadap
peserta
didik,
baik
dari
segi
pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek
kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengalamannya (aspek
psikomotorik).
Benjamin S.Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa taksonomi
(pengelompokkan) tujuan pendidikan. Ada 3 ranah atau domain besar yang mengacu
kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah pada diri peserta didik, yaitu
3
4
ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah nilai atau sikap (affective domain)
dan ranah keterampilan (psychomotor domain).
Dalam konteks evaluasi hasil belajar, maka ketiga domain atau ranah itulah
yang harus dijadikan sasaran dalam setiap kegiatan evaluasi hasil belajar, yaitu:
(1)
Apakah peserta didik sudah dapat memahami semua bahan atau materi pelajaran yang
telah diberikan kepada mereka? (2) Apakah peserta didik sudah dapat
menghayatinya? (3) Apakah materi pelajaran yang telah diberikan itu sudah dapat
diamalkan secara kongkret dalam praktek atau dalam kehidupan sehari-hari?
1.
Bloom, segala upaya yang menyangkut aktifitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif (A. Sudijono, 2007:49-50). Taksonomi Bloom mengklasifikasikan ranah
kognitif menjadi enam kategori dari yang sederhana sampai dengan yang lebih
kompleks. Daryanto (2012: 101-102) memberikan gambar secara visual dari keenam
kategori aspek ranah kognitif atas enam jenjang yang diurutkan secara hirarki
piramidal, sebagaimana terlukis pada Gambar 1. Keenam jenjang berpikir pada ranah
kognitif bersifat kontinum dan overlap (saling tumpang tindih), dimana ranah ranah
yang lebih tinggi meliputi semua ranah yang ada di bawahnya (A. Sudijono,
2007:53). Overlap antara enam jenjang berpikir itu akan lebih jelas terlihat pada
Gambar 2.
Penilaian
Sintesis
Analisis
Penerapan
Pemahaman
Pengetahuan
(evaluation)
(synthesis)
(analysis)
(application)
(comprehension)
(knowledge)
6
5
4
3
2
1
Keterangan:
Pengetahuan (1) adalah merupakan jenjang berpikir paling dasar.
Pemahaman (2) mencakup pengetahuan (1). Aplikasi atau Penerapan (3)
mencakup pemahaman (2) dan pengetahuan (1). Analisis (4) mencakup aplikasi
(3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1). Sintesis (5) meliputi juga analisis (4),
aplikasi (3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1). Evaluasi (6) meliputi juga
sintesis (5), analisis (4), aplikasi (3), pemahaman (2) dan pengetahuan (1).
Keenam kategori tersebut adalah sebagai berikut.
a.
(2) Pengetahuan tentang terminologi; dalam hal ini kemampuan yang paling besar
adalah mengetahui arti tiap kata.
Contoh soal:
b.
6 – (–3) = ...
memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai
segi. Dalam tingkatan ini peserta didik diharapkan mampu memahami ide-ide
matematika bila mereka dapat menggunakan beberapa kaidah yang relevan tanpa
perlu menghubungkannya dengan ide-ide lain dengan segala implikasinya.
Menurut S. Arikunto (2005:118), dengan pemahaman, peserta didik diminta
untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana di antara fakta
atau konsep. Sehingga peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan
menggunakan kata-katanya sendiri. Daryanto (2012: 106) menjelaskan bahwa
kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: (1) menerjemahkan
(translation), (2) menginterpretasikan (interpretation) dan (3) mengekplorasi
(eksploration).
Secara terinci, jenjang kognitif pemahaman mencakup hal-hal sebagai berikut:
(1) Pemahaman Konsep
Contoh soal:
Persamaan garis yang melalui titik (1,2) dan (-3,5) adalah ...
Jika pembilang dan penyebut suatu pecahan dikali dengan bilangan yang
sama, maka ...
Jika irisan dua bidang tidak kosong, maka irisannya akan berbentuk ...
c.
Jika irisan dua bidang tidak kosong, maka irisannya akan berbentuk ...
dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret. Kemampuan kognisi yang
mengharapkan peserta didik mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka
9
Tentukan data terbesar dari 23, 34, 33, 43, 15, 34, 43, 24, 25, 34, 33, 45, 41,
39 adalah ...
d.
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu
dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi
ketimbang
jenjang penerapan/aplikasi.
Menurut Daryanto (2012:109) menjelaskan bahwa jenjang kemampuan ini
dituntut untuk dapat menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam
unsur-
10
unsur
atau
komponen-komponen
pembentuknya.
Kemampuan
analisis
diklasifikasikan atas tiga kelompok yaitu: analisis unsur, analisis hubungan dan
analisis prinsip-prinsip yang terorganisasi. Sehingga kemampuan ini dapat memilah
sebuah informasi ke dalam komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan
keterkaitan antar ide dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.
Secara terinci, jenjang kognitif sintesis mencakup analisis yaitu:
Contoh soal:
Amir ingin membeli 6 pasang sepatu. Toko X menjual Rp. 75.000 untuk tiga
pasang, sedangkan toko Y menjual Rp. 50.000 untuk 2 pasang. Agar
ekonomis, Amir harus membeli di toko ...
Jumlah peserta didik SMK A 1400 orang, terdiri dari jurusan akuntansi,
bisnis manajemen, perkantoran dan broadcasting. Bila jurusan akuntasi 200
orang, bisnis manajemen 250 orang, perkantoran 450 orang dan sisanya
broadcasting, maka persentase jumlah peserta didik jurusan broadcasting
adalah ...
Peserta didik disuruh menerangkan apa sebab pada waktu mendung dan ada
angin kencang tidak segera turun hujan.
e.
dan
pengorganisasian
konsep-konsep
dan
prinsip-prinsip
b. 0, 524389
c. 4
d. 0,123123123
e. 2
f.
paling tinggi dalam ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom. Kegiatan membuat
penilaian berkenaan dengan nilai sebuah ide, kreasi, cara atau metode. Evaluasi
dapat
memandu seseorang untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih
baik, penerapan baru dan cara baru yang unik dalam analisis atau sintesis. Oleh
karena itu, jenjang kemampuan ini seseorang dituntut untuk dapat mengevaluasi
12
misalkan
(
)(
(2) Kemampuan untuk merumuskan dan memvalidasi generalisasi
Contoh soal:
Tuliskan langkah-langkah atau prosedur untuk menentukan apakah 12.807
sebuah bilangan prima.
2.
R.Krathwohl dan kawan-kawan (1974) dalam buku yang diberi judul Taxonomy of
Educational Objecyives:Affective Domain. Ranah afektif adalah ranah yang
berhubungan dengan sikap dan nilai. Bila seseorang memiliki penguasaan kognitif
yang tinggi, ciri-ciri belajar efektif akan tampak pada peserta didik dalam
berbagai
tingkah laku. Misalnya, perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi
belajar,
menghargai pendidik dan teman sekelas, kebiasaan belajar dan hubungan sosial. Ada
beberapa
kategori
dalam
ranah
afektif
sebagai
hasil
belajar
yaitu
(a)
13
Receiving/attending (menerima/memperhatikan)
Receiving/attending (menerima/memperhatikan) adalah semacam kepekaan
dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada peserta didik
dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Dalam tipe ini termasuk
kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, control dan seleksi gejala atau
rangsangan dari luar. Receiving atau attending juga sering diberi pengertian
sebagai
kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini
peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan
kepada
mereka dan mereka mempunyai kemauan menggabungkan diri ke dalam nilai itu atau
mengidentifikasi diri dengan nilai itu. Menurut Daryanto (2012:117), Dipandang dari
segi pengajaran, jenjang ini berhubungan dengan menimbulkan, mempertahankan dan
mengarahkan perhatian peserta didik. Contohnya hasil belajar afektif jenjang
receiving yaitu bagaimana peserta didik menyadari bahwa disiplin wajib ditegakkan,
sifat malas dan tidak berdisiplin harus disingkirkan jauh-jauh?.
14
b.
Responding (menanggapi)
Responding (menanggapi) adalah suatu sikap yang menunjukkan adanya
c.
Valuing (menilai/menghargai)
Valuing (menilai/menghargai) artinya memberikan nilai atau penghargaan
terhadap suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak dikerjakan,
dirasakan akan membawa kerugian dan penyesalan. Valuing adalah merupakan
tingkatan afektif yang lebih tinggi lagi daripada receiving dan responding. Dalam
kaitannya dengan proses pembelajaran peserta didik tidak hanya mau menerima nilai
yang diajarkan mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena
baik atau buruk.
Sejalan dengan penjelasan Daryanto (2012:117) bahwa kemampuan ini
bertalian dengan partisipasi peserta didik. Sehingga peserta didik tidak hanya
menghadiri suatu fenomena tetapi juga mereaksi terhadap fenomenanya dengan salah
satu cara. Bila sesuatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan telah mampu untuk
mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani
proses penilaian. Nilai itu telah dicamkan (internalized) dalam dirinya. Dengan
demikian maka nilai tersebut telah stabil dalam diri peserta didik. Contoh hasil
belajar
afektif jenjang valuing adalah tumbuhnya kemauan yang kuat pada diri peserta didik
15
d.
Organization (Organisasi)
Organization (mengatur atau mengorganisasikan) artinya mempertemukan
perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal. Mengatur atau
mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai ke dalam suatu sistem
organisasi, termasuk hubungan suatu nilai dengan nilai yang lain, pemantapan dan
prioritas nilai yang telah dimilikinya. Termasuk ke dalam organisasi ialah konsep
tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain. Daryanto (2012:117)
berpendapat
bahwa jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan peserta didik terhadap
suatu
objek, fenomena atau tingkah laku tertentu. Jenjang ini merupakan jenjang sikap
atau
nilai yang lebih tinggi lagi ketimbang receiving, responding dan valuing. Contoh
hasil belajar afektif jenjang organization adalah peserta didik mendukung penegakan
disiplin nasional yang telah dicanangkan oleh Bapak Presiden Soeharto pada
Peringatan Hari Kebangkitan Nasional Tahun 1995.
e.
internalisasi nilai) adalah keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki
seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Proses
internalisasi nilai telah menempati tempat tertinggi dalam hierarki nilai. Nilai
itu telah
tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Jadi
pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah
lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama, sehingga membentuk karakteristik (pola
hidup) tingkah laku, konsisten dan dapat diramalkan. Contoh hasil belajar afektif
pada jenjang ini adalah peserta didik telah memiliki kebulatan sikap, wujudnya
16
3.
geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Secara mendasar terdapat dua hal yang terkait
yaitu keterampilan (skill) dan kemampuan (abilities). Dengan demikian ranah
psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skiil) atau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Menurut N.
Sudjana (2007), ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan
kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan
refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan
atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan
interpretatif.
Walaupun ranah psikomotor meliputi enam jenjang kemampuan, namun masih
dikelompokkan dalam tujuh kategori menurut Retno Utari, yakni:
a.
diri,
memilih,
menghubungkan,
menggambarkan,
Kesiapan; kemampuan untuk mempersiapkan diri, baik mental, fisik, dan emosi,
dalam menghadapi sesuatu. Kata kerja kuncinya yaitu memulai, mengawali,
memprakarsai, membantu, memperlihatkan mempersiapkan diri, menunjukkan,
mendemonstrasikaan. Contoh: melakukan pekerjaan sesuai urutan, menerima
kelebihan dan kekurangan seseorang
c.
membuat,
memperlihatkan,
memasang,
bereaksi,
menanggapi.
Contoh:
membangun,
sesuai
standar,
mempercepat,
membongkar,
mengerjakan,
memperlancar,
memperbaiki,
menggunakan,
mempertajam,
merakit,
menangani.
menggunakan,
mempercepat,
merakit,
mengendalikan,
memperlancar,
g.
empat kategori lainnya hanya memiliki sedikit subkategori. Alasan ketujuh adalah
taksonomi Bloom versi aslinya lebih ditujukan untuk dosen-dosen, padahal dalam
dunia pendidikan tidak hanya dosen yang berperan untuk merencanakan kurikulum,
pembelajaran dan penilaian. Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah revisi taksonomi yang
dapat lebih luas menjangkau seluruh pelaku dalam dunia pendidikan.
b.
Pada
level
2,
comprehension
dipertegas
menjadi
understanding
(memahami).
c.
d.
e.
f.
Jadi, Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari
enam level yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis/ mengurai), evaluating (menilai) dan creating
(mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar
yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.
20
Dimensi tersendiri
Pengetahuan
Mengingat
Kata Kerja
Pemahaman
Memahami
Aplikasi
Mengaplikasikan
Analisis
Manganalisis
Sintesis
Mengevaluasi
Evaluasi
Mencipta
Dimensi proses
kognitif
Dimensi Pengetahuan
Dimensi pengetahuan merupakan dimensi tersendiri dalam Taksonomi Bloom
revisi. Dalam dimensi ini terdiri atas pengetahuan kongkrit sampai dengan
pengetahuan abstrak. Dimensi ini akan dipaparkan empat jenis kategori pengetahuan.
Keempat kategori tersebut yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Kategori-kategori tersebut
akan dijelaskan dalam Tabel 1. (David R. Krathwohl, 2002:214)
21
Abstract knowledge
Conceptual
Procedural
Metacognitive
Knowledge
terminology
of Knowledge
of Knowledge
of Strategic knowledge
classifications and subject-specific skills
categories
and algorithms
knowledge
of Knowledge
of Knowledge
of Knowledge
about
specific
details principles
and subject-specific
cognitive
tasks,
and element
generalizations
techniques
and including appropriate
methods
contextual
and
conditional knowledge
Knowledge
of Knowledge
of Self-knowledge
theories, models, criteria
for
and structures
determining when to
use
appropriate
procedures
1.
struktur yang lebih besar yang memungkinkan mereka untuk berfungsi bersamasama.
Diantaranya pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang
prinsip-prinsip dan generalisasi, pengetahuan tentang teori, model dan struktur.
3.
4.
Mengambil
Mencontohkan
Mengilustrasikan,
Memberi contoh
1.
Mengingat (remember)
Mengingat merupakan usaha mendapatkan kembali pengetahuan dari memori
atau ingatan yang telah lampau, baik yang baru saja didapatkan maupun yang sudah
lama didapatkan. Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks. Mengingat meliputi mengenali (recognition)
dan memanggil kembali (recalling). Mengenali berkaitan dengan mengetahui
pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, sedangkan
25
2.
Memahami/mengerti (understand)
Memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari
3.
Menerapkan (apply)
Menerapkan
menunjuk
pada
proses
kognitif
memanfaatkan
atau
4.
Menganalisis (analyze)
Menganalisis merupakan memecahkan suatu permasalahan dengan memisahkan
tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian
26
5.
Mengevaluasi (evaluate)
Evaluasi berkaitan dengan proses kognitif memberikan penilaian berdasarkan
kriteria dan standar yang sudah ada. Kriteria yang biasanya digunakan adalah
kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi. Kriteria atau standar ini dapat
pula
ditentukan sendiri oleh peserta didik. Evaluasi meliputi mengecek (checking) dan
mengkritisi (critiquing). Mengecek mengarah pada kegiatan pengujian hal-hal yang
tidak konsisten atau kegagalan dari suatu operasi atau produk. Mengkritisi mengarah
pada penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan pada kriteria dan standar
eksternal. Mengkritisi berkaitan erat dengan berpikir kritis. Peserta didik
melakukan
penilaian dengan melihat sisi negatif dan positif dari suatu hal, kemudian
melakukan
penilaian menggunakan standar ini.
6.
Menciptakan (create)
Menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara
berkaitan erat dengan pengalaman belajar peserta didik pada pertemuan sebelumnya.
Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara
total berpengaruh pada kemampuan peserta didik untuk menciptakan. Menciptakan di
sini mengarahkan peserta didik untuk dapat melaksanakan dan menghasilkan karya
yang dapat dibuat oleh semua peserta didik. Perbedaan menciptakan ini dengan
dimensi berpikir kognitif lainnya adalah pada dimensi yang lain seperti mengerti,
menerapkan, dan menganalisis peserta didik bekerja dengan informasi yang sudah
dikenal sebelumnya, sedangkan pada menciptakan peserta didik bekerja dan
menghasilkan sesuatu yang baru.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi
(producing). Menggeneralisasikan ini berkaitan dengan berpikir divergen yang
merupakan inti dari berpikir kreatif. Memproduksi mengarah pada perencanaan untuk
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Memproduksi berkaitan erat dengan
dimensi pengetahuan yang lain yaitu pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognisi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Taksonomi berasal dari bahasa Yunani tassein yang berarti mengklasifikasi dan
nomos yang berarti aturan. Oleh karena itu, taksonomi adalah sistem klasifikasi,
artinya sesuatu atau prinsip yang mendasari klasifikasi atau juga dapat berarti
ilmu
yang mempelajari tentang klasifikasi. Benjamin S.Bloom dan kawan-kawannya
berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokkan) tujuan pendidikan. Ada 3 ranah
atau domain besar yang mengacu kepada tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah
pada diri peserta didik, yaitu ranah proses berpikir (cognitive domain), ranah
nilai
atau sikap (affective domain) dan ranah keterampilan (psychomotor domain).
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Ada enam
kategori dari ranah kognitif sebagai hasil belajar yaitu
pengetahuan/hafalan/ingatan
(knowledge), disebut dengan C1; pemahaman (comprehension), disebut dengan C2;
penerapan (application), disebut dengan C3; analisis (analysis), disebut dengan C4;
sintesis (synthesis), disebut dengan C5; dan penilaian (evaluation), disebut dengan
C6. Ranah afektif adalah ranah yang berhubungan dengan sikap dan nilai. Ada lima
kategori dalam ranah afektif sebagai hasil belajar yaitu
(a) receiving/attending
28
29
Taksonomi Bloom baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam
level yaitu remembering (mengingat), understanding (memahami), applying
(menerapkan), analyzing (menganalisis/ mengurai), evaluating (menilai) dan creating
(mencipta). Revisi Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar
yang sering kita kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.
B. Saran
Demikianlah penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan kami atau
kurangnya referensi. Maka dari itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari
para pembaca sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami selanjutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi para pembacanya dan bisa menambah ilmu
pengetahuan kita semua. Amin.
30
Daftar Pustaka
Ana Ratna Wulan. Taksonomi Bloom-Revisi. FPMIPA UPI. Pdf. Di download tanggal
03 Februari 2016.
Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching,
and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives.
New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Ed. 1-8. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Daryanto. 2012. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya
Krathwohl, David R. 2002. A Revision of Bloom's Taxonomy: An Overview. Volume
41, Number 4, Autumn 2002. College of Education, The Ohio State University.
Nana Sudjana. 2007. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
S. Arikunto. 2005. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Cet. V. Jakarta: Bumi Aksara
Taksonomi Bloom-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas,dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi Bloom diakses tanggal 03 Februari 2016.