Anda di halaman 1dari 36

RESENSI BUKU

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Arsitektur


oleh :

YOHANNES VAN HALEN PARHUSIP


1702630

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa, karena telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik.

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan yang maha Esa atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan tugas dari mata kuliah teori arsitektur

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya resensi ini nantinya dapat menjadi resensi yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada resensi ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Teori Arsitektur
kami Bapak Syaom Barliana yang telah membimbing kami dalam dalam pembelajaran mata kuliah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Kediri, 29 Mei 2018


PENDAHULUAN
Buku merupakan media komunikasi konvensional yang termasuk paling tua. Tidak diketahui
secara persis kapan buku dalam bentuk cetakan pertama sekali dibuat. Sungguhpun pembuatan buku
cetakan sangat berkaitan erat denga penemuan mesin cetak oleh Johanes Gutenberg tahun 1450, tetapi
tidak diketahui secara tepat waktu pembuatan buku yang pertama. Oleh karena itu diperkirakan, buku
pertama dibuat sesudah penemuan mesin cetak tahun 1450, ketika kertas-kertas hasil cetakan yang berisi
informasi dalam bidang tertentu itu disusun, dijilid, diberi kertas kulit pelindung, serta dipotong rapi
sehingga berwujud buku seperti yang sekarang ini.

Agar buku dapat berfungsi efektif, efisien, dan menarik, penulis menulis menyajikan pesan sesuai
dengan karakteristik pesan, pembaca sasaran/penerima pesan, dan gaya khas penulisnya. Dengan
demikian, menyajikan fiksi berbeda dengan non fiksi, sejarah berbeda dengan matematika, bahasa
berbeda dengan seni musik, karena imasing-masing memeiliki karakteristik sendiri. Isi atau tema yang
sama dikemas dan disajikan secara berbeda karena pembaca sasarannya berbeda.

Dilihat dari isi dan bentuknya, tanggapan pembaca atas isi sebuah buku dapat dikategorikan
sebagai sinopsis, bedah buku, atau resensi. Sinopsis buku merupakan tulisan yang menggambarkan
secara ringkas isi pokok dan hal-hal yang baru dan menarik dalam buku itu untuk diketahui orang lain.
Sinopsis disebut juga dengan istilah ikhtisar, ringkasan, atau abstrak, walaupun untuk keperluan tertentu
dibedakan satu sama lain. Apabila buku diterbitkan, penulis atau penerbit biasanya memuat sinopsis pada
kulit luar belakang buku yang tujuannya memberikan informasi singkat tentang isi buku serta memotivasi
orang membacanya. Sinopsis dapat juga dibuat oleh orang lain (bukan penulis atau penerbit), dengan
mendeskripsikan secara singkat isi buku tanpa memberikan pendapat atas isi buku dengan menggunakan
bahasa sendiri. Walaupun pada awalnya dibuat untuk buku-buku fiksi atau karya sastra, dalam
perkembangannya sinopsis juga dipergunakan untuk buku-buku nonfiksi.

Dalam tugas ini penulis mendapat buku untuk di resensi dengan judul “Architecture, Spatial
behaviour, and Social Capital”. Buku ini adalah buku yang sangay bagus untuk di baca dan
direkomendasikan untuk mahasiswa arsitektur atau orang awam. Dengan menjelaskan fungsi arsitektur
dalam pembuatan ruang dan suatu budaya dalam lingkup wilayah yang besar atau kecil.
BAB 1

LATAR BELAKANG

Mulai dari konflik sosio-spasial

Bencana telah terjadi dalam lima tahun terakhir, seperti gempa bumi dan tsunami di Aceh dan
Nias, , bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo, banjir di Jakarta, dan lain-lain. telah mengganggu sisi
kemanusiaan orang Indonesia dan semua orang di seluruh dunia. Ketika bencana melanda, nampaknya
masyarakat Indonesia pada umumnya memiliki kepekaan, empati, kepedulian, dan solidaritas sosial
yang tinggi terhadap penderitaan para korban. Berbagai bantuan kemanusiaan, keduanya bersifat
material.

Namun, dalam situasi normal sehari-hari, sikap empati dan solidaritas sosial orang lain terlihat
seolah-olah itu adalah sesuatu yang sangat mahal. Jadi terutama di kota-kota, konflik sosial, kekerasan,
kerusuhan sosial, vandalisme, alienasi, anomi, apatis sosial (ketidakpedulian), dan kejahatan, tampaknya
menjadi kenyataan yang semakin dilihat sebagai tren dan saat itu menjadi perilaku sehari-hari
masyarakat urban di Indonesia. Terkait dengan itu, Abdulah (2000: 7), berpendapat bahwa masyarakat
Indonesia telah meningkat dalam kekikiran terhadap simpati dan empati bagi orang lain, menurunkan
kualitas rasionalitas, dan menipiskan kemanusiaan.

Penyebab munculnya fenomena sosial negatif yang disebutkan di atas disebabkan oleh
setidaknya tiga hal. Pertama, gejala budaya urban yang tidak manusiawi, akar mereka yang dapat
ditelusuri dari masalah mendesain kota itu sendiri. Meningkatnya jumlah penduduk, termasuk sebagai
akibat dari migrasi dan urbanisasi, dan pertumbuhan ekonomi, telah mendorong pertumbuhan kota-
kota besar di Indonesia. Namun, seperti banyak kota di negara berkembang, pertumbuhan ini bersifat
inkremental, tidak terencana, dan tidak dirancang dalam susunan tata letak yang lengkap dan
komprehensif. Kedua, pertumbuhan penduduk perkotaan, urbanisasi, dan tekanan ekonomi adalah
situasi kronis yang terjadi di hampir semua negara atau kota. Hal ini juga mempengaruhi pola fisik
penggunaan lahan perkotaan, baik dalam hak milik pribadi, kelompok / lembaga, maupun lahan dimiliki
oleh negara. Meningkatnya permintaan lahan di daerah perkotaan akan menyebabkan harga tanah yang
lebih tinggi, dan hilangnya kemampuan orang-orang menengah ke bawah untuk mengakses, yang
melayani baik pribadi maupun publik. Akibatnya, eksploitasi besarbesaran tanah oleh kelompok-
kelompok kapitalis yang kuat hanya menyisakan ruang publik yang tidak memadai. Ketiga, menurut
Subroto (2005: 7), proses eksploitasi lahan yang tidak terkendali, cepat atau lambat akan mengarah
pada: kesenjangan dan segmentasi masyarakat.

Sementara itu, Santoso (2006: 50-53) menemukan dua alasan penyebab kemerosotan kota di
indonesia. Pertama, terletak pada kebijakan dan strategi untuk pembangunan perkotaan. Kebijakan
yang berpengaruh buruk terhadap perkembangan kota di Indonesia adalah neoliberalisme atau
pengembangan kota diserahkan kepada mekanisme pasar. Bahkan, di Indonesia, mekanisme semacam
itu tidak berfungsi dengan baik karena berbagai distorsi, terutama disebabkan oleh sistem dan praktik
kehidupan politik yang didominasi oleh individu dan kepentingan yang mengaburkan kepentingan
seluruh penduduk kota. Akibatnya, kota-kota tidak memiliki visi yang jelas tentang masa depan,
terutama dalam menghadapi globalisasi. Kedua, terletak pada konsep dasar perencanaan pembangunan
kota. Ketika sumber daya terbatas, kota harus mengembangkan pendekatan kemitraan antara
pemerintah, swasta, dan masyarakat. Yang benar adalah, pengusaha, investor, dan masyarakat hampir
tidak pernah termasuk dalam penyusunan rencana pembangunan kota, sehingga optimalisasi sumber
daya yang ada tidak pernah dapat diarsipkan.

Fenomena konflik spasial-sosial adalah dialektika hubungan manusia, arsitektur dan lingkungan,
sebagaimana dinyatakan oleh Erdward Soja, dikutip oleh Anderson (2005: 3), bahwa orang-orang
memodifikasi ruang tempat mereka hidup, pada gilirannya dimodifikasi oleh mereka. Lalu mengacu
pada Sideris & Banerjee (1998) menunjukkan bahwa interaksi sosial dan budaya memberikan arti
penting bagi orang-orang tentang normanorma sosial serta ruang untuk mengekspresikan dan
mengembangkan diri di depan orang lain. Ketika kota tidak lagi tertata dengan baik, dan ketika ruang
publik semakin terbatas, maka ada lebih sedikit kesempatan untuk berinteraksi dan berkomunikasi
untuk membangun hubungan sosial dan interpersonal, kepercayaan, kerjasama, dan pemecahan
masalah kolektif.

Realitas spasial perkotaan ini yang terjalin dengan isu budaya, ekonomi, dan politik,
menciptakan masalah sosial di daerah perkotaan seperti yang disebutkan di atas yaitu konflik sosial,
kekerasan, vandalisme, apatis sosial, prasangka, alienasi, kejahatan, dan hubungan didasarkan pada
pertimbangan untung dan rugi. Sementara itu, perumahan juga tumbuh pesat di perkotaan dan meluas
ke pinggiran kota. Sebagai masyarakat sehari-hari masyarakat, itu harus bermakna dan memiliki
signifikansi kuat dalam membina modal sosial. Bahkan, dari gejala awal yang mudah ditemukan, tampak
bahwa sebagai bagian dari desain perkotaan secara keseluruhan, tata letak lingkungan perumahan
perkotaan mengalami masalah social. Hal ini relevan dengan pernyataan Prawoto dalam Arcana &
Prasetya (2006: 12) bahwa dalam masyarakat modern banyak orang menarik diri, meminimalkan kontak
lingkungan, dan bahkan menganggap alam bebas adalah musuh. Padahal, struktur sosial sangat
mempengaruhi pola arsitektural dan sebaliknya. Akibatnya, bangunan fisik jauh dari lingkungan bahkan
tidak menjadi "tidak nyaman" di sekitar situs tumbuh.

Berdasarkan latar belakang, buku ini akan membahas hubungan arsitektur, komunitas, dan
penguatan modal social di masyarakat perkotaan. Buku ini diangkat dari penelitian yang dilakukan pada
tahun 2007, dengan fokus studi tentang kontribusi lingkungan binaan (perumahan) dan perilaku spasial
terhadap modal sosial. Masalah dapat diidentifikasi adalah: (1) Apakah faktor lingkungan binaan
(arsitektur) seperti himpunan lingkungan fisik, psikoarsitektur, dan sosio-arsitektur berpengaruh pada
pemupukan dan pemiskinan modal sosial? (2) Bagaimana lingkungan bangunan (perumahan)
berkontribusi terhadap perilaku spasial dari modal sosial komunitas perumahan perkotaan.

FOKUS DARI PENELITIAN INI:

ARSITEKTUR, PERILAKU SPASIAL, DAN MODAL SOSIAL

Buku ini berfokus pada diskusi hanya pada tiga hal.

Pertama, aspek lingkungan binaan dalam hal ini yang melibatkan arsitektur perumahan di
daerah perkotaan dapat mencakup isu-isu yang berkaitan dengan konsep fisik, sosial, ekonomi, dan
budaya. Kedua, aspek hubungan manusia dan lingkungan, antara lain, mencakup tanggapan timbal balik
antara keduanya, dan juga dimensi psikologis, sosial, dan budaya dari psiko dan sosio-arsitektur,
misalnya, analisis dapat mencakup perilaku spasial yang mencakup aspek ruang pribadi, proxemik,
antropometrik, territoriallity, kesesakan, privasi, identitas, rasa tempat, dan lain-lain. Ketiga, konsep
modal sosial dianalisis di tingkat keluarga hingga tingkat negara bagian. Secara teoritis setidaknya ada
tiga pendekatan yang digunakan untuk menguji konsep modal sosial, yaitu pendekatan mikro, meso, dan
makro. Pendekatan mikro berdasarkan pada modal sosial kognitif, terkait dengan norma dan nilai.
Pendekatan Meso berdasarkan modal sosial struktural, yang mencakup jaringan sosial dan struktur
peran anggota dalam komunitas. Pendekatan makro berdasarkan modal sosial institusional termasuk
norma, sikap, institusi sosial dan politik di masyarakat dan tingkat negara.

Sejalan dengan fokus pada masalah-masalah tersebut, dijelaskan pemahaman tentang konsep
terminologi yang digunakan. Setiap istilah memiliki makna yang berbeda dalam konteks dan dalam
bidang studi yang berbeda. Oleh karena itu, untuk menyamakan persepsi, maka dirumuskan definisi
operasional variabel penelitian sebagai berikut.

Tata lingkungan perumahan

Tatanan lingkungan perumahan adalah konsep pengolahan dan penataan lingkungan


perumahan untuk memastikan pengguna berorientasi dan mampu memahami lingkungan mereka.
variabel ini termasuk konsep penggunaan lahan, bentuk bangunan dan massa, sirkulasi dan parkir, ruang
terbuka, jalur pejalan kaki, dukungan aktivitas, papan nama dan pelestarian. Variabel ini diukur dengan
instrumen kuesioner dalam bentuk pertanyaan atau pernyataan yang dijawab oleh tempat tinggal

Fungsi Arsitektur Residensial

Fungsi arsitektur yaitu untuk mengefektifkan bangunan dan lingkungan perumahan sebagai
fasilitas dalam melakukan kegiatan dan meningkatkan kenyamanan penghuni. Variabel ini diukur
dengan kuesioner dan dijawab oleh penduduk berpengalaman.

Penampilan Arsitektural

Penampilan arsitektural merupakan karakteristik lingkungan yang memberikan kesenangan bagi


penghuninya, terutama pada waktu luangnya. Variabel-variabel ini termasuk konsep skala, vitalitas dan
karakter, kesesuaian dan keseimbangan, proporsi, keunikan, kesatuan dan harmoni, rhythm dan variasi,
hierachy dan fokus.

Identitas Tempat

Identitas tempat adalah karakteristik arsitektur perumahan yang dipahami dan dirasakan oleh
penduduk. Identitas tempat ini untuk menyatakan bahwa identitas arsitektur berkaitan dengan rasa
tempat, di mana seseorang mengetahui dan memahami lingkungan mereka dari karakter khusus,
keunikan, atau kejelasan tertentu. Variabel ini terdiri dari tiga indikator: (1) indikator tempat karakter,
berkaitan dengan pemahaman tentang identifikasi objek, karakteristik tempat, dan perbedaan antara
objek, dan kriteria konteks historis, budaya, dan sosial, (2) indikator struktur visual pola, hubungan
antara objek, dan antar-subjek-objek, dengan kriteria berikut: jalur, tepi, distrik / sub wilayah, simpul,
dan tengara, (3) indikator makna: rasa pengalaman objek, makna subjek-objek , rasa tempat, terjadi
preseden / acara / fungsi / kegiatan.
Territoriality

Territoriality, yaitu seperangkat kognisi dan tindakan yang ditampilkan oleh individu dalam
konteks sosial, yang berasal dari kepemilikan psikis, yang bertujuan untuk membangun, berkomunikasi,
memelihara, memperkuat, dan memulihkan hubungan (perasaan memiliki) dengan lingkungan
perumahan tertentu. Variabel ini diukur melalui pengisian kuesioner yang dijawab oleh warga
berdasarkan persepsi mereka

Modal Sosial

Ada dua aspek yaitu modal sosial kognitif dan Struktural. Modal sosial kognitif termasuk norma-
norma dan nilai-nilai sosial, proaktif dan partisipasi, serta hubungan timbal balik dan kepercayaan yang
mendorong individu untuk melakukan kegiatan yang saling menguntungkan. Kepercayaan yaitu suatu
bentuk individu atau kelompok yang ingin mengambil risiko dalam hubungan sosial, berdasarkan
keyakinan bahwa orang lain akan melakukan sesuatu yang diharapkan dan akan selalu saling
mendukung. Modal sosial struktural mencakup jaringan dan struktur sosial yang memfasilitasi individu
untuk mencapai keuntungan bersama, melalui aturan, prosedur, dan preseden tertentu. Variabel-
variabel ini diukur melalui pengisian kuesioner yang dijawab oleh penghuni perumahan berdasarkan
pengalaman interaksi sosial mereka, dan diterapkan setelah diuji validitas dan reliabilitasnya.

METODE PENELITIAN:

Kontribusi dan Pendekatan Perbandingan

Penelitian ini didasarkan pada asumsi sebagai berikut. Pertama, dengan memperhatikan
interaksi manusia dan lingkungan, mengacu pada Edward Soja (2005, 1985), ada dua asumsi dasar: (1)
Manusia mengubah dan memodifikasi ruang kehidupan (lingkungan), dan sebagainya lingkungan
mengubah pengaruh manusia (Tingkah laku). Komunitas menciptakan atau, mempengaruhi ruang,
dengan sendirinya mempengaruhi komunitas (2). Ruang (enviroriment) secara primordial adalah sesuatu
yang diberikan, tetapi pengaturan, penggunaan, dan makna lingkungan adalah pengalaman produk,
transformasi, dan terjemahan masyarakat kebudayaan sosial. Kedua, Kapital sosial sebagai produk
interaksi sosial tidak secara tiba-tiba ada, tetapi diciptakan melalui proses yang cukup panjang dalam
komunitas tertentu. Ketiga, pengukuran setting lingkungan, fungsi arsitektural daya tarik arsitektural,
identitas tempat, ruang territoriality, serta modal sosial berdasarkan persepsi penduduk, dijamin untuk
merepresentasikan pengukuran objektivitas, karena berdasarkan pada pengetahuan, pengalaman, dan
penduduk yang mendalami hunian-hunian kota perkotaan. Keempat, dimensi area bangunan adalah
indikator valid dari kategorisasi kecil dan menengah-menengah menengah. Kelima, tidak ada perbedaan
dalam catcgory kepemilikan rumah oleh penduduk, baik hak milik, hak bangunan, dan hak sewa gedung.
Sampel dipilih hanya berdasarkan pada waktu hunian tempat tinggal, setidaknya tiga tahun.

Selanjutnya, penelitian yang menilai kontribusi variabel pengaturan lingkungan, fungsi


arsitektur, daya tarik arsitektur perumahan, identifikasi tempat, dan kewilayahan modal sosial,
menggunakan metode kuantitatif deskriptif, dengan pendekatan kontributif dan komparatif, dan sebuah
studi parametik. Penelitian ini mengguanakan perbedaan perumahan besar dan kecil.
Pertama, kelompok & sampel purposif, yaitu memilih senyawa dari area perkotaan menengah-
kecil dan menengah-besar, yang telah diduduki setidaknya selama tiga tahun. Kedua, data wilayah
pemukiman terpilih di enam sub-kawasan Kota Bandung, menunjukkan bahwa lokasi perumahan
menengah-kecil dan menengah-besar tidak merata. Maka dipilihlah tiga sub-wilayah yaitu Bojonagara,
Gedebage, dan Ujung Berung yang memiliki sebagian besar lokasi perumahan. Ketiga, langkah
selanjutnya adalah memilih dua kawasan hunian yang mewakili perumahan menengah-kecil dan
menengah di Subaru Ujungberung dan Bojonagara dan empat lokasi di subregion Gedebage. Seleksi
didasarkan pada lingkup distribusi lokasi. Atas dasar ini, Parahyangan Rumah Villa (PRV) dan Perumahan
Sarijadi di subregion Bojonagara, Sanggar Hurip Estate, Riung Bandung, Batununggal Indah, dan Gading
Regency Gedebage, serta Antapani dan Taman Arcamanik Endah di Ujung Berung ditentukan sebagai
wilayah studi. Keempat, pemilihan sampel rumah tangga yang dipilih dengan teknik acak sistematik
contoh, dengan menentukan responden berdasarkan nomor urut dan rentang bilangan ganjil (ukuran
interval). Jumlah kuesioner untuk setiap penduduk perumahan adalah sama yaitu total 100 kuesioner.
Skala penilaian numerik dan skala diferensial semantik digunakan untuk mengumpulkan data identitas,
teritorialitas, dan variabel pengaturan lingkungan perumahan. Skala Likert digunakan untuk menyelidiki
data pokok sosial. Teknik pengumpulan data pendukung seperti wawancara, observasi lapangan, dan
dokumentasi studi digunakan sesuai kebutuhan.

Alat pengukuran yang masuk akal harus mencapai validitas (kebenaran) dan reliabilitas (dapat
dipercaya). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan prosedur: Pertama Melakukan analisis
deduktif, kedua Melakukan analisis induktif dengan mengumpulkan data terlebih dahulu melalui
penyebaran alat, kemudian dianalisis dengan teknik hubungan Pearson produk. Ketiga, Seiring dengan
langkah kedua melalui data, dengan kuesioner yang sama dan teknik analisis, juga dilakukan tes validitas
(kebenaran) eksternal atau kriteria. Keempat, Langkah berikutnya adalah uji reliabilitas instrumen pada
semua item yang telah dinyatakan valid.

Pengumpulan data bersama dengan alat yang telah memenuhi syarat validitas (kebenaran) dan
reliabilitas (dapat dipercaya) kemudian diproses dan dianalisis. Pertama, analisis dilakukan untuk
melihat apakah data memenuhi persyaratan yang akan diuji dengan analisis parametrik atau non
parametrik, diikuti oleh persyaratan uji regresi linier, dan kemudian pengujian hipotesis. Berdasarkan
hasil uji normalitas dan homogenitas, datanya dari memiliki varians homogen. Ini dapat berdistribusi
normal dan menyimpulkan bahwa pengolahan data memenuhi syarat untuk statistik parametric. Untuk
memberikan gambaran dari masing-masing variabel independen dan dependen, analisis deskriptif
digunakan, dengan data yang menunjukkan frekuensi, sarana, mode, dan median (rata-rata).
Selanjutnya, uji kecenderungan dilakukan untuk menginterpretasikan data. Interpretasi data melalui uji
kecenderungan berdasarkan sarana masing-masing variabel membandingkan dengan parameter
tertentu. Parameter ini ditentukan berdasarkan pertimbangan rescarcher dengan mengacu pada konsep
teori penghakiman. Parameter ini adalah rata-rata perkalian antara nilai tengah lalu pilihan jawaban alat
dengan item pertanyaan. Pilihan pada nilai rata-rata dan median daripada nilai ideal kemudian,
didasarkan pada asumsi bahwa umumnya pencapaian skor ideal pengaturan lingkungan, perilaku
spasial, dan modal sosial mungkin secara teoritis, dan tidak dalam kenyataan di tengah-tengah masalah
perkotaan saat ini.

Tes hipotesis dari hubungan antar variable melalui tes korelasi yang simple (urutan nol,
bivariet/bergantung atau melibatkan 2 variabel) dan sebagian dengan teknik analitiks/analitis korelasi
person partial. Interpretasi hubungan antara variable, tidak hanya dengan mengecek/menguji hubungan
yang signifikan antara variable, tapi dengan mengecek/menguji kekuatan atau kelemahan korelasinya
juga. ada dua strategi yang dapat dipilih dalam pemrosesan data. Pertama, transformasi (logaritmik,
kuadratik, invers, dll) ke variabel, kemudian membentuk model yang memenuhi persyaratan. Kedua
adalah dengan teknik WLS (Weighted Least Squares). Kuadrat terkecil adalah prinsip utama dalam
perhitungan analisis regresi apakah/baik itu variabilitas data yang diambil adalah yang terkecil.
Pembobotan adalah setiap variabel yang berkenaan dalam analisis regresi yg diberatkan dengan nilai
dari variabel-variabel tertentu lainnya. Umumnya, variabel pembobotan melalui WLS digunakan untuk
memproses data ketika hubungan tidak linier antara variabel dependen dan independen ditemukan,
untuk membentuk relasi linear. Dalam penelitian ini, strategi kedua dipilih, yg mana menggunakan
teknik analisis regresi linier dengan pembobotan (WLS). Variabel pembobotan adalah kelompok dengan
rumah menengah keatas dan menengah kebawah, diberi nilai (angka) dengan skala nominal.

Untuk menilai tingkat kemampuan dalam menjelaskan tingkat dari variabel independen pada
variabel dependen, menggunakan analisis koefisien kontribusi. Untuk mengetes apakah ada perbedaan
antara dua atau lebih unit analisis, yang mana untuk mengetes apakah ada pengaruh signifikan dari
pengaturan rumah perkotaan, kewilayahan, identitas suatu tempat ke pusat social di pengaturan rumah
menengah kebawah dan menengah keatas, digunakanlah teknik analisis varians.

TUJUAN DAN GARIS BESAR BUKU:

Kontribusi kepada Repertoar Sosiologi Arsitektur dan Teori Arsitektur

Buku ini dirancang dengan dua tujuan. Pertama, ini menggambarkan ikhtisar aspek aspek
berikut: (1) Perumahan arsitektur sebagai bagian dari lingkungan binaan, yang meliputi tata letak set
(pesanan) dari lingkungan, fungsi arsitektur perumahan, dan penampilan (performa) dari bangunan di
lingkungan pemukiman perkotaan, (2) Identitas tempat sesuai dengan persepsi penduduk, serta
pemahaman oleh penduduk teritorial ruang di lingkungan, (3) Modal sosial yang mencakup faktor
kognitif dan struktural dalam masyarakat perumahan perkotaan penduduk

Kedua, memberikan gambaran tentang:(1) Pengaruh pengaturan lingkungan, fungsi arsitektur,


penampilan arsitektur, identitas tempat, ruang teritorial terhadap modal sosial penduduk perumahan
perkotaan, (2) Kontribusi pengaturan lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan arsitektur, identitas
tempat, dan teritorial ruang untuk modal sosial penduduk perumahan perkotaan, baik secara individu
maupun kolektif, (3) Perbedaan modal sosial di perumahan menengah-kecil dan menengah-besar.

BAB 2

KUALITAS RUMAH DALAM ARSITEKTUR

Rumah adalah salah satu lingkungan binaan atau diketahui sebagai arsitektur, yang merupakan
kebutuhan dasar utama manusia. rumah sebagai tempat tinggal juga merupakan tempat dimana
kebutuhan khusus pada hierarki yang lebih tinggi dapat dipenuhi. berikut penjelasannya.

Pertama, karna rumah adalah tempat untuk pulang. Oleh karena itu rumah seharusnya menjadi
tempat yang kokoh, nyaman, aman, sehat, dan indah. Dalam arsitektur rumah adalah tempat
penampungan untuk kegiatan manusia dimana orang-orang berhuni. dalam berhuni atau bertempat
tinggal terdapat rentetan kegiatan dalam jangka waktu 24 jam, yang umumnya terdiri dari: (1)
istirahat/tidur, (2) makan, (3) berinteraksi sosial, (4) buang air, (5) ibadah, (6) kerja.

Kedua, sejalan dengan kebutuhan manusia, terdapat 3 fungsi utama rumah (1) rumah sebagai
tempat huni (2) rumah sebagai perantara antara manusia dan dunia luar. (3) rumah sebagai tempat
persenjataan dimana manusia mendapat tenaga nya kembali setelah pekerjaan melelahkan.

Ketiga, rumah tidak hanya dibentuk oleh arsitektur untuk menemukan kebutuhan psikologis,
tetapi juga kebutuhan sosial.

Rumah sebagai objek individu yg tidak dapat dipisahkan dari perumahan sebagai objek
komunitas. rumah dan perumahan punya 3 fungsi utama yaitu: sebagai tempat perlindungan fisik,
sebagai pengaturan yg membentuk hubungan antara strukturnya dengan keluarga dan tetangga.
Perumahan, lebih dari sekedar perlingdungan dari pengaruh alam, tapi juga menunjukkan nilai sosial,
ekonomi dan nilai individu ataupun keluarga. Perumahan adalah determinan besar dalam kualitas
kehidupan yang dapat dilihat pada skala individual, rumah dan tingkat komunitasnya. Selain itu, kualitas
rumah dan perumahan menjadi sgt penting dalam mengakomodasi kebutuhan dan aspirasi penghuni.
Greene menyatakan bahwa ada 4 indikator yang menentukan nilai kualitas lingkungan, yaitu fungsinya,
strukturnya, identitas dan performa arsitektur. Aspek lebih lanjut, yang ditinjau, terkait dengan fungsi
indicator, struktur/bagan, dan tampilan arsitektur perumahan, penerapan HQI (Housing Quality
Indicator, 2001: 13-15), yang terdiri dari (1) Lokasi, (2) Penempatan/Tapak : tata letak, pengorganisasian
ruang, lansekap (taman,dll), Ruang terbuka/umum, sirkulasi, kepadatan, efek visual, penzonaan, dan
aksesibilitas (3) Bangunan : Ukuran/kepadatan/kerapatan, pengorganisasian spasial, aksesibilitas, efek
visual, ruang terbuka, dan fleksibilitas.

PERAN LINGKUNGAN:

Orientasi Pengertian dan Makna

Struktur / tatanan mengacu pada sistem pemesanan lingkungan bolak-balik yang memastikan
berorientasi pada pengguna dan cara untuk memahami lingkungannya. Unsur-unsur bentuk kawasan
adalah penggunaan lahan, bentuk bangunan dan massa, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, cara pejalan
kaki, dukungan aktivitas, papan nama, dan pelestarian.

Penggunaan Lahan

Pola penggunaan lahan terdiri dari alokasi dan distribusi tutupan lahan serta pemanfaatan lahan
yang dirasakan manfaatnya maksimal sebanyak mungkin di kalangan masyarakat. keputusan
penggunaan lahan akan menentukan hubungan antara sirkulasi, parkir dan kepadatan kegiatan
perkotaan.

Membangun Bentuk dan Menyusun

Bentuk bangunan dan menyusun meliputi bentuk fisik struktur bangunan yang dimulai dari
pengaturan kepadatan dan tinggi bangunan, amplop, mengatur posisi belakang dan komposisi
bangunan.
Sirkulasi dan Parkir

Sirkulasi adalah salah satu medium utama pembentukan struktur kawasan. Jalur sirkulasi
dibentuk dan diarahkan untuk mengendalikan pola aktivitas di suatu daerah, seperti rute bus, mobil
pribadi, sepeda motor, sepeda, dan lain-lain.

Ruang Terbuka

Ruang terbuka memiliki fungsi sosial, ekonomi, budaya, dan ekologi yang sangat penting di
suatu wilayah. dalam tata ruang terbuka ini termasuk penempatan dan pengaturan berbagai fasilitas
yang mengakomodasi kepentingan umum, seperti plaza, taman, jalan, pasar, ruang terbuka hijau, dan
lain-lain.

Oleh karena itu, ruang terbuka yang baik adalah ruang publik yang mengakomodasi aktivitas publik
untuk mengekspresikan budaya demokrasi, interaksi sosial dan hubungan dan pertumbuhan peradaban
public.

Jalan Pejalan Kaki

Sebagai salah satu sirkulasi utama untuk pejalan kaki, merupakan elemen penting di suatu
wilayah, baik dalam hal secara fisik mengakomodasi pergerakan orang dan elemen penghubung yang
membentuk vitalitas daerah, dan bias menjadi alat untuk sosio- interaksi budaya.

Dukungan Kegiatan

Kegiatan pendukung mencakup semua penggunaan dan kegiatan yang memberdayakan ruang
publik perkotaan. Bentuk, lokasi, dan karakteristik daerah tertentu dan unik akan menciptakan kualitas
fungsi, penggunaan ruang, dan aktivitas tertentu juga.

Penandaan

Penandaan di suatu wilayah atau kota terdiri dari dua jenis, yaitu built-in (terintegrasi dengan
lingkungan) dan grafik. Area yang baik adalah area yang mudah dikenali, mudah ditemukan, dan mudah
dimengerti. Rambu mungkin termasuk unsur-unsur kecil seperti pohon, pencahayaan, tempat duduk,
pemberhentian bus, dan lain-lain.

Pelestarian

Unsur ini juga terkait dengan kualitas visual, seperti bagaimana unsur-unsur alam seperti sungai,
lembah, dan lain-lain menjadi elemen estetika dan keseimbangan ekologis. dipertahankan pada saat
yang bersamaan.

FUNGSI DARI ARSITEKTUR:

Dari Fisik Ke Simbolik


Fungsi atau tujuan, mengacu pada kelebihan, manfaat, dan layanan, yang dapat diperoleh, yang juga
disertai dengan kesenangan dan peningkatan daya untuk hidup. Dalam hal bentuk, fungsi selalu
dikaitkan dengan program bangunan / wilayah. Program bangunan / wilayah, mengenai persyaratan
ruang didasarkan pada fungsi ruang dan kesesuaian dengan konteks pembangunan atau konteks
perkotaan.

Perantaraan Tugas.

Perantaraan tugas adalah mengenai tugas-tugas layanan yang dilakukan oleh gedung, itu berarti
sejauh mana bangunan dapat mengakomodasi aktivitas sehari-hari penghuni instrumen / fisik sesuai
dengan kebutuhan masing-masing.

Perlindungan dan Keamanan

Tempat tinggal dan keamanan, Ini termasuk pada fungsi bangunan untuk memberikan
perlindungan kepada penduduk melalui kontrol fisik wilayah tersebut (pencuri, perampok). Di samping
itu, juga termasuk kontrol psikologis (rasa aman).

Kontak Sosial

Kontak sosial, adalah tentang fungsi bangunan untuk mengakomodasi berbagai interaksi sosial
diantara anggota keluarga dan penghuni lainnya yang berhubungan sosial dengan orang lain. Aspek
terakhir ini, disamping kegiatan para tamu yang datang ke rumah, juga mencakup fungsi ruang diluar
untuk mengakomodasi hubungan sosial dan aspek lingkungan sekitar.

Identifikasi Simbolis

Identifikasi simbolis, menuirut Steele, yang terkait dengan makna dan simbol lingkungan yang
dirasakan oleh penghuni, dan terkait dengan sistem nilai budaya dan sosial masyarakat. Aspek ini juga
terkait dengan apa yang dianggap paling penting oleh penduduk lingkungan sekitar mereka. Dalam
konteks yang sama.

Kenikmatan dan kenyamanan.

Kesenangan dan kenyamanan juga berhubungan berfungsi sebelumnya, baik yang berhubungan
dengan fungsi fisik, psikologi dan budaya. Yaitu sejauh mana bangunan tersebut mampu
mengakomodasi secara optimal fungsi dan aktifitas yang diperlukan, dan akhirnya mengakumulasi pada
tingkat kesenangan dan kenyamanan penghuni gedung akan bagus untuk terlihat bagus / cantik, sesuai
dengan imajinasi dan gaya yang dikembangkan, serta prinsip-prinsip spesifik dari tatanan visual, dan
lain-lain

Pertumbuhan

Pertumbuhan berhubungan dengan banyaknya gedung dan lingkungan itu sendiri untuk
mengakomodasi pengembangan yang dibutuhkan oleh residen, termasuk juga pada sisi pertumbuhan
ekonomi, social status, dan budaya. Aspek ini juga berhubungan dengan kelenturan ruang dan
lingkungan untuk mengembangkan sesuatu yang dibutuhkan oleh residen.
ARSITEKTURAL PENAMPILAN:

Ini Adalah Tampilan Pada Kali Pertama

Skala

Secara umum ada tiga macam skala, yaitu (1) skala heroik yang bertujuan untuk membuat
bangunan terlihat semaksimal mungkin untuk membangkitkan semangat dan kekuatan dan gereja,
monumen para pahlawan dan gedung-gedung pemerintahan. (2) skala alamiah, adalah sebuah
bangunan untuk bangunan yang terlihat sebagaimana adanya, sesuai dengan ukuran sebenarnya. Skala
ini harus diusahakan untuk pekerjaan bangunan seperti bangunan komersial, pabrik, toko dan semuanya
harus berfungsi, (3) Skala Intim adalah upaya untuk bangunan atau ruangan tampak lebih kecil dari
ukuran sebenarnya.

Vitalitas dan karakter

Vitalitas adalah tentang kekuatan bentuk dan ruang figurasi sistem Dalam konteks kawasan,
vitalitas dibatasi oleh susunan bangunan massa yang terhubung melalui pola, hierarki ruang, dan
hubungan spasial. Vitalitas juga ditentukan oleh karakter, yang merupakan ekspresi yang muncul dari
fungsi. Karakter bangunan yang baik dapat membuat ikhtisar intelektual dari kegiatan yang terjadi.
Dalam karakter kita berbicara tentang kesan suasana hati, ekspresi dan fungsi ekspresi structural.
Karakter dapat dilihat dengan menggunakan bentuk Garis Horisontal dan Vertikal, Lingkaran, Elips dan
Oval, Garis tajam dan garis putus-putus, Squarelines.

Kesatuan dan Harmoni

Kesatuan atau integrasi berarti mengekspresikan fusi utuh dalam keragaman, sehingga karya
arsitektur hanya mengandung unsur-unsur yang perlu dan memiliki hubungan timbal balik. Integritas
berarti penyusunan beberapa elemen menjadi satu kesatuan utuh dan harmonis. Semakin sedikit jumlah
barang yang disatukan, integrasi yang lebih nyaman.

Dominasi.

Dominasi ini menyoroti elemen yang lebih besar atau lebih penting

Kesesuaian dan Keseimbangan

Kesesuaian dan keseimbangan, menunjuk pada kesamaan atau pertentangan dari elemen yang
berlawanan, tetapi masing-masing membutuhkan, sehingga menciptakan keseimbangan.
Appropiateness juga dapat dikaitkan dengan keberadaan bangunan yang mempertimbangkan konteks
bentuk lokal atau mencerminkan kondisi local

Proporsi

Menurut Vitruvius, ada hubungan tertentu antara ukuran terkecil dalam ukuran keseluruhan. Ini
disebut proporsi. Proporsi terjadi jika dua perbandingan yang sama, a: b = C: d, a: b dan c: d disebut
perbandingan. Hal ini dapat dianggap berlaku untuk proporsi dalam arsitektur. a, b, c dan d dapat
dianggap sebagai dimensi untuk tinggi, lebar dan kedalaman. Sistem matematika proporsi dari konsep
Pytagoras: semua adalah nomor", dan percaya bahwa tokoh-tokoh tertentu menghasilkan Struktur yang
serasi. Salah satu hubungan yang dikenal sebagai proporsi Bagian Emas. Awalnya ukuran yang digunakan
adalah rasio manusia ukuran tubuhnya.

Irama dan variasi

Variasi, ini berarti ekspresi dalam berbagai tematik arsitektur.Jadi hal itu tidak tampak
membosankan. Variasi juga melibatkan multi-area fungsional, gaya arsitektur yang tidak seragam, dan
mungkin juga keragaman antara bangunan baik dari segi usia dan kondisi bangunan

Irama adalah karakteristik dari pengulangan yang sistematis dari unsur-unsur telah diketahui
hubungan. Irama yang dicari manusia nilai yang antara kebosanan dan kekacauan, antara kesepian dan
kebisingan, antara monoton kompleksitas.

Hierarki dan Fokus

Tema atau fokus, berarti memberi perhatian lebih pada satu atau beberapa elemen estetika
seperti bentuk, warna, atau tekstur, yang menjadi titik fokus persepsi yang dimiliki orang dari karya
arsitektur ini. Fokus juga merupakan elemen dominan yang memimpin elemen lain, dan bersama-sama
mendukung atmosfer secara keseluruhan. Untuk mencapai fokus, biasanya dilakukan melalui
pengalaman atau urutan hirarkis.

Keunikan

Keunikannya, menyangkut bentuk khusus yang berbeda dari elemen arsitektur lain dan
memperkuat karakter kawasan secara keseluruhan. Keunikan ini dapat terbentuk dari perbedaan lokal,
elemen bangunan dengan konteks lokal, narasi sejarah, dan lain-lain

BAB 3

PERILAKU SPASIAL

Perilaku spasial adalah respon indra dan pemikiran yang nantinya mengarahkan pada tindakam
atau perilaku pengguna berkaitan dengan objek arsitektur melalui proses pengalaman tertentu.
Pertama-tama, munculnya tindakan dan perilaku atau gaya budaya tertentu dari interaksi ruang-
manusia, mulai dari proses persepsi manusia hingga lingkungannya. Persepsi adalah salah satu bentuk
karakteristik kepribadian individu yang berasal dari aspek kognisi. Aspek ini adalah salah satu referensi
individu dalam menanggapi beberapa objek yang diamati.

Deskripsi persepsi adalah relevansi dengan pengalaman langsung. Proses ini dimulai dengan
sensasi, baik secara visual, audial maupun gestural, yang diikuti oleh interpretasi dan memberikan
beberapa arti dari objek-objek ini. Proses interpretasi dan memberi makna pada stimulus adalah proses
kognitif yang terjadi di otak individu. Kemudian, itu menjadi bagian baru dari pengalaman dan
pengetahuan, pada akhirnya itu menjadi kepercayaan dari objek ini. Sejumlah lingkungan perilaku atau
perilaku spasial yang dibentuk oleh respons psikologis dan sosial manusia terhadap lingkungan untuk
menciptakan lingkungan yang obyektif, yang dibentuk oleh ruang pribadi, kewilayahan, privasi,
proxemik, keketatan, sense of place, identitas tempat, dan lain-lain. Dalam penelitian ini, cakupan studi
perilaku spasial adalah identitas perumahan dan teritorialitas.
IDENTITAS TEMPAT:

Arti dan Gambar Tempat

Variabel identitas tempat terdiri dari tiga indikator: (1) indikator tempat karakter, berkaitan
dengan pemahaman tentang identifikasi objek, karakteristik tempat, dan perbedaan antara objek, dan
kriteria konteks historis, budaya , dan sosial, (2) indikator pola struktur visual hubungan antara objek,
dan antar-subjek-objek, dengan kriteria berikut: jalur, tepi, distrik / sub wilayah, simpul, dan tengara, (3)
Indikator makna: arti pengalaman benda, makna objek subjek, rasa tempat, terjadi preseden / kejadian /
fungsi / kegiatan.

Ada lima elemen untuk menggambarkan citra kota, yaitu jalur, tepian, distrik, simpul, dan
landmark Path adalah rute sirkulasi yang biasanya digunakan oleh orang untuk melakukan gerakan
secara umum. Edge berada di batas antara dua wilayah dan berfungsi sebagai rangkaian linear, seperti
dinding pantai, batas antara rel kereta api, topografi, dan sebagainya. Regency adalah daerah perkotaan
dalam skala dua dimensi. Ia memiliki karakteristik yang serupa (bentuk, pola, dan bentuk) dan juga khas
dalam batas-batasnya, di mana orang merasa harus berakhir dan mulai. Node adalah lingkaran bidang
strategis yang menjadi titik temu beberapa arah dan kegiatan dan dapat diubah ke arah lain atau
kegiatan. Landmark adalah titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk ke dalamnya
karena dapat dilihat dari lokasi luar.

TERITORIALITAS:

Antara Nyata Dan Tidak Berwujud

Teritoriallitas adalah konsep sosio-arsitektur yang berasal dari konsep lingkunganphsicology


perasaan kepemilikan psikologis. Ada tiga alasan mendasar mengapa manusia mengalami kepemilikan
psikologis. Pertama, imperus dan perlu harga diri, yang kemudian diekspresikan oleh kehendak untuk
mengendalikan lingkungan. Kedua, ada kebutuhan identitas diri, diekspresikan dan dikomunikasikan
melalui suatu hubungan dengan objek paeticular, sehingga yang lain memahami identitasnya. Ketiga,
ada kebutuhan mendesak individu untuk memiliki "tempat" tertentu. Berkaitan dengan hal ini, rumah,
baik fisik maupun metaforis, dapat memberikan perasaan aman, secara fisik dan psikologikal, yang akan
menjadi dasar untuk membangun pengalaman dan sikap positif.

` Teritorialitas mengacu pada tindakan atau perilaku yang berasal dari perasaan kepemilikan.
Territoriality adalah seperangkat tindakan atau perilaku yang ditampilkan oleh individu dalam konteks
sosial, yang berasal dari kepemilikan psikologis, yang bertujuan untuk membangun,
mengkomunikasikan, menjaga, memelihara, dan mengembalikan rasa kepemilikan kepada objek ruang
fisik atau spesifik lingkungan. Dengan demikian, indikator teritorialitas teluk dan aspek tidak berwujud.
Aspek nyata terdiri dari menandai dan kepemilikan ruang berwujud cincin, dan ruang yang dapat
dipertahankan. Sedangkan aspek tidak berwujud terdiri dari ide, peran dan perasaan tanggung jawab.

Pada teritorialitas berarti juga penandaan wilayah, tetapi dalam pelaksanaan terdapat beberapa
pelanggaran wilayah Bentuk-bentuk pelanggaran wilayah tersebut terdiri dari tiga bentuk. Pertama,
invasi yang secara fisik memasuki wilayah orang lain, biasanya dengan maksud mengambil alih wilayah
dari pemiliknya. Kedua adalah kekerasan. Suatu bentuk pelanggaran sementara atas wilayah seseorang.
Biasanya tujuannya bukan untuk memperoleh kepemilikan, tetapi lebih kepada bentuk interferensi.
Ketiga adalah kontaminasi. Seseorang menjengkelkan wilayah orang lain dengan meninggalkan sesuatu
yang tidak menyenangkan seperti sampah, coretan, atau bahkan menghancurkannya.

Teritorial dibagi menjadi 3 yaitu : Territorial Primer adalah tempat yang sangat pribadi, yang
hanya dapat dimasuki oleh orang yang sudah sangat akrab atau yang telah menerima izin khusus..
Territorial sekunder adalah tempat sejumlah orang yang sudah saling kenal. Territorial sekunder sama
pentingnya dengan wilayah primer dan kadang-kadang mengubah kita yang miliki bersama-sama , atau
dan berbagi penggunaan dengan orang asing. Wilayah publik adalah tempat yang terbuka untuk umum
dan diperbolehkan.

CHAPTER 4

SOCIAL CAPITAL

Konsep dari modal sosial diketahui dari 1961, dari sebuah artikel yang ditulis LF Hanifan,
penemu dari West Virginia Schools. Michael Woolcock telah menghitung setidaknya 7 lingkungan yang
sudah menggunakan konsep modal sosial. Yaitu : (1) keluarga dan remaja, (2) sekolah dan pendidikan,
(3) lingkungan komunitas, (4) organisasi dan dunia kerja, (5) pemerintahan dan isu-isu demokrasi, (6)
masalah sosial dan (7) pengembangan ekonomi. Saat ini, kesehatan jasmani dan rohani, migrasi, dan
perlindungan hak-hak masyarakat umum juga termasuk dalam penelitian tersebut.

KONSEP MODAL SOSIAL :

Sebuah Definisi

Banyak definisi mengenai konsep modal social salah satunya modal sosial tidak hanya tentang
usaha patungan, tetapi juga norma kepercayaan dan hubungan timbal balik yang melekat pada jaringan
sosial, dalam upaya memfasilitasi kerjasama dalam mengatasi berbagai masalah bersama. Sejalan
dengan pandangan Franke (2005) Smith (2001) mengatakan bahwa konsep modal sosial umumnya
terkait dengan partisipasi sosial, solidaritas, hubungan timbal balik, kepercayaan, dan jaringan kerjasama
di dalam dan di antara masyarakat. Modal sosial juga dikaitkan dengan ikatan sosial, kepercayaan,
timbal balik, dan efektivitas lembaga-lembaga sosial.

PENDEKATAN DALAM MODAL SOSIAL:

Mikro, Meso, dan Makro

Secara luas, ada tiga pendekatan utama dalam studi modal sosial, yaitu pendekatan mikro atau
modal sosial kognitif, pendekatan meso atau modal sosial struktural, dan pendekatan makro atau modal
sosial institusional.

Pertama, pendekatan mikro menekankan pada bentuk dan jenis perilaku kooperatif dan nilai-
nilai tindakan kolektif. Pendekatan mikro mengacu pada nilai-nilai, norma, solidaritas, sikap hubungan
timbal balik, keyakinan, dan perilaku sosial yang mendukung individu berhubungan dengan orang lain
dalam mengambil tindakan untuk saling menguntungkan.
Kedua, pendekatan Meso menekankan pada struktur yang lebih instrumental, yang
memfasilitasi terjadinya kerjasama. Modal sosial struktural termasuk jaringan sosial dan struktur peran
yang memfasilitasi tindakan kolektif untuk kepentingan bersama anggota masyarakat, melalui aturan,
prosedur, dan preseden tertentu, struktur organisasi horizontal, partisipasi dan transparansi dalam
proses pengambilan keputusan bersama, akuntabilitas, kepemimpinan sosial, dan tanggung jawab
dalam praktik dan tindakan sosial.

Ketiga, pendekatan makro berfokus pada kondisi yang positif atau negatif untuk penciptaan
kerjasama, dan nilai-nilai yang terkait dengan kohesi social. Konsep ini berarti semakin banyak kondisi ini
yang membangun kepercayaan dan hubungan timbal balik, kemudian individu semakin bersedia untuk
terlibat dalam kepentingan publik dan lebih banyak modal sosial yang akan berkembang dengan baik.
Oleh karena itu, pendekatan ini juga disebut modal sosial institusional.

UNSUR MODAL SOSIAL:

Ada 2 unsur dalam modal social yaitu : Kognitif dan Struktural

UNSUR MODAL SOSIAL KOGNITIF

Kepercayaan dan Timbal balik. Kepercayaan atau rasa saling percaya adalah bentuk yang
didasarkan pada keinginan individu atau kelompok untuk mengambil risiko dalam hubungan sosial,
berdasarkan pada rasa percaya diri bahwa orang lain akan melakukan sesuatu yang diharapkan dan akan
selalu bertindak dalam pola tindakan yang mendukung setiap lainnya, atau setidaknya pihak lain tidak
akan bertindak untuk diri sendiri dan membahayakan kelompok. Kepercayaan adalah percaya pada
komunitas yang memungkinkan orang untuk bersatu satu sama lain dan berkontribusi pada peningkatan
modal sosial. Kepercayaan pada umumnya terdiri dari tiga level, yaitu level individu, level relasi sosial,
dan pada level sistem sosial. Pada tingkat individu, kepercayaan adalah kekayaan individu, dan
merupakan variabel serta karakteristik pribadi dan individu. Pada tingkat hubungan sosial, kepercayaan
adalah sikap kolektif untuk mencapai tujuan kelompok, mekanisme sosial yang terintegrasi dalam
hubungan sosial. Sementara di tingkat sistem sosial, kepercayaan adalah nilai publik yang
pengembangannya difasilitasi oleh sistem sosial yang ada. Pada tingkat individu, sumber kepercayaan
berasal dari kepercayaan agama, kompetensi seseorang, dan keterbukaan yang telah menjadi norma
dalam masyarakat. Pada tingkat masyarakat, sumber kepercayaan berasal dari norma-norma sosial yang
sudah melekat pada struktur sosial lokal, terutama dalam kaitannya dengan kepatuhan anggota
kelompok pada berbagai kewajiban bersama yang telah menjadi perjanjian tidak tertulis dalam
kelompok. Pada tingkat institusi sosial, kepercayaan akan datang dari karakteristik sistem, yang
memberi nilai tinggi pada tanggung jawab sosial pada setiap anggota kelompok.

Dengan tingkat kepercayaan yang berbeda maka di perlukan Norma dan Nilai Sosial. Norma
sosial adalah seperangkat aturan yang diharapkan. dihormati, dan diikuti oleh anggota komunitas dalam
entitas sosial tertentu. Norma, serta nilainya, selalu memiliki implikasi ambivalen. Misalnya, norma
formalitas yang dipegang kuat di tengah-tengah komunitas Melayu dapat menciptakan suasana hormat
dalam hubungan sosial di antara anggota kelompok atau sesama anggota masyarakat. Tetapi di sisi lain,
norma ini tidak mungkin merangsang munculnya ide-ide baru, karena semua bentuk hubungan lebih
memilih lapisan luar yang merupakan label daripada dimensi substansial. Nilai sosial adalah gagasan
tentang sesuatu yang telah diwariskan serta dianggap benar dan penting oleh anggota komunitas.
Misalnya, nilai harmoni, prestasi, kerja keras, persaingan, dan lainnya adalah semua nilai yang sangat
dikenal dalam kehidupan publik. Nilai memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Dalam
setiap kebudayaan, biasanya ditemukan nilai-nilai tertentu yang mendominasi gagasan yang
berkembang. Dominasi ide-ide tertentu dalam masyarakat akan membentuk dan mempengaruhi
aturanaturan masyarakat untuk bertindak (aturan perilaku) dan aturan perilaku yang bersama-sama
membentuk pola-pola budaya.

Partisipasi social dan sikap produktif. Partisipasi sosial adalah keterlibatan anggota masyarakat
dalam jejaring sosial. Fakta menunjukkan bahwa sosial capital tidak dibangun hanya oleh satu individu
melainkan cenderung tumbuh dalam kelompok untuk bersosialisasi sebagai bagian penting dari nilai-
nilai yang melekat. Sosial capital bergantung pada kapasitas kelompok masyarakat yang ada untuk
memangun jaringannya mengikuti sebuah asosiasi. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan
terletak pada pengembangan sosial capital dan kemampuan partisipasi masyarakat dalam hubungan
sosial.

UNSUR SOSIAL STRUKTURAL

Unsur-unsur sosial capital struktural terdiri dari tiga kategori, yaitu sifat-sifat jaringan,
karakterisitik anggota, dan sifat relasional.

SIFAT-SIFAT JARINGAN, ada beberapa indicator. Pertama, ukuran jejaring sosial mengenai
berapa banyak orang yang di kenal di hubungan yng berbeda, seperti dalam lingkup keluarga, teman
lingkungan. Kedua, tipologi bridging atau bonding (secara spesifik dideskripsikan pada bagian
berikutnya). Ketiga, kepadatan interkoneksi, adalah tentang tingkat kekuatan dan soliditas hubungan
dalam jaringan. Semakin banyak jejaring sosial, maka semakin dekat hubungan antara anggota, dan
semakin banyak sumber yang beredar di antara anggotaanggotanya sendiri (eksklusif) dalam jaringan
sosial yang homogen.

KARAKTERISTIK PARA ANGGOTA, ada indikator-indikator berikut. Pertama adalah keragaman


karakteristik yang terdiri dari etnis, status sosioekonomi, anggota jejaring sosial, dan jenis organisasi.
Kedua, posisi dalam asosiasi jejaring sosial dengan posisi dan kekuasaan seseorang di tingkat jaringan
sosial keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan kemampuan untuk mengarahkan implementasi,
dalam kegiatan. Ketiga, akuntabilitas kepemimpinan sosial, termasuk tingkat kepemimpinan sosial yang
diterima dan dipercaya oleh semua anggota yang beragam.

SIFAT RELASIONAL terdiri dari; Pertama, frekuensi hubungan sosial, yang berarti seberapa
sering anggota berinteraksi dan berkomunikasi dengan yang lain. Kedua adalah intensitas hubungan
sosial mengenai seberapa kuat hubungan emosional dan sosial antara anggota jejaring sosial. Ketiga
adalah kedekatan spasial dalam hubungan antara anggota mengenai hubungan terhadap tatap muka
secara teratur.

TIPOLOGI SOSIAL KAPITAL:

Antara Mengikat Atau Menjembatani

Menurut Putnam (2000), secara kasarnya ada dua tipologi dari sosial capital, yang mana
mengikat dan mennjembatani.
Sosial Kapital yang Mengikat

Sosial capital yang mengikat cenderung eksklusif. Karakteristik dasar yang melekat dalam
tipologi ini, dan juga menjadi merek dagang, keduanya kelompok dan anggota kelompok, lebih
berorientasi ke dalam daripada ke luar dalam konteks ide, hubungan, dan perhatian. Contohnya
memiliki kelompok dengan suku yang sama meskipun hubungan sosial yang telah menciptakan tingkat
kekompakan yang kuat, tetapi ini tidak nampak pada kemampuan komunitas untuk membuat dan
memiliki sosial capital yang kuat Kekuatan itu hanya tumbuh di dalam kelompok. Dalam keadaan
tertentu, terutama jika masyarakat yang menjadi dasarnya, tidak begitu kuat didominasi oleh struktrur
hierarki feodalistik, kekompakan yang mengikat akan tetap mampu memberikan efek kepada
kemungkinan menyelesaikan masalah umum, termasuk meningkatkan kesejahteraan kelompok.
Kelompok itu juga miskin akan prinsip masyarakat modern yang mempromosikan efisiensi, produktifitas,
dan kompetisi yang terbangun dalam prinsip demokratis dan egaliter. Konsekuensi alam dan tipologi
dari penutupan sosial adalah kesulitan mengembangkan ide-ide baru, orientasi baru, dan nilai dan
norma untuk memperkaya nilai dan norma yang telah ada

Sosial Kapital yang Menjembatani

Tipologi menjembatani sosial capital adalah bentuk baru pengelompokkan, asosiasi, atau
kemasyarakatan. Mengorganisir prinsip yang merangkum berdasarkan prinsip persamaan bersama,
kebebasan, nilai perbedaan, dan kemanusiaan. Kelompok ini bersikap terbuka prospek inklusif dan
mengikuti perkembangan dunia di luar kelompok (melihat ke luar). Dengan sikap kelompok yang lebih
terbuka memungkinkan kelompok untuk mendirikan koneksi dan jaringan yang saling menguntungkan
asosiasi atau kelompok di luar kelompok itu.

Setidaknya ada empat prinsip dasar yang mencirikan tipologi yang menjembatani sosial capital
ini. Prinsip yang Pertama, kesamaan, di mana setiap anggota di dalam kelompok mempunyai hak dan
obligasi yang sama. Setiap keputusan kelompok didasari dari kesetujuan egaliter dari setiap anggota
kelompok. Kedua adalah kebebasan hati nurani yang mengizinkan setiap anggota kelompok untuk
berbicara, mengemukakan pendapat, dan ide yang bisa mengapungkan kelompok dengan bebas. Ketiga
adalah pluralism dan humanism. Sejalan dengan ini, nilai manusia dan menghargai hak setiap anggota
dan yang lainnya adalah prinsip dasar dalam komunitas ini. Keinginan kuat untuk menolong yang lain,
merasakan penderitaan yang lain, empati dengan situasi yang hadapi orang lain adalah dasar dari ide-ide
kemanusiaan. Dalam dimensi pluralistic, ada kesadaran kuat bahwa cara hidup yang berbeda, dengan
keberagaman etnis, budaya, ras, warna, dan tampilan luar adalah bagian dari kekayaan manusia. Dalam
spectrum ini, kebencian etnis, ras, budaya, dan perbedaan cara berpikir adalah pada tingkat minimum.
Keempat adalah prinsip kemerdekaan. Ini tidak berarti mengisolasi diri kita sendiri, tetapi lebih kepada
cara hidup yang tidak bergantung pada orang lain. Pola interaksi dan jaringan terbentuk dari orang luar,
ditegakkan dengan antusias untuk keuntungan bersama, bukan yang bergantung pada yang lain.
BAB 5

HUBUNGAN ANTARA ARSITEKTUR,

KEBIASAAN MENGENAI RUANG DAN MASYARAKAT PERKOTAAN

KERANGKA TEORI :

Manusia Menciptakan Ruang, Ruang Menciptakan Manusia

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap masyarakat perkotaan seperti, sejarah dan
kebudayaan, tatanan sosial ( horizontal dan vertikal ), keluarga, pendidikan, lingkungan binaan,
perkembangan penduduk, kelas sosial dan juga rancangan dari konsumsi individu dan nila-nilai individu.

Prioritas utama untuk individu adalah memastikan tindakan dan tingkah laku mereka sesuai.
Dengan demikian, tingkah laku manusia termasuk dari sebuah respon psikologis, hubungan dan interaksi
sosial mereka adalah upaya dari persepsi lingkungan binaan. Maksudnya bahwa tata ruang perumahan
perkotaan mengandung sistem lingkungan ( fisik ), identitas, dan teritorial ( sosial - fisik ), secara teori
perkembangan perngaruh perilaku manusia, interkasi sosial dan aktifitas sosial untuj menyelesaikan
masalah dan juga untuk mengembangkan kesejahteraan manusia, yang mana mungkin disebtu sebagai
masyarakat perkotaan. Sebuah rumah adalah institusi bukan hanya sebuah struktur, dibuat untuk tujuan
pengaturan yang rumit. Karena sebuah rumah merupakan fenomena budaya, sebuah bentuk dan aturan
yang sangat dipengaruhi oleh budaya dan lingkungan yang dimiliki". Sebagau bagian dari arsitektur,
rumah adalah sebuah institusi bukan hanya struktur yang dirancang untuk melengkapi tujuan yang
rumit, rumah adalah sebuah fenomena budaya yang kemudian berupa organisasi ruang dan rancangan
arsitektur yang sangat dipengaruhi oleh nilai budaya. Dengan demikian, garis besar teoritis menjelaskan
bahwa arsitektur adalah penentu perkembangan modal sosial. Artinya arsitektur memiliki peran untuk
menyediakan dan mengatur aktivitas manusia dan perilaku manusia serta interaksi kepada orang lain.

FAKTA EMPIRIS:

Hasil Penelitian Sebelumnya

Penjelasan berikut adalah penelitian yang relevan yang terkait dengan arsitektur dan
lingkungan, komunitas, modal sosial dan hubungan antara faktor-faktor tersebut. Penelitian Barreto
tentang dua kota tetangga di Orlando, Florida tentang pengaruh karakteristik sosial dan fisika lingkungan
tingkat kriminalitas, pada umumnya menyimpulkan bahwa penduduk kedua kota tersebut tampak
bahwa karakteristik tingkat kemiskinan semakin tinggi, keluarga berantakan, pengangguran yang
semakin tinggi , perbedaan sosial, populasi orang muda semakin tinggi, proporsi rumah sewa yang besar
dan menciptakan tingkat kriminalitas tertinggi di dua kota tetangga tersebut.

Selain itu, penelitian Sanner (2002) mengamati bahwa lingkungan di lima desa pertanian di
timur dakota, menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara orientasi lokal dan masyarakat
yang terlibat. Sedangkan, hubungan interpersonal dan karakteristik penduduk memiliki korelasi yang
rendah dengan orientasi lokal dan melibatkan masyarakat.

Penelitian Putnam (2000) tentang kelompok penduduk di Amerika, menyatakan bahwa


kelompok yang memiliki modal sosial tinggi, sehingga perkembangan situasi jiwa dan prestasi belajar
lebih baik daripada kelompok yang memiliki modal sosial rendah. Percaya, jejaring sosial, dan norma
yang berperilaku di sekolah keluarga dan komunitas besar, akan memberi pengaruh positif pada perilaku
anak-anak dan perkembangan fisik mereka. Dengan demikian, warga dengan modal sosial yang tinggi,
lingkungan fisik rumah akan lebih bersih, sehat dan ramah. Penduduk biasanya hidup dalam situasi
kebersamaan, bertanggung jawab, dan nyaman di lingkungan mereka dan komunitas mereka.

Kesimpulannya bahwa Arsitekturdapat mempengaruhi ruang, dan modal social suatu komunitas
bahkan 2 negara yang besar.

CHAPTER 6

ARSITEKTUR DAN KONTRIBUSI PERILAKU SPATIAL UNTUK MODAL SOSIAL

Bab ini mencakup hasil diskusi dari hasil yang dirumuskan melalui analisis kritis dan konfirmasi
dari dukun relevan. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan faktor arsitektur untuk modal sosial di
tingkat menengah menengah besar dan kecil tempat tinggal Pada tingkat penduduk menengah besar,
faktor kontribusi lebih tinggi (54%) dari tingkat tempat tinggal kecil-menengah 23%), dan sisanya
diputuskan oleh faktor-faktor lain Perbedaan-perbedaan ini dapat ditemukan disebabkan oleh
kecenderungan karakteristik dan perilaku dasar penduduk. Kecenderungan perilaku dasar penduduk
adalah faktor yang diduga berkontribusi pada modal social.

Kelompok berpenghasilan menengah ke atas yang tinggal di perumahan besar di kota besar,
memiliki kecenderungan untuk hidup individualistis, privasi sebagai pemikiran penting, dan menciptakan
hubungan sosial berdasarkan transaksi ekonomi. Dengan demikian, tatanan lingkungan sebagai wadah
interaksi sosial dan transaksi mereka menjadi penyumbang penting dan dominan untuk meningkatkan
peningkatan modal sosial Sebaliknya, kelompok menengah ke bawah yang tinggal di perumahan kecil,
memiliki kecenderungan menyewa istilah Youngentob dan Mark Hostetler (2005), memelihara rasa
kebersamaan, hubungan dan interaksi yang didasarkan pada transaksi sosial daripada motif ekonomi,
dan juga memiliki ruang privasi yang lebih luas. Dengan demikian, faktor determinan dan kontribusi
lingkungan tidak dominan untuk mendukung peningkatan modal social. Namun, argumen ini adalah
masih merupakan hipotesis

TATANAN LINGKUNGAN:

Sebuah Mekanisme Pengaturan Teknis Bahan dan Sosial

Dari keseluruhan variabel penelitian, baik di tingkat perumahan menengah-besar, kecil


menengah dan pengaturan keseluruhan dari dua tingkat kombinasi tempat tinggal, hasil penelitian
menyatakan bahwa sistem tatanan lingkungan penting untuk mempengaruhi variabel modal sosial.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa jika tatanan lingkungan tempat tinggal lebih baik, sehingga
kontribusi menciptakan modal sosial juga lebih tinggi.

Penjelasan penyebab dan latar belakang fakta itu, akan memberikan jika diamati dengan dua
cara berpikir, yaitu tatanan lingkungan secara umum dan khusus. Aspek tatanan lingkungan terdiri dari
penggunaan lahan, sistem bangunan, sirkulasi dan parkir, ruang terbuka, jalur pejalan kaki, kegiatan
pendukung, penandatanganan, dan pelestarian dan konservasi. Tatanan lingkungan dipahami sebagai
konsep manajemen dan sistem tempat tinggal untuk menjamin penduduk menjadi berorientasi dan
memahami lingkungan mereka. Dengan demikian, semakin baik konsep manajemen dan sistem tempat
tinggal, sehingga penduduk memiliki orientasi yang jelas terhadap lingkungan di sini tempat mereka
tinggal.

Dalam sistem makro, urban dan arsitektur harus dipahami secara eksklusif sebagai produk siap
pakai, tapi juga proses budaya dan proses hidup. Karena tatanan lingkungan tidak hanya mmbentuk
system fisik, namun juga system budaya dan social.

Dalam konteks yang sama, Hardiman (2007) menyatakan bahwa "Menjadi orang urban yang
hidup dengan menciptakan komunitas. Artinya, kota adalah realitas sosial par excellence Kota adalah
memberikan kehidupan bersama manusia, bahwa mereka menyebut diri mereka" kita ". Kemudian,
untuk menghuni kota dan menjadi penduduk, orang-orang perkotaan menjadi dan bersama-sama
karena kita setara. Untuk memperkuat tersebut, muncul pemikiran dari kelompok ahli hukum,
menyatakan bahwa arsitektur dapat menjadi kekuatan kehidupan manajemen sosial. Katyal (2002)
menyatakan bahwa konsep remerging dalam beasiswa hukum baru-baru ini adalah gagasan bahwa
arsitektur berfungsi sebagai kekuatan pengatur.

Analisis dilanjutkan dengan mengamati indikator-indikator lingkungan tatanan yang meliputi


penggunaan lahan, bentuk bangunan dan massa, ruang rekreasi dan ruang terbuka, cara pejalan kaki,
dukungan aktivitas, papan nama, dan pengawet. Namun, indikator-indikator tersebut adalah: sebagian
besar saling berhubungan.

Pertama, penggunaan lahan yang termasuk alokasi dan zonasi, dan bentuk biu lding dan massing yang
termasuk kepadatan dan pengaturan ketinbelakangggian bangunan, meliputi, mengatur posisi , dan
komposisi bangunan adalah hal yang penting. Karena, pola penggunaan lahan akan menentukan sistem
bangunan, jenis fungsi, dan penyajian arsitektur, yang akhirnya menciptakan jenis aktivitas dan jenis
karakteristik pengguna. Konsep Urbanisme yang ditunjuk oleh Sander (2002) menyatakan bahwa ada
beberapa aspek dari sistem pengaturan lingkungan yang dapat memperkuat suatu komunitas:

(1) Kemampuan berjalan Sistem pengaturan lingkungan yang dapat memberikan kenyamanan
untuk berjalan-jalan, melalui jalur pejalan kaki, jarak pendek
(2) Konektivitas. Interkoneksi antara jalan dan tanpa jaringan yang rusak hirarki yang jelas antara
jalan utama, jalan lingkungan, jalan pejalan kaki, dan jalan raya; jaringan pejalan kaki yang baik
dan menyenangkan untuk dilewati; lingkungan tanpa gerbang penutup;
(3) Campurkan penggunaan dan keragaman. Ada banyak keragaman, perbedaan dan pencampuran
fungsi tempat tinggal, kantor, toko, dan fasilitas lainnya; ada semacam struktur demografi yang
meliputi usia, etnis, sosial ekonomi, tingkat dan jenis budaya;
(4) Perumahan campuran. Ada perbedaan mencolok dalam hal jenis, ukuran, dan tempat tinggal;
(5) Transportasi cerdas. Jaringan transportasi interkoneksi lingkungan kota, dan tempat tinggal;
pejalan kaki yang nyaman dirancang untuk penggunaan sepeda, sepatu roda, dan pejalan kaki;

Mengacu pada bagian atas menyatakan bahwa desain lingkungan yang baik dan berkelanjutan, yang
menciptakan partisipasi sosial dan memperkuat masyarakat, harus mengacu terhadap kriteria tersebut
(1) Keragaman Multi- envi fungsional gaya yang berbeda dari bangunan, dan usia yang berbeda dan
kondisi bangunan
(2) Konsentrasi. Tingkat kepadatan penduduk cukup dan memberikan ruang untuk banyak jenis
kegiatan
(3) Demokrasi Lingkungan memberikan pilihan bagi pengguna untuk melakukan kegiatan yang
sesuai, tetapi secara kolektif tidak mahal
(4) Permeabilitas Lingkungan harus mudah diakses oleh pengguna, pengguna harus saling
terhubung satu sama lain, menggunakan fasilitas publik tetapi tetap menjaga privasi dan
keamanan
(5) Keamanan Ruang terbuka dan jalur sirkulasi harus dirancang untuk meningkatkan keamanan
pengguna termasuk anak-anak dan wanita

Kedua, masih terhubung dengan pengaturan fungsi ruang, Briggs (1998) menyatakan bahwa zonasi
memainkan peran penting untuk menciptakan ruang publik untuk mendukung interaksi sosial yang
positif, seperti ruang terbuka, plaza dan lahan parkir, indikator penting kedua adalah ruang terbuka.
Ruang terbuka yang sempurna menjadi ruang publik untuk menampung aktivitas penduduk dan untuk
budaya demokrasi yang ekspresif, interaksi, hubungan sosial dan pembangunan pemukiman.
Kusumawijaya (2005), menyatakan bahwa ruang terbuka yang sesungguhnya adalah ruang yang
membangun domain publik untuk menjamin otorisasi kebersamaan, bebas untuk interaksi orang lain
dengan kedamaian, keamanan, dan kompleks, jadi itu adalah "keragaman dalam kebersamaan" area .

Ruang terbuka yang akhirnya menciptakan modal sosial, bukan hanya ruang terbuka 'mati' seperti
taman dengan gerbang tinggi yang penuh estetika aspek dari aktivitas dan interaksi sosial.

Ketiga, mengacu pada konsep Urbanisme Baru untuk memperkuat komunitas sosial salah satu aspek
yang dominan adalah pengaturan sirkulasi kendaraan dan sistem pejalan kaki seperti jalan, pejalan kaki,
trotoar, area parkir, dan akhirnya mempengaruhi bagaimana interaksi sosial dibangun. Seperti jalan
koridor dan jalur pejalan kaki adalah bagian dari ruang publik. Kehidupan sosial yang terjadi di koridor
jalan adalah denyut peradaban kota. Desain psikis yang sempurna adalah bidang yang mudah dikenal,
mudah untuk menemukan tujuan, dan mudah untuk sebagai

(1) desain yang menciptakan area yang mudah dikenal, mudah untuk menemukan tujuan, dan
mudah untuk dimengerti, karena ada sistem informasi yang sempurna, dan ada cara menemukan
kinerja. Papan nama ini seperti elemen kecil seperti pohon, lampu, tempat duduk, tempat tinggal, dll.

(2) Desain yang menjaga keseimbangan ekologi dan mengintegrasikan elemen alam seperti
sungai, bukit dan lain-lain ke elemen estetika arsitektur.

FUNGSI DALAM ARSITEKTUR:

Antara Skala Individu dan Lingkungan

Di seluruh pengaturan penelitian, baik tingkat rumah menengah-besar, menengah-kecil dan


kombinasi dua tingkat tempat tinggal, menunjukkan bahwa fungsi variabel arsitektur secara konsisten
adalah variabel ketiga yang dapat mempengaruhi variabel modal sosial . Hasil hipotesis ini menunjukkan
bahwa variabel ini memiliki arah positif dan koefisien korelasi yang signifikan, serta memberikan
kontribusi modal sosial ketiga yang lebih tinggi.

Fungsi arsitektur perumahan mengacu pada bagaimana bangunan dan lingkungan perumahan
dapat digunakan secara efektif untuk membuat aktivitas penduduk mudah dilakukan. Variabel ini terdiri
dari perantaraan tugas, perlindungan dan interaksi sosial keamanan, identifikasi simbol, kesenangan dan
kenyamanan, juga pertumbuhan. Indikator fungsi arsitektur perumahan lebih diamati dalam skala
individu daripada skala publik. Ini adalah salah satu keterbatasan penelitian yang tidak benar-benar
mengeksplorasi fungsi arsitektur dari sisi lingkungan dan ruang publik perumahan.

Fungsi arsitektur sebagai tugas perantaraan, tempat tinggal dan keamanan, kontak sosial,
identifikasi simbolik, kesenangan dan kenyamanan, dan pertumbuhan dalam rescarch ini adalah
indikator yang lebih terdiri dari skala individu tempat tinggal. Dan hanya dua indikator lain, ada kontak
sosial fungsi arsitektur dan identifikasi simbolis skala public.

Dengan demikian, dapat diduga bahwa indikator-indikator tersebut dianggap tingkat korelasi
dan memberikan kontribusi pada fungsi arsitektur modal sosial.

PENAMPILAN ARSITEKTUR:

Teks untuk Menghubungkan Makna

Antara penampilan arsitektur dan modal sosial, menunjukkan fenomena yang menarik. Di
tingkat perumahan menengah-besar, menunjukkan bahwa penampilan arsitektur berada di urutan
kedua setelah sistem tatanan lingkungan yang mempengaruhi modal sosial. Hipotesis menunjukkan
bahwa variabel ini memiliki koefisien korelasi positif dan signifikan. Ini menjadi kontribusi kedua yang
lebih tinggi untuk modal sosial.

Sebaliknya, dalam pengaturan tempat tinggal kecil-menengah, menunjukkan bahwa penampilan


arsitektur tidak signifikan terhadap variabel yang berhubungan dengan modal sosial. Berdasarkan
hipotesis, variabel ini memiliki koefisien korelasi positif, tetapi tidak signifikan, dan memberikan persen
terendah terhadap modal sosial.

Fakta-fakta terakhir memperkuat argumen bahwa kediaman besar menengah cenderung


memiliki rasa komunitas, memelihara rasa kebersamaan, hubungan dan interaksi sosial dalam aspek
ekonomi, dan penduduk kecil menengah memiliki ruang privasi yang longgar.

Tampilan arsitektur adalah karakteristik lingkungan yang memberikan kesenangan bagi


penduduk, terutama di waktu senggang mereka. Variabel ini termasuk dalam kepatutan dan
keseimbangan, proporsi, irama dan variasi, hirarki dan fokus, keunikan.

Dalam hal ini rias fisik memiliki dampak pada penciptaan lingkungan sosial yang kondusif untuk
belajar. "Struktur dan penampilan arsitektur dapat mengkomunikasikan bahwa sekolah adalah
lingkungan yang ramah dan menciptakan tempat yang kondusif Karena: "Arsitektur adalah pendongeng
dan narasinya memberikan dasar untuk memahami identitas" (Baudrillard, 2003).
TEMPAT IDENTITAS:

Antar Arti Dari Tempat dan Arti Dari Komunitas.

Faktor identitas tempat adalah penyumbang paling penting dari modal sosial pengaturan
tempat tinggal kecil-menengah, korelasi yang positif dan signifikan, dan secara deskriptif. Sebaliknya, di
kediaman menengah-besar, meskipun memiliki dampak positif dan korelasi yan g signifikan, dan
deskriptif kuat, kontribusi identitas tempat yang kuat berada pada posisi kee mpat setelah fungsiaspek
arsitektur.

Identitas tempat adalah karakteristik arsitektural tempat tinggal dalam persepsi masyarakat.
Identitas konsep tempat yang mengacu pada artu suatu tempat memiliki hubungan yang sama dengan
arti dari komunitas. Jika rasa tempat yang kuat, rasa kepanikan akan lebih kuat juga, dan sebaliknya
Selain itu, faktor waktu bebas memiliki peran yang penting. Masyarakat kecil-menengah pada umumnya
memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengeksplorasi dan mengenali lingkungan mereka dan juga
melakukan kegiatan sosial daripada sosial menengah-besar.

Kemudian, identitas tempat pada masyarakat menengah besar cenderung untuk menge
ksplorasi identitas tempat secara individual, dan skala terbatas privasi Identitas skala lingkungan, seperti
"eksklusif dan mewah lebih menjadi faktor negatif untuk menjembatani modal sosial, itu disebabkan
fragmentasi dan segregasi dengan mereka sekitarnya

Argumen itu menjelaskan mengapa identitas kontribusi tempat terhadap modal sosial lebih
tinggi dalam pengaturan tempat tinggal kecil-menengah daripada tempat tinggal menengah besar.

TERRITORIALITAS ARSITEKTUR:

Ruang Pertahanan atau Ruang yang Tidak Dapat Diakses

Ternitoialitas berarti seperangkat perilaku yang ditunjukkan oleh individu dalam konteks sosial,
yang diturunkan dari kepemilikan psikologis untuk membangun, berkomunikasi, memelihara, dan
mantap. , dan mengembalikan hubungan kepemilikan psikologis dengan lingkungan perumahan.
Masalahnya bukan dalam kepemilikan psikologis, tetapi bagaimana mengimplementasikan perasaannya
sebagai perilaku spasial (territoriality). Tindakan ini dapat memberikan kontribusi negatif terhadap
modal social.

Seperti yang dijelaskan di latar belakang, tempat tinggal saat ini menghadapi masalah sosial,
untuk konflik sosial instan, kekerasan, vandalisme, gangguan , kriminalitas, dll. Di lingkungan perumahan
perkotaan, masyarakat harus menghadapi masalah tingkat kriminalitas yang tinggi seperti perampokan,
pencurian dengan pelanggaran kekerasan terhadap hak, vandalism.

Dengan demikian, batas rumah dibuat oleh dinding dan pagar tinggi atau bahkan tembok besar.
Ini mendorong kesan tertutup, terisolasi. Dalam skala lingkungan; setiap akses dilengkapi oleh portal,
dan jalan ditambahkan dengan speed bump dalam jarak pendek, taman hijau menjadi "dies park" tanpa
kegiatan sosial dan rekreasi karena dikelilingi juga oleh tinggi pagar yang bisa mengejar akses.

Teritorialitas arsitektural semacam ini cenderung menciptakan komunitas gerbang Komunitas


gerbang adalah salah satu komunitas yang memiliki orientasi dalam dan memiliki batas-batas yang jelas
dari lingkungan luar. Cara berpikir seperti ini juga mengarah pada tipologi ikatan modal sosial, memiliki
hubungan yang kuat di dalam masyarakat, tetapi tidak benar-benar peduli dengan lingkungan luar
komunitas mereka.

CHAPTER 7

KESIMPULAN PENUTUP

KESIMPULAN :

Efek positif dan negative

Pertama, ada perbedaan setting tempat tinggal, kelompok perumahan kecil-medium


menengah-besar, juga menunjukkan perbedaan di pengaruh faktor tatanan lingkungan, fungsi
arsitektur, tampilan arsitektur, identitas tempat dan kewilayahan sosial kapital. Faktor yang secara
signifikan dan positif mempengaruhi sosial kapital dalam perumahan menengah-besar adalah tatanan
lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan arsitektur, dan identitas tempat. Keempat faktor ini juga
mempengaruhi sosial kapital secara signifikan di perumahan menengah-kecil, dan ditambah dengan
faktor teritorialitas arsitektur. Namun, kontras dengan empat faktor, faktor teritorialitas ini dapat
berdampak negatif terhadap sosial kapital. Dapat disimpulkan bahwa setiap peningkatan faktor sistem
tatanan lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan arsitektur, dan identitas tempat menyebabkan
penguatan faktor sosial kapital, baik di perumahan menengah-besar maupun kecil-menengah. Jika tidak,
di lingkungan perumahan kecil menengah, setiap peningkatan faktor teritorial mengakibatkan
melemahnya sosial kapital. Kondisi terakhir ini juga terjadi di perumahan gabungan.

Kedua, perbedaan juga terjadi pada tingkat kontribusi tatanan lingkungan, fungsi arsitektur,
penampilan arsitektur, identitas tempat, dan faktor arsitektur territorialitas ke sosial kapital. Tingkat
kontribusi yang jauh lebih besar terjadi di perumahan menengah-besar daripada kecil-menengah .
Artinya, dibandingkan dengan perumahan menengah-kecil, perumahan menengah-besar jauh lebih
membutuhkan kualitas tatanan lingkungan, fungsi arsitektur, penampilan arsitektur yang baik, juga
sebagai identitas tempat yang kuat, menumbuhkan sosial kapital yang kuat. Di lingkungan perumahan
kecil menengah, selain berkontribusi pada faktor-faktor ini, masyarakat masyarakat umumnya memiliki
rasa komunitas dan rasa tempat yang lebih baik daripada penghuni perumahan besar-besar

Ketiga, jika dilihat secara parsial dari nilai peringkat kontribusi, dapat disimpulkan bahwa faktor
tatanan lingkungan di perumahan menengah-besar memiliki kontribusi tertinggi dan memberikan
kontribusi paling penting terhadap sosial kapital. Faktor yang paling penting berikutnya adalah
penampilan arsitektural. Di perumahan menengah-kecil, identitas tempat adalah faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap sosial kapital tertinggi dan paling penting, dan faktor yang paling penting
berikutnya adalah tatanan lingkungan. Kenyataan ini memperkuat kesimpulan di atas, bahwa faktor
yang paling dominan mempengaruhi sosial kapital pada pengaturan perumahan menengah-besar adalah
faktor fisik/luar dari arsitektur, yaitu tatanan lingkungan dan penampilan arsitektur. Di lingkungan
perumahan kecil menengah faktor yang paling dominan adalah perilaku spasial dari identitas tempat,
dan kemudian faktor fisik yang merupakan tatanan lingkungan arsitektur. Selanjutnya di perumahan
gabungan menunjukkan konsistensi dengan kesimpulan sebelumnya, yaitu tata letak lingkungan dan
identitas tempat memberikan kontribusi tertinggi dan paling penting untuk sosial kapital. Sementara itu,
fungsi dari variabel arsitektur adalah tiga variabel paling penting yang berkontribusi terhadap variabel
sosial kapital pada semua setting perumahan.

Keempat, kesimpulan dari teritorial arsitektur sebagai faktor negatif dapat dijelaskan sebagai
berikut. Di tengah-tengah kejahatan yang terjadi, termasuk di lingkungan perumahan, adalah hal yang
wajar jika penduduknya menunjukan kewilayahanya melalui penandaan pertahanan terhadap harta
mereka. Masalahnya, desain perumahan yang disediakan oleh pengembang kebanyakan tidak
mempertimbangkan ruang pertahanan melalui konsep kewilayahan yang di sisi lain dapat mengurangi
tingkat kejahatan, tetapi tidak menghalangi hubungan dan interaksi sosial di antara masyarakat.
Akibatnya, penghuni perumahan menengah, menurut tingkat pengetahuan, kemampuan,
kecenderungan karakteristik individualisme masyarakat perkotaan, sikap menyederhanakan, sadar
bahwa kewilayahan dari elemen arsitektur dan konstruksi juga berkontribusi dalam dampak negatif di
penguatan kepercayaan, hubungan, interaksi, partisipasi, jejaring sosial sebagai bagian dari sosial
kapital.

IMPLIKASI :

Memperkuat Fungsi Pendidikan

Konsentrasi Penelitian telah memberikan pemahaman bahwa tatanan lingkungan, fungsi


arsitektur, penampilan arsitektur, dan identitas tempat memberikan efek positif pada modal sosial
secara signifikan Jika tidak, arsitektur teritorialitas memberikan efek negatif dan signifikan terhadap
modal sosial di kecil lingkungan perumahan menengah, dan juga, itu penting jika perhitungan dilakukan
bersama-sama di perumahan gabungan Jika didefinisikan dalam frase lain, dapat disimpulkan secara
umum, bahwa tatanan lingkungan yang lebih baik, fungsi arsitektur, penampilan arsitektur, tempat yang
lebih kuat identitas, kemudian modal sosial yang lebih tinggi yang terbentuk pada baik-menengah dan
menengah-besar. Demikian juga sebaliknya, semakin tinggi nilai arsitektur teritorial, semakin pudar
wujud sosial yang terbentuk di lingkungan itu. Pada perumahan menengah besar, arsitektur teritorialitas
tidak memberikan pengaruh dan kontribusi yang signifikan. Hasil penelitian memberikan implikasi
setidaknya dalam empat hal yang dapat digambarkan sebagai berikut.

Pertama, sebagai penyumbang utama bagi pengembangan modal sosial, tatanan lingkungan
lingkungan harus mendapat perhatian penting. Tata lingkungan yang meliputi penggunaan lahan,
bentuk bangunan dan sirkulasi massa dan parkir, ruang terbuka. cara pejalan kaki, dukungan aktivitas,
pemberian tanda serta pelestarian, adalah skala yang lebih umum, yang memungkinkan hubungan,
interaksi, partisipasi sosial, dan jejaring sosial diwujudkan. Pencapaian tatanan lingkungan yang baik,
secara teknis-materi, memberikan implikasi untuk akhlak sosial-moral dari kelompok orang lasere /
residen). Bentuk ini ef pencapaian moral sosial adalah kemampuan warga untuk mengatur diri mereka
sendiri untuk kehidupan yang baik atau modal sosial struktural, dan semangat solidaritas sosial yang
terkait dengan aspek kepercayaan, hubungan timbal balik, partisipasi sosial, norma sosial yang termasuk
modal sosial kognitif Jika lingkungan tatanan telah dirancang dan diatur dengan baik, maka identitas
tempat juga akan menjadi lebih kuat karena makna pengguna dan feelinga terkait dengan rasa tempat,
yaitu ketika seseorang mengetahui dan memahami lingkungan. Sense of place concept memiliki
kesejajaran dan kuat. hubungan dengan rasa komunitas. Rasa tempat yang lebih kuat, yang berarti
bahwa seseorang akan lebih memahami dan memiliki rasa keterikatan yang kuat terhadap
lingkungannya, semakin tinggi rasa komunitasnya, dan mengarah pada bangunan modal sosial yang
tinggi. Begitu pula sebaliknya, terutama pada pengaturan perumahan kecilmenengah, meskipun dalam
hal kualitas fungsi dan tampilan. arsitekturnya tidak memadai, tetapi karena rasa kebersamaan yang
kuat, hal ini juga mendorong rasa tempat yang kuat. Kenyataannya terlihat dari penelitian yang
menunjukkan bahwa identitas tempat di menengah-kecil menduduki penyumbang tertinggi dan paling
penting untuk modal sosial. thial tial memberikan fungsi e arsitektur dan penampilan arsitektur.

Kedua, fungsi faktor-faktor penampilan aristitectural dan biasanya merupakan faktor pertama
yang dipertimbangkan oleh pengembang rumah. Ini berkaitan dengan strategi pemasaran, karena kedua
faktor ini adalah pertimbangan utama pembeli masa depan, terutama untuk perumahan menengah-
besar. Pada skala individu atau unit hunian, hampir tidak ada masalah, kecuali bila ada penerapan
konsep negatif arsitektur teritorial. Namun, apa yang perlu dikembangkan adalah konsep fungsional
desain arsitektur berdasarkan skala publik dan lingkungan. Hal ini membutuhkan peningkatan
penampilan arsitektur dan fungsi fasilitas publik yang lebih luas seperti tempat ibadah, pusat olahraga,
tempat seni, ruang terbuka, dan lain-lain lebih terbuka tidak hanya untuk komunitas penduduk lokal,
tetapi juga untuk pengguna di luar lingkungan. Fasilitas publik seperti itu, yang mengakomodasi berbagai
kegiatan komunitas dan interaksi sosial, akan semakin memperkuat modal sosial untuk kedua jenis;
ikatan dan pada, dan bijaksana, penting untuk menjembatani segala-galanya.

Ketiga, faktor territoriality arsitektur sebagai kontributor negatif terhadap penguatan modal
sosial tidak disebabkan oleh konsep territoriality itu sendiri. Teritorialitas yang berasal dari perasaan
memiliki, jelas merupakan faktor yang dapat secara positif mendukung pembentukan modal sosial.
Pertanyaannya adalah, ada kecenderungan teritorial untuk perlindungan keamanan dan juga tekanan
ekonomi dan sosial dengan rasa kepemilikan. Pada tingkat ini, desain perumahan, yang disediakan oleh
pengembang kebanyakan tidak mempertimbangkan faktor ruang yang dipertahankan melalui konsep
kewilayahan yang mengurangi tingkat kejahatan, dan juga tidak mengejar hubungan dan interaksi sosial
di dalam dan di antara masyarakat. Akibatnya, penduduk perumahan, sesuai dengan tingkat
pengetahuan, kemampuan, kecenderungan karakteristik individualisme masyarakat perkotaan, dan
sikap menyederhanakan, meningkatkan kewilayahan melalui elemen arsitektur dan konstruksi yang
berkontribusi negatif terhadap penguatan kepercayaan, hubungan, interaksi, partisipasi, dan jejaring
sosial sebagai patrt modal sosial. Ini diimplementasikan dalam bentuk batas-batas rumah yang
membangun tembok dan pagar tinggi, dan tembok besar atau sebagian. Rumah kemudian diatur sangat
tertutup, terisolasi dan menjadi "penjara" bagi tuan rumah sendiri. Pada skala lingkungan, setiap akses
jalan dibangun dengan portal, dan jalan datar dijaga oleh "tonjolan kecepatan" tinggi ditempatkan di
dekatnya, dan taman hijau menjadi taman "mati" tanpa kegiatan sosial dan pengguna rekretional karena
mereka dikelilingi juga oleh pagar yang menghambat aksesibilitas. . Sementara itu, karena tekanan
ekonomi, banyak area publik dipaksa masuk ke area pribadi atau semi-swasta, seperti trotoar, yang
dipenuhi Desain arsitektur yang ada dengan pedagang kaki lima, dan lain-lain Untuk itu, perlu abie untuk
menanggapi masalah ini. Namun, desain arsitektur melalui konsep arsitektur territoriality sebenarnya
adalah salah satu upaya untuk mengurangi kejahatan atau pelanggaran hak-hak publik. Ini harus disertai
dengan pembentukan gr sosial di masyarakat yang mendedikasikan diri terhadap pencegahan kejahatan,
penegakan hukum dan kontrol polisi yang lebih baik, serta peningkatan kerja sama antara polkce dan
warga. Selain itu, yang paling penting adalah perlunya memperkuat pendidikan publik untuk lebih
menghargai hak-hak publik dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Dalam konteks ini, Ilmu
Pengetahuan Sosial Educat (IPS) dan Masyarakat Pendidikan Teknologi Sains (STM) di sekolah-sekolah,
sebagai 1 kelompok buile baik pendidikan informal dan non-formal, menjadi sesuatu yang sangat
strategis dan sangat diperlukan dalam membangun hubungan sosial guod dan jejaring sosial yang kuat,
berdasarkan kepercayaan, nilai dan norma sosial, serta sikap proaktif dan partisipasi sosial. nship
Akhirnya, dalam gereral, implikasi dari hasil penelitian ini dapat diringkas sebagai berikut. Pertama,
arsitektur atau lingkungan buit tidak boleh dilihat hanya sebagai sesuatu yang murni fisik, teknis dan
produk jadi. Arsitektur adalah suatu proses yang membentuk perilaku sosial-budaya yang menetapkan
makna, dukungan, dan sumber daya yang baik oleh penghuni manusia. Dengan demikian, interaksi
manusia dengan lingkungan adalah proses belajar yang sangat mendidik, yang mengarah pada kualitas
hidup yang lebih baik. termasuk pembinaan modal sosial. Kedua, bersamaan dengan itu, pendidikan
tidak boleh berakhir hanya pada proses pembelajaran verbal, tetapi pendidikan dalam arti luas (di kelas
/ pendidikan formal atau di luar kelas / masyarakat) dapat menjadi proses, kontinu digunakan sebagai
pendekatan kontekstual dan terintegrasi dengan membangun environmerit, baik sebagai lingkungan
belajar, proses pembelajaran, atau sumber / materi pembelajaran.

REKOMENDASI

Kriteria Desain Arsitektur

Melihat pada kesimpulan dan implikasi dari studi, rekomendasi dirumuskan dan disampaikan
kepada pihak-pihak yang dianggap memiliki kepentingan dengan hasil penelitian ini. Para pihak adalah
pengembang perumahan dan arsitek, calon penghuni dan penghuni perumahan, pemerintah,
pengembang kurikulum dan manajer pendidikan, dan penelitian tingkat lanjut.

Pertama, untuk pengembang perumahan dan arsitek, selain mempertimbangkan aspek


komersial bisnis untuk kelangsungan bisnis, juga harus membuat desain arsitektur perumahan yang
sensitif untuk memperkuat modal sosial. Kriteria desain arsitektur yang dapat memperkuat modal sosial,
harus mempertimbangkan aspek-aspek berikut: (1) Lingkungan perumahan memiliki keragaman dalam
hal fungsi, gaya arsitektur, serta jenis, ukuran, dan nilai-nilai rumah yang tidak mencolok, (2) Perumahan
yang memiliki kepadatan optimal dan menyediakan ruang yang cukup bagi penghuni untuk berbagai
kegiatan, (3) Lingkungan memberikan pilihan bagi pengguna untuk melakukan kegiatan yang sesuai,
tetapi secara kolektif tidak terlalu mahal, (4) Lingkungan dapat diakses oleh pengguna, baik warga
masyarakat itu sendiri atau orang luar, dan pengguna dengan mudah terhubung dengan orang lain dan
memiliki akses yang mudah untuk menggunakan fasilitas umum dengan pertimbangan terhadap privasi
dan keamanan, (5) Ruang terbuka dan jalur sirkulasi dirancang untuk meningkatkan keamanan bagi
pengguna individu dan kelompok seperti wanita dan anak-anak, (6) Desain yang menggambarkan
konteks lokal dan mencerminkan kondisi lokal, (7) Mempertimbangkan keunikan desain bangunan dan
karakter lingkungan lokal, dan mencerminkan sejarah narasi, (8) Pertimbangan desain pada efisiensi
ekonomi dan lingkungan, termasuk penggunaan bahan, (9) Pengaturan lingkungan yang memberikan
kenyamanan untuk berjalan melalui jalur khusus pejalan kaki, jarak pendek, dengan desain ramah untuk
pejalan kaki dan nyaman untuk diinjak, panduannya jelas, tidak berpusat pada kendaraan dan jalan
dirancang untuk kecepatan kendaraan yang rendah, (10) Interkoneksi antar jaringan jalan tanpa
terputus, hierarki yang jelas antara jalan utama, lingkungan, jalur pejalan kaki, dan jalan yang bagus
untuk dilalui, lingkungan tanpa gerbang tertutup, (11) Desain yang mempertimbangkan aspek estetika,
kenyamanan penghuni, menciptakan sense of place, yang memiliki area khusus untuk penggunaan
publik dan masyarakat, lingkungan desain skala manusia dan lingkungan estetika yang mendorong
semangat kebersamaan, memiliki klarifikasi antara pusat dan batas orientasi lingkungan, ruang publik
sebagai pusat, ruang terbuka yang dirancang sebagai seni sipil, yang
memperhitungkan aspek desain perilaku alami dan gaya hidup lokal, serta pengolahan zonasi yang
diarahkan untuk mengakomodasi kegiatan masyarakat, (12) Pengembangan perumahan untuk
meminimalkan dampak lingkungan melalui penggunaan eko-teknologi yang menghargai nilai-nilai dan
kondisi lingkungan alam, efisiensi energi, dengan menggunakan banyak produk / material lokal,
menggunakan lebih banyak perjalanan kaki daripada kendaraan.

Kedua, pembeli masa depan sebagai konsumen harus lebih kritis dalam memilih lingkungan
yang akan dibeli dan diduduki. Sikap kritis tidak hanya ditunjukkan untuk kualitas fungsi, penampilan,
konstruksi, dan bahan bangunan dalam skala rumah individu, tetapi juga pada tata letak yang ditetapkan
dalam konteks lingkungan perumahan daerah. Ketersediaan, kualitas, dan aksesibilitas fasilitas ruang
publik, apresiasi desain pada konteks budaya lokal lingkungan sosial, dan kepekaan terhadap pelestarian
lingkungan, harus menjadi perhatian. Demikian pula, penghuni perumahan, seharusnya tidak hanya
memperhatikan pendekatan fisik / konstruksi dalam lingkungan keamanan yang tepat, tetapi juga
membutuhkan tanggung jawab sosial yang besar dalam memelihara komunitas teritorial. Itu berarti
bahwa alih-alih membangun tembok atau pagar tinggi, gerbang tertutup, dengan 'polisi tidur'
memenjarakan penduduk di rumah dan lingkungan mereka sendiri, lebih baik untuk mengembangkan
sistem jaminan sosial yang tidak hanya menjamin keamanan tetapi juga Berpatisipasi mengembangkan
dan hubungan sosial antara warga menjadi lebih baik.

Ketiga, pemerintah perlu menerapkan aturan yang konsisten untuk Rencana Umum Tata Ruang
(RUTR), Rencana Detil Tata Ruang (RDTR), dan peraturan pembangunan perumahan lainnya. Dalam
peraturan ini, aturan tentang penyediaan ruang publik termasuk penyediaan ruang terbuka yang dapat
diakses, menetapkan prosedur jalur termasuk jalan lingkungan perumahan sebagai ruang publik yang
tidak dapat digunakan sebagai wilayah pribadi misalnya dengan pemasangan portal dan "benjolan"
sembarangan. membangun garis demarkasi; bentuk dan tinggi pagar, dan lainnya.

Keempat, pengembang kurikulum, manajer, dan eksekutif pendidikan, di tingkat Departemen


dan Departemen Pendidikan, universitas, dan sekolah perlu mengembangkan dua hal: (1) Bahan dan
metode pembelajaran perlu disajikan secara menarik, beragam, menantang, dan relevan dengan
konteks sosial, budaya, dan lingkungan masyarakat setempat. Temuan penelitian tentang kontribusi
arsitektur dan perilaku spasial modal sosial dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran yang kaya
dan integratif untuk pengembangan pendidikan dan pembelajaran di semua tingkatan. Pendidikan IPS
misalnya, dapat meningkatkan arsitektur khusus yang berhubungan dengan pengaturan lingkungan dan
menempatkan dentitas, sebagai model pembelajaran alternatif. Arsitektur meliputi ruang, makna,
komunikasi, dan waktu, dapat dieksplorasi sebagai sumber belajar bagi siswa dalam pendidikan ilmu
sosial.Oleh karena itu, siswa dapat menjelajahi ruang dan tata letak pengaturan lingkungan,
menafsirkan, dan membuat hubungan dekat dengan unsur-unsur alami dan elemen-elemen lingkungan
buatan, berkumpul bersama individu dan kelompok sosial lainnya, dan akhirnya mengenal dan
memahami di mana mereka tinggal dengan semua keunikannya, (2) Arena dan ruang lingkup pendidikan
tidak boleh dibatasi untuk pendidikan formal di kelas, tetapi juga sejauh menjangkau masyarakat melalui
model pendidikan di luar sekolah dan oleh program pemberdayaan masyarakat.

Kelima, penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan dalam lingkup metode penelitian,
fokus masalah, dan pengaturan penelitian dari: (1) Penggunaan metode penelitian kuantitatif, tidak
dapat mengeksplorasi pendekatan mendalam dan holistik seperti bagaimana warga menafsirkan
lingkungan, dan apa yang tidak terungkap di permukaan. di sebagian besar pendekatan kuantitatif
dipaksa untuk mengurangi makna "kematian" , (2) Dalam hal isu-isu lokal penelitian pendidikan belum
ditempatkan secara penuh paradigmatis dan komprehensif sebagai fokus penelitian, dan hanya pada
tahap implatif dari penelitian ini, (3) Pengaturan penelitian tidak memiliki sampel perumahan dan
perumahan vernakular yang dibangun oleh komunitas lokal secara independen, yang tidak melibatkan
pengembang. Oleh karena itu, peneliti itu sendiri dan peneliti lain yang tertarik dapat melanjutkan
penelitian ini. dengan berbagai masalah yang berkaitan dengan penguatan modal sosial, dalam berbagai
pengaturan dan dengan berbagai metode lain tercapai.
REVIEW BUKU

buku ini adalah buku yang sangat bagus dan mahasiswa arsitektur mungkin di wajibkan membacanya,
bahkan orang awam pun sangat dapat membaca buku ini. Dengan berlatar belakang di Indonesia, kita
menjadi tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Buku ini menjelaskan mengenai bagaimana arsitektur
menciptakan ruang untuk membuat suatu kebiasaan atau budaya dalam lingkup yang kecil hingga yang
besar. Karena yang membuat buku ini adalah seorang arsitek dan di dukung dengan data empiris yang
ada maka dapat dipastikan bahwa isi buku ini dapat dipakai dalam pembelajaran.

Buku ini menjelaskan secara runtut mengenai apa yang disebut social capital, tatanan lingkungan, fungsi
arsitektur, penampilan arsitektur, identitas arsitektur dan teritorial. Dengan mengerti semua itu maka
kita dapat menciptakan sebuah bangunan yang memiliki budaya yang tinggi, kecocokan dengan
lingkungan, tampilan bangunan yang mencirikan daerah yang akan di bangun, juga dapat menciptakan
keamanan yang menjamin pemilik bangunan.

Ada hal yang menarik bahwa teritorial yang terlalu jelas atau tertutup akan menciptakan kesan bahwa
pemilik teraebut tidak mau bergaul atau menuup diri dari keadaan sekitar tapi jika dilihat dari
pandangan arsitektur, bangunan tersebut memiliki teritorialnya sendiri dan menjelaskan dengan jelas
bahwa itu adalah batas antara kepemilikan dengan yang lain dan batas dengan orang agar tidak bisa
masuk ke dalam teritorial teraebut. Dalam segi keamanan bangunan tersebut juga menciptakan suatu
mekanisme pertahanan yang bafus sehingga ridak banyak kriminalitas yang terjadi.

Pada identitas bangunan juga diperlukan untuk memberitahu ciri jelas daerah tersebut melalui
penampilan bangunan juga fungsi bangunan tersebut akan jelas jika dikaitkan dengan budaya daerah
tersebut.

Inti resensi ini adalah bahwa buku ini sangat bagus untuk di baca dan digunakan, untuk mahasiswa
arsitektur, juga orang awam pun dapat membaca buku ini, karena buku ini memiliki alur yang jelas juga
dapt dipercaya dwngan data data yang ada. Kekurangan buku ini adalah memakai bahasa inggris ,
sehingga tidak semua orang dapat membacanya, juga bahasa yang di gunakan tidak semua orang awam
dapat langsung mengerti dan harus dipelajari lebih lanjut.
PENUTUP
. Rekomendasi yang dapat di sampaikan adalah bahwa buku ini sangat bagus untuk dibaca dan
dapat dipelajari lebih lanjut atau dapat dipakai sebagai bahan pembelajaran ke depannya. Sekian
Resensi buku yang dapat penulis sampaikan, Untuk perhatiannya Penulis uca[kan Terima Kasih.

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai