Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ANTROPOLOGI KESEHATAN

IMPLIKASI ANTROPOLOGI DALAM


PRAKTEK KEPERAWATAN

MAKALAH ANTROPOLOGI
KESEHATAN

DISUSUN OLEH :
NURHAIDAH SIAGIAN

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMKO TANJUNGBALAI
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan
kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan
persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak
secara sendiri-sendiri ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan
pengetahuan mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan orang
lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Green dan para koleganya
yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang
dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi
kesehatan.
Menjadi seorang tenaga kesehatan (perawat) bukanlah hal yang mudah. Seorang
perawat harus siap fisik maupun mental, karena tugas seorang perawat sangatlah berat.
Di Indonesia ini jumlah perawat memang tidak sedikit, tetapi untuk di pelosok daerah
masih banyak masyarakat yang belum paham akan arti dari profesi tenaga medis.
perawat yang siap mengabdi di kawasan pedesaan, artinya ia juga harus siap dengan
konsekuensi yang akan terjadi. Tak mudah mengubah pola pikir ataupun kebiasaan
masyarakat. Apalagi, masalah proses pertolongan atau penyembuhan. Kehadiran tenaga
medis dengan spesialisasi melayani masyarakat di beberapa daerah terpencil
merupakan hal yang baru dan tidak mudah ubtuk beradtasi dengan budaya dan
kebiasaan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi
dengan upaya-upaya pelayanan kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung
maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian, pembangunan kesehatan
dapat menjangkau kantong-kantong penduduk risiko tinggi yang merupakan
penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk
inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan
terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari latar belakang di atas adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian keperawatan?
2. Apa pengertian implikasi?
3. Apa pengertian Transkultural?
4. Bagaimana implikasi transkultural dalam praktek keperawatan?
TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian keperawatan.
2. Untuk mengetahui pengertian implikasi.
3. Untuk mengetahui pengertian transkultural.
4. Untuk mengetahui bagaiman implikasi transkultural dalam praktek keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KEPERAWATAN


Florence Nightingale (1895)
Keperawatan adalah suatu proses menempatkan pasien dalam kondisi paling baik
untuk beraktivitas.
Martha Roger (1970)
Keperawatan adalah pengetahuan yang ditujukan untuk mengurangi kecemasan
terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehtan, pencegahan penyakit, perawatan dan
rehabilitasi penderita sakit serta penyandang cacat.

Dorothea Orem (1971)


Keperawatan ialah proses aksi dan interaksi untuk membantu individu dari
berbagai kelompok umur dalam memenuhi kebutuhannya dan menangani status
kesehatan mereka pada saat tertentu dalam suatu siklus kehidupan.

Callista Roy (1976)


Keperawatan merupakan disiplin ilmu yang berorientasi kepada praktik
keperawatan berdasarkan ilmu keperawatan, yang ditujukan untuk memberikan
pelayanan kepada klien.

Virginia Henderson (1978)


Perawatan adalah upaya membantu individu baik yang sehat maupun sakit untuk
menggunakan kekuatan, keinginan dan pengetahuan yang dimilikinya sehingga
individu tersebut mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari, sembuh dari penyakit atau
meninggal dunia dengan tenang. Tenaga perawat berperan menolong individu agar tidak
menggantungkan diri pada bantuan orang lain dalam waktu secepat mungkin.

Lokakarya Keperawatan (1983)


Perawatan adalah pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-
psiko-sosial-spiritual yang menyeluruh ditunjukkan kepada individu, kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Pelayanan keperawatan diberikan akibat adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan, sertakurangnya kemauan untuk melaksanakan kegiatan
hidup sehari-hari. Kegiatan dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan
pada upaya pelayanan kesehatan utama (PHC) sesuai dengan wewenang, tanggung
jawab dan kode etik keperawatan.

International Council of Nursing (1965)


Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan
bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit serta pelayanan
terhadap pasien.
V. Henderson (1980)
Perawat mempunyai fungsi yang unik yaitu, membantu individu baik yang sehat
maupun yang sakit, dari lahir hingga meninggal agar dapat melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara mandiri, dengan menggunakan kekuatan, kemauan, atau pengetahuan
yang dimiliki. Oleh sebab itu, perawat berupaya menciptakan hubungan yang baik
dengan pasien untuk menyembuhkan/meningkatkan kemandiriannya. apabila
kemandirian tidak berhasil diciptakan maka perawat membantu mengatasi hambatan.
apabila penyakit tidak dapat disembuhkan dan akhirnya meninggal dunia, maka perawat
berusaha agar pasien dapat meninggal dengan tenang.
Taylor C. Lilis C. Lemone (1989)
Perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat dan membantu
seseorang dengan melindunginya dari sakit, luka dan proses penuaan.

Undang-Undang RI. No.23 tahun 1992 Tentang kesehatan


Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya, yang diperoleh
melalui pendidikan perawatan.

Undang-Undang RI No.20 tahun 2014 Tentang Praktik Keperawatan


Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan
keperawatan baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Perawat vokasional adalah seseorang yang telah lulus pendidikan Diploma III
Keperawatan dan Sekolah Perawat Kesehatan yang terakreditasi dan diakui oleh pejabat
yang berwenang.

2.2 PENGERTIAN IMPLIKASI


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
 keterlibatan atau keadaan terlibat (nomina)
Contoh:
~ manusia sbg objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan
kepentingannya;
sumber: kbbi3
 yg termasuk atau tersimpul; yg disugestikan, tetapi tidak dinyatakan
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan hasil
penelitian yang baru dilakukan.
Macam-macam implikasi:
1. Implikasi Teoritis
Pada bagian ini peneliti menyajikan gambar lengkap mengenai implikasi
teoretikal dari penelitian ini.Bagian ini bertujuan untuk meyakinkan penguji pada
mengenai kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dalam teori-teori yang digunakan
untuk memecahkan masalah penelitian, tetapi juga implikasinya bagi teori-teori yang
relevan dengan bidang kajian utama yang disajikan dalam model teoretis.
2. Implikasi Manajerial
Pada bagian ini peneliti menyajian bergagai implikasi kebijakan yang dapat
dihubungkan dengan temuan-temuan yang dihasilkan dalam penelitian ini.Implikasi
manajerial memberikan kontribusi praksis bagi manajemen.

3. Implikasi Metodologi
Bagian ini bersifat opsional dan menyajikan refleksi penulis mengenai
metodologi yang digunakan dalam penelitiannya.Misalnya pada bagian ini dapat
disajikan penjelasan mengenai bagian-bagian metode penelitian mana yang telah
dilakukan dengan sangat baik dan bagian mana yang relatif sulit serta prosedur mana
yang telah dikembangkan untuk mengatasi berbagai kesulitan itu yang sebetulnya tidak
digambarkan sebelumnya dalam literatur mengenai metode penelitian. Peneliti dapat
menyajikan dalam bagian ini pendekatan-pendekatan yang dapat digunakan dalam
penelitian lanjutan atau penelitian lainnya untuk memudahkan atau untuk meningkatkan
mutu dari penelitian

2.3 PENGERTIAN TRANSKULTURAL


Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger, 2002)
2.4 TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN
A. KONSEP PERILAKU

Perilaku merupakan basil hubungan antara perangsang (stimulus) dan


respon Skinner, cit. Notoatmojo 1993). Perilaku tersebut dibagi lagi dalam 3
domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif diukur dari pengetahuan,
afektif dari sikap psikomotor dan tindakan (ketrampilan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, selain guru, orangtua, teman,
buku, media massa (WHO 1992). Menurut Notoatmojo (1993), pengetahuan
merupakan hasil dari tabu akibat proses penginderaan terhadap suatu objek.
Penginderaan tersebut terjadi sebagian besar dari penglihatan dan pendengaran.
Pengetahuan yang cakap dalam koginitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :
mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan dan
evaluasi.
Menurut Notoatmojo (1993) sikap merupakan reaksi yang masih tertutup,
tidak dapat terlihat langsung. Sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang
nampak. Azwar (1995) menyatakan sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap suatu objek dengan cara tertentu, bentuk reaksinya dengan positif dan
negatif sikap meliputi rasa suka dan tidak suka, mendekati dan menghindari
situasi, benda, orang, kelompok, dan kebijaksanaan social (Atkinson dkk, 1993).
Menurut Harvey & Smith (1997) sikap, keyakinan dan tindakan dapat diukur.
Sikap tidak dapat diamati secara langsung tetapi sikap dapat diketahui dengan
cara menanyakan terhadap yang bersangkutan dan untuk menanyakan sikap
dapat digunakan pertanyaan berbentuk skala.
Tindakan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu predisposisi yang terwujud
dalam pengetahuan, sikap dan kepercayaan (cit. Notoatmojo 1993). Menurut
Sarwono (1993) perilaku manusia merupakan pengumpulan dari pengetahuan,
sikap dan tindakan, sedangkan sikap merupakan reaksi seseorang terhadap
stimulus yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya.
Perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat terjadi melalui proses
belajar. Belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku yang didasari oleh
perilaku terdahulu.Dalam proses belajar ada tiga unsur pokok yang saling
berkaitan yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output) (Notoatmojo
1993). lndividu atau masyarakat dapat merubah perilakunya bila dipahami
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berlangsungnya dan berubahnya
perilaku tersebut.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perilaku seseorang, sebagian
terletak di dalam individu sendiri yang disebut faktor intern dan sebagian
terletak diluar dirinya yang disebut faktor ekstern, yaitu faktor lingkungan.

Azwar (1995) menyatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap


merupakan predisposisi evaluasi yang banyak menentukan cara individu
bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan seringkali jauh berbeda. Hal ini karena
tindakan nyata ditentukan tidak hanya oleh sikap, akan tetapi oleh berbagai
faktor eksternal lainnya. Sikap tidaklah sama dengan perilaku, dan perilaku
tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab seringkali terjadi bahwa
seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap
seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek
tersebut, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono
1993).

B. PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah
suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan
agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. oleh sebab itu perilaku
pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek.
a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan
kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. perlu
dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang
yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal
mungkin.
c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). makanan dan minuman dapat memelihara dan
meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman dapat
menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan
penyakit. hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman
tersebut.

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior) Perilaku ini
adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan
atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self
treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

a. Perilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun


sosial budaya, dan sebagainya. sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya
sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, dan masyarakatnya.
Seorang ahli lain (Becker, 1979 : 214) membuat klasifikasi l ain tentang perilaku
kesehatan ini.

b. Perilaku hidup sehat


Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. perilaku ini mencakup antara lain :
1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). menu seimbang di sini dalam arti
kualitas (mengandung zat-zat gizi yang diperlukan tubuh), dan kuantitas dalam arti
jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh (tidak kurang, tetapi juga tidak
lebih). Secara kualitas mungkin di Indonesia dikenal dengan ungkapan empat sehat
lima sempurna.
2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. dengan sendirinya kedua aspek
ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang bersangkutan.
3) Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai
macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-
olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok.
bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kita telah merokok. inilah
tantangan pendidikan kesehatan kita.
4) Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan
mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga
cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah
mempunyai kebiasaan minuman keras ini.
5) Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk
penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan
berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan
kesehatan.
6) Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-
macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras
seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang.
stres
tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan
kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-
kegiatan yang positif.
7) Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-
ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan
sebagainya
c. Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab dan gejala penyakit,
pengobatan penyakit, dan sebagainya.
d. Perilaku peran sakit (the sick role behavior)
Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak
orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan
kewajiban
ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama
keluarganya),
yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Perilaku ini
mliputi :
1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan.
2) Mengenal / mengetahui fasilitas atau sarana pelayanan penyembuhan penyakit yang
layak.

Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh pelayanan


kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (memberitahukan penyakitnya kepada orang
lain terutama kepada dokter/petugas kesehatan, tidak menularkan penyakit kepada
orang lain, dan sebagainya)

IMPLIKASI TRANSKULTURAL DALAM PRAKTEK KEPERAWATAN

Keperawatan
Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
Asuhan keperawatan ditujukan memnadirikan individu sesuai dengan budaya klien.
Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan/
mempertahankan budaya, mengakomodasi/ negoasiasi budaya dan mengubah/
mengganti budaya klien (Leininger, 1991).

Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan
dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan
nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan
atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi

Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk
membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan
kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan budaya
lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang lain.
Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan
status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien yang biasanya
merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih
menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut

Proses keperawatan
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan
asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari
terbit (Sunrise Model). Geisser (1991). menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap
masalah klien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan klien sesuai dengan latar belakang budaya klien. Pengkajian
dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada "Sunrise Model" yaitu :
1. Faktor teknologi (tecnological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji
: persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan
mencari bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternatif dan persepsi
klien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan
kesehatan saat ini.
2. Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors)
Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis
bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk
menempatkan kebenaran di atas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Faktor
agama yang harus dikaji oleh perawat adalah : agama yang dianut, status pernikahan,
cara pandang klien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama
yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3. Faktor sosial dan keterikatan keluarga (kinship and social factors)
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor : nama lengkap, nama
panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga,
pengambilan keputusan dalam keluarga, dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
4. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh
penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu
kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang
perlu dikaji pada faktor ini adalah: posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala
keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam
kondisi sakit, persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari dan kebiasaan
membersihkan diri.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat
6. Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat di rumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus
dikaji oleh perawat diantaranya : pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan
yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian
biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga
7. Faktor pendidikan (educational factors)
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh
jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka
keyakinan klien biasanya didukung oleh buktibukti ilmiah yang rasional dan individu
tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi
kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien,
jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang
pengalaman sakitnya sehingga tidak terulang kembali.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang
budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995). Terdapat tiga diagnosa
keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural
yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur,
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural dan
ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang
diyakini.

C. Perencanaan dan Pelaksanaan


Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu
proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses
memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai
denganlatar belakang budaya klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ada tiga pedoman
yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan
dengan kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang
menguntungkan kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien
bertentangan dengan kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1. Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
2. Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien
3. Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh klien
2. Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3. Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan klien dan standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
1. Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang
diberikan dan melaksanakannya
2. Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3. Gunakan pihak ketiga bila perlu
4. Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang di pahami oleh
klien dan orang tua.
5. Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan
Perawat dan klien harus mencoba untuk memahami budaya masing - masing
melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan
budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka.
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidak
percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan klien akan
terganggu. Pemahaman budaya klien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan klien yang bersifat terapeutik.
D. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap keberhasilan klien tentang me
mpertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien yang
tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi bisa diketahui
latar belakang budaya pasien.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program
pendidikankeperawatan, berwenang di negara bersangkutan untuk memberikan
pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit
serta pelayanan terhadap pasien.
Implikasi berfungsi membandingkan antara hasil penelitian yang lalu dengan
hasil penelitian yang baru dilakukan.
Transcultural nursing adalah suatu area/wilayah keilmuwan budaya pada proses
belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaanh dan kesamaan
diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat, sakit didasarkan pada nilai budaya
manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya kepada manusia (leininger,
2002).
Transculturasi dalam praktek keperawatan meliputi
1. Keperawatan
2. Mempertahankan budaya
3. Perilaku sehat-sakit
4. Negosiasi budaya
5. Restrukturisasi
6. Budaya
7. Proses keperawatan ( pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan pelaksanaan
dan evaluasi ).

SARAN
Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan di
makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Cultural Diversity in Nursing, Transcultural Nursing ; Basic Concepts and Case Studies,
Tim penyusun kamus pusat bahasa. 2005. Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Balai
pustaka
Ditelusuri tanggal 09 November 2015
”http://www.google.com/rnc.org/transculturalnursing”
http://Transcultural NursingModels ; Theory and Practice,
http://faizalbnu.blogspot.co.id/2014/10/makalah-implikasi-penggunaan.html
http://ners.unair.ac.id/materikuliah/Keperawatan%20Transkultural-SP.pdf
http://wwwpusink.blogspot.co.id/p/hubungan-antara-lingkungan-dan-perilaku.html
http://dokumen.tips/documents/transkultural-nursing-55c1ea59e1c89.html

Anda mungkin juga menyukai