Anda di halaman 1dari 135

X

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi pendidikan, baik secara

individu ataupun kelompok, sedangkan pendidikan tersebut adalah sebuah proses

budaya yang berlangsung seumur hidup yang dimulai dari lingkungan keluarga.

Hadirnya seorang anak merupakan harapan bagi setiap pasangan keluarga, ini

disebabkan kehadiran anak di dalam sebuah keluarga akan menjadi penghibur dan

kesunyian terhadap orang tuanya, anak juga merupakan salah satu faktor

mempererat hubungan sebuah keluarga, karena akan menjadikan sebuah keluarga

menjadi bahagia. Hal ini diperkuat oleh firman Allah SWT dalam Surat Al-

Furqan: 74

“Dan orang-orang yang berkata: ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada

istri-istri kami dan (keturunan) anak-anak sebagai penyenang hati kami

pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa”1

Setiap anak pertama kali dalam kehidupannya memperoleh pendidikan mulai dari
lingkungan keluarganya. Pendidikan yang diterima di dalam keluarga merupakan
dasar dari pendidikan, kemudian berlanjut ke lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Zakiah Daradjat bahwa keluarga
adalah tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak,
apabila lingkungan keluarganya baik dan menyenangkan maka anak akan tumbuh
dengan baik pula, jika sebaliknya, tentu akan menimbulkan masalah terhadap
pertumbuhan anak tersebut.2

1 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta:CV. Kathada, 2005. Hlm.
511)

2 Zakiah Dardjat, Pendidikan Islam dalam keluarga dan sekolah, (Bandung: Remaja
Rosda Karya 1998), hlm. 47
X

Pendidikan anak merupakan kewajiban dan tanggung jawab orang tua,

sebagai amanah dari Allah SWT, hal ini tidak boleh di abaikan begitu saja,

sebagaimana yang di ungkapkan oleh Al-Hamdi Mud’im bahwa anak adalah

amanat Allah SWT yang harus di emban dengan baik oleh setiap orang tuanya.

Mulai dari kecil sampai dewasa orang tua berkewajiban membimbing,

mengarahkan dan mendidik menuju pemahaman ajaran agama Islam. Sebab baik

atau tidaknya anak setelah dewasa banyak ditentukan oleh keberhasilan orang tua

membimbing semenjak anak itu masih kecil.3

Perubahan lingkungan yang serba cepat dewasa ini sebagai dampak dari

globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah

persepsi masyarakat terhadap nilai-nilai sosial, budaya, politik, ekonomi, dan tata

nilai keagamaan. Perkembangan ini, di satu sisi merupakan tantangan bagi

pembinaan pendidikan agama di sekolah, keluarga dan masyarakat, tetapi juga

menjadi ancaman yang serius terhadap kualitas keimanan dan ketakwaan dan

akhlak siswa. Karena pembinaan kualitas imtak di masa yang akan datang perlu

mendapatkan penekanan yang lebih kuat dari upaya-upaya yang telah dilakukan

sebelumnya supaya siswa tidak terbawa pada hal-hal yang negatif.

Dewasa ini ada gejala yang sangat menarik di sekolah-sekolah kota,

khususnya di tingkat MTs, gejala itu ialah tauran, mabuk-mabukan, geng

perempuan, kekerasan senior pada junior, dekadensi moral yang sudah terlihat

korban dari tindakan-tindakan tersebut, membuat orang tua dan masyarakat was-

was.

3 Ali Hamdi Muda’im, Ramalan-ramalan rasulullah SAW tentang akhir zaman, (Jakarta:
CV. Bintang pelajar, 1987), hlm.39
X

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta praktek-praktek

kehidupan politik dan ekonomi yang tidak berlandaskan moral agama telah

menyebabkan perkembangan gaya hidup (life style) materialistik dan hedonistik di

kalangan warga masyarakat. Dampak lebih jauhnya dari gaya hidup tersebut

adalah merebaknya dekadensi moral atau pelecehan nilai-nilai agama, baik di

kalangan dewasa, remaja maupun anak-anak.

Ada pengetahuan penting dari penelitian sederhana mengenai kenakalan

remaja. Orang tua remaja tidak ingin anaknya nakal, sekurang-kurangya karena

empat hal.4 Pertama, remaja nakal itu kesehatan dan fisiknya (kemungkinan juga

psikisnya) terancam. Sering mabuk dan kebut-kebutan, akan mengancam fisiknya,

ataupun over dosis obat-obatan dan rokok. Kedua, remaja nakal prestasi akademik

dan akhlaknya menurun. Ketiga, remaja nakal bila kebut-kebutan juga merugikan

orang tuanya dan orang lain, mulai dari mengganti motor orang lain hingga biaya

rumah sakit, lebih parah lagi bila ditangkap polisi, maka orang tua yang akan

menanggung seluruh biayanya. Keempat, orang tua malu bila mempunyai anak

nakal, sekalipun orang tuanya sendiri juga nakal.

Jika kenakalan remaja dipertanyakan, mengapa dan ada apa ?. jawabannya

seringkali bermuara pada kesimpulan bahwa itu disebabkan oleh kegagalan

pendidikan agama (khususnya akhlak). Itu dapat difahami, karena apabila

keberagamaan siswa baik, maka siswa tidak akan melakukan kenakalan-kenakalan

yang telah disebutkan tersebut, serta kemungkinannya akan sangat kecil.

4 Ahmad tafsir, Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam, (Bandung :


Maestro, 2008), hlm. 10
X

Jika menyalahkan agama, atau mengatakan pendidikan agama gagal atau

kurang berhasil, maka kesalahan akan ditujukan kepada guru Aqidah Akhlak dan

guru agama lainnya, namun kini persepsi itu sedikit bergeser, tidak lagi melulu

guru yang disalahkan, akan tetapi orang tua dan lingkungan juga menjadi faktor

pembentukan akhlak anak didik tersebut.

Kali ini peneliti dihadapkan pada masalah realitas yang terjadi di MTs N

Model The Hok Jambi. Disaat peneliti sedang berada di lokasi penelitian, secara

kebetulan ada fenomena yang bersinggungan dengan bahasan penelitian. Yaitu

terjadi perang mulut yang dilakoni oleh wali siswa dengan beberapa guru MTs N

Model The Hok Jambi di ruang terbuka hal ini dikarenakan siswa bersangkutan

telah menuduh salah satu teman sejawatnya telah menyembunyikan sepatu pada

suatu waktu, setelah dia mengadukan kepada wali kelas, dia juga mengadukan

kepada orang tuanya. Overaction yang terjadi, sang wali siswa beraksi terlalu jauh

dengan menemui teman-teman anaknya di kelas pada jam sekolah dan memarahi

seluruh teman kelasnya. Setelah diusut ternyata hal tuduhan tersebut tidak

beralasan karena ternyata sepatu siswa yang hilang itu tidak hilang atau dicuri

temannya akan tetapi hanya lupa meletakkannya saja. Fenomena lainnya, kasus

tentang minuman keras, yang secara kebetulan terjadi di sekitar lingkungan MTs

N Model The Hok Jambi, Pada suatu waktu dilaksanakan Sidak (Inspeksi

Mendadak) oleh pihak sekolah di tempat kosan siswa, hasilnya adalah ada

beberapa siswa yang salah satunya merupakan Siswa Kelas VIII di MTs N Model

The Hok Jambi. Fenomena lainnya masih adanya siswa yang belum lancar
X

membaca Al-Quran dan Tajwid Quran, melawan orang tuanya, kabur dari rumah

beberapa hari dan lainnya.

Untuk itu penulis memutuskan untuk meneliti tentang pola bagaimana,

bentuk-bentuk, dan pemahaman kedua komponen pendukung (dalam hal ini

difokuskan kepada guru dan orang tua) dalam mendidik akhlak siswa ditinjau

secara ekstrinsik (percontohan akhlak dua komponen yang dilakukan kepada

peserta didik) melalui intensitas ibadah siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri

Model tersebut, sebagai salah satu lembaga pendidikan yang berbasis Islam dan

terbesar di Kota Jambi, dengan judul penelitian “KERJASAMA ORANG TUA

DAN GURU DALAM MENDIDIK AKHLAK SISWA (Studi kualitatif tentang

intensitas ibadah siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model The Hok

Jambi).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan

rumusan masalah yang menjadi pokok pembahasan, dan Mengingat luasnya ruang

lingkup masalah yang terdapat pada permasalahan tersebut, maka pertanyaan

penelitian ini akan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:

1) Apa bentuk kerjasama orang tua dan guru dalam mendidik akhlak siswa di

MTs N Model The Hok Jambi ?

2) Apa tujuan kerjasama orang tua dan guru dalam mendidik akhlak siswa

MTs N Model ?

3) Apa saja yang telah diupayakan orang tua dan guru dalam mendidik

akhlak siswa di MTs N Model The Hok Jambi ?


X

4) Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi oleh pihak MTs

N Model The Hok Jambi?

5) Apa keberhasilan kerjasama guru dan orang tua dalam mendidik akhlak

siswa di MTs N Model The Hok Jambi ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat bagi penulis,

lembaga tertentu ataupun masyarakat luas, jadi tujuan penelitiannya adalah

sebagai berikut:

1) Untuk mengetahui bentuk kerjasama orang tua dan guru dalam mendidik

akhlak siswa di MTs N Model The Hok Jambi.

2) Untuk melihat dan menjelaskan tujuan kerjasama orang tua dan guru

dalam mendidik akhlak siswa MTs N Model.

3) Untuk menganalisis yang telah diupayakan orang tua dan guru dalam

mendidik akhlak siswa di MTs N Model The Hok Jambi.

4) Untuk Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat yang dihadapi

oleh pihak MTs N Model The Hok Jambi.

5) Untuk mengetahui keberhasilan kerjasama guru dan orang tua dalam

mendidik akhlak siswa di MTs N Model The Hok Jambi

D. Kegunaan Penelitian

1) Secara Akademis
X

a) Sebagai bahan masukan bagi Madrasah Tsanawiyah Negeri Model

Jambi tentang kesadaran orang tua akan pendidikan awal didalam Rumah

tangga.

b) Sebagai bahan bacaan ilmiah yang berguna dalam pendidikan

akhlak.

2) Secara Terapan

a) Sebagai salah satu bahan referensi para orang tua, dan guru untuk

melakukan upaya membangun akhlak mulia bagi generasi muda.

b) Sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan penulis

khususnya menyangkut orang tua, dan guru tentang pemahaman

mendalam mendidik akhlak siswa.

E. Kerangka Pemikiran

a) Pengertian Judul

Judul tesis ini adalah KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU DALAM

MENDIDIK AKHLAK SISWA (Studi kualitatif tentang intensitas ibadah

siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri Model The Hok Jambi). untuk

menghindari kesalah pahaman terhadap kata-kata yang dipakai dalam tesis ini,

maka penulis terlebih dahulu mengemukakan beberapa kata yang berkaitan

dengan judul tersebut:

 Kerjasama orang tua dan guru adalah suatu usaha yang

dilakukan orang tua dan guru secara beriringan tanpa ada ketidak tertiban

antara keduanya yang terencana, terarah, terkontrol, dan terus menerus

(konsisten).
X

 Akhlak adalah suatu hal yang dilakukan terus menerus secara

sadar dan tidak melalui pertimbangan mendalam, yang menetap di dalam

jiwa seseorang, kemudian berubah menjadi perbuatan dan ucapan.

 Ibadah ada dua bagian yaitu ibadah Mahdhah dan Ghairu

Mahdhah, dan yang peneliti maksud di dalam tesis ini lebih kepada ibadah

Ghairu Mahdhah. Ibadah Ghairu Mahdhah adalah ibadah yang dilakukan

manusia melalui pergaulan dan lingkungan tentu karena Allah, ibadah ini

lebih menuntut usaha manusia untuk bersentuhan langsung dengan objek

lain atas perlakuan ibadahnya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini ada 4

yaitu:

a) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang.

Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini

boleh diseleng garakan.

b) Tata laksananya tidak perlu terlalu berpola kepada contoh Rasul.

karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau

jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul

bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam

ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.

c) Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-

ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau

logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan

madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.


X

d) Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh

dilakukan.

2) Kerjasama

Menurut Mahdi bin Ibrahim kerjasama adalah; perencanaan (planning),

pengorganisasian (organising), Pengarahan (actuating), dan pengawasan

(controlling).5

1) Perencanaan (Planning)

Adalah sebuah proses awal pada setiap tindak tanduk yang akan dilakukan

oleh setiap individu manusia dewasa, karena jika tanpa perencanaan untuk

memulai suatu kegiatan, niscaya hasil dari kegiatan tersebut akan terasa

kurang mengena dan maksimal pada proses akhirnya. Dalam pendidikan

Islam lebih dikenal dengan istilah niat, kesalahan niat atau perencanaan akan

berakibat fatal bagi keberlangsungan pendidikan Islam dan hasilnya adalah

akhlak Islam yang menjadi harapan orang tua dan guru, akan sirna dan

tergantikan oleh akhlak yang tidak diharapkan. Allah Ta’ala memberikan

arahan kepada setiap orang yang beriman untuk mendesain sebuah rencana

apa yang akan dilakukan di kemudian hari, sebagaimana Firman-Nya dalam

Al-quran surah Al Hasyr : 18 yang berbunyi;

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk

5 Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan), PT Indeks, Jakarta, 2007


X

hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.6

Secara teori pendidikan Islam dalam menyusun sebuah perencanaan untuk

menumbuhkan nilai-nilai Islam yang harapan implikasinya terhadap akhlak

mulia yang di miliki siswa tersebut harus dilakukan bukan hanya mencapai

tujuan dunia semata, tapi harus jauh dari itu melampaui batas-batas target

kehidupan duniawi. Artinya tujuan kehidupan dunia dan akhirat semestinya

saling sinerji, atau seiring sejalan dan seimbang.

Mahdi bin Ibrahim7 mengemukakan bahwa ada lima poin penting untuk

keberhasilan perencanaan, yaitu;

1. Ketelitian dan kejelasan dalam bentuk tujuan

2. Ketepatan waktu dengan tujuan yang hendak dicapai

3. Keterkaitan antara fase-fase operasional rencana dengan

penanggung jawab operasional, agar mereka memahami fase tersebut

dengan tujuan yang hendak dicapai

4. Perhatian terhadap aspek-aspek amaliah ditinjau dari sisi

penerimaan masyarakat, mempertimbangkan perencanaan, kesesuaian

perencanaan dengan tim yang bertanggung jawab terhadap

operasiionalnya atau dengan mitra kerjanya, kemungkinan-

kemungkinan yang bisa dicapai, dan kesiapan perencanaan melakukan

evaluasi secara kontinyu dalam merealisasikan tujuan.

6 Qur’an surat Al-hasyr. 18

7 Mahdi bin Ibrahim, Amanah dalam manajemen, Pustaka Al Kautsar, Jakarta, 2008., h.
63
X

5. Kemampuan organisatoris penanggung jawab operasional.

2) Pengorganisasian (Organising)

Beberapa kutipan dari beberapa karya dan ahli di bidang kerjasama

khususnya tentang pengorganisasian. Menurut Terry, “pengorganisasian

merupakan kegiatan dasar dari manajemen dilaksanakan untuk mengatur

seluruh sumber-sumber yang dibutuhkan termasuk unsur manusia, sehingga

pekerjaan dapat diselesaikan dengan sukses.8

Berikutnya adalah menurut pandangan Islam “Organisasi dalam

pandangan Islam bukan semata-mata wadah, melainkan lebih menekankan

pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan secara rapi. Organisasi lebih

menekankan pada pengaturan mekanisme kerja. Dalam sebuah organisasi

tentu ada pemimpin dan bawahan.9 Sementara itu Ramayulis,10 menyatakan

bahwa pengorganisasian dalam pendidikan Islam adalah proses penentuan

struktur, aktivitas, interkasi, koordinasi, desain struktur, wewenang, tugas

secara transparan, dan jelas. Dalam lembaga pendidikan Islam, baik yang

bersifat individual, kelompok, maupun kelembagaan.

Sebuah upaya dalam kerjasama pendidikan Islam akan dapat berjalan

dengan lancar dan sesuai dengan tujuan, jika konsisten dengan prinsip-prinsip

yang mendesain perjalanan pemikiran orang tua dan guru yaitu Kebebasan,

keadilan, dan musyawarah. Jika kesemua prinsip ini dapat diaplikasikan

8 George R Terry, Prinsip-prinsip Manajemen, Bumi Aksara, Jakarta, 2006., h 73

9 Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Prkatik, Gema Insani,
Jakarta, 2003., 101

10 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, Jakarta, 2008., h. 272


X

secara konsisten dalam proses kerjasama pendidikan orang tua dan guru

dalam mendidik akhlak mulia, maka akan sangat membantu bagi masa depan

peserta didik dalam pengejawantahannya apabila orang tua dan guru saling

sinerjis.

Dari uraian di atas dapat difahami bahwa pengorganisasian merupakan

fase kedua setelah perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.

Pengorganisasian terjadi karena pekerjaan yang perlu dilaksanakan itu terlalu

berat untuk ditangani oleh satu orang saja. Dengan demikian diperlukan

tenaga bantuan dan terbentuklah suatu propaganda antaraorang tua dan guru

secaraefektif dalam mendidik akhlak mulia kepada peserta didiknya.

3) Pengarahan (Actuating)

Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada peserta didik

sehingga mereka menjadi berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju

sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.

Di dalam fungsi pengarahan terdapat empat komponen, yaitu; pengarah,

yang diberi arahan, isi pengarahan, dan metode pengarahan. Pengarah adalah

orang yang memberikan pengarahan berupa perintah, larangan, dan

bimbingan. Yang diberi arahan adalah orang yang diinginkan dapat

merealisasikan pengarahan. Isi pengarahan adalah sesuatu yang disampaikan

pengarah baik berupa perintah, larangan, maupun bimbingan. Sedangkan

metode pengarahan adalah sistem komunikasi antara pengarah dan yang

diberi arahan.
X

Dalam kerjasama manajemen pendidikan Islam, agar isi pengarahan yang

diberikan kepada orang yang diberi pengarahan dapat dilaksanakan dengan

baik maka seorang pengarah setidaknya harus memperhatikan beberapa

prinsip berikut, yaitu : Keteladanan, konsistensi, keterbukaan, kelembutan,

dan kebijakan. Isi pengarahan baik yang berupa perintah, larangan, maupun

bimbingan hendaknya tidak memberatkan, tidak dengan cara marah dan

diluar kemampuan sipenerima arahan, sebab jika hal itu terjadi maka jangan

berharap isi pengarahan itu dapat dilaksanakan dengan baik oleh sipenerima

pengarahan.

Didalam Alqur’an surat Ali Imran : 134 menjelaskan cara bersikap terhadap

peserta didik yaitu;

Artinya: (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan

mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat

kebajikan.11

Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa fungsi pengarahan dalam

manajemen pendidikan Islam adalah proses bimbingan yang didasari prinsip-

prinsip Islami kepada peserta didik, sehingga anak tersebut mau

melaksanakan perintah dan tugasnya dengan sungguh- sungguh dan

bersemangat disertai keikhlasan yang sangat mendalam.

4) Pengawasan (Controlling)

11 Qur’an, Ali Imran. 134


X

Pengawasan adalah keseluruhan upaya pengamatan pelaksanaan kegiatan

operasional guna menjamin bahwa kegiatan tersebut sesuai dengan rencana

yang telah ditetapkan sebelumnya. Bahkan Didin dan Hendri menyatakan

bahwa dalam pandangan Islam, “Pengawasan dilakukan untuk meluruskan

yang tidak lurus, mengoreksi yang salah dan membenarkan yang hak.”12

Dalam pendidikan Islam pengawasan didefinisikan sebagai proses

pemantauan yang terus menerus untuk menjamin terlaksananya perencanaan

secara konsekuen baik yang bersifat materil maupun spiritual. Menurut

Ramayulis, pengawasan dalam pendidikan Islam mempunyai karakteristik

sebagai berikut: pengawasan bersifat material dan spiritual, monitoring bukan

hanya orang tua dan guru, tetapi juga Allah Swt, menggunakan metode yang

manusiawi yang menjunjung martabat manusia. Dengan karakterisrik tersebut

dapat dipahami bahwa orang tua dan guru sebagai perenca yang akan

bertanggung jawab kepada peserta didik dan Allah sebagai pengawas yang

Maha Mengetahui. Di sisi lain pengawasan dalam konsep Islam lebih

mengutamakan menggunakan pendekatan manusiawi, pendekatan yang

dijiwai oleh nilai-nilai keislaman.13

Dari keempat komponen kerjasama di atas yang berbasis pada pendidikan

Islam maka dapat di garis bawahi bahwa apabila upaya-upaya tersebut berjalan

sebagaimana mestinya, sudah menjadi sesuatu yang mendekati kepastian,

implikasi dari akhlak mulia akan termanifestasikan di dalam pola fikir dan pola

tindak peserta didik dalam kehidupan berbangsa bernegara dan beragama.

12 Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung, Op. Cit., h 156

13 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Op. Cit., h. 274


X

F. Kajian Pustaka

Secara Teknis kajian pustaka menurut Yaya Suryana dan Tedi Priatna

adalah proses pendalaman, pengidentifikasian dan penelaahan pengetahuan yang

ada dalam kepustakaan (sumber bacaan atau hasil penelitian) yang berhubungan

dengan masalah penelitian.14 Penelusuran bahan pustaka ini diharapkan membawa

manfaat untuk memperdalam pengetahuan mengenai masalah yang akan diteliti,

kemudian dapat menegaskan kerangka pemikiran yang dijadikan landasan berfikir

peneliti setelah itu dapat mempertajam konsep-konsep yang digunakan sehingga

mempermudah peneliti untuk merumuskan masalah, sehingga peneliti dapat

menghindari terjadinya pengulangan dari suatu penelitian lain.

Dari survey sementara Penelitian ini belum ada diketemukan secara

khusus membahas tentang kerjasama orang tua dan guru dalam mendidik akhlak

mulia pada siswa walaupun ada kaitannya dengan penelitian terdahulu, antara lain

1. Kurniatin dalam tesisnya Penerapan nilai-nilai pendidikan islam dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pembelajaran agama

islam (penelitian pada fakultas sains dan teknologi UIN Bandung), Bandung

tahun 2012, membahas tentang penerapan nilai-nilai pendidikan Islam melalui

pembelajaran pendidikan Islam dalam peningkatan sumber daya manusia, tesis

ini memfokuskan pada penerapan nilai-nilai pendidikan Islam bukan

Mendidik akhlak mulia.

2. Zulkarnain dalam bukunya Transformasi Nilai-nilai Pendidikan Islam,

diterbitkan oleh Pustaka Pelajar, Yogyakarta tahun 2008. Mengkaji aspek-


14 Ibid, h. 109
X

aspek manajemen pendidikan kerjasama (manajemen) Madrasah dalam proses

transformasi nilai-nilai pendidikan Islam dan ini berorientasi lebih kepada

Link and Match pada sekolah Aliyah Negeri Bengkulu. Buku ini menitik

beratkan pada Link and Match dan tidak pada sisi mendidik akhlak mulia pada

siswa madrasah.

3. Sugiarto dalam Tesisnya Pelaksanaan Kerjasama Guru Agama dan Orang

Tua Siswa Dalam Membentuk Siswa Yang Islami (Penelitian di sekolah

Menengah Atas Negeri 1 Kuningan). Tesis ini memfokuskan masalah pada

pelaksanaan- pelaksanaan dalam membentuk siswa secara Islam.

Beberapa buku yang tercantum di atas, tidak ditemukan pembahasan yang

sama berkenaan dengan tesis yang akan penulis teliti yaitu membahas tentang

kerjasama (manajemen) orang tua dan guru dalam mendidik akhlak mulia pada

siswa madrasah.

BAB II
X

KAJIAN TEORITIK TENTANG KERJASAMA ORANG TUA DAN GURU

DALAM MENDIDIK AKHLAK SISWA

A. Kerjasama

1. Pengertian dan Urgensi Kerjasama dalam Mendidik

Di era digital yang maju sekarang ini pemikiran masyarakatpun

menjadi bertambah maju, hal ini bersinerji dengan majunya pemikiran

masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya sebagai generasi

teruji, bertepatan dengan itu merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi

sekolah dan keluarga untuk menjalin kerjasama. Kerjasama tersebut

dimaksudkan demi kelancaran pendidikan di sekolah pada umumnya, dan

untuk meningkatkan prestasi akhlak pada khususnya.

Kerjasama adalah usaha yang dilakukan oleh beberapa orang

(Lembaga, pemerintah, dsb) untuk mencapai tujuan bersama.15 Kindred Leslie

dalam bukunya school Public Relation mengemukakan pengertian kerjasama

sekolah dengan masyarakat (keluarga) sebagai berikut16 :

School Public relations is a process of communication between the school


and community for purpose of increasing citizen understanding of
educational needs and practices and encouraging intelligent citizen interest
and cooperation in the work of improving the school

Proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat merupakan

bentuk hubungan antara keduanya, maksudnya adalah untuk meningkatkan

pemahaman masyarakat tentang kebutuhan dan praktek pendidikan serta

15 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, (Jakarta : Balai Pustaka, 1996), hlm. 488

16 Hendyat Sutopo, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha


nasional, 1982), hlm. 235
X

mendorong minat dan kerjasama warganya dalam usaha memperbaiki tujuan

sekolah dan upaya mencerdaskan bangsa. Definisi ini memiliki makna ganda

karena bukan hanya untuk kepentingan sekolah, tetapi juga untuk

kepentingan masyarakat (keluarga). Jadi di dalamnya terkandung unsur saling

melengkapi.

Dengan adanya hubungan sekolah dengan masyarakat (keluarga),

sekolah dapat mengetahui sumber-sumber yang ada dalam masyarakat

(keluarga) untuk kemudian didayagunakan untuk kepentingan perubahan

pendidikan akhlak anak di sekolah. Sisi kehidupan masyarakat (keluarga)

akan ditingkatkan oleh karenanya. Masyarakat (keluarga) akan mengerti dan

memahami tujuan pendidikan, dan kebutuhan pendidikan, pelaksanaan

pendidikan, dan kemajuan pendidikan yang berlangsung di sekolahan

tersebut. Oleh karena pemahaman tersebut, masyarakat (keluarga) dapat

memberi bantuan, masukan, dan ide-ide kepada sekolah demi kemajuan

pendidikan akhlak anak-anaknya.

Adapun tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat (keluarga)

adalah sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kualitas belajar dan pemahaman anak

2. Untuk meningkatkan tujuan masyarakat dan meningkatkan kualitas

moral masyarakat (keluarga)

3. Untuk mengembangkan antusiasme masyarakat dalam membantu

kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat di sekolah.


X

Ketiga macam tujuan tersebut menggambarkan adanya dua arus

komunikasi yang saling timbal balik antara sekolah dengan masyarakat

(keluarga). Hubungan sekolah dengan masyarakat (keluarga) akan berjalan

dengan baik apabila terjadi kesepakatan antara sekolah dengan masyarakat

tentang perencanaan, program, dan strategi pelaksanaan pendidikan di

sekolah. Dengan demikian tidak ada lagi barrier atau penghalang dalam

melaksanakan program hubungan sekolah dengan masyarakat (keluarga).

Oleh karena masyarakat terdiri atas berbagai profesi, berbagai nilai dan

keyakinan, berbagai adat dan budaya, maka dalam masyarakat akan

berkembang berbagai kepentingan dan kebutuhan serta minat akan corak dan

jenis pendidikan yang diharapkannya. Oleh sebab itu kepala sekolah sebagai

pemimpin pendidikan di satu sekolah harus pandai-pandai menyusun program

yang dapat menampung berbagai aspirasi yang ada di dalam masyarakat.

2. Unsur-unsur yang terlibat dalam Kerjasama

Sumber-sumber yang dapat bekerjasama antara pihak sekolah dengan

masyarakat (adalah) adalah:

1. Sekolah

Sekolah adalah pusat pendidikan formal, ia berkembang dari

pemikiran efisiensi dan aktivitas di dalam pemberian pendidikan kepada

warga masyarakat. Lembaga-lembaga pendidikan formal atau sekolahan

adalah kelahiran dan pertumbuhannya dari dan untuk masyarakat

bersangkutan. Artinya, sekolah sebagai pusat pendidikan formal

merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban memberikan


X

pendidikan khususnya pendidikan akhlak. Haluan tersebut tercermin di

dalam falsafah dan tujuan, penjenjangan, kurikulum, pengadministrasian

dan pengelolaannya.

Fungsi pemberian pendidikan, memang bukan sepenuhnya dan

memang tidak mungkin sepenuhnya diserahkan kepada lembaga sekolah.

Sebab pengalaman belajar, bisa diperoleh di sepanjang hidup manusia,

kapanpun dan di manapun, termasuk di lingkungan keluarga dan

masyarakat itu sendiri.

Sekolah merupakan lembaga social yang tumbuh dan berkembang

dari dan untuk masyarakat oleh karena itu segala bentuk tujuan sekolah

kesemuanya mesti diarahkan kepada pembentukan corak pribadi (akhlak

mulia) dan kemampuan warga masyarakat sebagaimana yang menjadi

target atau sasaran pendidikan di masyarakat bersangkutan.

2. Orang tua Siswa

Hendaknya hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa

dijadikan hubungan yang bersifat konstruktif dengan program sekolah.

Orang tua tidak dapat terlepas sama sekali dari hubungannya dengan

sekolah. Oleh sebab itu hubungan antara keduanya dibimbing secara

intens dan ini merupakan tugas kepala sekolah serta didukung penuh oleh

semua pihak.

Dalam perencanaan hubungan antara guru, kepala sekolah dan Orang

tua ini harus didasarkan atas pengertian dan penerimaan tujuan

pendidikan. Memberikan dukungan, bantuan dan masukan kepada guru


X

dan orang tua, agar dapat melihat kebutuhan akan sebuah pengertian

untuk memperoleh kerjasama yang baik yang didasarkan pada prinsip-

prinsip demokrasi.

3. Komite Sekolah

Lembaga mandiri yang ada di sekolah ini dibentuk berdasarkan

musyawarah yang demokratis oleh Stakeholders pendidikan di tingkat

sekolah sebagai perwakilan (representasi) dari berbagai unsur yang

bertanggung jawab terhadap peningkatan kualitas proses dan hasil

pendidikan.17

Sebagai suatu lembaga mandiri, Komite Sekolah adalah lembaga

yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan

mutu, pemerataan, efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan

pendidikan, baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal.

Komite Sekolah diharapkan menjadi mitra sekolah yang dapat

menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan

kebijakan operasional dan program pendidikan. Komite Sekolah

merupakan perwujudan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.

Dengan kata lain, bahwa masyarakat tidak lagi hanya sebagai pengguna

(user) akan tetapi juga menjadi pengelola, penyelenggara dan pengontrol

mutu pendidikan di sekolah.

Tujuan umum pembentukan Komite Sekolah adalah untuk

mendukung dan membantu sekolah dalam meningkatkan layanan

17 Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, Panduan Teknis Pemberdayaan Komite


Sekolah, (2006). Hlm. 7
X

pendidikan yang bermutu bagi para siswa dan meningkatkan mutu

pendidikan di sekolah secara menyeluruh. Pada dasarnya keinginan untuk

memperbaiki dan meningkatkan mutu layanan pendidikan di sekolah

dipicu oleh kebutuhan untuk menggalakkan partisipasi masyarakat (di

dalam wadah Komite Sekolah) tersebut. Ukuran partisipasi masyarakat

diukur oleh berapa besar sumbangan yang diberikan masyarakat untuk

meningkatkan layanan pendidikan yang bermutu, baik berupa pikiran,

tenaga, maupun barang.

Sedangkan tujuan khusus dari pembentukan Komite Sekolah,

adalah;

1. Mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa

masyarakat dalam menetapkan kebijakan operasional pelaksanaan

program pendidikan di sekolah. Kesadaran dan kepedulian

masyarakat melakukan aktivitas-aktivitas untuk turut serta

mengambil keputusan, melaksanakan, dan mengevaluasi

keputusan suatu program pendidikan di sekolah secara

proporsional yang dilandasi kesepakatan.

2. Meningkatkan tanggung jawab dan peranserta masyarakat

dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Analisis

partisipasi ditujukan kepada prilaku stakeholders pendidikan yang

diperkirakan secara terus menerus dapat mewujudkan tumbuh dan

berkembangnya sekolah yang berkualitas.


X

3. Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel,

dan demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan

yang bermutu di sekolah. Tingkat pertanggungjawabannya

menyangkut bagaimana sumber daya yang diterima oleh sekolah

tersebut dimanfaatkan dalam upaya dan kegiatan untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan menentukan kualitas

penyelenggaraan sekolah yang bersangkutan.

Dasar hukum yang dijadikan sebagai acuan dalam pembentukan

Komite Sekolah adalah sebaga iberikut :

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah

3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang

Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Daerah.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

pembagian Kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Otonom.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang

standar Nasional Pendidikan.

6. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan komite Sekolah.


X

7. Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Dasar dan

Menengah Nomor 599/C/Kep/Pg/2002 tentang Tim

Pengembangan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah

Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Tugas pokok pengurus Komite Sekolah adalah :

1. Bersama pihak sekolah merumuskan dan menetapkan visi

dan misi sekolah.

2. Menyelenggarakan rapat-rapat komitte sesuai dengan

program yang telah ditetapkan.

3. Bersama pihak sekolah menyusun dan menetapkan standar

pelayanan pembelajaran dan standar hasil belajar siswa di sekolah.

4. Bersama pihak sekolah menyusun dan menetapkan rencana

strategis pengembangan sekolah.

5. Bersama pihak sekolah meyusun dan menetapkan rencana

kerja tahunan sekolah yang dirumuskan dalam Rencana Anggaran

dan Belanja Sekolah (RAPBS).

6. Membahas dan menetapkan pemberian tambahan

kesejahteraan bagi Kepala Sekolah, Guru, dan tenaga administrasi

sekolah yang berasal dari masyarakat/orang tua.

7. Bersama pihak sekolah mengembangkan prestasi unggulan,

baik yang bersifat akademis (nilai tes harian, semester, dan ujian

sekolah/ujian negara), maupun yang bersifat non akademis


X

(kegiatan keagamaan, olahraga, seni dan keterampilan) bagi

seluruh siswa sekolah.

8. Mengevaluasi pelaksanaan program sesuai dengan

kesepakatan dengan pihak sekolah, meliputi : pengawasan

penggunaan sarana dan prasarana sekolah, pengawasan keuangan

secara berkala dan berkesinambungan.

9. Mengelola dana yang bersumber dari masyarakat, berupa

uang untuk kepentingan peningkatan layanan pendidikan yang

bermutu.

10. Menampung dan menyalurkan kontribusi masyarakat yang

berupa material dan non material (tenaga, pikiran) yang diberikan

kepada sekolah.

Pengurus Komite Sekolah sesuai dengan kewenangan dan fungsinya

melakukan akuntabilitas sebagai berikut :

1) Menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program

sekolah kepada stakeholders secara periodic, baik yang

bersifat keberhasilan maupun kegagalan dalam pencapaian

tujuan dan sasaran program sekolah.

2) Menyampaikan laporan pertanggung jawaban

bantuan masyarakat baik berupa materi (dana, barang tak

bergerak dan bergerak), maupun non materi (tenaga,

pikiran) kepada masyarakat dan pemerintah setempat.

4. Siswa dan Guru


X

Siswa adalah unsur sekolah yang sangat penting dan juga guru,

tanpa ada siswa maka sekolah tidak aka nada. Dia berasal dari

lingkungan masyarakat yaitu keluarga yang memperoleh ilmu

pengetahuan dan pendidikan dari bangku sekolah dengan perantara

guru. Tugas seorang guru bukanlah sekedar menyampaikan

pengetahuan kepada anak didiknya saja, akan tetapi juga harus

memperhatikan tingkah laku, pergaulan dan segala sesuatu yang

berhubungan dengan siswa.

Dalam saat-saat tertentu guru harus mengadakan “home visi” untuk

mengetahui masalah-masalah yang dihadapi siswa demi keakraban

antara guru dengan orang tua agar pendidikan dapat berjalan dengan

baik dan dapat diharapkan hasilnya.

3. Bentuk-bentuk kerjasama sekolah dengan masyarakat

Cara untuk menggambarkan keadaan sekolah kepada masyarakat

ada beberapa cara atau metode. Dengan gambaran tersebut diharapkan

terciptanya hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.

Soekarto Indrafachrudi mengungkapkan 6 teknik kerjasama sekolah

dengan masyarakat sebagai berikut18:

1. Laporan sekolah Kepada Orang Tua Siswa

Laporan yang diberikan oleh sekolah kepada orang tua

siswa berisi tentang kemajuan anak, aktivitas di sekolah, kegiatan

sekolah dan segala sesuatu yang terjadi di sekolah sehubungan

dengan pendidikan anak. Laporan ini dilakukan sekali dalam enam


18 Hendyat Sutopo, op. cit., hlm. 246
X

bulan atau satu semester. Laporan tersebut bukan hanya berupa

data angka-angka akan tetapi menyangkut informasi yang bersifat

diagnostik. Artinya dalam laporan tersebut dicantumkan kelebihan

dan kelemahan anak, disertai dengan solusi yang kiranya dapat

dilakukan oleh orang tua dalam ikut membantu kesukaran belajar

anak.

2. Buletin Bulanan

Buletin bulanan dapat diusahakan oleh guru, staf, sekolah

dan orang tua siswa yang dapat diterbitkan satu bulan sekali.

Bahkan dapat juga melibatkan siswa, sambil memberikan latihan

dan membentuk kader dari pihak siswa.

Isi buletin ini adalah tentang kegiatan sekolah, aaartikel-

artikel guru dan murid, pengumuman-pengumuman sekolah, berita-

berita sekolah, berita-berita masyarakat yang perlu diketahui

sekolah dan lainnya.

Di samping jalur di atas, sekolah dapat juga menerbitkan

“booklet”, yaitu buku kecil yang diberikan kepada keluarga yang

anaknya sekolah di tempat itu, atau orang tua yang akan

memasukkan anaknya di sekolah itu. Isi “booklet” adalah petunjuk

cara belajar di sekolah yang bersangkutan, fasilitas sekolah,

kurikulum yang dipakai, keadaan sekolah dan sejarahnya. Pengurus

sekolah dan pengurus OSIS, kemajuan dan aktivitas sekolah selama

ini dan program kerja sekolah pada saat itu.


X

3. Penerbitan Surat Kabar

Sekolah dapat menerbitkan surat kabar sekolah, isinya

menyangkut segala aspek yang menunjang kesuksesan program

pendidikan. Artikel-artikel yang dimuat pun harus yang berkaitan

dengan dunia pendidikan sesuai dengan bidang yang dipelajari

anak didik. Berita-berita yang dibuat hendaknya berita-berita yang

memiliki nilai pendidikan.

4. Pameran Sekolah

Kegiatan ini merupakan metode yang sangat efektif untuk

memberikan gambaran sekolah dengan berbagai hasil

kreatifitasnya. Masyarakat dapat melihat secara langsung keadaan

sekolah dengan mengunjungi pameran tersebut.

Tempat penyelenggaraan pameran dapat dilakukan di dalam

aula sekolah, dan halaman sekolah atau bahkan di luar sekolah.

Barang yang dipamerkan dapat berupa hasil kreatifitas hand made

atau pun karya sastra, baik dari karya siswa, guru, hasil pertanian,

alat peraga, dan lainnya.

5. Kunjungan ke sekolah

Kunjungan orang tua siswa ke sekolah pada saat pelajaran

berlangsung yang dimaksudkan agar para orang tua murid

berkesempatan melihat anak-anaknya pada waktu mengikuti

pelajaran. Di samping itu orang tua dapat melihat kegiatan anaknya

di laboratorium, di masjid, di bengkel dan lain-lain.


X

Setelah orang tua mengadakan kunjungan ke sekolah, kemudian

diadakan diskusi untuk memecahkan masalah yang timbul menurut

pengamatan orang tua. Kunjungan ini dapat dilakukan sewaktu-

waktu, sehingga mereka dapat melihat kewajaran yang terjadi di

sekolah tersebut.

6. Kunjungan ke rumah siswa

Kunjungan ke rumah siswa dilakukan untuk melihat latar

belakang kehidupan siswa di rumah. Penerapan metode ini akan

mempererat hubungan antara sekolah dengan orang tua siswa.

Masalah-masalah yang dihadapi siswa di sekolah dapat dibicarakan

secara kekeluargaan dam persahabatan.

Kunjungan ke rumah orang tua siswa harus direncanakan

dan harus mengembangkan policy sekolah. Tidak boleh dipakai

untuk keperluan di luar kepentingan anak didik. Guru yang

berkunjung ke rumah orang tua siswa harus bersikap bijaksana,

hati-hati dan ramah terutama dalam menghadapi problema yang

dikemukakan orang tua.

Beberapa manfaat kunjungan ke rumah orang tua siswa,

antara lain :

1) Kunjungan melahirkan perasaan pada anak didik


bahwa sekolahnya selalu mengawasi dan
memperhatikannya.
2) Kunjungan tersebut memberikan kesempatan
kepada guru melihat sendiri dan mengobservasi langsung
cara anak didik belajar, latar belakang hidupnya, akhlaknya
X

kepada orang tua, dan tentang masalah-masalah yang


dihadapi anak didik dalam keluarga.
3) Guru berkesempatan untuk memberikan keterangan
kepada orang tua siswa tentang pendidikan yang baik, cara-
cara menghadapi masalah yang sedang dialami anaknya.
4) Kunjungan dapat memberikan motivasi kepada
orang tua anak didik untuk lebih terbuka dan dapat
bekerjasama dalam upaya memajukan pendidikan anaknya.
5) Guru mempunyai kesempatan untuk mengadakan
interview mengenai berbagai macam keadaan atau kejadian
tentang suatu yang ingin ia ketahui.
6) Terjadinya komunikasi dua arah tentang keadaan
anak serta saling member petunjuk antara guru dengan
orang tua.
B. Akhlak

1. Pendidikan Akhlak dalam Islam

Dalam berbagai literature tentang Akhlak dalam Islam, dijumpai

uraian tentang akhlak yang baik (al-akhlaq al-karimah) yaitu berbuat adil,

jujur, sabar, pemaaf, dermawan dan amanah, dan akhlak yang buruk (al-

akhlaq al-mazmumah) yaitu berbuat zalim, berdusta, pemarah,

pendendam, kikir dan curang.19

Beberapa akhlak yang disebutkan tersebut berasal kepada tiga

perbuatan yang utama, yaitu hikmah (bijaksana), syaja’ah (perwira atau

kesatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan maksiat).20

Ketiga macam asal akhlak ini muncul dari sikap adil, yaitu sikap

19 Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumul al-Din, jilid III, hlm. 59.

20 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta:Rajawali Pers, 2012), Ed. 1, hlm.43.


X

pertengahan atau seimbang dalam mempergunakan ketiga potensi rohaniah

yang terdapat dalam diri manusia, yaitu “aql (pemikiran) yang berpusat di

kepala, ghadab (amarah) yang berpusat di dada, dan nafsu syahwat

(dorongan seksual) yang berpusat di perut.21 Akal yang digunakan akan

menimbulkan hikmah, sedangkan amarah yang digunakan secara adil akan

menimbulkan sikap perwira, dan nafsu syahwat yang digunakan secara

adil akan menimbulkan iffah yaitu dapat memelihara diri dari perbuatan

maksiat. Dengan demikian inti akhlak pada akhirnya bermuara pada sikap

adil dalam mempergunakan potensi rohaniah yang dimiliki manusia.

Pemahaman pada sikap adil ini akan membawa kepada timbulnya teori

pertengahan, yaitu sikap ini akan menimbulkan kebijakan sebagaimana

hadis Nabi yang artinya: “Sebaik-baiknya urusan (perbuatan) adalah yang

pertengahan (HR. Ahmad).”

Pada pembahasan akhlak yang buruk atau tercela pada dasarnya

disebabkan oleh penggunaan dari ketiga potensi rohaniah yang tidak adil.

Akal yang digunakan secara berlebihan akan berdampak pada sikap licik

atau penipu; dan akal yang digunakan terlalu lemah akan menimbulkan

sikap dungu atau idiot. Dengan demikian apa yang terjadi diatas

merupakan pangkal timbulnya akhlak tercela.

Selanjutnya apabila amarah yang digunakan berlebihan akan

menimbulkan sikap pemarah bahkan membabi buta yaitu berani dengan

21 Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1983), cet.III, hlm. 17.
X

tidak lagi memikirkan baik dan buruk atas segala tindakan. Sebaliknya jika

amarah digunakan terlalu lemah akan menimbulkan sikap pengecut.

Nafsu syahwat yang digunakan secara berlebihan akan

menimbulkan sikap melacur, dan jika nafsu tersebut jika digunakan secara

lemah akan menimbulkan sikap tercela, yaitu tidak ada semangat hidup. 22

Nafsu syahwat yang digunakan secara pertengahanlah yang akan

menimbulkan sikap iffah, yaitu orang yang dapat menahan syahwat dan

farjinya dari berbuat lacur.23 (lihat Qur’an surat Al-Mu’minun, ayat 1

sampai 5).

Ada juga hadis yang menerangkan tentang orang yang akan

mendapatkan perlindungan di hari kiamat, di antaranya adalah seseorang

yang diajak berbuat serong, namun ia dapat menjaga dirinya. Yang

artinya : ” Seseorang yang diajak berbuat serong oleh wanita yang

mempunyai kecantikan dan martabat, lalu ia mengatakan bahwa aku takut

kepada Allah yang menguasai sekalian alam.” (Riwayat Bukhari).

Dengan demikian dari sikap pertengahan dalam menggunakan

akal, amarah dan nafsu syahwat menimbulkan sikap bijaksana, perwira,

dan mampu memelihara diri. Dan dari tiga sikap inilah menimbulkan

akhlak mulia.

Teori adil (pertengahan) ini bisa dikaitkan dengan berbagai sifat

Tuhan yang ada kesan saling berlawanan, yaitu sifat Tuhan yang

menunjukkan kelembutan, juga ada yang menunjukkan kekerasan. Sebagai

22 Ibid., hlm. 218

23 Abuddun Nata, Op, Cit. hlm. 47


X

contoh adalah rahman (Maha Pengasih) dan rahim (Maha Penyayang),

misalnya menunjukkan pada kelembutan Tuhan. Namun sifat jabbar

(Maha Memaksa), kohhar (Maha Mengalahkan) contohnya menunjukkan

pada kekerasan Tuhan. Kedua sifat yang saling bertolak belakang tersebut

apabila di kolaborasikan dengan sikap pertengahan, maka akan berdampak

efektif dan berguna, dengan demikian secara structural sifat-sifat Tuhan

yang lainnya berada di bawah koordinasi sifat adil. Sifat jabbar dan

kohhar akan tetap menjadi positif apabila digunakan secara seimbang dan

sesuai dengan konteks dan waktunya. Artinya sifat adil merupakan

coordinator daripada sifat-sifat lainnya.

Apabila seorang guru atau orang tua menerapkan sifat kohhar dan

jabbar pada anak didiknya, dengan konsekuensi bahwa hal itu dilakukan

dengan cukup perhitungan dan dalam rasa kasih sayang. Maka begitu pula

Allah SWT kepada hamba-Nya.

Penerapan sifat adil (pertengahan) Tuhan dalam hubungannya

dengan akhlak lebih lanjut terdapat di dalam ajaran Mu’tazilah. Aliran

teologi ini sebagai dijelaskan Mahmud Shubhi yaitu :

Mu’tazilah telah memberikan petunjuk dengan jelas, bahwa

seluruh perbuatan yang dilakukan Tuhan terhadap makhluk-Nya adalah

dalam rangka keadilan-Nya. Demikian pula menusia berhubungan dengan

Tuhan melalui pengembangan sikap adil yang dilakukannya. Manusia

yang berbuat adil adalah manusia yang meniru sifat Tuhan dan selalu

kepada-Nya.24
24 Al-Qadli Abd al-Jabbar, al-Mughni fi Abwab al-Tauhid wa al-‘Adl, Juz VI, hlm 49
X

Namun dengan serta merta dari penjelasan tentang adil di atas

masih ada kritikan dari para peneliti dibidang akhlak dalm hubungan ini

mengatakan bahwa teori tengah-tengah sebagaimana dikemukakan

Aristoteles dan diikuti Ibn Miskawaih dan para filosof akhlak lainnya tidak

sepenuhnya dapat diterima. Menurut para pengkritik, bahwa keutamaan

tidak selalu berada paa titik tengah. Keutamaan sebenarnya berada titik

yang jauhnya tidak sama dari dua sisi keburukan. Para pengkritik

memberikan contoh, bahwa sikap dermawan lebih dekat kepada sikap

boros dibandingkan dengan sikap kikir. Demikian pula sifat berani lebih

dekat kepada sifat membabi buta dibandingkan dengan sifat pengecut.

Demikian seterusnya.

Contoh lainnya keutamaan yang tidak kelihatan bahwa ia berada di

tengah-tengah antara dua keburukan, seperti jujur dan adil. Jujur tidak

memiliki pertengahan, karena tidak ada posisi pada sifat jujur dan adil.

Tidak ada setengah jujur dan setengah adil. Demikian juga sifat benar,

tidak ada setengah benar dan setengah salah. Lawan dari sifat benar

hanyalah dusta. Antara benar dan dusta tidak ada tengah-tengahnya.

Jadi terlepas dari kritik tersebut yang jelas bahwa teori pertengahan

tidak dapat menjelaskan seluruh contoh perbuatan akhlak yang baik atau

yang buruk. Teori pertengahan hanya terbatas pada akhlak yang dasarnya

adalah bersumber pada penggunaan potensi rohaniah : akal, amarah dan

nafsu syahwat yang digunakan secara pertengahan.


X

Pada dasarnya ajaran akhlak menemukan bentuknya yang

sempurna pada agama islam dengan titik pangkalnya pada Tuhan dan akal

manusia. Agama islam pada intinya mengajak manusia agar percaya

kepada Tuhan dan mengakuinya bahwa Dia-lah Pencipta, Pemilik,

Pemelihara, Pelindung, Pemberi Rahmat, Pengasih dan Penyayang

terhadap segala makhluk-Nya. Segala apa yang ada di dunia ini semua

milik Tuhan, dan diatur oleh-Nya.

Alqur’an adalah sumber utama dan mata air yang memancarkan

ajaran Islam. Hukum-hukum Islam yang mengandung serangkaian

pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan dapat

dijumpai sumber yang aslinya di dalam al-Quran.25

Amat jelas bahwa di dalam alquran terdapat banyak ayat-ayat yang

mengandung pokok aqidah keagamaan, keutamaan akhlak dan prinsip-

prinsip perbuatan.26 Perhatian ajaran Islam terhadap pembinaan akhlak ini

lebih lanjut dapat dilihat dari kandungan al-Quran yang banyak sekali

berkaitan dengan perintah untuk melakukan kebaikan, berbuat adil,

menyuruh berbuat baik dan mencegah melakukan kejahatan dan

kemungkaran. Perhatikanlah ayat-ayat di bawah ini :

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat

kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari

25 Allamah M.H. Thabathaba’I, Mengungkap Rahasia al-Quran. (terj.) A. Malik madany


dan Hamim Ilyas dari judul asli al-Quran fi al-Islam, (Bandung : Mizan, 1990), cet. III,
hlm. 21.

26 Ibid,.
X

perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran

kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.27

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun

perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami

berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan Sesungguhnya akan Kami

beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang

telah mereka kerjakan.28

Ayat-ayat tersebut di atas memberikan petunjuk dengan jelas

bahwa al-Quran sangat memperhatikan masalah pembinaan akhlak,

sekaligus menunjukkan macam-macam perbuatan yang termasuk akhlak

yang mulia. Ayat-ayat tersebut menyebutkan tentang keadilan, berbuat

kebajikan, dan member makan kepada kaum kerabat. Sedangkan pada

ayat-ayat lain di dalam al-Quran yang tidak disebutkan seluruhnya di sini,

dapat dijumpai perintah perintah beribadah kepada Allah, mengucapkan

shalawat dan salam kepada nabi, berbuat baik kepada ibu-bapak, berbuat

dan berkata sopan, menghargai pendapat orang lain, bersikap zuhud, sabar,

ikhlas, amanah, jujur, benar, tawaddu, tawakkal, ridla, qana’ah, menjaga

tarji, menghindari perbuatan sia-sia, menyebarkan keselamatan di muka

bumi, kasih sayang kepada sesama, bertolong-tolongan dalam kebaikan

dan sebagainya.

27 Quran, An-nahl., 90.

28 Ditekankan dalam ayat ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat
pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
X

2. Tanggung Jawab Orang tua dan Guru Dalam Mendidik Akhlak

Orang tua yaitu orang-orang yang bertanggung jawab mengatur

kelangsungan hidup anak. Menurut Hery Noor Aly orang tua adalah ibu

dan ayah dan masing-masing memiliki tanggung jawab yang sama dalam

pendidikan anak. Zakiyah Darajat mengatakan bahwa “orang tua adalah

Pembina pribadi utama dalam hidup anak”.29 M. Syafaat Habib

mengatakan bahwa orang tua menempati tempat pertama dan orang tualah

yang mula-mula memperkenalkan adanya Tuhan kepada anaknya,

kemudian mengajarkan shalat, puasa dan sebagainya30

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa peran orang tua

merupakan suatu kompleksitas pengharapan manusia terhadap caranya

secara individu harus bersikap sebagai orang yang memiliki tanggung

jawab dalam satu keluarga, dalam hal ini khususnya peran terhadap

anaknya sebagai pendidik, suri tauladan, orang yang kreatif, sehingga

timbul dalam diri anak semangat hidup dalam pencapaian keselerasan

hidup di dunia.

Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dikenal anak.

Hal ini disebabkan karena kedua orangtualah yang pertama mengenalkan

pendidikan, bimbingan, perhatian, dan kasih sayang kepada anaknya yang

terjalin antara kedua orang tua dan anak-anaknya. Ini merupakan basis

yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis dan nilai-nilai

sosial dan religious pada diri anak didik.

29 Zakiyah Darajat,dkk, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta:Bumi Aksara,1997)h.56

30 M.Syafat Habib, Buku Pedoman Dakwah,(Jakarta:Wijaya,1986)h.56


X

Proses peletakan dasar-dasar pendidikan di lingkungan keluarga

merupakan tonggak awal keberhasilan proses pendidikan selanjutnya, baik

secara formal maupun non formal.Demikian pula sebaliknya, kegagalan

pendidikan di rumah tangga, akan berdampak cukup besar pada

keberhasilan proses pendidikan selanjutnya. Di pundak orang tua terletak

tanggung jawab mendidik dan melindungi anak-anak dari kerugian, dan

kejahatan api neraka.31 Rumah Keluarga muslim adalah benteng utama

tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan Islam. Yang dimaksud

keluarga muslim adalah keluarga yang mendasarkan aktifitasnya pada

pembentukan keluarga yang sesuai syariat Islam. 32

Dalam pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan

oleh Allah Swt. kepada orang tuanya. Oleh karena itu harus menjaga,

memelihara, dan mendidik serta menyampaikan amanah ini kepada yang

berhak menerimanya. Karena manusia adalah milik Allah Swt. Mereka

harus menghantarkan anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri

kepada Allah.

Dengan demikian, UU nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

dalam bab IV pasal 10 menyebutkan pendidikan keluarga merupakan

bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam

keluarga dan memberikan keyakinan agama, nilai moral, dan keterampilan.

31Abdurrahman An Nahlawi,Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam,


(Bandung:VC.Diponegoro,1992) .h.196

32.Abudin Nata, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Bandung :Penerbit Angkasa


Bandung, 2003)h.213
X

Oleh karena itu Allah menyebutkan dalam surat At-Tahrim ayat 6 sebagai

berikut :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya

malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah

terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu

mengerjakan apa yang diperintahkan.”33 (QS. At Tahrim:6)

Maksud ayat ini adalah setiap orang yang beriman harus

melakukan self education dan melakukan pendidikan terhadap anggota

keluarganya untuk menaati Allah dan Rasul-Nya. Sesuatu hal yang

mustahil dalam pandangan Islam, bila seseorang yang tidak berhasil

mendidik diri sendiri akan dapat melakukan pendidikan kepada orang lain.

Oleh karena itu meyelamatkan orang lain harus lebih dulu menyelamatkan

dirinya dari api neraka. Tidak ada seseorang yang tenggelam yang mampu

menyelamatkan orang lain yang sama-sama tenggelam.34

1. Fungsi orang tua terhadap anak

Fungsi orang tua terhadap anak tidak terlepas dari pembicaraan

tentang keluarga. Keluarga dibentuk untuk reproduksi keturunan, ini

merupakan tugas suci agama yang dibebankan kepada manusia sebagai

transmisi pertama melalui fisik.

33 Qur’an, At-tahriim. 6

34 Abudin Nata, Op. cit., h.214


X

Keluarga sebuah tatanan fitrah yang Allah tetapkan bagi manusia.

Bahkan para Rasul dan Nabi Allah pun mejalani keluarga. Hal itu

membuktikan bahwa keluarga sebuah institusi yang suci, mengandung

hikmah dan misi ilahiyah secara abadi. Seperti termaktub dalam surat al

A’raf ayat 189:

“Dia menciptakan isterinya, agar Dia merasa senang kepadanya. Maka

setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan,

dan teruslah Dia merasa ringan (Beberapa waktu). kemudian tatkala Dia

merasa berat, keduanya (suami-isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya

seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi Kami anak yang

saleh, tentulah Kami termasuk orang-orang yang bersyukur".35

Perjalanan selanjutnya mengharuskan ia bertanggung jawab dalam

memantau perkembangan dalam tindak tanduknya, sikapnya harus selalu

di bimbing oleh orang tua, seperti pembiasaan berbuat mandiri, menjaga

kebersihan, permainan yang sehat dan makanan yang bergizi serta halal.

Lebih jauh keluarga mengharuskan ia menyelenggarakan sosialisasi,

memberikan arah pendidikan, pengisian jiwa. yang baik dan bimbingan

kejiwaan.Pewarisan nilai kemanusiaan (minimal di kemudian hari dapat

menciptakan manusia damai, anak shalih yang suka mendoakan orang tua

secara teratur, yang mengembangkan kesejahteraan sosial ekonomi umat

manusia yang mampu menjaga dan melaksanakan hak azasi kemanusiaan

35 Qur’an, Al-A’raf. 189


X

yang adil dan beradab serta mampu menjaga kualitas dan moralitas

lingkungan hidup.36

Keluarga memiliki tujuan dan fungsi utama. Diantaranya adalah:

1) Pemeliharaan dan kesinambungan suku bangsa

2) Perlindungan moral

3) Stabilitas psiko-emosional (cinta dan kebijakan)

4) Sosialisasi dan orientasi nilai

5) Keterjaminan sosial dan ekonomi

6) Memperluas ikatan keluarga dan membantu kesatuan sosial dalam

masyarakat, dan

7) Dorongan untuk berusaha dan berkorban37

2. Peran orang tua terhadap anak

Secara umum orang tua mempunyai tiga peranan terhadap anak:

1) Merawat fisik anak, agar ia tumbuh kembang dengan sehat

2) Proses sosialisasi anak, agar ia belajar menyesuaikan diri terhadap

lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat dan kebudayaan)

3) Kesejahteraan psikologis dan emosional anak

Dalam kehidupan dunia modern seperti sekarang ini, terlihat

adanya orang yang begitu memperhatikan perannya masing-masing.

Dengan meningkatnya teknologi dan pendidikan membuka luas

kesempatan kepada wanita untuk mendapatkan profesi seperti juga kaum

36 Ramayulis, dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta:Kalam Mulia,


2001)h.5

37 Muhammad Thalib, Ensiklopedi Keluarga Sakinah, (Jakarta:Kalam Mulia, 2001)h.6


X

lelaki.Sehingga banyak terbukti istri/ibu yang bekerja penuh di luar rumah.

Ini berpengaruh terhadap peran-peran yang lain. Yang jelas bahwa jika

peran dari salah satu anggota keluarga dalam hal ini ayah dan ibu berubah,

maka akan berubah pula peran dari masing-masing.

Peran orang tua sebagai pendidik berkewajiban melakukan dua langkah,

yaitu:

1) Membiasakan anak untuk mengingat kebesaran dan nikmat Allah,

serta semangat mencari dalil dalam meng-esakan Allah melalui tanda-

tanda kebesaran-Nya.

2) Membiasakan anak-anak untuk mewaspadai penyimpangan-

penyimpangan yang kerap membiasakan dampak negative terhadap

anak38

Setelah fasilitas tersedia, yang diperlukan berikutnya adalah pembentukan

budaya ilmiah dalam rumah. Maksudnya pembentukan prilakku dan

pembiasaan dari anggota keluarga yang menunjang visi pendidikan. Beberapa

diantaranya sebagai berikut:

a) Budaya Islami

b) Budaya belajar

c) Budaya jam baca

d) Gairah cerita

e) Gairah rasa ingin tahu

38 Abudin Nata, Loc, Cit., h.215


X

Langkah-langkah dalam mendukung perkembangan pendidikan anak

Beberapa langkah yang dapat dilakukan orang tua dalam mendukung

perkembangan belajar anak antara lain:

1) Memahami cara belajar anak

2) Memahami fitrah anak

3) Pendekatan metode

Sebagai realisasi tanggung jawab orang tua dalam mendidik anak,

langkah-langkah tersebut harus dibarengi dengan perhatian orang tua terhadap

segala aspek yang penting, yaitu:

1) Pendidikan ibadah

2) Pokok-pokok ajaran Islam dan membaca al Quran

3) Pendidikan akhlakul karimah dan

4) Pendidikan akidah Islamiyah39

Keempat aspek inilah yang menjadi tiang utama dalam pendidikan Islam.

Menurut Abdullah Ulwan dalam bukunya Tarbiyah al Aulad Fi al Islam

(pendidikan anak dalam Islam) beliau merinci pendidikan anak sebagai berikut:

1. Pendidikan keimanan, antara lain menanamkan tauhid kepada

Allah dan kecintaan kepada Rasulullah Saw., mengajarkan hukum halal

dan haram, membiasakan untuk beribadah sejak usia 7 tahun dan

mendorong untuk suka membaca al Quran

2. Pendidikan akhlak antara lain menanamkan sifat-sifat terpuji dan

menghindari sifat-sifat tercela

39 Ibid.
X

3. Pendidikan jasmani, antara lain memperhatikan gizi anak,

melatihnya berolah raga,dan mengajarkan cara-cara hidup sehat.

4. Pendidikan intelekual, antara lain mengajarkan ilmu pengetahuan

dan memberi kesempatan untuk menununtut ilmu seluas dan setinggi

mungkin

5. Pendidikan psikis, antara lain menghilangkan gejala-gejala

penakut, rendah diri, malu-malu dan dengki serta bersikap adil terhadap

anak

6. Pendidikan sosial, antara lain menanamkan penghargaan dan etika

(sopan santun) terhadap orang lain, orang tua, tetangga, guru, dan teman

7. Pendidikan seksual, antara lain membiasakan agar anak selalu

meminta izin ketika memasuki kamar orang tua, dan menghindarkan dari

hal-hal yang berbau pornografi40

2) Tanggung jawab guru

Konteks pendidikan Islam “pendidik” istilah didalam bahasa arab

sering disebut dengan murabbi, muallim, muaddib, mudarris, dan mursyid.

Secara istilah yang dipakai dalam pendidikan Islam, kelima istilah ini

mempunyai ranah tersendiri dan mempunyai job description (tugasnya

tersendiri). Di samping itu, istilah pendidik kadang kala disebut melalui

gelarnya, seperti istilah “al Ustadz dan asy Syaikh”.41

Murabbi adalah orang yang mendidik dan menyiapkan peserta

didik agar mampu berkreasi serta mampu mengatur dan memelihara hasil

40 Hary Noor Aly, Imu Pendidikan….h.89

41 Muhaimin, dan Abd. Mujib, Pemikiran pendidikan Islam,kajian filosofik….h.167


X

kreasinya untuk tidak menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat

dan alam sekitarnya. Muallim adalah orang yang menguasai ilmu

pengetahuan dan mampu mengembangkannya serta menjelaskan fungsinya

dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya.

Mu’addib adalah orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk

bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas di masa

depan. Mudarris adalah orang yang memiliki kepekaan intelektual dan

informasi serta memperbaharui pengetahuan dan keahliannya secara

berkelanjutan, dan berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas

kebodohan mereka, serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat

dan kemampuannya. Mursyid adalah orang yang mampu menjadi model

atau sentral identifikasi diri atau menjadi pusat panutan, teladan dan

konsultan bagi peserta didiknya.

Sebagaimana teori taksonomi bloom, pendidik dalam Islam adalah

orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik

dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik

potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi psikomotorik.42

Pendidik yang pertama dan utama adalah orang tua sendiri yang

bertanggung jawab secara penuh atas kemajuan perkembangan anak

kandungnya, karena sukses anaknya merupakan sukses orang tua juga.

Karena itu tuntutan orang tua semakin banyak, anaknya diserahkan pada

lembaga sekolah sehingga definisi pendidik disini adalah mereka yang

42 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam,(Bandung:Remaja


Rosdakarya,1992)h.74-75
X

memberikan pelajaran anak didik, yang memegang suatu mata pelajaran

tertentu di sekolah.43 Penyerahan anak didik ke lembaga sekolah bukan

berarti orang tua lepas tanggung jawabnya sebagai pendidik yang pertama

dan utama, tetapi orang tua masih mempunyai tanggung jawab dalam

membina dan mendidik anak kandungnya.44 “Al Ghazali menukil beberapa

hadits tentang keutamaan seorang pendidik. dan berkesimpulan bahwa

pendidik disebut sebagai orang besar yang aktivitasnya lebih baik daripada

ibadah setahun.(perhatikan QS. at Taubah:122)

Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali

kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.45

Selanjutnya al Ghazali menukil dari perkataan ulama yang

menyatakan bahwa pendidik merupakan pelita segala zaman, orang yang

hidup semasa dengannya akan memperoleh pancaran cahaya

keilmiahannya.Andai kata dunia tidak ada pendidik, niscaya manusia

seperti hewan sebab pendidikan adalah upaya mengeluarkan manusia dari

sifat kebinatangan menjadi saifat ilahiyah.”

43 Ibid, hlm.75

44 Muhaimin, dan. Abd. Mujib, Op. Cit., hlm.168

45 Qur’an, At-Taubah, 122


X

Dukungan masyarakat terhadap peningkatan mutu pendidikan

melibatkan peran serta tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama, dunia

usaha dan dunia industri, serta kelembagaan sosial budaya. Penyertaan

mereka dalam kerjasama sekolah hendaknya dilakukan secara integral,

sinergis, dan efektif, dengan memperhatikan keterbukaan untuk

menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab masyarakat dalam

meningkatkan mutu pendidikan dan nilai-nilai Islami.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak

Menjelaskan factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak

pada khususnya dan pendidikan pada umumnya, ada tiga yang sudah

sangat populer. Pertama aliran Nativisme. Kedua, aliran Empirisme dan

Ketiga, aliran konvergensi.

Dalam aliran nativisme faktor yang paling berpengaruh terhadap

pembentukan akhlak seseorang adalah faktor pembawaan dari dalam yang

bentuknya bisa berupa kecenderungan, bakat, akal, dan lain-lain. Jika

seseorang sudah memiliki pembawaan kepada yang baik, maka dengan

sendirinya seseorang tersebut akan menjadi baik.

Aliran ini sangat yakin terhadap potensi jiwa yang ada dalam diri

manusia, dan hal ini kelihatan sangat erat kaitannya dengan pendapat

aliran intuisisme dalam hal penentuan baik dan buruk sebagaimana telah

diuraikan di atas. Aliran ini seperti kurang menghargai atau kurang

memperhitungkan peran pendidikan dan pembinaan.


X

Selain itu menurut aliran empirisme bahwa faktor yang paling

berpengaruh pada pembentukan diri seseorang adalah faktor dari luar,

yaitu lingkungan sosial, termasuk pembinaan dan pendidikan yang

diberikan. Jika pendidikan dan pembinaan yang diberikan kepada anak itu

bernilai baik, maka baiklah anak itu. Demikian jika sebaliknya. Aliran ini

kelihatan lebih percaya kepada peranan yang dilakukan oleh dunia

pendidikan dan pengajaran.

Dalam hal ini aliran konvergensi berpendapat pembentukan akhlak

dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu pembawaan seseorang, dan faktor

dari luar yakni pendidikan dan pembinaan yang dibuat secara khusus, atau

melalui interaksi dalam lingkungan sosial. Fitrah dan kecenderungan ke

arah yang baik yang ada di dalam diri manusia dibina secara intensif

melalui berbagai metode.46

Aliran konvergensi ini cocok dan sesuai dengan ajaran Islam. Hal ini

dibuktikan ayat di bawah ini :

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak

mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.47

Ayat di atas tersebut memberikan petunjuk bahwa manusia memiliki

potensi untuk dididik, yaitu penglihatan, pendengaran dan hati nurani.

Potensi tersebut harus disyukuri dengan cara mengisinya dengan ajaran

46 H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1991), cet.I, hlm 113

47 Quran, An-Nahl, 78.


X

dan pendidikan. Hal ini sesuai pula dengan yang dilakukan Luqmanul

Hakim kepada anaknya sebagaimana terlihat pada ayat yang berbunyi :

Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu

mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah

benar-benar kezaliman yang besar".

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang

bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.48 bersyukurlah

kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah

kembalimu.49

Ayat di atas selain menggambarkan tentang pelaksanaan

pendidikan yang dilakukan Luqmanul Hakim, juga berisi materi pelajaran,

dan yang utama di antaranya adalah pendidikan tauhid atau keimanan,

karena keimananlah yang menjadi salah satu dasar pokok yang kokoh bagi

pembentukan akhlak. Aliran konvergensi ini sesuai dan sejalan dengan

hadis nabi yang artinya :

Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah (rasa ketuhanan dan

kecenderungan kepada kebaikan dan kebenaran), maka kedua orang

48 Maksudnya: Selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun.

49 Quran, Luqman, 13-14.


X

tuanyalah yang akan membentuk anak itu menjadi Yahudi, Nasrani atau

Majusi.50

Ayat dan hadis tersebut di atas selain menggambarkan adanya teori

konvergensi juga menunjukkan dengan jelas bahwa pelaksana utama

dalam pendidikan adalah kedua orang tua. Itulah sebabnya orang tua,

khusunya ibu mendapat gelar sebagai madrasah, yaitu tempat

berlangsungnya kegiatan pendidikan. Dan di hadis Nabi lainnya banyak

dijumpai anjuran agar orang tua membina anaknya. Misalnya hadis berikut

yang artinya :

Didiklah anakmu sekalian dengan tiga perkara : mencintai nabimu,

mencintai keluarganya dan mambaca al-Quran, karena orang yang

membawa (hafal) al-Quran akan berada di bawah lindungan Allah, di

hari tidak ada perlindungan kecuali perlindungan-Nya, bersama para

nabi dan kekasihnya.51

Selain itu ajaran Islam juga sudah memberi petunjuk yang lengkap

kepada kedua orang tua dalam pembinaan anak ini. Petunjuk tersebut

misalnya dimulai dengan cara mencari calon atau pasangan hidup yang

beragama, banyak beribadah pada saat seorang ibu sedang mengandung

anaknya, mengazani pada kuping kanan dan iqomat di sebelah kiri, pada

saat anak tersebut lahir ke dunia, memberikan makanan madu sebagai

isyarat perlunya makanan yang bersih dan halal, mencukur rambut dan

50 Shahih Bukhari, Bab Jenazah , no. 1271

51 Lihat Ahmad al-Hasyimi Bek, Mukhtar al-Ahadits al-Nabawiyah, (Mesir : al-Mak


abah al-Tijariyah al-kubra, 1948), cet. VI, hlm. 9.
X

mengkhitankannya sebagai lambang suka pada kebersihan, memotong

aqiqah sebagai syarat menerima kehadirannya, member nama yang baik,

mengajarkan membaca al-Quran, beribadah terutama shalat lima waktu

pada saat anak mulai masuk usia tujuh tahun, mengajarkan cara bekerja di

dalam rumah tangga, dan mengawinkannya pada saat dewasa.52 Hal ini

memberi petunjuk tentang perlunya pendidikan keagamaan, sebelum anak

mendapatkan pendidikan lainnya. Abdullah Nashih Ulwan mengatakan,

pendidikan sejatinya memperhatikan anak dari segi muraqabah Allah

SWT, yaitu dengan menjadikan anak merasa bahwa Allah SWT selamanya

mendengar bisikan dan pembicaraannya, melihat gerak-geriknya,

mengetahui apapun yang dirahasiakan dan dibisikkan, mengetahui

pengkhianatan mata dan apa yang disembunyikan hati.53

Jika pendidikan di atas penekanannya lebih pada bidang akhlak dan

kepribadian Muslim, maka untuk pendidikan bidang intelektual dan

keterampilan dilakukan di sekolah, bengkel –bengkel kerja, tempa-tempat

kursus dan kegiatan lainnya yang dilakukan baik oleh pemerintah ataupun

masyarakat.

Dengan demikian faktor yang mempengaruhi pembinaan akhlak pada

anak ada dua macam, yaitu faktor yang ada dari dalam seperti potensi

fisik, intelektual dan hati (rohaniah) yang dibawa si anak dari sejak lahir,
52 Petunjuk tentang pendidikan pada anak tersebut dapat dipahami dari berbagai hadis
Rasulullah SAW., dan telah dibukukan oleh Ibn Qayyim al-Jauziyah dalam judul
Tarbiyah al-Aulad, dan juga Abdullah Nasyih Ulwan dalam judul Tarbiyah al-Ulad fi al-
Islam, (Semarang: Asy-Syifa’, 1981), cet.I, hlm. 143; H.M.Arifin, Filsafat Pendidikan
Islam, (Jakarta; Bumi Aksara, 1994), cet.IV, hlm. 60.

53 Abdullah Nashih Ulwan, Ibid., hlm. 143.


X

dan faktor dari luar yang dalam hal ini adalah orang tua yang ada di

rumah, guru di sekolah, dan tokoh-tokoh serta pemimpin di masyarakat.

Melalui kerjasama yang baik antara tiga lembaga pendidikan tersebut,

maka aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan) dan

psikomotorik (pengamalan) ajaran yang diberikan akan terbentuk pada diri

anak. Selanjutnya ini menjadikan manusia menjadi sebenar-sebenarnya

manusia.

4. Tantangan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga dan Sekolah.

Berkaitan dengan ”Revolusi Teknologi” dengan meningkatkan

control semua pihak pada materi, ruang dan waktu, menimbulkan evolusi

ekonomi, gaya hidup, pola piker dan sistem rujukan. Dalam kaitan ini

terdapat tiga keadaan dalam mensikapi revolusi industri. Yaitu kelompok

yang optimis, pesimis dan pertengahan antara keduanya. Bagi kelompok

yang optimis kehadiran revolusi teknologi justru menguntungkan, seperti

yang diperlihatkan Ziauddin Sardar. Menurutnya revolusi informasi yang

saat ini sedang dijajakan sebagai suatu rahmat yang berkah bagi manusia.

Penjajanya yang agresif di televisi, surat-surat kabar, dan majalah-majalah.

Pada lingkungan-lingkungan yang terpelajar, yaitu di dalam jurnal-jurnal

penelitian dan buku-buku akademis, disebutkan bahwa revolusi informasi

akan menyebabkan timbulnya desentralisasi, dan karenanya akan

melahirkan masyarakat yang demokratis-telah meningkatkan keragaman

budaya melalui penyediaan informasi yang menyeluruh yang sesuai

dengan keragaman selera dan kemampuan ekonomi, memberi orang


X

kesempatan untuk mengembangkan kecakapan-kecakapan baru,

meningkatkan produksi, dan dengan demikian menciptakan kemakmuran

untuk semua lapisan masyarakat.54

Sementara itu bagi kelompok yang pesimis memandang kemajuan

di bidang teknologi akan memberikan dampak yang negatif, karena hanya

memberikan kesempatan dan peluang kepada orang-orang yang dapat

bersaing saja, yaitu orang yang memiliki kekuasaan, ekonomi,

kesempatan, kecerdasan dan lain-lain. Sementara bagi mereka yang

terbelakang tetap semakin terbelakang. Penggunaan teknologi di bidang

pertanian misalnya akan menyebabkan keuntungan bagi petani yang

memiliki modal saja, sedangkan bagi yang tidak memiliki modal semakin

menghadapi masalah yang serius. Lapangan kerja yang selama ini banyak

menyerap tenaga kerja, sudah mulai ditangani oleh teknologi yang hemat

tenaga kerja, akibatnya terjadilah pengangguran.

Teknoloagi juga akan berbahaya jika berada di tangan orang yang

secara mental dan keyakinan agama belum siap. Mereka dapat

menyalahgunakan teknologi untuk tujuan-tujuan yang destruktif dan

mengkhawatirkan. Penggunaan teknologi kontrasepsi misalnya dapat

menyebabkan orang dengan mudah dapat melakukan hubungan seksual

tanpa harus takut hamil atau berdosa. Demikian juga kemajuan di bidang

teknologi farmasi atau obat-obatan dapat menyebabkan diciptakannya

berbagai bentuk obat yang membahayakan dengan versi yang berlainan

54 Astrid S. Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, (Bandung; Bina Cipta,
1979), cet.II, hlm. 178.
X

dan dapat diperoleh dengan cara-cara yang mudah. Selanjutnya kemajuan

di bidang teknologi rekayasa genetika, sebagai contoh adalah bayi tabung,

dapat mendorong manusia memproduksi manusia untuk dijualbelikan

sebagaimana menjual buah-buahan, atau binatang.

Dalam kemajuan teknologi lainnya seperti persenjataan, bukan

rahasia lagi bahwa senjata teknologi nuklir merupakan akibat dari

kemajuan teknologi tesebut. Sedangkan dampak dari teknologi nuklir

sangat berbahaya jika disalah gunakan.

Banyak Negara yang sudah memiliki senjata bio-kimia seperti

virus, sebagai dampaknya dapat mengubah sebuah kota ramai menjadi

kumpulan bangkai, atau spesies baru yang dapat menghancurkan ribuan

hektar padi dalam sehari. Atau mencampurkan 500 gram LSD 25 dalam

pusat air minum, yang akan mengakibatkan seluruh penduduk menjadi

gila.55

Kemajuan di bidang komunikasi seperti Gadget, Smartphone,

Laptop, dan mudahnya akses internet. Membuka peluang bagi setiap orang

untuk melakukan kejahatannya dalam bentuk yang sangat mudah dan

canggih. Akses peredaran narkoba, saling bertukar informasi, maraknya

video porno yang mudah di akses atau di dapatkan melalui jaringan

internet secara gratis maupun berbayar, adalah merupakan dampak negatif

kemajuan teknologi komunikasi.

Setelah menjabarkan kekhawatiran dari dampak teknologi ini,

maka kaum yang pesimistis ini mengajukan pertanyaan :apakah boleh


55 Jalaluddin Rahmat, Islam Alternatif, (Bandung: Mizan, 1991), cet.IV, hlm. 157.
X

ilmu pengetahuan dan teknologi yang netral itu terus di kembangkan ?

bukankah lebih baik dibatasi penggunaannya, sampai masyarakat benar-

benar siap menerimanya?, dan kapan datangnya saat manusia itu siap

menerima kehadiran iptek tampaknya perlu dipersiapkan.

Sementara itu ada permasalahn baru lainnya yang mengemuka.

Saat ini para ilmuan sosial telah mencapai suatu teknik pengendalian

manusia melalui teori motivasi, proses persuasi, dan ketaksadaran

manusia. Pengetahuan mereka telah dimanfaatkan oleh produsen untuk

menyeret jutaan manusia ke dalam pola hidup yang konsumtif serta

irasional, menuju apa yang disebut oleh Reinhold Neibuhr sebagai

perbudakan proses produksi.56

Dilain itu pihak kelompok yang mengambil sikap antara pesimis

dan optimis terhadap kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan

mengatakan, bahwa iptek itu positif atau membahayakan apabila dilakoni

oleh pengangguran, inflasi dan pertumbuhan, itu tergantung pada cara

pengelolaannya, tanpa harus ditangguhkan, dan demi kepentingan

kerjasama dan perdamaian. Dalam kaitan ini menarik sekali apa yang

dikemukakan oleh sosiolog Perancis Jacques Ellul yang mengatakan

bahwa kemajuan dalam bidang teknologi akan memberi pengaruh sebagai

berikut :

1) Semua kemajuan teknologi menuntut pengorbanan,

yakni, dari satu sisi teknologi member nilai tambah, tapi

pada sisi lain dapat mengurangi.


56 Ibid., hlm. 157.
X

2) Nilai-nilai manusia yang tradisional, harus

dikorbankan demi efisiensi.

3) Semua kemajuan teknologi lebih banyak

menimbulkan masalah dibandingkan memecahkannya.

4) Efek negatif teknologi tidak dapat dipisahkan dari

efek positifnya. Teknologi tidak pernah netral. Efek negatif

dan positif terjadi bersamaan dan tidak terpisahkan.

5) Semua penemuan teknologi mempunyai efek yang

tak terduga.

Sikap manakah dari tiga sikap yang dikemukakan di atas itu yang

akan dipilih, tampaknya sangat bergantung kepada cara pandang dan

sistem nilai yang dianut oleh masyarakat yang adil terhadap berbagai

masalah, akan lebih bijak jika sikap pertangahan yang dipilih, yaitu sikap

yang dari satu sisi mau menerima dan memanfaatkan kemajuan di bidang

iptek, sedangkan pada sisi lain kita berusaha menjaga agar iptek tidak

disalahgunakan, semua tergantung kepada mental dan kepribadian umat

manusia, sesuai proses pembentukan kepribadian masing-masing.

Penggunaan iptek modern yang demikian itu masih lebih banyak

dikendalikan oleh orang-orang yang secara moral kurang dapat

dipertanggungjawabkan. Sikap hidup yang mengutamakan materi

(materialistik), memperturutkan kesenangan dan kelezatan syahwat

(hedonistik), ingin menguasai semua aspek kehidupan (totaliteristik),

hanya percaya pada rumus-rumus empiris saja, serta paham hidup


X

positivistis yang bertumpu pada kemampuan akal pikiran manusia saja. Di

tangan mereka yang berjiwa dan bermental demikian itu ilmu dan

teknologi modern akan menjadi sangat mengkhawatirkan. Mereka akan

menjadi penyebab kerusakan di darat dan di laut sebagaimana

terefleksikan dalam al-Quran berikut :

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena

perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka

sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke

jalan yang benar)”.57

Dari sikap mental yang demikian itu kehadiran ilmu pengetahuan

dam teknologi telah melahirkan sejumlah problematika masyarakat

modern sebagai berikut :

1. Desintegrasi Ilmu Pengetahuan

Kehidupan modern diantaranya ditandai oleh adanya spesialisasi di

bidang ilmu pengetahuan. Masing-masing ilmu pengetahuan memiliki

paradigma (cara pandang)nya sendiri dalam memecahkan masalah yang

dihadapi. Jika seseorang menghadapi masalah kemudian misalnya ia

pergi kepada kaum teolog, ilmuwan, politisi, sosiologi, ahli biologi,

psikologi, etnologi dan ekonom, ia akan memberikan jawaban yang

berbeda-beda dan terkadang saling bertolak belakang. Hal ini akan

membingungkan manusia pada akhirnya.

57 Quran, Al-Ruum : ayat 41.


X

Terjadinya kepingan-kepingan ilmu yang mengarah pada

spesialisasi, sehingga jika semuanya berjalan sendiri-sendiri tanpa ada

tali pengikat dan penunjuk jalan yang menguasai semuanya, yang

terjadi adalah kian jauhnya manusia dari pengetahuan (kearifan) akan

kesatuan alam. Lebih dari itu, penggalian disiplin di atas bisa jadi malah

mendatangkan benturan-benturan antara yang satu dan lainnya.

Mengapa hal demikian bisa terjadi ? jawabnya adalah karena mereka

telah menjeratkan dirinya pada rasionalitas teknologis secara absolut,

netral nilai keagamaan tetapi sarat nafsu penaklukan. Perkembangan

semacam ini diisyaratkan oleh Nashr sebagai manusia modern yang

memang tangannya dalam kobaran api tetapi dirinya sendiri yang

menyalakannya ketika ia mengizinkan dirinya untuk melupakan siapa

dia sesungguhnya.58

2. Terpecahnya Kepribadian

Kehidupan manusia modern dipolakan oleh ilmu pengetahuan

yang coraknya kering nilai-nilai spiritual dan terkotak-kotak adalah

penyebabnya, maka manusianya menjadi pribadi yang terpecah (Split

Personality). Kehidupan manusia modern diatur menurut rumus ilmu

yang eksak dan kering. Akibatnya kini tengah menggelinding proses

hilangnya kekayaan rohaniyah, karena dibiarkannya perluasan ilmu-

ilmu positif (Ilmu yang hanya berbicara fakta empirik, objektif, rasional

dan terbatas) dan ilmu-ilmu sosial. Ini sama sekali bukan meremehkan
58 Komaruddin Hidayat, Upaya Pembebasan manusia : Tinjauan Sufistik Terhadap
Manusia Modern manuerut Nashr, dalam Dawam Rahardjo (ed) Insan kamil Konsepsi
Manusia Menurut Islam (Jakarta : Grafiti Pers, 1987), cet.II, hlm. 191.
X

atau tidak menghargai jasa yang diberikan ilmu pengetahuan eksak dan

sosial, akan tetapi yang diinginkan agar ilmu-ilmu tersebut

diintegrasikan satu dan lainnya melalui tali pengikat, yaitu ajaran agama

dari Tuhan, sehingga seluruh ilmu itu diarahkan pada tujuan kemuliaan

manusia, mengabdikan dirinya pada Tuhan, berakhlak mulia dan

seterusnya.

Jika proses keilmuan yang berkembang itu tidak berada di bawah

kendali agama, maka proses kehancuran pribadi manusia akan terus

berjalan. Dengan berlangsungnya proses tersebut, semua kekuatan yang

lebih tinggi untuk mempertinggi derajat kehidupan manusia menjadi

hilang, sehingga bukan hanya kehidupan kita yang mengalami

kemerosotan, tetapi juga kecerdasan dan moral kita.

3. Penyalahgunaan Iptek

Sebagai akibat dari terlepasnya ilmu pengetahuan dan teknologi

dari ikatan spiritual, maka iptek telah disalahgunakan dengan segala

implikasi negatifnya sebagaimana disebutkan di atas. Kemampuan

membuat senjata telah diarahkan untuk tujuan penjajahan satu bangsa

atau bangsa lain, subversi dan lain sebagainya. Kemampuan di bidang

rekayasa genetika diarahkan untuk tujuan jual-beli manusia.

Kecanggihan di bidang teknologi komunikasi dan lainnya telah

digunakan untuk menggalang kekuatan yang menghancurkan moral

umat dan sebagainya.

4. Pendangkalan Iman
X

Sebagai akibat lain dari pola pikiran keilmuan tersebut di atas,

khususnya ilmu-ilmu yang hanya mengakui fakta-fakta yang bersifat

empiris menyebabkan manusia dangkal imannya. Tak kan tersentuh

informasi yang diberikan oleh wahyu, bahkan informasi yang dibawa

oleh wahyu itu menjadi bahan tertawaan dan dianggap sebagai tidak

ilmiah dan kampungan.

5. Pola Hubungan Materialistik

Semangat persaudaraan dan rasa saling-tolong yang dipasarkan

atas panggilan iman sudah tidak kelihatan lagi, karena imannya

memang sudah dangkal. Pola hubungan satu dan lainnya ditentukan

oleh seberapa jauh antara satu dan lainnya dapat memberikan

keuntungan yang bersifat material. Demikian pula penghormatan yang

diberikan seseorang atas orang lain banyak diukur oleh sejauh mana

orang tersebut dapat memberikan manfaat secara material. Akibatnya ia

menempatkan pertimbangan material di atas pertimbangan akal sehat,

hati nurani, kemanusiaan dan imannya.

6. Menghalalkan segala cara

Sebagai efek lebih jauh dari dangkalnya iman dan pola hidup

materialistik sebagaimana disebutkan di atas, maka manusia dengan

mudahdapat menggunakan prinsip menghalalkan segala cara dalam

mencapai tujuan, jika hal ini terjadi maka terjadilah kerusakan akhlak

dalam segala bidang, baik ekonomi. Politik, sosial, dan lain

sebagaimana.
X

Beberapa dampak negatif dari kehadiran iptek dari kehadiran iptek

yang berwatak tak bermoral serta pola hidup materialistis sebagaimana

disebutkan di atas kelihatannya bukan masalah baru lagi, untuk

dicarikan jalan dicarikan jalan pemecahan.

7. Stress dan Frustrasi

Kehidupan modern yang demikian kompetitif menyebabkan

manusia harus mengerahkan seluruh pikiran, tenaga dan

kemampuannya. Mereka terus bekerja dan bekerja tanpa mengenal

batas dan kepuasan. Hasil yang dicapai tak pernah disyukurinya dan

selalu merasa kurang. Apalagi jika usaha dan proyeknya gagal, maka

dengan mudah ia kehilangan pegangan, karena memang tidak lagi

memiliki pegangan yang kokoh yang berasal dari Tuhan. Mereka hanya

berpegang atau bertuhan kepada hal-hal yang bersifat material yang

sama sekali tidak dapat membimbing hidupnya. Akibatnya jika terkena

masalah yang tidak dapat dipecahkan dirinya, segera saja ia stress dan

frustasi yang jika hal ini terus menerus berlanjut akan menjadikan ia

gila atau hilang ingatan. Jumlah manusia yang mengalami kondisi jiwa

yangdemikian itu kian bertambah banyak jumlahnya.

8. Kehilangan Harga Diri dan Masa Depannya

Terdapat sejumlah orang yang terjerumus atau salah memilih jalan

kehidupan. Masa mudanya dihabiskan untuk memperturutkan hawa

nafsu dan segala daya dan cara telah ditempuhnya. Namun ada suatu

saat di mana ia sudah tua renta, fisiknya sudah tidak berdaya, tenaganya
X

sudah tidak mendukung, dan berbagai kegiatan sudah tidak dapat ia

lakukan. Fasilitas dan kemewahan hidup sudah tidak berguna lagi,

karena fisik mentalnya sudah tidak memerlukan lagi. Manusia yang

demikian ini merasa kehilangan harga diri dan masa depannya, kemana

ia harus berjalan, ia tidak tahu. Mereka perlu bantuan dari kekuatan

yang berada di luar dirinya, yaitu bantuan dari Tuhan.

Jadi Akhlak merupakan hiasan diri yang membawa keuntungan

bagi yang mengerjakannya. Ia akan disukai Allah dan disukai umat

manusia dan makhluk lainnya. Di dalamnya ternyata memberikan

bimbingan yang optimal yang secara batiniah dapat mengintegrasikan

jiwa manusia.

Akhlak yang ditawarkan Islam berdasarkan nilai-nilai mutlak yang

bersumber pada al-Quran dan hadis. Namun dalam pelaksanaannya

akhlak dalam Islam memerlukan penjabaran dan pengembangan yang

dihasilkan akal manusia melalui usaha ijtihad. Pemikiran dalam bentuk

konsep etika, moral dan susila dapat digunakan untuk menjabarkan

berbagai ketentuan akhlak yang bersifat mutlak, universal dan general

yang ada dalam al-Quran dan hadis.

Melalui bimbingan akhlak yang baik dengan orang tua sebagai

pemeran utamanya, manusia akan dapat dihantarkan pada tingkah laku

yang mulia. Akhlak Islam telah memberikan petunjuk yang jelas

tentang bagaimana cara orang tua membina putra-putrinya menjadi


X

baik, namun hal ini kurang dapat dilaksanakan secara konsisten dan

berkelanjutan.

BAB III

PROSEDUR DAN LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

A. Metode penelitian

Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah yang digunakan

untuk mendapatkan data yang objektif, valid dan reliable. Dengan tujuan dapat
X

ditemukan, dibuktikan dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga dapat

digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah.59

Oleh karena penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran umum

tentang objek yang diteliti sesuai tujuannya, dengan asumsi yang digunakan

mengacu pada efisiensi biaya dan waktu penelitian tanpa mengesampingkan kadar

informasi dan tingkat ketelitian , maka metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode kualitatif melalui

pendekatan deskriptif yaitu sebagai pemecahan masalah yang diselidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya tanpa bermaksud

mengkonfirmasikan/ membandingkan.60

Metode ini akan diterapkan pada Madrasah Tsanawiyah Negeri Model The

Hok jambi, yang menjadi objek penelitian peneliti adalah siswa-siswi kelas IX

MTsN Model The Hok Jambi. sebagai pedoman kerja dilapangan tentang masalah

Kerjasama antara orang tua dan guru dalam mendidik akhlak siswa. Ada beberapa

hal yang mendorong peneliti menentukan objek penelitian tersebut, yaitu :

a. Peneliti adalah alumnus dari sekolah ini, jadi

memungkinkan lebih mengetahui permasalahan dalam sekolah

tersebut.

b. Status sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan siswa dan

orang tua yang berbeda.


59 Jusman Iskandar, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung : Puspaga, 2005), hlm.
171

60 HLMadari Nawawi, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gajahlm Mada Universitas


Press, 1996), hlm. 3
X

B. Jenis data

Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data-

data kualitatif, seperti uraian dari penjelasan, dokumentasi, foto, rekaman suara,

dan gambar-gambar yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.61 Yaitu

mulai dari proses belajar mengajar, bimbingan konseling dan program kegiatan

terkait dengan penelitian, dideskripsikan sebagai berikut :

a. Catatan Lapangan

Dalam membuat catatan di lapangan, maka peneliti

melakukan prosedur dengan mencatat seluruh peristiwa yang

benar-benar terjadi di lapangan penelitian, dan hal ini berkisar

pada isi catatan lapangan, model dan bentuk catatan lapangan,

proses penulisan catatan lapangan.

b. Dokumentasi

Data ini dikumpulkan dengan melalui berbagai sumber data

yang tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah kondisi

objektif, juga silsilah dan pendukung data lainnya.

c. Foto

Foto merupakan bukti yang tidak dapat diungkapkan

dengan kata-kata, namun sangat mendukung kondisi objektif

penelitian berlangsung

61 Muktar, Bimbingan Skripsi, Tesis dan Artikel Ilmiahlm,I (Ciputat : Gaung Persada
Press), hlm. 92
X

Dengan demikian penggunaan data kualitatif ini dipergunakan untuk

menerangkan dalam bentuk uraian yang berupa penjelasan yang akan

menggambarkan keadaan, proses, peristiwa. Meskipun dalam penjelasannya

dicantumkan angka-angka itupun sebagai rangkaian dari penjelasan sebagai bukti

temuan melalui penelitian.62

C. Sumber data

Sumber data menurut Suharsimi Arikunto adalah subjek dari mana data

dapat diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuisioner atau wawancara dalam

pengumpulan datanya, maka sumber data disebut respon, yaitu orang yang

merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis

maupun lisan.63 Adapun sumber data yang digunakan adalah sumber data primer

dan sekunder. Data primer menurut Loftland yang dikutip Moleong adalah kata-

kata dan tindakan orang yang diamati atau diwawancarai yang dicatat melalui

catatan tertulis atau rekaman.64

Dalam penelitian ini sumber datanya berupa bahan pustaka, atau berupa

informan dan responden.65 Adapun sumbernya ada dua macam yang akan

digunakan, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data

62 Yaya Suryana dan Tedi priatna, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung :


Shlmahlmifa), hlm. 136

63 Suharsimi Arikunto, Manajemen Berbasis Sekolah, Bentuk Inovasi Mutakhir dalam


Penyelenggaraan Sekolah. Dalam Jurnal Dinamika Pendidikan, Majalah Ilmu
Pendidikan, No. 1 Tahun VI/1999, Februari, hlm. 102

64 Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1999),


hlm. 122.

65 Ibid., hlm. 142


X

primer. Unsur manusia sebagai instrument kunci yaitu peneliti sendiri yang

terlibat langsung sebagai ujung tombak pengumpul data dalam observasi

partisipasi, unsur informan terdiri atas sumber data yang diperoleh langsung oleh

peneliti kepada sumbernya yang terdapat ditempat penelitian, 66 yaitu terdiri atas :

kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan, guru bimbingan dan

penyuluhan, tenaga tata usaha, komite sekolah, orang tua siswa. kemudian Data

sekunder sebagai data penunjang dari data primer. Unsur non manusia sebagai

data pendukung penelitian, sebagai data tambahan yang berupa dokumen, arsip,

buku, dsb yang berkaitan dengan pelaksanaan kerjasama guru dan orang tua siswa

dalam membentuk siswa yang berakhlak mulia di MTsN Model The Hok Jambi.

D. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan cara teknis yang dilakukan oleh seorang

peneliti dalam menyimpulkan data-data penelitiannya.67 Dalam pengumpulan data

akan melakukan berbagai sumber, setting, dan cara, sesuai dengan data yang

diperlukan.

Adapun teknik Pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut ;

a. Teknik Wawancara

Dalam teknik wawancara ini mengadakan suatu percakapan dengan

pihak yang diwawancarai (interviewe) yang dapat memberikan informasi

66 Muktar, Bimbingan Skripsi., hlm. 86

67 Ibid., hlm. 198


X

atau jawaban atas pertanyaan pewawancara dengan maksud tertentu. 68

Sehingga dapat mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang

partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang tengah

terjadi, dimana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. 69

Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan untuk menemukan

permasalahan dari responden yang lebih mendalam.70 Adapun yang

menjadi objek wawancara adalah pihak administrasi sekolah terkait profil

sekolah, seterusnya pihak guru yang terkait yaitu guru aqidah akhlak,

Fiqih, Quran Hadis, dan guru konseling

b. Teknik Observasi

Teknik Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan

sistematis dari fenomena-fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan

untuk menemukan data dan informasi dari gejala-gejala atau fenomena

secara sistematis dan didasarkan pada tujuan penelitian yang telah

dirumuskan. Menurut Djam’an Satori dalam bukunya Metodologi

Penelitian Kualitatif adalah pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti

baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang

harus dikumpulkan dalam penelitian.71 Teknik ini dimaksud untuk

mengamati secara langsung, keadaan objektif media penunjang seperti

68 Lexy. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Rosda karya. 2006), hlm.
186

69 Sugiyono, Metode…., hlm. 313

70 Ibid, hlm. 313

71 Djam’an Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabeta, 2009), hlm.


105
X

bangunan, lingkungan, dan perilaku manusia yang ada dilokasi

penelitian.untuk bagian observasi ini peneliti akan melakukan langsung

terhadap proses belajar dan bimbingan konseling dilaksanakan, serta pada

saat kegiatan terkait yang di programkan oleh pihak sekolah terhadap

pendidikan akhlak siswa.

c. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada subjek penelitian, namun melalui dokumen.

Dokumen atau catatan tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan

tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan

pengujian atau peristiwa, dan berguna bagi sumber data, bukti dan

informasi kealamiahan yang sukar diperoleh, sukar ditemukan dan

membuka kesempatan untuk memperluas pengetahuan terhadap sesuatu

yang diselidiki.72

E. Analisis data

Fase penelitian kualitatif yang sangat penting adalah analisis data karena

melalui inilah peneliti dapat memperoleh wujud dari penelitian yang

dilakukannya.73 Analisis adalah suatu upaya mengurai menjadi bagian-bagian

(decomposition), sehingga susunan bentuk sesuatu yang diurai itu tampak jelas

dan karenanya bisa secara lebih terang ditangkap maknanya atau dengan lebih

jernih dimengerti duduk perkaranya. Pekerjaan menganalisis adalah suatu aktifitas

yang tidak akan sama bentuk dan langkahnya antara satu orang dengan yang

72 Yaya Suryana dan tedi Priatna, Metode….,Op. cit. hlm. 175

73 Djam’an Satori, Op. cit. hlm. 97


X

lainnya. Namun demikian, apabila merujuk kepada arti analisis sebagai suatu

upaya mengurai menjadi bagian-bagian, maka peneliti memulai analisis dari

fakta-fakta lapangan yang ditemukan yang disintesakan ke dalam kategori dan sub

kategori yang ditetapkan dalam penelitian.

Analisis data dilakukan sesaat setelah data terkumpul sehingga peneliti

terhindar dari salah interpretasi, lupa maksud symbol atau kode dalam catatan

lapangan, lupa konsep dalam konteks situasinya. Apabila peneliti terpaksa harus

menangguhkannya karena ada sebab yang tidak dapat dihindari, analisis dapat

dilakukan setelah kembali dari urusan tanpa menundanya lagi. Dengan bimbingan

dan arahan fokus penelitian, peneliti memulai memilah data yang sesuai

ditempatkan pada tiap kategori atau sub kategori dan mana yang tidak cocok tapi

berguna bagi pengembangan ilmu dan menjadi praktek terbaik serta datanya

mencukupi, maka peneliti dapat menambahkannya pada kategori baru. Untuk

kepentingan sistematisasi data dan pemikiran, ditempuh langkah yang menuntun

peneliti ke arah analisis. Hal ini untuk menganalisis data ragam cara yang

ditempuh dan tidak menunjukkan bentuk yang baku.

Adapun analisis data yang peneliti lakukan adalah dengan cara : pertama,

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber melalui observasi dan

wawancara dengan cara dibaca, dipelajari, ditelaah yang selanjutnya dipahami.

Kedua, dengan cara unitization (unitisasi) data yaitu pemrosesan satuan, yang

dimaksud satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat dan

dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain. Dalam unitisasi data ini

terdapat beberapa langkah yang dilakukan peneliti, yaitu :


X

a. Mereduksi data, artinya mengidentifikasi data-data yang ditemukan

dan memiliki makna yang berkaitan dengan fokus atau masalah

penelitian; dalam hal ini berkaitan dengan fokus penelitian tentang

akhlak mulia (sabar, pemaaf, adil, bijaksana, dan seterusnya).

b. Memberikan kode, maksudnya memberikan kode pada kartu

indeks yang berisi satuan-satuan, kode-kode itu dapat berupa

penandaan sumber asal satuan seperti catatan lapangan, dokumen

lapangan, penandaan lokasi, dan penandaan cara pengumpulan data.

Ketiga, kategorisasi data adalah mengelompokkan data-data yang telah

terkumpul dalam bagian-bagian yang secara jelas bekaitan atas dasar intuisi,

pikiran pendapat atau kriteria tertentu. Dalam ketegorisasi ini ada beberapa yang

peneliti lakukan diantaranya :

a. Mereduksi data, memilih data yang sudah dimasukkan dalam

satuan dengan jalan membaca satuan yang sama, jika tidak sama maka

disusun lagi untuk membuat kategori baru.

b. Membuat koding, member nama terhadap satuan-satuan yang telah

diwakili entri pertama dari kategori.

c. Menelaah kategori sekali lagi agar jangan sampai ada yang

terlupakan.

d. Melengkapi data-data yang telah terkumpul untuk membentuk

sebuah hipotesis atau beberapa hipotesis.

Keempat, melakukan penafsiran data. Penafsiran data dilakukan dengan

cara menemukan kategori beserta kawasannya selam penelitian berjalan sehingga


X

ditemukan hubungan yang cukup padat yang memungkinkan terungkapnya

persoalan kunci di MTsN Model jambi.

Kelima, penarikan kesimpulan. Dalam penarikan kesimpulan ini

digunakan taktik bersama yaitu hasil interpretasi yang diperoleh dengan cara

dirundingkan dan disepakati oleh peneliti yang dijadikan sumber data.

Kesimpulan ini diambil berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di MTs N

Model The Hok Jambi.

Keenam, melakukan uji keabsahan data. Maksudnya adalah mengadakan

pemeriksaan terhadap keabsahan data-data yang telah terkumpul dengan

menggunakan teknik pemeriksaan data didasarkan atas kriteria tertentu,

diantaranya :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara.

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi.

c. Membandingkan apa yang dikatakan orang tertentu tentang situasi

penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

e. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi.

f. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau

hasil akhir yang diperolah dalam bentuk diskusi analisis dengan


X

rekan-rekan sejawat yang dalam hal ini peneliti melakukan dengan

teman-teman guru, dosen, dan pembimbing.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini dilaksanakan di MTs N Model The Hok Jambi,

merupakan salah satu sekolah negeri yang di naungi oleh Kementerian Agama

yang ada di daerah kota Jambi Propinsi Jambi wilayah Sumatra-Indonesia. Yang

menjadi fokus penelitian adalah kelas VIII dikarenakan tingkat masalahnya yang

lebih besar dari kelas lainnya. Mengenai waktu Intens penelitian ini telah dimulai

pada bulan Februari tahun 2014, dan akan berlangsung hingga akhir bulan Juni

2014, insyaallah.
X

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Madrasah Tsanawiyah Negeri Model The Hok Jambi

1. Sejarah Berdirinya MTs N Model The Hok Jambi

Madrasah Tsanawiyah Negeri ( MTsN ) Model Jambi merupakan salah satu

lembaga pendidikan setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama ( SMP ).

Keberadaan MTsN Model Jambi di Kota Jambi adalah sebagai salah satu upaya

pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama untuk memacu Madrasah

Tsanawiyah khususnya di Kota Jambi agar kelak dapat sama-sama maju dan

berprestasi seimbang dengan SMP dalam Kota Jambi, bila perlu dapat

mengunggulinya. Dan di satu sisi, salah satu modal MTsN Model adalah sekolah

umum yang berciri khas Islam, disinilah letak kelebihan dan keunggulan dari

sekolah-sekolah lain.

Sehubungan dengan hal tersebut dalam perkembangannya keberadaan

MTsN Model Jambi yang secara resmi dikukuhkan menjadi MTsN Model Jambi

oleh Dirjen Binbaga Islam Departemen Agama RI pada tanggal, 14 Maret 1998,

secara bertahap senantiasa dilakukan pembenahan dan perbaikan, baik pada aspek

tertib administrasi Kepala Madrasah dan guru, tertib administrasi keuangan, tertib

administrasi perlengkapan, tertib administrasi kepegawaian/ketenagaan,

administrasi proses belajar mengajar, praktikum dan lain sebagainya.

Selama kurun waktu lima tahun terakhir perkembangannya menunjukkan

adanya peningkatan yang cukup berarti, baik pada jumlah siswa yang mendaftar

maupun perolehan NEM setiap tahun.


X

Akan tetapi bila dianalisa lebih mendalam perbandingan antara beban kerja

MTsN dengan jumlah tenaga yang tersedia satu sisi dirasa telah mencukupi tenaga

guru mata pelajar agama ( PAI ), akan tetapi pada sisi lain terjadi kekurangan

khususnya pada mata pelajaran tertentu. Dalam kondisi seperti itu upaya untuk

mewujudkan madrasah yang berprestasi secara simultan tetap diupayakan

peningkatannya.

2. Visi dan Misi MTs N Model The Hok Jambi74

Pada umumnya disetiap institusi baik pemerintah ataupun swasta, bidang

ekonomi, Pendidikan, Hukum, dan sebagainya, akan memiliki visi dan misi dalam

menunjang perencanaan kemajuan institusi tersebut. Pada bahasan ini adalah

menjelaskan tentang visi dan misi dari MTs N Model The Hok Jambi

Visi Madrasah Tsanawiyah Negeri ( MTsN ) Model Jambi merupakan salah

satu lembaga pendidikan setingkat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Keberadaan MTsN Model Jambi di Kota Jambi adalah sebagai salah satu upaya

pemerintah dalam hal ini Departemen Agama untuk memacu Madrasah

Tsanawiyah khususnya di Kota Jambi agar kelak dapat sama-sama maju dan

berprestasi seimbang dengan SMP di Kota Jambi, bilamana perlu dapat

mengunggulinya.

MTsN Model Jambi mempunyai Visi sebagai berikut: “MTs Sebagai

Lembaga Pendidikan Umum Berciri khas Islam, Mampu Menghasilkan Sumber

Daya Manusia yang Berwawasan dan Mampu Bersaing di Tingkat Lanjut“

74 Waka Kurikulum MTsN Model The Hok Jambi. 2014


X

Misi Madrasah

 Menyukseskan wajib belajar sembilan tahun;

 Mewujudkan pembinaan pendidikan secara terbuka dan bermutu;

 Mewujudkan Madrasah sebagai basis peningkatan mutu yang

didukung partisipasi masyarakat;

 Meningkatkan pembinaan siswa-siswi berbudi pekerti yang baik;

 Meningkatkan minat baca siswa dan siswi;

 Menjadikan siswa-siswi bebas buta baca tulis Al-Qur’an.

Tujuan

1. Memberikan pelayanan yang maksimal pada siswa-siswi, wali murid dan

masyarakat.

2. Meningkatkan mutu pendidikan.

3. Membentuk siswa-siswi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

4. Menjadikan madrasah pusat kegiatan handal dan bermutu.

5. Penampilan madrasah yang indah.

Sebagai umpan balik dari itu semua MTsN Model Kota perlu

menunjukkan prestasi-prestasi dengan peningkatan perencanaan kinerja, sasaran

program, maupun sumber daya organisasi MTsN Model Kota Jambi yang lebih

tinggi yang akhirnya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Departemen

Agama.
X

3. Gambaran Umum Kondisi MTs N Model The Hok Jambi

Dalam penjelasan berikut ini peneliti secara objektif medeskripsikan data yang

telah diberikan oleh pihak sekolah dengan apa adanya tanpa ada yang di

tambahkan atau dikurangi, berikut adalah datanya:

1. Kepala Madrasah

Nama : Drs. Imtazmona

N I P. : 19590923 198603 1 003

Tempat/Tgl.Lahir : Yogyakarta, 23-09-1959

Pangkat/Golongan : Pembina ( IV/a )

Pendidikan Terakhir : S.I . IAIN, Fak.Tarbiyah

Masa Kerja : 27 Tahun 10 Bulan

2. Keadaan Tenaga Pengajar / Guru

Jumlah Guru Tetap yang mengajar pada Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN) Model Jambi sampai tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 45 Orang.

Untuk mendapatkan gambaran sesungguhnya terhadap jumlah guru sesuai dengan

kualifikasinya sebagai berikut

Tabel I

Keadaan guru

Pendidikan Guru Status


X

SLTA DI/3 S1/S2 Jlh Kemenag Diknas Honorer


NO JURUSAN

1. PAI - - 8 8 6 - 2

2. Matematika - 1 5 6 4 2 -

3. PPKN - 1 1 2 - - 2

4. I PA - - 5 5 4 1 -

5. IPS - - 5 5 5 - -

6. B. Indonesia - - 6 6 6 - -

7. B. Inggris - - 5 5 5 - -

8. B. Arab - - 3 3 3 - -

9. Penjaskes - - 2 2 2 - -

10. Seni Budaya - - 2 2 2 - -

11. M u l ok - - 2 2 - - 2

12. BK - - 5 5 5 - -

13. TIK 1 1 1 3 3

J u m l ah 1 3 50 54 42 3 9
Sumber data : Profil MTs N Model The Hok Jambi Tahun 2014.

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kualifikasi pendidikan guru

pada MTsN Model Jambi sebagai berikut :

 Guru yang berpendidikan S1 sebanyak 47 orang (94%) dan

Pendidikan D1/D3 sebanyak 2 orang (3%). Dan Pendidikan S2 sebanyak 2

orang (3%).
X

 Guru Kementerian Agama (Kemenag) sebanyak 43 Orang (73,1%)

dan Dinas Pendidikan sebanyak 3 Orang (7,7%) dan guru honorer (GTT)

sebanyak 9 orang (19,2%).

3. Data Siswa Mts N Model Jambi

Tabel 1.2

Data Siswa Tahun 2014

No Kls Jlh Siswa 2012/2013 Jlh. Siswa 2013/2014


Robel Lk Pr Jlh Robel Lk Pr Jlh
1. VII 6 112 149 261 8 146 164 310 Ket.
2. VIII 7 116 147 265 6 100 147 247
3. IX 7 118 151 269 7 92 162 254
20 346 447 795 21 338 473 811
Sumber data : Profil MTs N Model The Hok Jambi Tahun 2014

4. Kurikulum

1) Terhitung pada tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Model Jambi menggunakan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).

2) Mulai tahun pelajaran 2009/2010 s.d. sekarang tahun pelajaran

2013/2014 Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Model Jambi sepenuhnya

menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) MTsN Model

Jambi

3) Mulai Tahun Pelajaran 2014/2015 MTsN Model Kota Jambi akan

Menggunakan Kurikulum 2013.


X

5. Keadaan Ruang Belajar (Sarana Belajar Siswa )

Tabel 1.3

Keadaan Ruang Belajar

Th.. Sumber KONDISI Luas


No Gedung Lantai K
Anggaran Dana Dlm
e
M2
t
B S R
1. Lab. Bahasa 1 Lantai 1997/1998 APBN X - - 100

2. Perpustakaan 1 Lantai 1997/1998 APBN X - - 100

3. R.Komputer 1 Lantai 1994/1995 APBN - X - 120

4. R. Kantor 1 Lantai 1993/1994 APBN - X - 56

5. R. Belajar 1 Lantai 1993/1994 APBN - X - 210

6. Labor IPA 1 Lantai 1994/1995 APBN - X - 102

7. R. Belajar 1 Lantai 1990/1991 APBN - X - 80

8. R. Belajar 1 Lantai 1993/1994 APBN - X - 105

9. R. Belajar 1 Lantai 1996/1997 APBN - - X 201

10. R. Belajar 1 Lantai 1991/1992 BP.3 X - - 65

11. R. Belajar 1 Lantai 1998/1999 APBN - X X 194

12. R. Belajar 1 Lantai 1990/1991 BP.3 - - X 168

13. R. Belajar 1 Lantai 1991/1992 BP.3 - - X 112

14. R. Belajar 1 Lantai 2003/2004 BP.3 X - - 112

15. R. Belajar 1 Lantai 2005/2006 APBN X - - 128


X

16. Mushalla 1 Lantai 1994/1995 BP.3 - X - 100

17. Rumah 1 Lantai 1996/1997 BP.3 - - X 70

18. Penjaga 1 Lantai 2001/2002 BP.3 - - X 12

19. W C 1 Lantai 2001/2002 BP.3 X - - 12

20. Pos Satpam 1 Lantai 2009/2010 APBN X - - 128

21. R. Belajar 1 Lantai 2009/2010 Swdaya X - - ±

22. Lap. Upacara 1 Lantai 2010/2011 Swdaya X - - 900

23 Musholla 2011/2012 Swdaya 200

WC Guru 80
Sumber data : Profil MTs N Model The Hok Jambi Tahun 2014

Memperhatikan data sarana belajar siswa pada tabel di atas, dapat

disimpulkan bahwa sebahagian besar sarana belajar siswa dalam kondisi sedang,

artinya sudah ada yang perlu mendapatkan perhatian perbaikan dan sarana lainnya

dalam kondisi cukup parah seperti 4 ruang belajar, rumah penjaga sekolah, dan

WC siswa yang belum memadai.

Di samping itu yang sangat penting adalah kelengkapan atau peralatan

belum memadai seperti peralatan dan kelengkapan di ruang Lab. Komputer, Lab.

Bahasa, Labor IPA, dan Perpustakaan. Serta perlunya penambahan atau

peningkatan gedung belajar mengingat makin besarnya minat orang tua

memasukan anaknya ke MTsN Model Kota Jambi.

Kemudian untuk diketahui bahwa sejak tahun anggaran 1997/1998 MTsN

Model Jambi hingga Tahun 2009/2010 belum ada perbaikan yang mendasar dan
X

menyeluruh sarana belajar melalui APBN. Dan baru tahun 2010 keatas dilakukan

perbaikan dan rehab melalui dana DIPA.

6. Buku Pelajaran , Peralatan Dan Media Pendidikan.

Adapun Buku pegangan Guru, Madrasah Tsanawiyah Negeri Model Jambi

telah menggunakan Buku pegangan Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Siswa

Kelas VII, VIII, IX, kemudian pada tahun pelajaran 2004 – 2005 MTsN Model

Jambi telah mengadakan Kontrak kerjasama pengadaan Komputer dengan

Perusahaan yang disetujui oleh Komite Sekolah untuk proses belajar mengajar

siswa MTsN Model Jambi pada bidang study Tekhnologi Informasi dan

Kumunikasi sebanyak 22 Unit Komputer, sampai saat ini sebagian besar sudah

mengalami kerusakan, kemudian mendapat bantuan dari Kanwil Depag Prov.

Jambi sebanyak 16 Unit pada tahun 2008. Pada tahun 2010 Kanwil Kemenag

Provinsi Jambi memberi bantuan 2 Unit Lap Top.

Tabel 1.4

Anggaran DIPA

NO URAIAN ANGGARAN
1 10 PC Unit Komputer DIPA 2010
2 8 PC Unit Komputer DIPA 2011
3 2 Note Book DIPA 2011
4 4 LCD Projector/Infocus DIPA 2011
X

5 1 Note Book DIPA 2012


6 3 LCD Projector/Infocus DIPA 2012
7 5 PC Unit Komputer DIPA 2013
8 5 Printer (Jenis Peralatan Personal DIPA 2013

Komputer)
Sumber data : Profil MTs N Model The Hok Jambi Tahun 2014

Sampai saat ini sebagian besar peralatan tersebut mengalami kerusakan

dan perlu perbaikan yang menyeluruh agar segera dapat menunjang proses

pembelajaran dengan baik.

7. Sumber Dana

Proses pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri ( MTsN ) Model

Jambi disamping menggunakan sumber dana yang telah di tetapkan melalui DIPA

juga dibantu oleh dana yang bersumber dari BOS khusus untuk siswa.

Demikian hal diatas merupakan gambaran umum keadaan sekolah tersebut

dengan data yang tertulis, dan merupakan data primer yang peneliti dapatkan

melalui koordinasi dengan pihak sekolah, dalam hal ini telah diwakilkan oleh

wakil kepala yang membidangi Kurikulum di MTsN Model The Hok Jambi.

B. Bentuk Kerjasama Antara Orang Tua dan Guru dalam Mendidik Akhlak

Siswa

Dalam rapat terakhir Komite Sekolah, banyak kajian tentang bagaimana

mensiasati masalah yang terjadi belakangan ini di MTs N Model The Hok Jambi,

baik intra sekolah maupun ekstra sekolah. maraknya masalah yang terjadi ini lebih

disebabkan karena kurangnya kerjasama yang di lakukan pihak sekolah dan orang
X

tua siswa. Maka dihasilkanlah beberapa solusi agar siswa MTs N Model The Hok

Jambi bisa memiliki akhlak yang mulia. Beberapa bentuk kerjasama antara pihak

orang tua dengan sekolah dalam proses pendidikan akhlak di MTsN Model The

Hok Jambi adalah sebagai berikut.

a) Bentuk Kerjasama di lingkungan keluarga

Para orang tua siswa di MTs N Model The Hok Jambi kadangkala

merasa sudah melakukan apa yang harus ia lakukan terhadap anaknya

dengan cara dan pemikirannya masing-masing, hal ini adalah wajar karena

merupakan bentuk dari proses sosial dalam lingkungan keluarga. Ada

orang tua yang berciri khas otoriter, ada lagi yang demokratis, bahkan ada

yang berciri khas teman sejawat.

Proses sosial yang terjadi inilah yang dikaji di dalam rapat komite,

anggota komite Sharing to used (berbagi pakai) dalam menanggapi

masalah-masalah yang terjadi di lingkungan mereka masing-masing

dengan cara berdiskusi intensif. maksudnya adalah, pembimbing komite

sekolah75 terlebih dahulu mengutarakan bagaimana seharusnya melakukan

proses sosial di dalam keluarga, orang tua melakukan dan mencontohkan

rutinitas akhlak yang baik, yaitu berbicara dengan sopan, bertindak sesuatu

secara adil dan harus memikirkan mudharat dan manfaat sesuai syari’at,

sebagai contoh yang di lakukan oleh pak Wahab syafi’i, dia melayani

tamunya bagaikan seorang raja, dan anaknya diikut sertakan dalam

melayani tamu tersebut, secara otomatis anaknya akan memperlakukan

75 Pembimbing Komite sekolah adalah : orang yang di mandatkan oleh seluruh anggota
komite dalam membimbing organisasi ini, dan di pilih oleh anggota komite sendiri.
X

siapa saja tamunya sebagaimana yang di contohkan orang tuanya, dengan

sendirinya akan tumbuh kepedulian di hati anaknya sebagai bentuk akhlak

yang mulia. begitu pula dalam hal ibadah, baik mahdhah dan ghairu

mahdhah, akan termanifestasikan sikap tenggang rasa dalam keseharian

anak tersebut.

kemudian orang tua lainnya memberikan tanggapan mengenai

kenakalan yang belakangan terjadi di MTs N Model The Hok Jambi, hal

ini dituturkan oleh ibu Siti Shobriyah, bahwa sebenarnya kenakalan

seorang remaja khususnya siswa tsanawiyah adalah lebih cenderung pada

gangguan psikologis anak tersebut, dia menjelaskan lagi, jika seorang

siswa berada di dalam suatu lingkungan yang tidak mendukung

perkembangan psikisnya maka anak tersebut akan mencari lingkungan lain

yang akan memuaskan hasrat perkembangannya tersebut, secara spesifik

adalah, ketika orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan dan karirnya,

sedangkan pada waktu yang sama, anaknya sedang dalam proses

perkembangan dan membutuhkan perhatian, kasih sayang, bahkan arahan

tentang minat dan penyalurannya, apabila lingkungan yang negatif

mendekati dan mencampuri perkembangan anak, bukan tidak mungkin

sikap, prilaku, dan akhlak anak tersebut akan mencerminkan hal-hal yang

negatif pula. Pada kasus ini bentuk kerjasama untuk mendidik akhlak anak

yang di lakukan oleh ibu Siti adalah mengatur jadwalnya untuk melakukan

pendekatan psikologis, menyisihkan waktu untuk bersama anaknya,

berkonsultasi dengan wali kelas tentang sikapnya di sekolah dan


X

bagaimana cara yang bagus untuk menarik minat anak tersebut, serta

memperbaharui pola fikir ibu itu sendiri dalam hal mendidik akhlaknya,

agar dapat memperbaiki pendidikan akhlak anaknya.

sesuai dengan tata sosial yang telah di terapkan, untuk kemudian hasil

dari proses diskusi tersebut di publikasikan dan di terapkan di lingkungan

sekolah dan masyarakat pada umumnya, dan lingkungan keluarga pada

khususnya.

Bentuk kerjasama orangtua dalam mendidik akhlak siswa di MTs N

Model The Hok Jambi, peneliti bagi menjadi tiga kategori antara lain :

1) Mistis

Bentuk kerjasama satu ini menggunakan pendekatan yang

tergolong khusus, dan orangtua siswa menerapkannya hanya pada

kasus tertentu, kecenderungan mereka adalah memvisualisasikan

gangguan ghaib yang menyebabkan kenakalan-kenakalan pada

anaknya. paradigma orangtua dalam mendidik akhlak siswa

kategori ini lebih menonjolkan peran tokoh agama yang ada di

sekitar lingkungannya, seperti, pak kiyai, pak ustadz dan

sebagainya. Orangtua yang tidak cukup pengetahuan tentang

bagaimana seharusnya menerapkan pendidikan akhlak, akan

mendatangi salah satu tokoh agama tersebut dan berkonsultasi

tentang permasalahan seputar akhlak anaknya.

Sebagaimana ibu Heni menuturkan bahwa dulu, sebelum

masuk Mts N Model The Hok Jambi pernah dipusingkan dengan


X

akhlak jelek anaknya yang tidak bisa ia kontrol, hingga akhirnya

ketika ia bersilaturrahim ke rumah sanak family, oleh mereka

disarankan agar anaknya dibawa ke rumah seorang kiyai ternama di

suatu daerah di Kota Jambi, tidak lama setelah di bawa berobat ke

tempat sang kiayi tersebut, akhlak anak itu tiba-tiba saja berubah

dan menjadi lebih baik. Ibu itu menuturkan bahwa ayat-ayat Quran

dibacakan, ditransferkan ke media air, setelah itu air tersebut di

minumkan kepada anaknya, akhlak jelek anak tersebut hilang. hal

ini merupakan salah satu solusi instan yang juga di minati oleh

orang tua siswa di MTs N Model The Hok Jambi.76 Dalam beberapa

kasus.

2) Akademis religius

Umumnya bentuk kerjasama orang tua dalam mendidik

akhlak anaknya pada kategori akademis religius ini adalah, selalu

berpedoman dengan bahan bacaan Orang tua yang bersangkutan.

tipe dari kerjasama kategori ini adalah orang tua membaca tentang

bagaimana mendidik akhlak anak dengan cara yang baik dan benar,

atau minimal orang tua yang biasa berkonsultasi dengan para ahli

bidang pendidikan khususnya tentang akhlak. Biasanya orang tua

tersebut memiliki anak-anak yang baik akhlaknya, dalam

bersosialpun mereka aktif dan selalu berada di depan, atau menjadi

pemberi ide bagi orang tua lainnya.

76 Catatan Lapangan.
X

Pada kategori ini penulis menemui salah satu orang tua

siswa, yang kecenderungannya adalah mengukur dirinya sendiri

sebagai pendidik pertama dalam lingkungan keluarga, sehingga dia

tidak mudah menyalahkan orang lain apabila akhlak anaknya tidak

baik. Di temui di tempat prakteknya di dekat MTs N Model beliau

berprofesi sebagai bidan praktek, ibu Dhewi menuturkan bahwa

selama ia mengandung anaknya, banyak aktifitas akademik dan

jasmani yang mendukung aspek afektif, kognitif dan psikomotorik

yang dia lakukan, seperti mengerjakan soal matematika, menjaga

kesehatan dengan melakukan jogging rutin, bermain piano,

pengajian ibu-ibu, hingga shalat malam dia kerjakan, karena ada

keyakinan dalam hatinya bahwa akhlak manusia itu harus diproses

dengan teratur, benar dan baik, agar hasilnya baik.

Sebagaimana ibu tersebut katakan bahwa, proses yang

teratur dan benar harus di jalani dengan sabar, sehingga pada

akhirnya melahirkan keturunan yang baik. Keturunan yang baik

harus di tempah dengan segala hal yang baik.

Selain itu, suaminya juga merupakan tokoh masyarakat di

daerah tempat tinggalnya. Pak Ali begitu sapaan akrabnya, beliau

merupakan salah satu penggerak kegiatan keagamaan di

lingkungannya. Pada saat wawancara dengan beliau, ada beberapa

hal yang ia tekankan pada diri anaknya, yaitu jadilah orang yang

selalu haus akan ilmu pengetahuan, bentuk kerjasama beliau dalam


X

mendidik akhlak anaknya adalah dengan cara mencontohkan dan

mengarahkan, rutinitas yang ia lakukan setiap setelah magrib

adalah membaca Quran bersama dan sekaligus membaca tafsir dari

ayat yang telah di baca. Hal ini mengajarkan kepada anaknya agar

cinta terhadap Quran, beliau menjelaskan bahwa, banyak teori

tentang cara mendidik akhlak yang ada di dalam Quran namun

belum banyak yang mentafsirkan penerapannya di dalam setiap

detik kehidupan manusia, dan beliau telah secara langsung

mengajarkan bagaimana mencintai orang yang lebih muda,

menghormati orang yang lebih tua kepada anaknya.

3) Awam

Kategori yang ketiga ini merupakan perwakilan bentuk

kerjasama yang banyak diperuntukkan bagi orang tua yang

memiliki keterbatasan ekonomi dan akademik. Realisasi dari

bentuk kegiatannya cenderung datar, tak begitu menonjol pada sisi

tertentu. Sebagai contoh dari bentuk kerjasamanya adalah, orang

tua siswa terfokus pada pemenuhan kebutuhan sekolah anaknya,

walaupun tidak semua, akan tetapi rata-rata mereka lebih sibuk

mencari cara untuk memenuhi kebutuhan operasional sekolah

anaknya saja.

Adapun (bentuk kerjasama) program yang telah disetujui

oleh anggota Komite dan majelis guru adalah, 1). Menanamkan

sifat sabar, contohnya, membiasakan berbudaya antri dalam situasi


X

yang ramai. 2). Bertutur kata sopan ketika ingin memulai

pembicaraan, baik terhadap sesama teman, terlebih lagi kepada

orang tua dan guru. 3). Bersikap Adil sesuai syari’at, sebagai

contoh yaitu kepada sesama teman tidak ada pengelompokan diri

(membuat gang tertentu), tujuannya agar terhindar dari

diskriminasi sosial dalam pergaulan, Dan lain-lain. 4). Introspeksi

diri (Muhasabah), hal ini terkait dengan pribahasa “Gajah di

Pelupuk Mata tak tampak tapi Kuman di Seberang lautan

Tampak”, ini bertujuan agar siswa memiliki akhlak yang selalu

mencerminkan jati diri umat Muslim yang tawaddu’, seperti

Rasulullah SAW di masa dakwahnya.

b) Bentuk kerjasama di lingkungan sekolah

Ada beberapa macam bentuk kerjasama yang diterapkan di dalam

lingkungan sekolah guna mendidik akhlak siswa, yaitu, Smart Schedule

(daftar kegiatan pintar) sekolah, mereka selalu diberikan tugas dari wali

kelasnya yang berbentuk buku catatan. Buku tersebut merupakan media

bagi siswa untuk menjelaskan kegiatan apa saja yang dilaksanakan pada

setiap harinya di luar sekolah, media foto dan audiopun dapat manunjang

data kegiatan anak tersebut. setelah berjalan selama satu minggu, biasanya

buku dan dokumentasi pendukung tersebut di kumpulkan kepada wali

kelas masing-masing. Di dalam buku itu telah dibagi menjadi beberapa

aspek kegiatan rutinitas yang nilainya akan membantu nilai di sekolah,

adapun aspek yang dinilai dalam buku tersebut ada dua kategori, yaitu
X

tentang ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah. Ibadah Mahdhah berkaitan

dengan ibadah yang menjadi kewajiban individual (Fardu ‘Ain) yaitu hal

yang berkaitan dengan intensitas Ibadah seperti Shalat lima waktu, dan

jam berapa melaksanakannya, setelah itu ibadah Puasa Ramadhan, dan

lain-lain.

Bentuk kegiatan ini merupakan terobosan bagi guru, agar siswa

dapat terhindar dari kegiatan yang merugikan dirinya dan orang lain, selain

itu siswa juga mendapatkan manfaat dari program ini, karena otomatis

siswa tersebut akan terbiasa menulis yang berdampak kepada kemampuan

menulis yang baik, mengarang cerita, menyusun kata-kata, mengenal cara

penulisan yang baik dan ilmiah, dengan bimbingan wali kelas. Begitu pula

kategori kedua, dalam hal ibadah Gairu Mahdhah, pembentukan akhlak

yang baik melalui kegiatan keagamaan yang diikuti siswa di lingkungan

rumahnya, menjadi panitia masjid belajar bertanggung jawab terhadap

tugas dan kewajiban, berinteraksi dengan ramah serta sopan santun

terhadap orang yang lebih tua, mengasah kemampuan diplomasi dengan

orang dewasa, berperan aktif memakmurkan masjid, dengan kegiatan

ibadah rutin Pengajian Yasinan, memberi sedekah bagi fakir miskin. Dan

masih banyak lagi kegiatan ghairu mahdhah yang dapat menata hati,

menempah empati, serta menerapkan simpati terhadap masalah sosial di

usia yang masih muda.

Ada lagi terobosan yang di lakukan MTs N Model The Hok Jambi,

yaitu, SARIKAH (Sapa Seribu berkah), “Assalamualaikum Barakallahu


X

Lakum Waantum Bilkhair amiin” tujuan dari sapaan ini adalah menggali

potensi jiwa marhamah siswa, yang selalu menebarkan kebaikan kepada

semua makhluk hidup di muka Bumi Allah SWT, karena pada dasarnya

hati manusia itu merupakan setitik cahaya dari zat Allah SWT, sebagai

manifestasi zat Allah tersebutlah kita manusia di haruskan membiasakan

hal-hal baik agar tertanam di dalam benak pikiran siswa tentang kebaikan

hidup. Bentuk kerjasama yang pihak guru lakukan ini, diwajibkan bukan

hanya untuk siswa, namun seluruh warga MTs N Model The Hok Jambi

termasuk Staf Pengajar, dan Administrasi.

Rapat Komite dan Guru yang dilakukan setiap akhir semester,

biasanya pada saat rapat ini, pihak sekolah mengundang langsung orang

tua siswa agar dapat mengambil raport hasil belajar selama satu semester,

dan membicarakan kebutuhan-kebutuhan siswa, keluhan orang tua dan

diskusi kecil tentang siswa yang bermasalah.

Biaya : infak peserta, bantuan sekolah dan donatur yang tidak terkait.

2. Shalat Zuhur Berjama’ah

Shalat zuhur berjama’ah dilaksanakan tiga gelombang,

gelombang pertama kelas VII, kedua kelas VIII, dan terakhir kelas IX.

Hal ini dilakukan berkenaan dengan daya tampung masjid yang

terbatas. Imam shalat dipimpin oleh guru Agama Islam (Aqidah

Akhlak, fiqih, Quran Hadis) secara bergiliran. Pada gelombang

berikutnya imam shalat dipimpin salah seorang pengurus seksi rohani


X

atau pengurus OSIS. Tempat pelaksanaan shalat jum’at di MAN

Model Jambi.

Tujuan kegiatan :

a. melatih siswa agar gemar shalat wajib berjama’ah,

b. menjadikan siswa disiplin sehingga dapat diaplikasikan

dalam belajar, sekolah dan bersosialisasi di masyarakat,

c. membentuk insane sekolah yang mampu berbuat amar

ma’ruf nahyi munkar.

3. Keputrian

Kegiatan ini dilaksanakan pada jam 1100 sampai jam 1230,

peserta kegiatan ini adalah siswi kelas VII, bentuk kegiatan diisi

dengan ta’lim, pendalaman baca dan memahami al-Quran, praktek

ibadah, praktek membuat kue, menjahit dan menyajikan hidangan.

Tujuan kegiatan :

a. menjadikan siswi MTs N Model cakap, terampil,

dalam urusan yang berhubungan dengan pekerjaan wanita

yang akan menjadi bekal dikemudian hari,

b. memiliki siswi yang berakhlak mulia, mamiliki

pengetahuan Islam yang luas dan paham pada tugas fungsi

sebagai wanita.

4. Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi dan Tahun Baru Hijriyah

Kegiatan ini dilakukan setahun sekali, di gedung serbaguna

Aula MAN Model Jambi diawali lomba-lomba keagamaan, seperti:


X

lomba ceramah, azan, Mtq, kebersihan kelas, puisi Islam, lomba

Nasyid, lomba ceramah bahasa inggris dan lain-lain. Pematerinya

bervariatif dari berbagai latar belakang pendidikan.

Tujuan kegiatan :

a. membentuk generasi Rabbaniyah, membentuk

generasi yang kuat dan takut untuk meninggalkan shalat

wajib,

b. membentuk generasi yang berakhlak mulia,

c. membentuk generasi yang dapat membawa

perubahan.

5. Pembiasaan Akhlakul Karimah dan Ta’ziah

Kegiatan ini untuk membiasakan siswa bersikap dan

berperilaku sesuai dengan tuntunan yang dicontohkan Rasullullah

SAW. Sedangkan kegiatan Ta’jiyah : turut belasungkawa dengan

jalan melayat seseorang yang ditinggal wafat baik dari keluarga

siswa, guru, TU atau yang lainnya.

Tujuan kegiatan :

a. Menanamkan kebiasaan yang baik seperti yang

dicontohkan Rasulullah SAW seperti : mengucapkan dan

menjawab salam sesama teman di sekolah, berdoa sebelum

belajar, mendoakan teman atau keluarga yang ditimpa

musibah, bersikap sopan santun dan rendah hati, saling

menghormati dan menolong antar sesama teman.


X

b. Ikut meringankan beban yang dirasakan keluarga

(teman) yang mendapat musibah,

c. Mempraktekkan teori shalat jenazah yang diperoleh

di dalam kelas.

b. Rapat Anggota Komite Sekolah dengan Orang Tua Siswa

Kegiatan rapat anggota Komite Sekolah dengan orang tua siswa

MTsN Model The Hok Jambi dilakukan minimal satu semester sekali atau

disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, tujuannya mengundang seluruh

orang tua siswa, wali kelas dan seluruh pengurus BP 3. Untuk datang ke

sekolah menerima penjelasan tentang policy, program dan aktivitas

sekolah serta kegiatan siswa, kemajuan dan hambatan belajar siswa serta

dari segi material yang dibutuhkan sekolah bagi kelancaran proses

pendidikan.

Pelaksanaan rapat anggota Komite Sekolah dengan orang tua siswa

kelas VII MTs N Model dilaksanakan pada hari : Rabu/tanggal 15 Juli

2013, waktu : jam 0800 sampai 1100. Tempat kelas masing-masing siswa,

peserta rapat : pengurus Komite Sekolah, Kepala sekolah, semua orang tua

siswa kelas VII tahun pelajaran 2013/2014, semua wali kelas VII sampai

IX dan semua pembantu kepala sekolah.

c) Komitmen Mendidik Anak di MTs N Model The Hok

Jambi

Sebagai lembaga pendidikan, MTs N Model Jambi mempunyai misi

yang cukup berat yaitu Membentuk siswa-siswi yang beriman dan


X

bertakwa kepada Allah SWT. Untuk merealisasikannya MTs N Model The

Hok Jambi berkomitmen untuk :

a) Meningkatkan kualitas Proses Belajar Mengajar (PBM)

1. Intensifikasi pelaksanaan pendekatan ketrampilan proses,

analisis ulangan harian, rermedial dan pengayaan serta

ketuntasan belajar.

2. Melengkapi buku pelajaran wajib dan alat peraga

3. Meningkatkan peralatan laboratorium

4. Meningkatkan efektivitas metode KBM

5. Peningkatan frekuensi supervise dan pembinaan

guru/karyawan.

b) Meningkatkan Kualitas Guru

1. Peningkatan mutu kegiatan MGMP di tingkat sekolah

maupun Kota

2. Menyelenggarakan Pendidikan dan Latihan (Diklat)

3. Meningkatkan pendidikan guru ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi.

c) Meningkatkan Kualitas Siswa

1. Memberi bekal kecakapan hidup kepada siswa, agar setelah

lulus mereka mudah beradaptasi dan hidup mandiri di

masyarakat serta berakhlak mulia

2. Meningkatkan minat baca di kalangan siswa dan guru


X

3. Meningkatkan kegiatan ekstrakurikuler, terutama yang

mengenai moral generasi muda yang berlandaskan Islam

4. Meningkatkan/memupuk nilai keimanan dan ketaqwaan

para siswa, yang di implementasikan melalui akhlak mulia

C. Tujuan Mendidik Akhlak pada MTs N Model The Hok Jambi

1. Tujuan Pendidikan Akhlak

Pada bahasan ini, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal yang

mengetengahkan tentang tujuan dari pendidikan akhlak tersebut. Pertama,

sesuai dengan visi madrasah yaitu “MTs Sebagai Lembaga Pendidikan

Umum Bercirikhas Islam, Mampu Menghasilkan Sumber Daya Manusia

yang Berwawasan dan Mampu Bersaing di Tingkat Lanjut“ 77. Kedua,

sesuai dengan misi Madrasah yaitu urutan ke empat, Meningkatkan

pembinaan siswa-siswi berbudi pekerti yang baik, dan enam, Menjadikan

siswa-siswi bebas buta baca tulis Al-Qur’an.78 Di perkuat lagi dengan

bagian Tujuan Madrasah pada urutan ke-tiga yaitu, Membentuk siswa-

siswi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

Pihak Madrasah kemudian memperhatikan dan melakukan ketetapan

secara nasional dan regional bahwa harus ada Sandaran (baca: standar)

Kompetensi Lulusan (SKL) siswa-siswi Madrasah tersebut, dalam hal ini

khusus akan dibahas hanya yang berkaitan dengan ibadah ghairu mahdhah

yaitu tentang akhlak mulia, sebagai berikut, secara nasional, urutan

77 Profil singkat MTs N Model Jambi tahun 2014, hlm. 7.

78 Ibid,.
X

pertama berbunyi, Meyakini, memahami, dan menjalankan ajaran agama

yang diyakini dalam kehidupan. Selanjutnya, atas keputusan bersama guru

dan siswa, SKL tersebut lebih terrinci sebagai profil siswa Madrasah

Tsanawiyah Negeri Model Jambi sebagai berikut, urutan pertama, Mampu

menampilkan kebiasaan sopan santun dan berbudi pekerti sebagai

cerminan akhlak mulia dan iman taqwa.79

2. Metode Pendidikan Akhlak

Secara nyata madrasah memiliki bermacam metode yang telah

dilakukan, seperti pengajaran aqidah akhlak di kelas secara aktif,

maksudnya adalah siswa dan guru membahas tentang pelajaran dengan

menyenangkan melalui permainan hafalan tentang hadits, kemudian

seluruh siswa berperan aktif di dalamnya, guru lainnya masih menerapkan

metode ceramah, dari pihak sekolah memberlakukan kegiatan

ekstrakulikuler, Seni Baca Al-Quran, Tajwid, dan Tahfidz untuk siswa

kelas VII, Pengembangan Muhadatsah Bahasa Arab untuk kelas VIII,

Ibadah Praktis, seperti Muhadhoroh, Tahlil, dan Penyelenggaraan Jenazah

untuk siswa kelas IX.

Hal ini merupakan wujud dari keseriusan sekolah untuk membina

siswa-siswi MTs N Model dalam proses pengembangan potensi akademik

dan emosional spiritual siswa- siswi tersebut, hal ini dibuktikan dengan

adanya kurikulum yang mengatur secara langsung dan tertulis.

79 Kurikulum MTs N Model jambi th. 2014,. Hlm. 65.


X

Namun peneliti melihat ada ketidak cocokan yang mendasar dari

metode pendidikan akhlak di MTs N Model The Hok Jambi, yaitu pada

penyajian baca tulis Al-Quran dengan metode Drill, imlak, dan pemberian

tugas. Metode Drill ini dirasakan tidak tepat sasaran, secara deskriptif,

metode Drill ini berbicara tentang mengerjakan cara shalat yang benar

sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui, ,80 bahasa sederhananya

adalah setelah diajarkan cara masuk ke rumah dan kemudian berlatih

melakukannya.81 Hal ini lebih tepat bila digunakan dalam mendidik ibadah

ghairu mahdhah (akhlak), sehingga warga MTs N Model The Hok Jambi

merupakan alat metode Drill tersebut khususnya seluruh penyelenggara

pendidikan, mulai dari Kepala Sekolah, Wakil Kepala, Majelis Guru, Staf

Tata Usaha, sampai kepada Satpam, dan Karyawan Kantin di Lingkungan

sekolah tersebut. Sehingga siswa sendiri akan merasa malu ketika

melakukan hal yang bertentangan dengan akhlak yang mulia.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Pelaksanaan

Pengajaran Pendidikan Akhlak di MTs N Model The Hok Jambi

1. Faktor Pendukung

Faktor pendukung kerjasama guru dengan orang tua siswa dalam

mendidik akhlak siswa adalah sebagai berikut :

1) Bimbingan Baca dan Hafal Quran

80 Zuhairini et al. Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Malang: Biro Ilmiah Fak.
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Malang, 1981), h. 83 dan 95.

81 Abdul Madjid Khon, Hadis Tarbawi, (Jakarta : Kencana prenada Media Group, 2012),
h. 39.
X

Banyaknya siswa/siswi kelas VIII yang sudah lancar membaca Al-

Quran sejumlah

Kelas Jumlah Hasil Tes Keterangan


KKM
No Siswa
Lulus % T.L %
1 VIII 247 185 75% 62 25% 66

Ini merupakan modal dasar untuk meningkatkan kemampuan siswa

yang belum lancar membaca Al-Quran sebanyak 62 siswa (25%)

dengan cara tutor sebaya, tadarus Al-Quran 5-10 menit tiap hari di jam

pelajaran pertama, hafalan surat dan ayat yang disesuaikan dengan

kompetensi dasar pokok bahasan Al-Quran di setiap semester yang

dinilai guru agama, penyajian baca tulis Al-Quran dengan metode

Drill, imlak, dan pemberian tugas yang diketahui orang tua, yasinan

yang diselenggarakan setiap hari Jum’at di jam pelajaran pertama.

Seluruh Kegiatan seperti : Pesantren Ramadhan, Istighotsah, Temu

anak yatim piatu, Keputrian mengacu kepada kompetensi membaca

Al-Quran, yang diharapkan seluruh siswa/siswi MTs N Model The

Hok jambi lancar membaca Al-Quran dan Fasih. Besarnya perhatian,

bimbingan dan keteladanan orang tua siswa tergambar dari hasil siswa

kelas VIII lancar membaca Al-Quran sebesar 75%.

2) Istighotsah

Kesiapan siswa kelas VIII dan panitia yang akan menghadapi UN

dan US, kesiapan sarana yang dibutuhkan seperti pengeras suara,


X

karpet, lembaran doa yang telah diperbanyak, serta dukungan guru-

guru dan wali kelas.

3) Pesantren Ramadhan dan Temu Yatim Piatu

Dukungan dan apresiasi dari stakeholders (Kementrian Agama

Kota jambi), ketika perwakilan kantor tersebut memantau kegiatan

pesantren Ramadhan dan bazaar buku agama. Acara kegiatan ditutup

dengan acara temu yatim piatu, pada kesempatan buka bersama

tersebut.

Hadir pada acara tersebut, selain guru-guru , perwakilan MUI

Kecamatan Jambi Selatan dan para pembimbing yatim piatu.

Dukungan datang bukan hanya dari orang tua, namun dari pengusaha

catering menyiapkan makanan dan perlengkapan konsumsi lainnya

yang hadir.

4) Pembiasaan Akhlak Mulia dan Ta’ziyah

Kegiatan ini tidak memerlukan biaya, tinggal niat dan kemauan

dari seluruh civitas sekolah, guru, TU dan siswa. Kemudian pada

kegiatan Ta’ziyah siswa serasa senasib sepenanggungan, kekompakan

sangat terasa terutama kelas yang salah satu anggota keluarganya

ditimpa musibah, dan siswa mampu mempraktekkan teori shalat

jenazah di dalam kejadian yang sesungguhnya.

5) Rapat Anggota komite Sekolah dengan Orang Tua Siswa

Kehadiran orang tua siswa yang diundang (97%), anggota komite

MTs N Model, seluruh wakasek dan wali kelas VIII. Pembiayaan,


X

meliputi sumber-sumber dana dari Komite Sekolah, sumbangan

bulanan dan tahunan,

a. Trerpenuhinya kebutuhan-kebutuhan di luar selain

kebutuhan rutin dalam menunjang pendidikan.

b. Terciptanya kedisiplinan dalam pemasukan Komite

Sekolah.

c. Dapat memanfaatkan DBO secara benar dan

optimal

d. Dimasa krisis ekonomi dana dikelola dengan hemat

dan berdaya guna tinggi.

6) Komitmen Mendidik Akhlak di MTs N Model The Hok Jambi

Dibawah ini dijabarkan komitmen yang dilakukan pihak guru dan

yang terkait lainnya :

a. Kemantapan guru dalam melaksanakan tugas pokok

sesuai dengan tuntunan kurikulum MTs N Model The Hok

Jambi

b. Kegiatan belajar mengajar dapat dilaksanakan

secara efektif dan efisien serta mencapai hasil daya serap

dengan yang telah digariskan dalam kurikulum

c. Hasil ulangan harian dan hasil prestasi belajar pada

akhir semester berfungsi secara optimal sebagai bahan untuk

mengadakan perbaikan hasil belajar mengajar


X

d. Wali kelas mampu berperan dalam menunjang

keberhasilan proses belajar mengajar

e. Perpustakaan berperan lebih optimal dalam rangka

keberhasilan proses belajar mengajar

f. Laboratorium IPA dapat lebih berperan optimal

g. Optimalisasi pemantapan waktu luang dengan

kegiatan ekstrakurikuler

h. Prestasi belajar siswa dari proses kegiatan belajar

mengajar yang diukur melalui ulangan harian, ulangan

umum, UAN dan lain sebagainya sesuai dengan yang

diharapkan

2. Faktor Penghambat

Faktor penghambat ini yaitu :

1) Bimbingan Baca dan Hafal Quran

Siswa belum lancar membaca Al-Quran sebanyak 62 orang (25%) dari

jumlah siswa kelas VIII sebanyak 247 orang.

No Nama Siswa Kelas Nilai Nilai Ket.

Baca Tajwid KKM


1 Rizka Amalia Fitri VIII A 40 30 66
2 Raden Gusti “ 64 65
3 Mariyatul Qibtiyah “ 68 50
4 Rizayanto “ 64 - 66
5 Hani Dwi Silvia “ 65 68
6 Deny Mutia “ 65 -
7 Desi Wulandari “ 64 -
8 Anggi Pratama “ 69 60
9 Frans Tegar “ 65 63
10 Moh. Agung “ 64 65
11 Lutfy hidayat “ 65 - 66
X

12 Ali Rahman “ 64 65
13 Fathurrahman “ 64 -
14 Tijar Purbaya VIII B 63 -
15 Ade Irma “ 64 60
16 Sri Riani “ 65 -
17 Andi Mapajalos “ 65 -
18 Aldi Cameron “ 65 -
19 Hilda Ningsih “ 20 -
20 Sri Rahayu “ 50 -
21 Riko Tampati “ 25 -
22 Ade Novrizal “ 25 -
23 Andi Syahputra “ 25 -
24 Ardi Wongso “ - - 66
25 Tegar Ramadhan VIII C 63 64
26 Marisca Putri “ 60 -
27 Rabiatul Adawiyah “ 68 50 66
28 Arifah Khairunnisa “ 68 -
29 Chandra “ 64 -
30 Moh. Saboni “ 60 68
31 Joko Susilo “ 64 -
32 Oliver Gravino “ 64 68
33 Raka Septahadi “ 65 60
34 Rinto VIII D 60 -
35 Maryadi “ 64 -
36 Neni wahyuningsih “ 64 -
37 Ratu Intan “ 60 60
38 Sesmilona “ 63 -
39 Romansyah “ 64 -
40 Tedisyah “ 57 -
41 Malik Ramdan “ 58 -
42 Septia Andini VIII E 20 -
43 Nabila Kania Ahra “ 60 63
44 Meilan Awaliyah “ 65 -
45 Ema Marlia “ 42 -
46 Gita Hidayanti “ 65 -
47 Adnan Nasution “ 40 -
48 Ilham Permadi “ 63 -
49 Ilham pribadi “ 64 -
50 Diki Jazim “ 60 -
51 Marisca Putri “ 40 -
52 Ade Irna VIII F - 63
53 Ika Kartina “ 64 -
54 Rio Putra “ 65 -
55 Frans Malino “ 62 -
X

56 Yuni Komara “ 40 -
57 Rahmi Hidayati “ 67 -
58 Tika Baraghbah VIII G 64 -
59 Aminah Bafadhal “ 63 -
60 Deni Muliawan “ 64 -
61 Hilda Ningsih “ 60 -
62 Rosmalasari “ 64 -

a) Ada sebanyak (5%) siswa yang didata mengikuti BBHQ

dihadapkan kepada ekskul lain di hari yang sama, sehingga siswa

memilih ekskul non agama.

b) Menghilangnya tradisi pembiasaan yang baik, keteladanan

orang tua siswa membaca Al-Quran dalam satu minggu hanya

malam jum’at saja itupun hanya membaca surat Yaasin.

c) Kurangnya program yang bersifat kesinambungan, di awal

pelaksanaan baik dan semarak jelang satu semester, anak mulai

berkurang, kejenuhan mulai melanda siswa dan guru, ditambah

metode yang kurang inovatif dan kreatif, pelaksanaan yang

mengandalkan tutor sebaya tanpa bimbingan dan arahan langsung

dari guru, serta faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi hal

tersebut.

d) Kurangnya kesadaran dari siswa sendiri untuk belajat

membaca Al-Quran di luar kelas, belajar dirasakan merupakan

beban bukan suatu kebutuhan.

2) Istighosah
X

Kekurangan dukungan dari guru-guru yang sedikit peran atas

kegiatan ini. Masih ada siswa kelas VIII yang tidak serius mengikuti

kegiatan istighosah.

3) Pesantren Ramadhan dan Temu Yatim Piatu

Materi pesantren Ramadhan tidak variatif , metode penyampaian

yang terlalu terfokus pada guru, sehingga tidak ada kesempatan bagi

siswa untuk berfikir inovatif, kreatif dan visioner.

Panitia akan dihadapkan pada dua sisi apakah belajar atau jadi

panitia pesantren Ramadhan, masih ada siswa yang tidak mengikuti

penuh pesantren Ramadhan, dengan alasan yang tidak rasional.

Banyak siswa yang tidak mengikuti kegiatan temu yatim piatu,

dikarenakan :

a) Hari terakhir sekolah, siswa yang dari daerah banyak yang

sudah mudik

b) Siswa yang hadir yang ada hanya siswa kota saja.

4) Rapat Anggota Komite dengan Orang Tua Siswa

Anggapan orang tua siswa rapat yang diadakan anggota komite

sekolah identik dengan permintaan keuangan. Sumber-sumber dana

dari Komite Sekolah seperti sumbangan bulanan, sumbangan tahunan,

belum maksimal terkumpul. Pengeluaran dana masih ada yang belum

sesuai dengan ketetapan yang dianggarkan RAPBS.

5) Komitmen Mendidik Anak di MTs N Model The Hok Jambi


X

a) Guru dalam melaksanakan tugas pokok belum optimal

dengan tuntutan kurikulum MTs N Model The Hok Jambi

b) Kegiatan belajar mengajar belum dapat terlaksana secara

efektif dan efisien, serta hasil daya serap belum mencapai target

yang telah ditetapkan dalam kurikulum

c) Hasil ulangan harian dan hasil prestasi belajar pada akhir

semester belum berfungsi secara optimal sebagai bahan untuk

mengadakan perbaikan hasil belajar mengajar

d) Peran wali kelas belum optimal dalam menunjang

keberhasilan proses pendidikan akhlak

e) Pemantapan waktu luang tidak optimal dengan kegiatan

ekstrakulikuler

f) Peningkatan akhlak mulia pada prakteknya tidak

berdampak signifikan terhadap keseharian siswa baik di sekolah

maupun di rumah

E. Keberhasilan Kerjasama Orang Tua Dan Guru Dalam Mendidik

Akhlak Siswa (Studi Kualitatif Tentang Intensitas Ibadah Siswa Di

Madrasah Tsanawiyah Negeri Model The Hok Jambi).

Ada beberapa keberhasilan mengenai kerjasama orang tua dan guru dalam

mendidik akhlak siswa di MTs N Model The Hok antara lain :

1. Penurunan nilai ketidak lulusan siswa kelas VIII, tes

dilakukan pada tanggal 21 s/d 30-05-13, dengan hasil sebagai

berikut :
X

No Kelas Jumlah Hasil Tes Keterangan


Lulus % T.L %
Siswa KKM
1 VIII A 35 33 94 2 6 66
2 VIII B 35 32 91 3 8,5
3 VIII C 35 33 94 2 6
4 VIII D 35 25 71 10 29
5 VIII E 35 25 71 10 29
6 VIII F 36 28 78 8 23
7 VIII G 36 28 78 8 23
Jumlah 247 204 82,5 43 17,5
Antara Juni – Agustus siswa kelas VIII naik ke kelas IX, di awal

semester I tahun ajaran 2013/2014 siswa dites kembali oleh Guru

Quran Hadis Drs. Huzairin. Dan pada ujian praktek membaca

Quran pada tanggal 12 s/d 17 April 2014 hasilnya adalah sebagai

berikut :

No Kelas Jumlah Hasil Tes Keterangan


Lulus % T.L %
Siswa KKM
1 VIII A 35 35 100 - 66
2 VIII B 35 35 100 -
3 VIII C 35 35 100 -
4 VIII D 35 33 94 2 9
5 VIII E 35 33 94 2 9
6 VIII F 36 33 92 3 8
7 VIII G 36 31 86 5 14
Jumlah 247 235 95,1 12 5

2. Prestasi Lomba MTQ dan Nasyid yang diraih anak-anak

MTs N Model The Hok Jambi dalam berbagai event, berikut

tabelnya :

No Nama Lomba Tingkat Tempat/Waktu Juara


1 Lomba Nasyid Kotamadya Masjid

Piala IAIN STS Arroudhoh 3


X

Jambi Telanaipura

Th. 2013
2 MTQ Tingkat Kotamadya Masjid Raya

Kota Putra Magatsari 1

Cabang Lomba Pasar Jambi

Tilawah Anak- Th. 2014

anak
3 MTQ Putri Kotamadya Masjid Raya

Cabang Lomba Magatsari 2

Tilawatil Quran Pasar Jambi

Anak-anak Th. 2014


4 Lomba Nasyid Kotamadya MAN Model

Festival The Hok 2

Muharram antar Jambi

pelajar

SMP/MTs se-

Kota Jambi

3. Kegiatan lainnya seperti Istighosah, pesantren Ramadhan,

temu yatim piatu, Shalat Zuhur berjama’ah, Isra’ mi’raj, Maulid

Nabi Muhammad SAW dan sebagainya merupakan kegiatan

ekstrakurikuler yang bersifat optimasi artinya kegiatan yang lebih

menonjolkan syi’ar Islam, Motivasi, dan Akhlak Mulia.


X

4. Sarana dan prasarana yang menunjang proses pendidikan,

yaitu sedang dibangunnya ruang PMR, Bimbingan Konseling, dan

Perpustakaan.

Beberapa keberhasilan di atas dapat diamati dalam keseharian di sekolah

berdasarkan indikator sebagai berikut:

a. Meningkatnya pengalaman ibadah wajib dan sunnah seperti shalat

Zuhur berjama’ah, Shalat Jum’at, Shalat Duha, puasa dan partisipasi dalam

shadaqoh oleh siswa, guru dan staf sekolah lainnya.

b. Meningkatnya keimanan, kebersihan, ketertiban dan keindahan

lingkungan sekolah yang diukur dengan menggunakan persepsi siswa,

orang tua dan masyarakat sekitar.

c. Menurunnya frekuensi dan intensitas kenakalan siswa MTs N

Model The Hok jambi baik di Dalam maupun di Luar sekolah.

d. Frekuensi kegiatan pembinaan keagamaan di sekolah dan

sekitarnya yang meningkat, dan seterusnya.

F. Prospek Pengembangan Akhlak dalam Meningkatkan Sumber daya

Manusia di MTs N Model The Hok Jambi

Pada dasarnya setiap manusia mempunyai cahaya kebaikan yang mendasar

di dalam sanubarinya, hanya saja lingkungan keluarga sebagai tempat pertama

setiap manusia itu yang akan mencetak pribadi, tindak tanduk, serta watak

manusia tersebut, setelah itu, pengaruh lingkungan masyarakat, yakni tempat

seorang manusia melakukan proses pembentukan fisik dan psikisnya.


X

Untuk menjadikan lingkungan yang telah tersedia itu menjadi pendukung

yang positif, maka perlu adanya usaha yang dilakukan secara kontinu-

berkesinambungan, semisal etika dalam komunikasi yang dibangun haruslah

sesuai dengan tuntunan Islam, tujuannya adalah keuntungan yang tidak ternilai

dan tidak berbanding terhadap apapun yang ada di Dunia. Inti dari komunikasi

berbasis Islam adalah bersikap Adil, sesuai dengan penjelasan peneliti di awal

tentang akhlak yang mulia.

Akhlak manusia terbentuk melalui proses yang membutuhkan waktu,

prospek pengembangan akhlak adalah menciptakan suatu kebiasaan di dalam

sebuah lingkungan. Jika berbicara tentang lingkungan maka, sudah pasti keluarga

dan masyarakat tergabung dan menjadi bagian di dalamnya. Tindakan nyata

apakah yang dibutuhkan dalam mewujudkan pengembangan akhlak yang mulia

khususnya di lingkungan MTs N Model The Hok jambi. Sebagai mana Rasulullah

diutus oleh Allah SWT ke atas bumi ini, salah satunya adalah menyempurnakan

akhlak manusia, yang pada masa itu moral bangsa arab sudah melewati kata

wajar/patut, sehingga bangsa tersebut menjadi tidak wajar/ tidak patut disebut

sebagai Manusia.

Pihak sekolah sebagai sosial akademik kontrol, harus bertindak nyata

terhadap permasalahan saat ini, perihal kenakalan siswa yang melewati batas

kewajaran di umur yang relatif muda. Hal tersebut baru akan terwujud apabila

sekolah memberlakukan :

a. Menciptakan Budaya introspeksi diri, bagi seluruh komponen

pendidik, peserta didik, dan warga masyarakat sekitar MTs N Model


X

terhadap cara menghadapi suatu masalah, dengan kata lain bijaksana

dalam bersikap, pikir dahulu sebelum bertindak, dan menjadikan suasana

kerja seakan tak dapat ditunda dilain waktu (tidak menunda waktu)

b. Menciptakan budaya berfiki positif dengan nilai etika dan estetika

keislaman.

c. Menjadikan budaya membaca sebagai nafas dari pendidikan di

lingkungan MTs N Model The Hok jambi.

Ketiga point di atas merupakan tindakan nyata yang akan dapat merubah

akhlak siswa MTs N Model The Hok Jambi, sebagai prospek pengembangan

akhlak tersebut

BAB V

SIMPULAN & SARAN


X

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Program Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam mendidik akhlak

siswa di MTs N Model The Hok Jambi adalah:

a) Bimbingan baca dan Hafalan Quran, pada pertemuan

pertama mengajar di kelas, seluruh siswa diuji kompetensi

membaca Al-Quran, siswa yang belum memenuhi KKM mengikuti

bimbingan baca dan hapalan Quran. Yang bertujuan agar siswa

mampu, benar dan fasih membaca Al-Quran.

b) Pesantren Ramadhan dilaksanakan 3 tahap, 3 hari pertama

kelas VII, 3 hari kedua kelas VIII dan 3 hari ketiga kelas IX,

pemateri, guru umum dan tokoh-tokoh agama yang ada di Kota

Jambi, tujuannya adalah meningkatkan rasa hormat kepada orang

tua, guru dan peningkatan ibadah mahdhah serta ghairu mahdhah.

c) Kegiatan Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi SAW, tahun baru

Hijriyah, dilaksanakan setahun sekali di gedung serbaguna MAN

Model The Hok Jambi diawali berbagai lomba keagamaan sepertui:

lomba adzan, MTQ, puisi Islami, kebersihan antar kelas, lomba

ceramah dan lain sebagainya. Tujuan kegiatan adalah membentuk

lingkungan Islami, generasi Rabbani, generasi yang takut terhadap

larangan Allah SWT, shalat wajib sehingga dapat menjadi generasi

yang membawa perubahan positif.


X

d) Pembiasaan akhlak mulia dan Ta’ziyah, kegiatan yang

membiasakan siswa bersikap dan berprilaku sesuai dengan yang

dicontohkan Rasulullah SAW contohnya mengucapkan salam

sebagai do’a kepada sesame muslim, muhasabah diri terhadap

musibah, dan seterusnya. Sedangkan ta’ziyah adalah melayat

kerumah seseorang yang ditinggal wafat, baik keluarga siswa, guru,

maupun TU.

e) Rapat Anggota komite Sekolah dengan Orang Tua Siswa.

Kegiatan ini dilakukan minimal satu semester sekali atau

disesuaikan dengan kebutuhan sekolah, tujuannya mengundang

seluruh orang tua murid, wali kelas dan seluruh pengurus BP3

untuk diberikan penjelasan tentang kebijakan-kebijakan, program,

pelanggaran dan aktifitas siswa di sekolah, kemajuan dan hambatan

belajar siswa serta yang tidak kalah pentingnya dari segi material

yang dibutuhkan pihak sekolah.

f) Komitmen Mendidik akhlak Anak di MTs N Model The

Hok Jambi. Untuk merealisasikan tujuan yang diemban seluruh

komponen MTs N Model berkomitmen untuk :

1) Meningkatkan kualitas Proses Belajar Mengajar

(PBM)

2) Meningkatkan kualitas guru

3) Meningkatkan kualitas akhlak siswas


X

2. Faktor Penunjang dan Penghambat Kerjasama Guru dan Orang Tua

dalam mendidik akhlak Siswa di MTs N Model The Hok Jambi :

Faktor Penunjang Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam mendidik

akhlak siswa di MTs N Model The Hok Jambi antara lain adalah : a)

BBHQ, siswa kelas VIII lancar membaca Al-Quran 235 orang (95,1 %).

b) pesantren Ramadhan : dukungan dari berbagai stakeholder Dinas

Pendidikan, Depag dan MUI dan Sekolah. c) pembiasaan akhlakul

karimah dan ta'ziyah : pembiayaannya bebas dan hanya tergantung pada

niat dan kemauan, mempraktekkan teori shalat jenazah dilapangan

langsung pada saat kejadian kematian dan diluar kejadian.

a. Rapat anggota Komite Sekolah dengan Orang Tua Siswa

Kehdiran orang tua siswa ang diundang (97%), anggota komite

sekolah, seluruh Wakasek dan wali siswa kelas VII. Pembiayaan,

meliputi sumber-sumber dana dari Komite Sekolah, sumbangan

bulanan dan sumbangan tahunan.

1) Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan diluar/ selain

kebutuhan rutin dalam menunjang pendidikan.

2) Terciptanya kedisiplinan dalam pemasukan Komite Sekolah

3) Dapat Memanfaatkan DBO secara benar dan optimal

4) Di masa krisis ekonomi dana dielola dangan hemat dan

berdaya guna tinggi.

5) Pembicaraan masalah akhlak yang bermuara pada praktek

kebaikan.
X

b. Komitmen Mendidik Anak di MTs N Model The Hok

Jambi

 Kemantapan guru dalam melaksanakan TUPOKSI sesuai

dengan kurikulum MTs N Model The Hok jambi.

 Kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana secara efektif

dan efisien serta mencapai hasil target kurikulum.

 Hasil ulangan harian dan prestasi belajar pada akhir

semester berfungsi secara optimal sebagai bahan untuk

mengadakan perbaikan hasil belajar.

 Wali kelas mampu berperan dalam menunjang keberhasilan

proses belajar mengajar.

 Optimalisasi pemantapan waktu luang dengan kegiatan

ekstrakulikuler.

 Prestasi belajar siswa dari proses kegiatan belajar yang

diukur melalui ulangan harian, ulangan umum, UAN dan lain-

lain sesuai dengan hasil penelitian.

Faktor penghambat kerjasama guru dan orang tua siswa dalam

mendidik akhlak siswa di MTs N Model The Hok Jambi adalah :

 Masih ada siswa yang belum lancar dalam membaca Al-

Quran sebanyak 62 orang.

 Istighosah, dukungan wali kelas, guru-guru hanya (13%).

 Pesantren Ramadhan dan Temu Yatim Piatu : materi

pesantren, monoton, tidak variatif, metode penyampaian terfokus


X

pada guru, siswa yang hadir dalam temu yatim tersebut hanya

siswa dalam Kota saja.

 Rapat anggota Komite dengan Orang Tua Siswa selalu

diedentikkan dengan permintaan dana, sehingga berdampak pada

pertemuan rutin, bulanan, tahunan, dan lainnya belum maksimal

adanya. Pengeluaran dana masih ada yang sesuai dengan ketentuan

yang dianggarkan RAPBS.

 Komitmen mendidik anak di MTs N Model The Hok Jambi

1. Kegiatan belajar belum dapat terlaksana secara efektif dan

efisien, serta hasil daya serap belum mencapai target yang telh

ditetapkan dalam kurikulum

2. Hasil ulangan harian dan hasil prestasi belajar pada akhir

semester belum berfungsi secara optimal sebagai bahan untuk

mengadakan perbaikan hasil belajar mengajar

3. Peran wali kelas, staf guru, belum optimal dalam

menunjang keberhasilan pendidikan akhlak karena belm

adanya sangsi tegas atas pelanggarannya, sangsi hanya

dijatuhkan kepada siswa saja

4. Pemantapan watu luang belum optimal dengan

eksrakulikuler

5. Prestasi belajar yang diukur dari ulangan harian, ulangan

umum, dan lain-lain belum sesuai dengan yang diharapkan.


X

3. Keberhasilan dari Kerjasama Orang Tua dan Guru dalam mendidik

Akhlak Siswa (Studi Kualitatif tentang Intensitas Ibadah siswa di

Madrasah Tsanawiyah Negeri Model The Hok Jambi) adalah :

a) Penurunan nilai ketidak lulusan membaca Al-Quran siswa kelas VIII.

b) Prestasi lomba MTQ dan Nasyid tingkat Kota Jambi c) meningkatnya :

pengalamalan ibadah wajib dan sunnah, keimanan, kebersihan, ketertiban

serta menurunnya intensitas kenakalan siswa MTs N Model The Hok

Jambi

B. Saran

Dari proses penelitian yang disajikan di atas maka disarankan :

1. Teknologi informasi saat ini memiliki tempat tersendiri di hati

setiap orang, dan itu akan membawa dampak positif dan negatif, tinggal

bagaimana orang tersebut menyikapinya. Dalam bidang pendidikan,

teknologi ini kian terlihat manfaatnya dalam proses pembelajaran, namun

peran teknologi ini jika tidak diimbangi oleh metode yang digunakan oleh

pendidik (guru), nilai pendidikan tersebut akan menjadi kurang bermutu

secara kontemporer. Seperti Metode Teacher Centered (guru dijadikan

pusat informasi), yang akhirnya berdampak mejadi informatif,

indoktrinatif, tidak boleh dikritik, sebagai pusat informasi, guru merasa

paling pintar. Untuk masa sekarang ini harus sudah ditinggalkan yang

seperti itu.

Siswa akan lebih tertarik dengan kegiatan diskusi, atau

memberikan pendapat sendiri terhadap suatu kejadian dan fenomena.


X

Dalam batas-batas tertentu, kegiatan mengumpulkan data, atau

melasanakan tugas pribadi dan kelompok masih jauh lebih baik. Tugas

untuk mencari data dan informasi kepada nara sumber tertentu, dan

melaporkan hasil pekerjaannya sendiri masih menjadi kegiatan yang cukup

menarik.

2. Sebagus apapun suatu program yang telah dirancang MTs N Model

The Hok Jambi, tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari orang tua siswa,

atau bahkan menentangnya, maka akan sia-sia saja, oleh karena itu pihak

sekolah berharap orang tua siswa mendukung bahkan ikut memberikan

terobosan mental moral yang menjadikan akhlak siswa tersebut

menjadi lebih baik, dengan bentuk program gerakan nabi

muhammad sebagai idola umat muslim yang diaplikasikan dengan

praktek nyata akhlak mulianya, bukan hanya sebatas pengetahuan

teoritis namun praktek langsung oleh orang tua dan warga sekolah ,

baik di lingkungan sekolah, di rumah maupun di masyarakat sekitar.

3. Untuk meningkatkan program kerjasama antara orng tua dan guru

dalam menddik akhlak siswa di MTs N Model The Hok Jambi, perlu

mendayagunakan lagi rapat komite sekolah dengan orang tua siswa secara

maksimal dan organisasi –organisasi kesiswaan yang ada disekolah,

seperti PMR, Pramuka, OSIS (seksi rohani) dan sebagainya. Untuk

memberikan rasa memiliki (Sense of Belonging) kepada siswa sebagai

bintang utama dalam membentuk akhlak mulia pada film kehidupan diri

masing-masing.
X

4. Untuk meningkatkan kenyamanan siswa dalam mencapai tujuan

pendidikan, hendaknya pihak MTs N Model The Hok Jambi

memperhatikan kebersihan dan kelayakan sarana umum di sekolah, seperti

: buku penunjang untuk membentuk akhlak mulia, Aqidah akhlak, Fikih,

Quran Hadis, dan lainnya, jumlah WC yang kurang dari jumlah tampung

siswa, serta mendukung dan praktek langsung gerakan Mencontoh sifat

Rasulullah SAW dalam bersosial sehari-hari.

5. Sarana dan prasarana MTs N Model The Hok Jambi yang sudah

baik hendaknya diikuti dengan pemeliharaan yang rutin, tugas ini bukan

hanya tugas penjaga sekolah namun tugas seluruh komponen masyarakat

sekitar sekolah dan warga sekolah itu sendiri.


X

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasy, M. Athiyah. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam. Jakarta : Bulan

Bintang. 1993

An-Nahlawi, Abdurrahman. Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan

Masyarakat. Jakarta : Gema Insani.1995

Al-Ghazali, Imam. Ihya Ulumuddin Menuju Filsafat Ilmu dan Kesucian Hati di

Bidang Insan Ihsan. CV Bintang Pelajar. Tt

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penenlitian. Jakarta : Rineka Cipta. 1993

Ashshiddiqi, Hasbi dkk, Al-Quran dan Terjemahan. Depag RI. Jakarta 1983

Al-Khudhari Biek, Syaikh Muhammad. Ushul Fiqih, Jakarta : Pustaka Amani.

2007.

Allamah M.H. Thabathaba’I, Mengungkap Rahasia al-Quran. (terj.)

A. Malik madany dan Hamim Ilyas dari judul asli al-Quran fi

al-Islam, (Bandung : Mizan, 1990), cet. III

Ali, Moh. Penelitian Kependidikan. Jakarta : Rineka Cipta. 1987.

Ahmadi, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia. 1993

Arifin, M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 1991

Anderson, Ronal H. Pemulihan dan Pengembangan Media untuk pembelajaran.

Jakarta : Raja grafindo. 1994

Achmadi, Abu. Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Aditya

Media. 1992

Al- Mahalli, imam Jalaluddin dan Al-Suyuthi, Imam jalaluddin. Tafsir Jalalain.

Bandung : Sinar Algesindo. 1996


X

Al-Ghazali, Imam. Ihya’ Ulumul al-Din. jilid III

Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 1991.

cet.I

Barnadib, Sutari Imam. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta. 1993

Bek, Ahmad al-Hasyimi. Mukhtar al-Ahadits al-Nabawiyah. Mesir :

al-Mak abah al-Tijariyah al-kubra. 1948. cet. VI

Bukhari, Shahih. Bab Jenazah. no. 1271

Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara. 2008

Daradjat, Zakiah. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta : Bulan Bintang.

1987

Didin Hafidudin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah dalam

Prkatik. Jakarta : Gema Insani. 2003

DIRJEN DIKDASMEN, DEPDIKNAS. Peningkatan Keimanan dan Ketaqwaan

melalui Kerjasama Sekolah dengan Orangtua dan Masyarakat. Jakarta :

Bagian proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru. 2003

Emilia, Emi. Menulis Tesis dan Disertasi. Bandung : Alphabeta. 2008

Fadhil Al Jamali, Muhammad. Tanbiyah Al-Insan Al-Jadid. Tunisiyah tt.

Fattah, Nanang. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : Remaja

Rosdakarya. 2006

Friel, John dan Friel, Linda. D. 7 kesalahan Terbesar Orang tua dan Cara-cara

Memperbaikinya. Bandung : Kaifa. 2002

Habib, M.Syafat. Buku Pedoman Dakwah. Jakarta : Wijaya. 1986

Hakim, Abdul Hamid. Mabadi Awaliyah. Jakarta : Sa'diyah Putra. Tt


X

Indrakusumah, Amir Dalem. Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya : Usaha

Nasional. 1973

Ibrahim, Bin mahdi. Amanah dalam manajemen. Jakarta : Pustaka

Al Kautsar 2008

Al-Jabbar, Al-Qadli Abd. al-Mughni fi Abwab al-Tauhid wa al-‘Adl,

Juz VI

Khallaf, Abdul Wahhab. Ilmu Ushul Fiqh. Jakarta : Pustaka Amani. 2003

Khallaf, Abdul Wahhab. Kaidah-kaidah Hukum Islam. Bandung : Risalah. 1985

Khon, Abdul Madjid. Hadis Tarbawi. Jakarta : Kencana prenada

Media Group. 2012

Langgulung, Hasan. Manusia dan Pendidikan Suatu Analisa Psikologi dan

Pendidikan. Jakarta : Pustaka Al Husn. 1989

Langgulung, Hasan. Pendidikan Islam Dalam Abad ke-21. Jakarta : Al Husna

Zikra. 2001

Muda’im, Ali Hamdi. Ramalan-ramalan Rasulullah SAW tentang

akhir zaman, Jakarta: CV. Bintang pelajar, 1987

Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya. 2001

Muhammad, Abu Bakar. Metode Khusus Bahasa Arab, Surabaya : Usaha

Nasional. 1981

Masy'ari, Anwar. Membentuk Pribadi Muslim. Bandung : PT Al-Ma'arif. 1991

Nurkancana, Wayan. Evaluasi Pendidikan. Surabaya : Usaha Nasional. 1999


X

Nasution, Andi Hakim. Pengantar ke Filsafat Sains. Bogor : Litera Antar Nusa.

1989

Nasution, Harun. Falsafah dan Mistisisme dalam Islam. Jakarta :

Bulan Bintang. 1983. cet.III

Nata, Abudin. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Bandung :Penerbit

Angkasa. 2003

Nata, Abuddin. Akhlak Tasawuf. Jakarta : Rajawali Pers, 2012. Ed.

An Nahlawi, Abdurrahman. Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan

Islam. Bandung :VC.Diponegoro. 1992

Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosda karya. 1995

Pidarta, Made. Landasan Kependidikan Stimulus Ilmu pendidikan Bercorak

Indonesia. Jakarta : Kalam Mulia. 2002

Rahim, Husni. Arah Baru pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta : Logos Wacana

Ilmu. 2001

RI, DEPAG. Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam Sekolah

Tingkat Menengah, Jakarta : Kalam Mulia. 2002

RI, DEPAG. Panduan Karya Tulis/Karya Ilmiah Guru Pendidikan Agama islam.

Jakarta : Dirjen Kelembagaan Agama Islam. 2004

RI DEPAG, Al-Quran dan Terjemahnya. Jakarta :CV. Kathada, 2005

RI, UU No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. 2003

Rahman, Fatchur. Musthalahul hadis. Bandung: Al-Ma'arif. 1985

Ramayulis. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Kalam Mulia. 1994


X

Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kalam Mulia. 2008

Robbin dan Coulter, Manajemen (edisi kedelapan). Jakarta : PT

Indeks. 2007

Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Bhineka

Cipta. 2003

Satori, Djam'an. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Alphabeta. 2009

Sudjana, Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Algesindo. 2004

Sudarsono. Etika Islam Tentang kenakalan Remaja. Jakarta : Rineka Cipta. 2005

Seetiawan, Otong Djuharie. Pedoman Penulisan Tesis dan Disertasi. Bandung :

Yrama Widya. 2001

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan :Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan

R&D. Bandung : Alphabeta. 2008

Suparta dkk. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Jakarta : Amisco. 2003

Suparman, Atwi. Pola-pola dalam Strategi Pembelajaran. Jakarta : Rajawali

Press. 1996

Suparman, Atwi. Disain Instruksional. Jakarta : Universitas Terbuka. 1997

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 1997

Suriasumantri, S Jujun. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan. 2007

Surakhmad, Winarno. Pengantar Penelitian-penelitian Ilmiah Dasar Metoda

Teknik. Bandung : Tarsito. 1998

Sulaeman, Hasan Fathiyyah. Alam Fikiran Al-Ghazali Mengenai Pendidikan dan

Ilmu, Bandung : CV Diponegoro. 1986


X

Sutopo, Hendyat. Pengantar Operasional Administrasi

Pendidikan. Surabaya : Usaha nasional. 1982

Tafsir, Ahmad. Strategi Meningkatkan Mutu PAI. Bandung : Maestro. 2008

Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya. 2008

Tafsir, Ahmad. Metodologi Pengajaran Agama Islam. Bandung : Remaja Rosda

karya. 2008

Tafsir, Ahmad. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

2009

Tafsir, Ahmad Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama

Islam, (Bandung : Maestro, 2008

Terry, George R. Prinsip-prinsip Manajemen. Jakarta : Bumi

Aksara. 2006

Thalib, Muhammad. Ensiklopedi Keluarga Sakinah. Jakarta :

Kalam Mulia. 2001

Uhbiyati, Nur. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung : Pustaka Setia. 1997

Uzer Usman, Moh. Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.

2009

Ulwan, Abdullah Nasihin. Pendidikan Anak Menurut Islam Pemeliharaan

Kesehatan Jiwa Anak. Bandung : Remaja Rosdakarya. 1992

WJS, Purwadaminta. Kamus Umum bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

1976
X

Yusuf, Samsu LN. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :

Remaja Rosdakarya. 2004

Zein, Muhammad. Methodologi Pengajaran Agama. Yogyakarta : AK Group dan

Indra Buana. 1995

Zuhairini. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya : Usaha Nasional. 1983

LAMPIRAN-LAMPIRAN
X
X
X
X
X
X
X
X

Anda mungkin juga menyukai