Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS : LUKA TUSUK YANG MENGAKIBATKAN MENINGGAL

ABSTRAK

Luka tusuk secara khusus merupakan luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau dan
benda tajam lainnya, dimana dalamnya luka melebihi lebar luka. Pinggir luka dapat menunjukkan
bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam satu sisi
(Amir, 2005). Pada kasus ini menjelaskan laporan mengenai penemuan korban tabrak lari di jalan
Gabus-Mojolawaran dekat SMP N 1 Gabus. Dari pemeriksaan petugas puskesmas, korban
dinyatakan telah meninggal dunia pukul 01.00. Pada saat pemerikasaan, petugas Polsek Gabus dan
petugas medis menemukan beberapa luka bekas tusukan pada bagian belakang punggung korban
dan luka bacok pada leher bagian belakang akibat tindak pidana.

PENDAHULUAN

Negara indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Dimana kedaulatannya
berada ditangan rakyat, serta semua aspek diatur oleh hukum yang berlaku berdasarkan Undang
Undang Dasar (UUD) 1945 Pasal 1 Ayat 1, 2,3 Tentang Bentuk dan Kedaulatan.
Berdasarkan defnisi yang dikemukakan oleh Sanford Kadish dalam Encyclopedia of
Criminal Justice, yaitu bahwa kekerasan adalah semua jenis perilaku yang tidak sah. Terkadang
baik berupa suatu tindakan nyata maupun berupa kecaman yang mengakibatkan pembinasaan atau
kerusakan hak milik. Kekerasan juga bisa diartikan sebagai serangan memukul (Assault and
Battery) merupakan kategori hukum yang mengacu pada tindakan ilegal yang melibatkan ancaman
dan aplikasi aktual kekuatan fisik kepada orang lain. Menurut para ahli kriminologi, “kekerasan”
yang mengakibatkan terjadinya kerusakan adalah kekerasan yang bertentangan dengan hukum.
Oleh karena itu, kekerasan merupakan kejahatan. Serangan dengan memukul dan pembunuhan
secara resmi dipandang sebagai tindakan kolektif. Jadi, tindakan individu ini terjadi dalam konteks
suatu kelompok, sebagaimana kekerasan kolektif yang muncul dari situasi (Santoso, 2002)
Secara umum, tindakan kekerasan dapat diartikan penggunaan secara sengaja kekuatan
fisik atau kekuatan, ancaman atau kekerasan aktual terhadap diri sendiri, orang lain, atau terhadap
kelompok atau komunitas, yang berakibat luka atau kemungkinan besar bisa melukai, mematikan,
membahayakan psikis, pertumbuhan yang tidak normal atau kerugian. Bentuk kekerasan banyak
ragamnya, meliputi kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan psikologis, kekerasan ekonomi,
kekerasan simbolik dan penelantaran.
Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Maka setiap tindakan
yang bertentangan atas Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 sebagai dasar hukum
yang paling hakiki disamping produk-produk hukum lainnya. Hukum tersebut harus selalu
ditegakan guna mencapai cita-cita dan tujuan Negara Indonesia dimana tertuang dalam pembukaan
Alinea ke-empat yaitu membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi
segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial (UUD, 1945).
Terjadinya suatu tindak pidana terdapat 2 (dua) pihak yang terlibat didalamnya, yaitu
Pelaku dan Korban. Bentuk atau macam dari suatu tindak pidana sangatlah banyak, misalnya
pembunuhan, perampokan, pencemaran nama baik, pencabulan, pemerkosaan, penggelapan,
pencurian serta masih banyak yang lainnya lagi. Tindak pidana pencurian sering terjadi dalam
masyarakat didorong oleh berbagai faktor.
Penyidikan tentang masalah kejahatan tidak pernah berhenti dilakukan oleh para
kriminologi. Hal ini menandakan bahwa masalah kejahatan merupakan masalah pokok sepanjang
kehidupan manusia. Sejarah telah membuktikan bahwa untuk menghilangkan kejahatan sama
sekali hal yang mustahil. Dalam kehidupan masyarakat masih banyak terdapat perbuatanperbuatan
yang sifat-Nya tidak dapat menunjang masyarakat yang adil dan makmur, merata dan spiritual,
terlebih dahulu harus diciptakan suasana yang aman dan tertib. Salah satu bentuk kejahatan yang
akhir-akhir ini sering terjadi dan sangat menganggu keamanan dan ketertiban masyarakat adalah
kejahatan pencurian kendaraan bermotor roda dua. Kejahatan pencurian kendaraan bermotor
merupakan salah satu jenis kejahatan terhadap harta benda yang banyak menimbulkan kerugian.
Dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana (selanjutnya di singkat KUUH pidana, Buku ke-2
titel XII mulai dari Pasal 362 sampai dengan Pasal 367).
Otopsi forensik adalah satu pemeriksaaan yang dilakukan terhadap mayat yang diduga
meninggal akibat suatu sebab yang tidak wajar. Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mencari
penyebab kematian, penyidikan dan penegakan hukum. (Hoyert, 2011).

LAPORAN KASUS
Petugas jaga Polsek Gabus Pati menerima laporan mengenai adanya penemuan korban di
tepi jalan Gabus, Pati oleh warga sekitar pukul 00.30 WIB. Warga melaporkan bahwa telah
menemukan korban tabrak lari di jalan Gabus-Mojolawaran dekat SMP N 1 Gabus. Setelah
mendapatkan laporan tersebut, petugas jaga Polsek Gabus mendatangi Tempat Kejadian Perkara
(TKP). Di Tempat Kejadian Perkara (TKP) ditemukan korban sudah mengalami luka-luka dan
tidak sadarkan diri, sehingga di bawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat perawatan. Dari
pemeriksaan petugas puskesmas, korban dinyatakan telah meninggal dunia pukul 01.00. Pada saat
pemerikasaan, petugas Polsek Gabus dan petugas medis menemukan beberapa luka bekas tusukan
pada bagian belakang punggung korban dan luka bacok pada leher bagian belakang akibat tindak
pidana. Petugas Polsek Gabus menyarankan kepada keluarga untuk dilakukan otopsi. Otopsi ini
dilakukan dari permintaan penyidik atas izin keluarga.
Pemeriksaan luar dilakukan meliputi bagian dada, punggung, dan perut. Terdapat dua buah
luka terbuka pada dada kiri. Luka pertama dengan titik pusat luka tiga sentimeter di kiri garis
tengah tubuh dan tepat pada garis mendatar yang melewati kedua puting susu, bentuk menyerupai
celah, batas ukuran panjang satu sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, dalam nol koma
empat sentimeter, tegas, tepi rata, kedua sudut tumpul, tebing rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat,
lemak, otot, dan tulang, dasar luka tulang. Luka kedua dengan ujung pertama enam belas koma
lima sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan sepuluh sentimeter di bawah garis mendatar yang
melewati puting susu, ujung kedua dua puluh sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan sembilan
sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati kedua puting susu, bentuk menyerupai celah,
sebelum dirapatkan ukuran panjang empat sentimeter, lebar satu sentimeter, dalam tidak dapat
ditentukan karena menembus rongga, batas tegas, tepi rata, salah satu sudut lancip, tebing rata
terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, tulang, dasar luka tidak dapat ditentukan karena
menembus rongga. Setelah dirapatkan dapat rapat sempurna membentuk garis dengan ukuran
panjang empat sentimeter.
Terdapat tiga buah luka terbuka pada punggung. Luka pertama pada punggung bawah
bagian kanan, sudut pertama dua sentimeter di kanan garis tengah tubuh dan dua puluh sentimeter
di bawah garis mendatar yang melewati ujung kedua tulang belikat, sudut kedua dua sentimeter di
kanan garis tengah tubuh dan dua puluh tiga sentimeter di bawah garis mendatar yang melewati
ujung kedua tulang belikat, bentuk menyerupai celah, ukuran panjang lima sentimeter, lebar dua
sentimeter, dalam tidak dapat ditentukan karena menembus rongga, batas tegas, tepi rata, salah
satu sudut lancip, tebing rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, tulang, dasar tidak dapat
ditentukan karena menembus rongga. Luka kedua pada punggung kiri bawah dengan titik pusat
luka sembilan sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan dua puluh sentimeter di bawah garis
mendatar yang melewati kedua ujung tulang belikat, bentuk menyerupai celah, ukuran panjang

nol koma lima sentimeter, lebar nol koma empat sentimeter, dalam nol koma lima sentimeter, batas
tegas, tepi rata, salah satu sudut lancip, tebing rata terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, dan otot,
dasar luka otot. Luka ketiga pada punggung kiri bawah dengan titik pusat luka sembilan sentimeter
di kiri garis tengah tubuh dan dua puluh dua koma lima sentimeter di bawah garis mendatar yang
melewati kedua ujung tulang belikat, bentuk menyerupai celah, ukuran panjang nol koma empat
sentimeter, lebar nol koma dua sentimeter, dalam nol koma dua sentimeter, batas tegas, tepi rata,
kedua sudut tumpul, tebing rata terdiri dari kulit, jaringan ikat, dan lemak, dasar luka lemak.
Terdapat empat buah luka terbuka pada perut. Luka pertama pada perut sisi kanan dengan
titik pusat luka sembilan koma dua sentimeter di kanan garis tengah tubuh dan tujuh sentimeter di
bawah garis mendatar yang melewati pusat, bentuk menyerupai celah, ukuran panjang satu
sentimeter, lebar nol koma lima sentimeter, dalam satu koma tiga sentimeter, batas tegas, tepi rata,
salah satu sudut lancip, tebing luka rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, dasar luka
tulang. Luka kedua pada perut sisi kiri dengan titik pusat luka sembilan sentimeter di kiri garis
tengah tubuh dan tepat pada garis mendatar yang melewati pusat, bentuk menyerupai celah, ukuran
panjang dua koma delapan sentimeter, lebar nol koma delapan sentimeter, dalam satu koma dua
sentimeter, batas tegas, tepi rata, salah satu sudut lancip, tebing rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat,
lemak, dasar luka lemak. Luka ketiga pada perut sisi kiri dengan ujung pertama tiga sentimeter di
kiri garis tengah tubuh dan empat sentimeter di atas pusat, ujung kedua lima sentimeter di kiri garis
tengah tubuh dan tujuh sentimeter di atas pusat, bentuk menyerupai celah, ukuran panjang tiga
koma lima sentimeter, lebar satu koma lima sentimeter, dalam tidak dapat ditentukan karena

menembus rongga, batas tegas, tepi rata, salah satu sudut lancip, tebing rata, terdiri dari kulit,
jaringan ikat, lemak, otot, tulang, dasar luka tidak dapat ditentukan karena menembus rongga.
Luka keempat pada perut sisi kiri dengan ujung pertama sebelas sentimeter di kiri garis tengah
tubuh dan tiga sentimeter di atas garis mendatar yang melewati pusat, ujung kedua delapan
sentimeter di kiri garis tengah tubuh dan dua sentimeter di atas garis mendatar yang melewati
pusat, bentuk menyerupai celah, ukuran panjang tiga koma enam sentimeter, lebar satu koma dua
sentimeter, dalam tidak dapat ditentukan karena menembus rongga, batas tegas, tepi rata, tebing
rata, terdiri dari kulit, jaringan ikat, lemak, otot, tulang, dasar tidak dapat ditentukan karena
menembus rongga.
Pemeriksaan dalam juga dilakukan meliputi rongga kepala, rongga dada, dan rongga perut.
Pada pemeriksaan ketiga organ dalam rongga kepala (otak besar, otak kecil, batang otak)
didapatkan warna putih kelabu, perabaan kenyal, pada pengirisan terdapat pelebaran pembuluh
darah dan bintik perdarahan. Otak besar memiliki berat seribu tiga ratus empat puluh lima gram,
ukuran panjang dua puluh sentimeter, lebar dua puluh tiga sentimeter, dan tinggi enam sentimeter.
Otak kecil memiliki berat seratus tujuh puluh satu gram, ukuran panjang lima belas sentimeter,
lebar sembilan sentimeter, dan tinggi dua sentimeter. Batang otak memiliki berat empat puluh
tujuh gram, ukuran panjang sepuluh sentimeter, lebar lima sentimeter, dan tinggi dua sentimeter.

Pada pemeriksaan dua organ dalam rongga dada (paru-paru dan jantung) didapatkan warna
merah gelap. Paru-paru dibagi menjadi bagian kanan dan kiri dengan paru kanan terdiri atas tiga
baga, berat empat ratus gram, ukuran panjang dua puluh lima sentimeter, lebar tujuh belas
sentimeter, tinggi empat sentimeter, permukaan licin, perabaan seperti spons, pada pengirisan
tampak keluar darah merah gelap encer dan buih halus. Paru kiri terdiri atas dua baga, warna merah
gelap, berat dua ratus lima gram, dengan ukuran panjang dua puluh satu sentimeter, lebar tiga belas
sentimeter, tinggi tiga sentimeter, permukaan licin, perabaan seperti spons, pada pengirisan tampak
keluar darah merah gelap encer dan buih halus.

Jantung memiliki perabaan kenyal, berat dua ratus tiga puluh enam gram, dengan ukuran
panjang lima belas sentimeter, lebar tiga belas sentimeter, tinggi tiga sentimeter, terdapat cairan
kandung jantung warna kemerahan sebanyak sepuluh mililiter. Jantung kanan memiliki katup
antara serambi dan bilik kanan berjumlah tiga buah katup, dengan ukuran panjang lingkar katup
tiga belas sentimeter, tebal otot jantung kanan nol koma enam sentimeter. Katup pembuluh nadi
paru berjumlah tiga buah katup, dengan ukuran panjang lingkar katup tujuh sentimeter. Jantung
kiri memiliki katup antara serambi dan bilik kiri berjumlah dua buah katup, dengan ukuran panjang
lingkar katup sebelas sentimeter, tebal otot jantung kiri dua sentimeter. Katup pembuluh nadi

utama berjumlah tiga buah katup, dengan ukuran panjang lingkar katup tujuh sentimeter.
Pemeriksaan rongga perut meliputi lambung, hati, ginjal, dan limpa. Pada lambung
didapatkan kebocoran curiga luka tusuk panjang nol koma Sembilan sentimeter, lebar nol koma
lima sentimeter. Pada hati didapatkan warna coklat, berat sembilan ratus emapt puluh lima gram,
dengan ukuran panjang dua puluh tujuh sentimeter, lebar dua puluh dua sentimeter, tinggi enam
sentimeter. Pada pengirisan tampak buih, darah gelap dan encer, permukaan licin, perabaan kenyal,
tepi tumpul. Pada ginjal kanan didapatkan selaput pembungkus ginjal mudah dilepas, warna merah
kecoklatan, berat seratus dua puluh delapan gram, dengan ukuran panjang dua belas sentimeter,
lebar sembilan sentimeter, tinggi dua koma lima sentimeter. Pada pengirisan tidak darah merah
encer. Pada ginjal kiri didapatkan selaput pembungkus ginjal mudah dilepas, warna merah
kecoklatan, berat seratus delapan belas gram, ukuran panjang enam belas sentimeter, lebar
sembilan sentimeter, tinggi dua sentimeter. Pada pengirisan darah merah encer dan buih. Pada
limpa didapatkan tampak melisut, warna merah kehitaman, berat seratus sembilan belas gram,
dengan ukuran panjang tiga belas sentimeter, lebar delapan sentimeter, tinggi dua sentimeter. Pada
pengirisan tampah buih dan darah gelap encer.
PEMBAHASAN
Luka akibat kekerasan benda tajam (pisau, pedang, silet, gunting, kampak, bayonet, dan
lain-lain) dapat menyebabkan luka sayat, luka tusuk, dan luka bacok (Amir, 2005). Luka tersebut
dapat dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka
yang tenang tidak ada luka lecet atau luka memar, tepi luka yang rata dan dari sudut-sudutnya yang
runcing seluruhnya atau hanya sebagian yang runcing serta tidak adanya jembatan jaringan (Idries,
1997). Sementara luka tusuk secara khusus merupakan luka yang mengenai tubuh melalui ujung
pisau dan benda tajam lainnya, dimana dalamnya luka melebihi lebar luka. Pinggir luka dapat
menunjukkan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir
tajam satu sisi (Amir, 2005).
Tindak kekerasan sampai kematian pun sepenuhnya telah diatur dalam Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yaitu Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981. Salah
satunya dalam Pasal 351 yang menjelaskan (1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara
paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun. (3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara
paling lama tujuh tahun. (4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan. (5)
Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana (KUHP).

KESIMPULAN
Luka tusuk secara khusus merupakan luka yang mengenai tubuh melalui ujung pisau
dan benda tajam lainnya, dimana dalamnya luka melebihi lebar luka. Pinggir luka dapat
menunjukkan bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir
tajam satu sisi (Amir, 2005).

DAFTAR PUSTAKA
1. Amir, Amri. 2000. Traumatologi. Dalam. Ilmu Kapita Selekta Ilmu Kedokteran Forensik.
Medan: 107 – 109.
2. Amir, Amri. 2005. Trauma Mekanik. Dalam. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi Kedua.
Percetakan Ramadhan. Medan: IV: 72 - 90.
3. Anonim. 1995. Lecture Notes Time of death. Scotland. Department of Forensic Medicine,
University of Dundee;
4. Anonim. 2009. Tren Pembunuhan. http://radarlampung.co.id/read/opini/tajuk/1065-tren-
pembunuhan, diunduh pada tanggal 27 Agustus 2018.
5. Anonim. 2010. Pelaku Pembunuhan Berantai Paling Kejam di Dunia.
http://forum.vivanews.com/aneh-dan-lucu/198893-10-pelaku-pembunuhan-berantai-paling-
kejam-di-dunia.html, diunduh pada tanggal 27 Agustus 2018.
6. Anonim. Assessing Stab Wounds - Type of Weapon Involved. Available from URL:
http://www.forensicmed.co.uk, diunduh pada tanggal 27 Agustus 2018.
7. Apuranto, Hariadi. 2010. Luka tajam. Available from URL :
www.fk.uwks.ac.id/elib/.../luka%20akibat%20benda%20tajam.pdf, diunduh tanggal 27
Agustus 2018.
8. Beconi, M.T., C.R. Francia, N.G. Mora, and M.A.Affranchine. 1993. Effect of natural
antioxidants onfrozen bovine semen preservation. Theriogenology 40 : 841-851.
9. Dahlan, S. 2007. Ilmu kedokteran forensic. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Semarang.
10. Dix J, Calaluce R. 1999. Guide to Forensic Pathology. New York: CRC Press; 71 – 76.
11. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar [online]. 2010.
Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf.
12. Idries AM. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I. Binarupa Aksara. Jakarta: 85-
129.
13. James-payne J, Vanezis P. 2005. Sharp and cutting Edge Wounds. Encyclopedia of Forensic
and Legal Medicine; Elsevier academic Press. p 123 – 129.
14. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
15. Said S., E.M. Kaiin, F Afiati, M. Gunawan dan B. Tappa. 2004. Pengaruh metode dan lama
thawing terhadap kualitas semen beku sapi PO. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI.
16. Shkrum MJ, Ramsay DA. 2007. Penetrating Trauma, Sharp-Force Injuries In Forensic
Pathology of Trauma Common Proplems for Pathologist. Humana Press. p 357 – 397.
17. Triwulaningsih, E., P. Situmorang, T. Sugiarti, R.G. Sianturi, dan D.A.Kusumaningrum. 2003.
Pengaruh penambahan glutathione pada medium pengencer sperma terhadap kualitas semen
cair. JITV 8(2): 91-97.
18. Undang-Undang Dasar 1945.
19. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 (KUHAP).
20. Vincent J, DiMaio and Dominick, DiMaio. 2001. Forensic Pathology. 2nd Ed. New York :
CRC Press ; 2001. P91.

Anda mungkin juga menyukai