Anda di halaman 1dari 28

MENGIDENTIFIKASI MUNCULNYA TAMBANG INKONVENSIONAL DAN

DAMPAK DARI TAMBANG INKONVENSIONAL DI PROVINSI KEPULAUAN


BANGKA BELITUNG

TUGAS KERJA PRAKTIK

Disusun sebagai syarat untuk memenuhi Mata Kuliah Kerja Praktik di Program Studi
Teknik Pertambangan Institut Teknologi Bandung

Oleh :

ATRIE GHINA AL’ALIYYA

12115018

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2018
LEMBAR PENGESAHAN

TUGAS KERJA PRAKTIK

MENGIDINTIFIKASI MUNCULNYA TAMBANG


INKONVENSIONAL DAN DAMPAK DARI TAMBANG
INKONVENSIONAL DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG

Bandung, November 2018


Disetujui untuk:
Program Studi Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Bandung
oleh
Pembimbing,

Atrie Ghina Al’aliyya Dr.Eng.,Nuhindro Priagung Widodo, S.T.,M.T.


12115018 NIP. 197507202006041001

i
MENGIDENTIFIKASI MUNCULNYA TAMBANG
INKONVENSIONAL DAN DAMPAK DARI TAMBANG
INKONVENSIONAL DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG
ABSTRAK

Salah satu kekayaan Indonesia di bidang Pertambangan adalah terkandungnya


timah di bumi Indonesia . Penyebaran timah di alam atau di dunia disebut dengan
istilah tin belt yang berarti sabuk timah. Sabuk timah ini membentang dari daratan
China, Myanmar, Thailand, Insonesia yang melewati Kepulauan Karimun, Kundur,
Singkep, Pulau Bangka, Pulau Belitug dan sebagian di Kalimantan Barat.
Eksploitasi telah dimulai sejak zaman penjajahan Belanda. Penambangan di
Bangka, misalnya, telah dimulai pada tahun 1711, di Singkep pada tahun 1812, dan
di Belitung sejak tahun 1852. Namun, aktivitas penambangan timah lebih banyak
dilakukan di Pulau Bangka, Belitung dan Singkep. (PT.Timah,2006).
PT Timah Tbk merupakan salah satu dari perusahaan tambang Indonesia yang
berkecimpung dalam usaha pertambangan untuk komoditas timah di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. PT Timah memiliki 2/3 IUP di Pulau Bangka dan
Belitung. Dengan dikuasainya Pulau Bangka dan Belitung oleh perusahaan maka
“lahirlah” para penambang illegal atau disebut para penambang Tambang
Inkonvensional (TI). Awalnya TI “dipelihara” oleh PT.. Tambang Timah, anak
perusahaan PT Timah. Mereka menambang dibekas area penambangan PT Tambang
Timah. Turunnya harga lada putih dalam 10 tahun terakhir ini “melahirkan” para
penambang TI yang merupakan para petani. Para petani ini tidak bisa menanam lada
karena modal yang besar serta keuntungan yang didapat sangat kecil. Sehingga,
mereka banting stir untuk menjadi bagian dari Tambang Inkonvensional.
Banyaknya kapal kapal masuk untuk menambang di lepas pantai juga “melahirkan”
para TI di lepas pantai atau disebut TI Apung. Dengan nekad yang besar para TI
hanya menggunakan keahlian menyelam untuk menambang timah. Tidak sedikit
dari penambang TI ini yang dulunya adalah nelayan. Banyaknya Kapal Keruk dan
Kapal Isap milik PT Timah mencemari lautan sehingga para nelayan tidak bisa
mendapatkan ikan dan buth modal besar apabila bersikeras menjadi nelayan.
“Lahirnya” TI di darat maupu di lepas pantai menimbulkan dampak lingkungan dan
sosial. Adanya kolong, memicu banyak penyakit seperti malaria dan bencana banjir.
Radiasi radioaktif juga tak dapat direlakkan. Air yang mengandung banyak logam
berbahaya dapat mengancam kesehatan. Ekosistem laut yang rusak karena sisa
pembuangan mematikan pertumbuhan terumbu karang. Banyaknya nyawa yang
melayang karena tidak mengindahkan keselamatan. Serta banyaknya anak-anak
yang putus sekolah karena bekerja membantu orang tua untuk mencari nafkah
sebagai pelimbang.

Kata Kunci : tambang inkonvensional , dampak lingkungan

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Tugas Kerja Praktik yang berjudul "Mengidentifikasi Munculnya
Tambang Inkonvensional dan Dampak dari Tambang Inkonvensioonal di provinsi
Kepulauan Bangka Belitung". Tugas Kerja Praktik ini diajukan sebagai salah satu
syarat memenuhi mata kuliah Kerja Praktik di Program Studi Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut
Teknologi Bandung.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.Eng. Ganda Marihot Simangunsong selaku Ketua Program Studi


Teknik Pertambangan ITB.
2. Bapak Prof. Dr.Eng., Nuhindro Priagung Widodo, S.T., M.T. selaku dosen
pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga serta
senantiasa memberikan bimbingan dan arahan yang bermanfaat kepada
penulis selama penyusunan Tugas Praktik.
3. Bapak Kurniadi dan Ibu Tita Rosita selaku orang tua penulis yang selama
ini telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang serta
senantiasa mendukung dan mendoakan penulis di setiap langkan oenulis
mencari ilmu di Institut Teknologi Bandung serta Zeppi Ariadi, Vita Fujichia
Imam Ahmad Fadhil dan Luna Hana selaku saudara kandung penulis yang
selalu memberikan dukungannya.

iii
4. Bapak dan Ibu dosen Teknik Pertambangan ITB khususnya dan dosen ITB
umumnya yang telah bersedia memberikan ilmunya kepada penulis.
5. Muhammad Admiral selaku pedamping penulis yang selalu memberikan
waktunya untuk mendukung dan menemani penulis dalam waktu suka dan duka
selama Kerja Praktik dan penyusunan laporan Kerja Praktik.
6. Anwar, Thanthawi dan Saul, selaku teman seperjuangan Kerja Praktik di PT
Timah yang banyak memberikan dukungan selama Kerja Praktik.
7. Teman-teman Tambang ITB Angkatan 2015 yang telah menjadi keluarga
penulis di Jurusan Teknik Pertambangan.
8. Semua pihak yang telah bersedia membantu penulis selama masa Kerja Praktik
dan penyusunan Tugas Praktik yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari apa yang telah ditulis dalam Tugas Kerja Praktik ini jauh dari
kesempurnaan. kritik dan saran sangat dibutuhkan dalam penyelesaian penulisan
tugas akhir ini. Penulis juga meminta maaf apabila dalam penulisan ini terdapat
hal-hal yang tidak berkenan, dan semoga apa yang disampaikan dalam penulisan
tugas akhir ini dapat berguna.

Bandung, November 2018

Penulis

v
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i

ABSTRACT ............................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR............................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1

1.2 Tujuan Penelitian ............................................................................................2

1.3 Manfaat Penelitian ..............................................................................................2

1.4 Batasan Masalah .............................................................................................2

1.5 Metode Penelitian ...............................................................................................3

1.6 Sistematika Penulisan ................................................................................4

BAB II DASAR TEORI ........................................................................................... 5

2.1 Profil Perusahaan .......................................................................................5

2.1.1 Visi .................................................................................................. 5

2.1.2 Misi……………………………………………………………….5

2.1.3 Struktur Organisasi .......................................................................... 6

2.1.4 Eksplorasi ........................................................................................ 6

2.1.5 Penambangan Darat dan Laut .......................................................... 6

2.1.6 Pengolahan dan Peleburan.............................................................. 7

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lereng .............................8

2.2.1 Pengertian Timah..............................................................................8

2.2.2 Geologi Timah ..................................................................................8

v
2.2.3 Metode Penambangan Timah ...........................................................8

2.2.4 Pengertian Tambang Inkonvensional ...............................................8

2.2.5 Pengertian Good Mining Practice ....................................................9

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN ................................ 10

3.1 Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ............................................. 10

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ........................................................ 11

4.1 Identifikasi Munculnya Tambang Inkonvensional .................................. 11

4.2 Dampak Tambang Inkonvensional di Provinsi Kepulauan

Bangka Belitung ..................................................................................... 14

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 32

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 16

5.2 Saran ....................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17

LAMPIRAN ......................................................................................................... 19

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT Timah..............................................................6


Gambar 4.1 Jumlah IUP Bangka Belitung ..............................................................7
Gambar 4.2 Harga Lada Putih di Dunia.................................................................. 13

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang sangat banyak
mulai dari bidang pertanian, migas dan pertambangan. Salah satu kekayaan
Indonesia di bidang Pertambangan adalah terkandungnya timah di bumi Indonesia
ini. Penyebaran timah di alam atau di dunia disebut dengan istilah tin belt yang berarti
sabuk timah. Sabuk timah ini membentang dari daratan China, Myanmar, Thailand,
Insonesia yang melewati Kepulauan Karimun, Kundur, Singkep, Pulau Bangka,
Pulau Belitug dan sebagian di Kalimantan Barat. Kekayaan timah salah satunya
terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pulau Bangka dan Belitung menjadi daerah eksploitasi sejak zaman penjajahan
Belanda. Penambangan di Bangka, misalnya, telah dimulai pada tahun 1711, di
Singkep pada tahun 1812, dan di Belitung sejak tahun 1852. Namun, aktivitas
penambangan timah lebih banyak dilakukan di Pulau Bangka, Belitung dan Singkep.
(PT.Timah,2006). Dari ke tiga pulau tersebut Pulau Bangka dan Belitung menjadi
sumber tambang timah terbesar di Indonesia.
Seiring berjalannya waktu, tambang timah dapat dilakukan oleh siapapun dan
dimanapun di negeri ini. Provinsi kepulauan Bangka Belitung dibagi menjadi
kabupaten bangka, kabupaten bangka barat, kabupaten bangka selatan, kabupaten
bangka tengah, kabupaten Belitung, kabupaten Belitung timur, dan Kota Pangkal
Pinang. Selain pertambangan Pulau Bangka dan Belitung mempunyai hasil daerah
unggulan berupa lada putih yang dikenal, Akan tetapi menurunnya pendapatan
masyarakat dari usaha lada putihn dalam 10 tahun terakhir, mengakibtakan
masyarakat tergiur dan berpindah pada industri tambang inkonvensional. Selain itu,
dalam waktu bersamaan produksi lada putih menurun karena hama jamur akar dan
kualitas bibit yang rendah. Tambang Inkonvensional yang memberi hasil yang cepat,
kemudahan untuk mendapatkan penghasilan dengan menggali timah di lingkungan
sekitar mengakitkan masyarakat banyak banting setir untuk menjadi penambang
timah inkonvensional.
Salah satu perusahaan yang mengelola timah adalah PT Timah Tbk dan PT Koba Tin
di kepulauan Bangka Belitung, Adanya perusahaan yang mengelola timah seperti PT
Timah Tbk dan PT Koba Tin diyakini telah mempengaruhi perubahan pola mata
pencaharian masyarakat di Bangka Belitung. Sepanjang tahun 2000 setidaknya 50
ribu hektar kebun lada d Provinsi Bangka Belitung berubah menjadi lahan tambang
yang artinya 32 ribu petani di Provinsi Bangka Belitung beralih profesi menjadi
penambang. Dari kegiatan mata pencaharian tradisional yang sebagian besar adalah
petani, pedagang dan nelayan menjadi pelaku usaha pertambangan timah
inkonvensional. Lokasi penambangan yang dinilai tidak ekonomis lagi bagi
perusahaan dimanfaatkan oleh pelaku tambang inkonvensional ini.

1
Masalah lingkungan seperti pencemaran, kerusakan dan bencana yang terjadi di
Pulau Bangka Belitung tidak terlepas dari munculnya pelaku-pelaku usaha tambang
inkonvensional ini. Tambang di darat mengancurkan hutan, sementara tambang di
laut merusak ekosistem pesisir dan melenyapkan ikan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari pnelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui penyebab munculnya tambang inkonvensional di


Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
2. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari kehadiran tambang
inkonvensional di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah:

1. Diperoleh suatu pengetahuan mengenai penyebab dari munculnya


Tambang Inkonvensional di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
2. Diperoleh suatu pengetahuan mengenai dampak yang ditimbulkan, dampak
terhadap alam maupun sosial terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar
pertambangan.

1.4 Batasan Masalah

Batasan-batasan masalah yang digunakan dalam penelitian kerja praktik ini


adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi awal mulanya Tambang Inkonvensional muncul di Provinsi


Kepulauan bangka Belitung.
2. Mengidentifikasi dampak alam dan sosial di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.

2
1.5 Metode Penelitian

Penelitian ini dimulai dengan melakukan pengolahan data sekunder yang didapat.
Dari pengolahan data tersebut, akan didapatkan hasil kesimpulan dan saran yang
akan dijadikan rekomendasi untuk perencanaan tambang.

Tahapan penelitian yang penulis lakukan adalah sebagai berikut:

1. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi yang
berhubungan dengan penelitian ini dari berbagai, jurnal, website, serta
penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

2. Perumusan Masalah
Menentukan hal-hal yang menjadi fokus pada penelitian analisis kestabilan
lereng.

3. Persiapan dan Pengolahan Data


Semua data yang telah terkumpul yaitu berupa data hasil observasi

4. Analisis dan Pembahasan

Dilakukan analisis dan pembahasan dari data yang telah diolah


sebelumnya sesuai tujuan dan batasan masalah yang ada. Analisis
dilakukan untuk mengetahui alas an munculnya Tambang Inkonvensional
serta dampak yang ditimbulkan.

3
1.6 Sistematika Penulisan

Laporan ini disajikan dengan melakukan pembahasan materi yang dibagi ke dalam
beberapa bab utama. Dari setiap bab utama tersebut, kemudian dijelaskan kembali
dengan lebih mendetail konten-konten bahasan setiap bab yang disampaikan
melalui beberapa sub-bab. Berikut ini bab yang disajikan beserta gambaran
umum penjelasannya.

3. Bab 1 “Pendahuluan”
Berisikan mengenai berbagai penjelasan terkait dengan latar belakang
penelitian yang dilakukan penulis, tujuan penulis melakukan penelitian,
rumusan masalah, manfaat penelitian dan hal-hal lainnya yang berkaitan
dengan dilaksanakannya penelitian.
4. Bab 2 “Dasar Teori dan Geologi Regional”
Berisikan penjelasan meliputi rujukan teori mengenai Tambang
Inkonvensional serta informasi mengenai perusahaan yang berkaitan dengan
materi penelitian.
5. Bab 3 “Tatanan Geologi Daerah Penelitian”
Pada bab ini tersaji data mengenai tatanan geologi daerah penelitian.
6. Bab 4 “Analisis dan Pembahasan”
Berisikan mengenai analisis dan pembahasan mengenai munculnya
Tambang Inkonvensional serta dampak yang ditimbulkan.
7. Bab 5 “Kesimpulan dan Saran”
Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah penulis
lakukan.

4
BAB II
DASAR TEORI DAN PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan

PT TIMAH sebagai Perusahaan Perseroan didirikan tanggal 02 Agustus 1976, dan


merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dibidang
pertambangan timah dan telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1995.

PT TIMAH merupakan produsen dan eksportir logam timah, dan memiliki segmen
usaha penambangan timah terintegrasi mulai dari kegiatan eksplorasi, penambangan,
pengolahan hingga pemasaran. Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi juga
bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Kegiatan
utama perusahaan adalah sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan
operasi penambangan timah dan melakukan jasa pemasaran kepada kelompok usaha
mereka. Perusahaan memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak dibidang
perbengkelan dan galangan kapal, jasa rekayasa teknik, penambangan timah, jasa
konsultasi dan penelitian pertambangan serta penambangan non timah.

2.1.1 Visi

"Menjadi Perusahaan pertambangan terkemuka di dunia yang ramah lingkungan"

2.1.2 Misi

1. Membangun sumber daya manusia yang tangguh, unggul dan bermartabat.


2. Melaksanakan Tata Kelola Penambangan yang baik dan benar.
3. Mengoptimalkan nilai perusahaan dan kontribusi terhadap Pemegang saham
serta tanggung jawab sosial.

2.1.3 Struktur Organisai


5
Struktur organisasi PT Timah sebagai berikut :

Gambar 2.1 Sturktur Organisasi PT Timah

2.1.4 Eksplorasi

Guna memperbesar jumlah sumber daya yang dimiliki PT TIMAH sebagai sebuah
perusahaan tambang yang utamanya di Pertambangan timah, secara terus menerus
melakukan kegiatan eksplorasi timah baik di darat maupun dilaut. Luas seluruh IUP
yang dimiliki oleh PT TIMAH di darat 331,580 hektar, sedangkan luas IUP dilaut
184,400 hektar.

2.1.5 Penambangan Darat dan Laut

PT TIMAH melakukan operasi penambangan timah di darat maupun di laut.


Kegiatan penambangan darat dilakukan perusahaan di wilayah Izin Usaha
Pertambangan (IUP) perusahaan yang berlokasi di sebagian besar Pulau Bangka
dan Belitung serta Kepulauan Riau. Proses penambangan timah darat (alluvial)
menggunakan metode pompa semprot (gravel pump) dimana pengoperasiannya
sesuai dengan pedoman atau prosedur penambangan yang baik (Good Mining
Practices). Untuk penambangan lepas pantai, Perusahaan mengoperasikan kapal
keruk dengan jenis Bucket Line Dredges dengan ukuran mangkuk mulai dari 7 cuft
sampai dengan 24 cuft dan dapat beroperasi mulai dari 15 sampai 50 meter dibawah
permukaan laut dengan kemampuan gali mencapai lebih dari 3,5 juta meter kubik
material setiap bulannya. Untuk meningkatkan kapasitas produksi di laut, PT
TIMAH membangun Kapal Isap Produksi (KIP) dengan kemampuan gali mencapai
25 meter di bawah permukaan laut sehingga dapat menjangkau cadangan sisa dari
kapal keruk, dan pengembangan Bucket Wheel Dredges yang nantinya akan
menggantikan kapal keruk jenis Bucket Line yang mempunyai kemampuan gali
sekitar 70 meter kubik dibawah permukaan laut.

2.1.6 Pengolahan dan Peleburan


6
Pengolahan dan peleburan bijih timah yang dihasilkan tambang laut dan tambang
darat dengan kadar Sn yang berkisar antara 20-30% diproses di Pusat Pencucian
Bijih Timah untuk dipisahkan dari mineral ikutan lainnya dan ditingkatkan
kadarnya hingga mencapai 72- 74% sebagai syarat utama peleburan. Proses
peningkatan kadar bijih timah yang berasal dari penambangan di laut maupun di
darat diperlukan untuk mendapatkan produk akhir berupa logam timah berkualitas
dengan kadar Sn yang tinggi dengan kandungan pengotor (impurities) yang rendah.
Setelah bijih timah ditingkatkan kadar Sn nya, bijih timah siap dilebur menjadi
logam timah. Untuk mendapatkan logam timah dengan kualitas tinggi dan kadar
timbal (Pb) yang rendah maka harus dilakukan pemurnian dengan menggunakan
crystallizer dan electrolytic refining. Dalam proses peleburan, perusahaan
mengoperasikan 12 tanur, dimana 1 tanur berada di daerah Kundur, Kepri dan 11
tanur berada di daerah Mentok, Bangka. Produk akhir yang dihasilkan berupa
logam timah dalam bentuk balok atau batangan dengan skala berat berkisar antara
16 kg sampai dengan 30 kg per batang. Selain itu logam timah juga dapat dibentuk
sesuai dengan permintaan pelanggan (customize form) dan mempunyai merek
dagang yang terdaftar di Bursa Logam London (LME).

2.1.7 Tambang Besar (TB) 1.42 Pemali

Pit TB 1.42 Pemali adalah salah satu tambang timah yang dimiliki oleh PT Timah
Tk yang terletak di Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Dengan luas sebesar 212 hektar pit yang ada di Pemali ini
menggunakan metode penambangan dengan open pit. Selain kegiatan pengupasan
Overburden dan Ore, terdapat proses pengolahan dan pencucian bijih timah.

7
2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Timah

Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat
jenis 7,3 g/cm³, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi.
Dalam keadaan normal (13-1600 C) logam ini bersifat mengkilap dan mudah
dibentuk. Dari analisa laboratorium secara umum mineral Cassiterite (SnO2)
mempunyai kandungan oksigen (O2) 21,4% dan Tin (Sn) 78,6% sistem kristagonal,
berat jenis 6,8-7,1 dan kekerasan 6-7, bersifat hampir transparan, kilap lemak
(admantine), belahan tidak sempurna, tidak bersifat magnetis, dan dalam satu butir
mineral mempunyai warna yang berbeda, yakni coklat hingga hitam.

2.2.2 Geologi Timah

Menurut Sujitno (2007), berdasarkan pad acara pembentukannya, deposit timah


dapat dikeompokkan menjadi dua golongan, deposit timah primer dan timah
sekunder. Endapan timah primer merupakan endapan bijih timah yang masih
berada pada batuan pembawa timah atau batuan tempat bijih timah terbentuk. Batuan
pembawa timah yang ada di Indonesia adalah batuan granit yang berumur Trias,
dengan penyebaran membentang dari China, Thailand, Malaysia, Kepulau Bangka
Belitung hingga bagian barat Kalimantan. Jalur ini sering disebut dengan sabuk
timah asia (tin belt zone). Sedangkan endapan timah placer adalah jenis endapan
timah yang sudah bergeser dari batuan sumbernya dan terendapakan di tempat yang
baru akibat proses perlapukan, transportasai dan pengendapan kembali.

2.2.3 Metode Penambangan Timah

Menurut Hartman (1987), secara garis besar metode penambangan dibagi menjadi 3,
yaitu tambang terbuka (surface minig), tambang dalam/bwah tanah (underground
mining), tambang bawah air (underwater mining/marine mine). Menurut Arif (2000),
kegiatan penambangan bijih timah di darat dengan metode tambang terbuka dapat
dilakukan dua cara, yaitu dengan system tambang mekanik mnggunakan alat-alat
mekanis seperti excavator, dump truck, serta bulldozer. Menurut Lubis (2010),
penggalian tanah atas dalam pembukaan tambang timah dapat dilakukan dengan
beberapa metode, antara lain metode excavator-excavator, metode excavator-
bulldozer, metode excavator, dimp truck dan bulldozer. Menurut Azwardi (2007),
tambang semprot (hydraulicking) adalah tambang terbuka yang termasuk dalam
kategori tambang aluvial diterapkan pada endapan endapan aluvial dengan
memanfaatkan air untuk pemberaian dan pengangkutan. monitor merupakan alat
yang dapat menghasilkan semprotan air bertekanan tinggi sehingga dapat digunakan
untuk menghancurkan lapisan tanah yang mengandung bijih timah dengan
perbandingan antara tanah dan air 1 : 9. Tambang bawah air/lepas pantai bijih timah
menggunakan Kapal Isap Produksi dan Kapal Keruk.

2.2.4 Pengertian Tambang Inkonvensional

Tambang Inkonvensional (TI) adalah suatu kegiatan penambangan yang tidak


memperhatikan kelestarian lingkungan dan melanggar hukum karena pada
8
umumnya tidak memilki surat izin penambangan.

2.2.5 Pengertian Good Mining Practice

Sesuai dengan UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,


ada 5 aspek yang perlu dilaksanakan dalam Good Mining Practice (GMP) yaitu:
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan (K3 Pertambangan,
2. Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan)
3. Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Pertambangan, Termasuk
Reklamasi dan Pasca Tambang
4. Upaya Konservasi Sumberdaya Mineral dan Batubara
5. Pengelolaan sisa tambang dari suatu kegiatan usaha pertambangan bai cair,
padat, gas sampai memenuhi baku mutu lingkungan.
Bisa disimpulkan bawah Good Mining Practice ini bukan hanya menata tambang
menjadi rapi, namun memperhatikan aspek K3, KO dan Lingkungan, serta
Sustainable Mining dengan melakukan konservasi terdahap sumberdaya yang akan
ditambang .

9
BAB III

TATANAN GEOLOGI DAN PENELITIAN

Pada bab ini, akan dilakukan penyajian mengenai data daerah yang dijadikan
penelitian .

3.1 Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (disingkat Babel) adalah sebuah provinsi di


Indonesia yang terdiri dari dua pulau utama yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung
serta pulau-pulau kecil seperti P. Lepar, P. Pongok, P. Mendanau dan P. Selat Nasik,
total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan yang berpenghuni hanya 50
pulau. Bangka Belitung terletak di bagian timur Pulau Sumatera, dekat dengan
Provinsi Sumatera Selatan. Bangka Belitung dikenal sebagai daerah penghasil timah,
memiliki pantai yang indah dan kerukunan antar etnis. Ibu kota provinsi ini ialah
Pangkalpinang. Pemerintahan provinsi ini disahkan pada tanggal 9 Februari 2001.
Setelah dilantiknya Pj. Gubernur yakni H. Amur Muchasim, SH (mantan Sekjen
Depdagri) yang menandai dimulainya aktivitas roda pemerintahan provinsi.

Selat Bangka memisahkan Pulau Sumatera dan Pulau Bangka, sedangkan Selat
Gaspar memisahkan Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Di bagian utara provinsi ini
terdapat Laut Cina Selatan, bagian selatan adalah Laut Jawa dan Pulau Kalimantan
di bagian timur yang dipisahkan dari Pulau Belitung oleh Selat Karimata.

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebelumnya adalah bagian dari Sumatera


Selatan, namun menjadi provinsi sendiri bersama Banten dan Gorontalo pada tahun
2000. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 27 Tahun 2000 Tentang Pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
tanggal 21 November 2000 yang terdiri dari Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung
dan Kota Pangkalpinang. Pada tahun 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2003 tanggal 23 Januari 2003 dilakukan pemekaran wilayah dengan
penambahan 4 kabupaten yaitu Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan dan
Belitung Timur. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan pemekaran
wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan.

(Peta Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terlampir).

10
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Munculnya Tambang Inkonvensional

Seperti yang telah dijelaskan, Tambang Inkonvensional adalah tambang yang tidak
memperhatikan kelestarian lingkungan dan bertentangan dengan pemerintah karena
tidak adanya surat izin untuk menambang. Tambang Inkonvensional terdapat di darat
maupun di lepas pantai karena seperti yang kita ketahui bahwa endapan timah terdapat
di darat dan di lepas pantai. Penambangan Timah Inkonvensional sudah dimulai sejak
tahun 2000. Pada tahun 2002 jumlah TI sekitar 6.000 unit yang tersebar di Pulau
Bangka.

Tambang Inkonvensional awalnya “dipelihara” oleh PT.Tambang Timah ketika


perusahaan itu masih melakukan kegiatan penambangan darat di Kepulauan Bangka
Belitung. Tambang Inkonvensional muncul dikarenakan area penambangan
ditinggalkan oleh PT. Tambang Timah karena dirasa sudah tidak ekonomis. Maka dari
itu, perusahaan memberikan peralatan pendulangan mekanis sederhana. Cukup
dengan excavator, pompa penyemprot air, dan menyiapkan tempat pendulangan
timah. Alat-alat sederhana yang bisa dipakai untuk menambang timah di darat.
Mulanya TI melakukan kegiatan penambangan di daerah PT. Tambang Timah dan
berpindah-pindah sesuai ketentuan yang diberikan. Setelah masa reformasi yaitu
tahun 1998 ke atas, masyarakat mulai mencari-cari lokasi tambang di luar kuasa
pertambangan PT.Tambang Timah.

Luas wilayah Izin Usaha Pertambangan yang dimiliki oleh PT.Timah Tbk setelah
keluarnya UU No.4 Tahun 2009 mempengaruhi luas area perkebunan dan pertanian.

11
Gambar 4.1 Jumlah IUP Bangka Belitung
Sumber : mongabay.co.id

Bisa dilihat bahwa 1,6 juta hektar luas wilayah di provinsi Kepulauan Bangka
Belitung 2/3 nya dikuasai oleh PT.Timah. Belum lagi tambang timah di lepas pantai
yang dikuasai oleh perusahaan tambang PT.Timah maupun perusahaan asing. Hal
tersebut membuat para petani, tukang kebun dan nelayan berpindah profesi sebagai
penambang Timah Inkonvensional atau warga sekitar menyebut dirinya sebagai
pelimbang.

Peralihan tata guna lahan juga mempengaruhi produksi lada yang menjadi ciri khas
dari Pulau Bangka Belitung. Di sini dikenal dengan kualitas lada terbaik di dunia.
Tetapi harga lada yang terus menurun membuat para petani meninggalkan sektor
pertanian ini. Pada akhir tahun 1999 harga lada putih menurun dari 90.000 rupiah
per kilogram dan mencapai 12.000 rupiah per kilogram pada tahun 2003,
dibandingkan harga timah yang membaik dan berada pada kisaran Rp. 50.000-
Rp.47.000/kg,dipandang oleh masyarakat masih Iebih menguntungkan dan hasilnya
bisa diperoleh lebih cepat (Zulkarnain, 2005). Bisa kita lihat pada Gambar 4.2
bahwa harga lada puith turun dari mulai tahun 2002-2010. Tidak bias dipungkiri
bahwa menjadi penambang Timah Inkonvensional menjadi opsi untuk terus mencari
penghasilan. Krisis ekonomi nasional juga berpengaruh pada perekoniman
masayarakat sekitar.

12
Gambar 4.2 Harga Lada Putih di Dunia
Sumber : www.kompasiana.com

Dalam mendukung perekonomian masyarakat yang kian menurun Bupati Bangka


mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Bangka No.6/2001 tentang
Pengelolaan Pertambangan Umum, Perda Kabupaten Bangka No. 20/ 2001 Tentang
Penetapan dan Pengaturan Tatalaksana Perdagangan Barang Strategis, serta Perda
Kabupaten Bangka N0.21/ 2001 tentang Pajak Pertambangan Umum dan Mineral
ikutannya sebagai tindak lanjut pemberlakuan Kepmen Perindag tentang ekspor di
atas. Menurut Bupati Bangka pada saat itu, Perda kemudian SKEP No.
540.K/271/Tamben/2001 tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (Romli: 115)

Diperkirakan pada tahun 2001, jumlah TI mencapai 6000 unit dan pada tahun 2004
lebih kurang meningkat 400% dari tahun sebelumnya. Sementara menurut data dari
Asosiasi Tambang Timah Rakyat (Astira), jumlah TI justru kurang lebih mencapai
13.345 unit. Jika diakumulasikan dengan TI yang tidak terdaftar, diperkirakan total
jumlah TI mencapai 18.000 unit (Susilo & Maemunah, 2009 : 78). Satu unit TI dapat
dioperasikan 2-5 orang, tergantung dari seberapa besar skala TI. Apabila kita
asumsikan dioperasikan oleh 5 orang, maka jumlah pekerja TI bias mencapai 90.000
orang. Belum termasuk pekerja yag ada di ujung operasional TI yang terdapat
diantaranya pekerja wanita dan anak-anak. Pekerjaan menambang timah dengan
system ini merupakan sector baru yang menjanjikan. Seperti yang telah dikatakan
bahwa peralatannya pun hanya alay mekanis sederhana. Setiap kelompok
penambang biasanya mengoperasionalkan minimal satu mesin penghisap dengan
kedalaman sekitar 4 meter dan luas lebih kurang 500 meter persegi (Kompas,
4/2/2011). Dalam satu hari buruh dibayar sekitar 150 ribu rupiah, sedangkan untuk
anak anak yang mengumpulkan timah dari sisa TI dapat menghasilakn 40-90 ribu
per hari. Pendapatan masyarakat meningkat tajam dengan hasil yang didapat dari TI
(Rahman, 2006 : 6).

13
4.2 Dampak Tambang Inkonvensional di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung

Banyaknya TI yang bermunculan di Pulau Bangka dan Belitung menimbulkan


dampak yang sangat besar, dampak terhadap alam maupun dampak sosial. Bekas
penambangan TI biasanya dibiarkan begitu saja, tanpa adanya usaha untuk
mereklamasi. Para penambang TI juga menggunakan lahan hutan lindung sebagai
tempat untuk mencari timah. Hutan lindung yang dipakai salah satunya adalah hutan
lindung Gunung Pelawan. TI juga merusak daerah aliran sungai, Kawasan sempadan
pantai, hutan lindung, dan hutan produksi. Lubang-lubang bekas penambangan
tandus karena tidak direklamasi.

Bisa kita bayangkan, dengan jumlah TI yang bias mencapai 18.000 unit serta tidak
diterapkannya Good Mining Practice maka dampak yang ditimbulkan akan luar
biasa besarnya. Kerusakan yang ditimbulkan yaitu terbentuknya lubang tambang
atau biasa disebut kolong .Penambangan timah dilakukan secara terbuka, ketika
selesai beroperasi perusahaan meninggalkan lubang-lubang dan hal ini berpotensi
untuk menimbulkan dampak jangka panjang, terutama dengan kualitas dan kualitas
air. Kolong yang terbentuk akan terisi air disaat hujan turun.Apabila dibiarkan maka
genangan air pada kolong akan diisi oleh nyamuk dan dapat menyebabkan malaria
pada saat musim hujan. Tidak hanya penyakit tetapi akan menimbulkan banjir bagi
warga disekitar kolong. Selain itu air yang terdapat di kolong mengandung berbagai
logam berat yang dapat merembes ke sistem air tanah dan dapat mencemari air tanah
sekitar. Air tanah yang tercemar mengakibatkan penurunan kesuburan tanah di
sekitar tambang dan apabila air kolong ini diminum maka akan menimbulkan
berbagai macam penyakit.

Pabrik pengolahan bijih akan menghasilkan limbah pertambangan (tailing) . Sekitar


97 persen dari bijih yang diolah akan menghasilkan tailing. Tailing mengandung
logam yang sangat berbahaya yaitu seperti tembaga, timbal, atau timah hitam,
merkuri , seng dan arsen.. Apabila masuk ke dalam tubuh logam-logam berat
tersebut akan terakumulasi di dalam jaringan tubuh dan akan menyebabkan penyakit.

Bahaya paparan radioaktif dari tambang timah begitu berbahaya dikarenakan kadang
tidak terasa langsung. Penelitian Batan berjudul Pemetaan Laju Dosis Radiasi
Gamma di Wilayah Pulau Bangka tahun 2013 menyebutkan, paparan radiasi gamma
di Bangka lebih tinggi dibandingkan Jawa, sebagian besar Sumatera, Kalimantan,
Bali dan Nusa Tenggara.

Bahaya penambangan inkonvensional tidak hanya di daratan tetapi ada di lepas


pantai. Semakin menipisnya konsentrasi mineral tambang di darat dan sempitnya
luasan wilayah di darat menjadikan penambangan di laut menjadi solusi masa depan
untuk penyediaan bahan tambang. Penambangan lepas pantai merajarela, bahaya
tidak dapat terelekkan.

Tambang Inkonvensional Apung,sebutan untuk TI di lepas pantai, dan Ponton alat


mengeruk tanah untuk mencari timah di sungai sangat marak memenuhi lautan Pulau
Bangka maupun Pulau Belitung. Jumlah Kapal Isap dan Kapal Keruk terus
bertambah. Sistem penambangan timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
menjadi sangat rakus, berorientasi keuntungan jangka pendek dan berdampak pada
14
kerusakan lingkungan yang parah (Erman, 2010).

Dampak dari TI Apung dan Ponton ini adalah mencemari laut dan sungai, tidak
adanya pengolahan hasil penambangan timah menyebabkan pantai dan sungai
menjadi keruh. Selain itu, hasil pembuangan yang terendapkan di lautan
menyebabkan banyak terumbu karang mati. Hal ini disebabkan lumpur hasil
pembuangan menutupi dan menempel pada terumbu karang sehingga anak dan telur
karang mati karena kondisi yang tidak stabil. Apabila dilakukan rehabilitasi
aktivitas penambangan di laut harus berhenti secara total , rehabilitasi lingkungan
ini membutuhkan tenaga banyak, biaya besar dan waktu 50 tahun untuk bisa menjadi
keadaan semula. Matinya terumbu karang menyebabkan ikan tidak memilki tempat
tinggal dan tempat mencari makan sehingga mereka berimigasi ke tempat lain untuk
hidup. Hasil penelitian menyatakan, Dari 1 km2 terumbu karang yang sehat, dapat
diperoleh 20 ton ikan yang cukup untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah
pesisir setiap tahun. (Burke et al., 2002). Pindahnya ikan-ikan mengakibatkan para
nelayan kesusahan mencari ikan. Sebanyak 45.000 nelayan tradisional, kini 16.000
tidak bias melaut karena dampak tersebut. Dikarenakan ongkos berlayar yang
bertambah 2 kali lipat. Sehingga mengakibatkan para nelayan juga banting stir
sebagai penambang di TI apung atau Ponton.

Selain berdampak kepada lingkungan dan alam. Tambang Inkonvensional juga


berdampak pada keselamatan para pekerja. Maraknya TI yang mengabaikan
keselamatan kerja banyak merenggang nyawa. Selama tahun 2012, tercatat 32 orang
meninggal dunia tertimbun dalam lubang tambang inkonvensional di Pulau Bangka.
TI tidak hanya menarik bagi orang dewasa, tetapi menarik pula bagi anak-anak.
Mereka rela tidak masuk sekolah hanya untuk mencari timah dan orang tua mereka
tidak mengganggap hal itu sebagai suatu masalah.

15
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Munculnya Tambang Inkonvensional (TI) sudah dimulai pada tahun 1998


sebelum reformasi, kemunculan TI awalnya dari bekas tempat tambang
timah oleh PT. Tambang Timah. Lalu seiring berjalannya waktu, TI
bermunculan akibat terpakainya lahan pertanian dan perkebunan. Selain itu
harga lada yang kian menurun mengakibatkan para petani lada sulit bertahan
dalam masa kiris. Sehingga para petani dan tukang kebun beralih profesi
menjadi penambang TI karena kebutuhan ekonomi dan prospek TI yang
sangat menggiurkan.
2. Dampak yang ditimbulkan ada 2 macam yaitu dampak lingkungan dan
daampak sosial. Dampak lingkungannya itu antara lain, terbentuknya kolong
dari terbentuknya kolong dapat menyebabkan banjir, penyakit malaria dan
berbahaya apabila diminum. Bekas galian tambang timah dapat berpotensi
adanya radiasi radioaktif. Lahan pertanian dan perkebunan serta hutan yang
tandus karena tidak direklamasi. Sedangkan dilaut TI mencemari laut dan
sungai dampaknya membunuh perkembangan terumbu karang sehingga ikan
tidak dapat hidup dan mengakibatkan nelayan membutuhkan ongkos dan
waktu untuk mendapatkan ikan 2 kali lipat. Dampak sosialnya yaitu
mengancam jiwa masyarakat karena tidak mengindahkan aturan keselamatan
serta banyaknya anak-anak yang meninggalkan sekolah untuk menjadi
penambang di TI.

5.2 Saran

Saran yang dapat penulis berikan antara lain:

1. Pemerintah harus membuat peraturan yang tegas dan tetap mengenai


penambangan timah dan memberikan peruntukan tambang bagi rakyat.
Sehingga rakyat bisa menambang dibawah peraturan pemerintah.
2. Pemerintah melakukan pembelajaran bagaimana menambang timah yang
menjunjung tinggi Good Minig Practice kepada masyarakat sehingga tidak
terjadi pencemaran-pencemaran yang merugikan masyarakat di Provinsi
Bangka Belitung itu sendiri.
3. Pemerintah fokus pada pembangunan Provinsi Bangka Belitung menjadi
sektor wisata, karena keindahan alam yang dimiliki Bangka Belitung bisa
berpotensi untuk menarik wisatawan local maupun internasional. Dengan
membangun resort, industri perhotelan yang bisa menjadikan Provinsi
Bangka Belitung menjadi pulau wisata seperti hal nya Bali.

16
4. Pemerintah harus berupaya untuk mengembalikan kejayaan Provinsi Bangka
dan Belitung sebagai eksportir lada putih dengan kualitas terbaik di dunia.
Dengan begitu alam lebih terjaga kelestariannya dan msayarakat bisa hidup
tanpa adanya ketakutan akan rusaknya alam mereka akibat Tambang
Inkonvensional

17
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung (Diakses pada tanggal


12 November 2018. Pukul 08.30 WIB)
https://nasional.tempo.co/read/708686/tambang-timah-diduga-hancurkan-terumbu-
karang-di-babel/full&view= (Diakses pada tanggal 12 November 2018. Pukul
08.45 WIB)
https://media.neliti.com/media/publications/130285-ID-dampak-dari-
penambangan-timah-inkonvensi.pdf (Diakses pada tanggal 12 November 2018.
Pukul 08.47 WIB)
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/15246/1/H07mwi_abstract.p
df (Diakses pada tanggal 12 November 2018. Pukul 08.52 WIB)
http://eprints.ums.ac.id/14533/3/BAB_I.pdf (Diakses pada tanggal 12 November
2018. Pukul 09.05 WIB)
https://www.hukumonline.com/berita/baca/hol19116/buruknya-aturan-tambang-di-
bangka-belitung (Diakses pada tanggal 13 November 2018. Pukul 21.02 WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bangka_Tengah (Diakses pada tanggal 13
November 2018. Pukul 21.18 WIB)
https://prezi.com/zlbhiplp_fxh/tambang-inkonvensional/ (Diakses pada tanggal 13
November 2018. Pukul 21.23 WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung (Diakses pada tanggal
13 November 2018. Pukul 21.46 WIB)
https://ekonomi.kompas.com/read/2016/05/16/140000926/Petani.Lada.Bangka.Kes
ulitan.Penuhi.Permintaan.Dunia (Diakses pada tanggal 13 November 2018. Pukul
22.17 WIB)
https://industri.kontan.co.id/news/ini-rincian-112-iup-milik-pt-timah-di-3-provinsi
(Diakses pada tanggal 13 November 2018. Pukul 22.34 WIB)
http://www.mongabay.co.id/2018/01/09/fokus-liputan-cerita-di-balik-kemilau-
timah-bangka-bagian-2/ (Diakses pada tanggal 13 November 2018. Pukul 22.56
WIB)
https://id.wikipedia.org/wiki/Kepulauan_Bangka_Belitung (Diakses pada tanggal
14 November 2018. Pukul 20.08 WIB)
https://nasional.tempo.co/read/708686/tambang-timah-diduga-hancurkan-terumbu-
karang-di-babel/full&view= (Diakses pada tanggal 14 November 2018. Pukul

18
20.19 WIB)

19
LAMPIRAN

20

Anda mungkin juga menyukai