Habib Alwi Jamalulel-Fitk
Habib Alwi Jamalulel-Fitk
TESIS
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Magister Pendidikan
Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat benar-benar karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Surat pernyataan
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Seminar Hasil Tesis.
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
UNTUK PENDAFTARAN UJIAN HASIL TESIS
Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas sudah selesai masa
Bimbingan Tesis, dan disetujui untuk pendaftaran Ujian Hasil Tesis.
ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SEMINAR HASIL
Tanda Tangan
Penguji I
Nama :
NIP : ........................................
Penguji II
Nama :
NIP : ........................................
Pembimbing
iii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kepemimipinan karismatik kiai dalam
pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis
penelitiannya yaitu studi kasus. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis
data deskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata – kata. Hasil yang ditemukan
di lapangan dalam penelitian ini adalah peran kepemimpinan karismtaik dalam
pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien terbagi menjadi
beberapa peran di antaranya: (1) Peran Kiai sebagai pengasuh Pondok Pesantren, yang
menggunakan pembiasaan dan pengambilan hikmah atau ibroh adalah cara Kiai dalam
pembentukan karakter santri menjadi lebih baik. Adapun karakter yang terbentuk yaitu
karakter santri peduli terhadap sesamanya, dan karakter toleransi terhadap golongan atau
latar belakang santri di rumahnya masing-masing (2) Peran kiai sebagai teladan, dari peran
ini kiai benar-benar memberikan contoh prilaku yang ideal terhadap pembentukan karakter
santri di Darul Muttaqien. Ia tidak hanya berbicara atau memerintah, namun ia lebih
banyak memberikan teladan kepada para santrinya agar melakukan sesuatu yang
diharapkan oleh pesantren. Sehingga, dengan peran ini muncullah karakter kesederhanaan
terhadap santri (3) Peran kiai sebagai orang tua santri, kiai mempunyai peranan yang
sangat strategis di pondok pesantren. Ia sebagai orang tua kedua santri dapat
mengendalikan perilaku dan dari cara Kiai tersebut maka terbentuklah karakter kejujuran,
kesabaran dan keiklasan terhadap santri (4) Peran Kiai sebagai pemimpin, Kiai bukan
hanya bertugas sebagai pengajar di dalam pondok pesantren namun juga sebagai
pemimipin atas keberlangsungan dan berjalannya pondok pesantren. Oleh karenanya, Kiai
harus mempunyai visi yang kuat juga ideal. Selain itu, ia juga harus berani menyampaikan
visi tersebut dengan tegas. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa Kiai Mad Rodja
Sukarta merupakan Kiai yang mempunyai visi misi yang kuat juga ideal. Selain itu, ia juga
mampu menyampaikannya dengan berani dan tegas. Sehingga, santri melihat karakter
tersebut. Dan muncullah karakter mandiri pada diri santri Darul Muttaqien (5) Peran Kiai
sebagai motivator, kiai Mad Rodja Sukarta merupakan Kiai yang mampu menumbuhkan
semangat dan motivasi kepada santri sehingga santri totalitas dalam menjalani aktivitas di
pondok pesantren. Dengan totalitas tersebut muncullah karakter yang kuat terhadap diri
santri untuk dapat merubah dirinya menjadi orang yang lebih baik.
iv
ABSTRACT
This study aims to analyze the role of charismatic leadership of kiai in the formation of
students’ characters in Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor Regency. The approach
taken in this research was qualitative research with the type of research that was case
study. Data analysis in this research was descriptive data analysis technique, that was
method of data analysis in the form of words by words. The results found in the field in this
study was the role of leadership karismtaik in the formation of santri characters in Pondok
Pesantren Darul Muttaqien divided into several roles among them: (1) The role of Kiai as
caretaker of Pondok Pesantren, which used habituation and taking wisdom or ibroh was
the way Kiai in the formation of students’ characters to be better. The character that was
formed was the character of students concerned about each other, and the character of
tolerance to the group or background students’ in their respective homes (2) The role of
kiai as an example, from this role kiai really provided examples of ideal behavior towards
the formation of students’ characters in Darul Muttaqien. He did not only speak or rule,
but he gave more examples to his students to do something expected by the pesantren.
Thus, with this role came the character of simplicity to students (3) The role of kiai as the
parents of santri, kiai had a very strategic role in boarding school. The role of Kiai as a
leader, Kiai did not only serve as a teacher in boarding school but also as a leader on the
sustainability and the passage of the santri, the character of honesty, patience and
sincerity of the students (4) Islamic boarding school. Therefore, Kiai must have a strong
vision as well as ideal. In addition, he must also be dare to pass the vision firmly. From the
research, it was concluded that Kiai Mad Rodja Sukarta was a Kiai who has a strong
mission vision is also ideal. In addition, he is also able to deliver it with bold and firm.
Thus, the santri saw the character. And emerge independent character in self santri Darul
Muttaqien (5) The role of Kiai as motivator, kiai Mad Rodja Sukarta was Kiai able to grow
spirit and motivation to santri so santri totality in doing activity in boarding school. With
such a totality comes a strong character towards the santri's self to be able to transform
himself into a better people.
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Di dalam naskah tesis ini akan dijumpai ayat Al-Quran yang otomotis
ditulis dengan huruf Arab. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk
penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
ARAB LATIN
Kons. Nama Kons. Nama
ا Alif Tidak dilambangkan
ب Ba b Be
ت Ta t Te
ث Tsa st Es (dengan titik di atas)
ج Jim j Je
ح Cha H Ha (dengan titik di bawah)
خ Kha kh Ka dan ha
د Dal d De
ذ Dzal dh De dan ha
ر Ra r Er
ز Za z Zet
س Sin s Es
ش Syin sy Es dan ha
ص Shad s Es (dengan titik di bawah)
ض Dlat d De (dengan titik di bawah)
ط Tha t Te (dengan titik di bawah)
ظ Dha z Zet (dengan titik di bawah)
ع „Ain „ Koma terbalik di atas
غ Ghain gh Ge dan ha
ف Fa f Ef
ق Qaf q Qi
ك Kaf k Ka
ل Lam l El
م Mim m Em
ن Nun n En
و Wawu w We
هـ Ha h Ha
ء Hamzah ‟ Apostrof
ي Ya y Ye
vi
1. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan
dengan gabungan huruf sebagai berikut:
a. Vokal rangkap ( ْ ) َأوdilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya:
al-yawm.
b. Vokal rangkap ( ْ ) أَيdilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:
al-bayt.
2. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan
tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ْ = الْفَاجِحَةal-fatihah ), (
= الْعُُلىْمal-‘ulum ) dan ( = qimah ).
3. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama
dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( ٌ= حَّد ), ( ٌ= سَّد
saddun ), ( = طَّيِةtayyib ).
4. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah
dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( = الْبَّيْثal-bayt ), (
=الّسَمآءal-sama’).
5. Ta’ marbutah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukun, transliterasinya
dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ta’ marbutah
yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( = ُرؤْيَةُ الْهِاللru’yah al-
hilal atau ru’yatul hilal).
6. Tanda apostrof (‟) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( ُ = ُرؤْيَةru’yah ), ( = فُقَهَاء
fuqaha’).
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puja dan puji syukur seraya dipanjatkan kepada Dzat Yang
Maha Tinggi, Allah Robbul „izzati berkat rahmat dan karunia-Nya, saya diberi
kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan Tesis yang berjudul “Peran
Kepemimpinan Karismatik Kiai dalam pembentukan Karakter Santri di Pondok
Pesantren darul Muttaqien Kabupaten Bogor” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang akan ilmu, iman dan pengajaran.
Penyelesaian Tesis ini tidak lepas dari motivasi, dukungan dan do‟a dari
berbagai pihak, oleh sebab itu izinkan pada kesempatan kali ini izinkan penulis
untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A. selaku Ketua program studi magister
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Husni Rahim. yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan, nasihat, bimbingan, dan motivasi bagi penulis serta kesabaran
selama bimbingan menyelesaikan tesis.
5. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Iyam, Opa, Empat, adik-adik yang selalu semangat dan ceria terima kasih atas
do‟a dan semanganya semoga kalian bisa nyusul S2.
9. Guru Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cicih, Guru Asep, Guru Imu dan
Uda Rio selaku pengelola Sekolah Guru Indonesia.
10. Guru Hebat SGI angkatan 21 yang sangat meginspirasi, 19 bulan yang
berharga tentang cerita kita kawan. Pa‟mang, Ade, Ades, Ayu, Eci, Epang,
Firda, riki, Isil, Wahyu, Nardis, Afid, Upi dan Upa. Terkhusus guru eci terima
kasih atas bantuannya
12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak
dapat ditulis satu persatu.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
x
c. Nilai – nilai Karakter ........................................................ 35
d. Teori Pembentukan Karakter ........................................... 37
4. Pondok Pesantren ................................................................... 40
a. Pengertian Pondok Pesantren ........................................... 40
b. Jenis – Jenis Pondok Pesantren ......................................... 42
c. Elemen – elemen Pondok Pesantren ................................. 44
d. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren ............................... 47
e. Bentuk Pendidikan di Pondok Pesantren .......................... 49
f. Kerangka Konseptual........................................................ 50
g. Penelitian Terdahulu Yang Relevan.................................. 51
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pesantren sebagai lembaga tertua di Indonesia merupakan tempat
untuk belajar agama Islam yang sampai sekarang masih tetap eksis
keberadaannya. Eksistensinya sudah teruji oleh zaman, sehingga sampai saat
ini masih bisa tetap survive dengan berbagai macam dinamikanya. Hal ini
didukung oleh pernyataan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA dalam
sambutannya selaku Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
menyatakan bahwa pesantren masih tetap eksis hingga saat ini karena
memiliki ciri khas yang paling menonjol yang membedakan pesantren dengan
lembaga pendidikan lainnya yaitu sistem pendidikan dua puluh empat jam,
dengan mengkondisikan para santri dalam suatu lokasi asrama yang dibagi
dalam bilik – bilik atau kamar – kamar sehingga mempermudah
mengaplikasikan sistem pendidikan yang total (Kantor PBNU, Senin 27
Januari 2014).
Pesantren adalah tempat untuk belajar pengetahuan tentang kaidah-
kaidah agama Islam, Al-Quran dan sunah Rosul secara mendalam. Kehadiran
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di tengah masyarakat Indonesia
merupakan produk kultur yang menghasilkan produk kultural yang tidak saja
tercermin dalam cara hidup para santri dan keseluruhan aktivitas
kelembagaan, tetapi juga pada masyarakat lingkungannya dalam arti luas
(Setiadi, 2009:437). Pesantren mempunyai kekhasan, terutama dalam
fungsinya sebagai institusi pendidikan, disamping itu pesantren pun menjadi
lembaga dakwah, bimbingan dan perjuangan. Setiadi juga menambahkan
bahwa fungsi utama pesantren secara mendasar adalah sebagai lembaga yang
bertujuan mencetak muslim agar memiliki dan menguasai ilmu – ilmu agama
(tafaqquh fi al-din) secara mendalam serta menghayati dan mengamalkannya
secara ikhlas semata – mata ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah
SWT. Dengan kata lain, tujuan pesantren adalah mencetak ulama (ahli
agama) yang mengamalkan ilmunya serta menyebarkan dan mengajarkan
ilmunya pada orang lain.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 13 Tahun 2014
Tentang Pendidikan Keagamaan Islam Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa
Pondok Pesantren yang selanjutnya disebut pesantren adalah lembaga
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
menyelenggrakan satuan pendidikan pesantren dan/atau secara terpadu
menyelenggarkan jenis pendidikan lainnya.
1
2
Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Darul Muttaqien telah
mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Dimana di dalam pondok tersebut, para santri dibentuk untuk
menjadi pejuang Islam yang mandiri di masyarakat. Terbentuknya karakter
mandiri santri Pondok Pesantren Darul Muttaqien tidak lepas dari peran
kepemimpinan karismatik Kyai pesantren tersebut.
Maka dari itu, berangkat dari latar belakang yang dijabarkan di atas,
dijadikan landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini mengenai
“Peran Kepemimpinan Karismatik Kyai Dalam Pembentukan Karakter
Santri Di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah berikut:
1. Memudarnya peran kepemimpinan karismatik Kyai di Indonesia.
2. Terdapat indikasi kuat mengenai hilangnya nilai – nilai luhur bangsa
yang melekat seperti kejujuran, kemandirian dan persatuan.
3. Maraknya kasus negatif yang terjadi di kalangan remaja yang
berdampak kepada merosotnya nilai – nilai karakter.
4. Terdapat
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan keraguan dalam
penafsiran dan penelitian, maka peneliti memberikan pembatasan masalah
yakni menganalisis kepemimpinan karismatik Kyai Mad Rodja Sukarta
sebagai pemimpin dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Muttaqien serta
peran kepemimpinan karsimatik Kiai Mad Rodja Sukarta dalam
pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran
kepemimipinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor?
7
E. Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran yang konkrit dari sebuah penelitian
dibutuhkan arah atau tujuan dari penelitian tersebut, sehubungan dengan itu
diuraikan tujuan penelitian yaitu:
1. Untuk mengetahui kepemimipinan karismatik Kyai Mad Rodja
Sukarta
2. Untuk mengetahui peran kepemimpinan karismatik Kiai Mad rodja
Sukarta dalam pembentukan karakter santri.
3. Untuk mengetahui karakter santri di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat untuk
berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis terutama hal rangka
peran kepemimpinan karismataik kyai dalam pembentukan karakter santri.
Berdasarkan hal tersebut, maka manfaat yang diharapkan melalui penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Akademisi
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan
konsep dan teori tentang ilmu kepemimpinan karismatik Kyai
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan tentang pembentukan karakter santri.
2. Praktisi
a. Bagi Pengasuh Pondok, penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan input dalam menyumbangan ide /
sumbangsih pemikiran khususnya dalam pembentukan karakter
santri di pondok pesantren.
b. Bagi ustadz / ustadzah, penelitian ini diharapkan agar menjadi
masukan bagaimana peran kepemimpinan Kyai dalam
pembentukan karakter santri serta diaplikasikan dalam
pelaksanaanya di pondok pesantren.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan dan pengalaman khususnya dalam memberikan
pendidikan tentang pembentukan karakter santri melalui peran
kepemimpinan karismatik Kyai kepada santrinya di pondok
pesantren.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskriptif Teoritis
1. Konsep Dasar Kepemimpian
a. Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan menjadi salah satu pembahasan yang
sangat menarik bagi para akademisi, peneliti maupun masyarakat pada
umumnya. Hal ini karena kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi begi keberhasilan kelompok masyarakat. Pemimpin
dengan kepemimpinan mempunyai makna yang berbeda. menurut Duryat
(2016 : 2) bahwa term pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin bermula dari
akar kata yang sama, yakni “pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan
dalam konteks yang berbeda. Selanjutnya, dalam bahasa Indonesia
“pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan,
pembimbing, ketua, kepala, penggerak, penuntun dan lain sebagainya.
Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan
peran seseorang, yang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang
lain dengan berbagai cara. Pada umumnya pemimpin merupakan seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan/kelebihan di satu bidang dengan atau tanpa pengangkatan resmi
sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama untuk
melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan,
(kartono dalam Duryat : 2016 : 2).
Kepemimpinan meurut Robert G Owens dalam Sudaryono ( 2014 : 4 )
mengatakan bahwa kepemimpinan merupkaan suatu interaksi antar suatu
pihak yang mempin dengan pihak yang dipimpin. Pendapat ini menyatakan
juga bahwa kepemimpina merupkan proses dinamis yang dilaksanakan
melalui hubungan timbal balik antara pemimpin dan yang dipimpin.
Hubungan tersebut berlangsung dan berkembang melalui transasksi antar
pribadi yang saling mendorong dalam mencapai tujuan bersama. Dengan kata
lain kepemimpinan adalah hubungan interpersonal berdasarkan keinginan
bersama. Kepemimpinan bukan suatu sebab tetapi akibat atau hasil dari
prilaku kelompok, sehingga tanpa ada anggota atau pengikut, maka tidak ada
pemimpin.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi
tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang didalamnya terjadi
8
9
interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk
mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk,
memotivasi dan mengkoordinasi, (Duryat : 2016 : 4 ). Dari sini dapat dipahami
bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-
program saja, tetapi lebih dari itu yaitu memimpin harus melibatkan seluruh
lapisan organiasainya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan
aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalaam
usaha mencapai tujuan
Proses kepemimpin merupakan proses interaktif dan dinamis dalam
mempengaruhi orang lain. Dalam proses tersebut seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan dasar serta keterampilan dalam menggerakkan
bawahannya agar dapat bekerjasama secara maksaimal (Suharsaputra, 2016).
Bekerjsama untuk melaksanakan dan mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan. Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan penting dalam rangka
pengelolaan sehingga kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci
keberhasilan organisasi (Baharuddin dan Umiarso 2012:33).
Menurut Ownes dalam Danim dan suparno ( 2009 : 41) mengatakan
bahwa kepemimpinan suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang
mempimpin dengan pihak yang dipimpin. Interaksi antar pihak yang
pemimpin dengan yang dipimpin dalam rangka mencapai tujuan bersama. Hal
senada dikemukakan Baharuddin dan Umiarso (2012 : 48 ) bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar orang lain
tersebut mau bekerjsama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam perspektif Islam, kepemimpinan tidak mengenal hubungan
hierarkis antara atasan dan bawahan, karena hubungan tersebut akan
menjadikan adanya perbedaan kelas status. Padahal dalam Islam,
kepemimpinan merujuk kepada makna “khalifah” yang berarti “pemimpin” di
muka bumi yang semuanya mempunyai tanggungjawab yang sama (Aprianto,
2016 : 269). Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut terdapat dalam
QS. Al-Baraqaha : 30 yaitu sebagai berikut :
10
Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:
Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(QS. Al-
Baqarah : 30)
Selain merujuk pada kata “khalifah”, yang ada dalam QS. Al-Baqarah
:30. Kepemimpinan juga merujuk pada kata “imam” ataupun “ulil amri dalam
(QS. Al-Imron : 26) yaitu sebagai berikut.
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia pada Allah (Al-
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dari hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. Al-'Imran (3):26)
Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang wajib mentaati Allah swt,
mentaati Rosul Allah dan mentaati pemimpinnya, baik pemimpin negaranya
maupun pemimpin organisasinya yang ia ikuti. Jelas bahwa hukumnya wajib
selagi dalam koridor yang baik. Selain itu, mengenai kepemimpinan
Rasulullah saw juga bersabda :
ٍ ُكلُّ ُك ْم َر:وعن بن عمر رضي هللا عنهما عن النبي صلى هللا عليه وسلّم قال
اع
ُ والمرأة,أهل بيتِ ِه
ِ راع على ٍ والر ُج ُل
ّ ,راع
ٍ واألمير
ُ َ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئ ُ ْو ٌل
,ع ْن َرعيّتِ ِه
) (متفق عليه.عن َر ِعيَّتِ ِه ْ راع وكلّكم مسئو ٌل
ٍ فكلّكم,ِزوجها َو َولَ ِده ِ ِ َرا ِعيَّةٌ على بي
ت
Artinya :
Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw, beliau bersabda : “ Kalian adalah
pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas
11
1. Pemimpin Formal
Pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu
ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi
untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak
dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
Adapun ciri - ciri dari pemimpin formal yaitu sebagai berikut :
a) Bersatus pemimpin formal selama masa jabatan tertentu, atas dasar
legalitas formal oleh penunjukan pihak yang berwenang (ada
legitimasi).
b) Sebelum pengangkatannya dia harus memenuhi bebrapa persyaratan
formal terlebih dahulu.
c) Diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas dan
kewajibannya. Karena itu dia selalu memiliki atasan.
d) Mendapatkan balas jasa materil dan imateril tertentu.
e) Bisa mempunyai kesempatam promosi atau kenaikan pangkat formal,
dan dapat dimutasikan.
f) Apabila melakukan kesalahn-kesalahan, dia akan dikenai sanksi dan
hukuman.
g) Selama menjabat kepemimpinannya dia diberi kekusasaan dan
wewenang, antara lain untuk menentukan kebijakan, memberikan
motiasi kerja kepada bawahan, menggariskan pedoman dan petunjuk,
mengaloasikan jabatan dan penempatan bawahannya, mengadakan
supervisi dan kontrol, menetapkan sasaran organisasi, dan mengmbil
keputusan-keputusan penting lainnya.
2. Pemimpin Informal
12
b. Fungsi Kepemimpinan
Pendapat Reza dalam Lano (2015:75) mengemukakan bahwa, secara
operasional ada 5 fungsi pokok kepemimpinan antara lain: 1) Fungsi
instruktif, Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai,
melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi
orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. 2) Fungsi konsultatif,
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua
arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan
keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya. 3) Fungsi partisipasi, Dalam menjalankan
fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
13
Artinya :
14
Artinya :
Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa)
di mukua bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan. ( QS Shaad [38]: 26).
Dari ayat di atas dapat diambil hikmah bahwa seorang pemimpin harus
benar-benar adil dalam memberikan proporsionalitas tenggung jawab dari segi
kuantitas maupun kualitas yang disertai dengan keikhlasan dalam
menjalankan tugasnya dan juga orientasi tingkah lakunya disertai dengan nilai
etik yang baik.
Artinya :
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka (QS. Asy-Syura : 38).
sepanjang masa telah di kutuk oleh watak manusia sebagai suatu hal yang
jahat.
Sedangkan Stephen R. Coney dalam Ambarita (2015 : 56) juga
mengungkapkan prinsip kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
1. Seorang yang pembelajar seumur hidup; tidak hanya melalui
pendidikan formal, namun juga diluar sekolah. Ia belajar melalui
membaca, menulis, observasi, mendengar dan berdiskusi. Mempunyai
pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan; seorang pemimpin tidak dilayani
melainkan melayani, sebab prinsip pemimpin dengan melayani
berdasarkan karir sebagi tujuan utama. Dalam meberikan pelayanan
pemimpin diharuskan memberikan pelayanan yang baik.
3. Memebawa energi yang positif; setiap orang mempunayi energi dan
semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada
keikhlasan dan keinginan mendukung mensukseskan orang lain.
Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.
Dari tiga prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin
ditunutut untuk mempunyai semangat belajar yang tinggi. Menggunakan
semua kesempatannya untuk menambah ilmu pengetahuan. Memberikan
pelayanan yang terbaik terhadap orang yang dipimpinnya. Selain itu, ia
dituntut untuk mempunayi energi positif, memberikan dorongan dan motivasi
kepada yang dipimpinnya untuk dapat bersama-sama bergerak mencapai
tujuan.
Tabel 2.1
Sifat-sifat kepemimpinan menurut Warren Bennis dalam Duryat
(2016 : 27)
No Sifat Kepemimpinan Penjelasan
1. Vissioner Mempunyai ide yang jelas tentang apa
yang diinginkan secara profesional
atau pribadi, dan mempunyai kekuatan
untuk bertahan ketika mengalami
kemunduran atau kegagalan.
2. Berkemauan kuat Mencintai apa yang dikerjakan,
mempunyai kesungguhan yang luar
biasa dalam menjalani hidup,
dikombinasikan dengan kesungguhan
dalam bekerja, menjalani profesi dan
bertindak.
3. Integritas Integritas diperoleh dari pengetahuan
sendiri dan kedewasaan, mengatahui
kekuatan dan kelemahan sendiri,
teguh memegang prinsip, dan belajar
dari bagaimana pengalaman orang lain
dan bekerja dengan orang lain.
4. Amanah Pemimpin memperoleh kepercayaan
dari orang lain atau dari orang yang
dipimpinnya.
5. Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu tentang segala hal dan
rasa ingin belajar sebanyak dan seluas
mungkin.
6. Berani Berani mengambil resiko,
bereksperimen, dan mencoba hal- hal
baru.
Transfor
masitif
Karisma
Visioner
tik Gaya dan
Tipe
Kepemimpi
nan
Demkra Transak
tis sional
Gambar 2.1
Gaya Kepemimpinan
1) Transformasional
Kepemimpinan Transformasional esensinya adalah mengubah potensi
menjadi energi nyata (Danim dan Suparno, 2009 : 50). Kepemimpinan
transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang mampu
mentransformasiakn organisasi dalam menghadapi perubahan, (Suharsaputra,
2016 : 59). Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan trasformatif adalah kepemimpinan yang berorientasi pada
perubahan, memaksimalkan potensi atau sumber daya yang ada untuk
perubahan yang lebih baik dalam pencapaian tujuan organiasasi.
2) Visioner
Daniel Goleman dalam Priansa (2017 : 104) mengatakan bahwa
kepemimpinan visoner merupakan pola kepemimpinan yang berusaha untuk
menggerakkan orang-orang ke arah impian bersama, dengan dampak iklim
emosi paling positif dan paling tepat digunakan saat perubahan membutuhkan
visi baru atau ketika dibutuhkan arah yang jelas.
3) Transaksional
Menurut Nahavandi dalam Danim (2012 : 145) mengemukakan bahwa
kepemimpinan traksaksional didasarkan pada konsep pertukaran antara
22
memiliki kelebihan yang bersifat psikis dan mental, serta kemampuan tertentu
sehingga apa yang diperintahkannya akan dituruti oleh pengikutnya, dan
terkadang tanpa memperhatikan rasionalitas dari perintah tersebut
(Baharuddin dan Umiarso, 2012 : 203). Selaras dengan hal itu, Kartono (2016
: 81) juga menyampaikan hal yang sama bahwa :
Tipe kepemimpinan memiliki keukuatan energi, daya tarik dan
perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya
dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Sampai
sekarangpun orang tidak mengetahui secara benar sebab-
sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki karisma begitu
besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (Subnatural
Power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang
diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Ia banyak
memiliki inspirasi, keberanian, dan keyakinan teguh pada
pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar.
Kepemimpinan karismatik merupakan kepemimpinan yang memiliki
daya tarik tersendiri terhadap pengikutnya. Kepemimpinan karismatik
mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain dengan wibawa dan
kelebihan spiritualnya. Kepemimpinan karismatik bersumberkan pada
kesucian, kepahlawanan, dan kualitas (karakter) luar biasa dari pemimpinnya
(weber dalam Arifin, 2015 : 354)
Menurut Qori ( 2013 : 72) Kepemimpinan karismatik dapat diartikan
sebagai kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat
kepribadian dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang
lain, sehingga dalam suasana batin mengagumi dan mengagungkan pemimpin,
bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin. Pemimpin disini
dipandang istimewa karena sifat-sifat kepribadiannya yang mengagumkan dan
berwibawa. Dalam kepribadian itu, pemimpin diterima dan dipercayai sebagai
orang yang dihormati, disegani, dipatuhi dan ditaati secara rela dan ikhlas.
Pengikut pemimpin karismatik ikut menikmati karisma yang dimiliki
pemimpinnya karena mereka merasa memperoleh inspirasi dan kebenaran
(Prihantoro, 2016 : 309). Kepemimpinan karismatik menginginkan anggota
organisasi sebagai pengikutnya untuk mengadopsi pandangan pemimpin tanpa
atau dengan sedikitnya perubahan.
Kepemimpinan karismatik merupakan tipe kepemimpinan yang
menanamkan nilai-nilai ideologis dengan mengartikulasikan visi-visi
organisasi dengan lebih baik (Delbecq et al dalam Marganingsih, 2014 : 33 ).
26
Visi
Keahlian Retorika
Membangun Citra dan
Kepercayaan
Kepemimpinan yang
dipersonalisasi
Kepemimpinan yang
dipersonalisasi
Tingkat emosi yang tergugah Krisis
Kesediaan untuk setia pada Ketergantungan
pemimpin tugas
Perasaan terperdayakan
Pengikut Situasi
Gambar : 2.2
Kerangka kerja interaksional kepemimpinan karismatik.
27
ketepatan visi atau inisiatif perubahan, maupun tindakan yang diambilnya untuk
mewujudkan visinya, (Hughes dkk, 2015 : 537). Pengikut kepemimpinan karismatik
cenderung nurut dan manut terhadap pemimpinnya, mereka nurut seolah tidak ada
pertanyaan dan keraguan untuk melakukan dan mengikuti nasihat-nasihatnya.
Yulk dalam Sudaryono (2014 : 235) memberikan indikator kepemimpinan
karismatik sebagai berikut : (1) pengikut – pengikutnya meyakini kebenarannya
dalam cara memimpin. (2) pengikut – pengikutnya menerima gaya kepemimpinannya
tanpa bertanya. (3) pengikut – pengikutnya memiliki kasih sayang kepada
pemimpinnya. (4) kesadaran untuk mematuhi perintah pemimpinnya. (5) dalam
mewujudkan misi organisasi melibatkan pengikutnya secara emosioanal. (6)
mempertinggi pencapaian kinerja (performance) pengikutnya. (7) dipercayai
pengikutnya bahwa kepemimpinannya akan mampu mewujudkan misi organisasinya.
e) Nilai Kebangsaan
1) Nasionalis
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, kultur, ekonomi dan politik bangsanya.
2) Menghargai keberagaman
Sikap memberikan rasa hormat terhadap berbagai macam hal baik
yang berbentuk fisik, sifat, adat, kultur, suku dan agama.
3. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai
asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan
secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri
biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab
klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam
secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian
dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana
kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari
Bahasa Arab funduuq yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren
41
disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang
Kyai.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 13 Tahun 2014
Tentang Pendidikan Keagamaan Islam Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa
Pondok Pesantren yang selanjutnya disebut pesantren adalah lembaga
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
menyelenggrakan satuan pendidikan pesantren dan/atau secara terpadu
menyelenggarkan jenis pendidikan lainnya.
Pesantren adalah salah satu lembaga yang menjadi pusat
pengembangan ilmu (Fauzan, 2015:156-157). Lebih lanjut Fauzan
menjabarkan bahwa berbagai teori keilmuan dari berbagai disiplin ilmu yang
dikaji di pesantren menjadi acuan untuk dipraktekkan. Kecenderungan untuk
mempraktekkan nilai-nilai teoritis yang diperoleh santri dari kajian - kajiannya
adalah sebuah keniscayaan karena dalam konteks keIslaman ilmu dikatakan
bermanfaat kalau diamalkan. Nilai amaliah inilah yang membedakan dirinya
dari entitas-entitas lainnya yang menempatkannya pada posisi sebagai
khalifah di muka bumi.
Menurut Mas’udi (2015:1), pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan yang cukup tua dan perkembang seiring dengan perkembangan
Indonesia, sehingga keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan negeri
yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Arifin (2003)
dalam Dwi Kusumawati (2015:26) juga sependapat bahwa pondok pesantren
adalah suatu Lembaga Pendidikan Agama Islam yang tumbuh serta diakui
oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kampus) di mana santrisantri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa
orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatis serta independen
dalam segala hal. Pengertian pesantren yang populer pada saat ini yaitu bahwa
pesantren atau pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam
Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam, dan
mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian, atau disebut tafaqquh fi
addin, dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat.
Keberhasilan pesantren dalam membentuk karakter santri tidak terlepas dari
totalitas pendidikannya yang terintegrasi dalam kegiatannya yang berlangsung
selama hampir 24 jam yang mampu mensinergikan kecakapan yang cukup,
mental yang tangguh, dan berkarakter. Karakter yang terbentuk pada diri santri
merupakan nilai afektif yang terbentuk dari tuntutan agama yang mewajibkan
umat muslim menuntut ilmu dan apresiasi tinggi yang diberikan kepada
penuntut ilmu (Fauzan, 2015:156-157).
42
Pondok
Kyai Masjid
Elemen -
elemen Pondok
Pesantren
Pengajaran
Santri kitab
kuning
45
a. Pondok
Pondok adalah tempat tinggal santri selama di pesantren. Istilah
mungkin dilatar belakangi oleh konsep asrama bagi para santri yang terbuat
dari bambu. Istilah ini berasal dari bahasa Arab funduq, yang berarti hotel atau
asrama (Madjid dalam Kesuma, 2014 : 102).
Ada beberapa alasan pesantren menyediakan pondok bagi para santri.
Pertama, kemasyhuran seorang kyai dalam bidang pengetahuan Islam
menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat belajar dari kyai secara teratur dan
dalam waktu yang lama, para santri harus meninggalkan kampung
halamannya dan menetap di pesantren. Kedua, hampir semua pesantren berada
di desa-desa yang tidak menyediakan perumahan atau tempat tinggal yang bisa
menampung para santri; oleh karena itu perlu disediakan tempat tinggal
khusus bagi mereka. Ketiga, karena hubungan dekat antara santri dan kyia
yang mengharuskan mereka tinggal berdekatan, selain tentu saja adanya
hubungan timbal balik antara keduanya, yaitu saling bertanggung jawab
terhadap kehidupan mereka. Santri menganggap Kyai seperti bapaknya,
sebaliknya kyai menggap santri sebagai anaknya yang merupakan titipan dari
Allah yang harus dijaga dengan baik.
b. Masjid
Kesuma (2014 : 103). Masjid adalah salah satu entitas yang sangat
penting dalam lingkungan pesantren. Bukan hanya karena masjid sebagai
tempat ibadah bagi santri dan masyarakat sekitar tapi lebih dari itu, masjid
merupakan tempar praktek keagamaan bagi para santri, selain shalat dan
i’tikaf. Kegiatan tersebut diantaranya tentu saja proses pembelajaran kitab
kuning, diskusi, atau pun perayaan hari-hari besar Islam, bahkan banyak
masjid yang merangkap sebagai perpustakaan sehingga kalau ada yang akan
membaca buku otomatis harus masuk ke masjid.
c. Kitab Kuning
Menurut Azra dalam Kesuma( 2014 : 103) Arti kitab kuning bisa
diperluas menjadi “kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayu, atau Jawa
atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan aksara Arab,
yang selain ditulis oleh ulama timur Tengah, juga ditulis oleh ulama Indonesia
sendiri. Kitab kuning merupakan kitab yang berisi tentang banyak
pengetahuan mulai dari pengeatahuan agama, kesenian dan kesusastraan
maupun tentang akhlak. Kitab kuning menjadi salah satu elemen pondok
pesantren baik pondok pesantren tradisional maupun pondok pesantren
modern. Alasannya selain mengandung banyak pengetahuan, kitab kuning
46
juga digunakan sebagai implementasi dari ilmu nahwu dan shorof. Karena
kitab kuning pada umumnya tidak bersyakl.
d. Santri
Ada dua pendapat mengenai asal usul kata santri. Pertama, santri
berasal dari kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa Sangsekerta, yang artinya
melek hurup. Kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa. Kedua, santri
berasal dari bahasa jawa, yaitu dari kata cantrik, yaitu seseorang yang selalu
mengikuti gurunya kemana pun guru itu pergi. Misalnya seseorang yang ingin
mahir dalam bidang pewayangan, ia harus mengikuti seorang ahli
pewayangan, minimal seorang dalang, sehingga hubungannya menjadi
dalang-cantrik. Hubungan guru cantrik itu terus berlangsung sampai masa
Islam, sehingga pada proses evolusi selanjutnya, istilah hubungan itu menjadi
guru-santri. Untuk guru yang terkemuka di pakai kata “kyai: untuk laki-laki
dan “nyai” untuk perempuan. Sehingga hubungannya menjadi kyai-santri
(Madjid dalam Kesuma, 2014 : 104).
Dalam tradisi pesantren dikenal dua kelompok santri. Pertama, santri mukim,
yaitu santri yang biasanya datang dari daerah-daerah yang jauh dari
lingkungan pesantren dan menetap di pesantren. Biasanya santri mukim ini
diberi tanggung jawab oleh kyai untuk mengurusi pesantren dan mengajar
santri-santri lain tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Kedua, santri
kalong, yaitu santri yang biasanya tidak menetap di pesantren (kecuali malam
hari kadang-kadang mereka menginap) dan datang dari kampung-kampung
atau tempat yang dekat dengan pesantren (Madjid dalam kesuma, 2014 : 105)..
Mereka disebut santri kalong karena kehidupan mereka seperti kalong (nama
bagi seekor binatang yang tidur di siang hari dan beraktivitas di malam hari),
yaitu mereka beraktivitas di malam hari, sedangkan siang hari mereka pulang
ke rumah masing-masing. Maksud “beraktivitas” mereka ikut ngajinya di
malam hari saja.
e. Kyai
Dalam konteks pesantren, arti Kyai adalah pengasuh atau pimpinan
pesantren. Dalam tradisi jawa, pengasuh pesantren disebut Kyai, di Sunda
ajeungan (atau kyai juga), di daerah berbahasa Madura disebut nun atau
bendara disingkat ra (Wahid dalam Kesuma 2014 : 105). Selanjutnya,
Kesuma juga menambahkan fungsi dan kedudukan Kyai yaitu :
1) Kyai sebagai pemimpin tunggal atau pemegang otoritas tunggal di
pesantren
2) Kyai sebagai penyaring informasi di dalam memacu perubahan
pesantren dan masyarakat sekitar;
47
Hubungan pesantren dan kitab kuning dibedakan atas dua model Arifin
(1995) dalam Matondang (2014:46). Pertama, pesantren murni salafi, yaitu
pesantren yang sejak berdiri tetap mempertahankan kitab kuning sebagai
literatur utama dalam kurikulum. Pesantren model ini relatif langka. Pesantren
ini tidak menyelenggarakan pendidikan formal, tapi hanya menyelenggarakan
sekolah diniyah. Ukuran kelulusan dan keberhasilan seorang santri betul-betul
ditentukan oleh kepiawaiannya dalam penguasaan kitab kuning. Penguasaan
dalam hal ini adalah tak sekedar bisa membaca dengan benar, tapi juga
memahami, mengungkapkan, mengembangkan, dan mengkonteks-
tualisasikan kandungannya. Model kedua yaitu pesantren kolaboratif. Model
ini memadukan antara sekolah formal dan sekolah diniyah. Mulanya pesantren
ini hanya menyelenggarakan pendidikan diniyah dengan tanpa ijazah formal,
tapi sesuai dengan perkembangan zaman, lembaga ini juga menyelenggarakan
pendidikan formal. Jenis pesantren inilah yang kini merebak dan mendominasi
karakter pesantren di berbagai penjuru.
Ialah pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok pesantren,
madrasah, tempat keterampilan, universitas, gedung pertemuan,
tempat olahraga dan sekolah umum.
B. Kerangka Konseptual
Kerangka konsptual dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran
kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor. Adapaun untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Pengajaran
Hal 38
Pelatihan
Kepemimpinan
Hal 38
Karismatik kyai
(Hal 22 – 33)
Karakter Santri
Pembiasaan
Hal 38
Pembiasaan
Hal 38
pembiasaan
51
C. Penelitian Terdahuu
Secara garis besar kata kunci dari penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kepemimpinan Kyai yang dispesifikasikan pada
kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri. Kata
kunci tersebut digunakan sebagai acuan peneliti dalam mencari hasil
penelitian dan kajian ilmiah terdahulu dari berbagai sumber relevan dan dapat
dipertanggung jawabkan. Artinya pengambilan dan pencantuman hasil dari
penelitian dan karya ilmiah terdahulu dalam tesis ini didasarkan pada
kemiripan tema, kata kunci, serta ditinjau dari isi, dasar teori, atau didasarkan
hasil-hasil penelitiannya.
Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu dilakukan
untuk penemuan posisi hasil penelitian ini dalam kajian keilmuan yang telah
ada sehingga diharapkan para peneliti selanjutnya mampu dalam pengisian
peneliti selanjutnya sebagai upaya pendalaman terhadap kajian tema
penelitian. Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu yang
dilakukan adalah dengan cara penelusuran kepustakaan dalam bentuk
pencarian atau eksplorasi terhadap berbagai sumber seperti internet,
perpustakaan, dan soft file tesis. Dari penelusuran tersebut terdapat beberapa
hasil penelitian dan kajian ilmiah terdahulu yang mempunyai hubungan kata
kunci yang sama yakni:
1. Penelitian “Kepemimpinan Kyai dalam mengembangkan pendidikan
berbasis karakter dipesantren al urwatul wutsqo jombang” oleh
Mashur Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STIT Al-
Urwatul Wutsqo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pertama,
tipe dan peran kepemimpinan Kyai mempunyai peran penggagas,
perumus, pencetus pola pengembangan dan pendesain, penyusun
kurikulum, sedang tipe kepemimpinan adalah rasional sufistik,
karismatik dan paternalistik sepiritual. Kedua, pola pengembangan
pendidikan berbasis karakter dengan model pola pengembangan yang
meliputi pola pengembangan intern dan exsteren. Ketiga, metode
pendidikan karakter dengan metode pengajaran (At Ta’lim), metode
Pembiasaan (At Ta’wiid), dan metode qudwah. Keempat, faktor
penghambat dan pendukung. Perbedaan penelitiani terdahulu ini
dengan yang peneliti lakukan yaitu pada kepemimpinan karismatik.
Penelitian terdahulu ini hanya meneliti peran kepemimpinan Kyai,
sedangkan yang peneliti lakukan adalah peran kepemimpinan
karismatik Kyai.
2. Penelitian “Pembentukan Karakter Santri/wati Berbasis Tradisi
Pesantren (studi kasus di Pondok Pesantren Syekh Baharuddin –
kampar Riau) Jurusan PTB Universitas Negeri Medan” oleh Zulkifli
Matondang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam
membentuk karakter (akhlak) para santri Pondok Pesantren Syekh
Burhanuddin diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam
52
kelas maupun di luar kelas. Nilai karakter yang dibentuk sesuai isi
kitab kuning, seperti: relijius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
perduli lingkungan, perduli sosial dan tanggung jawab. Metode
pembelajaran di kelas dalam membentuk karakter, para
guru/ustad/kyai memberikan contoh (tauladan) seperti: memberikan
kebebasan pada santri untuk mengungkapkan pendapat tentang suatu
materi yang dibahas/diajarkan (aplikasi sifat demokrasi), hadir di kelas
sesuai dengan jadwal (aplikasi sifat disiplin waktu), memberikan tugas
hapalan dan tapsir hadist atau firman Allah (aplikasi kerja keras), dan
lainnya. 4) Pembentukan karakter pada santri di luar kelas seperti:
setiap pagi setelah sholat subuh melakukan gotong royong (aplikasi
kebersihan dan perduli lingkungan), gotong royong pembangunan
fisik: jalan, bangunan, mesjid, dll (aplikasi kemadirian dan
keterampilan/lifeskill), kegiatan santri pada malam hari (aplikasi
menjalin komunikasi dan keperdulian sesama), setiap malam selesai
sholat Isya melakukan beberapa kegiatan (aplikasi lifeskill bidang
agama dan kemasyarakatan, seperti: khotbah Jum’at, bimbingan
mayit, kultum, membawa acara keagamaan, ceramah dan lainnya),
mencari dana untuk melakukan kegiatan dengan bekerja di
ladang/sawah masyarakat (aplikasi kemandirian, lifeskill) dan lainnya.
Perbedaan dengan penelitian ini dengan yang penelitia lakukan yaitu,
penelitian ini menjelaskan tentang pemebantukan karakter santri
melalui tradisi pesantren. Sedangkan yang peneliti lakukan dalam tesis
ini mengani peran kepemimpinan karismatik Kyai dalam
pemebentukan karakter santri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pondok Pesantren Darul
Muttaqien Desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Provinsi
Jawa Barat. Peneliti memilih penelitian Kepemimpinan Karismatik Seorang
Kiyai di Pondok Pesantren Darul Muttaqien dengan beberapa alasan
diantaranya; pemimpin/pengasuh Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bpk
53
54
KH. Mad Rodja Sukarta merupakan pemimpin yang bersahaja dan sangat
dihormati, bukan hanya di lingkungan Pondok Pesantren Darul Muttaqien
melainkan juga di daerah parung pada khususnya dan daerha bogor pada
umumnya. Selain itu beliau juga aktif dibeberapa organisasi kedaerahan. Di
usianya yang kini menginjak 65 tahun, pengasuh Pesantren Darul Muttaqien
yang selalu tampil sederhana ini telah berkiprah diberbagai organisasi tingkah
daerah maupun Nasional. Sejak mahasiswa beliau telah aktif di organisasi
PMII, kini aktif di MUI Kabupaten Bogor, Nahdatul Ulama Kabupaten Bogor,
Forum Silaturrahim Ulama dan Umara (FOSIRUU) Bogor, MP3 Depag RI,
BKSPPI, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten
Bogor, aktif dalam kegiatan social kemasyarakatan dan aktif sebagai
pembicara diberbagai forum diskusi. Kini pengasuh pondok pesantren darul
muttaqien itu kerap akrab disapa “Kiaai Rodja” oleh masyarakat di daerah
Bogor.
Selain profil pemimpin pondok pesantren yang baik, Pondok pesantren
Darul Muttaqien juga mempunyai kelebihan lain yaitu waktu berdirinya yang
sudah cukup lama. Pondok Pesantren Darul Muttaqien didirikan pada tanggal
18 Juli tahun 1988 M. Saat ini usia Pondok Pesantren Darul Muttaqien lebih
dari 29 tahun. Usia yang cukup lama tersebut, membuat pondok pesantren
Darul Muttaqien terkenal dan menjadi salah satu pondok pesantren favorit di
wilayah Bogor dan sekitarnya.
Secara geografis, Pondok Pesantren Darul Muttaqien memiliki letak
yang sangat strategis. Berada di jalan utama jakarta – bogor, terletak dipinggir
jalan dengan gerbang yang cukup megah. Samping kiri kanan terdapat banyak
perumahan, salah satu perumahan yang cukup besar dan mewah yaitu
perumahan Telaga Kahuripan lebih kurang berjarak 1 km dari Pondok
Pesantren Darul Muttaqien. Di belakang pesantren terdapat perkampungan
yang cukup besar dan padat, hal ini menjadi nilai tambah bagi Pondok
Pesantren Darul Muttaqien dalam menjadi siswa sebanyak-banyaknya. Maka
tidak heran jumlah santri Pondok Pesantren Darul Muttaqien mencapai 2200
santri dan yang mukim berjumlah 1200 santri.
Pembelajaran di Pondok Pesantren Darul Muttaqien juga tidak kalah
penting dan menarik. Walaupun Pondok Pesantren Darul Muttaqien ini
menggap dirinya sebagai Pondok Pesantren Modern, namun ia tidak
meninggalkan pelajaran-pelajaran layaknya pondok pesantren tradisional
(salafi). Pelajaran nahwu - shorof seperti kitab jurumiyah dan imriti ada dalam
salah satu pelajaran Pondok Pesantren. Selain itu pembelajaran kita kuning
seperti fathul qorib dan fiqih – fiqih lainnya pun menjadi pembelajaran
Pondok Pesantren Darul Muttaqien.
Kegiatan – kegiatan diarahkan untuk menunjang visi pendidikan
Pondok Pesantren Darul Muttaqien baik dalam kegiata harian, mingguan,
bulanan maupun tahunan. Spirit dasar yang dijadikan ruh untuk
55
C. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif merupakan suatu
keharusan. Karena penelitian jenis ini lebih mengutamakan temuan
wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan secara
langsung. Di samping itu juga, peneliti melakukan observasi terhadap
berbagai fenomena yang ditemukan dilapangan yaitu Pondok Pesantren Darul
Muttaqien Parung-Bogor berupa, proses kepemimpinan Kyai, kegiatan –
kegiatan Pondok Pesantren, aktifitas santri, sosial dan kebudayaan Pondok
Pesantren sampai dengan sarana dan prasarana Pondok Pesantren. Oleh
karenaya, kemampuan wawancara dan pengamatan peneliti untuk memahami
fokus penelitian secara mendalam sangat dibutuhkan dalam rangka
menemukan data yang optimal dan kredibel.
Dalam kehadiran penelitian ini, peneliti datang langsung ke lokasi
penelitian yaitu Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor, untuk
melakukan penelitian di lapangan, melihat dan mengikuti kegiatan secara
langsung dengan tetap berdasar pada prinsip atau kode etik tertentu. Kehadiran
peneliti di lokasi penelitian untuk meningkatkan intensitas peneliti
berinteraksi dengan sumber data. Selain itu, peneliti diharapkan dapat
membangun hubungan yang akrab dengan lingkungan sumber data penelitian
agar mempermudah jalannya pengambilan data penelitian dan mendapatkan
informasi yang lebih komprehensif dan valid tentang fokus penelitian.
56
D. Sumber Data
Ulfatin (2015: 179) mengemukakan bahwa secara umum data adalah
segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi. Sedangkan informasi adalah hasil olahan data yang dipakai untuk
suatu keperluan. Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah subjek
penelitian yang berupa individu atau kelompok yang bertindak sebagai sumber
informais, (Arikunto 2002:61).
Berdasarkan sumber perolehan data, maka data dalam penelitian ini
diklasifikasi menjadi
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam
penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari lapangan baik
berupa hasil observasi maupun yang berupa hasil wawancara tentang
peran kepemimpinan Kyai dalam pembentukan karakter santri di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Adapun data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari sumber individu atau perseorangan yang
terlibat langsung dalam permasalahn yang diteliti, seperti Kyai, para
ustad dan ustadah, santri, pengasuh pondok pesantren dan orang –
orang yang terkait dengan peran kepemimpinan Kyai dalam
pembentukan santri di Pondok Pesantren darul Muttaqien.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan diolah dana
disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam publikasi atau jurnal
berkaitan. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan
menggunakan metode dokuenter dan jurnal yaitu buku-buku ilmiah,
pendapat – pendapat pakar, fatwa-fatwa ulama’, dan literatur yang
sesuai dengan tema dalam penelitian.
1. Observasi
Sukmadinata (2009 : 216) observasi (observation) atau pengamatan
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. (Rianto
2010:96) mengemukakan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan
data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Observasi
58
2. Wawancara
Arikunto (2002:202) mengemukakan metode wawancara adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi
dari pihak yang di wawancarai. Pengumpulan data bisa berupa dialog yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mencari informasi
data penelitian. Menurut Nasution (2002:113) metode wawancara proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka dengan pihak yang bersangkutan. Dalam wawancara
biasanya terjadi tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan
berpijak pada tujuan penelitian. Metode wawancara atau interview untuk
penelitian ini digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.
Dalam hal ini peneliti memakai teknik wawancara mendalam (in deep
interview), yaitu dengan menggali informasi mendalam mengenai
kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri di pondok
pesantren Darul Muttaqien parung-Bogor.
Secara garis besar wawancara dibagi menjadi dua, yaitu wawancara
terstrstukrur dan wawancara tidak tersetruktur. Wawancara terstruksur sering
disebut wawanacara baku (standarized interview), yang susunan
pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan
pilihan – pilihan jawaban yang sudah disediakan. Sedangkan wawancara tidak
59
3. Angket/Kuisioner
Sugiono (2013 : 142) berpendapat angket atau kuisioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakuakn dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Sedangkan Sukmadinata (2009 : 219) angket atau kuisioner (questionnaire)
merupakan teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti
tidak langsung melakukan tanya – jawab dengan responden). Instrumen atau
alat pengumpulan datanya juga disebut angket yang berisi sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
Sama dengan pedoman wawancara, bentuk pertanyaan bisa bermacam-
macam, yaitu pertanyaaan terbuka, pertanyaan berstruktur dan pertanyaan
tertutup.
Pada angket pertanyaan terbuka, angket berisi pertanyaan atau
pernyataan pokok yang biasa dijawab atau direspon oleh responden secara
bebas. Tidak ada anak pertanyaan ataupun rincian yang memberikan arah
dalam pemberian jawaban atau respon. Responden mempunyai kebebasan
untuk memberikan jawaban atau respon sesaui dengan persepsinya. Pada
angket pertanyaan berstrukur, pertanyaan atau pernyataan sudah disusun
secara rapih dan terstruktur disamping ada pertanyaan pokok atau pertanyaan
utama, juga ada anak pertanyaan atau subpernyataan. Sedangkan dalam angket
pertanyaan tertutup, pertanyaan atau pernyataan telah memiliki alternatif
jawaban (option) yang tinggal diplih oleh responden. Responden tidak bisa
memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai
alternatif jawaban. Sedangkan kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan pertanyaan terbuka, responden bebas menjawab sesuai dengan
kemampuan dan kemauannya.
4. Studi Dokumentasi
Sukmadinata (2009 : 220) studi dokumentasi merupakan suatu teknik
pengumpulan dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Sedangkan menurut
Sugiono dalam Winarto (2015 : 85) metode dokumentasi adalah metode yang
digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda atau lain sebagainya. Pada
60
Reduksi Data
Kesimpulan :
Penggambaran/
Verivikasi
a. Reduksi data
Reduksi data merupakan upaya peneliti untuk memilih,
memfokuskan, dan mentransformasikan data yang berserakan dari
catatan lapangan. Peneliti secara terus menerus melakukan reduksi
data selama penelitian berlangsung; pada saat di lapangan untuk
mengurutkan dan mensistematikan data.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga diperoleh
kesimpulan akhir. Reduksi data berlangsung terus menerus selama
penelitian berlangsung bahkan sebelum data benar-benar terkumpul
sudah mengantisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak sewaktu
memutuskan kerangka konseptual, wilayah penelitian, permasalahan
penelitian, dan penentuan metode pengumpulan data. Selama
pengumpulan data berlangsung sudah terjadi tahapan reduksi,
62
Observasi
Triangulasi
Pengecekan Pengecekan
Keabsahan Data Anggota/ Member
Check
Dikusi Teman
Sejawat
Tersedianya
Referensi
Gambar : 3.2
pengecekan keabsahan data
a. Meningkatakan ketekunan
Sugiono (2016 : 438) Meningkatkan ketekunan berarti
melakukan pengamatan secara cermat dan berkesinambungan. Dengan
cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan seperti
halnya mengecek daftar pertanyaan wawancara, atau catatan hasil
64
observasi yang telah dilakukan, ada yang salah atau tidak. Dengan
melakukan ketekunan tersebut, maka peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau
tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang
apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai refensi buku maupun hasil penelitian
atau dokumentasi-dokumntasi yang berkaitan dengan temuan yang
diteliti. Dengan membaca ini wawasan peneliti akan semkain luas dan
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar/dopercaya atau tidak.
b. Triangulasi
Sugiono (2016 : 441) Triangulasi dalam pengecekan kebsahan
data ini diartikan sebagai pengecekan data berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk pengecekan keabsahan data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji
keabsahan data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka
pengumpulan dan pengecekan data yang telah diperoleh
dilakukan kepada bawahan yang dipimpin, ke atasan yang
menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok
kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-
ratakan seperti dalam penelitian kuantitatiif, tetapi
dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama,
yang berbeda, dan mana spesifikasi dari ketiga sumber data
tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.
Atasan Teman
Bawahan
Gambar : 3.3
Triangulasi Sumber Data
65
b) Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk pengecekan keabsahan data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yag berbeda. Misalnya, data yang
diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan
observasi lapangan, dokumntasi, atau kuisioner. Bila dengan
tiga teknik pengecekan kebsahan data tersebut menghasilkan
data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbdea-
beda.
Wawancara Obsrvasi
Kuisioner/ dokumentasi
Gambar : 3.4
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
c) Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi keabsahan data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada
saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih
absah/kredibel. Untuk itu dalam rangka pengecekan keabsahan
data dilakukan dengan cara melakukan pengeceakan dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
sistuasi yamg berbeda. Bila hasil pengecekan menghasilkan
data yang bereda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehngga sampai ditemukan kepastian datanya.
Siang Sore
Pagi
Gambar : 3.5
Triangulasi Waktu
66
68
69
b. Misi:
Adapun untuk merealisasikan Visi di atas, Pondok Pesantren Darul
Mutaqien menerjemahkannya melalui misi berikut :
1) Menerapkan manajemen terpadu
2) Menerapkan pendidikan Islam terpadu
3) Menggunakan bahasa Arab dan Inggris dalam komunikasi
4) Mengembangkan dan meningkatkan jaringan kerjasama
5) Meningkatkan hubungan kekeluargaan
72
c. Strategi:
Untuk memudahkan langkah dalam mencapai Visi dan Misi Pondok
Pesantren. Pondok Pesantren Darul Muttaqien juga mempunyai strategi –
staregi yaitu sebagai berikut :
a) Mensosialisasikan perbaikan yang sudah ditetapkan
b) Membentuk tim yang akan menciptakan opini perubahan
c) Merancang program-program perubahan secara sistemik, sistematik
dan terus-menerus
d) Meningkatkan penghargaan (reward) melalui penerapan merit system
e) Mewajibkan secara bertahap penggunaan bahasa Arab dan Inggris
f) Menginformasikan keunggulan kompetitif yang dimiliki
g) Melakukan pendekatan formal dan informal dalam membangun
kerjasama dan hubungan kemitraan
h) Melakukan efisiensi kerja
i) Meningkatkan pelayanan kepada para pengguna
j) Mewajibkan setiap individu membuat kontrak perubahan
k) Merancang perubahan-perubahan bersama.
a. Struktur Pesantren
Pimpinan Pesantren : Drs. KH. Mad Rodja Sukarta
Sekretaris Pesantren : Dr. Ahmad Sastra, MM.
Bendahara Pesantren : Iyus Yusriyanti, SE, MM.
Kepala Divisi PP SDM : Budi Santoso, S.Pd.I., MM.
Kepala Divisi Pengawas Pendidikan : Turkamun, S.Ag.
Kepala Divisi HKM : Drs. Moh. Asngari
Kepala TPA : Rif’ah
Kepala RA : Elis Megansih, SPd
Kepala Diniyah : Euis Mulyanah, S.Pd.I
Kepala SDIT : Abdullah, S.Pd.I
73
Pimpinan Pesantren
Gambar 4.1
Bagan Struktur Pesantren
74
Pimpinan Pesantren
Staf
Gambar 4.2
Bagan Struktur Pimpinan Pesantren
Wewenang:
1) Mengangkat dan atau memberhentikan pengurus struktural pesantren
sesuai dengan aturan yang berlaku
2) Mengangkat dan atau memberhentikan tenaga pendidik, tenaga
kependidikan dan tenaga supporting unit pesantren
3) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian guru dan pengurus
struktural kepada yayasan
4) Menunjuk pengurus sementara untuk mengisi kekosongan personil
pada satuan organisasi sampai ada pengurus struktural definitif
5) Mengevaluasi jalannya organisasi
6) Merumuskan visi misi dan program pesantren
7) Menyusun, menetapkan dan menyetujui pedoman kerja pesantren
8) Menyusun dan menetapkan rencana pengembangan lembaga
Tugas Pokok:
1) Membantu yayasan Darul Muttaqien dalam pengembangan pesantren
2) Menanamkan aqidah shohihah, akhlak karimah, dan ibadah kepada
warga pesantren sesuai dengan syariat Islam
3) Menjaga dinamika organisasi pesantren dengan baik
4) Meningkatkan kesejahteraan warga pesantren
5) Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dengan baik
6) Mengembangkan SDM Pesantren
7) Melaporkan kegiatan – kegiatan pesantren secara periodik kepada
yayasan
8) Mengadakan musyawarah kerja
Kewenangan:
1) Merumuskan visi misi dan program divisi PP SDM
2) Merumuskan perencanaan kebutuhan SDM
3) Melaksanakan rekrutmen, seleksi dan penempatan
4) Merumuskan instrumen dan melaksanakan penilaian kinerja SDM
5) Merumuskan dan melaksanakan program pemberdayaan dan
pengembangan SDM
6) Merekomendasikan mutasi dan promosi
7) Menyelenggarakan riset SDM
8) Menyusun data base SDM
9) Menyusun pedoman diklat SDM
10) Menyusun pedoman standar SDM
11) Penjamin mutu standar SDM
12) Melakukan kegiatan konsultasi dan problem solving
Tugas Pokok:
1) Menyusun renstra manajemen SDM pesantren sebagai acuan lini
2) Meningkatkan kualitas dan produktivitas SDM
3) Menganalisa tenaga pendidik dan kependidikan
4) Membuat dan menerapkan sistem kerja yang mendorong kepuasan
pelanggan
5) Melakukan analisa kebutuhan SDM tenaga pendidik dan kependidikan
6) Rekapitulasi kebutuhan pelatihan tiap lini
7) Melaksanakan survey dan penelitian terhadap stakeholder
8) Merencanakan tim – tim kerja sesuai kebutuhan lembaga
9) Merancang jenjang karir SDM
77
e. Saling
merasakan dan
tidak egois
5 Kebebasan Keleluasaan untuk a. Berkarya untuk
berkreasi dan mengambil kebaikan
peran perjuangan sesuai b. Berilmu manfaat
dengan kapasitas dirinya, c. Bermental
tanpa ada tekanan dan berani
paksaan dari siapapun d. Mampu
selama dalam koridor membedakan
yang diperbolehkan oleh yang baik dan
islam. yang buruk
e. Menyakini
qadha dan
qadhar
f. Senantiasa
berfikir kritis.
sarapan
pagi
08.30- Sesuai jadwal Harian dan KBM Olahraga,
10.30 Kegiatan
Ekstra
kurikuler,
Kegiatan
Mandiri
10.30- Sesuai jadwal Harian dan KBM Mandi
11.00 persiapan
ke Masjid
Untuk
Shalat
Jum’at
Satriwati
persiapan
shalat
zhuhur
11.00- Sesuai jadwal Harian dan KBM Membaca
11.50 Al-Qur’an
secara
mandiri
dimasjid,
dikontrol
oleh
Pengurus
OPDM
11.50- Sholat Dzuhur, istirahat dan makan
13.30
13.30- Idem Eksku Idem Idem Idem Pramuk Kegiatan
14.50 l a Mandiri di
asrama
16.00- Olahra Olahr Olahr Olahrag Halaq Pramuk Olahraga /
17.00 ga / aga / aga / a / Keg. oh / a Keg.
Keg. Keg. Keg. Mandiri Kajia Mandiri
Mandi Mand Mandi n
ri iri ri Kitab
Kunin
g
17.00- Mandi, makan Mandi Mandi, makan sore dan persiapan ke
17.30 sore dan dan masjid
persia
86
persiapan ke pan ke
masjid masji
d
Setelah Halaq Baca Maka Halaqo Halaq Baca Halaqoh
Maghrib oh Qur'a n h oh Surat
n Mala Yasin
m
20.00- Makan Muha Muha Makan, Maka Tahlila Makan
21.15 , dloro dloroh Belajar n, n dan Malam,
Belaja h Malam Belaja Ibadah Belajar
r terbimb r Nafilah Mandiri
Malam ing Mala
terbim m
bing mandi
ri
Ustadz Salim selaku wakil dari Kyai Mad Rodja Sukarta juga mengemukakan
bahwa ;
Kyai Mad Rodja Sukarta yang merupakan pendiri, pemimpin juga figur
central di Pondok Pesantren darul Muttaqien telah menjadi inspirasi dan sangat
di segani juga di hormati oleh para santri dan ustadz-ustadnnya di Pondok
Pessantren Darul Muttaqien. Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan
oleh ustadz Ngadiyono yang mengemukakan bahwa;
Pak Kyai itu tegas, disiplin. Saya selalu mengyontoh Pak Kyai.
Pak Kyai kalo ngeliat sampah di jalan langsung diambil. Saya
pun sekarang kaya gitu kalo ada sampah saya ambil terus di taro
di tempat sampah. (wawancara pada hari kamis, tanggal 18
januari 2018 pukul 07.30)
Perkataan dan perbuatan Kyai seolah menjadi darah daging bagi para
santri di Darul Muttaqien. Mereka mengikuti apa yang Kyai katakan dan
meneladani apa yang Kyai lakukan. Namun dengan sadar, Mereka menggap
bahwa semuanya demi kebaikan, kebaikan untuk diri sendiri dan kebaikan
untuk orang lain. Kemudian Kyai dalam prakteknya sebagai figur juga rasakan
oleh masyarakat luas. Bahkan masyarakat luas pun tidak jarang menjadikan
Kyai sebagai panutan. Seperti masyarakat Desa Jabon Mekar yang menggap
Kyai sebagai orang yang harus di contoh perbuatannya karena kedisiplinan
dan kesederhanaannya. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
salah satu warga Jabon yang bernama ;
Pemimpin karismatik memiliki hasrat kekuasaan yang sangat tinggi dan rasa
mampu yang juga tinggi serta keyakinan akan kebenaran moral dari
keyakinannya. Seperti halnya Kyai di Pondok Pesantren Darul Muttaqien.
Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan Kyai yang mempunyai efek yang luar
biasa terhadap santri maupun para ustadz dan ustadzahnya. Dari observasi
yang peneliti lakukan, setiap Kyai kontrol di lingkungan pesantren semua
warga pesantren menyapa dan menghampiri Kyai untuk bersalaman baik
santri, ustadz atau orang tua santri. Pertama, Peneliti menyaksikan sendiri
pada saat observasi, peneliti melihat beberapa orang tua siswa SDIT Darul
Muttaqien bersalaman dengan Pak Kyai saat kontrol ke lingkungan pesantren.
Kedua, saat peneliti melakukan wawancara pada hari minggu tanggal
21 januari 2018 bersama Ustadz fahad selaku kepala bagian publikasi dan
dokumentasi Pondok Pesantren di gedung Pusat Belajar Siswa, tiba-tiba ada
Pak Kyai kontrol dan masuk ke gedung Pusat Belajar Siswa, dengan penuh
kesopanan semua ustadz dan Ustadzah bersalaman termasuk Ustadz fahad
yang dengan spontan memberhentikan pembicaraan wawancara. Dan yang
Ketiga, saat peneliti observasi pada hari senin tanggal 22 januari 2018 Kyai
juga melakukan kontrol ke lingkungan pesantren dan saat itu Kyai sedang
kontrol di gedung Istiqlal yaitu gedung Arsma putra khusus kelas 1 dan kelas
2 Madrasah Aliyah. Dengan seketika, dari berbagai aktifitas santri di Asrama
semua membehentikan dan menghampiri Kyai untuk bersalaman.
Dari berbagai fenomena yang peneliti temui di lapangan dapat
disimpulkan bahwa Kyai Mad Rodja Sukarta mempunyai pengaruh yang
sangat luar biasa di lingkungan pesantren, kedaannya mampu merubah kondisi
lingkungan saat itu juga. Kondisi yang membuat semua orang tertuju padanya
karena wibawanya.
Memang, Kepemimpinan karismatik sangat erat kaitannya dengan
kewibawaan bahkan menjadi salah satu indikator dikatakan karismatik jika
seorang pemimpin telah mempunyai wibawa yang tinggi, sebagaimana Weber
dalam Arifin (2015 : 354) mengemukakan bahwa, kepemimpinan karismatik
merupakan kepemimpinan yang memiliki daya tarik tersendiri terhadap
pengikutnya. Kepemimpinan karismatik mempunyai kemampuan
mempengaruhi orang lain dengan wibawa dan kelebihan spiritualnya.
Kepemimpinan karismatik bersumberkan pada kesucian, kepahlawanan, dan
kualitas (karakter) luar biasa dari pemimpinnya. Kyai Mad Rodja Sukarta
dimata para santrinya mempunyai kewibawaan yang sangat tinggi,
sebagaimana hasil wawancara yang peneliti lakukan bersama santri yang
bernama Bayan Rahman pada hari kamis, tanggal 18 januari 2018 pukul 07.30
yang mengatakan bahwa :
Wibawa dimata santri dan masyarakat muncul akibat ketegasan Pak Kyai
dalam memipin pondok Pesantren Darul Muttaqien. Ketegasan atas Amar
Ma’ruf Nahi Munkar. Mengingatkan dengan tegas siapa saja yang melakukan
kesalahan. Baik di lingkungan Pondok Pesantren maupun di luar lingkungan
Pondok Pesantren. Hal ini sependapat dengan indikator lain dari
kepemimpinan karismatik sebagaimana yang di kemukakan oleh Sunardi
(2017:133) bahwa, kepemimpinan karismatik bisa dilihat dari berbagai segi
seperti keilmuannya, ketegasannya, kebijaksanaannya, ketaatannya, lebih
mementingkan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri, kemudian sangat
disegani oleh masyarakat, para ustad/ustadzah, santri dan masyarakat umum.
Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan Kyai yang sangat tegas terlebih
masalah kebersihan Pondok Pesantren. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Anggi Kurniawan santri kelas 1 Madrasah Aliyah Darul Muttaqien dalam
wawancara yang dilakukan pada hari selasa tanggal 23 januari 2018 yang
mengatakan bahwa :
..... Pak Kyainya Tegas orangnya, Terus kalo ada sampah suruh
ambil. Terus kemarin juga baru ketemu di atas kan digerbang,
kan ada pohon habis ditebang terus pulangnya ketemu pak Kyai
suruh bantuin Pak Kyai ngambil sampah.Terus ada juga pak
Kyai malem-male sekitar jam 10 an kontrol terus melihat tangga
di asrama kotor dan berlumut. nah di waktu itu juga pak Kyai
manggil Ustadznya dan nyuruh Ustadz dan santrinya untuk
membersihakn kamar dan tangga asrama.
Pak Kyai kalo ngeliat ada kurang sesuatu yang kurang rapih
beliau langsung rapahin terus kalo ngeliat ada samapah beliau
ambil, apa ya beliau peka banget.
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa Kyai Mad Sukarta
mempunyai kepekaan yang sangat tinggi, terlihat saat beliau kontrol di
lingkungan pesantren, beliau selalu memperhatikan hal-hal yang kecil seperti
selalu menanyakan kabar santri kepada para ustad/ustadzahnya, meminta
laporan apa yang sudah dilakukan minggu ini atau bulan ini, bertanya apakah
ada masalah atau ada kabar baik dan seterusnya.
Dalam hal ini, Kyai menanamkan karakter – karakter yang baik kepada
santri dengan menggunakan rasa kasih sayang dengan tidak membeda –
bedakan santri yang kaya dengan yang miskin. Hal ini dikuatkan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti bersama Ustad Givin pada tanggal 19
Desember 2018 pukul 08.30 WIB yang menyatakan bahwa:
Dulu pernah ada orang tua santri yang meminta fasilitas lebih
dan perlakuan khusus untuk anaknya dengan menanggung semua
biaya dari dirinya sendiri. Namun, pak Kyai tidak mengiyakan
keinginan dari orang tua santri tersebut. Hal ini bertujuan untuk
menyamaratakan sehingga tidak ada perbedaan antara orang
miskin dan orang tua serta mengajarkan santri untuk bersikap
sederhana dan seadanya.
a. Melalui Pembiasaan
Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiasaan adalah
mendidik dengan cara memberikan latihan – latihan terhadap norma
– norma, kemudian membiasakan santri untuk melakukannya
(Ariyansa, 2017:108). Dengan adanya pembiasaan ini, pembentukan
karakter santri terjadi. Dalam hal ini, Kyai menanamkan nilai – nilai
toleransi terhadap santri. Toleransi dalam hal ini dimaksudkan dalam
ursan khilafiyah sebagaimana motto dari pondok pesantren yan
berbunyi satu dalam akidah, toleransi dalam khilafiyah. Motto ini
bukan hanya sebatas pajangan yang bisa dibaca setiap saat. Namun,
menjadi sebuah amaliyah atau praktek bagi Kyai dalam membentuk
karakter santri. Hal ini juga dikuatkan dalam hasil wawancara
96
Dari hasil angket yang peneliti lakukan juga dapat disimpulkan bahwa
Kyai merupakan teladan utama di Pondok Pesantren Darul Muttaqien karena
ketegasan dan kesederhanaan. Keteladan merupakan cara yang cukup efektif
dalam pembentukan karakter santri di pondok pesantren Darul Muttaqien.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa Kyai
benar – benar memberikan contoh kepada para santri sebelum ia menyuruh
santrinya untuk melakukan sesuatu. Dengan begitu, dari contoh atau keteladan
Kyai ini muncullah karakter keserhanaaan santri.
Pak Kyai itu selalu akrab dengan santri maupun dengan ustadz
/ ustadzah. Terkadang, santri yang hanya memberikan salam
saja, pak Kyai langsung mengambil kesempatan untuk
mengobrol sekedar untuk menanyakan kabar dan memberikan
nasihat. Dan saya pun pernah merasakan hal yang serupa, pak
Kyai kalo udah ngomong sangat akrab.
Pada saat saya jadi santri Darul Muttaqien, pak Kyai begitu
akrab dengan saya yang menimbulkan munculnya sifat kejujuran
kepada pak Kyai. Apapun masalah saya, saya selalu bilang
kepada Pak Kyai dengan jujur.
Kyai dalam perannya sebagai orang tua. Sebagaimana hasil wawancara ini pun
sependapat dengan wawancara bersama ustadzah Narwati pada tanggal 18
Januari 2018 yang mengungkapkan bahwa:
bersama salah satu santri yang bernama Anggi Kurniawan yang mengatakan
bahwa :
Pak Kyai misalnya lagi sholat berjama’ah disni terus ngeliat satu
orang aja yang masbuq pasti seluruh pengasuhan dan petinggi-
petinggi itu dikumpulin dimasjid hari itu juga, terus di nasihatin
didepan santri, kenapa santri ini bisa terlambat? bagaimana
tanggungjawab kamu di depan Allah? Setelah itu Kyai
menghubungi orang tuanya dan minta maaf karena Anaknya
terlambat sholat berjama’ah. (wawancara pada hari selasa,
tanggal 23 januari 2018 pukul 11.00 WIB)
Kyai melakukan hal di atas karena sudah menjadi aturan Pesantren agar
santri mampu berkarakter mandiri minimal masalah sholat tepat waktu
berjama’ah dimasjid. Agar kelak ketika mereka lulus dari Pesantren, mereka
tidak lagi diingatkan untuk sholat berjama’ah di masjid tepat waktu. Selain itu
pembentukan karakter mandiri santri juga dilakukan melalui beberapa event
atau kegiatan Pondok Pesantren yang di serahkan pada santri. Santri
merencanakan, mengurus, mengatur dan melaksanakan kegiatan tanpa ada
campur tangan Kyai atau para ustadz dan ustadzahnya. Seperti yang dikatakan
oleh Bayan Rahman (santri kela 2 MA Darul Muttaqien) dalam wawancara
yang dilakukan pada tanggal 18 januari 2018 pukul 07.30 WIB bahwa :
Disini itu ada beberapa kegiatan yang melatih agar kita itu
benar-benar mandiri pak, semuanya kita yang megang pak, mulai
dari renacana, memebuat proposal, mencari uang dan
pelaksanaan kegiatannya. Semuanya kita yang urus. Gak ada
campur tangan pesantren disni. Pesantren hanya sebagai
penanggungjawab.
Pembentukan karakter mandiri santri melalui event merupakan usaha
Pesantren mengenalkan bagaimana rasanya membuat event, pahit manisnya
membuat event mereka rasakan sendiri. Hal ini bertujuan agar saat santri terjun
ke masyarakat nanti, mereka tidak lagi bingung dengan apa yang harus
dilakukan. Sebagaimana hasil wawancara bersama ustadz salim bahwa :
Dari karakter mandiri santri, kita mengharapkan ketika santri
lulus dari DM mereka tidak lagi bingung membuat kegiatan
caranya gimana, uanganya dari dll.. Makanya kita latih dari
sekarang gimana membuat event itu.
Kemudian hal ini juga dikuatkan berdasarkan hasil angket yang
peneliti lakukan bahwa pembentukan karakter mandiri santri melalui event
atau kegiatan yaitu berupa kegiatan pramuka, Go Green, MC Cloub dan
Olimpiade.
105
........di awal tahun ajaran baru dan orientasi santri baru Beliau
selalu memberikan pembelakan dan motivasi terhadap wali
santri dan santri baru. Selain itu beliau juga menyampaikan
tujuan-tujuan pesantren.
santrinya selain pada saat orientasi santri baru juga dengan cara menyapa dan
menegur secara langsung kepada santri. Dari hasil wawancara bersama
ustadzah Narwati pada hari kamis tanggal 18 januari 2018, pukul 09.00 yang
mengemukakan bahwa:
Selain itu, Ustad fahad juga mengemukakan hal yang sama, bahwa :
Pak Kyai lebih banyak nasihat kalo bicara, ketika kumpul-kumpul
baik bersama santri maupun ustad beliau selalu memebrikan
nasihat. (wawancara hari Jum’at tanggal 20 januari 2018 pukul
09.00)
Motivasi yang diberikan oleh Kyai juga menanamkan nilai – nilai yaitu saling
bekerjasama dan ukhuwah islamiyah. Seperti yang diungkapkan oleh Fauzan,
salah seorang santri pondok pesantren Darul Muttaqien pada hari selasa
tanggal 23 januari 2018 yang mengemukakan hal yang sama yakni.
Ceramah pak Kyai memotivasi gitu. Jadi bikin kita yang awalnya
drop dari gk betah jadi betah. Alhamdulillah. Beliau itu selalu
bilang siap dipimpin dan siap memimpin
Dan dari observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 19 Januari 2018
terlihat bahwa semua santri di hari jumat membersihkan lingkungan pesantren
mulai dari kamar tidur, kamar mandi, halaman gedung, dan taman – taman
gedung di pondok pesantren. Semua santri bergerak dengan job desk nya
masing – masing. Hal ini membuktikan bahwa peran Kyai sebagai motivator
untuk membangun kesadaran bergotong royong atau bekerjasama antar santri
benar – benar terjadi di pondok pesantren Darul Muttaqien.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan bahwa Kyai
berhasil menjadi agen perubahan dalam merubah karakter santri agar dapat
bekerjasama. Pernyataan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Hadari Nawawi dalam Sudaryono (2014:236) tentang indikator
kepemimpinan karismatik yang dipahami bahwa pemimpin karismatik
merupakan agen perubahan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Kyai Madrodja Sukarta merupakan Kyai yang
karistimatik baik di mata santri, ustadz/ustadzah dan masyarakat. Hal ini
dapat dibuktikan dari beberapa indikator kepemimpinan karismatik yang ia
lakukan. Pertama, Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan Kyai yang sangat
dipercaya oleh bawahannya baik para santri, ustadz dan ustadzah. Hal ini
terbukti dari posisi beliau sebagai ketua di beberapa organisasi keislaman di
Kabupaten Bogor. Kedua, mempunyai Visi yang kuat dan ideal dalam
kepemimpinannya di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Ketiga, selain ia
mempunyai visi yang kuat dan ideal, ia juga mampu menyampaikan visi
tersebut dengan tegas dan berani. Keempat, Kyai Mad Rodja Sukarta bukan
hanya memerintah dengan kata – kata dalam implementasi visinya. Namun,
ia mampu mempraktekkan dan menjadi teladan bagi bawahannya atas apa
yang ingin dicapai. Kelima, Ia juga mampu menjadi agen perubahan bagi
para bawahannya. Tidak sedikit santri dan para pengikutnya berubah dari
sikap dan karakter yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Keenam, Kyai
Mad Rodja Sukarta mempunyai kepekaan yang sangat tinggi bagi para
pengikutnya. Sehingga dari enam indikator tersebut, Kyai Mad Rodja
Sukarta dianggap sebagai Kyai yang karismtaik. Yang pada akhirnya
muncullah kewibawaan dimata para pengikunya karena dianggap sebagai
Kyai yang sangat luar biasa baik dari segi kedisiplinan, ketegasan, dan
keilmuan.
Adapun peran kepemimpinan karismtaik dalam pembentukan
karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien terbagi menjadi
beberapa peran di antaranya; Pertama, Peran Kyai sebagai pengasuh Pondok
Pesantren, yang menggunakan pembiasaan dan pengambilan hikmah atau
ibroh adalah cara Kyai dalam pembentukan karakter santri menjadi lebih
baik. Adapun karakter yang terbentuk yaitu karakter santri peduli terhadap
sesamanya, dan karakter toleransi terhadap golongan atau latar belakang
santri di rumahnya masing-masing. Kedua, Peran Kyai sebagai teladan, dari
peran ini Kyai benar-benar memberikan contoh prilaku yang ideal terhadap
pembentukan karakter santri di Darul Muttaqien. Ia tidak hanya berbicara
atau memerintah, namun ia lebih banyak memberikan teladan kepada para
santrinya agar melakukan sesuatu yang diharapkan oleh pesantren. Sehingga,
dengan peran ini muncullah karakter kesederhanaan terhadap santri. Ketiga,
Peran Kyai sebagai orang tua santri, Kyai mempunyai peranan yang sangat
109
110
B. Saran - Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak, dan demi suksesnya
kegiatan yang dilakukan di Pondok Pesantren Darul Muttaqien dalam
pembentukan karakter santri, maka peneliti memberikan beberapa saran,
antara lain:
1. Bagi Lembaga
Pondok Pesantren Darul Muttaqien merupakan Pondok Pesantren
yang bagus dan berkualitas, maka hal ini perlu dipertahankan dan
dikembangkan agar kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh banyak
orang.
2. Bagi Ustadz dan Ustadzah
Bagi ustadz dan ustadzah yang sudah melihat dan merasakan
kepemimpinan karismatik Kyai semoga dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan input dalam menyumbangan ide / sumbangsih
pemikiran khususnya dalam pembentukan karakter santri di pondok
pesantren.
3. Bagi Santri
Bagi santriwan dan santriwati yang belajar di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien semoga dapat mengikuti dan mengaplikasikan atau
menerapkan kebaikan yang sudah didapat dari kepemimpinan
karismatik Kyai di pondok Pesantren Darul Muttaqien.
Semoga hasil dari penelitian ini bermanfaat bagi banyak orang. Dan
semoga karakter santri khususnya di Pesantren Darul Muttaqien dan
111
Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2010. Visionary Leadership. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Ahmad Muhakamurrohman, 2014. “Pesantren: Pesantren: Santri, Kyai,
Tradisi” dalam Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 12, No. 2, Juli -
Desember 2014ISSN : 1693 – 6736. Al-Azhar Kairo, Mesir
Madinat Nasr, Cairo, The Arab Republic of Egypt.
Ahmad Sofan Ansor. 2014. “Manajemen Pendidikan Islam Tentang
Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an
Cipondoh Tangerang” dalam Jurnal Edukasi Islami Jurnal
pendidikan Vol. 03, Juli.
Alben Ambarita. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Amin Haedari, dkk. 2006. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan
Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global. Jakarta : IRD
Press.
Arifin, Zainal. 2015. Kepemimpinan Kyai Dalam Ideologisasi Pemikiran
Santri Di Pesantren-Pesantren Salafiyah Mlangi Yogyakarta
dalam Inferensi, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9, No.
2, Desember 2015: 351-372353. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Baharuddin dan Umiarso, 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Baharuddin dan Umiarso. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Deddy Mulyana, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dian Eka Prihantoro. 2016. “Mengenal Gaya Kepemimpinan dalam Dunia
Pendidikan” dalam Jurnal Tarbawiyah, Vol. 13, No. 2, Edisi Juli
– Desember.
112
113
Donni Juni Priansa. 2017. Menjadi Kepala Sekolah dan Guru Profesional.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Dwi Kusumawati Rizky, 2015. “Pendidikan Karakter Di Pondok
Pesantren Askhabul Kahfi Semarang”. Skripsi. Jurusan Politik
Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
Edi Susanto, 2007 “Krisis Kepemimpinan Kyai, Studi atas Kharisma Kyai
dalam Masyarakat“ dalam Jurnal Islamica, Vol. 1. No. 2, Maret.
Fauzan, 2015. “Peran Pesantren Dalam Mengembangkan Pendidikan
Karakter” dalam Jurnal Zakat Produktif sebagai Titik Tolak
Kebangkitan Peradaban Islam Vol.01 No.01 Agustus 2015. STAI
(Sekolah Tinggi Agama Islam) Al-Khairat Pamekasan.
Fauzi, Rahmat. 2016. Kepemimpinan KH. Turmudzi Taslim AH Dalam
Membentuk Akhlak Santri di Pondok Roudlotul Qur’an Glondong
Kauman Kota Semarang. Skripsi. UIN Walisongo.
Guntur Cahaya Kesuma. 2014. “Pesantren dan Kepemimpinan Kyai”
dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 1, No. 1,
Juni, IAIN Raden Intan Lampung.
Hughes dkk, 2015. Memeperkaya Pelajaran dari Pengalaman. Jakarta :
Salemba Humanika.
Hurin In Lia Amalia Qori. 2013. “Kepemimpinan Karismatik Versus
Kepemimpinan Transformasional” dalam Jurnal Analisa, Vol. 1
No. 2, Agustus, Universitas 17 Agustus 1945.
Ilahi Takdir. 2012. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral. Jogjakarta :
Ar Ruzz Media.
Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gunung
Persada.
J. Moleong, Lexy. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
John W Creswell, 2010. Research Design : Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kartini Kartono, 2016. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Kesuma Dharma dkk. 2013. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
114
A. Sasaran:
Aktivitas Kiai pada saat melaksanakan kegiatan di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien.
Banyak tokoh dan para ulama yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung menjadi founding father lahirnya Darul Muttaqien, diantaranya
adalah KH. Sholeh Iskandar (Ketua BKSPPI), KH. Rosyad Nurdin (MUI Jawa Barat),
KH. TB. Hasan Basri (BKSPPI Bogor) dan KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Pesantren
Darunnajah Jakarta). Sebab dari tahun 1980 H. Mohamad Nahar telah melakukan
berbagai konsultasi dengan tokoh-tokoh di atas yang pada akhirnya tahun 1988
berdirilah Pondok Pesantren Darul Muttaqien dengan KH. Mad Rodja Sukarta diberi
amanah untuk menjadi pimpinan.
Program Utama
1. Menerapkan Manajemen Terpadu
1.1 Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
1.2 Menyempurnakan struktur Organisasi
1.3 Meningkatkan Produktifitas Kerja
1.4 Membuat dan menerapkan Sistem Kerja yang mendorong pada
terpenuhinya kepuasan pengguna
1.5 Menata dan melengkapi sarana dan prasarana
Generasi Islami
Memiliki Aqidah Shohihah, dan mengamalkan syari’at Islam secara benar
dan konsisten
Memiliki budaya yang Islami
Berstandar Nasional
Memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan
Mengembangkan manajemen berbasis madrasah
Generasi Beriman
Memiliki Aqidah shohihah, akhlaq karimah dan mengamalkan syari’at Islam
secara benar
Memiliki budaya Islami
A. KRITERIA KENAIKAN
1. Tidak mendapatkan Nilai di bawah KKM dalam 2 semester/tiap
semester lebih 6 mata pelajaran.
2. Mengikuti seluruh program pembelajaran
3. Menuntaskan Program Tahfizhul Qur’an
1 07.00-07.40
3 08.20-09.00
09.00-09.40 Istirahat
4 09.40-10.20
6 11.00-11.40
7 13.00-13.40
9 14.20-15.00
JADWAL KEGIATAN SANTRI
TMI DARUL MUTTAQIEN 2017-2018
No Waktu Kegiatan
2 04.15 Membaca al-Qur’an secara mandiri dengan tertib sampai menjelang subuh
Pembinaan bahasa di asrama oleh pengurus asrama, santri kelas 5 dan 6 oleh staff
5 05.15-05.30
pengasuhan
11 13.30-14.50 KBM II
Jam
Waktu Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis
ke
1 07.00-07.40
2 07.40-08.20 KBM KBM KBM KBM KBM KBM
3 08.20-09.00
09.00-09.40 Istirahat
4 09.40-10.20
5 10.20-11.00 KBM KBM KBM KBM KBM KBM
6 11.00-11.40
11.40-13.00 Sholat Zuhur dan Makan Siang
7 13.00-13.40 Kegiatan
Pram
8 13.40-14.20 KBM Ekstrakuri KBM KBM KBM
kuler
uka
9 14.20-15.00
Olahraga Olahraga
Olahraga/
/ / Olahraga/ Olahraga/ Pramuk
10 16.00-17.00 Keg.
Keg. Keg. Keg. Mandiri Keg. Mandiri a
Mandiri
Mandiri Mandiri
Ka
No Waktu Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at
mis
KELAS INTENSIF
NO NAMA PELAJARAN
SMT 1 SMT 2
1 Al-Aqidah √ √
2 At-Tafsir √ √
3 Al-Hadits √ √
4 Al-Fiqih √ √
5 At-Tarikhul Islamiy √ √
6 Al-Qur'an wa Tajwid √ √
8 Tamrinul Lughoh √ √
9 Al-Muhadatsah √ x
10 Al-Mahfudzat √ √
11 Al-Imla √ √
12 Al-Khoth Al-'Aroby √ x
13 An-Nahwu x √
14 As-Shorof x √
15 Al-Muthola'ah x √
20 B. Inggris √ √
24 TIK √ √
STRUKTUR KURIKULUM
MTs DARUL MUTTAQIEN 2017-2018
1 Al-Aqidah √ √ √ √ √ √
2 At-Tafsir √ √ √ √ √ √
3 Al-Hadits √ √ √ √ √ √
4 Al-Fiqih √ √ √ √ √ √
5 At-Tarikhul Islamiy √ √ √ √ √ √
6 Al-Qur'an wa Tajwid √ √ x x x x
7 Tamrinu Qiro'atil Qur’an √ x x x x x
8 Tamrinul Lughoh √ √ √ √ √ √
9 Al-Muhadatsah √ √ x x x x
10 Al-Mahfudzat √ √ √ √ √ √
11 Al-Imla √ √ √ √ √ √
12 Al-Khoth Al-'Aroby √ √ x x x x
13 An-Nahwu x x √ √ √ √
14 As-Shorof x x √ √ √ √
15 Al-Muthola'ah x x √ √ √ √
16 Al-Insya x x √ √ √ √
17 Ta'limul Muta'allim x x x x √ √
18 PKn √ √ √ √ √ √
19 B. Indonesia √ √ √ √ √ √
20 B. Inggris √ √ √ √ √ √
21 Matematika √ √ √ √ √ √
22 IPA √ √ √ √ √ √
23 IPS √ √ √ √ √ √
24 TIK √ √ √ √ √ √
STRUKTUR KURIKULUM
MA DARUL MUTTAQIEN 2017-2018
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
MTs-MA DARUL MUTTAQIEN 2017-2018
6 Teater Teater
7 Fotografi Fotografi
8 Kaligrafi Kaligrafi
9 Boxer Judo
10 Wushu Wushu
11 Karate Karate
14 Komputer Komputer
15 Paskibra Paskibra
16 Basket
17 Futsall
18 Video Maker
ALUMNI
NO TAHUN JUMLAH
PUTRA PUTRI
1 1988-1989 0 0 0
2 1989-1990 0 0 0
3 1990-1991 9 2 11
4 1991-1992 33 63 96
5 1992-1993 40 49 89
6 1993-1994 50 54 104
7 1994-1995 38 51 89
8 1995-1996 52 56 108
9 1996-1997 55 51 106
10 1997-1998 48 39 87
11 1998-1999 41 37 78
12 1999-2000 42 44 86
13 2000-2001 30 33 63
14 2001-2002 41 44 85
15 2002-2003 60 55 115
16 2003-2004 82 67 149
17 2004-2005 48 33 81
18 2005-2006 43 49 92
19 2006-2007 45 31 76
20 2007-2008 43 33 76
21 2008-2009 51 40 91
22 2009-2010 49 51 100
23 2010-2011 39 33 72
24 2011-2012 48 40 88
25 2012-2013 53 49 102
26 2013-2014 91 87 178
27 2014-2015 110 114 224
28 2015-2016 122 150 272
29 2016-2017 136 116 252
JUMLAH 1499 1471 2970
DATA LULUSAN
MA DARUL MUTTAQIEN
ALUMNI
NO TAHUN PENDIDIKAN
IPA IPS JML
1 1994-1995 20 36 56
2 1995-1996 19 27 46
3 1996-1997 27 29 56
4 1997-1998 12 27 39
5 1998-1999 7 51 58
6 1999-2000 18 31 49
7 2000-2001 17 21 38
8 2001-2002 18 30 48
9 2002-2003 18 36 54
10 2003-2004 14 50 64
11 2004-2005 27 49 76
12 2005-2006 20 40 60
13 2006-2007 19 23 42
14 2007-2008 7 16 23
15 2008-2009 10 17 27
16 2009-2010 16 20 36
17 2010-2011 19 32 51
18 2011-2012 28 30 58
19 2012-2013 36 30 66
20 2013-2014 22 31 53
21 2014-2015 33 38 71
22 2015-2016 36 38 74
23 2016-2017 83 36 119
JUMLAH 526 738 1264
STRUKTUR TMI DARUL MUTTAQIEN
KEPALA MADRASAH
ABDULLAH HUDRI, S.S,
M.Pd
HENDRIZAL RASYID, S.S
GURU/WALI KELAS
SANTRI
STRUKTUR ORGANISASI TMI DARUL MUTTAQIEN
Tahun Pendidikan 2017-2018
Staff TU MTs
1. Staff Bendahara : Mirna Ratnasri
2. Bag. Administrasi Kesiswaan : Lilis Nurjannah
Sukari, S.Pd.I
3. Bag. Administrasi Kepegawaian : Dita Fitri Ashriyanti
4. Bag. Administrasi Umum/OP : Nuril Anwar, SE
5. Bag. Tata Persuratan : Dita Fitri Ashriyanti
6. Bag. Sarpras & Inventaris : Ismuhu Sholehudin
Staff TU MA
1. Staff Bendahara : Mirna Ratnasri
2. Bag. Administrasi Kesiswaan : M. Fahrul Rohman, S.Kom
Ismeira Harnani
3. Bag. Administrasi Kepegawaian : Maryam Sam’iyat
4. Bag. Administrasi Umum/OP : Darojat, S.Pd.I
5. Bag. Tata Persuratan : Maryam Sam’iyat
6. Bag. Sarpras & Inventaris : Ibnu Majah
Pekerja Kantor
1. Badru Salam (Putra) 6. Kristiyanto (Putri)
2. Saidi (Putra) 7. Hidayatul Qirom (Putri)
3. Marwi (Putra) 8. Abdul Rasyid (Putri)
4. Idris Affandi (Putra)
5. Muh. Salik (Putra)
DATA TENAGA KEPENDIDIKAN DAN PEKERJA KANTOR
TMI DARUL MUTTAQIEN
TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018
Tempat
No Nama Tanggal Lahir Jabatan Status
Lahir
JUMLAH JUMLAH
NO KELAS NO KELAS L+
L P L+P L P
P
A 29 A 25
1 INT
B 27 B 23 48
C 29 25 23
D 30 4 IPA/A 19
E 29 4 IPA/B 16
F 26 4 IPS/C 29
1 VII
G 29 348 2 IV 4 IPA/D 18
144
H 31 4 IPA/E 19
I 30 4 IPS/F 22
J 30 4 IPS/G 21
K 28 64 80
L 30 5 IPA/A 33
A 28 3 V 5 IPA/C 24
121
B 28 5 IPA/D 22
C 30 5 IPS/E 25
2 VIII D 28 221 50 71
E 29 6 IPA/A 35
F 27 4 VI 6 IPS/B 20 120
G 27 6 IPA/C 23
H 24 6 IPA/D 25
143 78 6 IPS/E 17
A 27 55 65
C 27
D 28 No Ket. L P T
H 30
I 30
140 119
JUMLAH JUMLAH
NO KELAS NO KELAS
L P L+P L P L+P
A 28 A 23
1 INT
B 24 B 22 45
C 29 23 22
D 27 4 IPA/A 17
E 25 4 IPA/B 16
F 20 4 IPS/C 28
1 VII
G 28 313 2 IV 4 IPA/D 18
141
H 26 4 IPA/E 20
I 27 4 IPS/F 20
J 28 4 IPS/G 22
K 25 61 80
L 26 5 IPA/A 32
A 20 3 V 5 IPA/C 24
118
B 22 5 IPA/D 22
C 28 5 IPS/E 25
2 VIII D 28 196 47 71
E 27 6 IPA/A 35
F 24 4 VI 6 IPS/B 19 119
G 21 6 IPA/C 23
H 26 6 IPA/D 25
125 71 6 IPS/E 17
A 26 54 65
C 26
D 28 No Ket. L P T
H 29
I 29
136 116
4% 8%
6%
3% Juli
Agustus
10% September
Oktober
November
32%
7% Desember
Januari
4% Perbruari
Maret
10% Mei
16%
Rekapitulasi Data Mutasi Santri Perkelas
TMI Darul Muttaqien
Tahun Pendidikan 2016-2017
2%
8%
5%
VII
VIII
8% 42%
IX
INT
X
XI
XII
34%
Rekapitulasi Data Mutasi Santri Peralasan
TMI Darul Muttaqien
Tahun Pendidikan 2016-2017
Kategori C
Per alasan
Kategori B
Kategori E
Jumlah
Jumlah 43 13 0 2 38 96
Per Alasan
Kategori A
40% Kategori B
45%
Kategori C
Kategori D
Kategori E
2% 13%
0%
42%
Putra Putri
58%
PERKIRAAN DATA FISIK JUMLAH SANTRI
TMI DARUL MUTTAQIEN
AWAL TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018
JUMLAH JUMLAH
NO KELAS NO KELAS
L P L+P L P L+P
A 30 A 30
4 INT
B 30 B 30 60
C 30 30 30
D 30 A 23
E 30 B 23
F 30 C 23
1 I G 30 D 22
390 5 IV
H 30 E 23 181
I 30 F 23
J 30 G 22
K 30 H 22
L 30 91 90
M 30 A 32
210 180 B 26
A 28 C 18
6 V
B 28 D 20 138
C 28 E 20
2 II 289
D 28 F 22
E 28 58 80
F 29 7 VI A 30 117
G 24 B 16
H 24 D 24
I 24 E 22
J 24 F 25
K 24 46 71
A 23
B 23 No Ket. L P T
F 23
G 23
H 22
122 68
No Keterangan Jumlah
1 Lemari Kelas dengan kondisi Bagus 25
2 Lemari Kelas dengan kondisi Rusak 14
DATA INVENTARIS MEJA KURSI PUTRA
DARUL MUTTAQEIN
TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018
GEDUNG : YAMAN
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 261 - 261
2 Kursi Santri 261 - 261
3 Meja Guru 10 - 10
4 Kursi Guru 10 - 10
5 Papan Tulis 20 - 20
GEDUNG : JEDDAH
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 163 - 163
2 Kursi Santri 163 - 163
3 Meja Guru 6 - 6
4 Kursi Guru 6 - 6
5 Papan Tulis 12 - 12
GEDUNG: MESIR
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 76 - 76
2 Kursi Santri 76 - 76
3 Meja Guru 3 - 3
4 Kursi Guru 3 - 3
5 Papan Tulis 6 - 6
GEDUNG : MADINAH
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 210 - 210
2 Kursi Santri 210 - 210
3 Meja Guru 7 - 7
4 Kursi Guru 7 - 7
5 Papan Tulis 14 - 14
GEDUNG : MEKKAH
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 30 - 30
2 Kursi Santri 30 - 30
3 Meja Guru 1 - 1
4 Kursi Guru 1 - 1
5 Papan Tulis 2 - 2
NB :
Total Meja Santri Putra : 740
Total Kursi Santri Putra : 740
Total Meja Guru : 27
Total Kursi Guru : 27
Total Papan Tulis : 54
DATA INVENTARIS MEJA KURSI PUTRI
DARUL MUTTAQEIN
TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018
GEDUNG : CORDOVA
NO KEADAAN JUMLAH KET
NAMA
BAIK RUSAK
INVENTARIS
1 Meja Santri 163 - 163
2 Kursi Santri 163 - 163
3 Meja Guru 7 - 7
4 Kursi Guru 7 - 7
5 Papan Tulis 14 - 14
GEDUNG: AL-AZHAR
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 68 - 68
2 Kursi Santri 68 - 68
3 Meja Guru 3 - 3
4 Kursi Guru 3 - 3
5 Papan Tulis 6 - 6
GEDUNG : ANDALUSIA
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 180 - 180
2 Kursi Santri 180 - 180
3 Meja Guru 6 - 6
4 Kursi Guru 6 - 6
5 Papan Tulis 12 - 12
NB :
Total Meja Santri Putri : 648
Total Kursi Santri Putri : 648
Total Meja Guru : 26
Total Kursi Guru : 26
Total Papan Tulis : 52