Anda di halaman 1dari 21

TUGAS AKHIR

MATA KULIAH SISTEM BIO-BUSINESS

Dosen:
Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec.

Anggota Kelompok:
Ahmad Rifai K15190029
Faridatut Taqiyah Rahmawati K15190036
Reyhan Mahadika Supranoto K15190051

PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN DAN BISNIS


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2019
1

Pertanyaan 1: Definisi Bio-business dan Peranannya


a. Apakah yang dimaksud dengan bio-business? Berikan beberapa contoh
perusahaan yang bergerak dalam sektor bio-business?
Berdasarkan materi bahan ajar mata kuliah Sistem Bio Bisnis oleh Dr. Ir.
Arief Daryanto, M.Ec., bio-business adalah aktivitas komersial berdasarkan pada
pemahaman ilmu kehidupan dan proses ilmu kehidupan yang meliputi biomedis
(termasuk perawatan kesehatan, farmasi, alat kesehatan, diagnostik, dll), agri
veterinary and food, lingkungan/bidang yang terkait dengan industry, dan wilayah
yang berhubungan (bioinformatika/biologi komputasi, bioteknologi,
nanobioteknologi, dll.). Fokus bio-business adalah banyak aspek bisnis yang terkait
industry bioteknologi (konsep bisnis, aturan, pembiayaan, pemasaran,
pengembangan bisnis, dan etika bisnis). Empat pilar bioteknologi meliputi scientific
abilities, intellectual property, regulation and politic, and commercial factors.
Menurut Davis dan Goldberg (1957) dalam Andayani (2017) mendefinisikan
agribisnis sebagai berikut: The sum total of all operation involved in the
manufacture and distribution of farm supplies production operation on farm and
the storage, processing and distribution of farm commodities and items made from
them.
Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang
mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir sektor pangan (food supply
chain). Dengan kata lain, agribisnis adalah cara pandang ekonomi bagi usaha
penyediaan pangan. Agribisnis mempelajari strategi memperoleh keuntungan
dengan mengelola aspek budidaya, penyediaan bahan baku, pascapanen, proses
pengolahan, hingga tahap pemasaran. Dalam konteks manajemen agribisnis, setiap
elemen dalam produksi dan distribusi pertanian adalah sebagai aktivitas agribisnis.
Istilah agribisnis atau agribusiness, merupakan gabungan dari agriculture
(pertanian) dan business (bisnis). Dalam bahasa Indonesia dikenal pula agrobisnis.
Obyek agribisnis dapat berupa tumbuhan, hewan, ataupun organisme lainnya (Sieva
2015 dalam Arifin dan Biba 2016).
Bio-business adalah suatu bisnis berbasis usaha pertanian/bidang lain yang
mendukungnya dari sektor hulu sampai dengan hilir serta komoditi turunannya.
Bidang-bidang lain yang mendukung meliputi penyediaan input pertanian, produksi
pertanian, pengolahan hasil pertanian, distribusi, penyimpanan, dan pemasaran.
Contoh perusahaan di bidang yang bergerak dalam sektor bio-business
adalah sebagai berikut sedangkan perusahaan bio-business yang ada di Indoensia
dapat dilihat pada Tabel 1.
 Mosanto Company US adalah perusahaan multinasional Amerika Serikat dan
bioteknologi pertanian perusahaan yang berkantor pusat di Saint Lois, Missouri.
Monsanto didirikan pada tahun 1901 memiliki 34 anak perusahaan antara lain
Seminis, Delta & Pine Land Company of Mississippi, DeKalb Genetics
Corporation. Seminis adalah pengembang benih terbesar, sekaligus pemasar
benih buah dan benih sayuran di dunia. Monsanto dari saat ini memiliki pangsa
pasar sebesar 27%. Pada tahun 2013 membukukan pendapatan sekitar 11,8
miliar Dolar AS dari hasil penjualan benihnya dan meningkat menjadi 14,97
miliar Dolar AS.
 Dupoont Pioneer adalah produsen besar benih hibrida untuk pertanian. Pioneer
adalah produsen utama organisme hasil rekayasa genetika, termasuk tanaman
rekayasa genetika dengan resistensi serangga dan herbisida. Perusahaan ini
2

didirikan pada tahun 1926 oleh Henry A. Wallace dan berkantor pusat di
Johnston, Amerika Serikat. Pada tahun 2013 DuPont Pioneer telah menguasai
17% dari pangsa pasar benih dunia dan menghasilkan lebih dari 4 miliar Dolar
AS.
 Sygenta adalah perusahaan gabungan dari Novartis Agribisnis dan Zaneca
Agrokimia berbasis di Basel, Swiss dan merupakan perusahaan terbesar pesaing
Monsanto. Syngenta selain memproduksi benih juga memproduksi bahan kimia
pertanian. Sygenta memiliki 9% dari pangsa pasar benih dunia. Bersama
Mosanto dan Pioneer mereka menguasai lebih dari 50% pangsa pasar benih
dunia. Pada tahun 2014 Sygenta membukukan pendapatan sebesar 15,13 miliar
Dolar AS.
 PT Nestle Indonesia adalah perusahaan yang didirikan di Indonesia pada tahun
1873. Saat ini memiliki tiga pabrik yang terletak pada tiga provinsi dan memiliki
sekitar 3.700 karyawan. PT Nestle Indonesia juga memiliki empat pusat
distribusi yang terletak pada tiga provinsi dengan produk lebih dari 20 merek.
Berdasarkan laporan keuangan Nestle Global, Nestle mencatatkan penjualan
sebesar 88.8 miliar Swiss Franc (CHF) di tahun 2015 dengan laba sebesar 13.4
miliar Swiss Franc (CHF).
 Unilever adalah perusahaan barang konsumen transnasional Inggris-Belanda
yang berkantor pusat di London, Inggris dan Rotterdam, Belanda. Produk-
produknya termasuk makanan dan minuman (sekitar 40 persen dari
pendapatannya), agen pembersih, produk kecantikan, dan produk perawatan
pribadi. Unilever merupakan salah satu perusahaan multinasional tertua dimana
produknya tersedia di sekitar 190 negara.

Tabel 1 Perusahaan terkait bio-business di Indonesia


No Jenis Industri Nama Komoditas Nama Perusahaan
Tomat PT. Benih Pertiwi
1 Industri Benih Padi PT. Sang Hyang Seri
Jagung PT. Bisi Internasional Tbk
Singkong PT. Singkong Gajah Indonesia
PT. Agaricus Sido Makmur
Industri Jamur
2 Sentosa
Pembibitan
Mangga PT. H. Anang
Bunga PT. Bibit Baru
Sapi PT. Citra Agrobuana Semesta
Ayam PT. Peternakan Ayam Nusantara
3 Industri Hewan
PT. Peternakan Kambing Umban
Kambing
Sari
Traktor PT. Karya Hidup Sentosa
Mesin Penggiling
PT. Lumbung Padi Indonesia
Industri Padi
4
Agroautomotif Mesin Pengering
PT. TRI Mitra Sukses Bersama
Biji
Pupuk Organik PT. Pupuk Kujang
5 Industri Pupuk Urea PT. Pupuk Kalimantan Timur
Agrokimia Pupuk DPA PT. Petrokimia Gresik
3

b. Apakah peranan bio-business dalam perekonomian Indonesia dan global?


Kartono (2013) dalam Arifin dan Biba (2016) menyebutkan bahwa peranan
agribisnis dalam perekonomian nasional dapat diukur dengan berbagai indikator.
1) Kontribusi dalam pembentukan Gross Domestic Product (GDP)
GDP atau PDB suatu negara dinilai dari total pasar produksi negara tersebut.

Tabel 2 PDB Indonesia berdasarkan lapangan usaha tahun 2014-2018 dengan tahun
dasar 2010 (miliar rupiah)
PDB Lapangan Usaha
2014 2015 2016 2017 2018
(Seri 2010)
Pertanian, Kehutanan, dan
1,129,052.7 1,171,445.8 1,210,955.5 1,257,875.5 1,307,025.7
Perikanan
1. Pertanian, Peternakan,
Perburuan dan Jasa 880,389.5 906,805.5 936,356.9 969,773.9 1,005,440.8
Pertanian
a. Tanaman Pangan 268,426.9 280,018.8 287,216.5 293,858.0 298,201.3
b. Tanaman Hortikultura 124,300.9 127,110.0 130,832.3 135,647.0 145,133.6
c. Tanaman Perkebunan 338,502.2 345,164.9 357,137.7 373,054.0 387,501.5
d. Peternakan 132,221.1 136,936.4 143,036.5 148,357.1 155,152.2
e. Jasa Pertanian dan
16,938.4 17,575.4 18,133.9 18,857.8 19,452.2
Perburuan
2. Kehutanan dan
59,573.5 60,623.5 60,002.0 61,250.6 62,944.0
Penebangan Kayu
3. Perikanan 189,089.7 204,016.8 214,596.6 226,851.0 238,640.9
Industri Pengolahan Non
1,637,505.9 1,720,221.2 1,796,484.8 1,883,616.7 1,973,536.6
Migas
1. Industri Makanan dan
502,856.2 540,756.4 585,786.3 639,834.4 690,462.5
Minuman
2. Industri Pengolahan
78,878.7 83,798.7 85,119.7 84,572.4 87,548.7
Tembakau
3. Industri Tekstil dan
117,723.4 112,078.9 111,978.2 116,261.6 126,406.8
Pakaian Jadi
4. Industri Kulit, Barang dari
22,967.7 23,879.2 25,875.3 26,449.0 28,941.7
Kulit dan Alas Kaki
5. Industri Kayu, Barang
dari Kayu dan Gabus dan
Barang Anyaman dari 61,742.5 60,735.4 61,790.6 61,870.4 62,337.3
Bambu, Rotan dan
Sejenisnya
6. Industri Kertas dan
Barang dari Kertas;
70,670.1 70,556.8 72,399.9 72,640.6 73,681.6
Percetakan dan Reproduksi
Media Rekaman
7. Industri Kimia, Farmasi
153,191.9 164,843.0 174,469.8 182,380.2 179,791.9
dan Obat Tradisional
8. Industri Karet, Barang
72,777.3 76,442.1 69,940.9 71,666.8 76,627.8
dari Karet dan Plastik
PRODUK DOMESTIK
8,564,866.6 8,982,517.1 9,434,613.4 9,912,703.6 10,425,316.3
BRUTO
4

Nilai total pasar dari semua produksi barang dan jasa akhir di suatu negara
pada tahun tertentu, sama dengan jumlah konsumen, investasi dan pembelanjaan
pemerintah, ditambah nilai dari ekspor dikurangi impor sebagai penyumbang nilai
tambah terbesar dalam perekonomian nasional.
Sebesar 45% nilai tambah perekonomian nasional tercipta dari sektor
agribisnis (Tahun 1990), peranan tersebut meningkat menjadi 47% pada tahun
1995. Cara yang paling efektif untuk meningkatkan GDP nasional adalah melalui
pembangunan agribisnis (Tabel 2). Struktur pendapatan rumah tangga pada tahun
1999 menunjukkan bahwa peranan kegiatan usahatani (on farm) adalah 54,35%
sedangkan off farm hanya 6,10%. Informasi ini menunjukkan peran dominan
agribisnis dalam struktur ekonomi rumah tangga pedesaan dan pertumbuhan
perekonomian nasional.
Berdasarkan data BPS yang diolah, pada Tabel 3 disajikan PDB berdasarkan
lapangan usahan tahun 2014-2018 dengan tahun dasar 2010 (miliar rupiah) serta
persentase kontribusi tiap sektor kepada PDB nasional.

Tabel 3 Persentase Kontribusi Tiap Sektor Kepada PDB Nasional


PDB Lapangan Usaha (Seri 2010) 2014 2015 2016 2017 2018
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13.18% 13.04% 12.84% 12.69% 12.54%
Industri Pengolahan Non Migas 19.12% 19.15% 19.04% 19.00% 18.93%

Peranan bio-business dalam perekonomian global dirangkum dalam laporan


dari Research Institute of Organic Agriculture FiBL IFOAM – Organics
International tahun 2019 yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Pasar Global: Penjualan ritel dan konsumsi per kapita berdasarkan wilayah
tahun 2017
Wilayah Penjualan Ritel (juta €) Konsumsi per Kapita (€)
Afrika* 16 -
Asia 9,601 2.1
Europe 37,351 50.3
Amerika Latin** 810 1.3
Amerika Utara 43,012 119.1
Oseania 1,293 31.8
Dunia 92,074 12.2
*data diambil dari Etiopia, Kenya dan Zimbabwe
** data diambil dari Belize, Brazil, Cili, Costa Rika, Jamaika, Meksiko dan Peru

2) Kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja


Penyerapan tenaga kerja di sektor agribisnis mengalami peningkatan dari
74% pada tahun 1990 menjadi 77% pada tahun 1995. Hal ini menunjukkan bahwa
dengan adanya pengembangan agribisnis mampu untuk meningkatkan kesempatan
kerja dan berusaha.
3) Kontribusi dalam perdagangan internasional
Peningkatan ekspor sebesar 6% pada periode tahun 1990-1995 menunjukkan
bahwa agribisnis merupakan 19 penyumbang terbesar dalam devisa negara dan
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pembangunan ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kesempatan
5

kerja dan berusaha, serta devisa negara dapat dicapai melalui pembangunan
agribisnis.
4) Kontribusi dalam pembangunan ekonomi daerah
Pendayagunaan berbagai sumber daya merupakan cara yang paling efektif
dan efisien dalam pelaksanaan otonomi daerah. Sumber daya ekonomi yang dapat
digunakan dalam pembangunan ekonomi daerah adalah sumber daya agribisnis
seperti sumber daya alam, sumberdaya manusia di bidang agribisnis, teknologi di
bidang agribisnis, dan lain-lain. Melalui percepatan modernisasi agribisnis di setiap
daerah akan secara langsung memodernisasi perekonomian daerah dan dapat
memecahkan sebagian besar persoalan ekonomi di daerah.
5) Kontribusi dalam ketahanan pangan nasional
Tanpa dukungan pangan yang bermutu dan cukup maka akan sulit untuk
menghasilkan sumberdaya manusia yang bermutu sehingga diperlukan ketahanan
pangan dalam arti keterjangkauan pangan. Perlu dibangun suatu sistem ketahanan
pangan yang berakar kokoh pada keragaman sumberdaya bahan pangan,
kelembagaan dan budaya lokal. Terjadinya defisit pada beberapa komoditas pangan
seperti gula dan kedelai sedangankan beras dan jagung telah mencukupi kebutuhan
masyarakat. Pembanguan agribisnis akan menunjang sistem ketahanan pangan
yang kokoh melalui penganekaragaman sumberdaya hayati di setiap daerah.
6) Kontribusi dalam pelestarian lingkungan hidup
Terjadinya kemerosotan lingkungan yang mengancam keberlangsungan
hidup manusia. Peranan agribisnis dalam pelestarian lingkungan hidup: (a)
Membuka kesempatan ekonomi yang luas di setiap daerah sehingga akan menatik
penyebaran penduduk beserta aktiviasnya, (b) Pengembangan agribisnis dengan
mendayagunakan keanekaragaman hayati dapat mempertahankan keberlangsungan
keanekaragaman hayati tersebut, (c) Adanya perkebunan karbon yang efektif dalam
mengurangi emisi gas karbon atmosfir, (d) Pembangunan agribisnis menghasilkan
produk yang biodegradable yang dapat mengurangi produk-produk kimia, dan (e)
Pengembangan agribisnis 20 menghasilkan nilai tambah yang dapat mengurangi
tekanan sumberdaya dan lingkungan hidup.
7) Kontribusi dalam pemerataan hasil pembangunan
Pemerataan pembangunan sangat ditentukan oleh teknologi yang digunakan
dalam menghasilkan output nasional, yaitu apakah bias atau pro terhadap faktor-
faktor produksi yang dimiliki oleh rakyat banyak. Saat ini faktor produksi yang
banyak dimiliki oleh sebagian besar rakyat adalah sumber daya lahan, flora dan
fauna, serta sumber daya manusia. Untuk mewujudkan pemerataan di Indonesia
perlu digunakan teknologi produksi output nasional yang banyak menggunakan
sumber daya tersebut, yaitu agribisnis.

c. Bagaimana peranan Industrial Revolution 4.0 terhadap perkembangan


sektor bio-business?
Sektor bio-business dalam era revolusi industri 4.0 erat berkaitan dengan
jumlah data yang besar, penanaman cerdas dan proses penjadwalan, akses yang
fleksibel, pengamanan arus data berkelanjutan, konstruksi moduler, dan mudah
digunakan (user-friendly) yang mana seluruhnya terintegrasi dalam sistem internet
(Internet of Things/IoT). Melalui sitem tersebut, memungkinkan petani untuk
berpartisipasi dalam e-commerce sehingga konsumen dapat dengan mudah
terhubung ke penyuplai dan masuk dalam rantai distribusi (Prisecaru, 2016). Hal
6

ini tentunya akan menguntungkan petani dalam memaksimalkan hasil produksi dan
meminimalisasi rantai distribusi. Untuk menuju pertanian modern berbasis revolusi
industri 4.0, diperlukan kesiapan dari seluruh aspek, terutama petani sebagai
pelaku.
Kementerian Pertanian melalui Badan Litbang Pertanian mulai berinovasi
dengan mengembangkan teknologi-teknologi cloud computing, mobile internet,
dan artificial intelligence yang kemudian akan digabung menjadi teknologi alat
mesin pertanian yang lebih modern, misalnya berupa tractor yang mampu
beroperasi tanpa operator, pesawat drone untuk deteksi unsur hara, dan robot
grafting. Semua teknologi yang dihasilkan, diharapkan mampu meningkatkan
efisiensi dan efektivitas usaha tani. Dengan sentuhan teknologi diharapkan mampu
menghasilkan sistem pertanian yang lebih produktif dan berdaya saing. Salah satu
contoh pengembangan teknologi mekanisasi pertanian yang berhasil dibuat oleh
Badan Litbang Pertanian sebuah traktor dengan nama Autonomous Tractor. Traktor
ini berfungsi mengolah tanah dengan sistem navigasi Real Time Kinematika (RTK)
yang akan melakukan pengolahan lahan sesuai perencanaan dengan akurasi 5-25
cm.
Berdasarkan Laporan European Commision tentang Digital Transformation
Monitor Industry 4.0 in Agriculture: Focus on IoT Aspects tahun 2017 dijelaskan
bahwa tren industri 4.0 sedang mengubah kemampuan produksi semua industri,
termasuk domain pertanian. Konektivitas adalah landasan dari transformasi dan IoT
adalah kunci yang memungkinkan teknologi yang menjadi bagian dari peralatan
pertanian. Dari industri pertanian 4.0 ke tren industri 4.0 dipandang sebagai
transformasi kekuatan yang akan sangat berdampak pada industri. Trennya adalah
membangun berbagai digital teknologi (internet of things, big data, artificial
intelligence, dan digital practices), kerja sama, mobilitas, dan keterbukaan inovasi.
Selain itu, juga terjadi transformasi infrastruktur produksi seperti konektivitas
peternakan, peralatan produksi baru, traktor dan mesin yang terhubung. Hal ini
memungkinkan peningkatan produktivitas dan kualitas serta perlindungan
lingkungan. Akan tetapi, mereka juga menghasilkan modifikasi dalam rantai nilai
dan model bisnis dengan lebih banyak penekanan pada pengumpulan pengetahuan,
analisis dan pertukaran. Transformasi produksi metode dan alat digitalisasi
pertanian didasarkan pada pengembangan dan pengenalan alat dan mesin baru
dalam produksi.
Transformasi digital atas metode dan alat produksi pertanian didasarkan pada
pengembangan dan pengenalan alat dan mesin baru dalam produksi. Traktor yang
terhubung Traktor adalah instrumen utama pengembangan industri pertanian.
Teknologi konektivitas dan lokalisasi (GPS) mengoptimalkan penggunaan alat
pertanian ini. Hal ini termasuk bantuan pengemudi untuk mengoptimalkan rute dan
mempersingkat panen dan perawatan tanaman, sekaligus mengurangi konsumsi
bahan bakar, tetapi juga bergantung pada penyebaran sensor pada alat pertanian.
Sensor yang ketat memonitor dan mengontrol perawatan tanaman yang
memungkinkan keuntungan dalam efisiensi dan produktivitas. Selain itu,
konektivitas juga memungkinkan evolusi model bisnis dengan pelacakan
penggunaan peralatan yang lebih tepat.

Pertanyaan 2: Prospek Agribisnis ke Depan, Tantangan dan Kesempatan


Agribisnis merupakan salah satu sub-sektor dalam sektor bio-business. Menurut
7

Jim Rogers, tokoh ternama di Wall Street, jika Anda ingin kaya ia memberikan
nasihat untuk kembali menjadi petani. Kata dia, kita tidak memerlukan lebih banyak
bankers tetapi lebih banyak petani di masa yang akan datang. Berita selengkapnya
dapat Anda baca di
1) http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,2080767,00.html
2) http://www.elitetrader.com/et/index.php?threads/jim-rogers-farmers-will-make-
morethan-bankers.223245/

a. Apa alasan Jim Rogers berpendapat demikian? Setujukah Anda dengan


pendapatnya?
Jim Rogers berpendapat bahwa:
1) Kita tidak membutuhkan lebih banyak banker, tetapi kita membutuhkan lebih
banyak petani karena dunia akan menghadapi masalah serius terkait pangan
sehingga cara terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah menarik lebih
banyak orang kembali ke pertanian.
2) Munculnya masyarakat kelas menengah (middle class) baru dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya sumber energi alternatif terbarukan atau bahan
bakar nabati (biofuels) menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan
industri pertanian beserta turunan-turunannya. Pada saat perekonomian
secara keseluruhan mengalami penurunan sebesar 1,9%, pendapatan
pertanian bersih naik 27% tahun 2010 dan diharapkan naik lagi sebesar 20%
di 2011. Menurut Federal Reserve, pertanian meningkat dua kali lipat dalam
enam tahun terakhir. Farmland dengan cepat muncul sebagai salah satu
investasi terpanas tahun di Wall Street.
3) Sektor pertanian semakin meningkat sehingga mampu membuat bisnis
perbankan mendapatkan keuntungan yang baik, pabrik manufaktur lokal
terbesar, yang membuat mesin pemanen memiliki kapasitas penuh yang
mampu mempekerjakan 130 pekerja dalam sembilan bulan terakhir, dan
pembangunan tempat penyimpanan gandum dan bahan bangunan lainnya,
naik 130% sejak 2003. Di samping itu, Tom Dinsdale, mengatakan bahwa
pelanggan yang biasanya akan membeli Chevy suburban yang membeli
Cadillac Escalade.

Kami setuju dengan pendapat Jim Rogers karena agribisnis mampu


menciptakan lapangan pekerjaan dari hulu sampai dengan hilir yang pada akhirnya
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Subsektor yang akan terbentuk dari
agribisnis adalah penyediaan input pertanian, produksi pertanian, pengolahan hasil
pertanian, distribusi, penyimpanan, dan pemasarannya.
Dari subsektor penyediaan input pertanian terdiri dari penyediaan benih,
pupuk, pestisida, alat mesin pertanian (alsintan), permodalan dan kredit, irigasi,
energi, dll. Dari subsektor produksi pertanian/usaha tani terdiri dari sumber lahan,
sumber daya manusia, teknologi, manajemen, dan elemen penunjang (kebijakan,
pelayanan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan, asuransi, lembaga
koordinasi, dll.). Subsektor pengolahan hasil pertanian menciptakan bisnis
pengolahan hasil, kemitraan, gudang, distribusi, dll. Sementara itu, dari subsektor
pemasaran terdiri dari pasar, harga, mutu, dll.
8

Selain itu, menurut Arifin dan Biba (2016) dijelaskan bahwa unit-unit atau
kegiatan bisnis (business entity) di dalam sistem agribisnis dapat digolongkan ke
dalam lima kelompok (identik dengan komponen sistem) yaitu sebagai berikut.
1. Agriindustri hulu adalah unit bisnis yang memproduksi input untuk
komponen-komponen lainnya dalam sistem agribisnis, termasuk
untuk usaha tani, usaha perikanan, dan kehutanan.
2. Agriservis adalah unit bisnis penyedia jasa (selain jasa niaga).
Termasuk di dalam komponen ini antara lain kegiatan riset dan
pengembangan, penyuluhan, informasi, perkreditan, asuransi,
pendidikan dan pelatihan, dan lain-lain.
3. Agriproduksi adalah unit bisnis yang menghasilkan produk-produk
primer, identik dengan usahatani, usaha perikanan dan kehutanan.
4. Agriindustri hilir unit bisnis yang menjalankan fungsi pengolahan
produk primer menjadi barang siap konsumsi (final product) ataupun
produk antara (intermediate product) untuk unit bisnis lainnya.
5. Agriniaga (agrimarketing) adalah unit bisnis yang berfungsi
menyelenggarakan proses distribusi barang dan jasa antar-unit usaha
(atau komponen) dan antara sistem agribisnis dengan konsumen akhir.

b. Karena kapasitas produksi pertanian yang semakin berkurang, sementara


itu permintaan pangan semakin meningkat maka tantangan utama sektor
pertanian ke depan adalah “produce more, better and more affordable food
with less”. Terangkan dengan jelas pernyataan tersebut. [Note: Lihat
gambar berikut dalam menjawab pertanyaan].

Urgensi agroindustri/bio-business terjadi karena hal-hal sebagai berikut.


1. Meningkatnya populasi penduduk dunia
Pada tahun 2050, diperkirakan penduduk dunia meningkat menjadi 9,6
triliun. Meningkatnya jumlah penduduk, menyebabkan permintaan kebutuhan
pangan meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan pangan, dapat dilakukan dengan
produksi sendiri dalam negeri atau mengimpor dari negara lain. Sebaliknya, kita
juga dapat mengekspor kebutuhan pangan ke negara lain. Kondisi ini menuntut
sektor agribisnis suatu negara untuk mampu memenuhi kebutuhan pangan yang
lebih banyak, berkualitas, dan terjangkau dengan memanfaatkan sumber daya yang
terbatas.
2. Menurunnya lahan yang subur
Meningkatnya jumlah penduduk, menyebabkan lahan subur untuk menanam
semakin berkurang. Pada tahun 20150, diperkirakan jumlah lahan subur menjadi
kurang dari 8/10 hektar per orang. Hal ini menuntut sektor agribisnis untuk dapat
memenuhi kebutuhan pangan di lahan yang semakin berkurang. Hal ini menuntut
agribisnis untuk menerapkan teknologi pertanian dengan memanfaatkan lahan
seminimal mungkin, tetapi tetap menghasilkan hasil pertanian yang lebih banyak,
berkualitas, dan terjangkau. Selain itu, sektor agribisnis harus mampu menjaga dan
mencipatakan kesuburan/kesehatan lahan.
3. Tumbuhnya kebutuhan air
Meningkatnya jumlah penduduk, menyebabkan kebutuhan air semakin
bertambah. Hal ini menuntut sektor agribisnis untuk menerapkan teknologi
pertanian dengan menggunakan air seminimal mungkin secara berkelanjutan.
9

4. Perubahan iklim
Sektor agribisnis harus mampu menyesuaikan dengan perubahan iklim.
Sektor agribisnis harus mampu mengurangi dampak kekeringan dan mengurangi
jumlah energi dan emisi yang diperlukan untuk menanam. Produk perlindungan
tanaman menguntungkan masyarakat dengan meningkatkan produktivitas pertanian
dan pengurangan emisi CO2.
Berdasarkan empat kondisi di atas maka diperlukan usaha-usaha untuk
memproduksi bahan pangan lebih banyak, lebih berkualitas, dan terjangkau dengan
sumber daya yang terbatas melalui pemuliaan, bioteknologi, teknologi
perlindungan tanaman, dan praktik agronomi tingkat lanjut untuk membantu petani.
Usaha ini bertujuan untuk menghasilkan makanan lebih banyak dari lahan yang
terbatas, mengurangi penggunaan air secara berkelanjutan, mempertahankan dan
membangun kesehatan tanah, mengurangi dampak kekeringan, dan mengurangi
jumlah energi dan emisi yang diperlukan untuk menanam.

c. Diskusikan tentang peranan agribisnis di Indonesia. Sebutkan sumber-


sumber pertumbuhan dari demand-side dan supply-side agribisnis di
Indonesia. Bagaimana menurut Anda strategi terbaik untuk meningkatkan
daya saing agribisnis di Indonesia?

1. Pertumbuhan jumlah penduduk


BPS (2018) menjelaskan bahwa berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015 penduduk Indonesia pada bulan Juni 2015 sebesar 255,6 juta.
Jumlah penduduk diproyeksikan mencapai 294,1 juta pada tahun 2030 dan 318,9
juta pada tahun 2045.
Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) memperkirakan jumlah penduduk dunia
akan mencapai 8,5 miliar pada 2030. Tambahan penduduk paling banyak berasal
dari negara-negara berkembang. Jumlah penduduk akan meningkat lagi menjadi 9,7
miliar pada 2050, dan 11 miliar pada 2100. India diperkirakan melampaui Tiongkok
sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia, pada tujuh tahun mendatang,
sementara Nigeria diperkirakan melampaui Amerika Serikat yang kini berada di
posisi ketiga negara dengan penduduk terbanyak di dunia. Berdasarkan laporan
PBB tersebut, selama periode 2015–2050, setengah dari pertumbuhan penduduk
dunia akan terkonsentrasi pada sembilan negara yakni India, Nigeria, Pakistan,
Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, Tanzania, Amerika Serikat, Indonesia, dan
Uganda.
Berdasarkan proyeksi jumlah penduduk di atas, dari sisi permintaan, dapat
dijelaskan bahwa sektor agribisnis akan menjadi sektor yang menjanjikan karena
semakin tinggi jumlah penduduk, semakin tinggi pula permintaan atas pangan.
Kondisi ini menuntut sektor agribisnis suatu negara untuk mampu memenuhi
kebutuhan pangan yang lebih banyak, berkualitas, dan terjangkau dengan
memanfaatkan sumber daya yang terbatas. Selain itu, kondisi ini juga
meningkatkan ekspor dan impor suatu negara. Menurut bahan ajar materi Sistem
Agribisnis pada mata kuliah Sistem Bio Bisnis oleh Dr. Ir. Rokhani Hasbullah,
M.Si., impor pangan negara-negara berkembang diproyeksikan mencapai 270 juta
ton pada tahun 2030, sedangkan ekspor negara-negara maju diproyeksikan
mencapai 280 juta ton pada tahun 2030.
10

2. Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)/ASEAN Economic Community (AEC)/


Berdasarkan penjelasan pada situs resmi Kementerian Luar Negeri,
dijelaskan bahwa empat Pilar MEA yaitu pasar dan basis produksi tunggal; kawasan
ekonomi berdaya saing tinggi; kawasan dengan pembangunan ekonomi yang
merata dan berkeadilan; dan kawasan yang terintegrasi dengan ekonomi global.
Cakupan kerja sama ekonomi ASEAN meliputi kerja sama bidang perindustrian,
perdagangan, investasi, jasa dan transportasi, telekomunikasi, pariwisata, serta
keuangan. Selain itu, kerja sama ini mencakup bidang pertanian dan kehutanan,
energi dan mineral, serta usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Profil
perekonomian ASEAN adalah sebagai berikut.
a) Negara ASEAN kaya akan komoditas sumber daya alam berupa energi,
mineral dan tanaman pangan.
b) Jumlah penduduk ASEAN yang besar, yaitu 632 juta jiwa (2015), mayoritas
adalah usia produktif.
c) Pertumbuhan ekonomi negara ASEAN relatif tinggi, rata-rata 5%-6% per
tahun.
Menurut bahan ajar materi Sistem Agribisnis pada mata kuliah Sistem Bio
Bisnis oleh Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si., terdapat 12 sektor yang menjadi
prioritas MEA 2015 yaitu tujuh sektor barang (industri pertanian, peralatan
elektronik, otomotif, perikanan, industri berbasis karet, industri berbasi kayu, dan
tekstil) dan lima sektor jasa (transportasi udara, pelayanan kesehatan, pariwisata,
logistik, dan industri teknologi informasi atau e-ASEAN).
ASEAN memiliki kerja sama ekonomi dengan pihak eksternal yang
diwujudkan dalam ASEAN+1 Free Trade Area Partners (AFPs), yakni
perdagangan bebas dengan Tiongkok (RRT), Jepang, Korea Selatan, Australia dan
Selandia Baru, serta India. Sedangkan FTA antara ASEAN dan Hong Kong telah
selesai dinegosiasikan pada tahun 2017.
Dengan adanya MEA ini, menjadikan tantangan sekaligus peluang bagi
Indonesia salah satunya adalah sektor bio-business. Kondisi tersebut memacu setiap
negara ASEAN dan negara mitra untuk berlomba-lomba dalam meningkatkan
kapasitas ekonomi negaranya agar mampu memanfaatkan potensi besar dari
perdagangan bebas ASEAN. Indonesia merupakan salah satu potensi pasar terbesar
dibandingkan negara ASEAN lainnya. Dari segi jumlah penduduk, Indonesia
memiliki jumlah penduduk yang besar di ASEAN dimana ini merupakan sumber
tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan untuk sektor bio-business sekaligus potensi
pasar yang besar. Kondisi demografis, letak geografis, dan iklim Indonesia
menjadikan Indonesia sebagai target pasar barang dan jasa negara ASEAN lainnya
sekaligus menjadi potensi bagi Indonesia karena hampir semua komoditas
agribisnis dapat dihasilkan dari Indonesia sehingga Indonesia memiliki
keanekaragaman sumber daya hayati (biodervisity) yang besar.
Menurut bahan ajar materi Sistem Agribisnis pada mata kuliah Sistem Bio
Bisnis oleh Dr. Ir. Rokhani Hasbullah, M.Si., Strategi pengembangan sektor bio
business dapat dilakukan melalui kolaborasi antara pelaku agribisnis, pemerintah,
dan universitas/penelitian sebagaimana Gambar 1.
11

Kebijakan-kebijakan Pendukung

Penelitian dan Produk/Jasa Konsumen


Pengembangan Unggulan Daerah
Etnobiodiversitas dan
kearifan lokal
Inkubasi: Kelembagaan
dan Kemitraan
Industri/Bisnis
yang Berkeadilan

Implikasi pada Investasi

Gambar 1 Strategi Pengembangan Sektor Bio Business

d. Apakah benar bahwa sektor pertanian memiliki peranan dalam


menciptakan pertumbuhan yang berkualitas (inklusif). [Anda dapat
membaca buku saya dengan judul: “Daya Saing dan Rantai Nilai Inklusif
Industri Peternakan” yang diterbitkan oleh IPB Press, 2017].

Benar, sektor pertanian dapat menciptakan pertumbuhan yang berkualitas


(inklusif). Penabulu Foundation (2015) menjelaskan bahwa pembangunan dan
pertumbuhan ekonomi harus dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi
upaya pengentasan kemiskinan dan pemerataan pembangunan. Penabulu
Foundation meyakini bahwa pembangunan ekonomi harus dilaksanakan secara
berkelanjutan dan inklusif. Pembangunan kini adalah model pembangunan
eksklusif. Pembangunan yang hanya menjadikan aspek pertumbuhan ekonomi
sebagai satu-satunya tujuan pencapaian sehingga terkadang terjadi pertumbuhan
ekonomi yang tinggi tanpa pemerataan kesejahteraan yang disertai dengan
tingginya angka pengangguran, tingkat kemiskinan yang tinggi, dan angka gini
ratio yang semakin melebar, serta daya dukung lingkungan yang terus menerus
terdegradasi sebagai akibat proses pembangunan. Banyak kelompok yang
terpinggirkan dari pembangunan karena jenis kelamin, etnis, usia, orientasi seksual,
kecacatan atau kemiskinan. Ketidaksetaraan pembangunan jelas menjadi efek dari
model pembangunan eksklusif tersebut. Aset terbesar akan selalu hanya dimiliki
oleh sebagian kecil orang.
Selanjutnya, Penabulu Foundation menjelaskan bahwa pembangunan
inklusif yang juga mengurangi tingkat kemiskinan hanya bisa terwujud jika semua
pihak berkontribusi untuk menciptakan peluang yang setara, berbagi manfaat
pembangunan dan memberikan ruang partisipasi seluas-luasnya dalam
pengambilan keputusan; seluruhnya didasarkan pada penghormatan atas nilai dan
prinsip-prinsip hak asasi manusia, partisipatif, non-diskriminatif dan akuntabel.
Strategi utama pembangunan inklusif adalah penciptaan lapangan kerja produktif
dan menguntungkan, penyediaan jaring pengaman sosial yang efektif dan efisien
untuk melindungi mereka yang tidak mampu bekerja atau yang terlalu sedikit
mendapatkan manfaat pembangunan, peningkatan pelayanan publik dasar dan
dukungan kebijakan publik yang memadai. Program diimplementasikan sebagai
pengembangan model pembangunan ekonomi lokal, dengan pelibatan penuh peran
12

pemerintah, sektor bisnis dan masyarakat sipil. Model ini diterjemahkan dalam
bentuk intervensi program antara lain: kajian strategis potensi ekonomi daerah,
pengembangan dokumen dan kesepakatan perencanaan secara partisipatif,
pengembangan forum multipihak, advokasi kebijakan publik yang dibutuhkan
untuk membangun iklim pembangunan inklusif dan dukungan bagi usaha kecil dan
menengah (terutama yang berbasis pemanfaatan sumber daya alam).
Daryanto (2017) menjelaskan bahwa pertumbuhan inklusif merupakan
pertumbuhan yang tidak hanya menguntungkan para pelaku usaha berskala besar,
tetapi juga meningkatkan peran serta para pelaku usaha kecil. Peternakan diambil
sebagai contoh kasus dalam hal ini, strategi pembangunan peternakan yang inklusif
dapat dilakukan dengan jalan menerapkan dua model yakni pertumbuhan dengan
pemerataan (growth with equity) dan pertumbuhan yang berkualitas (equality
economic growth).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai pertumbuhan inklusif
adalah dengan meningkatkan daya saing melalui analisis rantai nilai (value chain).
Rantai nilai yang tercipta dari serangkaian proses produksi hingga produk sampai
di tangan pelanggan bisa jadi memiliki keunggulan kompeititf yang terdapat dalam
salah satu atau beberapa tahap. Terdapat tahap kegiatan yang menjadi kegiatan
utama yang langsung berkontribusi menambahkan nilai pada produk dan kegiatan
pendukung yang menambahkan nilai pada produk secara tidak langsung.
Porter (1985) dalam Daryanto (2017) menjelaskan analisis daya saing suatu
usaha tidak semata-mata pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses
produksi. Daya saing usaha dapat dianalisis lebih jauh lagi mencakup
perancanganproduk, pengadaan input produksi, logistik, pemasaran, penjualan,
purna jual dan kegiatan pendukung lain seperti perencanaan strategis, manajemen
SDM serta penelitian dan pengembangan. Analisis rantai nilai menjadi alat penting
untuk meningkatkan daya saing inklusif perusahaan baik di pasar domestik maupun
internasional.

Pertanyaan 3: Perusahaan Agribisnis Kelas Dunia


Setiap tahun majalah FORTUNE menerbitkan peringkat 500 perusahaan terbesar
di Amerika Serikat (AS). Pada tahun 2012 misalnya majalah ini menempatkan
sebanyak 17 perusahaan agribisnis dalam jajaran 500 perusahaan terbesar di AS.
Perusahaan-perusahan tersebut antara lain: Archer Daniel Midlands, Dow
Chemical, Merck, CHS, Dupont, John Deere, Tyson Foods, TIAA/CREF, Eli Lilly,
Land O’Lakes, Monsanto, Smithfield Foods, Mosaic, AGCO, Seaboard, CF
Industries dan The Andersons.
a. Carilah di internet peringkat terbaru (2018 atau 2019 kalau sudah ada) 500
perusahaan terbesar di AS menurut majalah FORTUNE tersebut. Apakah
perusahaan-perusahan agribisnis di atas tetap berada dalam daftar 500?

Majalah FORTUNE setiap tahun menerbitkan peringkat 500 perusahaan


terbesar di Amerika Serikat. Perusahaan agribisnis yang masuk kedalam jajaran
Fortune 500 pada tahun 2012 ada 17 perusahaan. Peringkat perusahaan agribisnis
tersebut pada tahun 2019 dapat dilihat pada Tabel 5. Perusahaan agribisnis lainnya
yang terdapat dalam Fortune 500 tahun 2019 diantaranya adalah Wilmar
International, British American Tobacco dan Goodyear Tire & Rubber masing-
masing pada peringkat 258, 384 dan 203.
13

Tabel 5 Perusahaan Agribisnis dalam Fortune 500 tahun 2012 dan peringkatnya
saat ini (tahun 2019)
Perusahaan Agribisnis (2012) Peringkat (2019) Perubahan Peringkat
Archer Daniel Midlands 49 -1
Dow chemical - X
Merck 76 +2
CHS 97 -1
DuPont de Nemours 35 +12
John Deere - X
Tyson Foods 80 -
TIAA/CREF 79 +5
Eli Lilly 123 +6
Land O’Lakes 212 +4
Monsanto - X
Smithfield Foods - X
Mosaic 325 +57
AGCO 335 +12
Seabord 455 +26
CF Industries - X
Andersons - X
Keterangan: +: naik peringkat; -: turun peringkat; X: tetap.

b. Menurut editor FORTUNE: “Just 57 companies have made the Fortune 500
list every year since its 1961 inception. The industry with the most companies
qualifying for that honor? Food and beverage, with 10 long-lasting big firms”.
Jelaskan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja ekselen
perusahaan agribisnis kelas dunia sehingga daya saing perusahaan tersebut
berkelanjutan (sustainable competitive advantage)?
Perusahaan makanan dan minuman sangat besar peluangnya karena
kebutuhan makanan dan minuman yang selalu dibutuhkan manusia. Semakin
banyak nilai tambah yang diberikan terhadap produk, semakin besar permintaan
produk tersebut. Nilai tambah yang dapat diberikan terhadap produk diantaranya
adalah keragaman jenis, rasa, bentuk, bahkan kemasan. Setiap perusahaan yang
besar dan memiliki daya saing tinggi pasti memiliki keunikan yang
membedakannya dari perusahaan atau produk lain. Hal ini disebut distinguishing
feature atau sustainable competitive advantage (SCA).
Tidak ada pengertian umum terhadap “competitive advantage” namun
Hoffman (2000) dalam Baraskova (2010) menganalisis dari berbagai sudut pandang
dan mengajukan definisi SCA sebagai keuntungan berkepanjangan dari
mengimplementasikan beberapa nilai unik, menciptakan strategi yang tidak
digunakan oleh pesaing maupun pesaing potensial, bersamaan dengan sulitnya
strategi ini untuk diduplikat. Sumber keuntungan SCA secara besar berasal dari dua
komponen, yakni aset dan kapabilitas. Aset merupakan sumber daya bisnis yang
diakumulasi sedangkan kapabilitas adalah perekat yang membuat aset tersebut tetap
melekat dan memungkinkan aset dikerahkan untuk mendapatkan keuntungan.
Kapabilitas tidak berwujud seperti aset namun tertanam dalam rutinitas
organisasi dan tidak dapat ditiru dan diperjual-belikan. Kapabilitas tersebut dapat
14

terwujud dalam kebiasaan yang tidak dapat ditiru seperti budaya keterbukaan,
pemberdayaan pegawai dan komitmen eksekutif. Kapabilitas penting dalam
menciptakan organisasi yang berorientasi pasar yaitu market sensing capability dan
customer linking capability. Market sensing capability adalah kemampuan
mempelajari tentang pelanggan, kompetitor dan saluran anggota untuk merasakan
dan mengambil tindakan pada kejadian dan kecenderungan saat ini dan yang akan
datang secara berkesinambungan. Customer linking adalah membuat dan mengatur
hubungan pelanggan setia (Baraskova 2010).
Keunikan dan ciri khas perusahaan dapat ditiru perusahaan lain melalui dua
cara, duplikasi dan substitusi. Perusahaan besar mengatasinya dengan
menggunakan sumberdaya dan kapabilitas sosial yang kompleks seperti reputasi,
kepercayaan, pertemanan, kerjasama dan budaya yang tidak dapat dipatenkan akan
sulit ditiru. Patrick (1999) dalam Baraskova (2010) menjelaskan perbedaan inti
kapabilitas berdasarkan dua hal, yakni kemampuan (apa yang dapat dilakukan
perusahaan) dan aset (apa yang dimiliki perusahaan). Keuntungan kompetitif
diperoleh dari menarik konsumen dari taget pasar sedangkan keuntungan kompetitif
berkelanjutan adalah hasil dari kapasitas khas dalam memanfaatkan sumber daya
intangible seperti kepemimpinan dan reputasi yang sulit untuk ditiru dan digantikan
oleh kompetitor. Perusahaan global yang memiliki kinerja ekselen memiliki gaya
kepemimpinan yang menghasilkan kinerja perusahaan yang unggul dengan
menyeimbangkan 4 kriteria persaingan kinerja: (1) profitability dan productivity,
(2) continuity dan effeciency, (3) commitment dan morale, dan (4) adaptability dan
innovation.
Salah satu cara untuk memperkuat keuntungan kompetitif perusahaan tidak
hanya memperkuat kapabilitas di tingkat top management, tetapi juga
mengikutsertakan seluruh stakeholder termasuk masyarakat luas untuk
berkontribusi dan merasakan manfaat dari perusahaan.

c. Perusahaan agribisnis tingkat dunia sekarang menerapkan program CSR


atau bahkan CSV (Creating Shared Value) dalam rangka menciptakan
pertumbuhan berkelanjutan yang juga memberikan manfaat kepada para
petani/peternak/nelayan skala kecil. Apakah yang dimaksudkan dengan
CSV? Anda dapat membaca buku saya dengan judul: “Daya Saing dan
Rantai Nilai Inklusif Industri Peternakan” yang diterbitkan oleh IPB Press,
2017 untuk membantu menjawab pertanyaan ini dengan baik.
Perusahaan agribisnis tingkat dunia menerapkan Corporate Social
Responsibilty (CSR) bahkan Creating Shared Value (CSV) dalam rangka
menciptakan pertumbuhan berkelanjutan yang juga memberikan manfaat kepada
para petani/peternak/nelayan skala kecil. CSV atau menciptakan nilai bersama
menurut Daryanto (2017) adalah konsep yang memadukan bisnis dan tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR). Keberhasilan jangka panjang perusahaan apabila
bisnis tersebut mampu menciptakan manfaat tidak hanya bagi para pelaku bisnis itu
sendiri namun juga bagi segenap stakeholder termasuk masyarakat luas dan orang-
orang yang terlibat dalam proses bisnis.
Perusahaan yang memaksimalkan keuntungan ekonomi perlu memiliki
komitmen moral untuk mendistribusikan keuntungannya untuk membangun
masyarakat lokal. Konsep CSV adalah membagi beban operasional perusahaan
untuk meningkatkan keuntungan dan menjalankan kegiatan sosial sekaligus
15

sehingga pendapatan perusahaan dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan. CSV


menekankan pentingnya kebutuhan sosial dalam perancangan strategi perusahaan,
bahwa bisnis dan kegiatan sosial dapat dilaksanakan bersamaan meski sebelumnya
selalu bersebrangan. CSV menegaskan adanya peluang untuk membangun
keunggulan kompetitif dengan cara memasukkan masalah sosial sebagai bahan
pertimbangan utama dalam merancang strategi perusahaan. Keunggulan kompetitif
juga dapat ditingkatkan melalui investasi pada komunitas sekitar perusahaan
beroperasi (Rifai 2011).
Daryanto (2017) mengambil contoh penerapan CSV dilakukan oleh Friesland
Campina Vietnam (FCV) yang membangun model pengembangan Nucleous Estate
Smallholders (NES) yang menggambarkan kerjasama perusahaan sebagai inti dan
peternak sebagai plasma. Model ini bertujuan untuk membantu peternak
mengembangkan industri susu yang menguntungkan dan berkelanjutan, yakni
layak secara ekonomi, sesuai dengan nilai dan budaya lokal dan ramah lingkungan.
Setiap sapi perah menghasilkan rata-rata 15 liter per hari dalam satu satuan usaha
yang setidaknya memiliki 30 ekor sapi perah sehingga pendapatan harian peternak
cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menutupi biaya produksi.
Persyaratan penting dari model distrik susu yang dikembangkan FCV adalah
kemitraan publik-swasta ang membutuhkan kerja sama antara pebisnis, masyarakat
dan pemerintah. Kontribusi maksimal dari masing-masing pihak akan
menghasilkan dampak pengganda yang tinggi (high multiplier effect).

Pertanyaan 4: Daya Saing Perusahaan Agribisnis


Dalam video yang diputarkan di kelas, kita menyaksikan bahwa salah satu
perusahaan agribisnis di dunia adalah Charoen Pokphand Group (CP Group) yang
kantornya berpusat di Bangkok. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1921 oleh Chia
brothers, dan saat ini merupakan salah satu konglomerat terbesar di Asia. Dengan
portfolio usaha di bidang agribisnis, bisnis ritel dan telekomunikasi, perusahaan
saat ini memperkerjakan 250 ribu karyawan yang tersebar di seluruh dunia. Total
penjualan perusahan ini pada akhir tahun 2010 sebesar US$ 30 milyar.
a. Menurut Anda, apakah CP Group tumbuh, berkembang dan mapan
seperti sekarang bertumpu kepada prinsip-prinsip “economies of scale”,
“economies of scope” dan “research and development”? Jelaskan ketiga
prinsip tersebut.
Prinsip economies of scale atau increasing returns to scale adalah istilah
untuk menjelaskan penurunan biaya rata-rata akibat peningkatan volume atau
jumlah produksi. Semakin banyak produksi yang dihasilkan akan menekan biaya
produksi satu satuan unit produk. Perbanyakan produksi menghasilkan keuntungan
strategi dengan tujuan mengejar potensi keuntungan biaya dari produk lain di
segmen pasar yang serupa. Keuntungan dari skala berasal dari teknologi produksi
dan tergantung pada perubahan proporsianal produk yang diikuti oleh perubahan
seluruh faktor input. Apabila produk yang dihasilkan meningkat melebihi proporsi
dari kenaikan input inilah yang disebut dengan peningkatan keuntungan dalam
skala (Elsner et al. 2015). Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan
perusahaan CP Group pasti akan memperluas skala perusahaannya. Produksi dalam
jumlah besar membuat perusahaan mampu menyediakan input dalam jumlah besar
sehingga harga input dapat lebih murah. Penggunaan teknologi menunjang
peningkatan efisiensi dalam proses produksi. Teknologi membantu produksi
16

dengan menekan biaya input dan memepertahankan volume produksi, bahkan dapat
meningkatkan kapasitas produksi.
Penambahan skala perusahaan yang tidak diiringi dengan efisiensi dan
efektivitas pengelolaan maka akan mengakibatkan kerugian sebab dieconomies of
scale. Keduanya memberikan nilai tambah yang didapat dari kualitas produkdan
harga produk tersebut. Arah efisiensi dalam industri manufaktur adalah penurunan
biaya produksi, pemberian nilai tambah pada produk dari turunnya harga produk
akibat penekanan biaya produksi. Efektivitas mengarah pada peberian prioritas
aktivitas yang dapat memberikan nilai tambah terbanyak dalam produksi,
pemberian nilai tambah melalui peningkatan kualitas tanpa perubahan harga produk
(Gozali 2009)
Aktivitas utama CP Group dalam sektor agribisnis adalah produk unggas
terkemuka dunia, nugget diambil sebagai contoh. Era kini yang menuntut gaya
hidup praktis dan cepat dapat menjadi faktor yang meningkatkan permintaan olahan
ayam praktis yakni nugget. Bahan baku atau input produksi nugget yang tidak
sepenuhnya dari ayam menghasilkan jumlah produk lebih banyak dengan bahan
tambahan lainnya. Pengolahan nugget dibantu dengan teknologi dan mekanisasi
yang meningkatkan efisiensi produksi. Tenaga kerja jelas masih dibutuhkan dalam
proses produksi, namun bisa ditekan dengan penggunaan teknologi. Pengurangan
tenaga kerja yang telah digantikan mesin adalah efisiensi yang dihasilkan dari
penerapan teknologi. Pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja sangat dibantu oleh
mesin yang juga mengatur tempo pekerjaan sehingga produksi dapat terukur dari
waktu.
Pemanfaatan hasil barang sampingan dari pengolahan nugget dapat menjadi
produk baru yang dihasilkan CP Group. Bahan baku nugget umumnya
menggunakan ayam bagian dada yang memiliki banyak daging dan sedikit bagian
non-edible. Bagian ayam lainnya yang tidak mendukung untuk dijadikan nugget
diolah menjadi produk lainnya seperti menjadi Spicy Wings dan Chicken
Drumsticks yang siap saji dan dilengkapi bumbu maupun ayam mentah seperti
Family Pack Chicken Drumsticks. Pengolahan yang menghasilkan beragam produk
baru dengan berbagai value added yang ditambahkan ini disebut diversifikasi
produk yang dapat meningkatkan economies of scope dari perusahaan.
Economies of scope atau lingkup ekonomi mengacu pada pengurangan
biaya marjinal ketika menyediakan produk tambahan pada produk utama dari suatu
perusahaan. Semakin banyak jenis produk atau semakin luas diversifikasi produk
maka semakin besar lingkup ekonomi (economies of scope) suatu perusahaan.
Economies of scope terjadi jika produksi output bersama oleh sebuah perusahaan
lebih besar dari output yang dihasilkan oleh dua perusahaan berbeda yang
menghasilkan produknya sendiri-sendiri dengan asumsi input produksi yang
dialokasikan sama antar kedua perusahaan. Jika produksi berbagai macam produk
yang dihasilkan sebuah perusahaan lebih kecil dari yang dapat dicapai dua
perusahaan terpisah maka terjadi diseconomies of scope dalam proses produksi
(Rifani 2012).
Diversifikasi yang dilakukan CP Group tidak hanya memanfaatkan input
produksi secara optimum, tetapi juga menyediakan input produksi bagi bahan
bakunya sendiri seperti produksi pakan ternak unggas, obat-obatan unggas, hingga
bibit ayam umur sehari (Day Old Chicken). Produk-produk baru tersebut
merupakan pencapaian dari hasil penelitian dan pengembangan. Peningkatan
17

kualitas dan inovasi yang bersanig tidak luput dari kerja keras penelitian dan
pengembangan yang dituntut untuk terus menghasilkan produk yang unggul di
pasar. Hasil penelitian dan pengembangan tidak hanya produk yang dihasilkan
perusahaan, tetapi juga sistematis proses produksi hingga pelayanan customer.
Suatu perusahaan harus berani menghabiskan pengeluaran pada penelitian dan
pengembangan sebagai indivisible investment yang menyatakan bahwa rata-rata
fixedcost akan turun seiring dengan meningkatkan jumlah penjualan.

b. Faktor-faktor lain apakah yang membuat perusahaan seperti CP Group


memiliki prestasi atau kinerja berkelas dunia? Jelaskan.
Perusahaan besar seperti CP Group memiliki modal kapital yang besar.
Operasional produksi baik bidang agribisnis, telekomunikasi dan bisnis ritel
ditunjang dengan mekanisasi yang meningkatkan assembly line produk, akhirnya
akan produktivitas perusahaan. Dibalik itu, faktor penting yang dimilki CP Group
adalah komitmen perusahaan untuk terlibat dalam setiap rantai produksi. CP
Indinesia berkomitmen untuk membantu peternak unggas dan petani jagung dalam
mengedukasi cara pemeliharaan, budidaya dan pengelolaan pasca panen agar harga
jual maksimal. Edukasi yang dilakukan sebagai salah satu bentuk kontribusi CPI
terhadap peningkatan kesejahteraan peternak dan petani sekaligus mengoptimalkan
prediksi perusahaan terhadap supply komoditas tersebut.
Strategi tersebut membagi beban operasional CPI antara kegiatan sosial dan
pengadaan supply input produksi sehingga dapat memenuhi kebutuhan produksi
perusahaan dan memenuhi permintaan industri lain dengan kualitas dan kuantitas
yang konsisten. Jaringan CP Group yang telah terdapat di berbagai negara
memberikan kemudahan dan kecepatan akses dalam memasarkan produknya yang
berbagai macam jenisnya. Jaringan yangdimiliki CP Group tidak hanya agen dan
distributor, namun juga plantation baik yang dimiliki sendiri maupun kerja sama
dengan peternak dan petani lokal, pabrik pengolahan serta kantor pemasaran.

c. Apakah perusahaan melakukan vertical integration dalam usahanya?


Jelaskan.
Integrasi vertikal menurut Hasibuan (1993) dalam Atikah (2008) adalah
penggabungan beberapa perusahaan yang memiliki kelanjutan proses produksi
yang sama namun tidak menghasilkan produksi akhir yang serupa. Integrasi vertikal
terjadi antara perusahaan yang memiliki elanjutan proses dari hulu hingga hilir.
Terdapat perusahaan yang proses produksinya lebih awal (hulu) dan ada perusahaan
yang tahapan produksinya sampai menghasilkan barang-barang jadi (hilir). Setiap
tahap yang dilalui dalam proses produksi dan distribusi mengandung margin antara
harga dan biaya produksi. Konsumen akhir akan membayar sebuah produk dengan
harga yang merupakan akumulasi biaya produksi dan margin pada setiap tahap
produksi sejak produksi hingga distribusi sampai ke konsumen akhir. Perusahaan-
perusahaan yang bekerja sama dalam kelanjutan proses produksi dapat mengambil
keuntungan ganda yang merugikan konsumen.
Pemerintah melalui Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengatur
perjanjian yang dilarang sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia
No 55 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat Pasal 14 disebutkan “Pelaku usaha dilarang membuat perjanjian
dengan pelaku usaha lain yang bertujuan untuk menguasai produksi sejumlah
18

produk yang termasuk dalam rangkaian produksi barang dan atau jasa tertentu
yang mana setiap rangkaian produksi merupakan hasil pengolahan atau proses
lanjutan, baik dalam satu rangkaian langsung maupun tidak langsung, yang dapat
mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan
masyarakat.” UU memberikan penjelasan terkait Pasal 14 yakni “Yang dimaksud
dengan menguasai produksi sejumlah produk yang termasuk dalam rangkaian
produksi atau yang lazim disebut integrasi vertikal adalah penguasaan
serangkaian proses produksi atas barang tertentu mulai dari hulu sampai hilir atau
proses yang berlanjut atas suatu layanan jasa tertentu oleh pelaku usaha tertentu.
Praktek integrasi vertikal meskipun dapat menghasilkan barang dan jasa dengan
harga murah, tetapi dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat yang
merusak sendi-sendi perekonomian masyarakat. Praktek seperti ini dilarang
sepanjang menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan atau merugikan
masyarakat.”
CP Group menerapkan vertical integration dalam proses usahanya yang
membuat perusahaan ini tumbuh dan berkembang membentuk beberapa anak
perusahaan yang saling mendukung. Kelanjutan proses produk CP Group
disediakan oleh grup perusahaan sendiri mulai dari penyedia bibit dan benih, pakan
ternak, peternakan, perkebunan, produksi pengolahan produk, wholesaler,
penjualan ritel, distribusi hingga telekomunikasi. Penguasaan produksi dan
pemasaran produk oleh CP Group sendiri tidak termasuk dalam
penguasaanmonopoli karena (1) barang dan jasa yang disediakan terdapat banyak
substitusinya, (2) tidak menghambat pelaku usaha lain untuk masuk ke dalam
persaingan usaha pada produk yang sama, dan (3) CP Group tidak menguasai lebih
dari 50% pangsa pasar satu jenis produk tertentu.

d. Apakah program kemitraan (contract farming) Charoen Pokphand dalam


bidang perunggasan dapat menciptakan pertumbuhan yang inklusif atau
pertumbuhan yang sekaligus menciptakan pemerataan (growth with
equity)?
Kemitraan yang dilakukan CP Group khususnya di Indonesia menggunakan
pola inti plasma. Alfi (2017) melaporkan CPI melakukan Bedah Kandang sebagai
bagian dari kegiatan CSR 2016. Sebanyak 240 kandangan peternak binaan
diperbaiki agar memiliki efisiensi dan efektivitas produksi. Kandang peternak yang
dibedah memiliki kapasitas 2,000 hingga 8,000 ekor per kandang. Bantuan yang
diberikan oleh CPI sebagai inti kepada peternak plasma mencakup pemenuhan
modal produksi (penyediaan fasilitas kandang memadai, bibit DOC, pakan ternak
dan obat-obatan) hingga bantuan pemasaran ayam broiler yang dihasilkan.
Performance ayam di kandang yang telah dibedah meningkat hingga 30% dari
performance sebelum kandang dibedah. Peningkatan keuntungan juga dirasakan
bagi petani hingga Rp 2,500 per ekor dari sebelumnya Rp 1,500 hingga Rp 1,800
per ekor. Penyediaan dan penggunaan pakan dari CPI mempercepat umur panen
ayam sekaligus meningkatkan bobot ayam yang dihasilkan. Bobot ayam yang
dihasilkan dapat mencapat 1.8 hingga 2 kilogram dalam waktu 30 hari.
Kemitraan antara CPI sebagai inti dan peternak plasma menciptakan
lingkungan dan pertumbuhan yang inklusif serta CPI mendapatkan loyalitas dari
peternak binaan. Hal yang perlu digarisbawahi sebagai satu-satunya kelemahan
kemitraan adalah belum adanya penjaminan di seluruh petani binaan terhadap hasil
19

ayam yang dihasilkan akan diserap sepenuhnya oleh inti. Hal ini diliput Tribun
Makassar di empat Kabupaten yaitu Gowa, Sidrap, Parepare dan Pinrang. KPPU
menemukan perjanjian kemitraan pada peternak ayam dan perusahaan yang
merupakan anak perusahaan dari inti yang hanya mencarikan pemasaran dan tidak
memberi kepastian ayam yang dihasilkan tidak dibeli. Hal tersebut dapat merugikan
peternak karena melewati umur 40 hari ayam akan mati. Kelemahan ini tentu tidak
terjadi di semua kemitraan, namun demi menjaga lingkungan pertumbuhan inklusif
hal seperti ini harus segera ditindaklanjuti agar terbangun kepercayaan ketiga pihak
yakni peternak plasma, perusahaan inti dan pemerintah. Perbaikan sistem antara inti
dan plasma akan menciptakan lingkungan strategis dalam pertumbuhan dengan
pemerataan serta pertumbuhan dengan kualitas.
20

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) Tahun
2015.
[KPPU] Komisi Pengawas Persaingan Usaha. 2007. Undang-Undang republik
Indonesia No 55 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat.
Alfi AN. 2017. Kemitraan Charoen Pokphand Undang Apresiasi UNS. Diakses
pada 12 Agustus 2019. Tersedia pada:
https://industri.bisnis.com/read/20170715/99/671761/kemitraan-charoen-
pokphand-undang-apresiasi-uns.
Arifin dan Biba MA. 2016. Pengantar Agribisnis. Bandung (ID): Mujahid Press.
Atikah F. 2009. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat integrasi vertikal
industri mobil di Indonesia. Skripsi. Bogor (ID): Departemen Ilmu Eknomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Baraskova J. 2010. Strategic Positioning and Sustainable Competitive Advantage
in Food Industry. Aarhus School of Business: Departemen of Marketing and
Statistics. Heming (DK): Aarhus University.
Daryanto A. 2017. Daya Saing dan Rantai Nilai Inklusif Industri Peternakan.
Bogor (ID): IPB Press.
Elsner W, Heinrich T dan Schwardt H. 2015. Introduction to the Microeconomics
of Complex Economies. The Microeconomics of Complex Economies, 3–23.
Gozali H. 2009. Analisis industri dan keunggulan bersaing melalui pengembangan
resources dan capabilities dalam penerapan economies of scales dan
exferiencee curve di industri manufaktur vel aluminium. [Tesis]. Depok (ID):
Magister Manajemen, Universitas Indonesia.
Harahap YA. 2016. Agroindustri Hulu & Hilir. Skripsi. Yogyakarta (ID):
Muhammadiyah University of Yogyakarta.
Penabulu Foundation. 2015. Pembangunan Inklusif. Diakses pada 11 agustus 2019.
Tersedia pada: https://penabulufoundation.org.
Pramisti NQ. 2016. Proyeksi Jumlah Penduduk Dunia. Diakses 11 Agustus 2019.
Tersedia pada https://tirto.id/bjdF.
Rifai HY. 2011. Creating Shared Value (CSV) sebagai Soulsi Peningkatan Profit
dan Social Welfare. Skripsi. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Rifani A. 2012. Pengaruh skala ekonomi (economies of scale) dan lingkup ekonomi
(economies of scope) terhadap reksa dana di Indonesia periode 2007-2011.
Skripsi. Depok (ID): Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Indonesia.
Tribun Makassar. 2019. Perjanjian Kemitraan Dinilai KPPU Rugikan Peternak
Ayam. Diakses pada 12 Agustus 2019. Tersedia pada:
https://makassar.tribunnews.com/2016/02/07/video-perjanjian-kemitraan-
dinilai-kppu-rugikan-peternak-ayam.

Anda mungkin juga menyukai