A. DEFINISI
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat
bersama-sama dengan obat lain dan atau makanan yang akan memberikan pengaruh
terhadap kerja obat dan juga dapat memberikan pengaruh terhadap cara kerja
makanan di dalam tubuh.
B. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari panduan ini adalah seluruh interaksi obat yang
berpotensi, yang akan dan telah terjadi berkaitan dengan peresepan obat-obatan dan
pemberian asupan gizi atau makanan di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi.
C. TATA LAKSANA
Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat
(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat
yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu
atau lebih zat yang berinteraksi.
Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain,
obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.
Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan
yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang
lainnya.
Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan
satu dari dua mekanisme berikut:
1. Interaksi Farmaseutik/inkompatibilitas
Interaksi farmasetika terjadi secara fisika atau kimia diluar tubuh pada
saat penyiapan pencampuran/ rekontruksi obat.
Umumnya terjadi pada saat obat saling tidak tercampur satu sama lain.
Interaksi ini kadang dapat diamati berupa adanya endapan, perubahan
warna, timbulnya gas, lembab pada serbuk dll.
Interaksi farmasetik bisa menyebabkab in aktivasi obat
Interaksi biasanya terjadi antar obat suntik [obat/vehicle], interaksi obat
suntik dgn cairan infus
Contoh:
2. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk
menghasilkan efek farmakologisnya.
Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe :
a. Interaksi pada absorbsi obat
1. Efek perubahan pH gastrointestinal
Obat melintasi membran mukosa dengan difusi pasif tergantung
pada apakah obat terdapat dalam bentuk terlarut lemak yang tidak
terionkan. Cairan lambung yang bersifat alkalis akibat antasida, H2
bloker dan penghambat pompa proton akan meningkatkan kelarutan
obat yang bersifat asam dan menurunkan kelarutan obat bersifat basa.
Sebagai contoh adalah absorpsi asam salisilat oleh lambung
lebih besar terjadi pada pH rendah daripada pada pH tinggi
Antasid, H2 Bloker
Aspirin, Glibenklamid, Obat A Meningktakan
Penghambat pompa
Gliplizid, Tolbutamid Kelarutan dan
proton
Absorbsi obat B
Antasida Fe Meningkatkan pH
lambung dan
menurunkan absorbsi
obat B
Vitamin C Fe Menurunkan pH
lambung dan
Meningkatkan
absorbsi obat B
Contoh:
Contoh:
2. Induksi Enzim
Ketika barbiturat secara luas digunakan sebagai hipnotik, perlu
terus dilakukan peningkatan dosis seiring waktu untuk mencapai efek
hipnotik yang sama, alasannya bahwa barbiturat meningkatkan
aktivitas enzim mikrosom sehingga meningkatkan laju metabolisme
dan ekskresinya
3. Inhibisi enzim
Inhibisi enzim menyebabkan berkurangnya metabolisme obat,
sehingga obat terakumulasi di dalam tubuh. Berbeda dengan induksi
enzim, yang mungkin memerlukan waktu beberapa hari atau bahkan
minggu untuk berkembang sepenuhnya, inhibisi enzim dapat terjadi
dalam waktu 2 sampai 3 hari, sehingga terjadi perkembangan
toksisitas yang cepat.
4. Faktor genetik dalam metabolisme obat
Peningkatan pemahaman genetika telah menunjukkan bahwa
beberapa isoenzim sitokrom P450 memiliki polimorfisme genetik,
yang berarti bahwa beberapa dari populasi memiliki varian isoenzim
yang berbeda aktivitas. Contoh yang paling terkenal adalah CYP2D6,
yang sebagian 28 kecil populasi memiliki varian aktivitas rendah dan
dikenal sebagai metabolisme lambat. Sebagian lainnya memiliki
isoenzim cepat atau metabolisme ekstensif.
siklosporin dan
menurunkan
Imunosupresi
3. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat
yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir
sama. Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi
antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama.
a. Interaksi aditif atau sinergis
Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama
diberikan bersamaan efeknya bisa bersifat aditif.
Beberapa contoh interaksi bersifat aditif atau sinergis:
- Alkohol menekan SSP
Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga level :
minor, moderate, atau major.
1. Keparahan minor
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi
mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap
pasien jika terjadi kelalaian.
Contohnya adalah penurunan absorbsi ciprofloxacin oleh antasida ketika
dosis diberikan kurang dari dua jam setelahnya
2. Keparahan moderate
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari
bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe
intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin
menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan
tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di
rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi vankomisin dan gentamisin
perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas
3. Keparahan major
Hal-hal yang dapat mempengaruhi besar kecilnya interaksi obat pada seseorang:
1. Usia
2. Berat Badan
3. Jenis Kelamin
4. Kondisi Pengobatan
5. Dosis Obat
Beberapa contoh Interaksi obat dan makanan (IM) dan perhatian waktu minum
obat yang tepat (T) :
Disamping adanya efek makanan terhadap obat yang digunakan juga terdapat
beberapa efek terhadap penggunaan obat terhadap makanan, antara lain:
2. Antibiotik
4. Preparat digitalis
5. Metilfenidat.
1. Anti depresi
2. Antihistamin
3. Penenang
4. Steroid
5. Tetrahidrokanabinol
2. Aspirin
3. Kaptopril
4. Klorfeniramine maleat
5. Klindamisin
6. Streptomisin
7. Tetrasiklin
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya Interaksi obat dan
makanan:
2. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan
kepada apoteker atau dokter
3. Baca aturan pakai, perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum
dalam label dan wadah obat.