Pencegahan Dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa
Pencegahan Dan Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa
Permasalahan konflik yang terjadi saat ini antar partai, daerah, suku, agama dan lain-
lainnya ditenggarai sebagai akibat dari ketidak puasan atas kebijaksanaan pemerintah pusat,
dimana segala sumber dan tatanan hukum dinegara ini berpusat. Dari segala bentuk
permasalahan baik politik, agama, sosial, ekonomi maupun kemanusiaan, sebenarnya memiliki
kesamaan yakni dimulai dari ketidakadilan yang diterima oleh masyarakat Indonesia pada
umumnya sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap pemerintah pusat, terutama bila kita
meninjau kembali kekeliruan pemerintah masa lalu dalam menerapkan dan mempraktekkan
kebijaksanaannya.
Konflik yang berkepanjangan dibeberapa daerah saat ini sesungguhnya berawal dari
kekeliruan dalam bidang politik, agama, ekonomi, sosial budaya, hukum dan hankam. Kondisi
tersebut lalu diramu dan dibumbui kekecewaan dan sakit hati beberapa tokoh daerah, tokoh
masyarakat, tokoh partai dan tokoh agama yang merasa disepelekan dan tidak didengar aspirasi
politiknya serta para eks tapol/Napol. Akumulasi dari kekecewaan tersebut menimbulkan
gerakan radikal dan gerakan separatisme yang sulit dipadamkan.
Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan dan kesiapsiagaan nasional dalam
menghadapi ancaman disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada posisi yang tepat sesuai
dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk mencegah ancaman
disintegrasi bangsa harus diciptakan keadaan stabilitas keamanan yang mantap dan dinamis
dalam rangka mendukung integrasi bangsa serta menegakkan peraturan hukum sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Untuk itu harus mempunyai pengertian yang sama, wawasan nusantara versi Lemhanas
yang dijadikan sebagai pegangan pokok yaitu “cara pandang bangsa Indonesia yang berlingkup
demi kepentingan nasional, yang berlandaskan Pancasila, tentang diri dan lingkungannya, serta
tanah airnya sebagai negara kepulauan dengan semua aspek kehidupannya yang beragam dan
dinamis, dengan menggunakan persatuan dan kesatuan wilayah Indonesia, yang tetap
menghargai dan menghormati ke Bhinnekaan dalam semua aspek kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara untuk mewujudkan cita-cita nasional”.
Keadaan ini akan dapat terlaksana dengan baik apabila setiap warga negara
memiliki kepatuhan terhadap semua aturan dan tatanan yang berlaku dimasyarakat pada semua
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada zaman reformasi ini dengan berbagai krisis
yang berdampak munculnya beraneka ragam tuntutan masyarakat, menggunakan isue-isue
universal, masyarakat menghendaki perubahan-perubahan yang mendasar diberbagai tatanan
kehidupan dan sistem berbangsa dan bernegara. Dibeberapa wilayah bermunculan kelompok-
kelompok separatis yang menghendaki memisahkan diri dari NKRI, bahkan tindakan-tindakan
anarkis yang bernuansa SARA .
Dampak semua itu telah menimbulkan berbagai kecemasan tentang masa depan bangsa
yang penuh ketidak pastian, sebagai akibat berkembangnya pemikiran primordialisme sempit
yang dikumandangkan oleh golongan tertentu yang dikemas dengan muaranya tuntutan hati
nurani rakyat dan ujungnya merupakan kepentingan politik, kelompok atau golongan.
Dalam situasi seperti ini sudah saatnya merapatkan barisan untuk membangun
kembali potensi bangsa yang sudah retak dan lunturnya rasa nasionalisme, untuk memperkokoh
ketahanan nasional sebagai landasan konsepsional sehingga dapat diwujudkan keuletan dan
ketangguhan yang handal sesuai harapan.
Kondisi ini ditanamkan oleh Belanda pada sebagian rakyat Indonesia, bahkan masih
digunakan secara turun-temurun khususnya yang terjadi pada RMS dan OPM, hingga saat ini
masih terjadi gejolak yang selalu membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa, apabila hal
tersebut dapat dikaji penyebab utamanya adalah belum disosialisasikannya sikap perilaku
menghormati privacy seseorang dalam suatu tata hukum bermasyarakat, dan semakin lama
dibiarkan berkembangnya campur tangan memasuki wilayah privacy perorangan maka dapat
mengakibatkan tumbuh menjadi sumber konflik.
Hal tersebut telah melahirkan ketidakadilan konflik vertikal antara pusat dan daerah,
maupun konflik horizontal serta konflik komunal antar berbagai unsur masyarakat, dalam
bebagai perbedaan yang muncul. Usaha untuk mewujudkan gerakan reformasi secara konsekuen
dan konsisten dalam mengakhiri berbagai konflik yang bersifat multidimensi harus memerlukan
kesadaran dan rasa nasionalisme seluruh warga negara.
Dari beberapa kajian beberapa narasumber maka dapat disimpulkan adanya lima faktor
utama yang bisa menjadi penyebab utama masalah disintegrasi bangsa.
Pertama, krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama. Krisis di sektor ini
selalu merupakan faktor amat signifikan dalam mengawali lahirnya krisis yang
lain (politik-pemerintahan, hukum, dan sosial). Secara garis besar, krisis
ekonomi ditandai merosotnya daya beli masyarakat akibat inflasi dan
terpuruknya nilai tukar, turunnya kemampuan produksi akibat naiknya biaya
modal, dan terhambatnya kegiatan perdagangan dan jasa akibat rendahnya daya
saing. Muara dari semua ini adalah tutupnya berbagai sektor usaha dan
membesarnya jumlah pengangguran dalam masyarakat.
Ketiga, krisis sosial dimulai dari terjadinya disharmoni dan bermuara pada
meletusnya konflik kekerasan di antara kelompok-kelompok masyarakat (suku,
agama, ras). Jadi, di kala krisis ekonomi sudah semakin parah, yang
akibatnya antara lain terlihat melalui rontoknya berbagai sektor usaha,
naiknya jumlah penganggur, dan meroketnya harga berbagai produk, maka
kriminalitas pun akan meningkat dan berbagai ketegangan sosial menjadi sulit
dihindari. Dalam situasi seperti ini, hukum akan terancam supremasinya dan
kohensi sosial terancam robek. Suasana kebersamaan akan pupus dan rasa
saling percaya akan terus menipis. Sebagai gantinya, eksklusivisme, entah
berdasar agama, ras, suku, atau kelas yang dibumbui sikap saling curiga yang
terus menyebar dalam hubungan antarkelompok. Bila berbagai ketegangan ini
tidak segera diatasi, maka eskalasi konflik menjadi tak terhindarkan.
Disharmoni sosial pun dengan mudah akan menyebar. Modal sosial berupa
suasana saling percaya, yang merupakan landasan bagi eksistensi sebuah
masyarakat bangsa, perlahan-lahan akan hancur.
Proses intervensi terakhir ini amat mungkin terjadi saat pemerintah nasional
sudah benar-benar tak berdaya mengontrol lalu lintas informasi, komunikasi,
mobilitas sosial, serta transportasi darat, laut, dan udara. Bila ini
terjadi, maka jalan menuju disintegrasi semakin jelas, hanya menunggu waktu
sebelum menjadi kenyataan.
Untuk mencegah disintegrasi yang memicu pergerakan separatis,maka hal – hal yang
menurut kami perlu dilakukan yaitu dengan beberapa penanggulangan atau pencegahan dengan
cara:
Perbaikan pada situasi politik bangsa ini dapat dilakukan bilamana Pemimpin
Negara,dalam hal ini Presiden,mempunyai pemimpin yang tegas dan dapat diandalkan,sehingga
tidak terjadi suasana politik yang tidak sehat yang dapat membuat masyarakat tidak percaya
kepada pemerintah.Hal ini dapat membuat masyarakat berupaya membentuk pemerintahan
sendiri.