Anda di halaman 1dari 16

MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT ANGKATAN 06

TUGAS HOSPITAL LEADERSHIP

“VISI DAN MISI RUMAH SAKIT BERBASIS GREEN HOSPITAL”

NAMA DAN NIM :

SAMATHA AMELIA PUTRI (20180309072)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS ESA UNGGUL

JAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Penyusunan misi dan visi rumah sakit merupakan fase penting dalam
tindakan strategis rumah sakit. Hal ini sebagai hasil penafsiran terhadap
lingkungan yang berubah. Penafsiran-penafsiran yang dilakukan dengan
cerdas akan mendorong pemimpin untuk berpikir mengenai misi organisasi dan
keadaan organisasi yang dicita-citakan. Pemikiran ini merupakan dasar untuk
menetapkan strategi pengembangan lembaga. Lebih lanjut, pemimpin rumah
sakit memerlukan pernyataan misi dan visi sebagai isi komunikasi dalam
meningkatkan komitmen seluruh pihak terkait. Menetapkan misi dan visi
bukanlah proses yang mudah. Pernyataan misi dan visi tidak dianjurkan
disusun atas dasar tugas pelatihan ataupun tuntutan akreditasi. Pernyataan
misi dan visi merupakan hasil pemikiran bersama dan disepakati oleh seluruh
anggota rumah sakit. Dalam konsep learning organization menurut Senge,
diperlukan suatu visi bersama (shared vision) dari seluruh individu di dalam
lembaga. Pada awalnya shared vision mungkin diawali oleh gagasan pemimpin
mengenai visinya terhadap kelembagaan.

Rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tidak boleh menjadi


sumber pencemar bagi lingkungannya, namun sebaliknya harus memberikan
dampak positif. Rumah sakit ramah lingkungan adalah rumah sakit yang
sanitasi lingkungannya memenuhi syarat kesehatan, mulai dari aspek sanitasi
bangunannya, sanitasi makanan dan termasuk diantaranya terkait dengan
pengelolaan limbah medis. Penerapan rumah sakit ramah lingkungan di
Indonesia saat ini telah berkembang menjadi pendekatan sisi baru dalam
pengelolaan rumah sakit. Hal ini sebagaimana yang diamanahkan dalam
Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang
No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dikatakan bahwa setiap pembangunan harus memperhatikan lingkungan dan
risiko terhadap kesehatan.

Keberadaan rumah sakit dalam satu kesatuan ekosistem di tengah isu


dampak perubahan iklim dan pemanasan global serta degradasi lingkungan
dipandang perlu bertanggung jawab atas keberlanjutan kualitas lingkungan dan
pemanfaatan sumber daya alam. Bangunan rumah sakit perlu didesain dan
dirancang dengan mengakomodasi pemanfaatan potensi alam secara efisien,
sumber daya rumah sakit berbasis alam dan lingkungan hidup seperti air
bersih, energi, kertas dan material lainnya yang merupakan kebutuhan harian
pengoperasian rumah sakit penggunaannya juga perlu dilandasi oleh prinsip
eco-efficiency, sementara produk samping rumah sakit seperti limbah cair,
padat dan gas perlu diolah sehingga targetnya tidak saja untuk memenuhi baku
mutu limbah, juga untuk memenuhi kaidah reduce, reuse, recycle dan recovery.

Sementara fakta menunjukkan bahwa keberadaan rumah sakit suatu


wilayah dengan daya dukung lingkungan yang terbatas sering tidak menjadi
perhatian manajemen rumah sakit, padahal paradigma terkini mengajarkan
bahwa pengelola rumah sakit wajib menempatkan aspek keseimbangan
ekologi, sosial dan estetika menjadi dasar pada setiap perumusan kebijakan
melalui optimalisasi pengelolaan lingkungan hidup dan pemberdayaan. Di sisi
lain pola tuntutan kebutuhan masyarakat modern akan layanan rumah sakit
juga telah bergeser kepada tuntutan pelayanan kesehatan yang berbasis
prinsip ramah lingkungan, karena masyarakat menyadari bahwa jaminan
kenyamanan dan keamanan lingkungan selama berinteraksi di lingkungan
rumah sakit merupakan bagian pelayanan yang akan mereka peroleh sebagai
satu kesatuan pelayanan prima di rumah sakit.

Kegiatan rumah sakit ramah lingkungan menitik beratkan pada tuntutan


kebutuhan pelayanan dari pelanggan rumah sakit yang telah bergeser ke arah
pelayanan paripurna dengan berbasis kenyamanan dan keamanan lingkungan
rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit hendaknya mampu memberikan
perlindungan dan kenyamanan bagi pasien dan pengunjung lainnya.
Terpenuhinya unsur kenyamanan lingkungan merupakan salah satu
pertimbangan pasien dalam pemilihan rumah sakit. Untuk itu sebagai salah
satu upaya menuju pembangunan kesehatan yang berkelanjutan, maka trend
ke depan dibutuhkan model rumah sakit dengan konsep yang ramah
lingkungan. Oleh karena itulah, perubahan rumah sakit menuju konsep ramah
lingkungan ini merupakan perubahan strategis yang perlu diadaptasi. Karena
konsep ini akan memadukan tiga elemen penting yakni desain dasar bangunan
yang nyata, keselamatan pasien dan mutu pelayanan, serta bangunan ramah
lingkungan. Perubahan tersebut dalam pendekatannya dapat dilakukan untuk
memenuhi kepentingan aspek kesehatan, lingkungan hidup, ekonomi, sosial
budaya dan produktivitas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. VISI

Visi berasal dari kata bahasa Inggris ‘vision’. Dalam The Contemporary
English-Indonesian Dictionary kata vision sebagai kata benda artinya: 1). Daya
lihat atau penglihatan, 2). Pemandangan, 3). Khayalan atau bayangan yang
terlihat dalam mimpi atau dalam angan-angan, 4). Daya khayal, 5). Hantu, 6).
Sedangkan vision sebagai kata kerja artinya: melihat atau mengkhayalkan.
Sedangkan kata visi sebagaimana dimaksud dalam konteks organisasi dikenal
dalam ungkapan ‘vision statement’ atau ‘mission statement’. Dalam berbagai
referensi kedua kata ungkapan itu sering dipertukarkan untuk menyampaikan
pengertian yang sama. Visi adalah apa yang perusahaan inginkan di masa
depan. Visi dapat memberikan aspirasi dan motivasi disamping memberikan
panduan atau rambu-rambu dalam menyusun strategi perusahaan. Pernyataan
visi yang efektif adalah menggambarkan secara jelas gambaran dari
perusahaan yang ingin dikembangkan. Visi digunakan sebagai pemandu untuk
merubah hal–hal yang berhubungan dengan perusahaan. Visi menjelaskan
pada karyawan kemana kita akan menuju.

Visi rumah sakit adalah gambaran keadaan rumah sakit di masa mendatang
dalam menjalankan misinya. Isi pernyataan visi tidak hanya berupa gagasan-
gagasan kosong. Visi merupakan gambaran mengenai keadaan lembaga di
masa depan yang berpijak dari masa sekarang. Dalam visi, terdapat dasar
logika (nalar) dan naluri yang digunakan secara bersama-sama. Visi harus
mempunyai nalar dan memberi ilham bagi seluruh pihak terkait. Sifat
mempunyai nalar berarti visi tersebut bukan impian. Secara logika visi tersebut
dapat diwujudkan melalui berbagai strategi dan program kegiatan. Di samping
itu, visi sebaiknya menyiratkan harapan dan kebanggaan jika dapat dicapai.
Tidak ada sebuah lembaga yang mempunyai visi menjadi lembaga yang tidak
bermutu atau menjadi lembaga yang tidak disukai oleh masyarakat.

Visi menggambarkan tujuan atau kondisi dimasa depan yang ingin dicapai.
Visi memberikan gambaran yang jelas dimasa mendatang yang bisa dilihat oleh
para stakeholders. Pernyataan visi yang baik tidak hanya menginspirasikan dan
menantang, namun juga sangat berarti sehingga setiap pegawai bisa
menghubungkan tugas yang dilakukanya dengan visi. Pernyataan visi harus
mampung menjadi inspirasi dalam setiap tindakan yang dilakukan setiap
pegawai, yang paling penting pernyataan visi harus terukur sehingga setiap
pegawai bisa mengetahui apakah tindakan yang dilakukannya dalam rangka
mencapai visi organisasi atau tidak.

Penyusunan visi rumah sakit ataupun instalasi, bagian, dan unit pendukung,
merupakan tanggung jawab pemimpin. Dalam hal ini pemimpin di rumah sakit
tidak hanya seorang atau hanya anggota direksi saja. Hal ini disebabkan rumah
sakit tersusun atas berbagai instalasi ataupun unit yang berbeda tetapi saling
terkait. Para pemimpin inilah yang akan mengajukan visi mengenai keadaan
unit rumah sakit ataupun instalasi yang dipimpinnya. Oleh karena itu, hanya
pemimpin yang mempunyai pemahaman mengenai makna perubahan dan
pembelajaran yang dapat menyusun visi.Diharapkan dengan komunikasi yang
baik akan meningkatkan komitmen sumber daya manusia untuk mencapai visi
yang digambarkan.

II. MISI

Misi dan visi merupakan sebuah rangkaian filosofi atau tujuan yang
ditetapkan suatu organisasi sebagai arah tujuan kemana organisasi atau
berusahaan akan dibawa. Menurut Wibisono (2006) misi merupakan penetapan
sasaran atau tujuan perusahaan dalam jangka pendek (biasanya 1 sampai 3
tahun). Misi adalah sebuah ekspresi dari ambisi untuk mengembangkan suatu
perusahaan atau organisasi. Pernyataan misi yang efektif adalah
mendefinisikan bisnis dari tiap unit kecil dalam organisasi. Pernyataan tersebut
akan membuat para karyawan lebih mengerti mengenai tujuan mereka.

Misi rumah sakit merupakan pernyataan mengenai alasan sebuah rumah


sakit didirikan, apa tugasnya, dan untuk siapa rumah sakit tersebut melakukan
kegiatan. Sementara itu, misi sebuah rumah sakit for profit salah satunya
adalah melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya. Rumah sakit for profit
juga berusaha memenuhi harapan pemegang saham yaitu memperoleh
keuntungan. Dengan demikian pernyataan misi tergantung pada sifat lembaga
dan pemilik rumah sakit. Misi sebaiknya dapat menggambarkan tugas, cakupan
tindakan yang dilakukan, kelompok masyarakat yang dilayaninya, pengguna
yang harus dipuaskan, dan nilainya. Perincian misi mencakup pernyataan
mengenai tujuan yang akan dicapai oleh lembaga. Beberapa sifat misi adalah
sebagai berikut (Ginter dan Duncan ) :

1. Misi merupakan pernyataan tujuan rumah sakit secara luas, tetapi jelas
batasannya. Dalam misi Henry Ford Health Service secara jelas
diungkap tujuan pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian. RS
tidak hanya mempunyai tugas pelayanan namun juga penelitian maupun
pendidikan. Pernyataan misi ditulis untuk dikomunikasikan ke seluruh
sumber daya manusia serta seluruh stakeholder.
2. Pernyataan misi sebaiknya bersifat tahan lama tetapi dapat berubah.
Tujuan organisasi yang tercakup dalam misi dapat berubah tetapi tidak
terlalu sering berganti. Dengan sifat misi yang dapat bertahan lama
maka sumber daya manusia rumah sakit dapat mempunyai komitmen
terhadap tujuan lembaga. Sebagai contoh, misi rumah sakit pendidikan
harus dipahami, sehingga dokter yang bekerja pada rumah sakit
pendidikan akan mempunyai komitmen sebagai seorang pendidik.
Komitmen sebagai pendidik ini bersifat spesifik dan harus bertahan
lama.
3. Misi sebuah rumah sakit sebaiknya menggarisbawahi keunikan lembaga.
Hal ini dilihat pada pergantian misi sebuah rumah sakit kusta. Setelah
penyakit kusta berkurang drastis, rumah sakit kusta berubah misi
menjadi rumah sakit umum. Akan tetapi, rumah sakit tersebut masih
mempunyai keunikan karena merupakan rumah sakit umum yang
dikenal mempunyai misi rehabilitasinya.
4. Pernyataan misi sebaiknya mencantumkan jangkauan pelayanan,
kelompok masyarakat yang dilayani dan pasar penggunanya. Misi
sebuah lembaga sebaiknya menyatakan kebutuhan manusia akan peran
lembaga.

Misi sangat membantu dalam mengembangkan perusahaan, diantaranya


adalah memberikan arah, memfokuskan langkah – langkah yang akan diambil,
objektif, targets dan program perusahaan dirancang berdasarkan misi yang
sudah dibentuk. Misi juga membantu karyawan – karyawan pada tingkat
apapun untuk mengerti arah mana yang harus diambil atau melangkah,
membimbing aksi dalam berbagai tingkat serta membantu mencegah karyawan
agar tidak salah melangkah.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. VISI DAN MISI RS BERBASIS GREEN HOSPITAL

Rumah sakit ramah lingkungan atau dikenal dengan istilah green hospital
adalah rumah sakit yang didesain, dibangun/direnovasi dan dioperasikan serta
dipelihara dengan mempertimbangkan prinsip kesehatan dan lingkungan
berkelanjutan. Persoalan kesehatan masyarakat ke depan membutuhkan
sistem yang berkelanjutan, dalam arti sarana pelayanan kesehatan seperti
rumah sakit dinilai perlu untuk siap memenuhi berbagai kebutuhan di masa
mendatang. Dan rumah sakit akan terus menempati posisi yang penting dalam
mewujudkan berbagai kebutuhan-kebutuhan termasuk kebutuhan untuk
melindungi dan mengelola sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup.
Berikut adalah contoh visi misi yang dibuat untuk mendirikan suatu rumah sakit
berbasis green hospital.

 VISI

Menjadi Rumah Sakit pilihan utama yang memberikan pelayanan komprehensif


dan prima berbasis Green Hospital.

 MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan prima dengan
mengutamakan keselamatan pasien.
2. Menerapkan standar profesi yang berkualitas tinggi melali pendidikan,
pelayanan, dan penelitian.
3. Meningkatkan efisiensi pelayanan Rumah Sakit melalui program Green
Hospital.

 VALUE

Cintai Hidup, Sayangi Bumi

3.2. KRITERIA RS BERBASIS GREEN HOSPITAL

Kriteria rumah sakit ramah lingkungan meliputi :


A. Kriteria desain dan konstruksi :
1) Pengembangan Lahan Yang Tepat
Bangunan rumah sakit memiliki area hijau, berada di lokasi yang
tepat, memiliki akses ke fasilitas umum, tersedia fasilitas transportasi
umum, memiliki area lansekap berimbang, melakukan upaya untuk
menciptakan iklim mikro, tersedianya area parkir sepeda, tersedianya
manajemen limpasan air hujan dan upaya lain untuk mengurangi
beban banjir ke kawasan sekitar.
2) Efisiensi dan Konservasi Energi
Bangunan rumah sakit dilengkapi meteran listrik (kWh meter) pada
setiap sub-sistem beban listrik secara terpisah terutama antara
fasilitas pelayanan rumah sakit dan medis, melakukan kalkulasi
listrik, melakukan pengukuran efisiensi energi, menggunakan
pencahayaan alami, dilengkapi ventilasi, menghitung dampak
perubahan iklim lokal melalui pengukuran emisi CO2 dan
menggunakan sumber energi baru dan terbarukan.
3) Konservasi Air
Bangunan rumah sakit dilengkapi alat meteran air, melakukan
pengurangan penggunaan air, menggunakan water fixture hemat air,
memasang instalasi daur ulang air limbah, menggunakan sumber air
alternatif, melakukan upaya peresapan air hujan dan efisiensi air
untuk penyiraman taman.
4) Material, Sumber Daya dan Daur Hidup
Bangunan rumah sakit tidak menggunakan Chloro Fluoro Carbon
(CFC) sebagai refrigerant dan halon sebagai bahan pemadam
kebakaran, menggunakan material yang memiliki sertifikat
manajemen lingkungan, menggunakan kembali material bekas dan
material kayu bersertifikasi ramah lingkungan, tidak menggunakan
bahan perusak ozon, desain modular untuk bangunan dan
menggunakan material lokal.
5) Kesehatan dan Kenyamanan Lingkungan Dalam Ruang
Bangunan rumah sakit dilengkapi ventilasi yang memanfaatkan
potensi udara luar, pengukuran emisi CO2, memasang larangan
merokok sebagai kawasan tanpa rokok, tidak menggunakan material
polutan, terdapat pandangan keluar, menggunakan penerangan,
mengontrol suhu dan kelembaban ruangan serta mereduksi
kebisingan yang berlebih.
6) Taman penyembuhan.
Rumah sakit menyediakan fasilitas penghijauan baik di lingkungan
outdoor maupun indoor dengan desain yang bisa memberikan efek
penyembuhan pasien, mengurangi efek stres dan menciptakan
taman dengan fungsi relaksasi bagi pasien dan karyawan.
7) Manajemen Lingkungan Gedung
Bangunan rumah sakit dilengkapi fasilitas pemilahan sampah,
memiliki tenaga bersertifikasi green building, melaksanakan aktivitas
pencegahan pencemaran selama konstruksi, melakukan uji
kesesuaian prosedur, menyusun database implementasi green
building, melakukan kesepakatan dengan pihak penyewa gedung
untuk melaksanakan prinsip green dan melakukan survey
kenyamanan pengguna gedung secara berkala.

Penerapan kriteria desain dan konstruksi secara keseluruhan diutamakan untuk


rumah sakit yang akan dibangun sedangkan untuk rumah sakit yang sudah
beroperasi, penerapan kriteria ini disesuaikan dengan situasi dan kondisi rumah
sakit tersebut.

B. Kriteria operasional
Kriteria operasional meliputi
1) Efisiensi Energi
Rumah sakit melaksanakan manajemen energi dengan
menerapkan program efisiensi/penghematan energi (listrik, bahan
bakar dll) dengan menerapkan perhitungan kinerja energi,
menggunakan jenis energi yang ramah lingkungan serta memilih
jenis peralatan yang hemat energi.
2) Tata Udara
Rumah sakit memiliki prosedur pemeliharaan dan pemantauan
tata udara ruangan sesuai dengan persyaratan yang berlaku dan
melaksanakannya secara konsisten.
3) Pengelolaan Limbah
Rumah sakit menerapkan pengelolaan limbah medis dan non
medis sesuai ketentuan, menerapkan upaya pengurangan,
penggunaan kembali, daur ulang dan komposting dari limbah
yang dihasilkan. Penggunaan insinerator untuk memusnahkan
limbah medis hanya sebagai alternatif terakhir saja.
4) Efisiensi dan Konservasi Air
Rumah sakit melakukan tindakan efisiensi penggunaan air
dengan menyediakan alat monitoring (meteran air), sarana
penyuluhan penghematan air, menggunakan sumber air alternatif
seperti air daur ulang air limbah, melakukan konservasi air
dengan membangun sumur resapan air hujan, biopori dan kolam
ekologi, menggunakan peralatan plumbing yang hemat air,
melakukan daur ulang air limbah, pemisahan air dengan cemaran
air ringan untuk reuse.
5) Transportasi
Rumah sakit menyediakan fasilitas dan kemudahan akses menuju
transportasi umum seperti angkutan umum, bus kota dan lain-lain
dengan menyediakan fasilitas jalur pedestrian/akses pejalan kaki
dengan mengacu pada Peraturan Menteri PU No. 30/PRT/M/2006
tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan.
6) Pendidikan Ramah Lingkungan
Rumah sakit melakukan pendidikan ramah lingkungan secara
berkesinambungan melalui sosialisasi, pelatihan, seminar dan
lainlain bagi karyawan dan masyarakat lainnya, menyediakan
fasilitas penyebaran informasi green seperti majalah/tabloid,
poster, spanduk, standing banner dan lain-lain, serta petunjuk-
petunjuk berbudaya ramah lingkungan di ruangan-ruangan dan
lingkungan luar rumah sakit.
7) Kebersihan Ramah Lingkungan
Rumah sakit selalu menjaga kebersihan ruangan, halaman,
sarana, prasarana dan peralatan rumah sakit dengan
menggunakan prosedur yang aman bagi lingkungan dan
menggunakan bahan pembersih dan peralatan kebersihan non
toksik dan tidak mengandung bahan beracun berbahaya.
8) Makanan yang Sehat
Rumah sakit menyediakan makanan bagi pasien dan karyawan
dengan bersumber bahan makanan lokal organik yang segar,
tidak mengandung bahan toksik dan menerapkan prinsip-prinsip
sanitasi dan higienis makanan pada semua aspek dalam
penanganan makanan di rumah sakit dan menggunakan
peralatan/material penyajian makanan yang aman dari bahan
toksik dan bahan beracun berbahaya.
9) Pengadaan Material Ramah Lingkungan
Rumah sakit menerapkan prosedur pengadaan barang maupun
jasa/ pekerjaan yang memenuhi prinsip-prinsip ramah lingkungan.
10) Manajemen Ramah Lingkungan
Rumah sakit melaksanakan sistem manajemen rumah sakit
ramah lingkungan dengan mengacu pada standar manajemen
sesuai sistem manajemen lingkungan (ISO 14001) dengan
melaksanakan tahapan-tahapan : kebijakan, perencanaan,
implementasi dan operasi, pengecekan dan upaya perbaikan,
serta mengkaji kembali pelaksanaan manajemen.

3.3. LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN RS BERBASIS GREEN HOSPITAL

1. Langkah pertama : Kebijakan


Rumah sakit perlu menyusun kebijakan tertulis tentang komitmen pengelola
untuk :
 Menerapkan prinsip-prinsip rumah sakit ramah lingkungan.
 Berupaya keras untuk melindungi kesehatan, keselamatan dan
menciptakan kenyamanan bagi penghuni rumah sakit dengan
mengendalikan dampak negatif lingkungan hidup akibat kegiatan rumah
sakit.
 Melaksanakan prinsip efisiensi penggunaan sumber daya energi, air dan
material.
 Selalu mentaati peraturan perundangan kesehatan, perumah sakitan
dan lingkungan hidup yang berlaku.
 Berkonstribusi dalam mencegah dan mengendalikan dampak lingkungan
global.
2. Langkah kedua: Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, rumah sakit melaksanakan langkah sebagai
berikut :
 Menyusun Tim Internal (Green Team) yang akan melaksanakan dan
bertanggung jawab terhadap program rumah sakit ramah lingkungan.
Tim ini bisa memiliki struktur organisasi dan mencantumkan garis
koordinasi lintas program dan lintas sektoral serta uraian tugas dan
kewenangan yang jelas. Anggota unit kerja ini sebaiknya multidisiplin
ilmu (kesehatan lingkungan, dokter, keperawatan, teknik sipil/
arsitek/lingkungan, ilmu komunikasi, ahli lansekap, teknik mesin/listrik
dan lain-lain) yang bisa bekerja dalam tim kerja yang solid dan dinamis.
 Menyusun program kerja rumah sakit ramah lingkungan dengan
menguraikan aspek-aspek lingkungan, peraturan perundangan, tujuan
dan sasaran program yang tersusun dalam program strategis
manajemen lingkungan rumah sakit.
3. Langkah ketiga : Implementasi dan Operasi
Seluruh kegiatan operasional rumah sakit harus dilengkapi dengan
SOP/pedoman teknis/instruksi kerja/manual yang direview secara berkala,
dan disosialisasikan kepada semua pihak terkait. SOP/ instruksi
kerja/manual juga dipasang di setiap lokasi kegiatan terkait. Tim ini setelah
menyusun program kerjanya, maka selanjutnya perlu menyusun program
pelatihan yang terprogram dan terencana sebagai sarana untuk
memberikan pemahaman dan persamaan persepsi akan prinsip-prinsip
ramah lingkungan dan penerapannya di rumah sakit, sehingga timbul
kepedulian antara seluruh lapisan karyawan yang terlibat di dalam rumah
sakit.
4. Langkah keempat : Pengecekan dan Upaya Perbaikan
Pada tahap ini, tim yang bertanggung jawab pada program rumah sakit
ramah lingkungan perlu melakukan monitoring atas kemajuan dan kinerja
program dengan penekanan pada pengukuran dan pemantauan aspek-
aspek pada input, proses dan output kegiatan. Apabila ditemukan
permasalahan, maka selanjutnya perlu melakukan tindakan perbaikan
secara berkelanjutan. Semua hasil kegiatan harus dilakukan pencatatan
melalui manajemen kearsipan yang baik dan bila diperlukan dilakukan audit
internal oleh rumah sakit.
5. Langkah kelima : Mengkaji Kembali Manajemen Rumah Sakit
Tahap ini merupakan kegiatan evaluasi menyeluruh atas semua program
yang disusun dan dilaksanakan di lapangan, guna mengidentifikasi
permasalahan yang menghambat pelaksanaan program dan menemukan
solusi yang perlu dilaksanakan serta mengembangkan inovasi yang ramah
lingkungan. Kebijakan tertulis ini berisi visi, misi, strategi dan kebijakan yang
disosialisasikan ke seluruh karyawan termasuk kepada pasien
danpengunjung rumah sakit, melalui media promosi rumah sakit seperti
poster, spanduk, stiker, banner, pengeras suara, televisi atau media lainnya.
3.4. TAHAPAN PENYUSUNAN BALANCED SCORECARD UNTUK
MENENTUKAN KEY PERFORMANCE INDICATOR

Balanced Scorecard pertama kali diperkenalkan oleh Kaplan dan Norton


di Harvard Business Revue Edisi Januari – Februari 1992 yang merupakan
salah satu alat manajemen strategi yang terdiri dari satu rangkaian pengukuran
yang dapat memberikan gambaran non keuangan. Balanced scorecard cocok
satu sama lain dengan activity based responsibility accounting, karena
balanced scorecard memfokuskan pada proses dan memerlukan penggunaan
informasi berbasis aktfifitas untuk menerapakan banyak tujuan dan tolak
ukurnya. Balanced Scorecard merupakan suatu sistem managemen strategi
yang menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan
operasional dan tolak ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4
(empat) perspektif yaitu: perspektif keuangan (Financial), perspektif pelanggan
(Customer), perspektif proses usaha (Internal Bisnis Process) dan perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan (Learning & Growth).

Langkah pertama adalah menentukan visi, misi dan sasaran strategis.


Dalam konsep balanced scorecard, visi dan misi yang telah diformulasikan
selanjutnya diterjemahkan dalam sejumlah sasaran strategis. Sasaran strategis
didefinisikan sebagai pernyataan tentang yang ingin dicapai (sasaran strategis
bersifat output/outcome) atau apa yang ingin dilakukan (sasaran strategis
bersifat proses) atau apa yang seharusnya kita miliki (sasaran strategis bersifat
input).

Langkah kedua adalah menyusun peta strategi. Peta strategi merupakan


suatu panel instrumen yang memetakan sasaran strategis organisasi dalam
suatu kerangka hubungan sebab akibat yang menggambarkan keseluruhan
perjalanan strategi organisasi. Peta strategi memudahkan organisasi untuk
mengkomunikasikan keseluruhan strateginya kepada seluruh anggota
organisasi dalam rangka pemahaman demi suksesnya pencapaian tujuan
organisasi. Unit organisasi yang menyusun peta strategi adalah unit organisasi
yang mendefinisikan visi dan misinya dengan jelas serta memiliki proses
manajemen yang lengkap (input sumberdaya, proses internal dan
output/outcome).

Langkah ketiga adalah perspektif balanced scorecard. Kaplan dan


Norton (2001) menggunakan empat standar perspektif balanced scorecard
yaitu: (1) perspektif keuangan, yaitu balanced scorecard dibangun dari studi
pengukuran kinerja di sektor bisnis, sehingga yang dimaksud dengan perspektif
keuangan di sini adalah terkait dengan financial sustainability. Perspektif ini
digunakan oleh shareholder dalam rangka melakukan penilaian kinerja
organisasi.

Langkah keempat adalah menentukan Key Performance Indicator (KPI).


Setelah peta strategi disusun, maka langkah selanjutnya adalah menentukan
Key Performance Indicator (KPI) untuk setiap sasaran strategis. KPI adalah alat
ukur bagi pencapaian sasaran stategis. KPI dibedakan menjadi KPI lagging dan
KPI leading. KPI lagging adalah KPI yang bersifat outcome/output atau yang
mengukur hasil, umumnya di luar kendali unit yang bersangkutan. KPI leading
adalah KPI yang bersifat proses, yang mendorong pencapaian KPI lagging.
Umumnya KPI leading berada di bawah kendali unit organisasi.

Dalam perumusan KPI sebaiknya memenuhi karakteristik indikator


kinerja yang baik dan cukup memadai guna pengukuran kinerja menggunakan
prinsip SMART-C, yaitu: (1) Specific, KPI harus mampu menyatakan sesuatu
yang khas/unik dalam menilai kinerja suatu unit kerja; (2) Measurable, KPI yang
dirancang harus dapat diukur dengan jelas, memiliki satuan pengukuran, 14
dan jelas pula cara pengukurannya; (3) Achievable, KPI yang dipilih harus
dapat dicapai oleh penanggungjawab atau Unit In Charge; (4) Relevant, KPI
yang dipilih dan ditetapkan harus sesuai dengan visi dan misi, serta tujuan
strategis organisasi; (5) Time-bounded, KPI yang dipilih harus memiliki batas
waktu pencapaian, dan (6) Continuously Improve, KPI yang dibangun
menyesuaikan dengan perkembangan strategi organisasi.
BAB IV

PENUTUP

Pernyataan visi dan misi merupakan hasil pemikiran bersama dan


disepakati oleh seluruh anggota rumah sakit. Visi rumah sakit merupakan
gambaran keadaan rumah sakit di masa mendatang dalam menjalankan
misinya. Penerapan rumah sakit ramah lingkungan di Indonesia saat ini telah
berkembang menjadi pendekatan sisi baru dalam pengelolaan rumah sakit.
Tuntutan kebutuhan masyarakat modern akan layanan rumah sakit juga telah
bergeser kepada tuntutan pelayanan kesehatan paripurna yang berbasis
prinsip ramah lingkungan (green hospital), karena masyarakat menyadari
bahwa jaminan kenyamanan dan keamanan lingkungan selama berinteraksi di
lingkungan rumah sakit merupakan bagian pelayanan yang akan mereka
peroleh sebagai satu kesatuan pelayanan prima di rumah sakit. Oleh karena itu
rumah sakit hendaknya mampu memberikan perlindungan dan kenyamanan
bagi pasien dan pengunjung lainnya. Sebab terpenuhinya unsur kenyamanan
lingkungan merupakan salah satu pertimbangan pasien dalam pemilihan rumah
sakit.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Rumah Sakit Ramah


Lingkungan (Green Hospital) di Indonesia. Jakarta, 2018.
2. Trisnantoro, Laksono. Aspek Strategis Manajemen Rumah Sakit. Sekip,
Yogyakarta, 2005.
3. Hamdan, Yusuf. Pernyataan Visi Dan Misi Perguruan Tinggi. Mimbar Jurnal
Sosial dan Pembanguna. Vol. XVII No. 1 Januari – Maret 2001 : 90-103.
4. Rokhim, Muh. Penentuan Key Performance Indicator Dengan Metode
Balanced Scorecard. Jurnal Teknik Industri, Vol. 18, No.02, Agustus 2017,
pp. 168-175.

Anda mungkin juga menyukai