Anda di halaman 1dari 24

BAHAN GALIAN INDUSTRI

KAOLIN

TUGAS MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahan Galian Industri


pada Semester II tahun Akademik 2017-2018

Oleh

Renaldy 122.15.018

JURUSAN EKSPLORASI TAMBANG


INSTITUT TEKNOLOGI DAN SAINS BANDUNG
KOTA DELTAMAS
2018

vii
ABSTRAK

Makalah ini yang berjudul “Bahan Galian Industri Kaolin” ditulis untuk
mengetahui potensi bahan galian pasir besi di Indonesia, mengetahui proses
pengolahan bahan galian pasir besi, serta mengetahui pemanfaatan pasir besi
dalam bidang industri.Beberapa tahun terakhir permintaan besi dan baja dunia
semakin tinggi, di Indonesia kebutuhan baja nasional terus mengalami
peningkatan seiring dengan perkembangan sektor industri dan semakin seringnya
pembangunan infrastruktur.Selama ini dalam memenuhi total kebutuhan besi dan
baja Indonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri.Berdasarkan sumber
data atau informasi melalui internet dapat dijelaskan bahwa untuk mengatasi
masalah kebutuhan terhadap bahan baku industri besi dan baja pemerintah perlu
membuat kebijakan mengenai pengolahan bahan baku mentah di dalam negeri
dalam rangka peningkatan nilai tambah mineral, dalam hal ini pemerintah perlu
mendirikan industri smelter besi serta memfokuskan pemanfaatan pasir besi
sebagai sasaran bahan baku utama.

Kata kunci: Pemanfaatan pasir besi di Indonesia.

vii
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmatnya dapat

menyelesaikan makalah ini dengan judul “Bahan Galian Industri Kaolin” dalam

rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahan Galian Industri, tujuan

penulisan ini untuk mengetahui potensi bahan galian pasir besi, proses pengolahan

bahan galian pasir besi, serta pemanfaatan bahan galian pasir besi.

Makalah ini baik digunakan sebagai acuan khususnya mahasiswa untuk

mempelajari proses pengolahan pasir besi. Namun, kami menyadari bahwa

makalah ini masih banyak kekurangan. Kendala dalam pembuatan makalah ini

dikarenakan tidak adanya waktu dalam melakukan observasi ke lapangan. Demi

perbaikan makalah ini diharapkan pembaca dapat memberikan saran atau dapat

melakukan observasi langsung ke lapangan demi sempurnanya makalah ini.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu,

dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran kepada kami

dalam mengerjakan makalah ini hingga selesai

2. Bapak Peny Supriatno, Selaku dosen mata kuliah bahan galian industri

3. Semua Pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini, baik secara

langsung maupun tidak langsung

vii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................. iii


PRAKATA............................................................................................ iv
DAFTAR ISI......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Potensi Cadangan Bahan Galian Kaolin Kaolin di Indonesia ... 4

BAB II GENESA DAN KARAKTERISTIK KAOLIN ............................ 8


2.1 Genesa Kaolin ........................................................................... 8
2.1.1 Geologi Pembentukan Kaolin ................................................. 8
2.1.2 Proses Hidrotermal ................................................................. 8
2.1.3 Proses Pelapukan .................................................................... 8
2.2 Karateristik Kaolin ...................................................................31
2.2.1 Sifat Fisik Kaolin ...................................................................31
2.2.2 Sifat Kimia Kaolin .................................................................31
2.3 Mineralogi Kaolin ....................................................................31
2.4 Potensi Kaolin di Indonesia ......................................................31
2.5 Eksplorasi Kaolin .....................................................................31

BAB III PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN KAOLIN .................30


3.1 Teknik Penambangan Bahan Galian Kaolin .............................30
3.2 Peralatan Pengolahan Bahan Galian Kaolin .............................30
3.3 Tahapan Pengolahan Bahan Galian Kaolin. .............................31
3.4 Peningkatan Kualitas Kaolin ....................................................31

BAB IV KEGUNAAN DAN SPESIFIKASI KAOLIN ..............................40


4.1 Pemanfaatan Bahan Galian Kaolin ...........................................40

vii
4.2 SNI Pemanfaatan Kaolin ..........................................................41

BAB V PROSPEK DAN PERKEMBANGAN ...........................................40


5.1 Prospek .....................................................................................40
5.2 Perkembangan ..........................................................................41

DAFTAR PUSTAKA

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Potensi sumberdaya kaolin di Indonesia cukup besar terutama di Bangka dan
Belitung serta beberapa lokasi di Jawa seperti di Tasikmalaya, Yogyakarta,
Wonogiri, Trenggalek, dan lain-lain. Dalam kurun tahun 1990-1999 perimbangan
pemasokan dan kebutuhan kaolin di Indonesia menunjukkan kelebihan
pemasokan yang cukup besar, yaitu dari pemasokan sebesar 285.414 ton pada
tahun 1990 hanya terserap sebesar 258.727 ton dan pada tahun 1999 dari 482.083
ton yang dipasok hanya terserap 251.997 ton. Prospek pengembangan usaha
pertambangan kaolin dari sisi pemasokan dan kebutuhan kurang begitu
mengembirakan. Kelebihan pemasokan yang terus terjadi dalam kurun 1990-1999
dapat menurunkan harga kaolin domestik yang pada akhirnya dapat mematikan
pengusaha kaolin dalam negeri. Perlu upaya dari Pemerintah guna meningkatkan
pengusahaan kaolin hasil dalam negeri di masa mendatang baik melalui kebijakan
berupa kemudahan ekspor maupun menghambat laju impor (peningkatan bea
masuk). Perlu upaya untuk meningkatkan peranan lembaga penelitian dan
pengembangan guna membantu para pengusaha dalam peningkatan kualitas hasil
produknya.

1.2 Potensi Cadangan Bahan Galian Kaolin di Indonesia


Kaolin adalah satu mineral industri yang berpotensi cukup di Indonesia yang
terbesar dan mungkin terbaik berada di Pulau Bangka dan Belitung. Eksploitasi
potensi ini belum optimal. Untuk itu, informasi yang terkait dengan
pengembangan usaha pertambangan kaolin mutlak harus dilakukan. Produksi
kaolin Indonesia dapat dikatakan sebagian besar sudah dapat memasok keperluan

vii
di dalam negeri kecuali untuk keramik bermutu tinggi yang mengharuskan
persyaratan ketat.
Potensi Cadangan kaolin di Indonesia sekitar 66,21 juta ton yang terdiri dari 12,95
juta ton cadangan terbukti, 26,57 juta ton cadangan terunjuk dan 26,70 juta ton
cadangan tereka. Potensi cadangan tersebut tersebar di beberapa daerah, seperti
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bangka dan Belitung dengan mutu cukup
baik terutama untuk digunakan sebagai bahan baku keramik dan pengisi (filler).
Daerah lainnya terdapat di Sumatera, Jawa dan Sulawesi Utara.

vii
BAB II
GENESA DAN KARAKTERISTIK KAOLIN

2.1 Genesa Kaolin


2.1.1 Geologi Pembentukan Kaolin
Mula Jadi Kaolin diambil dari nama sebuah gunung di dekat Jauchau Fa, Cina,
yaitu kauling yang berarti pegunungan tinggi. Istilah kauling ini telah muncul
sejak beberapa abad yang lampau dan diambil oleh masyarakat Cina untuk tanah
lempung yang dimanfaatan untuk membuat guci atau patung porselen, keramik,
peralatan rumah tangga khususnya peralatan makan dan minum (seperti piring,
teko, cangkir, dll.).

Kaolin termasuk kelompok mineral lempung dengan kandungan besi rendah. Pada
umumnya berwarna putih atau agak keputih-putihan. Kaolin mempunyai
komposisi hidrous alumunium silikat (2H2O.Al2O3.2SiO2), dan beberapa
material penyerta. Secara geologi, mula jadi kaolin karena proses pelapukan dan
alterasi hidro-thermal pada batuan beku felspatik. Mineral-mineral potash
alumunium silika dan feldspar diubah menjadi kaolin. Proses kaolinisasi
berlangsung pada kondisi tertentu, sehingga elemen-elemen selain silika,

vii
alumunium, oksigen dan hidrogen akan mengalami pertukaran seperti terlihat
pada persamaan reaksi sebagai berikut :
2KAlSi3O8 + 2H2O -→ Al2(OH)4(SiO5) + K2O + 4SiO2
Felspar. Kaolinit
Proses pelapukan terjadi pada atau dekat dengan permukaan tanah yang sebagian
besar terjadi pada batuan beku. Sementara proses alterasi hidrothermal terjadi
karena larutan hidrothermal mengalir melalui rekahan, patahan, dan daerah
permeabel lainnya sambil mengubah batuan gamping menjadi endapan kaolin.
Endapan kaolin terdiri dari dua macam, yaitu residual dan sedimen. Di Indonesia,
endapan kaolin residual yang merupakan hasil alterasi hidrothermal pada batuan
granit terdapat dalam jumlah yang besar di Propinsi Bangka dan Belitung.
Mineralogi Mineral yang tergabung dalam kelompok kaolin adalah mineral
kaolinit, nakrit, dikrit dan halloysit. Di antara mineral-mineral tersebut, kaolinit
merupakan mineral utama, sedangkan halloysit (Al2(OH)4SiO52H2O) memiliki
kandungan air lebih besar seringkali membentuk endapan tersendiri. Biasanya
dalam endapan kaolin yang ekonomis, tidak ditemukan mineral nakrit dan dikrit.

2.1.2 Proses Hidrotermal


Definisi larutan hidrothermal menurut Bateman (1960) adalah suatu cairan panas
yang berasal dari dalam kulit bumi yang bergerak ke atas dengan membawa
komponen-komponen mineral logam. Cairan panas tersebut merupakan larutan
sisa hasil akhir proses pembekuan magma. Deposisi hidrothermal menurut
Bateman (1980) akan dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut yaitu adanya
cairan pembentuk mineral yang dapat melarutkan dan mentransportasi material
mineral, adanya celah atau rongga batuan sebagai jalan bergeraknya larutan,
adanya tempat untuk mengendapkan mineral, adanya reaksi kimia yang
mengakibatkan terjadinya pengendapan, konsentrasi yang cukup tinggi dari
larutan mineral sehingga dapat menjadi deposit. Proses alterasi hidrothermal
ditandai oleh pengaruh larutan hidrothermal yang dapat menyebabkan terjadinya
perubahan mineralogi dan tekstur batuan dinding. Proses yang terjadi karena

vii
alterasi hidrothermal merupakan yang banyak berperan dalam proses terbentuknya
kaolin (kaolinisasi), sebagai contoh reaksi adalah sebagai berikut:

Pada reaksi pembentukan kaolin dari feldpar akibat pengaruh larutan hidrothermal
seperti reaksi di atas dapat dilihat bahwa komponen H2O masuk ke feldspar dan
K2O (+ sebagian SiO2) keluar. Transfer unsur dari larutan hidrothermal pada
suhu dan tekanan tertentu akan menyebabkan perubahan mineralogi dan tekstur
batuan dinding. Alterasi hidrothermal merupakan suatu proses ikutan yang selalu
menyertai proses deposisi atau pembentukan deposit hidrothermal. Proses ini pada
prinsipnya adalah proses penggantian unsur-unsur tertentu dari mineral yang ada
pada batuan dinding yang kemudian digantikan oleh unsur lain yang berasal dari
larutan hidrothermal. Proses ini menuju kondisi stabil melalui mekanisme
pertukaran ion yang dikontrol oleh temperatur, tekanan, kedalaman, dan
komposisi cairan yang mengakibatkan perubahan tekstur dan mineralogi pada
batuan dinding. Pengertian alterasi sendiri adalah proses ubahan mineralogis baik
perubahan bentuk, warna ataupun komposisinya. Bateman dan Jensen (1981)
menyebutkan faktor pengontrol proses perubahan tersebut diantaranya adalah
adanya disintegrasi mekanis, adanya dekomposisi kimia, pelarutan dari beberapa
unsur, masuknya unsur-unsur baru dan kombinasi dari proses-proses tersebut di
atas. Alterasi hidrothermal merupakan salah satu tipe metamorfisme yang meliputi
proses rekristalisasi dri batuan induk membentuk mineral baru yang lebih stabil
akibat kontrol perubahan tertentu, dan dapat diartikan juga sebagai proses
penggantian unsur-unsur dari mineral batuan dinding yang digantikan unsur lain
dari luar. Salah satu ciri utama dari alterasi hidrothermal adalah adanya perubahan
sekumpulan mineral essensial menjadi mineral-mineral baru yang lebih stabil di
bawah kondisi suhu, tekanan dan komposisi larutan hidrothermal yang tertentu
(Rose & Burt dalam Barnes, 1979 dalam Bateman & Jansen, 1981). Faktor-faktor
yang mempengaruhi intensitas dan hasil alterasi hidrothermal antara lain adalah
karakteristik dan komposisi batuan asal (host rock), komposisi larutan
hidrothermal, kondisi temperatur, tekanan serta perubahan fase larutan

vii
hidrothermal serta perubahan unsur tertentu yang paling awal (seperti pelepasan
H2S menjadi asam kuat).
Adapun jenis alterasi penghasil mineral kaolin yaitu:
1. Alterasi argilik Menurut Bateman & Jansen (1981) alterasi ini membentuk
mineralmineral lempung pada batuan dinding oleh aktivitas cairan
hidrothermal pada mineral-mineral karbonat, selain itu alterasi argilik
merupakan istilah yang dipakai untuk menyebutkan pembentukan mineral-
mineral lempung pada batuan dinding oleh proses alterasi terhadap
mineral-mineral karbonat, apabila yang terbentuk berupa mineral kaolinit,
montmorilonit dan amorphous clay yang dihasilkan dari alterasi terhadap
plagioklas umumnya disebut sebagai argilik 11 menengah (intermediate
argilic), sedangkan argilik lanjut (advance argilic) digunakan untuk
menyebutkan alterasi yang menghasilkan mineral dickit, kaolinit, propilit,
alunit, diaspore dan mineral alumina lainnya sebagai hasil perubahan dari
feldspar.
2. Alterasi propilitik Alterasi ini menghasilkan mineral lempung jenis
kaolinit sebagai mineral yang paling melimpah, yang membedakan dengan
tipe alterasi argiliki adalah kehadiran mineral karbonat seperti kalsit, klorit
dan epidot, sedangkan mineral yang berasosiasi dengan zona alterasi
propilitik ini antara lain: mineral albit, serisit, zeolit, pirit. CaAl2(SiO4)2 +
2H2O + CO2 Al2SiO2O3 (OH)4 + CaCO3 Anorthit kaolinit kalsit.
3. Alterasi potasik Tipe alterasi ini dicirikan oleh melimpahnya serisit yaitu
mineral mika putih yang mempunyai ukuran butir halus, yang biasanya
akan berasosiasi dengan mineral kaolin, kuarsa dan pirit dalam jumlah
yang tidak begitu banyak. Serisit akan terbentuk oleh proses perubahan
terhadap potasium feldspar dan plagioklas. 3KAlSi3O8 + H+ K
AlSi3O10(OH)2 + 4K+ + 6SiO2 potas feldspar mika silika 12 Sebagian
ahli membedakan antara alterasi potasik dengan serisitisasi, dalam hal ini
alterasi potasik akan membentuk mineral biotit ataupun potasium feldspar
sebagai hasil alterasi terhadap mineral-mineral mafik ataupun plagioklas.

vii
Pembentukan kaolin melalui proses hidrothermal umumnya terjadi pada
batuan beku feldspartik dimana mineral-mineral potas aluminium silika dan
feldspar diubah menjadi kaolin. Kaolin tersusun sebagian besar oleh mineral
kaolinit, proses terbentuknya kaolin disebut juga proses kaolinisasi sehingga
di dalam pembentukan endapan kaolin sebagai produk dari alterasi
hidrothermal akan identik dengan pembentukan mineral kaolinit walaupun
bisa juga terbentuk oleh mineral halloysit, sedikit dickit maupun nakrit.

2.1.3 Proses Pelapukan


Kaolin hasil dari proses pelapukan sama halnya dengan proses pembentukan
kaolin melalui proses alterasi hidrothermal. Kaolin hasil dari proses pelapukan
juga terjadi sebagian besar pada batuan beku yang banyak mengandung potasium
feldspar. Proses pembentukan kaolin ini dapat terjadi secara langsung akibat
pelapukan batuan beku tersebut dan juga akibat pelapukan dari dua jenis mineral
yang saling bereaksi selama proses pelapukan berlangsung, hal ini sama dengan
proses-proses yang terjadi pada mineral lempung biasa, yaitu bisa berupa solution
dan karbonatisasi, berikut ini reaksi pembentukan kaolinit akibat pelapukan
potasium feldspar dan juga akibat reaksi yang terjadi antara ortoklas dan karbonat:

Proses pelapukan (insitu weathering) akan terjadi dekat dengan permukaan tanah
atau sangat dekat dengan permukaan tanah, dalam pembentukannya kaolin akan
sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tempat pelapukan, dimana kaolin
efektif terbentuk pada kondisi hidrous yang memungkinkan rendahnya kadar Fe
dan Mg dalam tanah.

vii
2.2 Karakteristik Kaolin
2.2.1 Sifat Fisik Kaolin
Secara umum kaolin berwarna putih atau agak keputih-putihan, kekerasan 2-2.5,
bersifat plastis bila tercampur air, dengan daya hantar listrik dan panas yang
rendah dan berat jenis antara 2,60-2,63. Sifat-sifat kaolin akan sangat dipengaruhi
oleh komposisi mineral tanah lempung yang ada dalam kaolin, maka untuk
mengetahui sifat-sifat fisik yang lain seperti plastisitas, kekuatan, tekstur dan lain-
lain yang dibahas adalah sifat-sifat dari mineral penyusunnya yaitu mineral
lempung. Menurut Kirsch (1968) sifat-sifat fisik tersebut antara lain:
1. Flokulasi dan deflokulasi
Flokulasi adalah proses penggumpalan butir-butir lempung menjadi
gumpalan yang lebih besar, sedangkan deflokulasi adalah proses dispersi
gumpalan-gumpalan yang berukuran lebih besar menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil. Flokulasi dan deflokulasi menggambarkan keadaan
agresi dari butir-butir lempung bila bercampur dengan air, dimana mineral
lempung dengan cepat menyerap air dan untuk kaolin air yang terserap itu
0 0
akan menguap pada pemanasan pada suhu 100 C-200 C. Proses dispersi
dapat diperkuat dengan penambahan elektrolit atau deflokulan seperti
waterglass, Na2CO3, Na2PO4 , dan lain-lain. Jumlah penggunaan

deflokulan untuk proses dispersi ini tergantung pada beberapa faktor


(Grim, 1968) diantaranya adalah oleh kadar butir-butir halus yang
menunjukkan sifat-sifat koloid, jumlah dan jenis garam-garaman terlarut
yang ada dalam lempung, silikat-silikat dan elektrolit atau deflokulan yang
dipakai, sifat-sifat mineral lempung yang ada dalam flokulan.
2. Plastisitas
Plastis adalah sifat yang memungkinkan lempung dapat diberi bentuk
tanpa retakan dan bentuk itu akan tetap setelah gaya pembentuknya hilang
atau dihilangkan. Lempung akan menjadi plastis beberapa saat kemudian
jika lempung tersebut bercampur dengan cairan yang mempunyai susunan
kutub seperti air. Lempung tidak akan berubah secara plastis apabila

vii
berinteraksi dengan cairan yang bersusunan bukan kutub seperti CCl4.

Menurut Grim (1968), faktor-faktor yang mempengaruhi derajat plastisitas


dari lempung diantaranya oleh adanya pengaruh air, bahan-bahan padat
dan gejala koloid yang mempengaruhi, ukuran partikel-partikel padat dan
gaya tarik antar molekul, adanya bahan-bahan lain yang mempengaruhi
sifat-sifat partikel, orientasi partikel-partikel di dalam massa, sejarah
sebelum yang telah dialami oleh bahan. Menurut Grim (1968), kaolin
memiliki batas plastisitas 25-36,3 jauh lebih kecil dibandingkan dengan
montmorilonit yang plastisitasnya 86-700.
3. Thiksotropi
Thiksotropi atau daya suspensi adalah suatu sifat-sifat dari mineral
lempung yang bila tercampur dengan suatu cairan akan membentuk
suspensi. Sifat ini berkaitan dengan keplastisan. Kaolin berbutir halus akan
tetap tinggal tersuspensi di dalam air berjam-jam tanpa menunjukkan
tanda-tanda akan mengendap, bila di dalamnya ditambahkan flokulan
seperti asam, borak, MgSO4 dan lain-lain, maka terjadi penggumpalan atau

flokulasi dengan pengendapan yang berlangsung cepat, jika ke dalam


larutan ditambahkan elektrolit seperti waterglass atau Na2CO3 akan

menambah proses dispersi dan menghasilkan suatu suspensi yang lebih


permanen.
4. Tekstur
Tekstur mineral lempung meliputi ukuran dan bentuk partikel mineral
lempung yang mempengaruhi keplastisannya, kekuatan mekanis,
kemudahan dalam pengeringan dan karakter produk setelah dibakar dan
kaolin umumnya memiliki dua jenis tekstur (Grim, 1968), yaitu tekstur
mineral-mineral non plastis yang umumnya sebagai impurities bertekstur
kasar sampai halus dan tekstur mineral-mineral yang sangat halus.
5. Susut kering
Pada waktu proses pengeringan terjadi pengeluaran air sehingga
memungkinkan butir-butir lempung melekat satu dengan yang lainnya, ini

vii
diistilahkan sebagai susut kering, yang masih terdapat air sisa dinamakan
0
air pori, bisa bertahan hingga pemanasan sampai dengan 110 C. Lempung
sangat bervariasi susut keringnya. Derajat variasi susut kering lempung
identik dengan variasi jumlah air yang diperlukan untuk menimbulkan
keplastisannya, makin tinggi keplastisan lempung makin banyak air
terabsorbsi maka makin besar pula susut keringnya. Lempung yang
memiliki susut kering tinggi sukar dikeringkan tanpa timbulnya retak-retak
atau pecah-pecah, untuk mengurangi timbulnya retak atau pecah dapat
dilakukan dengan penambahan bahan non plastis seperti pasir kuarsa, flint
dan feldspar. Menurut Uun dan Asril (1990), susut kering kaolin dibagi
menjadi 3, yaitu kaolin kasar susut kering lini air 5,0-7,6 , untuk kaolin
tercuci berkisar 3,3-10,8 , dan untuk kaolin sedimenter berkisar 4,5-12,8.
6. Warna
Warna kaolin akan dipengaruhi oleh warna dari mineral lempung
penyusunnya, dimana warna mineral lempung akan ditentukan oleh
kandungan senyawa-senyawa besi atau bahan-bahan karbon, kadang-
kadang juga mineral-mineral mangan dan titan dalam jumlah yang cukup
untuk mempengaruhi warna pada lempung. Warna kaolin yang putih atau
agak keputih-putihan diakibatkan oleh mineral lempung penyusunnya
bebas dari pengotoran di atas. Warna dari mineral lempung sebelum dan
sesudah pembakaran kadang-kadang mengalami perubahan, untuk kaolin
sebelum dan sesudah pembakaran umumnya akan tetap sama putih, namun
juga bisa berubah sedikit menjadi putih kekuningan.

vii
2.2.2 Sifat Kimiawi Kaolin
Seperti halnya sifat fisik yang dimiliki oleh kaolin, sifat kimiawi yang dimiliknya
juga sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat kimiawi mineral lempung penyusunnya.
Salmag (1961) menyebutkan sifat-sifat kimiawi tersebut antara lain:
1. Pertukaran ion
Salah satu sifat yang penting dari mineral lempung adalah pertukaran
elektrik pada partikel-partikelnya dimana mineral-mineral lempung akan
menarik kation dan anion dengan cara pertukaran untuk netralisir, artinya
dengan mudah digantikan oleh anion dan kation lain saat kontak dengan
ion lain pada larutan yang encer, kecuali kalau di bawah kondisi asam
yang ekstrim, pertukarannya lebih bersifat negatif. Mineral lempung
cenderung menyerap kation yang sering disebut Cation Exchange
Capacity (CEC) atau Kapasitas Pertukaran Kation, yang dapat dinyatakan
sebagai jumlah ekuivalen per satuan berat pada keadaan kering (mili
ekuivalen per seratus gram). Kegunaan pertukaran ion pada mineral
lempung antara lain adalah sebagai sumber nutrisi pada soil untuk
pertumbuhan tanaman terutama sekali pada kalsium, magnesium dan
kalium, walaupun ada beberapa tanaman yang dapat memanfaatkan kalium
tanpa adanya pertukaran ion pada soil; sifat fisik dari soil lempung
+
(kekuatan, plastisitas dan lain-lain) yang sangat tergantung pada unsur Na
+
dan Ca ; proses pertukaran ion memainkan peranan penting pada
penghentian kation yang tidak diinginkan seperti sebagai pembubuh
organik atau dari pembuangan komponen radioaktif; dapat diketahui
simulasi cara pembentukan mineral lempung dari reaksi antar muatannya,
sehingga memudahkan dalam penyesuaian sifat katalisator dan molekuler
pada lempung untuk penggunaan tertentu (Grim, 1968). Harga CEC pada
kaolin adalah 2%-15% (Milens & King, 1955 dalam Grim, 1968), harga
CEC ini adalah termasuk paling kecil dibandingkan dengan mineral
lempung lainnya.

vii
2. Interaksi dengan air
Sifat interaksi dengan air pada mineral lempung khususnya kaolin dapat
dihubungkan dengan hal-hal berikut: sifat hidrasi pada kandungan air yang
relatif rendah. Sifat mineral lempung dalam air sangat kompleks dan
penting. Pada umumnya sifat ini mempertimbangkan penyerapan air oleh
mineral lempung dari suatu keadaan yang relatif kering, yaitu interaksi
terjadi ketika molekul air menjadi lengket pada permukaan partikel dan
atau berhubungan dengan kation yang dapat berpindah. Hidrasi mineral
lempung pada keadaan kering merupakan proses eksoterm, ini dapat diuji
dengan mudah oleh panas yang ditimbulkan pada sisi gelas kimia yang
dihasilkan ketika sejumlah bubuk mineral lempung dibasahi. Penyerapan
air oleh mineral lempung dapat terjadi baik oleh hidrasi permukaan kristal
ataupun oleh pertukaran kation. Pada kaolin, air hanya dapat diserap pada
permukaan luar, dimana ada dua macam yaitu siloksan dan gibsit, dan
pada ujung partikel. Entalpi penyerapan air ini sangat kecil dan dapat
dihilangkan oleh kenaikan panas yang kecil.
3. Interaksi dengan bahan organik
Beberapa molekul organik, seperti pada air dapat dengan mudah diserap
oleh mineral lempung. Pada beberapa kejadian, terutama untuk molekul
organik tak berkutub, kekuatan interaksinya relatif lemah, hanya sesuai
untuk penyerapan secara fisik. Namun demikian, spesies organik berkutub
atau berion dapat menjadi variasi yang luas dari reaksi kimia dengan
mineral lempung. Kelompok mineral kaolinit, smektit dan vermikulit
dapat berkembang oleh penetrasi molekul antar lapisan untuk membentuk
suatu interkalasi yang komplek

vii
2.3 Mineralogi Kaolin
Kaolin termasuk dalam subklas phyllosilicate, dimana dasar dari semua
kenampakan struktur dari mineral-mineral pada subklas ini terdiri dari SiO4

tetrahedrall yang terdiri dari 3 atau 4 rantai oksigen dan dengan cara yang serupa
membentuk perlapisan pseudohexagonal, meskipun beberapa dari phyllosilicate
stabil pada temperatur sedang, yang terlihat pada beberapa kenampakan
temperatur pada saat proses sedimentasi (mineral lempung) ditunjukkan oleh
struktur yang lebih sederhana yang terbentuk di bawah kondisi serupa pada tipe-
tipe silikat yang lain (Salmang, 1961).
Syarat dari penggolongan lempung di atas permukaan bumi adalah material yang
berbutir halus dan memiliki plastisitas ketika bercampur dengan air dalam jumlah
yang terbatas. Analisis kimia dari lempung menunjukkan bahwa lempung
terbentuk dari hidrous aluminium silikat dalam frekuensi yang cukup besar
dengan kandungan besi, kalsium, sodium dan potasium. Lempung selalu
berukuran halus yang terbentuk pada pelarutan colloid. Batas ukuran dari
lempung memiliki diameter sampai 0,004 mm yang secara genetik terbentuk
sebagai hasil pelapukan dan sedimentasi dari batuan beku yang kaya akan feldspar
dan juga terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrothermal (Grim, 1953 dalam
Bateman, 1959).
Karakteristik dari mineral lempung dari subklas phyllosilicate terdiri dari 4 grup,
yaitu grup kaolin, grup montmorilonit, grup lempung mika dan grup klorit.
Mineral dari grup kaolin memiliki komposisi kimia yang sama yaitu
Al4Si4O10(OH)8. mineral lempung memiliki beberapa kenampakan fisik yang

sama, mineral ini sukar diamati secara makroskopis maupun mikroskopis kecuali
dengan menggunakan defraksi sinar X untuk mengetahui komposisi mineral dan
dengan SEM untuk mengetahui bentuk strukturnya (Hunt, Kraus, Ramsdel, 1951).
Tiga tipe grup kaolin yang dikenal adalah kaolinit, nakrit dan dickit. Mineral-
mineral ini dapat terpisah ataupun bersatu, namun umumnya pada endapan kaolin
yang bernilai ekonomis tidak ditemukan mineral-mineral nakrit dan dickit.
Kaolinit merupakan massa mineral yang sangat dominan dalam grup kaolin,

vii
karena merupakan mineral utama penyusun kaolin (80%), komposisi kimianya
dengan formula Al4Si4O10(OH)8, terbentuk dengan atau tanpa adanya substitusi

atom (Kerr, 1959). Percobaan menggunakan x-ray dan analisa dengan SEM
menunjukkan perbedaan yang cukup jelas pada molekul-molekul dasar ketiga
mineral ini, dimana molekul dasar dari nakrit terdiri dari 6 lapisan, dickit 2 lapisan
dan kaolinit satu lapisan.
0 0
Hilangnya kandungan air pada kaolinit terjadi pada temperatur 400 C-450 C,
0 0 0
pada dickit 510 C-575 C dan nakrit >600 C, pecah secara alami dan mengalami
perusakan fisik akan sangat mudah terjadi pada saat kering, hal ini diakibatkan
ukuran yang halus dan mudah tergores.
Mineral kaolinit berwarna putih, namun seringkali berwarna coklat atau abu-abu
karena adanya material pengotor, cerat putih, dengan kilap mutiara pada kristal
yang besar tapi sering kali memiliki kilap tanah dan memiliki kilap tanah (dull),
memiliki sistem kristal triklin, umumnya berupa earthy aggregat,
pseudohexagonal dan platy crystal yang kadang-kadang dapat diamati di bawah
SEM, memiliki belahan (001), sempurna, tapi tidak dapat dilihat secara
megaskopis karena ukurannya yang kecil, kekerasan 1-2, densitas 2,6 , memiliki
sifat optik α = 1.553-1.565 ; β = 1.959-1.569 ; γ = 1.560-1.570, perlapisan kaolin
terdiri dari tetrahedralll layer.

vii
Pada sekuen yang sama satu, dua, atau enam perlapisan kaolin akan terdiri
kaolinit, dickit dan nakrit. Dilihat dari genesanya kaolinit terbentuk dari
dekomposisi alumino silikat, khususnya feldspar akibat proses pelapukan atau
aktifitas hidrothermal. Deposit yang cukup besar umumnya terbentuk oleh alterasi
hidrothermal feldspa di dalam granit dan granit pegmatit seperti di Cornwall
(England), Ukraina-Czech Rep., USSR dan China.

2.4 Potensi Kaolin di Indonesia


Hasil eksplorasi yang tercatat dalam Pusat Sumber Daya Geologi menampilkan
mineral kaolin dalam kategori sumberdaya bahan keramik didapatkan peta
persebaran mineral kaolin di Indonesia baik dalam sumberdaya hipotetik maupun
sumberdaya terukur mayoritas di pulau Sumatera, Bangka, dan Kalimantan serta
tersebar tidak merata pada daerah lainnya di Indonesia.

Gambar peta potensi kaolin di Indonesia. (http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id)

Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan tingkat penyelidikannya terbagi


menjadi empat kategori yaitu hipotetik, tereka, tertunjuk, dan terukur. Sedangkan
klasifikasi cadangan mineral terbagi menjadi dua bagian yaitu terkira dan terbukti
(SNI 130-5014-1998).

vii
 Sumber daya mineral hipotetik (Hypothetical Mineral Resource) adalah
sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
perkiraan pada tahap Survai Tinjau.

 Sumber daya mineral tereka (Inferred Mineral Resource) adalah sumber


daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan hasil
tahap Prospeksi.

 Sumber daya mineral tertunjuk (Indicated Mineral Resource) adalah


sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Umum.

 Sumber daya mineral terukur (Measured Mineral Resources) adalah


sumber daya mineral yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh berdasarkan
hasil tahap Eksplorasi Rinci.

 Cadangan mineral terkira (Probable Reserve) adalah sumber daya mineral


terunjuk dan sebagian sumber daya mineral terukur yang tingkat
keyakinan geologinya masih lebih rendah, yang berdasarkan studi
kelayakan tambang semua faktor yang terkait telah terpenuhi, sehingga
penambangan dapat dilakukan secara ekonomi.

 Cadangan mineral terbukti (Proved Reserve) adalah sumber daya mineral


terukur yang berdasarkan studi kelayakan tambang semua faktor yang
terkait telah terpenuhi sehingga penambangan dapat dilakukan secara
ekonomik.

Tabel neraca sumberdaya mineral bukan logam tahun 2015

vii
Dari segi keekonomisan, Pengusaha mineral menilai pemerintah masih separuh
hati menjalankan program industri pengolahan (hilirisasi) mineral mulai Januari
2014. Pasalnya, meskipun telah mampu memenuhi batasan minimum kadar
mineral sesuai aturan, pengusaha masih dibebani bea keluar. Salah satu contohnya
adalah komoditas kaolin yang merupakan balian baku keramik dan komponen
otomotif. Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 30 Tahun 2013
tentang Penetapan Harga Patokan Ekspor atas Produk Pertambangan yang
Dikenakan Bea Keluar, HPE kaolin per Juli ini mencapai US$ 200 per ton.
Michael Herry Santoso, Direktur UtamaPT Garuda Artha Resources mengatakan,
sejatinya, besaran HPE yang ditetapkan pemerintah tidak sesuai dengan
perkembangan harga pasar. Bahkan, harganya tidak pernah berubah dari bulan ke
bulan. "Saya tidak mengerti, bagaimana perhitungan HPE kaolin. Yang pasti,
harga pasar sangat jauh di bawah harga yang ditetapkan pemerintah," kata dia
pada KONTAN, Minggu (30/6).
Menurut Michael, harga kaolin sekarang ini sekitar US$ 80 per ton. Dengan HPE
sebesar US$ 200 per ton, bea keluar 20% yang harus dibayar pengusaha sebesar
US$ 40 per ton. Alhasil, dia akan sulit bersaing di pasar ekspor kaolin dengan
membanderol harga sekitar US$ 120 per ton. Padahal, permintaan pasar dalam
negeri cukup terbatas. Herry menyatakan, dari total produksi kaolin nasional
sekitar 100.000 ton per tahun, sekitar 80% dijual di dalam negeri, sedangkan
sisanya diekspor. Namun, sejak pemberlakuan bea keluar di tahun 2012 lalu,
kebanyakan pengusaha tidak lagi melirik ekspor dan lebih memilih menjual di
lokal. Akibatnya, pasokan kaolin di dalam negeri jadi melimpah yang berdampak
pada penurunan harga jual, yakni turun hingga menjadi Rp 600 per kilogram (kg).

vii
kaolin dipergunakan untuk Industri Kertas, Industri Keramik, Industri Karet,
Industri Cat Kualitas tinggi dan industri lain yang yang mempergunakan Kaolin
dengan kualitas yang terbaik.

SPESIFIKASI

- Warna : Putih sempurna


- Derajat Putih : 85.2 – 87.2 ( Brightness )
- Bentuk : Bubuk Putih ( Powder )
- Mesh : 325
- Berat Jenis : 2.0 – 2.5
- Kadar Air : Dibawah 4 %
- pH : 4.5 – 5.5

KEISTIMEWAAN

1. Memenuhi semua persyaratan kaolin yang dapat dipergunakan di Pabrik Kertas


yang memproduksi Kertas Putih.
2. Mempunyai kualitas yang terbaik sehingga dapat dipergunakan di semua
industri seperti Industri Kertas, Keramik, Karet dan Cat dengan kualitas tinggi.
3. Mempunyai derajat putih ( brightness ) yang sangat tinggi yaitu 85.2 – 87.2

DAFTAR PUSTAKA

http://ayosinaubocahkabeh.blogspot.co.id/2016/10/petapersebaran-kaolin-di-
indonesia.html. Diakses pada Maret 2018

vii
http://bubulemon.blogspot.co.id/2013/07/bahan-galian-industri-kaolin.html.
Diakses pada Maret 2018
https://www.scribd.com/presentation/333627656/Potensi-Kaolin-Daerah-
Tanjungpandan. Diakses pada Maret 2018
https://www.academia.edu/12467435/KAOLIN. Diakses pada Maret 2018
https://www.researchgate.net/publication/267028862_STUDI_GENESA_KAOLI
N_DAN_PEMANFAATANNYA_Studi_Kasus_Daerah_KecSemin_KabGunung
kidul_SEMINAR_JURUSAN_TEKNIK_GEOLOGI_FAKULTAS_TEKNOLOG
I_MINERAL_INSTITUT_SAINS_TEKNOLOGI_AKPRIND_YOGYAKARTA_
2005. Diakses pada 27 Maret 2018 jam 22.40
https://www.academia.edu/19646666/KAOLIN. Diakses pada 29 Maret 2018 jam
03.03
http://webmap.psdg.bgl.esdm.go.id/pmapper_webmap/pmapper-
4.2.0/map_default.phtml. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 03.29
http://psdg.bgl.esdm.go.id/buletin_pdf_file/Bul%20Vol%202%20no.%203%20th
n%202007/6.%20TAILING%20SEBAGAI%20SUMBER%20DAYA%20_Sabta
nto_rev.pdf. Diakses pada 29 Maret 2018 jam 05.59
https://www.indotrading.com/product/kaoline-ka-01-p197451.aspx. Diakses pada 29
Maret 2018 jam 06.34

vii

Anda mungkin juga menyukai