Anda di halaman 1dari 62

HUBUNGAN HIPERTENSI TERHADAP FUNGSI KOGNITIF PADA

LANJUT USIA DI POSYANDU SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

TITIP ELIA GUSTAMI


H1A013030

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2017
ii
iii
PRAKATA

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah


SWT, akhirnya penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul “Hubungan
Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia di Posyandu Sawah Lebar
Kota Bengkulu” ini dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah melibatkan berbagai pihak yang
berperan memberikan bantuan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin
menghaturkan ribuan terima kasih kepada:

1. Keluarga saya, terimakasih atas segala nasehat dan dukungan yang diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. dr. Andrew Johan, M.Si. selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Bengkulu.
3. dr. Andri Sudjatmoko, Sp.KJ selaku pembimbing utama yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. dr. Enny Nugraheni, M.Biomed selaku pembimbing pendamping yang telah
membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. dr. Hasymi Hanafiah, Sp. S selaku penguji utama yang telah memberikan
saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. dr. Rizkianti Anggraini selaku penguji pendamping yang telah memberikan
masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Salma dan Siska yang telah membantu dalam proses wawancara, pemeriksaan
tekanan darah dan pengambilan sampel.
8. Pihak lain yang memberikan bantuan kepada penulis yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Kritik dan
saran penulis harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata semoga
karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Bengkulu, 6 Januari 2017

Titip Elia Gustami

iv
ABSTRAK

Hubungan Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif pada Lanjut Usia di


Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu

Titip Elia Gustami1, Andri Sudjatmoko2, Enny Nugraheni3


1
Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Bengkulu, 2Bagian Psikiatri, Rumah Sakit Soeprapto, Bengkulu, 3Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan Universitas Bengkulu.

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang sering terjadi


pada lansia dengan salah satu komplikasinya yaitu gangguan fungsi kognitif.
Gangguan fungsi kognitif dapat menurunkan kualitas hidup lansia. Gangguan
fungsi kognitif dapat terjadi karena berbagai faktor risiko yaitu umur, pendidikan,
dan tekanan darah. Salah satu tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
hubungan hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif pada lansia.
Metode: Penelitian potong lintang dengan subyek 72 orang lansia di wilayah
kerja Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu. Subyek yang memenuhi kriteria
inklusi diambil dengan metode consecutive sampling. Variabel bebas adalah
tekanan darah dan variabel terikat adalah gangguan fungsi kognitif. Teknik
pengumpulan data dengan melakukan wawancara berdasarkan kuesioner dan
pemeriksaan tekanan darah. Analisa data dengan uji Chi-Square.
Hasil: Pada penelitian didapatkan hubungan antara tekanan darah dan fungi
kognitif tidak signifikan (p= 0,216) dengan uji Chi-Square. Resiko prevalensi
didapatkan nilai 1,46 (IK 95%), yang artinya hiperensi merupakan faktor risiko
dari gangguan fungsi kognitif. Hasil tabulasi silang didapatkan bahwa subjek
terbanyak yang mengalami gangguan fungsi kognitif adalah subjek dengan jenis
kelamin perempuan, tingkat pendidikan Sekolah Dasar dan rentang umur 66-70
tahun. Subjek yang mengalami hipertensi terbanyak adalah subjek dengan jenis
kelamin perempuan dan pendidikan Sekolah Dasar.
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara hipertensi dengan
gangguan fungsi kognitif pada lanjut usia.
Kata Kunci: Hipertensi, gangguan fungsi kognitif, lansia.

v
ABSTRACT

The Correlation between Hypertension and Impairment Cognitive Function


in Elderly in Posyandu Sawah Lebar Bengkulu.

Titip Elia Gustami1, Andri Sudjatmoko2, Enny Nugraheni3


1
Medical Program, Faculty of Medicine and Health Sciences, Universitas Bengkulu,
2
Department of Psychiatry, Soeprapto Hospital, Bengkulu, Department of Phiciatry of
Faculty of Medicine and Health Sciences, 3Department of Microbiology of Faculty of
Medicine and Health Sciences, Universitas Bengkulu

Background: Hypertension is degenerative disease in elderly that have


complication is impairment cognitive function. Impairment cognitive function is
that disease make a down quality of life. Impairment cognitive function can be
because multifactors are age, gender, education, and blood pressure. The purpose
of this study to determine the correlation between hypertension and cognitive
function in elderly.
Methods: This study is cross sectional which used 72 elderly people that
collected by consecutive sampling methode in Posyandu Sawah Lebar Bengkulu.
The Independent variable is hypertension and the dependent variabel is cognitive
function. Data collection techniques by conducting interviews based on a
questionnaire and blood pressure examination. Analysis of correlation test using
Chi-Square.
Results: In this study there is a correlation of hypertension and cognitive function
but not significant (p= 0,216) based on the Chi-Square test. Prevalens of risk get
value 1,46 (CI 95%), that means hypertension is risk factor for impairment
cognitive function. The crosstabs we got subject with impairment cognitive
function the most are woman, Grammar school, and age 66-70 years old. The
subject with hypertension the most are woman and Grammar school.
Conclusions: The correlation hypertension and cognitive function impairment in
ederly is not significant.
Keywords: Hypertension, cognitive function, elderly.

vi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan peneliti
sendiri dan di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan peneliti
lain untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi. Sepanjang
pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan
disebutkan dalam daftar pustaka.

Bengkulu, 6 Januari 2017

Titip Elia Gustami


NPM. H1A013030

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i


PERSETUJUAN ............................................................................................. ii
PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................. iii
PRAKATA ..................................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... v
ABSTRACK ................................................................................................... vi
PERNYATAAN ............................................................................................. vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 3
1.3.2Tujuan Khusus ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4
1.4.1 Bagi Peneliti ........................................................................... 4
1.4.2 Bagi Subyek Penelitian ........................................................... 4
1.4.3 Bagi Institusi .......................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 5


2.1 Lansia .............................................................................................. 5
2.1.1 Definisi ................................................................................. 5
2.1.2 Proses Penuaan ...................................................................... 5
2.2 Hipertensi ........................................................................................ 6
2.2.1 Definisi ................................................................................. 6

viii
2.2.2 Epidemiologi ......................................................................... 6
2.2.3 Klasifikasi ............................................................................. 7
2.2.4 Faktor Risiko ........................................................................ 8
2.2.5 Patogenesis ........................................................................... 10
2.2.6 Patofisiologi .......................................................................... 10
2.3 Fungsi Kognitif ................................................................................ 11
2.3.1 Definisi ................................................................................. 11
2.3.2 Evaluasi Klinis ...................................................................... 11
2.4 Hubungan Lansia yang Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif ............ 15
2.5 Kerangka Pemikiran ......................................................................... 16
2.6 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................ 17
2.7 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 20


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................................... 20
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 20
3.3 Populasi Penelitian .......................................................................... 20
3.3.1 Populasi Target ....................................................................... 20
3.3.2 Populasi Terjangkau ................................................................ 20
3.3.3 Subyek Penelitian .................................................................... 20
3.4 Sample Penelitian............................................................................. 20
3.4.1 Estimasi Besar Sample ........................................................... 20
3.4.2 Teknik Pengambilan Sample .................................................. 20
3.4.3 Kriteria Penelitian .................................................................. 20
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian ........................................................ 21
3.5.1 Variabel Bebas ....................................................................... 21
3.5.2 Variabel Terikat ..................................................................... 21
3.6 Definisi Operasional ....................................................................... 21
3.6.1 Hipertensi ............................................................................... 21
3.6.2 Fungsi Kognitif ...................................................................... 22
3.7 Alat dan Bahan ................................................................................ 22

ix
3.8 Cara Kerja ........................................................................................ 22
3.8.1 Pelaksanaan Pra Penelitian ...................................................... 22
3.8.2 Pelaksanaan Penelitian ............................................................ 23
3.9 Teknik Analisis Data ........................................................................ 23
3.9.1 Analisa Univariat ................................................................... 23
3.9.2 Analisa Bivariat...................................................................... 23
3.10 Etika Penelitian .............................................................................. 24
3.11 Alur Penelitian ............................................................................... 26
3.12 Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................. 27

BAB IV. HASIL PENELITIAN ...................................................................... 29


4.1 Mekanisme Pelaksanaan Penelitian ................................................... 29
4.1.1 Seleksi Subjek Penelitian ....................................................... 29
4.2 Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................... 29
4.3 Karakteristik Subjek Penelitian ......................................................... 30
4.4 Sebaran Subjek Berdasarkan Fungsi Kognitif .................................... 31
4.5 Sebaran Subjek Berdasarkan Tekanan Darah..................................... 33
4.6 Hubungan Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif ................................ 35

BAB V. PEMBAHASAN ............................................................................... 36


5.1 Karakteristik Responden ................................................................... 36
5.2 Karakteristik Fungsi Kognitif Subjek Penelitian ................................ 37
5.3 Karakteristik Tekanan Darah Subjek Penelitian ................................. 39
5.4 Hubungan Hipertensi terhadap Gangguan Fungsi Kognitif ................ 40
5.5 Kelebihan dan Kekurangan Peneltian ................................................ 41

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 43


6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 43
6.2 Saran................................................................................................. 43
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 44
LAMPIRAN ................................................................................................... 49

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi7 .................................................................... 23


Tabel 3.1 Tabel 2x2 ........................................................................................ 24
Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Penelitian .............................................................. 27
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis
Kelamin .......................................................................................... 30
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat
Pendidikan ...................................................................................... 30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Umur .............. 31
Tabel 4.4 Rerata Subjek Berdasarkan Umur, Tekanan Darah Sistol dan
Tekanan Darah Diastol.................................................................... 31
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Subjek yang Mengalami Penurunan Fungsi
Kognitif .......................................................................................... 31
Tabel 4.6 Rerata Komponen Fungsi Kognitif .................................................. 32
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif Berdasarkan Jenis Kelamin .... 32
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif Berdasarkan Tingkat
Pendidikan...................................................................................... 33
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif Berdasarkan Umur ................. 33
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah .............................................. 34
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 34
Tabel 4.12 Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Tingkat Pendidikan ........... 34
Tabel 4.13 Hubungan Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif ............................. 35

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prevalensi Hipertensi Menurut Kelompok Usia dan Jenis kelamin . 7
Gambar 2.2 Kerangka Teori ............................................................................ 16
Gambar 2.3 Kerangka Konsep ........................................................................ 17
Gambar 3.1 Alur Penelitian ............................................................................. 26
Gambar 4.1 Alur Seleksi Subjek Penelitian ..................................................... 30

xii
DAFTAR SINGKATAN

1. ACE : Angiotensin I Converting Enzyme


2. IMT : Indeks Massa Tubuh
3. JNC 7 : Seventh Report of the Joint National Committee
4. Lansia : manusia lanjut usia
5. Manula : manusia usia lanjut
6. MMSE : Mini-Mental State Examination
7. MRC : The American Ricet Council’s
8. NIH : National Institutes for Health
9. PROGRESS : the Protection Against Recurrent Stroke Study
10. RP : Rasio Prevalens
11. SCOP : the Study of Cognition and Prognosis in the Erderly
12. SIRS : Sistem Informasi Rumah Sakit
13. WHO : World Health Organization

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Informasi Bagi Calon Subyek Penelitian ........................ 49


Lampiran 2. Lembar Kriteria Inklusi dan Eksklusi .......................................... 51
Lampiran 3. Lembar Informed Consent Calon Subyek Penelitian .................... 52

Lampiran 4. Lembar Data Karakteristik Subjek Penelitian .............................. 53


Lampiran 5. Lembar MMSE (Mini Mental State Examination) ....................... 54
Lampiran 6. Lembar Pemeriksaan Tekanan Darah .......................................... 58
Lampiran 7. Surat Ethical Clearance .............................................................. 60
Lampiran 8. Surat Izin dari KPPT ................................................................... 61
Lampiran 9. Surat Izin dari BPPTM ................................................................ 62

Lampiran 11. Surat Izin dari Dinas Kesehatan Kota ........................................ 63


Lampiran 12. Surat Izin dari Puskesmas Sawah Lebar..................................... 64
Lampiran 13. Hasil Pengambilan Data Penelitian ............................................ 65
Lampiran 14. Data Hasil Analisis SPSS .......................................................... 66
Lampiran 15. Dokumentasi Penelitian ............................................................. 67

xiv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Batasan umur lansia di Indonesia menurut undang-undang nomor 13 tahun
1998 tentang kesejahteraan lansia adalah 60 tahun ke atas (Riskesdas, 2013). Hal
yang sama menurut World Health Organization (WHO) bahwa usia lanjut dimulai
dari usia 60 tahun. Meskipun beberapa sumber menyebutkan definisi usia tua,
tetapi tidak ada kesepakatan umum tentang usia di mana seseorang menjadi tua.
Seseorang bisa sama tua secara usia, tetapi kemampuan tubuh secara biologis bisa
saja berbeda untuk menunjukkan seseorang tua atau belum tua. (WHO, 2016)
Menurut United Nation Population Division, Departement of Economic and
Social Affairs, jumlah populasi usia lanjut dunia (≥ 60 tahun) diperkirakan hampir
mencapai 668 juta orang di tahun 2005 dan diproyeksikan menjadi dua milyar
pada tahun 2050. Saat itu populasi lanjut usia akan melebihi jumlah populasi anak
(0 – 14 tahun) pertama kali dalam sejarah. Menurut laporan data demografi
penduduk international yang dikeluarkan oleh Bureau of the Census USA, pada
tahun 1990 sampai tahun 2025 diprediksi akan terjadi kenaikan populasi usia
lanjut, antara lain di Asia dari 6% di tahun 1990 menjadi 15,3% pada tahun 2050.
Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan jumlah usia lanjut,
yaitu jumlah penduduk lansia sebesar 23,9 juta (9,7% dari total penduduk) pada
tahun 2010 akan diperkirakan meningkat menjadi 28,8 juta lansia pada tahun 2020
(11,34%) (Abadi et all, 2013). Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu,
penduduk usia lanjut pada tahun 2011 adalah 5,8% dari total penduduk.
Mengalami kenaikan pada tahun 2012 menjadi 5,9% dan pada tahun 2013
mengalami kenaikan lagi menjadi 6,1%. Hal ini menunjukan peningkatan yang
signifikan penduduk usia lanjut di Provinsi Bengkulu (BPSPB, 2013).
Kualitas hidup penduduk usia lanjut harus dijaga optimal karena merupakan
bagian dari kemanusian. Menurut Riskesdas (2013), peningkatan usia harapan
hidup akan meningkatkan populasi usia lanjut yang akan berdampak pada
meningkatnya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya

1
2

angka kesakitan dikarenakan penyakit degeneratif, seperti hipertensi. Antara tahun


1999-2004, populasi Amerika Serikat yang menderita hipertensi pada kelompok
usia (≥18 tahun) sekitar 27% baik perempuan maupun laki-laki. Peningkatan
terjadi secara progresif sesuai dengan penambahan usia, dan paling banyak terjadi
pada lansia (Arronow et al., 2011).
Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit
(SIRS) tahun 2010 (rumah sakit yang mengirim laporan untuk rawat jalan (RL2B)
adalah 41,05% dari total jumlah RS yang teregistrasi dalam SIRS), 10 peringkat
terbesar penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit rawat jalan pada
kelompok usia 45-64 tahun dan 65+ tahun yang paling tingggi adalah hipertensi
esensial (Riskesdas, 2013).
Seiring dengan pertambahan usia, proses penuaan juga mempengaruhi fungsi
kognitif. Perubahan fungsi kognitif dalam proses menua dapat berupa kemampuan
meningkatkan fungsi intelektual yang berkurang dan berkurangnya efisiensi
transmisi saraf di otak, menyebabkan proses inflamasi melambat dan banyak
informasi yang hilang selama transmisi (Setiati et al., 2009). Kemunduran
kognitif ditandai lupa pada hal yang baru, akan tetapi masih dapat melakukan
aktifitas dasar sehari-hari. Hipertensi dan hiperkolesterolemia merupakan faktor
risiko utama. Pengobatan hipertensi dapat mencegah terjadinya penurunan
kognitif. Tekanan darah yang optimal untuk mencegah proses ini adalah 70-79
mmHg (Suhardjono, 2009).
Pasien usia lanjut yang menderita hipertensi lebih dari lima tahun didapatkan
menderita penurunan fungsi kognitif (Taufik, 2014). Keadaan penurunan fungsi
kognitif pada usia lanjut, lebih sering didapat pada hipertensi kronik. Keadaan ini
terjadi karena penyempitan dan sklerosis arteri kecil di daerah subkortikal, yang
mengakibatkan hipoperfusi, kehilangan autoregulasi, penurunan sawar otak, dan
pada akhirnya terjadi proses demyelinisasi white matter subcortical, mikroinfark
dan penurunan kognitif. Pemeriksaan MRI pada pasien dengan hipertensi kronik
sering mendapatkan lesi subkortikal, mikroinfark, astrogliosis, pelebaran
ventrikel, dan akumulasi cairan ekstrasel dibanding yang tanpa hipertensi
(Suhardjono, 2009).
3

Berdasarkan tingginya angka populasi lanjut usia serta hipertensi yang


terjadi pada lanjut usia dan terjadinya penurunan fungsi kognitif yang
mempengaruhi kualitas hidup lanjut usia, peneliti ingin meneliti hubungan antara
hipertensi terhadap penurunan fungsi kognitif pada lanjut usia di Posyandu Sawah
Lebar Kota Bengkulu.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas memberi dasar bagi peneliti untuk
merumuskan pertanyaan “Apakah ada Hubungan Hipertensi Terhadap Fungsi
Kognitif Pada Lanjut Usia di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu?”

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
adanya hubungan antara hipertensi terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia di
Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
1.3.2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik dasar subjek penelitian yang
mencakup: Usia, pendidikan terakhir, riwayat penyakit lansia di Posyandu
Sawah Lebar Kota Bengkulu.
b. Mengetahui distribusi frekuensi subjek yang mengalami penurunan fungsi
kognitif di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
c. Mengetahui distribusi frekuensi subjek yang mengalami hipertensi di
Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
d. Mengetahui hubungan lansia yang hipertensi dan mengalami penurunan
fungsi kognitif di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.

1.4. Manfaat Penelitian:


Beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1.4.1. Bagi Peneliti
4

Penelitian ini dapat menjawab keingintahuan peneliti mengenai hubungan


hipertensi dengan fungsi kognitif pada lanjut usia di Posyandu Sawah Lebar Kota
Bengkulu.
1.4.2. Bagi Masyarakat dan Pembaca
Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pencegahan penurunan fungsi
kognitif pada pasien hipertensi lanjut usia.
1.4.3. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu
Hasil penelitian ini bagi FKIK UNIB yaitu:
a. Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi studi/kajian mengenai
hubungan hipertensi dengan fungi kognitif pada lanjut usia di Posyandu
Sawah Lebar Kota Bengkulu.
b. Dapat memberikan masukan untuk melakukan penelitian-penelitian lebih
dalam di bidang geriatri dan hipertensi yang terkait penurunan fungsi
kognitif.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia
2.1.1. Definisi
Istilah untuk manusia yang berusia lanjut belum ada yang baku. Ada yang
menyebutnya manusia usia lanjut (manula), manusia lanjut usia (lansia), ada yang
menyebut golongan lanjut umur (glamur), usia lanjut (usila), bahkan di Inggris
orang biasa menyebutnya dengan istilah warga negara senior (Maryam, et al.,
2011).
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia (Keliat, 1999). Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4)
UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah
seseorang mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, et al., 2011).
Menurut Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai
spritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
2.1.2. Proses Penuaan
Tahap dewasa merupakan tahap tubuh mencapai titik perkembangan yang
maksimal. Setelah itu tubuh akan menyusut dikarenakan berkurangnya jumlah sel-
sel yang ada dalam tubuh. Sebagai akibatnya, tubuh juga akan mengalami
penurunan fungsi secara perlahan-lahan. Itulah yang dikatakan proses penuaan
(Maryam et al., 2011).
Proses penuaan atau proses menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti
dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi, serta memperbaiki terhadap kerusakan yang diderita (Constantinides,
1994). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
5
6

masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degeneratif (Maryam
et al., 2011).

2.2. Hipertensi
2.2.1. Definisi
Hipertensi adalah peningkatan darah sistolik di atas atau sama dengan 140
mmHg atau tekanan darah diastolik di atas atau sama dengan 90 mmHg dalam
dua kali pengukuran dengan jarak pemeriksaan minimal 10 menit sebelumnya
(Bawazier dalam Setiati et al., 2008).
Tekanan darah diukur dengan spygmomanometer yang telah dikalibrasi
dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien
beristirahat nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit
selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi (Wade dan
Cameron, 2003).
2.2.2. Epidemiologi
Menurut Tedjasumkana (2012), angka kejadian hipertensi di Indonesia
berkisar 6-15% dan masih banyak penderita yang belum terjangkau oleh
pelayanan kesehatan, terutama di daerah pedesaan. Menurut Martin (2008),
sebanyak 1 miliar orang diseluruh dunia menderita hipertensi. Di Amerika
Serikat, hampir 1 dari 3 orang dewasa (sekitar 75 juta orang) memiliki tekanan
darah tinggi.
Hipertensi akan meningkat seiring bertambahnya usia, dan diantara individu
yang berusia ≥ 60 tahun, prevalensi hipertensinya adalah 65,4%. Bukti terbaru
menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Amerika Serikat mungkin akan
meningkat, sebagai akibat dari meningkatnya obesitas (Fauci et al., 2008)
7

Gambar 2.1. Prevalensi Hipertensi Menurut Kelompok Usia dan Jenis


Kelamin oleh The National Health and Nutrition Examination
Survey (NHANES) pada Tahun 2005- 2006 (Arronow et al.,
2011)

Antara tahun 1999-2004, populasi Amerika Serikat Laki-laki yang menderita


hipertensi pada kelompok usia (≥18 tahun) sekitar 27% baik perempuan maupun
laki-laki. Peningkatan terjadi secara progresif sesuai dengan penambahan usia,
dan paling banyak terjadi pada lansia (Arronow et al., 2011).
2.2.3. Klasifikasi
Menurut Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection,Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7),
menggolongkan tekanan darah untuk usia lebih dari 18 tahun, seperti yang terlihat
pada tabel dibawah ini :
Tabel 2.1. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah Diastolik
Darah Sistolik (mmHg) (mmHg)
Normal <120 dan <80
Prehypertension 120‒139 atau 80‒89
Stage 1 hypertension 140‒159 atau 90‒99
Stage 2 hypertension ≥160 atau ≥100
8

2.2.4. Faktor Risiko


Faktor risiko untuk hipertensi ada yang dapat dimodifikasi dan yang tidak
dapat dimodifikasi (Sharma et al., 2008). Faktor-faktor yang tidak dapat
dimodifikasi antara lain faktor genetik, umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan
faktor yang dapat dimodifikasi meliputi stres, obesitas dan nutrisi (Yogiantoro,
2006)
2.2.4.1. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Wade dan Cameron, 2003)
2.2.4.2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien
yang berumur di atas 60 tahun, 50‒60% mempunyai tekanan darah lebih besar
atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usianya (Kumar et al., 2005).
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena
interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga
akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan
oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan
darah meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada
penambahan umur sampai dekade ke lima dan ke enam kemudian menetap atau
cenderung menurun. (Kumar et al., 2005)
Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada
usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan
tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun (Kumar et al., 2005).
9

2.2.4.3. Jenis kelamin


Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause (Cortaz et al.,
2008). Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan esterogen dianggap
sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon esterogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana hormon esterogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun (Kumar et al., 2005).
2.2.4.4. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes for
Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang dengan
Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 yang memiliki IMT <25 (status gizi normal
menurut standart international) prevalensinya adalah 18% untuk pria dan 17%
untuk wanita (Cortaz et al., 2008).
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan
antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin,
dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi energi juga meningkatkan
insulin plasma, dimana natriuretik potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi
natrium dan peningkatan tekanan darah secara terus-menurus (Cortaz et al., 2008).

2.2.4.5. Merokok
Penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and
Wowan Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada
riwayat hipertensi dengan karakteristik sampel yaitu 51% subyek tidak merokok,
10

36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14 batang rokok perhari
dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti
dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu kejadian
hipertensi terbanyak terlihat pada kelompok subyek dengan kebiasaan merokok
lebih dari 15 batang per hari (Bowman et al., 2007)
2.2.5. Patogenesis
Tekanan darah membutuhkan aliran darah melalui pembuluh darah yang
ditentukan oleh kekuatan pompa jantung (cardiac output) dan tahanan perifer
(peripheral resistance). Cardiac output dan tahanan perifer dipengaruhi faktor-
faktor yang saling berinteraksi (asupan natrium, stres, obesitas, genetik dan lain-
lain). Hipertensi dapat terjadi jika terdapat abnormalitas faktor-faktor tersebut
(Sugiyanto, 2007).
Kombinasi faktor herediter dan faktor lingkungan menyebabkan perubahan
homeostasis kardiovaskular (Prehypertension), namun belum cukup
meningkatkan tekanan darah sampai tingkat abnormal; walaupun demikian cukup
untuk memulai kaskade yaitu proses yang sekali dimulai akan berkelanjutan
sampai langkah terakhir, setiap langkah dicetuskan oleh langkah yang
mendahuluinya, kadang-kadang dengan efek kumulatif yang beberapa tahun
kemudian menyebabkan tekanan darah biasanya meningkat (early hypertension).
Sebagian orang dengan perubahan gaya (pola) hidup dapat menghentikan kaskade
tersebut dan kembali ke normotensi.
Sebagian lainnya akhirnya berubah menjadi established hypertension
(hipertensi menetap), yang jika berlangsung lama dapat menyebabkan komplikasi
pada target organ (Sugianto, 2007).
2.2.6. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II
dari angiotensin I oleh Angiotensin I Converting Enzyme (ACE). Peran fisiologis
penting dalam mengatur tekanan darah diatur oleh ACE. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Hormon renin (diproduksi oleh ginjal)
akan diubah menjadi angiotensin I. Hormon ACE yang terdapat di paru-paru
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang
11

memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama
(Yogiantoro, 2006).
Aldosteron berasal dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon
steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan
cara mereabsorbsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan
diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang
pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Yogiantoro,
2006).

2.3. Fungsi Kognitif


2.3.1 . Definisi
Fungsi kognitif adalah merupakan aktivitas mental secara sadar seperti
berpikir, mengingat, belajar dan menggunakan bahasa. Fungsi kognitif juga
merupakan kemampuan atensi, memori, pertimbangan, pemecahan masalah, serta
kemampuan eksekutif seperti merencanakan, menilai, mengawasi dan melakukan
evaluasi (Strub dan Black, 1993).
2.3.2 . Evaluasi Klinis
Dalam evaluasi fungsi kognisi, hal yang dapat dievaluasi adalah memori,
kemampuan visuospasial dan konstruksional, serta kemampuan membaca,
menulis, dan menghitung. Kemampuan abstraksi juga patut dikaji, meski kinerja
pasien dalam tugas, seperti interpretasi peribahasa, mungkin merupakan uji
proyektif di bangsal rawat yang berguna bagi sejumlah pasien, namun interpretasi
spesifik dapat timbul dari berbagai faktor, seperti edukasi yang buruk, inteligensi
rendah, serta kegagalan untuk memahami konsep peribahasa, seperti halnya
rangkaian gangguan psikopatologis primer dan sekunder yang luas (Sadock,
2010).
Evaluasi formal untuk gangguan kognitif memerlukan konsultasi yang
memakan waktu dengan seorang pakar di bidang pengujian psikologis, satu uji
yang praktis dan berguna secara klinis untuk dokter umum adalah pemeriksaan
status mini mental atau MMSE (Mini-Mental State Examination). MMSE
12

merupakan uji penapis yang digunakan selama pemeriksaan klinis pasien (Sadock,
2010).
Uji yang dirancang oleh M.F. Goldstein, S. Folstein, dan P.R McHugh ini
terdiri dari lima kategori: 1) orientasi (misalnya waktu, tempat, orang); 2)
registrasi (misalnya mengurangkan 7 dari 100 secara serial, menyebutkan tiga
nama benda); 3) mengingat (misalnya mengingat nama benda yang sebelumnya
disebutkan); 4) bahasa (misalnya menyebut nama benda, pengulangan kata,
menulis kalimat); dan 5) konstruksi (misalnya menyalin suatu pola). Poin
diberikan untuk tiap jawaban yang benar dengan skor maksimum 30 yang
menandakan tidak adanya gangguan (folstein et al., 1975).
2.3.2.1. Orientasi dan Memori
Gangguan orientasi biasanya dibagi berdasarkan waktu, tempat, dan orang.
Adanya kelainan biasanya tampak sesuai urutan ini (yaitu sensasi waktu biasanya
lebih dulu terganggu sebelum tempat); demikian juga saat pasien membaik,
gangguan menghilang dalam urutan terbalik. Hal ini dapat ditentukan apakah
pasien dapat menyebutkan dengan tepat tanggal dan jam saat ini. Bila pasien
dirawat inap, dapat ditanya berapa lama mereka dirawat inap, dan lihat apakah
pasien berorientasi ke waktu sekarang. Pada pertanyaan mengenai orientasi pasien
terhadap tempat, tidak cukup bila pasien hanya mampu menyebutkan nama dan
lokasi rumah sakit dengan tepat; mereka juga harus berlaku seolah mereka tahu di
mana mereka berada. Mengkaji orientasi terhadap orang, dapat ditanyakan apakah
pasien mengetahui nama-nama orang disekitarnya dan apakah mereka memahami
perannya dengan orang-orang tersebut (Sadock, 2010).
Fungsi ingatan biasanya dibagi menjadi empat area: ingatan jangka panjang,
menengah, dan pendek, serta retensi ingatan dan pengingatan (recall) segera.
Ingatan jangka pendek dapat diperiksa dengan menanyakan pasien mengenai
selera makan dan apa yang dimakannya saat sarapan atau makan malam
sebelumnya. Pada poin ini pasien dapat diminta untuk mengingat nama
pewawancara. Meminta pasien untuk mengulangi enam angka secara berurutan
kemudian membalikannya adalah uji untuk retensi ingatan segera. Ingatan jangka
panjang dapat diuji dengan menanyakan pasien mengenai informasi pada masa
13

kanak-kanaknya yang dapat diuji kebenarannya kemudian. Meminta pasien untuk


mengingat berita penting terbaru selama beberapa bulan terakhir digunakan untuk
memeriksa ingatan jangka menengah. Seringkali pada gangguan kognitif, ingatan
jangka pendek terganggu lebih dahulu dan ingatan jangka panjang terganggu
belakangan. Konfabulasi (memberi jawaban yang salah secara tidak sadar saat
memori terganggu) paling sering dikaitkan dengan gangguan kognitif (Sadock,
2010).
2.3.2.2. Kosentrasi dan Perhatian
Gangguan kognitif dapat dinilai dari konsentrasi pasien. Pengurangan
kelipatan 7 dari angka 100 secara serial adalah tugas sederhana yang memerlukan
kosentrasi penuh dan kemampuan kognitif. Bila pasien tidak bisa mengurangi
dengan kelipatan, maka dapat dicoba dengan kelipatan 3. Apabila pasien tidak
mampu, pemeriksa harus dapat menilai kemampuan dalam melakukan pengkalian,
seperti 4 x 9 atau 5 x 4. Pemeriksa harus mengkaji apakah ansietas, sejumlah
gangguan mood atau kesadaran, atau kelemahan belajar berperan dalam kesulitan
tersebut. Perhatian (atensi) diperiksa dengan cara berhitung atau minta pasien
untuk mengeja kata ‘dunia’ (atau kata lain) secara terbalik. Pasien juga dapat
diminta untuk menyebutkan lima nama benda yang dimulai dengan huruf tertentu
(Sadock, 2010).
2.3.2.3. Membaca dan menulis
Pasien harus diminta untuk membaca suatu kalimat (contohnya,”Pejamkan
matamu”) kemudian mengerjakan hal yang diperintahkan oleh kalimat itu. Pasien
juga harus diminta untuk menulis kalimat sederhana namun lengkap (Sadock,
2010).
2.3.2.4. Kemampuan visuospasial
Pasien harus diminta untuk menyalin suatu gambar, misalnya bagian depan
jam dinding atau segilima bertumpuk (Sadock, 2010).
2.3.2.5. Pikiran abstrak
Pikiran abstrak adalah kemampuan untuk menangani konsep-konsep. Pasien
mungkin memiliki gangguan dalam membuat konsep atau menangani ide.
Dapatkah pasien menjelaskan persamaan, contohnya antara apel dengan pir atau
14

antara kebenaran dan keindahan? Dapatkah pasien memahami peribahasa


sederhana, seperti “air beriak tanda tak dalam”? Jawaban dapat konkret
(memberikan contoh spesifik untuk menggambarkan artinya) atau sangat abstrak
(memberi penjelasan yang sangat umum). Ketetapan jawaban dan cara
memberikan jawaban harus dicatat. Pada reaksi katastrofik, pasien dengan
kerusakan otak menjadi sangat emosional dan tidak dapat berfikir secara abstrak
(Sadock, 2010).
2.3.2.6. Informasi dan intelegensi
Bila dicurigai terdapat kemungkinan gangguan kognitif, apakah pasien
mengalami kesulitan dengan tugas mental, seperti menghitung duit yang bersisa
dari Rp 10.000,00 setelah membeli barang Rp 3.500,00? Apabila tugas ini terlalu
sulit, berikan soal yang lebih mudah, seperti ada berapa uang Rp 500,00 dalam
uang Rp 2.000,00? Inteligensi pasien berhubungan dengan kosa kata dan
pengetahuan umumnya (contohnya jarak dari New York ke Paris). Tingkat
pendidikan pasien dan status sosioekonomi harus diperhitungkan. Mengatasi
konsep yang sulit dan canggih dapat mencerminkan intelegensi, bahkan tanpa
adanya pendidikan formal atau sumber informasi yang luas. Akhirnya, psikiater
memperkirakan kemampuan intelektual dan kemampuan untuk berfungsi
berdasarkan tingkat bakat dasar pasien (Sadock, 2010).
2.3.2.7. Impulsivitas
Apakah pasien mampu mengendalikan impuls seks, agresi, dan impuls
lainnya. Pengkajian pengendalian impuls penting untuk memastikan kesadaran
pasien akan perilaku sosial yang pantas dan merupakan ukuran potensi bahaya
pasien terhadap dirinya sendiri dan orang lain. Pasien mungkin tidak mampu
mengendalikan impuls akibat suatu gangguan kognitif atau psikotik atau
merupakan hasil suatu defek karakter yang kronik, seperti yang dijumpai pada
gangguan kepribadian. Pengendalian impuls dapat diperkirakan dari informasi
mengenai riwayat pasien terkini dan perilaku yang diamati selama wawancara
(Sadock, 2010).
15

2.4. Hubungan Lansia yang Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif


Pasien usia lanjut yang menderita hipertensi lebih dari lima tahun dapatkan
menderita penurunan fungsi kognitif (Taufik, 2014). Keadaan penurunan fungsi
kognitif pada usia lanjut, lebih sering didapat pada hipertensi kronik. Keadaan ini
terjadi karena penyempitan dan sklerosis arteri kecil di daerah subkortikal, yang
mengakibatkan hipoperfusi, kehilangan autoregulasi, penurunan sawar otak, dan
pada akhirnya terjadi proses demyelinisasi white matter subcortical, mikroinfark
dan penurunan kognitif. Pemeriksaan MRI pada pasien dengan hipertensi kronik
sering mendapatkan lesi subkortikal, mikroinfark, astrogliosis, pelebaran
ventrikel, dan akumulasi cairan ekstrasel dibanding yang tanpa hipertensi
(Suhardjono, 2009).
Penelitian longitudinal seperti SHEP, Syst-EUR, The American Ricet
Council’s (MRC), the Protection Against Recurrent Stroke Study (PROGRESS),
dan the Study of Cognition and Prognosis in the Erderly (SCOPE) telah
melaporkan manfaat terapi antihipertensi terhadap fungsi kognitif. Substudi
HYVET-Cognitive (HYVET-COG) tidak menjumpai perbedaan bermakna antara
kelompok antihipertensi dan non-antihipertensi pada penurunan fungsi kognitif.
Sebagai kesimpulan yang digarisbawahi adalah bahwa pemberian obat anti
hipertensi tidak meningkatkan risiko demensia maupun penurunan fungsi kognitif
(Suhardjono, 2009).
Tidak ada data perbandingan obat antihipertensi yang lebih efektif, akan
tetapi dalam studi SystEUR pengobatan dengan golongan antagonis kalsium
mendapat hasil yang baik. Penelitian yang lain mendapatkan golongan
penghambat reseptor angiotensin ACEI terutama pada yang pernah mengalami
stroke, cukup efektif. Penghambat reseptor beta tidak menunjukkan perbaikan
kognitif dibandingkan dengan penghambat reseptor angiotensin walaupun efek
penurunan tekanan darah sama.
16

2.5. Kerangka Pemikiran

Lanjut usia

Hiperglikemi Penyakit degeneratif Diabetes Melitus

Hipertensi

Penyempitan dan sklerosis


arteri kecil di daerah
subkortikal

Penurunan sawar
Kehilangan autoregulasi Hipoperfusi
darah otak

Dyemilinisasi white matter


subcortical

Micro infark

Penurunan fungsi kognitif

Gambar 2.2 Kerangka Teori (Suhardjono, 2009)


17

2.6. Kerangka Konsep Penelitian

Lanjut Usia

Hipertensi

Karakteristik Subjek:
-Usia
-Pendidikan
-Penyakit yang sedang
diderita
-Riwayat penyakit
dahulu

Penurunan Fungsi
Kognitif

Keterangan:

Dicari Hubungannya

Tidak dicari hubungannya

Gambar 2.3. Kerangka Konsep


18

2.7. Hipotesis Penelitian

Ho: Tidak ada hubungan antara hipertensi dengan gangguan fungsi


kognitif pada lanjut usia di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
Ha: Ada hubungan antara hipertensi dengan gangguan fungsi kognitif pada
lanjut usia di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain penelitian ini adalah penelitian observasional analitik. Penelitian ini
merupakan studi potong lintang/cross-sectional untuk mengetahui hubungan
antara hipertensi terhadap fungsi kognitif pada pasien lanjut usia.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu pada
bulan September 2016.

3.3. Populasi penelitian


3.3.1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah semua lanjut usia yang menderita
hipertensi.
3.3.2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah lansia yang menderita
hipertensi yang berada di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu pada bulan
September 2016.
3.3.3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan bagian dari populasi target yang memenuhi
kriteria penelitian.

3.4. Sample Penelitian


3.4.1. Estimasi Besar Sampel
Besar sampel yang diperlukan untuk kelompok target dihitung berdasarkan
rumus dibawah ini (Sudigdo et al., 2011).

19
20

Keterangan:
Zα = Tingkat kemaknaan (1,96)
P = Proporsi lansia penderita hipertensi berdasarkan Riskesdas
tahun 2013 (21,6%)
Q = 1 – P (78,4%)
d = Presisi (10%)
Perhitungan sample dengan kemungkinan terjadinya drop out:
= 10% Besar sampel

= 10% 65

= 7 orang
Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah
65+7=72 orang.
3.4.2. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling,
dimana semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria
pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek yang diperlukan
terpenuhi.
3.4.3. Kriteria Inklusi
1. Pasien yang berumur lebih dari 60 tahun.
2. Pendidikan minimal sekolah dasar atau setingkat.
3. Bersedia menjadi subjek penelitian.
3.4.4. Kriteria Eksklusi
1. Pasien dengan gangguan psikiatri.
2. Pasien yang menderita diabetes melitus.
3. Pasien yang menderita stroke.
21

4. Pasien dengan riwayat gangguan mental organik (retardasi


mental, tumor otak, riwayat trauma kepala, infeksi susunan saraf pusat,
epilepsi, dan parkinson).
5. Pasien yang mendapat terapi obat penenang.

3.4.5. Kriteria drop out


1. Subjek penelitian mengundurkan diri dari penelitian.
2. Subjek penelitian tidak melakukan wawancara dan pemeriksaan
dengan lengkap.

3.5. Identifikasi Variabel Penelitian


Adapun variabel penelitian ini adalah:
3.5.1.Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah hipertensi pada pasien lanjut usia.
Variabel hipertensi menggunakan skala pengukuran yaitu skala nominal.
3.5.2.Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah fungsi kognitif pada pasien lanjut
usia. Variabel fungsi kognitif menggunakan skala pengukuran yaitu skala
nominal.

3.6. Definisi Operasional


Guna menghindari kesalahan dalam mengartikan variabel-variabel yang
dianalisis atau untuk membatasi permasalahan dalam penelitian ini, perlu
dijelaskan definisi operasional masing-masing variabel.

3.6.1. Hipertensi
Definisi : Peningkatan tekanan darah sistolik di atas atau sama dengan
140 mmHg atau tekanan darah diastolik di atas atau sama
dengan 90 mmHg dalam dua kali pengukuran dengan jarak
pemeriksaan minimal 10 menit sebelumnya (Bawazier dalam
Setiawati et al., 2008).
22

Cara ukur : Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat


sphygmomanometer yang telah dikalibrasi (80% dari ukuran
manset menutupi lengan). Pasien beristirahat nyaman, dengan
posisi duduk punggung tegak atau terlentang. Pada pasien yang
merokok atau minum kopi diukur 5 sampai 30 menit setelah
melakukan aktifitas tersebut (Wade dan Cameron, 2003).
Alat ukur : Sphygmomanometer (merek Riester).
Hasil ukur :  Normal ketika tekanan darah sistolik kurang atau sama
dengan 120 mmHG sampai 139 mmHG dan tekanan darah
diastolik kurang atau sama dengan 80 sampai 89 mmHG.
 Hipertensi ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
tekan darah diastolik ≥ 90 mmHg (JNC 7, 2014).
Skala : Nominal

3.6.2. Fungsi Kognitif


Definisi : Berjalannya proses pikiran yang membuat kita menjadi
waspada akan objek pikiran dan persepsi, mencakup semua
aspek pengamatan, pemikiran, dan ingatan (Dorland, 2012).
Cara ukur : Mengisi kuesioner MMSE dengan teknik wawancara.
Alat ukur : Kuesioner Mini Mental State Examination (MMSE).
Hasil ukur :  Nilai 24 – 30 : normal
 Nilai 17 – 23: gangguan fungsi kognitif
Skala : Nominal

3.7. Alat dan Bahan Penelitian


1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3.7.1. Fomulir

Formulir A : Lembar informasi bagi calon subjek penelitian (lampiran 1).


Formulir B : Lembar kriteria inklusi dan ekslusi (Lampiran 2).
23

Formulir C : Lembar informed consent calon subyek penelitian (lampiran 3).


Formulir D : Lembar Mini Mental State Examination (lampiran 4).
Formulir E : Lembar karakteristik demografi (lampiran 5).
Formulir F : Lembar hasil pemeriksaan tekanan darah (lampiran 6)

3.8. Cara Kerja


Setelah mendapat persetujuan penelitian dari Komisi Etik Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu, selanjutnya peneliti
mendata jumlah subjek penelitian di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
Setelah mendapat data jumlah subjek, sampel diambil dengan cara consecutive
sampling.

3.8.1. Pelaksanaan Pra Penelitian


Pengumpulan data dilakukan pada populasi lanjut usia di Kelurahan Sawah
Lebar Kota Bengkulu. Sebelum pengumpulan data primer akan dilakukan
informed consent yang berguna sebagai bukti sah bahwa responden telah bersedia
menjadi subjek penelitian dengan ketentuan informed consent sah apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
 Responden bersedia menjadi subjek penelitian tanpa ada paksaan.
 Responden sudah memahami tujuan dari penelitian.
 Responden sudah mengetahui manfaat yang didapat dari penelitian.
 Responden sudah memahami perannya dalam penelitian.
 Responden berhak menolak untuk melanjutkan penelitian jika kurang nyaman,
takut atau berbahaya selama penelitian berlangsung.
 Responden bersedia menandatangani lembar informed consent.
Lembar tersebut diambil kembali oleh peneliti sebagai bukti kesediaan
mengikuti penelitian. Subjek yang bersedia mengikuti penelitian dianalisi menurut
kriteria inklusi dan eksklusi.

3.8.2. Pelaksanaan Penelitian


24

Subjek penelitian diukur tekanan darahnya menggunakan


sphygmomanometer raksa yang telah dikalibrasi, pengukuran berdasarkan teknik
Wade dan Cameron (2003) dengan cara 80% dari ukuran manset menutupi
lengan, letakkan tangan dalam posisi yang nyaman dan anatomis. Hal ini
dilakukan setelah pasien beristirahat nyaman dan dilakukan dalam 2 kali
pengukuran dengan jarak waktu minimal 10 menit. Pasien diwawancara untuk
mengisi lembar kuesioner MMSE.

3.9. Teknik Analisis Data


Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh menggunakan
program statistik dan dilakukan 2 jenis analisa data, yaitu analisa univariat dan
analisa bivariat.
3.9.1. Analisa Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan
karakteristik setiap variabel penelitian.
3.9.2. Analisa Bivariat
Data dianalisis menggunakan uji chi square dan dibuat dalam tabel 2x2. Pada
studi cross-sectional, estimasi risiko relatif dinyatakan dengan rasio prevalens
(RP), yakni perbandingan antara jumlah subjek dengan penyakit (lama atau baru)
pada suatu saat dengan seluruh subjek yang ada. RP dihitung dengan cara
sederhana, yakni dengan menggunakan tabel 2x2 seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.1. Tabel 2x2


Fungsi Kognitif
Gangguan Normal
Tekanan Hipertensi A B
Darah Normal C D

Setelah itu mulai perhitungan dengan menggunakan rumus rasio prevalen


(RP) sebagai berikut:
RP = A/(A+B):C/(C+D)
Keterangan:
A/(A+B) : proporsi (prevalens) subjek yang mempunyai faktor risiko yang
25

mengalami efek.
C/(C+D) : proporsi (prevalens) subjek tanpa faktor risiko yang mengalami efek
kemudian lakukan penggabungan data dengan menggunakan tabel
frekuensi dan masukkan data dalam komputer dengan program SPSS
dan selanjutnya dilakukan analisa data.

3.10. Etika Penelitian


Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pasien
penelitian yang mengatur batasan ataupun hal-hal yang harus diperhatikan selama
penelitian berlangsung. Adapun etika penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti menjelaskan mengenai penelitian
yang dilakukan kepada subjek.
 Subjek berhak mendapatkan informasi yang jelas terkait penelitian.
 Semua aspek kehidupan, kesehatan, privasi, dan martabat dari subjek
penelitian dilindungi dan dijaga kerahasiaannya.
 Memberi manfaat kepada subjek penelitian khususnya dan juga kepada
masyarakat secara umumnya.
 Penelitian dimulai setelah subjek menandatangani informed consent yang
disediakan.
 Segala biaya penelitian menjadi tanggung jawab peneliti.
 Etik penelitian diajukan ke komisi etik FKIK UNIB setelah proposal disetujui
dan mendapatkan persetujuan dengan No: 50/UN3014.9/LT/2016.
26

3.11. Alur Penelitian

Pemilihan sampel penelitian

Pengambilan data dengan


cara wawancara dan
pengisian kuisioner oleh
subjek

Analisis data

Analisis deskriptif Analisis statistika

Laporan hasil

Gambar 3.1. Alur Penelitian


27

3.12. Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan
Agustus September Oktober November Desember
Nama N Juni 2016 Juli 2016
2016 2016 2016 2016 2016
No Kegiatan
1 2 3 4 5 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2 4 1 2 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penyusunan
Proposal
1
Penelitian
Pengurusan
Ethical
Clearance
Pengumpulan
2
Data
Pengolahan
dan Analisis
3
Data
Penyusunan
Laporan
4
Hasil
Penelitian
Pelaporan
Hasil 5
Penelitan

Tabel 3.2. Jadwal kegiatan penelitian


BAB IV. HASIL PENELITIAN

4.1. Mekanisme Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan November ‒ Desember 2016. Penelitian
dimulai setelah mendapatkan Ethical Clearance dari Komite Etik FKIK UNIB
dengan No: 50/UN3014.9/LT/2016 dan surat izin penelitian dari Kaprodi
Kedokteran dan kemudian pengurusan izin ke tempat lokasi penelitian di
Puskesmas Sawah Lebar Kota bengkulu, kemudian peneliti mendapatkan surat
izin penelitian. Setelah mendapat izin, peneliti membentuk tim penelitian yang
terdiri dari tenaga medis yang berkompeten di bidang penelitian ini. Peneliti dan
tim peneliti memulai pengambilan data pasien berdasarkan kriteria sampai jumlah
subjek mencukupi. Peneliti dan tim memperkenalkan diri dan melakukan
wawancara dengan menjelaskan tujuan penelitian, memberikan informasi kepada
subjek penelitian data apa saja yang diambil, dan melakukan informed consent
kepada calon subjek penelitian mengenai penelitian yang dilakukan.
Calon subjek penelitian yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
mengisi lembar informed consent dan kuesioner identitas. Setelah itu peneliti dan
tim melakukan pengukuran tekanan darah dan pengisian kuesioner MMSE.
Pengisian kuesioner tersebut dilakukan dengan cara wawancara sehingga
menghindari pertanyaan yang sukar dimengerti oleh subjek penelitian. setelah itu,
lembar kuesioner dikumpulkan untuk diolah data penelitian. Data yang telah
diperoleh dimasukkan ke variabel masing-masing dan diolah menggunakan sistem
komputerisasi dengan aplikasi software Statistical Program for Social Science
(SPSS) for Windows versi 22.

4.1.1. Seleksi Subjek Penelitian


Subjek penelitian diperoleh dengan cara non-probability sampling dengan
jenis yang paling baik yaitu consecutive sampling. Sampel diambil dengan cara
semua subjek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi.

28
29

Selama penelitian, peneliti mendapatkan 72 orang subjek penelitian. Semua


subjek penelitian memenuhi kriteria penelitian, sehingga dijadikan subjek pada
penelitian ini. Berikut alur seleksi subjek penelitian :

147 lansia yang berada di wilayah kerja Posyandu Sawah Lebar Kota
Bengkulu

72 lansia memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian

Pengambilan data karakteristik

Pengukuran tekanan darah

Wawancara untuk pengisian kuesioner MMSE

Data dianalisis: Total 72 subjek

Gambar 4.1. Alur Seleksi Subjek Penelitian

4.2. Deskripsi Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Posyandu Puskesmas Sawah Lebar
Kota Bengkulu. Wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu
mempunyai kondisi yang beriklim tropis merupakan daerah dataran rendah
dengan luas wilayah ± 2,61 Km² meliputi tiga kelurahan yaitu Kelurahan sawah
Lebar Baru, Kelurahan Sawah lebar dan Kelurahan Kebun Tebeng. Ketinggian
dari permukaan laut ± 12 sampai dengan 15 meter. Jarak dengan bibir pantai ± 6-7
km.
Adapun batas-batas wilayah kerja Puskesmas Sawah Lebar Kota Bengkulu
sebagai berikut:
30

Sebelah Utara : Kelurahan Suka Merindu


Sebelah Selatan : Kelurahan Panorama
Sebelah Timur : Desa Tanjung Agung
Sebelah Barat : Kelurahan Padang Jati

4.3. Karakteristik Subjek Penelitian


Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, pendidikan dan
umur pada lansia di wilayah kerja Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan
umur dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis kelamin

Frekuensi
Jenis Kelamin
N %
Laki-laki 29 40,3
Perempuan 43 59,7
Total 72 100
Data yang didapatkan pada Tabel 4.1 menunjukkan subjek berjenis kelamin
perempuan pada penelitian ini berjumlah 43 (59,7%) subjek lebih banyak
dibandingkan subjek berjenis kelamin laki-laki 29 subjek (40,3%).

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Frekuensi
Tingkat Pendidikan
N %
SD 30 41,17
SMP 15 20,8
SMA 11 15,3
Diploma 2 2,8
Sarjana 14 19,4
Total 72 100

Pada penelitian ini didapatkan subjek yang memiliki tingkat pendidikan yang
berbeda-beda. Subjek terbanyak memiliki tingkat pendidikan SD (Sekolah Dasar)
sebanyak 30 subjek (41,17%). Subjek dengan tingkat pendidikan paling sedikit
adalah Diploma sebanyak 2 (2,8%) subjek.
31

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Frekuensi
Usia
N %
60-65 33 45,8
65-70 23 31,9
71-75 13 18,1
76-80 3 4,2

Tabel 4.3 menunjukkan rentang usia subjek. Pada penelitian subjek


dikategorikan menjadi empat kelompok umur dengan rentang lima tahun. Subjek
paling banyak umur 60-65 tahun sebanyak 33 (45,8%) subjek. Subjek paling
sedikit dengan rentang umur 76-80 tahun ada sebanyak 3 (4,2 %) subjek.

Tabel 4.4. Rerata Subjek Berdasarkan Umur, Tekanan Darah Sistol dan Tekanan
Darah Diastol

Variabel Penelitian Hasil Pengukuran


Umur (tahun) 66 (60-79)**
Tekanan Darah Sistol (mmHg) 140 (110-170)**
Tekanan Darah Diastol Diastol(mmHg) 90 (60-110)**
Keterangan : * nilai dalam mean ± SD, ** nilai dalam median (min-max).

Tabel 4.4 menunjukkan ketiga variabel diatas memiliki sebaran data yang
tidak terdistribusi normal. Umur subjek penelitian tertinggi berada pada usia 79
tahun yaitu sebanyak satu orang dan usia subjek penelitian yang terendah adalah
60 tahun sebanyak enam orang. Rerata usia subjek penelitian adalah 66 (60-79).
Tekanan darah sistol memiliki nilai tengah 140 mmHg dan untuk tekanan darah
diastol memiliki nilai tengah 90 mmHg.

4.4. Sebaran Subjek Berdasarkan Fungsi Kognitif


Jumlah subjek yang mengalami gangguan fungsi kognitif berdasarkan nilai
pemeriksaan dengan kuesioner MMSE dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Subjek yang Mengalami Gangguan Fungsi


Kognitif
Frekuensi
Fungsi Kognitif
N %
Normal 43 59.7
Gangguan 29 40.3
Total 72 100
32

Tabel 4.5 menunjukkan sebanyak 43 (59,7%) subjek memiliki nilai MMSE


yang lebih dari 23. Rentang nilai MMSE yang lebih dari 23 artinya subjek tidak
memiliki gangguan fungsi kognitif dan dapat dikatakan normal.
Tabulasi silang dilakukan untuk mengetahui distribusi fungsi kognitif
berdasarkan jenis kelamin subjek dan tingkat pendidikan subjek untuk melihat
adanya hubungan antar variabel tersebut.

Tabel 4.6. Rerata Komponen Fungsi Kognitif


Komponen Fungsi Kognitif Hasil Pengukuran
Orientasi 9 (4-10) **
Registrasi 3 (0-5) **
Atensi dan Kalkulasi 3 (0-5) **
Mengingat Kembali 3 (0-5) **
Bahasa 9 (4-9) **
Keterangan : * nilai dalam mean ± SD, ** nilai dalam median (min-max).

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dari lima komponen fungi kognitif yang
diperiksa terdapat sebaran data yang tidak normal. Terdapat komponen fungsi
kognitif yang memiliki rerata nilai yang tinggi, yaitu komponen orientasi 9 (4-10)
dan bahasa 9 (4-9).

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif Berdasarkan Jenis Kelamin


Fungsi Kognitif
Gangguan Normal Total
N % N %
Jenis Laki-Laki 10 34,5 19 65,5 29
Kelamin Perempuan 19 44,2 24 55,8 43
Total 29 40,3 43 59,7 72

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami penurunan


fungsi kognitif sebanyak 19 (44,2%) subjek lebih banyak daripada laki-laki yaitu
sebanyak 10 (34,5%) subjek.
33

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Fungsi Kognitif
Total
Gangguan Normal
SD 19 (63,3%) 11 (36,7 %) 30
SMP 3 (20,0%) 12 (80,0 %) 15
Tingkat
SMA 4 (36,4%) 7 (63,6 %) 11
Pendidikan
Diploma 0 (0,00%) 2 (100 %) 2
Sarjana 3 (21,4%) 11 (78,6 %) 14
Total 29 (40,3%) 43 (59,7 %) 72

Tabel 4.8 menunjukkan gangguan fungsi kognitif yang tertinggi ada pada
tingkat SD sebanyak 19 (63,3%) subjek. Subjek dengan tingkat pendidikan
Diploma tidak ditemukan memiliki gangguan fungsi kognitif.

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif Berdasarkan Umur


Fungsi Kognitif
Total
Gangguan Normal
60-65 10 (30,3%) 23 (69,7 %) 33
66-70 13 (56,5%) 10 (43,5%) 23
Umur
71-75 6 (46,2%) 7 (53,8%) 13
76-80 0 (0,00%) 3 (100%) 3
Total 29 (40,3%) 43 (59,7%) 72

Tabel 4.9 menggambarkan bahwa gangguan fungsi kognitif terbanyak terjadi


pada subjek yang memiliki umur 66-70 tahun sebanyak 13 (56,5%) subjek.
Gangguan fungsi kognitif tidak terjadi pada subjek yang memiliki umur 76-80
tahun.

4.5. Sebaran Subjek Berdasarkan Tekanan Darah


Pemeriksaan tekanan darah dilakukan setelah pasien duduk selama 5 menit,
menggunakan Sphygmomanometer dengan ukuran manset yang tepat. Tekanan
darah diukur tiga kali dikedua lengan, diberikan waktu satu menit jarak antara
setiap pembacaan (Kuan et all., 2010). Subjek juga diwawancarai mengenai
riwayat hipertensi yang dideritanya. Distribusi frekuensi tekanan darah subjek
seperti pada tabel 4.10 berikut:
34

Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah


Frekuensi
Tekanan Darah
N %
Hipertensi 46 63.9
Normal 26 36.1
Total 72 100

Tabel 4.10 menunjukkan jumlah subjek yang mengalami hipertensi sebanyak


46 (63,9%) subjek lebih banyak daripada subjek yang tidak mengalami hipertensi
atau memiliki tekanan darah normal yaitu sebanyak 26 (36,1%) subjek.
Tabulasi silang dilakukan antara tekanan darah berdasarkan jenis kelamin
dan tingkat pendidikan subjek untuk melihat hubungan antara ketiga variabel
tersebut.
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Tekanan Darah Berdasarkan Jenis Kelamin

Tekanan Darah
Total
Hipertensi Normal
Jenis Laki-Laki 20 (69,0%) 9 (31,0%) 29
Kelamin Perempuan 26 (60,5%) 17 (39,5%) 43
Total 46 (36,9%) 26 (36,1%) 72

Tabel 4.11 menggambarkan bahwa terdapat 26 (69%) subjek perempuan


yang menderita hipertensi lebih banyak daripada subjek laki-laki yang menderita
hipertensi yaitu sebanyak 20 (60,5%) subjek.

Tabel 4.12. Distribusi Tekanan Darah Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tekanan Darah
Total
Hipertensi Normal
SD 20 (66,7%) 10 (33,3%) 30
SMP 6 (40,0%) 9 (60,0%) 15
Tingkat
SMA 9 (81,8%) 2 (18,2%) 11
Pendidikan
Diploma 2 (100%) 0 (0,00%) 2
Sarjana 9 (64,3%) 5 (35,7%) 14
Total 46 (63,9%) 26 (36,1%) 72

Tabel 4.12 memperlihatkan bahwa subjek terbanyak yang menderita


hipertensi berasal dari tingkat pendidikan SD yaitu sebanyak 20 (66,7%) subjek.
Subjek yang menderita hipertensi paling sedikit berasal dari tingkat pendidikan
Diploma sebanyak 2 (100%) subjek.
35

4.6. Hubungan Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif


Untuk menganalisis hubungan hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif
maka dilakukan analisis bivariat menggunakan Chi-Square dengan tabel 2x2.

Tabel 4.13. Hubungan Hipertensi terhadap Fungsi Kognitif


Fungsi Kognitif
Gangguan Normal Total p
N % N %
Tekanan Hipertensi 21 45,7 25 54,3 29
Darah Normal 8 30,8 18 69,2 43 0,216
Total 29 40,3 43 59,7 72

Tabel 4.13 merupakan hasil uji Chi-Square hubungan hipertensi terhadap


fungsi kognitif. Pada uji tersebut didapatkan hasil uji statistik dengan uji Chi-
Square diperoleh p-value = 0,216 (p > 0,05) maka secara statistik dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak artinya secara statistik tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian hipertensi dan gangguan fungsi
kognitif di Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
Estimasi risiko relatif dinyatakan dengan rasio prevalens (RP), yakni
perbandingan antara jumlah subjek dengan penyakit (lama atau baru) pada suatu
saat dengan seluruh subjek yang ada. RP dihitung menggunakan rumus seperti di
bawah ini.

RP = a/(a+b):c/(c+d)
= 21/46: 8/26
= 0,456/0,307
= 1,48
Estimasi risiko relatif berdasarkan nilai rasio prevalen didapatkan nilai 1,48
(IK 95%). Bila rasio prevalen > 1 berarti dapat dikatakan bahwa hipertensi
merupakan faktor risiko dari terjadinya gangguan fungsi kognitif.
BAB V. PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden


Penelitian ini merupakan analisis deskriptif dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional. Dalam penelitian ini diambil data pasien berupa
tekanan darah dan fungsi kognitifnya yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 72
responden, dimana data ini diambil dari wilayah kerja Posyandu Sawah Lebar
Kota Bengkulu.
Pada penelitian ini didapatkan 29 subjek laki-laki dan 43 subjek perempuan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Qian et al., (2016) di
Binhai New Area di Tianjin, China yang meneliti gangguan fungsi kognitif
dengan studi case countrol yang menggunakan sampel sebanyak 112 subjek
kelompok kasus yang menderita gangguan fungsi kognitif dibandingkan dengan
115 subjek sebagai kelompok kontrol didapatkan sebanyak 79 subjek perempuan
di kelompok kasus dan 55 subjek perempuan di kelompok kontrol. Hal ini secara
signifikan menggambarkan bahwa subjek perempuan pada kelompok kasus lebih
tinggi (70,54%) dibandingkan subjek laki-laki.
Secara teoritis angka harapan hidup wanita lebih tinggi daripada laki-laki,
sehingga keberadaan lansia perempuan lebih banyak daripada lansia laki-laki.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2014, jumlah
lansia perempuan lebih besar daripada laki-laki, yaitu 10,77 juta lansia perempuan
dibandingkan 9,47 juta lansia laki-laki. Hasil sensus penduduk 2014 proporsi
lansia perempuan lebih tinggi daripada proporsi lansia laki-laki, baik di perkotaan
maupun di perdesaan (BPS, 2015)
Penduduk lansia dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu lansia muda (60-69
tahun), lansia madya (70-79 tahun), dan lansia tua (80 tahun ke atas) (BPS,2014).
Pada penelitian ini rentang umur subjek adalah 60 – 70 tahun dengan rerata usia
66 tahun yang termasuk kategori lansia muda. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Qian He et al., (2016) di Binhai New Area di Tianjin, China
yang meneliti tentang gangguan fungsi kognitif memiliki subjek dengan rerata

36
37

umur 76 tahun yang termasuk kategori lansia madya. Penelitian serupa yang
dilakukan oleh Taraghi et al., (2016) di empat Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Mazandaran, Iran tentang Gangguan fungsi kognitf pada lansia
dengan gagal jantung kronik dan faktor yang berkaitan memiliki subjek dengan
rerata umur 70 tahun yang masuk kategori lansia madya. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Sang Geun Bae et al., (2016) di Rumah Sakit Pendidikan Jinju
Universitas CHA Gumi, Korea yang membahas tentang kepatuhan lansia dalam
mengonsumsi obat hipertensi mendapatkan subjek dengan rerata umur 74 tahun
yang termasuk lansia madya.
Menurut data dari Susenas, 2014 terlihat bahwa lansia muda lebih tinggi
proporsinya di daerah perkotaan daripada daerah perdesaan, sebaliknya proporsi
lansia madya dan lansia tua lebih banyak di daerah perdesaan. Sejalan dengan
penelitian ini sendiri yang dilakukan di daerah perkotaan.
Pada penelitian ini subjek memiliki level pendidikan yang berbeda, yaitu SD
30 (41,17%) subjek, SMP 11 (20,8%) subjek, SMA 15 (15,3%) subjek, Diploma 2
(2,8%) subjek, dan Sarjana 14 (19,4%) subjek, dengan subjek terbanyak memiliki
level pendidikan terendah yaitu SD. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Taraghi et al., (2016) di empat Rumah Sakit Pendidikan
Universitas Mazandaran, Iran mendapatkan level pendidikan subjek yang
terbanyak adalah SD. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan
oleh Taufik (2014) yang meneliti pengaruh hipertensi terhadap gangguan fungsi
kognitif yang membagi level pendidikan menjadi level pendidikan dasar sebanyak
5 (10,29%) subjek, level pendidikan menengah sebanyak 24 (49%) subjek dan
level pendidikan tinggi sebanyak 20 (40,8%) subjek, dengan subjek terbanyak
berasal dari level pendidikan tinggi.

5.2. Karakteristik Fungsi Kognitif Subjek Penelitian


Pada penelitian ini subjek yang memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak
29 (40,3%) subjek lebih sedikit dibandingkan dengan yang normal 43 (59,7)
subjek. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Taufik (2014)
yang meneliti gangguan fungsi kognitif pada lansia mendapat subjek yang
38

memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 11 (22,45%) subjek lebih sedikit


dari yang normal sebanyak 38 (77,55%) subjek. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh penelitian Qian He et al., (2016) di Binhai New
Area di Tianjin, China tentang gangguan kognitif ringan pada lansia terdapat
sebanyak 112 subjek yang memiliki gangguan fungsi kognitif dan 115 subjek
normal.
Pada penelitian didapatkan bahwa gangguan fungsi kognitif lebih banyak
terjadi pada subjek perempuan sebanyak 19 (44,2%) subjek. Sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Wreksoatmodjo (2014) didapatkan bahwa perempuan
lebih cenderung menderita gangguan fungsi kognitif khususnya di usia sangat
lanjut, mengingat perempuan mempunyai harapan hidup lebih panjang Jorm et al.,
(1998). Pria didapatkan mengalami gangguan kognitf di usia lebih muda, hal ini
dikarenakan adanya penyakit kardiovaskular yang lebih sering dijumpai pada laki-
laki.
Pada penelitian ini didapatkan bahwa subjek yang berpendidikan terendah
yakni SD memiliki gangguan fungsi kognitif terbanyak yakni 19 (63,3%) subjek.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Mongisidi et al., (2012)
mendapatkan hasil yang signifikan yaitu sampel yang mengeyam pendidikan lebih
dari sembilan tahun atau lebih dari pendidikan dasar (SMA, diploma ataupun
sarjana), memiliki hasil fungsi kognitif yang tergolong normal. Hal ini sejalan
dengan penelitian Ardila et al.,(2000) bahwa pendidikan merupakan faktor yang
sangat penting dalam mencegah terjadinya gangguan fungsi kognitif karena efek
biologis di otak meningkatkan densitas sinaps di otak (Katzman, 1993).
Peningkatan densitas sinaps di otak memberikan perlindungan dari munculnya
gejala penurunan fungsi kognitif dari sinaps yang telah hilang, karena sinaps yang
baru dapat menggantikan sinaps yang lain (Albert, 1995).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa lansia yang mengalami gangguan
fungsi kognitif terbanyak ada pada kelompok umur 66-70 tahun sebanyak 13
(56,6%). Pada lansia mengalami proses penuaan yang mengakibatkan perubahan
fungsi pada lansia, salah satunya adalah penurunan fungsi kognitif. Semakin
bertambahnya usia seseorang maka kecepatan proses di pusat saraf semakin
39

menurun yang dapat mengakibatkan perubahan penurunan fungsi kognitif. Pada


umumnya lansia cenderung sulit untuk mengingat hal-hal yang baru atau hal-hal
yang lama karena lansia tidak termotivasi untuk mengingat sesuatu.
Ketidakmampuan dalam mengingat ini salah satunya dipengaruhi oleh faktor usia.
Bertambahnya umur merupakan faktor resiko mayor terjadinya penurunan fungsi
kognitif karena otak mengalami beberapa perubahan. (Yuniati dan Riza, 2004).

5.3. Karakteristik Tekanan Darah Subjek Penelitian


Pada penelitian ini didapatkan subjek yang menderita hipertensi sebanyak 46
(63,9%) subjek dan subjek yang memiliki tekanan darah normal 26 (36,1%)
subjek. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik (2014)
yang meneliti pengaruh hipertensi terhadap fungsi kognitif mendapatkan sebanyak
38 (77,55%) subjek menderita hipertensi lebih banyak daripada 11 (22,45%)
subjek memiliki tekanan darah normal.
Pada penelitian lain menyebutkan bahwa insidensi hipertensi meningkat
seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini
merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya
(Kumar et al., 2005).
Prevalensi dan keparahan dari hipertensi pada lansia wanita meningkat
setelah umur 60 tahun, utamanya wanita memiliki hipertensi tingkat 2 (TD ≥
160/100 mmHg) (Wassertheil et al., 2000). Namun wanita terlindung dari
penyakit kardiovaskuler sebelum usia 45 tahun atau sebelum menaupause (Cortaz
et al., 2008). Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
esterogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein
(HDL). Proses ini terus berlanjut dimana hormon esterogen tersebut berubah
kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai
terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar et al., 2005).
Pada penelitian ini didapatkan bahwa tingkat pendidikan SD mempunyai
frekuensi tertinggi dalam mengalami hipertensi 20 (66,7%) subjek. Sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Rebeca dan Murti (2007), menyebutkan
40

bahwa hipertensi berhubungan dengan tingkat pendidikan, dimana pada subjek


wanita yang berpendidikan SMP/SMU mempunyai risiko seperlima lebih kecil
untuk mengalami hipertensi dibandingkan dengan yang berpendidikan SD.
Wanita yang sarjana mempunyai risiko sepersepuluh lebih kecil untuk mengalami
hipertensi dibandingkan dengan yang berpendidikan SD (Rebeca dan Murti,
2007). Penelitian yang dilakukan Hertz et all., (2005) menunjukkan subjek
berpendidikan rendah dibandingkan dengan subjek yang berpendidikan tinggi
mempunyai faktor risiko dan kemungkinan untuk mendapatkan sumber bacaan
yang rendah untuk pengetahuan tentang kesehatannya (Hertz et all., 2005).

5.4. Hubungan Hipertensi terhadap Gangguan Fungsi Kognitif


Pada penelitian ini dari 72 subjek yang diteliti, 21 subjek menderita
hipertensi mengalami gangguan fungsi kognitif didapatkan hasil yang tidak
signifikan (p = 0,216). Rasio prevalensi didapatkan 1,46 (IK 95%) yang artinya
bahwa hipertensi merupakan faktor risiko terjadinya gangguan fungsi kognitif.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik
(2014) yang meneliti pengaruh hipertensi terhadap lansia di Instalasi Rawat Jalan
Poli Geriatri Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang. didapatkan dari 49 subjek
yang diteliti, 38 subjek mengalami penurunan fungsi kognitif pada subjek yang
menderita hipertensi didapatkan hasil yang tidak signifikan (p = 0,847).
Pada penelitian ini tidak ada data tentang berapa lama subjek memiliki
riwayat hipertensi, sedangkan menurut Taufik (2014) ada hubungan yang
signifikan antara subjek yang memiliki riwayat hipertensi lebih dari lima tahun
yang mengalami g5angguan fungsi kognitif (p = 0,001). Keadaan ini terjadi
karena penyempitan dan sklerosis arteri kecil di daerah subkortikal, yang
mengakibatkan hipoperfusi, kehilangan autoregulasi, penurunan sawar otak, dan
pada akhirnya terjadi proses demyelinisasi white matter subcortical, mikroinfark
dan penurunan kognitif. Pemeriksaan MRI pada pasien dengan hipertensi kronik
sering mendapatkan lesi subkortikal, mikroinfark, astrogliosis, pelebaran
ventrikel, dan akumulasi cairan ekstrasel dibanding yang tanpa hipertensi
(Suhardjono, 2009).
41

Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan penelitan yang dilakukan
Taraghi et al., (2016) mendapatkan hubungan yang signifikan antara fungsi
kognitif dan hipertensi (p = 0,039) (Taraghi et al., 2016). Beberapa sumber
menyebutkan bahwa hipertensi memiliki efek yang signifikan terhadap fungsi
kardiovaskular, integritas struktural serebral dan berasosiasi dengan kemunduran
kognitif. Penjelasan yang paling utama muncul bagaimana hipertensi memberikan
efek yang mengganggu fungsi kognitif adalah karena hipertensi meningkatkan
penyakit kardiovaskular.
Beberapa penelitian longitudinal memperlihatkan hubungan positif
hipertensi terhadap gangguan fungsi kognitif. Efek ini berhubungan dengan stroke
dan berkorelasi kuat dengan individu yang tidak mengkonsumsi obat anti
hipertensi (Taraghi et al., 2016). Perbedaan risiko tersebut dapat karena tingginya
tekanan darah sistolik di usia pertengahan meningkatkan risiko aterosklerosis,
meningkatkan jumlah lesi iskemik substansia alba, juga meningkatkan jumlah
plak neuritik dan tangles di neokorteks dan hipokampus serta meningkatkan atrofi
hipokampus dan amigdala (Wreksoatmodjo, 2014).

5.5. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian


5.5.1. Kelebihan Penelitian
Beberapa kelebihan yang didapatkan dari penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional yang dapat
menghitung rasio prevalens lansia yang mengalami gangguan fungsi kognitif
dengan faktor risiko hipertensi yang merupakan penelitian awal pada wilayah
kerja Posyandu Sawah Lebar Kota Bengkulu.
2. Penelitian ini menggunakan sampel dari masyarakat umum, tidak hanya
pasien yang mencari pengobatan, dengan demikian generalisasinya cukup
memadai.
3. Pada penelitian ini tidak terdapat lose to follow up (drop out).
4. Penelitian ini dapat dimasukkan ke dalam tahapan pertama suatu penelitian
kohort atau eksperimen, tanpa atau dengan sedikit menambah biaya.
42

5. Penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya yang
bersifat lebih konklusif untuk menentukan hubungan sebab akibat.

5.5.2. Kekurangan Penelitian


Beberapa kekurangan peneliti yang ditemukan selama pelaksanaan
penelitian ini antara lain:
1. Penelitian ini belum mengkaji secara mendalam karakteristik dasar yang
berkaitan dengan tekanan darah dan fungsi kognitif.
2. Penelitian ini belum menganalis secara multivariat berbagai faktor yang
berkaitan dengan penurunan fungsi kognitif pada lansia.
3. Penelitian ini tidak memiliki sampel yang seragam.
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Puskesmas Sawah Lebar Kota
Bengkulu pada bulan November-Desember 2016 didapatkan:
1. Pada penelitian didapatkan subjek terbanyak berjenis kelamin perempuan,
dan rerata umur terbanyak adalah 66 (60-79) tahun serta memiliki level
pendidikan terbanyak adalah Sekolah Dasar (SD).
2. Subjek yang mengalami penurunan fungsi kognitif adalah sebesar 22,45 %.
3. Subjek yang mengalami kejadian hipertensi adalah sebesar 63,9 %.
4. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian hipertensi terhadap
penurunan fungsi kognitif.

6.2. Saran
1. Perlu dipertimbangkan untuk melakukan penelitian terhadap semua faktor
gangguan fungsi kognitif khususnya di wilayah kerja Posyandu Puskesmas
Sawah Lebar.
2. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya dengan sampel yang lebih besar, dan
wilayah penelitian yang lebih luas agar sampel yang diteliti dapat lebih
mewakili populasi target.
3. Disarankan untuk melakukan penelitian dengan studi case control untuk
menentukan hubungan sebab akibat dari variabel yang diteliti.

43
44

DAFTAR PUSTAKA

Albert, 1995. How does education affect cognitive function. Elseviers, January
1995, 5 (1), pp: 76-78.

Aronow, W.S., Jerome L.F., Carl J.P., Nancy, T.A., George, B., Alan S.B., Keith
C.F., et al., 2011. Circulation. A Report of the American College of
Cardiology Foundation Task Force on Clinical Expert Consensus
Documents. 123:2434-2506.

Ardila, A., Feggi, F., Roselli, M., 2000. Age-Related Cognitive decline during
normal aging: The complex effect education. Archives of Clinical
Neuropsyochology. Vol 15 (16) pp: 495-513

Bae, S.G., Sin, K., Ki, S.P., Keon, Y.K., Nam, S.H., Ki, S.K., Yu M.Lee., et al.,
2016. Factors related to intentional and unintentional medication
nonadherence in elderly patients with hypertension in rural community.
Dovepress Journal, Vol. 10: 1979-1989

Eduardo, O., Abadi, K., Dian. W., Ellen, A., Gunawan, Marcella, E.R., Bambang,
S., 2013. Hypertension and risk of mild cognitive impairment in elderly
patients. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Vol. 8 (3).

Bowman, S.T., et al., 2008. Clinical Research Hypertension. A Prospective study


of Cigaratte Smokey And Risk of Incident Hypertension In Bringham And
Women Hospital. JAMA

Badan Pusat Statistik, 2015. Statistik Penduduk Lanjut Usia 2014 Hasil Survei
Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2013. Kependudukan: Jumlah penduduk


menurut kelompok umur dan jenis kelamin di Provinsi Bengkulu. Badan
Pusat Statistik Provinsi Bengkulu. Available at:
http://bengkulu.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/33 [Accessed 13 Mei
2016].

Cortaz, K., 2008. Hypertension. Last update May 11 2008.


http//:www.emedecine.com. [Accessed 25 April 2016].
45

Dahlan, M.S., 2010. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Salemba Medika.

Dorland, W.A., (2012). Kamus Saku Kedokeran Dorland. Edisi ke-28. Jakarta:
EGC

Fauci, A.S., Kasper, D.L., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson,
J.L., Lozcalzo, J., 2008. Harrison’s principles of internal medicine. Edisi
ke 17. United State Of America: The McGraw-Hill Companies.

Folstein, M., Susan, E.F., Paul, R.M., Mini-mental state: a pratical method for
grading the cognitive state of patiens for the clinican. Volume 12, Issue 3, J
Psychiatry Res;189–198.

He, Q., Qing, L., Jiangang, Z., Tianfeng, W., Lu, J., Guowei, H., Fei M., 2016.
Relationship between plasma lipids and mild cognitive impairment in the
elderly Chinese: a case-control study. Biomed Central: Lipids in Health
and Disease. Vol 15(146).

Hertz, R.P., Unger, A.N., Cornell, J.A., 2005. Racial disparities in hypertension
prevalence, awareness, and management. Arch Intern Med, (165), pp: 2098
–104.

Jorm, A.F., Jolley, D., 1998. The incidence of dementia: A Meta-Analysis.


Neurology 51(3): 728-33

Katzman, R., 1993. Neurology: Education and the prevalence of dementia and
Alzheime & disease, 43, pp: 13-20.

Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., 2005. Hypertensive Vascular Disease.
Dalam: Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition.
Philadelpia: Elsevier Saunders; 528-5289.

Martin, J., 2008. Revisiting the JNC 7 recommendation. Tersedia di


http://www.jlgh.org/JLGH/media/Journal-LGH-Media
Library/PastIssues/Volume3-Issue3/JLGH_V3n3_p91-97.pdf. - Diakses
April 2016.
46

Maryam, R.S., Mia, F.E., Rosidawati, Ahmad, J., Irwan, B., 2008. Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mongisidi, R., Rizal, T., Mieka, A.H.N.K., 2000. Profil penurunan fungsi kognitif
pada lansia di yayasan-yayasan manula di Kecamatan Kawangkoan.
Skripsi

Ng, K.H., Adrian, G.S., Bryan, W., 2010. Hypertension: Pathogenesis, risk factors
and prevention. Elsevier, 38 (8).

Oparil, S., Amin, Z.D., Calhoun, A., 2003. Phatogenesis of hypertension.


physiology in medicine: A Series of Articles Linking Medicine with
Science. Annals of Internal Medicine, 139(9): 761-776.

Rebecca, B.M., 2007. Hubungan antara tingkat pendidikan dan hipertensi pada
wanita di kabupaten Sukoharjo. Skripsi

Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta:
EGC, pp: 9-10.

Setiati, S., Kuntjoro, H., Arya, G.R., 2009. Proses Menua dan Implikasi
Klinisnya. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simandibrata KM,
Setiyohadi B, Syam AF (eds). Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. Edisi
ke-5. Jakarta: Interna Publishing, p:757-774.

Sugiyanto, E., 2007. Hipertensi dan komplikasi serebrovaskular. Cermin Dunia


Kedokteran: vol.34 no.157. Available at:
http://id.scribd.com/doc/22665619/cdk-157-Neurologi [Accessed 20 Mei
2016].

Strub, R.L., Black, F.W., 1993. The Mental Status Examination in Neurology.
Edisi 4. Los angles: F.A. Davis Publishers. Available at:
https://books.google.co.id/books?hl=id&id=lrCjfKlqmtwC&dq=cognitive+
function+strub+black&focus=searchwithinvolume&q [Accessed 5 Mei
2016].

Suhardjono, 2009. Hipertensi Pada Lanjut Usia. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo
AW, Simandibrata KM, Setiyohadi B, Syam AF (eds). Buku ajar ilmu
penyakit dalam jilid I. Edisi ke-5. Jakarta: InternaPublishing, p:899-902.
47

Tadic, M., Cesare, C., Dagmara, H., 2016. Hypertension and cognitive
dysfunction in elderly: blood pressure management for this global burden.
BMC Cardiovascular Disorders. Vol 16 (208).

Taraghi, Z., Ahmad, A.A.K., Mahshid, F., Jamshid, Y., Ali, M., Seied, K. B.,
2016. Cognitive Impairment Among Elderly Patients With Chronic Heart
Failure and Related Factors. Iran J Psychiatry Behav Sci. Vol 10 (2).

Taufik, E.S., 2014. Pengaruh hipertensi terhadap fungsi kognitif pada lanjut usia.
Semarang, Indonesia, Universitas Diponegoro. Skripsi. Jurnal Media
Medika Muda

Tamher, S. dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan


Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

U. S. Departemen Of Health and Human Services, 2004. The Sevent Report of


The Joint National Commmite on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment Hight Blood Preassure. Available at:
http://www.nhlbi.gov/guideline/hypertension/jnc7full.pdf [Accessed April
2016].

Wade, A.H., Hwheir, D.N., Cameron, A.P., Tett, S.E., 2003. Using a problem
detection study (PDS) to identify and compare health care provider and
consumer views of antihypertensive therapy. Journal of Human
Hypertension, 17 (6), p:397.

Wassertheil S.S., Anderson, G., Psaty, B.M., 2000. Hypertension and its treatment
in postmenopausal women: baseline data from the Women’s Health
Initiative. Hypertension. (36), pp: 780 –9.

Wreksoatmodjo, Budi, R., 2014. Beberapa kondisi Fisil dan Penyakit yang
Merupakan Faktor Risiko Gangguan Fungsi Kognitif. CDK-212 vol. 41
(1).

Yogiantoro, M., 2006. Hipertensi Esensial. Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi ke IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam. Fakultas Kedokteran Universitas Riau, pp: 610-614.
48

Yuniati, F., dan Riza, M., 2004. Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan
Kesulitan Mengingat dan Konsentrasi Pada Usia Lanjut di Indonesia
Tahun 2004. Jurnal Pembangunan Manusia, pp: 9-25.

Anda mungkin juga menyukai