Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BUAH DAN SAYUR

ACARA III

PEMBUATAN SAUERKRAUT

KELOMPOK 1

PENANGGUNG JAWAB:

FIKA PUSPITA (A1M012001)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam nabati, salah
satunya adalah sayuran. Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan
asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam
keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sayuran merupakan komoditas
penting dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Produksi sayuran
Indonesia meningkat setiap tahun dan konsumsinya tercatat 44 kg/kapita/tahun
(Adiyoga, 1999). Sayuran, terutama yang berdaun hijau, merupakan salah satu
bahan pangan yang baik karena mengandung vitamin dan mineral, antara lain
vitamin C, provitamin A, zat besi, dan kalsium. Sayuran termasuk bahan pangan
yang banyak mengandung zat gizi dan bermanfat bagi manusia. Selain itu,
sayuran merupakan penyumbang serat terbesar bagi tubuh. Serat makanan
tersebut berguna untuk kelancaran fungsi pencernan dan metabolisme dalam
tubuh (Hambali et al., 2005).
Sayuran memiliki sifat cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya
penanganan lepas panen. Sayuran adalah substrat yang sangat disukai oleh
mikrobia, baik yeast, fungi maupun bakteri. Tetapi, mikrobia yang
pertumbuhannya di sayuran paling cepat adalah bakteri asam laktat (BAL).
Fermentasi asam laktat pada sayuran melibatkan sejumlah spesies BAL. Sayuran
ini diolah dengan cara menggunakan garam sebagi zat pengawetnya. Oleh sebab
itu untuk mengawetkan sekaligus meningkatkan nilai tambah, seringkali dibuat
dengan fermentasi. Proses fermentasi dalam pengolahan pangan mempunyai
beberapa keuntungan-keuntungan antara lain : proses fermentasi dapat dilakukan
pada kondi si pH dan suhu normal sehingga tetap mempertahankan (atau sering
bahkan meningkatkan) nilai gizi dan organoleptik produk pangan, karakteristik
flavor dan aroma produk yang dihasilkan bersifat khas tidak dapat diproduksi
dengan teknik / metoda pengolahan lainnya, memerlukan konsumsi energi
yang relatif rendah karena dilakukan pada kisaran suhu normal, modal dan biaya
operasi untuk proses fermentasi umumnya rendah, dan teknologi fermentasi
umumnya telah dikuasi secara turun temurun dengan baik.
Sauerkraut merupakan salah satu metode pengolahan sayuran dengan cara
fermentasi/ peragian dan menggunakan garam sebagi zat pengawetnya. Proses
pembuatan sauerkraut sebenarnya tidak begitu jauh berbeda dengan sayur asin,
hanya saja sayurannya setelah layu diiris tipis-tipis. Terjadi proses fermentasi
spontan dalam pengolahan sauerkraut ini, dan banyak faktor yang dapat
mempengaruhi gagal atau berhasilnya pembuatan sauerkraut. Oleh sebab itu,
praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui cara pembuatan sauerkraut yang
baik dan benar serta mengetahui pengaruh beberapa konsentrasi penambahan
garam pada sauerkraut.

B. Tujuan
1. Mengetahui cara pembuatan sauerkraut
2. Mempelajari pengaruh konsentrasi garam terhadap mutu sensori
sauerkraut
II. TINJAUAN PUSTAKA

Sauerkraut
Sauerkraut adalah hasil fermentasi kubis yang diambil larutan atau
ekstraknya (Buckle et al., I987). Sauerkraut (kubis/kol asam) merupakan makanan
khas Jerman dari kubis yang diiris halus dan difermentasi oleh berbagai bakteri
asam laktat, seperti Leuconostoc, Lactobacillus dan Pediococcus. Sayuran ini
diolah dengan cara peragian dan menggunakan garam sebagi zat pengawetnya.
Sama dengan produk sayur asin lainnya, sauerkraut merupakan sayuran yang telah
diberi asam, akan tetapi asamnya diperoleh dari proses fermentasi sakarida (gula)
yang terdapat dalam bahan baku oleh bakteri asam laktat. Asam yang dihasilkan
berkisar pada rentang 1,5 ± 2,0 % pada akhir fermentasi dan di identifikasi berupa
asam laktat. Pembuatan sauerkraut yaitu dengan cara memotong-motong limbah
pasar sayur kemudian ditambahkan garam. Pelunakan pada sauerkraut berawal
dari kerusakan flavour karena penyebab kerusakan yaitu khamir dan kapang
masuk ke dalam seluruh bagian sauerkraut sehingga menjadi lunak. Di Jerman,
sauerkraut dengan rasanya yang asam-asam segar disajikan dengan hidangan
utama berupa sosis bratwurst atau roti. Berikut ini adalah beberapa sayuran yang
bisa diolah menjadi sauerkraut, diantaranya adalah :

A. Kubis
Kubis termasuk spesies Brassica olaracea, famili Cruciferae (Pracaya,
1987) (Utama, 2009). Tanaman kubis berasal dari Eropa dan Asia kecil, terutama
tumbuh di daerah Great Britain dan Mediteranean. Asal usul tanaman kubis
dibudidaya berawal dari kubis Iiar yang tumbuh di sepanjang pantai laut tengah,
Inggris, Denmark dan sebelah utara Perancis barat serta pantai Glamorgan
(Rukmana, 1994). Kubis termasuk tanaman sayuran semusim yang dipanen
sekaligus, yaitu tanaman sumber vitamin, garam mineral dan lain-lain yang
dikonsumsi dari bagian tamanan yang berupa daun yang berumur kurang dari 1
tahun dan pemanenannya dilakukan sekali kemudian dibongkar untuk diganti
dengan tanaman baru (BPS, 2000).
Kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah, sangat toleran pada tanah
lempung berat dan tanggap baik terhadap kapur (Williams et al., 1993) Kubis
mengandung vitamin dan mineral yang tinggi. Kandungan dan komposisi gizi
kubis tiap 100 g bahan segar sebagai berikut: kalori 25 kal; protein 1,7 g; lemak
0,2 g; karbohidrat 5,3 g; kalsium 64 mg; phospor 26 mg1' Fe 0,7 mg; Na 8 g
niacin 0,3 mg; serat 0,9 g; abu 0,7 g; vitamin A 75 Sl; vitamin Bl 0,1 mg; Vitamin
C 62 mg dan av 9l-93% (Direktorat GiziDepkes RI, 1981). Oleh karena
kandungannya yang banyak bermanfaat di tubuh manusia, kubis banyak di olah
dan salah satu nya sebagai sayuran fermentasi sauerkraut.

B. Wortel
Wortel merupakan sayuran bergizi dan dikenal luas untuk berbagai obat
(Sharma, 2006). Wortel juga adalah tumbuhan jenis sayuran umbi yang biasanya
berwarna jingga atau putih dengan tekstur serupa kayu. Bagian yang dapat
dimakan dari wortel adalah bagian umbi atau akarnya. Wortel adalah tumbuhan
biennial (siklus hidup 12 - 24 bulan) yang menyimpan karbohidrat dalam jumlah
besar untuk tumbuhan tersebut berbunga pada tahun kedua. Batang bunga tumbuh
setinggi sekitar 1 m, dengan bunga berwarna putih. Wortel (Daucus carota L)
mempunyai kandungan gizi yang diperlukan tubuh terutama sebagai sumber pro-
vitamin A atau beta karoten. Kandungan pro-vitamin A yang terdapat pada wortel
adalah 12.00 SI atau 7125 µg (1 SI = 0,6 µg beta karoten). Pro-vitamin A
merupakan senyawa kimia pembentuk vitamin A yang sangat diperlukan untuk
penglihatan, pertumbuhan dan perkembangan serta mempertahankan jaringan
epitel dalam keadan sehat. (Ali et al., 203). Namun, wortel memiliki laju respirasi
yang cukup cepat, sehingga mudah rusak. Sehingga harus ada penanganan untuk
memperpanjang umur simpannya salah satu nya dengan pengolahan.

C. Sawi
Sawi merupakan sayuran daun yang cukup penting di Indonesia dan
tercatat sebagai komoditas penting dalam ekspor-impor sayuran. Sawi atau caisin
(Brassica sinensis L.) termasuk famili Brassicaceae, daunnya panjang, halus,
tidak berbulu, dan tidak berkrop. Selain itu sawi juga merupakan tanaman sayuran
yang banyak di tanam pada dataran rendah maupun dataran tinggi di Indonesia. Di
dataran rendah Kalimantan Selatan, petani menanam sawi atas pertimbangan
antara lain karena biaya produksi lebih rendah jika dibandingkan dengan tanaman
kubis, berumur pendek sehingga nilai pengambilan cepat dan resiko kegagalan
produksi lebih kecil, banyak dikonsumsi masyarakat serta nilai jualnya cukup
menguntungkan (Ilhamiyah et al., 2008).
Tanaman sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau . Sawi
hijau merupakan salah satu sayuran yang kaya vitamin, mulai dari vitamin K,
vitamin A, vitamin C dan vitamin E ada dalam sawi hijau (Edi dan Yusri,2010).
Gula yang terkandung dalam sayur sawi terdiri dari 85% glukosa dan15%
fruktosa. Komposisi zat gizi termasuk gula dalam sawi / kol bervariasi tergantung
pada varietas dan kondisi lokasi penanaman (Frazier dan Westhoff. 1988).

D. Lobak
Lobak (Raphanus sativus) telah diakui sebagai salah satu obat tradisional
yang mempunyai berbagai khasiat, karena kandungannya terdapat raphanin.
Adanya raphanin dalam bentuk protease murni, merupakan kandungan utama
lobak diketahui mempunyai efek sebagai antibakteri dan antioksidan (Glasby,
1992; Fahey dan Talalay, 1999). Selain itu, umbi lobak mengandung 0,82% asam
askorbik, 1-18,6% abu, 0,86% kalsium, 3,6-75,7% karbohidrat, 18,7% lemak,
0,5-17,6% serat, 25,6% asam glutamat, 0,56% asam linolenik, 3,9% nitrogen,
0,009% asam osalik, 0,6% posfor, 0,14% fitosterol, 8,6% potasium, 18,2%
protein, 0,6% sulfur dan 92,6-94,5% air (Dalimunte, 1999; Nakamura et al,
2001).
III. METODE

A. Alat dan Bahan

Alat :

- Pisau
- Baskom
- Timbangan
- Plastik
- PH Meter
- Solasi

Bahan

- Kubis
- Sawi
- Lobak
- Wortel
- Garam
- Air
B. Prosedur

Untuk kubis dan sawi dibersihkan dari bagian yang rusak kemudian dicuci
dan dipotong kecil-kecil (lebar ± 1 mm). Untuk lobak dan wortel dikupas dan
dicuci, kemudian dipotong bentuk lidi.

Irisan bahan dimasukkan dalam baskom (masing-masing dibagi menjadi 3)


dan ditambahkan garam masing-masing : 1,5%, 2% dan 3% terhadap total
bahan, dan diaduk serata mungkin.

Baskom kemudian ditutup dengan lembaran plastik yang cukup lebar


sehingga bagian tepi baskom juga tertutupi

air dimasukkan kedalam lembaran plastik yang berfungsi sebagai pemberat


dan penutup sehingga irisan bahan terendam.

kemudian diinkubasi selama 3 hari

dilakukan pengamatan terhadap tekstur, flavor, warna, pH larutan, rasa asam,


kesukaan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan Parameter Tekstur

Panelis Tekstur Tekstur Tekstur


1 2 3
1 4 4 4
2 3 4 4
3 3 4 4
4 3 4 4
5 3 4 4
6 4 4 4
7 4 5 4
8 4 4 4
9 4 4 4
10 4 4 4
11 4 4 4
12 3 4 4
13 4 4 5
14 4 4 5
15 4 4 5
Jumlah 55 61 63
Rata-rata 3,66667 4,06667 4,2

Parameter Tekstur
1 Tidak Renyah
2 Sedikit Renyah
3 Agak Renyah
4 Renyah
5 Sangat Renyah

Keterangan :
Tekstur 1. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 1,5%
Tekstur 2. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 2%
Tekstur 3. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 3%
Pembahasan Parameter Tekstur.
Dari hasil pengamatan yang didapat dari 15 panelis bisa dilihat bahwa
Tekstur yang paling bagus ada pada sauerkraut kubis dengan konsentrasi garam
3% (Tekstur 3) dengan jumlah 63 dan rata-rata 4,2 yang menandakan bahwa
sauerkraut tersebut memiliki tekstur Renyah. Dalam hal ini berarti pengaruh
penambahan konsentrasi garam sangat berpengaruh pada tekstur sauerkraut yang
dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi garam maka tekstur sauerkraut kubis akan
semakin renyah dan baik. Konsistensi yang dihasilkan sauerkraut sesuai dengan
karakteristik keberhasilan pembuatan sauerkraut yaitu renyah.

B. Hasil Pengamatan Parameter Flavor

Panelis Flavor 1 Flavor 2 Flavor 3


1 2 2 3
2 2 3 3
3 3 4 3
4 3 4 3
5 3 3 4
6 3 3 3
7 3 3 3
8 3 4 2
9 4 3 3
10 3 4 2
11 3 4 3
12 3 3 3
13 2 3 4
14 3 2 3
15 3 4 4
Jumlah 43 49 46
Rata-rata 2,86667 3,26667 3,06667

Parameter Flavor
Tidak Enak
1
Sedikit Enak
2
Agak Enak
3
Enak
4
Sangat Enak
5

Keterangan :
Flavor 1. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 1,5%
Flavor 2. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 2%
Flavor 3. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 3%

Pembahasan Parameter Flavor.


Dari hasil pengamatan yang didapat dari 15 panelis bisa dilihat bahwa
Flavor yang paling bagus ada pada sauerkraut kubis dengan konsentrasi garam 2%
(Flavor 2) dengan jumlah 49 dan rata-rata 3,26 yang menandakan bahwa
sauerkraut tersebut memiliki flavor Agak Enak. Dalam hal ini berarti pengaruh
penambahan konsentrasi garam tidak terlalu berpengaruh pada flavor sauerkraut
yang dihasilkan. Pada proses fermentasi mempunyai karakteristik bau asam,
fermentasi sauerkraut yaitu bau asam bahkan ada yang bau busuk jika ada
oksigen, namaun pada sauerkraut kubis ini flavor dari bau dan pertimbangan rasa
yang dihasilkan bagus, sehingga banyak disukai panelis.

C. Hasil Pengamatan Parameter Warna

Panelis Warna 1 Warna 2 Warna 3


1 4 1 2
2 2 4 4
3 3 2 4
4 3 3 4
5 3 3 4
6 2 4 4
7 4 2 5
8 2 2 4
9 3 2 4
10 4 4 4
11 3 3 4
12 2 3 4
13 3 3 3
14 2 2 3
15 3 2 3
Jumlah 43 40 56
Rata-rata 2,86667 2,66667 3,73333

Parameter Warna
1 Tidak Cerah
2 Sedikit Cerah
3 Agak Cerah
4 Cerah
5 Sangat Cerah

Keterangan :
Warna 1. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 1,5%
Warna 2. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 2%
Warna 3. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 3%

Pembahasan Parameter Warna.


Dari hasil pengamatan yang didapat dari 15 panelis bisa dilihat bahwa
Warna yang paling bagus ada pada sauerkraut kubis dengan konsentrasi garam
3% (Warna 3) dengan jumlah 56 dan rata-rata 3,73 yang menandakan bahwa
sauerkraut tersebut memiliki warna cerah. Dalam hal ini berarti pengaruh
penambahan konsentrasi garam sangat berpengaruh pada warna sauerkraut yang
dihasilkan. Semakin tinggi konsentrasi garam maka warna sauerkraut kubis akan
semakin cerah dan bagus. Warna yang menunjukan bahwa sauerkraut telah
terfermentasi adalah keemasan, awal mulanya kol yang berwarna hijau akan
menjadi putih dan kemudian menjadi berwarna keemasan.

D. Hasil Pengamatan Parameter Rasa

Panelis Rasa 1 Rasa 2 Rasa 3


1 3 4 3
2 3 4 4
3 2 4 4
4 3 4 4
5 2 3 4
6 3 3 2
7 2 2 3
8 3 2 3
9 3 2 4
10 2 3 4
11 2 2 3
12 3 3 4
13 3 3 4
14 3 3 3
15 2 4 4
Jumlah 39 46 53
Rata-rata 2,6 3,06667 3,53333

Parameter Rasa
1 Tidak Asam
2 Sedikit Asam
3 Agak Asam
4 Asam
5 Sangat Asam

Keterangan :
Rasa 1. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 1,5%
Rasa 2. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 2%
Rasa 3. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 3%

Pembahasan Parameter Rasa.


Dari hasil pengamatan yang didapat dari 15 panelis bisa dilihat bahwa Rasa
yang paling bagus ada pada sauerkraut kubis dengan konsentrasi garam 3% (Rasa
3) dengan jumlah 53 dan rata-rata 3,5 yang menandakan bahwa sauerkraut
tersebut memiliki Rasa Asam. Dalam hal ini berarti pengaruh penambahan
konsentrasi garam sangat berpengaruh pada Rasa sauerkraut yang dihasilkan.
Semakin tinggi konsentrasi garam maka Rasa sauerkraut kubis akan semakin
Asam. Sebagian besar produk hasil fermentasi memiliki cita rasa yang asam,
begitupun dengan sauerkraut. Sauerkraut yang diperoleh memiliki rasa asam
sesuai dengan hasil uji organoleptik sauerkraut. Rasa asam ini dihasilkan oleh
bakteri Leuconostoc mesenteroides. Spesies ini menghasilkan karbondioksida dan
asam yang dengan cepat menurunkan pH sehingga mengambat pertumbuhan
mikroba yang tidak diinginkan dan aktivitas enzim yang dapat menyebabkan
pelunakan sayur-sayuran. Penilaian panelis terhadap rasa sauerkraut bersifat
relatif tergantung pada tingkat kesukaan panelis terhadap rasa sauerkraut.

E. Hasil Pengamatan Parameter Kesukaan

Panelis Kesukaan 1 Kesukaan 2 Kesukaan 3


1 2 2 2
2 1 3 2
3 3 3 3
4 3 4 2
5 3 3 4
6 2 3 2
7 3 2 4
8 2 4 3
9 4 3 3
10 2 4 2
11 3 3 3
12 3 3 5
13 3 3 4
14 3 3 3
15 3 2 2
Jumlah 40 45 44
Rata-rata 2,66667 3 2,93333

Parameter Kesukaan
1 Tidak Suka
2 Sedikit Suka
3 Agak Suka
4 Suka
5 Sangat Suka

Keterangan :
Kesukaan 1. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 1,5%
Kesukaan 2. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 2%
Kesukaan 3. Sauerkraut Kubis, konsentrasi garam 3%

Pembahasan Parameter Kesukaan


Dari hasil pengamatan yang didapat dari 15 panelis bisa dilihat bahwa
Kesukaan yang paling diminati pada sauerkraut kubis dengan konsentrasi garam
2% (kesukaan 2) dengan jumlah 45 dan rata-rata 3 yang menandakan bahwa
sauerkraut tersebut memiliki Agak Suka.
V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum yang telah kami laksanakan di Laboratorium Teknologi


Pertanian Unsoed, kami dapat mengetahui cara pembuatan sauerkraut. Tidak
hanya berbahan dasar kubis pada umumnya, tetapi bisa juga menggunakan jenis
sayuran lain seperti wortel, sawi dan lobak. Cara pembuatan sauerkraut sendiri
prinsipnya adalah terjadi fermentasi pada sayuran yang sudah diiris dengan
penambahan garam sehingga munculnya bakteri asam laktat,
seperti Leuconostoc, Lactobacillus dan Pediococcus sehingga menghasilkan
sayuran yang asam dan lebih tahan lama.
Konsentrasi garam pada praktikum acara sauerkraut ini adalah 1,5%, 2%,
dan 3%. Dan mutu sensori yang dilakukan oleh 15 panelis mencakup parameter
tekstur, warna, rasa, flavor, dan kesukaan. Dari konsentrasi garam yang berbeda-
beda ternyata ada pengaruh terhadap mutu sauerkraut. Dari data pengamatan kami
untuk parameter tekstur, rasa, dan warna terbaik ada pada sauerkraut dengan
konsentrasi garam 3%, tetapi untuk flavor dan kesukaan terbaik ada pada
sauerkraut dengan konsentrasi garam 2%.

B. Saran

Hal yang perlu diperhatikan dalam fermentasi sauerkraut adalah kebersihan


sayur yang digunakan, jumlah garam yang ditambahkan, jenis garam yang
harusnya tidak beryodium karena bisa merubah warna sayur, kondisi kedap udara,
dan penyimpanannya setelah selesai difermentasikan. Sayur yang tidak bersih
akan menyebabkan pembusukan. Sayur harus selalu tercelup air dan dicegah dari
kontak dengan udara. Jika tidak akan tumbuh kapang dan khamir Setelah diperam
atau difermentasi, maka sauerkraut harus disimpan dalam suhu rendah atau di
dalam kulkas, agar masa simpannya dapat berlangsung lama.
DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W. 1999. Pola Pertumbuhan Produksi Beberapa Jenis Sayuran di


Indonesia. Jurnal Hortikultura 9(2): 258-265
Ali, Nur Berlian Venus, Estu rahayu dan Hendro Sunarjono. 2003. Wortel Lobak.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Badan Pusat Statistik. 2000. Survei Pertanian. Produksi Tanaman Sayuran dan
Buahbuahan. Badan Pusat Statistik, Jakarta
Buckle, K. A, R. A. Edwards, G. H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta (Diterjemahkan oleh H, Purnomo
dan Adiono).
Dalimunte, S. 1999. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker, Penebar
Swadaya, Jakarta
Direktorat Gizi Departernen Kesehatan R. I. 1981. Daftar Komposisi Bahan
Makanan. Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Edi dan Yusri. 2010. Budidaya Sawi Hijau. Jurnal Agrisistem. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Jambi. Jambi.
Fahey, J.W dan Talalay, P. 1999. Purification and Charactirization of Raphanin.
A nuetral Protease from Raphanus sativus leaves, food and Chemical
Toxicology. India
Frazier, W.C. dan D.C. Westhoff. 1988. Food Microbiology. McGraw.Hill,
Inc,New York.
Glasby, J.S. 1992. Encyclopedia of Antibiotic, 3rd.Ed. The John Willey & Son
Ltd. New York, USA
Hambali, E., Ani, S,. Wahyu, P,. 1995. Membuat Keripik Sayur. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Ilhamiyah, Ari, dan Ana Z. 2008. Studi stabilitas agroekosistem pertanaman sawi
yang diberi kompos. Jurnal Al΄ulum 37(3):1.
Nakamura, Y; Iwahashi, T.A; Tanak, J; Kautani, T; Matsuo, OS; Sato, K and
Ohstuki. 2001. A Principle Antimutagen in Daikon (Raphanus sativus),
Japanese White Radish. J. Agric. Food Chem 49 (12) 5755-5760.
Pracaya. 1987. Kol Alias Kubis. Penebar Swadaya, Jakarta
Sharma, H. K, et al. 2006. Optimization Of Pretreatment Conditions Of Carrots
To Maximize Juice Recovery By Response Surface Methodology. Journal
of Engineering Science and Technology. School of Engineering, Taylor’s
University College. Vol. 1, No. 2 158- 165
Utama, CS. A. Mulyanto. 2009. Potensi Limbah Pasar Saytir Menjadi Starter
Fermentasi. Jurnal Kesehatan. Universitas Diponegoro Semarang. Vol.2,
No. I
Williams, C. N., J. O.Uzo dan W. T. H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran di
Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Terimakasih kunjungannya, selamat berproses, selamat belajar


tidak semua dari laporan ini benar, sudah pasti banyak kesalahan dan
kekurangan.
Fika Puspita / fikapuspita.blogspot.com / fika_puspita

Anda mungkin juga menyukai