Anda di halaman 1dari 17

Michael Bima Sakti.

S
2017-11-285
MODUL I
DASAR PENYEARAH TERKONTROL (SCR)
Christmas Desmonth (2017-11-269)(1), Jericho Cheveley (2017-11-272)(2), Michael Bima Sakti.
S (2017-11-285)(3), Brigita Safira (2017-11-302)(4)
Teknik Elektro, STT-PLN

Imesdesmonth12@yahoo.com, ricocheveley25@gmail.com, msurbakti42@gmail.com,


brigitasafiral@gmail.com

ABSTRAK
Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah Dioda yang memiliki
fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan Dioda pada umumnya yang hanya mempunyai 2 kaki
terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki terminal. kaki terminal ke-3 pada SCR tersebut
dinamai dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control),
sedangkan kaki lainnya sama seperti Dioda pada umumnya yaitu Terminal “Anoda” dan Terminal
“Katoda”. Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu dari anggota kelompok
komponen Thyristor.

SCR memiliki kemampuan untuk mengendalikan tegangan dan daya yang relatif tinggi
dalam suatu perangkat kecil. Oleh karena itu SCR atau Thyristor sering difungsikan sebagai Saklar
(Switch) ataupun Pengendali (Controller) dalam Rangkaian Elektronika yang menggunakan
tegangan / arus menengah-tinggi (Medium-High Power). Beberapa aplikasi SCR di rangkaian
elektronika diantaranya seperi rangkaian Lampu Dimmer, rangkaian Logika, rangkaian osilator,
rangkaian chopper, rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian inverter, rangkaian timer
dan lain sebagainya.

Kata Kunci : SCR, Penyearah, Thyristor

ABSTRACT
Silicon Controlled Rectifier or often abbreviated as SCR is a diode that has a function as a
controller. In contrast to diodes in general that only have 2 terminal feet, SCR is a diode that has
3 terminal legs. The 3rd Terminal leg on the SCR is named the "Gate" Terminal which functions
as a Control, while the other leg is the same as the Diode in general, the "Anode" Terminal and
the "Cathode" Terminal. Silicon Controlled Rectifier (SCR) is one of the Thyristor component
group members.

SCR has the ability to control relatively high voltages and power in a small device.
Therefore SCR or Thyristor is often used as a Switch or Controller in an Electronic Circuit that
uses Medium-High Power. Some SCR applications in electronic circuits include Dimmer lamps,
Logic circuits, oscillator circuits, chopper circuits, motor speed control circuits, inverter circuits,
timer circuits and so on.

Keyword : SCR, Rectifier, Thyristor

Laboratorium Elektronika Daya | 1


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Penyearah terkendali (controlled rectifier) atau sering juga disebut dengan konverter
merupakan rangkaian elektronika daya yang berfungsi untuk mengubah tegangan sumber masukan
arus bolak-balik dalam bentuk sinusoida menjadi tegangan luaran dalam bentuk tegangan searah
yang dapat diatur/dikendalikan.
Komponen semikonduktor daya yang digunakan umumnya berupa SCR yang beroperasi
sebagai saklar, pengubah, dan pengatur. Jenis sumber tegangan masukan untuk mencatu rangkaian
konverter dapat digunakan tegangan bolak-balik satu fasa maupun tiga fasa. Konverter satu fasa
merupakan rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-balik satu fasa,
sedangkan konverter tiga fasa rangkaian penyearah daya dengan sumber masukan tegangan bolak-
balik tiga fasa. Berbeda dengan penyearah daya, dalam rangkaian konverter dapat dilakukan dalam
bentuk penyearahan terkendali setengah gelombang (halfwave), penyearah gelombang penuh
(fullwave), dan semikonverter. Pembebanan pada rangkaian penyearah terkendali juga dipasang
beban resistif atau beban resistif induktif.

1.2 TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mempelajari karakteristik dan cara menghidupkan/mematikan SCR (trigger
turn-on dan turn off)
2. Perkiraan julat (range) penggunaan SCR

BAB II
TEORI DASAR
2.1 TEORI MODUL
Penyalaan (gating), penguncian (latching) dan holding arus thyristor adalah beberapa dari
parameter penting. Parameter-parameter ini dan sehubungan dengannya ditentukan apabila SCR
dan TRIAC akan berfungsi dengan baik dalam bermacam-macam penggunaan rangkaian. Tujuan
dari pemakaian catatan ini memperlihatkan pemakai SCR dan TRIAC bagaimana parameter ini
berhubungan satu dengan yang lainnya, sehingga cara operasinya dapat dipilih terbaik.
2.1.1 Penyalaan SCR dan TRIAC
Ada 3 cara menswitch thyristor keadaan status hidup :
(1) Memakai sinyal gate yang sesuai
(2) Melampaui karakteristik static dv/dt thyristor
(3) Melampaui titik tegangan break over

Laboratorium Elektronika Daya | 2


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
Untuk maksud penggunaan hanya pemakaian sinyal gate yang sesuai akan dijelaskan dalam
catatan ini. Sinyal gate harus melampui IGT dan VGT yang diisyaratkan thyristor. IGT (arus
trigger gate) harus melampaui IGT dan VGT yang disyaratkan thyristor. VGT (arus trigger gate)
didefiniskan arus minimum thyristor yang diisyaratkan thyristor. IGT (arus trigger gate)
didefenisikan arus minimum thyristor yang diisyaratkan untuk menswitch thyristor dari status mati
ke hidup. VGT (tegangan trigger gate) didefinisikan tegangan yang disyaratkan untuk
menghasilkan arus trigger arus trigger gate.

Gambar 1. Aliran arus chip SCR

SCR (lengkap satu arah) membutuhkan sinyal gate positif, dengan akibat berpengaruh pada
polaritas katoda. Gambar-1 memperlihatkan arus mengalir pada sebagaian penampang chip SCR.
Untuk mengunci SCR hidup, arus anoda ke katoda (IT) harus melebihi arus pengunci (IL) yang
disyaratkan. Sekali arus IL mengunci hidup, maka SCR akan tetap hidup sampai dimatikan ketika
arus anoda ke katoda berada dibawah ini arus hidup (Holding Current, IH) yang disyaratkan
TRIAC (alat dua arah) dapat dihidupkan melalui gate dengan satu salah polaritas sinyal gate,
namun demikian perbedaan polaritas mempunyai beda persyaratkan dari IGT dan VGT.
Gambar-2 berikut ini memperlihatkan mengalir dari chip TRIAC dalam berbagai modus
penyalaan berdasarkan modus cara penyalaan, TRIAC dapat dinyalakan dari 4 (empat) kwadran
dasar modus penyalaan yang diperlihatkan pada gambar-2 pada umumnya penyalaan TRIAC
dilakukan dalam kwadran I dan II dimana, suplai gate disinkronkan dengan terminal utama suplai
daya, misalnya : gate positip, MT2 positip, gate negatif MT2. Kepekaan (sensitivitas) paling
optimum gate TRIAC dicapai ketika bekerja pada kwadran I dan III hal ini disebabkan kontruksi
dalam chip thyristor. Jika operasi kwadran II dan III dimana suplai gate negatif masing- masing
dengan terminal utama disuplai AC. Kepekaan gate kwadran I dan II, hamper sama walaupun pada
kwadran II dan III mempunyai kepekaan arus pengunci terendah.
Namun demikian untuk TRIAC mengunci hidup dalam kwadran II sukar jika suplai arus
terminal utama terlalu kecil. Table pada gambar-3 memberi pengertian terbaik bagaimana modus
penyalaan berhubungan dengan setiap arus yang disyaratkan menyalakan gate TRIAC. Kwadran
IV mempunyai kepekaan site terkecil dari keempat kwadran. Rangkaian penyalaan pada kwadran
I dan IV dipakai dalam penggunaan khusus.

Laboratorium Elektronika Daya | 3


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285

Gambar 2. Modus penyalaan empat kwadran TRIAC

Gambar 3. Tabel persyaratan arus penyalaan gate TRIAC

Contoh untuk TRIAC 4 Amper, jika IGT (I) = 13mA


Maka IGT (III) 13mA
IGT (IV) 50mA
Arus trigger gate tergantung pada temperatur seperti yang dilihatkan pada gambar-4. Thyristor
menjadi tidak sensitive dengan menurunya temperatur, demikian pula sebaliknya. Untuk
penggunaan pada temperatur rendah, arus suplai pada gate harus diturunkan pada sedikitnya 2
(dua) sampai 8 (delapan) kali arus trigger gate yang disyaratkan pada 25 C. pada kenyataannya
factor ini bervariasi tergantung jenis thyristor dan temperatur sekitarnya.

Gambar 4. Arus Trigger Gate

Contoh untuk TRIAC 10Amper, jika IGT (I) = 10a pada 25C maka IGT (II) = 20Ma pada-40 C
dalam pemakaian dimana di/dt tinggi, surja tinggi dan menghidupkan sangat cepat maka arus
alat. Gate harus naik tajam (kenaikan waktu 1μs) dan paling sedikit dua kali IGT atau lebih
Laboratorium Elektronika Daya | 4
Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
tinggi minimum sinyal dengan waktu 3μs. namun jika besarnya aus pengerak gate sangat tinggi
maka waktu harus dibatasi untuk menghindari dan Ovestress (melebihi batas penyerapan daya)
gate junction.
2.1.2 ARUS PENGUNCIAN SCR DAN TRIAC
Arus penguncian (IL) didefenisikan sebagai arus dasar minimum yang dibutuhkan untuk
memelihara dalam keadaan status hidup sesaat setelah pensaklaran dari mati ke hidup dan sinyal
penyalaan tidak ada arus penguncian dapat lebih dipahami seperti gejala relai mekanik “pick-up
atau “full in” dari relai mekanik. Gambar 5. 1 dan 15.2 memperlihatkan gejala penguncian pada
contoh thyristor. Dalam gambar 5.1 thyristor tidak jadi hidup seteloha pengerak gate lepas karena
ketidakcukupan arus dasar karena lebih rendah dan pada arus pengunci diperlukan.

Gambar 5.1 Gejalan penguncian pada thyristor

Perlihatkan pada gambar 5.2 bahwa alat tetap hidup untuk setengah gelombang sampai
dengan arus dasar jatuh dibawah level arus holding.

Gambar 5.2 Gejalan penguncian pada thyristor

Hal yang sama ketika menyalakan gate, arus mengunci diperlukan TRIAC tidak sama untuk setiap
kwadran. Definisi modus mengunci kwadran adalah sama seperti modus menyalakan gate,
gambar-2 dapat digunakan untuk menjelaskan dengan baik tentang modus mengunci kwadran
gambar-6 memperlihatkan perbedaan modus mengunci kwadran dan hubungannya dengan
kwadran lainya. Dalam penjelasan terdahulu kwadran II mempunyai kepekaan arus terkecil
terhadap kwadran lain.

Gambar 6. Tabel perbedaan penguncian kwadran TRIAC

Laboratorium Elektronika Daya | 5


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
contoh untuk TRIAC 10 Amper, jika IGT (I) = 12Ma
Maka IGT (II) = 48Ma
IGT (III) = 9.6Ma
IGT (IV) = 8.4Ma
Arus mengunci tergantung berapa temperatur selebih besar dibandingkan dengan arus tigger gate
DC. Dengan menggunakan persyaratkan temperatur rendah, harus tersedia arus utama (arus anoda)
yang cukup untuk menjamin thyristor terkunci. Dua hal spesifik menguji keadaan pengunciaan
adalah penggerak gate dan arus utama cukup waktunya. Artinya lamanya selang waktu
menggerakan gate dapat mempertinggi nilai arus penguncian.

2.1.3 ARUS HOLDING SCR DAN TRIAC


Arus holding (IH) didefinisikan arus utama minimum diperlukan untuk memelihara keadaan
tetap hidup pada thyristor. Seperti pada kontrak relai mekanik arus holding dapat digambarkan
sebagai level menutup kontak (drop out) atau membuka kontak (must release). Gambar-5.2
memperlihatkan urutan penyalaan (gate), penguncian. Akan tetapi sensitivitas akan mendekati
nilai arus holding dan pada nilai arus pengunci. Arus holding tidak tergantung terhadap penyalaan
dan penguncian, tetapi alat harus mengunci penuh sebelum batas arus holding dapat ditentukan.

Gambar 7. Tabel arus holding positif dan negative

Contoh untuk TRIAC 10 Amper, jika IH (+) = 10ma


Maka IH (-) = 14ma
Modus arus holding thyristor sangat tergantung pada polaritas tegangan terminal utama. Gambar-
8 memperlihatkan bagaimana modus arus holding dan negative TRIAC tergantung satu dengan
lainnya.

Gambar 8. Arus holding thyristor

Contoh untuk TRIAC 10Ma, kika IH (+) 10ma pada 250C maka IH (-) 7,5 Ma pada 650C
arus holding juga tergantung dan temperatur seperti halnya penyalaan dan penguncian, lihat pada
gambar-8. Perlihatkan bahwa arus mula status hidup 200ma menjamin thyristor mengunci sebelum
arus holding terukur. Juga perhatikan pada temperatur rendah disyaratkan arus utama (arus anoda)
dipenuhi untuk menjaga thyristor tetap dalam keadaan hidup. Arus holding minimum dan
Laboratorium Elektronika Daya | 6
Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
maksimum boleh dispesifikasikan penting, tergantung pada penggunaannya. Arus holding
maksimum juga harus dipertimbangkan jika thyristor berada dalam keadaan arus utama (anoda)
yang rendah. Misalnya arus holding minimum harus dipertimbangkan jika lengkapan mati dalam
keadaan arus utama rendah.
Dalam percobaan ini akan diperagakan karateristik operasi menghidupakan (Turn-On)
antara arus gate dan anoda-katoda dan dinaikan secara bertahap dari kondisi mati (Turn-Off).
Amati nilai tertentu dari arus gate ketika SCR tumon. Sekali SCR hidup maka SCR tidak akan
mati walaupun arus gate dikurangi. Peran rangkaian DC disini sebagai kunci mengoperasikan
SCR. Dengan percobaan ini dipelajari bagaimana cara mematikan SCR.
Catatan : Sekali menyala, penunjuk meter arus gate terbalik. Untuk ini pengamatan nilai arus A-
meter harus sebelum SCR hidup.

2.2 TEORI TAMBAHAN


Silicon Controlled Rectifier atau sering disingkat dengan SCR adalah Dioda yang memiliki
fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan Dioda pada umumnya yang hanya mempunyai 2 kaki
terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki Terminal. Kaki Terminal ke-3 pada SCR tersebut
dinamai dengan Terminal “Gate” atau “Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control),
sedangkan kaki lainnya sama seperti Dioda pada umumnya yaitu Terminal “Anoda” dan Terminal
“Katoda”. Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan salah satu dari anggota kelompok
komponen Thyristor. Silicon Controlled Rectifier (SCR) atau Thrystor pertama kali diperkenalkan
secara komersial pada tahun 1956. SCR memiliki kemampuan untuk mengendalikan Tegangan
dan daya yang relatif tinggi dalam suatu perangkat kecil.
Oleh karena itu SCR atau Thyristor sering difungsikan sebagai Saklar (Switch) ataupun
Pengendali (Controller) dalam Rangkaian Elektronika yang menggunakan Tegangan / Arus
menengah-tinggi (Medium-High Power). Beberapa aplikasi SCR di rangkaian elektronika
diantaranya seperi rangkaian Lampu Dimmer, rangkaian Logika, rangkaian osilator, rangkaian
chopper, rangkaian pengendali kecepatan motor, rangkaian inverter, rangkaian timer dan lain
sebagainya.
Pada dasarnya SCR atau Thyristor terdiri dari 4 lapis Semikonduktor yaitu PNPN (Positif
Negatif Positif Negatif) atau sering disebut dengan PNPN Trioda. Terminal “Gate” yang berfungsi
sebagai pengendali terletak di lapisan bahan tipe-P yang berdekatan dengan Kaki Terminal
“Katoda”. Cara kerja sebuah SCR hampir sama dengan sambungan dua buah bipolar transistor
(bipolar junction transistor).

Gambar 2.1 SCR

Laboratorium Elektronika Daya | 7


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun SCR memerlukan
tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat mengaktifkannya. Pada saat kaki Gate
diberikan tegangan positif sebagai pemicu (trigger), SCR akan menghantarkan arus listrik dari
Anoda (A) ke Katoda (K). Sekali SCR mencapai keadaan “ON” maka selamanya akan ON
meskipun tegangan positif yang berfungsi sebagai pemicu (trigger) tersebut dilepaskan. Untuk
membuat SCR menjadi kondisi “OFF”, arus maju Anoda-Katoda harus diturunkan hingga berada
pada titik Ih (Holding Current) SCR. Besarnya arus Holding atau Ih sebuah SCR dapat dilihat dari
datasheet SCR itu sendiri. Karena masing-masing jenis SCR memiliki arus Holding yang berbeda-
beda. Namun, pada dasarnya untuk mengembalikan SCR ke kondisi “OFF”, kita hanya perlu
menurunkan tegangan maju Anoda-Katoda ke titik Nol.
Thyristor adalah komponen elektronika yang berfungsi sebagai saklar (switch) atau
pengendali yang terbuat dari bahan semikonduktor. Thyristor yang secara ekslusif bertindak
sebagai saklar ini pada umumnya memiliki dua hingga empat kaki terminal. Meskipun terbuat dari
semikonduktor, Thyristor tidak digunakan sebagai Penguat sinyal seperti Transistor. Istilah
“Thyristor” berasal dari bahasa Yunani yang artinya adalah “Pintu”.
Pada prinsipnya, Thyristor yang berterminal tiga akan menggunakan arus/tegangan rendah
yang diberikan pada salah satu kaki terminalnya untuk mengendalikan aliran arus/tegangan tinggi
yang melewati dua terminal lainnya. Sedangkan untuk Thyristor yang berterminal dua yang tidak
memiliki terminal kendali (GATE), fungsi saklarnya akan diaktifkan apabila tegangan pada kedua
terminalnya mencapai level tertentu. Level tegangan yang dimaksud tersebut biasanya disebut
dengan Breakdown Voltage atau Breakover Voltage. Pada saat dibawah tegangan breakdownnya,
kedua kaki terminal tidak akan mengaliri arus listrik atau berada di posisi OFF. Membahas
mengenai Saklar (Switch) elektronik, pada dasarnya kita juga dapat menggunakan Transistor.
Namun jika dibandingkan dengan Transistor, Thyristor yang didedikasi sebagai
Komponen Saklar ini akan dapat berfungsi lebih baik. Hal ini dikarenakan Transistor memerlukan
tegangan/arus yang tepat untuk mengoperasikan fungsi saklarnya, jika tegangan/arus yang
diberikannya tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan maka Transistor tersebut akan berada
diantara keadaan ON dan OFF. Saklar yang berada diantara keadaan ON dan OFF bukanlah suatu
saklar yang baik. Berbeda dengan Transistor, Thyristor dirancang untuk hanya berada di dua
keadaan yaitu keadaan ON atau keadaan OFF saja. Dalam aplikasinya, Thyristor banyak
digunakan di perangkat atau rangkaian-rangkaian elektronika seperti Pengendali Daya, Timer,
Osilator, peredam cahaya, pengendali kecepatan motor listrik dan lain sebagainya.
Beberapa komponen elektronika yang tergolong dalam kelompok Thyristor diantaranya
seperti dibawah ini :

 SCR
(Silicon Controlled Rectifier) SCR adalah jenis Thyristor yang memiliki tiga kaki terminal
yang masing-masing terminal dinamai dengan GATE, ANODA dan KATODA. Secara struktur,
SCR terdiri dari 4 lapis semikonduktor yaitu PNPN yang terminal pengendalinya terdapat pada
lapisan P (Positif). Cara Kerja SCR – Saat tidak dialiri arus listrik, SCR akan berada di keadaan
OFF. Saat terminal GATE-nya dialiri arus rendah, SCR akan menjadi ON dan menghantarkan arus
listrik dari ANODA ke KATODA. Meskipun arus listrik GATE-nya dihilangkan, SCR akan tetap
dalam keadaan ON hingga arus yang mengalir dari ANODA ke KATODA tersebut juga
dihilangkan atau 0V

Laboratorium Elektronika Daya | 8


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285

Gambar 2.2 SCR

SCR dapat dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat beroperasi, yaitu SCR arus rendah dan
SCR arus tinggi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1 A sedangkan
SCR arus tinggi dapat menangani arus beban sampai ribuan ampere.

Gambar 2.3 Struktur SCR

Simbol skematis untuk SCR mirip dengan simbol penyearah dioda dan diperlihatkan pada Gambar
2. Pada kenyataannya, SCR mirip dengan dioda karena SCR menghantarkan hanya pada satu arah.
SCR harus diberi bias maju dari anoda ke katoda untuk konduksi arus. Tidak seperti pada dioda,
ujung gerbang yang digunakan berfungsi untuk menghidupkan alat.
Operasi SCR sama dengan operasi dioda standar kecuali bahwa SCR memerlukan
tegangan positif pada gerbang untuk menghidupkan saklar. Gerbang SCR dihubungkan dengan
basis transistor internal, dan untuk itu diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu SCR. Tegangan
ini disebut sebagai tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage). Biasanya pabrik pembuat SCR
memberikan data arus masukan minimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan SCR. Lembar
data menyebutkan arus ini sebagai arus pemicu gerbang (gate trigger current). Sebagai contoh
lembar data 2N4441 memberikan tegangan dan arus pemicu

Laboratorium Elektronika Daya | 9


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285

Gambar 2.3 SCR dihubung dengan sumber DC

Skema rangkaian penghubungan SCR yang dioperasikan dari sumber DC diperlihatkan


pada Gambar 2.3. Anoda terhubung sehingga positif terhadap katoda (bias maju). Penutupan
sebentar tombol tekan (push button) PB1 memberikan pengaruh positif tegangan terbatas pada
gerbang SCR, yang men-switch ON rangkaian anoda-katoda, atau pada konduksi, kemudian
menghidupkan lampu.Rangkaian anoda-katoda akan terhubung ON hanya satu arah. Hal ini terjadi
hanya apabila anoda positif terhadap katoda dan tegangan positif diberikan kepada gerbang Ketika
SCR ON, SCR akan tetap ON, bahkan sesudah tegangan gerbang dilepas. Satu-satunya cara
mematikan SCR adalah penekanan tombol tekan PB2 sebentar, yang akan mengurangi arus anoda-
katoda sampai nol atau dengan melepaskan tegangan sumber dari rangkaian anoda-katoda. SCR
dapat digunakan untuk penghubungan arus pada beban yang dihubungkan pada sumber AC.
Karena SCR adalah penyearah, maka hanya dapat menghantarkan setengah dari gelombang input
AC. Oleh karena itu, output maksimum yang diberikan adalah 50%; bentuknya adalah bentuk
gelombang DC yang berdenyut setengah gelombang.

Gambar 2.4 SCR dihubung dengan sumber AC

Skema penghubungan rangkaian SCR yang dioperasikan dari sumber AC diperlihatkan


oleh Gambar 4. Rangkaian anoda-katoda hanya dapat di switch ON selama setengah siklus dan
jika anoda adalah positif (diberi bias maju). Dengan tombol tekan PB1 terbuka, arus gerbang tidak
mengalir sehingga rangkaian anoda-katoda bertahan OFF. Dengan menekan tombol tekan PB1
dan terus-menerus tertutup, menyebabkan rangkaian gerbang-katoda dan anoda-katoda diberi bias
maju pada waktu yang sama. Prosedur arus searah berdenyut setengah gelombang melewati depan
Laboratorium Elektronika Daya | 10
Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
lampu. Ketika tombol tekan PB1 dilepaskan, arus anoda-katoda secara otomatis menutup OFF
ketika tegangan AC turun ke nol pada gelombang sinus.

Gambar 2.5 SCR dihubung dengan sumber AC

Ketika SCR dihubungkan pada sumber tegangan AC, SCR dapat juga digunakan untuk merubah
atau mengatur jumlah daya yang diberikan pada beban. Pada dasarnya SCR melakukan fungsi
yang sama seperti rheostat, tetapi SCR jauh lebih efisien. Gambar 2.5 menggambarkan
penggunaan SCR untuk mengatur dan menyearahkan suplai daya pada motor DC dari sumber AC.

Gambar 2.6 untuk start lunak

Rangkaian SCR dari Gambar 2.6 dapat digunakan untuk “start lunak” dari motor induksi 3 fase.
Dua SCR dihubungkan secara terbalik paralel untuk memperoleh kontrol gelombang penuh.
Dalam tema hubungan ini, SCR pertama mengontrol tegangan apabila tegangan positif dengan
bentuk gelombang sinus dan SCR yang lain mengontrol tegangan apabila tegangan negatif.
Kontrol arus dan percepatan dicapai dengan pemberian trigger dan penyelaan SCR pada waktu
yang berbeda selama setengah siklus. Jika pulsa gerbang diberikan awal pada setengah siklus,
maka outputnya tinggi. Jika pulsa gerbang diberikan terlambat pada setengah siklus, hanya
sebagian kecil dari bentuk gelombang dilewatkan dan mengakibatkan outputnya rendah.

Laboratorium Elektronika Daya | 11


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN


Praktikum kali ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif adalah bentuk
penelitian yang dilakukan secara sistematis, terstruktur, serta terperinci. Pada pelaksanaannya,
metode riset ini fokus pada penggunaan angka, tabel, grafik, dan diagram untuk menampilkan hasil
data/ informasi yang diperoleh. Praktikan melaksanakan praktikum mengikuti langkah-langkah
yang sudah tersedia di modul dan arahan oleh asisten laboratorium.

3.2 ALAT PERCOBAAN


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain :
1. Konsul (kotak) ED – 5060 M
2. Modul U – 5060 A
3. Avometer 1 buah

3.3 LANGKAH PERCOBAAN


Rangkaian percobaan karakteristik operasi SCR dengan serah sesuai dengan modul 5060 A.
seperti gambar di bawah ini.

Gambar 3.1 Rangkaian SCR

1. Saklar sumber utama konsul ED – 5060 M, keadaan terbuka (Turn-Off).


2. Keluaran (output) DC dari ED – 5060 M dihubungkan ke terminal masuk 0 – 20 volt U
– 5060A.
3. Buka S2 pada U – 5060 A dan masukan saklar daya konsul putar tombol berlawanan
arah jarum jam pada angka terendah sehingga tegangan DC keluaran pada 0 volt.
4. Tentukan switch S2 dari U – 5060 A pada posisi DC 0-20 V.
5. Putar pengatur arus gate R1 berlawanan arah jarum jam sehingga posisi minimum
6. Hubungan V-meter pada terminal beban (J1-J2)
7. Hubungan A-meter DC antara terminal beban J4-J5
Laboratorium Elektronika Daya | 12
Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
8. Hidupkan (Turn-On) saklar 10 V saklar S4 (pada posisi atas)
9. Atur tegangan keluar DC sekitar 10 V, lalu masukan S2
10. Atur R1 perlahan searah jarum jam agar arus gate naik. Catat nilai arus gate ketika V-
meter beban menunjuk ke angka hamper sama dengan tegangan DC yang digunakan. Lihat
catatan.
11. Untuk mengubah keadaan SCR dari hidup ke mat, lakukan percobaan dibawah ini
dengan hati-hati.
(1) Atur R1 berlawanan jarum jam sehingga arus gate sekecil mungkin.
(2) Matikan (Turn-Off) S4 (pada posisi bawah).
(3) Matikan S2, lalu hidupkan lagi.
Perlihatkan saat SCR mati antara langkah (1) s/d (3) di atas.
12. Arus gate tergantung keadaan S2, jika S4 ditutup maka SCR Hidup.
13. Matikan / buka (Turn-Off) S4.
14. Tekan tombol / switch S3 sesaat. Amati V-meter bahan, periksa arus beban mengalir
atau tidak.
15. Ubah tegangan masuk DC menjadi : 4 V, 8V, 12V, 16V dan 20V catat nilai arus gate
ketika SCR dinyalakan (ditriger) dengan tegangan berbeda.
16. Setelah menghidupkan SCR, turunkan secara bertahap tegangan masuk DC antara
anoda-katoda sekali tegangan diturunkan menjadi 0V

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA PENGAMATAN


Pengolahan Data Pengamatan
Catat : Arus gate (IG) Tegangan beban (VB) dan tegangan sumber DC yang digunakan (VDC),
dalam tabel dibawah ini.
No IG(Amp) VB(Volt) VDC(Volt) Keterangan
1 3µ 0,98 2
2 13 µ 2,11 4
3 26 µ 3,435 6
4 0 7,54 8
5 0 9,6 10

Laboratorium Elektronika Daya | 13


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
4.2 TUGAS AKHIR
1. Ketika SCR dinyalakan, dengan bagaimana hubungan arus gate dan tegangan
anoda – katoda?
2. Jelaskan cara mematikan SCR!
3. Apa kesimpulan saudara dari percobaan ini?
Jawaban
1. Ketika arus mengalir pada loop kedua dan sudah melewati diode, arus dan tegangan
akan mentrigger kaki gate sehingga arus akan mengalir dari anoda menuju katoda
2. Cara mematikan SCR dengan komutasi paksa dan komutasi alami
- Jika SCR digunakan dalam sebuah rangkain tertutup dengan sumber
masukan berupa tegangan AC, maka SCR akan OFF secara otomatis ketika
mencapai titik lintas nol (zero crossing) yang disebabkan sifat alami dari
sumber AC tersebut, ini disebut komutasi alami
- Jika SCR digunakan dalam sebuah rangkain tertutup dengan sumber masukan
berupa tegangan DC, maka SCR akan OFF jika arus beban dilawan (dipaksa
sama dengan) dengan arus komutasi yang dibangkitkan dari rangkaian
komutasi. Proses inilah yang disebut komutasi paksa.
3. Kesimpulan yang bisa ditarik adalah, SCR adalah komponen elektronika daya yang
berfungsi sebagai pengontrol dalam suatu rangkaian elektronika.

4.3 PENGOLAHAN DATA

Ig-VB
Arus dalam mikro ampere

30
25
20
15
10
5
0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan

Ig-VDC
40
Aru dalam mikro

20
ampere

0
0 2 4 6 8 10 12
Tegangan

Laboratorium Elektronika Daya | 14


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
4.4 ANALISA
Pada praktikum kali ini membahas tentang dasar penyearah terkontrol (SCR) adapun
tujuan dari praktikum ini antara lain Mempelajari karakteristik dan cara menghidupkan/mematikan
SCR (trigger turn-on dan turn off) serta Perkiraan julat (range) penggunaan SCR. Alat dan bahan
yang digunakan pada praktikum ini antara lain konsul (kotak) ED-5060M, Modul U-5060A, serta
Avometer. Adapun fungsi tiap alat yang digunakan antara lain konsul ED-5060M sebagai tempat
melakukan percobaan, modul u-5060A sebagai sumber tegangan DC, serta AVO Meter sebagai
alat pengukur arus, tegangan dan hambatan.
Dioda (Diode) adalah Komponen Elektronika Aktif yang terbuat dari bahan semikonduktor
dan mempunyai fungsi untuk menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat arus
listrik dari arah sebaliknya. Oleh karena itu, Dioda sering dipergunakan sebagai penyearah dalam
Rangkaian Elektronika. Dioda pada umumnya mempunyai 2 Elektroda (terminal) yaitu Anoda (+)
dan Katoda (-) dan memiliki prinsip kerja yang berdasarkan teknologi pertemuan p-n
semikonduktor yaitu dapat mengalirkan arus dari sisi tipe-p (Anoda) menuju ke sisi tipe-n
(Katoda) tetapi tidak dapat mengalirkan arus ke arah sebaliknya.
Cara kerja dioda adalah dioda hanya dapat mengalirkan arus listrik dalam satu arah saja.
Jika arus listrik datang dari arah berlawanan maka dioda akan beralih fungsi menjadi
penghambat.Adapun ciri dioda yaitu hanya mempunyai 2 kaki yaitu yang disebut dengan kaki
anoda dan katoda. Karena fungsinya sebagai penyearah maka arus pada dioda hanya dapat
mengalir satu arah saja.
Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi untuk menghambat atau membatasi
aliran listrik yang mengalir dalam suatu rangkain elektronika. Sebagaimana fungsi resistor yang
sesuai namanya bersifat resistif dan termasuk salah satu komponen elektronika dalam kategori
komponen pasif. Satuan atau nilai resistansi suatu resistor di sebut Ohm dan dilambangkan dengan
simbol Omega (Ω). Sesuai hukum Ohm bahwa resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus
yang mengalir melaluinya. Selain nilai resistansinya (Ohm) resistor juga memiliki nilai yang lain
seperti nilai toleransi dan kapasitas daya yang mampu dilewatkannya. Semua nilai yang berkaitan
dengan resistor tersebut penting untuk diketahui dalam perancangan suatu rangkaian elektronika
oleh karena itu pabrikan resistor selalu mencantumkan dalam kemasan resistor tersebut.
SCR adalah Dioda yang memiliki fungsi sebagai pengendali. Berbeda dengan Dioda pada
umumnya yang hanya mempunyai 2 kaki terminal, SCR adalah dioda yang memiliki 3 kaki
Terminal. Kaki Terminal ke-3 pada SCR tersebut dinamai dengan Terminal “Gate” atau
“Gerbang” yang berfungsi sebagai pengendali (Control), sedangkan kaki lainnya sama seperti
Dioda pada umumnya yaitu Terminal “Anoda” dan Terminal “Katoda”. Silicon Controlled
Rectifier (SCR) merupakan salah satu dari anggota kelompok komponen Thyristor.
Pada prinsipnya, cara kerja SCR sama seperti dioda normal, namun SCR memerlukan
tegangan positif pada kaki “Gate (Gerbang)” untuk dapat mengaktifkannya. Pada saat kaki Gate
diberikan tegangan positif sebagai pemicu (trigger), SCR akan menghantarkan arus listrik dari
Anoda (A) ke Katoda (K). Sekali SCR mencapai keadaan “ON” maka selamanya akan ON
meskipun tegangan positif yang berfungsi sebagai pemicu (trigger) tersebut dilepaskan. Untuk
membuat SCR menjadi kondisi “OFF”, arus maju Anoda-Katoda harus diturunkan hingga berada
pada titik Ih (Holding Current) SCR. Besarnya arus Holding atau Ih sebuah SCR dapat dilihat dari
datasheet SCR itu sendiri.

Laboratorium Elektronika Daya | 15


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
TRIAC adalah perangkat semikonduktor berterminal tiga yang berfungsi sebagai
pengendali arus listrik. TRIAC tergolong sebagai thyristor yang berfungsi sebagai pengendali atau
Switching. TRIAC memiliki kemampuan yang dapat mengalirkan arus listrik ke kedua arah
(bidirectional) ketika dipicu. Terminal Gate TRIAC hanya memerlukan arus yang relatif rendah
untuk dapat mengendalikan aliran arus listrik AC yang tinggi dari dua arah terminalnya. TRIAC
sering juga disebut dengan Bidirectional Triode Thyristor.
DIAC adalah komponen aktif Elektronika yang memiliki dua terminal dan dapat
menghantarkan arus listrik dari kedua arah jika tegangan melampui batas break over-nya atau
biasan disebut “Bidirectional Thyristor”. DIAC biasanya digunakan sebagai pembantu untuk
memicu TRIAC dalam rangkaian AC Switch, DIAC juga sering digunakan dalam berbagai
rangkaian seperti rangkaian lampu dimmer (peredup) dan rangkaian starter untuk lampu neon.
Untuk menyalakan SCR, IGT (arus trigger gate) harus melampaui IGT dan VGT yang
disyaratkan thyristor. IGT (arus trigger gate) didefenisikan arus minimum thyristor yang
diisyaratkan untuk menswitch thyristor dari status mati ke hidup. VGT (tegangan trigger gate)
didefinisikan tegangan yang disyaratkan untuk menghasilkan arus trigger arus trigger gate.
Penyalaan (gating) SCR harus memenuhi ketentuan sekitar 80% dari total SCR.
Setelah terpenuhi SCR akan mengunci dan akan ON. Arus penguncian didefinisikan
sebagai dasar minimum yang dibutuhkan untuk memelihara SCR dalam keadaan status hidup
sesaat setelah pensaklaran dari mati ke hidup dan sinyal penyalaan tidak ada arus penguncian.
Setelah terkunci, arus diperlukan agar SCR tetap menyala. Ini yang disebut arus holding.
Pada praktikum, rangkaian dialiri arus DC. Pada saat arus mengalir dan masuk pada
percabangan dan menemui SCR, tidak lantas mengaktifkan SCR tersebut. Arus mengalir melalui
percabangan selanjutnya dan menemui Dioda lalu menuju kaki gate dan dapat mengaktifkan SCR
sehingga arus dapat mengalir pada satu loop. Peran rangkaian DC disini sebagai kunci
mengoperasikan SCR.
Setelah dipasang voltmeter dan ammeter, didapat hasil nilai Ig naik dan tiba-tiba nol.itu
terjadi karena untuk menyalakan SCR diperlukan arus masukan terlebih dahulu sekitar 80%.
Ketika sudah terpenuhi SCR akan aktif Nilai tegangan beban (VB) juga naik seiring masuknya
arus ke kaki gate. Ketika SCR sudah menyala, tegangan beban juga naik dan rangkaian akan
menyala pada satu loop saja.
Cara mematikan SCR dengan Komutasi Paksa dan komutasi Alami. Jika SCR digunakan
dalam sebuah rangkain tertutup dengan sumber masukan berupa tegangan AC, maka SCR akan
OFF secara otomatis ketika mencapai titik lintas nol (zero crossing) yang disebabkan sifat alami
dari sumber AC tersebut, ini disebut komutasi alami
Jika SCR digunakan dalam sebuah rangkain tertutup dengan sumber masukan berupa
tegangan DC, maka SCR akan OFF jika arus beban dilawan (dipaksa sama dengan) dengan arus
komutasi yang dibangkitkan dari rangkaian komutasi. Proses inilah yang disebut komutasi paksa.

Laboratorium Elektronika Daya | 16


Michael Bima Sakti. S
2017-11-285
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Penyerarah terkendali merupakan penyearah yang outputnya dapat dikendalikan. Untuk
mengatur output penyearah maka digunakan komponen SCR sebagai pengganti diode. Silicon
Controlled Rectifier ( SCR ) adalah salah satu komponen yang mirip dengan transistor karena
memiliki tiga buah kaki.
5.2 SARAN
Praktikan menyarankan agar beberapa hal terkait pengembangan Laboratorium dimasa
mendatang yaitu:
 Dalam praktikum akan lebih baik jika menambah beberapa peralatan laboratorium agar
praktikum dapat berjalan dengan tepat dan cepat.
 Peningkatan mutu asisten pada periode selanjutnya

DAFTAR PUSATAKA
1. Mohammad H. Rashid, ”Elektronika Daya”, Penerbit Erlangga, 2006.
2. Mohammad H. Rasid, ”Power Electronics”, Edisi Ke Empat, Penerbit Pearson, 2014.
3. Mohan, Undeland,”Power Electronics:Converter, Aplication and Design”, Jhon Willey and
Son, Singapore, 1994
4. Sed, P, C,”Power Electronics”, 1 ed General Electric, New York, 1979

Laboratorium Elektronika Daya | 17

Anda mungkin juga menyukai