Anda di halaman 1dari 16

Panduan Interaksi Obat 2015

PANDUAN INTERAKSI OBAT

A. DEFINISI

Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat
bersama-sama dengan obat lain dan atau makanan yang akan memberikan pengaruh
terhadap kerja obat dan juga dapat memberikan pengaruh terhadap cara kerja
makanan di dalam tubuh.

B. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dari panduan ini adalah seluruh interaksi obat yang
berpotensi, yang akan dan telah terjadi berkaitan dengan peresepan obat-obatan dan
pemberian asupan gizi atau makanan di RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi.

C. TATA LAKSANA

Interaksi obat merupakan satu dari delapan kategori masalah terkait obat
(drug-related problem) yang diidentifikasi sebagai kejadian atau keadaan terapi obat
yang dapat mempengaruhi outcome klinis pasien. Sebuah interaksi obat terjadi ketika
farmakokinetika atau farmakodinamika obat dalam tubuh diubah oleh kehadiran satu
atau lebih zat yang berinteraksi.

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat lain,
obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam lingkungannya.
Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat bersaing satu dengan
yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir bersama satu dengan yang
lainnya.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan


toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila
menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah),
misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik.

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 1


Panduan Interaksi Obat 2015

Mekanisme Interaksi Obat

Pemberian suatu obat (A) dapat mempengaruhi aksi obat lainnya (B) dengan
satu dari dua mekanisme berikut:

1. Modifikasi efek farmakologi obat B tanpa mempengaruhi konsentrasinya di


cairan jaringan (interaksi farmakodinamik).
2. Mempengaruhi konsentrasi obat B yang mencapai situs aksinya (interaksi
farmakokinetik).
a. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena indeks terapi obat B
sempit (misalnya, pengurangan sedikit saja efek akan menyebabkan
kehilangan efikasi dan atau peningkatan sedikit saja efek akan
menyebabkan toksisitas).
b. Interaksi ini penting secara klinis mungkin karena kurva dosis-respon
curam
c. Untuk kebanyakan obat, kondisi ini tidak ditemui, peningkatan yang
sedikit besar konsentrasi plasma obat-obat yang relatif tidak toksik seperti
penisilin hampir tidak menyebabkan peningkatan masalah klinis karena
batas keamanannya lebar.
d. Sejumlah obat memiliki hubungan dosis-respon yang curam dan batas
terapi yang sempit, interaksi obat dapat menyebabkan masalah utama,
sebagai contohnya obat antitrombotik, antidisritmik, antiepilepsi, litium,
sejumlah antineoplastik dan obat-obat imunosupresan

Secara umum, ada beberapa mekanisme interaksi obat, yaitu:

1. Interaksi Farmaseutik/inkompatibilitas
 Interaksi farmasetika terjadi secara fisika atau kimia diluar tubuh pada
saat penyiapan pencampuran/ rekontruksi obat.
 Umumnya terjadi pada saat obat saling tidak tercampur satu sama lain.
 Interaksi ini kadang dapat diamati berupa adanya endapan, perubahan
warna, timbulnya gas, lembab pada serbuk dll.
 Interaksi farmasetik bisa menyebabkab in aktivasi obat
 Interaksi biasanya terjadi antar obat suntik [obat/vehicle], interaksi obat
suntik dgn cairan infus

Contoh:

Nama Obat A Nama Obat B Efek

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 2


Panduan Interaksi Obat 2015

Gentamisin Karbenisilin Inaktif

Penisilin G vitamin C Inaktif

Amfoterisin B garam fisiologis/ringer Endapan

Fenitoin dekstrosa 5 % Endapan

2. Interaksi Farmakokinetik
Interaksi farmakokinetik terjadi ketika suatu obat mempengaruhi
absorbsi, distribusi, metabolisme dan ekskresi obat lainnya sehingga
meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia untuk
menghasilkan efek farmakologisnya.
Interaksi farmakokinetik terdiri dari beberapa tipe :
a. Interaksi pada absorbsi obat
1. Efek perubahan pH gastrointestinal
Obat melintasi membran mukosa dengan difusi pasif tergantung
pada apakah obat terdapat dalam bentuk terlarut lemak yang tidak
terionkan. Cairan lambung yang bersifat alkalis akibat antasida, H2
bloker dan penghambat pompa proton akan meningkatkan kelarutan
obat yang bersifat asam dan menurunkan kelarutan obat bersifat basa.
Sebagai contoh adalah absorpsi asam salisilat oleh lambung
lebih besar terjadi pada pH rendah daripada pada pH tinggi

Obat A Obat B Efek

Antasid, H2 Bloker
Aspirin, Glibenklamid, Obat A Meningktakan
Penghambat pompa
Gliplizid, Tolbutamid Kelarutan dan
proton
Absorbsi obat B
Antasida Fe Meningkatkan pH
lambung dan
menurunkan absorbsi
obat B

Vitamin C Fe Menurunkan pH
lambung dan
Meningkatkan

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 3


Panduan Interaksi Obat 2015

absorbsi obat B

2. Adsorpsi, khelasi, dan mekanisme pembentukan komplek


- Arang aktif dimaksudkan bertindak sebagai agen penyerap di
dalam usus untuk pengobatan overdosis obat atau untuk
menghilangkan bahan beracun lainnya, tetapi dapat mempengaruhi
penyerapan obat yang diberikan dalam dosis terapetik.
- Antasida juga dapat menyerap sejumlah besar obat-obatan.
- Antibakteri tetrasiklin dapat membentuk khelat dengan sejumlah
ion logam divalen dan trivalen, seperti kalsium, bismut aluminium,
dan besi, membentuk kompleks yang kurang diserap dan
mengurangi efek antibakteri
3. Perubahan motilitas gastrointestinal
Karena kebanyakan obat sebagian besar diserap di bagian atas
usus kecil, obat-obatan yang mengubah laju pengosongan lambung
dapat mempengaruhi absorpsi. Semakin cepat obat sampai di usus
(cepat pengosongan lambung) maka semakin cepat pula obat di
absorbsi sehingga kadar dalam darah meningkat cepat, sebaliknya obat
yang memperpendek waktu transit usus (WTU) akan mengurangi
jumlah absorbsi obat (biovavailabilitas).

Contoh:

Obat A Obat B Efek

Metoklopramid, Parasetamol, Obat A


laksan, Diazepam, memperpendek PL
dan mempercepat
Mg(OH)2 dlm antasid Propanolol
absobsi obat B

Metoklopramid, Digoksin, Prednison, Obat A


laksan, Dikumarol memperpendek WTU
dan menurunkan
Mg(OH)2 dlm antasid
bioavailabilitas obat B

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 4


Panduan Interaksi Obat 2015

4. Induksi atau inhibisi protein transporter obat


Ketersediaan hayati beberapa obat dibatasi oleh aksi protein
transporter obat. Saat ini, transporter obat yang terkarakteristik paling
baik adalah P-glikoprotein. Digoksin adalah substrat P-glikoprotein,
dan obat-obatan yang menginduksi protein ini, seperti rifampisin,
dapat mengurangi ketersediaan hayati digoksin (Stockley, 2008).
5. Malabsorbsi dikarenakan obat
Neomisin menyebabkan sindrom malabsorpsi dan dapat
mengganggu penyerapan sejumlah obat-obatan termasuk digoksin dan
metotreksat (Stockley, 2008).
6. Mekanisme tidak diketahui

Obat A Obat B Efek

Al(OH)3 Propanolol, Obat A mengurangi


Indometazin, INH jmlh absorbsi obat B

Antasid Fenitoin, simetidin, Obat A mengurangi


Ranitidin dan jmlh absorbsi obat B
Klorpromazin

Furosemid Obat A mengurangi


jmlh absorbsi obat B

b. Interaksi pada distribusi obat


1. Interaksi ikatan protein
Setelah absorpsi, obat dengan cepat didistribusikan ke seluruh
tubuh oleh sirkulasi. Beberapa obat secara total terlarut dalam cairan
plasma, banyak yang lainnya diangkut oleh beberapa proporsi molekul
dalam larutan dan sisanya terikat dengan protein plasma, terutama
albumin. Ikatan obat dengan protein plasma bersifat reversibel,
kesetimbangan dibentuk antara 26 molekul-molekul yang terikat dan
yang tidak. Hanya molekul tidak terikat yang tetap bebas dan aktif
secara farmakologi.
2. Induksi dan inhibisi protein transport obat

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 5


Panduan Interaksi Obat 2015

Distribusi obat ke otak, dan beberapa organ lain seperti testis,


dibatasi oleh aksi protein transporter obat seperti P-glikoprotein.
Protein ini secara aktif membawa obat keluar dari sel-sel ketika obat
berdifusi secara pasif. Obat yang termasuk inhibitor transporter dapat
meningkatkan penyerapan substrat obat ke dalam otak, yang dapat
meningkatkan efek samping CNS.

Contoh:

Obat A Obat B Efek

Warfarin Fenilbutazon, Salisilat, Pendarahan


Fenitoin, asam Mefenamat,
Sulfinpirazol dll

Tolbutamid, klorpropamid Fenilbutazon, Salisilat Hipoglikemik

Fenitoin Fenilbutazon, Salisilat, Toksisitas Fenitoin


valproat

c. Interaksi pada metabolisme obat


1. Perubahan pada metabolisme fase pertama
Meskipun beberapa obat dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk
tidak berubah dalam urin, banyak diantaranya secara kimia diubah
menjadi senyawa lipid kurang larut, yang lebih mudah diekskresikan
oleh ginjal. Jika tidak demikian, banyak obat yang akan bertahan dalam
tubuh dan terus memberikan efeknya untuk waktu yang lama.
Beberapa metabolisme obat terjadi di dalam serum, ginjal, kulit dan
usus, tetapi proporsi terbesar dilakukan oleh enzim yang ditemukan di
membran retikulum endoplasma sel-sel hati.
Ada dua jenis reaksi utama metabolisme obat, yaitu:
- Reaksi tahap I (melibatkan oksidasi, reduksi atau hidrolisis) obat-
obatan menjadi senyawa yang lebih polar.
- Reaksi tahap II melibatkan terikatnya obat dengan zat lain
(misalnya asam glukuronat, yang dikenal sebagai glukuronidasi)
untuk membuat senyawa yang tidak aktif. Mayoritas reaksi oksidasi
fase I dilakukan oleh enzim sitokrom P450.

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 6


Panduan Interaksi Obat 2015

2. Induksi Enzim
Ketika barbiturat secara luas digunakan sebagai hipnotik, perlu
terus dilakukan peningkatan dosis seiring waktu untuk mencapai efek
hipnotik yang sama, alasannya bahwa barbiturat meningkatkan
aktivitas enzim mikrosom sehingga meningkatkan laju metabolisme
dan ekskresinya
3. Inhibisi enzim
Inhibisi enzim menyebabkan berkurangnya metabolisme obat,
sehingga obat terakumulasi di dalam tubuh. Berbeda dengan induksi
enzim, yang mungkin memerlukan waktu beberapa hari atau bahkan
minggu untuk berkembang sepenuhnya, inhibisi enzim dapat terjadi
dalam waktu 2 sampai 3 hari, sehingga terjadi perkembangan
toksisitas yang cepat.
4. Faktor genetik dalam metabolisme obat
Peningkatan pemahaman genetika telah menunjukkan bahwa
beberapa isoenzim sitokrom P450 memiliki polimorfisme genetik,
yang berarti bahwa beberapa dari populasi memiliki varian isoenzim
yang berbeda aktivitas. Contoh yang paling terkenal adalah CYP2D6,
yang sebagian 28 kecil populasi memiliki varian aktivitas rendah dan
dikenal sebagai metabolisme lambat. Sebagian lainnya memiliki
isoenzim cepat atau metabolisme ekstensif.

Beberapa contoh interaksi dalam metabolisme:

SUBSTRAT OBAT B EFEK

Siklosporin Ketokonazol, Meningkatkan Kadar


Ertromisin, siklosporin dan
Verapamil menurunkan Dosis

Metoprolol Quinidin Menurunkan Kadar


Metoprolol dan
menumbulkan Bradikardia

Fenitoin Simetidin Meningkatkan Kadar


Fenitoin

Siklosporin Rifampisin Menurunkan kadar

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 7


Panduan Interaksi Obat 2015

siklosporin dan
menurunkan

Imunosupresi

Teofilin Fenobarbital, Menurunkan Kadar Teofilin


Merokok dan meningkatkan Dosis

Parasetamol Etanol, INH Meningkatkan efek


Hepatotoksisik

Rifampisin Probenesid Menurunkan Ekskresi


rifampisin

Estogen (Kontrasepsi oral) Antibiotik Spektrum Menurunkan Daya


luas reabsorbsi

d. Interaksi pada ekskresi obat


1. Perubahan pH urin
Pada nilai pH tinggi (basa), obat yang bersifat asam lemah (pKa
3-7,5) sebagian besar terdapat sebagai molekul terionisasi larut lipid,
yang tidak dapat berdifusi ke dalam sel tubulus dan karenanya akan
tetap dalam urin dan dikeluarkan dari tubuh. Sebaliknya, basa lemah
dengan nilai pKa 7,5 sampai 10.5. Dengan demikian, perubahan pH
yang meningkatkan jumlah obat dalam bentuk terionisasi,
meningkatkan hilangnya obat
2. Perubahan ekskresi aktif tubular renal
Obat yang menggunakan sistem transportasi aktif yang sama di
tubulus ginjal dapat bersaing satu sama lain dalam hal ekskresi.
Sebagai contoh, probenesid mengurangi ekskresi penisilin dan obat
lainnya.
3. Perubahan aliran darah renal
Aliran darah melalui ginjal dikendalikan oleh produksi
vasodilator prostaglandin ginjal. Jika sintesis prostaglandin ini
dihambat, ekskresi beberapa obat dari ginjal dapat berkurang.

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 8


Panduan Interaksi Obat 2015

Contoh interaksi pada ekskresi obat:

Obat A Obat B Efek

Amfoterisin B flusitosin Meningkatkab Kadar


flusitosin dan menyebabkan
depresi sumsum tulang

Aminoglikosida, digoksin Kadar digoksin dan Efek


siklosporin toksik meningkat

Digoksin Kuinidin,Verapamil, sekresi digoksin di tubulus


ginjal menurun dan absorbsi
di usus halus meningkat

Salisilat Natrium Bikarbonat Natrium Bikarbonat


membasakan urin dan
meningkatkan Ionisasi dan
Eksresi salisilat

Diuretik, AINS litium Keracunan litium

3. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat
yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir
sama. Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi
antara obat-obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama.
a. Interaksi aditif atau sinergis
Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama
diberikan bersamaan efeknya bisa bersifat aditif.
Beberapa contoh interaksi bersifat aditif atau sinergis:
- Alkohol menekan SSP

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 9


Panduan Interaksi Obat 2015

- Jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah


besar obat (misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain), dapat
menyebabkan mengantuk berlebihan.
- Kadang-kadang efek aditif menyebabkan toksik (misalnya aditif
ototoksisitas, nefrotoksisitas, depresi sumsum tulang dan
perpanjangan interval QT
b. Interaksi antagonis atau berlawanan
Berbeda dengan interaksi aditif, ada beberapa pasang obat
dengan kegiatan yang bertentangan satu sama lain.
Beberapa contoh interaksi antagonis:
- Kumarin dapat memperpanjang waktu pembekuan darah yang
secara kompetitif menghambat efek vitamin K.
- Jika asupan vitamin K bertambah, efek dari antikoagulan oral
dihambat dan waktu protrombin dapat kembali normal, sehingga
menggagalkan manfaat terapi pengobatan antikoagulan

Tingkat Keparahan Interaksi Obat

Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga level :
minor, moderate, atau major.

1. Keparahan minor
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika interaksi
mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap
pasien jika terjadi kelalaian.
Contohnya adalah penurunan absorbsi ciprofloxacin oleh antasida ketika
dosis diberikan kurang dari dua jam setelahnya
2. Keparahan moderate
Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika satu dari
bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe
intervensi/monitor sering diperlukan. Efek interaksi moderate mungkin
menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan
tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di
rumah sakit. Contohnya adalah dalam kombinasi vankomisin dan gentamisin
perlu dilakukan monitoring nefrotoksisitas
3. Keparahan major

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 10


Panduan Interaksi Obat 2015

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat


probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian
yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen.
Contohnya adalah perkembangan aritmia yang terjadi karena pemberian
eritromisin dan terfenadin

INTERAKSI OBAT DAN MAKANAN

Makanan dapat menurunkan atau meningkatkan efek obat. Interaksi antara


obat dan makanan dapat terjadi ketika makanan yang kita makan mempengaruhi obat
yang sedang kita gunakan. Untuk menghindari terjadinya interaksi antara obat dan
makanan, bukan berarti penggunaan obat dan makanan dalam waktu yang
bersamaan tidak dapat dilakukan melainkan perlu pengaturan waktu minum obat
dan makanan yang tepat.

Hal-hal yang dapat mempengaruhi besar kecilnya interaksi obat pada seseorang:

1. Usia

2. Berat Badan

3. Jenis Kelamin

4. Kondisi Pengobatan

5. Dosis Obat

6. Obat lain yang diterima

7. Vitamin, Herbal, suplemen serat yang sedang digunakan

Akibat interaksi obat dan makanan

1. Dapat menghambat kerja obat

2. Muncul efek samping obat yang merugikan atau menguntungkan

3. Muncul Efek samping baru.

Beberapa contoh Interaksi obat dan makanan (IM) dan perhatian waktu minum
obat yang tepat (T) :

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 11


Panduan Interaksi Obat 2015

No Nama Obat Bentuk Interaksi Upaya mengatasi

1 Alendronic Acid Makanan dapat Obat diminum pada saat


(Alovell) menyebabkan terbentuknya perut kosong, minimal 30
ikatan kompleks dengan menit sebelum makan dan
Alendronic Acid (Alovell) dalam posisi duduk tegak
yang susah diabsorpsi. selama minimal 30 menit.
Hindari pemberian obat
bersama makanan dan
susu.

2 Ampicillin Makanan dapat Ampicillin diminum pada


memperlambat absorpsi saat perut kosong, 1 jam
Ampicilin sebelum atau 2 jam
sesudah makan

3 Antikoagulan, Makanan yang banyak Obat tidak boleh diminum


contoh Warfarin mengandung vitamin K bersama dengan makanan
(Simarc-2) : dapat menurunkan yang banyak mengandung
efektifitas dari Warfarin. Vitamin K, seperti brokoli,
bayam dan rebung (bambu
muda)

4 Bisacodyl Makanan yang mengandung Obat diminum pada saat


(Dulcolax) susu dapat melarutkan perut kosong. Setelah
lapisan/salut gula, tablet minum obat, dalam waktu
bisacodyl dilapisi oleh salut 1 jam tidak boleh makan
enterik yang bertujuan makanan atau minuman
untuk mencegah obat yang mengandung susu.
mengiritasi lambung

5 Captopril Makanan dapat menurunkan Obat diminum pada saat


absorpsi Captopril sekitar perut kosong, 1 jam
42%-56%. sebelum atau 2 jam
sesudah makan. Captopril
dapat meningkatkan

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 12


Panduan Interaksi Obat 2015

Kalium. Hindari makanan


yang mengandung tinggi
Kalium, seperti : Pisang,
Jeruk, dan sayuran hijau.
Peningkatan Kalium
didalam tubuh dapat
menyebabkan kecepatan
denyut jantung menjadi
tidak teratur.

6 Ciprofloxacin Makanan yang mengandung Obat tidak boleh diminum


kalsium dapat menyebabkan bersama makanan yang
terbentuknya ikatan banyak mengandung
kompleks yang susah di kalsium, contoh : susu,
absorpsi. yogurt

7 Cisapride Makanan dapat Cisapride diminum pada


(Acpulsif) meningkatkan jumlah obat saat perut kosong atau
yang diabsorpsi tetapi tidak diminum 15 menit
meningkatkan kecepatan sebelum makan
absopsi obat

8 Isosorbide Makanan dapat menurunkan Isosorbide dinitrate


dinitrate absopsi obat diminum pada saat perut
kosong, 1 jam sebelum
atau 2 jam sesudah makan

9 Omeprazole Makanan dapat Obat diminum sebelum


menghambat absopsi makan
Omeprazole

10 Propranolol Makanan yang banyak Propranolol diminum pada


mengandung protein dapat saat perut kosong. Hindari
meningkatkan jumlah obat makanan yang banyak
di dalam darah. mengandung protein

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 13


Panduan Interaksi Obat 2015

seperti putih telur.

11 Perindopril Makanan dapat menurunkan Perindopril diminum pada


(Bioprexum) perindoprilat (bahan aktif saat perut kosong
obat) sekitar 43%

12 Rifampisin Makanan dapat Rifampicin diminum 1 jam


menghambat absopsi obat sebelum atau 2 jam
sesudah makan

13 Sucralfat (Ulsafate, Makanan dapat menurunkan Obat diminum pada saat


Neciblok, Ulsidex) efek obat perut kosong, 1 jam
sebelum atau 2 jam
sesudah makan atau pada
malam sebelum tidur

14 Tetracycline Makanan dapat menurunkan Obat diminum 1 jam


absopsi obat sekitar 46%. sebelum atau 2 jam
Produk susu dapat sesudah makan. Hindari
menyebabkan terbentuknya penggunaan Tetracycline
ikatan kompleks yang susah bersama dengan makanan
diabsopsi sehingga atau produk susu.
menurunkan absopsi obat
sekitar 20-75%.

15 Teofilin Absopsi obat meningkat Hindari minum obat


apabila diminum bersama bersama makanan yang
makanan yang mengandung mengandung lemak tinggi
tinggi lemak. Hal ini dapat
beresiko toksik/berbahaya
di dalam tubuh.

Meskipun tidak semua obat dipengaruhi atau dapat berinteraksi dengan


makanan, sangatlah penting untuk memperhatikan aturan minum dari setiap obat
yang digunakan agar tujuan penggunaan obat dapat tercapai secara maksimal.

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 14


Panduan Interaksi Obat 2015

Disamping adanya efek makanan terhadap obat yang digunakan juga terdapat
beberapa efek terhadap penggunaan obat terhadap makanan, antara lain:

1) Obat-obatan yang dapat menekan nafsu makan:


1. Amfetamin dan senyawa yang berhubungan

2. Antibiotik

3. Penghambat karbonik anhidrase

4. Preparat digitalis

5. Metilfenidat.

2) Obat-obatan yang dapat meningkatkan nafsu makan:

1. Anti depresi

2. Antihistamin

3. Penenang

4. Steroid

5. Tetrahidrokanabinol

3) Obat yang Mempengaruhi Sensitivitas Pengecapan


1. Ampisilin

2. Aspirin

3. Kaptopril

4. Klorfeniramine maleat

5. Klindamisin

6. Streptomisin

7. Tetrasiklin

Efek Obat pada Status Gizi Pasien

1. Perubahan nafsu makan,indra pengecapan dan penciuman, mual/muntah.

2. Perubahan absorsi -> perubahan pH atau mobilitas saluran pencernaan,


penurunan aktivitas asam empedu, kerusakan mukosa saluran pencernaan.

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 15


Panduan Interaksi Obat 2015

3. Iritasi saluran pencernaan.

Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari terjadinya Interaksi obat dan
makanan:

1. Jagalah obat tetap berada di dalam wadah / tempat aslinya sehingga


memudahkan untuk mendapatkan informasi mengenai obat pada label obat.

2. Bacalah label obat dengan teliti, apabila kurang memahami dapat ditanyakan
kepada apoteker atau dokter

3. Baca aturan pakai, perhatian dan peringatan interaksi obat yang tercantum
dalam label dan wadah obat.

4. Sebaiknya minum obat dengan segelas air putih

5. Tanyakan kepada apoteker atau dokter mengenai informasi tentang makanan,


minuman dan suplemen serta yang harus dihindari ketika meminum obat.

RSUD Dr Achmad Mochtar Bukittinggi 16

Anda mungkin juga menyukai