Anda di halaman 1dari 4

Pulau bali memang memiliki ekosistim tersendiri,bukan hanyadari pemandangan alamnya tapi

juga dari adat istiadat,tradisi,dan budaya, termasuk tradisi pemakaman di desa trunyan. Desa
trunyan dihuni oleh suku bali aga/bali mula yang masih memegang teguh kepercayaan
leluhurnya. Suku ini merupakan suku pertama yang menghuni pulau bali. Berbeda dengan
masyarakat bali pada umumnya, yang mekremasi atau mengubur jenazas para kerabat yang
meninggal sesuai dengan ajaran agama hindu, masyarakat desa trunyan hanya menyimpan
jenaszh kerabatnya di tanah dengan di tutupi kain dan bamboo yang berbentuk kerucut.merekeka
menyebut tradisi ini sebagai mepasah/ngutang mayit. tradisi pemakamman di desa trunyan
sangat unik. Sebelum di letakan di pemakamman jenasah harus melewati upacara prmbersihan
dengan cara di mandikan dengan ari hujan setelah itu barulah jenasah di letakan di tanah
pemakaman yang letaknya terisolasi dan terpencil.

Asalusul diletakannya mayat di bawah pohon tarumenyan adalah dahulukala pohon


tarumenyan itu mengeluarkan wangi sangat menyengat hingga sampai di kerajaan solo, 4 orang
anak raja mencium bau harum yang sangat menyengat itu. Ke-4 anak raja itu terdiri dari 3 orng
kakak laki-laki dan si bungsu perempuan, rasa penasaran membuat ke-4nya berniat mencari
sumber bau itu dan mereka melakukan perjalanan dan mencari sumber bau tersebut. Mereka
mengikuti arah bau harum tersebut dan melakukan perjalaan berbulan- bulan.

Ketika sampai di kaki gunung batur selatan si bungsu mengungkap rasa sukanya dengan daerah
itu. Sang putri bungsu kemudian pindah kewilayah sebelah kiri gunung batur yang kini terdapat
pura batur. ke-3 putra raja itu perjalanan. Saat tiba di daerah kedisan sebelah barat gunung batur
mereka mendengar suara burung yang sangat merdu pangeran ke-3 berteriak kesenangan. Kakak
sulung tidak menyukai sikap adiknya. Dan menyuruh adik ke-3nya tinggal disana. Namum
pangeran ke-3 tetap ingin ikut, karena terlanjur tidak suka pangeran sulung menendang adiknya
itu hingga terjatuh dalam posisi bersila. Ia berubah menjadi batu bhatara dewa yang kini terdapat
di pura dalem pingit desa kedisan. Pangeran ke-2 dan pangeran sulung melanjutkan perjalanan,
di tengah jalan mereka bertemu dengan 2 gadis cantik. Pangeran ke-2 menyapa mereka. Hal ini
tidak disukai oleh pangeran sulung lalu pangeran sulung menendang adiknya hingga jatuh
tertelungkup. Pangeran ke-2 tinggal di desa itu dan menjadi pemimpin di desa sana. Semula desa
itu bernama desa Abang. Setelah pangeran ke-2 menjadi kepala desa disana namanya menjadi
desa Abang Dukuh. Dalam desa setempat dukuh yang berarti telungkup. Tinggal lah pangeran
sulung seorang diri melanjutkan perjalanan. Ia menyusuri tepian danau batur mencari sumber
bau harum yang menyengat itu. Sampai di suatu wilayah, ia melihat seorang dewi yang duduk di
bawah pohon tarumenyan. Gadis itu cantik jelita . Pangeran sulung mendekatinya semakin dekat
bau itu semakin menyengat. Ternyata, bau harum itu berasal dari pohon tarumenyan. Menurut
Bahasa setempat Taru berarti pohon dan Menyan berati harum. Pangeran sulung terpesona oleh
kecantikan gadis itu ia pun menyampaikan lamaran oleh kakak gadis tersebut. Kakak gadis
tersebut menerima lamaran pangeran sulung dengan syarat ia harus menjadi pemimpin di desa
itu. Pangeran sulung pun menyanggupinya, kemudian mereka menikah. Setelah menikah,
pangeran sulung di beri gelar sebagai Ratu Sakti Pancering Jagat. Istrinya kemudian menjadi
Dewi Danau Batur, yang di percaya sebagai penguasa di Danau Batur . mereka berdua
memimpin dengan arif bijaksana karna raja menginginkan rakyatnya aman tentram dan jauh dari
gangguan orang luar. Raja pun memerintahkan rakyatnya untuk menutupi bau harum yang
menutupi pohon tarumenyan. Dengan cara jenazah orang yang sudah meninggal jangan dikubur
tetapi diletakan saja di bawah pohon tarumenyan. Bau dari jenazah akan menetralisir bau dari
pohon tarumenyan sehingga bau dari pohon tarumenyan tidak lagi tercium hingga keluar desa
dan konon katanya karna hal tersebut masyarakat setempat tidak mencium bau harum dari pohon
tarumenyan dan bau busuk dari jenazah disana.
Pohon tarumenyan ini tidak dapat di tanam di tempat lain konon katanya di bali hanya ada satu
yaitu di desa trunyan lebih tepatnya di setra wayah/kuburan suci. Di desa trunyan mempunyai 3
kuburan yaitu :

 Kuburan wayah (utama) jenazah yang dikubur pada kuburan ini hanyalah jenasah yang
jazatnya utuh, tidak cacat, dan jenasah yang proses meninggalnya di anggap wajar (bukan
bunuh diri atau kecelakaan)
 Kuburan muda diperuntukan bagi bayi dan orang dewasa yang belum menikah. Namun
tetap dengan cara jenasah tersebut harus utuh dan tidak cacat
 Kuburan setra bantas kusus untuk jenasah yang cacat dan yang meninggal karena salah
pati (bentuk kematian yang tanpa di sengaja dan di luar kehendak) maupun ulah pati
(meninggal dunia secara tidak wajar misalnya kecelakaan, bencana alam / bunuh diri)

Untuk membawa jenasah kekuburan harus menggunakan sampan kecil kusus jenasah yang di
sebut pedau. Jenasah yang di upacarai menurut tradisi setempat di letakan begitu saja di atas
lubang sedalam 20 cm. Sebagian badannya dari bagian dada keatas di biarkan terbuka tidak
terkubur tanah. Jenasah tersebut hanya di batasi dengan acak saji yang terbuat dari sejenis bambu
berbentuk semacam krucut di gunakan untuk memagari jenash supaya tidak di cari binatang di
sekitar tempat itu. Jika anda ingin berkunjuang ke pemakaman desa trunyan harus mengetahui
pantangan / larangan-larangan yang harus dipatuhi agar nantinya tidak terjadi hal yang tidak
diinginkan.

 Pantangan untuk membawa barang apapun yang berada diareal kuburan untuk dibawa
pulang. Bahkan barang yang anda temukan diareal kuburan tidak boleh dipindahkan atau
dibersihkan, walaupun niatnya baik karna belum tentu baik secara niskala.
 Pantangan berbicara tidak sopan apalagi sampai berbicara kotor, karena terkadang
dikawasan danau dekat pemakaman desa trunyan, keluar zat belerang yang menimbulkan
bau yang menyengat, sehingga terkadang muncul gurauan / canda seperti “baunya tidak
enak” dan itu tidak diperbolehkan.
 Larangan untuk berlaku tidak sopan, seperti meludah karena merasa jijik diareal
pemakaman, karena diareal tersebut tidak jarang pengunjung menemukan mayat yang
tergeletak begitu saja dengan bekas bekal-bekal kubur dan sesajen, ini dikarenakan
tempat untuk meletakan mayat sudah penuh / hanya ada 11 tempat saja, jadi mayat yang
paling lama ( sudah kering / sudah tulang belulang) akan dipindahkan ketempat yang
telah disediakan.

Anda mungkin juga menyukai