Makalah Kel 8 Penyakit Pada Perawat
Makalah Kel 8 Penyakit Pada Perawat
PERAWAT
OLEH KELOMPOK 8 :
1. ANGELYCA M. MANULLANG ( 180204042 )
2. DEAN R. A. TELAUMBANUA ( 180204039 )
3. ELFRIDA AMAZIHONO ( 180204003 )
4. FEBI SYAHFITRI HASIBUAN ( 180204005 )
5. WINA SINAGA ( 180204040 )
Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa Karna Kasih-Nya, dan
Perlindungan-Nya kami bisa menyelasaikan makalah kami ini yang berjudul “Penyakit Atau
Cedera Akibat Kecelakaan Kerja Pada Perawat “, dimana untuk memenuhi tugas
Keselamatan Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan , jurusan S1
Keperawatan. Dalam penulisan makalah ini kami berterimakasih kepada dosen pembimbing
mata kuliah, Ns.Erwin Silitonga, M. Kep yang telah membimbing, memotivasi dan mendampingi
kami dalam proses belajar.
Meskipun banyak hambatan yang kami lalui dalam proses pembuatan makalah ini tentanng
konsep dan prinsip kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, menyusun pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan. Namun kami
mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan yang masih banyak kekurangan
dalam penulisan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun dari teman-teman semua. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................................1
1.2 TUJUAN........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................5
3.2 SARAN..........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi sekarang ini pemerintah telah menyediakan berbagai macam fasilitas
pelayanan kesehatan untuk dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan
memenuhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang
sering dimanfaatkan yaitu rumah sakit. Rumah sakit merupakan tempat kerja yang
memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan sumber daya manusia rumah
sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit. Dalam
rangka pengelolaan dan pengendalian risiko yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja di rumah sakit perlu diselenggarakan keselamatan dan kesehatan kerja di
rumah sakit agar terciptanya kondisi rumah sakit yang sehat, aman, selamat, dan nyaman
(Permenkes, 2016).
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit yang disingkat K3RS merupakan segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya
manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan
rumah sakit melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(Permenkes, 2016). Dalam melaksanakan K3RS, pimpinan tertinggi rumah sakit harus
berkomitmen untuk merencanakan, melaksanakan, meninjau dan meningkatkan
pelaksanaan K3RS secara tersistem dari waktu ke waktu dalam setiap aktifitasnya dengan
3 melaksanakan manajemen K3RS yang baik. Komitmen rumah sakit dalam
melaksanakan K3RS diwujudkan dalam bentuk penetapan kebijakan dan tujuan dari
program K3RS secara tertulis, penetapan organisasi K3RS, dukungan pendanaan, sarana
dan prasarana (Permenkes, 2016).
B. Tujuan
Untuk mengetahui penyakit atau cedera yang akan dialami perawat jika terjadi
kecelakaan kerja dan lebih berhati-hati dalam bertugas, terutam menangani pasien dengan
riwayat penyakit yang dapat menular.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut AS/NZS 4801: 2001, kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan
yang menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan atau
kerugian lainnya.
Setiap hari perawat kontak langsung dengan pasien dalam waktu cukup lama (6-8 jam/ hari),
sehingga selalu terpajan mikroorganisme patogen. Dapat menjadi pembawa infeksi dari satu
pasien ke pasien lain, atau ke pereawat lainnya. Haru sangat berhati-hati (bersama apoteker)
bila menyiapkan dan memberikan obat-obatan antineoplastik pada pasien kanker. Selalu
mencuci tangan setelah melayani pasien, melepas masker dan kap (topi perawat) bila
memasuki ruang istrahat atau ruang makan bersama. Abortus spontan, lahir prematur dan
lahir mati sering dialami perawat yang bertugas diruangan rawat inap/bangsal perawat.
Bahaya diarea kerja tenaga perawat :
1. Penyakit menular
Tenaga perawat kemungkinan melakukan kontak yang berhubungan dengan cairan darah
berkuman, cairan tubuh, busa, cairan mulut, cairan urine, kotoran manusia, muntahan dan
lain-lain sehingga mendapat penularan. Media penularan yang sering terjadi adalah
sebagai berikut :
Media penularan Penyakit menular
Adalah infeksi yang melibatkan setiap bagian dari sistem urinasi, termasuk uretra,
kandung kemih, ureter, dan ginjal. Seseorang bisa terkena infeksi ini akibat
pemasangan kateter urin jangka panjang. Kateter urin sendiri merupakan sebuah tabung
yang dimasukkan ke dalam kandung kemih melalui uretra untuk mengalirkan
urin. Sekitar 15-25 persen pasien yang dirawat di rumah sakit menerima kateter urin
selama mereka dirawat inap.
CVC line (central line/central venous catheter/alat akses vena) sangat berguna dalam
lingkungan perawatan kesehatan. Jika Anda pernah masuk UGD sebelumnya untuk suatu
kondisi serius, atau menjalani rawat inap, Anda mungkin pernah dipasangkan alat ini.
Alat akses vena memiliki peran penting untuk menyokong kesehatan Anda selama di
rumah sakit. Pasalnya, alat ini berfungsi sebagai jalur masuk bagi cairan, obat, atau suplai
darah ke dalam tubuh. Alat ini juga bisa memungkinkan dokter untuk segera melakukan
tes tertentu.
Terlepas dari kepraktisan dan kepentingannya, CVC line juga menimbulkan potensi
bahaya sampingan, yaitu infeksi aliran darah. Infeksi aliran darah karena pemasangan
central line (CLABSI) dapat terjadi bila kuman mendapatkan akses ke dalam aliran darah
pasien dari tabung central line. CLABSI dapat menyebabkan demam yang disertai panas
dingin, jantung berdebar-debar, kemerahan, bengkak, atau nyeri di lokasi pemasukan
kateter, dan keluarnya cairan keruh dari tempat kateter.
6. Pneumonia
merupakan infeksi lainnya yang bisa ditularkan di rumah sakit. Sebagian besar kasus
penularan penyakit ini akibat dari penggunaan ventilator. Ventilator adalah mesin yang
digunakan untuk membantu pasien bernapas. Alat ini berisi oksigen dan akan
ditempatkan di mulut atau hidung pasien, atau bisa juga melalui lubang di bagian depan
leher.
Infeksi dapat terjadi jika kuman masuk melalui tabung dan masuk ke paru-paru pasien.
Nah, guna membantu mengurangi penularan infeksi pneumonia ke pasien lain akibat
penggunaan ventilator, penyedia layanan kesehatan biasanya akan menjaga tempat tidur
pasien pada sudut 30- 45 derajat. Petugas kesehatan juga akan segera melepaskan
ventilator begitu pasien bisa bernapas sendiri, membersihkan bagian dalam mulut pasien
secara teratur, serta mencuci tangan sebelum dan sesudah menangani ventilator pasien.
Sementara jika Anda ingin terhindar dari paparan virus menular, Anda bisa memakai
masker selama berada di rumah sakit. Anda juga harus rajin-rajin mencuci
tangan, terutama setelah Anda menyentuh permukaan seperti gagang pintu.
Sebuah infeksi luka operasi adalah infeksi yang terjadi setelah operasi di bagian tubuh
mana operasi berlangsung. Infeksi luka operasi kadang bisa terjadi secara ringan karena
hanya melibatkan permukaan kulit saja. Di sisi lain, infeksi ini juga bisa serius ketika
sudah melibatkan jaringan di bawah kulit, organ, atau bahan implan yang meradang.
Jenis cidera akibat kecelakaan kerja dan tingkat keparahan yang ditimbulkan membuat
perusahaan melakukan pengklasifikasian jenis cidera akibat kecelakaan. Tujuan
pengklasifikasian ini adalah untuk pencatatan dan pelaporan statistik kecelakaan kerja.
Banyak standar referensi penerapan yang digunakan berbagai oleh perusahaan, salah satunya
adalah standar Australia AS 1885-1 (1990)1 .
A. Kesimpulan
Sebagai suatu sistem program yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha, kesehatan dan
keselamatan kerja atau K3 diharapkan dapat menjadi upaya preventif terhadap timbulnya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja dalam lingkungan kerja. Pelaksanaan
K3 diawali dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja, dan tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian.
Tujuan dari dibuatnya sistem ini adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul
kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja.
Peran tenaga kesehatan dalam menangani korban kecelakaan kerja adalah menjadi melalui
pencegahan sekunder ini dilaksanakan melalui pemeriksaan kesehatan pekerja yang meliputi
pemeriksaan awal, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan dan sakit pada tempat kerja dapat dilakukan dengan penyuluhan
tentang kesehatan dan keselamatan kerja.
B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit dan
kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan atau
negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal bukan
saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh masyarakat.