Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

GEOGRAFI SOSIAL

“Rumah Sebagai Negosiasi Ruang dan Waktu”

Dosen Pengampu :

Rery Novio S.Pd., M.Pd

Seksi (202110450044)

Di Susun Oleh Kelompok :

1. Bima Nasarta (20045042)


2. Friska (20045010)
3. Nara Sukma Dewi (20045056)
4. Rana (20045069)
5. Rosa Yulianda (20045111)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
"Rumah sebagai negosiasi dan waktu".Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Rery Novio S.Pd., M.Pd pada mata kuliah
Geografi sosial. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang "Rumah sebagai negosiasi dan waktu" bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rery Novio S.Pd., M.Pd,
selaku dosen Geografi sosial yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

09 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................3
2.1 Rumah...................................................................................................3
2.2 Desain Rumah.......................................................................................4
2.3 Makna Rumah.......................................................................................7
2.4 Pengalaman dalam Rumah...................................................................8
2.5 Ekonomi Moral Rumah Tangga...........................................................9
2.6 Aturan Rumah.......................................................................................12
2.7 Tunawisma............................................................................................13
2.7.1 Akar Penyebab Tunawisma.........................................................13
BAB III PENUTUP........................................................................................17
3.1 Kesimpulan...........................................................................................17
3.2 Saran.....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan
membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung
keluarga dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status
lambang sosial. Sedang menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu. Rumah sebagai bangunan merupakan bagian dari suatu
permukiman yang utuh, dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung
untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik
belaka, melainkan juga merupakan tempat tinggal, tempat beristirahat
setelah menjalani perjuangan hidup sehari-hari.
Memiliki sebuah rumah adalah impian bagi setiap orang dan
tentunya juga bagi tiap pasangan suami istri. Rumah adalah tempat
berkumpul seluruh anggota keluarga dan tempat berbagi pengalaman, ilmu,
dan tentu saja tempat berbagi kasih sayang antarkeseluruhan anggota
keluarga. Rumah atau Home dari aspek geografi sangat penting bagi
manusia karena disanalah tempat bagi manusia melakukan segala aktivitas,
berinteraksi dengan sesama dan tempat kelangsungan hidup manusia
sekaligus tempat ternyaman.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi rumah?
2. Bagaimana desain rumah yang baik?
3. Apa makna dari rumah?
4. Apa saja pengalaman yang didapat dalam rumah?
5. Apa itu ekonomi moral rumah tangga?
6. Bagaimana aturan rumah?
7. Apa itu tunawisma?

1.3 Tujuan
1. Mengenal definisi rumah
2. Mengetahui desain rumah yang baik
3. Memahami makna rumah

1
4. Mengetahui pengalaman yang didapat dalam rumah
5. Mengenal ekonomi moral rumah tangga
6. Mengetahui aturan rumah
7. Mengenal tunawisma

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Rumah

Dalam arti umum, rumah adalah salah satu bangunan yang


dijadikan tempat tinggal selama jangka waktu tertentu. Rumah bisa menjadi
tempat tinggal manusia maupun hewan, tetapi istilah untuk tempat tinggal
yang khusus bagi hewan adalah sangkar, sarang, atau kandang. Menurut UU
No. 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman, rumah adalah
bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana
pembinaan keluarga. Menurut John F.C Turner, 1972, dalam
bukunya Freedom To Build mengatakan, “Rumah adalah bagian yang utuh
dari permukiman, dan bukan hasil fisik sekali jadi semata, melainkan
merupakan suatu proses yang terus berkembang dan terkait dengan
mobilitas sosial ekonomi penghuninya dalam suatu kurun waktu. Menurut
Siswono Yudohusodo (Rumah Untuk Seluruh Rakyat, 1991: 432), rumah
adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan
sarana pembinaan keluarga. Jadi, selain berfungsi sebagai tempat tinggal
atau hunian yang digunakan untuk berlindung dari gangguan iklim dan
makhluk hidup lainnya, rumah merupakan tempat awal pengembangan
kehidupan.

Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan


membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung
keluarga dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga sebagai status
lambang sosial. Sedang menurut WHO, rumah adalah struktur fisik atau
bangunan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan
jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu. Rumah sebagai bangunan merupakan bagian dari suatu
permukiman yang utuh, dan tidak semata-mata merupakan tempat bernaung
untuk melindungi diri dari segala bahaya, gangguan, dan pengaruh fisik
belaka, melainkan juga merupakan tempat tinggal, tempat beristirahat
setelah menjalani perjuangan hidup sehari-hari. 
Kebijakan dan strategi nasional penyelenggaraan perumahan dan
permukiman menyebutkan bahwa rumah merupakan salah satu kebutuhan
dasar manusia disamping pangan, sandang, pendidikan dan kesehatan.
Selain berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan alam/cuaca dan
makhluk lainnya, rumah juga memiliki peran sosial budaya sebagai pusat

3
pendidikan keluarga, persemaian budaya dan nilai kehidupan, penyiapan
generasi muda, dan sebagai manifestasi jati diri. 
Unit sosial yang mendiami sebuah rumah disebut rumah tangga.
Umumnya, rumah tangga merupakan sebuah unit keluarga. Meskipun
demikian, rumah tangga juga dapat merujuk pada kelompok sosial lainnya,
seperti teman berbagi kamar atau indekos, yang individu-individu di
dalamnya tidak memiliki hubungan kekeluargaan. Beberapa jenis rumah
hanya cukup untuk didiami oleh satu keluarga atau kelompok sosial lainnya
yang jumlahnya kurang lebih sama. Sementara itu, jenis rumah yang lebih
besar, seperti rumah bandar atau rumah teras, dapat memuat banyak
keluarga di dalam bangunan yang sama. Sebuah rumah dapat disertai
dengan bangunan luar, seperti garasi untuk menempatkan kendaraan
atau gudang untuk menyimpan perkakas dan peralatan.

2.2 Desain Rumah


Menurut kajian etimologi, desain berasal dari bahasa Latin,
yaitu designare yang artinya membuat, membentuk, menandai, atau
menunjuk. Kata "desain" juga termasuk kata baru yang dibuat ke dalam
bahasa Indonesia dari bahasa Inggris "design". Arti kata design dalam
Kamus Oxford adalah "rencana atau gambar yang dibuat untuk
memperlihatkan tampilan dan fungsi dari bangunan, pakaian, atau objek
lainnya sebelum benar-benar dibuat". Selain itu, Oxford juga memberikan
definisi lain untuk desain, yaitu "corak dekoratif". Jika dicari melalui Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), makna desain adalah 1. kerangka bentuk;
rancangan, 2. motif; pola; corak.
Ada beberapa fungsi desain yaitu sebagai alat bantu dalam proses
menciptakan objek baru. Kemudian sebagai wadah untuk menunjukkan
tampilan objek tertentu kepada masyarakat dengan gambaran atau keadaan
sesungguhnya. Salah satu yang kita lihat,desain bisa diterapkan sebagai
desain rumah, agar rumah terlihat menarik untuk dilihat dan nyaman untuk
ditinggali. Desain rumah bisa dibuat berdasarkan ide dari pemilik rumah
tersebut. Desain rumah bisa juga menjadi awal dari perencanaan tempat

4
tinggal idaman bagi pemiliknya yang menyesuaikan kondisi disekitarnya
dan jumlah spesifikasi ruangan yang diharapkan.
Sebelum membuat desain diperlukan beberapa data yang perlu
disiapkan sehingga dapat terciptanya sebuah rumah terbaik yang nyaman
untuk mendukung aktifitas rumah tinggal, yaitu :

1) Data kebutuhan dan jumlah ruangan yang diharapkan.


2) Jumlah lantai yang diingikan apakah bertingkat atau cukup satu lantai
saja.
3) Jumlah penghuni rumah.
4) Model rumah yang diharapkan.

Contoh model desain rumah yang banyak dibuat yaitu desain rumah
minimalis, desain rumah yang berdasarkan adat atau kebudayaan yang
sudah berkembang didaerahnya, dan desain rumah mewah.
Arsitektur adalah dimensi makna dan menjadi tolok ukur tinggi
rendahnya budaya manusia. Arsitektur suatu wilayah permukiman dapat
menunjukkan baik buruknya keadaan sosial, ekonomi dan budaya dari
masyarakat yang bermukim di situ. Arsitektur dapat menjadi cermin dari
keberadaan suatu permukiman dari kelompok sosial tertentu. Dengan
demikian, arsitektur suatu wilayah permukiman dapat menunjukkan baik
buruknya keadaan sosial, ekonomi dan budaya dari warga/masyarakat yang
bermukim di situ.

Arsitektur rumah Nusantara adalah sebagai wujud fisik kebudayaan


manusia yang memiliki dimensi fungsi sebagai wadah atau alat yang
bermakna dalam kehidupan manusia. Kebudayaan arsitektur nusantara yang
memiliki keunggulan dan berpijak pada kearifan lokal sehingga dapat
memberi makna bagi kehidupan manusia. Karya arsitektur diukur dari
perspektif filsafat manusia, sehingga dapat diketahui adanya nilai-nilai
relijius yang mendasari ungkapan tersebut terkandung dalam keberagaman
dalam mewujudkan karya arsitektur nusantara. Konsep ruang yang menjadi
dasar dalam penataan ruang luar dan ruang dalam selalu berpijak pada
orientasi kehidupan manusia selaras ajaran Islam. Beberapa hal yang dapat
dikesimpulan dari penataan ruang tersebut terdapat beberapa faktor

5
perbedaan cara pandang dan pada setiap bentuk arsitektur Nusantara ini,
karena latar belakang kebudayaan serta lingkungan sehingga terjadi
perbedaan pada daerah tersebut.

Arsitektur atau budaya arsitektur dalam pemahaman sekarang,


merupakan salah satu hasil kebudayaan yang menunjukkan ciri kehidupaan
tingkat kompleksitas kebudayaan pada suatu suku bangsa tertentu. Semakin
tinggi tingkat kebudayaan suatu suku bangsa makin kompleks dan tinggi
juga karya arsitekturnya. Dengan demikian dalam memahami
perkembangan arsitektur ini diharapkan juga melihat perkembangan
kebudayaan yang mempengaruhinya.

Indonesia memiliki keanekaragaman budaya baik berupa fisik maupun


non-fisik. .ra langsung. Salah satunya Arsitektur Tradisional yang berupa
bentuk rumah tradisional dan bangunan lainnya yang beragam dan tersebar
di seluruh nusantara. Dalam Arsitektur Tradisional di tiap daerah di
nusantara selalu ada yang menjadi ciri khas baik dilihat dari material dan
bentuknya sebagai identitas lokal yang khas daerah tersebut.

Secara Morfologi yang lebih menekankan pada pembahasan bentuk


geometrik dalam mengindetifikasi karakteristik lingkungan yang
diwujudkan melalui bentuk bangunan. Menurut CHING, FDK (1979) sistem
tata nilai kekurangan bisa tercipta dengan adanya 3 (tiga) hal, yaitu :

 Besaranan ukuran yang luar biasa,

 Bentuk yang unik,

 Lokasi yang strategis.

Salah satu pandangan mengenai arsitektur adalah melihat dari


perspektif manusia yang terdiri dari kepala, badan dan kaki. Pandangan lain
menyebutkan bahwa karya arsitektur yang unggul adalah hasil karya yang
memiliki nilai dan berpijak pada keseimbangan Eksplorasi makna arsitektur
ini salah satunya dapat dikaji dari pendekatan filsafat manusia yang melihat
sebagai acuan hasikarya .

6
2.3 Makna Rumah
Ada yang bilang, kalua rumah itu bukan hanya sebuah bangunan
untuk ditempati. Rumah mempunyai makna yang lebih dalam. Rumah
adalah sebagai suatu hal yang bisa menciptakan kenyamanan, kehangatan,
dan kebahagiaan dalam hati.
Jika demikian, bangunan semegah dan semewah apapun tak bisa
disebut dengan “rumah” bila hati ini tidak merasa nyaman saat berada di
sana. Sebaliknya, sebuah gubuk mungil yang apa adanya menjadi “rumah”
asalkan persaan ini Bahagia Ketika di sana. Jadi, rumah adalah orang yang
ada didalamnya. Mereka yang menciptakan nyaman saat berada di dalam
rumah.
“Because, a place doesn’t make home. Then, people do”
Ada juga yang bilang, bukan mewahnya bangunan yang menciptakan
nyaman dan Bahagia, tapi orang- orang di dalamnya lah yang bisa
melakukannya.
Rumah atau tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar
bagi manusia (primer) disamping kebutuhan sandang dan pangan. Dikatakan
sebagai kebutuhan dasar (basic human needs) karena merupakan unsur yang
harus dipenuhi guna menjamin kelangsungan hidup manusia. Dimana
kebutuhan dasar ini akan menentukan taraf kesejahteraan sekaligus kualitas
hidup manusia itu sendiri karena itu suatu hunian pada hakekatnya dapat
berpengaruh terhadap kualitas kehidupan orang-orang yang tinggal
didalamnya.
Seiring dengan perkembangannya kota-kota besar di Indonesia dalam
usaha penyediaan hunian bagi warganya kerap dihadapkan dengan
permasalahan-permasalahan. Bertambahnya penduduk kota disebabkan
karena kelahiran maupun urbanisasi yang tidak diimbangi dengan daya
tampung kota. Sehingga menyebabkan ketidakteraturan pada tata ruang kota
dan dapat menumbuhkan kawasan atau permukiman padat penduduk,
kumuh dan cenderung liar. Keadaan seperti ini juga tengah dialami pada
kota-kota besar seperti: Medan, Batam, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya.

7
2.4 Pengalaman dalam Rumah
Pengalaman dapat diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami,
dijalani maupun dirasakan, baik sudah lama maupun yang baru saja terjadi
(Saparwati, 2012). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori
episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang
terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertantu, yang berfungsi
sebagai referensi otobiografi (Saparwati, 2012).
Pengalaman merupakan peristiwa yang tertangkap oleh panca indera
dan tersimpan dalam memori. Pengalaman dapat diperoleh ataupun
dirasakan saat peristiwa baru saja terjadi maupun sudah lama berlangsung.
Pengalaman yang terjadi dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan
dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. (Notoatmojo,2012).
Pengalaman adalah pengamatan yang merupakan kombinasi
pengelihatan, penciuman, pendengaran serta pengalaman masa lalu
(Saparwati, 2012). Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan
bahwa pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami, dijalani maupun
dirasakan yang kemudian disimpan dalam memori.
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang tergabung
karena hubungan darah atau pengangkatan, perkawinan dan mereka hidup
dalam satu atap rumah tangga, melakukan interaksi antara satu dengan yang
lainnya dan memiliki peran masing-masing dalam menciptakan rasa serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman dalam Setiana 2016). Menurut
Duvall dalam Setiana (2016) konsep keluarga adalah terdapat sekumpulan
manusia yang dihubungkan oleh suatu ikatan perkawinan antara laki-laki
dan perempuan, adopsi, kelahiran yang bertujuan untuk menciptakan serta
mempertahankan budaya yang umum, untuk meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.
Adapun pengalaman orang tua yang diharapkan adalah pengetahuan
dan tindakan dalam memengaruhi perilaku belajar anak agar menjadi lebih
baik lagi. Anak menginginkan orang tua yang menaruh sikap perhatian
kepadanya seperti yang diungkapkan Rice (1999) “Remaja menginginkan
orang tua yang menaruh perhatian dan siap membantu apabila remaja

8
membutuhkan bantuan serta mendengarkan dan berusaha mengerti sebagai
remaja, menunjukkan bahwa mereka menyetujui remaja, menerima apa
adanya, memperlakukan sang remaja dengan dewasa dan yang paling
penting menjadi teladan yang baik bagi remaja”.
Orang tua harus mempunyai kemampuan dalam memberikan sikap
dan contoh teladan bagi anak agar anak dapat menjadi lebih baik. Menurut
ilmu pendidikan, kemampuan orang tua dalam keluarga seperti ungkapan
Soekanto (2009), keluarga adalah “Sosialisasi yang bersifat timbal balik
yaitu anak dengan orang tua yang akan memengaruhi perilaku anak”. Jadi
dapat dilihat dari orang tua yang akan dominan membentuk perilaku anak.

2.5 Ekonomi Moral Rumah Tangga


Moral adalah tata yang menyangkut budaya, keadilan, hingga sosial
yang memadukan perilaku individeu dalam masyarakat. Moral dijadikan
standar berperilaku untuk menilai benar dan salah suatu hal. Moral berbeda
setiap daerahnya tergantung perkembangan manusia.
Ekonomi moral dalam kajian sosiologi adalah suatu Analisa tentang
apa yang menyebabkan seseorang berperilaku, bertindak dan beraktivitas
dalam kegiatan perekonomian. Hal ini dinyatakan sebagai gejala sosial yang
berkemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap tatanan kehidupan
sosial.
Di dalam rumah tangga diperlukannya ekonomi moral, ekonomi moral
ini sama dengan manajemen keuangan dalam keluarga. Manajemen adalah
sebuah seni. Manajemen keuangan bisa diartikan sebagai seni pengaturan
keuangan yang lebih fleksibel dan tertata, tak harus kaku tetapi dipastikan
bisa mendapatkan hasil pengelolaan yang lebih baik.Fungsi manajemen
keuangan dalam kehidupan keluarga misalnya, diharapkan bisa mengelola
ekonomi keluarga agar lebih baik, lebih ideal dan sejahtera.
Sebuah keluarga terdiri dari pasangan suami istri dan anak-anak yang
memiliki pola dan pengaturan keuangan yang berbeda. Perbedaan ini harus
dikomunikasikan sehingga diperoleh sebuah seni manajemen yang baik
untuk keuangan yang ada. Sebuah seni pengaturan yang diterapkan pada

9
dasarnya bertujuan untuk membuat sesuatu bisa lebih baik kondisinya,
maksimal manfaatnya dan tidak menimbulkan masalah. Keuangan keluarga
yang tidak ditata dan dikelola dengan baik sudah pasti akan menyebabkan
masalah. Gaji yang besar biasanya tidak efektif, gaji yang kecil akan
semakin menumpuk hutang.
'Bendahara' keluarga ini didorong untuk lebih kreatif dan hati-hati
dalam soal ini, karena keberlangsungan rumah tangga tergantung dari
pintarnya mereka mengatur uang. Berikut tujuh jurus jitu hemat mengelola
keuangan rumah tangga yang bisa ditiru:
a) Tahu Detil Pemasukan dan Pengeluaran 
Berapa pendapatan Anda dan pasangan tiap bulannya? Jumlahkan
dengan benar. Setelah itu, hitung juga berapa pengeluaran rutin rumah
tangga, seperti tagihan listrik, telepon, air, belanja bulanan dan tagihan
lainnnya yang harus Anda keluarkan tiap bulannya.
Jika Anda punya cicilan rumah, kendaraan atau kartu kredit, jangan
lupa dihitung juga sebagai pengeluaran rutin. Dengan begitu, Anda akan
mengetahui berapa kisaran pengeluaran rumah tangga tiap bulannya. 
Pastikan pengeluaran Anda tidak lebih besar dari pemasukan.
Kalau iya, keuangan rumah tangga Anda dalam bahaya dan harus segera
diatasi. 
b) Pangkas Kebutuhan Tidak Penting
Buatlah catatan rutin berapa kebutuhan rumah tangga tiap
bulannya, berapa dana yang akan disimpan atau diinvestasi dan rencana-
rencana keuangan lainnya.  Anda juga harus mengecek anggaran mana
yang dibutuhkan, dan anggaran mana yang harusnya dipotong.
Anda disarankan membuat rencana keuangan yang realistis dan
masuk akal.  Jangan sampai terlalu pelit atau terlalu hemat. Misalnya,
anggaran jalan-jalan  setiap dua kali selama sebulan, dipotong menjadi
sekali dalam sebulan.
Pemotongan anggaran ini bisa mengurangi waktu Anda bersenang-
senang bersama anak dan pasangan Anda. Mungkin Anda bisa memilih
tempat jalan-jalan yang lebih murah dari sebelumnya.  

c) Jangan Tunda membayar Semua Kewajiban


Segeralah membayar kewajiban sebelum uangmu habis. Misalnya
membayar uang sekolah anak, tagihan kartu kredit, cicilan mobil dan
lain-lain. Bila semua kewajiban sudah diselesaikan, maka pengelolaan
uang untuk operasional dan kebutuhan sehari-hari akan lebih

10
mudah. Sebab kewajiban atau utang itu akan menimbulkan konsekuensi
jika ditunda. Misalnya Anda akan menerima denda atau bunga sehingga
kewajiban Anda bertambah besar.
d) Menabung dan Investasi
Pastikan selalu menyisihkan sejumlah uang untuk tabungan dan
investasi. Tabungan bisa dijadikan dana darurat, sementara investasi
bisa dijadikan tabungan masa depan. Lebih baik lagi kalau jumlah uang
yang ditabung selalu konsisten setiap bulan, sehingga Anda punya
ancer-ancer tersendiri.
Untuk melakukan investasi, Anda punya banyak pilihan. Misalnya
saja investasi emas, reksadana, saham, tanah, properti, hingga menabung
di deposito.
e) Miliki Asuransi
Anda juga harus menyisihkan uang  untuk membeli premi asuransi.
Apalagi kalau kamu sudah memiliki tanggungan anak. Dengan asuransi
maka setiap risiko akan diminimalisir dan dialihkan ke pihak asuransi.
Jadi, apa pun yang terjadi, keuangan keluarga  tidak akan gonjang
ganjing.
f) Buat Daftar Belanja Bulanan
Pengeluaran terbanyak dalam rumah tangga adalah untuk
berbelanja bahan pokok dan kebutuhan rumah. Sebelum berbelanja,
pastikan Anda sudah memiliki daftar apa saja yang harus dibelanjakan
sehingga menghindari Anda dari lapar mata. Anda juga bisa mengecek
diskon yang diberikan swalayan sehingga belanja akan lebih hemat.
Jika Anda berbelanja dengan kartu kredit, pastikan kartu kreditmu
cocok untuk berbelanja di swalayan, sehingga Anda mendapatkan
keuntungan ekstra seperti cash-back dan lain-lain.
g) Kurangi Kebiasaan Jajan
Jajan termasuk pengeluaran rumah tangga yang tidak terelakkan.
Terutama bila keluarga doyan ngemil dan wisata kuliner.Tak heran
pengeluaran yang satu ini berpengaruh pada kondisi tata kelola
keuangan rumah tangga. Nah, tidak ada salahnya Anda dan keluarga
mulai mengurangi kebiasaan jajan di luar rumah. Namun bukan berarti
menghapus sama sekali anggaran tersebut. Cobalah melakukan
penghematan, bukan menghapus anggaran. Anda bisa menggunakan
promosi kartu kredit di restoran tertentu, selama masih sesuai dengan
anggaran keluarga. Dengan kartu kredit Anda bisa mendapatkan diskon
dan cash back, tapi bisa menikmati jajanan yang cukup mewah bersama
keluarga.

11
2.6 Aturan Rumah
Keluarga adalah sekelompok manusia yang terikat melalui hubungan
darah ataupun ikatan psikologis yang erat. Keluarga inti biasanya terdiri dari
orang tua dan anak, namun keluarga besar bisa terdiri dari kakek, nenek,
sepupu, bibi, om, keponakan, dan sebagainya. Aturan keluarga membantu
menciptakan struktur dan membantu anak memahami perilaku apa yang
baik dan tidak baik. Aturan keluarga tidak hanya diterapkan pada anak,
namun juga berlaku bagi orang tua.
Aturan keluarga mencakup semua aturan yang diharapkan untuk
dipatuhi seluruh anggota keluarga yang dapat direvisi dari waktu ke waktu
untuk memecahkan masalah tertentu. Aturan -aturan di rumah adalah hal
yang penting karena aturan rumah cenderung sulit dilupakan dan
menghindari potensi argumen yang menyebabkan pertengkaran. Aturan di
rumah selain untuk menjaga keharmonisan keluarga, dilakukan sebagai
pendidikan bagi anak. Karena keluarga merupakan tempat pendidikan
pertama bagi seorang anak.
Keluarga yang sehat adalah tim pendukung yang baik terhadap satu
sama lain dalam memelihara serta mendukung harapan, impian, aspirasi,
tujuan dan pembentukan pola pikir juga kepercayaan diri setiap
anggotanya. Berikut adalah contoh aturan- aturan yang terdapat dirumah:

1. Tidak berbicara kasar atau dengan nada tinggi.


2. Tidak menyakiti pesaraan anggota keluarga.
3. Saling membentu antar anggoa keluara.
4. Tidak menghina dan berteriak.
5. Makan dengan tenang dan rapi.
6. Memperlakukan orang tua dengan kasih sayang dan rasa hormat.
7. Membereskan pekerjaan rumah sebelum bermain.
8. Tidak boleh makan di atas tempat tidur
9. Membuang sampah pada tempatnya.
10. Selalu meminta izin sebelum menggunakan barang orang lain.
11. Mengembalikan barang ketempat semula setelah meggunakannya.
12. Membersekan sesuatau yang berantakan agar rapi Kembali.
13. Pamit sebelum keluar dari rumah.
14. Meminta izin sebelum keluar malam atau pergi menginap.
15. Mengetuk pintu sebelum masuk kamar anggota keluarga yang lain.
16. Saling menghargai antar anggota keluarga, baik anak pada orang tua,
orang tua pada anak, ataupun sesame anak.

12
2.7 Tunawisma

Tunawisma adalah orang yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap


dan berdasarkan berbagai alasan harus tinggal di bawah kolong jembatan,
taman umum, pinggir jalan, pinggir sungai, stasiun kereta api, atau berbagai
fasilitas umum lain untuk tidur dan menjalankan kehidupan sehari-hari.
Sebagai pembatas wilayah dan milik pribadi, tunawisma sering
menggunakan lembaran kardus, lembaran seng atau aluminium, lembaran
plastik, selimut, kereta dorong pasar swalayan, atau tenda sesuai dengan
keadaan geografis dan negara tempat tunawisma berada. Untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari sering kali hidup dari belas kasihan orang lain
atau bekerja sebagai pemulung.

Sekilas tunawisma memiliki pengertian yang sama dengan


gelandangan. Sebenarnya, tunawisma adalah bagian dari gelandangan.
Gelandangan dibagi menjadi 4 golongan:

a) Tuna-karya dan tuna-wisma


Tuna-karya dan tuna-wisma adalah orang yang sama sekali tidak
mempunyai pekerjaan dan tidak bertempat tinggal yang tetap.
b) Tuna-karya dan berwisma tak layak
Tuna-karya dan berwisma tak layak adalah orang yang sama sekali
tidak mempunyai pekerjaan, tetapi mempunyai tempat tinggal tetap yang
tak layak.
c) Berkarya-tak layak dan tuna-wisma
Berkarya-tak layak dan tuna-wisma adalah orang yang mempunyai
pekerjaan yang tak layak dan tak bertempat tinggal tetap.
d) Berkarya-tak layak dan berwisma-tak layak
Berkarya tak layak dan berwisma tak layak adalah orang yang
mempunyai pekerjaan yang tak layak, dan bertempat tinggal tetap yang
tak layak.

2.7.1 Akar Penyebab Tunawisma

Tunawisma atau homelesness adalah masalah global yang terus


dihadapi hingga kini. Ada sekitar 3 juta tunawisma di Indonesia.
Indonesia rentan terhadap letusan gunung berapi, gempa bumi,
tsunami, dan bencana alam lainnya.  Ditambah dengan urbanisasi

13
yang cepat membuat jutaan orang rentan kehilangan rumah. Pada
tahun 2018, terdapat 857.500 pengungsi baru akibat bencana alam
dan kekerasan. Sekitar 25 juta keluarga tinggal di daerah kumuh
perkotaan, di sepanjang rel kereta api, tepi sungai, dan jalan
raya menurut Homeless World Cup Foundation. Berikut akar
penyebab adanya tunawisma secara umum dilansir dari human
rights careers:

1. Gaji stagnan
Sementara biaya hidup meningkat, sayangnya tidak ada
kenaikan upah. Di Amerika Serikat, upah minimum telah naik
sekitar 350% sejak tahun 1970. Indeks Harga Konsumen telah
meningkat lebih dari 480%. Hal ini membuat sulit untuk
menutupi biaya hidup sehari-hari, apalagi menghemat uang untuk
kepemilikan rumah atau keadaan darurat. Tanpa kemampuan
untuk menabung, pengeluaran tak terduga dapat menghabiskan
penghasilan seseorang. Di seluruh dunia, upah rendah membuat
orang terjebak dalam kemiskinan dan lebih rentan menjadi
tunawisma.

2. Pengangguran
Sementara upah rendah berkontribusi pada tunawisma,
pengangguran juga merupakan faktor penting. Alasan
pengangguran bervariasi dan beberapa negara memiliki tingkat
pengangguran yang lebih tinggi daripada negara lain.  Begitu
seseorang menganggur selama beberapa waktu, mereka dapat
dengan mudah menjadi tunawisma. Penelitian menunjukkan
bahwa kebanyakan orang yang tidak memiliki rumah ingin
bekerja tetapi menghadapi kendala, seperti tidak memiliki alamat
tetap.

3. Kurangnya perumahan yang terjangkau


Biaya perumahan yang tinggi adalah masalah
global. Sebuah survei global dari Lincoln Institute of Land
Policy menunjukkan bahwa dari 200 kota yang disurvei, 90%
dianggap tidak terjangkau.  Ini didasarkan pada harga rumah rata-
rata yang lebih dari tiga kali lipat pendapatan median. Tanpa
perumahan yang terjangkau, orang menemukan diri mereka
dengan lebih sedikit pilihan. Menjadi lebih sulit untuk

14
menemukan perumahan di dekat tempat kerja atau di daerah yang
aman.

4. Kurangnya perawatan kesehatan yang terjangkau


Perawatan kesehatan sangat mahal, tetapi banyak orang tidak
diasuransikan atau kurang diasuransikan. Ini berarti
menghabiskan banyak uang untuk perawatan kesehatan sambil
berjuang untuk membayar sewa, makanan, dan utilitas.  Ini juga
bisa berarti mengabaikan pemeriksaan dan prosedur rutin, yang
menyebabkan biaya medis yang lebih tinggi di masa
mendatang. Satu cedera atau kecelakaan serius dapat mendorong
seseorang atau keluarga menjadi tunawisma.

5. Kemiskinan

Dalam skala global, kemiskinan adalah salah satu akar


penyebab paling signifikan dari tunawisma. Upah yang stagnan,
pengangguran, dan biaya perumahan dan perawatan kesehatan
yang tinggi semuanya menyebabkan kemiskinan.
Ketidakmampuan untuk membeli kebutuhan pokok seperti
perumahan, makanan, pendidikan, dan lebih banyak lagi akan
meningkatkan risiko seseorang atau keluarga. Untuk mengatasi
tunawisma secara efektif, pemerintah dan organisasi
perlu mengatasi kemiskinan.

6. Kurangnya layanan perawatan kesehatan mental dan kecanduan


Hubungan dua arah antara kesehatan mental, kecanduan, dan
tunawisma jelas. Di AS, sekitar 30% orang "tunawisma kronis"
memiliki kondisi kesehatan mental.  Pada 2017, Koalisi Nasional
untuk Tunawisma menemukan bahwa 38% tunawisma
bergantung pada alkohol. 26% bergantung pada zat lain. 
Memiliki penyakit mental atau kecanduan membuat seseorang
lebih rentan menjadi tunawisma dan membuatnya lebih sulit
untuk mendapatkan tempat tinggal permanen.  Kurangnya tempat
tinggal yang stabil juga memperburuk masalah kesehatan mental
dan kecanduan. Tanpa layanan pengobatan, sangat sulit bagi
seseorang untuk memutus siklus tersebut.

7. Ketimpangan ras
Di Amerika Serikat, ras minoritas mengalami tunawisma
pada tingkat yang lebih tinggi daripada populasi kulit
putih. Menurut penelitian dari National Alliance to End

15
Homelessness dan US Department of Housing and Urban
Development, orang kulit hitam Amerika 3 kali lebih mungkin
kehilangan tempat tinggal. 
Penduduk asli Hawaii, Kepulauan Pasifik, dan Penduduk Asli
Amerika juga merupakan minoritas yang terpengaruh secara tidak
proporsional. Alasan mengapa didasarkan pada ketidaksetaraan
rasial seperti diskriminasi rasial dalam perumahan dan penahanan.

8. Kekerasan dalam rumah tangga


Wanita dan anak-anak sangat rentan terhadap tunawisma
yang dipicu kekerasan. Untuk menghindari kekerasan dalam
rumah tangga, orang akan meninggalkan rumah mereka tanpa
rencana. Jika mereka tidak punya tempat tinggal, mereka bisa
berakhir di mobil, tempat penampungan, atau jalanan. Bahkan
bagi mereka yang tinggal, dampak kekerasan dalam rumah
tangga membuat mereka lebih rentan menjadi tunawisma di masa
depan. Ini karena trauma seringkali mengarah pada masalah
kesehatan mental dan penyalahgunaan zat.

9. Konflik keluarga

Terkait erat dengan kekerasan dalam rumah tangga, konflik


keluarga juga bisa berujung pada tunawisma. Ini terutama berlaku
untuk komunitas LGBTQ +.  Keluarga dapat mengusir individu
atau membuat lingkungan rumah berbahaya. Menurut True
Colours Fund, 1,6 juta anak muda LGBTQ + menjadi tunawisma
setiap tahun. Populasi ini juga berisiko tinggi menjadi tunawisma
di usia yang lebih muda.

10. Kegagalan sistemik


Meskipun tunawisma dapat terjadi karena keadaan individu
atau keluarga, kita tidak dapat mengabaikan kegagalan
sistemik. Tunawisma terjadi ketika masyarakat gagal
mengidentifikasi dan mendukung orang yang berisiko tidak
memiliki rumah. Kegagalan di berbagai bidang seperti layanan
pemasyarakatan, layanan kesehatan, dan kesejahteraan anak
sangat umum terjadi. Kegagalan masyarakat untuk mengatasi
ketidaksetaraan ras, menaikkan upah, dan menyediakan
perumahan yang terjangkau juga berkontribusi pada tingkat
tunawisma.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Memiliki sebuah rumah adalah impian bagi setiap orang dan tentunya
juga bagi tiap pasangan suami istri. Rumah adalah tempat berkumpul
seluruh anggota keluarga dan tempat berbagi pengalaman, ilmu, dan tentu
saja tempat berbagi kasih sayang antarkeseluruhan anggota keluarga.
Rumah atau Home dari aspek geografi sangat penting bagi manusia karena
disanalah tempat bagi manusia melakukan segala aktivitas, berinteraksi
dengan sesama dan tempat kelangsungan hidup manusia sekaligus tempat
ternyaman.

3.2 Saran
Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak
kekurangan dan kesalahan. Namun kami berharap makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun dengan tangan terbuka kami terima demi kesempurnaan
makalah yang lebih baik di hari selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ani Mardatila (2021). Tunawisma Adalah Orang yang Tidak Punya Tempat
Tinggal Tetap, Ini Penyebabnya. merdeka.com, sumut.

Sitti Wardiningsih (2015). ARSITEKTUR NUSANTARA MEMPENGARUHI


BENTUK BANGUNAN YANG BERKEMBANG DI INDONESIA. Institut Sains
Dan Teknologi Nasional, Jakatra selatan.

Arya Ronald, 1997. Ciri-ciri Karya Budaya Di Balik Tatbir Keagungan Rumah
Jawa,Penerbit Universitas Atmajaya, Yogyakarta,

Frick, Heinz, 1997, Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia, Kanisius,
Yogyakarta..

18

Anda mungkin juga menyukai