Anda di halaman 1dari 4

Rubrik Penskoran LKM

No Soal Skor 20
1 Dapatkah anda menjelaskan bagaimana  Pola berpikir yang menggunakan matematika dan statistika untuk
pola pikir kuantitatif itu? apakah yang memvalidasi kebenaran
menyebabkan timbulnya pola pikir  Kebenaran dalam Sains, selain bersifat obyektif, juga harus terukur,
kuantitatif? sehingga kebenarannya tidak menimbulkan penafsiran (interpretasi)
yang bermacam-macam atau standar ganda. Hal tersebut yang
menyebabkan timbulnya pola berpikir kuantitatif
2 Dapatkah kalian mengidentifikasi makna  Maknanya adalah bahwa matematika (sebagai ratu) tersebut harus selalu
pernyataan matematika dijuluki sebagai mendampingi ilmu (sebagai raja); artinya para peneliti Sains harus sudah
“ratunya ilmu”? Dapatkah kalian mempersiapkan diri untuk mengetahui banyak tentang matematika dan
mengidentifikasi seorang tokoh terkenal statistika, dimana matematika dan statistika tersebut sangat berguna
beserta peranannya pada zaman timbulnya dalam penghitungan-penghitungan dan memvalidasi penetapan
pola pikir kuantitatif? kebenaran Sains.
 Albert Einstein (1879-1955) menemukan bahwa cahaya bergerak
dengan kecepatan konstan pada 299.000 km per detik. Sementara,
kecepatan suara mencapai 343 m per detik.
3 Dapatkah anda mengidentifikasi  Pola berpikir deduktif memiliki 2 kelemahan, yaitu kelemahan
kelemahan dari pola berpikir deduktif? metodologis dan kelemahan teknis.
Apakah solusi yang digunakan kebanyakan - Kelemahan metodologis dapat diuraikan sebagai berikut. 1) karena
orang atas kelemahan pola berpikir pola pikir deduktif harus dimulai dengan dasar pemikiran yang benar
deduktif tersebut? terlebih dahulu untuk sampai pada kesimpulan yang benar, maka
kesimpulan silogisme belum mampu untuk menghasilkan sumber
kebenaran baru. 2) karena kesimpulan deduktif selalu merupakan
perluasan dari pengetahuan yang sudah ada pada premis sebelumnya,
maka tidak memungkinkan dapat mencapai kebenaran universal. 3)
tidak ada cara untuk memvalidasi kebenaran premis mayor, sehingga
tidak ada orang yang bisa mengetahui bagaimana premis mayor itu
benar.
- Kelemahan teknis dari pola pikir deduktif bersumber dari
penempatan premis mayor, yakni seseorang bisa bebas
menempatkan premis mayor, yang seharusnya bukan pada
tempatnya. Sebagai gambaran, di abad pertengahan, seringkali
dogma pun dapat menjadi atau menggantikan premis mayor yang
benar. Bahkan, karena otoritas atau premis ciptaan yang penuh
dengan kira-kira ataupun dugaan-dugaan dapat menjadi premis
mayor. Kesimpulan yang ditarik dari metode berpikir deduktif hanya
akan benar apabila premis mayor yang menjadi sumber kebenaran
dari kesimpulan itu benar. Karena banyaknya premis mayor yang
seharusnya bukan pada tempatnya tersebut, maka berakibat pada
kesimpulan yang diperoleh menjadi tidak valid (sahih).
 Karena terdapat ketidakpuasan terhadap kesimpulan yang tidak valid
dari pola berpikir deduktif tersebut, banyak orang meninggalkan pola
pikir deduktif dan beralih ke pola pikir induktif.
4 Dapatkah anda mengidentifikasi  Kelemahan dari pola pikir induktif adalah bahwa metode ini belum dapat
kelemahan pada pola berpikir induktif? menghasilkan penemuan-penemuan yang bersifat universal, yang ada
Apakah solusi yang digunakan kebanyakan hanya berupa tumpukan hasil penelitian atau informasi yang terpisah-
orang atas kelemahan pola berpikir induktif pisah dan bersifat sempit, tidak terjadi kait-mengait Antara penemuan
tersebut? satu dengan penemuan lainnya dan terkesan berserakan. Dengan
demikian, banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya melalui
metode induktif.
 Beranjak dari kelemahan pola pikir induktif, banyak orang melakukan
renungan atau pemikiran untuk mengembangkan pola pikir induktif ini
hingga dapat mendapatkan kebenaran yang universal, sehingga
ditemukannya metode ilmiah, yang menggabungkan pola pikir deduktif
dan induktif.
5 Dapatkah anda menyimpulkan  Sains tidak lahir secara spontan, tetapi melalui proses pembentukan
bagaimanakah lahirnya Sains modern itu? yang sangat lama, bahkan dapat dikatakan dimulai sejak manusia eksis
di bumi ini. Dari proses panjang tersebut, asal usulnya pun bukan dari
satu pola pikir yang kemudian berkembang secara linear, tetapi
merupakan fusi dari berbagai macam pola pikir. Dimulai dari pola pikir
coba-coba (trial and error), pola pikir koheren-mitologi, pola pikir
deduktif-rasional, pola pikir induktif, dan pola pikir kuantitatif. proses
fusinya pun tidak serempak, tetapi secara bertahap, diawali dengan fusi
pola pikir yang saling melengkapi (komplemen) terlebih dahulu,
contohnya pola pikir induktif dan pola pikir kuantitatif dengan cepat
dapat berfusi, kemudian dilanjutkan berfusi dengan pola pikir deduktif
untuk menjadi pola pikir ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai