Anda di halaman 1dari 33

WALK THROUGH SURVEY

DI PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER (RAPP)


28 MARET 2019
KELOMPOK 3
KESELAMATAN KERJA

Kelompok III
dr. Al Trisularifni
dr. Dede Wahyu Perdana K.
dr. Halti Nurana Hutauruk
dr. Katerin Naulibasa
dr. Marisa Oktaviana Tamba
dr. Ninin Khoirunnisa. AS.
dr. Rahma Juwita
dr. Roy Tamensa Sembiring
dr. Tririn Rinanti
dr. Yuda Prawira

PELATIHAN HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA
PERIODE 25-29 MARET 2019
PEKANBARU
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Kemajuan teknologi saat ini telah mewujudkan era globalisasi yang
menghadirkan perubahan dan sekaligus tantangan yang perlu antisipasi sejak
dini. Era globalisasi juga berdampak pada perindustrian yang juga semakin
berkembang diseluruh dunia, dan menuntut berbagai perusahaan untuk selalu
pro-aktif dalam peningkatan produksinya yang berpengaruh pada penggunaan
mesin-mesin, peralatan produksi serta pemakaian bahan berbahaya yang
semakin meningkat guna menunjang kelancaran produksi. Dengan adanya
peningkatan produksi maka akan meningkat pula potensi bahaya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja.
Sebagai salah satu pelopor perusahaan yang bertanggung jawab, Grup
APRIL dan anak perusahaannya melaksanakan prinsip 5C yang dipercaya oleh
Bapak Sukanto Tanoto. Praktek bisnis harus membawa kebaikan bagi
Masyarakat (Community), Negara (Country), Iklim (Climate), Pelanggan
(Customer) dan pada akhirnya baik bagi Perusahaan (Company). Dengan
demikian, tanggung jawab sosial perusahaan diaplikasikan dalam operasional
dan manajemen Grup APRIL untuk memajukan lingkungan dan
mengembangkan masyarakat serta untuk memenuhi tanggung jawab sosial
korporasi.
Kecelakaan ditempat kerja merupakan penyebab utama penderita
perorangan dan penurunan produktivitas. Menurut ILO (2003), setiap hari rata-
rata 6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang
pertahun meninggal akibat sakit atau kecelakaan kerja.
Pengetahuan keselamatan kerja sangat dibutuhkan untuk mengatasi
masalah-masalah yang muncul akibat kerja untuk mencapai keamanan yang baik
dan realistis dalam memberikan rasa tentram dan kegairahan dalam bekerja pada
tenaga kerja, agar dapat mempertinggi mutu pekerjaan, meningkatkan produksi
dan produktivitas kerja.

1
II. DASAR HUKUM
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU Uap tahun 1930.
4. Peraturan Uap tahun 1930.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1980
tentang keselamatan dan kesehatan tenaga kerja pada konstruksi bangunan.
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 04/MEN/1980
tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per 01/MEN/1982
tentang bejana tekanan.
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 04/MEN/1985 tentang pesawat
tenaga dan produksi.
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 05/MEN/1985 tentang pesawat
angkat-angkut.
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per 02/MEN/1989 tentang pengawasan
instalasi penyalur petir.
11. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 186/MEN/1999 tentang
penanggulangan kebakaran di tempat kerja.
12. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kimia berbahaya.
13. Keputusan menteri tenaga kerja RI No. Kep 75/MEN/2002 tentang pemberlakuan
SNI No SNI 04-0225-2000 mengenai persyaratan umum instalasi listrik 2000
(PUIL 2000) di tempat kerja.
14. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan
nomor 113 ahun 2006 tentang pedoman dna pembinaan teknis petugas K3 ruang
terbatas
15. Surat keputusan direktur jenderal pembinaan dan pengawasan ketenagakerjaan
nomor 45/DJPPK/IX/2008 tentang pedoman keselamatan dan kesehatan kerja
bekerja pada ketinggian dengan menggunakan akses tali (rope access).

III. Profil Perusahaan

2
a. Sejarah perusahaan
Asia Pacific Resources International Holdings Ltd (APRIL) adalah anggota
dari RGE Group yang didirikan oleh Sukanto Tanoto pada tahun 1973. Di bawah
kepemimpinannya, RGE Group telah berkembang menjadi kelompok usaha global
yang mempekerjakan lebih dari 60.000 karyawan, dengan total aset lebih dari US$
18 miliar serta jangkauan penjualan di seluruh dunia.
Sebagai salah satu pelopor perusahaan yang bertanggung jawab, Grup APRIL
dan anak perusahaannya melaksanakan prinsip 5C yang dipercaya oleh Bapak
Sukanto Tanoto. Praktek bisnis harus membawa kebaikan bagi Masyarakat
(Community), Negara (Country), Iklim (Climate), Pelanggan (Customer) dan pada
akhirnya baik bagi Perusahaan (Company). Dengan demikian, tanggung jawab
sosial perusahaan diaplikasikan dalam operasional dan manajemen Grup APRIL
untuk memajukan lingkungan dan mengembangkan masyarakat serta untuk
memenuhi tanggung jawab sosial korporasi. Tanoto Foundation yang didirikan
pada tahun 1981 merupakan penerapan visi ini.
Jalan Menuju Kemakmuran

Melalui anak perusahaannya di Indonesia, Grup APRIL mulai mengembangkan


perkebunan di Provinsi Riau, Sumatera dan membangun pabrik di Pelalawan
Kerinci dari 1993. Pada saat itu, Kerinci adalah rumah bagi 200 kepala keluarga
saja. Populasi ini tumbuh menjadi lebih dari 200.000 jiwa pada tahun 2010 karena
pengembangan dan diversifikasi bisnis Grup APRIL mengubah Kerinci menjadi
pusat sosial dan komersial daerah di provinsi tersebut.
Grup APRIL memulai produksi bubur kertas komersial pada tahun 1995, diikuti
oleh produksi kertas komersial pada tahun 1998. Pertumbuhan wilayah ini
mencerminkan pertumbuhan operasional Grup APRIL di Indonesia, dengan
pembentukan Kabupaten Pelalawan pada tahun 1999 dan kemudian kotamadya

3
Kerinci pada tahun 2001. Pertumbuhan Kerinci yang pesat ini kemudian
memungkinkannya dibagi menjadi tiga wilayah pada tahun 2005.
Pada tahun 2010, kegiatan operasional kehutanan Grup APRIL memberikan
kontribusi sebesar 6,9 persen pada total perekonomian Provinsi Riau. Grup APRIL
telah menciptakan sekitar 90.000 lapangan kerja bagi masyarakat. APRIL juga
berkontribusi terhadap pemberian akses yang lebih baik pada pendidikan dan
dukungan sosial di berbagai bidang seperti perawatan kesehatan dan perumahan.
Grup APRIL telah membantu meningkatkan standar hidup dan menurunkan tingkat
kemiskinan sebesar 30 persen.
Menabur Benih Hutan Lestari

Menyadari pentingnya pengembangan masyarakat sebagai bagian dari


pendekatan jangka panjang untuk bisnis yang berkelanjutan, Grup APRIL juga
meluncurkan serangkaian inisiatif pembangunan ekonomi untuk membantu
pengembangan pengusaha lokal berskala kecil dan menengah (UKM).
Pada tahun 2002, Grup APRIL menerapkan sistem legalitas kayu secara
menyeluruh untuk mencegah kayu ilegal memasuki rantai pasokan dan produksi.
Sistem tersebut memverifikasi dan melacak kayu dari perkebunan serat
perusahaan sampai ke pabrik. Grup APRIL juga berkolaborasi dengan World
Wildlife Fund (WWF) untuk mengatasi pembalakan liar di Tesso Nilo dan
menandatangani moratorium pembangunan jalan lebih lanjut dan pengembangan
perkebunan Akasia di kawasan Tesso Nilo. Pada tahun yang sama, Grup APRIL
meraih sertifikasi ISO 14001 untuk semua perkebunan serat serta pabrik pulp dan
kertas.
Pada tahun 2003, satu dekade setelah perusahaan didirikan, Grup APRIL
menerbitkan Laporan Berkelanjutan perusahaan yang pertama, berisikan inisiatif

4
pengembangan masyarakat beserta komitmennya untuk operasional kehutanan
yang berkelanjutan. Pada tahun yang sama, Grup APRIL mendirikan cabang di
Guangzhou untuk mendukung perkembangan operasional perusahaan di
Tiongkok.
Pada tahun 2005, Grup APRIL memperkenalkan sistem penilaian atas Nilai
Konservasi Tinggi (HCV) secara sukarela di daerah konsesinya untuk
perencanaan penggunaan lahan. Kebijakan ini memberikan solusi praktis dan
bertanggung jawab terhadap tantangan penggundulan hutan dan degradasi.
APRIL juga mendirikan APRIL Learning Institute dan memperoleh peringkat yang
layak (Green Proper Rating) untuk kinerja lingkungan pabrik serta Penghargaan
Bendera Emas & Bebas Kecelakaan (Golden Flag Choice & Zero Accident
Award) untuk manajemen kesehatan dan keselamatan pabrik dari Pemerintah
Indonesia.
Pertumbuhan Dan Pengakuan

Pada tahun 2006, Grup APRIL ikut menjadi salah satu penandatangan
Prinsip-Prinsip Perjanjian Global PBB. Di tahun yang sama, PT Riau Andalan Pulp
& Paper (RAPP), anak perusahaan dari APRIL, disertifikasi untuk Pengelolaan
Hutan Tanaman Berkelanjutan berdasarkan standar Lembaga Ekolabel Indonesia
(LEI). APRIL berhasil mendapatkan sertifikasi kembali di bawah SPFM-LEI pada
tahun 2011 lima tahun kedepan.
Pada tahun 2007, APRIL melalui anak perusahaan menjadi yang pertama
dan satu-satunya perusahaan Indonesia yang diakui Dewan Bisnis Dunia untuk
Pengembangan yang Berkelanjutan (WBCSD).
Tahun 2008 penyelesaian Pulp Line 3 menjadikan Riau rumah untuk pabrik
pulp dan kertas terintegrasi terbesar di dunia, dengan kapasitas produksi 2,8 juta

5
ton per tahun. Pabrik yang bersertifikat ISO 9001 yang: 8000 dan ISO 14001 terus
berinvestasi dalam teknologi untuk memastikan perusahaan dapat berswadaya
memenuhi kebutuhan tenaga listriknya sendiri.
Sejak 2010, fasilitas produksi Grup APRIL telah disertifikasi oleh
Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) pada sisi standar
Chains of Custody, yang memastikan bahwa semua bahan baku yang masuk ke
pabrik dipasok dari sumber-sumber resmi dan tidak bermasalah. APRIL juga
memperoleh sertifikasi dari Label Penghijauan Hong Kong (Hong Kong Green
Label) untuk produk PaperOne TM pada tahun 2010.
Pada bulan Oktober 2011, RAPP, anak perusahaan APRIL, berhasil
disertifikasi oleh standar dari Bureau Veritas untuk Asal dan Legalitas Kayu (OLB).
RAPP merupakan perusahaan perkebunan Asia pertama di industry yang
menerima sertifikasi ini. Standar OLB Grup APRIL untuk sertifikasi perusahaan
kehutanan mencakup kegiatan kehutanan dan fasilitas produksi. Mitra pemasok
untuk RAPP juga berhasil lulus audit berdasarkan standar ‘Chain of Custody-
Acceptable Wood' dari OLB.

Jalan Menuju Masa Depan Yang Berkelanjutan


Grup APRIL meluncurkan Kebijakan Pengelolaan Hutan
Berkelanjutan pada bulan Januari 2014. Kebijakan baru tersebut menggarisbawahi
komitmen Grup APRIL untuk menyeimbangkan kebutuhan dalam menyelamatkan
lingkungan dan mengutamakan kepentingan masyarakat setempat, dengan tetap
menjalankan bisnis yang berkelanjutan. Komite Penasehat Pemangku
Kepentingan independen juga diperkenalkan untuk memastikan transparansi dan
pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan.
Pada bulan Juni 2015, Grup APRIL mengembangkan Kebijakan
Pengelolaan Hutan Berkelanjutan sesuai dengan masukan dari SAC dan berbagai
pemangku kepentingan lainnya. APRIL juga memperkuat upaya perlindungan
hutan dan komitmen konservasi termasuk penghapusan deforestasai dari rantai
suplai dan penambahan aspek penilaian terhadap Persediaan Karbon yang Tinggi
(HCV).

b. Visi dan misi perusahaan

6
VISI
Menjadi perusahaan pilp dan kertas berskala dunia dengan manajemen dan kinerja
terbaik, berkelanjutan, dan menjadi pilihan utama konsumen maupun karyawan.

MISI
1. Menjalankan pertumbuhan yang berkelanjutan.
2. Menjadi pemimpin pada tiap industry dan segmen pasar pada cakupan area
usaha.
3. Memaksimalkan timbal balik keuntungan kepada pemegang sahan sejalan
dengan teteap berkonstribusi kepada perkembangan social ekonomi masyarat
local dan daerahnya.
4. Menciptakan nilai-nilai melalui teknlogi modern dan memberi pengaruh terhadap
pengetahuan industry, asset-aset berharga, jaringan, dan sumber daya manusia.

C. Jumlah pegawai perusahaan


Jumlah pekerja sebanyak ± 8000 karyawan permanent dan 30.000 karyawan
kontraktur yang dibagi di 5 kabupaten, 3 shift pelayanan (08.00,15.00 & 21.00). 1 shift
umum (08.00 s/d 16.00).

D. Sektor usaha
PT. Riau Andalan Pulp and Paper yang bergerak dalam bidang usaha produksi pulp
(bubur kertas) dan paper (kertas). PT. Riau Andalan Pulp and Paper memiliki 4 anak
perusahaan, yaitu :
1. Riau Fiber, unit bisnis yang bergerak dalam penyediaan bahan baku kayu
2. Riau Pulp, unit bisnis yang bergerak dalam memproduksi pulp (bubur kertas)
3. Riau Andalan Kertas (RAK), unit bisnis yang bergerak dalam memproduksi
kertas, dan
4. Riau Prima Energi (RPE), unit bisnis yang bergerak dalam menghasilkan
energi listrik.

E. Jam kerja
Pabrik : Jam Kerja : Shift I 08.00 – 15.00
Shift II 15.00 – 23.00

7
Shift III 23.00 – 07.00
Kantor : Jam Kerja: 08.00 - 15.00

F. Asuransi
 BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan

G. Sertifikasi perusahaan
Operasional Grup APRIL di Provinsi Riau, Indonesia bersertifikat berdasarkan OHSAS
18001 (Sistem Manajemen Keselamatan), ISO 9001 (Sistem Manajemen Mutu), dan ISO
14001 (Sistem Manajemen Lingkungan).

H. Struktur organisasi
Total pegawai RAPP ialah seluruh pekerja yang tergabung dalam organisasi.

IV. Alur Produksi


Pengelolaan Pulp dan Kertas

PULPING PAPER MAKING FINISHING

- Debarking & - Head Box - Converting


Chipping - Wire Section - Finishing &
- Chemical & - Press Section Pakaging 8
V. Landasan Teori
Keselamatan berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’ dan biasanya
selalu dikaitkan dengan keadaan terbebasnya seseorang dari peristiwa celaka
(accident) atau nyaris celaka (near-miss). Jadi pada hakekatnya keselamatan
sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun sebagai suatu pendekatan praktis
mempelajari faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan dan
berupaya mengembangkan berbagai cara dan pendekatan untuk memperkecil
resiko terjadinya kecelakaan.
Menurut Bennett N.B. Silalahi dan Rumondang (1991:22 dan 139)
menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap
perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan
sedangkan kesehatan kerja yaitu terhindarnya dari penyakit yang mungkin akan
timbul setelah memulai pekerjaannya. Sedangkan pendapat Leon C Meggison
yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara (2000:161) bahwa istilah keselamatan
mencakup kedua istilah yaitu resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Dalam
kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu keselamatan kerja
menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau
kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspek-aspek dari
lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,
terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan
pendengaran. Semua itu sering dihubungan dengan perlengkapan perusahaan
atau lingkungan fisik dan mencakup tugas-tugas kerja yang membutuhkan
pemeliharaan dan latihan.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keselamatan adalah suatu
usaha untuk mencegah terjadinya kecelakaan sehingga manusia dapat merasakan
kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian
terutama untuk para pekerja konstruksi. Agar kondisi ini tercapai di tempat kerja

9
maka diperlukan adanya keselamatan kerja. Keselamatan kerja secara filosofi
diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya serta hasil budaya dan karyanya. Dari segi keilmuan
diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Keselamatan kerja adalah faktor yang sangat penting agar suatu proyek dapat
berjalan dengan lancar. Dengan situasi yang aman dan selamat, para pekerja akan
bekerja secara maksimal dan semangat. Menurut Suma’mur pada tahun 1993
keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat
kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Kemudian pada tahun 2001
Suma’mur memperbaharui pengertian dari keselamatan kerja yaitu rangkaian
usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
karyawan yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
Unsur-unsur penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a) Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja
b) Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c) Teliti dalam bekerja
d) Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan
kesehatan kerja.

Faktor keselamatan kerja menjadi penting karena sangat terkait dengan


kinerja karyawan dan pada gilirannya pada kinerja perusahaan. Semakin
tersedianya fasilitas keselamatan kerja semakin sedikit kemungkinan terjadinya
kecelakaan kerja seperti pernyataan Jackson (1999) bahwa keselamatan adalah
merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap
cedera yang terkait dengan pekerjaan.

Dalam melaksanakan K3, terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
1. Identifikasi potensi bahaya
Merupakan tahapan yang dapat memberikan informasi secara menyeluruh
dan mendetail mengenai risiko yang ditemukan dengan menjelaskan

10
konsekuensi dari yang paling ringan sampai dengan yang paling berat. Pada
tahap ini harus dapat mengidentifikasi hazard yang dapat diramalkan
(foreseeable) yang timbul dari semua kegiatan yang berpotensi membahayakan
kesehatan dan keselamatan terhadap:
1. Karyawan
2. Orang lain yg berada ditempat kerja
3. Tamu dan bahkan masyarakat sekitarnya
Pertimbangan yang perlu diambil dalam identifikasi risiko antara lain :
1. Kerugian harta benda (Property Loss)
2. Kerugian masyarakat
3. Kerugian lingkungan
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Apa Yang Terjadi Hal ini dilakukan untuk mendapatkan daftar yang
komprehensif tentang kejadian yang mungkin mempengaruhi tiap-tiap elemen.
2. Bagaimana dan mengapa hal itu bisa terjadi Setelah mengidentifikasi daftar
kejadian sangatlah penting untuk mempertimbangkan penyebab-penyebab
yang mungkin ada/terjadi.
3. Alat dan Tehnik Metode yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara
lain adalah:
a. Inspeksi
b. Check list
c. Hazops (Hazard and Operability Studies)
d. What if
e. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)
f. Audits
g. Critical Incident Analysis
h. Fault Tree Analysis. Event Tree Analysis
j. Dalam memilih metode yang digunakan tergantung pada type dan
ukuran risiko.

2. Penilaian Risiko
Terdapat 3 (tiga) sasaran yang akan dicapai dalam pelaksanaan penilaian risiko
di tempat kerja yaitu untuk :
a. mengetahui, memahami dan mengukur risiko yang terdapat di tempat kerja;

11
b. menilai dan menganalisa pengendalian yang telah dilakukan di tempat kerja;
c. melakukan penilaian finansial dan bahaya terhadap risiko yang ada.
d. mengendalikan risiko dengan memperhitungkan semua tindakan
penanggulangan yang telah diambil;

3. Pengendalian Risiko
Pengendalian dapat dilakukan dengan hirarki pengendalian risiko sebagai
berikut:
1. Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
2. Substitusi
a. Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
b. Proses menyapu diganti dengan vakum
c. Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
d. Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
3. Rekayasa Teknik
a. Pemasangan alat pelindung mesin (mechin guarding)
b. Pemasangan general dan local ventilation
c. Pemasangan alat sensor otomatis
4. Pengendalian Administratif
a. Pemisahan lokasi
b. Pergantian shift kerja
c. Pembentukan sistem kerja
d. Pelatihan karyawan
5. Alat Pelindung Diri

12
BAB II
PELAKSANAAN

I. Tanggal dan Waktu Pengamatan


Kunjungan perusahaan ke PT. RAPP dilakukan pada hari Kamis tanggal
28 Maret pukul 14.00-19.00.

II. Lokasi Pengamatan


PT RAPP yang berada di Jalan Lintas Timur, Kecamatan Langgam,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

13
BAB III
HASIL PENGAMATAN

A. MESIN, PESAWAT, DAN ALAT KERJA YANG DIGUNAKAN

14
15
B. BAHAN DAN PROSES KERJA TERKAIT K3
Proses Produksi PT. Riau Pulp
1. Bahan yang Digunakan
Bahan Baku
Bahan baku proses pembuatan pulp Pabrik Riau Pulp adalah kayu yang berasal dari
kayu tanaman akasia yang bernama Acasia mangium dan Acasia crasicarpa dan
Pinus silvetris. Kayu yang digunakan perusahaan pada umumnya kayu keras (hard
wood), sedangkan kayu lunak (soft wood) digunakan dalam jumlah sedikit. Bahan
baku untuk proses pembuatan kertas adalah pulp, yaitu pulp serat pendek
(hardwood) dan pulp serat panjang (softwood).

Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang digunakan dalam proses produksi ditambah ke
dalam proses pembuatan (bahan yang ditambahkan ke dalam proses pembuatan
produk yang mana komponennya tidak jelas dibedakan pada produk). Bahan
tambahan yang digunakan pada pengolahan pulp adalah

16
a. Cairan pemasak
Cairan pemasak untuk proses pembuatan pulp terdiri dari :
1. Lindi putih (white liquor)
2. Lindi hitam (black liquor)
b. Uap panas
Steam digunakan sebagai sumber panas pada proses pemasakan.
c. Bahan kimia pemutih
Bahan kimia pemutih yang digunakan untuk meningkatkan derajat putih pulp
adalah clorin dioxide.

2.6.1.3 Bahan Penolong


Bahan penolong adalah bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu produk atau yang dikaitkan pada produk dimana
keberadaannya tidak mengurangi nilai dari produk tersebut.
Bahan penolong yang dipakai pabrik adalah :
a. Bahan pembungkus dengan menggunakan peralatan yang disebut forlder.
b. Kawat untuk mengikat pada tying machine.
c. Label untuk memberikan tanda produksi pada bal-bal yang telah
dibungkus dan diikat.

2. Uraian Proses Produksi


.Fiberline
Fiberline area merupakan tempat dilakukannya pembuatan pulp. Department
Fiberline mempunyai tiga line, yaitu line 1, line 2 dan line 3. Fiberline 1 merupakan
line untuk mesin lama atau mesin yang pertama kali di gunakan sejak awal berdirinya
pabrik. Sedangkan line 2 merupakan mesin baru yang di tambahkan karena adanya
permintaan konsumen yang semakin meningkat sehingga kemampuan line 1 yang
beroperasi tidak mencukupi. Dan line 3 merupakan mesin terbaru dengan teknologi
dan proses yang lebih canggih dan berbeda dari line 1 dan 2. Proses di Departemen
fiberline dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu digester (Pemasakan), washing dan
screening (Pencucian dan penyaringan) Oxygen delignification Plant, dan bleaching
(pemutihan).

Digester (pemasakan)

17
Digester merupakan tempat pemasakan chip menjadi pulp. Tujuan pemasakan
adalah untuk memisahkan selulosa dan lignin dengan menggunakan bahan kimia.
Jenis yang digunakan adalah Super Bacth Digester berjumlah 14 buah. Proses
pemasakan terdiri atas beberapa tahap, yaitu:
a. Pengisian Chip (Chip Failling)
Chip filling adalah proses pengisiaan serpihan kayu (chip) yang dikirim chip
storaging atau chip screening dengan menggunakan belt conveyor ke chip shilo. Dari
chip silo serpihan di masukkan ke degester dengan menggunakan screw conveyor
pada waktu pengisian chip, udara yang ada didalam degester dihilangkan
(dievakuasi) melalui saringan sirkulasi dengan menggunakan blower. Tahap ini
memakan waktu 30-32 menit.
b. Impregnation
Impregnation merupakan pengisiaan warm black liquor (WBL) ke dalam
digester sebagai tahap pemanasan tahap awal. Mekanismenya adalah dengan
cara memasukkan warm black liquor (WBL) ke dalam digester , melalui bagian dasar
digester sampai seluruhnya penuh (overflow) dengan tekanan 3 bar, yang bertujuan
untuk menyempurnakan penghilangan udara di dalam rongga-rongga chip kayu dan
udara di dalam digester. Adapun suhu cairan impragnasi ini adalah 95o C -100o C.
Temperatur digester pada akhir tahap ini mencapai 140-145o C, WBL filling
berlangsung sekitar 28 menit.

c. Pengisiaan Hot Black Liquor (HBL) dan Hot White Liquor (HWL)
Hot liquor filling adalah proses penambahan liquor ke dalam digester sebagai cairan
yang digunakan untuk proses pemasakan (cooking). Pada proses pengisian hot
black liquor yang tujuannya untuk menaikkan panas dari warm black liquor pada
suhu di bawah ± 100o C, digantikan oleh hot black liquor dipompakan ke digester
bervolume 50 m3, berikutnya secara bersamaan hot white liquor merupakan bahan
kimia utama pemasakan.

d. Heating dan Cooking


Setelah pengisian HBL dan HWL selesai, cairan dalam digester disirkulasikan
sehingga temperatur dalam digester merata sambil di panaskan sehingga
temperatur mencapai 160o C- 170o C dengan menggunakan MP steam. Setelah itu
dilanjutkan dengan proses pemasakan ±60 menit.

18
e. Displacement
Tujuan dari fase displacement adalah untuk menghentikan reaksi pemasakan dan
sebagai pencucian awal. Setelah pemasakan selesai, pompa sirkulasi dihentikan
kemudian black liquor dipompakan ke digester. Black liquor yang digunakan adalah
filtrat dari washing plant yang sudah didinginkan mencapai suhu ± 85o C, black liquor
tersebut dimasukkan untuk menggantikan black liquor yang ada di dalam digester,
sehingga suhu di dalam digester mencapai ± 100o C.

f. Discharging
Discharging merupakan proses pemompaan pulp yang sudah dimasak ke tangki
discharge. Fase ini merupakan tahap akhir dari proses yang terjadi di digester, dan
untuk mempermudah pemompaan, pulp didalam digester dilakukan penambahan
dilusi ± 300 m3 untuk pengeceran pulp sehingga siap untuk diproses selanjutnya.

3. Washing dan Screnning (Pencucian dan Penyaringan) Oxygen

Delignification Plant
Pencucian (washing) dan penyaringan (screening) dilakukan dengan tujuan untuk
memisahkan material-material yang tidak diinginkan yang terdapat di dalam pulp dan
dapat menghilangkan sisa-sisa bahan kimia yang terjadi akibat proses pemasakan
dengan menggunakan air panas (hot water). Adapun proses pencucian ini di lakukan
system berlawanan arah (countercurrent).

Tahap pembersihan pulp antara lain :


a. Deknotting
Deknotting adalah proses awal pada area washing. Proses ini bertujuan untuk
memisahkan pulp dengan knott, yaitu dengan menggunakan knotter. Knott adalah
padatan chip yang tidak masak pada saaat pemasakan chip dalam digester. Pulp
dari discharge tank di pompakan ke dalam pemisah pulp (knotter) dengan
konsistensi 5% kemudian diencerkan sampai konsistensi 2,5%. Pengenceran ini
bertujuan memudahkan proses pemisahan hasil (accept) dan sisa (reject). Knotter
terdiri dari primary knotter dan secondary knotter. Dari primary knotter yang accept
akan dikirimkan ke washer sedangkan yang reject akan dikirimkan ke secondary

19
knotter. Accept dari secondary knotter akan dikirim ke intlet washer, sedangkan yang
reject akan dikirim ke reject tank yang selanjutnya dikirim ke digester untuk dimasak
kembali.

b. Washing
Pencucian dilakukan untuk memisahakan serat dari kotoran-kotoran yang dapat
larut dalam air, yang terdiri dari senyawa organic (lignin) dan juga senyawa inorganic
yang merupakan sisa dari bahan kimia pemasak. Pencucian campuran pulp dan
black liquor dilakukan didalam 4 tahap dengan arah aliran pencucian berlawanan
dengan arah aliran pulp. Sebagai cairan pencuci digunakan air panas dengan suhu
± 70o C agar di dapat pencucian yang efisien. Pulp yang sudah dicuci dikirim untuk
disaring kembali ke pressure screen,
sedangkan black liquor yang merupakan filtrate digunakan sebagai larutan
pengencer secara sirkulasi dalam sistem pencucian sendiri dan selebihnya dikirim
ke digester plant yang selanjutnya dikirim ke chemical black liquor recovery.

c. Screening
Screnning adalah proses pemisahan serat (fiber) berdasarkan ukuran, dengan
menggunakan saringan. Penyaringan dilakukan terhadap pulp yang masih berwarna
coklat untuk memisahkan bahan-bahan pengotor yang dapat mengurangi kualitas
pulp dan dapat mengakibatkan pemborosan bahan-bahan kimia pada proses-proses
pemutihan. Serat yang belum terfiberasi dengan baik akan digunakan sebagai bahan
bakar, sedangkan pulp yang lolos ditampung ke tangki penampungan pulp.
Screnning yang dilakukan biasanya mempunyai beberapa tingkatan, hal ini
bertujuan untuk menyaring kembali sisa (reject) darai screen sebelumnya. Tahapan
pada screening adalah primary screening, secondary, tertiary, dan quartenary
screnning.

d. Oxygen Delignification
Sebelum tahap delignifikasi oksigen terlebih dahulu ada tahap pre oksigen dimana
pada tahap ini bertujuan untuk menaikkan nilai brightness dari pulp yang akan
dihasilkan. Hasil dari pre oksigen ini dimasukkan kedalam MC tank, Setelah oksigen
barulah masuk tahap delignifikasi oksigen. Pada proses ini kadar ilgin di turunkan
sebelum memasuki tahap bleaching. Kadar lignin pulp setelah pemasakan di

20
digester mempunyai harga bilangan kappa sebesar ± 16 dan setelah melalui proses
delignifikasi oksigen bilangan kappanya menjadi ±10. Kappa number adalah
parameter kadar lgnin dalam pulp. Bahan kimia yang aktif dalam reaksi delignifikasi
oksigen adalah gas oksigen dan lindi putih oksidasi (NaOH). Dalam proses ini
digunakan reactor oksidasi. Pada saat reaksi oksigen PH pulp ± 11 dengan waktu
reaksi 60 menit. Suhu pada saat proses ini adalah 95 - 100o C dengan konsistensi
10- 20 %. Hasil dari proses delignifikasi oksigen ini dimasukkan ke dalam 02 blow
tank. Setelah melewati proses delignifikasi oksigen, tahap selanjutnya adalah tahap
post oksigen yang berfungsi juga untuk menaikan derajat brightness dari pulp. Hasil
dari post oksigen ini kemudian dimasukkan ke unbleach tank (brown stock).

C. LANDASAN KERJA DAN SOP KERJA


Perusahaan dalam mencapai komitment dan tekat dimaksud, Manajemen terus
menerus meningkatkan kinerja Perusahaan dengan menerapkan sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) berbasis SMK3 sesuai dengan Kepmenaker
05 tahun 1996 dan Peraturan Pemerintah No 50 Tahun 2012 serta OHSAS 18001 secara
konsisten dan berkesinambungan.

Komitmen Perusahaan Komitmen Pusat K3

Menjamin keselamatan dan Menyusun dan memelihara


Kesehatan Kerja (K3) seluruh Sistem Manajemen
Landasan
karyawan termasuk orang lain Keselamatan dan Kesehatan
kerja, SOP
(Kontraktor, Supplier, Kerja (SMK3) berkelanjutan.
kerja
Pengunjung dan Tamu) di
tempat kerja. Membentuk Organisasi / Unit
K3 dalam lingkungan
Menjamin pengendalian Manajemen Perusahaan.
dampak lingkungan
operasional. Mengidentifikasi dan
mengendalikan semua sumber
Memenuhi semua bahaya dan aspek lingkungan
perundangan dan peraturan operasi Perusahaan.
yang berlaku yang berkaitan
dengan K3. Memberikan pelathan pelatihan
K3 bagi karyawan untuk

21
Melakukan perbaikan meningkatkan Budaya K3
berkelanjutan guna Perusahaan.
meningkatkan K3 Perusahaan.
Mengajak seluruh Karyawan
untuk berperan serta
meningkatkan K3 Perusahaan.

Kebijakan K3 ini akan ditinjau


ulang minimal 1 tahun sekali
mengikuti tinjauan SMK3.

D. INSTALASI LISTRIK
PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) melakukan kegiatan produksi
menggunakan sumber listrik sendiri.
Tower listrik berada di luar rumah produksi yang mampu menghasilkan 500
mega watt. PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) juga merupakan salah satu
sumber listrik untuk warga yang tinggal di Pelalawan. Sekitar 30 persen daya listrik
yang dihasilkan digunakan untuk kepentingan seluruh wilayah perusahaan
sementara sisanya dijual ke PT. PLN dengan harga subsidi untuk kepentingan
masyarakat Pelalawan.
Pencegahan dan perlindungan yang dapat dilakukan adalah melakukan lock
out dan tag out (mengisolasi sumber listrik), memakai sarung tangan karet, memakai
sepatu dengan sol berbahan dasar karet, menggunakan alat yang diklasifikasikan
aman untuk digunakan pada instalansi listrik.
Penerangan dalam kegiatan produksi menggunakan 2 jenis penerangan yaitu
penerangan sumber alami seperti matahari dan sumber buatan seperti lampu.
Jumlah penerangan seperti lampu sudah sangat baik pada beberapa tempat.
PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) memiliki sistem penanggulangan
terhadap gesekkan partikel debu yang berpotensi menimbulkan ledakkan berupa
water chamber system. Debu akan melewati saluran dan masuk ke dalam water
chamber sehingga debu akan mengendap. Debu yang melayang bergesekkan
dengan partikel debu lain dapat memicu ledakan sehingga dengan mengendapkan
debu tersebut dapat mencegah potensi ledakan.

22
E. PRASARANA KERJA LAINNYA
Menurut pengamatan dan wawancara, PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP)
yang memiliki luas lahan ±253.020 hektar dengan beberapa gedung memiliki tower
penangkal petir yang letaknya di sisi-sisi perusahaan. Berdasarkan prinsip keselamatan
kerja sebaiknya untuk satu gedung disediakan 1 tower penangkal petir untuk
menghindari kejadian yang tidak diinginkan.
Hampir semua gedung di pabrik PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) terdiri
dari satu lantai sehingga tidak tersedia lift untuk mengangkut pekerja atau pun alat-alat,
namun untuk mengangkut alat-alat maupun produk dari satu tempat ke tempat lain
disediakan alat angkut berupa kendaraan bermotor, mobil pick up, ataupun alat-alat
pemindah barang seperti trolley, hand pallet, dan hand stacker.
Prasarana kerja lainnya seperti kotak P3K tersedia di setiap gedung yang terletak
di dekat pintu masuk, serta alat dan obat-obatan pada beberapa kotak P3K tersebut
sudah cukup lengkap.

F. KONSTRUKSI TEMPAT KERJA


KONTRUKSI
PENGAMATAN STANDART
TEMPAT KERJA

Akses Keluar Masuk Untuk office : Akses keluar masuk


Akses keluar-masuk ruangan aman
ruangan terdiri dari satu lobi
utama dengan satu pintu
masuk, dan >1 pintu keluar

Untuk gedung produksi :


Akses keluar-masuk
ruangan terdiri dari satu
pintu untuk keluar masuk
Lantai ruang Lantai ruang produksi Lantai ruangan produksi
produksi berupa marmer, tidak licin, aman
dan terdapat retakan
dibeberapa tempat.

23
Terdapat garis-garis
pembatas berwarna kuning
sebagai jalur pembeda
antara pejalan kaki dan
wilayah kerja dengan garis
yang berwarna merah
Langit-langit ruang Ketinggian langit-langit Ketinggian langit-langit dan
dan penerangan ruang produksi lebih dari 2,5 penerangan baik
meter dari lantai dan
penerangan ruang kerja
sesuai dengan tingkat
kebutuhan
Ruang kerja Ruang kerja cukup luas Ruang kerja luas
sehingga pekerja dapat
bergerak leluasa
Kebersihan dan Kebersihan dan kerapian Kebersihan dan kerapian
kerapian tataruang ruangan cukup terjaga. tata ruang tidak berantakan
Ruangan hasil produksi dan merintangi akses jalan
tertata dengan rapi

Jaminan Telah dijadwalkan Terdapat jaminan


keselamatan pemeliharaan alat setiap keselamatan peralatan,
peralatan, bahan setelah pemakaian mesin bahan, dan benda – benda
dan benda – benda dalam ruangan
di dalam ruangan

Tanda peringatan Didapatkan tanda – tanda Terdapat tanda peringatan


peringatan pada tempat– pada daerah dengan resiko
tempat tertentu yang tinggi. Tersedia arahan
merupakan tempat dengan jalur evakuasi
resiko tinggi, terdapat penanggulangan bencana.
banyak spanduk K3 yang
dipasang di tempat yang
mudah dilihat. Selain itu,

24
juga ditemukan adanya
tanda-tanda arahan jalur
evakuasi bencana.

G. SARANA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN RAMBU PERINGATAN


PENGAMATAN STANDAR

Pekerja hampir seluruhnya telah mengetahui letak dari alat Memiliki tim
pemadam api ringan (APAR) oleh beberpa APAR telah penanggulangan
diletakkan pada posisi yang mudah dilihat dan dicapai juga kebakaran yang
berwarna merah dan hitam. terlatih

Alat pemadam api ringan (APAR) ditempatkan di tempat yang Memiliki system
mudah terlihat, dan jumlahnya sudah cukup. proteksi kebakaran.
Dan terdapat APAR
Namun adapun yang belum sesuai dengan Permenakertrans
yang pemasanganya
No. Per-04/MEN/1980, adalah tidak terdapat lemari atau peti
sesuai dengan
untuk penyimpanan tabung tersebut. Tetapi di gedung
Permenakertrans no.
produksi, sudah terdapat lemari ataupeti untuk penyimpanan
Per-04/MEN/1980
APAR.

H. ALAT PELINDUNG DIRI DAN PERSONIL KESELAMATAN KERJA

APD CIRI CIRI PENGAMATAN STANDART

Helm Berwarna kuning Tidak semua pekerja Semua pekerja


dan merah menggunakan helm, menggunakan helm
hanya beberapa saja. tetapi disesuaikan
juga dengan resiko di
tempat kerja

25
Masker Berwarna hijau Pekerja terlihat Semua pekerja
menggunakan masker menggunakan
yang sesuai dengan maskernya
pekerjaan

Sarung Berwarna putih Tidak semua pekerja Sarung Tangan


Tangan menggunakan sarung digunakan sesuai
tangan, hanya dengan resiko pada
beberapa saja. tempat pekerjaannya.

Sepatu Sepatu yang Semua pekerja Semua pekerja


digunakan berwarna menggunakan menggunakan
hitam, ada yang sepatunya sepatunya
berbahan kanvas,
dan ada juga yang
berbahan karet.
Berguna untuk
melindungi kaki dari
bahaya panas dan
benturan juga luka.

Kacamata Sebagai pelindung Pekerja pengemasan Semua pekerja


safety mata ketika bekerja kertas menggunakan menggunakan
dan mencegah kacamata safety kacamata safety
mata dari terkena
benda asing

Earplug dan Sebagai pelindung Pekerja menggunakan Semua pekerja


Earmuff telinga terhadap earplug dan earmuff menggunakan earplug
bising dan earmuff

26
Pada perusahaan PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) personil keselamatan
kerja sudah direncakan dibuat dalam bentuk kepanitiaan yang disebut dengan P2K3,
yaitu Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang memiliki Ketua, Wakil
Ketua, dan Sekretaris serta team-team yang terbagi lagi dibawahnya. Panitia ini saat ini
sedang akan melakukan sertifikasi P2K3 dan saat ini apabila terjadi kecelakaan kerja
PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sudah memiliki klinik sendiri yang bekerja
sama dengan Rumah Sakit Awal Bros Group.

I. TANGGAP DARURAT DAN EVAKUASI

Tanggap
Darurat & PENGAMATAN STANDART
Evakuasi

Fire Alarm Terdapat alarm kebakaran baik di Terdapat di semua ruangan,


dalam maupun di luar ruangan. dan juga terdapat di luar
ruangan, di setiap lorong

Emergency Terdapat Emergency Lamp Terdapat Emergency Lamp


Lamp di semua ruangan

Jalur Evakuasi Tangga darurat dan tangga umum Tangga darurat dan tangga
terdapat pada gedung kantor. Terdapat umum, Pintu – pintu jalur
3 tangga darurat dan semua pintunya evakuasi mudah terlihat dan
aktif. semuanya tidak ada yang
ditemui dalam keadaan
Sedangkan pada gedung produksi tidak
terkunci.
ada tangga darurat/tangga umum
karena gedung bukan merupakan Jalur cukup terawat dengan
bangunan tingkat maka tidak terdapat baik, terbuka, tidak terdapat
tangga darurat maupun tangga umum, benda yang membahayakan
namun terdapat pintu-pintu evakuasi disekitar area evakuasi,
maupun jalur evakuasi sebanyak 2 pintu cukup lebar, dan untuk
masing masing di tiap gedung produksi. menuju titik area evakuasi
dapat menggunakan jalur

27
yang sudah ditandai dengan
garis- garis kuning.

Rambu – Terdapat rambu-rambu yang Rambu – rambu yang


Rambu Jalur menunjukan lokasi jalur evakuasi menunjukan lokasi jalur
Evakuasi dengan sticker jalur evakuasi yang evakuasi cukup jelas,
tertempel di dinding, begitu juga dengan berwarna merah dengan
jalur evakuasi di gedung produksi kondisi yang cukup baik.
kertas. Tempat berkumpul Titik Point
Peta jalur evakuasi juga jelas
berada pada lahan yang kosong di
terdapat di setiap ruangan.
setiap area pabrik.
Tempat berkumpul Titik Point
berada pada lahan yang
kosong.

APAR ( Alat Terdapat APAR di setiap ruangan dari Terdapat di setiap lorong,
Pemadam Api masing-masing departemen dan dalam keadaan baik, mudah
Ringan) dilengkapi tata cara penggunaannya. dijangkau. terdapat cara
penggunaan, maintenance
Letak apar baik dan strategis.
nya dilaksanakan sesuai
Maintenance dilakukan tiap sebulan
aturan, sesuai dengan
sekali
seharusnya pemeriksaan
dilakukan 6 bulan sekali

Terdapat tim evakuasi P2K3 yang terlatih dan bersertifikasi yang siap dalam
memimpin evakuasi ketika teradi kecelakaan dan kebencanaan.

J. KEJADIAN KECELAKAAN KERJA

PENGAMATAN STANDART

Angka kejadian Menurut PT. RAPP angka Zero accident


kecelakaan kerja kejadian kecelakaan kerja
masih ada, karena bidang
kerja mereka termasuk

28
(saat ditanyakan ke bidang kerja dengan
pihak PT RAPP) potensi bahaya yang tinggi
terhadap kecelakaan kerja
dan jumlah pekerjanya
yang sangat banyak
(hampir 8000 pegawai).

Angka kejadian Spanduk dan poster


kecelakaan kerja tentang keselamatan kerja
dan peraturan tentang
(setelah dilakukan
penggunaan alat pelindung
kunjungan perusahaan)
diri di setiap bidang
perusahaan sudah ada
dan ditempatkan pada
lokasi yang strategis.

29
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH

No Unit Kerja Permasalahan Dasar hukum Saran


1 Sarana Masih ditemukan Permenakertrans No. Semua APAR
penanggulangan beberapa APAR 4/MEN/tahun 1980 dibelikan lemari
kebakaran yang tidak atau peti
memiliki lemari penyimpan APAR
atau peti agar tidak
penyimpan disalahgunakan
APAR oleh orang yang
tidak di
bertanggung
jawab

2 Kejadian Pada PT. Riau Undang-Undang No.1 Pemantauan


Kecelakaan Andalan Pulp Tahun 1970 dan Penggunaan
Kerja and Paper No.23/1992 APD harus lebih
(RAPP) masih ditingkatkan lagi
ditemukan dan sosialisasi
kejadian tentang K3 lebih
kecelakaan sering lagi
kerja

30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk
menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Dari hasil pengamatan kami, program kesehatan dan keselamatan
kerja PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) sudah cukup baik, dilihat dari
jumlah kecelakaan maupun penyakit akibat kerja yang minim.
Namun, PT. RAPP masih harus terus berupaya meningkatkan kualitas
kesehatan dan keselamatan kerja para pegawai. Peningkatan mutu kesehatan
dan keselamatan di lingkungan RAPP tidak hanya dirasakan oleh pegawai,
namun akan dirasakan oleh lingkungan masyarakat.

B. SARAN
Dari hasil kunjungan ini, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan mutu kesehatan dan keselamatan kerja, berupa:
1. Walaupun seluruh pegawai PT. RAPP sudah memahami dan mengerti tentang
peraturan K3 yang ada, tetapi tidak semua pekerja menjalankan dengan
sebenar-benarnya.
2. Pemasangan rambu evakuasi yang mudah terlihat dan mudah dipahami oleh
pekerja, dan masyarakat yang datang berkunjung serta ditentukan jalur
evakuasi dan titik kumpul bila terjadi suatu keadaan darurat
3. Pembentukan Personil Keselamatan Kerja yang secara khusus bertanggung
jawab dalam meningkatkan mutu kesehatan dan keselamatan kerja di PT.
RAPP sudah sangat baik, akan tetapi kecelakaan kerja masih ada yang
terjadi.

31
BAB VI
PENUTUP

Dari pemaparan makalah di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan
dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan
dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional
terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan
keselamatan kerja tidak selalu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga
mental, psikologis dan emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting dalam
ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan perundang-
undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan keselamatan kerja.
Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan dan keselamatan
kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi kesehatan dan
keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya nyata. Masih banyak
pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja
sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Oleh karena itu, perlu ditingkatkan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan
kerja yang dalam hal ini tentu melibatkan peran bagi semua pihak. Tidak hanya bagi para
pekerja, tetapi juga pengusaha itu sendiri, masyarakat dan lingkungan sehingga dapat
tercapai peningkatan mutu kehidupan dan produktivitas nasional.

32

Anda mungkin juga menyukai