Anda di halaman 1dari 71

Catatan

NEUROLOGI
Disusun oleh :
Gusfita Trisna Ayu Putri
(182011101061)

Pembimbing :
dr. Lely Martha Uli, Sp. S
dr. Komang Yunita W. Putri, Sp.S
dr.Qarina El-Harizah, M.Ked (Neu), Sp.N

Lab/SMF Ilmu Penyakit Saraf RSD Dr. Soebandi Jember


Fakultas Kedokteran Universitas Jember
24 Februari – 28 Maret 2020
Materi Topik
Materi 1 Neuroanatomi

Materi 2 Anamnesis dan Pemeriksaan Neurologis


Epilepsi dan Kejang lainnya
Materi 3 • Kejang Demam (4A), Epilepsi (3A), Status Epileptikus (3B)
Nyeri Kepala
Materi 4 • TTH (4A), Migrain (4A), Cluster Headache (4A), Trigeminal
Neuralgia (3A)
Gangguan Sistem Vestibuler
Materi 5 • Vertigo (BPPV) (4A), Meniere’s Disease (3A)

MATERI
Penyakit Neurovaskular
Materi 6 • TIA, Infark Serebral, Hematom Intraserebral, Perdarahan
Subarachnoid, Ensefalopati Hipertensi  3B

Saraf Materi 7
Lesi kranial dan batang otak
• Bell’s Palsy (4A)
Penyakit Neuromuskular
Materi 8 • CTS (3A), TTS (3A), Peroneal Palsy (3A), GBS (3B),
Myasthenia Gravis (3B)
Penyakit pada Tulang Belaakang dan Sumsum Tulsng Belakang
Materi 9 • HNP (3A), Neurogenic bladder (3A), Spinal cord injury (2),
Radicular syndrome (3A), Tumor myelum (2)
Infeksi
• Meningitis (3B), Encephalitis (3B), Tetanus (4A), Tetanus
Email Saraf : Materi 10 Neonatorum (3B), Rabies (3B), Spondilitis TB (3A),
sarafgcs456@gmail.com Toxoplasmosis serebri (3A)
Password : Gangguan Pergerakan
Composmentis456 Materi 11 • Parkinson (3A)
Materi 12 Tumor Serebri
SLIDE 2
Materi 01.

Neuroanatomi

SLIDE 3
NEUROANATOMI
Otak
Sistem Saraf
Pusat
Medula spinalis

Anatomi
12 nervus
Saraf kranial
kranialis
Sistem Saraf
Tepi
31 segmen medula spinalis
Saraf spinal
SSP (8C, 12T, 5T, 5L,1K)

Pusat
Sistem Saraf
memproses
Pusat
informasi

Fungsional Sensorik
(Afferen)
Sistem Saraf Voluntary
Tepi (Somatik)
Motorik Simpatis
(Efferen)
Involuntary
(Otonom)

Parasimpatis

SLIDE 4
EMBRIOLOGI OTAK

SLIDE 5
LAPISAN
PELINDUNG OTAK
SCALP
Meninges

SLIDE 6
SKEMA ALIRAN CSS

Plexus choroideus ventrikulus lateralis  foramen interventrikular (foramen monro)  plexus choroideus
ventrikulus tertius (3)  aquaductus cerebri sylvii  plexus choroideus ventrikulus quartus (4) 
apertura lateralis ventriculi quarti (formen luschka) dan apertura mediana ventriculi quarti (foramen
magendi)  subarachnoid  diabsorbsi di granulatio dan vili arachnoidea ke sisterna sinus venosus
SLIDE 7
CEREBRUM
(Kotek Cerebri) Lobus frontalis
Area 4 : kortek motoric primer
Area 6 : area premotorik
Area 8 :
berkaitan dengan gerakan mata
dan perubahan pupil
Area 44, 45 : area bahasa
motorik (Broca)

Lobus temporalis
Area 41: kortex auditorik
Area 42:
kortex auditorik sekunder
Area 22: area bahasa perseptif
(Wernicle)
area 28 : area olfaktorik

Lobus parietalis
Area 3, 1 dan 2
korteks sensorik utama

Aspek klinis Lobus oksipitaslis


- Lesi destruktif dapat mengakibatkan defisit neurologi Area 17 : kortex visual primer
- Lesi iritatif dapat mengakibatkan fenomena positif (bangkitan) Area 18,19 :
kortex asosiasi visual
SLIDE 8
HOMUNCULUS
“Little Man”

• Pada cortex sensoris dan motoris terdapat proyeksi setiabagian tubuh yang dipersarafinya secara
somatotopic. Proyeksi ini terjadi dengan proyeksi terbalik.
• Lobus Frontal : Lesi pada daerah korteks somatomotorik akan menyebabkan defisit motorik pada
sisi kontralateral tubuh.
• Lobus Parietal : Lesi pada daerah korteks somatosensorik akan menyebabkan hilangnya sensoris
pada sisi kontralateral tubuh.
SLIDE 9
VASKULARISASI
OTAK

A. Karotis & A. vertebrae 


circle of willisii  ACA, MCA, PCA

SLIDE 10
CARA MEMBACA
CT SCAN potongan aksial

• Lesi hipodens : dd stroke infark


sub akut, abses serebri, tumor
serebri
• Lesi hiperdens : stroke
perdarahan (dd ICH, IVH, SAH)
 amati efek massa (midline
shift, kompresi ventrikel,
hidrosefalus, edema serebri).
• Lokasi

Menghitung volume
perdarahan

SLIDE 11
Saraf Spinalis
dan Kranialis

Nervus kranialis Tempat keluarnya nervus


NI Bulbus olfactorius
N II Corpus geniculatum lateral
N III, IV Mesensefalon
N V, VI, VII, VIII Pons
N IX, X, XI, XII Medula oblongata
SLIDE 12
Susunan Saraf
Somatik dan Otonom
Somatomotorik Somatosensorik

Piramidal Proprioseptif

Kortikobulbar Protopatik

Kortikospinal

Ekstrapiramidal SSO

Myoneural
Junction
Lintasan Lintasan
Otot Skeletal (sensorik) (motorik)
afferen efferent

Ke medula
Batang otak Simpatis Parasimpatis
spinalis

SLIDE 13
SUSUNAN SARAF
SOMATIK
UMN adalah semua neuron yang menyalurkan impuls
dari area motorik di korteks motorik sampai traktus
kortikobulbaris/ traktus kortikospinalis.

LMN adalah semua neuron yg menyalurkan impuls


motorik dari motorik neuron sampai akhir
perjalanannya ke otot (final common pathway/
myoneural junction). Dari kornu anterior - radiks -
pleksus - saraf perifer - neuro muskular junction –
otot.

SLIDE 14
SUSUNAN SARAF
OTONOM

SLIDE 15
Materi 02.
Anamnesis dan
Pemeriksaan
Fisik
ANAMNESIS dan
PEMERIKSAAN FISIK
ANAMNESIS
1. Kesadaran : Penurunan kesadaran. Kesadaran (kualitatif, kuantitatif)
Perlahan / mendadak + tanda-tanda
peningkatan TIK (sakit kepala, muntah
proyektil)
Fungsi kortikal luhur
2. Motorik : Lemah / lumpuh anggota
gerak sebelah, tetraparese, gerakan
abnormal (tremor, khorea, tik).

PEMERIKSAAN FISIK
3. Sensorik : Panas, seperti dibakar, rasa Rangsang selaput otak (meningeal sign)
kesemutan, baal, seperti ditusuk-tusuk.
Lokasi, sifat, durasi.
4. Otonom : BAB, BAK. Retensi / Pemeriksaan saraf kranialis
inkontinensia urine / alvi.
5. Nyeri kepala : lokasi, sifat serangan,
durasi, progresif, mengganggu aktivitas. Sistem motorik (pergerakan, tonus, kekuatan,
6. Nyeri pinggang reflek fisiologis, refek patologis)
7. Vertigo : nyeri kepala berputar. Sejak
kapan, durasi, berhubungan dg Sistem sensorik (eksteroseptif, propioseptif,
perubahan posisi, mual muntah, tinitus, enteroseptif)
penurunan pendengaran.
8. Saraf otak lain : kelemahan otot wajah,
bicara pelo, sulit menelan, penciuman, Sistem saraf otonom (BAB, BAK, Perspirasi)
pengecapan, dll.

SLIDE 17
KESADARAN
(Kuantitatif dan Kualitatif)

14 – 15 : Compos mentis
12 – 13 : Apatis
10 – 11 : Delirium
7 – 9 : Somnolen
5 – 6 : Sopor
4 : Semicoma
3 : Coma

SLIDE 18
ETIOLOGI
Penurunan Kesadaran
Etiologi penurunan kesadaran (SEMENITE) Hal-hal yang perlu diperhatikan :
• S : Sirkulasi = gangguan pembuluh darah otak (infark atau perdarahan) • Membedakan kerusakan
• E : Ensefalitis = infeksi sistem saraf pusat oleh bakteri, virus, atau fungi struktural (adanya lateralisasi)
• M : Metabolik = gangguan metabolik sistemik yang menekan kerja otak, misal atau metabolik dan
: koma hipoglikemia, koma uremikum, koma hepatikum penatalaksanaannya.
• E : Elektrolit = gangguan keseimbangan elektrolit (misal hiponatremia) • Komponen yang diperiksa : pola
• N : Neoplasma = tumor primer atau tumor sekunder pernafasan, reaksi pupil,
• I : Intoksikasi, = intoksikasi opiat pergerakan mata, respon
• T : Trauma = cedera kepala motorik.
• E : Epilepsi

SLIDE 19
Pemeriksaan
FUNGSI KORTIKAL LUHUR
(Afasia & MMSE  Demensia)
Afasia adalah gangguan dalam memproduksi dan atau memahami bahasa setelah Etiologi Afasia :
kerusakan otak  tanpa ada paralisis organ (mulut, faring). 1. Stroke (iskemik dan hemoragik)
2. Tumor otak (space occupying lession
Disarthria adalah gangguan artikulasi yang disebabkan oleh kerusakan sistem saraf 3. Trauma kepala
pusat yang secara langsyng mengontrol aktifitas otot-otot yang berperan dalam 4. Degeneratif (demensia)
proses artikulasi dalam pembentukan suara pengucapan. 5. Infeksi (meningitis, meningoensefalitis)

SLIDE 20
MENINGEAL SIGN
Indikasi : meningitis / meningo-encephalitis, SAH (subarachnoid
haemorrage). Kontraindikasi : fraktur cervical (mutlak).
Syarat : tanpa bantal, leher ditolehkan kanan kiri (menyingkirkan
kekakuan otot leher).

Pemeriksaan :
1. Kaku kuduk (nuchal/rigidity)
(+) didapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai
dada.
2. Brudzinski
1. Brudzinski I (neck sign)
Sama seperti kaku kuduk (fleksikan kepala)  (+)
ada fleksi kedua kaki
2. Brudzinski II (contralateral leg sign)
Fleksi pasif sendi panggul dg sendi lutut posisi
ekstensi  (+) fleksi sendi lutut kontralateral
3. Brudzinski III (cheek sign)
Penekanan pada os zygomaticus  (+) gerakan
reflektorik fleksi kedua siku
4. Brudzinski IV (symphisis sign)
Penekanan pada simpisis pubis  (+) fleksi kedua
tungkai
3. Kernig
Paha difleksikan pada persendian panggul 90 derajat. Kemudian
tungkai bawah ekstensi pada persendian lutut membentuk sudut
lebih dari 135 derajat terhadap paha  (+) ada tahanan / nyeri <135
derajat.
SLIDE 21
PEMERIKSAAN
SARAF CRANIAL
• N VII (facialis)  sensoris+motorik+parasimpatis 
pengecapan 2/3 anterior lidah, sekresi kelenjar lakrimalis
(schimer test), motorik (ekspresi wajah)  mengerutkan dahi /
angkat alis (m. frontalis), menutup mata kuat (m. orbicularis
oculi), menggembungkan pipi (m. bucinator), tersenyum
memperlihatkan gigi (m. orbicularis oris). Ingat upper face
binervasi (persyarafan dari 2 sisi).
• N VIII (vestibulotroklearis)  sensoris  pendengaran dan
keseimbangan  tes rinne (N: (+), konduksi: (-), sensorineural:
(+)), tes weber, (N: DS sama kerasnya, konduksi: lateralisasi ke
telinga sakit, sensorineural: lateralisasi ke telinga sehat), tes
• N I (olfaktorius)  sensoris  penghidu (teh, kopi, tembakau). swabach (N: sama dg pemx, konduksi: memanjang,
• N II (opticus)  sensoris  tes visus, lapang pandang sensorineural: memendek). Tes keseimbangan : vertigo (dix
(konfrontasi), pemeriksaan warna (ishihara test), funduskopi. hallpike, tes romberg dipertajam, tes kalori).
• N III, IV, VI (okulomotor, trochlearis, abdusen)  motoris  • N IX (glossopharingeus)  sensoris + motorik + parasimpatis
kedudukan bola mata, pemeriksaan pupil (N III  m. sphicter  pengecapan 1/3 posterior lidah, sekresi kelj. Parotis.
pupil), gerak bola mata (N IV  inferior  m. obliqus superior, N • N X (vagus)  sensoris + motorik + parasimpatis  menelan,
VI  lateral  m. rectus lateralis, N III  pergerakan mata fonasi, jantung dan viseral.
lainnya  m. rectus sup med inf, m. obliqus inf), ptosis (N III  Pemx N IX, X  Inspeksi orofaring (uvula dan arcus) pada saat
m. levator palpebra). istirahat dan fonasi. Gangguan N IX, X biasanya terjadi pada stroke
• Pada keadaan normal : pupil akan mengecil : (RCL 3rd attack, pasien sering cegukan, minum cair sering keselek.
+) ; bila pupil mata yg tidak disinari ikut mengecil • N XI (accesorius)  motorik  m. trapezius & m.
(RCTL +) sternocleidomastoideus  gerakan kepala,leher,bahu.
• Kerusakan N II : RCL (-), RCTL (+) • N XII (hipoglosus)  motorik  mengatur pergerakan lidah
• Kerusakan N III : RCL (-), RCTL (-) (m. stiloglosus, m. hipoglosus, m. genioglosus, m.
• N V (trigeminus)  sensoris + motorik  V1 ophtalmicus, V2 longitudinalis sup et inf. Diam dan buka mulut  deviasi ke
maxillaris, V3 mandibularis, refleks kornea, motorik (rapatkan sehat. Menjulurkan lidah  deviasi ke sakit. Lesi UMN : atrofi
gigi, buka mulut  otot mengunyah). (-), fasikulasi (-). Lesi LMN : atrofi (+), fasikulasi (+).

SLIDE 22
PEMERIKSAAN
MOTORIK

Kekuatan Otot

SLIDE 23
PEMERIKSAAN
REFLEKS
Refleks patologis
• Refleks Hoffman • Refleks Babinski
(kiri) • Refleks Oppenheim
• Refleks Tromner • Refleks Chaddock
(kanan) • Refleks Schaeffer
• Refleks Gordon

Refleks fisiologis
• Refleks Biseps (radix C5-6)
• Refleks Trisep (radix C 6,7,8)
• Refleks Patella (radix L2,L3,L4)
• Refleks Achilles (radix S1,S2)

SLIDE 24
PEMERIKSAAN
SENSORIK
PEMERIKSAAN SENSORIK (2)
• Propioseptik
• Gerak  tahu bagian tubuhnya
digerakkan
• Sikap  menggerakkan jari / tangan
secara pasif (gerakan dan arah)
• Getar  garputala 128 Hz
• Tekan  dengan jari/benda tumpul
• Nyeri dalam
• Proptopatik / eksteroseptik
• Raba halus  ujung kapas
• Nyeri  ujung jarum (tusukan ringan ke
kulit)
• Suhu  Panas (air suhu 40-45 derajat),
dingin (air suhu 10-15 derajat).
• Enteroseptif (nyeri rujukan refered pain)
• Kombinasi
• Stereognosis (membedakan bentuk
benda)
• Barognosis (membandingkan berat)
• Graphestesia (menentukan huruf yg
digoreskan pada tangan pasien)
• Two point tactile discrimination 
dilakukan penusukan pada 2 tempat
pada saat yang sama

SLIDE 25
SOAP SARAF

SLIDE 26
Materi 03.

Epilepsi dan
Kejang Lainnya
Kejang Demam (4A), Epilepsi (3A), Status Epileptikus
(3B)
KEJANG
• Bangkitan (Seizure)  terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat aktivitas neuronal yang
abnormal dan berlebihan di otak.
• Kejang disebabkan karena ada ketidakseimbangan antara pengaruh inhibisi dan eksitatori pada otak.
• Etiologi kejang  metabolik dan non metabolik.
• Metabolik: imbalance electrolit, ensefalopati hepatik, ensefalopati uremikum, hipoglikemi,
• Non Metabolik: infeksi, gangguan vaskuler, tumor.
• Epilepsi  Minimal terdapat 2 kejang tanpa provokasi atau 2 bangkitan reflex dengan jarak waktu
antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam. Atau, 1 kejang tanpa provokasi atau 1 bangkitan
reflex dg adanya resiko kejang berulang.
• Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh faktor pencetus tertentu seperti
stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan somatomotorik.
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI

SLIDE 28
EPILEPSI (3A)
Seizures

American Epilepsy Society


Partial Generalized
2010

Simple Complex Seconda Myocloni Tonic –


Absence Atonic Tonic
partial partial -ry c clonic
generali-
zed ILAE (International League Against Epilepsy)
Classification of seizure

DIAGNOSIS

• Memastikan kejadian yang bersifat paroksismal • Pemeriksaan penunjang : EEG, imaging,


adalah bangkitan epilepsi. lab
• Tentukan TIPE BANGKITAN (klasifikasi ILAE • EEG membantu menunjang diagnosis
1981). dan penentuan jenis bangkitan maupun
• Tentukan etiologi dan sindroma epilepsi sindroma epilepsi, dan kadang2 dpt
(klasifikasi ILAE 1989). membantu menentukan prognosis dan
• Anamnesis (RPS, RPD, RPK)  pemfis (tanda penentuan perlu/tidaknya pengobatan
trauma, gang neurologis fokal / difus : Todd OAE. Brain Imaging : CT Scan kepala,
paresis, gang kes pascaiktal, afasia) MRI, PET, SPECT. Laboratorium.
SLIDE 29
Seizure

SLIDE 30
Partial Seizure
• Simple partial (kesadaran tetap terjaga) : Ada gerakan kedutan (twitching), sensasi geli, atau bahkan
halusinasi bebauan, penglihatan, atau rasa kecap, terjadi tanpa ada tanda-tanda peringatan dan
berakhir beberapa menit.

• Complex partial (epilepsi lobus temporal) : Kesadaran terhadap lingkungan hilang. Ada perilaku
abnormal yang sulit dikenali sebagai akibat epilepsi. Penderita menjadi linglung dan mungkin tidak
berespon ketika disapa. Gerakan tak sadar seperti meraba-raba kancing atau mengecap-ngecap bibir
kadang-kadang terjadi. Aksi ini sering disebut automatisme dan jarang berbentuk lebih aneh. Penderita
biasanya mengingat sedikit (jika ada) kejadian ini.

• Secondary generalized : kejang fokal, ada fase tonic (stiffening) dan clonic (jerking), durasi 1-3 menit.
Postictal : somnolen, confusion with/wo transient focal deficit.

SLIDE 31
Seizure

SLIDE 32
Generalized Seizure
Petit Mal (epilepsy absens primet)
• Usia 4-8 th
• Hilang sejenak (5-10 menit) tapi tonus otot tidak hilang
shg px tidak jatuh
• Facial twitching. Px menatap hampa, melongo, aktivitas
terhenti, setelah sadar penderita lupa apa yang telah
terjadi dg dirinya
• Pola EEG : kompleks “spike wave” yg berfrekuensi 3
siklus/detik
• Intelegensia dan kecepatan reaksi normal
• Berubah menjadi Grand Mal (50%) dapat berhenti untuk
seterusnya.
Grand Mal (serangan tonik klonik)
• Terbanyak dan menyerang semua umur, trdpt gangguan
kesadaran
• Kejang tonik sejenak diikuti dg kejang klonik persendian
gerak
• Dapat terjadi gigitan lidah, inkontinensia urine/alvi
serta hiperaktivitas otonom (hipertensi, takikardi,
midriasis, hipersalivasi
• Bangkitan dapat berlangsung beberapa puluh detik sd 1-
2 menit
• Setelah episode serangan penderita tertidur dan bangun
dalam keadaan sakit kepala dan tidak tau apa yang
terjadi
• Pola EEG tidak patognomik
SLIDE 33
EPILEPSI (3A)
Psychogenic seizure Epileptic seizure
Remaja atau dewasa Semua umur
Tidak terjadi serangan pada waktu tidur Serangan waktu malam dapat terjadi, penderita tidak
merasa / tidak tahu
Gigitan lidah jarang dijumpai. bila ada di pipi atau di Sering dijumpai gigitan lidah
ujung lidah
Tidak ngompol Sering ngompol
Tidak dijumpai luka di tubuh Sering dijumpai luka-luka di tubuh
Aura macam-macam pembauan dan penglihatan “perasaan aneh” dan sensasi di abdomen
Ada konflik yang mendasarinya dan penderita tidak Penderita sadar bahwa konflik dapat mencetuskan
menyadarinya kejang
EEG normal EEG abnormal
Tidak sembuh dengan OAE Sembuh dengan OAE

DIAGNOSIS BANDING Obat Anti Epilepsi

• Sinkope • Pemilihan OAE : tipe kejang,


• Vertigo • Penghentian OAE : min 2 th bebas kejang dan hasil EEG
• Serangan iskemik otak sepintas (TIA) normal, harus dilakukan bertahap 25% dari dosis semula
• Migrain setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan, bila terdapat lebih
• Narkolepsi dari 1 OAE penghentian dimulai dari OAE yg bukan utama.
• Serangan psikogen • Faktor keberhasilan : 80% sembuh dg OAE, ketepatan dx dan
jenis OAE dan kepatuhan minum OAE.
SLIDE 34
Obat Anti Epilepsi

SLIDE 35
Obat Anti Epilepsi

SLIDE 36
STATUS
EPILEPTIKUS (3B)
• Suatu keadaan kejang atau serangan epilepsi yang terus-menerus dg durasi lebih dari 5
menit atau kejang berulang 2 kali atau lebih tanpa pulihnya kesadaran diantara kejang.

• Etiologi : OAE tidak adekuat, stroke (hemoragik), alcohol withdrawal, infeksi, tumor otak,
metabolik, idiopatik.

• Faktor pencetus : kelelahan, kurang tidur, hormonal, stress psikologis, alkohol.

• Status epileptikus terbagi dalam 2 fase yaitu :


Fase I (0-30 menit) - mekanisme terkompensasi. Pada fase ini terjadi:
• Pelepasan adrenalin dan noradrenalin
• Peningkatan cerebral blood flow dan metabolisme
• Hipertensi , hiperpireksia
• Hipervetilasi, takikardi, asidosis Iaktat
Fase II ( > 30 menit) - mekanisme tidak terkompensasi. Pada fase ini terjadi:
• Kegagalan autoregulasi serebral/edema otak
• Depresi pernafasan

• Penanganan harus dimulai dalam 10 menit setelah awitan suatu kejang.

• Prognosis : dubia ad bonam


SLIDE 37
Penanganan
Status Epileptikus SLIDE 38

Stadium Penatalaksanaan (PPK Neurologi PERDOSSI 2016)


• Memperbaiki jalan nafas, pemberian oksigen, resusitasi (A-B-C)
• Memasang infus
Stadium I
• Diazepam 10 mg IV bolus lambat dalam 5 menit, stop jika kejang berhenti, bila
(0-10 menit)
masih kejang dapat diulang 1x lagi atau Midazolam 0,2 mg/kgBB im.
• Memperbaiki fungsi kardio-respiratorik
• Monitor pasien
• Mengambil sampel darah  Pemeriksaan emergensi laboratorium
Stadium II • Berikan glukosa (D50% 50 ml) dan/atau thiamine 250 mg i.v bila ada
(0-60 menit) • kecurigaan penyalahgunaan alkohol atau defisiensi nutrisi
• Menangani asidosis

• Menentukan etiologi
• Bila kejang berlangsung terus 30 menit setelah pemberian diazepam pertama,
Stadium III beri phenytoin iv 15-18 mg/kgBB dengan kecepatan 50 mg/menit dan/atau
(0-60 - 90 menit) bolus Phenobarbital 10–15 mg/kg i.v dengan kecepatan pemberian 100
mg/menit
• Memulai terapi dengen vasopresor bila diperlukan Mengoreksi komplikasI
• Bila kejang tetap tidak teratasi selama 30-60 menit, transfer pasien ke ICU
• Beri salah satu anestesi umum : Propofol (1-2mg/kgBB bolus iv, diulang bila
perlu) atau Thiopentone (100-250 mg bolus iv pemberian dalam 20 menit,
Stadium IV dilanjutkan dengan bolus 50 mg setiap 2-3 menit), dilanjutkan sampal 12-24 jam
(30-90 menit) setelah bangkitan kilnis atau bangkitan EEG terakhir, lalu dilakukan tapering off.
• Memonitor kejang dan EEG, tekanan intracranial, memulai pemberian OAE dosis
maintenance
Penanganan
Status Epileptikus (1)

SLIDE 39
Penanganan
Status Epileptikus (2)

SLIDE 40
Efek Samping
Obat Anti Epilepsi (OAE)

Obat Efek Samping

Fenitoin Mual , ruam, bicara cadel, kebingungan, insomnia, sakit


kepala, penyakit gusi, anemia defisiensi folat

Fenobarbital Adiktif, mengantuk, pingsan, penyimpangan memori

Ethosuximide Autoimmune / lupus

Carbamazepine Ataxia,nystagmus, dysarthria, vertigo, sedatif

Iritasi saluran cerna, mual, nafsu makan dan BB meningkat,


Asam valproat tremor, rambut rontok, bengkak, trombositopenia, gangg. Fungsi
hati

SLIDE 41
SOAP KEJANG

Ny. S / 32 th / kontrol Poli Neuro 9 Maret 2020

S/
Pasien berobat karena kejang sejak th 2017. Terakhir kejang Februari 2020,
kejang seluruh badan, mata melirik keatas, sebelumnya mengeluh pusing (aura
+). Pasien kontrol ulang ke poli karena obat habis.
KU : merasa kesemutan ditangan kiri setiap telat minum obat karena bekerja.
RPO : Carbamazepin 200 mg tab 1-0-1

O/
TD :117/70 mmHg
HR : 83 x/menit
RR : 18 x/menit
T : 36,7 C

A/
Epilepsi

P/
Bamgetol 2x1 (Carbamazepin 200 mg)

SLIDE 42
Materi 04.
Nyeri Kepala
TTH (4A), Migrain (4A), Cluster Headache (4A), TN (3A)
HEADACHE
HEADACHE = CEPHALGIA = NYERI KEPALA
Rasa nyeri atau rasa tidak enak pada bagian atas kepala dari daerah orbita
sampai kedaerah oksiput. Nyeri kepala dg
patomekanisme sendiri (tdk
dsb peny lain)
Primer
Contoh : Migrain, TTH, Cluster
headache

Nyeri kepala dsb peny


NYERI lain
Sekunder
KEPALA

Contoh : tumor, infeksi, trauma


kepala/leher, kel. Vaskular/servikal,
penyalahgunaan obat, terkait truktur
kranium (sinus, mata, telinga, gigi, dll)
Neuralgia kranial, sentral
/ nyeri fasial primer &
nyeri kepala lainnya

SLIDE 44
HEADACHE
Penegakan Diagnosis  ANAMNESIS
(H.SOCRATESS)
• History
• Site
• Onset
• Character
• Radiation
• Associated symptoms
• Timing
• Exacerbating and relieving
• Severity
• State of health between attacks

SLIDE 45
Red Flags
HEADACHE

Red flags nyeri


kepala disertai :
• Defisit neurologis
• Muntah
• Buta mendadak

SLIDE 46
MIGRAIN (4A)
• Nyeri kepala yang berulang berlangsung 2-72 jam bersifat unilateral, berdenyut, intensitas sedang sampai
berat, bertambah berat dengan aktivitas fisik, disertai mual, muntah, atau fotofobia atau fonofobia.
Wanita (18,2%) > Laki-laki (6,5%), usia 8-40 th, sering terkait menstruasi.
• Patofisiologi : peningkatan kadar 5HT menyebabkan vasokonstriksi  menurunnya aliran darah kranial 
iskemi  aura. Iskemi selanjutnya akan berkurang dan diikuti oleh periode vasodilatasi serebral, neurogenic
inflamation, dan nyeri.
• Fase migrain (4) : Fase prodromal, Fase aura, Fase nyeri kepala (headache), Fase resolusi.
• Klasifikasi (6) :
• Migrain tanpa aura (common migraine)
• Migrain dengan aura (classic migraine)  nyeri kepala migrain dg aura tipikal, nyeri kepala non
migrain dg aura tipikal, aura tipikal tanpa nyeri kepala, familial hemiplegik migrain, sporadik
hemiplegik migrain, migrain tipe basiler
• Sindroma periodik pada anak yang sering menjadi precursor migrain
• Migrain retinal : biasanya hanya 1 sisi dsbkan infark/vascular spasm
• Komplikasi migrain  migrain kronik, status migrainosus, aura persisten tanpa infark, migrain
triggered seizures
• Probable migrain

SLIDE 47
MIGRAINE
• Terapi :
• Farmakologis
• Abortif (serangan akut)
• Non spesifik (analgesik non spesifik) : aspirin 1000mg, asetaminofen 1000mg, ibuprofen
200-400mg, diklofenak 50-100 mg
• Spesifik : sumatriptan (50-200mg/hari)  reseptor 5HT1, ergotamin 2mg  reseptor
5HT1,2,3,4, noradrenergik, dopamin
• Preventif (pada migrain kronik) : Propanolol, Amitryptilin, Asam valproat
• Non farmakologis : hindari pencetus (perubahan pola tidur, makanan, stres, cahaya terang)

• Kriteria migrain kronik : high frequency (≥ 2x/bulan), terapi abortif tidak efektif, disability (+), unconfortable aura
• Beta blocker  propanolol 40-240 mg/hr, bisoprolol, atenolol 50-100 mg/hr
• Antidepresan  amitriptilin 10-200 mg/hr
• Calcium channel blocker  flunarizin, diltiazem
• Anticonvulsant  asam valproat 500-1000 mg/hr
• 5HT2 antagonism  methysergide

SLIDE 48
TENSION TYPE
HEADACHE (4A)
• Rasa nyeri dalam seperti tertekan / terikat erat umumnya bilateral yang timbul scr episodik terkait
dengan stres tetapi kemudian nyaris setiap hari muncul dlm bentuk kronis tanpa ada kaitan
psikologis yang jelas lagi.

• Patofisiologi : kontraksi otot perikranial berkepanjangan, teori vaskular (penyempitan arteri


temporalis, teori humoral (penurunan platelet 5-HT dalam jalur kontrol nyeri sentral  ambang
nyeri rendah) atau postur tubuh kurang baik.
• Karakteristik : bilateral, rasa menekan / mengikat (tidak berdenyut), intensitas ringan –
sedang, tidak diperberat dg aktivitas rutin, tidak berkaitan dg penyakit lain, tidak
didapatkan : lebih dari 1 keluhan (fotofobia, fonofobia, mual ringan), mual muntah sedang sd.
berat.

• Klasifikasi (3) :
• Episodik  infrekuen : 10 episode (rata-rata <1hari/bulan), frekuen : 10 episode dalam 1-
15 hari/bulan selama 3 bulan
• Kronik  timbul >15 hari/bulan, berlangsung lebih dari 3 bulan
• Probable  memenuhi salah satu dari kriteria TTH dan memenuhi kriteria dari migrain

• Terapi : abortive therapy & preventive therapy (diberikan pada TTH kronik)
• Abortive  analgesik (simple NSAID bisa dikombinasi) + kafein 65 mg
• Paracetamol 1000 mg, natrium diklofenak 12,5-100 mg, aspirin 500-1000 mg, kafein
65-200 mg
• Combination with opioid and butalbital not recommended as initial therapy for TTH
• Muscle relaxant, There are no adequate controlled trials evaluating muscle relaxants
for the treatment of TTH
SLIDE 49 • Preventive  tricyclic antidepressants (amitriptilin 30-75 mg)  TTH kronik
SLIDE 50
CLUSTER
HEADACHE (4A)
• Nyeri Kepala

SLIDE 51
TRIGEMINAL
NEURALGIA (3A)
• Nyeri Kepala

SLIDE 52
SLIDE 53

SOAP HEADACHE
Ny. T/ 40th
S/ S/
Nyeri kepala seperti diikat intensitas ringan
sedang, difus bilateral, muncul hampir setiap O/
hari selama 1 bulan, +- 30 menit, tidak TD :136/93 mmHg
dipengaruhi aktivitas tertentu, melihat dobel HR : 86 x/menit
sejak 1 bulan, mual muntah (-), kelemahan RR : 18 x/menit
anggota gerak (-) T : 36,6 C

O/ A/ TTH
TD :136/93 mmHg
HR : 86 x/menit P/
RR : 18 x/menit
T : 36,6 C
NII : PBI, 3/3 mm, RC +/+, visus ODD/S 6/6
NII, III, IV dbn
NV sensori dbn, nyeri (-)
Fotofobia (+), diplopia (+)
Kaku kuduk (-)

A/ TTH

P/
Natrium diklofenak 3x50 mg
Cafein sitrat 3x40 mg
Amitriptilin 1x50 mg
Materi 05.

Gangguan Sistem
Vestibuler
BBPV (4A), Meniere’s Disease (3A)
BPPV (4A)

S/

O/

A/

P/

SLIDE 55
MENIERE’S
DISEASE (3A)
S/

O/

A/

P/

SLIDE 56
Materi 06.

PENYAKIT
NEUROVASKULER
Stroke (3B)
STROKE (3B)

S/

O/

A/

P/

SLIDE 58
Materi 07.

Lesi Kranial dan


Batang Otak
Bell’s Palsy (4A)
Bell’s Palsy (4A)

PEMERIKSAAN SENSORIK (2)


• Propioseptik
• Gerak  tahu bagian tubuhnya
digerakkan
• Sikap  menggerakkan jari / tangan
secara pasif (gerakan dan arah)
• Getar  garputala 128 Hz
• Tekan  dengan jari/benda tumpul
• Nyeri dalam
• Proptopatik / eksteroseptik
• Raba halus  ujung kapas
• Nyeri  ujung jarum (tusukan ringan ke
kulit)
• Suhu  Panas (air suhu 40-45 derajat),
dingin (air suhu 10-15 derajat).
• Enteroseptif (nyeri rujukan refered pain)
• Kombinasi
• Stereognosis (membedakan bentuk
benda)
• Barognosis (membandingkan berat)
• Graphestesia (menentukan huruf yg
digoreskan pada tangan pasien)
• Two point tactile discrimination 
dilakukan penusukan pada 2 tempat
pada saat yang sama

SLIDE 60
Bell’s Palsy (4A)

SLIDE 61
Materi 08.

Penyakit
Neuromuscular
GBS (3B), Myasthenia Gravis (3B), CTS (3A), TTS(3A),
Peroneal Palsy (3A)
Materi 09.

Penyakit Tulang
Belakang & Sutul
HNP (3A), Neurogenic bladder (3A), Spinal cord injury
(2), Radicular syndrome (3A), Tumor myelum (2)
Materi 10.

Infeksi
Sistem Saraf
Meningitis (3B), Encephalitis (3B), Tetanus (4A), Tetanus
Neonatorum (3B), Rabies (3B), Spondilitis TB (3A),
Toxoplasmosis serebri (3A)
asien
P saraf
- Poli dan
IGD -
Daftar Pasien Poli : Daftar Pasien IGD :
1. BPPV 8. Spondilitis TB 1. CVA infark 8. GBS
2. Meniere’s disease 9. Myasthenia gravis 2. CVA haemoragik 9. Elektrolit imbalance
3. TTH 10. CTS 3. TIA 10. Epilepsi
4. Cluster headache 11. TTS 4. Tumor serebri 11. Kejang demam
5. Migrain 12. Kontrol epilepsi 5. Tetanus (pediatri)
6. Trigeminal neuralgia
13. Kontrol post CVA 6. Meningoencephalitis
7. Bell’s palsy TB
S/
Tetanus
Tn. Ariadi/ 42 th/ Petani/ Pondok Agung Jbr/
KU : Rahang kaku SPM/ 13 Maret 2020
RPS : Pasien mengeluh rahang kaku dan tidak bisa
dibuka sejak 2 hari yang lalu. Keluhan ini disertai demam
(+) namun kejang (-), mual (-), muntah (-), penurunan
kesadaran (-). Pasien memiliki riwayat tersabet arit pada
bagian belakang pergelangan kaki sebelah kiri 4 hari yang
lalu, luka sepanjang 2 cm, luka dibiarkan terbuka, sudah
mengering, perdarahan aktif (-), nanah (-).
RPD : HT (tidak diketahui), DM (-)

O/ Status neurologis (lanjutan):


TD : 170/100 mmHg, N : 130 x/menit • Motorik
RR : 20 x/menit, T : 37,6 C • Kekuatan Otot : Dbn A/
• Tonus Otot : Dbn, Dx klinis : trismus
Status generalis : meningkat pada kepala, Dx topis : Inhibitory interneurons
K/L : a/i/c/d : -/-/-/-, trismus masseter (+) opistotonus (-), Dx etiologis : tetanus generalisa
Tho : abdominal musle spasm (-)
Cor S1S2 tunggal, e/g/m -/-/- ; • Meningeal Sign P/
Pulmo sim +/+, ves +/+, rh -/-, wh -/- • Kaku Kuduk : positif Cek lab lengkap (DL, SE, FH, FG
Abd : flat, BU (+), timpani, soepl • Burdzinski I, II : negatif NGT
Ext : akral hangat dan tidak ditemukan oedema • Kernig : negatif Inf. PZ 20 tpm
dikeempat ekstrimitas • Nervus Kranialis Inf. Metronidazole 500 mg/ 6 jam
• N. III : PBI, 3/3 mm, RC Inj. Diazepam 10 mg/ 8 jam
Status neurologis : +/+ HTIG (Human tetanus
• Kesadaran • N. V : Buka mulut (-) imunoglobulin) 3000 IU
• Kuantitatif : GCS 4-5-6 • ANS (intramuscular)  12 ampul (sedi
Tumor Serebri
Tn. Abdul Halim / 65 th/ Petani/ 15
S/
Maret 2020
KU : Lemah sebelah kanan dan tidak bisa bicara
RPS : Pasien dikeluhkan lemah sebelah kanan dan tidak bisa A/ afasia global + hemiparese D +
bicara sejak pukul 21.00 (14/03) disertai muntah secara tiba-tiba cephalgia ec. susp tumor serebri
2x. Sebelumnya mengalami keluhan nyeri kepala yg memberat
secara progresif sejak 1 bulan, 1 minggu yang lalu pasien Setelah penunjang :
tampak bingung & sering tidak nyambung ketika diajak bicara. Dx klinis : afasia global + hemiparese D +
Sejak 3 hari yang lalu pasien hilang ingatan (tidak mengenali cephalgia
orang disekitar). Riw penurunan kesadaran (-), kejang (-). Dx topis : hemisfer sinistra
RPD : HT(-), DM (-), Stroke (-), riw trauma (-) ; Riw. pengobatan : Dx etiologis : tumor serebri
(-) Status neurologis (lanjutan) :
• Motorik P/
O/ • Lateralisasi dextra  Cek lab lengkap (DL, SE, FG, FH) 
TD : 120/70 mmHg, N : 60 x/menit • Reflek utamanya cek kreatinin serum
RR : 28 x/menit, T : 36,7 C • Reflek fisiologis : (+2) sebelum CT scan kontras
Normal  CT scan kontras
Status generalis : • Reflek patologis : (-) Konsul Sp. S :
K/L : a/i/c/d : -/-/-/- • Meningeal Sign  Head up 30 derajat
Tho : • Kaku Kuduk : negatif  NGT

Cor S1S2 tunggal, e/g/m -/-/- ; Nervus Kranialis  DC
Pulmo sim +/+, ves +/+, rh -/-, wh -/- • N. III : PBI, 3/3 mm, RC +/+  Inf. PZ 20 tpm
Abd : flat, BU (+), timpani, soepl • N. VII : parese dextra  Inj. Omeprazole 40 mg/ 12 jam
Ext : akral hangat dan tidak ditemukan (sentral)  Inj. Dexamethasone bolus 2 ampul 
oedema dikeempat ekstrimitas • N. XII : sde 4x2 ampul
• ANS  Inf. Paracetamol 1 gr/ 6 jam (k/p
Status neurologis : • Miksi : (+) T>37,5C)
• Kesadaran • Defekasi : (+)
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
CT scan dengan kontras (14
Maret 2020)
Hasil bacaan :
Materi 11.

Gangguan
Pergerakan
Parkinson (3A)
Materi 12.

Tumor Serebri
Thank You
Koas Saraf Feb-Mar 2020

Anda mungkin juga menyukai