Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN BBDM MODUL 6.

SKENARIO 1

IBU KELELAHAN SAAT PERSALINAN

Disusun oleh:

BBDM 04

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018

DAFTAR PESERTA DIDIK

BBDM 04

No. Nama Peserta Didik NIM Paraf

1 Nabila Laras Saraswati 22010116130093 1.

2 Nadia Safaningrum 22010116140101 2.

3 Goldiati Nur Patrini 22010116130102 3.

4 Cindy Calista Chandra 22010116130103 4.

5 Eriska Retno Indarti 22010116140111 5.

6 Ika Luthfiah 22010116130112 6.

7 M Burhanuddin Yusuf Habibie 22010116140113 7.

8 Kusumaningtyas Ayu Amarihati 22010116140121 8.

9 Astari Dwi Hardini 22010116130112 9.

10 Ongky Surya Wijaya Hendro 22010116130123 10.

Mengetahui

Tutor BBDM 04 Skenario 1,

(dr. Yurida Binta Meutia, Sp.Rad)


SKENARIO 1
IBU KELELAHAN SAAT PERSALINAN

Anda bertugas di IGD Puskesmas Mulyorejo datang seorang perempuan hamil diantar bidan.
Kehamilan ini adalah kehamilan yang pertama (G1P0A0, hamil 38 minggu) mulai ada
kenceng-kenceng sering dan teratur kurang lebih 18 jam lalu. Ibu hamil tersebut tampak lemah,
mata terlihat cowong.

A. TERMINOLOGI

1. G1P0A0
G = gravida (kehamilan) G1 = ibu hamil pertamakali, P= para (partus atau persalinan)
P0= pasien belum pernah bersalin, A = abortus (A0 = pasien belum pernah
keguguran)
2. Kenceng-kenceng
Yang dimaksud disini adalah kontraksi , yaitu kehamilan akan mulai
3. Mata cowong
Mata cowong adalah mata terlihat cekung, warna sedikit menghitam, tanda-tanda
dehidrasi
4. Kehamilan
Kehamilan adalah proses wanita mengandung embrio hingga fetus selama 40 minggu,
40 minggu itu terjadi dari konsepsi sampai lahir dimana terjadi perkembangan dan
pertumbuhan janin

B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa pasien mengalami keluhan perut kenceng-kenceng yang teratur dan
semakin sering ?
2. Mengapa terjadi mata cowong, pasien lemas disamping adanya dehidrasi ?
3. Mengapa harus diantar bidan ke IGD dan normalnya pasien dating saat apa ?
4. Pasien dating dengan usia kehamilan 38 minggu apakah kondisi tersebut normal
untuk melahirkan ?
5. Adakah hubungan antara kondisi pasien hamil pertama dengan kondisi yang
dialami pasien ?
6. 18 jam kala persalinan keberapa, dan apa yang dapat dilakukan selaku dokter
umum ?

C. ANALISIS RUMUSAN MASALAH


1. Perut kencang karena usia 38 minggu usia yang dekat dengan persalinan maka dari
itu terjadi kontraksi uterus atau his, kontraksi ini akan mempengaruhi pembukan
serviks sebagai jalan lahir, dan kontraksi ini adalah karena penurunan drastis
progesteron dan estrogen. ada penuruan hormone tersebut akan merangsang
plasenta untuk merangsang hipofisis anterior sehingga diproduksi ACTH yang akan
memstimulasi glandula adrenal fetus untuk memproduksi kortisol kemudian DHEA
akan diubah oleh plasenta menjadi estrogen dan estrogen memicu oksitosin akan
memicu uterus
2. Mata cowong secara fisiologis akan mengalami perubahan dalam system renal pada
kehamilan 21-35 mgg ibu akan sering kencing, karena FU tertekan uterus
sedangkan 35 akan tertekan kepala bayi tergantung proyeksi bayi, sehingga sering
kencing, penambahan volume darah pada trisemester ketiga juga menjadi salah satu
factor, bisa juga karena anemia karena gejala-gejala tadi.
3. kala pertama karena masih 18 jam, ciri kala pertama, kontraksi adekuat, pembukaan
1,8 cm primigravida atau 2,2 untuk multi gravida sampai 10 cm maksimal, yang
bisa dilakukan adalah anamnesis, pemeriksaan TV, penilaian generalis, kalua perlu
melakukan VT untuk memeriksa pembukaan, mempersiapkan rujukan, jadi selain
pemeriksaan pada ibu kita bisa memeriksa keadaan bayi dengan memeriksa detak
jantung bayi , untuk kala 1 dibagi 2 fase ; fase 1.fase laten berlangsung 8 jam ; fase
2 aktif dibagi 3 : a. akselerasi 2 jam , b. fase dilatiasi maksimal 2 jam c. fase
deselerasi 2 jam.
4. 38 minggu : sudah cukup bulan persalinan bila diatas 37-38 minggu apabila < 37
minggu disebut premature
5. Hubungan G1 : sesuai keadaan klinis, ibu belum pengalaman dalam hamil karena
ditemukan dari dehidrasi dan kemungkinan anemia, karena kurangnya pengetahuan
ibu terhadapat kebutuhan cairan dan nutrisi sehingga terjadi keadaan klinis yang
disebutkan
6. Diantar bidang memiliki kemungkinan pasien dating kebidan dulu kemudian,
karena 18 jam kenceng2 termasuk persalinan lama sehingga bukan merupakan
kompetensi bidan dan harus dirujuk kedokter dan keadaan klinis yang dialami
pasien, dating ke IGD saat perdarahan, ketuban pecah dini dan kencang2 lama,
prekalmsia atau eklamsia

D. PETA KONSEP

Wanita hamil
(38 minggu, G1P0A0)

Ke UGD, Bersama bidan

Keluhan : mulai ada kenceng-kenceng sering dan


teratur kurang lebih 18 jam lalu. Ibu hamil tersebut
tampak lemah, mata terlihat cowong.

Etiologi Definisi
Partus Lama
Faktor Resiko
Mekanisme persalinan

Edukasi Komplikasi
Persiapan

Pasca Persiapan

E. SASARAN BELAJAR
1. Definisi, etiologi dan factor risiko partus lama
2. Patofisiologi, tanda dan gejala partus lama
3. Pemeriksaan partus lama
4. Komplikasi partus lama
5. Tata laksana, edukasi dan pencegahan partus lama
6. Kalsifikasi partus (maju,lama, normal dsb.)

F. BELAJAR MANDIRI
1. Definisi, etiologi dan faktor risiko partus lama
Definisi
Persalinan lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal/sulit (Sarwono,2013). Partus lama adalah kontraksi ritmis yang terasa sakit
disertai pembukaan leher rahim yang berlangsung lebih dari 24 jam. (WHO 2008)
Persalinan lama dapat dibagi sesuai waktu terjadinya menjadi dua, yaitu persalinan
lama fase laten (mulai dari pembukaan 1 yaitu 1,8cm bagi primigravida atau 2,2cm bagi
multigravida hingga pembukaan 4cm) dan persalinan lama fase aktif (mulai dari
pembukaan 4cm hingga pembukaan 10cm tepat sebelum masuk Kala II).
Partus lama adalah partus yang melebihi batas waktu normal, yaitu:
 Fase laten lebih dari 8 jam
 Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir
 Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif.

Etiologi
Menurut WHO, penyebab persalinan lama dibagi menjadi 3 secara garis besar, yaitu:
 Power (kelainan his/kontraksi)
Kontraksi uterus yang tidak adekuat maupun aritmik. His yang tidak normal dalam
kekuatan ataupun sifatnya menyebabkan rintangan pada pada jalan lahir, yang
apabila tidak diatasi dapat menyebabkan persalinan lama.
 Passanger (kelainan janin)
Kelainan letak atau posisi janin, atau kepala bayi terlalu besar (bayi >4000 gram).
Beberapa kelainannya yaitu : malpresentasi adalah semua presentasi janin selain
vertex (bokong, dahi, wajah, atau letak lintang) ; malposisi adalah posisi kepala
janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi. Janin yang
dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan akan menyebabkan
persalinan lama.
 Passage (kelainan jalan lahir)
Bentuk pelvis abnormal, pintu panggul terlalu kecil, adanya tumor, atau obstruksi
pada pelvis/jalan lahir

Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar MPH (1998):
1. Kelainan letak bayi
2. Kelainan bentuk panggul atau ukuran panggul sempit
3. Kelainan his (aritmik atau tidak adekuat)
4. Ukuran bayi yang terlalu besar atau adanya kelainan kongenital (microcephaly,
anencephaly)
5. Gemeli (kembar)
6. Serotinus (bayi lahir lewat bulan, >42 minggu)
7. Primi muda (usia hamil <17 tahun)
8. Primi tua
 Primi tua primer  belum hamil >4 tahun sejak menikah
 Primi tua sekunder  jarak dengan kelahiran terakhir >10 tahun
9. Ketuban pecah dini (sebelum memasuki inpartu fase aktif)
10. Penyakit/kondisi penyerta (anemia, payah jantung, TB paru)
11. Psikologis ibu (cemas, takut, kepribadian dependen)
12. Preeklamsia berat, eklamsia (kegawatan)
2. Patofisiologi, tanda dan gejala partus lama
Penyebab kemacetan dapat karena :
- Faktor Panggul : kesempitan panggul
- Faktor anak : kelainan letak
- Faktor tenaga : hipotonia
- Faktor penolong : pimpinan yang salah
a. Faktor Panggul
- Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. oleh karena pada panggul sempit
kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
maka dalam hal ini Serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Apabila
pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh
kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula
terjadinya prolapsus funiku.
- Kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting adalah distansia interspinarum kurang dari 9.5 cm perlu kita
waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apabila diameter
sagitalis posterior pendek pula.
- Kesempitan pintu bawah panggul
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm,
maka sudut arkus pubis mengecil pula ( < 80 ) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.
b. Faktor Anak
• Letak : Defleksi
- Presentasi Puncak Kepala
- Presentasi Muka
- Presentasi Dahi Posisi Oksiput Posterior Persisten. Kadang – kadang ubun –
ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang
- Letak belakang kepala ubun – ubun kecil melintang karena kelemahan his dan
kepala janin bundar.
• Letak tulang ubun – ubun
- Positio occiput pubica (anterior) Oksiput berada dekat simfisis.
- Positio occiput sacralis (posterior) Oksiput berada dekat sakrum.
• Letak sungsang
• Letak Lintang
c. Kelainan tenaga
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal.
• Inersia Uteri Primer
Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan.
• Inersia Uteri Sekunder
Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu
yang lama. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam
dihitung dari awal pembukaan sampai lahirnya anak.
Tanda dan Gejala Klinik Partus Lama :
a. Pada ibu
• Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat,
dan meteorismus.
• Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran Bandle tinggi, edema vulva ,edema
serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
• Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
• Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
• Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
Molding sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
b. Pada bayi
• Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur, bahkan negatif.
• Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijauan, berbau.
• Caput sucsadaneum yang besar
• Moulage kepala yang hebat
• Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
• Kematian Janin Intra Partal (KJIP). (Mochtar, 1998).
3. Pemeriksaan Partus lama
Pemeriksaan fisik

1. Kesan umum
 Apakah tampak sakit
 Bagaimana kesadarannya
 Apakah tampak pucat ( anemis )
2. Pemeriksaan tanda vital
 Tekanan darah
 Nadi
 Suhu
 Pernafasan

Pemeriksaan khusus abdomen

1. Kesan abdomen
 Perut kembung
 Apakah tampak gerak janin
2. Pemeriksaan Leopold
Terdapat tanda abdominal, seperti:
 Rasa nyeri berlebihan
 Tanda cairan bebas dengan abdomen
 Kesan lingkaran Bandle meningkat/ tinggi
 Bagian janin mudah diraba
 Tampak perdarahan pervaginam
3. Pemeriksaan DJJ
 DJJ normal antara 120-160
 Keteraturan
4. Apakah disertai pengeluaran mekonium pada letak kepala

Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam selama kala I pada


persalinan, dan setelah selaput ketuban pecah.

1. Pada setiap pemeriksaan dalam catatlah hal-hal sebagai berikut;


 Warna cairan amnion
 Dilatasi serviks
 Penurunan kepala (yang dapat dicocokkan dengan periksa luar)
2. Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis
inpartum belum dapat ditegakkan.
3. Jika terdapat kontraksi yanag menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam
untuk melihat perubahan pada serviks. Pada tahap ini, jika serviks terasa tipis dan
terbuka maka wanita tersebut dalam keadaan inpartu, jika tidak terdapat perubahan,
maka diagnosisnya adalah persalinan palsu.
4. Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam setiap jam

Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala utama yang
perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi
temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen
meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina
edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam
edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput pada
bagian terendah
6. Keadaan janin dalam Rahim
asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama
ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau
infeksi.

Untuk mendiagnosis persalinan lama terlebih dahulu memperhatikan faktor-


faktor penyebab persalinan lama seperti: His yang tidak efisisen dan adekuat, faktor
janin, dan faktor jalan lahir.
Tanda dan gejala Diagnosis
Serviks tidak membuka Belum in partu
Tidak didapatkan his/his tidak teratur
Pembukaan serviks tidak melewati 4 Cm Fase latan memanjang
sesudah 8 jam
Inpartu dengan his yang teratur
Pembukaan serviks melewati kanan Fase aktif memanjang
garis waspada partograf
 Frekwensi his kurang dari 3 his per  Inersia uteri
10 menit dan lamanya kurang dari 40
detik
 Pembukaan serviks dan turunnya  Disproporsi sefalopelvik
bagian janin yang dipresentasi tidak
maju sedangkan his baik
 Pembukaan serviks dan turunnya  Obstruksi kepala
bagian janin yang dipresentasi tidak
maju dengan kaput, terdapat maulase
hebat, edema serviks, tanda rupture
uteri imminens, gawat janin
 Kelainan presentasi ( selain verteks  Malpresentasi atau malposisi
dengan oksiput anterior )

Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin Kala II lama


mengedan, tetapi tak ada kemajuan
penurunan

Untuk mendiagnosa faktor pada jalan lahir, seperti karena adanya kelainan
panggul, dapat ditegakkan atas pemeriksaan radiologis seperti pelvimetri radiologi, CT
Scan, MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan melakukan pemeriksaan radiologis,
akan didapatkan kriteria diagnosis mengenai ukuran panggul.
Kriteria diagnosisnya sebagai berikut:
a. Kesempitan pintu atas panggul:
 Panggul sempit relatif: jika konjugata vera > 8,5 – 10 cm
 panggul sempit absolut: jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah:
Kalau jumlah diameter interspinarum dan diametersagitalis posterior pelvis
mencapai < 13,5 cm dan diameter interspinarum <10 cm, dinding panggul
konvergen, dan sakrum lurus atau konveks.
c. Kesempitan pintu bawah panggul:
d. Bila arkus pubis <900, atau sudut lancip.
Sedangkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis faktor janin dapat
menggunakan ultrasonografi.

4. Komplikasi Partus Lama


a. Bagi Ibu
Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan, resiko tersebut
naik dengan cepat setelah waktu 24 jam. (Mochtar, 2013).
• Atonia uteri
Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus tidak dapat berkontraksi
dengan baik, sehingga dapat menyebabkan perdarahan post partum. Kontraksi
uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah
melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Perdarahan
postpartum secara fisiologis dikontrol oleh serabut-serabut miometrium yang
mengelilingi pembuluh darah yang memvaskularisasikan daerah implantasi
plasenta. Atonia uteri terjadi apabila serabut-serabut miometrium tersebut tidak
berkontraksi (Cunningham, 2005).
Miometrium terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang
terpenting dalam hal kontraksi untuk menghentikan perdarahan postpartum.
Lapisan tengah miometrium tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh
pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah lengkungan
sehingga setiap dua buah serabut kira-kira membentuk angka delapan. Setelah
partus, dengan adanya susunan otot seperti di atas, jika otot berkontraksi akan
menjepit pembuluh darah. Ketidakmampuan miometrium untuk berkontraksi akan
menyebabkan pembuluh darah pada uterus tetap vasodilatasi sehingga terjadi
perdarahan postpartum.
• Laserasi
• Perdarahan
• Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus
dan peregangan berulang. Apabila kepala tertahan pada pintu atas panggul, seluruh
tenaga dari uterus diarahkan ke bagian membran yang meyentuh os internal.
Akibatnya, ketuban pecah dini lebih mudah terjadi infeksi.
• Infeksi sampai sepsis
Infeksi merupakan bahaya serius bagi ibu dan janin pada kasus persalinan lama,
terutama karena selaput ketuban pecah dini. Karena jalan lahir telah terbuka, maka
dapat terjadi Infeksi intrapartal apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam
persalinan. Jika terjadi infeksi dan kontraksi saat ketuban pecah, dapat
menyebabkan sepsis.
• Kelelahan, dehidrasi, dan syok
Ibu nampak kelelahan, nadi meningkat, tensi mungkin normal atau telah turun,
temperatur meningkat (Manuaba, 2004).
• Ruptur uterus.
Penipisan segmen bawah rahim yang abnormal menimbulkan bahaya serius
selama persalinan lama. Jika disproporsi sangat jelas sehingga tidak ada
engagement atau penurunan, segmen bawah rahim menjadi sangat teregang, dan
dapat diikuti oleh ruptur (Cunningham, 2013).
Ruptur uterus terutama disebabkan oleh peregangan yang luar biasa dari uterus.
Sedangkan uterus yang sudah cacat, mudah dimengerti, karena adanya lokus
minoris resisten. Pada waktu inpartu, korpus uteri mengadakan kontraksi sedang
segmen bawah rahim tetap pasif dan servik menjadi lunak (efacement dan
pembukaan). Bila oleh sesuatu sebab partus tidak dapat maju (obstruksi), sedang
korpus uteri berkontraksi terus dengan hebatnya (his kuat) maka segmen bawah
rahim yang pasif ini akan tertarik keatas, menjadi bertambah regang dan tipis.
• Robekan jalan lahir
• Fistula buli-buli, vagina, rahim dan rectum
b. Bagi Janin
• Gawat janin dalam rahim sampai meninggal
• Asfiksia
Lahir dalam asfiksia berat sehingga dapat menimbulkan cacat otak menetap.
Asfiksia bayi baru lahir atau asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru
lahir tidak dapat bernafas spontan dan teratur segera setelah lahir sebagai akibat
langsung persalinan yang lama. Keadaan ini disertai dengan hipoksia dan dapat
berakhir dengan asidosis respiratorik. Hipoksia yang terjadi pada bayi yang
mengalami asfiksia merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi
bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstra uterin (Wiknjosastro, 1999). Hipoksia
janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran
gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam
persediaan O2 dan pengeluaran CO2. Gangguan ini dapat berlangsung akibat
kelainan pada ibu selama kehamilan atau secara mendadak karena hal-hal yang
diderita ibu dalam persalinan (Wiknjosastro, 1999).
Pada setiap proses persalinan selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi. Dimana proses ini diperlukan untuk merangsang
khemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi Primary Grasping yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan teratur. Asfiksia yang terjadi mulai satu periode
apneu (Primary Apneu) disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya
bayi memperlihatkan usaha pernafasan (grasping) yang diikuti pernafasan teratur
(Hasan et.al, 2000).
Pada Asfiksia berat, usaha pernafasan ini tidak tampak dan bayi berada pada
periode apneu kedua (secondary apneu). Pada tingkat ini disamping bradikardi
ditemukan pula penurunan tekanan darah. Keadaan ini disebabkan oleh trasportasi
oksigen dan karbon dioksida melalui plasenta tidak adekuat. Lamanya proses
persalinan sedikit banyak akan mempengaruhi keefektifan fungsi plasenta tersebut
(Hasan et.al, 2000). Pada persalinan lama asfiksia yang terjadi dapat
mengakibatkan kematian janin. Markum et.al. (1983) mengemukakan bahwa
asfiksia merupakan penyebab utama kematian neonatal dini yang tersering di
rumah sakit dan di lapangan.
- Trauma persalinan, fraktur clavicula, humerus, femur
Banyak persalinan lama berakibat buruk pada janin. Hal ini dapat dipahami
karena janin terjebak dalam perineum ibu dalam waktu yang lama, terjadi benturan
antara tengkorak janin dan tulang panggul ibu (Cuninngham et. al cit Furchan,
1995).
- Pecahnya ketuban lama sebelum kelahiran
Keadaan ini mengakibatkan terinfeksinya cairan ketuban dan selanjutnya dapat
membawa infeksi paru-paru serta infeksi sistemik pada janin
- Molase Kepala Janin
Molase Kepala Janin adalah perubahan bentuk kepala sebagai akibat penumpukan
tulang tengkorak yang saling overlapping satu sama lain karena belum menyatu
dengan kokoh dan memungkinkan terjadinya pergeseran.
Molase (Molding) melibatkan seluruh tengkorak kepala, dan merupakan hasil dari
tekanan yang dikenakan atas kepala janin oleh struktur jalan lahir ibu.
- Caput Succedaneum
Caput succedaneum adalah pembengkakan atau oedema pada atau dibawah
kulit kepala janin. Pembengkakan edematosa lunak pada kulit kepala ini sering
terjadi pada bagian terendah janin. Tekanan dari uterus atau jalan lahir dapat
mencetuskan penumpukan serum atau darah di atas periosteum. Ekstraksi vacum
juga dapat menyebabkan caput, caput dapat bervariasi dari area yang kecil hingga
kepala menjadi sangat panjang. Pembengkakan dapat melintasi garis sutura.
Sekalipun tidak terdapat kerusakan yang nyata, bayi-bayi pada partus lama
memerlukan perawatan khusus. Sementara partus lama tipe apapun membawa
akibat yang buruk bagi anak, bahaya tersebut lebih besar lagi apabila kemajuan
persalinan pernah berhenti. Sebagian dokter menyatakan bahwa bayi yang
dilahirkan melalui proses persalinan yang panjang ternyata dapat mengalami
defisiensi intelektual, sehingga berbeda jelas dengan bayi-bayi yang lahir dengan
persalinan normal.
Asfiksia Fraktur

Caput Succedaneum
5. Tatalaksana, Edukasi dan Pencegahan partus lama
a. Tindakan Pencegahan
• Memperhatikan status gizi saat hamil, status gizi harus baik dengan demikian
tenaganya saat persalinan akan bagus. Selain itu, persiapan antenatal care yang baik
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya partus macet.
• Membiasakan senam hamil, karena Senam hamil diperlukan untuk melemaskan
otot-otot, belajar bernafas selama persalinan, dan memperkenalkan posisi,
persiapan mental menjelang persalinan.
• Jangan meneran sebelum diperintahkan. Jika tidak teratur, tenaga yang ada
semakin berkurang, dan jalan lahir bisa membengkak. Hal ini diakibatkan karena
saat meneran, terdapat cairan yang keluar di jalan lahir. Akibat lebih jauh, akan
menyulitkan penjahitan jika vagina ibu mengalami pembengkakan.
• Rutin kontrol kehamilan agar bisa mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan.
b. Tindakan Suportif dan Edukasi
• Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan
hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran
dalam diri pasien.
• Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi,
dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah
• Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik.
Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya
muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di
pasang infus untuk pemberian kalori.
• Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum
yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam
keadaan kosong.
• Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan
pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun
semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
• Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil
mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi.
Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.

Manajemen penatalaksanaan partus lama


a. Memperbaiki keadaan umum ibu
• Koreksi cairan ( rehidrasi)
• Koreksi keseimbangan elektrolit
• Pemberian kalori
• Pemberantasan infeksi
• Penurunan panas
b. Tentukan sebab terjadinya persalinan lama
• Power : his tidak adekuat (<3x/10 menit dan durasi tiap kontraksi <40 detik)
• Passenger : malpresentasi, malposisi, janin besar
• Passege : panggul sempit, kelainan servik atau vagina, tumor jalan lahir
c. Sesuaikan rencana tatalaksana dengan penyebab
• Lakukan augmentasi persalinan dengan oksitosin dan atau amniotomi bila terdapat
gangguan power. Pastikan tidak ada gangguan passenger atau passege
• Lakukan tindakan operatif ( forsep atau vakum) atau jika membutuhkan sectio
sesarea maka segera rujuk ibu ke rumah sakit yang memiliki pelayanan sectio
sesarea untuk gangguan passenger, passege atau power yang tidak dapat di atasi
dengan augmentasi persalinan
• Jika ditemukan obstruksi atau CPD, tatalaksananya ialah sectio caesarea
d. Berikan antibiotik (kombinasi ampicilin 2 gr IV tiap 6 jam dan gentamicin 5 mgkg/bb
tiap 24 jam) jika ditemukan:
• Tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau)
• Ketuban pecah lebih dari 18 jam
e. Pantau tanda gawat janin
6. Klasifikasi partus
Bentuk
a. Spontan = Hanya dengan kekuatan ibu sendiri tanpa alat bantu apapun.
b. Bantuan = Dengan alat bantu apapun untuk memudahkan persalinan,
c. Anjuran = Dengan jalan rangsangan dari luar
d. Percobaan = Kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau
tidaknya disproporsi sefalopelvik.

Berat Janin dan Umur Kehamilan


e. Abortus = < 500 gram dan < 22 minggu
f. Immatur = 500 – 999 gram dan 22-27 minggu
g. Prematur = 1 – 2,5 kg dan 28-36 minggu
h. Aterm = > 2,5 kg dan 37-42 minggu
i. Postterm / Serotinus = Bervariasi dan > 42 minggu

Lamanya persalinan.
j. Cepat / Presipitatus = Persalinan kurang dari 3 jam
k. Normal = 3 – 12 jam (ada yang menyebut 6-12 jam)
l. Lama / Macet = > 12 jam (ada yang menyebut > 18 jam maupun > 24 jam)

G. DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Edisi I. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Manuwaba, Ide Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rustam, M. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC.
Saifuddin, AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
: EGC.

Anda mungkin juga menyukai