Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Permainan Lego Adu Cepat Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok A Di Tk

Aisyiyah 3 Surabaya

PENGARUH PERMAINAN LEGO ADU CEPAT TERHADAP PERKEMBANGAN


MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK A DI TK AISYIYAH 3 SURABAYA

Marta Christiana
(thathyaacircle@gmail.com)
Program Studi PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Siti Mahmudah
(mahmudah_Plb@yahoo.com)
Program Studi Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Anak pada usia 4-5 tahun, pada dasar anak sudah mampu mengambil lego, mampu memasang
lego hingga menjadi rangkaian, serta mampu melepas lego dari rangkaian. Penelitian pada anak kelompok
A di TK Aisyiyah 3 Surabaya dilatarbelakangi oleh motorik halus anak yang belum berkembang secara
maksimal dalam mengambil, memasang, dan melepas rangkaian lego. Hal ini terlihat guru mengajak anak
untuk menyusun kepingan lego, terdapat sebagian anak yang belum dapat menyusun kepingan lego
tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu membuktikan apakah ada pengaruh
permainan lego adu cepat terhadap perkembangan motorik halus anak.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian pre-
experimental design melalui one-group pretest-posttest. Subjek penelitian adalah terdiri atas 24 anak.
Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Analisis data menggunakan statistik
non parametrik uji jenjang bertanda Wilcoxon (wilcoxon match pairs test) dengan rumus t hitung < t tabel.
Berdasarkan hasil analisis data tentang kemampuan motorik halus anak diperoleh rata-rata hasil
pre-test 6,91 dan post-test 10,41. Dengan demikian T hitung = 0 < dari T tabel = 81 diperoleh hasil Ha
diterima, berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa permainan lego adu cepat berpengaruh
secara signifikan terhadap kemampuan motorik halus anak kelompok A di TK Aisyiyah 3 Surabaya.

Kata Kunci : Permainan lego, motorik halus.

Abstract
Children at the age of 4-5 years , on the basis of the child is able to take lego , lego able to put
up a series , and is able to remove the Lego of the circuit . A group of research on children in
kindergarten Aisyiyah 3 Surabaya motivated by the fine motor children who do not develop optimally in
making , installing , and removing a series of lego . It is seen teachers encourage children to develop lego
pieces , there are some children who have not been able to draw up the lego pieces . The aim of this study
is to prove whether there was an effect lego racing games on the development of fine motor skills of
children.
This study uses a quantitative research approach to the type of pre - experimental research
design through a one - group pretest - posttest . Subjects were composed of 24 children . Methods of data
collection using observation and documentation . Analysis of the data using non- parametric statistical
test of Wilcoxon marked level ( Wilcoxon matched pairs test) with the formula t <t table .
Based on the analysis of data on children's fine motor skills gained an average of 6.91 results
of pre - test and post-test 10.41 . Thus T count = 0 < of T table = 81 obtained results Ha accepted , based
on the results of these studies indicate that the game lego racing significantly affect fine motor skills in
preschool children in group A Aisyiyah 3 Surabaya .

Keywords : lego game , fine motor skills .

1
Pengaruh Permainan Lego Adu Cepat Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok A Di Tk
Aisyiyah 3 Surabaya

PENDAHULUAN disusun model apa saja serta memiliki warna


yang berwarna-warni, memiliki ukuran berbeda
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ukuran dan berjumlah banyak. Untuk itu lego
atau early childhood education (ECE) adalah merupakan salah satu yang efektif dalam
pendekatan pedagosis dalam penyelenggaraan mengembangkan kemampuan motorik halus
pendidikan anak yang dimulai dari saat periode anak.
kelahiran hingga usia enam tahun. Menurut Namun pada kenyataannya di TK
NAEYC (National Association for the Aisyiyah 3 Surabaya masih banyak anak yang
Education of Young Children), PAUD dimulai kemampuan motorik halusnya belum seimbang.
saat kelahiran hingga anak berusia delapan
Hal tersebut terlihat ketika guru membiarkan
tahun. Batita dan balita mengalami
perkembangan secara pesat di rentang usia anak bermain lego secara bebas, anak terlihat
tersebut dibanding periode berikutnya. Aspek kesulitan saat anak berusaha mengambil,
sosial, emosional, kognitif, fisik motorik, bahasa memasang, serta melepas mainan lego. Melihat
dan jasmani tidak dipelajari secara terpisah oleh kenyataan diatas peneliti mencoba memberikan
anak yang masih sangat muda. Pendidikan anak solusi atas permasalahan tersebut. Solusi yang
usia dini menjadi sangat penting mengingat ditawarkan oleh peneliti yaitu dengan
potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku
menerapkan pemberian permainan lego adu
seseorang terbentuk sejak usia dini. Sedemikian
pentingnya masa usia dini hingga sering disebut cepat. Sedangkan permainan lego adu cepat ini
sebagai “the golden age” atau usia emas. merupakan persaingan dalam suatu
Perkembangan motorik halus anak pertandingan yang memerlukan kecepatan gerak
perlu di stimulasi karena motorik halus bukan tangan dalam menyusun lego dan kecepatan
hanya terkait dengan perkembangan fleksibilitas berpikir dalam ketepatan penyusunan yang
tangan dan jari-jemari untuk melakukan benar hal tersebut untuk meraih kemenangan
aktivitas seperti menyuapkan makanan ke
pada permainan. Permainan lego adu cepat
mulut, menulis, menggambar, berpakaian
maupun bermain dengan permainan yang terdiri dari beberapa bongkahan lego, kemudian
membutuhkan koordinasi tangan. Tetapi anak-anak membuat kompetisi kecil yaitu adu
motorik halus juga termasuk koordinasi otot- cepat merangkai lego. Dimana lego itu sendiri
otot kecil di daerah seperti lidah, bibir, dan otot- memberikan manfaat bagi anak yaitu anak dapat
otot pipi. Sedangkan pada usia 5 tahun, belajar menciptakan misi, belajar mengerti
koordinasi motorik halus pada anak lebih
pondasi, belajar mengerti alat bantu, belajar
meningkat lagi. Tangan, lengan, dan tubuh,
semua bergerak bersama dengan lebih baik di berkomunikasi dan sharing ide, melatih
bawah komando mata (Santrock, 2009:15). kemampuan melatih motorik halus (Yulianti
Sehingga motorik halus anak dikatakan 2009: 41). Permainan lego adu cepat bertujuan
berkembang apabila mampu untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
mengkoordinasikan tangan dan mata secara dalam Kurikulum taman kanak-kanak tahun
seimbang. 2010 yang harus dicapai oleh semua anak TK
Salah satu cara dalam mengembangkan
usia 4-5 tahun pada kelompok A.
kemampuan motorik halus anak dapat dilakukan
dengan cara yang menyenangkan bagi anak usia Kemampuan motorik halus anak harus
dini yaitu dengan cara bermain. Menurut dilatih setiap hari dengan hal yang
(Hurlock, 1978: 320) menyatakan bahwa menyenangkan serta disukai anak-anak. Dengan
bermain ialah setiap kegiatan yang dilakukan demikian, maka permainan lego menjadi
untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa permainan yang menarik dan menjadi hal baru,
mempertimbangkan hasil akhir. Seorang anak yang membuat anak merasa tertantang serta
memang tidak asing dengan hal bermain.
menghilangkan rasa jenuh. Kejenuhan yang
Mendengar kata bermain, maka yang ada di
dalam pemikirannya adalah hal bersenang- terjadi karena setiap anak memiliki kemampuan
senang dan banyak lagi yang lain. Salah satunya yang berbeda-beda saat menerima materi yang
yaitu dengan bermain lego, merupakan aktivitas sama, salah satu variasi yang mampu
yang menarik bagi anak. Bermain lego menghilangkan kejenuhan pada anak adalah
merupakan salah satu cara untuk dengan bermain. Dengan adanya permainan
mengembangkan kemampuan motorik halus
lego adu cepat yang bervariasi membuat anak
lego adalah sejenis alat permainan bongkah
plastik kecil, bongkahan serta kepingan lain bisa merasa senang berada di sekolah serta dapat

2
Pengaruh Permainan Lego Adu Cepat Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok A Di Tk
Aisyiyah 3 Surabaya

menghilangkan kejenuhan yang muncul, serta berhubungan dengan keterampilan si bayi dalam
permaian tersebut dapat merangsang motorik menggunakan tangannya. Perkembangan
halus pada anak. Pada dasarnya pendidikan motorik halus di usia bayi, akan menjadi bekal
bagi si anak untuk terampil menggunakan
untuk anak usia dini, harus mengacu pada
tangannya. Misalnya, memegang benda dengan
prinsip bermain sambil belajar atau belajar benar (seperti pensil, bolpoin, gelas, sendok,
seraya bermain, karena dunia anak adalah dunia garpu dan mainan), menulis cepat dan rapi,
bermain. Ini berarti, seluruh kegiatan “belajar” terampil menggunting, melipat, mewarnai,
yang diprogramkan untuk anak tidak boleh meronce, mengambil benda-benda kecil, dan
mengandung unsur pemaksaan, serta program memotong.
pendidikan untuk anak harus menyenangkan Sedangkan menurut Sujiono (2007:
1.13) mengatakan bahwa gerakan motorik halus
bagi peserta didik.
merupakan gerakan yang hanya melibatkan
Cara bermain lego adu cepat yaitu bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan
dengan mencampur kepingan-kepingan lego oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan
menjadi satu rangkaian, kemudian menatanya menggunakan jari jemari tangan dan gerakan
kembali menjadi bentuk tertentu yang sudah pergelangan tangan yang tepat. Gerakan ini
ditentukan. Anak yang tercepat menyusun lego tidak banyak memerlukan tenaga, namun hanya
sesuai dengan susunan yang benar, maka anak memerlukan koordinasi mata dan tangan yang
cermat. Pendapat Sujiono mendukung pendapat
tersebut yang menjadi pemenangnya. Dengan
Hasan yaitu gerakan motorik halus hanya
adu cepat dalam bermain lego, diharapkan melibatkan bagian tubuh tertentu seperti
kemampuan motorik halus anak dapat menggunakan koordinasi tangan.
berkembang serta menumbuhkan semangat Alat permainan edukatif (APE) adalah
kompetisi yang mendorong anak-anak untuk alat permainan yang sengaja dirancang secara
berpikir dan bereaksi cepat. Kesulitan terjadi khusus untuk kepentingan pendidikan (Mayke
Sugianto, T. 1995). Pendapat Mayke didukung
pada anak-anak yang kemampuan motoriknya
oleh pendapat Zaman (2010: 6.6) bahwa alat
masih kurang, sehingga permainan ini butuh di permainan edukatif adalah alat permainan yang
ulang kembali agar motorik halus setiap anak sengaja dirancang secara khusus untuk
dapat berkembang. meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak.
Rumusan masalah pada TK Aisyiyah 3 Dari pernyataan tersebut maka APE untuk anak
Surabaya melakukan pembelajaran kemampuan selalu dirancang dengan pemikiran yang
motorik halus tentang permainan lego adu cepat mendalam disesuaikan dengan rentang usia
dilihat dari kemampuan anak mengambil, anak. APE juga dirancang untuk
memasang dan melepas dari rangkaian lego itu mengembangkan aspek-aspek perkembangan
sendiri. Materi yang ditujukan pada anak anak. Aspek-aspek yang dapat dikembangkan
bertujuan mengembangkan kemampuan motorik adalah aspek fisik (motorik halus dan kasar),
halusnya, sehingga berdasarkan hal yang emosi, sosial, bahasa, kognitif, dan moral.
dikemukakan, peneliti membuktikan bahwa Permainan lego juga termasuk permainan yang
“apakah ada pengaruh permainan lego adu cepat mengembangkan perkembangan anak, dan
terhadap perkembangan motorik halus anak terlebih dalam mengembangkan perkembangan
kelompok A di TK Aisyiyah 3 Surabaya”. motorik halusnya. Menyusun lego memang
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui terlihat sederhana, hanya menempel atau
pengaruh permainan lego adu cepat terhadap menggabungkan sehingga menjadi satu bentuk
perkembangan motorik halus anak kelompok A baru yang menarik.
di TK Aisyiyah 3 Surabaya. Dan manfaat dari Melihat uraian di atas maka peneliti
penelitian ini adalah mampu menambah merumuskan masalah Adakah Pengaruh
wawasan keilmuan dan pengetahuan dalam Permainan Lego Adu Cepat Terhadap
dunia pendidikan pada umumnya, dan Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok
khususnya mengenai kemampuan motorik halus A di TK Aisyiyah 3 Surabaya?
anak melalui permainan lego adu cepat.
Demikian diharapkannya penelitian ini dapat METODE
memecahkan masalah tersebut. Dalam penelitian eksperimen ini
Menurut Hasan (2009: 76-79) dilakukan menggunakan desain penelitian Pre-
menyatakan bahwa menginjak usia 3,5 bulan, Experimental Design dengan jenis One-Group
bayi mulai menunjukkan perkembangan Pretest-Posttest Design. Observasi yang
motorik halusnya. Perkembangan motorik halus dilakukan sebelum eksperimen (O1) disebut

3
Pengaruh Permainan Lego Adu Cepat Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok A Di Tk
Aisyiyah 3 Surabaya

Pre-test, dan observasi sesudah eksperimen Pada pelaksanaannya digunakan sebuah


(O2) disebut Post-Test (Arikunto 2010:124) instrumen sebagai alat pengumpul data, dimana
Populasi dalam penelitian kuantitatif diartikan instrumen tersebut akan melewati beberapa
sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas tahapan. Instrumen yang sudah divalidasi
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan selanjutnya akan diuji reabilitasnya, karena
karakteristik tertentu yang diterapkan oleh instrumen yang baik dan dapat dipercaya adalah
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik instrumen yang sudah teruji validitasnya dan
kesimpulannya (Sugiyono 2011:117). Dalam reabilitasnya.Hasil pengamatan digunakan
penelitian ini populasi yang ditetapkan peneliti teknik reabilitas H.J.X. Fernandes (Arikunto,
adalah anak kelompok A TK Aisyiyah 3 2010:244):
Surabaya yang berjumlah 24 anak. Desain ini
digambarkan sebagai berikut: KK = 3.6
Tabel
Kontingensi Kesepakatan
O1 X O2
Pengamat I
Pre-test Treatment Post-test
1 2 3 4 Juml
(Sugiono 2011: 111)
ah
Variabel bebas adalah variabel yang amat
mempengaruhi atau menjadi sebab an
perubahannya atau timbulnya variabel terikat.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah 1
bermain dengan media lego adu cepat. Variabel
terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya 2 1 1
adalah kemampuan motorik halus.
Dalam konstruksi lembar penilaian (1)
observasi, instrumen yang digunakan berupa
observasi sistematis, pedoman observasi 3 2,3 2
Pengamat II

tersebut terdiri dari beberapa item tentang


(2)
perkembangan kemampuan motorik halus
dengan menggunakan acuan indikator pada 4
kurikulum 2010 tentang Standar Kompetensi
Taman Kanak-Kanak. Adapun kisi-kisi Jum 1 2 3
pedoman observasi pengenalan konsep ukuran lah
sebelum uji validasi isi (konsultasi dengan ahli)
adalah sebagai berikut : (Sumber: Hasil Pengujian Reabilitas)

Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen
Tingkat Capaian Indikator Item
Pencapaian Perkemban
Perkembanga gan K= =1
n
(Rumus: Pengujian Reabilitas)
Kemampuan Fisik/Moto Membuat Anak mampu
Motorik rik berbagai mengambil lego. Teknik analisis data merupakan
Halus bentuk Anak mampu kelanjutan dari pengumpulan data. Penelitian ini
dengan memasang lego
menggun
menggunakan statistika non-parametrik, dimana
hingga menjadi
akan rangkaian. data yang dianalisis tidak harus berdistribusi
kepingan normal (distribution free). Menurut Sugiyono
lego. Anak mampu
melepas lego (2011: 211) menyebutkan bahwa statistik non-
dari rangkaian. parametris digunakan untuk menganalisis data
(Sumber: Permen Diknas 58, 2010) domain dan ordinal. Dalam penelitian
kuantitatif, analisis data menggunakan statistik.

4
Pengaruh Permainan Lego Adu Cepat Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok A Di Tk
Aisyiyah 3 Surabaya

Peneliti menggunakan statistik non parametris Keterangan:


karena data yang digunakan adalah data ordinal. XA1 :Nilai sebelum diberi
Selanjutnya memilih uji wilcoxon mathch pairs perlakuan
XB1 :Nilai setelah diberi perlakuan
test karena ingin membedakan pengaruh
XB1-XA1 :Beda antara sebelum diberi
sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa perlakuan dan setelah diberi
permainan lego adu cepat. perlakuan.
Dalam penelitian ini data yang
dianalisis memiliki jumlah subjek 21 dan berupa Langkah-langkah menganalisis tabel
data ordinal serta tidak berdistribusi normal. adalah sebagai berikut Sudjana (2005:450).
a. Memberi nomor urut untuk setiap harga
Data ordinal merupakan data
mutlak selisih (Y-X). Harga mutlak yang paling
berjenjang/berbentuk peringkat karena satu data kecil diberi nomor urut atau peringkat 1, harga
dengan yang lain mungkin tidak sama mutlak selisih berikutnya diberi nomor urut 2,
(Sugiyono, 2007: 24). Mengacu pada penjelasan dan harga mutlak terbesar diberi nomor urut n.
diatas uji statistik non-parametris yang Jika terdapat selisih yang harga mutlaknya sama
digunakan dalam menganalisis data pada besar, untuk nomor urut diambil rata-ratanya.
penelitian ini adalah uji wilcoxon match pairs b. Pada setiap nomor urut diberikan tanda yang
didapat dari selisih (Y-X)
test, uji ini dimaksudkan untuk mengetahui arah
c. Menghitung jumlah nomor urut yang bertanda
dan ukuran perbedaan. positif dan jumlah nomor urut yang bertanda
Uji Wilcoxon match pairs test negatif.
dilakukan untuk menguji hipotesis komparatif d. Untuk jumlah nomor yang didapat dari yang
dua sampel berpasangan (two paired sample) bertanda positif maupun negatif. Mengambil
dengan data berbentuk ordinal. Hipoitesis jumlah yang harga mutlaknya paling kecil.
Menyebutnya jumlah ini dengan T. Jumlah T ini
komparatif merupakan dugaan ada tidaknya
dipakai untuk menguji hipotesis, pengambilan
perbedaan secara signifikan nilai-nilai dua keputusannya adalah:
kelompok atau lebih. Hipotesis merupakan Jika Thitung < Ttabel, maka Ho ditolak.Jika
jawaban sementara terhadap rumusan masalah Thitung > Ttabel, maka Ho diterima.
komparatif. Pada rumusan ini variabelnya sama
tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, HASIL DAN PEMBAHASAN
atau keadaan itu terjadi pada waktu yang Berdasarkan data yang diperoleh
berbeda (Sugiyono, 2011: 102). Dalam hal ini peneliti dari hasil sebelum perlakuan dan
adalah perbedaan kemampuan motorik halus observasi hasil setelah perlakuan tentang
pengaruh penerapan permainan lego adu cepat
sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa
terhadap kemampuan motorik halus anak
permainan lego adu cepat. kelompok A di TK Aisyiyah 3 Surabaya,
Tabel 3.7 kemudian dianalisis dengan statistik non
Tabel Penolong Uji Wilcoxon Match Pairs Test parametrik menggunakan rumus uji jenjang
No. X X Beda TandaJenjang bertanda Wilcoxon (wilcoxon match pairs test).
A1 B1
Berikut perhitungan statistik dengan
XB1- Jenja + - menggunakan tabel penolong untuk tes
XA1 ng wilcoxon :
1 Tabel 4.4
2 Tabel Perhitungan Menggunakan Uji
3 Wilcoxon
No Nilai Nilai Beda Tanda
Dst Sebelum Setelah Jenjang
Jumlah T=…. .... perlakua perlakua
n n (Y- Jenj (+) (-)
(Sumber: Sugiyono, 2010:151) (X) (Y) X) ang
1. 7 11 4 4 +4 -
2. 8 12 4 4 +4 -
3. 7 11 4 4 +4 -
4. 6 10 4 4 +4 -
5. 7 10 3 3 +3 -
6. 7 11 4 4 +4 -
7. 8 10 2 2 +2 -
8. 6 10 4 4 +4 -
5 9. 7 10 3 3 +3 -
10. 7 10 3 3 +3 -
Pengaruh Permainan Lego Adu Cepat Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok A Di Tk
Aisyiyah 3 Surabaya

11. 8 9 1 1 +1 -
12. 8 12 4 4 +4 - terbukti bahwa pembelajaran menggunakan
13. 6 10 4 4 +4 - permainan lego adu cepat dapat meningkatkan
14. 8 9 1 1 +1 - kemampuan motorik halus pada anak TK A
15. 6 11 5 5 +5 - Aisyiyah 3 Surabaya, dilihat dari cara anak
7 11
memegang mainan serta mampu membuat
16. 4 4 +4 -
bangun sederhana dari kepingan lego.
17. 7 10 3 3 +3 -
18. 7 10 3 3 +3 - Saran
19. 6 11 5 5 +5 - Berdasarkan hasil penelitian yang telah
20. 6 11 5 5 +5 - dilakukan, maka peneliti dapat memberikan
21. 8 10 2 2 +2 - beberapa saran sebagai berikut:
22. 6 11 5 5 +5 - 1. Hendaknya guru dapat menjadikan
23. 7 11 4 4 +4 - permainan lego adu cepat sebagai alternatif
24. 6 9 3 3 +3 - kegiatan meningkatkan kemampuan motorik
Jumlah T+= T0= halus pada anak.
84 0 2. Sebaiknya para orangtua memperhatikan
(Sumber: Hasil Perhitungan Kemampuan perkembangan yang terjadi pada anak, salah
Motorik Halus Anak) satunya kemampuan motorik halus. Hal ini
bertujuan agar para orangtua dapat
Berdasarkan tabel hasil perhitungan
memberikan stimulasi yang lebih dan tepat
dengan menggunakan rumus uji jenjang
Wilcoxon, diketahui bahwa nilai thitung yang kepada anak.
diperoleh yaitu 0. Penentuan thitung menurut 3. Bagi peneliti lain dianjurkan untuk
Sugiyono (2010:264) yaitu diambil dari jumlah mengembangkan lebih lanjut permainan lego
jenjang yang kecil tanpa memperhatikan tanda adu cepat, sehingga menambah variasi jenis
thitung tersebut dibandingkan dengan ttabel. Cara kegiatan untuk meningkatkan kemampuan
mengetahui ttabel yaitu menentukan (n,α), dimana
motorik halus anak.
n = jumlah sampel dan α = taraf signifikansi 5%
sehingga t tabel yang diperoleh yaitu 81.
Mengetahui jumlah angka yang diperoleh dari DAFTAR PUSTAKA
ttabel berjumlah 81 berarti t hitung < t tabel (0 < Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
81). Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT. Rineka Cipta
PENUTUP Cahyo, Agus N. 2011. Gudang Permainan
Simpulan Kreatif Khusus Asah Otak Kiri Anak.
Berdasarkan data yang diperoleh pada Jogjakarta: Flashbook
saat observasi awal dan setelah perlakuan, hasil Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan anak usia
penelitian menunjukkan bahwa permainan lego dini. Jogjakarta: Diva Press
adu cepat pengaruh terhadap kemampuan Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan
motorik halus pada anak kelompok A di TK Anak Jilid 1 Edisi keenam. Jakarta:
Aisyiyah 3 Surabaya dengan nilai rata-rata hasil Erlangga
pre-test 6,91 dan rata-rata hasil post-test 10,41. Montolalu, dkk. 2007. Bermain dan Permainan
Teknik analisis data yang diperoleh yaitu T Anak. Jakarta: Universitas Terbuka
hitung= 0 lebih kecil dari T tabel = 81. Terbukti Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan
bahwa pada anak kelompok A mampu Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta
mengikuti serta memahami perintah yang Samsudin. 2008. Pembelajaran Motorik Di
disampaikan, mampu mengenal bentuk Taman Kanak-Kanak. Jakarta: PT. Fajar
sederhana yaitu persegi, persegi panjang, dan Interpratama
lingkaran, mampu menyusun dan membentuk Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan:
kepingan lego menjadi bentuk sederhana, dan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
mampu melepas rangkaian bentuk sederhana R&D. Bandung: Alfabeta
yang telah dibentuk dari lego. Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar
Pada saat pembelajaran terakhir yaitu Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
pada kegiatan observasi terakhir setelah diberi Indeks
perlakuan, kemudian anak memperlihatkan Sumantri. 2005.Model Pengembangan
minat mereka terhadap permainan lego yang Keterampilan Motorik Anak Usia Dini.
lebih baik. Berdasarkan hasil perhitungan, juga

6
Pengaruh Permainan Lego Adu Cepat Terhadap Perkembangan Motorik Halus Anak Kelompok A Di Tk
Aisyiyah 3 Surabaya

Jakarta: Departemen Pendidikan


Nasional.
Santrock, John W. 2011. Masa Perkembangan
Anak Buku 2 Edisi 11. Jakarta: Salemba
Humanika
Sudono, Anggani. 1995. Alat Permainan dan
Sumber Belajar TK. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Proyek
Pendidikan Tenaga Akademik.
T, Mayke Sugianto. 1995. Bermain, Mainan,
Dan Permainan. Jakarta: Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan.
Yamin, Martinis. 2010. Panduan PAUD
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Rineka Cipta
Yulianti, Rani. 2009. Permainan Yang
Meningkatkan Kecerdasan Anak Modern
Dan Tradisional. Jakarta: Laskar Aksara
Zaman, dkk. 2010. Media dan Sumber Belajar
TK. Jakarta: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai