Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Hadi Wahyono, MA.
Ir. Agung Sugiri, MPSt.
Muhammad Mukti Ali, S.E., M.Si., M.T
Disusun oleh:
Daftar Gambar
i
I. Latar Belakang
Perencanaan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dalam memanfaatkan
sumber daya yang ada guna mewujudkan tujuan-tujuan tertentu di masa yang akan
datang (Conyer & Hill, 1984 dalam Pontoh & Kustiawan, 2009). Pada hakikatnya
perencanaan sendiri memiliki peran penting dalam penentuan pilihan-pilihan tertentu
terkait dengan pembuatan strategi dan kegiatan untuk masa depan demi menciptakan
keadaan dan kondisi yang lebih baik. Upaya-upaya tersebut memerlukan data masa lalu
dan terbaru yang valid serta analisis kondisi yang terkini.Hal tersebut dapat berguna
dalam kesinambungan hubungan dan keterkaitan antara kondisi masa lalu, kini dan
masa depan (Myers & Kitsue, 2000 dalam Priyani, 2007)
Pada kaitannya dengan wilayah dan kota, perencanaan didefinisikan sebagai suatu
proses untuk menentukan tindakan yang tepat dalam pengambilan keputusan tentang
masa depan (Pontoh & Kustiawan, 2009). Terdapat 2 (dua) unsur penting dalam
perencanaan, yaitu hal yang ingin dicapai dan cara mencapainya. Kedua unsur tersebut
dimuat dalam berbagai tata nama seperti tujuan, sasaran, strategi, visi, misi, dan
sebagainya. Adapun akar perencanaan menurut Healey (1997) dalam Priyani (2007)
yaitu ada pada konsep perencanaan ekonomi, fisik (sarana dan prasarana) dan
administrasi Pengenalan teori perencanaan sendiri telah berkembang pada saat adanya
perencanaan kota dalam konsep Garden City, City Beautiful, dan Public Health Reforms
(Campbell dan Fainstein, 1996 dalam Saraswati, 2006)
Pada dasarnya perencanaan didasari oleh 3 teori (Planning Theory) : teori dalam
perencanaan (theory in planning), teori tentang perencanaan (theory of planning), teori
untuk perencanaan (theory for planning). Pertama, theory in planning lebih menkankan
pada substansi dalam perencanaan yang meliputi bidang keiilmuan lain. Kedua, theory
of planning lebih menekankan pada prosedur atau tahapan dalam melakukan
perencanaan. Ketiga, theory of planning merupakan peran perencanaan terhadap
masyarakat yang terdampak ( Hendler,1995 dalam Priyani, 2007).
Teori yang menjadi perhatian utama ialah teori untuk perencanaan (teori proses
perencanaan). Teori proses perencanaan sendiri saat ini terbagi menjadi tiga generasi,
yang terdiri dari generasi pertama, generasi kedua, dan generasi ketiga. Ketiga generasi
tersebut memiliki cara pendekatan dan karakteristik serta kelebihan dan kekurangan
yang berbeda. Pada kajian ini lebih membahas mengenai teori proses perencanaan
generasi pertama mengenai rational comprehensive planning.
Teori Rational comprehensive planningatau yang biasa disingkat RCP telah
memberikan pengaruh untuk perencanaan sejak tahun 1960-an dalam beberapa
perencanaan kota (Beauregard, 1987 dalam Fainstein, 2000). Model RCP merupakan
pendekatan ilmiah secara rasional dalam perencanaan yang ada sehingga menghasilkan
analisis secara dalam yang mencakup semua faktor yang mempengaruhi perencaan dan
alternatif dalam memecahkan masalah yang ada. Model perencanaan RCP sendiri pada
negara-negara berkembang mendasar pada prencanaan top-down (Dodero, 2010), serta
lebih mengutamakan prinsip-prinsip barat dan ide masyarakat cenderung diabaikan
(Escobar,1992 dalam Dodero, 2010)
Indonesia merupakan salah satu negara yang menerapkan model perencanaan
RCP dalam merumuskan perencanaan, khusunya pada perencanaan tata ruang. Terdapat
1
beberapa contoh penerapan model RCP dalam perencanaan tata ruang di Indonesia
antara lain Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM), Master Plan, dan Rencana Strategis. Contoh beberapa perencanaan
tersebut memerlukan ketersediaan data dan analisis mendalam dari semua faktor yang
terlibat. Selain itu, produk-produk rencana tersbut memiliki jangka waktu yang panjang
dan dapat dijadikan dasar perumusan kebiijakan rencana lainnya. Oleh karena itu kajian
ini sangat penting, mengingat sebagai calon perencana diperlukan pemahaman terkait
model-model perencanaan yang dikaitkan dengan teori dalam melakukan kegiatan
perencanaan.
II. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini terdiri dari dua hal yaitu melakukan kajian terhadap
perencanaan generasi pertama (Rational Comprehensive Planning) dan memberikan
contoh implementasi perencanaan rasionalistik komprehensif tersebut di Indonesia.
2
alternatif strategi yang sesuai dengan tujuan perencanaan. Kebijakan umum yang
digunakan tersebut harus sesuai dengan konteks perencanaan, karena perencanan
merupakan kesatuan sistem dari berbagai aspek, baik fisik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Bermula dari hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa perencanaan komprehensif
bersifat mendalam. Artinya setiap kebijakan yang akan diambil akan disesuaikan
dengan kondisi wilayah perencanaan. Menurut (Hudson, et.al, 2007) keunggulan
perencanaan komprehensif di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Perencanaan komprehensif sesuai jika digunakan untuk menyelesaikan
perencanaan jangka panjang yang bersifat umum.
2. Perencana memiliki kemampuan perencanaan dalam hal rasionalitas dan
kemampuan teknis.
3. Dapat dilakukan dalam kelompok perencana karena rasionalitas perencana
dianggap sama.
4. Pertimbangan dalam perencanaan merupakan integrasi dari berbagai aspek yang
ada, baik aspek ekonomi, sosial budaya, serta aspek fisik.
3
5. Kurang memperhatikan sumber daya
Perencanaann komprehensif mengasumsikan sumber daya dapat dicari dan
diusahakan, sehingga sumber daya yang tersedia kurang diperhitungkan dalam
perencanaannya.
6. Peran masyarakat yang terbatas
Keputusan yang dibuat berasal dari ahli atau perencana, sehingga peran masyarakat
sangat terbatas, yaitu hanya sebatas public hearing.
4
b) Identifikasi dan evaluasi alternatif kebijaksanaan/rencana.
c) Sebagai umpan balik, untuk siklus proses perencanaan berikutnya.
4. Analisis Data
Tahapan analisis data pada dasarnya merupakan pendekatan, metode, prosedur,
atau teknik yang dilakukan untuk menelusuri kondisi historis dan kondisi sekarang
dari wilayah perencanaan sehingga dapat merumuskan kebijakan yang akan
digunakan pada masa yang akan datang. Kegiatan analisis mencakup:
a) Analisis data dasar bertujuan untuk mendeskripsikan dan menilai kondisi
masa lalu secara historis dengan masa sekarang sehingga persoalan yang telah
atau akan dirumuskan didukung oleh data dan informasi yang relevan.
b) Analisis prakiraan dilakukan berdasarkan kecenderungan historis jika
dianggap tidak ada intervensi. Oleh karena itu, data yang bersifat time series
sangat dianjurkan untuk memudahkan proses analisis data. Selain itu, analisis
ini lebih dimaksudkan pada tujuan prediktif, yaitu memperkirakan perubahan
yang akan terjadi.
c) Analisis penyusunan skenario di masa datang, dimana analisis ini biasanya
sudah memasukkan adanya alternatif yang akan terjadi atau yang diinginkan
terjadi, selain kecenderungan yang ada.
5
Gambar 1. Siklus Perencanaan Komprehensif
6
pembangunan, yang berimplikasi langsung terhadap daya dukung ruang, seperti:
meningkatnya kebutuhan terhadap lahan, baik untuk permukiman maupun kegiatan
kepariwisataan; meningkat dan pesatnya alih fungsi lahan pertanian; berkurangnya
tutupan vegetasi wilayah; meningkatnya keterpusatan lalu lintas yang mengakibatkan
kemacetan lalu lintas; meningkatnya jumlah lahan kritis; menurunnya tingkat pelayanan
sarana dan prasarana wilayah; masalah sosialkependudukan dan lapangan kerja; serta
memudarnya nilai-nilai budaya sebagai penanda jati diri masyarakat dan daerah Bali.
Permasalahan tersebut, yang juga merupakan isu-isu penataan ruang, merupakan
tantangan berat bagi daerah Bali terutama terkait dengan upaya pencapaian Visi
pembangunan Bali sebagaimana yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Bali Tahun 2005-2025, yaitu Bali Dwipa
Jaya Berlandaskan Tri Hita Karana. Jika tidak ditangani segera, masalah tersebut akan
menurunkan kualitas lingkungan, nilai budaya, dan daya tarik daerah Bali. Untuk
mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan upayaupaya pencegahan agar tidak
menimbulkan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan, baik fisik maupun
sosial-budaya. Salah satu upaya yang harus ditempuh adalah melakukan kegiatan
penataan ruang yang mencakup proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan
pengendalian pemanfaatan ruang.
Penyusunan RTRWP Bali ini secara teknis mengacu pad ketentuan Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007, yang selanjutnya diintegrasikan dengan nilai-nilai
kearifan lokal Bali yang terkait denga penataan ruang. Terdapat empat pola pikir
secara komprehensif dam rational sebagai landasan dalam menyusunan produk
RTRWP Bali berjangka 20 tahun yang dimulai pada 2009-2029 ini, yaitu:
1. Mendudukkan pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional,
sehingga rencana pembangunan daerah disusun untuk mensinkronkan dan
memadukan pembangunan daerah dengan tujuan pembangunan nasional, termasuk
implementasi programnya terkait penataan ruang.
2. Mendudukkan Bali sebagai satu kesatuan wilayah pengembangan ekosistem Pulau
Kecil yang harus terintegrasi dalam satu kesatuan perencanaan, dimana
perencanaan wilayah kabupaten/kota mengacu kepada perencanaan Provinsi, baik
dalam hal pemanfaatan sumber daya alam, pemerataan pengembangan wilayah
sesuai daya dukung, daya tampung, daya saing yang telah dimiliki, penerapan nilai
kearifan lokal, maupun dalam memaksimalkan pemanfaatan peluang pembangunan
dan meminimalkan resiko. Dalam pola pikir ini, Bali sebagai satu kesatuan wilayah
provinsi dan sebuah pulau kecil dikelola berdasar prinsip satu pulau, satu
perencanaan, dan satu pengelolaan (one island, one plan, one management).
3. Mendudukan Bali sebagai sebuah wilayah yang memiliki nilai strategis nasional
dan internasional, yang keunikan alam dan budayanya harus dipelihara secara
berkelanjutan melalui keterpaduan pengembangan wilayah yang terintegrasi baik
fisik dan spiritual (sekala-niskala) dalam bingkai Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
4. Mendudukan Bali sebagai sebuah pulau kecil yang rentan terhadap pengaruh dan
dampak perubahan iklim dan rawan bencana.
7
RTRWP Bali sendiri memiliki tahapan-tahapan atau tata cara penyusunan RTRW
yang diadopsi dalam proses perencanaan rasional komprehensif. Adapun tata cara
penyusunan RTRW Provinsi yang mengacu pada lampiran Permen ATR/BPN no. 1
Tahun 2018 yaitu ; (1) Persiapan; (2) pengumpulan data dan informasi; (3) pengolahan
dan analisis data; (4) penyusunan konsep RTRW Provinsi dan; (5) penyusunan dan
pembahasan raperda tentang RTRWP. Pelaku perencanaan pada penyusunan RTRWP
Bali lebih ke arah Top-down, peran masyarakat dilibatkan hanya sebatas penjaringan
aspirasi tapi kurang berpengaruh dalam penyusunan RTRW.
Materi muatan Peraturan Daerah tentang RTRWP Bali 2009- 2029, didasarkan
atas ketentuan dalam Pasal 23 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang, dan karena itu sekurangkurangnya harus memuat:
1. Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah provinsi;
2. Rencana struktur ruang wilayah provinsi yang meliputi sistem perkotaan dalam
wilayahnya yang berkaitan dengan kawasan perdesaan dalam wilayah
pelayanannya dan sistem jaringan prasarana wilayah provinsi;
3. Rencana pola ruang wilayah provinsi yang meliputi kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang memiliki nilai strategis provinsi;
4. Penetapan kawasan strategis provinsi;
5. Arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi program utama
jangka menengah lima tahunan; dan
6. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi yang berisi indikasi
arahan peraturan zonasi sistem provinsi, arahan perizinan, arahan insentif dan
disinsentif, serta arahan sanksi.
8
V. Kesimpulan
Model perencanaan generasi pertama (rasional komprehessif) dalam contoh
penerapannya RTRW Provinsi Bali dapat disimpulkan bahwa model perencanaan
rasional komprehensif memiliki kelebihan dan kekurangan. Pada RTRWP Bali, terdapat
kelebihan berupa kelengkapan aspek yang dibahas lengkap di dalam produk rencana
dapat dikatakan lengkap, perencanaan tidak hanya didasarkan pada pengetahuan saja
namun juga dikomparasikan dengan teori dan pengalaman agar dihasilkan kebenaran
rasional, cocok dengan model rencana tata ruang wilayah yang berorientasi jangka
panjang, dan perencanaan ini juga menghasilkan solusi yang dapat dikatakan terbaik
karena dikeluarkan melalui serangkaian pengujian alternatif dan konsekuensinya
masing-masing. Sedangkan, kekurangnnya dapat dilihat pada peran masyarakat yang
minim. Hal tersebut dilihat pada tahap penyusunan RTRW, dimana masyarakat hanya
dilibatkan sebatas pemberi informasi dan kurang dalam hal ikut dalam penyusunan
RTRW.
9
Daftar Pustaka
Dodero, A. L. (2010). An Analysis of the Rational Comprehensive Model in Selected Cities
in Developing Countries. Revista Observatorio Calasanz, 1(3), 171–181.
Fainstein, S. S. (2000). Urban Affairs Review, 35, 451–478.
https://doi.org/10.1177/107808740003500401
Hudson, B. M., Galloway, T. D., Kaufman, J. L., Hudson, B. M., & Kaufman, J. L. (2007).
Comparison of Current Planning Theories : Counterparts and Contradictions. JAPA, 37–
41. https://doi.org/10.1080/01944367908976980
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR)/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
(BPN) Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota.
Pontoh, N. K., & Kustiawan, I. (2009). Pengantar Perencanaan Perkotaan. Bandung: ITB
Bandung.
Priyani, R. (2007). Pluralitas dalam teori perencanaan. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan
Kota, 18(3), 23–37.
Saraswati. (2006). Kearifan Budaya Lokal dalam Prespektif Perencanaan. Jurnal PWK
Unisba, 6(2).
Schönwandt, W. L. (2008). Planning In Crisis ? Theoretical Orientations for Architecture
and Planning. Ashgate Publishing Company.
10