Anda di halaman 1dari 40

KAJIAN LITERATUR RUANG KELUARGA, RUANG MAKAN DAN DAPUR

Disusun oleh :
Nama: Lailan Fadhilah Br. Tambunan
NIM: 1812124023

PROGRAM STUDI S-1 DESAIN INTERIOR


JURUSAN DESAIN
FAKULTAS SENI RUPA
INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur pada Allah SWT, karena dengan rahmat dan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Residensial II dengan judul “Kajian Literatur Ruang
Keluarga, Ruang Makan dan Dapur" dengan lancar.

Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dan membimbing serta meluangkan waktu, pikiran dan tenaga baik secara moril,
materiil dan spiritual, sehingga penulisan makalah kajian ini berjalan dengan lancar,
terutama kepada;

1. Dosen - dosen pengampu mata kuliah Residensial II, terima kasih atas waktu yang
diberikan dalam pengajaran dan pengarahannya kepada kami.

2. Pihak – pihak yang terlibat dalam penyusunan makalah laporan ini yang tidak bisa kami
sebutkan satu persatu.

Ucapan dan rasa terima kasih penulis persembahkan untuk nama-nama di atas, yang telah
mendukung, mendoakan, dan membantu penulis sekecil apapun bagian itu. Semoga penulisan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.

Yogyakarta, 2 September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL1
KATA PENGANTAR2
DAFTAR ISI3
BAB I PENDAHULUAN4
BAB II PEMBAHASAN6
1.1 Ruang Keluarga6
1.2 Ruang Makan dan Dapur22
BAB III PENUTUP39
Kesimpulan39
Saran39
DAFTAR PUSTAKA40

3
Kajian Literatur Ruang Keluarga, Ruang Makan dan Dapur

I. Pendahuluan

Good interior design reflects the lifestyle of its occupants and create a harmonious whole, to
which space, arrangement of contents, and colors all contribute. It is impossible to design interior
spaces properly without having a clear idea of what kind of people you are designing for, and how
they expect to live in these spaces, projecting their personalities not only to others but also back
to themselves. For interiors act as a mirror reflecting who the occupants feel they are or want to
be thought, confirming their sense of personal continuity and identity. (Rawson, 1988: 256)

Rumah sebagai kebutuhan manusia, terbentuk dari dua kebutuhan yang manusiawi sifatnya,
yaitu kebutuhan jasmani dan rohani yang terkait dalam rancangan atau desain rumah secara
keseluruhan. Rumah tidak hanya memberikan perlindungan lahiriah saja tetapi juga harafiah,
seperti misalnya rasa tentram, aman dan bahagia (kualitas kehidupan). Menghuni rumah
tergantung kepada latar belakang sosial ekonomi, pendidikan dan lain-lain yang nantinya juga akan
berpengaruh kepada cara pemikiran penghuni di dalam menentukan pengaturan interior yang
berkaitan dengan latar belakang tadi. Pada dasarnya manusia yang cenderung melakukan kegiatan
untuk memperbaiki mutu hidupnya terdorong oleh motivasi akibat adanya kebutuhan.
Keharmonisan dalam tata ruang, sudah pasti akan mempengaruhi hidup dan kehidupan
manusia. Suatu saat seseorang betah dan nyaman duduk di suatu ruangan, baik ruang tamu, ruang
rapat atau ruang apapun. Namun bisa juga seseorang merasa ingin segera meninggalkan suatu
ruangan karena merasa gerah, merasa lelah, dan tidak nyaman. Kesadaran orang akan pentingnya
berbagai unsur dalam bangunan rumah, seperti sirkulasi udara, pencahayaan, keamanan dan
estetika, tampaknya semakin tinggi. Karena berbedanya fungsi ruangan, maka penanganannya pun
sedikit berbeda. Meletakkan sofa di ruangan keluarga, tentu tidak sama dengan menempatkan kursi
makan di ruang bersantap. Selain perlu dipelajari dulu sifat ruangan, yang perlu dilakukan adalah
mempertimbangkan ukuran, bentuk dan proporsi ruangan yang hendak diisi, termasuk mencermati
letak jendela, pintu, sampai jarak antara langit-langit dengan lantai. Semuanya itu berpengaruh
pada keputusan tentang bentuk perabot maupun penataannya. Ruangan yang tidak terlalu besar
dengan langit – langit amat tinggi, akan semakin terasa meninggi apabila bentuk perabotnya
cenderung ke atas. Demikian juga pengaruh warna maupun kekontrasan yang dapat mempengaruhi

4
kedramatisan ruang. Dominan gelap akan membuat ruang berkesan hangat dan lebih kecil. Warna
terang membuat ruang berkesan lapang, menyegarkan, kadang monoton (Ching, 1996).
Semua orang tentunya menginginkan memiliki sebuah ruangan dengan desain yang ideal.
Terkhusus di ruang keluarga, ruang makan dan dapur. Hal ini dikarenakan ruang keluarga atau
living room adalah ruang di mana kita menghabiskan waktu berharga bersama keluarga setiap
harinya. Begitupun dengan ruang makan dan dapur yang menjadi tempat untuk beraktifitas
bersama keluarga.

5
II. Pembahasan

1.1 RUANG KELUARGA

A living room should be lived in. ( Jay W. Hedden, 1978: 7)

Ya, kita semua menginginkan sebuah ruang yang menenangkan untuk bersantai dan membaca,
mungkin sambil mendengarkan alunan musik. Atau mungkin menginginkan sebuah ruang yang
dirancang untuk hiburan di kala penat, dengan sebuah bar mini, televisi, radio, piano atau apapun
itu. Terkadang juga kita menginginkan sebuah rak terbuka yang menciptakan penampilan dan
suasana ruang yang informal, atau malah lebih memilih rak – rak tersebut tersembunyi jika tidak
sedang digunakan.

Living room is the part of the house set aside for leisure time and living, whether it be a room
an area, or a corner, merits our very best decorating efforts. Here family live, and here many
friends and visitors get their only impression of our taste and housekeeping. Comfort, good
lighting, and charm are the essentials. If you don’t have enough of all three you may want fresh
ideas for a complete change, or a bit rearrangement. It is fun to pretend you are a visitor in your
own house and examine the living area with a new eye. (Elizabeth T. Halsey, 1954: 187)

Sebuah living room bisa diartikan sebagai “ruang multiguna”. Di kala malam bisa
digunakan untuk menyelenggarakan pesta kecil sederhana dengan minuman dan suasana
menenangkan, atau sekedar berkumpul dengan keluarga. Maka bisa dikatakan bahwa living room
adalah suatu bagian dari rumah yang digunakan untuk bersantai menikmati waktu luang dan
melakukan aktivitas lainnya dengan keluarga, hal tersebut bisa jadi sebuah ruangan yang utuh,
atau bahkan hanya sebuah area atau pojok kecil dari ruangan lain. Disinilah keluarga melakukan
aktivitas mereka bersama, dan disini jugalah beberapa teman atau tamu mendapatkan impresi
pertama kali mengenai taste dan cara kita merawat rumah. Kenyamanan, pencahayaan yang bagus
dan aksesoris – aksesoris pendukung adalah hal yang penting dan tidak dapat dilewatkan. Jika kita
memiliki beberapa hal tersebut, itu artinya kita harus mencari ide segar lain untuk merancang ulang
agar ruangan tersebut lebih ‘hidup’.

Di beberapa negara, living room bisa dikatakan sebagai ruang tamu sekaligus ruang
keluarga. Ruang tersebut seolah menjadi pusat bagi semua penghuni rumah dalam melakukan

6
aktivitas bersama. Membaca surat kabar, menonton televisi, mengobrol bersama dan lain
sebagainya. Di ruangan ini jugalah keluarga biasanya mengadakan bincang serius mengenai suatu
hal. Titik sentral dimana seluruh anggota keluarga harus duduk bersama dan berdiskusi mengenai
suatu hal untuk kepentingan bersama. Hal tersebut dapat terlihat pada banyak potongan adegan di
film – film luar maupun dalam negeri. Contohnya dapat terlihat pada potongan adegan di film
berjudul Lakshya (2004), Overcomer (2019) dan The Descendants (2011).

Gambar 1. Living Room pada Film Lakshya (2004) Gambar 2. Living Room pada Film Overcomer (2019)

Gambar 3. Living Room pada Film The Descendants (2011)

Nyatanya cara hidup di Indonesia sebagian besar tidak demikian. Sering kali keluarga
melakukan aktivitasnya secara terpisah. Bisa dikatakan bahwa waktu untuk hidup dan beraktivitas
bersama keluarga berbeda. Di Indonesia ruang yang paling mendekati ruang keluarga adalah ruang
tamu. Furniture di ruang tamu hampir sama dengan furniture di ruang keluarga.

Padahal terdapat beberapa perbedaan di antara ruang tamu dan ruang keluarga. Rumah
yang lebih luas bahkan biasanya memiliki keduanya, semua itu tergantung bagaimana pemilik
rumah mengatur dan menggunakan ruangan yang tersedia.

7
Menurut Joan DeJean, dikutip dari the New York Times, “Some homes have a grand living
room that gets only occasional use, while ordinary social activities take place in a smaller room
with another name like family room or rec room. And in many homes, people socialize in the
kitchen, while the living room, even if it’s not intended to make a design statement, gets almost no
regular use.”

Living room atau ruang tamu mulai dikenal sebagai ruang display formal untuk menyambut
tamu pada abad ke-17, tapi perlahan mulai berubah menjadi ruang yang lebih santai untuk
berkumpul yang kita kenal sampai saat ini. Karena fungsinya untuk menyambut tamu, maka ruang
tamu in didesain dengan memperhatikan nilai artistik. Here family live, and here many friends and
visitors get their only impression of our taste and housekeeping. Comfort, good lighting, and
charm are the essentials. (Elizabeth T. Helsey, 1954: 187). Seperti yang sudah disebutkan, setiap
tamu yang berkunjung akan melihat bagaimana kehidupan keluarga tersebut dari ruang tamunya.
Ruang tamu akan didesain dengan cantik, dilengkapi dengan hiasan – hiasan dekoratif, lukisan,
foto – foto keluarga, bahkan tak jarang penghargaan atau sertifikat pencapaian membanggakan
yang telah dicapai anggota keluarga.

Di beberapa rumah, ruangan ini sangat menenangkan, sementara di beberapa lainnya,


khususnya rumah yang lebih luas dengan ruangan yang cukup banyak, ruang tamu merupakan
ruang formal sekaligus pondasi ruang – ruang lainnya.

Karena ruang tamu bersifat umum, maka ruangan ini yang menyambut setiap tamu yang
berkunjung ke rumah. Maka ruang tamu merupakan ruang yang pertama kali ditemui setelah
membuka pintu, dan terletak di bagian paling depan. Sehingga setiap tamu yang berkunjung tidak
dapat melihat aktifitas di dalam rumah untuk menjaga privasi anggota keluarga.

Untuk rumah modern, ruang tamu didesain dengan ukuran ruangan yang tidak terlalu luas.
Yang jelas dapat menampung paling tidak kursi dengan kapasitas empat orang. Furniture ruang
tamu lebih ditekankan pada sofa, meja ruang tamu, serta kabinet untuk memajang hiasan.

Sementara ruang keluarga sebenarnya menyajikan fungsi yang kurang lebih sama dengan
ruang tamu, yakni tempat berkumpulnya orang – orang untuk mengobrol atau sekedar
menghabiskan waktu bersantai bersama. Meskipun demikian, ruang keluarga tetap memiliki
beberapa perbedaan.

8
Di buku Peeking Through The Keyhole, pengarang Avi Friedman dan David Krawitz
mengatakan, “In the years following the Second World War, new spaces were created to
accommodate activities unsuited to a formal living room or parlour, among them, the family room,
outfitted with a television and with furniture that could actually be used by children, an informal
place where people could relax and spread out.”

Ruang keluarga sejatinya merupakan ruangan yang bersifat privasi. Di ruangan ini lebih
mengutamakan kenyamanan bagi setiap anggota keluarga. Dengan ruang keluarga yang nyaman,
maka anggota keluarga dapat lebih banyak menghabiskan waktu bebrsama dan menciptakan
pertemuan yang berkualitas ditengah kesibukan masing – masing.

Ruang keluarga juga lebih bebas diletakkan dimana saja. Umumnya ruang keluarga terletak
di bagian tengah rumah, sebagai pusat aktifitas anggota keluarga. Ada juga yang menggabungkan
ruang keluarga dengan ruang makan dan dapur, atau dihubungkan dengan taman belakang rumah.
Krena fungsinya yang lebih bersifat provasi, maka tidak semua tamu atau orang yang berkunjung
ke rumah bisa berada di ruangan ini.

Pada ruang keluarga, desainnya lebih mengarah pada kenyamanan anggota keluarga.
Ruangan diisi dengan furniture yang nyaman seperti sofa empuk, bantal – bantal sofa, karpet atau
permadani dan juga beragam perangkat multimedia seperti televisi atau radio.

Karena fungsinya yang serbaguna, kita juga dapat menambahkan rak penyimpanan agar
barang – barang tampak rapi dan tetap nyaman. Dengan ruang keluarga yang nyaman, setiap
anggota keluarga akan mendapatkan waktu berkualitas berkumpul bersama.

The size of living rooms and the furniture arrangements contained within spaces vary
dramatically, depending on the size of the dwelling, the economic status and lifestyle of the user,
and the relationship of the room to other areas of the dwelling. With regard to the luxury end of
the scale, there are few limitations and no attempt has been made to identify the endless planning
options possible. There are, however, minimum requirements and basic planning considerations
that are applicable whatever the size of the space (Julius Panero, 1991: 71).

Gaya hidup seseorang sangat berkaitan dengan rutinitas kehidupan sehari-hari masing –
masing individu. Semakin sibuknya orang bekerja di kota besar dan semakin banyaknya penduduk
di kota besar, mengakibatkan tak banyak lagi pilihan mempunyai rumah besar dengan pekarangan

9
luas (rumah mungil yang luasnya terbatas). Dengan kesibukan yang dialami orangorang pada
dekade ini, mengakibatkan pilihan rumah beserta ruangnya mengalami perubahan yang mendasar.
Pola kehidupan seperti ini sangat mempengaruhi pengaturan tata ruang di rumah mereka.
Pembagian ruang misalnya, tak lagi seperti dulu, di mana harus memenuhi kriteria ada ruang tamu,
ruang makan, ruang keluarga dan sebagainya.
Desain yang baik di dalamnya mencakup bukan hanya bentuk dan warna, tetapi yang lebih
penting adalah fungsi yaitu apakah bisa menjawab kebutuhan sosial pemakainya. Ketika membuat
meja dan kursi kantor, perancang harus memperhitungkan fungsi untuk berekspresi, privasi,
kenyamanan, berinteraksi, konsentrasi dan kontemplasi. Tetapi pada saat yang sama juga
memperhatikan unsur teknis seperti ergonomis yang disesuaikan dengan bentuk dan kerja alat -
alat tubuh. Jadi di dalam mendesain suatu produk dipikirkan unsur kebutuhan sosial. Baru yang
terakhir menentukan bentuk, ornamen dan warna.
Penyesuaian ukuran perabot dengan skala besaran rumah sangat diperlukan. Biasanya
rumah kecil membutuhkan perabot yang ukurannya lebih kecil dari ukuran standar. Misalnya,
lebar dudukan sofa dibuat hanya 60 cm, bukan 80 cm seperti ukuran standar umumnya. Begitu
pula dengan almari yang biasanya sedalam 60 cm, diganti dengan 40 cm saja. Khusus untuk ruang
duduk, pemilihan perabot 1 set yang sama biasanya dihindari, seperti 1 set sofa berikut 2 armchair
dan foot stool yang tertutup penuh dengan busa dan up hol stery. Selain ruang menjadi sempit,
karena bagian punggung serta tangan menyita ruang, 1 set sofa juga terkesan monoton. Akan lebih
menarik bila menata ruang duduk dengan cara memadukan sofa dengan kursi kayu, rotan atau besi.
Bentuk perabot modern yang serba simpel dengan garis lurus-lurus memang ideal untuk ruang-
ruang kecil. Namun bukan berarti bahwa mebel klasik dengan dekoratif kecil ditabukan, tetapi
dengan skala yang tetap disesuaikan, dan dekoratif yang lebih sederhana, mebel tersebut akan
menjadi bagian menarik dalam ruang.
Pada umumnya orang memilih perabot lepas dengan cara memesan atau membeli
langsung. Perabot lepasan ini cukup memadai selama mempertimbangkan skala dan ukuran
dengan ruangannya. Ada beberapa jenis perabot lain yang dapat dipilih untuk rumah dengan
ukuran ruangan kecil atau rumah kecil. Perabot built in dirancang dan dibuat khusus sesuai dengan
kebutuhan serta ukuran ruangan. Memanfaatkan ruang bawah tangga sebagai lemari built in juga
merupakan pilihan yang tepat. Namun, sifat perabot built in terkesan kurang luwes, maka untuk
ruang-ruang yang memerlukan unsur dekoratif tinggi, seperti ruang tamu, ruang duduk, dan kamar

10
tidur utama, perabot lepasan lebih tepat dari pada perabot built in. Sementara ruang yang
membutuhkan banyak tempat penyimpanan seperti dapur dan ruang kerja, lebih ideal diisi dengan
mebel built in. Kamar anak yang membutuhkan banyak fungsi sebagai tempat istirahat, bermain
serta belajar, juga ideal ditata dengan perabot built in.
Jenis perabot multi fungsi dapat menjadi pilihan untuk mengakomodasi banyaknya fungsi
yang harus ditampung di dalam rumah. Misalnya sofa bed atau futon di ruang duduk dapat disulap
menjadi ruang tidur tamu temporer. Bagian bawah tempat tidur juga bisa berfungsi ganda sebagai
tempat menyimpan. Foot stool atau sofa juga bisa berfungsi ganda sebagai tempat duduk
cadangan, ketika tamu datang. Perabot lipat; ruang yang sempit atau kecil membuat tidak semua
perabot dapat terakomodasi dengan baik. Perabot lipat dapat menjadi pilihan, seperti meja makan
lipat bersatu dengan lemari dapur yang digunakan saat makan saja. Begitu pula meja kerja lipat
bersatu dengan rak buku. Kursi-kursi ini dapat dibeli untuk tempat duduk tamu cadangan. Kursi -
kursi ini dapat disimpan di lemari bila tidak digunakan (Ign Dono Santoso, 2004: 173).

a. Perangkat Tempat Duduk

Gambar 4. Contoh Sketsa Living Room


(Sumber: Tata Ruang [p. 132])

11
Tempat untuk duduk bersantai – santai bagi seluruh keluarga atau tamu harus kita pikirkan
dengan baik. Diperlukan tempat yang berpandangan bebas dan memiliki penerangan yang cukup
dari luar. Gambar – gambar 4, 5, 6 dan 7 menunjukkan empat macam desain yang berbeda.
Perabot direncana pada denah kamar yang sama untuk lebih mudah menentukan untung –
ruginya setiap desain. Desain gambar 4 dengan tempat duduk pada jendela yang besar, merupakan
desain yang paling baik. Pada desain ini, kursi panjang untuk tiga orang ditempatkan sejajar
menghadap jendela. Orang yang masuk ke ruangan itu langsung dapat melihat lengkungan indah
pada kursi itu. Tempat kosong sekitar pintu masuk baik sekali, dan memberikan kesan nyaman. Di
tempat itu dapat juga didesain area khusus untuk membaca.

Gambar 5. Contoh Sketsa Living Room


(Sumber: Tata Ruang [p. 132])

Desain pada gambar 5 juga memberi kemungkinan untuk melihat ke luar melalui jendela.
Di samping itu, didapatkan juga ruang untuk menuju ke jendela (terlebih kalau jendela itu juga
disertai pintu untuk keluar).

12
Gambar 6. Contoh Sketsa Living Room
(Sumber: Tata Ruang [p. 133])

Di gambar 6, penghematan tempat yang sangat baik terlihat pada rencana tempat duduk
dengan bangku bersudut yang ditempatkan pada bagian kamar bersebrangan dengan jendela.
Dengan demikian, timbul kemungkinan untuk memandang seluruh ruangan sampai ke luar jendela
sekalipun.
Bangku bersiku yang statis dan kuat hendaknya disertai meja berkonstruksi sama. Tempat
untuk membaca sangat baik dipilih dekat jendela atau dekat penerangan.

13
Gambar 7. Contoh Sketsa Living Room
(Sumber: Tata Ruang [p. 133])

Desain ke-empat (gambar 7) meminta banyak tempat. Kursi diatur sekeliling meja dan
diletakkan di ruang tengah. Dengan diatur melingkar demikian, terciptalah suasana yang khusus
seperti dalam pesta. Namun dengan begitu jalan lintas ke jendela terhalang dan tidak ada temopat
lagi untuk membaca.

14
b. Sirkulasi

Gambar 8. Sirkulasi Living Room


(Sumber: Time-saver Standards for Building Types [p. 62])

Gambar8 a,b,c dan d merupakan sirkulasi yang ideal pada Living Room karena
memungkinkan orang leluasa bergerak tanpa mengganggu satu sama lain.

15
c. Aktivitas Pengguna

Gambar 9. Macam – Macam Aktivitas Pengguna Ruang


(Sumber: Time-saver Standards for Building Types [p. 63])

Terlihat bahwa perbedaan aktivitas pengguna ruang bisa mempengaruhi letak dan posisi
furniture. Oleh sebab itu sebelum merancang Living room harus menentukan apa fungsi ruang
tersebut dan dimana letak intinya.

16
d. Dimensi Furniture

Gambar 10. Dimensi Lemari dan Rak


(Sumber: Time-saver Standards for Building Types [p. 59])

17
Gambar 11. Dimensi Sofa
(Sumber: Time-saver Standards for Building Types [p. 60])

18
Gambar 12. Dimensi Sofa
(Sumber: Time-saver Standards for Building Types [p. 61])

19
e. Jenis – Jenis Sofa

Gambar 13. Sofa


(Sumber: Time-saver Standards for Building Types [p. 77])

20
Gambar 13. Sofa
(Sumber: Time-saver Standards for Building Types [p. 77])

21
1.2 RUANG MAKAN DAN DAPUR

Ideas about a fixed place to dine at home have undergone many changes in modern times. In
this phase of decorating, the word “area” has come into its own. However, no matter how far your
plans stray from the stereotyped dining room, comfort and a pleasant atmosphere for eating are
still of primary importance. The constant factors, then, will be a good firm table with a top about
twenty-nine inches from the floor, adequate chairs with seats approximately seventeen inches high,
and carefully blended restful colors. With these three important factors in mind, your choice of
location may be unlimited (Elizabhet T. Halsey, 1954: 193).
Setiap rumah haruslah memiliki satu area khusus untuk makan bersama. Area tersebut bisa
menjadi area tersendiri atau digabung dengan ruang keluarga bahkan dapur untuk memudahkan
mobilitas dalam memasak makanan dan menghidangkannya.
Di dapur banyak yang dikerjakan dan dipersiapkan. Dalam perencanaan, dapur didekatkan
letaknya dengan ruang makan, ruang anak – anak, dan dengan pintu masuk rumah. Karena
pekerjaan di dapur kebanyakan dilakukan pada pagi hari, maka dapur sebaiknya ditempatkan pada
sebelah timur rumah. Kemajuan teknik dalam bidang alat dapur memungkinkan sekarang
dipakainya alat – alat dari mixer sampai kulkas. Alat itu juga harus diberi bentuk seusai dengan
tujuannya dan diatur dengan baik untuk memudahkan pekerjaan di dapur dan untuk menghemat
waktu kerja. Bagi seorang ibu yang masih juga bekerja untuk mencukupi ekonomi rumah tangga,
hal itu lebih penting lagi.
Dahulu ruang dapur dipenuhi oleh sebuah almari yang amat besar, yang sering menghalangi
orang bekerja pada tungku dan meja dapur. Banyak tempat sia – sia dan tenaga yang terbuang.
Dapur modern zaman sekarang harus diselenggarakan pada tempat yang sempit, dengan almari
susun sesuai dengan proses bekerja, sehingga tenaga untuk mondar – mandir dapat dihemat.
Merritt Ierley dalam buku The Comforts of Home mengatakan, “While the house as a whole
is among the more traditional and conservative elements of society, the kitchen is quickest within
the house to reflect new concepts of comfort and convenience. It is here one finds technology
changing fastest. Yet the kitchen’s traditional role as the hub of family life remains.”
Ruang makan dan dapur memiliki banyak sejarah yang erat hubungannya dengan bidang
sosiologi, budaya, teknologi dan ekonomi. Seiring perkembangannya dapur dan ruang makan tidak

22
terasa begitu formal lagi. Ruang makan yang bergabung dengan dapur membuat anggota keluarga
atau tamu bisa ikut bergabung dalam mempersiapkan makanan.

Gambar 14. Dapur dan Ruang Makan yang Menyatu pada Rumah Jaman Dulu
(Sumber: Residential Interior Design [p. 110])

Gambar 15. Dapur dan Ruang Makan yang Menyatu pada Rumah Jaman Sekarang
(Sumber: Residential Interior Design [p. 110])

23
a. Perangkat Tempat Furniture

Gambar 16. Contoh Sketsa Dapur L Gambar 17. Contoh Denah Dapur L
(Sumber: Tata Ruang [p. 160]) (Sumber: Tata Ruang [p. 160])

Dalam bangunan – bangunan baru dapur hanya berukuran maksimum 6 – 8 m2. Cukup
untuk tempat masak bagi keluarga yang terdiri dari dua hingga empat orang. Dengan dapu
rsemacam ini, dapatlah tercapai pembatasan antara kerja dan rekreasi. Bekerja tanpa terganggu
dan beristirahat penuh di ruang keluarga dimungkinakan juga. Memang ada kerugiannya, yaitu
bahwa peralatan makan harus dibawa dari dapur ke ruang keluarga atau ruang makan.
Meja dapur hendaknya ditempatkan menghadap jendela. Sepanjang dinding diatur
perabotan yang lain. Karena meja dapat tersendiri letaknya, maka antara tempat cuci dan tungku
ditambahkan sebuah almari, yang bisa digunakan untuk meletakkan barang – barang yang telah
digunakan.

24
Gambar 18. Contoh Sketsa Dapur U Gambar 19. Contoh Denah Dapur U
(Sumber: Tata Ruang [p. 161]) (Sumber: Tata Ruang [p. 161])

Jika dapur L tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan lebih dari empat
anggota, maka solusinya adalah dengan merancang dapur U. Dapur ini merupakan dapur yang
terdiri dari dua baris atau berbentuk U. Dengan begitu semua perlatan dan persediaan dapat
tertampung, dan tersedia ruang kerja cukup untuk dua orang atau bahkan lebih. Gambar 18 dan 19
memperlihatkan dapur berbentuk U dengan luas 8,75 m2.
Ketiga dindingnya diberi perabot. Ruang itu 2,50 m lebarnya, sehingga tersisa gang yang
1,40 m lebarnya. Sebetulnya 1,20 m juga sudah cukup. Ruang almari untuk keluarga yang besar
diatur dengan tiga buah dinding. Juga almari tinggi untuk sapu dan almari putar. Ruang dapur
berbentuk U ini memang diperuntukkan agar penggunanya mudah melintas dan berlalu lalang,
sehingga dapur Udengan satu pintu lebih menguntungkan.

25
Gambar 20. Contoh Sketsa Dapur dan Ruang Makan
(Sumber: Tata Ruang [p. 162])

Gambar 21. Contoh Denah Dapur dan Ruang Makan


(Sumber: Tata Ruang [p. 162])

Sebuah ruang dapur yang menyatu dengan ruang makan dapat dicapai dengan mengatur
sudut makan pada sebuah dapur. Lihatlah pada gambar 20 dan 21. Ada keuntungan yang bisa
diperoleh, yaitu penggunanya dapat sekaligus menyajikan dan menyingkirkan makanan di dapur.
Kita juga tidak perlu menempatkan meja makan khusus di ruang keluarga.
Ruang dapur yang menyatu dengan ruang makan untuk keluarga kecil dapat direncanakan
pada denah dengan menggunakan meja berdaun jatuh. Untuk keluarga yang besar diperlukan ruang
sekitar 10 hingga 15 m2. Pada gambar terlihat ruang dapur yang menyatu dengan ruang makan
dengan luas 15m2 berbentuk U. Ruang makan dibatasi dengan almari yang bisa berfungsi sebagai

26
tempat menyajikan makanan. Almari bagian atas menjadi tempat menyimpan peralatan makan dan
dapat dibuka dari arah dapur maupun dari tempat makan. Meja makan ditempatkan tegak lurus
pada jendela, cukup untuk empat hingga lima orang.

Gambar 22. Susunan Meja Makan


(Sumber: Time-saver Standards for Interior Design [p. 161])

27
Gambar 23. Susunan Meja Makan
(Sumber: Data Arsitek [p. 217])
Pada gambar 23 bisa dilihat dimensi – dimensi jarak minimal antara meja dan dinding
tergantung pada pelayanan.

Gambar 24. Susunan Meja Makan


(Sumber: Data Arsitek [p. 217])
Pada gambar 24 jarak antara meja untuk menyiapkan makanan dan meja makan
ditentukan dari ruang gerak untuk jalan.

28
Gambar 25. Susunan Meja Makan
(Sumber: Data Arsitek [p. 217])
Pada gambar 25 jarak antara meja untuk menyiapkan makanan dan meja makan untuk
membuka laci dan pintu – pintu.

Gambar 26. Dimensi Dapur


(Sumber: Data Arsitek [p. 217])

29
b. Dimensi Furniture

Gambar 27. Dimensi Kompor dan Oven


(Sumber: Data Arsitek [p. 218])

Gambar 28. Dimensi Kompor dan Oven


(Sumber: Data Arsitek [p. 218])

30
Gambar 29. Kompor dan Oven
(Sumber: Residential Interior Design [p.118])

Gambar 30. Dimensi Kompor


(Sumber: Residential Interior Design [p. 118]

31
Gambar 31. Kulkas
(Sumber: Residential Interior Design [p. 119])

Gambar 32. Dimensi Kulkas


(Sumber: Residential Interior Design [p. 119])

32
Gambar 33. Kulkas
(Sumber: Data Arsitek [p. 217])

Tabel 1. Ukuran – Ukuran Kulkas


(Sumber: Data Arsitek [p. 217])

33
Gambar 34. Dimensi Wastafel
(Sumber: Data Arsitek [p. 218])

Gambar 35. Dimensi Wastafel


(Sumber: Data Arsitek [p. 218])

34
Gambar 36. Dimensi Wastafel Berbagai Ukuran
(Sumber: Data Arsitek [p. 218])

35
Gambar 37. Dimensi Wastafel dan Konfigurasinya
(Sumber: Residential Interior Design [p. 119])

36
Gambar 38. Kursi Makan
(Sumber: Data Arsitek [p. 220])

37
Gambar 39. Meja Makan
(Sumber: Data Arsitek [p. 221])

38
III. Penutup

a. Kesimpulan
Dalam menjalani kegiatan kesehariannya, manusia selalu akan berkaitan dengan pemenuhan
kebutuhan sosialnya. Dan demi kenyamanan berkegiatan, terutama dalam kenyamanan fisik
diperlukan ruang berkegiatan yang memenuhi kriteria sehat untuk memaksimalkan kegiatan dalam
ruang. Dalam hal ini desainer interior memegang peranan penting dalam merancang suasana ruang
yang maksimal demi kenyamanan beraktivitas baik dari segi sosial maupun fisik. Organisasi ruang
dan penataan perabot serta pencahayaan yang baik dan sesuai dengan latar belakang sosiologis
pengguna akan memaksimalkan interaksi berkegiatan manusia dalam ruang. Sedangkan pemilihan
bahan yang seimbang dengan lingkungan dan finishing yang minim emisi, serta maintenance yang
baik akan memaksimalkan kenyamanan fisik manusia dalam ruang. Sehingga dapat dicapai hasil
dari aktivitas dalam ruang dengan lebih maksimal.
b. Saran
Membaca literatur mengenai desain amat membantu untuk pemahaman dan referensi dalam
mendesain suatu interior menjadi lebih efektif dan efesien. Sangat bagus jika ke depannya kegiatan
membaca dan mereview buku ini terus dilanjutkan untuk perkembangan bersama.

39
DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis D K. 1996. Interior Design Illustrated. New York: Van Nostrand Reinhold
Company, Inc.
DeChiara, Joseph. 1973. Time-saver Standards for Interior Design and Space Planning. New
York: McGraw – Hill, Inc.
Hedden, Jay W. 1978. Successful Living Room. Michigan: Structures Publishing Co.
Halsey, Elizabeth T. 1954. Book of Interior Decoration. Philadelphia: The Curtis Publishing
Company, Inc.
Rawson, Philip.1987. Design. New Jersey: Prentice – Hall, Inc., Englewood Cliffs, Inc.
Neufert, Ernst. 1936. Data Arsitek. Jakarta: Erlangga, 1996
Wilkening, Fritz. 1987. Tata Ruang. Jakarta: Kanisius.

40

Anda mungkin juga menyukai