LAPORAN BBDM MODUL 6.1 New
LAPORAN BBDM MODUL 6.1 New
SKENARIO 1
Disusun oleh:
BBDM 04
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BBDM 04
Mengetahui
Anda bertugas di IGD Puskesmas Mulyorejo datang seorang perempuan hamil diantar bidan.
Kehamilan ini adalah kehamilan yang pertama (G1P0A0, hamil 38 minggu) mulai ada
kenceng-kenceng sering dan teratur kurang lebih 18 jam lalu. Ibu hamil tersebut tampak lemah,
mata terlihat cowong.
A. TERMINOLOGI
1. G1P0A0
G = gravida (kehamilan) G1 = ibu hamil pertamakali, P= para (partus atau persalinan)
P0= pasien belum pernah bersalin, A = abortus (A0 = pasien belum pernah
keguguran)
2. Kenceng-kenceng
Yang dimaksud disini adalah kontraksi , yaitu kehamilan akan mulai
3. Mata cowong
Mata cowong adalah mata terlihat cekung, warna sedikit menghitam, tanda-tanda
dehidrasi
4. Kehamilan
Kehamilan adalah proses wanita mengandung embrio hingga fetus selama 40 minggu,
40 minggu itu terjadi dari konsepsi sampai lahir dimana terjadi perkembangan dan
pertumbuhan janin
B. RUMUSAN MASALAH
1. Mengapa pasien mengalami keluhan perut kenceng-kenceng yang teratur dan
semakin sering ?
2. Mengapa terjadi mata cowong, pasien lemas disamping adanya dehidrasi ?
3. Mengapa harus diantar bidan ke IGD dan normalnya pasien dating saat apa ?
4. Pasien dating dengan usia kehamilan 38 minggu apakah kondisi tersebut normal
untuk melahirkan ?
5. Adakah hubungan antara kondisi pasien hamil pertama dengan kondisi yang
dialami pasien ?
6. 18 jam kala persalinan keberapa, dan apa yang dapat dilakukan selaku dokter
umum ?
D. PETA KONSEP
Wanita hamil
(38 minggu, G1P0A0)
Etiologi Definisi
Partus Lama
Faktor Resiko
Mekanisme persalinan
Edukasi Komplikasi
Persiapan
Pasca Persiapan
E. SASARAN BELAJAR
1. Definisi, etiologi dan factor risiko partus lama
2. Patofisiologi, tanda dan gejala partus lama
3. Pemeriksaan partus lama
4. Komplikasi partus lama
5. Tata laksana, edukasi dan pencegahan partus lama
6. Kalsifikasi partus (maju,lama, normal dsb.)
F. BELAJAR MANDIRI
1. Definisi, etiologi dan faktor risiko partus lama
Definisi
Persalinan lama disebut juga “distosia”, didefinisikan sebagai persalinan yang
abnormal/sulit (Sarwono,2013). Partus lama adalah kontraksi ritmis yang terasa sakit
disertai pembukaan leher rahim yang berlangsung lebih dari 24 jam. (WHO 2008)
Persalinan lama dapat dibagi sesuai waktu terjadinya menjadi dua, yaitu persalinan
lama fase laten (mulai dari pembukaan 1 yaitu 1,8cm bagi primigravida atau 2,2cm bagi
multigravida hingga pembukaan 4cm) dan persalinan lama fase aktif (mulai dari
pembukaan 4cm hingga pembukaan 10cm tepat sebelum masuk Kala II).
Partus lama adalah partus yang melebihi batas waktu normal, yaitu:
Fase laten lebih dari 8 jam
Persalinan telah berlangsung 12 jam atau lebih bayi belum lahir
Dilatasi serviks dikanan garis waspada pada persalinan fase aktif.
Etiologi
Menurut WHO, penyebab persalinan lama dibagi menjadi 3 secara garis besar, yaitu:
Power (kelainan his/kontraksi)
Kontraksi uterus yang tidak adekuat maupun aritmik. His yang tidak normal dalam
kekuatan ataupun sifatnya menyebabkan rintangan pada pada jalan lahir, yang
apabila tidak diatasi dapat menyebabkan persalinan lama.
Passanger (kelainan janin)
Kelainan letak atau posisi janin, atau kepala bayi terlalu besar (bayi >4000 gram).
Beberapa kelainannya yaitu : malpresentasi adalah semua presentasi janin selain
vertex (bokong, dahi, wajah, atau letak lintang) ; malposisi adalah posisi kepala
janin relative terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi. Janin yang
dalam keadaan malpresentasi dan malposisi kemungkinan akan menyebabkan
persalinan lama.
Passage (kelainan jalan lahir)
Bentuk pelvis abnormal, pintu panggul terlalu kecil, adanya tumor, atau obstruksi
pada pelvis/jalan lahir
Faktor Risiko
Beberapa faktor risiko menurut Prof. Dr. Rustam Mochtar MPH (1998):
1. Kelainan letak bayi
2. Kelainan bentuk panggul atau ukuran panggul sempit
3. Kelainan his (aritmik atau tidak adekuat)
4. Ukuran bayi yang terlalu besar atau adanya kelainan kongenital (microcephaly,
anencephaly)
5. Gemeli (kembar)
6. Serotinus (bayi lahir lewat bulan, >42 minggu)
7. Primi muda (usia hamil <17 tahun)
8. Primi tua
Primi tua primer belum hamil >4 tahun sejak menikah
Primi tua sekunder jarak dengan kelahiran terakhir >10 tahun
9. Ketuban pecah dini (sebelum memasuki inpartu fase aktif)
10. Penyakit/kondisi penyerta (anemia, payah jantung, TB paru)
11. Psikologis ibu (cemas, takut, kepribadian dependen)
12. Preeklamsia berat, eklamsia (kegawatan)
2. Patofisiologi, tanda dan gejala partus lama
Penyebab kemacetan dapat karena :
- Faktor Panggul : kesempitan panggul
- Faktor anak : kelainan letak
- Faktor tenaga : hipotonia
- Faktor penolong : pimpinan yang salah
a. Faktor Panggul
- Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila conjugata vera kurang dari 10 cm
atau diameter transversa kurang dari 12 cm. oleh karena pada panggul sempit
kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul,
maka dalam hal ini Serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Apabila
pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna oleh
kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya pula
terjadinya prolapsus funiku.
- Kesempitan pintu panggul tengah
Ukuran terpenting adalah distansia interspinarum kurang dari 9.5 cm perlu kita
waspada terhadap kemungkinan kesukaran pada persalinan, apabila diameter
sagitalis posterior pendek pula.
- Kesempitan pintu bawah panggul
Bila diameter transversa dan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm,
maka sudut arkus pubis mengecil pula ( < 80 ) sehingga timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.
b. Faktor Anak
• Letak : Defleksi
- Presentasi Puncak Kepala
- Presentasi Muka
- Presentasi Dahi Posisi Oksiput Posterior Persisten. Kadang – kadang ubun –
ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di belakang
- Letak belakang kepala ubun – ubun kecil melintang karena kelemahan his dan
kepala janin bundar.
• Letak tulang ubun – ubun
- Positio occiput pubica (anterior) Oksiput berada dekat simfisis.
- Positio occiput sacralis (posterior) Oksiput berada dekat sakrum.
• Letak sungsang
• Letak Lintang
c. Kelainan tenaga
Inersia uteri adalah his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang
dibandingkan dengan his yang normal.
• Inersia Uteri Primer
Kelemahan his timbul sejak dari permulaan persalinan.
• Inersia Uteri Sekunder
Kelemahan his yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu
yang lama. Persalinan normal rata-rata berlangsung tidak lebih dari 24 jam
dihitung dari awal pembukaan sampai lahirnya anak.
Tanda dan Gejala Klinik Partus Lama :
a. Pada ibu
• Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat,
dan meteorismus.
• Di daerah lokal sering dijumpai lingkaran Bandle tinggi, edema vulva ,edema
serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
• Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.
• Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.
• Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi adekuat.
Molding sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
b. Pada bayi
• Denyut jantung janin cepat/hebat/tidak teratur, bahkan negatif.
• Air ketuban terdapat mekonium, kental kehijauan, berbau.
• Caput sucsadaneum yang besar
• Moulage kepala yang hebat
• Kematian Janin Dalam Kandungan (KJDK)
• Kematian Janin Intra Partal (KJIP). (Mochtar, 1998).
3. Pemeriksaan Partus lama
Pemeriksaan fisik
1. Kesan umum
Apakah tampak sakit
Bagaimana kesadarannya
Apakah tampak pucat ( anemis )
2. Pemeriksaan tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Suhu
Pernafasan
1. Kesan abdomen
Perut kembung
Apakah tampak gerak janin
2. Pemeriksaan Leopold
Terdapat tanda abdominal, seperti:
Rasa nyeri berlebihan
Tanda cairan bebas dengan abdomen
Kesan lingkaran Bandle meningkat/ tinggi
Bagian janin mudah diraba
Tampak perdarahan pervaginam
3. Pemeriksaan DJJ
DJJ normal antara 120-160
Keteraturan
4. Apakah disertai pengeluaran mekonium pada letak kepala
Pemeriksaan dalam
Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, DSOG (1998), gejala utama yang
perlu diperhatikan pada partus lama antara lain :
1. Dehidrasi
2. Tanda infeksi
temperatur tinggi, nadi dan pernapasan, abdomen meteorismus
3. Pemeriksaan abdomen
meteorismus, lingkaran bandle tinggi, nyeri segmen bawah rahim
4. Pemeriksaan lokal vulva vagina
edema vulva, cairan ketuban berbau, cairan ketuban bercampur mekonium
5. Pemeriksaan dalam
edema servikalis, bagian terendah sulit di dorong ke atas, terdapat kaput pada
bagian terendah
6. Keadaan janin dalam Rahim
asfiksia sampai terjadi kematian
7. Akhir dari persalinan lama
ruptura uteri imminens sampai ruptura uteri, kematian karena perdarahan atau
infeksi.
Untuk mendiagnosa faktor pada jalan lahir, seperti karena adanya kelainan
panggul, dapat ditegakkan atas pemeriksaan radiologis seperti pelvimetri radiologi, CT
Scan, MRI (Magnetic resonance imaging). Dengan melakukan pemeriksaan radiologis,
akan didapatkan kriteria diagnosis mengenai ukuran panggul.
Kriteria diagnosisnya sebagai berikut:
a. Kesempitan pintu atas panggul:
Panggul sempit relatif: jika konjugata vera > 8,5 – 10 cm
panggul sempit absolut: jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah:
Kalau jumlah diameter interspinarum dan diametersagitalis posterior pelvis
mencapai < 13,5 cm dan diameter interspinarum <10 cm, dinding panggul
konvergen, dan sakrum lurus atau konveks.
c. Kesempitan pintu bawah panggul:
d. Bila arkus pubis <900, atau sudut lancip.
Sedangkan pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis faktor janin dapat
menggunakan ultrasonografi.
Caput Succedaneum
5. Tatalaksana, Edukasi dan Pencegahan partus lama
a. Tindakan Pencegahan
• Memperhatikan status gizi saat hamil, status gizi harus baik dengan demikian
tenaganya saat persalinan akan bagus. Selain itu, persiapan antenatal care yang baik
dapat menurunkan kemungkinan terjadinya partus macet.
• Membiasakan senam hamil, karena Senam hamil diperlukan untuk melemaskan
otot-otot, belajar bernafas selama persalinan, dan memperkenalkan posisi,
persiapan mental menjelang persalinan.
• Jangan meneran sebelum diperintahkan. Jika tidak teratur, tenaga yang ada
semakin berkurang, dan jalan lahir bisa membengkak. Hal ini diakibatkan karena
saat meneran, terdapat cairan yang keluar di jalan lahir. Akibat lebih jauh, akan
menyulitkan penjahitan jika vagina ibu mengalami pembengkakan.
• Rutin kontrol kehamilan agar bisa mendeteksi sedini mungkin bila ada kelainan.
b. Tindakan Suportif dan Edukasi
• Selama persalinan, semangat pasien harus didukung. Kita harus membesarkan
hatinya dengan menghindari kata-kata yang dapat menimbulkan kekhawatiran
dalam diri pasien.
• Intake cairan sedikitnya 2500 ml per hari. Pada semua partus lama, intake cairan
sebanyak ini di pertahankan melalui pemberian infus larutan glukosa. Dehidrasi,
dengan tanda adanya acetone dalam urine, harus dicegah
• Makanan yang dimakan dalam proses persalinan tidak akan tercerna dengan baik.
Makanan ini akan tertinggal dalam lambung sehingga menimbulkan bahaya
muntah dan aspirasi. Karena waktu itu, pada persalinan yang berlangsung lama di
pasang infus untuk pemberian kalori.
• Pengosongan kandung kemih dan usus harus memadai. Kandung kemih dan rectum
yang penuh tidak saja menimbulkan perasaan lebih mudah cidera dibanding dalam
keadaan kosong.
• Meskipun wanita yang berada dalam proses persalinan, harus diistirahatkan dengan
pemberian sedatif dan rasa nyerinya diredakan dengan pemberian analgetik, namun
semua preparat ini harus digunakan dengan bijaksana. Narcosis dalam jumlah yang
berlebihan dapat mengganggu kontraksi dan membahayakan bayinya.
• Pemeriksaan rectal atau vaginal harus dikerjakan dengan frekuensi sekecil
mungkin. Pemeriksaan ini menyakiti pasien dan meningkatkan resiko infeksi.
Setiap pemeriksaan harus dilakukan dengan maksud yang jelas.
Lamanya persalinan.
j. Cepat / Presipitatus = Persalinan kurang dari 3 jam
k. Normal = 3 – 12 jam (ada yang menyebut 6-12 jam)
l. Lama / Macet = > 12 jam (ada yang menyebut > 18 jam maupun > 24 jam)
G. DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di
Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan Edisi I. Jakarta : Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Manuwaba, Ide Bagus Gde. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Rustam, M. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta : EGC.
Saifuddin, AB. 2009. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta
: EGC.