Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS SISTEM PENGAPIAN TIPE UG3 PADA RANCANG BANGUN

SIMULATOR SEPEDA MOTOR


Affan Maulana1), Ibnu Mubarak2) dan Ridwan Adam M.N3).

Departemen Pendidikan Teknik Mesin, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan,


Universitas Pendidikan Indonesia
Jl.Dr.Setiabudi No.207 Bandung-Jawa Barat-Indonesia
Email: affan.maulana23@student.upi.edu.
barox82@upi.edu
adam@upi.edu

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan antara daya dan torsi yang dihasilkan pada saat
menggunakan satu busi dan pada saat menggunakan dua busi. Sistem pengapian DTS-I ini
memiliki satu busi utama dan satu busi pendukung. Busi utama bekerja dari RPM awal sampai
akhir / sekitar 10.000 RPM sedangkan busi pendukung bekerja dari RPM awal sampai 6.000
RPM. Metode penelitian yang digunakan adalah rancang bangun, pengujian dilakukan dengan
cara dyno test dan hasil yang keluar berupa daya dan torsi. Hasil dari penelitian ini membuktikan
terjadi kenaikan daya sebesar 0,6 HP pada rpm 8101 dan kenaikan torsi sebesar 0,3 Nm pada rpm
5632. Dampak penelitian ini memberikan pemahaman mengenai sistem pengapian DTS-I
berdasarkan perhitungan yang ilmiah.

Kata kunci: DTS-I, Bajaj, Busi, Daya, Torsi.

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan Sepeda motor merupakan kendaraan
teknologi semakin berkembang pesat seiring transportasi roda dua yang menggunakan
dengan perkembangan zaman. Kebutuhan Spark Ignition sebagai metode penyalaan
manusia yang semakin beraneka ragam serta bahan bakar di dalam ruang pembakaran.
selalu meningkat dari waktu ke waktu, juga Motor di Indonesia sering juga disebut
memicu berkembangnya teknologi, sebagai motor otto, motor ini memperoleh
khususnya teknologi dibidang otomotif. tenaga dengan cara membakar campuran
Manusia dengan mobilitas tinggi pada era udara dan bahan bakar yang telah di
globalisasi ini menuntut kemudahan dalam kompresikan di ruang pembakaran. Tenaga
segala bidang tanpa mengeluarkan biaya yang dihasilkan dari pembakaran kemudian
yang banyak. Manusia juga mengingikan dimanfaatkan sebagai penggerak motor.
segala sesuatu menjadi lebih mudah dan Sepeda motor dapat berfungsi dengan baik
cepat, salah satunya adalah bidang bila didukung oleh sistem-sistem yang
transportasi. penunjang dan bekerja baik pula. Sistem
1
pengapian, sistem bahan bakar, sistem 1. Berapa daya yang dihasilkan dari
pemasukan dan pembuangan, sistem alternator ke CDI pada kendaraan
pelumasan dan sistem pendigin merupakan sepeda motor tipe UG3?
satu kesatuan dari sebuah engine untuk dapat 2. Berapa tegangan yang dihasilkan oleh
berjalan dengan lancar. Bila salah satu sistem kumparan sekunder koil dan arus yang
ini mengalami kerusakan maka akan mengalir menuju busi pada kendaraan
mempengaruhi sistem-sistem yang lainnya sepeda motor tipe UG3?
dan engine tidak akan berfungsi dengan baik. 3. Berapa hasil performa engine ketika
Sistem pengapian konvensional menggunakan 1 busi dan 2 busi pada
(platina) yang dulu digunakan pada kendaraan sepeda motor tipe UG3?
kendaraan roda dua kini sudah ditinggalkan
dan digantikan dengan sistem pengapian Tujuan
Capasitor Discharge Ignition (CDI) berbasis 1. Mengetahui daya yang dihasilkan dari
digital yang memiliki karakteristik yang alternator ke CDI pada kendaraan
lebih baik jika dibandingkan dengan sistem sepeda motor tipe UG3.
pengapian konvensional. Digital CDI adalah 2. Mengetahui tegangan yang dihasilkan
sistem pengapian yang dikendalikan oleh oleh kumparan sekunder koil dan arus
mikro komputer agar waktu pengapian yang yang mengalir menuju busi pada
dihasilkan presisi sampai RPM tinggi. kendaraan sepeda motor tipe UG3.
Sistem pengapian digital CDI ini terus 3. Mengetahui hasil performa engine
dikembangkan oleh pabrikan-pabrikan ketika menggunakan 1 busi dan 2 busi
sepeda motor, salah satunya oleh pabrikan pada kendaraan sepeda motor tipe UG3.
motor Bajaj asal India yang menerapkan
sistem pengapian Digital Twin Spark Manfaat
Ignition (DTS-I) yang artinya penerapan dua
Penulisan tugas akhir ini diharapkan
busi pada satu silinder untuk mendapatkan
memberikan manfaat secara teoritis maupun
pembakaran dan performa yang lebih baik.
praktis bagi penulis dan pembaca, yaitu:
Berdasarkan apa yang telah 1. Manfaat Teoritis
dikemukakan di atas berkaitan dengan Laporan ini diharapkan bisa
penerapan sistem pengapian DTS-I yang memberikan informasi mengenai bagaimana
hanya digunakan oleh pabrikan sepeda motor cara kerja dan nama-nama komponen dari
asal india yaitu Bajaj Motor khusunya Pulsar sistem pengapian DTS-I di sepeda motor tipe
180 DTS-I UG3. Sistem pengapian DTS-i ini UG3.
sangat menarik untuk dibahas dan dipelajari 2. Manfaat Praktis
lebih mendalam. Berdasarkan permasalahan Mahasiswa dapat memberikan data-data
yang telah dijelaskan maka penulis hasil perhitungan mengenai daya yang
mengambil judul “Analisis Sistem dihasilkan dari alternator ke CDI, tegangan
Pengapian Tipe Ug3 Pada Rancang Bangun yang dihasilkan oleh kumparan sekunder
Simulator Sepeda Motor”. koil, arus yang mengalir menuju busi serta
hasil performa engine ketika menggunakan 1
Rumusan Masalah busi dan 2 busi pada sepeda motor tipe UG3.
Berdasarkan latar belakang yang telah
2. KAJIAN PUSTAKA
dijelasakan diatas, maka penulis
Pengertian Sistem Pengapian
merumuskan masalah sebagai berikut:
2
Sistem pengapian adalah salah sistem Sumber tegangan diperoleh dari
utama pada sepeda motor yang tegangan baterai (yang disuplai oleh sistem
mempengaruhi kerja dan performa engine. pengisian), sehingga arus yang digunakan
Sistem pengapian berperan untuk merupakan arus searah (DC).
menyediakan percikan bunga api pada busi
guna membakar campuran udara dan bahan Sistem Pengapian DTS-I (Digital Twin
bakar di dalam ruang bakar engine pada akhir Spark Ignition) Tipe UG3 tahun 2008
langkah kompresi. Sistem pengapian Pabrikan sepeda motor saat ini
mempunyai peranan yang sangat penting berlomba-lomba dalam menciptakan
dalam pembangkitan tenaga beupa daya dan terobosan baru dalam meningkatkan daya
torsi yang dihasilkan oleh engine, apabila motor pada produk mereka. Seperti halnya
sistem pengapian tidak bekerja dengan baik, yang dilakukan oleh pabrikan motor Bajaj
maka kelancaran proses pembakaran asal India yang menerapkan sistem
campuran bahan bakar dan udara di dalam pengapian DTS-i (Digital Twin Spark
ruang bakar akan terganggu sehingga tenaga Ignition). Digital Twin Spark Ignition adalah
yang dihasilkan oleh engine berkurang. teknologi sistem yang hanya dimiliki oleh
Sistem pengapian elektonik Capacitor Bajaj pada motor kapasitas kecil untuk
Discharge Ignition (CDI) merupakan sistem meningkatkan performa engine terutama
pengapian elektronik yang sangat populer pada saat proses pembakaran. DTS-I yang
digunakan pada sepeda motor saat ini. artinya pemakaian dua busi dalam satu
Dibandingakan dengan sistem pengapian silinder. Penggunakan dua busi dan dua
konvensional, sistem pengapian CDI lebih ignition coil pada sistem DTS-I dapat
mudah dalam perawatan karena tidak meningkatkan kualitas pembakaran serta
memerlukan penyetelan seperti sistem efisiensi engine. Busi pertama adalah busi
pengapian yang menggunakan platina. utama sedangkan Busi kedua adalah
Sistem pengapian CDI juga lebih stabil pendukung yang penyalaannya diatur oleh
karena tidak ada loncatan bunga api yang Digital CDI. Performa engine lebih bagus
terjadi seperti pada breaker point (platina) dan efisien serta emisi gas buang yang relatif
yang ada pada sistem pengapian lebih baik dari pada hanya menggunakan
konvensional. Jama dkk. (2008, hlm. 209) satu busi (Bajaj Auto Indonesia, 2009).
menyebutkan bahwa “berdasarkan sumber
arusnya, sistem CDI dibedakan atas sistem
CDI-AC (arus bolak-balik) dan sistem CDI-
DC (arus searah).”
Imam mahir (2013, hlm. 51)
menyebutkan sistem pengapian elektronik
dibagi menjadi:
a. Sistem Pengapian Magnet Elektronik
Gambar 1. Unit CDI DTS-I
(AC-CDI)
Sumber tegangan didapat dari alternator,
Komponen Sistem Pengapian
sehingga arus yang digunakan
merupakan arus bolak-balik (AC). Kunci kontak
b. Sistem Pengapian Baterai Elektronik Ignition Switch (kunci kontak) berfungsi
(DC-CDI) sebagai saklar yaitu untuk menghubungkan

3
dan memutuskan hubungan rangkaian Pick Up Coil
pengapian dan rangkaian kelistrikan lainnya Pick up coil merupakan bagian dari
pada sepeda motor. Kunci kontak untuk sistem pengapian yang berfungsi sebagai
pengapian AC berfungsi sebagai pengendali pembangkit pulsa saat terjadinya pengapian.
masa. Pick up coil terdiri dari kawat email yang
dililitkan pada magnet permanen, sehingga
saat ujung magnet berdekatan dengan
trigger, pick up coil membangkitkan energi
listrik yang akan dikirimkan ke unit CDI
sebagai tanda pengapian.

Gambar 2. Kunci kontak

Alternator
Sistem kelistrikan sepeda motor seperti
sistem starter (penghidup mula), sistem
pengapian, sistem penerangan dan peralatan
Gambar 4. Pick up coil
instrumen kelistrikan lainnya membutuhkan
sumber listrik supaya sistem-sistem tersebut
Capacitor Discharge Ignition (CDI)
bisa berfungsi. Energi listrik yang dapat
Capacitor Discharge Ignition
disuplai oleh baterai sebagai sumber listrik
merupakan sistem pengapian yang lebih
(bagi sepeda motor yang dilengkapi baterai)
menguntungkan dan lebih baik dibanding
jumlahnya terbatas.
sistem pengapian konvensional yang
Sumber listrik dalam baterai akan habis
menggunakan platina. Sistem CDI,
jika terus menerus dipakai untuk
menghasilkan tegangan pengapian yang
menjalankan atau mensuplai sistem
lebih besar (sekitar 40 KV) dan stabil
kelistrikan pada sepeda motor tersebut.
sehingga proses pembakaran makin
Masalah tersebut dapat diatasi dengan
sempurna. Endapan karbon pada busi bisa
melengkapi atau memasang charging system
dihindari (Jama dkk. 2008, hlm. 208).
(sistem pengisian) pada sepeda motor.

Koil pengapian
“Ignition coil (koil pengapian) berfungsi
merubah sumber tegangan rendah dari
baterai atau koil sumber (12 V) menjadi
sumber tegangan tinggi (10 KV atau Lebih)
yang diperlukan untuk menghasilkan
loncatan bunga api yang kuat pada celah busi
Gambar 3. Prinsip terjadinya induksi listrik dalam sistem pengapian” (Suranto, 2017,
hlm. 15).

4
Ignition Coil pada sepeda motor
berfungsi untuk menaikan tegangan yang 3. METODE PENELITIAN
diterima sumber tegangan (alternator)
Tahapan Pengambilan Data
menjadi tegangan tinggi yang diperlukan
untuk pengapian. Dalam koil pengapian Proses pengambilan data dilakukan
terdapat kumparan primer dan kumparan dalam beberapa tahapan agar data yang
sekunder yang dililitkan pada tumpukan- diperlukan terpenuhi, maka dalam proses
tumpukan plat besi tipis. Diameter kawat tersebut harus dilakukan tahap demi tahap,
pada kumparan primer 0,6 – 0,9 mm, dengan untuk lebih jelas alur tahapan pengambilan
jumlah lilitan 200 – 400 kali, sedangkan data dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
diameter kawat pada kumparan sekunder
0,05 – 0,08 mm dengan jumlah lilitan
sebanyak 2000 – 15.000 kali.

Gambar 6. Alur tahapan pengambilan data

Persiapan
Gambar 5. Kontruksi Koil Mempersiapkan peralatan dan bahan
yang akan digunakan guna memperbaiki
Busi komponen-komponen sepeda motor
Busi pada sistem pengapian berfungsi (khususnya engine) yang mengalami
untuk menghasilkan loncatan bunga api guna kerusakan. Namun sebelum masuk ketahap
membakar campuran bahan bakar dan udara pembelian, ada beberapa tahap yang harus
di ruang bakar. Loncatan bunga api busi diperhatikan, diantaranya:
harus dapat membakar campuran dengan 1. Kesehatan dan Keselamatan Kerja
sempurna pada saat engine masih dingin Kesehatan dan keselamatan kerja (K3)
ataupun sudah panas. Menurut Muslimin dalam suatu pekerjaan di workshop
(2013) busi pada sistem pengapian harus merupakan hal yang sangat penting.
memiliki syarat-syarat sebagai berikut: Standar K3 dalam proses pembuatan
1) Harus dapat merubah tegangan tinggi simulator praktik sepeda motor ini disusun
menjadi loncatan bunga api pada dengan melihat kondisi workshop, jenis
elektrodanya dan bunga api ini meloncat pekerjaan dan alat-alat yang digunakan.
pada celah antara elektoda positif dan Adapun standar K3 dalam pembuatan ini
negatif. adalah:
2) Harus tahan terhadap suhu pembakaran a. Membersihkan tempat praktik setelah
pada ruang bakar yang tinggi. melakukan praktik.
3) Harus tetap bersih dan tidak terjadi b. Apabila kondisi badan tidak fit
deposit. sebaiknya meminta ijin kepada ketua

5
kelompok TA agar diberi pekerjaan untuk mendapatkan data yang akan
yang ringan. dianalisis untuk dipergunakan pada bab
c. Memakai baju praktik. selanjutnya.
d. Menggunakan sepatu kerja bengkel Alat dan bahan pembersihan komponen yang
(safety shoes). perlu dipersiapkan, diantaranya:
e. Rambut pendek tidak melebihi alis mata Alat:
dan telinga (gondrong). 1. Sikat baja
f. Menggunakan masker hidung ketika 2. Kuas
mengecat. 3. Nampan
g. Tidak menyimpan peralatan tajam di 4. Kp
saku baju praktik. Bahan:
h. Menyiapkan kotak obat apabila terjadi 1. Bensin
suatu kecelakaan kerja. 2. Detergent
i. Apabila kita tidak bisa menggunakan
alat kerja sebaiknya bertanya kepada Proses Pengukuran
orang yang lebih kompeten. Pada proses pengukuran, fokus utama
yang diukur dalam penelitian yang penulis
Proses Pembongkaran lakukan adalah terhadap pemeriksaan
kumparan tahanan pembangkit pulser,
Sesuai diagnosa di awal pembahasan,
pemeriksaan tahanan kabel busi ,
bahwa engine sepeda motor tipe UG 3
pemeriksaan tahanan primer dan sekunder
tahun 2008 ini mengalami beberapa
ignition coil.
permasalahan yang harus diselesaikan,
Alat ukur yang digunakan sebagai berikut:
seperti engine ngolotrok (suara engine
kasar), celah klep yang terlalu renggang dan 1. Avometer
respon gas telat. Maka untuk menyelesaikan Pada pengukuran sistem pengapian, langkah
permasalahan-permasalahan tersebut, harus dalam mengukur, sebagai berikut:
dilakukan pembongkaran terlebih dahulu
1. Melakukan kalibrasi pada avometer.
pada bagian bodi dan kelistrikan . Dalam
2. Melakukan pengukuran tahanan
proses pembongkaran engine, ada beberapa
pembangkit pulser.
tahapan yang harus dilakukan, yaitu:
3. Melakukan pemeriksaan tahanan kabel
1. Melepas komponen bodi dan system
busi.
kelistrikan pada kendaraan.
4. Melakukan pemeriksaan tahanan primer
2. Melepas karburator.
dan sekunder ignition coil.
3. Melepas engine dari rangka
4. Melepas cylinder head (kepala
Proses Pengujian dengan Menggunakan
silinder).
Dyno Test
5. Melepas noken as
6. Melepas rumah kopling. Setelah proses perakitan telah selesai,
maka langkah selanjutnya dilakukan dyno
test untuk mengetahui performa engine.
Proses Pembersihan
Diantaranya sebagai berikut:
Setelah proses pembongkaran selesai,
langkah selanjutnya adalah melakukan
pembersihan komponen dan pengukuran

6
Perhitungan Daya input CDI
Daya input CDI merupakan daya yang
dihasilkan oleh alternator untuk sistem
pengapian. Daya input CDI dapar dihitung
dengan rumus:

Pa = Va . Ia (Kanginan, M, 2002, hlm.342)


Pa = 13,5 . 0.16
Gambar 7. Proses pemasangan safety belt Pa = 2.16 Watt
dyno test Keterangan:
Pa = Daya (Watt atau W)
Va = Tegangan (Volt atau V)
Ia = Arus (Ampere atau A)

Energy yang Dihasilkan CDI


E = P . T (https://469racing.wordpress.com)
T = 1/f
Keterangan:
E = Energi output CDI (J)
Gambar 8. Proses dyno test
P = Daya output CDI (efesiensi daya
output diasumsikan 100% sehingga
4. HASIL DAN PEMBAHASAN sama
dengan daya input CDI)
Analisis Perhitungan Sistem Pengapian T = waktu maksimum untuk mengisi
Sistem pengapian tipe UG3 tahun 2008 kapasitor
menggunakan teknologi DTSI. Teknologi ini f = putaran maksimum motor (Hz)
memungkinkan penggunaan dua buah busi Satuan yang digunakan untuk
untuk satu silinder dan menggunakan satu menghitung waktu maksimum adalah Hz,
buah ignition coil untuk masing-masing maka dari rpm (revolutions per minute)
busi. Ignition coil pada sistem pengapian ini dikonversi menjadi Hz.
menggunakan tipe standar. Data yang 1 Hz = 1 revolution per second
diperoleh dari pengukuran sistem pengapian 1 Hz = 60 revolutions per minute
ini adalah sebagai berikut: 6000 rpm = 100 Hz
T = 1/f
Tabel 1
= 1/ 100
Hasil Pengukuran Sistem Pengapiam
Tipe UG3 Tahun 2008 = 0,01
Energi yang dihasilkan CDI adalah
E = P.T
E = 2,16 . 0.01
E = 0.0216 mJ
Kenyataannya tidak ada sistem yang
memiliki efesiensi 100%. Prakteknya
efesiensi untuk pembangkingtan tegangan
tinggi CDI berkisar di 80-85%, sehingga jika

7
diasumsikanefesiensinya sebesar 85%, Keterangan:
maka: Is = Arus yang mengalir kebusi (Ampere)
E = 0,0216 .0,85 Vs = Tegangan sekunder koil (Volt)
E = 0,018 mJ Rs = Tahanan sekunder koil (Ohm)
Vs
Tegangan Ignition coil Is =
Rs
Besarnya tegangan yang dihasilkan oleh 9420
Is =
kumparan sekunder dapat dicari dengan 6500
rumus sebagai berikut: Is = 1,4 A
E2 N2 Arus yang mengalir dari ignition coil ke
= (Marapung, 1979, hlm. 184)
E1 N1 busi dengan tegangan sekunder 9420 volt
dan tahanan sekunder koil sebesar 6500 Ω
Keterangan:
adalah 1,4 A. Karena sistem pengapian tipe
E2 = Tegangan Sekunder (Volt)
UG 3 ini mempergunakan 2 busi dan 2
E1 = Tegangan Primer(Volt)
ignition coil maka arus yang mengalir
N2 = Jumlah lilitan Sekunder
sebagai berikut 2 x 1,4 A = 2,8 A, namun
N1 = Jumlah lilitan Primer
pada satu busi yang terletak bagian kiri
Es Ns engine hanya bekerja dibawah RPM 6000.
= (Marapung, 1979, hlm. 184)
Ep Np
Hasil Analisis Daya dan Torsi
Keterangan:
Analisis torsi pada percobaan ini didapat
Es = Tegangan Sekunder (Volt)
Ep = Tegangan Primer(Volt) dengan menggunakan data yang diperoleh
Np = Jumlah lilitan primer (200-400 lilitan) dari pengujian dynotest. Data dynotest
diambil 300 lilitan. ditampilkan dalam bentuk grafik sebagai
Ns = Jumlah lilitan sekunder (2000-15000
lilitan) diambil 15000 lilitan. hasil dari dynotest. Pembuatan grafik hasil
Es Ns dynotest menunjukan hubungan antara rotasi
=
Ep Np dan daya.
Es 15000
=
188,4 300
15000.188,4
Es =
300
Es = 9420 volt
= 9,42 KV

Besarnya tegangan induksi yang dihasilkan


oleh ignition coil dengan jumlah 300 lilitan
pada kumparan primer dan 15000 lilitan pada
kumparan sekunder adalah 9,42 KV.

Perhitungan Arus yang Mengalir ke Busi


Arus yang mengalir ke busi dapat
dihitung menggunakan rumus:
Vs Gambar 9. Grafik hubungan daya dan torsi
Is = (Tipler, 1996, hlm. 142)
Rs terhadap RPM
8
Berdasarkan tabel 3 mengenai pengujian
Tabel 2 torsi, busi utama didapatkan torsi tertinggi
Pengujian Daya yang mencapai 12,9 Nm dihasilkan pada
putaran 5576 RPM dan torsi terendah
mencapai 3,8 Nm dihasilkan pada putaran
10000 RPM. Pada busi utama ditambah busi
pendukung didapatkan torsi tertinggi yang
mencapai 13,2 Nm dihasilkan pada putaran
5632 RPM dan torsi terendah mencapai 4
Nm dihasilkan pada putaran 10000 RPM.
Berdasarkan tabel 3, maka didapatkan hasil
bahwa torsi tertinggi dihasilkan pada busi
utama ditambah busi pendukung yang
mencapai 13,2 Nm pada RPM 5632.

5. SIMPULAN DAN IMPLIKASI


Berdasarkan tabel 2 mengenai pengujian
daya, busi utama didapatkan daya tertinggi Simpulan
yang mencapai 13,3 HP dihasilkan pada Berdasarkan pada hasil perhitungan
putaran 8368 RPM dan daya terendah yang dilakukan menggunakan data-data hasil
mencapai 4 HP dihasilkan pada putaran pengukuran sistem pengapian tipe UG3
10000 RPM. Pada busi utama ditambah busi tahun 2008, dapat ditarik kesimpulan:
pendukung didapatkan daya tertinggi yang 1. Daya input untuk CDI yang didapat dari
mencapai 13,6 HP dihasilkan pada putaran sumber listrik atau alternator yang
8101 RPM dan daya terendah mencapai 5 HP dihasilkan dari tegangan yang masuk ke
dihasilkan pada putaran 10000 RPM. dalam CDI sebesar 13,5 volt dan arus
Berdasarkan tabel 2, maka didapatkan hasil yang mengalir ke CDI sebesar 0,16 A
bahwa daya tertinggi dihasilkan pada busi adalah sebesar 2,16 Watt. Minimum
utama ditambah busi pendukung yang ignition energy yang dihasilkan CDI
mencapai 13,6 HP pada RPM 8101. adalah sebesar 0,0216 mJ, nilai tersebut
memenuhi syarat standar minimum
Tabel 3 ignition energy untuk motor satu silinder
Pengujian Torsi yaitu sebesar 0,02 mJ.
2. Besarnya tegangan induksi yang
dibangkitkan pada kumparan sekunder
dengan jumlah lilitan primer 300 lilitan,
jumlah lilitan sekunder 15000 lilitan dan
tegangan kumpara primer 188,4 volt
adalah sebesar 9420 volt atau 9,42 Kilo
Volt. Arus yang mengalir ke busi
sebesar 1,4 ampere. Karena sistem DTSI
menggunakan dua busi dan dua ignition
koil, maka arus akan mengalir pada
kedua busi 2 x 1.4 yaitu 2.8 Ampere.

9
3. Performa engine mengalami
peningkatan baik dari segi peningkatan
daya dan torsi. Torsi tertinggi dihasilkan
pada busi utama ditambah busi
pendukung yang mencapai 13,2 Nm
pada RPM 5632. Daya tertinggi
dihasilkan pada busi utama ditambah
busi pendukung yang mencapai 13,6 HP
pada RPM 8101.

Implikasi
Setelah melakukan analisis sistem
pengapian pada sepeda motor Pulsar 180
DTSI UG3 tahun 2008, penulis memberikan
beberapa implikasi dan rekomendasi
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi peneliti sistem pengapian
selanjutnya, agar memperhatikan selalu
spesifikasi dari repair manual
kendaraan yang akan diteliti, agar hasil
perhitungan bisa akurat.
2. Pelu dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk pengembangan dan inovasi sistem
pengapian CDI.
3. Bagi mahasiswa pendidikan teknik
mesin khususnya konsentrasi otomotif,
diharapkan terus melakukan berbagai
penelitian, pengembangan dan inovasi
guna menambah wawasan khususnya
dalam bidang sistem pengapian sepeda
motor yang terus berkembang

10
Daftar Pustaka Marapung, M. (1979). Teknik Tenaga Listrik.
Aceng (2016). Rancang Bangun Simulator Bandung: Arimco
Sistem Pengapian. Bandung. Mochtar Asroni. (2008) Pengaruh Kuat Arus
Universitas Pendidikan Indonesia Pengapian Pada Motor Terhadap
Adnyna, I Wayan Bandem. (2009). Upaya Konsumsi Bahan Bakar. Malang.
Peningkatan Unjuk Kerja Mesin Jurusan Teknik Mesin, Institut
Dengan Menggunakan Sistem Teknologi Nasional Malang
Pengapian Elektronis Pada Nugraha, B.S. (2005). Modul Sistem
Kendaraan Bermotor. Bali: Jurusan Pengapian. Yogyakarta: Universitas Negeri
Teknik Mesin, Universitas Udayana Yogyakarta
Bajaj. (2008). Pulsar DTS-I UG-III 180cc Pratama, Rizki Yoga Nur. (2008). Pengaruh
Training Notes Jakarta: Bajaj Dealer Penggunaan Bahan Bakar
Development Center Pertamax dan Waktu Pengapian
Jama, Jalius. (2008). Teknik Speda Motor (Ignition Timing) Terhadap
Jilid 2 untuk SMK. Jakarta: Direktorat Performa Mesin dan Emisi Gas
Pembina Sekolah Menengah kejuruan Buang Sepeda Motor Supra X 125
Joko Saraswo, Aris. (2010). Belajar Sistem Tahun 2008. Surabaya: Jurusan
Pengapian pada Mesin EFI. Solo: Teknik Mesin, Universitas Negeri
Raswo Publisher Surabaya
Joko Agung Setiyo Oetomo, dkk. (2014). Putra Wawan Trisnadi, dkk. (2016).
Analisis Penggunaan Koil Racing Pengaruh Jenis Busi Terhadap
Terhadap Daya Pada Sepeda Konsumsi Bahan Bakar dan Emisi
Motor. Malang: Jurusan Teknik Gas Buang pada Sepeda Motor
Mesin, Universitas Negeri Malang Honda Revo Fit 110 cc. Ponorogo.
Kanginan, M. (2002). Fisika1A. Jakarta: Universitas Muhammadiyah
Erlangga Ponorogo
Sutiman. (2004). Listrik dan Elektronika
Kanginan, M. (2006). Fisika1A. Jakarta: Dasar. Yogyakarta: Universitas Negeri
Erlangga Yogyakarta
Mahir Imam (2013). Pengaruh Sistem Tipler. (1996). Fisika untuk Sains dan
Pengapian CDI Dengan Sumber Arus Teknik. Jakarta: Erlangga
Yang Berbeda Terhadap Kandungan Wikipedia. (2019). Listrik. [online]
CO Gas Buang Sepeda Motor 110 cc. https://id.wikipedia.org/wiki/listrik. Diakses
Oktober: Universitas Negeri Jakarta tanggal( 28 juni 2019)
11
Anonim. (2009). Mengenal CDI lebih dekat.
[Online]
https://469racing.wordpress.com/2
009/11/06/mengenal-cdi-lebih-
dekat/. Diakses tanggal (27 Juni
2019)

12

Anda mungkin juga menyukai