Khutbah Idul Adha 1429 H
Khutbah Idul Adha 1429 H
Pada hari yang mulia ini, 10 Dzulhijah 1429 H seluruh umat Islam di seantero
dunia memperingati hari raya Idul Adha atau hari raya qurban. Sehari
sebelumnya, 9 Dzulhijah 1429 H, jutaan umat Islam yang menunaikan ibadah
haji wukuf di Arafah, berkumpul di Arafah dengan memakai ihram putih sebagai
lambang kesetaraan derajat manusia di sisi Allah, tidak ada keistimewaan antar
satu bangsa dengan bangsa yang lainnya kecuali takwa kepada Allah.
Peringatan hari raya ini tak bisa dilepaskan dari peristiwa bersejarah ribuan
tahun silam ketika Nabi Ibrahim as, dengan penuh ketaqwaan, memenuhi
perintah Allah untuk menyembelih anak yang dicintai dan disayanginya, Nabi
Ismail as. Atas kekuasaan Allah, secara tiba-tiba yang justru disembelih oleh
Nabi Ibrahim as telah berganti menjadi seekor kibas (sejenis domba). Peristiwa
itulah yang kemudian menjadi simbol bagi umat Islam sebagai wujud ketaqwaan
1
seorang manusia mentaati perintah Allah swt. Ketaqwaan Nabi Ibrahim kepada
Allah swt diwujudkan dengan sikap dan pengorbanan secara totalitas,
menyerahkan sepenuhnya kepada sang Pencipta dari apa yang ia percaya
sebagai sebuah keyakinan.
Betapa beratnya ujian dan cobaan yang dialami oleh Nabi Ibrahim AS. Beliau
harus menyembelih anak semata wayang, anak yang sangat disayang. Namun
dengan asas iman, tulus ikhlas, taat dan patuh akan perintah Allah swt Nabi
Ibrahim AS akhirnya mengambil keputusan untuk menyembelih putra
tercintanya Ismail, beliau memanggil putranya dengan pangilan yang diabadikan
dalam Al Quran Surat Ash Shaafaat (37) ayat 102,
“ Maka tatkala anak itu sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama
Ibrahim , Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi
bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirlah apa pendapatmu?” “ Ia menjawab:”
Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar “
2
Ismail sebagai anak shaleh, senantiasa patuh kepada orang tua, tidak pernah
membantah perintah orang tua, setia membantu orang tua di antaranya
membangun Ka’bah Baitullah di Makkah.
Kata kurban dalam bahasa arab berarti mendekatkan diri. Dalam fiqh Islam
dikenal dengan istilah udh-hiyah, sebagian ulama mengistilahkannya an-nahr
sebagaimana yang dimaksud dalam QS Al-Kautsar (108): 2,
3
“ Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah “
Tak hanya itu, umat Islam di Mekkah ketika itu juga diboikot untuk tidak
mengadakan transaksi dagang. Akibatnya, bagaimana lapar dan menderitanya
keluarga Rasulullah SAW. saat-saat diboikot oleh musyrikin Quraisy, hingga
beliau sekeluarga terpaksa memakan kulit kayu, daun-daun kering bahkan kulit-
kulit sepatu bekas.
Sejarah nabi Yusuf as yang disiksa dan dibuang ke sebuah sumur tua oleh para
saudaranya sendiri adalah bagian dari pengorbanan beliau menegakkan
kebenaran. Sejarah nabi Musa as yang mengalami tekanan, tidak hanya dari
Fir’aun, tetapi juga kaumnya, adalah juga wujud dari pengorbanan beliau.
4
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu’aib yang menyombongkan diri berkata:
”Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang
beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami”.
Berkata Syu’aib: ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami), kendatipun kami
tidak menyukainya?” (QS AL-A’raf ayat 88)
(12) Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah
menunjukkan jalan kepada kami, dan kami sungguh-sungguh akan bersabar
terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya
kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri”.
5
Allahu Akbar, Allahu Akbar Walilaahilhamd
Bapak-bapak, ibu-ibu serta hadirin jama’ah shalat Idul Adha
Rahimakumullah,
Dalam konteks keseharian kita, pengorbanan juga bisa dilihat dari pengorbanan
seorang pemimpin yang berusaha untuk mensejahterakan rakyatnya,
pengorbanan seorang isteri terhadap suami dan anak-anaknya, serta sebaliknya,
anak terhadap kedua orang tuanya.
”Dan mereka berkata: "Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya
kami akan diusir dari negeri kami." Dan apakah Kami tidak meneguhkan
kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang
didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh- tumbuhan)
untuk menjadi rezki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak
mengetahui. (QS 28 ayat 57)
6
disayangi demi menegakkan perintah Allah. Dan adakah mereka juga sanggup
memikul amanah sebagai khalifah Allah di muka bumi?
Peristiwa berkorban Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail merupakan satu noktah
kejadian yang dapat direnungi oleh semua manusia dari semua level usia dan
latar belakang tingkat pendidikan. Dengan kata lain, semangat berkorban adalah
tuntutan paling besar yang ada dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun,
agama bangsa dan negara.