Anda di halaman 1dari 17

Kerangka Acuan Kerja

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Detailed Engineering Design (DED) Ruas Jalan Basarang Murung Keramat


Terusan Batanjung

BAB. I
U M U M

1. Latar Belakang

Dinas Pekerjaan Umum adalah institusi pemerintah yang mempunyai wewenang dan tanggung
jawab dalam pengembangan prasarana jalan terutama jalan jalan yang menghubungkan daerah
daerah terisolasi atau pun akses yang sulit untuk menuju pusat perekonomian, sehingga
distribusi hasil bumi dapat dengan mudah disalurkan tanpa harus memakan biaya yang sangat
mahal, pertumbuhan penduduk dan perekonimian akan berkembang pesat seiring dengan
pertambahan prasarana jalan.
Pada saat ini sarana jalan askes sangat kurang, sehingga perlu dibangun, pembangunan/
peningkatan jalan perlu direncanakan dengan matang agar dapat menghasil suatu perencanaan
yang efisien serta ramah lingkungan.

2. Tujuan

Tujuan pekerjaan ini adalah melaksanakan pekerjaan pembuatan rencana teknik rehabilitasi
dan rekonstruksi jalan di Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah sampai dengan
penyiapan desain dan dokumen pelelangan dengan lokasi :

No Nama Ruas Panjang Ruas


1. Detailed Engineering Design (DED) Ruas Jalan Basarang
±55 Km
Murung Keramat Terusan Batanjung
2. Jembatan ± 30 m

3. Lingkup pekerjaan

3.1. Melaksanakan perencanaan teknis jalan lengkap untuk rencana pembangunan jalan, dan
bangunan pelengkap jalan, termasuk penyiapan dokumen lelang.

3.2. Tahapan kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan ini antara lain :
a. Persiapan Desain
b. Survey Pendahuluan
c. Survey Detail :
 Pengukuran Topografi
 Survey Penyelidikan Tanah
d. Analisa Data Lapangan
e. Perencanaan Teknis dan Penggambaran
f. Pelaporan dan Penyiapan Dokumen Lelang

1
Kerangka Acuan Kerja

BAB II
P E R S I A P A N D E S A I N.

1. Tujuan

Pekerjaan Persiapan desain bertujuan mempersiapkan bahan-dasar perencanaan sebelum


kelapangan melaksanaan survey Pendahuluan antara lain ;
a. Mempersiapkan data-data awal.
b. Membuat Desain Sementara dari data-data awal untuk dipakai sebagai panduan Survey
Pendahuluan / Recon dilapangan.

2 Lingkup pekerjaan.

Secara Team kegiatan pekerjaan ini dipandu oleh seorang Team Leader / Ketua Tim dan
didampingi oleh Tenaga Ahli yang berkaitan dalam pelaksanaanya antara lain;
a. Mengumpulkan data kelas, fungsi dan status jalan dan jembatan yang akan didesain.
b. Mempersiapkan peta-peta dasar berupa ;
 Peta Topografi skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000 atau yang lebih besar.
 Peta Geologi skala 1 : 250.000 s/d 1 : 25.000.
 Peta Tata guna tanah.
c. Menetapkan awal dan akhir rencana proyek pada peta, serta menarik beberapa Alternatif
rencana As Jalan / Alinemen Horizontal dengan dilakukan pengecekan Alinemen Vertikal
sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi Standar Perencanaan Geometrik jalan dan
dibahas bersama-sama.
d. Membuat Estimasi panjang jalan, jumlah dan panjang jembatan, box culvert / gorong –
gorong dan bangunan pelengkap jalan lainnya yang mungkin akan terdapat pada route
jalan tersebut.
a. Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait baik dipusat maupun
didaerah termasuk juga mengumpulkan informasi harga satuan / upah untuk disekitar
lokasi proyek terutama pada proyek yang sedang berjalan.
b. Mengumpulkan dan mempelajari laporan – laporan yang berkaitan dengan wilayah yang
dipengaruhi atau mempengaruhi jalan/jembatan yang akan direncanakan.

3. Persyaratan

Hasil Persiapan Desain harus dipresentasikan untuk mendapat Persetujuan [ dari team
asistensi ] dan bila perlu mengadakan perbaikan – perbaikan / saran – saran yang nantinya
akan dipakai sebagai panduan kegiatan selanjutnya.

2
Kerangka Acuan Kerja

BAB III
SURVEY PENDAHULUAN

1. Tujuan

Survey Pendahuluan atau Reconnaissance Survey adalah survey yang dilakukan pada awal
pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai bagian
penting bahan kajian kelayakan teknis dan untuk bahan pekerjaaan selanjutnya.
Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey
detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey penyelidikan tanah, survey bahan quarry,
jenis konstruksi serta metode pelaksanaan sehingga diperoleh suatu perencanaan detail desain
yang matang, semua kegiatan recon survey harus dibuatkan laporan sebagai data awal
perencanaan.

2. Lingkup Pekerjaan

Survey pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah disetujui
sebagai panduan pelaksanaan survey recon dilapangan yang meliputi kegiatan

2.1 Studi literatur


Pada tahapan ini Team harus mengumpulkan data pendukung perencanaan baik data
sekunder maupun data laporan Studi Kelayakan (FS), laporan Studi Amdal.
2.2 Koordinasi dengan instansi terkait
Team melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi / unsur-unsur terkait
didaerah sehubungan dengan dilaksanakanya survey pendahuluan.
2.3 Diskusi perencanaan di lapangan
Team bersama sama melaksanakan survey dan mendiskusikanya dan membuat usul
perencanaan dilapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang keahlianya masing-
masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda
dilapangan berupa patok beserta dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-
masing yang akan difinalkan dikantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah
kembali.
2.4 Recon Survey / desain Geometrik
a. Menentukan awal proyek ( Sta. 0 + 000 ) dan akhir proyek yang tepat untuk
mendapatkan overlaping yang baik dan memenuhi syarat geometrik.
Pada peninjauan titik awal dan titik akhir pekerjaan, diwajibkan mengambil data
sejauh 200 m sebelum titik awal dan 200 m setelah titik akhir pekerjaan seperti
disajikan dalam Gambar 1 berikut:

Gambar 1. Koridor Pengambilan Data

3
Kerangka Acuan Kerja

b. Mengidentifikasi medan secara stationing / urutan jarak dengan mengkelompokan


kondisi : medan datar, rolling, perbukitan, pegunungan / bukit curam dalam bentuk
tabelaris.
c. Mengidentifikasi/memperkirakan secara tepat penerapan desain geometrik ( alinemen
horizontaal dan vertikal ) berdasarkan pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai
sepenuhnya oleh Highway Engineer yang melaksanakan pekerjaan ini dengan
melakukan pengukuran-pengukuran secara sederhana dan benar ( jarak , azimut,
kemiringan dengan helling meter ) dan membuat sketsa desain alinemen horizontal
maupun vertikal secara khusus untuk lokasi - lokasi yang dianggap sulit untuk
memastikan trase yang dipilih akan dapat memenuhi persyaratan geometrik yang
dibuktikan dengan sketsa horizontal dan penampang memanjang rencana trase jalan.
d. Didalam penarikan perkiraan desain alinemen horizontal dan vertikal harus sudah
diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi
lokasi : galian / timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong gorong dan jembatan
(oprit jembatan ), persimpangan yang bisa terlihat dengan dibuatnya sketsa sketsa
serta tabelaris dilapangan dari identifikasi kondisi lapangan secara stasioning dari
awal s/d akhir proyek yang nantinya akan diasistensikan dan mendapatkan persetujuan
dari team asistensi recon.
e. Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil keputusan dalam
pemilihan trase dengan anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini.
f. Dilapangan harus diberi / dibuat tanda tanda berupa patok dan tanda anjir dengan
diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana dengan interval 50 m untuk
memudahkan tim pengukuran, serta pembuatan foto foto penting untuk pelaporan dan
panduan dalam melakukan survey detail selanjutnya.
g. Dari hasil survey recon ini secara kasar harus sudah bisa dihitung perkirakan volume
pekerjaan yang akan timbul serta bisa dibuatkan perkiraan rencana biaya secara
sederhana dan diharapkan dapat mendekati final desain.

2.5 Recon Survey Topografi.


Kegiatan yang dilakukan oleh geodetic engineer pada survey pendahuluan adalah :
a. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Bench Mark di
awal dan akhir Proyek
b. Mengamati kondisi topografi
c. Mencatat daerah - daerah yang akan dilakukan pengukuran khusus serta , morpologi
dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor
d. Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran.
e. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi/titik yang akan dijadikan referensi.

2.6 Recon Bangunan Pelengkap Jalan


a. Untuk perencanaan jalan baru perlu dicatat data lokasi / Sta…. , perkiraan lokasinya
apa sudah sesuai dengan geometrik dengan rencana jenis konstruksi, dimensi yang
diperlukan.
b. Untuk lokasi yang sudah ada existing perlu dibuatkan infentarisasinya dengan lengkap
antara lain Sta…. , jenis konstruksi, dimensi, kondisi serta mengusulkan penanganan
yang diperlukan. ( lihat format survey inventarisasi jembatan )
c. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal, muka air
banjir dan muka air banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya tanda-tanda / gejala
gejala erosi yang dilengkapi dengan sket lokasi , morfologi serta karakter aliran sungai
dan di lengkapi foto foto jika diperlukan.
d. Mendiskusikan dengan team geometrik, geologi, amdal dan hidrologi apakah data data
dan usul penempatan lokasi serta usul perencanaan / penanganan sudah sesuai secara
teknis.

4
Kerangka Acuan Kerja

e. Membuat sket dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-catatan khusus serta saran -
saran yang sangat berguna dijadikan panduan dalam pengambilan data untuk
perencanaaan pada waktu melakukan survey detail nanti dan pengaruhnya terhadap
keamanan / kestabilan.

2.7 Recon Jembatan (jika ada)


a. Mengidentifikasi kondisi existing jembatan, dengan pengamatan secara visual atau
menentukan jenis pengujian dengan peralatan yang sesuai.
b. Menentukan jenis dan metoda penanganan yang sesuai.
c. Menetapkan lokasi/posisi jembatan untuk penggantian jembatan/ pembangunan
jembatan baru/duplikasi jembatan, setelah berdiskusi dengan Highway Engineer
berdasarkan pengamatan lapangan.
d. Menetapkan perkiraan elevasi, jenis dan susunan/konfigurasi bentang jembatan serta
teknik pelaksanaan atau ereksinya.
e. Menetapkan jenis soil investigation yang diperlukan

2.8 Recon Survey Penyelidikan Tanah.


Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan penyelidikan tanah adalah :
a. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan karakteristik dan
sipat tanah.
b. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi pekerjaan
c. Memberikan rekomendasi pada Higway Enggineer dan Bridge engineer berkaitan
dengan rencana trase jalan dan rencana jembatan yang akan dipilih.
d. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus.(rawan longsor, gambut, dll)
e. Mencatat lokasi yang akan dlakukan pengeboran maupun lokasi untuk test pit.
f. Membuat rencana kerja untuk tim survey detail

2.9 Recon Survey Upah dan Harga Satuan.


Mengumpulkan harga satuan dan upah, dengan cara koordinasi dengan instansi terkait.

5
Kerangka Acuan Kerja

BAB IV
PENGUKURAN TOPOGRAFI

1. Tujuan

Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan didalam koridor yang ditetapkan
untuk penyiapan peta topografi dengan skala 1:1000, yang akan digunakan untuk perencanaan
geometrik jalan.

2. Lingkup Pekerjaan

2.1. Pemasangan patok-patok


- Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa
pralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya dipasang neut
dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat.
- Patok BM dipasang/ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas tanah setinggi
20 cm, dicat warna kuning, diberi lambang, notasi dan nomor BM dengan warna
hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian di photo sebagai dokumentasi yang
dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.
- Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang cukup
keras, lurus, dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurang-kurangnya 50 cm,
bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam dengan
kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam
keadaan khusus, perlu ditambahkan patok bantu.
- Untuk memudahkan pencarian patok, sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi
tanda-tanda khusus.
- Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak mungkin dipasang patok, misalnya
diatas permukaan jalan beraspal atau diatas permukaan batu, maka titik-titik
poligon dan sipat datar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan
diberi nomor.

2.2. Pengukuran titik kontrol horizontal


 Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan sistem poligon, dan semua titik
ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik poligon.
 Sisi poligon atau jarak antar titik poligon maksimum 100 meter, diukur dengan
meteran atau dengan alat ukur secara optis ataupun elektronis.
 Sudut-sudut poligon diukur dengan alat ukur theodolit dengan ketelitian baca dalam
detik. Disarankan untuk menggunakan theodolit jenis T2 atau yang setingkat.
 Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan untuk
setiap interval + 5 km di sepanjang trase yang diukur. Apabila pengamatan matahari
tidak bisa dilakukan, disarankan menggunakan alat GPS Portable (Global Positioning
System). Setiap pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar
biasa).

2.3. Pengukuran titik kontrol vertikal


 Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan pergi-
pulang.

6
Kerangka Acuan Kerja

 Pengukuran sipat datar harus mencakup semua titik pengukuran (poligon, sipat datar,
dan potongan melintang) dan titik BM.
 Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar, jelas dan
sama.
 Pada setiap pengukuran sipat datar harus dilakukan pembacaan ketiga benangnya,
yaitu Benang Atas (BA), Benang Tengah (BT), dan Benang Bawah (BB), dalam
satuan milimiter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi: 2 BT = BA + BB.
 Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag (pengamatan) yang
genap.

2.4. Pengukuran situasi


 Pengukuran situasi dilakukan dengan sistem tachimetri, yang mencakup semua obyek
yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada disepanjang jalur pengukuran,
seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.
 Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan kerapatan
titik yang cukup sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi
khusus (misalnya: sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran
harus dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi.
 Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolit.

2.5. Pengukuran Penampang Melintang.


Pengukuran penampang melintang harus dilakukan dengan persyaratan:
Lebar koridor, Interval, Interval, (m)
Kondisi (m) (m) Jembatan/
Jalan baru Longsoran
- Datar, landai, dan lurus 75 + 75 50 25
- Pegunungan 75 + 75 25 25
- Tikungan 50 (luar) + 100 25 25
(dalam)

Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolit.

a. Persyaratan
3.1. Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa
dan dikoreksi sebagai berikut:
a. Pemeriksaaan theodolit:
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Sumbu II tegak lurus sumbu I.
 Garis bidik tegak lurus sumbu II
 Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
 Kesalahan indeks vertikal = 0.
b. Pemeriksaan alat sipat datar:
 Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung.
 Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan.

3.2. Ketelitian dalam pengukuran


Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah sebagai berikut :
a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik polygon dari
pengamatan matahari pertama dan kedua
b. Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari 5”.

7
Kerangka Acuan Kerja

3.3. Perhitungan
a. Pengamatan matahari.
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada tabel almanak matahari
yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan
dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
b. Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap seksi, antara pengamatan matahari yang
satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar
nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang
lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi
pekerjaan.
c. Perhitungan sipat datar.
Perhitungan sipat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan
harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan dengan
menjumlahkan beda tingginya.
d. Perhitungan Ketinggian detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai
titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.

3.4. Penggambaran .
a. Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala 1 : 1.000 untuk jalan dan 1:500
untuk jembatan .
b. Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm
c. Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat
(y)-nya.
d. Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang gambar harus dicantumkan
petunjuk arah Utara.
e. Penggambaran titik poligon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh
dilakukan secara grafis.
f. Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar poligon, sehingga membentuk gambar situasi dengan interval
garis ketinggian (contour) 1 meter.

8
Kerangka Acuan Kerja

BAB VII
SURVEY PENYELIDIKAN TANAH

1. Tujuan

Survey Kondisi Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkerasan yang
meliputi daya dukung tanah dasar dan susunan/lapisan perkerasan.

2. Lingkup pekerjaan

2.1. Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP (Dynamic Cone
Penetrometer)

Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran yang ada.
b. Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan maksimal 200 m.
c. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan lapisan tanah dasar.
e. Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan
sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.
f. Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan tanah dasar,
kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapis batuan).
g. Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan kondisi drainase, cuaca, waktu
dan sebagainya.
h. Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas.

2.2. Survei Susunan Lapisan Perkerasan dan Tanah Dasar dengan metode Test Pit (bila ada).
Metode pelaksanaan dapat dilihat pada survey geologi dan geoteknik.

3. Persyaratan

Untuk pelaksanaan kegiatan DCP (harus sesuai dengan SNI 03 – 1743 –1989), proses
pengambilan data harus mengacu pada format yang telah standar.

9
Kerangka Acuan Kerja

BAB XI
PERENCANAAN TEKNIS

1 Tujuan

Tujuan dari perencanan teknis ini adalah untuk merencanakan baik geometrik, perkerasan,
jembatan, struktur bangunan pelengkap,lansekap, sampai dengan penyiapan dokumen
pelelangan, sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang sempurna, ekonomis, serta ramah
terhadap lingkungan.

2 Lingkup pekerjaan

Ruang lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini :


a. Merencanakan geometrik jalan dengan memperhatikan stabilitas lereng.
b. Merencanakan jenis serta tebal perkerasan.
c. Merencanakan bangunan pelengkap dan pengaman jalan.
d. Merencanakan lansekap jalan.
e. Menyiapkan dokumen lelang.

3 Persyaratan

3.1 Perencanaan Geometrik


a. Standar
Standar geometrik jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Tata Cara
Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota / Kabupaten No. 038/T/BM/1997 dan
Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan / Kabupaten (Bina Marga -
Maret 1992).
b. Perencanaan Drainase
Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar Perencanaan Drainase
Permukaan Jalan SNI No. 03 – 3424 – 1994.
c. Keselamatan Lalu-lintas
Dalam perencanaan harus dipertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan, baik
selama pelaksanaan pekerjaan maupun paska konstruksi. Perencana harus menjamin
bahwa semua elemen yang direncanakan memenuhi persyaratan desain yang
ditetapkan dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat.
d. Perangkat Lunak Perencanaan.
Dalam melaksanakan perencanaan bisa manual atau dengan menggunakan perangkat
lunak yang kompatibel seperti perangkat lunak MOSS atau AD-CAD.

3.2 Stabilitas Lereng


Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi tentang berapa tinggi
maksimum dan kemiringan lereng desain galian yang aman dari keruntuhan. Perhitungan
stabilitas lereng diperoleh dari beberapa parameter tentang sifat fisik tanah setempat yang
diperoleh dari contoh tabung (undisturbed sample) beberapa dari test triaxial atau direct
shear. Parameter yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu C = kohesi tanah,  = sudut
geser tanah dan w = berat isi tanah .
Perhitungan angka keamanan lereng (sudut lereng dan tinggi maksimum yang aman )
dilakukan dengan menggunakan rumus dan Grafik Taylor. Salah satu contoh rumus yang
dapat digunakan adalah :
C
Fk =
Na x w x H

10
Kerangka Acuan Kerja

Dimana : Na = Angka Stabilitas Taylor


C = Kohesi tanah (Ton/m2)
H = Tinggi lapisan tanah (m)
w = Berat isi tanah basah (Ton/m3)
Fk = Faktor keamanan ( FK > 1,251 lereng aman )

Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam tanah () dengan
sudut lereng desain () kedalam grafik Taylor (terlampir).

Faktor lereng (F) digunakan asumsi :


FK > 1,251 lereng aman
FK = 1,251 lereng dalam keseimbangan
FK < 1,251 lereng tidak aman

3.3 Stabilitas badan jalan


Kondisi stabilitas badan jalan diidentifikasi dari gejala struktur geologi yang ada, jenis
dan karekteristik batuan, dan kondisi lereng.
Pengkajian stabilitas badan jalan harus mencakup 3 (tiga) hal, yaitu gerakan tanah atau
longsoran yang sudah ada di lapangan, perkiraan longsoran yang mungkin terjadi (hasil
analisis) akibat jenis, arah dan struktur lapisan batuan, dan longsoran yang dapat terjadi
akibat pembangunan jalan. Untuk ketiga hal diatas harus diidentifikasi jenis gerakan,
faktor penyebabnya, dan usaha-usaha penanggulangannya.

3.4 Perencanaan Perkerasan


a. Standar
Rujukan yang dipakai untuk perhitungan kontruksi perkerasan jalan dalam pekerjaan
ini adalah:
1) Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metoda
Analisa Komponen (SKBI-2.3.26.1987, UDC: 625.73 (02)
2) “A guide to the structural design of bitumen-surfaced roads in tropical and sub-
tropical countries”, Overseas Road Note 31, Overseas Centre, TRL, 1993.
3) AASHTO Guide for Design of Pavement Structures 1993.
4) Ausroads Pavement Design 2000
5) Modulas Elastisitas
b. Analisis Lalu-lintas
Tim harus melakukan analisis data lalu-lintas (LHR yang dikonversi kedalam nilai
ESA) untuk penetapan konstruksi yang akan dipakai.
c. Pemilihan Jenis Bahan Material
Tim harus mengutamakan penggunaan bahan material setempat sesuai dengan
masukan dari laporan geoteknik. Bila bahan setempat tidak dapat digunakan langsung
sebagai bahan konstruksi, maka Tim harus mengusulkan usaha-usaha peningkatan
sifat-sifat teknis bahan sehingga dapat dipakai sebagai bahan konstruksi .

3.5 Perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman jalan


Salah satu rujukan yang dipakai untuk perencanaan bangunan pelengkap dan pengaman
jalan dalam pekerjaan ini adalah :
a. Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan Perkotaan Undang – Undang
Lalulintas No.14 Tahun 1992.
b. Standar Box Culvert (Bipran 1992)
c. Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan (Subdit PSP 2002)

11
Kerangka Acuan Kerja

3.6 Penggambaran
a. Rancangan (Draft) Perencanaan Teknis
Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan teknis dari setiap detail
perencanaan dan mengajukannya kepada Tim Asistensi untuk diperiksa dan disetujui.

Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep perencanaannya antara lain :
1) Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta situasi skala 1:1.000 untuk jalan
dan 1: 500 untuk jembatan dengan interval garis tinggi 1.0 meter dan dilengkapi
dengan data yang dibutuhkan
2) Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala horizontal 1:1.000 untuk jalan
dan 1:500 untuk jembatan dan skala vertikal 1:100 yang mencakup data yang
dibutuhkan.
3) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk setiap titik STA (interval 50
meter), namun pada segmen khusus harus dibuat dengan interval lebih rapat.
Gambar potongan melintang dibuat dengan skala horizontal 1:100 dan skala
vertikal 1:50. Dalam gambar potongan melintang harus mencakup:
 Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka jalan
 Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW) rencana
 Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
 Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila ada).
4) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section) harus digambar dengan skala
yang pantas dan memuat semua informasi yang diperlukan antara lain
 Gambar konstruksi existing yang ada.
 Penampang pada daerah galian dan daerah timbunan pada ketinggian yang
berbeda-beda.
 Penampang pada daerah perkotaan dan daerah luar kota.
 Rincian konstruksi perkerasan
 Penampang bangunan pelengkap
 Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median
 Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)
5) Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar bangunan pelengkap, drainase,
rambu jalan, marka jalan, dan sebagainya
6) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas Jembatan
7) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas pembebanan.

b. Gambar Rencana Akhir (Final Design)


Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah rancangan perencanaan
disetujui oleh Tim Asistensi dengan memperhatikan koreksi dan saran yang diberikan.

Gambar rencana akhir terdiri dari gambar-gambar rancangan yang telah diperbaiki dan
dilengkapi dengan:
1) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
2) Daftar isi
3) Peta lokasi proyek
4) Peta lokasi Sumber Bahan Material (Quarry).
5) Daftar simbol dan singkatan.
6) Daftar bangunan pelengkap dan volume
7) Daftar rangkuman volume pekerjaan.

12
Kerangka Acuan Kerja

3.8. Perhitungan kuantitas pekerjaan Pelaksanaan Fisik.

a. Penyusunan mata pembayaran pekerjaan (per item) harus sesuai dengan spesifikasi
yang dipakai,
b. Perhitungan kuantitas pekerjaan harus dilakukan secara keseluruhan. Tabel
perhitungan harus mencakup lokasi dan semua jenis mata pembayaran (pay item)

3.9. Perkiraan Biaya Pelaksanaan Fisik .(Engineer’s Estimate)

a. Tim harus mengumpulkan harga satuan dasar upah, bahan, dan peralatan yang akan
digunakan di lokasi pekerjaan
b. Tim harus menyiapkan laporan analisa harga satuan pekerjaan untuk semua mata
pembayaran yang mengacu pada Panduan Analisa Harga Satuan No. 028/T/BM/1995
yang diterbitkan Direktorat Jenderal Bina Marga.
c. Tim harus menyiapkan laporan perkiraan kebutuhan biaya pekerjaan konstruksi.

3.10. Spesifikasi.

a. Spesifikasi harus mengacu pada spesifikasi yang berlaku di lingkungan Dinas


Pekerjaan Umum.
b. Bila diperlukan, Tim harus menyusun spesifikasi khusus untuk mata pembayaran yang
tidak tercakup dalam spesifikasi tersebut diatas.
c. Penomoran untuk mata pembayaran yang baru harus disetujui oleh Proyek.

13
Kerangka Acuan Kerja

BAB XIII
PELAPORAN

1. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk melengkapi data perencanaan serta sebagai bahan pelaksanaan,
setiap tenaga ahli diwajibkan untuk membuat laporan secara detail dan lengkap

2. Laporan Pendahuluan

Laporan yang harus dibuat:


2.1. Laporan Administrasi antara lain:

a. Laporan Pendahuluan (Survey Pendahuluan).


Laporan dibuat selengkap-lengkapnya yang berisi seluruh kegiatan pada survey
pendahuluan yang memuat :
1) Foto dokumentasi
2) Data lapangan sebagai bahan untuk survey berikutnya
3) Analisa bahan perencanaan
4) Laporan teknis

b. Laporan Bulanan
Berupa ringkasan dari kemajuan pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan, total
kemajuan kegiatan, dan keterlambatan yang terjadi serta sebab-sebabnya. Selanjutnya
juga memberikan saran-saran untuk mengatasinya dan tindakan-tindakan yang telah
dilakukan untuk mengatasi keadaan tersebut diatas. Juga termasuk semua kajian
ulang yang diperlukan dan rencana kerja bulan berikutnya.

c. Laporan Akhir (Final Report)


Berupa rangkuman kegiatan yang telah dilakukan, berisi uraian pelaksanaan survey
pendahuluan, pengolahan data, perhitungan perencanaan beserta rumus-rumus dan
asumsi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

2.2. Laporan Teknis yang dihasilkan

a. Laporan perencanaan
Laporan perencanaan ini dipisahkan berdasarkan paket pekerjaan masing-masing laporan
berisi:
 Daftar isi
 Peta lokasi proyek
 Daftar bangunan pelengkap
 Uraian yang berisi data perencanaan beserta perhitungan struktur bangunan bawah
beserta pondasinya, Drainase, jalan dan lain-lain.
 Gambar rencana yang dibuat di atas kertas kalkir ukuran A1, untuk kemudian
diperkecil menjadi A3.

b. Laporan Topografi
Laporan topografi mencakup sekurang-kurangnya pembahasan mengenai hal-hal
berikut:
 Data proyek.

14
Kerangka Acuan Kerja

 Peta situasi proyek yang menunjukkan secara jelas lokasi proyek terhadap kota
besar terdekat.
 Kegiatan perintisan untuk pengukuran
 Kegiatan pengukuran titik kontrol horizontal
 Kegiatan pengukuran titik kontrol vertikal
 Kegiatan pengukuran situasi
 Kegiatan pengukuran penampang melintang
 Kegiatan pengukuran khusus (bila ada)
 Perhitungan dan penggambaran
 Peralatan ukur yang digunakan berikut nilai koreksinya
 Dokumentasi foto (ukuran 3R) mengenai kegiatan pengukuran topografi termasuk
kegiatan pencetakan dan pemasangan BM, pengamatan matahari, dan semua obyek
yang dianggap penting untuk keperluan perencanaan jalan
 Deskripsi BM (sebagai lampiran)
 Data ukur hasil ploting dan negatip film harus diserahkan

c. Laporan Survey Penyelidikan Tanah


Hasil penyelidikan dibuat dalam satu laporan lengkap yang memuat :
 Data lapangan
 Perhitungan
 Usulan penanganan sementara
 Rekomendasi

d. Laporan perkiraan kuantitas dan biaya


Laporan ini berisi perkiraan kuantitas dan biaya yang dihitung untuk tiap item pekerjaan
yang kemudian digabungkan sebagai kesimpulan perkiraan biaya. Laporan perkiraan
kuantitas dan biaya ini dipisahkan sesuai dengan pekerjaan yang dilaksanakan dengan isi
sebagai berikut:
 Daftar isi
 Peta lokasi proyek
 Daftar bangunan pelengkap/jembatan
 Perhitungan perkiraan kuantitas
 Analisa biaya
 Perkiraan biaya

e. Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik


Dokumen Pelelangan Pekerjaan Fisik sesuai dengan dokumen pelelangan standar.

15
Kerangka Acuan Kerja

BAB XII
KEAHLIAN YANG DIPERLUKAN

1. Tujuan

Tujuan dibuatnya ketentuan mengenai keahlian yang diperlukan, adalah untuk mendapatkan
hasil pekerjaan perencanaan yang optimal dan sesuai dengan standar yang berlaku di
lingkungan Dinas Pekerjaan Umum.

2. Tugas dan Fungsi Tenaga Ahli

2.1 Ketua Tim (Team Leader)


Tugas utama ketua tim adalah bertanggung jawab pada hal-hal berikut:
- Merencanakan, mengkoordinasi dan mengendalikan semua kegiatan dan personil
yang terlibat dalam pekerjaan ini sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan
baik serta mencapai hasil yang diharapkan,
- Mempersiapkan petunjuk pelaksanaan kegiatan, baik dalam tahap pengumpulan
data, pengolahan, dan penyajian akhir dari hasil keseluruhan pekerjaan.

2.2 Ahli Teknik Jalan Raya (Highway Engineer)


Tugas ahli teknik jalan raya adalah merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan
dalam pekerjaan perencanaan teknis jalan yang mencakup pelaksanaan survey,
pemilihan trase, perencanaan geometrik, perkerasan jalan dan bangunan pelengkap
yang diperlukan, serta harus menjamin bahwa rencana jalan yang dihasilkan adalah
pilihan yang paling ekonomis dan sesuai dengan standar teknis yang ditetapkan oleh
Dinas Pekerjaan Umum.

2.4 Ahli Teknik Pengukuran (Geodetic Engineer)


Tugas ahli teknik pengukuran adalah merencanakan dan melaksanakan semua kegiatan
dalam pekerjaan pengukuran yang mencakup pelaksanaan survey pengukuran,
pengolahan data pengukuran, dan penggambaran data pengukuran, serta harus
menjamin bahwa gambar pengukuran yang dihasilkan adalah benar, akurat, dan siap
digunakan untuk tahap perencanaan teknis jalan dan jembatan.

2.6. Ahli Teknik Tanah dan Bahan (Soil & Material Engineer)
Tugas ahli teknik tanah dan bahan adalah merencanakan dan melaksanakan semua
kegiatan yang mencakup pelaksanaan penyelidikan tanah di lapangan dan di
laboratorium, pengolahan dan analisis data tanah, dan perhitungan-perhitungan
mekanika tanah, serta harus menjamin bahwa data, analisis dan perhitungan mekanika
tanah yang dihasilkan adalah benar, akurat, siap digunakan, dapat memberikan
masukan yang rinci mengenai kondisi, sifat-sifat dan stabilitas badan jalan untuk tahap
perencanaan teknis jalan dan jembatan.

2.8. Ahli Kuantitas


Tugas ahli kuantitas adalah melaksanakan semua kegiatan yang mencakup
pengumpulan data harga satuan bahan dan upah, menyiapkan analisa harga satuan
pekerjaan, membuat perhitungan kuantitas pekerjaan jalan dan jembatan, membuat
perkiraan biaya pekerjaan konstruksi, serta harus menjamin bahwa data, perhitungan
analisa harga satuan dan perhitungan kuantitas pekerjaan yang dihasilkan adalah benar
dan akurat.

16
Kerangka Acuan Kerja

3. Peryaratan
Persyaratan tenaga ahli minimal S1 sesuai dengan bidang keahliannya kecuali untuk tenaga
asisten minimal D3, serta harus memiliki pengalaman di bidangnya minimal 3 tahun,
mempunyai sertifikat serta pernah menangani (ikut terlibat) dalam proses perencanaan baik
jalan maupun jembatan.

Khusus untuk Ketua Tim (Team Leader) minimal S1, juga harus memiliki pengalaman
dibidangnya minimal 5 tahun.

Setiap tenaga ahli harus dibantu dengan seorang asisten (bila diperlukan).

Rincian personil :

Jumlah Volume/
No. Kualifikasi Personil Satuan
Personil Bln

A. TENAGA AHLI :
1 Ketua Tim OB 1,00 2,00
2 Ahli Teknik Sipil OB 1,00 2,00
3 Ahli Teknik Jalan Raya OB 1,00 2,00
4 Ahli Teknik Tanah dan Bahan OB 1,00 2,00
5 Ahli Teknik Pengukuran OB 1,00 2,00
6 Ahli Kuantitas Dan Biaya OB 1,00 2,00
Sub Total (I.A) 12,00

B. ASISTEN TENAGA AHLI :


1 Ass. Ahli Teknik Sipil OB 2,00 2,00
Sub Total (I.B) 2,00

C TENAGA PENDUKUNG :
1 Surveyor Topografi OB 3,00 2,00
2 Surveyor DCP dan Penyelidikan Tanah OB 3,00 2,00
3 Estimator OB 2,00 2,00
4 Draftman/CAD Operator OB 2,00 2,00
5 Sekretaris / Operator Komputer OB 2,00 2,00
Sub Total (I.C) 10,00

17

Anda mungkin juga menyukai