RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 FRAKTUR IMPRESI TULANG TENGKORAK TERBUKA 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan salah satu tanda : terdapat fragmen tulang yang masuk, dengan atau tanpa keluarnya jaringan otak disertai luka terbuka 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma kepala disertai dengan salah satu tanda: sebagian fragmen tulang masuk, dengan atau tanpa keluarnya jaringan otak, dengan luka di kepala b. Foto polos kepala atau CT Scan didapatkan gambaran fraktur impresi 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding Hematoma subgaleal 7. Pemeriksaan Penunjang a. Foto polos kepala AP/Lat/Tangensial b. CT Scan kepala 8. Terapi a. Bedah : Debridement dan kraniektomi bagian tulang yang depresi dengan indikasi: - Bila depresi lebih dari tebal tulang tengkorak - Ada fragmen tulang yang masuk ke otak - Kosmetik - Fraktur impresi disertai dengan luka terbuka - Indikasi lain, misalnya perdarahan intrakranial 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 HEMATOMA EPIDURAL 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan jendalan darah (hematom) dalam ruang epidural diantara tulang kepala dan duramater 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma kepala disertai dengan sakit kepala, mual dan muntah yang semakin berat b. CT-Scan kepala : didapatkan gambaran epidural hematoma c. Foto kepala : terdapat fraktur linier d. Adanya lucid interval e. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Hematoma subdural atau intraserebral b. Edema otak c. Stroke-ICH d. Tumor otak 7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanap kontras, bila tidak tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Laut 8. Terapi a. Non Bedah : - Mannitol 5 cc/kgBB/20 menit (bila ada herniasi atau rapi deterioration) - Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv dilanjutkan dengan phenitoin loading 15 mg/iv dalam 100cc PZ ½ jam dilanjutkan 5 mg/kgBB/hari b. Bedah : - Burrhole (kraniotomi) diagnostik (bila tidak tersedia CT-Scan kepala atau kondisi pasien sangat cepat memburuk) - Trepanasi bila ada CT-Scan 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 CIDERA KEPALA RINGAN 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan tingkat kesadaran (GCS) 14-15 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala b. GCS 14-15 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Adanya trauma di kepala b. CT-TIA c. Mabuk d. Intoksikasi 7. Pemeriksaan Penunjang a. Foto polos kepala AP/Lat b. Foto polos cervical lateral bila diperlukan c. CT Scan bila ada indikasi d. Lab sesuai indikasi 8. Terapi a. Istirahat di tempat tidur b. Observasi adanya tanda-tanda komplikasi seperti hematoma epidural, hematoma subdural, cedera saraf kranial c. Observasi fungsi vital neurologis d. Obat simptomatis-suportif 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan - Cooper PR, (ed), 1993, HEAD INJURY, 3rd Ed, William & Wilkins Baltimore, Maryland, USA - Wilkins RH and Rengachary SS (eds), neurosurgery Vol. II, 2nd ed. MC Graw Hill Co. New York - Narayan RK, Wilbelger JE Jr, Povlishock JT (eds) 1996. NEUROTRAUMA, MC Graw Hill Co. New York - Patil PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002 Contemp. Neurosurgery 24 (22) : 1-6 PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 CIDERA KEPALA RINGAN 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan tingkat kesadaran (GCS) 9-13 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala b. GCS 9-13 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Epilepsi b. CVA-TIA c. Mabuk d. Intoksikasi 7. Pemeriksaan Penunjang a. CT-Scan kepala, bila tidak ada dana dapat dilakukan Foto polos kepala AP/Lat b. Foto polos cervical lateral dan thorax c. Lab : DL, Gula Darah Acak, Serum Elektrolit 8. Terapi a. Non bedah: 1. Istirahat di tempat tidur 2. Stabilitas fungsi vital (A, B, C) 3. Deteksi dini adanya tanda-tanda perdarahan intrakranial 4. Observasi fungsi vital dan neurologis 5. Pasang collar brace sampai terbukti tidak terdapat fraktur cervical 6. Obat simptomatis-suportif 7. Manitol bila ada herniasi atau rapi deterioration 8. Bila kejang diberi valium 5-10 mg/iv (diencerkan 20 cc aqua) 9. Pasang kateter dan NG-Tube b. Bedah : 1. bila ada indikasi 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan - Cooper PR, (ed), 1993, HEAD INJURY, 3rd Ed, William & Wilkins Baltimore, Maryland, USA - Wilkins RH and Rengachary SS (eds), neurosurgery Vol. II, 2nd ed. MC Graw Hill Co. New York - Narayan RK, Wilbelger JE Jr, Povlishock JT (eds) 1996. NEUROTRAUMA, MC Graw Hill Co. New York - Patil PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002 Contemp. Neurosurgery 24 (22) : 1-6 PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 CIDERA KEPALA BERAT 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan tingkat kesadaran (GCS) 3-8 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala b. GCS 3-8 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding Koma karena sebab lain 7. Pemeriksaan Penunjang a. CT-Scan kepala tanpa kontras b. Foto polos AP/Laut c. Foto polos cervical lateral, thorax d. Lab : DL, Gula Darah Acak, Analisa gas darah 8. Terapi a. Non bedah: 1. Pasang collar brace sampai terbukti tidak terdapat fraktur cervical 2. Resusitasi dan intubasi endotracheal 3. Stabilitas fungsi vital (A, B, C) 4. deteksi dini adanya tanda-tanda perdarahan intraktranial 5. Observasi fungsi vital dan neurologis 6. Pasang collar brace sampai terbukti tidak terdapat fraktur cervical 7. Obat simptomatis-suportif 8. Manitol 2 cc/kgBB/20 menit setiap 6 jam bila ada herniasi atau rapi deterioration 9. Phenitoin Loading dose 15 mg/kgBB dalam NS 100 selama 20 menit dilanjutkan dengan Phenitoin 3x100 mg/iv (diencerkan 20 cc aqua) b. Bedah : 1. Operasi bila ada indikasi 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan - Cooper PR, (ed), 1993, HEAD INJURY, 3rd Ed, William & Wilkins Baltimore, Maryland, USA - Wilkins RH and Rengachary SS (eds), neurosurgery Vol. II, 2nd ed. MC Graw Hill Co. New York - Narayan RK, Wilbelger JE Jr, Povlishock JT (eds) 1996. NEUROTRAUMA, MC Graw Hill Co. New York - Patil PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002 Contemp. Neurosurgery 24 (22) : 1-6 PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 FRAKTUR BASIS KRANII 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan salah satu tanda : keluar darah/liquor dari hidung atau telinga, Brill hematoma, battle sigi, lesi saraf kranial 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik Cara pemeriksaan Klinis : - Pemeriksaan trauma kepala seperti di atas - Pemeriksaan tanda lokal Radiologis - X foto kepala : sebaran/arah garis fraktur, kedudukan fragmen, corpus alienum, lokasi dan kedalaman depresi (melebihi ketebalan tulang), aerokel, darah dalam sinus paranasalis. Projeksi AP/lateral dan bila perlu oblik. - CT-Scan : penderita yang berindikasi CT- Scan, tidak perlu dibuatkan foto polos kepala 4. Kriteria Diagnosis Adanya trauma di kepala disertai dengan salah satu tanda : keluar darah / liquor dari hidung, telinga, Brill hematoma, Battle sigi, Lesi saraf kranial 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Fraktur tulang hidung dan fraktur tulang wajah b. Trauma pada kepala atau mata 7. Pemeriksaan Penunjang CT Scan kepala tanpa kontras, bila tidak tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Lat 8. Terapi a. Non bedah: 1. Istirahat di tempat tidur 2. Obat simptomatis-suportif, antibiotika 3. Perawatan kebersihan lubang hidung atau lubang telinga b. Bedah : 1. bila kebocoran liquor menetap 2 minggu perawatan 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan - Cooper PR, (ed), 1993, HEAD INJURY, 3rd Ed, William & Wilkins Beltimore, Maryland, USA - Wilkins RH and Rengachary SS (Eds), Neurosurgery Vol. II, 2nd ed. MC Graw Hill Co. New York - Narayan RK, Wilbelger JE Jr, Povlishock JT (eds) 1996. NEUROTRAUMA, MC Graw Hill Co. New York - Patil PG, Radtke RA, Friedman AH, 2002 Contemp. Neurosurgery 24 (22) : 1-6 - Palmer JD (ED) (1997) HEAD TRAUMA in Manual of Neurosurgery Churchill Livingstone, New York, pp 499-580. PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 FRAKTUR IMPRESI TULANG TENGKORAK TERTUTUP 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan salah satu tanda : terdapat fragmen tulang yang masuk, dengan atau tanpa keluarnya jaringan otak disertai luka terbuka 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala disertai dengan salah satu tanda : sebagian fragmen tulang masuk, dengan atau tanpa keluarnya jaringan otak, dengan luka di kepala b. Foto polos kepala atau CT Scan didapatkan gambaran fraktur impresi 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding Hematoma subgaleal 7. Pemeriksaan Penunjang a. Foto polos kepala AP/Lat/Tangensial b. CT Scan kepala 8. Terapi a. Non bedah: (Asimtomatis) - Mannitol 5 cc kg/BB/20 menit (bila ada indikasi) - Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv dilanjutkan dengan phenitoin loading dose 15 mg/kgBB dilanjutkan mannitol 5 mg/kgBB/hari b. Bedah : - Trepansi bila akut atau Burrhole untuk subakut dan kronis 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 HEMATOMA SUBDURAL 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan jendalan darah (hematoma) dalam raung subdural yang terjadi dalam waktu 0-72 jam atau sampai 20 hari post-trauma akibat pecahnya bridging vein atau pembuluh darah kortikal 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala disertai dengan sakit kepala, mual dan muntah yang semakin berat b. CT-Scan kepala : didapatkan gambaran subdural hematoma c. Foto kepala : terdapat fraktur linier d. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Hematoma subdural atau Intra serebral b. Edema otak c. Stroke-ICH d. Tumor otak 7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala dengan atau tanpa kontras, foto skull AP/Lat 8. Terapi a. Bedah : Burhole elevasi dan kraniotomi rekonsrtruksi atau kranioplasti tergantung keadaan dengan indikasi : - Bila depresi lebih dari tebal tulang tengkorak - Ada fragmen tulang yang masuk ke otak - Kosmetik - Indikasi lain, misalnya perdarahan intrakranial 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 HEMATOMA INTRACEREBRAAL TRAUMATIKA 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di kepala akibat adanya trauma dengan jendalan darah (hematoma) dalam parenchym cerebral 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di kepala disertai dengan sakit kepala, mual dan muntah yang semakin berat sampai tidak sadar b. CT-Scan: didapatkan intracerebral hematoma c. Foto kepala : terdapat fraktur linier d. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Edema otak b. Stroke-ICH c. Tumor otak 7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanpa kontras, foto skull AP/Lat 8. Terapi a. Non Bedah: - Mannitol 5 cc kgBB/20 menit (bila ada indikasi) - Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv dilanjutkan dengan phenitoin 15 mg/kgBB dilanjutkan maintenace 5 mg/kg/hari b. Bedah : sesuai indikasi - Trepanasi evakuasi hematoma 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 HEMATOMA INTRACEREBRAAL SPONTAN 1. Pengertian (Definisi) Adalah perdarahan parenkim otak spon tanpa adanya riwayat hidup 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Penurunan kesadaran atau tidak dengan disertai sakit kepala, mual dan muntah yang semakin berat b. CT-Scan: didapatkan gambaran intracerebral hematoma c. Adanya lateralisasi atau tanda herniasi otak d. Adanya defisit neurologis sebagian besar ada riwayat hipertensi kronis 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. ICH traumatika b. Edema otak c. Tumor otak 7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanpa kontras, foto skull AP/Lat 8. Terapi a. Non Bedah: - Mannitol 5 cc kgBB/20 menit (bila ada indikasi) - Bila kejang diberi Valium 5-10 mg/iv dilanjutkan dengan phenitoin 15 mg/kgBB dilanjutkan maintenace 5 mg/kg/hari b. Bedah : sesuai indikasi - Trepanasi evakuasi hematoma 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 HNP (HERNI NUKLEUS PULPOSUS) 1. Pengertian (Definisi) Adalah penonjolan (hernia) dari nukleus pulposus disertai dengan nyeri tungkai yang menjalar dari pinggang ke paha dan betis 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya nyeri salah satu tungkai yang menjalar dari pinggang ke paha dan betis b. Laseque test c. Adanya defisit neurologis d. MRI : didapatkan gambaran “Bulging Dise” 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Tumor spinal b. Cauda Equina Syndrome 7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos vertebra AP/Lat - MRI 8. Terapi a. Non Bedah: - Bed rest, fisioterapi, analgesik selama 2 minggu b. Bedah : - Laminotomi/laminectomi + desectomi 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 CEDERA SUMSUM TULANG BELAKANG 1. Pengertian (Definisi) Adalah cedera di tulang belakang akibat adanya trauma dengan disertai dengan nyeri dan atau tanpa disertai dengan adanya defisit neurologis 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya trauma di tulang belakang disertai dengan nyeri lokal di lokasi tulang belakang dan jejas dislokasi tulang belakang b. Foto vertebra : terdapat fraktur kompresi, dislokasi c. Adanya defisit neurologis 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding - Sindroma Guillian Barre - Stroke – ICH - Tumor otak 7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos vertebra AP/Lat - CT-Scan, bila diperlukan - MRI bila diperlukan 8. Terapi a. Non Bedah: - Fiksasi, imobilisasi (collar dan papan pengangkut) dan Resusitasi - Solumendrol (harus diberikan sebelum 8 jam pertama), dengan dosis: Awal : 30 mg/kgBB diencerkan aqua 40 cc/drip dalam 15 menit Berikutnya : 5,4 mg/kgBB diencerkan 100 cc/drip dalam 60 menit selama 23 jam Kontra Indikasi Solumedrol : Hamil, DM, Herpes, TB Aktif, Ulkus Peptikum, Umur < 13 tahun - Terapi jika terdapat spinal syok (beri vosopressor bukan cairan) - Atasi bradikardi (beri Sulfat atropin) - Cegah hipotermi b. Bedah : Dekompresi/Reposisi/Fiksasi/ Stabilise indikasi 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 HIDROSEFALUS INFANTIL 1. Pengertian (Definisi) Penumpukan cairan serebrospinal di alam ventrikel otak secara progresif dan berlebihan yang diakibatkan karena ketidakseimbangan antara produksi dan penyerapan dan gangguan sirkulasi cairan serebrospinal 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis a. Adanya penumpukan cairan serebrospinal yang berlebihan di dalam sistem ventrikel secara progresif yang ditandai dengan: kepala besar, psikomotor terlambat, timbul sejak lahir, sunset phenomena, vena kepala prominen b. Pada anak umur < 2 tahun sutura masih terbuka, sehingga gejala yang timbul selain tanda khas pada hidrosefalus, fontanela akan cembung dan tegang. c. Pada anak umur > 2 tahun (sutura sudah menutup) : gejala kenaikan tekanan kronial yang lebih menonjol, seperti: sakit kepala, mual, muntah, visus menurun sampai buta 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Makrosefali b. Tumor otak c. Subdural higrom, empyema, hematom 7. Pemeriksaan Penunjang CT-Scan kepala tanpa kontras, bila tidak tersedia dilakukan foto polos kepala AP/Lat 8. Terapi a. Bedah: - Menghilangkan causa obstruksi CSS dengan exisi tumor, cysta dan hemaatom - Mengurangi produksi CSS dengan plexectomy/ventriculostomy - Bedah pintas : ventrikulo-Peritoneal Shunt, Ventrikulo-Sisternal Shunt, Ventrikulo Antrial Shunt 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan 1. Bayston R (1989). Hydrosefalus Shun infections. Chapman and Hall. London 2. Di Rocco C (1987). The treatment of infantile hydrocephalus. CRC Press. Boca Raton 3. Drake JM, Sainte-Rose C (1995). The Shun book. Blackwell Science. Cambridge 4. Milhorat TH (1995). Hydrocephalus: Pathophysiology and Clinical Features. In: Wilkins RH, Rengachary SS (eds). Neurosurgery. Mc Graw-Hill. New York. pp. 2135-2139. Mc Cullough DC (1985). Hydrocephlus : Treatment. In: Wilkins RH, Rengachary SS (eds). Neurosurgery. Mc Graw-Hill. New York. 1996 PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 HEMATOMA INTRACEREBRAAL TRAUMATIKA 1. Pengertian (Definisi) Suatu kantong berisi komponen ruang intrakranial (cairan otak dan atau jaringan otak) akibat herniasi melalui suat defek tulang uranium karena kelainan kongenital 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis - Adanya benjolan pada pangkal hidung atau tengkuk - Tampak kantng ensefalokel berbungkus kulit normal, membranous maupun kulit yang mengalami maserasi - Pada umumnya terletak pada garis tengah - Pemeriksaan klinis berdasarkan gejala klinis yang khas - Laboratoris : TORCH untuk mencari penyebab ensefalokel 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding a. Kista dermoid b. Mukokel sinus paranasalis c. kista dermoid d. Fibroma 7. Pemeriksaan Penunjang - CT-Scan kepala tanpa kontras - MRI 8. Terapi a. Non Bedah: - Bila pecah, dirujuk kurang dari 48 jam : rawat lokal, tutup steril, antibiotika b. Bedah: - Operasi eksisi ensefalokel disertai penutupan defek uranium - Operasi subfrontal osteotomi pada kasus ensefalokel frontoetmoidal - Operasi dikerjakan sesegera mungkin, kecuali pada kasus yang progresifitasnya lambat dengan isi kantong yang lebih padat, dapat ditundad hingga usia 5 – 6 bulan 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan 1. M. Arifin. Subfrontal orbitotomy approach for frontoethmoidal encephalocele. Annual Meeting Indonesia Neurosurgical Association. 1993. 2. Richard CGM. Frontoethmoidal meningoencephalocele: a Common and severe kongenital abnormality in south East Asia. Arch Dis Child. 67 : 717-9, 1992. 3. Sibayan RG, Racelis LC, Domingo ML. Intracranial abnormalities and ventricular patterns associated with meningoencephaloceles. J Clin Neurosci 2 (1) : 45-7, 1995. 4. Wilkins RH. Neurosurgery. 2nd ed. Mc Graw-Hill. New York. 1996. PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 MIELOKEL 1. Pengertian (Definisi) Mielokel adalah suat kanung berisi komponen sistem saraf medula spinalis akibat herniasi melalui suat defek pada prosesus spinosus vertebra akibat kelainan kongenital 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung: - Benjolan yang ada sejak lahir dan cenderung membesar - Tampak kantung mielokel terbungkus kulit normal, membranous ataupun kulit yang mengalami maserasi - Pada umumnya terletak pada garis tengah - Konsistensi tergantung isi kantung, pada umumnya kistous dan kenyal. Pada kasus lipomielokel, sebagian isi kantung berisi lipom, sehingga terlihat lobulasi dan teraba lunak - Isi kantung berhubunan dengan ruang spinal, sehingga dapat mengempis dan menegang, tergantung tekanan intraspinal. Kadang-kadang dapat terlihat pulsasi - Pada mielokel, dapat disertai hidrosefalus dan kelainan intrakranial lain, defisit neurologis yang berat, deformitas tulang spinal dan ekstremitas. Defisit neurologis yang terjadi berupa gangguan sensibilitas dan motorik distal dari level anatomis mielokel. Dapat juga terjadi inkontinensia uirn dan alvi 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding Duplikasi rektum Hemangioma Abses spinal Epidermoid / dermoid Malformasi / tumor tulang Kondroma Kista pilonidal Glioma Neuroblastoma Hamartoma Kardoma Teratoma 7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan fisik berdasarkan gejala klinis yang khas - Foto MRI spinal - CT-Scan kepala - Laboratoris : TORCH untuk mencari penyebab mielokel 8. Terapi a. Bedah: - Penutupan defek durameter dan kulit - Hidrosefalus : VP-Shunt - Bila pecah, dirujuk kurang dari 48 jam: rawat lokal, tutup steril, tengkurap, antibiotik b. Rehabilitasi : - Pembedahan diikuti tindakan multi- disiplin yang melibatkan bidang psikiatri, rehabilitasi medik, arthopedi dan urologi 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 TUMOR INTRAKRANIAL 1. Pengertian (Definisi) Tumor intraknial adalah semua tumor atau masa seperti tumor yang ditemukan dalam ruang intrakranial memiliki sifat biologis, prognosis dan modalitas terapi masing-masing tanpa mempedulikan asal jaringan. 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis - Gejala umum diakibatkan peningkatan TIK: nyeri kepala, muntah-muntah, edema pupil, gangguan kesadaran, gangguan kepribadian (terauma pada anak) - Defisit lokal: tergantung lokasi otak yang mengalami neoplasia atau yang tertekan : Hemiparese, kejang fokal, gangguan fungsi luhur, lesi saraf cranial, aphasia. 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding - Vaskular : Hematoma, AVM, Trombosis venous, Giant anerysma, infra serebri dengan edema. - Trauma : Hematoma, kontusio - Infeksi : Abses otak, tuberkuloma, sarcoidosis, enchepalitis - Cyste : Subarachnoid, parasit 7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos kepala (tanda-tanda TIK, kerusakan sela, pergeseran glandula pineal) - CT scan kepala dengan kontras - MRI kepala dengan kontras - Angiografi serebral dengan indikasi (lokasi dekat pembuluh darah besar, melihat patensi sinus venosus, persiapan embolisasi, menyingkirkan diagnosa AVM) - Tumor marker : pada kecurigaan tumor tertentu. 8. Terapi Modalitas terapi : - Farmasi : steroid, anti kejang, analgetik - Operasi : untuk diagnostik ada terapeutik - Radiasi - Kemoterapi Masa mendatang : a. Imunoterapi b. Gen terapi 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan 1. World Health organization : Pathology and Genetics Tumors of the Nervous System: IARC Press Lyon 2000 2. Deangelis LM : Brain Tumors, N Engl. J med: vol. 344 no. 2, January 11, 2001 p. 114-123. 3. Greenberg M : Tumor, Handbook of Neurosurgery, Fifth Edition, Theime 2001, p. 386-458 PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 TUMOR INTRASPINAL 1. Pengertian (Definisi) Tumor intraspinal adalah tumor yang terletak pada kanalis spinalis, dapat berasal primer tumor susunan saraf atau sekunder akibat metastase. 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung : - Letak tumor (intradura, extradura, intrameduler, extrameduler) - Segmen medula spinalis yang tertekan atau terinvasi - Pada umumnya gejala klinis berupa : nyeri, defisis, motoris, gangguan sensibilitas, gangguan otonom, gejala lain (Skoliosis, masa di daerah spinal) 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding - Kelainan vaskuler (AVM, Aneurisma) - Multiple sklerosis - Mielopati para neoplastik - Infeksi (abses, mielitis) - Kelainan struktur pada kolumna vertebralis (penyakit paget’s, giant cell tumor, HNP) 7. Pemeriksaan Penunjang - Foto polos vertebra (AP/LAT/OBLIK): melihat kerusakan korpus vertebra, pelebaran foramen, pelebaran jarak antar pedikel. - Mielografi - MRI - Angiografi spinal : hanya dilakukan bila dicurigai kelainan vaskuler 8. Terapi a. Simptomtik : kontrol nyeri b. Kortikosteroid c. Operasi : Eksisi tumor d. Terapi adjuvan tergantung jenis tingkat keganasan. e. Radiasi f. Kemoterapi 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan 1. World Health organization : Pathology and Genetics Tumors of the Nervous System: IARC Press Lyon 2000 2. Adams M, Volker KH, Sontag MD: Surgical Treatment of Metastatic Cervical Spine Disease. Comtemporary Neurosurgery, vol. 23 No. 5 March 15, 2001 3. Greenberg M : Tumor, Handbook of Neurosurgery, Fifth Edition, Theime 2001, p. 386-458 PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 ABSES SEREBRI 1. Pengertian (Definisi) Abses serebri aalah proses supuratif fokal dalam parenkim otak yang disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur atau protozoa. 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung : - Lokasi abses - Besar abses - Jumlah lesi - Edema serebri yang menyertai - Respons tubuh terhadap infeksi - Virulensi kuman - Fokus infeksi Gejala klinis yang tersering adalah : - Nyeri kepala - Demam - Defisit neurologis fokal - Nusea, vomiting - Kejang - Kaku kuduk - Papil bendung - Penurunan kesadaran 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding - Tumor otak (astrositoma) - Infark serebri - Tuberkuloma - Kista arachnoid 7. Pemeriksaan Penunjang - Laboratoris - Radiologis : CT-Scan, MRI 8. Terapi a. Non Bedah : Pemberian antibiotik jangka panjang (± 6 minggu) dan sampai kultur negatif 2 kali berturut-turut - Cefotaxine : dewasa 1 gram tiap 8 jam, iv bila sangat berat dapat dinaikkan 2 gram tiap 4 jam iv anak : 50 mg/kg iv setiap 6 jam - Ceftriaxone : dewasa : 2 gram iv tiap 12 jam anak : 75 mg/kg dosis inisial dilanjutkan 100 mg/kg/hari di bagi setiap 12 jam Ditambah salah satu dari bawah ini : - Metronidazole : dewasa : 30 mg/kg/hari iv di bagi setiap 12 jam anak : 10 mg/kg iv setiap 8 jam atau - Chloramphenicol : dewasa : 1 gr iv tiap 6 jam anak : 15-25 mg/kg iv setiap 6 jam Bila telah ada hasil kultur, maka antibiotik disesuaikan dengan sensitivitasnya. Bila ada riwayat trauma atau operasi kepala diberikan tambahan Vancomycin Medikamentosa tambahan : kartiko steroid, anti konvulsan b. Bedah - Operatif drainase atau excise - Penanganan fokus infeksi primer 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan 1. Mark S Greenberg: Cerebral abscess. Handbook of Neurosurgery. Fifth edition Theime medical publishers 2001, p. 217- 223. 2. Parang G Petil, MD et al: Newer Antimicrobials for Neurosurgery; Contemporary Neurosurgery, 24; Dec.1.2002 3. Robert H Wilkins, Setti SR: Diagnosis and Management of Brain abscess, Neurosurgery; II et al. 1996, p. 3285-3298 PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 INFEKSI PASCASHUNTING 1. Pengertian (Definisi) Infeksi paska shunting adalah : infeksi yang sering terjadi setelah pemasangan shunt baik yang terjadi hanya paa kulit (eksternal) maupun mengakibatkan infeksi pada cairan serebrospinal (internal) 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis tergantung : - Febris - Letargi - Iritabilitas - Episode apnea - Kaku kuduk (pada anak-anak) - Akut abdomen - Gangguan fungsi shunt - Inflamasi sepanjang jalur shunt 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding - Malfungsi shunt - Septisema 7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan darah Leukositosis Laju endap darah meningkat Kultur darah C-reactive protein (CRP) - Pemeriksaan cairan liquor dari shunt tap terdiri dari : Pengecatan gram Pemeriksaan jumlah sel, kadar glukosa dan protein Kultur dan sensitivitas antibiotik - CT-Scan kepala, melihat : Tanda hidrosefalus Tanda ventrikulitis 8. Terapi - Diversi shunt dapat berupa Eksternalisasi shunt EVD Pungsi ventrikel berkala - Pemberian antibiotik sesuai kultur, bila belum ada kultur dapat diberikan : Vancomycin : dewasa : 1 gr iv tiap 8 jam, bayi kurang 7 hari : 30 mg/kg/hr setiap 12 jam, anak usia lebih 7 hari: 45 mg/kg/hr Instalasi intraventrikel : Gentamisin : 10-12 g/ml - Bila kultur liquor telah steril 2 kali berturut-turut, gejala klinis infeksi hilang, antibiotik dilanjutkan 10-14 hari, dilakukan tes dependensi shunt, bila masih memerlukan maka shunt baru dipasang kembali. 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) SMF BEDAH SARAF RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG 2013-2015 STROKE INFARK 1. Pengertian (Definisi) Stroke Infark adalah kelainan anatomi dan fungsi otak karena gangguan aliran darah ke otak 2. Anamnesis 3. Pemeriksaan Fisik 4. Kriteria Diagnosis - Gejala klinis terganggu : lokasi, lama dan luasnya sirkulasi serebral yang tersumbat 5. Diagnosis Kerja 6. Diagnosis Banding - Penurunan kesadaran dan defisit neurologis akibat cedera kepala, tumor otak, perdarahan intra-tumoral, infark hemoragik otak, infark otak yang luas, pemakian narkoba, gangguan metabolisme. 7. Pemeriksaan Penunjang - Pemeriksaan klinis - CT-Scan kepala - MRI kepala - Angioigrafi 8. Terapi Jenis tindakan operasi tergantung keadaan klinis, lokasi dan luasnya pembuluh darah : a. Endarterektomi b. Extra-intracranial bypass c. Dural fascial flap 9. Edukasi 10. Prognosis 11. Tingkat Evidens 12. Tingkat Rekomendasi 13. Penelaah Kritis 14. Indikator Medis 15. Kepustakaan