Anda di halaman 1dari 2

Atau uji lain yang sesui.

Diagnoosis yang pasti untuk batuk kronis didasarkan pada observasi


terhadap terapi spesifik yang bisa mengurangi batuk.

Algoritma diagnosis dan penatalaksanaan batuk kronis dapat dilihat pada gambar 4.1

Gambar 4.1

Algoritma tatalaksana diagnosis dan terapi batuk kronis. Pada batuk kronis sangat penting
untuk menentukan penyebabnya, sehingga bisa diterapi sesuai dengan penyebabnya . GERD
= gastroesophagel reflux disease

Peneitian menunjukkan bahwa pada 95% pasien yang mengalami batuk kronis
penyebabnya adalah antara lain post nasal drip, sinusitis, asma, penyakit reflux
gastroesophagel (GERD), bronkitis kronis karena merokok, bronkiektasis, atau penggunaan
obat golongan inhibitor ACE. Lima persen sisanya disebabkan oleh penyakit yang lebih
jarang yaitu kanker paru, sarkoidosis, gagal jantung kanan dan aspirasi karena disfungsi
faring. Jika tidak ada penyebab fisik lain, batuk kronis juga dapat disebabkan oleh faktor
psikologis .

Selain dari durasi batuk, berdasarkan ada tidaknya dahak, batuk juga dibedakan
menjadi dua : batuk kering dan batuk produktif atau berdahak. Perlu untuk memastikan jenis
batuk ini, karena penatalaksanaanya berbeda. Pada batuk kering yang tidak dimaksudkan
untuk mengeluarkan sekret atau gangguan lain dari saluranpernafasan, batuk sebaiknya
ditekan, apalagi bila sangat menggangu. Sebaliknya, batuk berdahak sebaliknya tidak ditekan
karena penekanan dapat menyebabkan retensi sputum yang justru membahayakan, misalnya
menyebabkanobstruksi saluran pernafasan atau penyebaran infeksi.

TUJUAN TERAPI

Tujuan pengobatan batuk adalah untuk meminimalkan gejala dan menghilangkan atau
mengatasi penyebab batuk.

STRATEGI TERAPI

Terapi non-farmakologi
Untuk batuk akut dan subakut umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, terapi non
farmakologi dilakukan dengan cara menghindari pemicu/perangsang batuk yang dapat
dikenali, seperti meroko, makan makanan berminyak, dll. Minum air banyak-banyak cukup
membantu agar kerongkongan tidak kering yang dapat memicu batuk.

Untuk batuk kronis, jika penyebabnya diketahui dan dapat dihindarkan, maka
dilakukan penghindaran terhadap penyebabnya. Misalnya, batuk yang disebabkan oleh
penggunaan obat golongan inhibitor ACE, dapat diatasi dengan penghentian atau penggantian
obat tersebut.

Terapi farmakologi

Pada dasarnya penatalaksanaan batuk disesuaikan dengan dugaan penyebabnya,


disamping untuk mengurangi gejala itu sendiri. Pada batuk akut dan sub akut, biasanya
digunakan obat-obat simptomatik untuk mengurangi gejala-gejala batuk. Obat batuk
digolongkan menjadi dua, yaitu antitusif dan ekspektoran. Antitusif bekerja menekan refleks
batuk, sedangkan ekspektoran bekerja memudahkan ekspetorasi/batuk. Golongan obat lain
yang digunakan pada batuk adalah mukolitik, yang bekerja mengencerkan mukus/dahak
sehingga lebih mudah diekspetorasikan.

a. Antitusif
Antitusif bekerja untuk menekan batuk. Contohnya adalah dekstrometorfan, naskapin,
etilmorfin, dan kodein. Obat-obat ini merupakan derivat senyawa opioid, sehingga
juga memiliki efek samping seperti senyawa opiat, meliputi konstipasi, sedatif, dll.
Perlu diketahui bahwa antitusif sebaiknya tidak digunakan pada batuk berdahak,
karena batuk yang tertahan pada cabang trakea bronkial dapat mengganggu ventilasi
dan bisa saja meningkatkan kejadian infeksi, misalnya pada penyakit bronkitis kronis
dan bronkiektasis.

Anda mungkin juga menyukai