Anda di halaman 1dari 247

INTRODUKSI : SAINS

DAN PENELITIAN ILMIAH


Kontrak Belajar / aturan main kuliah

 UTS : 35%
 UAS : 45%
 TUGAS : 20%
PENALARAN, KEBENARAN
DAN PENELITIAN

 Jika pendidikan tinggi akan dikembangkan


sebagai suatu institusi pengada masyarakat
ilmiah, yang dikembangkan program untuk
menghasilkan insan-insan cerdas yang mampu
menganalisis.
Program-program yang hendaknya disusun di
seputar 4 himpunan matajaran:
 Bahasa  emotif, persuasif atau preskriptif ;
performatif , deskriptif atau informative atau kognitif
 Logika (cq matematika dan statistika)

 metode penelitian

 teori.

CATATAN: Himpunan 1, 2 dan 3 mempertinggi disiplin


penalaran dan himpunan 4 meningkatkan kemampuan
untuk menemukan substansi masukan yang diperlukan
untuk proses penalaran dan menghasilkan keluaran
substansi yang baru.
Penalaran

 merupakan suatu proses berolah pikir.


 Prosedur logika yang digunakan dalam penalaran adalah
 Deduksi
 Induksi
 Apakah perbedaan yang mendasar antara keduanya?
 Pada konsepsi yang esensial tentang kebenaran.
 Deduksi  kebenaran pangkal merupakan kebenaran ideal
yang bersifat aksiomatik atau self evident, yang esensi
kebenarannya tidak perlu dipersoalkan lagi
 Induksi  kebenaran pangkal merupakan kebenaran
empirik yang esensi kebenarannya diperoleh melalui
pengamatan atau penginderaan.
Artinya?
 Pada deduksi
 setiap proposisi hanya dapat dinyatakan
sebagai proposisi yang benar hanya kalau
dapat diturutkan kembali secara logis dari
suatu proposisi asasi yang mengandung
kebenaran pangkal tersebut
 kebenaran formal yaitu kebenaran yang
dinilai benar karena diperoleh melalui
prosedur yang benar
• Pada induksi
setiap proposisi hanya akan boleh
dianggap benar kalau proposisi tersebut
diperoleh sebagai hasil kesimpulan dari
proposisi-proposisi yang berkebenaran
empirik.
kebenaran material yaitu kebenaran
yang dinilai benar karena hakekat
yang melekat pada dirinya adalah
memang hakekat kebenaran. Atau
kebenaran yang diterima sebagai
kebenaran karena hakekat kebenaran
yang ada/melekat pada materinya.
KEBENARAN ILMIAH
 Apakah ilmu pengetahuan/ pengetahuan
ilmiah/sains  suatu pengetahuan yang
mengandung kebenaran ilmiah
 Kebenaran ilmiah atau ‘scientific truth’

konsepsi factual bukan konsepsi normative.


Truth adalah sesuatu yang bermanifestasi di
alam kenyataan.
 Untuk memperoleh Kebenaran ilmiah maka
harus menempatkan diri di alam kenyataan,
bukan di alam cita-cita ideal atau keharusan.
 Kebenaran ilmiah dicari di alam kenyataan
usaha yang dilakukan tidak hanya mendasarkan
pada ketajaman penalaran saja, melainkan juga
pada ketajaman pengamatan atau penginderaan.
 Kebenaran ilmiah TIDAK SAMA dengan hasil
penalaran juga TIDAK SAMA dengan hasil
pengamatan,
TETAPI hasil penalaran sekaligus hasil pengamatan.
 Dua fondasi kebenaran ilmiah adalah
PENALARAN DAN PENGAMATAN.
SAINS:
BEDANYA DARI HASIL PEMIKIRAN ORANG AWAM

 Sainsselalu menjurus ke arah


usaha membuat penjelasan-
penjelasan umum mengenai
berbagai sifat gejala atau berbagai
hubungan antar gejala.
 berusaha membuat tes-tes yang kritis
untuk menguji penjelasan-penjelasan
yang dicobanya,  yang dihasilkan
adalah statemen-statemen asasi yang
berlaku umum.
lanjutan
Sains selalu sadar di mana batas-batas
berlakunya (validitas) dalil, teori-teori atau
tesis-tesis yang dimilikinya
 pemikiran orang awam tidak pernah mengetahui
dimana tepatnya letak batas validitas pengetahuan
yang dimiliknya.
 Pemikiran orang awam sering didapati pernyataan
yang tidak bersesuaian satu sama lain, dan tidak
konsisten.
 Sains, karena mengarah pada penjelasan-
penjelasan yang sistematik, selalu berusaha
menemukan dan memperlihatkan adanya
hubungan-hubungan yang logis antara
pernyataan-pernyataan yang didapatnya.
lanjutan
 Teori-teori dalam sains cenderung untuk tidak
bertahan lama.
 Karena sains selalu mengejar ketepatan dan tidak puas
dengan sekedar berbicara dalam istilah-istilah dan
bahasa yang terlalu umum,  sains selalu membuka diri
untuk diuji ulang secara kritis dan berkesempatan untuk
menguji kembali validitas pernyataan-pernyataannya.

 Dunia pemikiran orang awam cenderung


berkaitan dengan kepentingan-kepentingan dan
keperluan-keperluan yang sangat praktis
 Sains selalu mencari pengetahuan baru dan tidak
terlampau merisaukan apakah hasil pencariannya itu
mempunyai kegunaan praktis atau tidak.
 Karena itu sains cenderung menggunakan istilah,
konsepsi, dan bahasa yang abstrak.
lanjutan

 Sains memiliki kebijakan untuk selalu


mengekspose pengetahuan yang
diperolehnya guna memperoleh tanggapan,
kritik dan perbaikan lewat penelitian atau
pengecekan ulang.
PARADIGMA PENELITIAN
DAN TIPE-TIPE PENELITIAN
CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN

AUTHORITY

COMMON SENSE
EMPAT KESALAHAN :
TRADITION
 OVER GENERALIZATION
MEDIA MYTHS  SELECTIVE OBSERVATION
PERSONAL EXPERIENCE  PREMATURE CLOSURE
 HALO EFFECT
(SOCIAL) RESEARCH

SUATU PROSES UNTUK


MENGHASILKAN PENGETAHUAN
BARU TENTANG DUNIA (SOSIAL) MENGHASILKAN
MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENGETAHUAN
ILMIAH ILMIAH
NORMA – NORMA PENELITIAN ILMIAH

MENILAI PENELITIAN HANYA


BERDASARKAN KAIDAH-KAIDAH TANPA
MEMPERHATIKAN SIAPA MELAKUKAN
DAN DIMANA PENELITIAN DILAKUKAN

SETIAP PENELITIAN DITUJUKAN


UNIVERSALISM MENGKRITISI SECARA ILMIAH

ORGANISED SCEPTISM ILMUWAN HARUS NETRAL, TIDAK


MENGKOTAK-KOTAKKAN/TIDAK
DISINTERESTEDNESS MEMIHAK, MENGHARGAI, DAN TERBUKA
PADA PEMIKIRAN BARU DAN
COMMUNALISME PENGAMATAN YANG TIDAK DIINGINKAN

HONESTY PENGETAHUAN ILMIAH HARUS


DIBAGI/DISEBARLUASKAN DAN
MENJADI “MILIK” SEMUA ORANG

KEJUJURAN DALAM SELURUH PROSES


PENELITIAN
DILAKUKAN SECARA SISTEMATIS &
SEKSAMA SESUAI PROSEDUR & METODE
ILMIAH

BERTUJUAN MENINGKATKAN,
MEMODIFIKASI & MENGEMBANGKAN
PENGETAHUAN

DILAKUKAN MELALUI PENCARIAN,


PENELITIAN PENGUNGKAPAN & INTERPRETASI
ILMIAH TERHADAP FAKTA

DAPAT DIKOMUNIKASIKAN KEPADA


PENELITI LAINNYA

BERSIFAT TERBUKA & DAPAT DIUJI


KEBENARANNYA OLEH PENELITI LAIN
PARADIGMA DALAM ILMU SOSIAL
POSITIVISTIK INTERPRETATIF

a.Sifat • Obyektif • Subyektif


realitas • Diluar “pikiran manusia” • Di dalam pikiran manusia
sosial • Untuk ditemukan • Dikonstruksi / diciptakan
• Dimengerti melalui akal • Tidak sekedar “ditemukan”
• Dimengerti secara • Diinterpretasi secara
seragam semua orang berbeda-beda
b.Ilmu • Berdasarkan atas peraturan • Berdasarkan atas hal-hal
dan prosedur ketat umum
• Deduktif • Induktif
• Percaya pada kesan • Percaya pada Interpretasi
indrawi • Tidak bebas nilai
• Bebas nilai
b.Tujuan • Menjelaskan • Menginterpre-
Penelitian kehidupan sosial tasikan kehidupan
• Memprediksi sosial
kejadian-kejadian • Mengerti kehidupan
dari kehidupan sosial
sosial • Mengungkap
makna sosial
manusia
c.Perspek • Positivisme • Interaksi simbolik
tif Teori • Neopositivisme • Fenomologi
• Struktural • Etnometodologi
Fungsional • Etnografi
• Sosiolinguistik
MODEL SIKLUS PENELITIAN
WALLACE

THEORIES
LOGICAL LOGICAL
INDUCTION INF LOGIKA DEDUCTION

EMPIRICAL KEPUT.
GENERALIZATION HIPOTESIS HYPOTHESA

PENGUJIAN
PERKIRAAN HIPOTESIS
OPERATIONALIZATION
+ INSTRUMENT, SCALING,
PARAMETER SAMPLING

OBSERVATION
PENDEKATAN POSITIVISTIK
DALAM PENELITIAN
o MASYARAKAT BERSIFAT “TUNGGAL”

o “OBYEKTIFITAS”

o A - HISTORIS KULTURAL

o “TIDAK MELIBATKAN DIRI”

 Mempelajari fakta sosial terpisah dari keadaan “subyektif”


individu yang diteliti
 Mengambil Model Penelitian Ilmu Alam untuk Penelitian dalam
Ilmu Sosial
TIPE PENELITIAN

TIPE PENELITIAN BERDASARKAN TARAF


PENJELASAN YANG DIHASILKAN
 Penelitian Eksploratif :
 Penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan banyak informasi
tentang suatu realitas sosial tertentu,
dimana informasi mengenai hal tersebut
masih sangat sedikit. Contoh:………
LANJUTAN

 Penelitian Deskriptif :
 Penelitian yang dimaksudkan utk
memberikan gambaran suatu realitas
sosial tertentu, dimana informasi
mengenai hal tersebut sudah ada
meskipun tidak terinci&lengkap. Contoh:
…….
Lanjutan

 Penelitian Eksplanasi
 Penelitian yang dimaksudkan utk tidak
hanya sekedar memberikan gambaran
mengenai realitas sosial tertentu yang
menjadi fokus perhatian, tetapi juga ingin
mengetahui bagaimana hubungannya
dengan realitas sosial lainnya dan / atau
mencari tahu mengapa hubungannya
seperti itu. Contoh:….
TIPE PENELITIAN BERDASARKAN WAKTU
PELAKSANAANNYA

a. Cross Sectional :
Penelitian mengenai sejumlah satuan analisis
yang dilihat berdasarkan karakteristik tertentu,
dimana pengumpulan datanya dilaksanakan
dalam satu waktu tertentu.

b. Longitudinal :
Penelitian mengenai sejumlah satuan analisis
yang pengumpulan datanya dilakukan dalam
waktu yang berbeda.
PENELITIAN EKSPERIMEN

 Penelitian yang dilakukan untuk pengujian


hipotesis dan untuk mengetahui hubungan
sebab-akibat antar variabel.
a. Memerlukan konsep dan variabel yang
jelas sekali dan pengukuran yang cermat
b. Dilakukan di laboratorium, di kelas,
dilapangan – kehidupan sosial
c. Dilakukan dengan atau tanpa kelompok
pembanding (control group).
KLASIFIKASI PENELITIAN MENURUT
RESEARCH DESIGN

Experimental Survey Grounded


Research Research Research

Dengan Crossectional Explorative


Menggunakan design untuk design untuk
rancangan mambandingkan / membangun
percobaan yang menghubungkan konsep /
ketat generalisasi / teori
KLASIFIKASI PENELITIAN DILIHAT BERDASARKAN
MAKSUD PELAKSANAANNYA

Basic Research :
Dilaksanakan untuk mengembangkan teori /
keilmuan

Applied Research :
Untuk menguji sejauh mana suatu teori / model
dalam memecahkan masalah

Development Research :
Ditujukan untuk pengembangan model / formasi
praktis

Action Research :
Untuk mengetahui & mengevaluasi apakah
suatu program berhasil
UNSUR-UNSUR PENLITIAN

Pertemuan 3
Kompetensi
Mampu menjelaskan:
Teori
Proposisi
Hipotesa
Konsep
Variabel
Definisi Operasional
Konsep
1. Istilah/definisi yang digunakan untuk
menggambarkan hal-hal, benda-benda, gejala
sosial (kejadian/keadaan)
2. Abstraksi dari mengenai fenomena yang
dirumuskan atas dasar generalisasi dari
sejumlah karakteristik kejadian/keadaan/
benda/gejala sosial.
Abstraksi adalah proses menarik intisari dari ide-
ide, hal-hal, benda-benda, gejala sosial.
Dua Jenis Konsep
1. Konsep yang konkrit/jelas
hubungannya dengan fakta yang
mewakili=dapat di indera.
=Meja: permukaan datar, memiliki
kaki,
2. Konsep yang abstrak, mis.
Masyarakat, migrasi, mahasiswa,
asimilasi= perlu menjelaskan
pengertian dari konsep tsb
Fungsi Konsep

 Menyederhanakan pemikiran
terhadap ide-ide, hal-hal, benda-
benda, gejala sosial=mendefinisikan
Definisi
1. Tidak mengandung istilah/konsep
yang didefinisikan/tidak
mengandung sinonim.
2. Tidak dirumuskan dalam bentuk
kalimat negatif
3. Sederhana, jelas, terinci
Variabel
 Konsep yang lebih konkrit: sehingga
dapat diamati dan diukur.
 Konsep yang memiliki variasi nilai=

mengambil dimensi tertentu


 Badan adalah konsep

Berat badan, tinggi badan, bentuk


badan adalah variabel
Proposisi
• Hubungan yang logis antara dua konsep
Proposisi dari Harris dan Todaro: “ proses
migrasi tenaga kerja ditentukan oleh
perbedaan upah”

Proposisi Jaccard dan Davidson: “ niat


menggunakan kontrasepsi modern
bervariasi menurut status sosial-ekonomi”.
Dua Tipe Proposisi
1. Aksioma/postulat: Proposisi yang
kebenarannya tidak dipertanyakan lagi
Aksioma:
- lebih banyak digunakan pada studi
eksakta
- Biasanya digunakan untuk pernyataan
benar berdasarkan definisi
Postulasi: lebih sering digunakan untuk
pernyataan yang kebenarannya telah
dibuktikan secara empiris.
Lanjutan Tipe Proposisi
2. Teorem, adalah proposisi yang
dideduksikan dari aksioma.
UMUM
 Menjelaskan suatu realitas sosial
 Memperkirakan realitas sosial yang akan terjadi

KHUSUS
1.Memberikan pola bagi interpretasi data
2.Menghubungkan suatu studi dengan studi lainnya
3.Menyajikan kerangka sehingga konsep dan variabel
mendapatkan arti penting
4.Memungkinkan menginterpretasi makna yang lebih
besar dari temuan yang kita peroleh dari suat
penelitian.
1 PENJELASAN GENETIK / HISTORIK :
Penjelasan dengan merujuk pada serangkaian tahap peristiwa
yang terjadi sebelum kemunculan gejala tersebut.
2 PENJELASAN FUNGSIONAL :
Penjelasan dengan merujuk pada ‘letak’ dan kegunaan gejala
sosial yang ditelaah dalam keseluruhan sistem tempat gejala sosial
tersebut berada.
3 PENJELASAN DISPOSISI :
Penjelasan dengan merujuk pada kecenderungan seseorang
untuk bertindak dengan cara tertentu dalam situasi tertentu.
4 PENJELASAN INTENSIONAL :
Penjelasan dengan merujuk pada maksud atau tujuan suatu
tindakan sosial.
5
PENJELASAN RASIONAL :
Penjelasan dengan merujuk pada cara pencapaian
tujuan yang paling efisien
Level Teori
• Micro level theory  small slice of time, space or member
people. Konsep biasanya tidak sangat abstrak. Teori Erving
Goffman tentang “face work” adalah termasuk tingkat teori
mikro.
• Macro level theory  concern operation of larger
aggregates. Teori ini menggunakan lebih banyak konsep
yang bersifat abstrak. Lenski (1966) memaparkan teori
tingkat makro tentang stratifikasi sosial yang menjelaskan
keseluruhan ketidaksetaraan pada masyarakat ribuan tahun
lalu. Lenski menyatakan bahwa jumlah surplus yang dihasilkan
masyarakat (yakni, jumlah dimana orang membutuhkan untuk
kehidupan) meningkat bersama dengan berkembangnya
masyarakat.
• Meso-level theory  to link macro and micro level or
to operate at an intermediate level. Teori tingkat meso ini
berusaha menghubungkan tingkat makro dan mikro atau
beroperasi ditingkat menengah. Teori organisasi, gerakan
sosial, atau komunitas seringkali berada pada tingkat ini.
WHY
PROPOSISI PROPOSISI PROPOSISI

KONSEP KONSEP KONSEP

WHAT

VARIABEL
• Serangkaian proposisi antar konsep yang
saling berhubungan.
• Menerangkan secara sistematis suatu
fenomena sosial dengan cara menentukan
hubungan antar konsep.
• Menerangkan fenomena tertentu dengan cara
menentukan konsep mana yang berhubungan
dengan konsep lainnya dan bagaimana bentuk
hubungannya.
Yang dilakukan dalam teorisasi
TEORI : “WHY” adalah menjelaskan mengapa suatu
gejala sosial terjadi seperti itu.
Suatu pernyataan yang terdiri dari satu / lebih konsep /
variabel.
Hubungan yang logis antara dua konsep atau lebih.

Abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan


atas dasar generalisasi dari sejumlah karakteristik
kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu, Ide-
ide, penggambaran hal-hal, benda atau gejala sosial yang
dinyatakan dalam istilah atau kata.
Konsep terbentuk dengan jalan abstraksi / generalisasi.
PROPOSISI
Proposisi adalah suatu statemen
mengenai ihwal suatu realitas.
 karena mengenai ihwal suatu realitas,
dan tidak mengenai nilai atau pendapat
ideal, maka proposisi dapat dikaji dan
diuji betul atau salahnya,
• syarat proposisi adalah menunjuk atau bersangkut
paut dengan gejala yang dapat diamati atau
diindera.
• Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi
 proposisi adalah suatu pernyataan yang
terdiri dari satu atau lebih konsep.
Ada dua macam proposisi
• Hipotesis  proposisi yang
dirumuskan untuk diuji
kebenarannya secara empirik
• Tesis  proposisi yang memiliki
ruang lingkup yang cukup luas dan
yang telah dibenarkan oleh suatu
pengujian secara empirik dan
cermat
Pembedaan proposisi atas dasar
jumlah konsep atau variabel yang
digunakan:
• Proposisi deskriptif merupakan
proposisi yang berisikan satu
konsep/variabel. Contoh:...
• Proposisi relasional (ekspalanatif)
merupakan proposisi yang berisikan
dua atau lebih konsep/variabel.
Contoh: ....
HIPOTESA

• Instrumen kerja dari teori


• Sebagai hasil deduksi dari teori atau
proposisi, hipotesis lebih spesifik
sifatnya (bisa diuji secara empiris).
• Dirumuskan dalam bentuk
pernyataan yang menghubungkan
dua variabel atau lebih
Jenis Hipotesa

1. Hipotesa kerja (Hk):


Semua hipotesa yang dirumuskan
oleh peneliti, baik yang bersifat
relasional maupun deskriptif.
2. Hipotesa nol (Ho):
Formulasi terbalik dari hipotesa
kerja.
DEFINISI OPERASIONAL

• Unsur penelitian yang


memberitahukan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel.
• misal:
• Tingkat kecerdasan seseorang
ditunjukkan oleh skor yang diperoleh
dari tes kecerdasan.
DEFINISI OPERASIONAL

• Unsur penelitian yang


memberitahukan bagaimana caranya
mengukur suatu variabel.
• misal:
• Tingkat kecerdasan seseorang
ditunjukkan oleh skor yang diperoleh
dari tes kecerdasan.
UNSUR-UNSUR PENELITIAN
WHY
PROPOSISI PROPOSISI PROPOSISI

KONSEP KONSEP KONSEP

WHAT

VARIABEL
 Serangkaian PROPOSISI antar konsep yang
saling berhubungan.
 Menerangkan secara sistematis suatu
fenomena sosial dengan cara menentukan
hubungan antar konsep.
 Menerangkan fenomena tertentu dengan
cara menentukan konsep mana yang
berhubungan dengan konsep lainnya dan
bagaimana bentuk hubungannya.

Yang dilakukan dalam teorisasi


TEORI : “WHY” adalah menjelaskan mengapa suatu
gejala sosial terjadi seperti itu.
Suatu pernyataan yang terdiri dari satu / lebih
konsep / variabel.
Hubungan yang logis antara dua konsep atau
lebih.

Abstraksi mengenai suatu fenomena yang


dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah
karakteristik kejadian, keadaan, kelompok atau
individu tertentu, Ide-ide, penggambaran hal-hal,
benda atau gejala sosial yang dinyatakan dalam
istilah atau kata.
Konsep terbentuk dengan jalan abstraksi /
generalisasi.
PROPOSISI

 Proposisi adalah suatu statemen mengenai ihwal


suatu realitas.
 karena mengenai ihwal suatu realitas, dan tidak
mengenai nilai atau pendapat ideal, maka proposisi
dapat dikaji dan diuji betul atau salahnya,
syarat proposisi adalah menunjuk atau
bersangkut paut dengan gejala yang dapat
diamati atau diindera.
Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi
 proposisi adalah suatu pernyataan yang terdiri dari
satu atau lebih konsep.
Ada dua macam proposisi

 Hipotesis  proposisi yang dirumuskan


untuk diuji kebenarannya secara empirik
 Tesis  proposisi yang memiliki ruang
lingkup yang cukup luas dan yang telah
dibenarkan oleh suatu pengujian secara
empirik dan cermat
Pembedaan proposisi atas dasar jumlah
konsep atau variabel yang digunakan:

 Proposisi deskriptif merupakan


proposisi yang berisikan satu
konsep/variabel. Contoh:...
 Proposisi relasional (ekspalanatif)
merupakan proposisi yang
berisikan dua atau lebih
konsep/variabel. Contoh: ....
KONSEP

 IDE, GAGASAN  Hasil abstraksi dari


realitas empirik
 Bahan pembangun proposisi, teori (yang
berkemampuan menjelaskan dan
memprediksi terjadinya suatu gejala dan
hubungan antar gejala)
Ciri konsep
 Konsep merupakan pengertian tunggal 
tidak menjelaskan hubungan antar gejala
 Konsep tidak menggambarkan proses
 Konsep menggambarkan suatu himpunan
gejala tertentu yang
dikelompokkan/dikategorikan ke dalam
suatu kesatuan karena kesamaan ciri
tertentu.
 karena merupakan himpunan, maka konsep ini
tidak dapat dinyatakan benar atau salah
 Jelas tidaknya suatu konsep, ditentukan oleh
istilah yang digunakan, dan tingkat/derajat
keabstrakannya.
Fungsi Konsep

 Fungsi kognitif  mengorganisasi observasi dan


menata hasilnya (fungsi menata)
 Fungsi evaluatif  mengevaluasi apa yang telah
dipersepsi
 Fungsi Operasional (pragmatis)  mengendalikan
dan mengarahkan perilaku individu
 Fungsi Komunikasi  konsep harus
memungkinkan komunikasi.
Tiga syarat agar setiap konsep dapat
berfungsi
 Makna sesungguhnya yang tepat dari konsep itu harus
dimengerti secara umum dan digunakan secara
konsisten
 Konsep hendaknya dapat didefinisikan secara eksak
atau pasti
 Agar dapat digunakan dalam penelitian empirik, maka
konsep harus merujuk pada suatu obyek yang dapat
diamati dan atau dialami dengan indera.
 konsep harus memiliki indikator-indikator
yang berada di alam empirik.
VARIABEL
Apakah yang dimaksud dengan Variabel?
 Variabel adalah konsep yang memiliki dua

atau lebih variasi nilai


 Misal : jenis kelamin, status pernikahan,

usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan


dsb.
 Variabel dibentuk dengan melakukan

pengelompokan beberapa atribut yang logis


dari dua/lebih atribut.
Syarat pembentukan
variabel
 Dua atau lebih atribut tidak boleh tumpang
tindih (mutually exclusive)

 Atribut-atribut dalam suatu variable harus


mencakup semua kemungkinan yang ada
(exhaustive)
Pembedaan Variabel

1. Menurut jenisnya:
 Variabel terpisah (deskrit)  vaiabel
kualitatif dan variable bersambung
(continuous) vaiabel kuantitatif
 Variable kuantitatif  menunjuk pada
derajad, tingkat, ukuran, jumlah dan
variable kualitatif  menunjuk pada jenis
Lanjutan  Pembedaan Variabel

2. Menurut posisinya:
 Variabel bebas (X)  menyebabkan perubahan
pada variable yang lain
 Variabel terikat (Y)  variable yang
terpengaruh/dijelaskan oleh variable lain
 Misal:
 Penelitian tentang korelasi antara “status keluarga (X) dan
prestasi sekolah (Y)”
 Penelitian tentang pengaruh “kenaikan harga BBM (X)
terhadap kemampuan daya beli kebutuhan pokok (Y)” di
kalangan masyarakat miskin
DEFINISI OPERASIONAL

penegasan ada tidaknya suatu realitas


tertentu sebagaimana digambarkan
menurut konsepnya.
merupakan salah satu tahap dalam
proses penelitian yang sangat penting
guna meningkatkan kegunaan konsep.
Mungkin tidaknya membuat definisi
operasional suatu konsep ditentukan
oleh kenyataan apakah konsep tersebut
memiliki rujukan empiris ataukah tidak.
Kapan suatu konsep dinyatakan sudah
didefinisikan secara operasional?

Menurut Bernard S. Philips


 Apabila konsep itu sudah menyatakan
secara eksplisit dan spesifik
konsekuensi metode observasinya, yaitu
tentang “apa yang akan/ harus
diobservasi dan dihitung atau diukur;
bilamana serta bagaimana caranya”.
Lanjutan
 Menurut Masri Singarimbun dan
Sofyan Effendi
 definisi operasional adalah semacam
petunjuk pelaksanaan bagaimana
caranya mengukur suatu konsep atau
variable
 definisi operasional adalah suatu
informasi ilmiah yang dapat dan sangat
membantu peneliti lain yang ingin
menggunakan variable yang sama.
Lanjutan
 Dengan kata lain, konsep yang
telah operasional adalah
menunjukkan indikator-
indikatornya
Apakah definisi?

 Definisi adalah suatu batasan (ketentuan)


pengertian secara eksplisit.
 Ada syarat yang harus dipenuhi dalam
membuat definisi, yaitu :
 tidak dirumuskan dalam kalimat negatif
 definisi tidak mengandung apa yang
didefenisikan
 sederhana sehingga mudah dimengerti.
DEFINISI :

F.N. KERLINGER :
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih.
K.D. BAILEY :
Hipotesis merupakan suatu proposisi yang dinyatakan dalam
bentuk yang dapat diuji dan meramalkan suatu hubungan
tertentu antara dua variabel.
Didasarkan pada teori dan / atau asumsi-asumsi.
PENGERTIAN :
Pernyataan yang dirumuskan dalam bentuk yang dapat diuji
dan menggambarkan atau memprediksikan suatu hubungan
tertentu antara dua atau lebih variabel.
Kebenaran atau keberlakuan suatu hipotesis harus diuji
terlebih dahulu secara empiris.
KRITERIA HIPOTESIS YANG BAIK
:

Menggambarkan keadaan atau


hubungan di antara variabel.
Harus memberi petunjuk bagaimana
variabel-variabel yang dicantumkan
dalam hipotesis dapat diamati atau
diukur dalam penelitian empiris.
PEMILIHAN TOPIK DAN PROSEDUR
PERUMUSAN PERTANYAAN
PENELITIAN KUANTITATIF
Apa tujuan penelitian
 Menjawab pertanyaan penelitian

 Pertanyaan penelitian sangat penting dan


sentral  lihat gambar proses penelitian!
 Penting  karena tujuan utama penelitian
adalah menjawab pertanyaan penelitian
 Sentral  karena semua kegiatan penelitian
itu bermuara dari pertanyaan penelitian.
Sumber untuk memperoleh tema/topic
penelitian, yaitu: (Manasse Malo, 1985)

 Diri sendiri  mendasarkan pada pengetahuan


dari pengalaman atau pengamatan diri sendiri
terhadap sesuatu hal yang dapat dijadikan
permasalahan penelitian
 Orang lain  mendasarkan pada pengetahuan
dari pengalaman atau pengamatan orang lain
terhadap sesuatu hal yang dapat dijadikan
permasalahan penelitian)
 Karangan ilmiah  dengan membaca secara
kritis berbagai tulisan atau karangan ilmiah,
maupun laporan hasil penelitian mengenai hal yang
dapat dijadikan focus perhatian penelitian.
Cara-cara Menyeleksi
Topik (Neuman, W
Lawrence, 2000)
 Personal experience (pengalaman pribadi)
 Curiosity based on something in the media
(keingintahuan yang didasarkan pada sesuatu di media)
 The state of knowledge in a field (pengetahuan di
lapangan)
 Solving a problem (penyelesaian suatu masalah)
 Social premiums (hadiah social)
 Personal Value (nilai pribadi)
 Everyday life (kehidupan sehari-hari)
Teknik untuk mempersempit suatu topic
menjadi suatu Research Questions (Neuman,
W Lawrence, 2000):
1. Examine the literature (memeriksa/mempelajari
literature)
 meniru proyek penelitian sebelumnya secara tepat atau
dengan sedikit variasi;
 memeriksa hasil yang tak diharapkan yang ditemukan dalam
penelitian sebelumnya;
 mengikuti saran para penulis yang diberikan untuk penelitian
berikutnya pada akhir artikel;
 memperluas penjelasan atau teori yang ada untuk suatu topik
atau seting baru;
 menyangkal suatu temuan atau usaha untuk membuktikan
suatu hubungan yang salah;
 menentukan proses yang menghalangi dan
mempertimbangkan mata rantai hubungan
2. Talk over ideas with others
(membicarakan gagasan-gagasan/ide
dengan orang lain) 
 Bertanya pada orang-orang siapa yang paling
banyak mengetahui topik untuk pertanyaan tentang
sesuatu yang telah mereka pikirkan,
 mencari siapa yang berbeda pendapat dengan topik
anda dan mendiskusikannya tentang pertanyaan
penelitian dengan mereka
3. Apply to specific context (berlaku untuk/pada
konteks yang khusus) 
 periode, geogafis dan subgrup/kategori penduduk,
komunitas tertentu
4. Define the aim or desired outcome of the study
(menetepkan tujuan atau manfaat studi /penelitian
yang diinginkan 

 apakah penelitian eksploratori, deskriptif


atau eksplanasi,
 ingat kembali the purpose of the research
 apakah penelitian dasar (basic) atau terapan
(applied)
 ingat kembali the use of the research
Langkah untuk menetapkan, merumuskan
dan menyusun suatu permasalahan
penelitian: (Manasse Malo, 1985)

 Inventarisasi dalam suatu daftar semua tema


permasalahan penelitian yang akan diteliti
 Tetapkan salah satu tema yang paling penting dan
menarik dan paling banyak didukung oleh teori dan
data
 Mengumpulkan bahan dan tulisan sebanyak mungkin
yang sesuai trkait dengan tema yang telah ditetapkan
 Tuliskan secara lengkap permasalahan penelitian
dengan sistematis dan logis, mencakup hal-hal yang
melatarbelakangi timbulnya permasalahan tersebut
dalam bagian Latar Belakang Permasalahan dan bagian
Permasalahan Penelitian
Langkah-langkah yang harus diambil untuk
menemukan, memilih dan merumuskan suatu
pertanyaan penelitian menurut Robert Merton

 Pertama adalah langkah yang harus diambil


untuk membuat, menghasilkan dan menemukan
masalah/isu. Langkah ini akan dianggap selesai
manakala sebuah statemen mengenai masalah
yang hendak ditemukan jawabnya itu telah
selesai dituliskan
 Kedua adalah pembuatan dasar alasan
(rasionale), yaitu suatu pernyataan yang
menjelaskan alasan mengapa si peneliti ingin
mengkaji masalah tersebut (dan tidak mencari
dan mengkaji masalah yang lain)  berisi arti
penting (urgensi) permasalahan tersebut dikaji
Lanjutan

Langkah ketiga adalah langkah untuk


menjabarkan permasalahan permasalahan
pokoknya ke dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan yang lebih spesifik.
 Penjabaran ini harus mencakup seluruh
aspek permasalahan yang telah
dikemukakan pada langkah pertama dan
sekaligus juga harus memenuhi segala
”tuntutan” yang diharapkan oleh
argumentasi-argumentasi yang disebutkan
dalam rasionale pada langkah kedua.
Dua sifat Pertanyaan yang layak teliti (researchable
questions) (Bouma, Gary D, 2001)

1. Pertanyaan penelitian dibatasi dalam skope,


fokus, waktu, tempat dan kondisi tertentu.
 Pertanyaan yang layak teliti biasanya adalah
pecahan atau bagian dari permasalahan yang
lebih besar.
(Lihat langkah ketiga Robert Merton)
 Misalnya: penelitian tentang Faktor-faktor apa
yang mempengaruhi pengambilan keputusan
dalam keluarga Indonesia? sebagai
permasalahan yang sangat besar  keluarga
dipersempit menjadi keluarga single parent pada
masyarakat Jawa.
Lanjutan

2. Pertanyaan penelitian yang layak teliti harus


menunjukkan bahwa fakta dapat
diobservasi, nyata, dihitung/diukur atau
data dapat dicari dengan pertanyaan-
pertanyaan yang relevan.
 Pertanyaan harus dapat dijawab melalui
penelitian empirik. Pertanyaan penelitian
hanya dapat dijawab melalui penelitian
empirik
Ciri-ciri Pertanyaan Penelitian Yang
Buruk: (Neuman, W Lawrence, 2000)
Not Empirically Testable, Non scientific
Questions (Tidak dapat diuji secara empirik,
pertanyaan tidak ilmiah)
Haruskah aborsi itu dilegalkan?
Haruskah pornografi dilarang?
Apakah pemberian beasiswa sebagai hadiah?
General Topic, Not Research Questions
(Topik umum, Bukan pertanyaan penelitian)
Sexualitas dan penuaan
Industri dan prostitusi
Media dan Gender
Gender dan Politikmjh
Set of Variables, Not Questions (Kumpulan
variable, bukan pertanyaan)
Kemiskinan dan kekerasan anak
Teknologi dan pornografi
Hukuman mati dan diskriminasi rasial
Too Vague, Ambiguous (tidak jelas
sekali/terlalu samar-samar,
ambigu/mendua)
Apakah peraturan menyebabkan pelanggaran
Apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan
anak
Apakah yang dapat dilakukan untuk mengurangi angka
kecelakaan lalulintas
Need to Be Still More Specific (Masih perlu
dibuat lebih spesifik)
Apakah kasus kekerasan anak meningkat?
Bagaimana kemiskinan mempengaruhi anak?
Bagaimana terjadinya perdagangan perempuan dan
anak?
Ciri-ciri Pertanyaan Penelitian Yang Baik:
Merupakan kebalikan dari ciri-ciri pertanyaan penelitian
yang buruk

Contoh Pertanyaan Penelitian Yang Baik:

 Exploratory Questions (pertanyaan penelitian eksploratori/penjajagan):


What (Apakah aktivitas social ini benar ada?)
 Apakah kasus kekerasan terhadap anak di Kota Surabaya telah menurun sejak 10
tahun terakhir?

 Descriptive Questions pertanyaan penelitian deskriptif): How, Who (bagaimana


sesuatu terjadi, siapa yang terlibat dsb)
 Apakah kekerasan seksual lebih banyak terjadi dalam keluarga yang bercerai
daripada keluarga utuh yang tidak pernah bercerai?

 Explanatory Questions (pertanyaan penelitian eksplanasi)


 Apakah tekanan ekonomi keluarga miskin meningkatkan angka kekerasan
anak?
HUBUNGAN ANTAR
VARIABEL
Materi 5
Kompetensi
Mahasiswa mampu
• Tipe dan jenis hubungan antar variabel
• Hubungan antar dua variable
• Hubungan antar > dua variabel
Manfaat dalam kehidupan sehari-hari
• Mengidentifikasi sebab secara tepat
• Mengantisipasi akibat
• Menghubungakan fakta satu dengan lainnya
HUBUNGAN ANTAR VARIABEL

 Penelitian Eksplanatif  menjelaskan


hubungan antar variabel  menguji
hipotesis  hampir selalu kuantitatif.
Hubungan antar dua variabel
Variabel bebas:
(Variabel pengaruh/independent variable)
dengan simbol X)
Variabel terikat:
(variabel terpengaruh/dependent variable)
dengan simbol Y
Hubungan antar variabel independen/bebas
dan variabel dependen/terikat  tidak
selalu menunjukkan hubungan SEBAB
AKIBAT.
Hubungan Sebab Akibat
Ada 3 elemen dalam hubungan sebab akibat  Neuman
(2000):
 KONDISI TATA TEMPORAL (temporal order)
SEBAB harus ada sebelum AKIBAT,
- asumsi ini menghasilkan arah sebab akibat yaitu
dari sebab ke akibat
- merupakan salah satu kondisi yang dibutuhkan
untuk kausalitas
Hubungan Sebab Akibat
 Peneliti juga perlu “ ASOSIASI”
 Dua gejala berasosiasi ketika keduanya
terjadi bersama-sama dalam cara terpola atau
muncul secara bersama
 Mengeliminasi ”ALTERNATIF”
 AKIBAT disebabkan oleh variabel SEBAB
dan bukan karena hal lain.
 Dilakukan dengan mengendalikan variable
lain (peneliti biasanya menggunakan teknik
statistik)
Beberapa ketentuan dalam hubungan
sebab akibat:

 Penjelasan sebab akibat  dalam bentuk linier


(garis lurus) A  B, B  C, C  D

 Sebab akibat yang baik menentukan mekanisme


sebab akibat. X menyebabkan Y, Y terjadi karena
X,
 Menyatakan hubungan sebab akibat dalam
bentuk prediksi:
 X terjadi, maka Y mengikuti,
 X menghasilkan Y
 X mempengaruhi Y,
 X berubungan denganY,
 semakin besar X maka semakin besar Y dsb
Arah Hubungan antar variabel

 Hubungan positif : nilai tertinggi pada


variabel sebab sama dengan nilai tertinggi
pada variabel akibat
 Semakin tinggi tingkat pendapatan, maka
semakin tinggi angka daya beli masyarakat.
 Semakin rendah semangat belajar,
semakin rendah IPK mahasiswa
Arah Hubungan antar variabel

 Hubungan negatif: nilai tertinggi pada


variabel sebab seiring dengan nilai terendah
pada variabel akibat.
 Semakin sering pasangan menghadiri
layanan keagamaan, maka semakin rendah
peluang terjadinya perceraian.
 Semakin tinggi pendidikan, maka
semakin rendah derajad fatalismenya
Tipe hubungan antar variabel

Hubungan Simetris  apabila variabel yang satu tidak


disebabkan atau dipengaruhi oleh variabel yang
lainnya.

Ada empat (4) jenis hubungan simetris, yaitu:


1. Kedua variabel merupakan indikator untuk
konsep yang sama

(Jantung berdetak cepat dibarengi keringat tanda


kecemasan, tetapi tidak dapat dikatakan sebagai
sebab-akibat)
2. Kedua variabel merupakan akibat dari faktor
yang sama.
-Jalan yang semakin mulus/baik, disisi lain ada
peningkatan pelayanan kesehatan

3.Kedua variable berkaitan secara fungsional


 Hubungan yang krn ada hubungan
fungsional
Dosen-mahasiswa, majikan-buruh

4. Hubungan kebetulan semata.


2. Hubungan Timbal Balik

 Hubungan di mana suatu variabel dapat menjadi


sebab dan juga akibat dari variabel lainnya
 X mempengaruhi Y
 Y mempengaruhi X
Hubungan Asimetris:

 Apabila variabee yang satu mempengaruhi variable


yang lainnya.
 Ada enam (6) jenis hubungan asimetris, yaitu:
1. Hubungan antara stimulus dan respons
Pengaruh metode mengajar-prestasi belajar
2. Hubungan antara disposisi dan respon
Disposisi adalah kecenderungan untuk
menunjukkan respon.
Kepercayaan-pemakaian obat tradisional
3. Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau
tingkah laku
Sifat Individu yang relatif tidak berubah dan tidak

dipengaruhi lingkungan
- Sek
- Suku bangsa
- Pendidikan

4. Hubungan antara prakondisi dan akibat tertentu


UKM berkembang- syarat pinjaman lunak
5. Hubungan yang imanen
Variabel terjalin satu dengan
lainnya, satu berubah, variabel lain
berubah

6. Hubungan antara tujuan dan cara


 Kerja keras-keberhasilan
Hubungan antar dua variable
(bivariat)
Dalam ilmu sosial:
– Hubungan tunggal antar satu variabel
dengan variabel lainnya tidak pernah ada
dalam realita
X - Y tidak pernah ada

- Kesimpulannya dianggap masih sementara.


Ada dua pola hubungan antara dua variable:

 Bivariat (hubungan antara dua variabel saja)

X Y
 Multivariat (Hubungan antara beberapa variabel
pengaruh dan satu variabel terpengaruh)

 Satu syarat yang harus dipenuhi pada pola ini


adalah bahwa antar variabel pengaruh harus
independen satu terhadap lainnya.

X1

X2
Y
X3

Xn
Hubungan antar lebih dua variable

Dalam penelitian sosial hubungan antar dua variable


pokok hampir tidak pernah ditemui ,  MAKA peneliti
kemudian menggunakan:
• Dengan memasukkan variabel tambahan yang
mempengaruhi hubungan variabele pengaruh-
terpengaruh ke dalam analisis.
 Variable tambahan ini yang disebut sebagai variabel
kontrol.
Mis. Wanita-komsumptif (shopaholic)- variabel kontrol
uang.
Variabel kontrol
 variable penekan (suppressor variable)
yang dapat mengaburkan hubungan
antara variabel pengaruh - terpengaruh.
 Contoh: Jarak rumah-puskesmas dikontrol
tingkat pendidikan
 variabel pengganggu (distorter variable)
yang dapat membelokkan arah hubungan
antara variable pengaruh – terpengaruh.
 Contoh:KB-sosial ekonomi (dikontrol
pekerjaan)
Selain variable kontrol ada
beberapa variabel ketiga, a.l.

 Variabel antara (intervening variable).


Variabel ini dapat menguatkan hubungan
antara variable pengaruh – terpengaruh
 Contoh: umur-PENDIDIKAN membaca
 Variabel pendahulu (antecedent variable)
Variabel ini mendahului variabel
pengaruh.
 Contoh: STATUS SOSEK ORTU-
pendidikan-pengetahuan politik
Validitas dan Reliabilitas
PENGUKURAN
 Upaya menghubungkan konsep dan realitas
 Apa bedanya dengan definisi operasional?  langkah
awal pengukuran.
 Apa yang dilakukan dalam pengukuran?
  Dalam penelitian sosial ada 4 aktivitas:
 Menentukan dimensi konsep  menentukan indikator
 INGAT DEFINISI OPERASINAL
 Merumuskan ukuran/item-item/pertanyaan untuk
setiap dimensi/ indikator
 Menentukan tingkat ukuran yang digunakan  N O I R
 Menentukan tingkat validitas dan reliabilitas
Ada 2 strategi menghubungkan
konsep dan realitas:

 Strategi “empiris”  konsep diukur dengan


sebanyak mungkin indikator yang diharapkan
dapat menunjukkan konsep yang akan diteliti.
 Strategi “rasional” 
 Meneliti literature yang membahas konsep untuk
memahami definisi penulis
 Mencari hubungan antara konsep yang diteliti
dengan konsep lain yang berkaitan, sehingga
dapat mengukur validitas instrumen.
Ada 2 variasi Strategi “rasional”
 Peneliti menyusun instrumen dengan
menganggap bahwa indicator yang
digunakan sudah mencakup seluruh
aspek konsepnya
 biasanya dengan pertanyaan
“tunggal” untuk setiap konsep.
 Peneliti menyusun instrumen dengan
anggapan awal bahwa konsep yang
hendak diukur bersifat
“multidimensional”
VALIDITAS DAN RELIABILITAS
Validitas dan reliabilitas merupakan tahap
yang sangat penting dalam semua
pengukuran.
VALIDITAS (KEABSAHAN)
Apakah yang dimaksud dengan
validitas?
Apakah kita benar-benar mengukur apa (konsep)
yang hendak kita ukur?
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur itu mengukur apa yang hendak diukur.
Ada dua hal yang terkandung dalam
pengertian tersebut:

 Apakah alat ukur itu sesungguhnya


mengukur konsep yang ingin diukur
dan bukan konsep yang lain
 Apakah pengukuran konsep tersebut
dilakukan secara tepat.
JENIS-JENIS VALIDITAS
 Validitas Permukaan (face validity)  sangat
sederhana (dimensi dan item tunggal)
 Validitas Kriteria (criterion validity) apakah sudah
mencakup semua aspek
 Validitas Isi (content validity)  sejauh mana isi alat
ukur telah mewakili semua aspek suatu konsep.
 Validitas konstruk (construct validity)  konsep yang
paling abstrak
 Validitas prediktif (predictive validity)
 Validitas eksternal
 Validitas budaya
Cara mengukur Validitas
 mendefinisikan secara operasional konsep
yang akan diukur  sampai tersusun alat
ukur atau kuesioner.
 Uji coba
 Tabulasi
 Uji statistik dengan korelasi ‘Product
Moment’
Tingkat validitas dipengaruhi oleh 2
hal:

 Kemampuan pewawancara
 apakah mengikuti petunjuk/
pedoman kuesioner/ tidak
 Keadaan responden sewaktu
wawancara berlangsung
RELIABILITAS
(KEAKURATAN/KEMANTAP
AN)
 Apakah yang dimaksud dengan reliabilitas?
 Apakah alat ukur yang dipakai tersebut
tepat untuk mengukur konsep yang hendak
diukur?
 menunjuk pada sejauh mana suatu hasil
pengukuran relatif konsisten apabila
pengukuran dilakukan berulangkali.
Apakah hubungan validitas dan
reliabilitas?

 Validitas
 mempermasalahkan kesesuaian
antara konsep dan kenyataan empiris
 Reliabilitas
 kesesuaian hasil-hasil antara
pengukuran di tingkat kenyataan
empiris
 Karena itu  valid pasti reliable, tapi
tidak sebaliknya
Cara mengukur reliablitas/tipe
reliablitas

 Metode ulang

 responden sama, kuesioner (alat ukur)


sama, penelitian dua kali

 Stability Reliability  Neuman (2000)


Metode Belah Dua
 pertanyaan dalam kuesioner (alat
ukur) dibagi menjadi dua dengan
cara acak diberikan pada
responden yang sama pada waktu
yang sama
 Representative Reliability 
Neuman (2000)
Metode Paralel
 ada 2 cara
 kuesioner (alat ukur) sama, responden
sama, waktu sama, dilakukan oleh dua (2)
peneliti yang berbeda.
 Peneliti satu (1) orang, responden sama,
alat ukur (kuesioner) dua (2) perangkat
 Equivalence Reliability  Neuman (2000)
POPULASI
DAN
SAMPEL
POPULASI DAN SAMPEL
 Apakah populasi?
 Populasi diartikan sebagai sekumpulan
unsur atau elemen yang menjadi obyek
penelitian. Elemen populasi ini biasanya
merupakan satuan analisis.
 Populasi: Himpunan semua hal yang
ingin diketahui.
 Dapat berupa kumpulan semua kota,
semua wanita, semua perusahaan.
 Populasi dalam penelitian
dapat pula diartikan sebagai
keseluruhan unit analisis
yang ciri-cirinya akan diduga.

Unit analisis adalah


unit/satuan yang akan diteliti
atau dianalisis
Menentuan populasi dibantu oleh
4 faktor :
 Isi
 Satuan
 Cakupan (scope)
 Waktu
Contoh:
 Suatu penelitian tentang pendapatan keluarga
petani di Kabupaten Jombang tahun 2005,
  maka populasinya dapat ditetapkan dengan
4 faktor tsb:
 Isi  Semua keluarga petani
 Satuan  Petani penggarap/pemilik
tanah
 Cakupan (scope) Kabupaten Jombang
 Waktu  tahun 2005
Populasi dapat dibedakan

 Populasi target merupakan populasi


yang telah ditentukan sesuai dengan
permasalahan penelitian, dan hasil
penelitian dari populasi tersebut ingin
disimpulkan.
 Populasi survei merupakan populasi
yang terliput dalam penelitian yang
dilakukan.
Populasi Survei

Populasi target

Idealnya populasi target dan populasi


survei sama, tapi karena berbagai sebab
maka populasi target dan survei menjadi
tidak sama.
Populasi terdiri dari unsur sampling
yaitu unsur/unsur yang diambil
sebagai sampel.

Kerangka sampling (sampling Frame)


adalah daftar semua unsur sampling
dalam populasi sampling.

Unsur sampling ini diambil dengan


menggunakan kerangka sampling
(sampling frame)
Apakah sampel?

 Sampel adalah unsur-unsur yang


diambil dari populasi
Cara menentukan sample, agar
memenuhi syarat
Teknik (metode) penentuan sample yang ideal
memiliki ciri-ciri:
 Dapat memberikan gambaran yang
akurat tentang populasi
 Dapat menentukan presisi
 Sederhana sehingga mudah
dilaksanakan
 Dapat memberikan keterangan sebanyak
mungkin dengan biaya murah.
Presisi=standard error, Nilai rata-rata populasi
dikurangi nilai rata-rata sampel
Berapa besar sampel = representatif?
Besar sample perlu mempertimbangkan hal-hal
sbb:
Derajat keseragaman (degree of homogenity)
dari populasi  completely heterogeneous
Presisi yang dikehendaki dari penelitian
Rencana analisis
Tenaga, biaya dan waktu
Besar populasi

 SEMAKIN BESAR SAMPEL SEMAKIN TINGI TINGKAT


PRESISI YANG DIDAPATKAN
Teknik penarikan/pengambilan
sample
1. Probability Sampling
(random sampling)
2. Non Probability Sampling
(non random sampling)
Probability Sampling
Teknik penarikan sampel, dimana setiap unsure
atau elemen sampling diberi kesempatan yang sama
dan persis sama untuk diikutkan/dipilih dalam
sample.

Syarat dalam penarikan sample probabilitas adalah


tersedianya daftar anggota populasi atau daftar
unsure/elemen populasi (kerangka sample/sampling
frame).
Beberapa Teknik Probability
Sampling:
1. Simple Random Sampling ( Penarikan
sample secara Random/Acak
Sederhana)
Caranya :
 Dengan mengundi elemen/anggota
populasi
 Dengan menggunakan tabel angka
random
Syarat Acak Sederhana
1. Tersedia kerangka sampling
2. Sifat populasi homogen
3. Populasi tidak terlalu tersebar secara
geografis
2. Systematic Random Sampling
(Penarikan sample secara sistematik)
 Caranya:
1. Melakukan cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi)
2. Menetapkan jarak/interval
N
I = -----------
n
I = Interval (5)
N = Jumlah anggota populasi (100)
n = Jumlah anggota sampel (20)

3. Menetapkan nomor berapa peneliti akan mulai menghitung


(penetapan momor pertama ini dilakukan secara acak/random)
1, 2, 3, 4 dan 5
4. Anggota sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan
interval pada nomor pertama dan seterusnya
3. Stratified Random Sampling
(Penarikan Sampel Startifikasi)
Caranya:
1. Menetapkan kriteria yang jelas yang akan
digunakan sebagai dasar penetuan strata (lapisan).
2. Dengan dasar kriteria tersebut populasi dibagi ke
dalam sub-subpopulasi (setiap subpopulasi
diasumsikan homogen)
3. Penentuan besar sampel pada masing-masing
subpopulasi bisa proporsional bisa pula tidak.
4. Penentuan usnsur bisa simple
random/systematic
Syarat Stratified Random
Sampling
1. Kriteria yang jelas untuk
menstratifikasi
2. Ada data pendahuluan mengenai
kriteria
3. Diketahui jumlah tiap lapisan
4. Cluster Sampling
(Penarikan Sampel Berkelompok)
Teknik ini digunakan karena mengalami dua
permasalahan, yaitu:
1) peneliti kekurangan kerangka sampling yang
baik, suatu populasi yang menyebar;
2) Biaya yang tinggi untuk menyusun kerangka
sampling dan menjangkau setiap elemen
sample.
Caranya:
1. Populasi dibagi ke dalam mini populasi-mini
populasi. Mini populasi memiliki karakteristik yang
sama dengan populasi
2. Pengelompokan mini populasi ini bisa berdasarkan
pada pengelompokan secara administrasi.
3. Setelah itu menentukan cluster secara random
(bisa dilakukan secara bertingkat misal dari desa
menjadi dukuh-dukuh atau dusun dst)
4. Cluster yang terpilih adalah unit yang berisi elemen
sample final
5. Multistage Sampling
(Penarikan Sampel Secara Bertahap)

Hampir sama dengan cluster,


dengan tahap lebih dari satu kali
(misal propinsi, kabupaten,
kecamatan, kelurahan/desa dan
seterusnya)
6. Area Sampling
( Penarikan Sampel Wilayah)
 Cara ini dilakukan karena populasi tidak dapat
kerangka sampling.
 Dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan
rinci dari wilayah yang akan diteliti, sehingga
dapat diketahui blok-blok yang ada seperti
perumahan, pertokoan.
 Teknik penarikan sample sama seperti
penarikan sampel secara bertahap.
II. Non Probability Sampling
(Non random sampling)
– Cara ini dilakukan bila tidak mungkin diperoleh
daftar yang lengkap dari populasi penelitian,
sehingga tidak terdapat kesempatan yang sama
pada anggota populasi.
– Karena itu peneliti tidak dapat membuat generalisasi
atau kesimpulan yang dapat mewakili populasi, hasil
analisis hanya berlaku untuk anggota populasi yang
diteliti.
– Dengan penarikan sample non probability, peneliti
tidak dihadapkan pada cara-cara yang rumit.
Beberapa Teknik Non Probability Sampling

1. Purposive Sampling (Penarikan Sampel Secara


Sengaja)
– Cara ini membutuhkan kemampuan dan
pengetahuan yang baik dari peneliti terhadap
populasi penelitian.
– Untuk menentukan siapa yang menjadi anggota
sample, maka peneliti harus benar-benar
mengetahui dan beranggapan bahwa orang yang
dipilihnya dapat memberikan informasi yang
diinginkan sesuai dengan permasalahan
penelitian.
2. Quota Sampling
(Penarikan Sampel Jatah)
 Cara ini mirip dengan stratified sampling,
yaitu dengan membagi populasi ke
dalam sub-sub populasi sesuai dengan
fokus penelitian.
 Penarikan sample jatah dilakukan bila
peneliti tidak dapat mengetahui jumlah
yang rinci dari setiap strata populasinya.
3. Snow-ball Sampling
(Penarikan Sampel Bola Salju)
 Cara penarikan sampel ini dimulai dengan
jumlah yang sedikit akhirnya menjadi banyak,
dengan beberapa tahap.
 Pertama, menentukan satu atau beberapa
orang untuk diwawancarai.
 Selanjutnya orang-orang tersebut akan
berperan sebagai titik awal penarikan sampel
selanjutnya.
– Salah satu kelemahannya adalah sampel yang pada
tahap berikutnya adalah orang-orang terdekat (peer
group). Karena itu orang pertama dipilih lebih dari
satu.
4. Sequential Sampling
Penarikan sample ini dimulai dengan
pengambilan sample dalam jumlah kecil,
kemudian data dianalisis.

Jika hasilnya masih diragukan, maka


sample diambil yang lebih besar dan
seterusnya.
5. Accidental/Haphazard Sampling
(Penarikan Sampel Secara Kebetulan)

Penarikan sample ini dilakukan


dengan cara memilih orang yang
kebetulan ditemui.
Akhir Kata
Penentuan populasi dan sampel
harus dilalui bila benar-benar
ingin menjadi sarjana yang

jujur
TEKNIK
PENGUMPULAN
DATA
PENELITIAN
KUANTITATIF
Ada dua jenis teknik
pengumpulan data:
1. TEKNIK PENGUMPULAN DATA YANG
BAKU/STANDAR

2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA YANG


TIDAK BAKU/STANDAR
Dasar Teknik Pengumpulan
Data Yang Baku

1. Kejelasan konsep dan variable yang akan


digunakan
2. Standarisasi- semua pertanyaan sama untuk semua responden
3. Obyektivitas (netral)- resp. memiliki penafsiran
yang sama
4. Relevansi unit/satuan pengamatan
Jenis pertanyaan
1. Pertanyaan tentang fakta-usia
2. Pertanyaan tentang opini atau pendapat
3. Pertanyaan tentang informasi atau
pengetahuan
4. Pertanyaan tentang persepsi
Bentuk pertanyaan
a. Pertanyaan tertutup
 Bentuk pertanyaan yang dilengkapi dengan sejumlah
alternatif/kategori jawaban, sehingga responden
tinggal memilih jawaban.
 Jawaban harus bersifat tuntas (exhaustive) dan tidak
saling tumpang tindih (mutually exclusive)

Apakah responden sering mengalami kesulitan mengajar karena keterbatasan alat


peraga yang dimiliki sekolah:
1. Selalu kesulitan
2. Sering kesulitan
3. Terkadang kesulitan
4. Jarang mengalami kesulitan
5. Tidak pernah mengalami kesulitan
Kelebihan: Pertanyaan tertutup
1. Karena jawaban bersifat baku, maka
dapat dibuat perbandingan antar
responden
2. Jawaban mudah diolah
3. Responden mengerti maksud
pertanyaan karena tersedia jawaban
4. Kemungkinan jawaban yang tidak
relevan sangat kecil
Kelemahan: Pertanyaan tertutup
1. Ada kemungkinan responden memilih jawaban asal
saja
2. Responden akan kecewa bila jawabannya tidak
tersedia pada alternatif jawaban
3. Alternatif jawaban bisa dalam daftar panjang
4. Bila responden berbeda dalam menafsirkan
pertanyaan, maka terdapat perbedaan dalam
memilih jawaban
5. Kesulitan melacak bila responden salah memilih
jawaban
6. Pada jawaban yang berupa interval, variasi jawaban
tidak nampak
b. Pertanyaan terbuka

1. Responden bebas untuk


mengemukakan jawabannya.
2. Bentuk pertanyaan yang tidak disertai
alternatif/kategori jawaban.

Berapa penghasilan Saudara?...............


Kelebihan:Pertanyaan terbuka
1. Peneliti dapat memperoleh variasi jawaban
responden
2. Responden dapat menjawab secara rinci
3. Peneliti memberikan kesempatan pada responden
untuk mengekspresikan jawaban dengan cara
masing-masing
4. Ada kemungkinan untuk jawaban yang rumit
ditulis secara lengkap
5. Peneliti terhindar dari alternatif/kategori jawaban
yang panjang
Kelemahan: Pertanyaan terbuka

1. Kemungkinan jawaban tidak relevan


2. Jawaban umumnya tidak baku
3. Tidak semua responden dapat mengemukakan
jawaban
4. Jawaban responden bersifat umum sehingga
dibutuhkan waktu yang panjang untuk menggali
informasi yang lebih jauh
5. Bila jawaban cukup panjang, maka jawaban bisa
sangat tebal
C. Pertanyaan Setengah Terbuka
 Bentuk pertanyaan yang disamping tersedia
sejumlah alternatif jawaban, responden juga
diberi kesempatan untuk mengemukakan
jawabannya sesuai dengan kehendaknya

Buku penunjang untuk mengajar, selama ini diperoleh


responden dari:
1. Sekolah
2. Sumbangan wali murid
3. Usaha sendiri (membeli)
4. Meminjam teman/orang lain
5. Lainnya, (sebutkan)……………………
3. Isi Pertanyaan
1. Jelas dan sederhana
2. Hindari kata-kata yang tidak jelas atau kabur
dalam membuat pertanyaan
3. Hindari penggunaan kata-kata/bahasa yang
tidak sesuai dengan kemampuan responden
4. Hindari rumusan pertanyaan yang
mengarahkan jawaban responden
4. Urutan Pertanyaan
1. Pertanyaan yang sensitive/peka sebaiknya diletakkan
pada bagian akhir (biasanya dalam bentuk terbuka)
2. Dahulukan pertanyaan yang mudah
3. Dahulukan pertanyaan yang berfungsi
menghubungkan dengan pertanyaan berikutnya
(pertanyaan filter)
4. Pertanyaan disusun berdasarkan urutan yang logis
5. Pisahkan pertanyaan pokok dari pertanyaan yang
berfungsi menguji kebenaran jawaban pertanyaan
pokok
C. Teknik Kuesioner
1. Teknik koleksi data melalui pertanyaan yang diisi
oleh responden sendiri
2. Responden punya peran yang sangat penting
3. Penyampaian pertanyaan dan pengembalian
jawaban dapat dilakukan secara langsung atau
tidak langsung melalui pos (mailed questioner)
4. Banyak sedikitnya Pengembalian kuesioner
khususnya Mailed questioner tergantung pada :
sponsor penelitian, panjang pendeknya kuesioner,
cara pengiriman dan pengembalian kuesioner,
karakteristik responden, waktu pengiriman, surat
peringatan kepada responden
Kelebihan mailed questioner
1. Tidak perlu adanya petugas wawancara
2. Menghemat waktu
3. Responden lebih leluasa dalam mengisi
kuesioner
4. Kerahasiaan jawaban lebih terjamin
5. Tidak ada pengaruh dari pewawancara
Kelemahan mailed questioner
1. Kurang luwes karena tidak ada pewawancara
2. Tingkat pengembalian kuesioner rendah
3. Tidak dapat mengamati reaksi responden ketika
menjawab pertanyaan
4. Suasana dan kondisi lingkungan responden ketika
mengisi kuesioner tidak terkontrol
5. Sulit mengontrol responden agar sesuai dengan
urutan pertanyaan
6. Tidak dapat menggunakan format kuesioner yang
kompleks.
D. Teknik Wawancara Terstruktur
1. Suatu cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan
informasi secara lisan dari responden dengan wawancara
tatap muka (face to face)
2. Pada teknik wawancara terstruktur ini baik Pewawancara
maupun responden mempunyai peran yang sama penting.
3. Agar data yang diperoleh sesuai maka diperlukan suasan
hubungan kerjasama antara pewawancara dan responden
4. Dalam pelasanaan wawancara, bila jawaban responden
bersifat umum atau mengambang, maka pewawancara dapat
membimbing responden dengan pertanyaan tambahan (probing)
probing)

5. Fungsi probing: 1) membimbing responden untuk dapat


memberi jawaban yang akurat; 2) membimbing jawaban
responden agar semua aspek permasalahan tercakup dalam
jawaban.
Kelebihan Wawancara Berstruktur
1. Bersifat fleksibel
2. Tingkat pengembalian jawaban lebih tinggi
3. Reaksi responden ketika menjawab dapat diamati
4. Urutan dan susunan pertanyaan dapat dikontrol
5. Pewawancara dapat mencatat jawaban-jawaban
spontan
6. Pewawancara dapat langsung mengamati keadaan
lingkungan dimana wawancara berlangsung.
Kelemahan Wawancara
Berstruktur
1. Biaya mahal
2. Waktu yang relatif lama
3. Praduga atau bias pewawancara terhadap
jawaban responden
4. Responden kurang leluasa dalam menjawab
5. Kurang rahasia
6. Keseragaman atau standarisasi jawaban
terbatas
7. Jumlah sample terbatas.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA YANG
TIDAK BAKU/STANDAR

 Teknik Wawancara Tidak Berstruktur


 Teknik Pengamatan Tidak Berstruktur
A. Teknik Wawancara Tidak
Berstruktur
1. Adalah wawancara yang dilakukan berdasarkan
pada suatu pedoman atau catatan yang berisi butir-
butir atau pokok-pokok pemikiran mengenai hal
yang akan ditanyakan pada waktu wawancara
berlangsung.
2. Selain diperlukan rapport yang baik, juga
kemampuan pewawancara, sehingga tidak
kehabisan pertanyaan
Teknik Pengamatan Tidak
Berstruktur
 Suatu cara yang digunakan peneliti untuk
mendapatkan informasi yang merupakan
tingkah laku non verbal dari responden.
 Peneliti/Pengamat yang memegang peran,
keberhasilan pengamatan tergantung pada
ketelitian, kepekaan dan pengendalian diri dari
pengamat yang bersangkutan
TEKNIK PENGOLAHAN
DATA DAN
ANALISIS DATA
PENELITIAN
KUANTITATIF
Pengolahan Data: Langkah-langkah

1. Pemerikasaan Data (Editing)


• Kelengkapan pengisian
• Kejelasan tulisan
• Kejelasan makna
• Konsistensi/keajegan dan kesesuaian antar
jawaban
• Relevansi jawaban
• Keseragaman kesatuan data
2. Pembuatan Kode (Coding)

Manfaat:
• Mempermudah dan mempercepat analisis
• Mempermudah penyimpanan data
Sistem pengkodean berdasarkan
pada jenis pertanyaan:

1. Pertanyaan yang jawabannya berupa angka


2. Pertanyaan tertutup
3. Pertanyaan setengah terbuka
4. Pertanyaan terbuka
5. Pertanyaan tertutup yang jawabannya bisa
dipilih lebih dari satu
3. Penyederhanaan Data

• Dilakukan dengan membuat


klasifikasi, yaitu:
menggolongkan data dari
ratusan/puluhan jawaban.
ANALISIS DATA: Langkah-langkah

Rencana analisis
• Mengapa diperlukan Rencana Analisis?
– Data yang dikumpulkan pada kenyataannya
tidak selalu sama dengan yang ditemukan
– Kebutuhan analisis dapat diperincilebih dulu
dan disesuaikan dengan data yang terkumpul
Apa isi Rencana Analisis?

• Menentukan variabel yang akan dianalisis


• Rekonstruksi variabel-variabel yang akan
dianalisis
• Pengelompokan kategori atau variabel ke
dalam kategori atau variabel baru
• Tabel yang diperlukan (tabel frekuensi,
tabel silang)
• Statistik yang digunakan
2. Analisis Data

1. Analisis satu variabel: Tabel Frekuensi


2. Analisis dua variabel: Tabel Silang
3. Analisis tiga variabel: Tabel Silang
dengan Variabel Kontrol
4. Analisis dengan uji statistik
3. Penyajian Data

• Penyajian data dalam bentuk gambar, grafik


• Penyajian data dalam bentuk tabel frekuensi
• Penyajian data dengan angka mutlak dan persen
Umur Pertama Kali Anak Dilacurkan
Di Kota Surabaya
No Umur (tahun) frekwensi Persen

7 1 1
1
13 1 1
2
14 6 6
3
15 20 20
4
16 50 50
5
17 19 19
6
18 3 3
7
Jumlah 100 100

Sumber: Data primer, (2004)


Status Keperawanan Sebelum
Anak-Anak Dilacurkan
No Status keperawanan frekwensi Persen

1 Masih perawan 24 24

2 Sudah tidak 76 76
perawan

Jumlah 100 100

Sumber: Data primer, (2004)


Dengan Siapa Pernah Berhubungan
Seks Sebelum Menjadi PSK
No Pengalaman seksual Frekwensi Persen

1 Masih perawan 37 9,3

2 Pacar 239 59,8

3 Saudara 3 0,8

4 Tetangga 9 2,3

5 Lainnya 112 28,0

Jumlah 400 100

Sumber: Data primer, (2004)


Pengalaman Seksual Sebelum
Anak-Anak Dilacurkan
No Pengalaman seksual frekwensi Persen

Masih perawan 24 24
1
Pacar 69 69
2
Tetangga 1 1
3
Korban perkosaan 6 6
4
Jumlah 100 100

Sumber: Data primer, (2004)


Analisa dua variabel (Tabel Silang)

• Dapat menerangkan hubungan


antarvariabel – distribusi persentse
• Jumlah 100% dihitung pada variabel
pengaruh.
• Membandingkan distribusi persentase
pada variabel pengaruh
Menginterpretasikan Tabel Silang
Variabel Pengaruh

Variabel Terpengaruh Arah memperbandingkan


angka persen

Arah Perhitungan 100%


Tabel: Asal SMA dan Indeks Prestasi

Indeks Prerstasi Jurusan SMA

IPA IPS Jumlah


</= 1,5 11.652 (16,5%) 7.028 (18,4%) 18.680
(17,1%)
1,6 – 2,5 42.471 (60,1%) 24.042 (62,9%) 66,513
(61,1%)
2,6 – 3,5 15.984 (22,6%) 6.957 (18,2%) 22.941
(21,1%)
> 3,5 579 (0,8%) 210 (0,5%) 789
(0,7%)
Jumlah 70.686 (100%) 38.237 (100%) 108.923
(100,0%)
PENDEKATAN DAN KARAKTERISTIK
PENELITIAN KUALITATIF
DEFINISI PENELITIAN KUALITATIF
• KIRK& MILLER (1986):
Tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang
secara fundamental bergantung pada
pengamatan terhadap tingkah laku manusia
dalam ‘kawasannya/ dunianya sendiri’ dan
berhubungan dengan orang-orang yang diteliti
dalam ‘bahasa’ dan ‘istilah’ mereka sendiri.
• BOGDAN & TAYLOR (1975)
Prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
MODEL SIKLUS PENELITIAN
WALLACE

THEORIES
LOGICAL LOGICAL
INDUCTION INF LOGIKA DEDUCTION

EMPIRICAL KEPUT.
GENERALIZATION HIPOTESIS HYPOTHESA

PENGUJIAN OPERATIONALIZATION
PERKIRAAN HIPOTESIS + INSTRUMENT, SCALING,
PARAMETER SAMPLING

OBSERVATION
METODE PENELITIAN “KUANTITATIF” TIDAK
SELAMANYA “TEPAT” UNTUK MENELITI
SEMUA FAKTA SOSIAL, KARENA :

 Fakta sosial yang diteliti sangat kompleks


dan pemahaman terhadap kompleksitas itu
sendiri merupakan hal yang ingin diteliti
Metode Penelitian Kuantitatif tidak dapat
digunakan untuk mengungkap dan
memahami fakta sosial yang kompleks
 karena dalam penelitian kuantitatif,
kompleksitas kehidupan sosial cenderung
direduksi dalam bentuk variabel-variabel
contoh:……..
DASAR TEORITIS
PENELITIAN KUALITATIF

 PENDEKATAN FENOMENOLOGIS
 Mempelajari bagaimana kehidupan sosial ini
berlangsung dan melihat tingkah laku manusia,
yaitu apa yang dikatakan dan dilakukan,
sebagai hasil dari bagaimana manusia
‘mendefinisikan’ dunianya.
 Berdasarkan pemikiran ini maka untuk mengerti
sepenuhnya bagaimana kehidupan sosial
tersebut berlangsung maka harus memahaminya
dari sudut pandang pelaku itu sendiri.
Lanjutan  PENDEKATAN FENOMENOLOGIS

Penelitian Fenomenologi
 Berupaya ‘menangkap’ proses, interpretasi
dan melihat segala sesuatu dari sudut
pandang orang-orang yang diteliti.
 Aspek ‘subyektif’ dari perilaku manusia
dianggap sangat penting.
 Para Ahli: Edmund Husserl, Alfred Schultz,
Max Weber  “verstehen”
PENDEKATAN INTERAKSI SIMBOLIK
 Menekankan pentingnya ‘makna sosial’ (social
meanings) dari perilaku manusia yang melekat
pada dunia sekitarnya.
 Melihat bahwa tingkah laku manusia itu memiliki
“social meanings” yang melekat pada dunia
sekitar kehidupan manusia
 ‘KONSEP DIRI’ merupakan definisi yang diciptakan
melalui interaksi dengan orang lain.
 Untuk mempelajari tingkah laku manusia perlu
memahami sistem makna yang diacu oleh manusia
yang dipelajarinya.
contoh:……..
 Para Ahli: C.H Cooley, G.H Mead, Herbert
Blumer
Tiga premis (Blumer):

 Manusia bertindak terhadap sesuatu/orang


berdasarkan bagaimana mereka memberi
makna terhadap sesuatu/orang tersebut.
 ‘Makna’ merupakan produk social yang
muncul dari interaksi
 ‘Social Actor’ (pelaku social) memberikan
makna melalui proses interpretasi
 Penafsiran merupakan sesuatu yang esensial
yang mempengaruhi ‘definisi sosial’
 ‘Konsep diri’ merupakan definisi yang
diciptakan melalui interaksi dengan orang lain
Prinsip-Prinsip interaksionisme simbolik

• Manusia, tidak seperti hewan rendah lainnya,


diberkahi dengan kapasitas berakal
• Kapasitas untuk berpikir itu terbentuk karena
interaksi sosial
• Di dalam interaksi sosial manusia mempelajari
arti dan simbol-simbol yang membuatnya
dapat melakukan kapasitas berpikir sebagai
manusia
• Arti dan simbol membuat manusia melakukan
tindakan dan interaksi manusia secara berbeda
Lanjutan  Prinsip-Prinsip
►Manusia mampu memperbarui atau mengubah
interaksionisme
arti dan simbol yang mereka gunakan dalam
simbolik
tindakan dan berinteraksi atas dasar interpretasi
mereka terhadap keadaan
►Manusia dapat membuat modifikasi dan
perubahan tersebut karena kemampuannya
berinteraksi dengan dirinya sendiri, yang
membuatnya dapat meneliti kemungkinan
serangkaian tindakan, menilai keuntungan dan
kerugian relatif mereka, dan kemudian memilih
salah satunya
 PENDEKATAN BUDAYA
 Menekankan pentingnya system budaya dalam
kehidupan masyarakat yang mencerminkan
system makna masyarakat tersebut
 Untuk mempelajari tingkah laku manusia, di
samping perlu mengamati tingkah laku itu
sendiri, juga perlu melacak ‘makna’ di balik
tingkah laku tersebut.
 Diperlukan penelitian mendalam ke ‘inner
behaviour’ karena selalu ada system makna
di balik setiap tingkah laku manusia.
 contoh:……..
CIRI-CIRI
PENELITIAN KUALITATIF
1. BERSIFAT INDUKTIF
2. MELIHAT ‘SETTING SOSIAL’ DAN MANUSIA SEBAGAI
SATU KESATUAN
3. MEMAHAMI TINGKAH LAKU MANUSIA DARI SUDUT
PANDANG MEREKA YANG DITELITI
4. HUBUNGAN PENELITI DAN YANG DITELITI BERSIFAT
INTERAKTIF DAN TIDAK DAPAT DIPISAHKAN
5. PROSES PENELITIAN MERUPAKAN SUATU HAL YANG
DIANGGAP PENTING, SELAIN HASIL PENELITIAN ITU
SENDIRI.
6. BERSIFAT HUMANISTIK
Ciri-Ciri lain penelitian kualitatif
• Penelitian naturalistik, yang mempelajari
keadaan/situasi dunia-nyata seperti mereka
membentangkan lipatannya  Memahami tingkah
laku manusia dari sudut pandang mereka.
• Bersifat induktif. Analisis induktif dimana evaluator
dibenamkan ke dalam data yang detail dan khusus
untuk mengetahui kategori penting  Peneliti
memulai dan mengembangkan permasalahan
penelitian dari pengamatan dan data yang ada.
• Penelitian holistik, dimana seluruh fenomena yang
dipelajari dipahami sebagai sebuah sistem yang
kompleks yang lebih daripada jumlah bagiannya 
Melihat ‘SETTING’ DAN MANUSIA’ sebagai satu
kesatuan.
Lanjutan Ciri-Ciri lain penelitian kualitatif
• Data kualitatif, terperinci, deskripsi tebal
• Hubungan peneliti dan yang diteliti bersifat
interaktif dan tidak bisa dipisahkan  Kontak
dan wawasan pribadi dimana peneliti dekat
dengan orang, keadaan dan fenomena yang
dipelajari
• Sistem dinamis dengan perhatian pada
proses dan perubahan Proses penelitian
merupakan suatu hal yang dianggap penting,
selain hasil penelitianitu sendiri.
• Orientasi “kasus” unik, memperhatikan/
menerima “setiap kasus” adalah khusus dan
unik
Lanjutan Ciri-Ciri lain penelitian kualitatif
• Sensitifitas konteks, “menempatkan penemuan
dalam “sejarah sosial dan konteks temporal
• Empatik “netralitas”, dengan peneliti secara
sabar mencari pemahaman terhadap dunia,
lebih dari obyektifitas atau subyektifitas sesaat
yang menggali di bawah kredibilitas
• Fleksibilitas Disain, dengan evaluator terbuka
untuk mengadopsi penelitian sebagai
pemahaman mendalam.
• Bersifat Humanistik
Berupaya memahami orang yang diteliti sebaik
mungkin dan ikut mengalami apa yang dialami
mereka dalam kehidupan sehari-hari
CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF Menurut
SOTIRIOS SARANTAKOS (SOCIAL RESEARCH)

• Tujuannya adalah memahami kehidupan sosial


• Idiografik menerangkan realitas sebagaimana
adanya
• Bertujuan pada pembentukan teori
• Memakai metode subyektif
• Interpretatif tertarik dengan bagaimana
• Historis tertarik dengan kasus-kasus nyata
• Terbuka dan fleksibel dalam segala aspek
• Proses penelitian terpengaruh dengan
informan/subyek/partisipan
Lanjutan  CIRI-CIRI PENELITIAN KUALITATIF
Menurut SOTIRIOS SARANTAKOS (SOCIAL
RESEARCH)

• Peneliti dekat dengan


informan/subyek/partisipan
• Menggunakan metode dinamis
• Memakai proses fleksibel
• Holistik mempelajari keseluruhan unit
• Memakai sampel teoritikal
• Memakai analisa data eksplikatif
• Mamakai tingkat pengukuran rendah
• Memakai metode induktif
PERBEDAAN PENELITIAN KUALITATIF-
KUANTITATIF
PENELITIAN PENELITIAN
KUALITATIF KUANTITATIF
SIFAT REALITAS GANDA, HOLISTIK, HASIL TUNGGAL, KONKRET
SOSIAL KONSTRUKSI PEMIKIRAN TERAMATI, DAPAT
DIFRAGMENTASI
PRINSIP DASAR DESKRIPSI FENOMENA DESKRIPSI FENOMENA
PENELITIAN UNTUK MELAHIRKAN DENGAN LATAR
HIPOTESIS / TEORI TERKENDALI UNTUK
PENGUJIAN HIPOTESIS
/ TEORI
CARA PANDANG MENURUT PANDANGAN & MENURUT
TERHADAP DEFINISI MEREKA YANG PANDANGAN
REALITAS SOS DITELITI &DEFINISI PENELITI
GENERALISASI HANYA MUNGKIN DALAM BEBAS IKATAN
IKATAN KONTEKS DAN KONTEKS DAN WAKTU
WAKTU
PENELITI- INTERAKTIF, TAK INDEPENDEN, DAPAT
DITELITI TERPISAHKAN DIPISAHKAN
RELIABILITAS DALAM
PENELITIAN KUALITATIF

 Dalam penelitian kualitatif yang


dipentingkan
adalah ketepatan dan kecukupan data
 Reliabilitas dilihat dari :
Kesesuaian antara apa yang dicatat sebagai
‘data’ dan apa yang sebenarnya terjadi di
lapangan, bukan pada ‘ketaat-asasan’ di
antara beberapa hasil pengamatan
PENELITIAN KUALITATIF MEMENUHI
PROSEDUR PENELITIAN ILMIAH

(1) Induktif
(2) Tidak dapat digeneralisir
1. Penelitian kualitatif memiliki ‘hipotesis kerja’
yang dirumuskan pada saat pengumpulan
data dan terus menerus disempurnakan
2. Hasil penelitian kualitatif dapat digunakan
untuk generalisasi tidak hanya pada latar
substantif yang sama tetapi juga pada latar
substansi lainnya (‘grounded research’)
TEKNIK PENGUMPULAN
DATA PENELITIAN
KUALITATIF
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
PENELITIAN KUALITATIF
OBSERVASI:
Suatu prosedur pengumpulan data primer yang
dilakukan dengan cara melihat, mengamati dan
mencatat perilaku & pembicaraan subyek penelitian
dengan menggunakan pedoman observasi

JENIS PENGAMATAN (OBSERVASI)


a) PENGAMATAN TIDAK TERLIBAT :
Peneliti sama sekali tidak melibatkan diri dalam interaksi
sosial yang diamati

b) PENGAMATAN TERLIBAT :
Peneliti melibatkan diri dalam interaksi sosial yang diamati
JENIS PENGAMATAN TERLIBAT

Pengamatan pasif :Peneliti terlibat dalam


interaksi sosial di arena kegiatan yang
diamati, diwujudkan oleh tindakan
pelakunya

Pengamatan setengah pasif :Peneliti


memegang peran sosial tertentu dan terlibat
dalam sebagian interaksi sosial yang sedang
diamati
Pengamatan aktif : Peneliti memegang
peran sosial yang penting dan terlibat
dalam seluruh kegiatan dan interaksi sosial
yang sedang diamati

Pengamatan partisipasi penuh : Peneliti


memegang peran sosial penting dan
interaksi sosial sangat intensif dalam waktu
relatif lama dan menjadi ‘bagian’ dari
kehidupan yang sedang diamati
WAWANCARA MENDALAM
(INDEPTH INTERVIEW)
DEFINISI: Suatu prosedur pengumpulan data
primer yang dilakukan dengan cara
mengadakan wawancara tatap muka dengan
yang diteliti dengan menggunakan ‘pedoman
wawancara’

 Ada perbedaan mendasar antara wawancara


mendalam menggunakan pedoman wawancara
(penelitian kualitatif) dengan wawancara
menggunakan kuisioner (penelitian kuantitatif)
INSTRUMEN PENELITIAN 
PEDOMAN WAWANCARA:

 Pertanyaan umum dan identitas informan


 Pertanyaan tentang setting sosial
 Pertanyaan tentang tema-tema yang ditelliti

> Dilengkapi buku untuk mencatat dan alat


perekam (alat perekam:audio/audio visual)
Contoh:
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM:
- Identitas Informan (nama, umur, j.k.,pek)
- Proses Penelitian (tgl, tempat pengamatan,
orang-orang yg hadir bersama subyek yang
diamati)
- Kondisi Lingkungan dan Alam (dicatat setiap
kali pengamatan)
- Tema-tema penelitian; ttg sosialisasi anak,
konflik sosial dll (catatan rinci setiap kali
pengamatan)
- Hal-hal khusus yg terjadi ketika proses
pengamatan berlangsung (dicatat tgl, wkt dan
kejadian)
TEKNIK
PENGOLAHAN
DAN ANALISIS
DATA
PENELITIAN
KUALITATIF
PENGOLAHAN DATA DALAM
PENELITIAN KUALITATIF
 Seluruh
hasil pengamatan dan wawancara
mendalam dibuatkan ‘TRANSKRIP’.

TRANSKRIP:
Uraian dalam bentuk tulisan yang rinci dan
lengkap mengenai apa yang dilihat dan
didengar baik secara langsung maupun dari
hasil rekaman

Untuk wawancara mendalam, transkrip harus


dibuat dengan menggunakan bahasa sesuai
hasil wawancara (bahasa daerah, bahasa
asing, bahasa ‘khusus’ dll)
ANALISIS TERHADAP TRANSKRIP

1. Menangkap makna dari teks untuk menunjukkan


bagaimana makna dominan yang ada dalam teks
dan makna yang dapat dipertentangkan yg
bersifat, spesifik.
2. Menunjukkan makna-makna yang melekat dalam
suatu teks, utamanya makna tersembunyi yang
terkandung dalam teks.
3. Menganalisis bagaimana teks berkaitan dengan
kehidupan, pengalaman, kenyataan, dan hal-hal
yg bermakna tentang subyek penelitian.
ANALISIS DATA DALAM PENELITIAN
KUALITATIF

• Bukan mencari kecenderungan tentang


realitas sosial yang diamati

• Bukan memotret pola-pola umum dari


realitas sosial yang diamati
ANALISIS DATA dalam PENELITIAN
KUALITATIF:
 Dimaksudkan untuk mencari
pemahaman mendalam tentang
realitas sosial yang diteliti
sebagaimana realitas sosial tersebut
dipahami oleh subyek penelitian

 Untuk dapat melakukan Interpretasi


terhadap makna dibalik perkataan &
tingkah laku subyek penelitian
Proses penelitian menurut strategi Strauss
(dan Corbin)

 harus
dilaksanakan melalui penerapan-
penerapan teknik koding.

Teknik koding ini adal tiga:


– open coding,
– axial coding
– selective coding.
Dalam open coding,
• suatu gejala (misalnya dalam hal ini ‘reaksi kiai’)
akan diidentifikasi kategori-kategorinya untuk
kemudian (sesudah diberi sebutan/named,
labelled) diidentifikasi atribut dan dimensi.
Misalnya,
• salah satu kategori dalam gejala ‘reaksi kiai’ itu adalah
‘aktivitasnya melakukan pertemuan untuk membahas masalah’
• ‘Pertemuan’ ini kemudian boleh dilihat atribut-atributnya
(misalnya: frekuensi, ruang lingkup bahasan, intensitas kajian,
lama penyelenggaraan, dsb), dan
• seterusnya dimensi masing-masing atribut-atribut itu (sering-
tidaknya, luas-sempitnya ruang lingkup bahasan, dalam-
dangkal kajian, lama atau sebentarkah penyelenggaraannya,
dan seterusnya).
Dalam axial coding,
• kategori-kategori gejala yang berhasil diungkap akan
dihubungkan satu sama lain.
• Kategori-kategori itu ada yang dapat diposisikan
sebagai:
1. kondisi yang dianggap penyebab, ialah kejadian
apapun yang menyebabkan terjadinya suatu
gejala
2. gejala itu sendiri, ialah peristiwa sentral yang
akan menggerakkan terjadinya serangkaian
aksi/tindakan atau juga interaksi;
3. konteks, ialah suatu kompleks kondisi – lokasi
dan/atau waktu tertentu—yang menjadi ajang
berlangsungnya suatu aksi atau interaksi;
Lanjutan  Kategori-kategori
itu
4. kondisi pengintervensi, ialah kondisi-
kondisi struktural yang memudahkan atau
menyulitkan jalannya proses dalam suatu
konteks tertentu;
5. aksi atau interaksi, ialah strategi tindakan
yang dilakukan untuk merespons atau
mengatasi permasalahan yang ada;
6. konsekuensi, ialah hasil yang diperoleh
lewat penyelenggaraan aksi atau
interaksi.
Dalam selective coding
• suatu proses untuk menyeleksi kategori-
kategori guna menemukan kategori inti
atau sentral,
• secara sistematis dapat dipakai secara
konsepsional untuk merangkai dan
mengitegrasikan kategori-kategori lain
dalam suatu jaringan “kisah”.
• Kisah panjang-lebar yang merupakan
paparan deskriptif tentang realita sosial,
yang diletakkan dalam fokus kajian inilah
yang disebut story.
• Proses mengintegrasikan kategori-kategori
dalam selective coding – yang berakhir
Lanjutan Dalam selective coding
dengan story yang dapat dilaporkan ini –
dalam suatu tataran analisis yang jauh lebih
abstrak daripada yang berlangsung
sepanjang proses axial coding.
• Kepekaan teoretik seorang peneliti, ialah
ketajaman imajinasinya untuk mereka-reka
bangunan teoretik dari data dan kategori
data yang telah diperoleh, sangat diharapkan
pada tahap ini.
LAPORAN
PENELITIAN
Tujuan Penulisan Laporan

1.Diketahui kalangan luas


2. Obyektif
 Ciri sains dan pemikran orang
awam
Empat jenis pengutaraan pendapat dalam
laporan penelitian:

• narasi,
• argumentasi/persuasi,
• deskripsi, dan
• eksposisi.

 Pada dasarnya ia bukanlah narasi,


argumentasi/persuasi, deskripsi, walaupun untuk
keperluan-keperluan tertentu ketiga jenis itu
dipakai untuk memperkuat eksposisi.
Pada dasarnya laporan penelitian termasuk
jenis eksposisi
 Fungsi utama laporan penelitian:
 bukanlah menciptakan gambaran rinci kepada pembaca,
 bukan pula meyakinkan atau mempersuasi pembaca untuk
menerima ide-ide tertentu,

TETAPI
 menjelaskan informasi atau ide-ide tentang:
 latarbelakang masalah,
 rumusan masalah, kerangka teoritik,
 hipotesis (bila ada),
 metode,
 ruang lingkup penelitian,
 temuan data,
 analisis data,
 interpretasi atas temuan data,
 kesimpulan, dan saran-saran.
Jenis-Jenis Laporan
Penelitian
• Laporan lengkap
• Catatan penelitian pendek untuk keperluan publikasi singkat
dalam jurnal akademik. 1-5 halaman spasi dua.
• Monografi atau working paper. Semangat dalam working
paper ini permintaan komentar-komentar sehingga yang
diutamakan adalah pengutaraan interpretasi sementara.
• Makalah/artikel untuk dipublikasi dalam jurnal akademik. (20-
25 halaman spasi ganda)
• Makalah/artikel untuk dijadikan press release.  bersifat
sosial meringankan tugas para wartawan. Lebih singkat
daripada artikel untuk jurnal tujuannya:  menarik perhatian
orang yang berminat untuk membaca laporan lengkap.
• Buku. Pembaca tidak kritis sehingga perlu dilihat komentar-
komentar sebelumnya. Pengorganisasiannya pun disesuaikan
dengan format buku.
Prinsip-Prinsip Laporan Penelitian
• Laporan penelitian bukanlah proposal penelitian. Ia ditulis
sesudah penelitian dilakukan, sementara proposal penelitian
ditulis sebelum penelitian dilakukan. Proposal penelitian tidak
sama dengan Bab 1.
• Laporan penelitian sebenarnya menjelaskan tentang unsur-
unsur penelitian yang sudah dilakukan secara jujur, obyektif,
apa adanya, tidak dikurangi dan ditambah. Unsur-unsur yang
dilaporkan tidak dibesar-besarkan. Tidak boleh melaporkan
sesuatu yang tidak termasuk dalam penelitiannya dan hindari
persuasi untuk menerima ide atau informasi yang
dikemukakan peneliti.
• Laporan penelitian harus lugas atau apa adanya. Artinya,
setiap tanda baca, huruf, angka, kata, kalimat, dan paragraf
harus dipertanggung- jawabkan dan jelas artinya. Hindari
kata-kata yang tidak jelas, seperti konotasi, makna ganda,
penghalusan bahasa (euphemisme), pengerasan bahasa
(puffery) dan metafora.
Lanjutan Prinsip-prinsip
• Laporan penelitian harus singkat tetapi padat. Tidak ada
pengulangan data, informasi atau kutipan-kutipan.
Ekonomi kata harus dilakukan, walau ia tidak perlu
dipertahankan bila ekonomi kata itu mengurangi kejelasan
makna kata, atau kalimat.
• Laporan penelitian harus taat pada asumsi dasar,
kerangka teoritik, dan jangkauan penelitian yang telah
ditentukan (dipilih).
• Laporan penelitian harus dapat diteliti ulang oleh peneliti
lain, bila dengan kerangka teoritik dan metode yang
sama, harus ditemukan data yang sama.
• Laporan penelitian harus konsisten. Dengan adanya cara-
cara menuliskan laporan tidak ada yang baku dan diakui
semua pihak. Hal yang paling penting adalah konsistensi.
Abstrak
• Abstrak berisi uraian singkat tentang permasalahan,
teori dan metode yang dipakai, dan temuan data.
• Abstrak memudahkan pembaca untuk mengetahui garis
besar persoalan, metode, dan temuan data yang ada
dalam laporan penelitian itu.
• Kegunaan praktis lainnya, abstrak itu dipakai untuk
keperluan penerbitan berkala tentang penelitian
• Diharapkan dengan membaca abstrak itu, pembaca
yang tertarik untuk memahami lebih jauh laporan
penelitian akan meneruskan membaca dengan
seksama.
• Sedangkan pembaca yang tidak tertarik akan segera
meninggalkannya.
Apa yang dilaporkan

1. Permasalahan
2. Operasionalisasi
3. Data yang diperoleh
4. Pengolahan/Analisis data
5. Kesimpulan
Pelaporan Ilmiah

1. Draft laporan
2. Mendapat masukan/kritik
3. Revisi
4. Laporan akhir
Sistematika Laporan

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
a. Gejala yang dikaji
b. Alasan pemilihan permasalahan
c. Data pendukung LBM
2. Perumusan masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
B. Landasan/Kerangka Teori

1. Kajian Konseptual/Telaah pustaka


2. Diskusi Teoritik
3. Asumsi
4. Perumusan hipotetis (kalau ada)
C. Metode dan Prosedur Penelitian

1. Tipe penelitian
2. Operasionalisasi Konsep
3. Lokasi Penelitian
4. Populasi dan sampel
5. Teknik pengumpulan data
6. Teknik analisis
Analisis Data

• Bab: Penyajian Data 1)


• Bab:Analisis Data 2)
Catatan:
 Judul 1) dan 2) disesuaikan
dengan isi bab.
Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan dan Saran


2. Implikasi

Anda mungkin juga menyukai