Pemeriksaan Sgot
Pemeriksaan Sgot
I. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
a. Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan SGOT pada serum
b. Mahasiswa mampu memahami teknik/cara pemeriksaan SGOT pada sampel
serum
2. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan kadar SGOT pada serum
b. Mahasiswa dapat mengetahui kadar SGOT pada serum yang diperiksa
II. METODE
Metode yang digunakan adalah metode spektrofotometri UV berdasarkan IFCC
(International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicine) (Modifikasi)
III. PRINSIP
Aspartat amino transperase (ASAT/AST) mengkatalis transaminase dari L-aspartate dan
2-oxogluttarate membentuk L-glutamate dan oxaloacetate> Oxaloacetate direduksi
menjadi L-milate oleh enzim malate dehydrogenase (MDH) dan nicomamide Adenin
denodeotide 9NADH) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi
berbanding lurus dengan aktifitas AST dan diukur secara fotometrik pada
spektrofotometer dengan panjang gelombang 340 nm.
IV. DASAR TEORI
1. Hati
Hati adalah organ terbesar di dalam tubuh yang terletak disebelah kanan atas rongga
perut, tepat dibawah diafragma (sekat yang membatasi daerah dada dan perut). Bentuk hati
seperti prisma segitiga dengan sudut siku-sikunya membulat, beratnya sekitar 1,25-1,5 kg
dengan berat jenis 1,05. Ukuran hati pada wanita lebih kecil dibandingkan pria dan semakin
kecil pada orang tua, tetapi tidak berarti fungsinya berkurang. Hati mempunyai kapasitas
cadangan yang besar dan kemampuan untuk regenerasi yang besar pula. Jaringan hati dapat
diambil sampai tiga perempat bagian dan sisanya akan tumbuh kembali sampai ke ukuran
dan bentuk yang normal. Jika hati yang rusak hanya sebagian kecil, belum menimbulkan
gangguan yang berarti (Wijayakusuma, 2008).
Kapiler empedu dan kapiler darah di dalam hati saling terpisah oleh deretan sel-sel
hati sehingga darah dan empedu tidak pernah tercampur. Namun, jika hati terkena infeksi
virus seperti hepatitis, sel-sel hati bisa pecah dan akibatnya darah dan empedu bercampur
(Sabiston, 1992).
Hati berfungsi sebagai faktor biokimia utama dalam tubuh, tempat metabolisme
kebanyakan zat antara. Fungsi hati normal harus dikonfirmasi sebelum operasi terencana
(Widmann, 1992).
2. Fungsi hati
Seperti ukurannya yang besar, hati juga mempunyai peranan besar dan memiliki lebih
dari 500 fungsi. Berikut ini fungsi-fungsi utama hati :
1. Menampung darah
2. Membersihkan darah untuk melawan infeksi
3. Memproduksi dan mengekskresikan empedu
4. Membantu menjaga keseimbangan glukosa darah (metabolisme karbohidrat)
5. Membantu metabolisme lemak
6. Membantu metabolisme protein
7. Metabolisme vitamin dan mineral
8. Menetralisir zat-zat beracun dalam tubuh (detoksifikasi)
9. Mempertahankan suhu tubuh
(Wijayakusuma, 2008).
Enzim-enzim yang mengatalisis pemindahan reversible satu gugus amino antara suatu
asam amino dan suatu asam alfa-keto disebut aminotransferase, atau transaminase oleh tata
nama lama yang masih populer (Saucher dan McPherson, 2002).
Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah alanine aminotransferase
(ALT), yang dahulu disebut “glutamate-piruvat transaminase” (GPT), dan aspartate
aminotransferase (AST), yang dahulu disebut “glutamate-oxaloacetate transaminase”
(GOT). Baik ALT maupun AST memerlukan piridoksal fosfat (Vitamin B6) sebagai kofaktor.
Zat ini sering ditambahkan ke reagen pemeriksaan untuk meningkatkan pengukuran enzim-
enzim ini seandainya terjadi defisiensi vitamin b6 (missal, hemodialysis, malnutrisi) (Joyce,
2007).
Aminotransferase tersebar luas di tubuh, tetapi terutama banyak dijumpai di hati,
karena peran penting organ ini dalam sintesis protein dan dalam menyalurkan asam-asam
amino ke jalur jalur biokimiawi lain. Hepatosit pada dasarnyaa adalah satu-satunya sel
dengan konsentrasi ALT yang tinggi, sedangkan ginjal, jantung, dan otot rangka mengandung
kadar sedang. ALT dalam jumlah yang lebih sedikit dijumpai di pancreas, paru, lima, dan
eritrosit. Dengan demikian, ALT serum memiliki spesifitas yang relative tinggi untuk
kerusakan hati. Sejumlah besar AST terdapat di hati, miokardium, dan otot rangka; eritrosit
juga memiliki AST dalam jumlah sedang. Hepatosit mengandung AST tiga sampai empat kali
lebih banyak daripada ALT (Saucher dan McPherson, 2002).
Aminotransferase merupakan indikator yang baik untuk kerusakan hati apabila
keduanya meningkat. Cedera akut pada hati, seperti karena hepatitis, dapat menyebabkan
peningkatan baik AST maupun ALT menjadi ribuan IU/Liter. Pngukuran aminotransferase
setiap minggu mungkin sangat bermanfaat untuk memantau perkembangan dan pemulihan
hepatitis atau cedera hati lain (Saucher dan McPherson, 2002).
3. Tes Fungsi Hati
Tes fungsi hati, seperti yang disampaikan sebelumnya, mengukur enzim, protein dan
unsur yang dihasilkan atau dilepaskan oleh hati dan dipengaruhi oleh kerusakan hati.
Beberapa dihasilkan oleh sel-sel hati yang rusak dan beberapa mencerminkan kemampuan
hati yang menurun dalam melakukan satu atau beberapa fungsinya. Ketika dilakukan ber-
samaan, tes ini memberikan dokter gambaran kondisi kesehatan hati, suatu indikasi
keparahan akan kerusakan hati, perubahan status hati dalam selang waktu tertentu, dan
merupakan batu loncatan untuk tes diagnosis selanjutnya(Widmann, 1992).
Tes ini biasanya berisi beberapa tes yang dilakukan bersamaan pada contoh darah
yang diambil. Ini bisa meliputi:
a) Alanine Aminotransferase (ALT) — suatu enzim yang utamanya ditemukan di hati,
paling baik untuk memeriksa hepatitis. Dulu disebut sebagai SGPT (Serum Glutamic
Pyruvate Transaminase). Enzim ini berada di dalam sel hati/hepatosit. Jika sel rusak,
maka enzim ini akan dilepaskan ke dalam aliran darah.
b) Alkaline Phosphatase (ALP) – suatu enzim yang terkait dengan saluran empedu;
seringkali meningkat jika terjadi sumbatan.
c) Aspartate Aminotransferase (AST) – enzim ditemukan di hati dan di beberapa tempat
lain di tubuh seperti jantung dan otot. Dulu disebut sebagai SGOT (Serum Glutamic
Oxoloacetic Transaminase), dilepaskan pada kerusakan sel-sel parenkim hati, umum-
nya meningkat pada infeksi akut.
d) Bilirubin – biasanya dua tes bilirubin digunakan bersamaan (apalagi pada jaundice):
Bilirubin total mengukur semua kadar bilirubin dalam darah; Bilirubin direk untuk
mengukur bentuk yang terkonjugasi.
e) Albumin – mengukur protein yang dibuat oleh hati dan memberitahukan apakah hati
membuat protein ini dalam jumlah cukup atau tidak.
f) Protein total – mengukur semua protein (termasuk albumin) dalam darah, termasuk
antibodi guna memerangi infeksi(Ronald, 2002).
Ada beberapa potensi disfungsi hati di mana tes fungsi hati bisa disarankan untuk
dilakukan. Beberapa di antaranya adalah orang yang memiliki riwayat diketahui atau ber-
potensi terpapar virus hepatitis; mereka yang merupakan peminum berat; individu dengan
riwayat keluarga menderita penyakit hati; mereka yang mengonsumsi obat yang kadang dapat
merusak hati.
Tes fungsi hati juga bisa disarankan pada temuan tanda & gejala penyakit hati,
beberapa di antaranya adalah: kelelahan, kelemahan, berkurangnya selera makan, mual, mun-
tah, pembengkakan atau nyeri perut, jaundice, urine gelap, tinja berwarna terang, pruritus
(gatal-gatal)(Ronald, 2002).
4. Manfaat Test Fungsi Hati
Hasil tes fungsi hati bukanlah sebuah media diagnostik untuk kondisi spesifik; mereka
mengindikasikan bahwa terdapat kemungkinan ada suatu masalah pada hati. Pada orang yang
tidak memperlihatkan gejala atau tidak terindentifikasi adanya faktor risiko, hasil tes fungsi
hati yang abnormal bisa mengindikasikan adanya perlukaan hati sementara atau sesuatu yang
terjadi di lokasi lain di dalam tubuh – seperti pada otot, pankreas atau jantung. Namun juga
bisa menandakan penyakit hati tahap awal dan memerlukan tes lebih lanjut dan/atau peman-
tauan secara berkala(Ronald, 2004).
5. Pemeriksaan SGOT
SGOT atau juga dinamakan AST (Aspartat aminotransferase) merupakan enzim yang
dijumpai dalam otot jantung dan hati, sementara dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot
rangka, ginjal dan pankreas. Konsentrasi rendah dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi
cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak dilepaskan ke dalam sirkulasi. Pada infark
jantung, SGOT/AST akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya 24-48 jam
setelah terjadinya infark. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika tidak terjadi
infark tambahan. Kadar SGOT/AST biasanya dibandingkan dengan kadar enzim jantung
lainnya, seperti CK (creatin kinase), LDH (lactat dehydrogenase). Pada penyakit hati,
kadarnya akan meningkat 10 kali lebih dan akan tetap demikian dalam waktu yang lama(Nila,
2011).
SGOT/AST serum umumnya diperiksa secara fotometri atau spektrofotometri, semi
otomatis menggunakan fotometer, atau secara otomatis menggunakan chemistry analyzer.
Nilai rujukan untuk SGOT/AST adalah :
Laki-laki : 0 – 50 U/L
Perempuan : 0 – 35 U/L.
Masalah Klinis
Kondisi yang meningkatkan kadar SGOT/AST :
Peningkatan tinggi ( > 5 kali nilai normal) : kerusakan hepatoseluler akut, infark
miokard, kolaps sirkulasi, pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa
Peningkatan sedang ( 3-5 kali nilai normal ) : obstruksi saluran empedu, aritmia
jantung, gagal jantung kongestif, tumor hati (metastasis atau primer), distrophia
muscularis
Peningkatan ringan ( sampai 3 kali normal ) : perikarditis, sirosis, infark paru,
delirium tremeus, cerebrovascular accident (CVA)(Sri Oktaviani, 2013).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi temuan laboratorium :
Injeksi per intra-muscular (IM) dapat meningkatkan kadar SGOT/AST
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
SGOT/AST
Hemolisis sampel darah
Obat-obatan dapat meningkatkan kadar : antibiotik (ampisilin, karbenisilin,
klindamisin, kloksasilin, eritromisin, gentamisin, linkomisin, nafsilin, oksasilin,
polisilin, tetrasiklin), vitamin (asam folat, piridoksin, vitamin A), narkotika (kodein,
morfin, meperidin), antihipertensi (metildopa/aldomet, guanetidin), metramisin,
preparat digitalis, kortison, flurazepam (Dalmane), indometasin (Indosin), isoniazid
(INH), rifampin, kontrasepsi oral, teofilin. Salisilat dapat menyebabkan kadar serum
positif atau negatif yang keliru(Sughy, 2012).
VII.INTERPRETASI HASIL
1. Dengan aktifasi pyridoxal - S- phosphate
a. Wanita dewasa : < 31 U/L
b. Laki-laki dewasa : < 35 U/L
c. Anak-anak
1 – 3 Tahun : < 50 U/L
4 – 6 tahun : < 45 U/L
7 – 9 tahun : < 40 U/L
10 – 12 tahun : < 40 U/L
13 – 15 tahun : < 35 U/L
16 – 18 tahun : < 35 U/L
2. SGOT tanpa aktifasi pyridoxal – S – phosphate
a. Wanita dewasa : < 31 U/L
b. Laki-laki dewasa : 35 U/L
PEMBAHASAN
Pengambilan darah pada area yang terpasang jalur intra-vena dapat menurunkan kadar
SGOT/AST
Hemolisis sampel darah
IX. KESIMPULAN
1. Penentuan kadar SGOT pada sampel serum dapat dilakukan dengan metode
Photometri UV-test yang mengacu pada IFCC (International Federation of
Clinical Chemistry and Laboratory Medicine) (Modifikasi)
3. Kadar SGOT yang diperoleh pada sampel 5 yaitu sebesar 3,49 U/L, Hasil ini
menunjukkan kadar normal.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, Nila. 2011. Pemeriksaan SGOT. Online. http://nillaaprianinaim.wordpress.com.
Diakses tanggal 24 April 2014
Frances K. Widmann, dkk. 1992. Tinjauan Klinis Atas Hasil Pemeriksaan Laboratorium,
edisi 9, cetakan ke-1. Jakarta: EGC.
Joyce LeFever Kee. 2007. Pedoman Pemeriksaan Laboratorium & Diagnostik. Jakarta: EGC.
Nursyam, Sri Oktaviani. 2013. Pemeriksaan SGOT. Online.
http://sovasilinzuensik.blogspot.com. Diakses tanggal 24 April 2014
Sabiston. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta: EGC.
Sacher, Ronald A. dan McPherson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 11. Jakarta: EGC.
Sughy. 2012. Pemeriksaan SGOT. Online. http://sughy03.blogspot.com. Diakses tanggal 24
April 2014.
Wijayakusuma, Hembing. 2008. Tumpas Hepatitis dengan Ramuan Herbal. Jakarta: Pustaka
Bunda.
X. PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II