Aspergillus Flavus PDF
Aspergillus Flavus PDF
Aspergillus flavus
Oleh :
Sulfiah (093204055)
TB, asma, kanker paru – paru, dan pneumonia adalah kasus paru – paru yang
umum ditemui di rumah-rumah sakit di Indonesia. Masyarakat awam pun relatif
familiar dengan penyakit di atas. Namun sebenarnya ada salah satu penyakit paru
yang kejadiannya tidak terlalu sering namun kerap terjadi karena terdapat penyakit
paru lain yang mendasarinya, yaitu aspergilosis, penyakit infeksi paru akibat jamur.
Di antara jutaan jamur di muka bumi ini, jenis Aspergillus sp. paling sering
menimbulkan infeksi paru. Jamur ini merupakan jamur rumahan yang sporanya
sangat banyak bertebaran di udara dan di dalam rongga pernapasan manusia yang
sehat. Pada saat kekebalan tubuh rendah, pertumbuhan jamur akan merajalela dan
Aspergillus mampu menginvasi arteri dan vena, sehingga lokasinya bisa menyebar
hingga ke seluruh tubuh.
Spesies Aspergillus merupakan jamur yang umum ditemukan di materi organik.
Meskipun terdapat lebih dari 100 spesies, jenis yang dapat menimbulkan penyakit
pada manusia ialah Aspergillus flavus, Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus dan
Aspergillus clavatus yang semuanya menular dengan transmisi inhalasi. Umumnya
Aspergillus akan menginfeksi paru-paru. Aspergillus dapat menyebabkan banyak
penyakit pada manusia, bisa jadi akibat reaksi hipersensitivitas atau invasi langsung.
Makalah ini akan membahas tentang Aspergillus flavus yang menyebabkan infeksi
pada paru-paru manusia.
BAB II
KAJIAN TEORI
Aspergillus flavus
Klasifikasi:
Super kingdom : Eukaryota
Kingdom : Fungi
Sub kingdom : Dikarya
Phylum : Ascomycota
Subphylum : Pezizomycotina
Classis : Eurotiomycetes
Sub classis : Eurotiomycetidae
Ordo : Eurotiales
Familia : Trichocomaceae
Genus : Aspergillus
Spesies : Aspergillus flavus
Aspergillus flavus tersebar luas di dunia. Hal ini disebabkan oleh produksi
konidia yang dapat tersebar melalui udara (airborne) dengan mudah maupun melalui
serangga. Komposisi atmosfir juga memiliki pengaruh yang besar terhadap
pertumbuhan kapang dengan kelembaban sebagai variabel yang paling penting.
Tingkat penyebaran Aspergillus flavus yang tinggi juga disebabkan oleh
kemampuannya untuk bertahan dalam kondisi yang keras sehingga kapang tersebut
dapat dengan mudah mengalahkan organisme lain dalam mengambil substrat dalam
tanah maupun tanaman. Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus merupakan
bagian grup Aspergillus yang sudah sangat dikenal karena peranannya sebagai
patogen pada tanaman dan kemampuannya untuk menghasilkan aflatoksin pada
tanaman yang terinfeksi. Kedua spesies tersebut merupakan produsen toksin paling
penting dalam grup Aspergillus flavus yang mengkontaminasi produk agrikultur.
Aspergillus flavus dan Aspergillus parasiticus mampu mengakumulasi aflatoksin pada
berbagai produk pangan meskipun tipe toksin yang dihasilkan berbeda. Aspergillus
sp. umumnya mampu tumbuh pada suhu 6-60°C dengan suhu optimum berkisar 35-
38°C. Aspergillus flavus dapat tumbuh pada Rh minimum 80% (aw minimum=0.80)
dengan Rh minimum untuk pembentukan aflatoksin sebesar 83% (aw minimum
pembentukan aflatoksin=0,83). Rh minimum untuk pertumbuhan dan germinasi spora
adalah 80% dan Rh mininum untuk sporulasi adalah 85%. Kenaikan suhu, pH, dan
persyaratan lingkungan lainnya akan menyebabkan aw minimum bertambah tinggi.
Tampilan mikroskopis Aspergillus flavus dapat dilihat lebih jelas melalui mikroskop
tiga dimensi
Aflatoksin
hexanoyl CoA precursor —> norsolorinic acid, NOR —> averantin, AVN
—> hydroxyaverantin, HAVN —> averufin, AVF —>
hydroxyversicolorone, HVN—> versiconal hemiacetal acetate, VHA —>
versi-conal, VAL —> versicolorin B, VERB —> versicolorin A, VERA —
> demethyl-sterigmatocystin, DMST —> sterigmatocystin, ST —>
Omethylsterigmatocystin,
OMST—> aflatoxin B1, AFB1 and aflatoxin G1,
AFG1.
Gambar 4. Skema produksi aflatoksin
Siklus hidup
1. Mycelium dan Sclerotia
Mycelium jamur merupakan struktur yang cukup dominan ditemukan dalam
tanah. Sclerotia juga bisa terbentuk yang membuatnya bisa bertahan hidup
cukup lama dalam tanah
2. Konidiofor
Sementara A. flavus masih muda dan bertumbuh, mycelium membentuk
banyak konidofor. Konidiofor tumbuh secara tunggal dari badan hifa
Gambar 8. Konidiofor dari A. flavus
3. Konidia
Konidiofor yang matang akan membentuk konidia pada ujungnya. Konidia
berbentuk bulat dan unisel dengan dinding yang kasar. Konidia bisa tumbuh,
menyebar di udara, menempel pada tubuh serangga, pada tanaman, pada hasil
panen.
Gambar 9. Konidia
4. Mycelia saprofit
A. flavus biasanya tumbuh dan hidup sebagai saprofit di dalam tanah.
Pertumbuhannya sangat didukung dengan adanya sisa – sisa tanaman dan
hewan dalam jumlah besar.
Gambar 10. Diagram infeksi A. flavus
2. Aspergillosis
Ada 2 jenis aspergillosis. Salah satunya allergic bronchopulmonary aspergillosis
(ABPA), kondisi di mana jamur menyebabkan gejala alergi pada sistem
pernapasan tapi tidak menginvasi dan menghancurkan jaringan. Jenis
aspergillosis yang lain adalah aspergillosis invasif, penyakit yang
mempengaruhi sistem kekebalan tubuh manusia. Pada kondisi ini jamur
menginvasi ke seluruh tubuh dan merusak jaringan tubuh.
Gejala :
Demam Sakit pada bagian dada
Sakit kepala Nyeri tulang
Menggigil Kencing berdarah (Hematuria)
Peningkatan produksi Penurunan pengeluaran urine
lendir hidung Meningitis
Batuk Penglihatan berkurang sampai buta
Sesak nafas Sinusitis
Penurunan berat badan Radang pada jantung
3. Aspergilloma
Ini adalah gangguan paru – paru yang paling umum
disebabkan oleh A.flavus. Aspergilloma merupakan
bola jamur yang berisi mycelia dari A.flavus, yang
menyebabkan infeksi sel, fibrin, otot dan jaringan,
biasanya menyebabkan lubang pada paru – paru.
Obat yang digunakan
1. Amphotericin B
3. Voriconazole