S
2017-11-285
MODUL I
DASAR PENYEARAH TERKONTROL (SCR)
Christmas Desmonth (2017-11-269)(1), Jericho Cheveley (2017-11-272)(2), Michael Bima Sakti.
S (2017-11-285)(3), Brigita Safira (2017-11-302)(4)
Teknik Elektro, STT-PLN
ABSTRAK
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah Dioda yang memiliki
fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan Dioda pada umumnya yang hanya mempunyai 2 kaki
terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki terminal. kaki terminal ke-3 pada SCR tersebut
dinamai dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control),
sedangkan kaki lainnya sama seperti Dioda pada umumnya yaitu Terminal “Anoda” dan Terminal
“Katoda”. Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu dari anggota kelompok
komponen Thyristor.
SCR memiliki kemampuan untuk mengendalikan tegangan dan daya yang relatif tinggi
dalam suatu perangkat kecil. Oleh karena itu SCR atau Thyristor sering difungsikan sebagai Saklar
(Switch) ataupun Pengendali (Controller) dalam Rangkaian Elektronika yang menggunakan
tegangan / arus menengah-tinggi (Medium-High Power). Beberapa aplikasi SCR di rangkaian
elektronika diantaranya seperi rangkaian Lampu Dimmer, rangkaian Logika, rangkaian osilator,
rangkaian chopper, rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian inverter, rangkaian timer
dan lain sebagainya.
ABSTRACT
Silicon Controlled Rectifier or often abbreviated as SCR is a diode that has a function as a
controller. In contrast to diodes in general that only have 2 terminal feet, SCR is a diode that has
3 terminal legs. The 3rd Terminal leg on the SCR is named the "Gate" Terminal which functions
as a Control, while the other leg is the same as the Diode in general, the "Anode" Terminal and
the "Cathode" Terminal. Silicon Controlled Rectifier (SCR) is one of the Thyristor component
group members.
SCR has the ability to control relatively high voltages and power in a small device.
Therefore SCR or Thyristor is often used as a Switch or Controller in an Electronic Circuit that
uses Medium-High Power. Some SCR applications in electronic circuits include Dimmer lamps,
Logic circuits, oscillator circuits, chopper circuits, motor speed control circuits, inverter circuits,
timer circuits and so on.
BAB II
TEORI DASAR
2.1 TEORI MODUL
Penyalaan (gating), penguncian (latching) dan holding arus thyristor adalah beberapa dari
parameter penting. Parameter-parameter ini dan sehubungan dengannya ditentukan apabila SCR
dan TRIAC akan berfungsi dengan baik dalam bermacam-macam penggunaan rangkaian. Tujuan
dari pemakaian catatan ini memperlihatkan pemakai SCR dan TRIAC bagaimana parameter ini
berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga cara operasinya dapat dipilih terbaik.
2.1.1 Penyalaan SCR dan TRIAC
Ada 3 cara menswitch thyristor keadaan status hidup :
(1) Memakai sinyal gate yang sesuai
(2) Melampaui karakteristik static dv/dt thyristor
(3) Melampaui titik tegangan break over
SCR (lengkap satu arah) membutuhkan sinyal gate positif, dengan akibat berpengaruh pada
polaritas katoda. Gambar-1 memperlihatkan arus mengalir pada sebagaian penampang chip SCR.
Untuk mengunci SCR hidup, arus anoda ke katoda (IT) harus melebihi arus pengunci (IL) yang
disyaratkan. Sekali arus IL mengunci hidup, maka SCR akan tetap hidup sampai dimatikan ketika
arus anoda ke katoda berada dibawah ini arus hidup (Holding Current, IH) yang disyaratkan
TRIAC (alat dua arah) dapat dihidupkan melalui gate dengan satu salah polaritas sinyal gate,
namun demikian perbedaan polaritas mempunyai beda persyaratkan dari IGT dan VGT.
Gambar-2 berikut ini memperlihatkan mengalir dari chip TRIAC dalam berbagai modus
penyalaan berdasarkan modus cara penyalaan, TRIAC dapat dinyalakan dari 4 (empat) kwadran
dasar modus penyalaan yang diperlihatkan pada gambar-2 pada umumnya penyalaan TRIAC
dilakukan dalam kwadran I dan II dimana, suplai gate disinkronkan dengan terminal utama suplai
daya, misalnya : gate positip, MT2 positip, gate negatif MT2. Kepekaan (sensitivitas) paling
optimum gate TRIAC dicapai ketika bekerja pada kwadran I dan III hal ini disebabkan kontruksi
dalam chip thyristor. Jika operasi kwadran II dan III dimana suplai gate negatif masing- masing
dengan terminal utama disuplai AC. Kepekaan gate kwadran I dan II, hamper sama walaupun pada
kwadran II dan III mempunyai kepekaan arus pengunci terendah.
Namun demikian untuk TRIAC mengunci hidup dalam kwadran II sukar jika suplai arus
terminal utama terlalu kecil. Table pada gambar-3 memberi pengertian terbaik bagaimana modus
penyalaan berhubungan dengan setiap arus yang disyaratkan menyalakan gate TRIAC. Kwadran
IV mempunyai kepekaan site terkecil dari keempat kwadran. Rangkaian penyalaan pada kwadran
I dan IV dipakai dalam penggunaan khusus.
Contoh untuk TRIAC 10Amper, jika IGT (I) = 10a pada 25C maka IGT (II) = 20Ma pada-40 C
dalam pemakaian dimana di/dt tinggi, surja tinggi dan menghidupkan sangat cepat maka arus
alat. Gate harus naik tajam (kenaikan waktu 1μs) dan paling sedikit dua kali IGT atau lebih
Laboratorium Elektronika Daya | 4
Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
tinggi minimum sinyal dengan waktu 3μs. namun jika besarnya aus pengerak gate sangat tinggi
maka waktu harus dibatasi untuk menghindari dan Ovestress (melebihi batas penyerapan daya)
gate junction.
2.1.2 ARUS PENGUNCIAN SCR DAN TRIAC
Arus penguncian (IL) didefenisikan sebagai arus dasar minimum yang dibutuhkan untuk
memelihara dalam keadaan status hidup sesaat setelah pensaklaran dari mati ke hidup dan sinyal
penyalaan tidak ada arus penguncian dapat lebih dipahami seperti gejala relai mekanik “pick-up
atau “full in” dari relai mekanik. Gambar 5. 1 dan 15.2 memperlihatkan gejala penguncian pada
contoh thyristor. Dalam gambar 5.1 thyristor tidak jadi hidup seteloha pengerak gate lepas karena
ketidakcukupan arus dasar karena lebih rendah dan pada arus pengunci diperlukan.
Perlihatkan pada gambar 5.2 bahwa alat tetap hidup untuk setengah gelombang sampai
dengan arus dasar jatuh dibawah level arus holding.
Hal yang sama ketika menyalakan gate, arus mengunci diperlukan TRIAC tidak sama untuk setiap
kwadran. Definisi modus mengunci kwadran adalah sama seperti modus menyalakan gate,
gambar-2 dapat digunakan untuk menjelaskan dengan baik tentang modus mengunci kwadran
gambar-6 memperlihatkan perbedaan modus mengunci kwadran dan hubungannya dengan
kwadran lainya. Dalam penjelasan terdahulu kwadran II mempunyai kepekaan arus terkecil
terhadap kwadran lain.
Contoh untuk TRIAC 10Ma, kika IH (+) 10ma pada 250C maka IH (-) 7,5 Ma pada 650C
arus holding juga tergantung dan temperatur seperti halnya penyalaan dan penguncian, lihat pada
gambar-8. Perlihatkan bahwa arus mula status hidup 200ma menjamin thyristor mengunci sebelum
arus holding terukur. Juga perhatikan pada temperatur rendah disyaratkan arus utama (arus anoda)
dipenuhi untuk menjaga thyristor tetap dalam keadaan hidup. Arus holding minimum dan
Laboratorium Elektronika Daya | 6
Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
maksimum boleh dispesifikasikan penting, tergantung pada penggunaannya. Arus holding
maksimum juga harus dipertimbangkan jika thyristor berada dalam keadaan arus utama (anoda)
yang rendah. Misalnya arus holding minimum harus dipertimbangkan jika lengkapan mati dalam
keadaan arus utama rendah.
Dalam percobaan ini akan diperagakan karateristik operasi menghidupakan (Turn-On)
antara arus gate dan anoda-katoda dan dinaikan secara bertahap dari kondisi mati (Turn-Off).
Amati nilai tertentu dari arus gate ketika SCR tumon. Sekali SCR hidup maka SCR tidak akan
mati walaupun arus gate dikurangi. Peran rangkaian DC disini sebagai kunci mengoperasikan
SCR. Dengan percobaan ini dipelajari bagaimana cara mematikan SCR.
Catatan : Sekali menyala, penunjuk meter arus gate terbalik. Untuk ini pengamatan nilai arus A-
meter harus sebelum SCR hidup.
SCR
(Silicon Controlled Rectifier) SCR adalah jenis Thyristor yang memiliki tiga kaki terminal
yang masing-masing terminal dinamai dengan GATE, ANODA dan KATODA. Secara struktur,
SCR terdiri dari 4 lapis semikonduktor yaitu PNPN yang terminal pengendalinya terdapat pada
lapisan P (Positif). Cara Kerja SCR – Saat tidak dialiri arus listrik, SCR akan berada di keadaan
OFF. Saat terminal GATE-nya dialiri arus rendah, SCR akan menjadi ON dan menghantarkan arus
listrik dari ANODA ke KATODA. Meskipun arus listrik GATE-nya dihilangkan, SCR akan tetap
dalam keadaan ON hingga arus yang mengalir dari ANODA ke KATODA tersebut juga
dihilangkan atau 0V
SCR dapat dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat beroperasi, yaitu SCR arus rendah dan
SCR arus tinggi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1 A sedangkan
SCR arus tinggi dapat menangani arus beban sampai ribuan ampere.
Simbol skematis untuk SCR mirip dengan simbol penyearah dioda dan diperlihatkan pada Gambar
2. Pada kenyataannya, SCR mirip dengan dioda karena SCR menghantarkan hanya pada satu arah.
SCR harus diberi bias maju dari anoda ke katoda untuk konduksi arus. Tidak seperti pada dioda,
ujung gerbang yang digunakan berfungsi untuk menghidupkan alat.
Operasi SCR sama dengan operasi dioda standar kecuali bahwa SCR memerlukan
tegangan positif pada gerbang untuk menghidupkan saklar. Gerbang SCR dihubungkan dengan
basis transistor internal, dan untuk itu diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu SCR. Tegangan
ini disebut sebagai tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage). Biasanya pabrik pembuat SCR
memberikan data arus masukan minimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan SCR. Lembar
data menyebutkan arus ini sebagai arus pemicu gerbang (gate trigger current). Sebagai contoh
lembar data 2N4441 memberikan tegangan dan arus pemicu
Ketika SCR dihubungkan pada sumber tegangan AC, SCR dapat juga digunakan untuk merubah
atau mengatur jumlah daya yang diberikan pada beban. Pada dasarnya SCR melakukan fungsi
yang sama seperti rheostat, tetapi SCR jauh lebih efisien. Gambar 2.5 menggambarkan
penggunaan SCR untuk mengatur dan menyearahkan suplai daya pada motor DC dari sumber AC.
Rangkaian SCR dari Gambar 2.6 dapat digunakan untuk “start lunak” dari motor induksi 3 fase.
Dua SCR dihubungkan secara terbalik paralel untuk memperoleh kontrol gelombang penuh.
Dalam tema hubungan ini, SCR pertama mengontrol tegangan apabila tegangan positif dengan
bentuk gelombang sinus dan SCR yang lain mengontrol tegangan apabila tegangan negatif.
Kontrol arus dan percepatan dicapai dengan pemberian trigger dan penyelaan SCR pada waktu
yang berbeda selama setengah siklus. Jika pulsa gerbang diberikan awal pada setengah siklus,
maka outputnya tinggi. Jika pulsa gerbang diberikan terlambat pada setengah siklus, hanya
sebagian kecil dari bentuk gelombang dilewatkan dan mengakibatkan outputnya rendah.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ig-VB
Arus dalam mikro ampere
30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan
Ig-VDC
40
Aru dalam mikro
20
ampere
0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan
DAFTAR PUSATAKA
1. Mohammad H. Rashid, ”Elektronika Daya”, Penerbit Erlangga, 2006.
2. Mohammad H. Rasid, ”Power Electronics”, Edisi Ke Empat, Penerbit Pearson, 2014.
3. Mohan, Undeland,”Power Electronics:Converter, Aplication and Design”, Jhon Willey and
Son, Singapore, 1994
4. Sed, P, C,”Power Electronics”, 1 ed General Electric, New York, 1979