Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian 3
B. Hakikat Wawasan Nusantara 4
C. Wawasan Nusantara dalam Peraturan Perundang-undangan Rl 5
D. Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara 7
E. Empat Pilar Kebangsaan RI 10
F. Implementasi Wawasan Nusantara 10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah
wilayah kedaulatan, di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep
dasar wilayah kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13
Desember 1957. Deklarasi tersebut memiliki nilai sangat strategis bagi bangsa
Indonesia,karena telah melahirkan konsep Wawasan Nusantara yang
menyatukan wilayah Indonesia.
Wawasan ialah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam
eksistensinya yang sarwa nusantara dan penekanannya dalam mengepresikan
diri sebagai bangsa Indonesia di tennngah-tengah lingkungannya yang sarwa

3
nusantara itu. Unsur-unsur dasar wawasan nusantara itu adalah:wadah,isi,dan
tata laku.
Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhineka,
negara Indonesia memiliki unsur-unsur kekuatan sekaligus kelemahan.
Kekuatannya terletak pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya
akan sumber daya manusia(SDM). Kelemahannya terletak pada wujud
kepulauan dan keanekaragaman masyarakat yang harus disatukan dalam satu
bangsa,satu negara dan satu tanah air.Dalam kehidupannya,bangsa Indonesia
tidak terlepas dari pengaruh interaksi dan interelasi dengan lingkungan
sekitar(regional atau internasional). Salah satu pedoman bangsa Indonesia
wawasan nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara disebut
WAWASAN NUSANTARA. Karena hanya dengan upaya inilah bangsa dan
negara Indonesia tetap eksis dan dapat melanjutkan perjuangan menuju
masyarakat yang adil,makmur dan sentosa.

B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian wawasan nusantara?
2. Bagaimana Hakikat Wawasan Nusantara?
3. Apa Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Secara etimologi kata wawasan nusantara berasal dari dua suku kata,
wawasan dan nusantara. Wawasan berasal dari bahasajawa, yakni dari akar
kata "wawas" yang berarti pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap
indrawi. Setelah mendapat akhiran "an" (wawasan) maka berarti cara pandang,
cara tinjau, cara lihat atau cara tanggap indrawi (Lemhannas, 1992: 16).
Sedangkan kata negara kepulauan (archipelago state), yakni suatu kesatuan
wilayah laut yang ditaburi oleh gugusan pulau-pulau. Kemudian antara artinya
pembatas. Dengan demikian nusantara diartikan dengan suatu negara
kepulauan yang terletak (dibatasi) antara dua benua besar (Asia dan Australia)
serta oleh dua samudera (Samudera Hindia dan Samudera Pasifik).

5
Konsekuensi logis dari letak wilayah Indonesia pada posisi silang dunia
adalah menyebabkan bangsa Indonesia menjadi bangsa heterogen (majemuk).
Karena itu kemajemukan bangsa Indonesia harus dipandang sebagai suatu
realita alamiah yang merupakan anugerah Tuhan. Bahkan keanekaragaman
bangsa tersebut harus disyukuri, karena bangsa yang majemuk umumnya lebih
dinamis di samping juga perlu diwaspadai, karena memang reman terjadinya
konflik/disintegrasi.
Selanjutnya secara terminologi, wawasan nusantara diartikan dengan,
"Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkung-annya sesuai ide
nasionalnya, yaitu Pancasila dan UUD 1945, sebagai anspirasi suatu bangsa
yang merdeka, berdaulat dan bermartabat di tengah-tengah lingkungannya,
yang menjiwai tindak kebijaksanaan dalam mencapai tujuan perjuangan
bangsa". (Modul UT, 1985: 3)
Cara pandang yang sesuai dengan ideologi nasional Pancasila intinya
adalah bagaimana memandang setiap permasaiahan yang dihadapi bangsa dan
negara secara utuh, luas dan seimbang (tidak parsial dan sektoral).

B. Hakikat Wawasan Nusantara


Hakekat kawasan nusantara berkaitan dengan upaya bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya sebagaimana yang
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam alinea kedua Pembukaan UUD
1945 ditegaskan bahwa cita-cita nasional indonesia adalah untuk mewujudkan
Negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Sedangkan tujuan
nasional dapat ditemukan dalam alinea keempat yakni untuk melindungi
segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut serta dalam
menciptakan ketertiban dan perdamaian dunia.
Perwujudan cita-cita dan tujuan nsional tersebut dipengaruhi oleh
berbagai faktor. Tiga faktor penting yang harus diperhatikan ialah kondisi
geografis negara, faktor manusia dan lingkungannya. Faktor geografisnya
adalah bahwa wilayah Indonesia cukup luas, yakni sekitar 8,5 juta km dan

6
terdiri dari ribuan pulau, dikelilingi oleh lautan dan benua-benua. Faktor
manusia dimaksudkan penduduknya cukup padat (215 juta jiwa) terdiri dari
bermacam-macam suku bangsa yang adat istiadatnya sangat beragam. Keadaan
tersebut pada satu pihak memang menguntungkan, tetapi juga sekaligus
merupakan sumber ancaman
bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkan faktor lingkungan adalah
wilayah Indonesia dikelilingi oleh lautan (perairan) yang luas yang dapat
merupakan titik rawan terutama ditinjau dari segi sosial budaya dan pertahanan
keamanan.
Sehubungan dengan kondisi sebagaimana digambarkan di atas, maka
bangsa Indonesia harus memiliki suatu wawasan nasional yang dapat dijadikan
landasan dan pedoman di dalam mencapai tujuan nasionalnya.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa Wawasan Nusantara
pada hakikatnya merupakan perwujudan Pancasila. Artinya, karena Pancasila
merupakan kesatuan yang bulat dan utuh serta mengandung paham
keseimbangan, maka Wawasan Nusantara juga berarti cara pandang bangsa
Indonesia dalam melihat permasalahan-permasalahan yang dihadapi bangsa
dan negaranya secara utuh dan menyeluruh (luas) serta secara
berkesinambungan.
Tujuan Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional dengan
sendirinya harus sesuai dan tidak boleh menyimpang dari tujuan nasional.
Secara ringkas tujuan Wawasan Nusantara dapat dibedakan antara tujuan yang
diarahkan ke dalam dan yang diarahkan ke luar. Ke dalam, Wawasan
Nusantara bertujuan untuk mewujudkan kesatuan dalam segenap aspek
kehidupan bangsa dan negara, baik aspek alamiah maupun aspek sosial.
Aspek alamiah mencakup:
1. Gatra letak (posisi) geografis
2. Gatra keadaan dan kekayaan alam
3. Gatra keadaan dan kemampuan penduduk = Tri Gatra.
Aspek sosial mencakup:
1. Gatra ideologi
2. Gatra politilk

7
3. Gatra ekonomi
4. Gatra sosial dan budaya
5. Gatra pertahanan dan keamanan = Panca Gatra.

C. Wawasan Nusantara dalam Peraturan Perundang-undangan Rl


Jiwa dan semangat Wawasan Nusantara pada dasarnya telah dimiliki
bangsa Indonesia sejak dahulu kala, hanya saja belum dirumuskan secara tegas
dan belum dituangkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Telah adanya jiwa dan semangat Wawasan Nusantara tersebut antara lain
tergambar dari semangat "Sumpah Palapa" oleh Patih Kerajaan Majapahit serta
adanya peribahasa "bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh".
Selanjutnya Wawasan Nusantara mulai dirumuskan secara tegas dan
dituangkan dalam pearaturan perundang-undangan sejak tahun 1973 yakni
dengan dimuatnya secara tegas konsep Wawasan Nusantara dalam GBHN.
Sesuai dengan ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973, yo TAP MPR No.
IV/MPR/1978, yo TAP MPR No. II/MPR/1983, yo TAP MPR No.
II/MPR/1988, yo TAP MPR No. II/MPR/1993, yo TAP MPR No.
II/MPR/1998. Dalam TAP-TAP MPR tersebut ditegaskan bahwa: Wawasan
dalam mencapai tujuan pembangunan nasional adalah Wawasan Nusantara
yang mencakup sebagai berikut:
1. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Politik, dalam
arti:
a. Bahwa kebulatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup dan kesatuan
matra seluruh bangsa, serta menjadi modal dan milik bersama bangsa.
b. Bahwa bangsa Indonesia dan seterusnya.
2. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi, dalam
arti:
a. Bahwa kekayaan wilayah Nusantara baik potensial maupun efektif
adalah modal dan milik bersama bangsa, dan bahwa keperluan hidup
sehari-hari harus tersedia merata di seluruh wilayah tanah air.
b. Tingkat perkembangan ekonomi dan seterusnya.

8
3. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Sosial dan
Budaya, dalam arti:
a. Bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, perikehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat
kemajuan masyarakat yang sama, merata dan seimbang serta adanya
keselarasan kehidupan yang sesuaidengan kemajuan bangsa.
b. Bahwa budaya Indonesia pada hakikatnya dan seterusnya.
4. Perwujudan Kepulauan Nusantara sebagai Satu Kesatuan Pertahanan dan
Keamanan, dalam arti:
a. Bahwa ancaman terhadap satu daerah dan pulau pada hakikatnya
merupakan ancaman bagi seluruh bangsa dannegara.
b. Bahwa tiap-tiap warga negara dan seterusnya.
Dengan dimuatnya rumusan Wawasan Nusantara dalam GBHN sebagai
TAP MPR, maka berarti sejak tahun 1973 tersebut konsep dan nilai-nilai
Wawasan Nusantara telah memiliki kekuatan hukum yang mengikat seluruh
rakyat dan bangsa Indonesia termasuk mengikat penyelenggara negara. Hal ini
berarti setiap kebijakan dan program pembangunan yang dilakukan harus
mencerminkan semangat dan nilai-nilai dari Wawasan Nusantara tersebut yang
intinya adalah semangat kesatuan dan keutuhan (lintas sektoral).

D. Dasar Pemikiran Wawasan Nusantara


Wawasan Nusantara pada dasarnya lahir dan kemudian berkembang
sejalan dengan kepentingan nasional bangsa Indonesia, yakni suatu bangsa
yang wilayah negaranya terietak pada posisi silang dunia dengan
akibat/konsekuensinya. Segala akibat tersebut memaksa bangsa Indonesia
mengambil sikap tegas dan Wawasan Nusantara merupakan perwujudan dari
sikap tersebut.
Banyak hal sebenarnya yang menjadi dasar pemikiran Wawasan
Nusantara, namun tiga dasar terpenting di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Dasar pemikiran Geografis dan Geostrategis
a. Keadaan Geografis

9
Secara geografis (keadaan wilayah) dan demografis (penduduk).
Indonesia merupakan negara terbesar di Asia Tenggara, bahkan
dengan penduduk terbesar nomor empat di dunia. Hal-hal lain dari
aspek geografis ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Panjang wilayah mencakup 1/8 khatulistiwa.
2) Jumlah pulaunya 13.667 pulau.
3) Luas lautan 2/3 dari seluruh wilayah.
4) Tanahnya mengandung sumber kekayaan alam yang cukup besar
dan umumnya masih potensial, di antaranya merupakan bahan-
bahan vital dan strategis.
5) Penduduknya cukup padat (sekitar215jutajiwa) dengan penyebaran
yang tidak merata (Jawa, Madura dan Bali cukup padat, sementara
Kalimantan, Irian dan Sulawesi cukup jarang).
b. Geostrategi Indonesia
Geostrategi diartikan dengan pertahanan dan keamanan yang
dirancang sesuai dengan kondisi geo (wilayah) negara yang
bersangkutan. Letak wilayah Indonesia pada posisi silang dunia telah
memberikan pengaruh yang sangat luas terhadap berbagai aspek
kehidupan bangsa. Pengaruh-pengaruh tersebut pada satu pihak
memang menguntungkan, tetapi pada pihak lain tidak menguntungkan
bahkan dapat mengundang berbagai bentuk ancaman yang berbahaya.
Dalam menyusun strategi untuk menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negaranya, bangsa Indonesia justru harus lebih
memperhitungkan faktor-faktor yang tidak menguntungkan tersebut.
Jika ditinjau lebih jauh, maka letak wilayah Indonesia pada
posisi silang dunia tersebut tidak hanya mengenai aspek-aspek fisik
geografis saja, melainkan juga mengenai aspek-aspek kehidupan
sosial lainnya, yakni:
a) Demografi (kependudukan): antara daerah yang berpenduduk
padat di Utara (RRC) dan daerah yang berpenduduk jarang di
Selatan (Australia).
b) Ideologi: antara Komunisme di Utara dan Liberalisme di Selatan.

10
c) Politik: antara Demokrasi Rakyat di Utara dengan Demokrasi
Parlementer di Selatan.
d) Budaya: antara Kebudayaan Timur di Utara (Budha/Kong Hu
Chu) dan kebudayaan Barat di Selatan.
e) Hankam: antara sistem pertahanan kontinental (kekuatan di darat)
di Utara dan sistem pertahanan maritim di Barat, Selatan dan
Timur.
Posisi Indonesia sebagaimana digambarkan di atas dengan segala
akibatnya, memaksa Indonesia harus memilih satu di antara dua
pilihan:
Pertama : Mcmbiarkan dirinya terus-menerus menjadi objek lalu
lintas kekuatan-kekuatan dan pengaruh-pengaruh
lingkungan sekitar serta setiap kali condong dan
menggantungkan diri kepada kekuatan/pcngaruh yang
terbcsar.
Kedua : Turin serta mengatur lalu lintas kekuatan-kekuatan dan
pengaruh-pengaruh tersebut dengan ikut berperan
sebagai subjek.
Sesuai dengan semangat Pembukaan UUD 1945 yang menganut
Sistem Politik Luar Negeri Bebas Aktif, maka Indonesia harus
berperan sebagai subjek (pilihan kedua). Namun pilihan pada subjek,
menuntut kemampuan bangsa Indonesia untuk mengubah pengaruh
dan kekuatan dari luar menjadi kekuatan nasional yang dikendalikan
sebagai kekuatan sentrifugal. 2. Dasar Pemikiran Historis dan
Yuridis Formal
UUD 1945 tidak secara tegas mengatur tentang batas wilayah
Republik Indonesia sebagaimana yang dituntut oleh Hukum
Internasional. Karena itu, di awal kemerdekaan, Indonesia
berdasarkan pasal aturan peralihan, otomatis berlaku peraturan
sebelumnyayakni Ordonansi tahun 1939 yang menegaskan bahwa
batas wilayah Hindia Belanda adalah 3 mil (laut) dari pantai diukur
waktu pasang surut. Penggunaan aturan kolonial ini menyebabkan

11
wilayah Indonesia antara satu pulau dengan pulau lainnya dibatasi
oleh laut, hal ini karena Ordonansi 1939 tersebut mengatur asas pulau
demi pulau.
Karena kondisi tersebut sangat merugikan kepentingan nasional
Indonesia, maka pada tanggal 13 Desember 1957 pemerintah
Indonesia mengeluarkan peraturan yang dikenal dengan Deklarasi
Djuanda yang menerapkan asas Nusantara. Deklarasi Djuanda
menegaskan bahwa batas wilayah Indonesia adalah 12 mil (laut) dari
garis dasar yang menghubungkan titik- titik ujung terluar dari pulau-
pulau Indonesia terluar (terletak paling pinggir). Berdasarkan aturan
ini, maka laut bebas di antara pulau-pulau sebagai akibat dari
penerapan Ordonansi 1939 dengan sendirinya batal. Karena itu
dikatakan bahwa Deklarasi Djuanda merupakan langkah awal bangsa
Indonesia merealisasikan kembali konsep Wawasan Nusantara
melalui pengadaan peraturan perundang-undangan.

E. Empat Pilar Kebangsaan RI


Berkaitan dengan Wawasan Nusantara, sejak bergulirnya era reformasi
ada satu doktrin baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia
yang sangat intensif disosialisasikan, terutama oleh lembaga Majelis
Permusyawaratan RI (MPR-RI), yakni apa yang disebut dengan empat pilar
kebangsaan RI. Empat pilar Kebangsaan RI tersebut adalah:
1. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara RI;
2. Undang-Undang Dasar 1945 sebagai Konstitusi Negara RI;
3. Bhinneka Tunggal Ika (BTI) sebagai semboyan negara dan realitas sosial
bangsa Indonesia;
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara RI.

12
Keempat pilar kebangsaan sebagaimana disebutkan di atas adalah
bersifat final, dalam arti secara konstitusional tidak dapat diubah. Kenapa
bersifat final? Alasannya adalah sebagai berikut:
1. Point 1 (Pancasila) bersifat final, karena rumusannya termuat eksplisit
dalam Pembukaan UUD 1945 yang tidak dapat diubah, karena ia
merupakan deklarasi (pernyataan) kemerdekaan RI yang satu paket
dengan proklamasi kemerdekaan RI.
2. UUD 1945, dimaksudkan adalah bagian Pembukaannya, karena
Pembukaan UUD 1945 adalah deklarasi kemerdekaan RI.
3. BTI, alasannya karena ia merupakan realitas sosial yang bersifat kodrati
bagi bangsa Indonesia.
4. NKRI, alasannya sama dengan alasan point 1.

F. Implementasi Wawasan Nusantara


Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, maka Wawasan
Nusantara harus dijadikan arahan, pedoman, acuan dan tuntutan bagi setiap
individu bangsa Indonesia dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa
dan Negara Kesatuan RI. Karena itu, implementasi Wawasan Nusantara harus
tercermin pada pola sikap, pola pikir dan pola tindak yang senantiasa
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara dari kepentingan pribadi atau
kelompok sendiri. Kepentingan nasional Indonesia yang paling utama dan
mendasar pada saat ini adalah menjaga persatuan dan kesatuan (integritas)
bangsa dan negara. Ringkasnya, implementasi Wawasan Nusantara senantiasa
berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan
menyeluruh sebagai berikut:
1. Dalam bidang politik, implementasi Wawasan Nusantara berorientasi pada
upaya menciptakan iklim penyelenggaraan negara yang sehat dan dinamis
yang perwujudannya tampak dalam wujud pemerintahan yang kuat dan
legitimate sebagai penjelmaan dari asas kedaulatan rakyat.
2. Dalam bidang ekonomi, diprioritaskan pada upaya menciptakan integritas
ekonomi nasional yang perwujudannya tampak pada terjaminnya
pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat secara

13
adil dan merata. Di samping itu, juga berorientasi pada upaya pencerminan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan
kebutuhan masyarakat antardaerah secara timbal balik serta kelestarian
sumber daya alam itu sendiri.
3. Bidang sosial dan budaya, implementasi Wawasan Nusantara adalah pada
upaya menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima
dan menghormati segala bentuk perbedaan atau kebhinnekaan sebagai
kenyataan hidup sekaligus karunia Allah Swt. Implementasi pada bidang
ini akhirnya bermuara pada

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimologi kata wawasan nusantara berasal dari dua suku kata,
wawasan dan nusantara. Wawasan berasal dari bahasajawa, yakni dari akar
kata "wawas" yang berarti pandangan, tinjauan, penglihatan atau tanggap
indrawi. Setelah mendapat akhiran "an" (wawasan) maka berarti cara pandang,
cara tinjau, cara lihat atau cara tanggap indrawi (Lemhannas, 1992: 16).
Hakekat kawasan nusantara berkaitan dengan upaya bangsa Indonesia dalam
mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya sebagaimana yang terdapat
dalam Pembukaan UUD 1945. Dalam alinea kedua Pembukaan UUD 1945

14
ditegaskan bahwa cita-cita nasional indonesia adalah untuk mewujudkan
Negara Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Banyak hal sebenarnya yang menjadi dasar pemikiran Wawasan
Nusantara, namun tiga dasar terpenting di antaranya adalah sebagai berikut:
Dasar pemikiran Geografis dan Geostrategis
a. Keadaan Geografis
Secara geografis (keadaan wilayah) dan demografis (penduduk). Indonesia
merupakan negara terbesar di Asia Tenggara, bahkan dengan penduduk
terbesar nomor empat di dunia.
b. Geostrategi Indonesia
Geostrategi diartikan dengan pertahanan dan keamanan yang dirancang sesuai
dengan kondisi geo (wilayah) negara yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA

Sartini,dkk, 2002, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan


Tinggi,Paradigma, Yogyakarta
Santoso Budi, dkk,2005, Pendidikan Kewarganegaraan, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
Cristine, dkk, 2002, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi, PT Prandnya Paramita, Jakarta
Subadi Tjipto, 2010, Pendidikan Kewarganegaraan, BP-FKIP UMS,
Surakarta
Zubaidi Achmad, dkk, 2007, Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi, Paradigma, Jokjakarta

15
16

Anda mungkin juga menyukai