TUJUAN PERKULIAHAN
H
-
H - C - H
H
H
H
.C. + 4 H H: C :H atau H :C: H
H
H
H: C::C :H H H
atau C:: C
H H H
H
H: C : : : C :H atau H: C: : : C : H
1.1.1 Konfigurasi elektron dalam atom menurut mekanika kuantum
Teori struktur Linus Pauling ini berdasarkan pada mekanika kuantum. Menurut de
Broglie, elektron bersifat dualisme yaitu mempunyai sifat partikel dan sifat gelombang.
ℎ
𝜆 = 𝑚.𝑣 , dimana 𝛌 = panjang gelombang, m = massa, h = tetapan Planck dan v =
kecepatan. Mekanika untuk elektron harus diselesaikan dengan suatu persamaan yang
dirumuskan oleh Schrodinger:
ℎ2
(− 8𝜋2 𝑚) (𝐻𝜑) = 𝐸𝑘 𝜑 = (𝐸 − 𝐸𝑝 )𝜑, dimana:
H = operator Hamiltonian
𝐸𝑝 = energi potensial
𝜑 = fungsi amplitudo
Ek = energi kinetik elektron
h = kontanta Planck
m = massa elektron
E = energi total
Jelaslah bahwa persamaan tersebut diluar jangkauan kita untuk memahaminya.
Namun apabila ada orang mengatakan bahwa dari persamaan mekanika kuantum dapat
dijabarkan harga-harga 𝜑 dan 𝐸, kiranya dapat dipahami. Berpangkal pada persamaan 𝜑2
dapat dijabarkan konsep orbital, yaitu ruang disekitar inti yang kebolehjadiannya
menemukan elektron besar.
Konsep orbital lahir karena orang tidak mungkin lagi menentukan dengan pasti posisi
elektron. Dari mekanika kuantum bahwa E bergantung pada n dan 𝑙, sedangkan
𝜑2 bergantung pada n, 𝑙 dan m. Notasi n disebut bilangan kuantum utama, dimana harga/
nilai n = 1, 2, 3......dan seterusnya, 𝑙 disebut bilangan kuantum azimut, nilai 𝑙 = 0, 1.........(n-
1) dan m disebut bilangan kuantum magnetik, dimana m = -1.....0.....+1. Permasalahan yang
muncul adalah bagaimana hubungan energi (E) dengan n dan 𝑙, maka dapat dijelaskan
bahwa: untuk n = 1, rumus 𝑙 = 0,1....(n-1). Dalam hal ini hanya ada 1 macam harga dari
𝑙 yaitu 𝑙 = 0, jadi untuk n =1 dan harga 𝑙 = 0, hanya ada satu tingkat energi (E). Untuk n = 2,
diperoleh harga 𝑙 = 0 dan 𝑙 = 1, maka terdapat dua tingkat energi. Dengan cara yang sama
untuk n = 3, maka diperoleh tiga tingkat energi.
Bagaimana hubungan orbital dengan n, 𝑙 dan m. Hal ini dapat diterangkan dengan
memperhatikan rumusan m = -1, 0, +1, maka untuk n = 2, 𝑙 = 0 dan m = 0. Terdapat 1
macam harga m, maka hanya ada 1 orbital. Orbital ini mempunyai harga 𝑙 = 0 disebut orbital
s. Oleh karena itu orbital tersebut terletak pada tingkat energi n = 1. Bentuk orbital s seperti
Gambar 1.1.
y
z
x
x z
y
y y
z
z x x z
x
px py pz
3d
3p
E
3s
2p
2s
1s
Hal ini menunjukkan bahwa atom H dan He pada tingkat dasar (ground Stete)
berada dalam orbital 1 s. Sedangkan bentuk atom C dan O seperti Gambar 1.6
2py 2py
2px 2px
2s 2s
2pz 2pz
atom C atom O
energi 2p
2s
Menurut Linus Pauling keempat orbital itu (s dan p) dapat dicampun menjadi empat
orbital baru yang energinya sama. Oleh karena itu energi orbital dirumuskan sebagai berikut:
1𝐸𝑠 +3𝐸𝑝
Energi orbital (Et) = 4
.
Sedangkan bentuk orbitalnya adalah seperti Gambar 1.7. Linus Pauling berpendapat bahwa
bentuk atom dalam sp3 dapat digunakan untuk semua atom yang terdapat Tabel 1.2,
kecuali untuk atom H dan He serta halogen yang digambarkan dalam bentuk tidak
terhibridisasikan.
109,5o
Golongan 1 2 3 4 5 6 7 8
:He
H.
Li. .Be. .C. .N. .O. :F: :Ne:
.B.
B. B sp3
.C.
C sp3
.N. N sp3
:Ne: Ne sp3
2s Es
Maka orang menyatakan bahwa bentuk sp3 mempunyai karakter ¼ s dan ¾ p, pencampuran
orbital seperi pada Gambar 1.8. Untuk ikatan tunggal dalam senyawa karbon orbital
hibridanya sp3. Pertanyaan yang timbul bagaimana percampuran orbital s dan p membentuk
orbital hibrida sp3 tersebut dapat terjadi. Sebagai contoh dalam molekul CH4, atom C
mempunyai empat ikatan kovalen terhadap atom H. Setiap ikatan C-H, mempunyai cudut
ikatan 109,5o, panjang ikatan 1,09oA, dan energi desosiasi ikatan sebesar 104 kkal/mol. Dari
hasil eksperimen ini membuktikan bahwa empat ikatan C-H adalah ekivalen. Empat ikatan
C-H ekivalen ini timbul dari hibridisasi lengkap empat orbital atomnya (satu orbital 2s dan
tiga orbital 2p), untuk memberikan 4 orbital sp3 yang ekivalen. Agar ini dapat terjadi, satu
elektron dari 2s harus ditingkatkan ke orbital 2p yang kosong. Peningkatan 2s ke 2p ini
memerlukan energi, tetapi energi ini lebih rendah dari energi yang didapat kembali ketikan
terjadi pembentukan ikatan secara serentak. Empat orbital sp3 mempunyai energi lebih
tinggi dari orbital 2s, tetapi lebih rendah dari orbital 2p. Masing-masing orbital sp3
mengandung satu elektron untuk ikatan. Terjadinya pencampuran orbital 2s dan 2p dalam
atom karbon seperti ditampilkan pada diagram orbital Gambar 1.10
orbital atom C
Orbital is non ikatan
tidak ditunjukkan terjadi promosi ikatan
Gambar 1.10 Diagram tingkat energi pencampuran orbital membentuk hibrida sp3
Orbital sp3, yang dari campuran orbital 2s dan 2p, terbentuk seperti bola bowling
yaitu ada kuping besar dan kecil (dari amplitudo yang berlawaran) dengan simpul pada inti.
Gambar 1.11 menunjukkan bahwa: a. empat orbital sp3, b. sebuah orbital sp3, serta c empat
sp3 yang berikatan. Pada empat orbilat sp3 ujung yang kecil dari orbital hibrida tidak
digunakan untuk ikatan karena tumpang tindih ujung yang lebih besar dengan orbital lain
memberikan tumpang tindih yang lebih lengkap dan menghasilkan ikatan yang lebih kuat.
Empat orbital sp3 mengelilingi inti karbon, karena tolakan antar elektron dalam orbital, maka
orbital sp3 ini saling menjauhi satu sama lain dan membentuk sudut 109,5o mengarah
keujung suatu tetrahedron. Dengan kata lain bahwa dalam sp3 bentuk molekulnya
terahedron.
Gambar 1.11 a. Empat orbital sp3, b.sebuah orbital sp3, dan d atom C dengan empat
ikatan sp3
Dalam molekul metana masing-masing orbital sp3 dari karbon bertumpang tindih
dengan orbital satu s dari atom hidrogen. Masing-masing orbital molekul sebagai resultante
sp3-s adalah simetris sekeliling sumbu yang lewat inti karbon dan hidrogen. Ikatan kovalen
antara C dan H dalam molekul metana yaitu ikatan π seperti ditunjukkan pada Gambar 1.12.
H
H
H
Gambar 1.12 Ikatan π antara orbital sp3 pada C dan orbital s pada H
Pada orbital sp3 telah dibicarakan tentang konsep pencampuran orbital. Dalam hal
ini ada 4 orbital yang dicampur sehingga akan terbentuk 4 orbital baru yang mempunyai
energi yang sama. Terjadinya 4 orbital baru ini sesuai dengan hukum kekekalan orbital,
yang menyatakan apabila ada n orbital dicampur, maka hasilnya adalah n orbital baru.
Apabila dicampur satu orbital s dengan 2 orbital 2p, maka akan diperoleh 3 orbital baru.
Energi orbital dari sp2 adalah:
1𝐸𝑠 + 2𝐸𝑝
3
sp2
120o
sp2
sp2
Atom C yang berada dalam hibridisasi sp2 dapat digambarkan seperi Gambar 1.12. semua
atom yang dapat membentuk hibrida sp3, juga dapat membentuk orbital sp2. Dari sini juga
ada pertanyaan yang muncul, apakah transformasi atom C bentuk keadaan dasar menjadi
sp2 memerlukan energi.
sp2
sp2 orbital p
sp2
karbon trigonal
tiga orbital sp2
dalam bidang, dg sudut 120 orbital p pada sudut
tegak lurus terhadap bidang
Atom C yang berada pada hibrida sp2, proses pencampuran orbital dipresentasikan
seperti pada Gambar 1.15.
orbital atom C
Orbital is non ikatan
tidak ditunjukkan terjadi promosi ikatan orbital yang digunakan
untuk ikatan
e
n 2p
e 2p 2p 2p 2p 2p 2p
r
g
i tiga sp2
2s
2s
Gambar 1.15 Diagram tingkat energi pencampuran orbital membentuk hibrida sp2
1.2.3 Hibrida sp
Selain konsep hibrida sp3, sp2 dalam senyawa karbon juga diperlukan konsep hibrida
sp2. Hal ini terjadi interaksi antara 1 orbital 2s dan 1 orbital 2p. Energi dari kedua orbital
tersebut adalah sebagai berikut:
1𝐸𝑠 + 1𝐸𝑝
2
Semua atom yang mempunyai bentuk hibrida sp3 dapat juga dalam bentuk hibrida
sp. Perubahan atom C dalam keadaan dasar berubah ke bentuk sp juga memerlukan
energi. Energi atom C pada keadaan dasar
(𝐸𝑡 )𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒 = 4𝐸𝑠 + 2 ∆........................ (1)
Energi atom C dalam bentuk sp
𝐸𝑠 + 𝐸𝑝
(𝐸𝑡 )𝑠𝑝 = 2 ( ) + 2𝐸𝑝 = 𝐸𝑠 + 3𝐸𝑝 = 4𝐸𝑠 + 3∆
2
(𝐸𝑡 )𝑠𝑝 > 𝐸𝑡 𝑔𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒
𝐸𝑠 +𝐸𝑝
Berdasarkan pada rumus 2
, maka bentuk orbital hibrida sp mempunyai karakter
½ s dan ½ p.
Tingkat energi atom C dalam bentuk hibrida sp ditampilkan pada Gambar 1.16a dan
model orbital sp dan asetilena 1.16b.
orbital atom C
Orbital is non ikatan
tidak ditunjukkan terjadi promosi ikatan
orbital yang
digunakan
e untuk ikatan
n 2p 2p
e 2p 2p 2p 2p 2p 2p
r
g
i dua sp
2s
2s
orbital sp
H C C H
o
bentuk linier 180 orbital sp
Gambar 1.16b Model orbital hibrida sp, dua ikatan π dalam asetilena
Panjang ikatannya berbeda antara ikatan tunggal, ikatan rangkap dua dan rangkap
tiga. Ikatan tunggal lebih panjang dibandingkan rangkap dua. Sedangkan ikatan rangkap
dua lebih panjang dari pada rangkap tiga. Contoh molekul etana orbital sp3, etena (sp2) dan
etuna (sp), pajang ikatan dan karakter s sebagai berikut:
H H H H
H C C H C C HC CH
H H
H H
orbital molekul H2
H
(sp3-1s)
atau H C H
C (1s-sp3) (sp3-1s)
H
(sp3-1s)
H
H
C C C C
H
H
ikatan sigma
py
px
C C
B
a
Gambar 1.20 Dua bidang α dan β saling tegak lurus, sumbu py dibidang α dan px dibidang β
Menurut mekanika kuantum pada posisi tersebut orbital px dan py, tidak mungkin
dapat melakukan tumpang tindih. Isomer geometri membuktikan bahwa ikatan rangkap tidak
dapat diputar, hal ini disebabkan adanya ikatan π. Pada Gambar 1.20, pada posisi ini tidak
mungkin orbital px dan py akan dapat tumpang tindih, bila hal ini terjadi maka ikatan π akan
putus.
Panjang jari-jari atom dalam inti tergantung pada banyaknya proton dalam inti dan
“shielding effect”. Yang dimaksud dengan shielding effect adalah shielding (melindungi)
yang dilakukan oleh elektron pada kulit dalam. Atas dasar konsep tersebut, maka fakta
atom-atom yang ada di bawah ini dapat difahami. Dalam sistem periodik jari-jari atom makin
kekanan dalam satu periode makin kecil (menurun). Dalam satu golongan makin ke bawah
makin besar. Tabel 1.3 Jari-jari (A/anstrom) dalam tabel periodik
H
0,37
Li Be B C N O F
1,225 0,889 0,800 0,771 0,740 0,740 0,720
Na Mg Al Si P S Cl
1,572 1,360 1,248 1,173 1.100 1.04 0,994
Br
1.142
I
1,334
atau
Data panjang ikatan tunggal 1,50 A, sedangkan panjang ikatan rangkap dua 1,34 A.
Pengukuran panjang ikatan antara atom C dalam benzena 1,39 A. Hal ini membuktikan
bahwa teori Kekule mengandung kesalahan. Bagaimana konsep jari-jari atom dapat
digunakan untuk menguji kestabilan molekul, Gambar 1.22 sebagai contoh untuk
menjelaskan kestabilan molekul.
H
H
C C
H
H
H Br
H Br
struktur 1 struktur 2
Jari-jari atom Br lebih besar dari pada atom H, maka energi sterik dari struktur 2 lebih
besar dari struktur 1, dengan demikian struktur 1 lebih stabil bila dibandingkan dengan
struktur 2.
Bentuk struktur C dalam hibrida sp3, membentuk sudut ikatan seperti yang
ditampilkan pada Gambar 1.23.
Gambar 1.23 Sudut ikatan dalam molekul yang bentuk orbital hibridanya sp3
Sudah diketahui bahwa sudut ikatan molekul CH4 juga 109,28o, hal ini membuktikan bahwa
teori hibridisasi sp3 dapat dibenarkan.
Pengukuran sudut ikatan NH3 ternyata 107o, bentuk struktur amonia seperti Gambar 1.24.
panjang ikatan
N
menjauhi pengamat (kebelakang)
H
H H
dalam bidang kertas
Atas dasar kenyataan tersebut dapat dikemukakan suatu kaidah yang menyatakan bahwa
daya tolak elektron orbital isi dua lebih besar dari pada daya tolak elektron dalam orbital
ikatan σ yang juga berisi dua elektron. Terjadinya ikatan dalam molekul NH3, merupakan
ikatan kovalen. Ada beberapa sifat ikatan kovalen, antara lain jarak antara inti atom yang
terikat secara kovalen disebut panjang iktan (0,74 – 2,0 Antrom). Bila ada lebih dari dua
otom dalam molekul, ikatannya membentuk sudut, maka disebut sudut ikatan (60-180o).
Apabila ikatan terputus secara homolitik menjadi atom-atomnya, maka energi yang
diperlukan disebut energi desosiasi. Reaksi disosiasi digambarkan seperi Gambar 1.25.
+ -Q Kkal
H H H. + H.
Reaktan produk
∆ 𝐻 = 𝐻𝑝𝑟 − 𝐻𝑟 , 𝐻𝑟 > 𝐻𝑝𝑟 , sehingga ∆ 𝐻 < 0, ini terjadi pada reaksi eksoterm. Pada reaksi
endotermis 𝐻𝑟 > 𝐻𝑝𝑟, sehingga ∆𝐻 = 𝐻𝑝𝑟 − 𝐻𝑟 > 0. Contoh pada reaksi berikut:
Energi disosiasi dapat digunakan untuk memperkirakan kuatnya suatu ikatan, seperti yang
terlihat dalam Tabel 1.4.
Ikatan molekul simetris dan Ikatan C-H Ikatan C-X Ikatan C-C
tidak simetris
H-H 104 CH3-H 104 CH3-Cl 83,5 CH3-CH3 88
D-D 106 CH3CH2-H 98 CH3CH2-Cl 81,5 CH2=CH-CH3 103
F-F 37 (CH3)2CH-H 94,5 (CH3)2CH-Cl 81 CH CH 230
Cl-Cl 58 (CH3)3C-H 91 (CH3)3C-Cl 78,5
Br-Br 46 CH2=CH-H 108 CH2=CH-Cl 84
I-I 36 CH2=CH-CH2-H 85 CH3-F 108
HO-OH 35 CH3-I 56
H-F 135 CH3-Br 70
H-Cl 103 CH3CH3-Br 68
H-Br 87 (CH3)2CH-Br 68
H-I 71 (CH3)3C-Br 67
N N 226
Atom yang dihubungkan oleh ikatan ganda memerlukan energi lebih besar untuk
disosiasi dibandingkan dengan yang berikatan tunggal (lihat Tabel 4.1).
Bayangkan molekul CH4 saling mendekat. Molekul CH4 digambarkan sebagai orbital
molekul dalam bentuk bola 1 dan 2 dan Ep = energi potensial
Ep r2
r1 r2
R1 distorsi orbital
Baik teori struktur Lewis maupun teori struktur Linus Pauling bersumber pada
struktur Kekule yang pada dasarnya mengikuti eksistensi atom dalam molekul. Oleh karena
itu teori struktur Kekule, Lewis dan Pauling dapat dikelompokkan dalam struktur VB
(Valence Bond). Dan ada teori yang dirumuskan oleh pakar fisika yang disebut teori struktur
MO (Moleculer Orbital).
a. Diagram orbital
Interaksi 2 orbital (φs)1 dan (φs)2 menghasilkan dua orbital baru yaitu orbital ikatan σ
dan σ*
(φ1s+ 1s)σ*
(φ1s)1 (φ1s)2
(φ1s+ 1s)σ
Gambar 1.28 Pembentukan orbital ikatan dan orbital anti ikatan pada molekul H2
Tanda (+) dan ( - ), hanya membedakan apakan kedua orbital itu sefase atau
berlawanan fasa.
b. Diagram energi
Diagram energi menggambarkan tingkat energi dan orbital-orbital tersebut (Gambar
1.28). Diagram energi orbital ikatan dan orbital anti ikatan pada molekul H2
dipaparkan pada Gambar 1.29.
(φ1s+ 1s)σ*
(φ1s)1 (φ1s)2
(φ1s+ 1s)σ
Gambar 1.29 Diagram energi orbital ikatan dan orbital anti ikatan molekul H2
1.7.Teori Resonansi
Perlu dimengerti lebih dahulu tentang struktur resonansi. Struktur resonansi adalah
struktur imajiner yang mirip dengan struktur yang sesungguhnya. Kemiripannya tergantung
dari tinggi rendahnya energi. Struktur yang paling miriplah yang digunakan untuk mewakili
struktur yang sesungguhnya. Energi resonansi adalah perbedaan energi antara struktur
resonansi yang paling stabil dengan struktur sebenarnya.
Sebagai contoh molekul 1,3-butadiena, dengan menggeser elektron maka akan
diperoleh setruktur kontribusinya atau struktur resonansinya.
H H H H
C CH CH C C CH CH C
H H
H struktur I H struktur II
H H
C CH CH C
H H
struktur III
N
2 3
1
Jawaban soal
N N
N
1.6 Muatan Formal
Pada sub Bab 1.1.4, sudah dibahas tentang teori struktur Linus Pauling dan sudah
memahami teori struktur Lewis. Teori Linus Pauling berdasarkan pada teori mekanika
kuantum, karena itu teori Paulinglah yang dianggap mendekati kebenaran. Artinya tidak
bertentangan dengan kaidah Heisenberg. Teori Lewis tidak dapat membedakan antara
ikatan π dan ikatan σ, namun pada hakekatnya teori Lewis tidak bertentangan dengan teori
Linus Pauling. Kedua teori tersebut sependapat bahwa terjadinya ikatan akan menurunkan
energi elektron yang berinteraksi. Akan tetapi yang perlu difahami bahwa, teori overlap tidak
mengharuskan atom H berkonfigurasi seperti He.
Dalam beberapa rumus kimia, ada unsur yang membentuk ikatan kovalen yang
tidak lazim. Ternyata menggambar rumus Lewis dari senyawa-senyawa seperti pada
Gambar 1.26 tidak dimungkinkan, kecuali dengan menambahkan muatan elektrostatik, yang
diistilahkan dengan muatan formal.
oksigen ini mengikuti oktet
tapi hanya satu ikatan kovalen
Contoh soal cara menentukan muatan formal. Tentukan matan formal atom O, N dan C
dalam molekul CH3NO2.
Struktur molekul CH3NO2 menurut Kekule dan Lewis seperti berikut ini
Oa H
O
H C N H a
C N
Ob O
H b
H
struktur menurut Kekule struktur atom menurut Lewis
Oa H
O
H C N atau H a
C N
Ob O
H b
H
struktur menurut Kekule struktur atom menurut Lewis
Oa H
O
H C N H a
atau C N
Ob H O
b
H
struktur menurut Kekule struktur atom menurut Lewis
Bila ada beberapa kemungkinan struktur Lewis yang dapat dibuat, maka struktur
dengan muatan formal yang paling kecil dan paling stabil yang dipilih. Kadang-kadang kita
membutuhkan lebih dari dua struktur resonansi untuk molekul atau ion. Misalnya apabila kita
menggambarkan ion nitrat (NO3)-. Perhatikan struktu berikut ini:
O O
Atom nitrogen dalam ion nitrat di atas tidak mengikuti oktet, sehingga kita harus membuat
ikatan rangkap. Untuk memenuhi aturan oktet kita harus menggambarkan tiga struktur
resonansi, yang setiap strukturnya mempunyai tiga ikatan N-O sebagai berikut:
O O O O
O O
N N N
O O O
Tanda panah menandakan resonansi diantara tiga struktur. Dalam struktur yang sebenarnya
kita dapatkan orde ikatan rata-rata 4/3 = 1,33; yang setiap strukturnya mempunyai tiga
ikatan N-O.
Resonansi tidak hanya terdapat pada senyawa anorganik, senyawa organik juga
dapat ditentukan struktur resonansinya dan orde ikatan rata-ratanya. Sebagai contoh
senyawa naftalen berikut ini:
8 1
7 2
6 3
5 4
Latihan soal
1. Tuliskan struktur Kekule dan Lewis molekul asam sulfat, ion pospat
2. Tentukan muatan formal O dari ion pospat
3. Buatlah struktur resonansinya dari ion pospat dan benzena
4. Hitunglah orde ikatan C1-C2 dalam molekul berikut ini
a. N b. c.