Anda di halaman 1dari 5

Sabar

Nama : M. Davin Ihza Chairofiq

No. Absen : 11

Kelas : 7A

Pada suatu pagi, Dodit dibangunkan Ibunya untuk siap-siap berangkat sekolah.
Sebenarnya Dodit masih sangat mengantuk, namun dia harus berangkat sekolah
karena dia nanti ditugaskan untuk menjadi pemimpin ikrar saat ikrar dilaksanakan
nanti di sekolah. Setelah siap-siap untuk berangkat sekolah, Dodit pun menyantap
sarapannya sedangkan Ibu sedang menyiapkan bekal untuknya. Setelah memakan
sarapannya, ternyata mobil jemputan Dodit telah datang. Dodit segera berpamitan
kepada Ibu dan segera naik ke mobil jemputannya. Setelah sampai di sekolah, Dodit
segera menuju ke kelas dan bersiap-siap. Saat menuju ke lapangan, Dodit
berpapasan dengan Radit dan Indro.

“ Nanti kalau sampai gerakanmu salah, aku dan Indro akan menertawaimu dengan
sangat kencang. “ kata Radit.

“ Aku adalah orang yang paling kencang suaranya saat kau salah gerakan nanti. “
kata Indro.

“ Aku akan berusaha untuk tidak sampai salah gerakan nanti. “ saut Dodit dengan
sangat semangat.

Setelah lama menunggu, ikrar pun dimulai. Melody ditugaskan menjadi MC, Ronaldi
ditugaskan sebagai yang mengucapkan doa, dan Dodit menjadi pemimpin ikrar.
Melody telah melaksanakan tugasnya menjadi MC, dan Dodit pun mengambil langkah
pertamanya untuk berjalan menuju ke tengah lapangan. Langkah pertamanya sudah
betul, namun langkah kedua dan seterusnya dilakukannya dengan salah.

“ Hahahahaha, gitu aja kok tidak bisa “ kata Radit.

“ Hahahaha lucu sekali gerakannya “ kata Indro.

Dodit hanya diam dan meneruskan tugasnya. Setelah sampai di tengah lapangan,
dia pun menyiapkan semua peserta ikrar. Lalu Ronaldi mengucapkan isi ikrar dengan
baik. Lalu Dodit balik kanan dan berteriak dengan sangat kencang.

“ Semuanya, hadap kiri grak ! “ kata Dodit dengan sangat kencang.

“ Hahahahahaha dia salah lagi. “ kata Radit.

“ Aduhh kenapa bisa salah lagi. “ kata Dodit di dalam hati sambil ditertawai seluruh
peserta ikrar.
Setelah itu, kepala sekolah SMP nya yang bernama Pak Narto pun menasehati
seluruh peserta ikrar agar tidak menertawai petugas ikrar yang salah gerakan. Disaat
seluruh peserta ikrar mendengarkan nasihat pak Narto, Radit dan Indro malah ngobrol
dan mengabaikan apa yang disampaikan pak Narto. Guru-guru yang melihat mereka
pun mengucap istighfar dalam hati. Setelah pak Narto selesai menasehati, Dodit
segera membubarkan barisan dan segera menuju ke kelas untuk melanjutkan
kegiatan belajarnya. Pelajaran pertama di kelas Dodit pada hari itu adalah
matematika, sebenarnya Dodit sangat malas dengan pelajaran ini, karena dia
mengalami kesulitan dalam menghitung bilangan-bilangan. Nilai Dodit pun selalu jelek.

Tiba-tiba guru matematika Dodit yang bernama Bu Haku mengumumkan bahwa hari
ini ada ulangan mendadak. Dodit sangat kaget karena dia semalam belum belajar.
Dodit segera membuka buku matematikanya dan mulai menghafal rumus-rumus.
Akan tetapi, Radit dan Indro terus mengganggu Dodit terus agar Dodit tidak bisa
melebihi nilai mereka. Ronaldi membela Dodit yang tidak bersalah sedangkan Dodit
hanya bisa diam. Setelah dibela Ronaldi, akhirnya Radit dan Indro berhenti
mengganggu Dodit dan Dodit bisa belajar sejenak. Setelah sudah agak lama belajar,
ulangan pun dimulai. Namun, Dodit tidak bisa mengingat apapun yang ia pelajari tadi.
Akhirnya Dodit mendapat nilai yang paling jelek di kelasnya.

“ Masa ulangan yang gampang gitu aja gabisa. Lihat nih nilaiku bagus “ kata Radit
dengan sombongnya.

“ Lihat nih nilaiku juga bagus, nggak kayak nilaimu hahaha “ ejek Indro.

Dodit hanya bisa diam tidak bisa berkata apapun.

Setelah pelajaran matematika, ada istirahat sebentar. Dodit memakan bekal yang
sudah diberi ibu. Radit dan Indro yang melihat Dodit makan dengan lahap, malah
meminta bekal Dodit sampai habis tak tersisa. Ronaldi yang melihat bekal Dodit habis
pun membagi setengah bekalnya untuk Dodit. Dodit belum kenyang. Dia membeli
makanan di kantin, tetapi Radit dan Indro mengikutinya dari belakang. Dodit membeli
sebungkus nasi goreng. Dodit ingin memakannya di kelas, namun Radit dan Indro
meminta lagi makanan Dodit.

“ Hei ! apa yang kamu bawa itu ? “ tanya Radit

“ Ini nasi goreng, aku belum kenyang. Aku ingin memakannya di kelas “ jawab Dodit

“ Tidak ! Nasi goreng itu untukku dan Indro, aku masih belum kenyang memakan
bekalmu tadi “ jawab Radit sambil mengancam Dodit.

Akhirnya Dodit memberi nasi gorengnya kepada Radit dan Indro.

Bel masuk kelas sudah berbunyi. Dodit segera masuk ke kelas sambil perut yang
masih keroncongan. Saat pelajaran berlangsung, perut Dodit terus berbuyi tanpa
henti. Dodit pun merasa pusing dan mual-mual karena dia hanya memakan sarapan
dan setengah dari bekal Ronaldi tadi. Dodit meminta ijin ke gurunya dan segera pergi
ke UKS. Orang tua Dodit pun datang ke sekolah untuk menjemput Dodit.

“ Kamu kenapa nak ? “ tanya orang tua Dodit.

“ Aku merasa pusing dan mual-mual bu. “ jawab Dodit dengan tubuhnya yang lemas

“ Apa bekal yang ibu beri tadi kurang ? “ tanya ibu lagi.

“ Tadi aku menumpahkannya bu. “ alasan Dodit padahal bekalnya sudah dimakan
Radit dan Indro.

“ Ya sudah, ibu antar ke dokter ya.” Kata ibu.

“ Iya bu. “ jawab Dodit

Dodit segera berkemas-kemas dan pergi ke dokter.

Setelah diperiksa dokter,

“ Ini hanya penyakit ringan. Hanya perlu istirahat dan makan yang rutin. “ kata dokter.

“ Syukurlah hanya penyakit ringan, alhamdulilah Ya Allah. “ kata ibu.

Dodit bersama orang tuanya segera pulang ke rumah. Sesampai di rumah Dodit
langsung makan dengan sangat lahap. Setelah itu, Dodit langsung minum obat dan
tidur dengan pulas.

Sampai esok pagi, penyakit Dodit sudah mendingan tapi Dodit belum kuat untuk
berangkat sekolah. Wali kelas Dodit pun menjenguk Dodit di rumahnya.

“ Kamu kok bisa sakit ? “ tanya guru Dodit.

“ Sebenarnya, bekal saya waktu di sekolah kemarin dimakan Radit dan Indro, dan
saya hanya memakan bekal yang diberi oleh Ronaldi saja bu. “ jawab Dodit.

“ Ooo ternyata penyebabnya Radit dan Indro ya, biar saya hukum mereka besok. “
kata guru Dodit.

Keesokan harinya Dodit sudah berangkat sekolah. Waktu istirahat, Radit dan Indro
dihukum oleh bu guru, hukumannya yaitu hafalan surat Al-Baqarah. Selama sesudah
istirahat sampai pelajaran hampir berakhir Radit dan Indro tidak terlihat. Mereka
seharian hafalan di ruang guru. Di kelas sangat tentram dan damai tanpa ada mereka
berdua.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Semua murid segera pulang ke rumahnya
masing-masing. Radit dan Indro juga sudah melaksanakan hafalan, namun mereka
tidak segera pulang, mereka malah mencari Dodit dengan wajah yang marah. Setelah
bertemu dengan Dodit, mereka tanpa basa-basi langsung memukuli Dodit sampai
babak belur. Ronaldi yang melihat Dodit sedang dipukuli langsung melerai mereka.
Radit dan Indro yang merasa puas sudah memukuli Dodit pun segera meninggalkan
mereka berdua. Badan Dodit biru-biru karena dipukuli. Dodit langsung diantar ke UKS.
Guru Dodit yang mendengar kabar itu pun langsung kaget dan segera menuju ke
UKS.

“ Ya Allah, kenapa badanmu bisa babak belur begini nak ? “ tanya guru Dodit

“ Saya tidak mau cerita bu, saya takut dipukuli lagi. “ jawab Dodit yang masih
kesakitan.

“ Cerita saja nak, tidak apa-apa. Pasti ini ulah Radit dan Indro lagi ya ? “ tanya guru
Dodit lagi.

“ Iya bu, tapi tolong jangan bilang ke mereka kalau saya yang bilang kalau yang
memukuli saya itu Radit dan Indro itu saya ya bu.“ kata Dodit,

“ Iya nak, ibu tidak akan bilang.” Jawab guru Dodit.

Setelah mengantar Dodit pulang, bu guru langsung menelpon Pak Narto kalau Dodit
telah dipukuli oleh Radit dan Indro sampai tidak berdaya. Pak Narto yang mendengar
kabar itu pun langsung marah dan mengambil keputusan bahwa Radit dan Indro
dikeluarkan dari sekolah karena tindakan mereka sudah keterlalulan.

Keesokan harinya kelas sepi tidak ada Radit, Indro, dan Dodit. Teman-teman Dodit
bertanya-tanya mengapa mereka bertiga tidak masuk sekolah. Saat ikrar sedang
dimulai, Pak Narto mengumumkan bahwa Radit dan Indro tidak masuk sekolah karena
sudah dikeluarkan dari sekolah sebabnya mereka sudah memukuli Dodit sampai
babak belur. Seluruh peserta ikrar langsung kaget. Lalu tiba-tiba Radit, Indro, dan
orang tua mereka masing-masing dengan enaknya langsung masuk menuju ke
lapangan dan tidak terima kalau anak mereka dikeluarkan dari sekolah. Pak Ratno
pun menjelaskan bahwa Radit dan Indro telah memukuli Dodit sampai babak belur.
Orang tua Radit dan Indro pun mengerti dan segera pergi ke rumah Dodit untuk
meminta maaf.

Sesampai di rumah Dodit, Radit dan Indro mengetuk pintu depan rumah Dodit. Lalu
Dodit membuka pintu lalu Radit dan Indro langsung meminta maaf kepada Dodit atas
perbuatan mereka yang sudah keterlaluan itu.

“ Tolong maafkan kita berdua ya atas perbuatan kita berdua terhadap kamu. “ kata
Radit dan Indro.

“ Iya, aku bakalan maafin kalian asal kalian tidak mengulang perbuatan kalian lagi. “
kata Dodit.

“ Iya pasti aku dan Indro tidak akan mengulangnya lagi dan kita akan menjadi
sahabat yang baik. “ kata Radit

“ Iya betul, kita akan menjadi sahabat. “ kata Indro


“ Akhirnya kalian sadar juga atas kesalahan yang telah kalian perbuat. “ kata Dodit.

Keesokan harinya Radit dan Indro telah diterima kembali di sekolah dan luka-luka
Dodit juga sudah sembuh. Mulai saat ini mereka bertiga selalu berangkat sekolah
bersama, pulang sekolah bersama, dan berbuat baik kepada semua orang.

Anda mungkin juga menyukai