Anda di halaman 1dari 208

PERAN KEPEMIMPINAN KARISMATIK KIAI

DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER SANTRI


DI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
KABUPATEN BOGOR

TESIS
Disusun Dalam Rangka Memenuhi Syarat Untuk Mendapatkan Gelar
Magister Pendidikan

Oleh :Habib Alwi Jamalulel


NIM. 21160181000021

MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2018
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tanga di bawah ini


Nama : Habib Alwi Jamalulel
Tempat dan tanggal lahir : Serang, 25 Oktober 1990
NIM : 21160181000021
Jurusan : Magister Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Tesis : PeranKepemimpinan Karismatik Kiai
Dalam Pembrntukan Karakter Santri Di
Pondok Pesantren darul Muttaqien
Kabupaten Bogor.

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Husni Rahim

Dengan ini menyatakan bahwa tesis yang saya buat benar-benar karya sendiri dan
saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Surat pernyataan
ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Seminar Hasil Tesis.

Jakarta, Februari 2018


Yang membuat pernyataan

Habib Alwi Jamalulel

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
UNTUK PENDAFTARAN UJIAN HASIL TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama Mahasiswa : Habib Alwi Jamalulel
NIM : 21160181000021
Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Tesis : Peran Kepemimpinan Karismatik Kiai dalam
Pembentukan Karakter Santri di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor.
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Husni Rahim.

Dengan ini menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas sudah selesai masa
Bimbingan Tesis, dan disetujui untuk pendaftaran Ujian Hasil Tesis.

Jakarta, Januari 2018


Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Husni Rahim

ii
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SEMINAR HASIL

Tesis dengan judul “Peran Kepemimpinan Karismatik Kiai dalam


pembentukan Karakter Santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten
Bogor. yang ditulis oleh saudara Habib Alwi Jamalulel dengan NIM
21160181000021, telah diujikan dalam seminar hasil Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada
hari........................... Tesis ini telah diperbaiki sesuai dengan saran-saran penguji
sebagai salah satu syarat mengikuti ujian promosi tesis.

Jakarta, Februari 2018

Tanda Tangan

Penguji I
Nama :
NIP : ........................................

Penguji II
Nama :
NIP : ........................................

Pembimbing

Prof. Dr. Husni Rahim

iii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran kepemimipinan karismatik kiai dalam
pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan jenis
penelitiannya yaitu studi kasus. Analisis data dalam penelitian ini berupa teknik analisis
data deskriptif, yaitu metode analisis data yang berupa kata – kata. Hasil yang ditemukan
di lapangan dalam penelitian ini adalah peran kepemimpinan karismtaik dalam
pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien terbagi menjadi
beberapa peran di antaranya: (1) Peran Kiai sebagai pengasuh Pondok Pesantren, yang
menggunakan pembiasaan dan pengambilan hikmah atau ibroh adalah cara Kiai dalam
pembentukan karakter santri menjadi lebih baik. Adapun karakter yang terbentuk yaitu
karakter santri peduli terhadap sesamanya, dan karakter toleransi terhadap golongan atau
latar belakang santri di rumahnya masing-masing (2) Peran kiai sebagai teladan, dari peran
ini kiai benar-benar memberikan contoh prilaku yang ideal terhadap pembentukan karakter
santri di Darul Muttaqien. Ia tidak hanya berbicara atau memerintah, namun ia lebih
banyak memberikan teladan kepada para santrinya agar melakukan sesuatu yang
diharapkan oleh pesantren. Sehingga, dengan peran ini muncullah karakter kesederhanaan
terhadap santri (3) Peran kiai sebagai orang tua santri, kiai mempunyai peranan yang
sangat strategis di pondok pesantren. Ia sebagai orang tua kedua santri dapat
mengendalikan perilaku dan dari cara Kiai tersebut maka terbentuklah karakter kejujuran,
kesabaran dan keiklasan terhadap santri (4) Peran Kiai sebagai pemimpin, Kiai bukan
hanya bertugas sebagai pengajar di dalam pondok pesantren namun juga sebagai
pemimipin atas keberlangsungan dan berjalannya pondok pesantren. Oleh karenanya, Kiai
harus mempunyai visi yang kuat juga ideal. Selain itu, ia juga harus berani menyampaikan
visi tersebut dengan tegas. Dari hasil penelitian, disimpulkan bahwa Kiai Mad Rodja
Sukarta merupakan Kiai yang mempunyai visi misi yang kuat juga ideal. Selain itu, ia juga
mampu menyampaikannya dengan berani dan tegas. Sehingga, santri melihat karakter
tersebut. Dan muncullah karakter mandiri pada diri santri Darul Muttaqien (5) Peran Kiai
sebagai motivator, kiai Mad Rodja Sukarta merupakan Kiai yang mampu menumbuhkan
semangat dan motivasi kepada santri sehingga santri totalitas dalam menjalani aktivitas di
pondok pesantren. Dengan totalitas tersebut muncullah karakter yang kuat terhadap diri
santri untuk dapat merubah dirinya menjadi orang yang lebih baik.

Kata Kunci: Peran Kepemimpinan Karismatik Kiai, Pembentukan Karakter Santri.

iv
ABSTRACT

This study aims to analyze the role of charismatic leadership of kiai in the formation of
students’ characters in Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bogor Regency. The approach
taken in this research was qualitative research with the type of research that was case
study. Data analysis in this research was descriptive data analysis technique, that was
method of data analysis in the form of words by words. The results found in the field in this
study was the role of leadership karismtaik in the formation of santri characters in Pondok
Pesantren Darul Muttaqien divided into several roles among them: (1) The role of Kiai as
caretaker of Pondok Pesantren, which used habituation and taking wisdom or ibroh was
the way Kiai in the formation of students’ characters to be better. The character that was
formed was the character of students concerned about each other, and the character of
tolerance to the group or background students’ in their respective homes (2) The role of
kiai as an example, from this role kiai really provided examples of ideal behavior towards
the formation of students’ characters in Darul Muttaqien. He did not only speak or rule,
but he gave more examples to his students to do something expected by the pesantren.
Thus, with this role came the character of simplicity to students (3) The role of kiai as the
parents of santri, kiai had a very strategic role in boarding school. The role of Kiai as a
leader, Kiai did not only serve as a teacher in boarding school but also as a leader on the
sustainability and the passage of the santri, the character of honesty, patience and
sincerity of the students (4) Islamic boarding school. Therefore, Kiai must have a strong
vision as well as ideal. In addition, he must also be dare to pass the vision firmly. From the
research, it was concluded that Kiai Mad Rodja Sukarta was a Kiai who has a strong
mission vision is also ideal. In addition, he is also able to deliver it with bold and firm.
Thus, the santri saw the character. And emerge independent character in self santri Darul
Muttaqien (5) The role of Kiai as motivator, kiai Mad Rodja Sukarta was Kiai able to grow
spirit and motivation to santri so santri totality in doing activity in boarding school. With
such a totality comes a strong character towards the santri's self to be able to transform
himself into a better people.

Keywords: The Role of Charismatic Leadership of Kiai, The Formation of Students’


Characters.

v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Di dalam naskah tesis ini akan dijumpai ayat Al-Quran yang otomotis
ditulis dengan huruf Arab. Pedoman transliterasi yang digunakan untuk
penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
ARAB LATIN
Kons. Nama Kons. Nama
‫ا‬ Alif Tidak dilambangkan
‫ب‬ Ba b Be
‫ت‬ Ta t Te
‫ث‬ Tsa st Es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim j Je
‫ح‬ Cha H Ha (dengan titik di bawah)
‫خ‬ Kha kh Ka dan ha
‫د‬ Dal d De
‫ذ‬ Dzal dh De dan ha
‫ر‬ Ra r Er
‫ز‬ Za z Zet
‫س‬ Sin s Es
‫ش‬ Syin sy Es dan ha
‫ص‬ Shad s Es (dengan titik di bawah)
‫ض‬ Dlat d De (dengan titik di bawah)
‫ط‬ Tha t Te (dengan titik di bawah)
‫ظ‬ Dha z Zet (dengan titik di bawah)
‫ع‬ „Ain „ Koma terbalik di atas
‫غ‬ Ghain gh Ge dan ha
‫ف‬ Fa f Ef
‫ق‬ Qaf q Qi
‫ك‬ Kaf k Ka
‫ل‬ Lam l El
‫م‬ Mim m Em
‫ن‬ Nun n En
‫و‬ Wawu w We
‫هـ‬ Ha h Ha
‫ء‬ Hamzah ‟ Apostrof
‫ي‬ Ya y Ye

vi
1. Vokal rangkap atau diftong bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan
antara harakat dengan huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan
dengan gabungan huruf sebagai berikut:
a. Vokal rangkap ( ْ‫ ) َأو‬dilambangkan dengan gabungan huruf aw, misalnya:
al-yawm.
b. Vokal rangkap ( ْ‫ ) أَي‬dilambangkan dengan gabungan huruf ay, misalnya:
al-bayt.

2. Vokal panjang atau maddah bahasa Arab yang lambangnya berupa harakat dan
huruf, transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf dan
tanda macron (coretan horisontal) di atasnya, misalnya ( ْ‫ = الْفَاجِحَة‬al-fatihah ), (
‫ = الْعُُلىْم‬al-‘ulum ) dan ( = qimah ).

3. Syaddah atau tasydid yang dilambangkan dengan tanda syaddah atau tasydid,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf yang sama
dengan huruf yang bertanda syaddah itu, misalnya ( ٌ‫= حَّد‬ ), ( ٌ‫= سَّد‬
saddun ), ( ‫ = طَّيِة‬tayyib ).

4. Kata sandang dalam bahasa Arab yang dilambangkan dengan huruf alif-lam,
transliterasinya dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “al”, terpisah
dari kata yang mengikuti dan diberi tanda hubung, misalnya ( ‫ = الْبَّيْث‬al-bayt ), (
‫ =الّسَمآء‬al-sama’).

5. Ta’ marbutah mati atau yang dibaca seperti ber-harakat sukun, transliterasinya
dalam tulisan Latin dilambangkan dengan huruf “h”, sedangkan ta’ marbutah
yang hidup dilambangkan dengan huruf “t”, misalnya ( ‫ = ُرؤْيَةُ الْهِالل‬ru’yah al-
hilal atau ru’yatul hilal).

6. Tanda apostrof (‟) sebagai transliterasi huruf hamzah hanya berlaku untuk yang
terletak di tengah atau di akhir kata, misalnya ( ُ‫ = ُرؤْيَة‬ru’yah ), ( ‫= فُقَهَاء‬
fuqaha’).

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puja dan puji syukur seraya dipanjatkan kepada Dzat Yang
Maha Tinggi, Allah Robbul „izzati berkat rahmat dan karunia-Nya, saya diberi
kesehatan dan kekuatan untuk menyelesaikan Tesis yang berjudul “Peran
Kepemimpinan Karismatik Kiai dalam pembentukan Karakter Santri di Pondok
Pesantren darul Muttaqien Kabupaten Bogor” sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Magister Manajemen Pendidikan Islam di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam selalu tercurahkan pada
Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang akan ilmu, iman dan pengajaran.

Penyelesaian Tesis ini tidak lepas dari motivasi, dukungan dan do‟a dari
berbagai pihak, oleh sebab itu izinkan pada kesempatan kali ini izinkan penulis
untuk mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Jejen Musfah, M.A. selaku Ketua program studi magister
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Prof. Dr. Husni Rahim. yang telah memberikan banyak ilmu
pengetahuan, nasihat, bimbingan, dan motivasi bagi penulis serta kesabaran
selama bimbingan menyelesaikan tesis.

5. Seluruh Dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Emak Anjarwati, yang senantiasa mendoakan dan memberikan semangat


dengan kasih sayang yang tak terkira, sehingga penulis dapat menyelesaikan
pendidikan tanpa suatu halangan apapun.

7. Alm. Bapak ust. Azizi, Allahummaghfir lahu warhamhu wa „aafihi wa‟fu


„anhu. Ayah terhebat sedunia, karena motivasi dan qudwah dari beliaulah yang
menjadikan penulis selalu terinspirasi untuk berjuang gigih, tidak menyerah
viii
akan keadaan yang terkadang menyulitkan. Semoga ayahanda berada dalam
Rahamat-Nya di alam sana.

8. Iyam, Opa, Empat, adik-adik yang selalu semangat dan ceria terima kasih atas
do‟a dan semanganya semoga kalian bisa nyusul S2.

9. Guru Agung, Guru Ahmad, Guru Ami, Guru Cicih, Guru Asep, Guru Imu dan
Uda Rio selaku pengelola Sekolah Guru Indonesia.

10. Guru Hebat SGI angkatan 21 yang sangat meginspirasi, 19 bulan yang
berharga tentang cerita kita kawan. Pa‟mang, Ade, Ades, Ayu, Eci, Epang,
Firda, riki, Isil, Wahyu, Nardis, Afid, Upi dan Upa. Terkhusus guru eci terima
kasih atas bantuannya

11. Keluarga besar Dompet Dhuafa Pendidikan: SMART Ekselensia Indonesia,


Makmal Pendidikan, Pusat Sumber Belajar, Beastudi Indonesia terkhusus Mas
Andri yang telah berbagi kosan-nya selama beberapa bulan terakhir guna
penyelesaian Tesis dan keluarga besar Dompet Dhuafa University.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak
dapat ditulis satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan pengorbanan mereka. Penulis


menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis
berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kemajuan pendidikan Indonesia.
Aamiin.

Jakarta, Februari 2018

Penulis

Habib Alwi Jamalulel

ix
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN ....................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................... iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................ vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... x
DAFTAR GAMBARAN ......................................................................... xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah ..................................................................... 6
D. Perumusan Masalah .................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .......................................................................... 7
F. Signifikansi Penelitian .................................................................. 7
a. Signifikansi Akademis ........................................................... 7
b. Signifikansi Terapan ............................................................... 7

BAB II. KAJIAN TEORITIS ..................................................................


A. Deskriptif Teoritis ........................................................................
1. Konsep dasar Kepemimpinan ................................................. 8
a. Definisi Pemimpin dan Kepemimpinan ........................... 8
b. Fungsi Kepemimpinan ..................................................... 12
c. Prinsip-prinsip Kepemimpinan ........................................ 13
d. Sifat – Sifat kepemimpinan ............................................... 16
e. Tipe dan Gaya Kepemimpinan ......................................... 20
2. Kepemimpinan Karismatik ..................................................... 19
a. Definisi Kepemimpinan karismatik .................................. 22
b. Karakteristik Kepemimpinan Karismatik ......................... 28
c. Karakteristik Pengikut Kepemimpinan Karismatik ............... 30
d. Kepemimpinan Kiai ......................................................... 31
3. Konsep Dasar Karakter ........................................................... 33
a. Definisi Karakter .............................................................. 33
b. Unsur-unsur Karakter ....................................................... 34

x
c. Nilai – nilai Karakter ........................................................ 35
d. Teori Pembentukan Karakter ........................................... 37
4. Pondok Pesantren ................................................................... 40
a. Pengertian Pondok Pesantren ........................................... 40
b. Jenis – Jenis Pondok Pesantren ......................................... 42
c. Elemen – elemen Pondok Pesantren ................................. 44
d. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren ............................... 47
e. Bentuk Pendidikan di Pondok Pesantren .......................... 49
f. Kerangka Konseptual........................................................ 50
g. Penelitian Terdahulu Yang Relevan.................................. 51

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 53


A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................... 53
B. Subjek Penelitian .......................................................................... 53
C. Kehadiran Penelitian .................................................................... 55
D. Sumber Data ................................................................................ 56
E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 57
F. Teknik Analisis Data .................................................................... 60
G. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................ 62

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ 68


A. Profil dan Sejarah Pondok Pesantren ........................................... 68
1. Latar Belakang Berdirinya Pesantren Darul Muttaqien ......... 68
2. Sejarah Pondok Pesantren Darul Muttaqien ........................... 69
3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Muttaqien ................. 71
4. Struktur, Fungsi, Tugas dan wewenang ................................... 72
5. Prinsip Dan Moto Darul Muttaqien ........................................ 77
6. Panca Jiwa Darul Pondok Pesantren Darul Muttaqien ........... 78
7. Tujuan Pendidikan dan Kurikulum Terpadu Pesantren darul
Muttaqien ................................................................................. 80
8. Program Utama Pondok Pesantren Darul Muttaqien
................................................................................................. 81
9. Jadwal Kegiatan Harian Pondok Pesantren Darul Muttaqien
................................................................................................. 82
10. Profil Kiai Pondok Pesantren Darul Muttaqien
................................................................................................... 87
B. Peran Kepemimpinan Kiai Dalam Pembentukan Karakter Santri
........................................................................................................ 88
1. Peran Kiai Sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Darul
Muttaqien ................................................................................ 94
a. Melalui Pembiasaan ........................................................... 95
b. Melalui Ibrah (Mengambil Hikmah) ................................. 96
2. Peran Kiai Sebagai Uswah (Teladan) 98
xi
3. Peran Kiai Sebagai Orang Tua kedua Santri ........................... 99
4. Peran Kiai Sebagai Pemimpin ................................................ 101
5. Peran Kiai Sebagai Motivator ................................................. 105

BAB V PENUTUP ................................................................................. 109


A. Kesimpulan .................................................................................. 109
B. Saran ............................................................................................ 109

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 112


LAMPIRAN
BIODATA

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sifat – Sifat Kepemimpinan Menurut Waren Bennis ...... 19


Tabel 2.2 Sifat – Sifat Kepemimpinan Menurut Orway Tead ......... 20
Tabel 4.1 Panca Jiwa Pondok Pesantren .......................................... 79
Tabel 4.2 Jadwal Kegiatan Santri .................................................... 83
Tabel 4.3 Jadwal Kegiatan Harian Santri......................................... 84
Tabel 4.4 Jadwal Kegiatan Mingguan Santri ................................... 85
Tabel 4.5 Jadwal Kegiatan Tahunan Santri ..................................... 87

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ................................................... 8


Gambar 3.1 Komponen Dalam Analisis Data .................................. 62
Gambar 3.2 Pengecekan Keabsahan Data........................................ 64
Gambar 3.3 Triangulasi Sumber Data.............................................. 65
Gambar 3.4 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data ........................ 66
Gambar 3.3 Triangulasi Waktu Data ............................................... 66
Gambar 4.1 Bagan Struktur Pesantren ............................................. 74
Gambar 4.2 Bagan Struktur Pimpinan Pesantren............................. 75

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pesantren sebagai lembaga tertua di Indonesia merupakan tempat
untuk belajar agama Islam yang sampai sekarang masih tetap eksis
keberadaannya. Eksistensinya sudah teruji oleh zaman, sehingga sampai saat
ini masih bisa tetap survive dengan berbagai macam dinamikanya. Hal ini
didukung oleh pernyataan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA dalam
sambutannya selaku Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
menyatakan bahwa pesantren masih tetap eksis hingga saat ini karena
memiliki ciri khas yang paling menonjol yang membedakan pesantren dengan
lembaga pendidikan lainnya yaitu sistem pendidikan dua puluh empat jam,
dengan mengkondisikan para santri dalam suatu lokasi asrama yang dibagi
dalam bilik – bilik atau kamar – kamar sehingga mempermudah
mengaplikasikan sistem pendidikan yang total (Kantor PBNU, Senin 27
Januari 2014).
Pesantren adalah tempat untuk belajar pengetahuan tentang kaidah-
kaidah agama Islam, Al-Quran dan sunah Rosul secara mendalam. Kehadiran
pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di tengah masyarakat Indonesia
merupakan produk kultur yang menghasilkan produk kultural yang tidak saja
tercermin dalam cara hidup para santri dan keseluruhan aktivitas
kelembagaan, tetapi juga pada masyarakat lingkungannya dalam arti luas
(Setiadi, 2009:437). Pesantren mempunyai kekhasan, terutama dalam
fungsinya sebagai institusi pendidikan, disamping itu pesantren pun menjadi
lembaga dakwah, bimbingan dan perjuangan. Setiadi juga menambahkan
bahwa fungsi utama pesantren secara mendasar adalah sebagai lembaga yang
bertujuan mencetak muslim agar memiliki dan menguasai ilmu – ilmu agama
(tafaqquh fi al-din) secara mendalam serta menghayati dan mengamalkannya
secara ikhlas semata – mata ditujukan untuk pengabdiannya kepada Allah
SWT. Dengan kata lain, tujuan pesantren adalah mencetak ulama (ahli
agama) yang mengamalkan ilmunya serta menyebarkan dan mengajarkan
ilmunya pada orang lain.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 13 Tahun 2014
Tentang Pendidikan Keagamaan Islam Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa
Pondok Pesantren yang selanjutnya disebut pesantren adalah lembaga
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
menyelenggrakan satuan pendidikan pesantren dan/atau secara terpadu
menyelenggarkan jenis pendidikan lainnya.

1
2

Adapun tujuan pesantren menurut Masyhud dan Khusnurdilo dalam


Purwanti (2014:4) adalah menciptakan dan mengembangkan kepribadian
muslim, yaitu kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT,
berakhlak mulia, bermanfaat bagi masyarakat sebagai pelayanan masyarakat,
mandiri, bebas dan teguh dalam kepribadian menyebarkan agama atau
menegakkan agama Islam dan kejayaan umat Islam di tengah – tengah
masyarakat Islam wal muslimin (dalam perubahan Islam) dan mencintai ilmu
dalam rangka mengembangkan kepribadian muslim. Hal ini sangat selaras
dengan definisi pendidikan menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasioanal yang mendefinisikan pendidikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagaaman, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara. Pendidikan memegang peranan
penting dalam merealisasikan agenda pendidikan yang diarahkan pada
peningkatan intelektual, emosional, dan intelektual anak didik (Takdir,
2012:37). Namun, saat ini pendidikan di Indonesia dinilai oleh banyak
kalangan tidak bermasalah dengan peran pendidikan dalam mencerdaskan
para peserta didiknya, namun dinilai kurang berhasil dalam membangun
kepribadian peserta didiknya agar berakhlak mulia. Oleh karena itu,
pembentukan karakter dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan
nasional. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyatakan tujuan pendidikan
nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Karakter merupakan hal yang sangat
essensial dan akhir-akhir ini menjadi isu yang sangat hangat dibincangkan
sejak pendidikan karakter dicanangkan oleh pemerintah Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) dalam peringatan hari pendidikan nasional pada 2 Mei
2010 (Fatchul, 2011:323). Tekad pemerintah untuk menjadikan
pengembangan karakter dan budaya bangsa sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari sistem pendidikan nasional salah satunya terbukti dari
perubahan kurikulum pendidikan yang berubah menjadi Kurikulum 2013 saat
ini yang tidak hanya mengedepankan pendidikan akademik semata melainkan
pendidikan moral atau karakter yang juga di tanamkan dalam setiap mata
pelajarannya. Menurut Dharma (2013:11) karakter merupakan suatu nilai
yang diwujudkan dalam bentuk perilaku anak itulah yang disebut karakter.
Sementara menurut Muchlas dkk (2016:22) karakter adalah sesuatu yang
sangat penting dan vital bagi tercapainya tujuan hidup. Karakter merupakan
3

dorongan pilihan untuk menentukan yang terbaik dalam hidup. Orang-orang


yang berkarakter kuat dan baik secara individual maupun sosial ialah mereka
yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik.
Adapun karakter menurut Zubaedi (2011:1) karakter merupakan hal
yang sangat penting dan mendasar. Orang-orang yang berkarakter kuat dan
baik secara individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak,
moral, dan budi pekerti yang baik. Penguatan pendidikan karakter dalam
konteks sekarang ini sangat relevan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
terjadi di negara kita. Diakui atau tidak diakui saat ini terjadi krisis yang nyata
dan mengkhawatirkan dalam masyarakat dengan melibatkan generasi bangsa,
yaitu anak-anak. Berdasarkan data lembaga survei nasional yang dilakukan
oleh The Ethics of American Youth, dari Jopshon Institute of Hics (dalam
Zubaedi, 2011:4) diketahui bahwa perilaku siswa dalam jangka waktu 12
bulan, yaitu: (a) 82% mengakui bahwa mereka berbohong kepada orang tua;
(b) 62% mengakui bahwa mereka berbohong kepada guru tentang sesuatu
yang signifikan; (c) 33% menjiplak tugas dari internet; (d) 60% menipu
selama pelaksanaan ujian di sekolah; (e) 23% mencuri sesuatu dari orang tua
atau kerabat lainnya; (f) 19% mencuri sesuatu dari seorang teman; dan (g)
28% mencuri sesuatu dari toko.
Data di atas sesuai dengan hasil pengamatan yang peneliti lakukan di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Peneliti menemukan bahwa sebelum
santri datang dan belajar di Pesantren, terdapat beberapa karakter yang masih
kurang baik seperti kurangnya sikap mandiri dalam diri santri. Santri masih
terlihat manja karena terbiasa hidup dengan orang tuanya dalam ekonomi
yang berkecukupan. Sehingga, apa yang mereka inginkan harus dituruti.
Selain itu, sikap jujur dalam diri santri juga masih rendah. Kemudian,
kemampuan santri dalam hal keagamaan masih dianggap kurang. Hal ini
menyebabkan orang tua mempercayakan anaknya untuk dididik di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien.
Hal ini membuktikan bahwa krisis moral sangat marak terjadi saat
ini, hingga urgensinya penanaman karakter sampai dimasukkan kedalam
kurikulum pembelajaran nasional. Maraknya kasus negatif yang terjadi
tersebut berdampak kepada merosotnya karakter siswa. Adanya indikasi kuat
mengenai hilangnya nilai – nilai luhur yang melekat pada bangsa kita seperti
kejujuran, kemandirian, dan persatuan menjadi keprihatinan kita bersama.
Maka dari itu, disinilah peran lembaga pendidikan untuk menjawab
dan menanggapi berbagai macam persoalan krisis moral yang ada. Lembaga
pendidikan sebagai wadah yang bertugas tidak hanya untuk mengembangkan
potensi dasar yang dimiliki masing-masing peserta didik namun juga
membentuk karakter /kepribadian mereka agar menjadi insanul kamil (pribadi
yang mulia). Salah satu lembaga pendidikan yang dapat membantu
terbentuknya karakter seseorang adalah pondok pesantren.
4

Pondok Pesantren dianggap mampu membentuk karakter seseorang


karena Pondok Pesantren mempunyai sistem pembelajaran dua puluh empat
jam dan tempat tinggal yang sama antar Kyai dan para santrinya.
Sebagaimana Wasino (2014 : 125) mengatakan bahwa Pondok pesantren
adalah suatu lembaga pendidikan Islam dimana sistem pendidikan pesantren
adalah Kyai dan para santri hidup bersama dalam satu tempat tinggal yang
disebut pondok. Dikatakan Said (2014:3) metode pembelajaran dalam sistem
pendidikan pesantren paling sangat mendukung terbentuknya pendidikan
karakter para santri yaitu proses pembelajaran integral melalui metode belajar
– mengajar (dirasah wa ta’lim), pembiasaan berperilaku luhur (ta’dib),
aktivitas spritual (riyadhah), serta teladan yang baik (uswah hasanah) yang
dipraktikkan atau dicontohkan langsung oleh Kyai. Selain itu, kegiatan santri
juga dikontrol melalui ketetapan dalam peraturan tata tertib. Semua ini
mendukung terwujudnya proses pendidikan yang dapat membentuk karakter
mulia para santri, dimana dalam kesehariannya mereka dituntut untuk hidup
mandiri dalam berbagai hal. Secara tidak langsung, pesantren juga
mengajarkan para santri untuk menghargai perbedaan suku, ras, bahasa dan
menciptakan hubungan kekeluargaan antar mereka.
Namun, keberlangsungan sebuah pesantren tergantung pada Kyai
sebagai pemimpinnya, Kyai menjadi penentu atas berkembang atau tidaknya
Pondok Pesantren. Selain sebagai pemimpin Pondok Pesantren, Kyai
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam lingkungan pesantren
sehingga dalam kenyataannya para Kyai diberbagai pesantren sangat ditaati,
dipatuhi oleh para santri (Setiadi, 2009:440). Dalam konteks ini, kyai
merupakan status yang dihormati dengan seperangkat peran yang
dimainkannya dalam lingkungan pesantren dan masyarakat. Sebagai akibat
dari status dan peran yang disandangnya, ketokohan dan kepemimpinan kyai
telah menunjukkan betapa kuatnya kecakapan dan pancaran kepribadian
dalam memimpin pesantren dan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari
bagaimana seorang kyai membangun peran strategis sebagai pemimpin
masyarakat non-formal melalui komunikasi intensif dengan masyarakat.
Posisi vitalnya di lingkungan pedesaan sama sekali bukan hal baru. Bahkan,
justru sejak masa kolonial, bahkan jauh sebelum itu, peran kyai tampak lebih
menonjol dibandingkan dengan masa sekarang yang mulai memudar.
Dikatakan oleh Said (2014:2) para Kyai mengikuti cara dakwah Wali
Songo dengan mencontohkan dan memberi teladan yang baik atau uswatun
hasanah. Jadi, uswatun hasanah itu tidak hanya pada diri Rasulullah SAW,
tetapi juga ada pada diri Kyai sebagai ulama yang merupakan pewaris para
nabi dan agen al-akhlaq al-karimah. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
Kyai memiliki pengaruh yang besar karena Kyai merupakan acuan/tokoh
pertama yang paling berpengaruh dalam memberikan karakter/keteladanan
yang baik kepada lingkungan pesantren khususnya santri. Setiadi (2009:443)
5

menambahkan pembentukan karakter yang diajarkan oleh Kyai tidak lepas


dari kewibaan moral yang dimiliki Kyai itu sendiri sebagai penyelamat santri
dari kesesatan dan kenestapaan. Dalam kenyataanya, Kyai sangat dicontoh
perbuatannya, dan diikuti perkataannya juga sangat berpengaruh terhadap
perilaku santri dalam menuntut ilmu. Ketaatan dan kepatuhan secara total
itulah yang menjadi budaya santri hingga salah satu keberhasilan mereka
dengan sangat “bertabarruk” pada Kyai. Hal ini tidak lepas dari
kepemimpinan karismatik kyai di dalam pesantren yang menjadikan kyai
sangat disegani dan dihormati oleh para ustadz maupun santrinya.
Kepemimpinan karismatik yang dimiliki seorang Kyai merupakan salah satu
indikator keberhasilan dalam membentuk karakter mandiri santri.
Kepemimpinan karismatik Kyai merupakan kepemimpinan yang
mendapat anugerah dari yang Maha Kuasa dan pemimpin yang memiliki
karisma dianggap mempunyai kemampuan supranatural, yang dapat
memotivasi para pengikutnya rela berkorban untuk sebuah ide dan gagasan
pemimpin. Pemimpin karismatik biasanya memiliki pengikut yang banyak
dan memiliki loyalitas yang luar biasa (Ansor, 2014 : 650). Susanto (2007 :
112) karisma kiai memperoleh dukungan masyarakat, hingga batas tertentu,
disebabkan karena dia dipandang memiliki kemantapan moral dan kualitas
keimanan yang melahirkan suatu bentuk kepribadian magnetis bagi para
pengikutnya. Proses ini, mula-mula beranjak dari kalangan terdekat, sekitar
kediamannya, yang kemudian menjalar ke luar ke tempat-tempat yang jauh.
Karisma yang dimiliki kyai tersebut dalam sejarahnya mampu menjadi
sumber dan inspirasi perubahan dalam masyarakat. Seperti halnya Kyai Mad
Rodja Sukarta yang mula-mulanya hanya di segani dan dikagumi oleh orang
terdekatnya. Namun, saat ini Kyai Mad Rodja Sukarta dikagumi dan disegani
oleh banyak orang dari berbagai macam kalangan. Ia sangat dikagumi dan
disegani oleh para santri dan ustadz/ustadzahnya, juga masyarakat Bogor.
Dari keseganan dan kekaguman yang dimiliki oleh anggotanya maka Kyai
Mad Rodja Sukarta merupakan kyai yang karismatik dengan kewibawaan dan
karisma yang dimiliki.
Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan pendiri sekaligus pengasuh
Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Pondok Pesantren Darul Muttaqien
adalah salah satu pondok pesantren yang masih terus eksis berperan dalam
mendidik dan mencetak generasi muda mudi muslim yang berkarakter dan
berkualiatas. Pondok Pesantren Darul Muttaqien terletak di wilayah desa
Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri
sebagai lembaga pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya tanggal 18 Juli 1988.
Sejarah berdirinya Darul Muttaqien terkait erat dengan dengan pemberian
tanah wakaf seluas 1,8 ha oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm), seorang
mantan wartawan senior Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh Iskandar
(alm). Dan sampai sekarang luas lahan Pesantren Darul Muttaqien + 32 ha.
6

Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Darul Muttaqien telah
mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Dimana di dalam pondok tersebut, para santri dibentuk untuk
menjadi pejuang Islam yang mandiri di masyarakat. Terbentuknya karakter
mandiri santri Pondok Pesantren Darul Muttaqien tidak lepas dari peran
kepemimpinan karismatik Kyai pesantren tersebut.
Maka dari itu, berangkat dari latar belakang yang dijabarkan di atas,
dijadikan landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini mengenai
“Peran Kepemimpinan Karismatik Kyai Dalam Pembentukan Karakter
Santri Di Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor
Provinsi Jawa Barat”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa
masalah berikut:
1. Memudarnya peran kepemimpinan karismatik Kyai di Indonesia.
2. Terdapat indikasi kuat mengenai hilangnya nilai – nilai luhur bangsa
yang melekat seperti kejujuran, kemandirian dan persatuan.
3. Maraknya kasus negatif yang terjadi di kalangan remaja yang
berdampak kepada merosotnya nilai – nilai karakter.
4. Terdapat

C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan keraguan dalam
penafsiran dan penelitian, maka peneliti memberikan pembatasan masalah
yakni menganalisis kepemimpinan karismatik Kyai Mad Rodja Sukarta
sebagai pemimpin dan pengasuh Pondok Pesantren Darul Muttaqien serta
peran kepemimpinan karsimatik Kiai Mad Rodja Sukarta dalam
pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan
masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana peran
kepemimipinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor?
7

E. Tujuan Penelitian
Untuk mendapatkan gambaran yang konkrit dari sebuah penelitian
dibutuhkan arah atau tujuan dari penelitian tersebut, sehubungan dengan itu
diuraikan tujuan penelitian yaitu:
1. Untuk mengetahui kepemimipinan karismatik Kyai Mad Rodja
Sukarta
2. Untuk mengetahui peran kepemimpinan karismatik Kiai Mad rodja
Sukarta dalam pembentukan karakter santri.
3. Untuk mengetahui karakter santri di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien.

F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat untuk
berbagai pihak, baik secara teoritis maupun secara praktis terutama hal rangka
peran kepemimpinan karismataik kyai dalam pembentukan karakter santri.
Berdasarkan hal tersebut, maka manfaat yang diharapkan melalui penelitian
ini adalah sebagai berikut :

1. Akademisi
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengembangan
konsep dan teori tentang ilmu kepemimpinan karismatik Kyai
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan tentang pembentukan karakter santri.

2. Praktisi
a. Bagi Pengasuh Pondok, penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan input dalam menyumbangan ide /
sumbangsih pemikiran khususnya dalam pembentukan karakter
santri di pondok pesantren.
b. Bagi ustadz / ustadzah, penelitian ini diharapkan agar menjadi
masukan bagaimana peran kepemimpinan Kyai dalam
pembentukan karakter santri serta diaplikasikan dalam
pelaksanaanya di pondok pesantren.
c. Bagi peneliti, penelitian ini dapat digunakan untuk menambah
wawasan dan pengalaman khususnya dalam memberikan
pendidikan tentang pembentukan karakter santri melalui peran
kepemimpinan karismatik Kyai kepada santrinya di pondok
pesantren.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskriptif Teoritis
1. Konsep Dasar Kepemimpian
a. Pemimpin dan Kepemimpinan
Pemimpin dan kepemimpinan menjadi salah satu pembahasan yang
sangat menarik bagi para akademisi, peneliti maupun masyarakat pada
umumnya. Hal ini karena kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi begi keberhasilan kelompok masyarakat. Pemimpin
dengan kepemimpinan mempunyai makna yang berbeda. menurut Duryat
(2016 : 2) bahwa term pemimpin, kepemimpinan, dan memimpin bermula dari
akar kata yang sama, yakni “pimpin”. Namun demikian ketiganya digunakan
dalam konteks yang berbeda. Selanjutnya, dalam bahasa Indonesia
“pemimpin” sering disebut penghulu, pemuka, pelopor, pembina, panutan,
pembimbing, ketua, kepala, penggerak, penuntun dan lain sebagainya.
Sedangkan istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan
peran seseorang, yang berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang
lain dengan berbagai cara. Pada umumnya pemimpin merupakan seorang
pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya
kecakapan/kelebihan di satu bidang dengan atau tanpa pengangkatan resmi
sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama untuk
melakukan aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan,
(kartono dalam Duryat : 2016 : 2).
Kepemimpinan meurut Robert G Owens dalam Sudaryono ( 2014 : 4 )
mengatakan bahwa kepemimpinan merupkaan suatu interaksi antar suatu
pihak yang mempin dengan pihak yang dipimpin. Pendapat ini menyatakan
juga bahwa kepemimpina merupkan proses dinamis yang dilaksanakan
melalui hubungan timbal balik antara pemimpin dan yang dipimpin.
Hubungan tersebut berlangsung dan berkembang melalui transasksi antar
pribadi yang saling mendorong dalam mencapai tujuan bersama. Dengan kata
lain kepemimpinan adalah hubungan interpersonal berdasarkan keinginan
bersama. Kepemimpinan bukan suatu sebab tetapi akibat atau hasil dari
prilaku kelompok, sehingga tanpa ada anggota atau pengikut, maka tidak ada
pemimpin.
Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi perilaku
seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi
tertentu. Kepemimpinan merupakan masalah sosial yang didalamnya terjadi

8
9

interaksi antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk
mencapai tujuan bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk,
memotivasi dan mengkoordinasi, (Duryat : 2016 : 4 ). Dari sini dapat dipahami
bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya
tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-
program saja, tetapi lebih dari itu yaitu memimpin harus melibatkan seluruh
lapisan organiasainya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut berperan
aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalaam
usaha mencapai tujuan
Proses kepemimpin merupakan proses interaktif dan dinamis dalam
mempengaruhi orang lain. Dalam proses tersebut seorang pemimpin harus
memiliki kemampuan dasar serta keterampilan dalam menggerakkan
bawahannya agar dapat bekerjasama secara maksaimal (Suharsaputra, 2016).
Bekerjsama untuk melaksanakan dan mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan. Kepemimpinan merupakan suatu kekuatan penting dalam rangka
pengelolaan sehingga kemampuan memimpin secara efektif merupakan kunci
keberhasilan organisasi (Baharuddin dan Umiarso 2012:33).
Menurut Ownes dalam Danim dan suparno ( 2009 : 41) mengatakan
bahwa kepemimpinan suatu interaksi antara satu pihak sebagai yang
mempimpin dengan pihak yang dipimpin. Interaksi antar pihak yang
pemimpin dengan yang dipimpin dalam rangka mencapai tujuan bersama. Hal
senada dikemukakan Baharuddin dan Umiarso (2012 : 48 ) bahwa
kepemimpinan adalah suatu kegiatan memengaruhi orang lain agar orang lain
tersebut mau bekerjsama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam perspektif Islam, kepemimpinan tidak mengenal hubungan
hierarkis antara atasan dan bawahan, karena hubungan tersebut akan
menjadikan adanya perbedaan kelas status. Padahal dalam Islam,
kepemimpinan merujuk kepada makna “khalifah” yang berarti “pemimpin” di
muka bumi yang semuanya mempunyai tanggungjawab yang sama (Aprianto,
2016 : 269). Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan hal tersebut terdapat dalam
QS. Al-Baraqaha : 30 yaitu sebagai berikut :
10

Artinya :
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:
Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.
mereka berkata: Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di
bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan
memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Tuhan berfirman:
Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.(QS. Al-
Baqarah : 30)

Selain merujuk pada kata “khalifah”, yang ada dalam QS. Al-Baqarah
:30. Kepemimpinan juga merujuk pada kata “imam” ataupun “ulil amri dalam
(QS. Al-Imron : 26) yaitu sebagai berikut.

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul
(Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan
pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia pada Allah (Al-
Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman
kepada Allah dari hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS. Al-'Imran (3):26)

Ayat di atas menjelaskan bahwa setiap orang wajib mentaati Allah swt,
mentaati Rosul Allah dan mentaati pemimpinnya, baik pemimpin negaranya
maupun pemimpin organisasinya yang ia ikuti. Jelas bahwa hukumnya wajib
selagi dalam koridor yang baik. Selain itu, mengenai kepemimpinan
Rasulullah saw juga bersabda :

ٍ ‫ ُكلُّ ُك ْم َر‬:‫وعن بن عمر رضي هللا عنهما عن النبي صلى هللا عليه وسلّم قال‬
‫اع‬
ُ ‫ والمرأة‬,‫أهل بيتِ ِه‬
ِ ‫راع على‬ ٍ ‫والر ُج ُل‬
ّ ,‫راع‬
ٍ ‫واألمير‬
ُ َ ‫َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئ ُ ْو ٌل‬
,‫ع ْن َرعيّتِ ِه‬
)‫ (متفق عليه‬.‫عن َر ِعيَّتِ ِه‬ ْ ‫راع وكلّكم مسئو ٌل‬
ٍ ‫ فكلّكم‬,ِ‫زوجها َو َولَ ِده‬ ِ ِ ‫َرا ِعيَّةٌ على بي‬
‫ت‬
Artinya :
Dari Ibn Umar ra. Dari Nabi saw, beliau bersabda : “ Kalian adalah
pemimpin dan kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas
11

kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin, seorang


suami adalah seorang pemimpin seluruh keluarganya, demikian pula
seorang isteri adalah pemimpin atas rumah suami dan
anaknya.Kalian adalah pemimpin yang akan dimintai
pertanggungtawaban atas kepemimpinan kalian”.(HR. Bukhari dan
Muslim) .

Dalam islam dijelaskan bahwa setiap kita adalah pemimpin, baik


pemimpin untuk diri sendiri, pemimpin bagi keluarga, maupun pemimpin bagi
oraganisasi yang kita ikuti. Dan ketahuilah, bahwa setiap pemimpin akan
dimintai pertanggungjawabnnya di akhirat nanti. Selanjutnya, menurut
Kartono ( 2016 : 10 ) pemimpin terbagi menjadi dua jenis kepemimpinan yaitu
pemimpin formal dan pemimpin informal.

1. Pemimpin Formal
Pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasi/lembaga tertentu
ditunjuk sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi
untuk memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi, dengan segala hak
dan kewajiban yang berkaitan dengannya, untuk mencapai sasaran organisasi.
Adapun ciri - ciri dari pemimpin formal yaitu sebagai berikut :
a) Bersatus pemimpin formal selama masa jabatan tertentu, atas dasar
legalitas formal oleh penunjukan pihak yang berwenang (ada
legitimasi).
b) Sebelum pengangkatannya dia harus memenuhi bebrapa persyaratan
formal terlebih dahulu.
c) Diberi dukungan oleh organisasi formal untuk menjalankan tugas dan
kewajibannya. Karena itu dia selalu memiliki atasan.
d) Mendapatkan balas jasa materil dan imateril tertentu.
e) Bisa mempunyai kesempatam promosi atau kenaikan pangkat formal,
dan dapat dimutasikan.
f) Apabila melakukan kesalahn-kesalahan, dia akan dikenai sanksi dan
hukuman.
g) Selama menjabat kepemimpinannya dia diberi kekusasaan dan
wewenang, antara lain untuk menentukan kebijakan, memberikan
motiasi kerja kepada bawahan, menggariskan pedoman dan petunjuk,
mengaloasikan jabatan dan penempatan bawahannya, mengadakan
supervisi dan kontrol, menetapkan sasaran organisasi, dan mengmbil
keputusan-keputusan penting lainnya.

2. Pemimpin Informal
12

Pemimpin informal ialaha orang yang tidak mendapatkan


pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah
kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagi orang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan perlaku suatu kelompok atau masyarakat.
Adapun ciri – ciri pemimpin informal anatar ain ialah
a) Tidak memiliki penunjukkan formal atau legitimasi sebagai pemimpin
b) Kelompok masyarakat menunjuk dirinya, dan mengakuinya sebagai
pemimpin. Status kepemimpinannnya berlaku selama kelompok yang
bersangkutan masih mau mengajui dan meneria pribadinya.
c) Dia tidak mendaptakan dukungan dari suara organisasi formal dalam
menjalankan tugas kepemimpinannya.
d) Tidak mendapatkam imbalan balas jasa, atau imbalan jasa itu diberikan
seacara sukarela.
e) Tidak dapat dimutasikan, tidak pernah mendapatkan promosi dan tidak
memiliki atasan. Dia tidak perlu memenuhi persyaratan formal terlebih
dahulu.
f) Apabila dia melakukan kesalahan, dia tidak dapat dihukum, hanya saja
respek orang terhadap dirinya jadi berkurang, pribadinya tidak diakui,
atau dia ditinggalkan oleh massanya.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
adalah kemampuan mempengaruhi orang lain untuk dapat bergerak,
melaksanakan dan bekerjasama dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Dalam kepemimmpin terjadi interaksi antar pemimpin dan yang yang
dipimpin, namun interaksi-interaksi tersebut ditujukan untuk saling
menguatkan dalam proses mencapai tujuan.

b. Fungsi Kepemimpinan
Pendapat Reza dalam Lano (2015:75) mengemukakan bahwa, secara
operasional ada 5 fungsi pokok kepemimpinan antara lain: 1) Fungsi
instruktif, Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai,
melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan
perintah) agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi
orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah. 2) Fungsi konsultatif,
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua
arah. Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan
keputusan yang memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan
orang-orang yang dipimpinnya. 3) Fungsi partisipasi, Dalam menjalankan
fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
13

dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam


melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang
sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari
tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-masing. 4) Fungsi delegasi,
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan
wewenang membuai atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya
adalah kepercayaan seseorang pemimpin kepada orang yang diberi
kepercayaan untuk pelimpahan wewenang dengan melaksanakannya secara
bertanggung jawab. Fungsi pendelegasian ini, harus diwujudkan karena
kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh
seorang pemimpin seorang diri. 5) Fungsi pengendalian, Fungsi pengendalian
berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus berusaha mampu
mengatur aktifitas anggota-angotanya secara dengan terarah dalam
mengkoordinasi yang efektif, sehingga dapat memungkinkan tercapainya
tujuan itu bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi
pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan,
pengarahan, koordinasi, dan pengawasan

c. Prinsip - Prinsip Kepemimpinan


Menurut Umiarso (2012 : 84 ) prinsip kepemimpinan dalam islam
terdapat empat prinsip yaitu : Prinsip Kejujuran (Amanah), Prinsip Adil,
Prinsip Musyawarah, dan Prinsip Etika.
a) Prinsip Kejujuran (Amanah)
Dalam Kamus Arab – Indonesia, kata Amanah dapat diartikan dengan
kejujuran dan kepercayaan dari orang lain. Sedangkan dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata amanah diartikan sebagai a) sesuatu yang
dipercayakan (dititipkan) kepada orang lain, b) keamanan, ketentraman, c)
dapat dipercaya, setia, (Baharuddin dan Umiarso, 2012 : 84). Amanah
merupakan sebuah kepercayaan yang dititipkan oleh orang lain kepada
seorang pemimpin. Oleh karena itu seorang pemimpin ditutut utuk
menjalankan amanahnya sebaik mungkin dan tidak mengkhianati orang yang
di pimpinnya. Allah Swt berfirmn dalam (QS. Al-Anfal : 27 ).

َّ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِي َن آ َمنُواْ الَ ت َ ُخونُواْ هللاَ َو‬


‫الرسُو َل َوت َ ُخونُواْ أ َ َمانَا ِت ُك ْم َوأَنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمو َن‬

Artinya :
14

“Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul


(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfal : 27 ).

Jelas dikatakan dalam ayat di atas bahwa seorang pemimpin harus


menjalankan kepemimpinannya dengan baik. Memberikan pelayanan yang
terbaik kepada orang yang dipimpinnya tanpa berbohong dan mengkhianati
mereka.
b) Prinsip Adil
Untuk menjaga keseimbangan kepentingan, maka seorang pemimpin
dituntut untuk berlaku adil terhadap dirinya dan orang yang dipimpinnya. asas
keadilan harus benar-benar dijaga agar tidak muncul stigma-stigma ketidak
adilan seperti kelompok marginal dan lain-lain. Firman Allah Swt dalam (QS.
Shaad : 26)

Artinya :
Hai Daud, sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa)
di mukua bumi, maka berilah keputusan (perkara) diantara manusia
dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia
akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena
mereka melupakan hari perhitungan. ( QS Shaad [38]: 26).

Dari ayat di atas dapat diambil hikmah bahwa seorang pemimpin harus
benar-benar adil dalam memberikan proporsionalitas tenggung jawab dari segi
kuantitas maupun kualitas yang disertai dengan keikhlasan dalam
menjalankan tugasnya dan juga orientasi tingkah lakunya disertai dengan nilai
etik yang baik.

c) Prinsip Musyawarah (syuro)


Prinsip Musyawarah (Syuro) dapat di definisikan sebagai pembahasan
bersama dengan maksud mencapai keputusan atas penyelesaian masalah.
Musyawarah merupakan salah satu prinsip dalam berorganisasi antara
pemimpin yang yang dipimpin, (Baharuddin dan Umiarso, 2012 : 84).
15

Musyawarah sama dengan rapat atau perembukan yang bertujuan untuk


membahas suatu masalah dan pengambilan keputusan dalam rangka
kepentingan organisasi. Pengambilan keputusan tidak bisa dilakukan dengan
sepihak, namun dibutuhkan musyawarah. Allah swt berfirman dalam (QS. Asy-
Syura : 38).

َ‫ورى بَ ْينَ ُه ْم َو ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم يُن ِفقُون‬


َ ‫ش‬ُ ‫ص ََلة َ َوأ َ ْم ُر ُه ْم‬
َّ ‫َوالَّذِينَ ا ْست َ َجابُوا ِل َر ِبّ ِه ْم َوأَقَا ُموا ال‬

Artinya :
Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya
dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka (QS. Asy-Syura : 38).

Jelas bahwa ayat di atas menganjurkan setiap pengambilan keputusan


harus dilakukan dengan cara bermusyawarah. Karena dengan cara
bermusyawarah semua orang menjadi tahu atas apa yang diputuskan, paham
dan dapat menyesuaikan atas apa yang harus dilakukan,

d) Etika Tauhid dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar


Kepemimpinan islam di kembangkan di atas prinsip tauhid yang
akhirnya akan memunculkan perilaku (prinsip) Amar Ma’ruf Nahi Munkar.
Prinsip etika tauhid sendiri merupakan prinsip kepemimpinan islam yang
mengutamakan pendekatan diri kepada sang Maha Kuasa (Allah). Sedangkan
prinsip Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan saling mengingatkan dalam
kebaikan dan keburukan, (Baharuddin dan Umiarso, 2012 : 96). Tentang Amar
Ma’ruf Nahi Munkar Allah swt berfirman dalam (QS. Al - Imran: 104)

ُ ‫َو ْلت َ ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُمَّةٌ يَ ْد‬


ِ ‫عو َن إِلَى ْال َخ ْي ِر َويَأ ْ ُم ُرو َن بِ ْال َمع ُْر‬
‫وف َويَ ْن َهوْ نَ ع َِن ْال ُم ْنك َِر َوأُولَئِكَ ُه ُم‬
‫ْال ُم ْف ِلحُو َن‬
Artinya :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (Al - Imran:
104)

Istilah ma’rufat (jamak dari makruf) itu menunjukkan semua


kebaikan-kebaikan dan sifat-sifat yang baik sepanjang masa diterima oleh hati
nurani manusia sebagai suatu yang baik, sebaliknya istilah munkarat(jamak
dari munkar) menunjukkan semua dosa dan kejahatan-kejahatan yang
16

sepanjang masa telah di kutuk oleh watak manusia sebagai suatu hal yang
jahat.
Sedangkan Stephen R. Coney dalam Ambarita (2015 : 56) juga
mengungkapkan prinsip kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
1. Seorang yang pembelajar seumur hidup; tidak hanya melalui
pendidikan formal, namun juga diluar sekolah. Ia belajar melalui
membaca, menulis, observasi, mendengar dan berdiskusi. Mempunyai
pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
2. Berorientasi pada pelayanan; seorang pemimpin tidak dilayani
melainkan melayani, sebab prinsip pemimpin dengan melayani
berdasarkan karir sebagi tujuan utama. Dalam meberikan pelayanan
pemimpin diharuskan memberikan pelayanan yang baik.
3. Memebawa energi yang positif; setiap orang mempunayi energi dan
semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada
keikhlasan dan keinginan mendukung mensukseskan orang lain.
Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik.
Dari tiga prinsip di atas dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin
ditunutut untuk mempunyai semangat belajar yang tinggi. Menggunakan
semua kesempatannya untuk menambah ilmu pengetahuan. Memberikan
pelayanan yang terbaik terhadap orang yang dipimpinnya. Selain itu, ia
dituntut untuk mempunayi energi positif, memberikan dorongan dan motivasi
kepada yang dipimpinnya untuk dapat bersama-sama bergerak mencapai
tujuan.

d. Sifat - Sifat Kepemimpinan


Upaya untuk menilai sukses atau gagalnya pemimpin antara lain dapat
dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat – sifat dan
kualitas/perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai
kepemimpianannya, (Kartono, 2016 : 43). Dengan demikian dapat dipahami,
bahwa sifat-sifat yang akan di kemukakan ini merupaka- sifat – sifat ideal
yang harus di miliki seorang pemimpin agar dapat melaksanakan tugasnya
dengan baik.
Dibawah ini diuraikan sifat-sifat kepemimpinan menurut Warren
Bennis dalam Duryat (2016 : 27) yaitu sebagai berikut.
17

Tabel 2.1
Sifat-sifat kepemimpinan menurut Warren Bennis dalam Duryat
(2016 : 27)
No Sifat Kepemimpinan Penjelasan
1. Vissioner Mempunyai ide yang jelas tentang apa
yang diinginkan secara profesional
atau pribadi, dan mempunyai kekuatan
untuk bertahan ketika mengalami
kemunduran atau kegagalan.
2. Berkemauan kuat Mencintai apa yang dikerjakan,
mempunyai kesungguhan yang luar
biasa dalam menjalani hidup,
dikombinasikan dengan kesungguhan
dalam bekerja, menjalani profesi dan
bertindak.
3. Integritas Integritas diperoleh dari pengetahuan
sendiri dan kedewasaan, mengatahui
kekuatan dan kelemahan sendiri,
teguh memegang prinsip, dan belajar
dari bagaimana pengalaman orang lain
dan bekerja dengan orang lain.
4. Amanah Pemimpin memperoleh kepercayaan
dari orang lain atau dari orang yang
dipimpinnya.
5. Rasa ingin tahu Rasa ingin tahu tentang segala hal dan
rasa ingin belajar sebanyak dan seluas
mungkin.
6. Berani Berani mengambil resiko,
bereksperimen, dan mencoba hal- hal
baru.

Sedangkan menurut Orway Tead dalam Kartono mengemukakan 10


sifat kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.2
Sifat – sifat kepemimpinan menurut Orway Tead dalam Kartono
No. Sifat Keemimpinan Penjelasan
1. Energi Jasmaniah dan Setiap pribadi pemimpin memiliki
mental (Physical and tenaga jasmani dan rohani yang luar
nervous energy) biasa yaitu mempunyai daya tahan,
keuletan, kekuatan tenaga yang
istimewa yang tampaknya seperti
18

tidak akan pernah habis. Selain itu


ditambah denagn kekuatan mental
berupa semangat juang, motivasi
kerja, disiplin, kesabaran, keuletan,
ketahanan batin, dan kemauan yang
luar bisas untuk mengatasi semua
permasalahan yang dihadapi.
2. Kesadaran akan tujuan dan Memiliki keyakinan yang teguh akan
arah (A sense of purpose and kebenaran dan kegunaan dari semua
direction) perilaku yang dikerjakan; dia tahu
persis kemana arah yang akan
ditujunya, serta pasti memberikan
manfaat baik bagi diri sendiri maupun
bagi organisasi yang dipimpinnya.
3. Antusiasme (enthusiasm; Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan
semangat, kegairahan, yang dicapai harus sehat, berarti,
kegembiraan yang besar) bernilai, memberikan harapan-
harapan yang menyenangkan,
memberikan sukses, dan
menimbulkan semangat serta esprit de
corps. Hal ini dapat membangkitkan
antusiasme, optimisme, dan semangat
besar pada pribadi pemimpin maupun
anggota kelompok.
4. Keramahan dan kecintaan Afection berarti kesayangan. Kasih
(friendliness and affection) sayang, cinta, simpati yang tulus,
kesediaan berkorban bagi pribadi-
pribadi yang disenangi. Sedangkan
keramah – tamahan mempunyai sifat
mempengaruhi orang lain, juga
membuka setiap hati yang masih
tertutup untuk menanggapi keramahan
tersebut. Selain itu, keramah –
tamahan juga memberikan pengaruh
mengajak, dan kesediaan untuk
menerima pengaruh pemimpin untuk
melakukan sesuatu secara bersama-
sama untuk mencapai satu sasaran
tertentu.
5. Integritas (integrity, Pemimpin harus bersifat terbuka ;
keutuhan, kejujuran, merasa utuh bersatu, sejiwa dan
ketulusan hati) seperasaan dengan orang yang
19

dipimpinnya bahkan merasa senasib


dan sepenanggungan dalam satu
perjuangan yang sama. Karena
seorang pemimpin harus bisa
memberikan pelayanan dan
pengorbanan kepada para
pengikutnya.
6. Penguasaan teknis technical Setiap pemimpin harus memiliki satu
mastery) atau beberapa kemahiran teknis
tertentu, agar ia mempunyai
kewibawaan dan kekuasaan untuk
memimpin kelompoknya.
7. Ketegasan dalam mengambil Pemimpin yang berhasil pasti dapat
keputusan (decisiveness). mengambil keputusan secara tepat,
tegas dan cepat, sebagi hasil dari
kearifan dan pengalamannya.
Selanjutnya ia mampu meyakinkan
para anggotanya akan kebenaran
keputusannya. Ia berusaha agar para
pengikutnya bersedia mendukung
kebijakan yang telah diambilnya,
8. Kecerdasan (Intelligence) Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh
setiap pemimpin merupakan
kemampuan untuk melihat dan
memahami dengan baik, mengerti
sebab akibat kejadian, menemukan
hal-hal yang krusial dan cepat
menemukan cara penyelesaiannya
dalam waktu singkat. Maka orang
yang cerdas akan mampu mengatasi
kesulitan yang dihadapi dalam waktu
yang jauh lebih pendek dan dengan
cara yang lebih efektif daripada orang
yang kurang cerdas.
9. Keterampilan mengajar Pemimpin yang baik adalah seorang
(teaching skill) guru yang mampu menuntun,
mendidik, mengarahkan, mendorong
(memotivasi), menggerakkan orag
yang dipimpinnya untuk berbuat
sesuatu.
10. Kepercayaan (faith) Keberhasilan memimpin pada
umumnya selalu didukung oleh
20

kepercayaan orang yang dipimpinnya.


Yaitu kepercayaan bahwa para
anggota pasti dipimpin dengan baik,
dipengaruhi secara positif, dan
diarahkan pada sasaran-sasaran yang
benar.

Dari sifat – sifat pemimpin di atas dapat di simpulkan bahwa seorang


pemimpin harus memiliki dua sifat utama. Yaitu sifat jasmaniah dan sifat
rohaniyah. Sifat jasmaniah adalah sifat yang berkaitan dengan fisik seseorang
diantaranya; seorang pemimpin harus memiliki jasmani yang sehat dan kuat.
Sedangkan sifat rohaniyah adalah seorang pemimpin harus memiliki rohani
yang sehat, mental yang kuat, cerdas, terampill, berintegritas dan bertanggung.

e. Tipe dan Gaya Kepemimpinan


Rivai dalam Baharuddin dan Umiarso (2012 : 51) mengatakan gaya
dapat diartikan dengan sikap, gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-
gerik yang bagus, kekuatan, kesanggupan untuk berbuat baik. Selanjutnya ia
juga mengatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri yang
digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai. Gaya kepemimpinan dapat dikatakan juga sebagai pola, prilaku,
strategi yang disukai atau sering diterapkan oleh seorang pemimpin dalam
mencapai tujuannya.
Menurut McKinsey dalam Prihantoro (2016 : 296), mengatakan bahwa
gaya kepemimpinan merupakan karakteristik dari perilaku pemimpin dalam
menapai sasaran lembaga yang dipimpin, atau dengan lain gaya
kepemimpinan lebih menunjuk pada pola perilaku eksekutif puncak dan tim
manajemen senior. Sedangkan menurut Nawawi dalam Sudaryono (2014 :
201) Tipe kepemimpianan dapat diartikan sebagai bentuk, pola atau jenis
kepemimpinan yang di dalamnya diimplementasikan satu atau lebih perilaku
atau gaya kepemimpinan sebagai pendukungnya. Sedang gaya kepemimpinan
dapat diartikan sebagai perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para
organisasi atau bawahannya.
Tipe dan gaya kepemimpinan mempunyai banyak bagian, namun
dalam tipe dan gaya kepemimpina ini peneliti hanya menyoroti pada lima tipe
dan gaya kepemimpinan yaitu sebagai berikut :
21

Transfor
masitif

Karisma
Visioner
tik Gaya dan
Tipe
Kepemimpi
nan

Demkra Transak
tis sional

Gambar 2.1
Gaya Kepemimpinan

1) Transformasional
Kepemimpinan Transformasional esensinya adalah mengubah potensi
menjadi energi nyata (Danim dan Suparno, 2009 : 50). Kepemimpinan
transformasional merupakan gaya kepemimpinan yang mampu
mentransformasiakn organisasi dalam menghadapi perubahan, (Suharsaputra,
2016 : 59). Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan trasformatif adalah kepemimpinan yang berorientasi pada
perubahan, memaksimalkan potensi atau sumber daya yang ada untuk
perubahan yang lebih baik dalam pencapaian tujuan organiasasi.
2) Visioner
Daniel Goleman dalam Priansa (2017 : 104) mengatakan bahwa
kepemimpinan visoner merupakan pola kepemimpinan yang berusaha untuk
menggerakkan orang-orang ke arah impian bersama, dengan dampak iklim
emosi paling positif dan paling tepat digunakan saat perubahan membutuhkan
visi baru atau ketika dibutuhkan arah yang jelas.
3) Transaksional
Menurut Nahavandi dalam Danim (2012 : 145) mengemukakan bahwa
kepemimpinan traksaksional didasarkan pada konsep pertukaran antara
22

pemimpin dan pengikutnya. Pemimpin mendorong stafnya bekerja dengan


menyediakan sumber daya dan penghargaan sebagai imbalan untuk motivasi,
produktivitas, dan pencapaian tugas yang efektif. Pemimpin traksaksional
biasanya sangat efektif dalam melaksanakan visi, dan berfokus pada hasil
jangka panjang. Sedangkan menurut Komariah dan Triatna ( 2010 : 75)
kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang menekankan pada
tugas yang diemban bawahan. Kepemimpinan traksaksional lebih difokuskan
pada peranannya sebagai manajer karen ia sangat terlibat pada aspek-aspek
prosedural manajerial yang metodologis dan fisik.
4) Kepemimpinan Demokratis
Tipe kepemimpinan demokratis menempatkan manusia sebagai faktor
terpenting dalam kepemimpinan yang dilakukan berdasarkan dan
mengutamakan orientasi pada hubungan dengan anggota organisasi
(Sudaryono, 2014 : 214). Dalam kepemimpinan ini keikutsertaan anggota
menjadi sesuatu yang penting dalam meelaksanakan dan mencapai tujuan
organisasi.
5) Kepemimpinan Karismatik
a) Definisi Kepemimpinan Karismatik
Interaksi dari jenis kepemimpinan karismatik ini adalah lebih banyak
bersifat infromal karena dia tidak diangkat secara formal dan tidak ditentukan
oleh kekayaan, tingkat usia, bentuk fisik, dan sebagainya. Sedangkan menurut
kartono (2016 : 81). Kepemimpinanan karismatik adalah kepemimpinan yang
tidak di tunjuk dan diangkat oleh sebuah organisasi atau individu.
Kepemimpinan karismatik merupakan kepemimpinan informal. Ia ada karena
pengakuan masyarkata atas keunggulan yang ada pada dirinya. Menurut Pius
A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry dalam Baharuddin dan Umiarso (2012 :
206) mengemukakan bahwa secara leksikal karisma diartikan sebagai
wibawa; kewibawaan; karunia kelebihan dari Tuhan kepada seseorang yang
memiliki. Truskie dalam Qori (2013 : 72) juga berpendapat, karisma berasal
dari bahasa Yunani yang berarti “anugrah”, Kekuatan yang tidak bisa
dijelaskan secara logika disebut kekuatan karismatik. Kemudian Qori (2013 :
72) juga berpendapat bahwa karisma dianggap sebagai kombinasi dari pesona
dan daya tarik pribadi yang berkontribusi terhadap kemampuan luar biasa
untuk membuat orang lain mendukung visi dan juga mempromosikannya
dengan bersemangat. Dengan begitu, karisma merupakan daya tarik berupa
kekuatan yang luar biasa yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang
lain.
23

Istilah karismatik menunjuk kepada kualitas kepribadian, sehingga ia


dibedakan dengan orang lain. Ia dianggap bahkan diyakini memiliki kekuatan
supranatural, manusia serba istimewa. Kehadiran seseorang yang mempunyai
tipe seperti ini dipandang sebagai seorang pemimpin, yang meskipun tanpa
ada bantuan orang lain pun, ia akan mampu mencari dan menciptakan citra
yang mendeskripsikan kekuatan dirinya. Sehubungan dengan ini Weber dalam
Susanto (2007 : 115) menyatakan:
The term charisma will be applied to a certain quality of an
individual personality by virtue of wich he is set a part from
ordinary men and treated as endowed with supranatural,
superhuman or at least specifically exeptional powers or
qualities
Tipe kepemimpinan yang demikian itu memuncukan suatu tipe
kempemimpinan sebagai pemimpin yang karismatik. Menurut Hasri (2004)
dalam Rahmat (2016:58) mengemukakan bahwa pemimpin dikatakan
karismatik karena mempunyai karakteristik tertentu, antara lain:
a. Pemimpin mempunyai kepercayaan diri
b. Memiliki visi kepemimpinan
c. Prilaku kepemimpinannya tidak biasa (extraordinary)
d. Mengakui perluanya perubahan
e. Sensitif terhadap perubahan
Adapun menurut Sunardi (2017:133), kepemimpinan karismatik bisa
dilihat dari berbagai segi seperti keilmuannya, ketegasannya,
kebijaksanaannya, ketaatannya, lebih mementingkan orang lain dari pada
kepentingan diri sendiri, kemudian sangat disegani oleh masyarakat, para
ustad, guru, santri/ siswa dan mahasiswanya. Menurut Sunardi (2017:132)
gaya kepemimpinan yang karismatis adalah gaya kepemimpinan dimana
pemimpin menyuntikkan antusiasme tinggi pada tim, dan sangat enerjik dalam
mendorong untuk maju. Sunardi juga menambahkan bahwa karismatik ini
muncul dari kepribadian seseorang yang melebihi masyarakat sekitarnya,
sehingga masyarakat mempercayai secara mutlak akan kelebihan kepribadian
seseorang tersebut yang mana kelebihan ini bisa karena penguasaan agamanya
yang luas atau kepribadiannya yang baik dimata masyarakat.Sunardi juga
menambahkan ciri-ciri kepemimpinan karismatik ini menjelaskan sebagai
berikut:
1. Berpengetahuan.
Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dalam bidang yang
dipimpinnya dan mengetahui seluk-beluk bidang kegiatannya, baik dari
dalam maupun dari luar.
24

2. Mempunyai keberanian dan inisiatif.


Keberanian merupakan kemampuan batin yang mengakui adanya rasa
takut, akan tetapi mampu untuk menghadapi bahaya atau rintangan
dengan tenang dan tegas. Dalam hal ini pemimpin harus bersikap seperti
komandan, menumbuhkan sugesti keberanian pada bawahan, pada saat
tertentu seorang pemimpin juga harus bisa menjadi pengayom atau
pelindung, sehingga para bawahannya merasa senang dan tentram
dengan kehadirannya.
3. Tegas, bijaksana, adil dan taat.
Tegas di sini dapat di artikan mempunyai kesanggupan untuk mengambil
keputusan-keputusan dengan segera bila dibutuhkan dan
mengutarakannya dengan tegas, lengkap dan jelas. Ketegasan bersumber
pada keyakinan dan kepercayaan kepada diri sendiri.
4. Mempunyai pembawaan yang baik, semangat yang besar dan memiliki
keuletan.
Pembawaan atau tampang dan sikap sesorang berarti penjelmaan yang
nyata dari isi dari yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin.
5. Tidak mementingkan diri sendiri dan dapat menguasai diri sendiri.
Seorang pemimpin yang tidak akan mengambil keuntungan dari
pekerjaan kelompok untuk kepentingan diri sendiri serta tidak
menyalahgunakan jabatannya
6. Bertanggung jawab, ikhlas dan bisa menjalin kerjasama yang baik.
7. Dapat menguasai persoalan secara terperinci dan menaruh simpati serta
pengertian.
Kartodirdjo (1990) dalam Rahmat (2016:58) juga menambahkan,
bahwa kepemimpinan karismatik ini juga biasa didapat dari pengabdian diri
terhadap kesucian, kepahlawanan tertentu, atau sifat-sifat yang patut dicontoh
dari seseorang, dan dari corak tata tertib yang diperhatiakn olehnya. Pemimpin
yang memiliki karisma disebut dengan pemimpin karismatik. Robbins dalam
Sudaryono (2014 : 234) mengemukakan bahwa kepemimpinan karismatik
adalah kemampuan kepemimpinan yang luar biasa atau heroik dalam
mengamati perilaku-perilaku tertentu. Tipologi kepemimpinan karismatik ini
diwarnai oleh indikator yaitu sangat besarnya pengaruh sang pemimpin
terhadap para pengikutnya. Hal ini senada dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Robert House dalam Suharsaputra (2016 : 61) pemimpin
karismatik adalah pemimpin yang dengan kekuatan pribadinya, mampu
memiliki efek yang luar biasa kepada bawahannya. Pemimpin karismatik
memiliki hasrat kekuasaann yang sangat tinggi dan rasa mampu yang juga
tinggi serta keyakinan akan kebenaran moral dari keyakinannya. Jadi, pada
intinya pemimpin karismatik memiliki kekuatan karismatik yang luar biasa
dalam mempengaruhi bawahannya. Kepemimpinan seperti ini lahir karena
25

memiliki kelebihan yang bersifat psikis dan mental, serta kemampuan tertentu
sehingga apa yang diperintahkannya akan dituruti oleh pengikutnya, dan
terkadang tanpa memperhatikan rasionalitas dari perintah tersebut
(Baharuddin dan Umiarso, 2012 : 203). Selaras dengan hal itu, Kartono (2016
: 81) juga menyampaikan hal yang sama bahwa :
Tipe kepemimpinan memiliki keukuatan energi, daya tarik dan
perbawa yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain,
sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar jumlahnya
dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Sampai
sekarangpun orang tidak mengetahui secara benar sebab-
sebabnya, mengapa seseorang itu memiliki karisma begitu
besar. Dia dianggap mempunyai kekuatan ghaib (Subnatural
Power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang
diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Ia banyak
memiliki inspirasi, keberanian, dan keyakinan teguh pada
pendirian sendiri. Totalitas kepribadian pemimpin itu
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang teramat besar.
Kepemimpinan karismatik merupakan kepemimpinan yang memiliki
daya tarik tersendiri terhadap pengikutnya. Kepemimpinan karismatik
mempunyai kemampuan mempengaruhi orang lain dengan wibawa dan
kelebihan spiritualnya. Kepemimpinan karismatik bersumberkan pada
kesucian, kepahlawanan, dan kualitas (karakter) luar biasa dari pemimpinnya
(weber dalam Arifin, 2015 : 354)
Menurut Qori ( 2013 : 72) Kepemimpinan karismatik dapat diartikan
sebagai kemampuan menggunakan keistimewaan atau kelebihan sifat
kepribadian dalam mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku orang
lain, sehingga dalam suasana batin mengagumi dan mengagungkan pemimpin,
bersedia berbuat sesuatu yang dikehendaki oleh pemimpin. Pemimpin disini
dipandang istimewa karena sifat-sifat kepribadiannya yang mengagumkan dan
berwibawa. Dalam kepribadian itu, pemimpin diterima dan dipercayai sebagai
orang yang dihormati, disegani, dipatuhi dan ditaati secara rela dan ikhlas.
Pengikut pemimpin karismatik ikut menikmati karisma yang dimiliki
pemimpinnya karena mereka merasa memperoleh inspirasi dan kebenaran
(Prihantoro, 2016 : 309). Kepemimpinan karismatik menginginkan anggota
organisasi sebagai pengikutnya untuk mengadopsi pandangan pemimpin tanpa
atau dengan sedikitnya perubahan.
Kepemimpinan karismatik merupakan tipe kepemimpinan yang
menanamkan nilai-nilai ideologis dengan mengartikulasikan visi-visi
organisasi dengan lebih baik (Delbecq et al dalam Marganingsih, 2014 : 33 ).
26

Lebih lanjut ia juga menambahkan bahwa nilai-nilai yang disampaikan


tersebut kemudian mempengaruhi emosi anggota sehingga nilai-nilai tersebut
diterapkan oleh para anggotanya. Pemimpin karismatik menekankan tujuan-
tujuan idiologis yang menghubungkan misi kelompok kepada nilai-nilai, cita-
cita, serta aspirsi-aspirasi yang berakar dalam yang dirasakan bersama oleh
para pengikut (Qori, 2013 : 72). Kepemimpinan karismatik juga didasarkan
pada kekuataan luar biasa yang dimiliki oleh seseorang sebagai pribadi. Untuk
mengidentifikasi daya tarik pribadi yang melekat pada diri seseorang tersebut,
harus dengan menggunakan asumsi bahwa kemantapan dan kualitas
kepribadian yang dimiliki adalah merupakan anugerah Tuhan. Karena
posisinya yang demikian itulah maka ia dapat dibedakan dari orang
kebanyakan, juga karena keunggulan kepribadian itu, ia dianggap (bahkan)
diyakini memiliki kekuasan supra natural, manusia serba istimewa atau
sekurang-kurangnya istimewa dipandang masyarakat.
Selanjutnya, Hughess dkk, 2015 : 533 membagi faktor - faktor yang
berhubungan dengan kepemimpinan karismatik dan kerangka kerja
interaksional yaitu sebagai berikut :
Pemimpin

 Visi
 Keahlian Retorika
 Membangun Citra dan
Kepercayaan
 Kepemimpinan yang
dipersonalisasi

 Kepemimpinan yang
dipersonalisasi
 Tingkat emosi yang tergugah  Krisis
 Kesediaan untuk setia pada  Ketergantungan
pemimpin tugas
 Perasaan terperdayakan

Pengikut Situasi
Gambar : 2.2
Kerangka kerja interaksional kepemimpinan karismatik.
27

Berdasarkan gambar di atas Hughess dkk, menjelaskan bahwa terdapat


tiga komponen hubungan kepemimpinan karismatik dalam kerangka kerja
sebuah organisasi. Pertama, pemimpin, pemimpin yang karismatik memiliki
empat indikator di antaranya; 1) pemimpin memiliki Visi. Dengan Visi yang
jelas dan visioner, pemimpin mampu menjalankan dan memikirkan dengan
matang tentang apa yang akan di capai oleh sebuah lembaga atau organisasi
baik di masa ini maupun di masa yang akan datang; 2) dalam menjalankan visi
tersebut pemimpin harus memiliki keahlian beretorika atau berkomunikasi
dengan baik; 3) pemimpiin juga harus dapat atau mampu membangun citra
dan kepercayaam masyarkat baik di lingkungan lembaga maupun diluar
organisasi. Karena dengan begitu pemimpin akan lebih mudah merealisasikan
visi yang telah ditentukan; 4) kepemimipinan karismatik merupakan
kepemimpinan yang individu/personal tidak struktural kepengurusan, oleh
karenanya ia tidak bergantung pada orang lain, namun dengan kualitas
kerpibadiannya ia mampu menunjukkan jalan hidupnya sendiri.
Selanjutnya, komponen kedua adalah pengikut. Secara garis besar
dapat disebutkan bahwa dengan karisma dan kekuatan yang dimiliki oleh Kyai
pengikut dapat tergugah emosinya dan bersedia serta setia mengikuti apa yang
dianjurkan pemimpin. Sedangkan komponen yang ketiga adalah situasi.
Situasi organisasi yang dipimpin oleh pemimpin dengan gaya kepemimpinan
karismatik akan lebih bergantung pada instruksi pemimpin. Dan cenderung
tidak mengelak apa yang diinstruksikan peemimpinnya.
Pemimpin karismatik mempengaruhi pengikutnya dengan
menyampaikan visi yang menarik serta strategi dalam jangka panjang untuk
memperoleh suatu tujuan dengan mengaitkan masa sekarang dan masa depan
yang lebih baik bagi organisasi. Pemimpin karismatik melibatkan sisi emosi
dan sering kali berperilaku dengan cara yang tidak biasa untuk
memperlihatkan keberanian dan keyakinan mengenai visi. Para pengikut
“menangkap” emosi yang disampaikan oleh pemimpin mereka, (Stephen P.
Robbins dan Timothy A. Judge, 2017 : 260). Horikoshi dalam Arifin (2015:
354) menjelaskan dua prasyarat sosok karismatik, yaitu memiliki sifat ideal
yang dijunjung tinggi dan kemampuan yang sulit dicapai atau dipertahankan
oleh sekelompok masyarakat (sekultur). Dalam tradisi pesantren, pengaruh
karisma Kyai terletak pada keyakinan pengikutnya bahwa Kyai mempunyai
sifat-sifat transendental, menjadi teladan sempurna bagi semesta dan
merupakan contoh hidup tentang ma’rifat.
Dari beberapa penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa pemimpin
karismatik identik dengan kemampuan yang dapat mempengaruhi
28

pengikutnya berdasarkan pada bakat supernatural dan kekuatan yang


menarik, yang mana bakat dan kekuatan tersebut tidak dapat dijelaskan secara
logis dan melekat dalam perilaku kehidupan sehari – hari Kyai. Dengan
kemampuan tersebut, kenyataan yang demikian inilah yang menjadikan Kyai
sebagai pemimpin yang memiliki kharisma tersendiri di mata para
pengikutnya. Sehingga, pengikut bersedia dan rela mengikuti perintah yang
berikan pemimpinnya dengan rasa ikhlas tanpa ada terpaksa.

b) Karakteristik Kepemimpinan Karismatik

Menurut Prihantoro, (2016 : 313) Pemimpin karismatik adalah


pemimpin yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pengikutnya
berdasarkan pada bakat supernatural dan kekuatan yang menarik, yang mana
bakat dan kekuatan tersebut tidak dapat dijelaskan secara logis. Sifat yang
secara umum dimiliki oleh pemimpin karismatik adalah memiliki kepercayaan
diri, memiliki rasa percaya terhadap bawahan, menaruh harapan besar
terhadap bawahannya, memiliki visi dan menjadikan dirinya sebagai teladan
bagi bawahannya. Menurut Ichsan (2010) yang di kutip oleh dalam Ummi
(2011:20) hal-hal yang mempengaruhi proses pengaruh seorang pemimpin
karismatik yaitu:
a). Personal karacter
Karakter dasar dari seorang pemimpin sangat menentukan apakah dia
memiliki karisma atau tidak terhadap bawahanaya. Karakter pemimpin tidak
akan tampak ketika kita hanya berinteraksi sesaat, atau dalam kondisi tekanan
normal. Dalam kondisi tekanan yang luar biasa, karakter pemimpin yang asli
akan muncul ke permukaan dan tampak jelas. Apakah dia gampang marah,
gampang mengeluh, gampang menyerah, mudah panik, atau menggantungkan
dirinya pada orang lain. Bahkan, apakah ia sesungguhnya punya karakter
offensive (menyerang orang lain), defensive (sekadar menjaga diri), atau
offensive-defensive (mempertahankan diri dengan cara menyerang). Apakah
ia juga memiliki karakter uncontrolled (tidak mampu mengendalikan diri),
short-sighted (berpandangan jangka pendek), impulsive (reaktifsesaat),
bahkan explosive (meledak-ledak).
b). Width and depth knowledge
Aura kepemimpinan akan makin bersinar terang ketika orang tersebut
secara terus menerus memperluas dan memperdalam pengetahuannya,
terutama dalam bidangnya. Ia menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi bagi
orang-orang di sekitarnya. Sehingga secara tidak langsung hal ini akan
mempengaruhi para bawahannya ataupun bawahannya.
29

Adapun menurut Yulk (1994) dalam Marganingsih (2016 : 36)


mengemukakan bahwa pemimpin karismatik memiliki perilaku-perilaku
berikut ini, yaitu:
1) Pemimpin karismatik memiliki perilaku yang dipercaya
anggotanya bahwa pemimpin merupakan orang yang memiliki
kompetensi sehingga semua keputusan yang diambil seorang
pemimpin akan memberikan kesan dan kepercayaan bagi
anggotanya yang pada akhirnya anggota menjadi lebih patuh dan
taat.
2) Pemimpin karismatik berperilaku yang lebih menekankan pada
tujuan-tujuan ideologis yang berkaitan dengan tujuan
bersama/kelompok berdasarkan nilai-nilai, cita-cita, serta aspirasi-
aspirasi anggotanya.
3) Pemimpin karismatik memiliki visi yang menarik mengenai
gambaran masa depan organisasi sehinggga anggota menjadi
memiliki ikatan emosional dan lebih termotivasi serta merasa
pekerjaan yang dilakukannya bermakna, kemudian hal tersebut
mendorong para anggota berkomitmen untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
4) Pemimpin karismatik memberikan contoh perilaku agar para
anggotanya mengikutinya. Ketika para anggota telah
mengikutinya, pemimpin mampu memberikan pengaruh lebih
karena anggota telah memiliki kesamaan keyakinan dan nilai-nilai,
sehingga hal tersebut mengakibatkan kepuasan dan motivasi
anggota menjadi lebih besar.
5) Pemimpin karismatik akan mengkomunikasikan harapan -
harapannya kepada anggota dan pada saat yang bersamaan
pemimpin juga akan memberikan kepercayaan kepada anggotanya.
Tujuan dilakukannya hal itu adalah agar anggota memiliki percaya
diri sehingga anggota memiliki kinerja dan komitmen tinggi
terhadap tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
6) Pemimpin karismatik berperilaku yang dapat menimbulkan
motivasi untuk pencapaian tujuan kelompok. Pemimpin karismatik
memberikan motivasi dengan memberikan tugastugas yang
kompleks, menantang, inisiatif, berisiko sehinggga anggota
menjadi lebih bertanggung jawab dan tekun. Selain itu, untuk
memberikan motivasi pemimpin karismatik juga memberikan
wejangan atau pengetahuan yang dapat menginspirasi anggota
dengan lebih menekankan pada nilai-nilai dan kesetiaan.
30

Sementara Hadari Nawawi dalam Sudaryono (2014 : 236)


mengemukakan bahwa karakteristik utama kepemimpinan karismatik yaitu
sebagai berikut:
1) Percaya diri, pimpinan sungguh-sungguh percaya akan penilaian
dirinya dan kemampuan kepemimpinannya.
2) Memiliki visi dan tujuan yang ideal yang memformulasikan suatu
masa depan yang lebih baik dari keadaan sekarang.
3) Memiliki kemampuan untuk mengungkapkan visi secara
gamblang
4) Keyakinan yang kuat terhadap visi tersebut, komitmen yang kuat,
bersedia menerima resiko, mengeluarkan biaya yang tinggi dan,
melibatkan diri dalam pengorbanan.
5) Perilaku yang keluar dari aturan, memunculkan perilaku baru,
tidak konvensional, sering melawan norma atau norma aturan,
dikagumi dan sering membuat kejutan keadaan.
6) Dipahami sebagai agen perubahan , bukan pengikut status quo.
7) Memiliki kepekaan terhadap lingkungan secara realistis,
melaksanakan manajemen sumber daya untuk perubahan.
Kurniawati (2014 : 315) Gaya Kepemimpinan Karismatik Adalah gaya
kepemimpinan yang memicu para pengikutnya dengan memperlihatkan
kemampuan heroik atau luar biasa ketika mereka mengamati perilaku tertentu
pemimpin mereka. Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1) Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas
2) Mengkomunikasikan visi itu secara efektif
3) Mendemontrasikan konsistensi dan fokus
4) Mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya
Dari beberapa penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa
karakteristik kepemimpinan karismatik mempunyai ciri sebagai berikut: 1)
pemimpin karismatik sangat dipercayai oleh bawahannya; 2) Memiliki visi
dan tujuan yang amat kuat dan ideal; 3) Dipahami sebagai agen perubahan; 4)
Berani dan tegas dalam menyampaikan visinya; 5) Memberikan keteladanan
yang baik terhadap anggotanya; 6) Mempunyai kepekaan terhadap pengikut
dan lingkungannya.

c) Karakteristik Pengikut Kepemimpinan Karismatik


Pemimpin karismatik biasanya tampak dikaruniai oleh kualitas-kualitas luar
biasa. Akibatnya, pengikut sering kali secara alamiah rela dan tunduk terhadap
otoritas dan superioritas sang pemimpin. Pengikut tampak berhenti berpikir kritis;
mereka tidak banyak mempertanyakan maksud atau keahlian sang pemimpin,
31

ketepatan visi atau inisiatif perubahan, maupun tindakan yang diambilnya untuk
mewujudkan visinya, (Hughes dkk, 2015 : 537). Pengikut kepemimpinan karismatik
cenderung nurut dan manut terhadap pemimpinnya, mereka nurut seolah tidak ada
pertanyaan dan keraguan untuk melakukan dan mengikuti nasihat-nasihatnya.
Yulk dalam Sudaryono (2014 : 235) memberikan indikator kepemimpinan
karismatik sebagai berikut : (1) pengikut – pengikutnya meyakini kebenarannya
dalam cara memimpin. (2) pengikut – pengikutnya menerima gaya kepemimpinannya
tanpa bertanya. (3) pengikut – pengikutnya memiliki kasih sayang kepada
pemimpinnya. (4) kesadaran untuk mematuhi perintah pemimpinnya. (5) dalam
mewujudkan misi organisasi melibatkan pengikutnya secara emosioanal. (6)
mempertinggi pencapaian kinerja (performance) pengikutnya. (7) dipercayai
pengikutnya bahwa kepemimpinannya akan mampu mewujudkan misi organisasinya.

Susanto (2007 : 116) Para pengikut pemimpin karismatik sering


bersikap labil dan mudah berubah. Hingga batas tertentu mereka sangat loyal
dan loyalitasnya nyaris mengabaikan kewajiban kerjanya dan menjual sesuatu
untuk mengikuti anjuran pemimpinnya. Dengan demikian antara pemimpin
dan pengikut terkonstruksi hubungan erat, layaknya sebuah keluarga, dan
hubungan demikian, juga terjalin di antara sesama pengikut dalam komunitas
tersebut.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kairakteristik
pengikut kepemimpinan karkismatik 1) mereka mempunyai keyakinan bahwa
apa yang dikatakan pemimpinnya pasti benar, hal tersebut bisa dibuktikan
dengan tidak ada adanya keraguan dan pertanyaan ketika pemimpinnya
memberikan saran dan nashiat; 2) pengikut kepemimpinan karismatik
cenderung nurut dan tunduk terhadap pemimpinannya; 3) mereka suka rela
melaksanakan anjuran pemimpinannya; 4) mempunyai loyalitas tinggi
terhadap pemimpinnya bahwa mereka berani menjaul apa yang mereka punya
untuk kepentingan anjuran pemimpinnya; 5) pengikut dan pemimpinnya
mempunyai kedekatan emosional yang sangat erat.

d) Kepemimpinan Karismatik Kyai

Menurut Babun Suharto dalam Ansor (2014 : 653) Kyai merupakan


figure sentral setiap pesantren, dimana Kyai selain memiliki keilmuan yang
tinggi tetapi Kyai juga merupakan pendiri, pemilik dan pewakaf pesantren.
Kyai merupakan sebutan bagi seseorang yang memiliki pengetahuan agama
Islam yang mumpuni. Kyai biasa disebut juga dengan panggilan ustad.
Pengaruh karisma Kyai merupakan kekuatan yang dapat menggerakan
pengikutnya secara militan dan dapat mengimplementasikan harapan serta
tujuan yang dipercaya pengikutnya bisa memberikan kebahagian di masa
32

depan. Kepemimpinan Kyai telah banyak memberikan konstribusi bagi proses


kemerdekaan bangsa dan pengembangan pendidikan di Indonesia.
Kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling
berbeda. Pertama, sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang
dianggap kramat, misalnya “Kyai Garuda Kencana” sebutan Kereta Emas di
Kraton Yogyakarta. Kedua, gelar kehormatan untuk orang tua, dan ketiga,
gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang ahli agama Islam yang
memiliki atau menjadi pemimpin pesantren Zamakhsari Dhofier (2011) dalam
Arifin (2015:352). Arifin juga menambahkan Kepemimpinan Kyai di
pesantren bersumber pada kombinasi antara (tradisi) pendidikan Islam dan
karisma yang diperoleh atau diwarisi (secara geneologis) atau sifat
kepemimpinan karismatik Kyai. Kepemimpinan Kyai, sering diidentikkan
dengan atribut kepemimpinan karismatik. Dalam konteks tersebut, Sartono
Kartodirjo menyatakan bahwa Kyai-Kyai pondok pesantren, dulu dan
sekarang, merupakan sosok penting yang dapat membentuk kehidupan sosial,
kultural dan keagamaan warga muslim di Indonesia Kartodirjo dalam Susanto
(2007:114). Kepemimpinan Kyai dalam mengelola pesantren tidak hanya
dilandasi kemampuan mengatur pesantren, akan tetapi juga dilandasi kekuatan
spiritual dan nilai-nilai ketaatan kepada Allah Swt. Atas dasar inilah, Kyai
mampu menjadi aktor perubahan sosial Arifin (2015 : 356)
Menurut Ansor (2014 : 650), Kepemimpinan Karismatik Kyai
merupakan kepemimpinan yang mendapat anugerah yang Maha Kuasa dan
pemimpin yang memiliki karisma dianggap mempunyai kemampuan
supranatural, yang dapat memotivasi para pengikutnya rela berkorban untuk
sebuah ide dan gagasan pemimpin. Pemimpin karismatik biasanya memiliki
pengikut yang banyak dan memiliki loyalitas yang luar biasa. Susasnto (2007
: 112) Kharisma Kyai memperoleh dukungan masyarakat, hingga batas
tertentu, disebabkan karena dia dipandang memiliki kemantapan moral dan
kualitas keimanan yang melahirkan suatu bentuk kepribadian magnetis bagi
para pengikutnya. Proses ini, mula-mula beranjak dari kalangan terdekat,
sekitar kediamannya, yang kemudian menjalar ke luar ke tempat-tempat yang
jauh. Kharisma yang dimiliki Kyai tersebut dalam sejarahnya mampu menjadi
sumber dan inspirasi perubahan dalam masyarakat. Bryan S. Turner dalam
Susanto ( 2007 : 112) Kyai dengan kharisma yang dimilikinya tidak hanya
dikategorikan sebagai elit agama, tetapi juga sebagai elit pesantren dan tokoh
masyarakat yang memiliki otoritas tinggi dalam menyimpan dan menyebarkan
pengetahuan keagamaan Islam serta berkompeten dalam mewarnai corak dan
bentuk kepemimpinan terutama dalam pesantren. Tipe karismatik yang
melekat pada dirinya menjadi tolok ukur kewibawaan pesantren. Dilihat dari
segi kehidupan santri, kharisma Kyai merupakan karunia yang diperoleh dari
kekuatan dan anugerah Tuhan.
Sartono Kartodirjo dalam Susanto (2007 : 114) menyatakan bahwa
Kyai pondok pesantren, baik dulu maupun sekarang, merupakan sosok penting
33

yang dapat membentuk kehidupan sosial, kultural dan keagamaan warga


muslim di Indonesia. Pengaruh kyai terhadap kehidupan santri tidak terbatas
pada saat santri masih berada di pondok pesantren, akan tetapi berlaku dalam
kurun waktu panjang, bahkan sepanjang hidupnya, ketika sudah terjun di
tengah masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut, tampak sekali kepemimpinan Kyai di
pesantren adalah kepemimpinan yang memperibadi, dimana orientasi
kepemimpinannya dipersonifikasikan kepada seorang figur Kyai. Mengelola
pesantren tidak hanya dilandasi kemampuan mengatur pesantren, akan tetapi
juga dilandasi kekuatan spiritual dan nilai-nilai ketaatan kepada Allah Swt.
Atas dasar inilah, Kyai mampu menjadi aktor perubahan sosial

2. Konsep Dasar Karakter


a. Definisi Karakter
Kata karakter diambil dari bahasa Inggris yaitu “Character”, yang
juga berasal dari bahasa Yunani “Character”. Awalnya, kata ini digunakan
untuk menandai hal yang mengesankan dari koin (keping uang). Namun,
belakangan ini secara umum istilah character digunakan untuk mengartikan
hal yang berbeda antara satu hal dengan yang lainnya, dan akhirnya juga
digunakan untuk menyebut kesamaan kualitas pada tiap orang yang
membedakan dengan kualitas lainnya.
Menurut Simon Philips (2008) dalam Mu’in (2011:160) berpendapat bahwa
karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang
melandasi pemikiran, sikap dan perilaku yang ditampilkan. Hal yang sama
diungkapkan oleh Naim (2012:55) berpendapat bahwa karakter secara lebih
jelas mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors),
motivasi (motivation), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap
seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual,
seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung
jawab, mempertahankan prinsip – prinsip moral dalam situasi penuh
ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan
seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan dan komitmen
untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. karakter adalah
sesuatu yang sangat penting dan vital bagi tercapainya tujuan hidup Muchlas
dan Hariyanto (2016:22).
Sedangkan Doni Koesoema (2007) dalam Mu’in (2011:160)
memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap
sebagai ciri atau karakteristik, atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang
yang bersumber dari bentukan – bentukan yang diterima dari lingkungan
misalnya keluarga pada masa kecil juga bawaan sejak lahir. Orang yang
berkarakter berarti orang yang berkepribadian, berperilaku, bersifat, atau
34

berwatak. Dengan makna seperti ini berarti karakter identik dengan


kepribadian atau akhlak.
Dari beberapa penjabaran di atas dapat dipahami bahwa karakter
identik dengan akhlak, sehingga karakter merupakan nilai – nilai perilaku
manusia yang universal yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara
efektif dalam berbagai keadaan dan komitmen untuk berkontribusi atau
berhubungan dengan sesama manusia maupun lingkungannya dan bahkan
Tuhannya yang terwujud dalam sikap, perilaku, motivasi dan keterampilan,
perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma – norma yang diyakini.

b. Unsur – Unsur Karakter


Menurut Mu’in (2011:167), ada beberapa unsur dimensi manusia
secara psikologis dan sosiologis yang erat kaitannya tentang terbentuknya
karaker pada manusia. Unsur – unsur ini menunjukkan bagaimana karakter
seseorang. Adapun unsur – unsur tersebut di antaranya, sebagai berikut:
a. Sikap
Sikap seseorang biasanya adalah merupakan bagian dari
karakternya bahkan dianggap sebagai cerminan karakter seseorang
tersebut. Dalam hal tertentu sikap seseorang terhadap sesuatu yang
ada di hadapannya biasanya menunjukkan bagaimana karakternya.
Dengan mempelajari sikap akan membantu dalam memahami
proses kesadaran yang menentukan tindakan nyata dan tindakan
yang mungkin dilakukan individu dalam kehidupan sosialnya.
Sikap merupakan predisposisi untuk melakukan atau tidak
melakukan suatu perilaku tertentu sehingga sikap bukan hanya
gambaran kondisi internal psikologis yang murni dari individu
melainkan sikap lebih merupakan proses kesadaran yang sifatnya
individual.
b. Emosi
Emosi adalah gejala dinamis dalam situasi yang dirasakan manusia
yang disertai dengan efeknya pada kesadaran, perilaku dan juga
merupakan proses fisiologis. Emosi adalah bumbu kehidupan.
Sebab tanpa emosi kehidupan manusia akan terasa hambar.
Manusia selalu hidup dengan berpikir dan merasa sehingga emosi
identik dengan perasaan yang kuat.
c. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan komponen kognitif manusia dari faktor
sosiopsikologis. Kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah
atas dasar bukti, sugesti otoritas, pengalaman dan intuisi sangatlah
penting untuk membangun watak dan karakter manusia. Jadi,
kepercayaan memperkukuh eksistensi diri dan memperkukuh
hubungan dengan orang lain.
d. Kebiasaan dan Kemauan
35

Kebiasaan adalah komponen konatif dari faktor sosiopsikologis.


Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap
berlansgung secara otomatis dan tidak direncanakan. Ia merupakan
hasil pelaziman yang berlangsung pada waktu yang lama atau
sebagai reaksi khas yang diulangi berkali – kali. Sementara
kemauan merupakan kondisi yang sangat mencerminkan karakter
seseorang. Kemauan erat kaitannya dengan tindakan bahkan ada
yang mendefinisikan kemauan sebagai tindakan yang merupakan
usaha seseorang untuk mencapai tujuan.
e. Konsepsi Diri (Self-Conception)
Hal penting lainnya yang berkaitan dengan pembangunan karakter
adalah konsepsi diri. Orang yang sukses biasanya adalah orang
yang sadar bagaimana dia membentuk wataknya. Proses konsepsi
diri merupakan proses totalitas baik sadar maupun tidak sadar
tentang bagaimana karakter dan diri kita dibentuk. Konsepsi diri
adalah bagaimana “saya” harus membangun diri, apa yang “saya”
inginkan dari, dan bagaimana “saya” menempatkan diri dalam
kehidupan.

c. Nilai – Nilai Pembentukan Karakter


Dirjen Dikdasmen Kemendiknas Mahbubi (2012) dalam Dwi Kusuma
(2015:12) mengungkapkan bahwa berdasarkan kajian nilai-nilai agama,
norma-norma sosial, hukum, etika akademik dan prinsip-prinsip HAM telah
teridentifikasi butir-butir nilai yang dikelompokkan menjadi lima nilai utama,
antara lain;
a) Nilai Karakter Dalam Hubungannya Dengan Tuhan
1) Religius
Pikiran, perkataan dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai Ketuhanan.

b) Nilai Karakter Dalam Hubungannya Dengan Diri Sendiri


1) Jujur
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan
pekerjaan.
2) Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk merealisasikan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dilakukan terhadap diri
sendiri dan masyarakat.
36

3) Bergaya hidup sehat


Segala upaya untuk menerapkan kebiasaan baik dalam menciptakan
hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan.
4) Disiplin
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai
ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6) Percaya diri
Sikap yakin akan potensi diri terhadap pemenuhan tercapainya setiap
keinginan dan harapannya.
7) Berjiwa wirausaha
Sikap dan perilaku mandiri dan pandai mengenali produk baru,
menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan
produk baru, memasarkannya serta mengatur permodalan operasinya.
8) Berpikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
Berpikir dan melakukan sesuatu secara logis untuk menghasilkan cara
baru dari apa yang telah dimiliki.
9) Mandiri
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
10) Ingin tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih
dalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.
11) Cinta ilmu
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.
c) Nilai Karakter Dalam Hubungannya Dengan Sesama
1) Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain
Sikap tahu dan mengerti serta merealisasikan apa yang menjadi milik
atau hak diri sendiri dan orang lain serta tugas dan kewajiban diri sendiri
serta orang lain.
37

2) Patuh pada norma sosial


Sikap menurut dan taat terhadap aturan yang berkenaan dengan
masyarakat dan kepentingan umum.
3) Menghargai karya dan prestasi orang lain
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan
sesuatu yang berguna bagi masyarakat dan mengakui serta menghormati
keberhasilan orang lain.
4) Santun
Sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun tata
perilakunya ke semua orang.
5) Demokratis
Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan
kewajiban dirinya dan orang lain.

d) Nilai Karakter Dalam Hubungannya Dengan Lingkungan


Peduli sosial dan lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya untuk
memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi dan selalu ingin memberi
bantuan bagi orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

e) Nilai Kebangsaan
1) Nasionalis
Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, kultur, ekonomi dan politik bangsanya.
2) Menghargai keberagaman
Sikap memberikan rasa hormat terhadap berbagai macam hal baik
yang berbentuk fisik, sifat, adat, kultur, suku dan agama.

d. Teori Pembentukan Karakter di Pondok Pesantren


Pesantren adalah bentuk pertama pendidikan di Indonesia, bahkan
sebelum Negara Indonesia itu sendiri ada. Pesantren adalah produksi
pendidikan lokal yang indegenious dan khas. Pendidikan integral yang tercipta
38

di pesantren sangat efektif membentuk karakter para santri, karena karakter


dibangun bukan sekedar dengan pembelajaran, akan tetapi juga pengajaran,
pelatihan, pembiasaan, dan pembinaan (Mar’ati, 2014 : 7). Mar’ati juga
menambahkan bahwa Menurut Dhofier dalam pondok pesantren memiliki
karakteristik khusus yang tidak dimiliki oleh pendidikan formal lainnya yaitu
memiliki sifat karismatik dan suasana kehidupan keagamaan yang mendalam.
Kemudian dalam pandangan islam, tahapan – tahapan pengembangan
dan pembentukan karakter dimulai sedini mungkin. Sebagaimana dijelaskan
oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya: “Muliakanlah anak-anakmu dan
didiklah mereka dengan adab (budi pekerti) yang baik. Kemudian dilanjutkan
dengan hadits berikut:

Anas berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Anak itu dari


hari ketujuh kelahirannya disembelihkan akikahnya, serta
diberi nma serta disingkirkan dari segala kotoran – kotoran.
Jika ia telah berumur 6 tahun ia dididik beradab susila, jika
ia telah berumur 9 tahun dipisahkan tempat tidurnya dan jika
telah berumur 13 tahun dipukul agar mau sholat
(diharuskan). Jika ia telah berumur 16 tahun boleh
dikawinkan, setelah itu ayah berjabat tangan dengannya dan
mengatakan: saya telah mendidik, mengajar dan
mengawinkan kamu. Saya mohon perlindungan kepada Allah
SWT dari fitnah-fitnahan didunia dan siksaan di akhirat.
(H.R. Ibnu Hibban).

Dari hadis diatas, dapat dinyatakan bahwa pendidikan karakter dapat


diklasifikasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tauhid (Dimulai sejak usia 0-2 tahun)
2. Adab (5-6 tahun)
3. Tanggung jawab diri (7-8 tahun)
4. Caring – Peduli (9-10 tahun)
5. Kemandirian (11-12 tahun)
6. Bermasyarakat (13 tahun)

Berdasarkan klasifikasi tersebut maka pendidikan karakter anak harus


disesuaikan dengan dunia anak. Dengan kata lain, pendidikan karakter harus
disesuaikan dengan tahap – tahap pertumbuhan dan perkembangan anak
(Abdul dan Dian, 2013:23) sebagai berikut:
39

1) Tauhid (Usia 0-2 Tahun)


“Jadikanlah kata – kata pertama yang diucapkan seorang anak,
kalimat La Ilaha illallah. Dan bacakan kepadanya menjelang maut,
kalimat La Ilaha illallah.” (H.R. Ibnu Abbas).
Kesanggupan mengenal Allah adalah kesanggupan paling awal
dari manusia. Ketika Rasulullah bersama Siti Khodijah sholat, Sayyidina
Ali yang masih kecil datang dan menunggu hingga selesai, untuk
kemudian menanyakan, “Apakah yang sedang anda lakukan?’’ dan
Rasululullah menjawab, “Kami sedang menyembah Allah, Tuhan pencipta
alam semestanya ini. Lalu Ali spontan menyatakan ingin bergabung. Hal
ini menunjukkan bahwa keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan
kepada anak, serta modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan
membawa mereka mempercayai pada kebenaran sikap, perilaku dan
tindakan kita. Dengan demikian, menabung kedekatan dan cinta kasih
kepada anak, akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada
kebaikan-kebaikan.

2) Adab (5-6 Tahun)


“Muliakanlah anak-anakmu dan didiklah mereka dengan adab
(budi pekerti) yang baik.” (H.R. Ibnu Majah)
Pada fase ini, hingga berusia 5 -6 tahun anak dididik budi pekerti,
terutama yang berkaitan dengan nilai – nilai karakter, sebagai berikut :
1. Jujur, tidak berbohong
2. Mengenal mana yang benar dan mana yang salah
3. Mengenal mana yang baik dan buruk
4. Mengenal mana yang diperintah (yang dibolehkan) dan mana
yang dilarang (yang tidak boleh dilakukan).

3) Tanggung Jawab Diri (7-8 Tahun)


Perintah agar anak usia 7 tahun mulai menjalankan sholat mulai
menunjukkan bahwa anak mulai didiidik untuk bertanggung jawab pada
diri sendiri. Anak mulai diminta untuk membina dirinya sendiri, anak
mulai dididik untuk memenuhi kebutuhan dan kewajiban dirinya sendiri.
Hal – hal yang terkait dengan kebutuhan sendiri harus sudah mulai
dilaksanakan pada usia tersebut. Impilkasinya adalah berbagai aktivitas
seperti makan sendiri (sudah tidak disuapi), mandi sendiri, berpakaian
sendiri, dan lain – lain dapat dilakukannya pada usia tersebut.

4) Caring - Peduli (9-10 Tahun)


Setelah anak dididik tentang tanggung jawab diri, maka
selanjutnya anak dididik untuk mulai peduli pada orang lain, terutama
40

teman-teman sebaya yang setiap hari ia bergaul. Menghargai orang lain


(hormat kepada yang lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda),
menghormati hak – hak orang lain, bekerjasama diantar teman – temannya,
membantu dan menolong orang lain, dan lain – lain merupakan aktivitas
yang sangat penting pada masa ini.

5) Kemandirian (11-12 Tahun)


Kemandirian ini ditandai dengan kesiapan dalam menerima resiko
sebagai konsekuensi tidak menaati aturan. Proses pendidikan ini ditandai
dengan: (1) jika usia 10 tahun belum mau sholat maka pukullah, dan
pisahkan tempat tidurnya dari orang tuanya. Pada masa atau fase
kemandirian ini anak telah mampu menerapkan terhadap hal – hal yang
menjadi perintah atau yang diperintahkan dari hal – hal yang menjadi
larangan atau yang dilarang, serta sekalgus memahami konsekuensi resiko
jika ia melanggar aturan.

6) Bermasyarakat (13 Tahun ke atas)


Pada tahap ini, anak dipandang telah siap memasuki kondisi
kehidupan di masyarakat. Dalam hal ini, anak telah siap bergaul di
masyarakat dengan berbekal pengalaman – pengalaman yang dilalui
sebelumnya. Setidaknya ada dua nilai penting yang dimiliki oleh anak
walaupun masih bersifat awal atau belum sempurna, yaitu (1) integritas,
dan (2) kemampuan beradaptasi.
Jika tahap-tahap pembentukan karakter ini bisa dilakukan dengan
baik, maka pada tingkat usia berikutnya hanya tinggal menyempurnakan
dan mengembangkannya kembali.

3. Pondok Pesantren
a. Pengertian Pondok Pesantren
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai
asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan
secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri
biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab
klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam
secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian
dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam istilah lain dikatakan pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana
kata "santri" berarti murid dalam Bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari
Bahasa Arab funduuq yang berarti penginapan. Khusus di Aceh, pesantren
41

disebut juga dengan nama dayah. Biasanya pesantren dipimpin oleh seorang
Kyai.
Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia No 13 Tahun 2014
Tentang Pendidikan Keagamaan Islam Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa
Pondok Pesantren yang selanjutnya disebut pesantren adalah lembaga
pendidikan keagamaan Islam yang diselenggarakan oleh masyarakat yang
menyelenggrakan satuan pendidikan pesantren dan/atau secara terpadu
menyelenggarkan jenis pendidikan lainnya.
Pesantren adalah salah satu lembaga yang menjadi pusat
pengembangan ilmu (Fauzan, 2015:156-157). Lebih lanjut Fauzan
menjabarkan bahwa berbagai teori keilmuan dari berbagai disiplin ilmu yang
dikaji di pesantren menjadi acuan untuk dipraktekkan. Kecenderungan untuk
mempraktekkan nilai-nilai teoritis yang diperoleh santri dari kajian - kajiannya
adalah sebuah keniscayaan karena dalam konteks keIslaman ilmu dikatakan
bermanfaat kalau diamalkan. Nilai amaliah inilah yang membedakan dirinya
dari entitas-entitas lainnya yang menempatkannya pada posisi sebagai
khalifah di muka bumi.
Menurut Mas’udi (2015:1), pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan yang cukup tua dan perkembang seiring dengan perkembangan
Indonesia, sehingga keberadaannya tidak dapat dipisahkan dengan negeri
yang memiliki penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Arifin (2003)
dalam Dwi Kusumawati (2015:26) juga sependapat bahwa pondok pesantren
adalah suatu Lembaga Pendidikan Agama Islam yang tumbuh serta diakui
oleh masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kampus) di mana santrisantri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa
orang kyai dengan ciri-ciri khas yang bersifat kharismatis serta independen
dalam segala hal. Pengertian pesantren yang populer pada saat ini yaitu bahwa
pesantren atau pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam
Indonesia yang bertujuan untuk mendalami ilmu agama Islam, dan
mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian, atau disebut tafaqquh fi
addin, dengan menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat.
Keberhasilan pesantren dalam membentuk karakter santri tidak terlepas dari
totalitas pendidikannya yang terintegrasi dalam kegiatannya yang berlangsung
selama hampir 24 jam yang mampu mensinergikan kecakapan yang cukup,
mental yang tangguh, dan berkarakter. Karakter yang terbentuk pada diri santri
merupakan nilai afektif yang terbentuk dari tuntutan agama yang mewajibkan
umat muslim menuntut ilmu dan apresiasi tinggi yang diberikan kepada
penuntut ilmu (Fauzan, 2015:156-157).
42

Dari beberapa penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa pondok


pesantren adalah pilihan tepat untuk membentuk karakter siswa dengan
mengajarkan ilmu agama kemudian mendalami dan mengamalkannya sebagai
pedoman hidup keseharian, atau disebut tafaqquh fi addin, dengan
menekankan pentingnya moral dalam hidup bermasyarakat. Dengan
demikian, pondok pesantren diharapkan mampu mencetak generasi muslim
sebagai pelopor pembangunan yang bertaqwa, cakap, berbudi luhur untuk
bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan dan keselamatan bangsa
serta mampu menempatkan dirinya dalam mata rantai keseluruhan sistem
pendidikan nasional, baik pendidikan formal maupun non formal dalam
rangka membangun manusia insanul kamil.

b. Jenis – Jenis Pondok Pesantren


Pondok pesantren adalah merupakan hasil usaha mandiri Kyai yang
dibantu santri dan masyarakat, sehingga memiliki berbagai bentuk. Setiap
pesantren memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera Kyai dan keadaan
sosial budaya maupun sosial geografis yang mengelilinginya Mumtahanah
(2015:59). Variasi pondok pesantren tersebut perlu diadakan pembedaan
secara kategorial. Kategori pondok pesantren dapat diteropong dari berbagai
perspektif; dari segi kurikulum, tingkat kemajuan dan kean, keterbukaan
terhadap perubahan, dan dari sudut sistem pendidikannya dan dari
karakteristik dan tradisi, sebagai berikut:
1. Dari segi kurikulum Arifin (2003) dalam Mumtahanah (2015:59)
menggolongkannya menjadi pondok pesantren , pondok pesantren
tahassus (tahassus ilmu alat, ilmu fiqh/ushul fiqh, ilmu tafsir/ hdits,
ilmu tashawuf/thariqat, dan qira’at Al-Qur’an) dam pondok pesantren
campuran.
2. Dipandang dari kemajuan berdasarkan muatan kurikulumnya, Martin
Van Bruinessen (2003) dalam Mumtahanah (2015:59)
mengelompokkan pondok pesantren menjadi pondok pesantren paling
sederhana yang hanya mengajarkan cara membaca huruf Arab dan
menghafal beberapa bagian atau seluruh Al-Qur’an, pondok pesantren
sedang yang mengajarkan kitab-kitab fiqh, ilmu aqidah, tata bahasa
Arab (nahwu sharaf), terkadang amalan sufi, dan pondok pesantren
paling maju yang mengajarkan kitabkitab fiqh, aqidah, dan tasawuf
yang lebih mendalam dan beberapa mata pelajaran tradisional lainnya.
3. Dhofier (2003) dalam Mumtahanah (2015:59) memandang dari
prespektif keterbukaan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,
kemudian membagi pondok pesantren menjadi dua kategori yaitu
43

pondok pesantren salafi dan khalafi. Pondok pesantren salafi tetap


mengajarkan pengajaran kitab-kitab Islam klasik sebagai inti
pendidikannya. Penerapannya sistem madrasah untuk memudahkan
sistem sorogan yang dipakai dalam lembaga-lembaga pengajian
bentuk lama, tanpa mengenalkan pengajaran pengetahuan umum.
Sedangkan pondok pesantren khalafi telah memasukkan pelajaran-
pelajaran umum dalam madrasah-madrasah yang dikembangkan atau
membuka tipe-tipe sekolah umum di dalam lingkugan pondok
pesantren.
4. Mumtahanah (2015:60) melihat kategori pondok pesantren terkadang
dipandang dari sistem pendidikan yang dikembangkan. Pondok
pesantren dalam pandangan ini dapat dikelompokkan menjadi tiga
macam: Kelompok pertama, memiliki santri yang belajar dan tinggal
bersama Kyai, kurikulum tergantung Kyai, dan pengajaran secara
individual. Kelompok kedua, memiliki madrasah, kurikulum tertentu,
pengajaran bersifat aplikasi, Kyai memberikan pelajaran secara umum
dalam waktu tertentu, santri bertempat tinggal di asrama untuk
mempelajari pengetahuan umum dan agama. Dan kelompok ketiga,
hanya berupa asrama, santri belajar di sekolah, madrasah, bahkan
perguruan tinggi umum atau agama di luar, Kyai sebagai pengawas
dan pembina moral santri.
5. Dipandang dari karakteristik dan tradisi, menurut Muhakamurrohman
(2014:113) terbagi dua yaitu pesantren tradisional dan pesantren
modern. Ciri-ciri pesantren tradisional, yaitu pesantren yang dalam
sistem pembelajarannya masih menggunakan sistem bandongan dan
sorogan , begitu pula dalam materi yang diajarkan pun berasal dari
kitab-kitab kuning ( tura>ts), kitab berbahasa Arab karya ulama Islam
baik luar maupun dalam negeri. Pesantren besar yang hingga kini
masih menganut sistem pengajaran tradisional seperti Pondok
Pesantren API Tegalrejo, al Falah Ploso Kediri, Pondok Lirboyo
Kediri, Pesantren Sidogiri, Pesantren Langitan, dan al-Anwar Sarang
Rembang. Sementara pesantren modern bisa dilihat dari bangunan-
bangunan pesantren modern yang lebih bersih dan terawat, adanya
dapur-dapur siap saji, adanya pakaian seragam, auditorium megah,
lapangan olahraga, ruang pengembangan bakat dan keterampilan,
hingga laboratorium bahasa. Jikalau dalam pengajian bandongan para
santri dalam mengaji tidak ada kewajiban hadir, dalam pesantren
modern sudah mulai menata struktur pembelajarannya melalu sistem
absensi. Sistem dan pembekalan yang dirancang juga sudah
sedemikian rupa, guna mempersiapkan santri menghadapi arus
modernitas Geertz (1981) dalam Muhakamurrohman (2014:114).
44

c. Elemen – elemen Pondok Pesantren


Pondok Pesantren memiliki syarat tersendiri, menurut Peraturan
Menteri Agama Republik Indonesia No 13 Tahun 2014 Tentang Pendidikan
Keagamaan Islam Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa pesantren wajib memiliki
unsur-unsur pesantren yang terdiri atas; a) Kyai atau sebutan lain yang sejenis;
b) santri; c) Pondok atau asrama pesantren, d) masjid atau musholla; dan e)
pengajian dan kajian kitab kuning atau dirasah dengan pola pendidikan
mu’alimin.
Selanjutnya, Zamachsyari Dofier menyebutkan lima elemen dasar pesantren
(Kesuma, 2014 : 102). Selanjutnya, dengan perkembangan pesantren elemen tersebut
berkembang menjadi tujuh elemen yang memerlukan cara pandang baru bagi
siapapun yang menelitinya. Ketujuh elemen dasar pesantren tersebut adalah pondok,
masjid, pengajaran kitab kuning, santri, dan kyai.

Pondok

Kyai Masjid

Elemen -
elemen Pondok
Pesantren

Pengajaran
Santri kitab
kuning
45

a. Pondok
Pondok adalah tempat tinggal santri selama di pesantren. Istilah
mungkin dilatar belakangi oleh konsep asrama bagi para santri yang terbuat
dari bambu. Istilah ini berasal dari bahasa Arab funduq, yang berarti hotel atau
asrama (Madjid dalam Kesuma, 2014 : 102).
Ada beberapa alasan pesantren menyediakan pondok bagi para santri.
Pertama, kemasyhuran seorang kyai dalam bidang pengetahuan Islam
menarik santri-santri dari jauh. Untuk dapat belajar dari kyai secara teratur dan
dalam waktu yang lama, para santri harus meninggalkan kampung
halamannya dan menetap di pesantren. Kedua, hampir semua pesantren berada
di desa-desa yang tidak menyediakan perumahan atau tempat tinggal yang bisa
menampung para santri; oleh karena itu perlu disediakan tempat tinggal
khusus bagi mereka. Ketiga, karena hubungan dekat antara santri dan kyia
yang mengharuskan mereka tinggal berdekatan, selain tentu saja adanya
hubungan timbal balik antara keduanya, yaitu saling bertanggung jawab
terhadap kehidupan mereka. Santri menganggap Kyai seperti bapaknya,
sebaliknya kyai menggap santri sebagai anaknya yang merupakan titipan dari
Allah yang harus dijaga dengan baik.

b. Masjid
Kesuma (2014 : 103). Masjid adalah salah satu entitas yang sangat
penting dalam lingkungan pesantren. Bukan hanya karena masjid sebagai
tempat ibadah bagi santri dan masyarakat sekitar tapi lebih dari itu, masjid
merupakan tempar praktek keagamaan bagi para santri, selain shalat dan
i’tikaf. Kegiatan tersebut diantaranya tentu saja proses pembelajaran kitab
kuning, diskusi, atau pun perayaan hari-hari besar Islam, bahkan banyak
masjid yang merangkap sebagai perpustakaan sehingga kalau ada yang akan
membaca buku otomatis harus masuk ke masjid.

c. Kitab Kuning
Menurut Azra dalam Kesuma( 2014 : 103) Arti kitab kuning bisa
diperluas menjadi “kitab-kitab keagamaan berbahasa Arab, Melayu, atau Jawa
atau bahasa-bahasa lokal lain di Indonesia dengan menggunakan aksara Arab,
yang selain ditulis oleh ulama timur Tengah, juga ditulis oleh ulama Indonesia
sendiri. Kitab kuning merupakan kitab yang berisi tentang banyak
pengetahuan mulai dari pengeatahuan agama, kesenian dan kesusastraan
maupun tentang akhlak. Kitab kuning menjadi salah satu elemen pondok
pesantren baik pondok pesantren tradisional maupun pondok pesantren
modern. Alasannya selain mengandung banyak pengetahuan, kitab kuning
46

juga digunakan sebagai implementasi dari ilmu nahwu dan shorof. Karena
kitab kuning pada umumnya tidak bersyakl.

d. Santri
Ada dua pendapat mengenai asal usul kata santri. Pertama, santri
berasal dari kata “sastri”, sebuah kata dari bahasa Sangsekerta, yang artinya
melek hurup. Kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa. Kedua, santri
berasal dari bahasa jawa, yaitu dari kata cantrik, yaitu seseorang yang selalu
mengikuti gurunya kemana pun guru itu pergi. Misalnya seseorang yang ingin
mahir dalam bidang pewayangan, ia harus mengikuti seorang ahli
pewayangan, minimal seorang dalang, sehingga hubungannya menjadi
dalang-cantrik. Hubungan guru cantrik itu terus berlangsung sampai masa
Islam, sehingga pada proses evolusi selanjutnya, istilah hubungan itu menjadi
guru-santri. Untuk guru yang terkemuka di pakai kata “kyai: untuk laki-laki
dan “nyai” untuk perempuan. Sehingga hubungannya menjadi kyai-santri
(Madjid dalam Kesuma, 2014 : 104).
Dalam tradisi pesantren dikenal dua kelompok santri. Pertama, santri mukim,
yaitu santri yang biasanya datang dari daerah-daerah yang jauh dari
lingkungan pesantren dan menetap di pesantren. Biasanya santri mukim ini
diberi tanggung jawab oleh kyai untuk mengurusi pesantren dan mengajar
santri-santri lain tentang kitab-kitab dasar dan menengah. Kedua, santri
kalong, yaitu santri yang biasanya tidak menetap di pesantren (kecuali malam
hari kadang-kadang mereka menginap) dan datang dari kampung-kampung
atau tempat yang dekat dengan pesantren (Madjid dalam kesuma, 2014 : 105)..
Mereka disebut santri kalong karena kehidupan mereka seperti kalong (nama
bagi seekor binatang yang tidur di siang hari dan beraktivitas di malam hari),
yaitu mereka beraktivitas di malam hari, sedangkan siang hari mereka pulang
ke rumah masing-masing. Maksud “beraktivitas” mereka ikut ngajinya di
malam hari saja.

e. Kyai
Dalam konteks pesantren, arti Kyai adalah pengasuh atau pimpinan
pesantren. Dalam tradisi jawa, pengasuh pesantren disebut Kyai, di Sunda
ajeungan (atau kyai juga), di daerah berbahasa Madura disebut nun atau
bendara disingkat ra (Wahid dalam Kesuma 2014 : 105). Selanjutnya,
Kesuma juga menambahkan fungsi dan kedudukan Kyai yaitu :
1) Kyai sebagai pemimpin tunggal atau pemegang otoritas tunggal di
pesantren
2) Kyai sebagai penyaring informasi di dalam memacu perubahan
pesantren dan masyarakat sekitar;
47

3) Kyai “penguasa” pesantren yang menawarkan agenda perubahan sosial


keagamaan, baik yang mneyangkut masalah interpretasi agama dalam
kehidupan sosial maupun perilaku keagamaan santri yang akan
menjadi rujukan masyarakat.
4) Kyai menawarkan perubahan agar komunitas pesantren tidak
mengalami kesenjangan budaya (cultural log) atas masuknya budaya
asing yang sebelumnya dianggap mengotori kemurnian tradisi
pesantren.

d. Sistem Pengajaran Pondok Pesantren


Sistem pendidikan pondok pesantren di Indonesia masih banyak
menerapakan sistem pendidikan pesantren yang berbasis kitab kuning
Djatmika (1986) dalam Matondang (2014:46) menyatakan bahwa pondok
pesantren merupakan salah satu jenis pendidikan Islam yang bersifat
tradisional yang mendalami ilmu agama Islam, dan mengamalkannya sebagai
pedoman hidup kesehariaan, atau disebut dengan “taffaquh Fiddin” Mastuhu
(1994dalam Matondang (2014:46). Jadi, pondok pesantren menekankan
pentingnya pendidikan moral dan sekaligus sebagai pembentukan karakter
dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat. Hal ini juga diungkapkan
Matondang (2014:46) mengenai prinsip – prinsip pendidikan pesantren dalam
membangun karakter para santri yaitu:
a. Theocentric;
Theocentric yaitu sistem pendidikan yang didasarkan pada pandangan
yang menyatakan bahwa sesuatu kejadian berasal, berproses, dan
kembali kepada kebenaran Allah Swt. Semua aktivitas pendidikan
dipandang sebagai ibadah kepada Allah Swt, dan merupakan bagian
integral dari totalias kehidupan keagamaan. Dalam praktiknya
mengutamakan sikap dan perilaku yang kuat beroreintasi pada
kehidupan ukrawi dalam kehidupan sehari-hari. Semua perbuatan
dilaksanakan dengan hukum agama demi kepentingan hidup ukhrawi
b. Sukarela dalam mengabdi;
Para pengasuh Pondok Pesantren memandang semua kegiatan
pendidikan adalah ibadah kepada Allah Swt. Penyelenggaraan
pendidikan pada pesantren dilaksanakan secara sukarela dan mengabdi
kepada sesama dalam rangka mengabdi kepada Allah Swt.
c. Kearifan;
Kearifan yang dimaksud adalah bersikap sabar, rendah hati, patuh pada
ketentuan hukum agama, mampu mencapai tujuan tanpa merugikan
orang lain, dan mendatangkan manfaat bagi kepentingan bersama.
d. Kesederhanaan;
48

Kesederhanaan yang dimaksud adalah tidak tinggi hati dan sombong


walau berasal dari orang kaya atau keturunan raja.
e. Kolektivitas;
Yaitu mengutamakan kepentingan orang banyak dari pada
kepentingan pribadi. Dalam hal kewajiban orang harus mendahulukan
kewajiban diri sendiri sebelum orang lain.
f. Mengatur Kegiatan Bersama;
Kegiatan bersama dilakukan oleh para santri dengan bimbingan para
uztad atau kyai. Para santri mengatur semua kegiatan pembelajaran,
terutama kegiatan kokurikurer mulai pembentukan, penyusuan sampai
pelaksanaan dan pengembangannya. Demikian juga kegiataan
peribadatan, olah raga, kursuskursus keterampilan dan sebagainya.
g. Ukhuwah Diniyah;
Kehidupan di pesantren penuh dengan suasana persaudaraan,
persatuan dan gotong royong, sehingga segala kesenangan dirasakan
bersama dan segala kesulitan berusaha diatasi bersama.
h. Kebebasan;
Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan dari segi kurikulum dan
politis. Kebebasan kurikulum yaitu tidak terikat oleh kurikulum Depag
maupun Kemdiknas. Sedangkan kebebasan politis, tidak berafiliasi
bahkan terlibat pada salah satu pada partai politik maupun ormas
tertentu.

Menurut Abdullah Syukri Zarkasyi (2015) dalam Fauzan (164-165)


menyatakan bahwa pesantren mempunyai keunggulan dan karasteristik
khusus tersendiri dalam mengaplikasikan pendidikan bagi anak didiknya
(santri) tersebut. Hal itu dikarenakan:
1. Adanya jiwa dan falsafah Jiwa dan falsafah yang ditanamkan kepada
santri akan menjamin kelangsungan lembaga pendidikan bahkan
menjadi motor penggerak bagi seluruh penghuni pesantren. Diantara
falsafah itu yaitu Panca Jiwa yang terdiri dari; (a) keihklasan, (b)
kesederhanaan, (c) kemandirian, (d) ukhuwah Islamiyah, dan (e)
kebersamaan dalam menentukan lapangan perjuangan dan kehidupan.
2. Terwujudnya integralitas dalam jiwa, nilai, sistem dan standar
operasional pelaksanaan Terciptanya integralitas yang solid pada
jajaran para pendidik hingga anak didik, terhadap pemahaman jiwa,
nilai, visi, misi dan orientasi, sistem hingga standar operasional
pelaksanaan yang sama, sehingga mampu memadukukan seluruh
komponen pesantren dalam satu barisan.
3. Terciptanya tri pusat pendidikan yang terpadu Tri pusat pendidikan
terpadu merupakan tiga faktor yang menopang dan mendukung
keberhasilan pendidikan yang terdiri dari pendidikan sekolah,
pendidikan keluarga, dan pendidikan masyarakat.
49

4. Totalitas pendidikan Pesantren menerapkan totalitas pendidikan


dengan mengandalkan keteladanan, penciptaan lingkungan dan
pembiasaan melalui berbagai tugas dan kegiatan

Hubungan pesantren dan kitab kuning dibedakan atas dua model Arifin
(1995) dalam Matondang (2014:46). Pertama, pesantren murni salafi, yaitu
pesantren yang sejak berdiri tetap mempertahankan kitab kuning sebagai
literatur utama dalam kurikulum. Pesantren model ini relatif langka. Pesantren
ini tidak menyelenggarakan pendidikan formal, tapi hanya menyelenggarakan
sekolah diniyah. Ukuran kelulusan dan keberhasilan seorang santri betul-betul
ditentukan oleh kepiawaiannya dalam penguasaan kitab kuning. Penguasaan
dalam hal ini adalah tak sekedar bisa membaca dengan benar, tapi juga
memahami, mengungkapkan, mengembangkan, dan mengkonteks-
tualisasikan kandungannya. Model kedua yaitu pesantren kolaboratif. Model
ini memadukan antara sekolah formal dan sekolah diniyah. Mulanya pesantren
ini hanya menyelenggarakan pendidikan diniyah dengan tanpa ijazah formal,
tapi sesuai dengan perkembangan zaman, lembaga ini juga menyelenggarakan
pendidikan formal. Jenis pesantren inilah yang kini merebak dan mendominasi
karakter pesantren di berbagai penjuru.

e. Bentuk Pendidikan di Pondok Pesantren


Abuddin Nata (2001) dalam Dwi Kusumawati (2015:31) menyatakan
pendapatnya tentang pondok pesantren di mana bila dilihat dari segi
komponen pranata membentuk suatu pondok pesantren, maka pondok
pesantren ada lima jenis, yakni:
a. Pola pertama
Adalah pesantren yang hanya terdiri dari masjid dan rumah kyai.
Pesantren ini masih bersifat sederhana di mana kyai menggunakan
masjid atau rumahnya sendiri untuk tempat mengajar.
b. Pola kedua
Ialah pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok atau
asrama. Dalam pola ini pesantren telah memiliki pondok atau asrama
yang disediakan bagi para santri yang datang dari daerah lain.
c. Pola ketiga
Ialah pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, dan
madrasah. Pesantren ini telah memakai sistem klasikal di mana santri
mendapat pendidikan di madrasah.
d. Pola keempat
Ialah pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok, madrasah
dan tempat keterampilan. Pesantren pola ini di samping ada madrasah
juga terdapat tempat-tempat untuk latihan keterampilan.
e. Pola kelima
50

Ialah pesantren yang terdiri dari masjid, rumah kyai, pondok pesantren,
madrasah, tempat keterampilan, universitas, gedung pertemuan,
tempat olahraga dan sekolah umum.

Berdasarkan pendapat Abuddin Nata di atas, maka pondok pesantren


sebagai lembaga pendidikan dapat menyelenggarakan pendidikan dalam dua
jenis yaitu pendidikan formal dan pendidikan non-formal yang secara khusus
mengajarkan agama yang sangat kuat dengan dipengaruhi oleh pikiran-pikiran
ulama (kyai).

B. Kerangka Konseptual
Kerangka konsptual dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peran
kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor. Adapaun untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Pengajaran

Hal 38

Pelatihan
Kepemimpinan
Hal 38
Karismatik kyai

(Hal 22 – 33)
Karakter Santri

Pembiasaan

Hal 38

Pembiasaan

Hal 38

pembiasaan
51

C. Penelitian Terdahuu
Secara garis besar kata kunci dari penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kepemimpinan Kyai yang dispesifikasikan pada
kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri. Kata
kunci tersebut digunakan sebagai acuan peneliti dalam mencari hasil
penelitian dan kajian ilmiah terdahulu dari berbagai sumber relevan dan dapat
dipertanggung jawabkan. Artinya pengambilan dan pencantuman hasil dari
penelitian dan karya ilmiah terdahulu dalam tesis ini didasarkan pada
kemiripan tema, kata kunci, serta ditinjau dari isi, dasar teori, atau didasarkan
hasil-hasil penelitiannya.
Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu dilakukan
untuk penemuan posisi hasil penelitian ini dalam kajian keilmuan yang telah
ada sehingga diharapkan para peneliti selanjutnya mampu dalam pengisian
peneliti selanjutnya sebagai upaya pendalaman terhadap kajian tema
penelitian. Penelusuran penelitian dan kajian-kajian ilmiah terdahulu yang
dilakukan adalah dengan cara penelusuran kepustakaan dalam bentuk
pencarian atau eksplorasi terhadap berbagai sumber seperti internet,
perpustakaan, dan soft file tesis. Dari penelusuran tersebut terdapat beberapa
hasil penelitian dan kajian ilmiah terdahulu yang mempunyai hubungan kata
kunci yang sama yakni:
1. Penelitian “Kepemimpinan Kyai dalam mengembangkan pendidikan
berbasis karakter dipesantren al urwatul wutsqo jombang” oleh
Mashur Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STIT Al-
Urwatul Wutsqo. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Pertama,
tipe dan peran kepemimpinan Kyai mempunyai peran penggagas,
perumus, pencetus pola pengembangan dan pendesain, penyusun
kurikulum, sedang tipe kepemimpinan adalah rasional sufistik,
karismatik dan paternalistik sepiritual. Kedua, pola pengembangan
pendidikan berbasis karakter dengan model pola pengembangan yang
meliputi pola pengembangan intern dan exsteren. Ketiga, metode
pendidikan karakter dengan metode pengajaran (At Ta’lim), metode
Pembiasaan (At Ta’wiid), dan metode qudwah. Keempat, faktor
penghambat dan pendukung. Perbedaan penelitiani terdahulu ini
dengan yang peneliti lakukan yaitu pada kepemimpinan karismatik.
Penelitian terdahulu ini hanya meneliti peran kepemimpinan Kyai,
sedangkan yang peneliti lakukan adalah peran kepemimpinan
karismatik Kyai.
2. Penelitian “Pembentukan Karakter Santri/wati Berbasis Tradisi
Pesantren (studi kasus di Pondok Pesantren Syekh Baharuddin –
kampar Riau) Jurusan PTB Universitas Negeri Medan” oleh Zulkifli
Matondang. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dalam
membentuk karakter (akhlak) para santri Pondok Pesantren Syekh
Burhanuddin diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam
52

kelas maupun di luar kelas. Nilai karakter yang dibentuk sesuai isi
kitab kuning, seperti: relijius, kejujuran, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca,
perduli lingkungan, perduli sosial dan tanggung jawab. Metode
pembelajaran di kelas dalam membentuk karakter, para
guru/ustad/kyai memberikan contoh (tauladan) seperti: memberikan
kebebasan pada santri untuk mengungkapkan pendapat tentang suatu
materi yang dibahas/diajarkan (aplikasi sifat demokrasi), hadir di kelas
sesuai dengan jadwal (aplikasi sifat disiplin waktu), memberikan tugas
hapalan dan tapsir hadist atau firman Allah (aplikasi kerja keras), dan
lainnya. 4) Pembentukan karakter pada santri di luar kelas seperti:
setiap pagi setelah sholat subuh melakukan gotong royong (aplikasi
kebersihan dan perduli lingkungan), gotong royong pembangunan
fisik: jalan, bangunan, mesjid, dll (aplikasi kemadirian dan
keterampilan/lifeskill), kegiatan santri pada malam hari (aplikasi
menjalin komunikasi dan keperdulian sesama), setiap malam selesai
sholat Isya melakukan beberapa kegiatan (aplikasi lifeskill bidang
agama dan kemasyarakatan, seperti: khotbah Jum’at, bimbingan
mayit, kultum, membawa acara keagamaan, ceramah dan lainnya),
mencari dana untuk melakukan kegiatan dengan bekerja di
ladang/sawah masyarakat (aplikasi kemandirian, lifeskill) dan lainnya.
Perbedaan dengan penelitian ini dengan yang penelitia lakukan yaitu,
penelitian ini menjelaskan tentang pemebantukan karakter santri
melalui tradisi pesantren. Sedangkan yang peneliti lakukan dalam tesis
ini mengani peran kepemimpinan karismatik Kyai dalam
pemebentukan karakter santri.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Penelitian yang berjudul Kepemimpinan Karismatik Kyai dalam
Pembentukan Karakter Santri Di Pondok Pesantren Darul Muttaqien
Kabupaten Bogor ini menggunakan pedekatan kualitatif. Menurut Iskandar
(2009 : 1) mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan proses
kegiatan yang mengungkapkan secara logis, sistematis dan empiris terhadap
fenomena-fenomena sosial yang terjadi di sekitar kita untuk dikonstruksikan
guna mengungkapkan kebenaran, bermanfaat bagi kehidupan masyarakat dan
ilmu pengetahuan. kebenaran dimaksud adalah keteraturan yang menciptakan
keamanan, ketertiban, keseimbangan dan kesejahteraan masyarakat.
Denzin dan Lincoln Moleong (2017 : 5) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada. Adapun jenis penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif studi kasus. Menurut Mulyana (2010 : 201) Studi kasus
adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek
seseorang individu, suatu kelompok, suatu organiasasi, suatu program, atau
suatu situasional. Peneliti studi kasus berupaya menelaah sebanyak mungkin
data mengenai subjek yang diteliti. Penelitian studi kasus sering menggunakan
berbagai metode ; wawancara, pengamatan, penelaahan dokumen, penyebaran
angket, survei, dan data apa pun untuk menguraikan suatu kasus secara
terperinci.
Sementara menurut Creswell (2010 : 20) studi kasus merupakan
strategi penelitian di mana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat
suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Dalam
hal ini peneliti mengamati dan menelah prorgram-program Pondok Pesantren
Darul Muttaqien, aktifitas santri dari bangun tidur sampai dengan tidur lagi,
event – event di Pondok Pesantren, dan proses kepemimpinan Kyai dalam
rangka pembentukan karkater santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien.

B. Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Pondok Pesantren Darul
Muttaqien Desa Jabon Mekar Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Provinsi
Jawa Barat. Peneliti memilih penelitian Kepemimpinan Karismatik Seorang
Kiyai di Pondok Pesantren Darul Muttaqien dengan beberapa alasan
diantaranya; pemimpin/pengasuh Pondok Pesantren Darul Muttaqien Bpk

53
54

KH. Mad Rodja Sukarta merupakan pemimpin yang bersahaja dan sangat
dihormati, bukan hanya di lingkungan Pondok Pesantren Darul Muttaqien
melainkan juga di daerah parung pada khususnya dan daerha bogor pada
umumnya. Selain itu beliau juga aktif dibeberapa organisasi kedaerahan. Di
usianya yang kini menginjak 65 tahun, pengasuh Pesantren Darul Muttaqien
yang selalu tampil sederhana ini telah berkiprah diberbagai organisasi tingkah
daerah maupun Nasional. Sejak mahasiswa beliau telah aktif di organisasi
PMII, kini aktif di MUI Kabupaten Bogor, Nahdatul Ulama Kabupaten Bogor,
Forum Silaturrahim Ulama dan Umara (FOSIRUU) Bogor, MP3 Depag RI,
BKSPPI, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten
Bogor, aktif dalam kegiatan social kemasyarakatan dan aktif sebagai
pembicara diberbagai forum diskusi. Kini pengasuh pondok pesantren darul
muttaqien itu kerap akrab disapa “Kiaai Rodja” oleh masyarakat di daerah
Bogor.
Selain profil pemimpin pondok pesantren yang baik, Pondok pesantren
Darul Muttaqien juga mempunyai kelebihan lain yaitu waktu berdirinya yang
sudah cukup lama. Pondok Pesantren Darul Muttaqien didirikan pada tanggal
18 Juli tahun 1988 M. Saat ini usia Pondok Pesantren Darul Muttaqien lebih
dari 29 tahun. Usia yang cukup lama tersebut, membuat pondok pesantren
Darul Muttaqien terkenal dan menjadi salah satu pondok pesantren favorit di
wilayah Bogor dan sekitarnya.
Secara geografis, Pondok Pesantren Darul Muttaqien memiliki letak
yang sangat strategis. Berada di jalan utama jakarta – bogor, terletak dipinggir
jalan dengan gerbang yang cukup megah. Samping kiri kanan terdapat banyak
perumahan, salah satu perumahan yang cukup besar dan mewah yaitu
perumahan Telaga Kahuripan lebih kurang berjarak 1 km dari Pondok
Pesantren Darul Muttaqien. Di belakang pesantren terdapat perkampungan
yang cukup besar dan padat, hal ini menjadi nilai tambah bagi Pondok
Pesantren Darul Muttaqien dalam menjadi siswa sebanyak-banyaknya. Maka
tidak heran jumlah santri Pondok Pesantren Darul Muttaqien mencapai 2200
santri dan yang mukim berjumlah 1200 santri.
Pembelajaran di Pondok Pesantren Darul Muttaqien juga tidak kalah
penting dan menarik. Walaupun Pondok Pesantren Darul Muttaqien ini
menggap dirinya sebagai Pondok Pesantren Modern, namun ia tidak
meninggalkan pelajaran-pelajaran layaknya pondok pesantren tradisional
(salafi). Pelajaran nahwu - shorof seperti kitab jurumiyah dan imriti ada dalam
salah satu pelajaran Pondok Pesantren. Selain itu pembelajaran kita kuning
seperti fathul qorib dan fiqih – fiqih lainnya pun menjadi pembelajaran
Pondok Pesantren Darul Muttaqien.
Kegiatan – kegiatan diarahkan untuk menunjang visi pendidikan
Pondok Pesantren Darul Muttaqien baik dalam kegiata harian, mingguan,
bulanan maupun tahunan. Spirit dasar yang dijadikan ruh untuk
55

melakasanakan tugas-tugas kependidikam di pesantren adalah nilai-nilai


ajaran islam scara umum. Adapun secara khusus tertuang dalam formulasi
panca jiwa pondok pesantren yaitu; ikhlas, kesederhaan, kemandirian, ukhwah
islamiyah dan kebebasan.
Karenanya untuk mencapai tujuan pendidika yah tertuang dalam visi
misi maka pondok pesantren darul muttaqien bersikap independen : berdiri di
atas dan untuk semua golongan dengan moto bersatu dalam aqidah, toleransi
dalam khilafiyah dan berjamaah dalam ibadah
Dari sistem pengelolaan siswa 24 jam inilah diharapkan Pondok
Pesantren Darul Muttaqien mamapu menciptakan generasi-geerasi unggul
baik intelektualitas, keterampilan, maupun spiritualitasnya, dengan kata lain
Pondok Pesantren Darul Muttaqien berkeinginan mencetak santri yang
bertaqwa, berakhlak, berpengetahuan luas, beriman, terampil dan berkhidmat
kepada masyarakat. Sehingga, ketika santri hidup di mayasrakat nanti, mereka
mampu mendedikasikan dirinya untuk kebaikan masyarakat dan agamanya
dengan bekal ilmu yang telah didapat selama belajar di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien.

C. Kehadiran Penelitian
Kehadiran peneliti pada penelitian kualitatif merupakan suatu
keharusan. Karena penelitian jenis ini lebih mengutamakan temuan
wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan secara
langsung. Di samping itu juga, peneliti melakukan observasi terhadap
berbagai fenomena yang ditemukan dilapangan yaitu Pondok Pesantren Darul
Muttaqien Parung-Bogor berupa, proses kepemimpinan Kyai, kegiatan –
kegiatan Pondok Pesantren, aktifitas santri, sosial dan kebudayaan Pondok
Pesantren sampai dengan sarana dan prasarana Pondok Pesantren. Oleh
karenaya, kemampuan wawancara dan pengamatan peneliti untuk memahami
fokus penelitian secara mendalam sangat dibutuhkan dalam rangka
menemukan data yang optimal dan kredibel.
Dalam kehadiran penelitian ini, peneliti datang langsung ke lokasi
penelitian yaitu Pondok Pesantren Darul Muttaqien Kabupaten Bogor, untuk
melakukan penelitian di lapangan, melihat dan mengikuti kegiatan secara
langsung dengan tetap berdasar pada prinsip atau kode etik tertentu. Kehadiran
peneliti di lokasi penelitian untuk meningkatkan intensitas peneliti
berinteraksi dengan sumber data. Selain itu, peneliti diharapkan dapat
membangun hubungan yang akrab dengan lingkungan sumber data penelitian
agar mempermudah jalannya pengambilan data penelitian dan mendapatkan
informasi yang lebih komprehensif dan valid tentang fokus penelitian.
56

D. Sumber Data
Ulfatin (2015: 179) mengemukakan bahwa secara umum data adalah
segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu
informasi. Sedangkan informasi adalah hasil olahan data yang dipakai untuk
suatu keperluan. Sumber data dalam penelitian kualitatif adalah subjek
penelitian yang berupa individu atau kelompok yang bertindak sebagai sumber
informais, (Arikunto 2002:61).
Berdasarkan sumber perolehan data, maka data dalam penelitian ini
diklasifikasi menjadi
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam
penelitian ini, data primer diperoleh langsung dari lapangan baik
berupa hasil observasi maupun yang berupa hasil wawancara tentang
peran kepemimpinan Kyai dalam pembentukan karakter santri di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Adapun data primer dalam
penelitian ini diperoleh dari sumber individu atau perseorangan yang
terlibat langsung dalam permasalahn yang diteliti, seperti Kyai, para
ustad dan ustadah, santri, pengasuh pondok pesantren dan orang –
orang yang terkait dengan peran kepemimpinan Kyai dalam
pembentukan santri di Pondok Pesantren darul Muttaqien.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan diolah dana
disajikan oleh pihak lain, yang biasanya dalam publikasi atau jurnal
berkaitan. Dalam penelitian ini, data sekunder diperoleh dengan
menggunakan metode dokuenter dan jurnal yaitu buku-buku ilmiah,
pendapat – pendapat pakar, fatwa-fatwa ulama’, dan literatur yang
sesuai dengan tema dalam penelitian.

Adapun dalam memilih informan untuk keperluan pengumpulan data


ini digunakan teknik purposive sampling. Dan penunjukan atas sejumlah
orang tertentu sebagai informan, disamping untuk kepentingan kelengkapan
akurasi informasi, sekaligus juga dimaksudkan untuk mengadakan cross check
terhadap berbagai informasi yang berbeda sehingga diharapkan akan diperoleh
informasi yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.
Informan yang dipilih dalam penelitian ini terdiri dari beberapa orang
yang dianggap menguasai informasi sehubungan dengan masalah yang akan
dikaji, yaitu antara lain:
57

a. Sebagai key informan :


1) KH. Mad Rodja Sukarta sebagai pimpinan dan pengasuh Pondok
Pesantren Darul Muttaqien Parung - Bogor
2) Dr. Ahmad Sastra, MM. Sebagai sekretaris Pondok Pesantren Darul
Muttaqien Parung-Bogor
3) Santriwan dan Santriwati Pondok Pesantren darul Muttaqien darul
Muttaqien
4) Ustadz Salim RD, S.Sos.i selaku kepala pengasuhan santri putra
5) Ustadz Iwan bagja N, S.Sos.i sebagai kepala pengasuhan santri puti
b. Sebagai informan lanjutan / pelengkap :
1) Ustadz Budi Santoso, S.Pd.i, MM sebagai kepala penelitian dan
penegmbanagan SDM Pondok Pesantren
2) Ustadz Turkamun, S. Ag sebagai kepala didvisi pengawas pendidikan
pondok pesantren
3) Ustadz Duklan Wastim, S.Pd.i selaku kepala Rumah Tangga Pesantren
Alasan ditetapkannya nama – nama di atas menjadi key informan dan
informan pelengkap adalah: pertama, mereka sebagai perangkat yang terlibat
secara langsung dalam setiap kegiatan di Pondok Pesantren Darul Muttaqien
Parung-Bogor. Kedua, mereka mengetahui secara langsung permasalahan
yang akan diteliti. Ketiga, mereka lebih menguasai informasi secara akurat
berkenaan dengan permasalahan yang akan diteliti yaitu tentang
Kepemimpinan Karaismatik Kiyai dalam Pembentukan Karakter Santri di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung – Bogor.

E. Teknik Pengumpulan Data


Musfah (2016 :56) mengemukakan bahwa mengumpulkan data berarti
mencatat peristiwa, karakteristik, elemen dan nilai suatu variabel. Hasil
pencatatan ini menghasilkan data mentah yang kegunaannya terbatas. Oleh
karena itu, agar data mentah tersebut lebih berguna harus diolah,
disederhanakan, dan dianalisis untuk diberi makna. Adapun teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
macam teknik pegumpulan data; observasi, wawancara, angket/kuisioner, dan
studi dokumtasi (Sukmadinata 2009 : 216).

1. Observasi
Sukmadinata (2009 : 216) observasi (observation) atau pengamatan
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. (Rianto
2010:96) mengemukakan bahwa observasi merupakan metode pengumpulan
data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Observasi
58

dapat dilaksankan secara langsung atau tidak langsung. Observasi langsung


yaitu peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh
sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan obsevasi langsung
ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai
mengetahui pada tingkat makna dari setiap prilaku yang nampak. Sedangkan
observasi tidak langsung yaitu peneliti tidak terlibat secara langsung dan
hanya sebgai pengamat independen, mencatat, menganalisis dan selanjutnya
membuat kesimpulan tentang perilaku masyarakat tanpa melakukan dan
merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat (Sugiono 2013 : 145).
Adapun dalam pelaksanaan teknik observasi pada penelitian ini
menggunakan observasi langsung. Dalam hal ini peneliti berusaha melakukan
pengamatan, pencatatan secara langsung dan sistematis terhadap peran
kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karaketer santri di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor. Adapun tujuan
dilakukannya observasi partisipan adalah untuk mengamati peristiwa
sebagaimana yang terjadi di lapangan secara alamiah. Pada teknik ini, peneliti
melibatkan diri dan berinteraksi secara langsung pada kegiatan yang dilakukan
oleh subjek penelitian.

2. Wawancara
Arikunto (2002:202) mengemukakan metode wawancara adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi
dari pihak yang di wawancarai. Pengumpulan data bisa berupa dialog yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih yang bertujuan untuk mencari informasi
data penelitian. Menurut Nasution (2002:113) metode wawancara proses
memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka dengan pihak yang bersangkutan. Dalam wawancara
biasanya terjadi tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan
berpijak pada tujuan penelitian. Metode wawancara atau interview untuk
penelitian ini digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian.
Dalam hal ini peneliti memakai teknik wawancara mendalam (in deep
interview), yaitu dengan menggali informasi mendalam mengenai
kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri di pondok
pesantren Darul Muttaqien parung-Bogor.
Secara garis besar wawancara dibagi menjadi dua, yaitu wawancara
terstrstukrur dan wawancara tidak tersetruktur. Wawancara terstruksur sering
disebut wawanacara baku (standarized interview), yang susunan
pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya (biasanya tertulis) dengan
pilihan – pilihan jawaban yang sudah disediakan. Sedangkan wawancara tidak
59

terstruktur sering disebut dengan wawancara mendalam, wawancara intensif,


wawancara kualitatif dan wawancara terbuka (open-ended interview),
wawancara etnografis. Dalam hal ini metode wawancara yang digunakan
dalam penelitian ini memakai wawancara mendalam (in deep interview). Yaitu
dengan menggali informasi informasi mendalam mengenai kepemimpinan
karismatik kiyai dalam pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien Parung – Bogor.

3. Angket/Kuisioner
Sugiono (2013 : 142) berpendapat angket atau kuisioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakuakn dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Sedangkan Sukmadinata (2009 : 219) angket atau kuisioner (questionnaire)
merupakan teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti
tidak langsung melakukan tanya – jawab dengan responden). Instrumen atau
alat pengumpulan datanya juga disebut angket yang berisi sejumlah
pertanyaan atau pernyataan yang harus dijawab atau direspon oleh responden.
Sama dengan pedoman wawancara, bentuk pertanyaan bisa bermacam-
macam, yaitu pertanyaaan terbuka, pertanyaan berstruktur dan pertanyaan
tertutup.
Pada angket pertanyaan terbuka, angket berisi pertanyaan atau
pernyataan pokok yang biasa dijawab atau direspon oleh responden secara
bebas. Tidak ada anak pertanyaan ataupun rincian yang memberikan arah
dalam pemberian jawaban atau respon. Responden mempunyai kebebasan
untuk memberikan jawaban atau respon sesaui dengan persepsinya. Pada
angket pertanyaan berstrukur, pertanyaan atau pernyataan sudah disusun
secara rapih dan terstruktur disamping ada pertanyaan pokok atau pertanyaan
utama, juga ada anak pertanyaan atau subpernyataan. Sedangkan dalam angket
pertanyaan tertutup, pertanyaan atau pernyataan telah memiliki alternatif
jawaban (option) yang tinggal diplih oleh responden. Responden tidak bisa
memberikan jawaban atau respon lain kecuali yang telah tersedia sebagai
alternatif jawaban. Sedangkan kuesioner yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan pertanyaan terbuka, responden bebas menjawab sesuai dengan
kemampuan dan kemauannya.

4. Studi Dokumentasi
Sukmadinata (2009 : 220) studi dokumentasi merupakan suatu teknik
pengumpulan dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen,
baik dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik. Sedangkan menurut
Sugiono dalam Winarto (2015 : 85) metode dokumentasi adalah metode yang
digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, agenda atau lain sebagainya. Pada
60

sebuah penelitian, teknik dokumentasi digunakan sebagai sumber data


pendukung penelitian. Di samping itu data dokumentasi diperlukan untuk
melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi. Peneliti dalam
hal ini menggunakan teknik dokumentasi untuk memperoleh data berupa
arsip-arsip, catatan-catatan, buku-buku yang berkaitan dengan kepemimpinan
karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri. Dokumen yang
dimaksud bisa berupa foto-foto, transkrip wawancara, dokumen pesantren
berupa; sejarah, peraturan, kebijakan, struktur dan profil Pondok Pesantren
Darul Muttaqien serta perkembangannya. Kesemua dokumentasi tersebut
akan dikumpulkan untuk di analisis demi kelengkapan data penelitian.
Berarti bahwasannya, dokumen merupakan materi yang tertulis atau
tercetak dalam bentuk buku, gambar/foto, koran, buku catatan dan sebagainya.
Dalam hal ini peneliti mengambil foto, buku dan catatan yang berkaitan
dengan kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien Parung-Bogor.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data,
menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain, (Bogdan dalam
Sugiono, 2016 : 401).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikemukakan bahwa, analisis data
adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh
dari hasil observasi lapangan, wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data dalam kategori, menjabarkan ke dalam
unit-unit, melakukan pemahaman secara mendalam, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting, mengembangkan dan memberikan kesimpulan.
Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi
hipotesis. Hipotesis yang dirumuskan berdsarkan data tersebut, selanjutnya
dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga selanjutnya dapat
disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data
yang terkumpul. Bila berdasrkan data yang dikumpulkan secara berulang-
61

ulang dengan teknik trigulasi, ternyat hipotesis diterima, maka hipotesis


tersebut berkembang menjadi teori.
Menurut Miles dan Huberman (1992 : 22) dalam Winarto (2015 : 88)
bahwa analisis data penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui tiga alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: l) reduksi data (data reduction),
2) penyajian data (data display) dan 3) penarikan kesimpulan/ verifikasi
(conclusion drawing/veriffication). Model kerja analisis tersebut dapat dilihat
pada dua gambar di bawah ini.

Pengumpulan Data Penyajian Data

Reduksi Data

Kesimpulan :
Penggambaran/
Verivikasi

Gambar : 3.1 Komponen dalam analisis data (model interaktif)


Miles dan Huberman dalam Winarto (2015 : 90)

a. Reduksi data
Reduksi data merupakan upaya peneliti untuk memilih,
memfokuskan, dan mentransformasikan data yang berserakan dari
catatan lapangan. Peneliti secara terus menerus melakukan reduksi
data selama penelitian berlangsung; pada saat di lapangan untuk
mengurutkan dan mensistematikan data.
Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang
menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga diperoleh
kesimpulan akhir. Reduksi data berlangsung terus menerus selama
penelitian berlangsung bahkan sebelum data benar-benar terkumpul
sudah mengantisipasi akan adanya reduksi data sudah tampak sewaktu
memutuskan kerangka konseptual, wilayah penelitian, permasalahan
penelitian, dan penentuan metode pengumpulan data. Selama
pengumpulan data berlangsung sudah terjadi tahapan reduksi,
62

selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema,


membuat gugus-gugus, menulis memo). Proses ini berlanjut sampai
pasca pengumpulan data di lapangan, bahkan pada akhir pembuatan
laporan sehingga tersusun lengkap.
b. Penyajian data
Sebagaimana ditegaskan oleh Miles dan Huberman dalam
Winarto (2015 : 89) bahwa penyajian data dimaksudkan untuk
menemukan pola-pola yang bermakna serta memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan
tindakan. Penyajian data dalam penelitian ini juga dimaksudkan untuk
menemukan suatu makna dari data-data yang telah diperoleh,
kemudian disusun secara sistematis, dari bentuk informasi yang
kompleks menjadi sederhana namun selektif.
Penyajian data pada masing-masing fokus penelitian yang
mengarah pada pengambilan kesimpulan sementara, yang kemudian
menjadi temuan penelitian. Misalnya, penyajian data pada fokus peran
kepemimpinan karismatik Kyai dalam pembentukan karakter santri.
Disini peneliti membuat teks naratif yang mempunyai satu kesatuan
berdasarkan data yang ditemukan serta terseleksi di lapangan.
Di samping penyajian data melalui teks naratif, juga akan
digunakan matriks atau bagan-bagan yang akan mempermudah
peneliti untuk membangun hubungan atara teks yang ada. Drngan
menggunakan hal ini, maka peneliti akan dimudahkan dalam
merancang dan menggambungkan informasi yang tersusun dalam
bentuk yang mudah dipahami. Sehingga peneliti dapat melakukan
penyederhanaan data untuk memudahkan penarikan kesimpulan dari
data yang ditemukan.
c. Penarikan kesimpulan/Verifikasi
Kegiatan analisis pada tahap ketiga adalah menarik kesimpulan
dan verifikasi. Sejak pengumpulan data peneliti berusaha mencari
makna atau arti dari simbol-simbol, mencatat, keteraturan pola,
penjelasan-penjelasan, dan alur sebab akibat yang terjadi. Dari
kegiatan ini dibuat simpulan-simpulan yang sifatnya masih terbuka,
umum, kemudian menuju ke yang spesifik/rinci. Kesimpulan final
diharapkan dapat diperoleh setelah pengumpulan data selesai.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data sangat perlu dilakukan agar data yang
dihasilkan dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Pengecekan keabsahan data merupakan suatu langkah untuk mengurangi
kesalahan dalam proses perolehan data penelitian yang tentunya akan
berimbas terhadap hasil akhir dari suatu penelitian. Dalam proses pengecekan
63

keabsahan Sugiono (2016 :435) memberikan teknik yaitu perpanjangan


pengamatan, penigkatan ketekunan, triangulasi, diskusi dengan teman,
analisis kasus negatif, dan member chaeck. Namun dalam pengecekan
keabsahan data yang peneliti lakukan dalam penelitian ini hanya
menggunakan lima pengecekan keabsahan antara lain peningkatan ketekunan,
triangulasi, diskusi dengan teman member check dan kecukupan referensi.

Observasi

Triangulasi

Pengecekan Pengecekan
Keabsahan Data Anggota/ Member
Check

Dikusi Teman
Sejawat

Tersedianya
Referensi

Gambar : 3.2
pengecekan keabsahan data

a. Meningkatakan ketekunan
Sugiono (2016 : 438) Meningkatkan ketekunan berarti
melakukan pengamatan secara cermat dan berkesinambungan. Dengan
cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan seperti
halnya mengecek daftar pertanyaan wawancara, atau catatan hasil
64

observasi yang telah dilakukan, ada yang salah atau tidak. Dengan
melakukan ketekunan tersebut, maka peneliti dapat melakukan
pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau
tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan, maka peneliti
dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang
apa yang diamati.
Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai refensi buku maupun hasil penelitian
atau dokumentasi-dokumntasi yang berkaitan dengan temuan yang
diteliti. Dengan membaca ini wawasan peneliti akan semkain luas dan
tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar/dopercaya atau tidak.
b. Triangulasi
Sugiono (2016 : 441) Triangulasi dalam pengecekan kebsahan
data ini diartikan sebagai pengecekan data berbagai sumber dengan
berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat
triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu.
a) Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk pengecekan keabsahan data
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh
melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji
keabsahan data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka
pengumpulan dan pengecekan data yang telah diperoleh
dilakukan kepada bawahan yang dipimpin, ke atasan yang
menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok
kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-
ratakan seperti dalam penelitian kuantitatiif, tetapi
dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama,
yang berbeda, dan mana spesifikasi dari ketiga sumber data
tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.
Atasan Teman

Bawahan
Gambar : 3.3
Triangulasi Sumber Data
65

b) Triangulasi teknik
Triangulasi teknik untuk pengecekan keabsahan data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yag berbeda. Misalnya, data yang
diperoleh dengan wawancara, kemudian dicek dengan
observasi lapangan, dokumntasi, atau kuisioner. Bila dengan
tiga teknik pengecekan kebsahan data tersebut menghasilkan
data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih
lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain,
untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau
mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbdea-
beda.
Wawancara Obsrvasi

Kuisioner/ dokumentasi
Gambar : 3.4
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

c) Triangulasi waktu
Waktu juga sering mempengaruhi keabsahan data. Data
yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada
saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih
absah/kredibel. Untuk itu dalam rangka pengecekan keabsahan
data dilakukan dengan cara melakukan pengeceakan dengan
wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
sistuasi yamg berbeda. Bila hasil pengecekan menghasilkan
data yang bereda, maka dilakukan secara berulang-ulang
sehngga sampai ditemukan kepastian datanya.
Siang Sore

Pagi
Gambar : 3.5
Triangulasi Waktu
66

c. Pengecekan Anggota (Member Check)


Pengecekan Anggota (Member Check) adalah proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan
pengecekan anggota adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang
diperoleh seuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila
data yang ditemukan disepakati oleh oara pemberi data berarti data
tersebut valid. Sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila
data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsiran tidak
disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi
dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti
harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang
diberikan oleh pemberi data. Jadi tujuan pengecekan anggota adalah
agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan
laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber pembei data atau
inormasi.
Pelaksanaan Pengecekan Anggota (Member Check) dapat
dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah
mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. caranya dapat dilakukan
secara individual, dengan cara peenliti datag ke pemberi data, atau
melalui forum diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompo tersebut,
mungkin ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi, atau ditolak
oleh pemberi data. Setelah data disepakati bersama, maka para
pemberi data diminta untuk menandatangani, agar lebih otentik. Selain
itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan Pengecekan
Anggota (Member Check), Sugiono (2016 : 443).

d. Diskusi Teman Sejawat


Diskusi teman sejawat yaitu dengan cara mengekspos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
analitik dengan teman-teman sejawat yang memiliki kemampuan,
keahlian bidang kependidikan, yang bekaitan dengan kepemimpinan
karismastik Kyai dalam pembentukan karakter santri.
Diskusi teman sejawat ini dilakukan dengan cara membahas
data dan temuan-temuan penelitian selama peneliti di lapangan,
peneliti akan mendiskusikan kembali tentang data yang diperoleh, baik
dengan teman maupun dosen pembimbing. Melalui diskusi teman
sejawat ini, yang diharapkan banyak memberikan kontribusi dalam
penelitian ini.
e. Tersedianya Referensi
Menurut Sugiono (2016 : 442) yang dimaksud dengan
tersedianya referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan
data yang telah ditemukan oleh peneliti. Sedangkan Iskandar (2009 :
67

161) juga mengemukakan bahwa ketersediaan dan kecukupan


referensi dapat mendukung kepercayaan data penelitian, seperti
penyediaan foto, handy cam, tape recorder, referensi-referensi ini
dapat digunakan sewaktu mengadakan pengematan berpranserta
dalam setting sosial penelitian, peneliti dapat merekam kegiatan
dengan handy cam, foto, dan wawancara peneliti dengan responden
serta peneliti dapat menggunakan tape ecorder, camera HP untuk
merekam wawancara.
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil dan Sejarah Pondok Pesantren Darul Muttaqien


1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren
Pesantren adalah salah satu entitas sosio-pendidikan dan dakwah yang
berdiri untuk berhidmat (melayani) kepada umat dan bangsa. Pesantren tidak
akan bisa dilepaskan dari umat dan bangsa. Kini umat Islam dalam kondisi
terjajah dalam semua bidang kehidupan. Dalam bidang politik, kini umat
Islam tak lagi mampu menjadi pemimpin dunia bersamaan dengan runtuhnya
supermasi konstitusi Islam. Dari sinilah umat Islam mulai tercerai berai
menjadi berbagai ikatan kebangsaan (nasionalisme), kesukuan dan bahkan
kepartaian yang sempit. Tidak jarang umat Islam mudah sekali diadu domba
dikarenakan tak ada lagi pemimpin umat yang dipatuhi. Ketika umat Islam
dibelahan dunia dizalimi dan dibantai bahkan kita tak bisa berbuat apa – apa.
Inilah fakta bahwa kondisi umat jika tak ada kepemimpinan.
Dalam bidang ekonomi, umat Islam hanyalah menjadi negeri miskin
penghutang dan pengemis negara maju, padahal negeri – negeri Islam
memiliki kekayaan alam yang luar biasa. Kekayaan alam telah dikeruk oleh
negara – negara maju dengan sistem kapitalistiknya. Padahal dalam Al –
Qur’an kita dilarang untuk meminta bantuan kepada kaum zalim penjajah itu.
“Dan janganlah kaumu cenderung (minta bantuan) kepada orang – orang
zalim yang menyebabkan kamu disentuh api jahanam. Dan sekali – kali kamu
tiada mempunyai seorang penolong selain Allah SWT, sehingga kamu tidak
akan diberi pertolongan / kemenangan (atas musuh – musuh kalian). (QS.
Huud: 113). Dari semua kondisi ini, sebagai kaum beriman tidak boleh
mengeluh apalagi putus asa. Mesti ada yang kita lakukan untuk memberi
kontribusi perbaikan umat Islam ini, meskipun hanya sedikit. Namun harus
diakui bahwa perjuangan tidak mungkin dilakukan sendiri mesti ada jamaah
yang bekerja sebagai tim. Umat mesti mulai berbagai peran sesuai
kapasitasnya menuju satu tujuan mulai yakni mengembalikan supremasi
peradaban Islam yang terbukti telah memberikan pencerahan bagi hidup dan
kehidupan umat manusia.
Berangkat dari kondisi dan latar belakang yang ada tersebut, Pondok
Pesantren Darul Muttaqien siap untuk memulainya terlebih dahulu dalam
menggapai tujuan mulia tersebut. Maju mundurnya umat islam di masa
mendatang sangat bergantung pada kualitas pendidikan hari ini. Pendidikan
tidak hanya mendidik para peserta didiknya untuk menjadi manusia yang
cerdas, tetapi juga membangun kepribadiannya agar berakhlak mulia. Pondok

68
69

Pesantren Darul Muttaqien merupakan salah satu pesantren yang


menyelenggarakan proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan Undang-
Undang untuk ikut berpartisipasi dalam proses mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan salah satu program utamanya yaitu meningkatkan kulitas
sumber daya manusia. Hal ini senada dengan definisi pendidikan menurut
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 20013 mendefinisikan pendidikan
sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaaman, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan masyarakat, bangsa, dan negara. Adapun visi yang dicanangkan
oleh Pondok Pesantren Darul Muttaqien yaitu “Dalam rangka menyiapkan
generasi muslim yang berkualitas Pondok Pesantren Darul Muttaqien
menerapkan Pendidikan Islam Terpadu dengan pendekatan “learning
process” serta berkomunikasi berbahasa Arab dan Inggris melalui manajemen
terpadu dan peningkatan hubungan kemitraan.” Dilanjutkan dengan bebeerapa
misinya yaitu menerapkan manajemen terpadu, menerapkan pendidikan islam
terpadu, menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris dalam berkomunikasi,
mengembangkan dan meningkatkan jaringan kerjasama, meningkatkan
hubungan kekeluargaan, menerapkan “learning process” yang mendorong
kreatifitas dan kemandirian, serta mengembangkan potensi – potensi yang
dapat digunakan sebagai sumber dana. Motto yang diusung oleh Pondok
Pesantren Darul Muttaqien yaitu satu dalam aqidah, berjamaah dalam
beribadah, dan toleransi khilafiyah.
Pondok Pesantren Darul Muttaqien dibina dan dibentuk oleh seorang kiyai
sebagai pimpinan tertinggi pondok pesantren dan manajemen organisasi di
dalamnya. Struktur organisasi Pondok Pesantren Darul Muttaqien adalah
sebagai berikut.

2. Sejarah Pondok Pesantren darul Muttaqien


Pondok pesantren Darul Muttaqien terletak di wilayah Jabon Mekar
Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai
lembaga pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya 18 Juli 1988. Sejarah
berdirinya Darul Muttaqien erat dengan pemberian tanah wakaf seluas 1,8 Ha
oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (Alm.), seorang mantan wartawan senior
kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh Iskandar (alm.) ketua BKSPPI
(Badan kerjasama pondok pesantren se Indonesia) pada tahun 1987. Dan
sampai sekarang luas lahan pesantren Darul Muttaqien kurang lebih 32 Ha.
Niat pemberian tanah wakaf sebagaimana pernah disampaikan H. Mohamad
Nahar agar didirikan lembaga pendidikan islam (pondok pesantren) yang
standar, baik dari segi kualitas pendidikannya, pelayanan maupun manajemen
70

pengelolaannya. Niat ini muncul sebagai rasa keprihatinan dan keterpanggilan


melihat kenyataan lulusan pesantren belum memiliki kualitas yang standar,
masih jauh dari harapan.
Banyak tokoh dan para ulama yang terlibat baik secara langsung
maupun tidak langsung menjadi founding father lahirnya Darul Muttaqien,
diantaranya adalah KH. Sholeh Iskandar (Ketua BKSPPI), KH Rosyad Nurdin
(MUI Jawa Barat), KH. TB Hasan Basri (BKSPPI Bogor) dan KH. Abdul
Manaf Mukhayyar (Pesantren Darunnajah Jakarta), KH Mahrus Amin
(Pesantren Darunnajah Jakarta) sebab dari tokoh di atas yang pada akhirnya
tahun 1988 berdirilah pondok pesantren Darul Muttaqien dengan KH. Mad
Rodja Surakarta diberi amanah untuk menjadi pemimpin.
Dari rangkaian sejarah berdirinya, maka awalnya Darul Muttaqien
berafiliasi pada pondok pesantren Darunnajah Jakarta. Namun berdasarkan
pertimbangan dan kepentingan yang lebih luas, terkait dengan kemandirian
dan efektifitas organisasi, maka didirikanlah Yayasan Darul Muttaqien pada
tanggal 29 Januari 1992, dengan H. Mohamad Nahar sebagai ketua.
Terkait dengan pengunduran diri H. Mohamad Nahar, maka
berdasarkan rapat anggota yayasan M. Lutfi Nahar, SE resmi menjadi ketua
yayasan yang baru menggantikan ketua lama terhitung sejak tanggal 27
Oktober 2002 sampai sekarang. Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok
Pesantren Darul Muttaqien telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan
baik segi kualitas maupun kuntitas. Hingga saat ini kegiatan pendidikan yang
dikembangkan Pesantren Darul Muttaqien meliputi: TK Islam, SD Islam
Terpadu, SMPIT, TPQ, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah, SMPIT
dan Diniyah Alawiyah. Semoga harapan wakif menjadi kenyataan, bahwa
Darul Muttaqien menjadi lembaga pesantren yang berkhidmat kepada umat
dengan mendidik generasi bangsa.
Pesantren Darul Muttaqien sebagaimana telah tertuang dalam
AD/ART Yayasan Darul Muttaqien, menjadi cara kegiatan penyelenggaraan
pelayanan sosial kemasyarakatan dengan bentuk pengelolaan lembaga
pendidikan. Sistem pesantren sebagaimana lazim diketahui adalah sistem
pendidikan 24 jam. Artinya para siswa (santri) diasramakan sehingga seluruh
kegiatan santri selama 24 jam adalah aktivitas terprogram dan terpadu dalam
pengawasan dan bimbingan para guru pengasuh, baik aktivitas formal
akademik di sekolah maupun aktifivitas non akademis di asrama.
Keseluruhan kegiatan diarahkan untuk menunjang visi pendidikan
Darul Muttaqien baik melalui kegiatan harian, mingguan, bulanan maupun
tahunan. Spirit dasar yang dijadikan ruh untuk melaksanakan tugas-tugas
kependidikan di pesantren adalah nilai-nilai ajaran Islam secara umum.
71

Adapun secara khusus tertuang dalam formulasi panca jiwa pondok:


keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwah islamiyah dan kebebasan.
Karenanya untuk mencapai tujuan pendidikan yang tertuang dalam visi
misi, maka Darul Muttaqien bersikap independen: berdiri di atas dan untuk
semua golongan dengan motto bersatu dalam aqidah, toleransi dalam
khilafiyah dan berjama’ah dalam ibadah.
Dari sistem pengelolaan siswa 24 jam inilah diharapkan Darul
Muttaqien mampu menciptakan generasi-generasi unggul baik intelektualitas,
keterampilan, maupun spiritualitasnya. Dengan kata lain Pesantren Darul
Muttaqien berkeinginan mencetak siswa yang bertaqwa, berakhlaq,
berpengetahuan luas, beriman, terampil dan berkhidmat kepada masyarakat.
Sehingga ketika harus hidup di masyarakat, mereka mampu mendedikasikan
diri untuk kebaikan masyarakat dan agamanya dengan bekal ilmu yang telah
didapatkan selama belajar.
Untuk mencapai visi pendidikan Darul Muttaqien, setiap jenjang
pendidikan telah merumuskan visi dan misinya secara spesifik dan terukur

3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Darul Muttaqien


Dalam aktfitasnya Pondok Pesantren Draul Muttaqien mempunyai
Visi Misi sebagai tujuan dan implementasi pengelolaan pendidikannya.
Adapun Visi dan Misi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Visi:
Dalam rangka menyiapkan generasi muslim yang berkualitas, pondok
pesantren Darul Muttaqien menerapkan Pendidikan Islam terpadu dengan
pendekatan “learning process” serta berkomunikasi berbahasa Arab dan
Inggris melalui manajemen terpadu dan peningkatan hubungan kemitraan”

b. Misi:
Adapun untuk merealisasikan Visi di atas, Pondok Pesantren Darul
Mutaqien menerjemahkannya melalui misi berikut :
1) Menerapkan manajemen terpadu
2) Menerapkan pendidikan Islam terpadu
3) Menggunakan bahasa Arab dan Inggris dalam komunikasi
4) Mengembangkan dan meningkatkan jaringan kerjasama
5) Meningkatkan hubungan kekeluargaan
72

6) Menerapkan “learning process” yang mendorong kreatifitas dan


kemandirian
7) Mengembangkan potensi-potensi yang dapat digunakan sebagai
sumber dana

c. Strategi:
Untuk memudahkan langkah dalam mencapai Visi dan Misi Pondok
Pesantren. Pondok Pesantren Darul Muttaqien juga mempunyai strategi –
staregi yaitu sebagai berikut :
a) Mensosialisasikan perbaikan yang sudah ditetapkan
b) Membentuk tim yang akan menciptakan opini perubahan
c) Merancang program-program perubahan secara sistemik, sistematik
dan terus-menerus
d) Meningkatkan penghargaan (reward) melalui penerapan merit system
e) Mewajibkan secara bertahap penggunaan bahasa Arab dan Inggris
f) Menginformasikan keunggulan kompetitif yang dimiliki
g) Melakukan pendekatan formal dan informal dalam membangun
kerjasama dan hubungan kemitraan
h) Melakukan efisiensi kerja
i) Meningkatkan pelayanan kepada para pengguna
j) Mewajibkan setiap individu membuat kontrak perubahan
k) Merancang perubahan-perubahan bersama.

4. Struktur, Fungsi, Tugas dan Wewenang


Untuk memudahkan berjalannya aktifitas dan pengelolaan, Pondok
Pesantren Darul Muttaqien mempunyai struktur, fungsi, tugas dan wewenang
yaitu sebagai berikut:

a. Struktur Pesantren
Pimpinan Pesantren : Drs. KH. Mad Rodja Sukarta
Sekretaris Pesantren : Dr. Ahmad Sastra, MM.
Bendahara Pesantren : Iyus Yusriyanti, SE, MM.
Kepala Divisi PP SDM : Budi Santoso, S.Pd.I., MM.
Kepala Divisi Pengawas Pendidikan : Turkamun, S.Ag.
Kepala Divisi HKM : Drs. Moh. Asngari
Kepala TPA : Rif’ah
Kepala RA : Elis Megansih, SPd
Kepala Diniyah : Euis Mulyanah, S.Pd.I
Kepala SDIT : Abdullah, S.Pd.I
73

Kepala SMPIT : Achyar Subakhtiar, S.Sos.I


Kepala MTs : Abdullah, S.Pd.I
Kepala MA : Hendrizal Rasyid, SS
Kepala Pengasuhan Putra : Salim RD, S.Sos.I
Kepala Pengasuhan Putri : Iwan Bagja N, S.Sos.I
Kepala Pusat Sumber Belajar : Sriyono, S.Kom
Kepala Lembaga Tartil Al – Qur’an : Ade Dewi Saprihatini, S.Pd.I
Kepala Audit Internal : Martini, S.Ag
Kepala RTP : Duklan Wastim, S.Pd.I
Kepala Dapur : Muslihati Manaf
Kepala Mini Market (MM) : Taufiq Bariz Pulungan
Kepala Poliklinik : dr. Roihan Batam
Kepala Koperasi : Aos Abdul Gaos, M.Ud, MA
IPDM : Agus Adnan
HADAM : Irfan AK

Pimpinan Pesantren

Bendahara Pesantren Sekretaris Pesantren

Divisi Penelitian dan Divisi Humas,


Divisi Pengawas
Pengembangan SDM Kerjasama dan
Pendidikan
Marketing

Kepala Sekolah Kepala Bagian

Gambar 4.1
Bagan Struktur Pesantren
74

Struktur Pimpinan Pesantren

Pimpinan Pesantren

Bedahara Sekretaris Auditor Internal


Pesantren Pesantren

Staf

Gambar 4.2
Bagan Struktur Pimpinan Pesantren

b. Fungsi, Wewenang dan Tugas Pokok


Agar pondok pesantren dapat berjalan lancar dan untuk engantisipasi
beban tugas yang tidak merata, maka Pondok Pesantren darul Muttaqien
membagi struktur di atas dengan fungsi, wewenang dan tugasnya masing-
masing. Adapun fungsi, wewenang dan tugasnya yaitu sebagai berikut :
Nama Jabatan : Pimpinan Pesantren
Unit Kerja : Yayasan Darul Muttaqien
Fungsi:
1) Pembina dan mitra kerja sekretaris Pesantren
2) Pembina dan mitra kerja bendahara Pesantren
3) Pembina dan mitra divisi penelitian dan pengembangan SDM
4) Pembina dan mitra divisi pengawas pendidikan
5) Pembina dan mitra divisi humas, kerjasama dan marketing
6) Pembina organisasi dan kelembagaan pesantren
7) Pembina dan pengasuh warga pesantren
8) Pembina masyarakat lingkar pesantren
9) Penjaga visi misi pesantren
10) Penjaga perjuangan nilai – nilai Islam
11) Penjaga tradisi ilmu dan ibadah warga pesantren
12) Penanggung jawab jalannya organisasi pesantren
13) Perencana pengembangan arah dan kebijakan pesantren
75

14) Pengawas terhadap jalannya kepemimpinan organisasi pesantren


15) Penjaga stabilitas keutuhan pesantren.

Wewenang:
1) Mengangkat dan atau memberhentikan pengurus struktural pesantren
sesuai dengan aturan yang berlaku
2) Mengangkat dan atau memberhentikan tenaga pendidik, tenaga
kependidikan dan tenaga supporting unit pesantren
3) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian guru dan pengurus
struktural kepada yayasan
4) Menunjuk pengurus sementara untuk mengisi kekosongan personil
pada satuan organisasi sampai ada pengurus struktural definitif
5) Mengevaluasi jalannya organisasi
6) Merumuskan visi misi dan program pesantren
7) Menyusun, menetapkan dan menyetujui pedoman kerja pesantren
8) Menyusun dan menetapkan rencana pengembangan lembaga

Tugas Pokok:
1) Membantu yayasan Darul Muttaqien dalam pengembangan pesantren
2) Menanamkan aqidah shohihah, akhlak karimah, dan ibadah kepada
warga pesantren sesuai dengan syariat Islam
3) Menjaga dinamika organisasi pesantren dengan baik
4) Meningkatkan kesejahteraan warga pesantren
5) Menjalin kerja sama dengan berbagai pihak dengan baik
6) Mengembangkan SDM Pesantren
7) Melaporkan kegiatan – kegiatan pesantren secara periodik kepada
yayasan
8) Mengadakan musyawarah kerja

Nama Jabatan : Kepala Divisi PPSDM


Unit Kerja : Pimpinan Pesantren
Fungsi:
1) Pembina dan mitra kerja SDM Pendidikan
2) Pembina dan mitra kerja SDM kependidikan
3) Pembina dan mitra kerja SDM supporting unit
4) Perencanaan kebutuhan SDM
5) Rekrutmen, seleksi, dan penempatan
6) Penilaian kinerja SDM
7) Pemberdayaan dan pengembangan SDM
76

8) Mutasi dan promosi


9) Riset SDM
10) Data base SDM
11) Konsultan SDM dan Problem Solving
12) Penjaga visi misi pesantren
13) Penjaga nilai – nilai perjuangan Islam
14) Penjaga tradisi ilmu dan ibadah warga pesantren

Kewenangan:
1) Merumuskan visi misi dan program divisi PP SDM
2) Merumuskan perencanaan kebutuhan SDM
3) Melaksanakan rekrutmen, seleksi dan penempatan
4) Merumuskan instrumen dan melaksanakan penilaian kinerja SDM
5) Merumuskan dan melaksanakan program pemberdayaan dan
pengembangan SDM
6) Merekomendasikan mutasi dan promosi
7) Menyelenggarakan riset SDM
8) Menyusun data base SDM
9) Menyusun pedoman diklat SDM
10) Menyusun pedoman standar SDM
11) Penjamin mutu standar SDM
12) Melakukan kegiatan konsultasi dan problem solving

Tugas Pokok:
1) Menyusun renstra manajemen SDM pesantren sebagai acuan lini
2) Meningkatkan kualitas dan produktivitas SDM
3) Menganalisa tenaga pendidik dan kependidikan
4) Membuat dan menerapkan sistem kerja yang mendorong kepuasan
pelanggan
5) Melakukan analisa kebutuhan SDM tenaga pendidik dan kependidikan
6) Rekapitulasi kebutuhan pelatihan tiap lini
7) Melaksanakan survey dan penelitian terhadap stakeholder
8) Merencanakan tim – tim kerja sesuai kebutuhan lembaga
9) Merancang jenjang karir SDM
77

5. Prinsip Dan Moto Pondok Pesantren Darul Muttaqien


Pesantren Darul Muttaqien mempunyai Prinip dan Moto Pondok Pesantren
yaitu sebgai berikut :
a. Prinsip dasar darul muttaqien:
Moto pesantren: bersatu dalam aqidah, berjamaah dalam ibadah,
toleransi dalam khilafiyah.
Ikrar pendidik darul muttaqien:
1) Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
2) Mengabdi dan memperjuangkan agama Allah dengan iman, ilmu
dan amal
3) Bersikap mulia dan menjadi teladan bagi sesame
4) Menjunjung tinggi dan melaksanakan pancajiwa pondok
5) Kembangkan diri menjadi umat terbaik
b. Motto darul muttaqien:
1) Pesantren berdiri di atas dan untuk semua golongan
2) Hidup sekali hiduplah yang berarti
3) Siap memimpin siap dipimpin
4) Kebersihan adalah bagian dari keimanan
5) Bersih itu buang sampah pada tempatnya
6) Tidak penting apakah pesantren butuh pemerintah atau
pemerintah butuh pesantren, yang pasti kita butuh ridho Allah
dan pertolongan Allah
7) Siapa bersungguh-sungguh maka sukseslah dia
8) Sebesar kesadaran, sebesar itu pula kesuksesan akan diraih
9) Tuntutlah ilmu walau ke negeri cina. Menuntut ilmu itu wajib
bagi setiap muslim, dari buaian hingga liang lahat.
10) Siapa bersabar, maka dia beruntung
11) Bukan hanya harta dan tenaga, bahkan nyawa sekalipun kita jual
kepada Allah demi kejayaan Islam
12) Dari rahim pesantren akan lahir pejuang-pejuang agama Allah
13) Kita harus jadi bangsa merdeka, bukan bangsa kuli
14) Kita boleh mati, tapi pesantren harus tetap tegak hingga hari
kiamat
15) Yakinlah, jika kita menolong agama Allah, maka Allah pasti
akan menolong kita
16) Saatnya kita memberi. Memberi dan memberi. Jangan bermental
pengemis
17) Jangan katakan tidak bisa, tapi katakan belum bisa, lantas
berusahalah, pasti bisa.
18) Apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan adalah pendidikan
19) Pesantren adalah kawah candradimuka bagi lahirnya kader-
kader Islam
78

20) Pesantren adalah mendan perjuagan, bukan tempat mangais


kehidupan
21) Berjasalah dan jangan minta jasa. Jadilah manusia terhormat,
tapi bukan gila hormat.
22) Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, dan jika
takut hidup maka mati saja.
23) Patah tumbuh hilang berganti, mati satu tumbuh seribu.

6. Panca Jiwa Pondok Pesantren darul Muttaqien


Panca Jiwa Pondok Pesantren adalah lima nilai yang mendasari
kehidupan di pondok Pesantren Darul Muttaqien. Adapun panca jiwa tersebut
yaitu sebagai berikut :
Tabel : 4.1 Panca Jiwa
Pondok Pesantrel Muttaqien

No. Pancajiwa Definisi Indikator


pondok

1 Keikhlasan Bentuk terarah dengan a. Kapasitas besar


menggunakan kesucian b. Kejernihan
hatinya sebagai pandangan
manifestasi kemuliaan c. Keberuntungan
dirinya demi besar
mengharapkan ridho d. Banyak
Allah semata secara memberi
lahiriyah maupun manfaat
batiniyah dengan akal dan
ilmu yang melindungi
jiwa dan hati serta terus-
menerus mengawasi
tujuan lillah ini

2 Kesederhanaan Sederhana bukanlah a. Menggunakan


kemiskinan tapi kaya. fasilitas sesuai
Sederhana kebodohan dengan
tapi cerdas. Sederhana kebutuhan dan
bukanlah kemalasan secukupnya dan
melainkan kesungguhan. tidak bermegah-
Sederhan bukanlah megahan untuk
kehinaan diri melainkan pamer
kemuliaan diri. Sebab b. Rendah hati dan
tidak sombong
79

yang sederhana adalah c. Suka menolong


sikapnya. dan tidak pelit
d. Berhemat dan
tidak boros
3 Kemandirian Kemandirian adalah a. Tidak meminta
persoalan mental. Pribadi pertolongan
yang mandiri berarti kepada orang
pribadi yang punya tekad kafir
untuk selalu berusaha b. Tidak
semaksimal mungkin, menjadikan
tidak mudah putus asa, orang kafir
tidak bermental sebagai
pengemis, dan selalu pemimpin
ingin membantu orang c. Mampu
lain. Islam mengajarkan membantu
umatnya untuk mandiri dirinya sendiri
dan bekerja d. Tidak putus asa
dalam berusaha
e. Bersemangat
membantu orang
lain
f. Mampu
mengatur
aktivitas dirinya
sendiri
4 Ukhuwah Cara pandang a. Bersatu dan
Islamiyah berdasarkan keimanan tidak tercerai
terhadap sesame muslim berai
sebagai saudara sehingga b. Saling
melahirkan sikap saling menolong dan
menyayangi, saling tidak saling
menghargai, saling menjatuhkan
membantu dan saling c. Saling
merasakan suka dan menasehati dan
dukanya. Sebab sesame tidak saling
muslim seperti satu tubuh mendiamkan
yang saling menopang d. Saling
dan saling menguatkan menyayangi dan
tidak saling
membenci
80

e. Saling
merasakan dan
tidak egois
5 Kebebasan Keleluasaan untuk a. Berkarya untuk
berkreasi dan mengambil kebaikan
peran perjuangan sesuai b. Berilmu manfaat
dengan kapasitas dirinya, c. Bermental
tanpa ada tekanan dan berani
paksaan dari siapapun d. Mampu
selama dalam koridor membedakan
yang diperbolehkan oleh yang baik dan
islam. yang buruk
e. Menyakini
qadha dan
qadhar
f. Senantiasa
berfikir kritis.

7. Tujuan Pendidikan dan Kurikulum Terpadu Pesantren Darul


Muttaqien
Selaras dengan perannya sebagai salah satu wadah proses
pembudayaan, maka tujuan pendidikan Pesantren Darul Muttaqien dirancang
sebagai sebuah sarana yang ikut berperan serta membantu masyarakat
memberikan layanan pendidikan agar putra-putri mereka memiliki
kemampuan belajar, kemampuan hidup, dan kemampuan berkomunikasi baik
sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat, negara dan dunia.
Tujuan tersebut kiranya dapat dijelaskan sebagi berikut :
1) Memiliki kemampuan hidup (skill how to live) adalah bahwa anak-
anak dipersiapkan, dibimbing dan dilatih untuk memiliki jiwa
kemandirian-kemauan menolong diri dan orang lain, memiliki jiwa
keikhlasan, kesabaran dan kesungguhan serta bekerja keras.
2) Memiliki kemampuan belajar (skill how to learn) adalah anak didik
memiliki pengetahuan bahwa belajar sebagai sebuah proses
melakukan perbaikan diri secara terus menerus, belajar adalah
sepanjang hidup (long live education) dan pengetahuan cara belajar
yang benar.
3) Memiliki kemampuan berkomunikasi (skill how to communicate)
adalah anak didik memiliki ketrampilan interpersonal, mampu
menyampaikan pikiran-pikirannya dengan baik dengan menjunjung
81

tinggi semangat toleransi dan menghormati pendapat/pikiran orang


lain.
Tujuan pendidikan tersebut kemudian disarikan menjadi profil pribadi:
"Berkepribadian Mandiri, Kreatif dan Berwawasan".
Adapum kurikulum terpadu Pesantren Darul Muttaqien adalah
kurikulum yang secara sadar dirancang untuk mencapai tujuan pendidikan
yang dicanangkan Pesantren Darul Muttaqien yang meliputi di dalamnya
penyiapan dan perencanaan dari SDM, manajemen, pendekatan pembelajaran,
muatan atau bahan ajar hingga kegiatan-kegiatan di luar madrasah.
Kesemuanya itu dipertimbangkan secara komprehensif agar dapat menjadi
kendaraan (vehicle) untuk mencapai tujuan yang sudah ada.
Berkaitan dengan muatan dan bahan ajar yang akan dipergunakan,
Pesantren Darul Muttaqien telah melakukan evaluasi dan kritisisi dengan
memadukan muatan-muatan Kurikulum Nasional dengan muatan lokal.
Dengan demikian diharapkan seminimal mungkin tidak akan ada muatan yang
berkelindan (overlapping). Dari segi muatannya, kurikulum yang ada
diharapkan lebih padat dan ramping namun tetap fleksibel sesuai dengan
kebutuhan Pesantren Darul Muttaqien.
Kurikulum Terpadu Pesantren Darul Muttaqien juga dirancang dengan
pertimbangan bahwa seluruh proses pembelajaran baik di kelas maupun di luar
kelas didekati sebagai satu kesatuan yang padu (integrated) untuk mencapai
tujuan pendidikan yang sudah ada. Untuk menghindari hal tersebut, maka
keseluruhan muatan yang ada disikapi sesuai dengan rumpun induk pohon
keilmuannya (stammbaum). Lewat penyikapan tersebut juga kemudian
meminta konsekuensi bahwa guru-guru juga memiliki kompetensi dasar
(competency base), sehingga tujuan perancangan kurikulum dari segi
muatannya diharapkan akan mengenai sasaran. Kurikulum Terpadu Pesantren
Darul Muttaqien juga menuntut adanya pemolaan dan perencanaan secara
sadar serta sistematis bahwa keseluruhan kegiatan yang ada, telah dirancang
demi mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan dari bentuk kegiatan:
harian, mingguan dan bulanan dalam sebuah master plan yang komprehensif
dilengkapi dengan keseluruhan perangkat pendukung dan indikatornya.
Dari segi penyikapan SDMnya, para guru mendapatkan perhatian
khusus sebagai bagian yang sangat penting (cutting edge) yang harus terus
mendapatkan upaya-upaya pengembangan baik skill maupun wawasannya;
Kuliah, seminar, workshop dan lain-lain.

8. Program Utama Pondok Pesantren darul Muttaqien


Adapun program utama Pondok Pesantren Darul Muttaqien yaitu
sebagai berikut :
a. Menerapkan Manajemen Terpadu
1) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia
82

2) Menyempurnakan struktur organisasi


3) Meningkatkan produktivitas kerja
4) Membuat dan menerapkan sistem kerja yang mendorong pada
terpenuhinya kepuasaan pengguna
5) Menata dan melengkapi sarana dan prasarana
b. Menerapkan Pendidikan Islam Terpadu
1) Menerapkan Kurikulum Terpadu
2) Menciptakan suasana islami yang dapat mengembangkan
keharmonisan aspek, intelektual, emosional dan keterampilan
c. Menggunakan Bahasa Arab dan Inggris Dalam Komunikasi
1) Meningkatkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris
2) Menciptakan situasi yang mendorong penggunaan bahasa Arab
dan Inggris
d. Mengembangkan dan Meningkatkan Hubungan Kerjasama
(Networking)
e. Meningkatkan Hubungan Kekeluargaan; dalam hal ini embangun
iklim yang mendorong terciptanya suasana kekeluargaan
f. Menerapkan Learning Process; yaitu menciptakan suasana yang
memicu terjadinya learning Process
g. Mengembangkan Potensi – Potensi yang Dapat Digunakan Sebagai
Struktur Pendanaan; yaitu meningkatkan potensi penggalian dana baik
internal maupun eksternal

9. Jadwal Kegiatan Santri Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Tabel : 4.2 Jadwal Kegiatan Santri


No Waktu Kegiatan
1 03.45-04.00 Santri di bangunkan dan bersiap-siap ke
masjid
04.00-04.15 Shalat sunnah
2 04.15 Membaca al-Qur’an secara mandiri dengan
tertib sampai menjelang subuh
3 *Waktu Shalat Shalat subuh berjamaah
4 05.00-05.15 Membaca al-Qur’an terpimpin oleh
pengurus asrama
5 05.15-05.30 Pembinaan bahasa di asrama oleh pengurus
asrama, santri kelas 5 dan 6 oleh staff
pengasuhan
6 05.30-06.30 Persiapan masuk kelas : olahraga, mandi,
makan, dsb
7 06.30-06.50 Berangkat ke kelas
83

8 07.00-11.40 KBM pagi s/d sebelum zhuhur


9 *Waktu Shalat Shalat zhuhur
10 11.50-13.10 Shalat dan makan siang
11 13.10-13.20 Pergerakan menuju kelas untuk KBM
12 13.30-14.50 KBM II
13 14.50 Membaca al-Qur’an terpimpin menjelang
shalat ashar
14 *Waktu Shalat Shalat ashar
15 15.30-16.00 Membaca al-Qur’an mandiri/halaqoh di
masjid di bimbing oleh pengurus asrama
16 16.00-17.00 Pramuka, setoran hafalan, olahraga, kegiatan
mandiri
17 17.00-17.30 Mandi, makan sore dan persiapan ke masjid
18 17.30 Membaca al-Qur’an mandiri di masjid
secara tertib dan teratur
19 *Waktu Shalat Shalat maghrib
20 18.15-19.15 Halaqoh
21 *Waktu Shalat Shalat isya
22 20.00-21.15 Muhadloroh, hafalan terbimbing, belajar
mandiri
23 21.15-21.30 Pengabsenan di kamar / asrama, pembinaan
bahasa, membaca do’a bersama
24 21.30-03.45 Istirahat malam

Tabel : 4.3 Jadwal Kegiatan Harian Santri


Pondok Pesantren Darul Muttaqien
Waktu Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis
06.15-06.30 Upacara Persiapan KBM
07.20-08.00 KBM KBM KBM KBM KBM KBM
08.00-08.40
08.40-09.20
09.20-09.50 Istirahat
09.50-10.30 KBM KBM KBM KBM KBM KBM
10.30-11.10
11.10-11.50
11.50-13.00 Sholat Zuhur dan Makan Siang
13.30-14.10 KBM Eksku KBM KBM KBM Pramuk
14.10-14.50 l a
14.50-16.00 Sholat Ashar dan istirahat
84

16.00-17.00 Olahraga Olahr Olahrag Olahrag Halaqo Pramuk


/ Keg. aga/ a/ Keg. a/ Keg. h / a
Mandiri Keg. Mandiri Mandiri Kajian
Mandi Kitab
ri kuning
17.00-17.30 Mandi, makan Mandi Mandi, makan sore dan
sore dan dan persiapan ke masjid
persiapan ke persiap
masjid an ke
masjid
Setelah Halaqoh Baca Makan Halaqo Halaqo Baca
Maghrib Qur'a Malam h h Surat
n Yasin
20.00-21.30 Makan, Muha Muhadl Makan, Makan, Tahlilan
Belajar dloroh oroh Belajar Belajar dan
Malam Malam Malam Ibadah
terbimbi terbimb mandiri Nafilah
ng ing

Tabel : 4.4 Jadwal Kegiatan Mingguan Santri


Pondok Pesantren Darul Muttaqien
Waktu Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at
03.45- Sesuai jadwal Harian dan KBM
05.30
05.30- Sesuai jadwal Harian dan KBM Muhadatsa
08.30 h Pagi,
Tasyji’ul
Lughah,
Lari Pagi
dengan
tertib, dan
pembersih
an
lingkunga
n
pesantren,
Persidanga
n Umum
di Asrama,
85

sarapan
pagi
08.30- Sesuai jadwal Harian dan KBM Olahraga,
10.30 Kegiatan
Ekstra
kurikuler,
Kegiatan
Mandiri
10.30- Sesuai jadwal Harian dan KBM Mandi
11.00 persiapan
ke Masjid
Untuk
Shalat
Jum’at
Satriwati
persiapan
shalat
zhuhur
11.00- Sesuai jadwal Harian dan KBM Membaca
11.50 Al-Qur’an
secara
mandiri
dimasjid,
dikontrol
oleh
Pengurus
OPDM
11.50- Sholat Dzuhur, istirahat dan makan
13.30
13.30- Idem Eksku Idem Idem Idem Pramuk Kegiatan
14.50 l a Mandiri di
asrama
16.00- Olahra Olahr Olahr Olahrag Halaq Pramuk Olahraga /
17.00 ga / aga / aga / a / Keg. oh / a Keg.
Keg. Keg. Keg. Mandiri Kajia Mandiri
Mandi Mand Mandi n
ri iri ri Kitab
Kunin
g
17.00- Mandi, makan Mandi Mandi, makan sore dan persiapan ke
17.30 sore dan dan masjid
persia
86

persiapan ke pan ke
masjid masji
d
Setelah Halaq Baca Maka Halaqo Halaq Baca Halaqoh
Maghrib oh Qur'a n h oh Surat
n Mala Yasin
m
20.00- Makan Muha Muha Makan, Maka Tahlila Makan
21.15 , dloro dloroh Belajar n, n dan Malam,
Belaja h Malam Belaja Ibadah Belajar
r terbimb r Nafilah Mandiri
Malam ing Mala
terbim m
bing mandi
ri

Tabel : 5.5 Jadwal kegiatan Tahunan Santri


Pondok Pesantren Darul Muttaqien
NO KEGIATAN Bulan JML HARI SASARAN
PELAKSA
NAAN
1 Karya Ilmiah Desember- 25 Hari Kls 6
Januari
2 IKT (Imamah, Februari 15 Hari Kls 3 & Kls
Khitobah & Tahlil) Int
3 Pendalaman Nopember- 5 Bulan Kls 3 dan 6
UN/UAM BN April
4 TOEFL Nopember 2 Hari Kls 5
5 Amaliyah Tadris Januari 12 Hari Kls 6
6 Bimbingan Karir Februari - 3 Bulan Kls 6
Maret
7 Outbond Santri Nopember 2 Hari Kls 2
8 Class Meeting Des/Juni 6 Hari Seluruh
Santri
9 PPM (Praktek Desember 11 Hari Kls 6
Pengabdian
Masyarakat)
10 Lomba Muhadhoroh April - Mei 5 Hari Kls 1-5
87

11 Olimpiade Mata April - Mei 8 Hari Kls 1-5


Pelajaran
12 Fathul Kutub Nopember 3 Hari Kls 5
13 UKDI (Ujian April 2 Hari Kls 5
Kompetensi Dirosah
Islamiyah)
14 UAT (Ujian Akhir April - Mei 15 Hari Kls 6
TMI) dan Haflah
15 Seminar Motivasi Mei 1 hari Kls 1-5
Santri
16 Career Day April 1 hari Kls 1-5
17 LDKS (Latihan Oktober 4 Hari Kls 4
Dasar
Kepemimpinan
Santri)
18 PORSEKA (Pekan Agustus 14 Hari Seluruh
Olahraga, Seni dan Santri
Pramuka)
19 Khutbatul Arsy dan Juli 3 Hari Seluruh
Perkhutsyi Santri
20 PHBN (Peringatan Sesuai
Hari Besar Nasional) kalender
21 PHBI (Peringatan Sesuai
Hari Besar Islam) kalender
22 UTS 1, UAS, UTS Sesuai
2, UAT dan UKK kalender

10. Profil Kyai Pondok Pesantren Darul Muttaqien


Pondok Pesantren darul Muttaqien di pimpin oleh KH. Mad Rodja
Sukarta, beliau lahir di sebuah rumah yang sederhana di daerah pelosok
cisolok Sukabumi pada tanggal 27 Juli 1952. Kendati dilahirkan dari keluarga
miskin dan tak berpendidikan tinggi, namun kondisi itu tidak menghalanginya
untuk selalu memupuk semangat diri untuk terus berusaha dan belajar.
Pengaruh kakeknya Kiayi Sukri melekat kuat pada dirinya.
Sikapnya yang tegas, lugas, berani, sederhana, mandiri dan berdisiplin
tinggi yang menjadi ciri khasnya telah terbentuk sejak kecil, karena kondisi
hidup keluarganya yang serba terbatas saat itu. Kondisi dan keluarga dan
lingungannya telah menjadi guru kehidupan yang menempa mental juang
dalam dadanya.
88

Masa kecil dan pendidikan dari SD sampai SMA dihabiskan di daerah


kelahirannya, Pelabuhan Ratu. Jenjang kesarjanaanya diperoleh di IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta (kini UIN). Sebelum diberi amanah menjadi
pimpinan pesantren Darul Muttaqien Parung pada tahun 1988, ayah empat
anak ini telah menjadi guru di perguruan Al-Azhar Jakarta sejak tahun 1974
dan Pesantren Darunnajah Jakarta. Dari pernikahannya dengan Hj. Muslihati
Manaf, putri pendiri Pesantren Darunnajah Jakarta, KH. Abdul Manaf
Mukhayyar (alm) kini telah dikaruniai empat orang anak: Zahrotunnisa,
Muhammad Averus, Qotrunnada dan Eva Afifah.
Menginjak usianya yang kini menginjak 64 tahun. Lelaki yang selalu
tampil sederhana ini telah berkiprah diberbagai organisasi tingkah daerah
maupun Nasional. Semenjak mahasiswa telah aktif di PMII, kini aktif di MUI
Kabupaten Bogor, Nahdatul Ulama Kabupaten Bogor, Forum Silaturrahim
Ulama dan Umara (FOSIRUU) Bogor, MP3 Depag RI, BKSPPI, dan aktif
dalam kegiatan social kemasyarakatan maupun sebagai pembicara diberbagai
forum diskusi. Kini lelaki yang akrab disapa “Kiyai Rodja” ini, mendapat
amanah untuk menjadi Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB)
Kabupaten Bogor dan juga Pimpinan Pesantren An Nahl Cikeusik Pandeglang
Banten.

B. Peran Kepemimpinan Karismatik Kyai dalam Pembentukan


Karakter Santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien

Menurut Babun Suharto dalam Ansor (2014 : 653) Kyai merupakan


figure sentral setiap pesantren, dimana Kyai selain memiliki keilmuan yang
tinggi tetapi Kyai juga merupakan pendiri, pemilik dan pewakaf pesantren.
Seperti halnya Kyai Mad Rodja Sukarta yang telah menjadi figur central di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Kyai Mad Rodja Sukarta selain sebagai
figur central di Pondok Pesantren, juga sebagai pendiri sekaligus pengasuh
dan pewakaf Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Dari hasil wawancara yang
peneliti lakukan bersama Ustadz Ahmad Sastra selaku sekretais Pondok
Pesantren pada tanggal 17 januari 2018 mengatakan bahwa;

Kyai Mad Rodja sukarta merupakan pendiri sekaligus pengasuh


Pondok Pesantren Darul Muttaqien sejak tahun 1987 sampai
sekarang. Yang pada awalnya 1.8 hektar saat ini berkembang
menjadi 32 hektar tanah. Tanah tersebut selain wakaf dari orang-
89

orang juga pak Kyai sendiri yang membelinya kemudian


diwakafkan untuk pesantren.

Ustadz Salim selaku wakil dari Kyai Mad Rodja Sukarta juga mengemukakan
bahwa ;

Beliau merupakan pendiri pesantren dari tahun 1987 jadi


Alhmadulillah, 30 tahun berjalan tanpa bosen. Dari 1987 mulai
membangunan pesantren. Jadi alhamdulillah 90 % tidak ada
dana bantuan dari luar, pak Kyai sendiri yang membangun.
Walaupun ada juga hanya bantuan operasional dan itupun tidak
besar. (Wawancara Ustadz Salim hari selasa, tanggal 22 pukul
10.00 WIB).

Kyai Mad Rodja Sukarta yang merupakan pendiri, pemimpin juga figur
central di Pondok Pesantren darul Muttaqien telah menjadi inspirasi dan sangat
di segani juga di hormati oleh para santri dan ustadz-ustadnnya di Pondok
Pessantren Darul Muttaqien. Sebagaimana hasil wawancara yang disampaikan
oleh ustadz Ngadiyono yang mengemukakan bahwa;

Pak Kyai adalah figur central di Pondok Pesntren Darul


Muttaqien ini, ia sangat menginspirasi saya khususnya dalam hal
kebersihan dan kedisiplian.

Kyai di setiap pesantren merupakan figur sentral yang setiap perkataan


dan perbuatannya selalu menjadi model bagi seluruh santri. Perkataan yang
dikeluarkan oleh Kyai menjadi panutan dan pedoman, sementara
perbuatannya
selalu dicontoh oleh mereka yang merasa menjadi bagian dari pesantren.
Seperti halnya dari hasil wawancara bersama Fauzan salah satu santri
pengabdian yang baru tahun 2017 kmaren beliau lulus dari Pesantren Darul
Muttaqien. Dalam wawancaranya yang dilaksanakan pada hari selasa tanggal
23 januari 2018 pukul 09.30 mengemukakan bahwa :

Saya merasa bangga sama Pak Kyai, karena beliau orangnya


tegas, disiplin dan mengayomi. Terus beliau juga sering bilang
kamu harus siap memipin dan dipimpin. Sampai sekarang saya
inget perkataan itu, dan kalo saya ditunjuk jadi apa-apa sama
pesantren saya mau-mau aja.
90

Perkataan Kyai sangat diingat oleh santrinya, bahkan sampai luluspun


santri masih mengingat perkataannya Kyai seperti halnya Fauzan yang saat ini
sedang pengabdian di pesantren yang dulu ia jadi peserta didiknya. Kemudian
hal yang sama juga di sampaikan oleh salah satu santri Darul Muttaqien yang
bernama Bayan Rahman kelas 2 Madrasah Aliyah yang mengemukakan
bahwa :

Pak Kyai itu tegas, disiplin. Saya selalu mengyontoh Pak Kyai.
Pak Kyai kalo ngeliat sampah di jalan langsung diambil. Saya
pun sekarang kaya gitu kalo ada sampah saya ambil terus di taro
di tempat sampah. (wawancara pada hari kamis, tanggal 18
januari 2018 pukul 07.30)

Perkataan dan perbuatan Kyai seolah menjadi darah daging bagi para
santri di Darul Muttaqien. Mereka mengikuti apa yang Kyai katakan dan
meneladani apa yang Kyai lakukan. Namun dengan sadar, Mereka menggap
bahwa semuanya demi kebaikan, kebaikan untuk diri sendiri dan kebaikan
untuk orang lain. Kemudian Kyai dalam prakteknya sebagai figur juga rasakan
oleh masyarakat luas. Bahkan masyarakat luas pun tidak jarang menjadikan
Kyai sebagai panutan. Seperti masyarakat Desa Jabon Mekar yang menggap
Kyai sebagai orang yang harus di contoh perbuatannya karena kedisiplinan
dan kesederhanaannya. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
salah satu warga Jabon yang bernama ;

Banyak orang Jabon yang hormat banget sama Kyai, mereka


segan sama pak Kyai. Karena beliau Kyai yang sederhana,
walaupun pesantren besar, gedungnya bagus-bagus. Tapi beliau
sederhana coba j lihat rumahnya, biasa aja kan? Pak Kyai kalo
keluar Pesantren terus jalan ke masjid yang depan, gak pernah
pake motor bagus, dia itu selalu bawa motor apa sih tuh mmmh
legenda. Yaa motor itu yang pak Kyai pake terus. Kadang saya
sendiri malu dek, belum punya apa-apa tapi pengen inilah
itulah..hee

Kepemimpinan Kyai, sering diidentikkan dengan atribut


kepemimpinan karismatik. Dalam konteks tersebut, Sartono Kartodirjo
menyatakan bahwa Kyai-Kyai pondok pesantren, dulu dan sekarang,
merupakan sosok penting yang dapat membentuk kehidupan sosial, kultural
dan keagamaan warga muslim di Indonesia (Kartodirjo dalam Susanto
2007:114). Kepemimpinan karismatik menurut Robert House dalam
Suharsaputra (2016 : 61) merupakan pemimpin yang dengan kekuatan
pribadinya, mampu memiliki efek yang luar biasa kepada bawahannya.
91

Pemimpin karismatik memiliki hasrat kekuasaan yang sangat tinggi dan rasa
mampu yang juga tinggi serta keyakinan akan kebenaran moral dari
keyakinannya. Seperti halnya Kyai di Pondok Pesantren Darul Muttaqien.
Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan Kyai yang mempunyai efek yang luar
biasa terhadap santri maupun para ustadz dan ustadzahnya. Dari observasi
yang peneliti lakukan, setiap Kyai kontrol di lingkungan pesantren semua
warga pesantren menyapa dan menghampiri Kyai untuk bersalaman baik
santri, ustadz atau orang tua santri. Pertama, Peneliti menyaksikan sendiri
pada saat observasi, peneliti melihat beberapa orang tua siswa SDIT Darul
Muttaqien bersalaman dengan Pak Kyai saat kontrol ke lingkungan pesantren.
Kedua, saat peneliti melakukan wawancara pada hari minggu tanggal
21 januari 2018 bersama Ustadz fahad selaku kepala bagian publikasi dan
dokumentasi Pondok Pesantren di gedung Pusat Belajar Siswa, tiba-tiba ada
Pak Kyai kontrol dan masuk ke gedung Pusat Belajar Siswa, dengan penuh
kesopanan semua ustadz dan Ustadzah bersalaman termasuk Ustadz fahad
yang dengan spontan memberhentikan pembicaraan wawancara. Dan yang
Ketiga, saat peneliti observasi pada hari senin tanggal 22 januari 2018 Kyai
juga melakukan kontrol ke lingkungan pesantren dan saat itu Kyai sedang
kontrol di gedung Istiqlal yaitu gedung Arsma putra khusus kelas 1 dan kelas
2 Madrasah Aliyah. Dengan seketika, dari berbagai aktifitas santri di Asrama
semua membehentikan dan menghampiri Kyai untuk bersalaman.
Dari berbagai fenomena yang peneliti temui di lapangan dapat
disimpulkan bahwa Kyai Mad Rodja Sukarta mempunyai pengaruh yang
sangat luar biasa di lingkungan pesantren, kedaannya mampu merubah kondisi
lingkungan saat itu juga. Kondisi yang membuat semua orang tertuju padanya
karena wibawanya.
Memang, Kepemimpinan karismatik sangat erat kaitannya dengan
kewibawaan bahkan menjadi salah satu indikator dikatakan karismatik jika
seorang pemimpin telah mempunyai wibawa yang tinggi, sebagaimana Weber
dalam Arifin (2015 : 354) mengemukakan bahwa, kepemimpinan karismatik
merupakan kepemimpinan yang memiliki daya tarik tersendiri terhadap
pengikutnya. Kepemimpinan karismatik mempunyai kemampuan
mempengaruhi orang lain dengan wibawa dan kelebihan spiritualnya.
Kepemimpinan karismatik bersumberkan pada kesucian, kepahlawanan, dan
kualitas (karakter) luar biasa dari pemimpinnya. Kyai Mad Rodja Sukarta
dimata para santrinya mempunyai kewibawaan yang sangat tinggi,
sebagaimana hasil wawancara yang peneliti lakukan bersama santri yang
bernama Bayan Rahman pada hari kamis, tanggal 18 januari 2018 pukul 07.30
yang mengatakan bahwa :

.......pak Kyai Rodja ini wibawanya tinggi banget kalo masalah


wibawa di mata santri.
92

Bukan hanya santri, masyarakatpun menganggap bahwa Kyai Mad Rodja


Sukarta mempunyai karisma di mata mereka. Sebagaimana hasil wawancara
bersama ustadz Rahmat salah satu warga Kemang yang rumah tidak jauh dari
Pesantren Darul Muttaqien pada tanggal 21 Januari 2018 pukul 10.30
mengemukakan bahwa :

Kyai Mad Rodja disini sangat disegani oleh masyarakat, mereka


sangat hormat dengan beliau.

Wibawa dimata santri dan masyarakat muncul akibat ketegasan Pak Kyai
dalam memipin pondok Pesantren Darul Muttaqien. Ketegasan atas Amar
Ma’ruf Nahi Munkar. Mengingatkan dengan tegas siapa saja yang melakukan
kesalahan. Baik di lingkungan Pondok Pesantren maupun di luar lingkungan
Pondok Pesantren. Hal ini sependapat dengan indikator lain dari
kepemimpinan karismatik sebagaimana yang di kemukakan oleh Sunardi
(2017:133) bahwa, kepemimpinan karismatik bisa dilihat dari berbagai segi
seperti keilmuannya, ketegasannya, kebijaksanaannya, ketaatannya, lebih
mementingkan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri, kemudian sangat
disegani oleh masyarakat, para ustad/ustadzah, santri dan masyarakat umum.
Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan Kyai yang sangat tegas terlebih
masalah kebersihan Pondok Pesantren. Sebagaimana yang dikatakan oleh
Anggi Kurniawan santri kelas 1 Madrasah Aliyah Darul Muttaqien dalam
wawancara yang dilakukan pada hari selasa tanggal 23 januari 2018 yang
mengatakan bahwa :
..... Pak Kyainya Tegas orangnya, Terus kalo ada sampah suruh
ambil. Terus kemarin juga baru ketemu di atas kan digerbang,
kan ada pohon habis ditebang terus pulangnya ketemu pak Kyai
suruh bantuin Pak Kyai ngambil sampah.Terus ada juga pak
Kyai malem-male sekitar jam 10 an kontrol terus melihat tangga
di asrama kotor dan berlumut. nah di waktu itu juga pak Kyai
manggil Ustadznya dan nyuruh Ustadz dan santrinya untuk
membersihakn kamar dan tangga asrama.

Hal senada juga di ungkapkan oleh Fauzan yang mengemukakan bahwa :

Beliau orangnya bagus, tegas, baik disekitar Pondok maupun


diluar pondok. Orangnya sangat dipercaya, selain tegas beliau
juga mengayomi. Pak Kyai membuat saya bangga, Pak Kyai
merupakan orang yang luar biasa, selain dia tegas dia
93

mengayomi baik santri maupun guru-guru. (Wawancara tanggal


23 januari 2018 pukul 09.30).

Ketegasan Kyai yang dimunculkan di Pondok Pesantren Darul Muttaqien


menjadi kesadaran bagi para santri untuk berhati-hati dalam melakukan sesuatu
agar tidak menyalahi aturan. Contohnya dalam hal kebersihan yang pada
mulanya menjadi sesuatu yang tidak mungkin, namun karena di paksa, menjadi
biasa dan endingnya jadi bisa. Sebagaimana hasil wawancara bersama ustadz
Givi pada hari jum’at tanggal 19 januari 2018 pukul 08.00 WIB yang
mengatakan bahwa :
Pada awalnya santri enggan untuk mengambil sampah
dihadapannya, dengan macam-macam alasan, ada yang bilang
kotor, malu, lupa, males. Namun karena di paksa akhirnya
mereka melakukan. Dan hal itu menjadi kebisaan santri Pondok
Pesantren Darul Muttaqien untuk mungut sampah dimanapun
mereka berada. Setelah mereka terbiasa hasilnya bisa. Bisa
menjadikan pondok pesantren Darul Muttaqien sebagai
Pesantren yang bersih.

Kepemimpinan karismatik menunjukkan ketegasannya sebagai cara


untuk mencapai tujuan ideologis, selain itu ketegasan juga digunakan dalam
rangka mengartikulasikan Visi Misi organisasi. Sebagaimana Delbecq et al
dalam Marganingsih (2014 : 33) mengemukakan bahwa Kepemimpinan
karismatik merupakan tipe kepemimpinan yang menanamkan nilai-nilai
ideologis dengan mengartikulasikan visi-visi organisasi dengan lebih baik.
Lebih lanjut ia juga menambahkan bahwa nilai-nilai yang disampaikan
tersebut kemudian mempengaruhi emosi anggota sehingga nilai-nilai tersebut
diterapkan oleh para anggotanya.
Adapun peran kepemimpinan karismatik Kyai Mad Rodja Sukarta
dalam pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien
terbagi menjadi beberapa peran diantaranya yaitu; 1) Kyai Sebagai Pengasuh;
2) Kyai sebagai orang tua kedua santri; 3) Kyai sebagai Teladan; 4) Kyai
Sebagai Pemimpin; dan 5) Kyai sebagai motivator. Dengan menggunakan
indikator kepemimpinan karismatik berikut: 1) pemimpin karismatik sangat
dipercayai oleh bawahannya; 2) Memiliki visi dan tujuan yang amat kuat dan
ideal; 3) Berani dan tegas dalam menyampaikan visinya; 4) Dipahami sebagai
agen perubahan; 5) Memberikan keteladanan yang baik terhadap anggotanya;
6) Mempunyai kepekaan terhadap pengikut dan lingkungannya.
94

1. Peran Kyai sebagai Pengasuh Pondok Pesantren


Kyai sebagai pengasuh pondok pesantren memiliki kepekaan yang
sangat tinggi terhadap pengikut dan lingkungan di Pondok Pesantren.
Kepekaan merupakan kemampuan dan kemauan individu untuk membaca
tanda – tanda, baik yang tersurat maupun tersirat. Dalam hal kepekaan, Kyai
selalu melihat dn mengetahui tanda – tanda apa yang sedang dan akan terjadi
di Pondok Pesantren. Hal ini sudah sesuai dengan indikator kepemimpinan
kharismatik yaitu memiliki kepekaan terhadap lingkungan sekitar. Hal ini
sependapat dengan teori Hadari Nawawi dalam Sudaryono (2014 : 236) yang
megemukakan bahwa karakteristik utama kepemimpinan karismatik adalah
meiliki kepekaan terhadap lingkungan secara realistis, melaksanakan
manajemnen sumber daya untuk perubahan. Dan hal ini terbukti dari hasil
wawancara bersama ustadz Imron selaku kepala pengasuhan putra pada hari
minggu tanggal 21 januari 2018 pukul 18.30 yang mengemukakan bahwa;

.......beliau orangnya peka, selalu ngontrol dimana pun beliau


berada, istilah kata beliau seperti punya feeling kalo pesantren
ada sesuatu, pasti tidak lama kemudian Kyai nelpon.

Kepekaan Kyai Mad Rodja Sukarta sebagai pemimpin karismatik


membuat bawahannya tidak terlalu hawatir, walau Kyai pergi untuk berdakwah
meninggalkan Pesantren sampai berhari-hari. Hal yang sama juga di katakan
oleh salah satu santri yang bernama Bayan Rahman dalam wawancaranya pada
tanggal 18 januari 2018 pukul 07.30 yang mengemukakan bahwa:

Pak Kyai kalo ngeliat ada kurang sesuatu yang kurang rapih
beliau langsung rapahin terus kalo ngeliat ada samapah beliau
ambil, apa ya beliau peka banget.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa Kyai Mad Sukarta
mempunyai kepekaan yang sangat tinggi, terlihat saat beliau kontrol di
lingkungan pesantren, beliau selalu memperhatikan hal-hal yang kecil seperti
selalu menanyakan kabar santri kepada para ustad/ustadzahnya, meminta
laporan apa yang sudah dilakukan minggu ini atau bulan ini, bertanya apakah
ada masalah atau ada kabar baik dan seterusnya.

Kyai sebagai pengasuh di pondok pesantren yang dipercayai oleh


orang tua untuk mendidik dan mengasuh anaknya maka otomatis
95

berkewajiban untuk mengarahkan ke hal yang lebih baik berdasarkan ajaran


agama Islam. Seperti yang dikatakan oleh Ustadzah Ina ketika wawancara
bersama peneliti pada tanggal 18 Januari 2018 Pukul 10.00 WIB yang
mengatakan bahwa:

Kyai sebagai pengasuh pondok pesantren bertanggungjawab


atas jalannya Pondok Pesantren ini. Dan bertanggungjawab
dalam mengasuh.

Dalam hal ini, Kyai menanamkan karakter – karakter yang baik kepada
santri dengan menggunakan rasa kasih sayang dengan tidak membeda –
bedakan santri yang kaya dengan yang miskin. Hal ini dikuatkan hasil
wawancara yang dilakukan peneliti bersama Ustad Givin pada tanggal 19
Desember 2018 pukul 08.30 WIB yang menyatakan bahwa:

Dulu pernah ada orang tua santri yang meminta fasilitas lebih
dan perlakuan khusus untuk anaknya dengan menanggung semua
biaya dari dirinya sendiri. Namun, pak Kyai tidak mengiyakan
keinginan dari orang tua santri tersebut. Hal ini bertujuan untuk
menyamaratakan sehingga tidak ada perbedaan antara orang
miskin dan orang tua serta mengajarkan santri untuk bersikap
sederhana dan seadanya.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kyai


dapat menjalankan perannya sebagai pengasuh dengan bijak dan baik. Salah
satunya adalah Kyai di pondok pesantren Darul Muttaqien, Kyai memberikan
beberapa pendekatan di pesantren dalam membentuk karakter para santri di
antaranya yaitu,

a. Melalui Pembiasaan
Mendidik perilaku dengan latihan dan pembiasaan adalah
mendidik dengan cara memberikan latihan – latihan terhadap norma
– norma, kemudian membiasakan santri untuk melakukannya
(Ariyansa, 2017:108). Dengan adanya pembiasaan ini, pembentukan
karakter santri terjadi. Dalam hal ini, Kyai menanamkan nilai – nilai
toleransi terhadap santri. Toleransi dalam hal ini dimaksudkan dalam
ursan khilafiyah sebagaimana motto dari pondok pesantren yan
berbunyi satu dalam akidah, toleransi dalam khilafiyah. Motto ini
bukan hanya sebatas pajangan yang bisa dibaca setiap saat. Namun,
menjadi sebuah amaliyah atau praktek bagi Kyai dalam membentuk
karakter santri. Hal ini juga dikuatkan dalam hasil wawancara
96

bersama peneliti dengan Ustad Salim pada tanggal 23 Januari 2018


pukul 10:00 yang mengatakan bahwa:
Santri Darul Muttaqien mempunyai motto satu dalam aqidah
toleransi dalam khilafiyah yang dimaksudkan bahwa Pesantren Darul
Muttaqien merupakan pesantren bagi semua golongan baik NU,
Muhammadiyah, Persis dan lain – lain. Namun, kita satu akidah
terlepas masalah khilafiyah itu urusannya masing – masing.
Sehingga dengan begitu, terbentuklah karakter santri yang
menjadi paham akan hal – hal yang bisa di toleransi dalam hal
keagamaan. Selain itu, Kyai sebagai pengasuh pondok pesantren
Darul Muttaqien juga menanamkan karakter kepedulian antar sesama
santri. Hal ini dikarenakan, semua santri mempunyai tujuan yang
sama dan dalam kondisi yang sama pula mereka tidak dekat dengan
keluarga dan mereka juga tidak mempunyai fasilitas yang berbeda.
Oleh karena itu, Kyai selalu mendorong santrinya untuk saling
membantu sebagaimana hasil observasi yang peneliti lakukan bahwa
santri mempunyai kepedulian yang sangat tinggi. Hal ini terlihat dari
saat mereka makan, mereka harus menunggu teman – temannya
sampai kemudian santri berkumpul dengan lengkap barulah dimulai
makan. Selain itu juga, ketika salah satu santri dalam kondisi sakit,
semua santri yang berada di kamarnya turut prihatin dan menawarkan
santri yang sakit tersebut untuk berobat. Hal ini senada dengan hasil
wawancara dengan salah satu santri yang bernama Arka kelas II MTS
Darul Muttaqien pada hari Jumat tanggal 19 Januari 2018 pukul 09:00
yang mengatakan bahwa:

Temen – temen selalu peduli kalad ada yang sakit atau


kalau ada yang uangnya habis. Misalnya saya, kalau saya
uangnya habis, pasti saya selalu ditawarin makanna sama
temen – temen.

Dari penjabaran beberapa data di atas, dapat disimpulkan


bahw karakter santri dapat terbentuk oleh pembiasaan – pembiasaan
yang dilakukan oleh Kyai karena dia memiliki kepekaan yang tinggi
terhadap bahwahannya dalam hal ini santri.

b. Melalui Ibrah (Mengambil Hikmah)


Secara sederhana, ibrah berarti merenungkan dan memikirkan,
dalam arti umum biasa dimaknai dengan mengambil pelajaran dari
setiap peristiwa. Abdul Rahman Al Nahlawi dalam Ariyansa
(2017:108) mendefinisikan ibrah dengan suatu kondisi psikis yang
menyampaikan sesuatu untuk diketahui intisari tentang suatu perkara
97

yang disaksikan, diperhatikan, ditimbang, diukur dan diputuskan secara


nalar manusia, sehingga kesimpulannya dapat mempengaruhi hati
untuk tunduk kepada Nya, lalu mendorngnya untuk memperbaikinya.
Dari pengertian tersebut, dapat diambil intisarinya bahwa ibrah
merupakan suatu perkara baik / buruk yang dapat diambil hikmah /
pelajarannya sebagai bahan perbaikan diri di masa yang akan datang.
Sebagaimana hasil wawancara bersama santri yang bernama Anggi
Kurniawan kelas 1 madrasah Aliyah Darul Muttaqien pada pukul 11:00
tanggal 23 januari 2018 menjelaskan bahwa:
Pak Kyai sering bilang kalau ada temen yang sakit kamu
bantuin ya, kamu harus mikir coba kalau kamu yang sakit
kamu juga butuh bantuan karena orang yang sakit itu ga
bebas seperti yang sehat.

Berdasarkan hasil pengamatan juga Kyai dan ustad sellau


memberikan ibrah kepada santri atas apa yang terjadi di pondok
pesantren misalnya dalam hal kepedulian. Beliau menanamkan
kepedulian kepada santri untuk menjaga kebersihan karena dengan
peduli akan lingkungan artinya kita peduli terhadap kesehatan kita
semua. Namun, sebelum pak Kyai memberikan sebuah ibrah tersebut,
pak Kyai telah melakukannya terlebih dahulu sebagaimana hasil
wawancara yang dilakukan peneliti bersama Ustad Gipin pada tanggal
19 Januari 2018 pukul 07.00 yang menjelaskan bahwa:

Pak Kyai selalu memberikan contoh terlebih dahulu


sebelum dia menyuruh santrinya melakukan sesuatu.
Contohnya dalam hal kebersihan. Pernah suatu ketika, pak
Kyai pernah memungut sampah yang ada di depannya
ketika ia melakukan controlling di pesantren.

Dan hal sependapat juga dikemukakan oleh Ustadzah Narwati pada


tanggal 18 Januari 2018 pukul 09.00 wib yang mengatakan bahwa:

Kyai selalu memberikan contoh terlebih dahulu sebelum ia


menyuruh para santrinya untuk menjaga kebersihan lingkungan
mulai dari diri sendiri. Misalnya, menjaga barang kepunyaannya
sampai dengan perlengkapan / sarana yang ada di pesantren.
Selain itu, pak Kyai juga selalu disiplin dalam hal sholat
berjamaah dan tidak pernah sekalipun terlambat (masbuq)..
Dalam suatu kesempatan, pak Kyai pernah melihat satu santri
yang terlambat sholat berjamaah. Singkat ceritanya, semua para
ustadz dikumpulkan di depan santri saat itu juga dan dinasehati
98

agar tidak terulang lagi hal serupa. Kondisi tersebut membuat


para ustad benar – benar menyesal atas keterlambatan sholat
berjamaah salah satu santri tersebut.

Pengambilan ibroh (hikmah) dalam hasil wawancara di atas


menggambarkan bahwa kesadaran santri harus dibentuk melalui berfikir
mencari ibroh bukan dengan cara di marahi atau dihukum. Oleh karena dengan
kesadaran tersebut tertanamlah karkter kepedulian antar santri.

2. Peran Kyai Sebagai Uswah (Teladan)


Dalam hal ini, pendekatan yang dilakukan oleh Kyai dalam
pembentukan karakter santri yaitu berbentuk keteladanan secara langsung
dimana Kyai menjadi contoh bagi para santri dalam berperilaku dan
berinteraksi serta bersikap yang baik. Hal ini sependapat dengan teori Yulk
dalam Marganingsih (2016:36) yang megemukakan bahwa karakteristik
utama kepemimpinan karismatik adalah memberikan contoh perilaku agar
para anggotanya mengikutinya. Ketika para anggota telah mengikutinya,
pemimpin mampu memberikan pengaruh lebih karena anggota telah memiliki
kesamaan keyakinan dan nilai – nilai.
Keteladan Kyai yang baik adalah tidak menyampaikan suatu perintah
pada orang lain sebelum ia sendiri melakukannya, dan jika melarang orang
untuk melakukan sesuatu ia senantiasa menjadi yang paling jauh dari larangan
itu. Hal ini menjadi sebuah panutan bagi santri agar mengikuti jejak pak Kyai
dalam pembentukan karakternya. Misalnya, dalam hal kesederhanaan, kiyai
sebagai pemiliki pondok yang luasnya 32 hektar dan memiliki puluhan gedung
serta fasilitas pesantren yang lengkap namun Kyai berlaku sedehana terhadap
dirinya hal ini sesuai dengan pengamatan peneliti di lapangan yang sangat
sederhana tidak terlalu megah dan besar namun hanya cukup untuk dirinya.
Kemudian jika melihat fasilitas kendaraan Kyai, beliau hanya menggunakan
kendaraan bermotor jaman dulu dengan merek legenda kemanapun beliau
pergi baik itu mengontrol pesantren yang luasnya 32 hektar atau berkunjung
ke rumah warga dan ke masjid.
Hal ini menjadi teladan bagi para santri untuk berlaku sederhana.
Walaupun banyak santri yang kondisi ekonominya menengah ke atas namun
mereka mampu berperilaku sederhana akibat keteladanan yang diberikan oleh
Kyai. Sebagaimana wawancara bersama Ustad Ngadiono pada tanggal 19
Januari 2018 pukul 07:30 yang mengatakan bahwa:

Santri disini akh, kebanyakan ekonominya menengah ke atas tapi


alhamdulillah ketika mereka masuk ke pesantren mereka
berpenampilan sederhana.
99

Pendapat lain juga dikemukakan dalam wawancara bersama Ustadzah


Primadona pada tanggal 19 Januari 2018 pukul 07:30 yang mengatakan
bahwa:
Penampilan anak oarang kaya dalam pesantren ini tidak terlihat
karena keteladanan Kyai yang diberikan kepada santrinya
berupa kesederhanaan.

Dari hasil angket yang peneliti lakukan juga dapat disimpulkan bahwa
Kyai merupakan teladan utama di Pondok Pesantren Darul Muttaqien karena
ketegasan dan kesederhanaan. Keteladan merupakan cara yang cukup efektif
dalam pembentukan karakter santri di pondok pesantren Darul Muttaqien.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa dapat disimpulkan bahwa Kyai
benar – benar memberikan contoh kepada para santri sebelum ia menyuruh
santrinya untuk melakukan sesuatu. Dengan begitu, dari contoh atau keteladan
Kyai ini muncullah karakter keserhanaaan santri.

3. Peran Kyai Sebagai Orang Tua Kedua Bagi Santri


Orang tua dalam mendidik anaknya di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien mempunyai berbagai macam alasan. Ada yang memang mereka
sungguh-sungguh mendidik anaknya di Pesantren agar anaknya mampu
membaca Al-Qur’an dengan baik dan berakhlak baik. Namun ada juga orang
tua yang mendidik anaknya di psantren karena mereka sibuk, sehingga
pesantren menjadi alternatif untuk mendidik anak-anaknya. Dan ada pula yang
mereka sudah tidak kuat lagi mendidik anaknya lantaran susah di atur. Dalam
hal, ini orang tua sangat percaya sepenuhnya terhadap Kyai dalam
pembentukan karakter anaknya agar menjadi lebih baik. Oleh karenanya,
orang tua bersedia digantikan perannya oleh Kyai sebagai orang tua kedua
bagi santri di pondok pesantren. Hal ini berhubungan dengan teori Yulk (1994)
dalam Marganingsih (2016 : 36) bahwa pemimpin karismatik memiliki
perilaku yang dipercaya anggotanya bahwa pemimpin merupakan orang yang
memiliki kompetensi sehingga keputusan yang diambil seorang pemimpin
akan memberikan kesan dan kepercayaan bagi anggotanya yang pada akhirnya
anggota menjadi lebih patuh dan taat. Hasil wawancara peneliti bersama
Ustadz Imron selaku kepala pengasuhan putra Pondok Pesantren Darul
Muttaqien. Pada tanggal 21 januari 2018 pukul 18.30 mengatakan bahwa :

Alasan wali santri percaya mendidik anaknya di pesantren itu


mas bermacam-macam. Ada yang memang dia serius dan
sungguh-sungguh mendidik anaknya ke pesantren agar anaknya
ada perubahan, bisa baca Qur’an, berakhlak baik, nurut sama
orang tua. Namun ada juga sebagai pengalihan contoh, orang
100

tua tidak mampu lagi mengurus anaknya dikarenakan mereka


sibuk pilihannya ya taruh ke pesantren. Dan ada juga mas karena
orang tuanya sudah angkat tangan, dirumah anaknya susah di
atur, dan orang tua tidak bisa lagi mendidik dan menguus
anaknya. Mungkin mereka salah satu solusinya ya di Pesantren.

Dari wawancara di atas, bahwa orang tua dalam mendidik anaknya


dipesantren mempunyai banyak alasan. Terlepas alasannya apa, Pihak
pesantren mempunyai kewajiban untuk mendidik para santrinya menjadi
santri yang beraklak baik dan mampu menjadi pribadi yang sadar akan baik
buruk dalam memilih sesuatu. Selain itu pihak pesantren melalui Kyai dan
para Ustadz dan ustadzahnya harus dan mampu menjadi orang tua kedua bagi
santri.
Kyai dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang tua kedua bagi
santri mempunyai beberapa kewajiban mendidik, membimbing dan
mengarahkan para santrinya untuk melakukan kebaikan. Berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti bahwa kiyai dalam menjalankan
peran tersebut sudah maksimal terbukti dari hubungan Kyai dengan santri
yang sangat baik kedekatannya baik secara dohir dan batin. Dan hal yang sama
disampaikan dalam wawancara dengan ustadzah Dona pada tanggal 18 Januari
2018 jam 11.00 WIB yang mengatakan bahwa:

Pak Kyai itu selalu akrab dengan santri maupun dengan ustadz
/ ustadzah. Terkadang, santri yang hanya memberikan salam
saja, pak Kyai langsung mengambil kesempatan untuk
mengobrol sekedar untuk menanyakan kabar dan memberikan
nasihat. Dan saya pun pernah merasakan hal yang serupa, pak
Kyai kalo udah ngomong sangat akrab.

Terlihat Kyai begitu akrab sehingga dari keakraban tersebut muncullah


kejujuran terhadap diri santri kepada Kyai. Sebagaimana hasil wawancara
bersama ustad Salim pada tanggal 23 Januari 2018 pukul 10:00 yang
mengatakan bahwa:

Pada saat saya jadi santri Darul Muttaqien, pak Kyai begitu
akrab dengan saya yang menimbulkan munculnya sifat kejujuran
kepada pak Kyai. Apapun masalah saya, saya selalu bilang
kepada Pak Kyai dengan jujur.

Dalam melaksanakan tugasnya, Kyai sebagai orang tua kedua bagi


santri selalu sabar dan ikhlas dalam mengurus dan mendidik santri. Dengan
kesabaran dan keikhlasan tersebut, santri melihat hal itu sebagai ketulusan
101

Kyai dalam perannya sebagai orang tua. Sebagaimana hasil wawancara ini pun
sependapat dengan wawancara bersama ustadzah Narwati pada tanggal 18
Januari 2018 yang mengungkapkan bahwa:

Kyai merupakan orang tua kedua bagi santri. Beliau sangat


sabar dan ikhlas karena Allah SWT dalam mengurus santri di
pondok pesantren. Beliau juga menekankan kepada para ustad
dan ustadzahnya untuk tulus dan ikhlas menghadapi santri.
Niatkan semuanya karena Allah SWT. Biar Allah SWT yang
membantu dan mempermudah semua urusan kita di pesantren.
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kyai
merupakan orang yang dipercaya oleh santri dan ustad serta ustadzahnya.
Dengan begitu, dari kepercayaan ini muncullah karakter jujur, sabar dan ikhlas
dalam diri santri yang dicerminkan oleh ketulusan Kyai.

4. Peran Kyai Sebagai Pemimpin


Kyai mempunyai peran penting atas berjalannya pondok pesantren.
Berkembang atau tidaknya Pondok Pesantren tergantung pada kepemimpinan
seorang Kyai. Oleh karenanya Kyai dituntut untuk memiliki visi dan misi yang
kuat juga jelas. Kyai Mad Rodja Sukarta dalam menjalankan perannya sebagai
pemimpin di Pondok Pesantren Darul Muttaqien telah memiliki visi dan misi
yang jelas. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi
dalam Sudaryono (2014 : 236) bahwa karakteristik utama kepemimpinan
karismatik yaitu memiliki visi dan tujuan yang ideal yang memformulasikan
suatu masa depan yang lebih baik dari keadaan sekarang. Namun tidak hanya
memiliki visi misi yang jelas, tetapi ia juga harus berani menyampaikan visi
misi tersebut kepada bawahannya. Hadari Nawawi dalam Sudaryono (2014 :
236) juga menambahkan bahwa pemimpinan karismatik harus mampu
menyampaikan visi dan misi secara gamblang.
Kekuatan visi dan misi, serta keberanian seorang pemimpin dalam
menyampaikan visinya menjadi modal besar terhadap apa yang ingin dicapai.
Seperti halnya Kyai Mad Rodja Sukarta dalam memimpin Pondok Pesantren,
ia mempunyai visi yang kuat juga jelas. Sebagaimana hasil dokumentasi yang
peneliti dapatkan bahwa visi misi Darul Muttaqien adalah

Dalam rangka menyiapkan generasi muslim yang berkualitas,


pondok pesantren Darul Muttaqien menerapkan Pendidikan
Islam terpadu dengan pendekatan “learning process” serta
berkomunikasi berbahasa Arab dan Inggris melalui manajemen
terpadu dan peningkatan hubungan kemitraan”
102

Visi di atas jelas bahwa Pondok pesantren Darul Muttaqien ingin


menyiapkan generasi yang berkualitas, selain itu Pondok Pesantren Darul
Muttaqien juga ingin menerapkan pendidikan Islam terpadu dengan
pendekatan “learning process” serta mengguanakan bahasa Arab dan Inggris
sebagai bahasa dalam kegiatan sehari-hari santri. Dari hasil observasi yang
peneliti lakukan dari bulan November 2017 sampai dengan 25 Januari 2018,
visi di atas bukan hanya sekedar rencana tanpa pelaksanaan, bukan hanya
tulisan yang dapat di pajang disudut atau di dinding pesantren. Namun visi
tersebut benar-benar dilaksanakan dengan penuh keseriusan oleh Kyai.
Misalnya dalam pelaksanaan penggunaan bahasa Arab dan Inggris sebagai
bahasa aktifitas sehari-hari santri di Pesantren, semua aktifitas di pondok
Pesantren Darul Muttaqien wajib menggunakan bahasa Arab dan bahasa
Inggris sebagai bahasa utama. Sedangkan bahasa Indonesia hanya digunakan
oleh para santri disaat kegiatan pribadi atau interaksi santri dengan santri
diluar kegiatan Pesantren. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan
Ustadz Ngadiyono pada tanggal 18 Januari 2018 pukul 11.30 beliau
mengatakan bahwa :
“Memang kegiatan di pondok Pesantren Darul Muttaqien
menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai bahasa
wajib pesantren. Semua santri diharuskan menggunakan
bahasa Arab dalam semua aktifitasnya terlebih saat interaksi
bersama ustadz atau ustadzahnya. Dan ada hari – hari tertentu
yang memang mereka juga di wajibkan untuk berinteraksi
menggunakan bahasa Inggris.
Penggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien menjadi nilai lebih Pondok Pesantren di mata masyarakat
dan orang tua santri, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
tanggal 21 Januari 2018 pukul 16.00 dengan salah satu orang tua santri yaitu
Bapak Cahyo yang berasal dari Bojonggede mengatakan bahwa :
Alhamdulillah anak saya dua-duanya pesantren di Darul
Muttaqien. Anak yang pertama berada di kelas 2 Madrasah
Aliyah Darul Muttaqien dan anak yang kedua baru masuk yakni
kelas 1 MTs. Darul Muttaqien. Anak saya yang pertama mas,
awalnya gk kenal sama sekali tentang bahasa Arab. Apalagi
bisa bahasa Arab, baca Qur’annya saja masih kurang. Namun
alhamdulillah setelah masuk sini baca Qur’annya sudah bagus
dan sudah bisa ngomong bahasa Arab dan bahasa Inggris. Nah
jadi anak saya yang kedua termotivasi untuk sekolah dan
pesantren Darul Muttaqien juga karena melihat kakaknya yang
peningkatannya cukup baik. Awalnya saya tawarin di sekolah-
sekolah negeri di bogor tapi dia gk mau, dia maunya disni saja
103

katanya. Tapi anak saya sekarang belum bisa ngomong bahasa


Arab dan bahasa Inggris. Karena baru kelas I MTs.
Kelas I dan kelas II MTs memang tidak di wajibkan dan dipaksakan
untuk menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Karena mereka masih
dianggap sebagai masa penyesuaian. Selain sebagai masa penyesuaian,
pengusasaan kosakatanya juga masih kurang. Oleh karenanya Pesantren
mempunyai kebijakan untuk tidak mewajibkan atau memaksakan kelas I dan
kelas II MTs menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris. Namun dari
pihak pesantren melalui para Ustadz dan ustdazahnya, Musyrif dan Mudabbir
tetap menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai interkasi kepada
santri untuk melatih dan pengembangan bahasa Arab dan Inggris di kelas I
dan II MTs. Hasil wawancara peneliti dengan Utadzah Dona pada tanggal 18
Januari 2018 pukul 11.00 mengatakan bahwa :
Kelas I dan Kelas II MTs memang tidak diwajibkan untuk
menggunakan bahasa Arab dan bahasa Inggis namun mereka
di gembleng untuk belajar mengunakan bahasa Arab dan
Inggris.
Pengunaan bahasa Arab dan bahasa Inggris di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien merupakan pengejawantahan visi yang telah Kyai
rencanakan sejak jauh-jauh hari sebelumnya. Kyai dalam pengejawantahan
visi dan misinya berlaku tegas. Ia tidak pandang bulu bagi siapa saja yang
melanggar dan tidak mematuhi aturan Pondok Pesantren untuk memilih
keluar dari pesantren atau ikuti aturan pesantren. Hal itu dilakukan karena
Kyai yakin bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah kebaikan. Kebaikan
untuk dirinya sendiri, untuk orang lain dan untuk Agama Islam. Sebagaimana
hasil wawancara bersama Ustadz Salim pada hari selasa tanggal 20 januari
2018 pukul 10.00 yang mengemukakan bahwa;
Apabila ada santri atau wali santri yang tidak sepaham dengan
aturan Pondok Pesantren, susah diatur, tidak mau bekerjasama
dengan santri lain, atau melakukan pelanggaran lainnya
biasanya pak Kyai hubungannya langsung dengan Orang tua
santri, beliau langsung menghubungi orang tua santri atau
memanggil orang tua santri bilamana terjadi pelanggaran.
Pelaporan atau pemanggilan orang tua santri ke Pesantren
dimaksudkan dengan tujuan bahwa pesantren telah mendidik santri dengan
baik. Pesantren mempunyai aturan yang ketat juga tegas yang mau atau tidak
mau semua santri wajib mengikutinya. Misalnya dalam urusan sholat
berjama’ah di masjid, Pondok Pesantren Darul Muttaqien mempunyai
peraturan bahwa santri dilarang keras terlambat (masbuq) sholat berjamaah
di masjid walau hanya satu rakaat. Hal ini dibuktikan dari hasil wawancara
104

bersama salah satu santri yang bernama Anggi Kurniawan yang mengatakan
bahwa :
Pak Kyai misalnya lagi sholat berjama’ah disni terus ngeliat satu
orang aja yang masbuq pasti seluruh pengasuhan dan petinggi-
petinggi itu dikumpulin dimasjid hari itu juga, terus di nasihatin
didepan santri, kenapa santri ini bisa terlambat? bagaimana
tanggungjawab kamu di depan Allah? Setelah itu Kyai
menghubungi orang tuanya dan minta maaf karena Anaknya
terlambat sholat berjama’ah. (wawancara pada hari selasa,
tanggal 23 januari 2018 pukul 11.00 WIB)
Kyai melakukan hal di atas karena sudah menjadi aturan Pesantren agar
santri mampu berkarakter mandiri minimal masalah sholat tepat waktu
berjama’ah dimasjid. Agar kelak ketika mereka lulus dari Pesantren, mereka
tidak lagi diingatkan untuk sholat berjama’ah di masjid tepat waktu. Selain itu
pembentukan karakter mandiri santri juga dilakukan melalui beberapa event
atau kegiatan Pondok Pesantren yang di serahkan pada santri. Santri
merencanakan, mengurus, mengatur dan melaksanakan kegiatan tanpa ada
campur tangan Kyai atau para ustadz dan ustadzahnya. Seperti yang dikatakan
oleh Bayan Rahman (santri kela 2 MA Darul Muttaqien) dalam wawancara
yang dilakukan pada tanggal 18 januari 2018 pukul 07.30 WIB bahwa :
Disini itu ada beberapa kegiatan yang melatih agar kita itu
benar-benar mandiri pak, semuanya kita yang megang pak, mulai
dari renacana, memebuat proposal, mencari uang dan
pelaksanaan kegiatannya. Semuanya kita yang urus. Gak ada
campur tangan pesantren disni. Pesantren hanya sebagai
penanggungjawab.
Pembentukan karakter mandiri santri melalui event merupakan usaha
Pesantren mengenalkan bagaimana rasanya membuat event, pahit manisnya
membuat event mereka rasakan sendiri. Hal ini bertujuan agar saat santri terjun
ke masyarakat nanti, mereka tidak lagi bingung dengan apa yang harus
dilakukan. Sebagaimana hasil wawancara bersama ustadz salim bahwa :
Dari karakter mandiri santri, kita mengharapkan ketika santri
lulus dari DM mereka tidak lagi bingung membuat kegiatan
caranya gimana, uanganya dari dll.. Makanya kita latih dari
sekarang gimana membuat event itu.
Kemudian hal ini juga dikuatkan berdasarkan hasil angket yang
peneliti lakukan bahwa pembentukan karakter mandiri santri melalui event
atau kegiatan yaitu berupa kegiatan pramuka, Go Green, MC Cloub dan
Olimpiade.
105

Dari beberapa penjelasan di atas apat disimpulkan bahwa


Kepemipinan Kyai yang karismatik mempunyai visi yang kuat dan jelas serta
ia mampu menyampaikan visi tersebut dengan tegas dan berani. Karena
dengan berani dan tegas maka santri akan terbiasa melakukan sesuatu yang
menurut mereka tidak mungkin. Dan karena terbiasanya maka akhirnya
karakter mandiri yang tidak mungkin tersbut akan muncul dengan sendirinya.

5. Peran Kyai Sebagai Motivator


Kyai sebagai motivator diharapkan dapat memberikan dorongan
kepada santrinya agar senantiasa perilaku santri menjadi lebih baik. Namun,
perubahan itu bukanlah sesuatu yang mudah tetapi butuh keseriusan untuk
dapat mencapainya. Kyai sebagai motivator mempunyai keleluasaan untuk
memberikan arahan untuk merubah perilaku santri.
Santri datang ke Pondok Pesantren dengan latar belakang yang
bermacam-masacam. Ada yang ke pesantren karena perintah orang tuanya dan
ada pula yang secara pribadi ingin belajar di Pondok Pesantren. Dari berbagai
perbedaan alasan santri mondok di Pesantren darul Muttaqien pihak pesantren
dalam hal ini Kyai dan para ustadz/ustadzahnya berkewajiban untuk
memberikan pelayanan pendidikan terbaik terhadap para santrinya. Namun,
pelayanan pendidikan terbaik juga harus di imbangi oleh motivasi santri yang
tinggi pula. Oleh karena iti pananaman motivasi santri diawal pendidikan
pesantren perlu dilakukan. Seperti halnya di pondok pesantren Darul
Muttaqien yang setiap awal tahun ajaran baru pesantren selalu dilakukan
pengenalan santri baru dan orientasi santri baru. Disaat itulah Kyai
memberikan sambutan terhadap orang tua santri dan pembekalan terhadap
santri baru untuk memotivasi santrinya agar semangat dan memanfaatkan
kesempatan belajar di Pondok Pesantren darul Muttaqien. Sebagaimana
wawancara yang dilakukan peneliti bersama ustad Imron pada hari minggu
pukul 18.30 yang mengatakan bahwa :

........di awal tahun ajaran baru dan orientasi santri baru Beliau
selalu memberikan pembelakan dan motivasi terhadap wali
santri dan santri baru. Selain itu beliau juga menyampaikan
tujuan-tujuan pesantren.

Motivasi memegang peranan penting terhadap proses pembelajaran


santri di Pondok Pesantren. Dalam membangkitkan motivasi santri, Pesantren
tidak ada urutan langkah atau prosedur yang telah terstandar dalam upaya
peningkatannya. Oleh karena itu, Kyai dalam menjalankan perannya sebagai
motivator menggunankan berbagai cara dalam menggerakkan atau
membangkitkan motivasi santri. Adapun salah satu cara Kyai memotivasi
106

santrinya selain pada saat orientasi santri baru juga dengan cara menyapa dan
menegur secara langsung kepada santri. Dari hasil wawancara bersama
ustadzah Narwati pada hari kamis tanggal 18 januari 2018, pukul 09.00 yang
mengemukakan bahwa:

Setiap santri bertemu Kyai ketika saat kontrol dan bersalaman


dengannya. Pak Kyai selalu mengingatkan dan memberikan
motivasi seperti, belajar yang bener ya nak, kamu harus
memperjuangkan agama Allah. Kamu harus jadi generasi islam
yang dapat membawa kebaikan kepada sesama.

Selanjutnya pendapat yang sama juga diutarakan oleh Bayan rahman


santri kelas 2 Madrasah Aliyah yang juga sebagai pengurus Organisasi
Pesantren Darul Muttaqien dalam wawancara yang dilakukan pada hari kamis
tanggal 18 januari 2018 pukul 07.30 yang mengemukakan bahwa :
......Saya pernah lagi berjalan dari asrama menuju ke masjid.
kemudian saya ketemu pak Kyai. Terus saya salim ke pak Kyai.
Tapi pak Kyai menahan tangan saya sambil berkata, Kamu
bakal jadi penerus umat, umat islam entar ada ditangan kamu.

Anggi juga mengemukakan bahwa :


Pak Kyai kalo ketemu santri terus santri salaman, terus pak Kyai
liat ada sampah, Pak Kyai pasti negur. Orang kafir aja sekolah
bersih, masa orang islam sekolahnya kotor. Harusnya orang
Islam lebih bersih sekolahnya.

Menyapa dan menegur merupakan salah satu cara Kyai dalam


memotivasi dan mendekatkan dirinya pada santri. Dari hasil observasi yang
peneliti lakukan, memang Kyai selalu menyapa setiap siapa saja yang
menghampirinya. Walau hanya sekedar menanyakan kabar, memberikan
semangat atau mendo’akan. Termasuk pada peneliti sendiri yang setiap kali
peneliti bersalaman dengan Kyai, Kyai selalu bilang “bagaimana kabarnya?
Kamu harus jadi penerus umat. Kamu harus memperjuangkan Agama Allah”.
Secara tidak langsung, walau tidak banyak yang Kyai bicarakan pada peneliti.
Namun rasa semangat tersebut muncul seketika. Seolah peneliti harus
mengambil kesempatan hidup ini untuk memperjuangkan Agama Allah.
Kemudian, pak Kyai juga sering memberikan nasehat dalam setiap
kesempatan, baik kesempatan bertemu dengan santri, maupun dengan ustadz
atau ustadzah. Hal ini dikuatkan dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti
bersama Ustadz Ngadiono yang mengatakan bahwa:
107

Dari dulu sampai sekarang Pak Kyai selalu memberikan


nasihat atau mendo’akan disetiap Pak Kyai bertemu sama
santri atau Ustadz. (wawancara hari Jum’at tanggal 19 januari
2018 pukul 07.00)

Selain itu, Ustad fahad juga mengemukakan hal yang sama, bahwa :
Pak Kyai lebih banyak nasihat kalo bicara, ketika kumpul-kumpul
baik bersama santri maupun ustad beliau selalu memebrikan
nasihat. (wawancara hari Jum’at tanggal 20 januari 2018 pukul
09.00)

Motivasi yang diberikan oleh Kyai juga menanamkan nilai – nilai yaitu saling
bekerjasama dan ukhuwah islamiyah. Seperti yang diungkapkan oleh Fauzan,
salah seorang santri pondok pesantren Darul Muttaqien pada hari selasa
tanggal 23 januari 2018 yang mengemukakan hal yang sama yakni.

Ceramah pak Kyai memotivasi gitu. Jadi bikin kita yang awalnya
drop dari gk betah jadi betah. Alhamdulillah. Beliau itu selalu
bilang siap dipimpin dan siap memimpin

Dari percakapan di atas, dapat dijelaskan bahwa santri Darul


Muttaqien siap dipimpin dan siap memimpin. Dari hal tersebut, dapat
diidentifikasi bahwa santri diajarkan bekerjasama antar tim karena
sesungguhnya kerjasama yang baik itu adalah kerjasama yang saling paham
dan menguatkan masing – masing. Hal ini juga dinyatakan dalam hasil
wawancara bersama ustad Ngadiono pada tanggal 19 Januari 2018 pukul
07.30 WIB yang mengatakan bahwa:

....Setiap hari jumat, pondok pesantren Darul Muttaqien


mewajibkan semua santrinya untuk bekerjasama untuk
membersihkan lingkungan pesantren. Hal ini ditegaskan atas
nasihat Kyai dalam perkumpulan (rapat) mingguan antara Kyai
dengan para ustad dan ustadzah.

Hal senada juga diungkapkan dari wawancara bersama Ustad Imron,


ia mengatakan bahwa:
Pesantren Darul Muttaqien bisa menjadi bersih seperti ini
akibat kerjasama antara santri dengan santri, santri dengan
para ustad dan para ustadzah, santri dengan Kyai dalam
komitmennya menjaga lingkungan pesantren.
108

Dan dari observasi yang peneliti lakukan pada tanggal 19 Januari 2018
terlihat bahwa semua santri di hari jumat membersihkan lingkungan pesantren
mulai dari kamar tidur, kamar mandi, halaman gedung, dan taman – taman
gedung di pondok pesantren. Semua santri bergerak dengan job desk nya
masing – masing. Hal ini membuktikan bahwa peran Kyai sebagai motivator
untuk membangun kesadaran bergotong royong atau bekerjasama antar santri
benar – benar terjadi di pondok pesantren Darul Muttaqien.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat digambarkan bahwa Kyai
berhasil menjadi agen perubahan dalam merubah karakter santri agar dapat
bekerjasama. Pernyataan ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Hadari Nawawi dalam Sudaryono (2014:236) tentang indikator
kepemimpinan karismatik yang dipahami bahwa pemimpin karismatik
merupakan agen perubahan.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan dan pembahasan dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa Kyai Madrodja Sukarta merupakan Kyai yang
karistimatik baik di mata santri, ustadz/ustadzah dan masyarakat. Hal ini
dapat dibuktikan dari beberapa indikator kepemimpinan karismatik yang ia
lakukan. Pertama, Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan Kyai yang sangat
dipercaya oleh bawahannya baik para santri, ustadz dan ustadzah. Hal ini
terbukti dari posisi beliau sebagai ketua di beberapa organisasi keislaman di
Kabupaten Bogor. Kedua, mempunyai Visi yang kuat dan ideal dalam
kepemimpinannya di Pondok Pesantren Darul Muttaqien. Ketiga, selain ia
mempunyai visi yang kuat dan ideal, ia juga mampu menyampaikan visi
tersebut dengan tegas dan berani. Keempat, Kyai Mad Rodja Sukarta bukan
hanya memerintah dengan kata – kata dalam implementasi visinya. Namun,
ia mampu mempraktekkan dan menjadi teladan bagi bawahannya atas apa
yang ingin dicapai. Kelima, Ia juga mampu menjadi agen perubahan bagi
para bawahannya. Tidak sedikit santri dan para pengikutnya berubah dari
sikap dan karakter yang kurang baik menjadi lebih baik lagi. Keenam, Kyai
Mad Rodja Sukarta mempunyai kepekaan yang sangat tinggi bagi para
pengikutnya. Sehingga dari enam indikator tersebut, Kyai Mad Rodja
Sukarta dianggap sebagai Kyai yang karismtaik. Yang pada akhirnya
muncullah kewibawaan dimata para pengikunya karena dianggap sebagai
Kyai yang sangat luar biasa baik dari segi kedisiplinan, ketegasan, dan
keilmuan.
Adapun peran kepemimpinan karismtaik dalam pembentukan
karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien terbagi menjadi
beberapa peran di antaranya; Pertama, Peran Kyai sebagai pengasuh Pondok
Pesantren, yang menggunakan pembiasaan dan pengambilan hikmah atau
ibroh adalah cara Kyai dalam pembentukan karakter santri menjadi lebih
baik. Adapun karakter yang terbentuk yaitu karakter santri peduli terhadap
sesamanya, dan karakter toleransi terhadap golongan atau latar belakang
santri di rumahnya masing-masing. Kedua, Peran Kyai sebagai teladan, dari
peran ini Kyai benar-benar memberikan contoh prilaku yang ideal terhadap
pembentukan karakter santri di Darul Muttaqien. Ia tidak hanya berbicara
atau memerintah, namun ia lebih banyak memberikan teladan kepada para
santrinya agar melakukan sesuatu yang diharapkan oleh pesantren. Sehingga,
dengan peran ini muncullah karakter kesederhanaan terhadap santri. Ketiga,
Peran Kyai sebagai orang tua santri, Kyai mempunyai peranan yang sangat

109
110

strategis di pondok pesantren. Ia sebagai orang tua kedua santri dapat


mengendalikan perilaku dan dari cara Kyai tersebut maka terbentuklah
karakter kejujuran, kesabaran dan keiklasan terhadap santri. Keempat, Peran
Kyai sebagai pemimpin, Kyai bukan hanya bertugas sebagai pengajar di
dalam pondok pesantren namun juga sebagai pemimipin atas
keberlangsungan dan berjalannya pondok pesantren. Oleh karenanya, Kyai
harus mempunyai visi yang kuat juga ideal. Selain itu, ia juga harus berani
menyampaikan visi tersebut dengan tegas. Dari hasil penelitian, disimpulkan
bahwa Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan Kyai yang mempunyai visi misi
yang kuat juga ideal. Selain itu, ia juga mampu menyampaikannya dengan
berani dan tegas. Sehingga, santri melihat karakter tersebut. Dan muncullah
karakter mandiri pada diri santri Darul Muttaqien. Kelima, Peran Kyai
sebagai motivator, Kyai Mad Rodja Sukarta merupakan Kyai yang mampu
menumbuhkan semangat dan motivasi kepada santri sehingga santri totalitas
dalam menjalani aktivitas di pondok pesantren. Dengan totalitas tersebut
muncullah karakter yang kuat terhadap diri santri untuk dapat merubah
dirinya menjadi orang yang lebih baik.

B. Saran - Saran
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada semua pihak, dan demi suksesnya
kegiatan yang dilakukan di Pondok Pesantren Darul Muttaqien dalam
pembentukan karakter santri, maka peneliti memberikan beberapa saran,
antara lain:

1. Bagi Lembaga
Pondok Pesantren Darul Muttaqien merupakan Pondok Pesantren
yang bagus dan berkualitas, maka hal ini perlu dipertahankan dan
dikembangkan agar kebermanfaatannya dapat dirasakan oleh banyak
orang.
2. Bagi Ustadz dan Ustadzah
Bagi ustadz dan ustadzah yang sudah melihat dan merasakan
kepemimpinan karismatik Kyai semoga dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan input dalam menyumbangan ide / sumbangsih
pemikiran khususnya dalam pembentukan karakter santri di pondok
pesantren.
3. Bagi Santri
Bagi santriwan dan santriwati yang belajar di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien semoga dapat mengikuti dan mengaplikasikan atau
menerapkan kebaikan yang sudah didapat dari kepemimpinan
karismatik Kyai di pondok Pesantren Darul Muttaqien.

Semoga hasil dari penelitian ini bermanfaat bagi banyak orang. Dan
semoga karakter santri khususnya di Pesantren Darul Muttaqien dan
111

umumnya seluruh santri di Indonesia semakin lebih baik. Selanjutnya,


peneliti menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan tesis ini. Penulis berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi peneliti lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Aan Komariah dan Cepi Triatna, 2010. Visionary Leadership. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Ahmad Muhakamurrohman, 2014. “Pesantren: Pesantren: Santri, Kyai,
Tradisi” dalam Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 12, No. 2, Juli -
Desember 2014ISSN : 1693 – 6736. Al-Azhar Kairo, Mesir
Madinat Nasr, Cairo, The Arab Republic of Egypt.
Ahmad Sofan Ansor. 2014. “Manajemen Pendidikan Islam Tentang
Kepemimpinan Kyai di Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Qur’an
Cipondoh Tangerang” dalam Jurnal Edukasi Islami Jurnal
pendidikan Vol. 03, Juli.
Alben Ambarita. 2015. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Amin Haedari, dkk. 2006. Masa Depan Pesantren dalam Tantangan
Modernitas dan Tantangan Komplesitas Global. Jakarta : IRD
Press.
Arifin, Zainal. 2015. Kepemimpinan Kyai Dalam Ideologisasi Pemikiran
Santri Di Pesantren-Pesantren Salafiyah Mlangi Yogyakarta
dalam Inferensi, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol. 9, No.
2, Desember 2015: 351-372353. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Baharuddin dan Umiarso, 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Baharuddin dan Umiarso. 2012. Kepemimpinan Pendidikan Islam.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Deddy Mulyana, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosda Karya.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dian Eka Prihantoro. 2016. “Mengenal Gaya Kepemimpinan dalam Dunia
Pendidikan” dalam Jurnal Tarbawiyah, Vol. 13, No. 2, Edisi Juli
– Desember.

112
113

Donni Juni Priansa. 2017. Menjadi Kepala Sekolah dan Guru Profesional.
Bandung: CV. Pustaka Setia.
Dwi Kusumawati Rizky, 2015. “Pendidikan Karakter Di Pondok
Pesantren Askhabul Kahfi Semarang”. Skripsi. Jurusan Politik
Dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang.
Edi Susanto, 2007 “Krisis Kepemimpinan Kyai, Studi atas Kharisma Kyai
dalam Masyarakat“ dalam Jurnal Islamica, Vol. 1. No. 2, Maret.
Fauzan, 2015. “Peran Pesantren Dalam Mengembangkan Pendidikan
Karakter” dalam Jurnal Zakat Produktif sebagai Titik Tolak
Kebangkitan Peradaban Islam Vol.01 No.01 Agustus 2015. STAI
(Sekolah Tinggi Agama Islam) Al-Khairat Pamekasan.
Fauzi, Rahmat. 2016. Kepemimpinan KH. Turmudzi Taslim AH Dalam
Membentuk Akhlak Santri di Pondok Roudlotul Qur’an Glondong
Kauman Kota Semarang. Skripsi. UIN Walisongo.
Guntur Cahaya Kesuma. 2014. “Pesantren dan Kepemimpinan Kyai”
dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 1, No. 1,
Juni, IAIN Raden Intan Lampung.
Hughes dkk, 2015. Memeperkaya Pelajaran dari Pengalaman. Jakarta :
Salemba Humanika.
Hurin In Lia Amalia Qori. 2013. “Kepemimpinan Karismatik Versus
Kepemimpinan Transformasional” dalam Jurnal Analisa, Vol. 1
No. 2, Agustus, Universitas 17 Agustus 1945.
Ilahi Takdir. 2012. Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral. Jogjakarta :
Ar Ruzz Media.
Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gunung
Persada.
J. Moleong, Lexy. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya.
John W Creswell, 2010. Research Design : Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kartini Kartono, 2016. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Kesuma Dharma dkk. 2013. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan
Praktik di Sekolah. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
114

M. Ali Mas‟udi, 2015. “Peran Pesantren Dalam Pembentukan Karakter


Bangsa” dalam Jurnal PARADIGMA Volume 2, Nomor 1,
November 2015: ISSN 2406-9787. Institut Agama Islam Tri
Bhakti Kediri.
Masduki Duryat, 2016. Kepemimpinan Pendidikan ( Meneguhkan
Legitimasi dalam Berkontestasi di Bidang Pendidikan). Bandung
: CV. Alfabeta.
Mu’in Fatchul. 2011. Pendidikan Karakter Konstruksi Teoretik dan
Praktik Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Mu’in Fatchul. 2011. Pendidkan Karakter: Konstruksi Teoretik dan
Praktik. Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Musfah Jejen. 2016. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana.
Naerul Edwin dan Kiky Aprianto, 2016, “Peran Komunikasi
Kepemimpinan dalam Pengembangan Organisasi Perspektif
Islam”, Jurnal Ekonomi Islam (Islamic Economics Journal), Vol.
4 No. 2, Juli – Desember, Pascasarjana IAIN Purokerto.
Naim Ngainun. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran Pendidikan
dalam Pengembangan Ilmu dan Pembentukan Karakter Bangsa.
Jogjakarta: Ar Ruzz Media.
Nana Syaodih Sukmadinata, 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2002. Metodologi Research Penelitian Ilmiah. Jakarta: Budi
Aksara, 2002.
Nurotun Mumtahanah, 2015. “Pengembangan Sistem Pendidikan Dalam
Meningkatkan Profesionalisme Santri” dalam AL HIKMAH
Jurnal Studi Keislaman, Volume 5, Nomor 1, Maret 2015.
Nurul Ulfatin. 2015. Metode Penelitian Kualitatif Di Bidang Pendidikan :
Teori dan Aplikasinya. Malang : Media Nusa Creative.
Ony, Kurniawati. 2014. “Analisis Gaya Kepemimpinan, Komunikasi, dan
Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan PT. Indovickers
Furnitama” dalam Jurnal Eksekutif, Vol. 11, No. 2, Desember.
P F. Lano, 2015. Fungsi Kepemimpinan untuk Mengurasngi Sikap
Arogansi Pegawai, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Vol 4, No.
1, 2015.
Purwanti. 2014. Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Pondok
Pesantren Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di
115

SMP Ali Maksum Yogyakarta. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah


dan Keguruan: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Rela Mar’ati, 2015. Pesantren sebagai Basis Pendidikan Karakter; Tujuan
Psikologis. Jurnal Al-Murabbi, Vol. 01 No. 01, Juli-Desember
2014.
Ria Marganingsih, 2016. “Kepemimpinan karismatik Sebagai Employer
Branding” dalam Jurnal Bisnis Darmajaya, Vol.02. No.02, Juli.
Universitas Islam 45 Bekasi.
Samani Muchlas dan Hariyanto. 2016. Konsep dan Model Pendidikan
Karakter, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sambutan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, MA Ketua Umum Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) (Kantor PBNU, Senin 27
Januari 2014)
Setiadi, 2009. Pendidikan Pesantren. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan
FIP – UPI.
Stephen P. Robbins dan Timothy A. Judge, 2017. Perilaku Organisasi.
Jakarta : Salemba Empat.
Sudarwan Danim dan Suparno. 2009. Manajemen dan Kepemimpinan
Transformasioanl Kepala Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sudarwan Danim. 2012. Kepemimpinan Pendidikan. Bandung : CV
Alfabeta.
Sudaryono, 2014. Leadership: Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta
Pusat : Lentera Ilmu Cendekia.
Sugiono. 2016. Metode Penelitian Manajemen. Bandung : CV. Alfabeta
Suharsismi Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan.
Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Sunardi. 2017. Kepemimpinan Kyai Dalam Pengembangan Pondok
Pesantren Al Urwatul Wutsqo Jombang dalam Jurnal Al – Idaroh
Volume I Nomor 1 Maret 2017.
Susanto, Edi. 2007. KRISIS KEPEMIMPINAN KYAI: Studi Atas
Kharisma Kyai Dalam Masyarakat Dalam Jurnal ISLAMICA,
Vol. 1, No. 2, Maret 2007.
Uhar Suharsaputra, 2016. Kepemimpinan Inovasi Pendidikan. Bandung :
PT. Refika Aditama.
116

Ummi, Laila. 2011. Gaya Kepemimpinan Kharismatik KH. Muhammad


Hasandi Pondok Pesantren Baitul Ulum Pasuruan. Skripsi. UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Wasino, 2014. Kepemimpinan di Indonesia Dalam Perspektif Sejarah dan
Budaya. Yogyakarta: Laksbang PressIndo
Winarto. 2015. Kepemimpinan Kyai Dalam Pembaruan Pondok
Pesantren. IAIN Tulung Agung
Yatim Riano. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya : SIC.
Zainal Arifin, 2015. “Kepemimpinan Kyai dalan Ideologisasi Pemikiran
Santri di Pesantren – Pesantren Salafiyah Mlangi Yogyakarta”
dalam Jurnal Penelitian Sosial Kegamaan, Vol. 9 No. 2,
Desember, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Zubaedi. 2013. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kencana. Prenada
Media Group.
Zulkifli Matondang, 2014. “Pembentukan Karakter Santri/Wati Berbasis
Tradisi Pesantren (Studi Pada Pp Syekh Burhanuddin– Kampar
Riau)” dalam Jurnal Pelangi Pendidikan Vol. 21 No. 1 Juni
2014. Jurusan PTB - Fakultas Teknik Unimed.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
PEDOMAN OBSERVASI

A. Sasaran:
Aktivitas Kiai pada saat melaksanakan kegiatan di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien.

B. Pokok – Pokok yang Diamati:


Aktivitas kiai ketika berhubungan langsung dengan santri dan para
ustad/ustadzah dalam rangka pembentukan karakter santri di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien.

C. Tahap – Tahap Pengamatan:


1. Tahap eksplorasi umum, mengamati secara umum aktivitas kiai dalam
hubungannya dengan santri dalam rangka pembentukan karakter santri.
2. Memperhatikan dan mengkaji seluruh aspek yang diamati sehingga
diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang kegiatan kiai dengan para
santri ketika mengikuti kegiatan di Pondok Pesantren Darul Muttaqien.
3. Pengamatan dipertajam pada sikap, perilaku, dan kegiatan kiai dengan
dalam pelaksanaan pembentukan karakter santri di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien.
4. Pengamatan aktivitas keseharian santri di Pondok Pesantren Darul
Muttaqien.
5. Pengamatan karakter santri di Pondok Pesantren Darul Muttaqien
PEDOMAN WAWANCARA
Unsur Teknik Sumber Pertanyaan
pengambila Data
n
Data
O D W
Pandangan √ Ustadz, 1. Menurut anda
bagaimankepemimpin
Tentang Pegawai,
an Pak Kiai?
kepemimpinan Santri 2. Menurut anda apakah
Pak Kiai sudah
kiai
menjadi pemimpin
yang baik?
3. Menurut anda seberapa
efektif jika lembaga
pesantren dipimpin
Pak Kiainya langsung?
4. Bagaimana cara Pak
Kiai memimpin
Pondok Pesantren?
Sifat dan Sikap √ √ Ustad, staf 1. Bagaimana proses
komunikasi antara
Kepemimpinan dan santri
anda dengan Pak Kiai?
Kiai 2. Bagaimana cara Pak
Kiai memberikan tugas
atau perintah?
3. Bagaimana sikap anda
ketika menerima tugas
atau perintah dari Pak
Kiai?
4. Bagaimana cara anda
melaksanakan tugas
atau perintah dari Pak
Kiai?
5. Bagaimana cara Pak
Kiai mengawasi tugas
dan perintah yang
diberikan?
6. Apakah tugas yang
diberikan oleh pak kiai
kepada anda sudah
tepat?
7. Bagaimana cara Pak
Kiai menyelasaikan
masalah yang timbul?
8. Bagaimanakah cara
Pak Kiai bersikap
terhadap bawahan?
9. Bagaimanakah sikap
Pak Kiai ketika anda
melakukan kesalahan?
10. Apa saja upaya yang
dilakukan Pak Kiai
untuk merekatkan
hubungan antara
pemimpin (Pak Kiai)
dan bawahan serta
sesama bawahan?
11. Bagaiamanakah Pak
Kiai bersikap ketika
anda memberikan
saran dan masukan?
12. Bagaimana Pak Kiai
bertindak ketika ada
bawahan yang
berkonflik?
√ √ Pengikut 1. Bagaimana menurut
anda pandangan
(Masyaraka
tentang Pak Kiai Mad
t) Rodja Sukarta?
2. Menurut anda,
bagaimana hubungan
Pak Kiai dengan
masyarakat sekitar?
3. Bagaimana sifat – sifat
Pak Kiai?
4. Bagaiman sikap Pak
Kiai dalam
bermasyarakat?
5. Apakah Pak Kiai
sering bekerjasama
dengan masyrakat?
6. Bagaimana proses
komunikasi antara
anda dengan Pak Kiai?
7. Bagaimana perasaan
anda jika
berkomunikasi dengan
Pak Kiai?
8. Bagaimana sikap anda
ketika menerima tugas
atau perintah dari Pak
Kiai?
9. Bagaimana cara anda
melaksanakan tugas
atau perintah dari Pak
Kiai?
10. Bagaimana cara Pak
Kiai menyelasaikan
masalah yang timbul di
masyarakat?
11. Apa saja upaya yang
dilakukan Pak Kiai
untuk merekatkan
hubungan antara Pak
Kiai dengan
Masyarakat?
12. Bagaiamanakah Pak
Kiai bersikap ketika
anda memberikan
saran dan masukan?
13. Bagaimana anda
mendengar/memperhat
ikan ceramah/atau
nasihat Pak Kiai?
14. Apakah ada sesuatu
yang kurang berkenan
dari Pak Kiai?
15. Apa harapan anda
terhadap Pak Kiai?
Pak Kiai 1. Bagaimanan proses
kepemimpinan Pak
Mad Rodja
Kiai terhadap pondok
Sukarta pesantren darul
muttaqien ini?
2. Bagaimana proses
komunikasi antara Pak
Kiai dengan Ustad dan
staf pesantren?
3. Bagaiman proses
komunikasi Pak Kiai
dengan para santri?
4. Bagaimana cara Pak
Kiai menangani
masalah yang terjadi di
Pondok Pesantren?
5. Bagaimana Pak Kiai
mengawasi tugas yang
di berikan kepada para
stad, staf dan santri di
Pondok Pesantren?
6. Apa saja yang Pak
Kiaiupayakan agar
para ustad, staf dan
santrimenyelesaikan
tugas yang sesuai dan
tepat waktu?
7. Bagaimana sikap Pak
Kiai ketika ada
ustadz/staf yang
melakukan kesalahan
dalam menyelesaikan
tugasnya?
8. Apa saja upaya yang
pak kiai lakukan untuk
mempererat hubungan
Pak Kiai dengan para
ustadz, staf dan santri?
9. Apa saja yang pak kiai
lakukan untuk
menyukseskan
program-program yang
direncanakan?
10. Bagaimanakah yang
Pak Kiai lakukakan
jika ada Ustad, Staf
atau Santri yang
melakukan kesalahan?
11. Apa yang Pak Kiai
lakukan jika ada antar
pegawai yang konflik?
12. Bagaimana cara Pak
Kiai dalam
menciptakan suasana
lingkungan Pondok
Pesantren yang
nyaman?
13. Bagaimana menurut
Pak Kiaijika ada
ustadz/staf yang
memberikan masukan
dan saran?
14. Jika ada pegawai
yang tidak masuk,
langkah-langkah apa
yang Pak Kiai
lakukan?
15. Apa harapan Pak Kiai
terhadap para ustadz,
staf dan santri?
Proses √ √ √ Ustad dan 1. Bagaimana pandangan
Bapak/Ibu tentang
pembentukan staf
karakter santri di
karaktersantri pesantren Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
2. Nilai karakater apa
sajakah yang terdapat
pada santri Pondok
Pesantren Darul
Muttaqien?
3. Menurut Bapak/Ibu
apakah Pondok
Pesantren ini sudah
menanamkan nila-
nilai karakter?
4. Apa saja kegiatan
yang menunjang
pembentukan karakter
di Pondok Pesantren
darul Muttaqien?
5. Nilai karakater apa
sajakah yang
Bapak/Ibu ajarkan
pada santri Pondok
Pesantren Darul
Muttaqien?
6. Bagaimana peran Pak
Kiai dalam
pembentukan karakter
di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
7. Menurut Bapak/Ibu
bagaimana cara Pak
Kiai membentuk
karakter santri di
Pondok Pesantren
Darul Muttaqien
8. Menurut Bapak/Ibu
sudah efektifkah
pembentukan karakter
yang dilakukan di
Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
√ √ √ Santri 1. Menurut anda, apa
yang anda ketahui
tentang karakter?
2. Menurut anda apakah
Pondok Pesantren ini
sudah menananmkan
nila-nilai karakter?
3. Nilai karakater apa
sajakah yang anda
dapatkan selama
belajar di Pondok
Pesantren Darul
Muttaqien?
4. Apa saja kegiatan yang
menunjang
pembentukan karakter
di Pondok Pesantren
darul Muttaqien?
5. Bagaimana peran Pak
Kiai dalam
pembentukan karakter
santri di Pondok
Pesantren Darul
Muttaqien?
6. Menurut anda
bagaimana cara Pak
Kiai membentuk
karakter santri di
Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
7. Apakah Pak Kiai
sudah menjadi teladan
karakter yang baik di
lingkungan Pesantren?
8. Menurut anda sudah
baikkah pembentukan
karakter yang
dilakukan di Pondok
Pesantren Darul
Muttaqien?
√ √ √ Pak Kiai 1. Bagaimana pandangan
Pak Kiai tentang
Mad Rodja
karakter santri di
Sukarta Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
2. Nilai karakater apa
sajakah yang terdapat
pada santri Pondok
Pesantren Darul
Muttaqien?
3. Menurut Pak Kiai
apakah Pondok
Pesantren ini sudah
menanamkan nila-nilai
karakter?
4. Apa saja kegiatan yang
menunjang
pembentukan karakter
di Pondok Pesantren
darul Muttaqien?
5. Nilai karakater apa
sajakah yang Pak Kiai
ajarkan pada santri
Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
6. Bagaimana peran Pak
Kiai dalam
pembentukan karakter
di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
7. Bagaimana cara Pak
Kiai membentuk
karakter santri di
Pondok Pesantren
Darul Muttaqien
8. Menurut Pak Kiai
sudah efektifkah
pembentukan karakter
yang dilakukan di
Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
PEDOMAN WAWANCARA
(Masyarakat)
Pandangan tentang kepemimpinan kiai
5. Menurut anda bagaiman kepemimpinan Pak Kiai Pak Kiai Mad Rodja Sukarta?
6. Apakah Pak Kiai sudah menjadi pemimpin yang baik di pesantren dan
masyarakat sekitar?
7. Bagaimana cara Pak Kiai memimpin Pondok Pesantren dan masyarakat sekitar?

Sifat dan sikap kepemimpinan


16. Bagaimana menurut anda pandangan tentang Pak Kiai Mad Rodja Sukarta?
17. Menurut anda, bagaimana hubungan Pak Kiai dengan masyarakat sekitar?
18. Bagaimana sifat – sifat Pak Kiai?
19. Bagaiman sikap Pak Kiai dalam bermasyarakat?
20. Apakah Pak Kiai sering bekerjasama dengan masyrakat?
21. Bagaimana proses komunikasi antara anda dengan Pak Kiai?
22. Bagaimana perasaan anda jika berkomunikasi dengan Pak Kiai?
23. Bagaimana sikap anda ketika menerima tugas atau perintah dari Pak Kiai?
24. Bagaimana cara anda melaksanakan tugas atau perintah dari Pak Kiai?
25. Bagaimana caraPak Kiai menyelasaikan masalah yang timbul di masyarakat?
26. Apa saja upaya yang dilakukan Pak Kiai untuk merekatkan hubungan antara Pak
Kiai dengan Masyarakat?
27. Bagaiamanakah Pak Kiai bersikap ketika anda memberikan saran dan masukan?
28. Bagaimana anda mendengar/memperhatikan ceramah/atau nasihat Pak Kiai?
29. Apakah ada sesuatu yang kurang berkenan dari Pak Kiai?
Apa harapan anda terhadap Pak Kiai?
PEDOMAN WAWANCARA
SANTRI
Pandangan tentang kepemimpinan kiai
8. Menurut anda bagaiman kepemimpinan Pak Kiai Pak Kiai Mad Rodja Sukarta?
9. Apakah Pak Kiai sudah menjadi pemimpin yang baik?
10. Bagaimana cara Pak Kiai memimpin Pondok Pesantren?

Sifat dan Sikap Kepemimpinan


13. Bagaimana proses komunikasi antara anda dengan Pak Kiai?
14. Bagaimana caraPak Kiai memberikan tugas atau perintah?
15. Bagaimana sikap anda ketika menerima tugas atau perintah dari Pak Kiai?
16. Bagaimana cara anda melaksanakan tugas atau perintah dari Pak Kiai?
17. Bagaimana caraPak Kiai mengawasi tugas dan perintah yang diberikan?
18. Apakah tugas yang diberikan oleh pak kiai kepada anda sudah tepat?
19. Bagaimana caraPak Kiai menyelasaikan masalah yang timbul?
20. Bagaimanakah caraPak Kiai bersikap terhadap bawahan?
21. Bagaimanakah sikap Pak Kiai ketika anda melakukan kesalahan?
22. Apa saja upaya yang dilakukan Pak Kiai untuk merekatkan hubungan antara
pemimpin (Pak Kiai)dan bawahan serta sesama bawahan?
23. Bagaiamanakah Pak Kiai bersikap ketika anda memberikan saran dan masukan?
24. Bagaimana Pak Kiai bertindak ketika ada bawahan yang berkonflik?

Proses Pembentukan Karakter


9. Menurut anda, apa yang anda ketahui tentang karakter?
10. Menurut anda apakah Pondok Pesantren ini sudah menananmkan nila-nilai
karakter?
11. Nilai karakater apa sajakah yang anda dapatkan selama belajar di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien?
12. Apa saja kegiatan yang menunjang pembentukan karakter di Pondok Pesantren
darul Muttaqien?
13. Bagaimana peran Pak Kiai dalam pembentukan karakter santri di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien?
14. Menurut anda bagaimana cara Pak Kiai membentuk karakter santri di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien?
15. Apakah Pak Kiai sudah menjadi teladan karakter yang baik di lingkungan
Pesantren?
16. Menurut anda sudah baikkah pembentukan karakter yang dilakukan di Pondok
Pesantren Darul Muttaqien?
PEDOMAN WAWANCARA
USTAD
Pandangan tentang kepemimpinan kiai
11. Menurut anda bagaiman kepemimpinan Pak Kiai Pak Kiai Mad Rodja
Sukarta?
12. Apakah Pak Kiai sudah menjadi pemimpin yang baik?
13. Bagaimana cara Pak Kiai memimpin Pondok Pesantren?

Sifat dan Sikap Kepemimpinan


25. Bagaimana proses komunikasi antara anda dengan Pak Kiai?
26. Bagaimana caraPak Kiai memberikan tugas atau perintah?
27. Bagaimana sikap anda ketika menerima tugas atau perintah dari Pak Kiai?
28. Bagaimana cara anda melaksanakan tugas atau perintah dari Pak Kiai?
29. Bagaimana caraPak Kiai mengawasi tugas dan perintah yang diberikan?
30. Apakah tugas yang diberikan oleh pak kiai kepada anda sudah tepat?
31. Bagaimana caraPak Kiai menyelasaikan masalah yang timbul?
32. Bagaimanakah caraPak Kiai bersikap terhadap bawahan?
33. Bagaimanakah sikap Pak Kiai ketika anda melakukan kesalahan?
34. Apa saja upaya yang dilakukan Pak Kiai untuk merekatkan hubungan antara
pemimpin (Pak Kiai)dan bawahan serta sesama bawahan?
35. Bagaiamanakah Pak Kiai bersikap ketika anda memberikan saran dan masukan?
36. Bagaimana Pak Kiai bertindak ketika ada bawahan yang berkonflik?

Proses Pembentukan Karakter


9. Bagaimana pandangan Bapak/Ibu tentang karakter santri di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
10. Nilai karakater apa sajakah yang terdapat pada santri Pondok Pesantren Darul
Muttaqien?
11. Menurut Bapak/Ibu apakah Pondok Pesantren ini sudah menanamkan nila-nilai
karakter?
12. Apa saja kegiatan yang menunjang pembentukan karakter di Pondok Pesantren
darul Muttaqien?
13. Nilai karakater apa sajakah yang Bapak/Ibu ajarkan pada santri Pondok
Pesantren Darul Muttaqien?
14. Bagaimana peran Pak Kiai dalam pembentukan karakter di Pondok Pesantren
Darul Muttaqien?
15. Menurut Bapak/Ibu bagaimana cara Pak Kiai membentuk karakter santri di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien?
16. Menurut Bapak/Ibu sudah efektifkah pembentukan karakter yang dilakukan di
Pondok Pesantren Darul Muttaqien?
PROFIL
PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
PARUNG – BOGOR

SEJARAH PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN

Pondok Pesantren Darul Muttaqien terletak di wilayah desa Jabon Mekar


Kecamatan Parung Kabupaten Bogor Jawa Barat. Resmi berdiri sebagai lembaga
pesantren pada tahun 1988 M, tepatnya tanggal 18 Juli 1988. Sejarah berdirinya
Darul Muttaqien terkait erat dengan dengan pemberian tanah wakaf seluas 1,8 ha
oleh pemiliknya H. Mohamad Nahar (alm.), seorang mantan wartawan senior
Kantor Berita Antara kepada KH. Sholeh Iskandar (alm) ketua BKSPPI (Badan
Kerjasama Pondok Pesantren se Indonesia) pada tahun 1987. Dan sampai sekarang
luas lahan Pesantren Darul Muttaqien + 12 ha. Niat pemberian tanah wakaf
sebagaimana pernah disampaikan Alm. H. Mohamad Nahar agar didirikan lembaga
pendidikan Islam (pondok pesantren) yang standar, baik dari segi kualitas
pendidikannya, pelayanan maupun manajemen pengelolaannya. Niat ini muncul
sebagai rasa keprihatinan dan keterpanggilan melihat kenyataan lulusan pesantren
belum memiliki kualitas yang standar, masih jauh dari harapan.

Banyak tokoh dan para ulama yang terlibat baik secara langsung maupun
tidak langsung menjadi founding father lahirnya Darul Muttaqien, diantaranya
adalah KH. Sholeh Iskandar (Ketua BKSPPI), KH. Rosyad Nurdin (MUI Jawa Barat),
KH. TB. Hasan Basri (BKSPPI Bogor) dan KH. Abdul Manaf Mukhayyar (Pesantren
Darunnajah Jakarta). Sebab dari tahun 1980 H. Mohamad Nahar telah melakukan
berbagai konsultasi dengan tokoh-tokoh di atas yang pada akhirnya tahun 1988
berdirilah Pondok Pesantren Darul Muttaqien dengan KH. Mad Rodja Sukarta diberi
amanah untuk menjadi pimpinan.

Dari rangkaian sejarah berdirinya, maka awalnya Darul Muttaqien berafiliasi


pada Pondok Pesantren Darunnajah Jakarta. Namun berdasarkan pertimbangan
dan kepentingan yang lebih luas, terkait dengan kemandirian dan efektifitas
organisasi, maka didirikanlah Yayasan Darul Muttaqien pada tanggal 29 Januari
1992, dengan H. Mohamad Nahar sebagai ketua.
Terkait dengan pengunduran diri H. Mohamad Nahar, maka berdasarkan
rapat anggota yayasan M. Lutfi Nahar, SE resmi menjadi ketua yayasan yang baru
menggantikan ketua lama terhitung sejak tanggal 27 Oktober 2002 sampai
sekarang.

Sejak berdirinya, dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Darul Muttaqien


telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Semoga harapan wakif menjadi kenyataan, bahwa Darul Muttaqien
menjadi lembaga pesantren yang berkhidmat kepada ummat dengan mendidik
generasi bangsa.

Visi Pondok Pesantren Darul Muttaqien


Dalam rangka menyiapkan generasi Muslim yang berkualitas, Pondok
Pesantren Darul Muttaqien akan menerapkan Pendidikan Islam Terpadu dengan
pendekatan "Learning Process" serta berkomunikasi berbahasa Arab dan Inggris
melalui Manajemen terpadu dan peningkatan hubungan kemitraan.

Misi Pondok Pesantren Darul Muttaqien


Untuk mencapai Visi, Pondok Pesantren Darul Muttaqien akan :
1. Menerapkan Manajemen terpadu
2. Menerapkan Pendidikan Islam Terpadu
3. Menggunakan Bahasa Arab dan Inggris
4. Mengembangkan dan meningkatkan jaringan kerjasama
5. Meningkatkan hubungan kekeluargaan
6. Menerapkan "Learning Process" yang mendorong kreatifitas dan kemandirian
7. Mengembangkan potensi-potensi yang dapat digunakan sebagai sumber dana

Program Utama
1. Menerapkan Manajemen Terpadu
1.1 Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia
1.2 Menyempurnakan struktur Organisasi
1.3 Meningkatkan Produktifitas Kerja
1.4 Membuat dan menerapkan Sistem Kerja yang mendorong pada
terpenuhinya kepuasan pengguna
1.5 Menata dan melengkapi sarana dan prasarana

2. Menerapkan Pendidikan Islam Terpadu


2.1 Menerapkan Kurikulum Terpadu
2.2 Menciptakan suasana islami yang dapat mengembangkan keharmonisan
aspek, intelektual, emosional dan ketrampilan

3. Menggunakan Bahasa Arab dan Inggris dalam Komunikasi


3.1 Meningkatkan kemampuan berbahasa Arab dan Inggris
3.2 Menciptakan situasi yang mendorong penggunaan bahasa Arab dan Inggris

4. Mengembangkan Dan Meningkatkan Hubungan Kerjasama (Net Working)

5. Meningkatkan Hubungan Kekeluargaan


5.1 Membangun iklim yang mendorong terciptanya suasana Kekeluargaan

6. Menerapkan Learning Process


6.1 Menciptakan suasana yang memicu terjadinya Learning
Process

7. Mengembangkan Potensi-Potensi Yang Dapat Digunakan Sebagai Sumber


Pendanaan
7.1 Meningkatkan potensi penggalian dana baik internal maupun eksternal

VISI MTs DARUL MUTTAQIEN 2014-2018


“Menjadi Madrasah Tsanawiyah berstandar nasional yang mampu mencetak
generasi Islami yang berprestasi”

Kata Kunci Visi


 Standar Nasional Pendidikan
 Generasi Islami
 Generasi Berprestasi

Standar Nasional Pendidikan


 Memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan
 Mengembangkan Manajemen Berbasis Madrasah

Generasi Islami
 Memiliki Aqidah Shohihah, dan mengamalkan syari’at Islam secara benar
dan konsisten
 Memiliki budaya yang Islami

Generasi yang Berprestasi


 Mampu bersaing dengan lulusan yang sederajat untuk
melanjutkan/diterima dijenjang pendidikan yang lebih tinggi
 Mampu berpikir aktif, kreatif, inovatif, mandiri, dan terampil memecahkan
masalah
 Memiliki keterampilan atau kecakapan non akademis sesuai dengan minat
dan bakatnya

MISI MTs DARUL MUTTAQIEN


1. Menyelenggarakan pendidikan yang berstandar nasional
2. Melaksanakan Manajemen Berbasis Madrasah
3. Menumbuhkembangkan perilaku siswa yang berlandaskan aqidah dan
syari’at Islam
4. Menciptakan lingkungan, kondisi dan proses pendidikan yang Islami
5. Menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas dan efektif
6. Menyelenggarakan pembelajaran dengan mengembangkan PAIKEM/CTL
7. Menyelenggarakan pengembangan diri yang sesuai dengan kebutuhan,
minat dan bakat siswa

TUJUAN MTs DARUL MUTTAQIEN


1. Madrasah memenuhi kriteria sebagai madrasah berstandar nasional
2. Madrasah mampu melaksanakan manajemen berbasis madrasah
3. Madrasah mengembangkan berbagai program dan kegiatan penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai Islam
4. Madrasah memiliki tim lomba MIPA dan PAI yang menjadi juara I tingkat
provinsi
5. Madrasah mencapai nilai rata-rata UN dan UAMBN 8,00
6. Madrasah dapat meningkatkan jumlah siswa sebanyak 30%
7. Madrasah mengembangkan PAIKEM/CTL 100% untuk semua mata pelajaran

VISI MA DARUL MUTTAQIEN 2014 - 2018


“Menjadi Madrasah Aliyah berstandar nasional yang mampu mewujudkan
generasi beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu menghadapi tantangan
global”
Kata Kunci Visi
 Berstandar Nasional
 Generasi beriman
 Generasi berilmu
 Mampu Menghadapi tantangan global

Berstandar Nasional
 Memenuhi 8 Standar Nasional Pendidikan
 Mengembangkan manajemen berbasis madrasah

Generasi Beriman
 Memiliki Aqidah shohihah, akhlaq karimah dan mengamalkan syari’at Islam
secara benar
 Memiliki budaya Islami

Generasi yang berpengetahuan


 Mampu bersaing dengan lulusan yang sederajat untuk
melanjutkan/diterima di jenjang pendidikan yang lebih tinggi
 Mampu berpikir logis, kritis, aktif, kreatif, inovatif, mandiri, terampil dalam
memecahkan masalah dan mengambil keputusan
 Memiliki keterampilan atau kecakapan non akademis sesuai dengan minat
dan bakatnya
Mampu menghadapi tantangan global
 Mampu berbahasa Arab dan Inggris secara lisan dan tulisan
 Menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi
 Memiliki keterampilan dan kecakapan hidup

MISI MA DARUL MUTTAQIEN


1. Melaksanakan pendidikan berstandar nasional
2. Menyelenggarakan manajemen berbasis madrasah
3. Mengembangkan perilaku siswa yang berlandaskan pada syari’at Islam
4. Meneguhkan aqidah shohihah dan mengamalkan akhlak karimah dalam
kehidupan
5. Mewujudkan lingkungan, kondisi dan proses pendidikan yang Islami
6. Menyelenggarakan pendidikan secara efektif
7. Menyelenggarakan pembelajaran dengan mengembangkan Contextual
Teaching Learning / student center
8. Menyelenggarakan pengembangan diri yang berkualitas dan sesuai dengan
kebutuhan siswa tertentu
9. Menciptakan lingkungan berbahasa Arab dan Inggris
10. Menyelenggarakan pembelajaran berbahasa Arab atau Inggris pada mata
pelajaran pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi pada
pelajaran tertentu
11. Menyelenggarakan pengembangan diri yang sesuai dengan kebutuhan,
minat dan bakat siswa

TUJUAN MA DARUL MUTTAQIEN


1. Madrasah memenuhi kriteria sebagai madrasah berstandar nasional
2. Madrasah mampu melaksanakan manajemen berbasis madrasah
3. Madrasah mengembangkan berbagai program dan kegiatan penghayatan
dan pengamalan nilai-nilai Islam
4. Mampu mengantarkan peserta didik mencapai nilai rata-rata kelulusan 7,5
5. 50% lulusan madrasah diterima di PTN
6. Menjadi juara 1 debat bahasa Arab dan inggris tingkat kabupaten
7. Madrasah memiliki tim inti ekskul yang berprestasi di tingkat kabupaten
8. Madrasah menyelenggarakan proses pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi pada semua mata pelajaran

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) MTs DARUL MUTTAQIEN


1. Menunjukkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar
2. Menunjukkan kemampuan melaksanakan Ibadah Amaliah sehari-hari
dengan baik dan benar
3. Menunjukkan kemampuan menghafal Juz ’Amma
4. Menunjukkan keterampilan berkomunikasi dalam bahasa Arab dan Inggris
lisan dan tulisan
5. Menunjukkan kemampuan berpidato bahasa Arab, Inggris dan Indonesia
6. Mengamalkan ajaran agama sesuai dengan tahap perkembangan remaja
7. Memahami kekurangan dan kelebihan sendiri
8. Menunjukan sikap percaya diri
9. Mamatuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih
luas
10. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup nasional
11. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-
sumber lain secara logis, kritis dan kreatif
12. Menunjukan kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif
13. Menunjukan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya
14. Menunjukan kemampuan menganalisa dan memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
15. Mendeskripsikan gejala alam dan sosial
16. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab
17. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara
kesatuan republik Indonesia
18. Menghargai karya seni dan budaya nasional
19. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya
20. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu
luang
21. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun
22. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
23. Menghargai adanya perbedaan pendapat
24. Menunjukan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana
25. Menunjukan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis
dalam bahasa Indonesia dan Inggris sederhana
26. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan
menengah

Standar Kompetensi Lulusan Madrasah Aliyah dirumuskan sebagai berikut :


1. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama sesuai dengan perkembangan
remaja
2. Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan kelebihan diri
serta memperbaiki kekurangannya
3. Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku,
perbuatan, dan pekerjaannya
4. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial
5. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, dan golongan sosial
ekonomi dalam lingkup global
6. Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara logis,
kritis, kreatif, dan inovatif
7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam
pengambilan keputusan
8. Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk
pemberdayaan diri
9. Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan hasil yang
terbaik
10. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah
kompleks
11. Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial
12. Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab
13. Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
secara demokratis dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia
14. Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya
15. Mengapresiasi karya seni dan budaya
16. Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok
17. Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani, serta kebersihan
lingkungan
18. Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun
19. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di
masyarakat
20. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang
lain
21. Menunjukkan keterampilan membaca dan menulis naskah secara sistematis
dan estetis
22. Menunjukkan keterampilan menyimak, membaca, menulis, dan berbicara
dalam bahasa Arab, Inggris dan Indonesia
23. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan tinggi
KRITERIA KENAIKAN DAN KELULUSAN
MTs-MA DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

A. KRITERIA KENAIKAN
1. Tidak mendapatkan Nilai di bawah KKM dalam 2 semester/tiap
semester lebih 6 mata pelajaran.
2. Mengikuti seluruh program pembelajaran
3. Menuntaskan Program Tahfizhul Qur’an

B. KRITERIA KELULUSAN MADRASAH


1. Menyelesaikan semua program pembelajaran di Madrasah yang
diselenggrakan dan mendapatkan nilai baik dalam pelaksanaannya dan
kepribadiaannya. (UTS, UAS, UKK)
2. Memiliki nilai minimal baik pada penilaian akhir seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika
dan Penjaskes.
3. Mengikuti Ujian Nasional dan dinyatakan lulus
4. Mengikuti Ujian Madrasah dan dinyatakan lulus

C. KRITERIA KELULUSAN TMI


1. Menyelesaikan semua program pendidikan di TMI yang
diselenggarakan serta mendapatkan nilai baik dalam pelaksanaanya
dan kepribadiaanya
2. Memiliki minimal nilai baik pada penilaian akhir seluruh mata
pelajaran, kelompok mata pelajaran kepesantrenan, agama, dan akhlak
mulia, kelompok kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata
pelajaran estetika dan penjaskes
3. Memiliki nilai minimal baik dalam hal Ibadah, akhlak dan kedisiplinan
selama masa pendidikan di TMI
4. Mengikuti ujian-ujian negara yang diselenggarakan oleh pemerintah.
JADWAL KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
TMI DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

JAM KE WAKTU SABTU AHAD SENIN SELASA RABU KAMIS

06.15-07.00 Upacara Persiapan KBM

1 07.00-07.40

2 07.40-08.20 KBM KBM KBM KBM KBM KBM

3 08.20-09.00

09.00-09.40 Istirahat

4 09.40-10.20

5 10.20-11.00 KBM KBM KBM KBM KBM KBM

6 11.00-11.40

11.40-13.00 Sholat Zuhur dan Makan Siang

7 13.00-13.40

8 13.40-14.20 KBM Keg. Ekskul KBM KBM KBM Pramuka

9 14.20-15.00
JADWAL KEGIATAN SANTRI
TMI DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

No Waktu Kegiatan

03.45-04.00 Santri di bangunkan dan bersiap-siap ke mesjid


1
04.00-04.15 Shalat sunnah

2 04.15 Membaca al-Qur’an secara mandiri dengan tertib sampai menjelang subuh

3 *Waktu Shalat Shalat subuh berjamaah

4 05.00-05.15 Membaca al-Qur’an terpimpin oleh pengurus asrama

Pembinaan bahasa di asrama oleh pengurus asrama, santri kelas 5 dan 6 oleh staff
5 05.15-05.30
pengasuhan

6 05.30-06.25 Persiapan masuk kelas : olahraga, mandi, makan, dsb

7 06.30-11.50 KBM pagi s/d sebelum zhuhur

8 *Waktu Shalat Shalat zhuhur

9 11.50-13.10 Shalat dan makan siang

10 13.10-13.20 Pergerakan menuju kelas untuk KBM

11 13.30-14.50 KBM II

12 14.50 Membaca al-Qur’an terpimpin menjelang shalat ashar

13 *waktu Shalat Shalat ashar

14 15.30-16.00 Membaca al-Qur’an mandiri/halaqoh di mesjid di bimbing oleh pengurus asrama

15 16.00-17.00 Pramuka, setoran hafalan, olahraga, keg. mandiri

16 17.00-17.30 Mandi dan persiapan ke Mesjid

17 17.30 Membaca al-Qur’an mandiri di mesjid secara tertib dan teratur

18 *waktu Shalat Shalat maghrib


19 18.15-19.15 Halaqoh/makan malam

20 *waktu Shalat Shalat isya

21 20.00-21.15 Muhadloroh, hafalan terbimbing, belajar mandiri

22 21.15-21.30 Pengabsenan di kamar /Asrama, Pembinaan Bahasa, membaca do’a bersama

23 21.30-03,45 Istirahat malam


JADWAL KEGIATAN HARIAN
TMI DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

Jam
Waktu Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Kamis
ke

06.15-07.00 Upacara Persiapan KBM

1 07.00-07.40
2 07.40-08.20 KBM KBM KBM KBM KBM KBM
3 08.20-09.00
09.00-09.40 Istirahat
4 09.40-10.20
5 10.20-11.00 KBM KBM KBM KBM KBM KBM
6 11.00-11.40
11.40-13.00 Sholat Zuhur dan Makan Siang
7 13.00-13.40 Kegiatan
Pram
8 13.40-14.20 KBM Ekstrakuri KBM KBM KBM
kuler
uka
9 14.20-15.00
Olahraga Olahraga
Olahraga/
/ / Olahraga/ Olahraga/ Pramuk
10 16.00-17.00 Keg.
Keg. Keg. Keg. Mandiri Keg. Mandiri a
Mandiri
Mandiri Mandiri

Setelah Makan Makan Makan


Halaqoh Halaqoh Halaqoh
Maghrib Malam Malam Malam

Makan, Makan, Tahlila


Makan,
Belajar Muhadlo Muhadlo Belajar n dan
11 20.00-21.30 Belajar Malam
Malam roh roh Malam Ibadah
terbimbing
terbimbing mandiri Nafilah
JADWAL KEGIATAN MINGGUAN
TMI DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

Ka
No Waktu Sabtu Ahad Senin Selasa Rabu Jum’at
mis

1 03.45-05.30 Sesuai jadwal Harian dan KBM


Muhadat
sah Pagi,
Tasyji’ul
Lughah,
Lari Pagi
dengan
tertib,
dan
pembersi
han
2 05.30-08.30 Sesuai jadwal Harian dan KBM
lingkung
an
pesantre
n,
Persidan
gan
Umum di
Asrama,
sarapan
pagi
Olahraga
,
3 08.30.10.30 Sesuai jadwal Harian dan KBM Kegiatan
Ekstra
kurikuler,
Kegiatan
Mandiri
Mandi
persiapa
n ke
Mesjid
Untuk
4 10.30-11.00 Sesuai jadwal Harian dan KBM Shalat
Jum’at
Satriwati
persiapa
n shalat
zhuhur
Membac
a Al-
Qur’an
secara
mandiri
5 11.00-11.50 Sesuai jadwal Harian dan KBM
dimesjid,
dikontrol
oleh
Pengurus
OPDM
Kegiatan
Pra
Mandiri
6 13.30-14.50 Idem Keg. Ekskul Idem Idem Idem muk
di
a
asrama
Halaqoh/ Olahraga
Olahraga/ Olahraga/ Pra
Olahraga/ Olahraga/ Kajian /
7 16.00-17.00 Keg. Keg. muk
Keg. Mandiri Keg. Mandiri Kitab Keg.
Mandiri Mandiri a
Kuning Mandiri

Setelah Makan Makan Mak Halaqoh


8 Halaqoh Halaqoh Halaqoh
Maghrib Malam Malam an
Mal
am
Tahl Makan
Makan, ilan Malam,
Makan, Makan,
Belajar dan Belajar
Belajar Belajar
9 20.00-21.15 Muhadloroh Muhadloroh Malam Ibad Mandiri
Malam Malam
terbimbin ah
terbimbing mandiri
g Nafil
ah
DAFTAR KEGIATAN
TMI DARUL MUTTAQIEN TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018

No Nama Kegiatan Waktu Sasaran Ketua Panitia


Latihan Dasar Kepemimpinan September Santri kelas Triyadi Nopiyanto,
1
Santri 2017 4 S.Pd.I
Ujian Kompetensi Dirosah Santri kelas
2 Oktober 2017 Komarudin, S.Pd.I
Islamiyah 5
November Santri kelas Budi Sulistyono,
3 Fathul Kutub
2017 5 S.Pd.I
November Santri kelas
4 Tes TOEFL Nur Azizah, S.Pd
2017 5
November Santri kelas
5 Outbound Ismayanti, S.Pd
2017 2
Desember Santri kelas
6 Praktek Pengabdian Masyarakat Eko Prasetyo, S.Pd.I
2017 6
Januari-April Santri kelas Arina Zulfa Saroya,
7 Bimbel dan TO
2018 3/6 M.Pd
Santri kelas M. Iksir Ridwan,
8 Amaliyah Tadris Januari 2018
6 MA
Januari-April Santri kelas Ahmad Suwardi,
9 Bimbingan Karir
2018 6 S.Pd, M.Si
Santri kelas Farah Ramadhan,
10 Karya Ilmiah Januari 2018
6 S.Sos.I, M.Pd
Februari Seluruh Gipin Gustopa,
11 Career Day
2018 santri S.Pd.I
Februari Seluruh Fahad Aminudin,
12 Seminar Motivasi Santri
2018 santri S.Fil.I
Februari Santri kelas
13 Imamah, Khitobah dan Tahli Siti Nurhayati, S.Ag
2018 3
Santri kelas
14 Tour Jogja Maret 2018 Wali kelas 4
4
Maret/April Santri kelas
15 Fieldtrip Wali kelas 1-3
2018 1-3
Santri kelas
16 Praktek Fiqh April 2018 Falahi, S.Pd.I
1-5
Santri kelas M. Abdil Fathir,
17 Haflah Takhrij April 2018
6 S.Pd.I
April/Mei Santri kelas
18 Olimpiade Mapel Ikah Khoiriah, S.Pd
2018 1-5
Juli-Agustus Seluruh Badrut tamam,
19 Porseka ke 30
2018 santri S.Pd.I
Kalender Pendidikan TMI Darul Muttaqien
Tahun Pendidikan 2017-2018

HBE HLU HLK


Juli 2017 Tanggal Kegiatan
Minggu 2 9 16 23 30 1-7 Libur pasca Idul Fitri
Senin 3 10 17 24 31 8 Halal bin Halal PPDM
Selasa 4 11 18 25 10-12 Rapat Awal Tahun Guru TMI
14 Awal Mukim Santri Baru
Rabu 5 12 19 26
14-17 Orientasi Santri Baru
16 Awal Mukim Santri Lama
Kamis 6 13 20 27 Awal KBM TahunPendidikan
17
2017-2018 (Orientasi Kelas)
18-19 Khuthbatul Arsy
Jum’at 7 14 21 28
19-20 Perkhutsyi
30 Apel Tahunan
Sabtu 1 8 15 22 29
31 PORSEKA Ke 29
ME

HBE HLU HLK


Agustus 2017 Tanggal Kegiatan
Minggu 6 13 20 27 1-3 PORSEKA Ke 29
Senin 7 14 21 28 10 Panggung Gembira Pa
Selasa 1 8 15 22 29 14 Upacara HUT Pramuka
Rabu 2 9 16 23 30 17 Panggung Gembira Pi
HUT RI Ke 72 (Penutupan
Kamis 3 10 17 24 31 17
PORSEKA ke 29)
Jum’at 4 11 18 25
Sabtu 5 12 19 26
ME

HBE HLU HLK


September 2017 Tanggal Kegiatan
PHBI Hari Raya Idul Adha 1438
Minggu 3 10 17 24 1
H
Senin 4 11 18 25 21 PHBI Tahun Baru Islam 1439 H
Selasa 5 12 19 26 25-28 LDKS Kelas 4
Rabu 6 13 20 27
Kamis 7 14 21 28
Jum’at 1 8 15 22 29
Sabtu 2 9 16 23 30
ME

HBE HLU HLK


Oktober 2017 Tanggal Kegiatan
Minggu 1 8 15 22 29 1 Musamahah
Senin 2 9 16 23 30 2-12 UTS 1
Selasa 3 10 17 24 31 28-29 UKDI Kelas 5
Rabu 4 11 18 25
Kamis 5 12 19 26
Jum’at 6 13 20 27
Sabtu 7 14 21 28
ME

HBE HLU HLK


November 2017 Tanggal Kegiatan
Minggu 5 12 19 26 3/10 TOEFL Kelas 5
Senin 6 13 20 27 28-30 Fathul Kutub Kls 5
Selasa 7 14 21 28 29-30 Outbond Kls 2
Rabu 1 8 15 22 29 26-27 Pembekalan PPM
Kamis 2 9 16 23 30 28-30 PAS Kls 6
Jum’at 3 10 17 24 30 Awal PAS kelas 1-5
Sabtu 4 11 18 25
ME
HBE HLU HLK
Desember 2017 Tanggal Kegiatan
PHBI Maulid Nabi
Minggu 3 10 17 24 31 1
Muhammad SAW
Senin 4 11 18 25 2-16 PAS Kelas 1-5
Selasa 5 12 19 26 2-7 PAS kelas 6
Rabu 6 13 20 27 8-16 PPM Kelas 6
Kamis 7 14 21 28 17-20 Etiquette/Aneka Perlombaan
Laporan PPM dan Pemb.
Jum’at 1 8 15 22 29 17-20
Karya Ilmiah Kelas 6
Sabtu 2 9 16 23 30 21 Pembagian Rapor
22 Awal Libur Semester 1
ME

HBE HLU HLK


Januari 2018 Tanggal Kegiatan
Minggu 7 14 21 28 1 Kembali Ke PPDM
Senin 1 8 15 22 29 2 Awal KBM Smt 2
Selasa 2 9 16 23 30 6-20 Amaliyah Tadris Kelas 6
Rabu 3 10 17 24 31
Kamis 4 11 18 25
Jum’at 5 12 19 26
Sabtu 6 13 20 27
ME

HBE HLU HLK


Februari 2018 Tanggal Kegiatan
Minggu 4 11 18 25 1 Pembekalan IKT Kelas 3
Senin 5 12 19 26
Selasa 6 13 20 27
Rabu 7 14 21 28
Kamis 1 8 15 22
Jum’at 2 9 16 23
Sabtu 3 10 17 24
ME

HBE HLU HLK


Maret 2018 Tanggal Kegiatan
Minggu 4 11 18 25 3-14 UTS 2
Senin 5 12 19 26 19-24 UAMBN & USBN MA
Selasa 6 13 20 27 21-22 Fieldtrip Kelas 3
Rabu 7 14 21 28 26-29 Tour Jogja Kelas 4
Kamis 1 8 15 22 29
Jum’at 2 9 16 23 30
Sabtu 3 10 17 24 31
ME

HBE HLU HLK


April 2018 Tanggal Kegiatan
Minggu 1 8 15 22 29 2-5 UN Utama MA
Senin 2 9 16 23 30 2-5 UM MTs
Selasa 3 10 17 24 2-5 Seleksi Olimpiade 4 Mapel
Rabu 4 11 18 25 7-16 UAT Kelas 6
Uji Kompetensi Lulusan
Kamis 5 12 19 26 17-23
Kelas 6
Jum’at 6 13 20 27 13 PHBI Isra Mi’raj
Sabtu 7 14 21 28 16-19 UAMBN & USBN MTs
16-17 AFI (Praktek Fikih)
Field Trip Kls 1, Int dan kelas
18-19
2
24-26 Pembekalan Kelulusan
25 Rapat Yudisium
27 Yudisium
29 Haflah Takhrij Kelas 6
ME

HBE HLU HLK


Mei 2018 Tanggal Kegiatan
Minggu 6 13 20 27 7-10 Final Olimpiade
Senin 7 14 21 28 7-9 UN MTS
Selasa 1 8 15 22 29 11 Musamahah menjelang PAT
Rabu 2 9 16 23 30 12-15 PAT Lisan
Kamis 3 10 17 24 31 16 Libur Awal Ramadhan
Jum’at 4 11 18 25 17-28 PAT Tulis
Sabtu 5 12 19 26 29-31 Etiquette
ME

HBE HLU HLK


Juni 2018 Tanggal Kegiatan
Minggu 3 10 17 24 1 Etiquette
Senin 4 11 18 25 2 Pembagian Rapor
Selasa 5 12 19 26 3-26 Libur Idul Fitri 1439 H
Rabu 6 13 20 27 15-16 Idul Fitri 1439 H (Perkiraan)
Kamis 7 14 21 28 27 Halal bil Halal Guru PPDM
Rapat Awal Tahun 2018-
Jum’at 1 8 15 22 29 28-30
2019
Sabtu 2 9 16 23 30
ME

HBE HLU HLK


Juli 2018 Tanggal Kegiatan
Minggu 1 8 15 22 29 6 Awal Mukim Santri Baru
Senin 2 9 16 23 30 6-8 Orientasi Santri Baru
Selasa 3 10 17 24 31 8 Test Psikologi Santri Baru
Rabu 4 11 18 25 8 Awal Mukim Santri Lama
Awal KBM 2018-2019 dan
Kamis 5 12 19 26 9
Orientasi kelas
Jum’at 6 13 20 27
Sabtu 7 14 21 28
ME
STRUKTUR KURIKULUM
KELAS INTENSIF DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

KELAS INTENSIF
NO NAMA PELAJARAN
SMT 1 SMT 2

1 Al-Aqidah √ √

2 At-Tafsir √ √

3 Al-Hadits √ √

4 Al-Fiqih √ √

5 At-Tarikhul Islamiy √ √

6 Al-Qur'an wa Tajwid √ √

7 Tamrinul Qiro'atul Qur'an √ x

8 Tamrinul Lughoh √ √

9 Al-Muhadatsah √ x

10 Al-Mahfudzat √ √

11 Al-Imla √ √

12 Al-Khoth Al-'Aroby √ x

13 An-Nahwu x √

14 As-Shorof x √

15 Al-Muthola'ah x √

20 B. Inggris √ √

24 TIK √ √
STRUKTUR KURIKULUM
MTs DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

KELAS 7 KELAS 8 KELAS 9


NO NAMA PELAJARAN
SMT 1 SMT 2 SMT 1 SMT 2 SMT 1 SMT 2

1 Al-Aqidah √ √ √ √ √ √
2 At-Tafsir √ √ √ √ √ √
3 Al-Hadits √ √ √ √ √ √
4 Al-Fiqih √ √ √ √ √ √
5 At-Tarikhul Islamiy √ √ √ √ √ √
6 Al-Qur'an wa Tajwid √ √ x x x x
7 Tamrinu Qiro'atil Qur’an √ x x x x x
8 Tamrinul Lughoh √ √ √ √ √ √
9 Al-Muhadatsah √ √ x x x x
10 Al-Mahfudzat √ √ √ √ √ √
11 Al-Imla √ √ √ √ √ √
12 Al-Khoth Al-'Aroby √ √ x x x x
13 An-Nahwu x x √ √ √ √
14 As-Shorof x x √ √ √ √
15 Al-Muthola'ah x x √ √ √ √
16 Al-Insya x x √ √ √ √
17 Ta'limul Muta'allim x x x x √ √
18 PKn √ √ √ √ √ √
19 B. Indonesia √ √ √ √ √ √
20 B. Inggris √ √ √ √ √ √
21 Matematika √ √ √ √ √ √
22 IPA √ √ √ √ √ √
23 IPS √ √ √ √ √ √
24 TIK √ √ √ √ √ √
STRUKTUR KURIKULUM
MA DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

KELAS 10 KELAS 11 KELAS 12


IPA IPS IPA IPS IPA IPS
NO NAMA PELAJARAN
Smt Smt Sm Smt Sm
Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 2 Smt 1 Smt 1 Smt 2
2 1 t2 1 t2

1 Al-Aqidah wat Tauhid √ √ √ √ √ x √ x x x x x


2 Ilmu Kalam x x x x x √ x √ √ √ √ √
3 At-Tafsir √ √ √ √ √ √ √ √ x x x x
4 Ilmu Tafsir x x x x √ √ √ √ √ √ √ √
5 Syarah Al-Hadits √ √ √ √ √ √ √ √ x x x x
6 Ilmu Hadits x x x x √ √ √ √ √ √ √ √
7 Al-Fiqh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Ushul Fiqh √ √ √ √ √ √ √ √ x x x x
9 At-Tarikhul Islamiy √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
10 Al-Lughoh Al-Arobiyah x x x x x x x x √ √ √ √
11 An-Nahwu √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 Al-Mahfudzot √ √ √ √ √ √ √ √ x x x x
13 Al-Muthola'ah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
14 Al-Balaghoh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
15 Al-Insya √ √ √ √ x x x x x x x x
16 At-Tarbiyah √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
17 Amaliyah Tadris x x x x √ √ √ √ √ √ √ √
18 Fisika √ √ x x √ √ x x √ √ x x
19 Kimia √ √ x x √ √ x x √ √ x x
20 Biologi √ √ x x √ √ x x √ √ x x
21 Ekonomi x x √ √ x x √ √ x x √ √
22 Sosiologi x x √ √ x x √ √ x x √ √
23 Geografi x x √ √ x x √ √ x x √ √
Matematika IPA √ √
Sejarah √ √
24 PKn √ √ √ √ √ x √ x √ x √ x
25 Sejarah x x x x x √ x √ x √ x √
26 B. Indonesia √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
27 B. Inggris √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
28 Matematika √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
29 TIK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
KURIKULUM TAHFIDZUL QUR’AN
TMI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018

NO KELAS MATERI KETERANGAN

1 1 Surat An Nas – Surat An Naba Juz 30


2 2 Surat Al Mursalat - Surat Al Mulk Juz 29
Surat An Nas – Surat At Thariq
3 3 Sebagian Juz 30 dan 29
Surat Al Mursalat – Surat Al Mudatstsir
4 4 Surat Al Baqoroh 1-141 Juz 1
5 5 Surat Al Baqoroh 142-252 Juz 2
Surat Al A’la – Surat An Naba
6 6 Sebagian Juz 1, 2, 29 dan 30
Surat Al Mursalat – Surat Al Mulk
7 Int Surat An Nas – Surat An Naba Juz 30

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
MTs-MA DARUL MUTTAQIEN 2017-2018

Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan


No Ekskul Wajib
Putra Putri
1 Muhadhoroh Tilawah Tilawah
2 Pramuka Hadroh Hadroh
3 Melukis Melukis

4 Marawis Tata boga

5 Musik Seni tari

6 Teater Teater

7 Fotografi Fotografi
8 Kaligrafi Kaligrafi

9 Boxer Judo

10 Wushu Wushu

11 Karate Karate

12 Tapak Suci Tapak Suci

13 Sepak Bola Marching Band

14 Komputer Komputer

15 Paskibra Paskibra

16 Basket

17 Futsall

18 Video Maker

DATA PRESTASI SISWA


TMI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
TAHUN PENDIDIKAN 2017 -2018

NO Nama Kejuaraan Peringkat Thn Tempat Kegiatan Tingkat


1 Lomba Pramuka Juara 1 2014 PP Darul Qolam Banten Se-Jabodetabek
2 Pidato B.Indonesia Juara 1 2014 SMA Dwi Warna Bogor Se-Jabodetabek
3 Pidato B.Indonesia Juara 2 2014 SMA Dwi Warna Bogor Se-Jabodetabek
4 Tari Nusantara Juara 1 2014 SMA Dwi Warna Bogor Se-Jabodetabek
5 Marawis Juara 1 2014 STAINU Bogor Kab.Bogor
6 Futsal Juara 1 2014 POSPEDAWIL Wilayah 1 Bogor
7 Pidato B. Inggris Juara 2 2015 MA Insan Cendikia Se-Jabodetabek
8 Pidato B. Indonesia Juara 1 2015 KKM Parung KKM Parung
9 Pidato B. Arab Juara 3 2015 KKM Parung KKM Parung
10 Pidato B. Inggris Juara 3 2015 KKM Parung KKM Parung
11 Bulu Tangkis Juara 1 2015 KKM Parung KKM Parung
12 Tenis Meja Juara 1 2015 KKM Parung KKM Parung
13 Atletik Juara 1 2015 KKM Parung KKM Parung
14 Olimpiade PAI Juara 2 2015 KKM Parung KKM Parung
15 Olimpiade MIPA Juara 2 2015 KKM Parung KKM Parung
16 Volly Ball Juara 1 2015 KKM Parung KKM Parung
17 Wushu Juara 1 2015 Kab. Bogor Kabupaten
18 Wushu Juara 1 2015 DKI Jakarta Se DKI
19 Pidato B. Inggris Juara 1 2015 PP Darunnajah Jakarta Nasional
20 Pidato B. Arab Juara 2 2015 PP Darunnajah Jakarta Nasional
21 Broadcating Juara 3 2015 PP Darunnajah Jakarta Nasional
22 Speeling Bee Juara 3 2015 PP Darunnajah Jakarta Nasional
23 Basket Juara 1 2016 Darul Muttaqien Jabodetabek
24 Sepak Bola Juara 1 2016 Darul Muttaqien Jabodetabek
25 Pramuka Juara 1 2016 Smart Exelensia Jabodetabek
26 Pramuka Juara 3 2016 PP Qotrunnada Jabodetabek
27 Olimpiade MTK Juara 3 2016 PP Fatam Mubina KAB BOGOR
28 Silat Tapak suci Juara 1 2016 UIN Jakarta Jabodetabek
29 Silat Tapak suci Juara 1 2016 Smart Exelensia Jabodetabek
30 Pidato B.Arab Juara 1 2016 MAN Cibinong KKM Cibinong
31 Bulu Tangkis Juara 2 2016 MAN Cibinong KKM Cibinong
32 Futsal Juara 3 2016 MAN Cibinong KKM Cibinong
33 Futsal Juara 1 2017 SMA Baitussalam KAB BOGOR
34 Paskibra Juara 1 2017 SMA 1 Rumpin KAB BOGOR
35 Tenis Meja Juara 2 2017 MTs N Parung KKM Parung
36 KSM MIPA Juara 2 2017 MTs N Parung KKM Parung
37 Pidato B.Arab Juara 1 2017 MTs N Parung KKM Parung

LULUSAN TMI MELANJUTKAN KE :


1. Universitas Luar Negeri : Al-Azhar Cairo Mesir
2. Universitas Dalam Negeri : IPB Bogor, ITB Bandung, UI, UIN Bandung, UIN Jakarta,
Universitas Pancasila, UGM, UHAMKA, POLITEKKES, UMJ, UNJ, Usrat Manado, ITI,
ISIP, BINUS, AKBID PELITA ILMU, Akademik Kimia Analisis, Bidan Prima Usaha,
Daruttauhid Bandung, STAI Al-Hidayah Bogor, Institut Ilmu Al-Qur’an, UNISMA dan
lain-lainya
DATA LULUSAN
MTs DARUL MUTTAQIEN

ALUMNI
NO TAHUN JUMLAH
PUTRA PUTRI
1 1988-1989 0 0 0
2 1989-1990 0 0 0
3 1990-1991 9 2 11
4 1991-1992 33 63 96
5 1992-1993 40 49 89
6 1993-1994 50 54 104
7 1994-1995 38 51 89
8 1995-1996 52 56 108
9 1996-1997 55 51 106
10 1997-1998 48 39 87
11 1998-1999 41 37 78
12 1999-2000 42 44 86
13 2000-2001 30 33 63
14 2001-2002 41 44 85
15 2002-2003 60 55 115
16 2003-2004 82 67 149
17 2004-2005 48 33 81
18 2005-2006 43 49 92
19 2006-2007 45 31 76
20 2007-2008 43 33 76
21 2008-2009 51 40 91
22 2009-2010 49 51 100
23 2010-2011 39 33 72
24 2011-2012 48 40 88
25 2012-2013 53 49 102
26 2013-2014 91 87 178
27 2014-2015 110 114 224
28 2015-2016 122 150 272
29 2016-2017 136 116 252
JUMLAH 1499 1471 2970
DATA LULUSAN
MA DARUL MUTTAQIEN

ALUMNI
NO TAHUN PENDIDIKAN
IPA IPS JML
1 1994-1995 20 36 56
2 1995-1996 19 27 46
3 1996-1997 27 29 56
4 1997-1998 12 27 39
5 1998-1999 7 51 58
6 1999-2000 18 31 49
7 2000-2001 17 21 38
8 2001-2002 18 30 48
9 2002-2003 18 36 54
10 2003-2004 14 50 64
11 2004-2005 27 49 76
12 2005-2006 20 40 60
13 2006-2007 19 23 42
14 2007-2008 7 16 23
15 2008-2009 10 17 27
16 2009-2010 16 20 36
17 2010-2011 19 32 51
18 2011-2012 28 30 58
19 2012-2013 36 30 66
20 2013-2014 22 31 53
21 2014-2015 33 38 71
22 2015-2016 36 38 74
23 2016-2017 83 36 119
JUMLAH 526 738 1264
STRUKTUR TMI DARUL MUTTAQIEN

TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018

KEPALA MADRASAH
ABDULLAH HUDRI, S.S,
M.Pd
HENDRIZAL RASYID, S.S

Ka. TATA USAHA


TARJO

Waka. KURIKULUM Waka. Waka. KESISWAAN


HERI HASARY, KETATAUSAHAAN ABDUL HASAN, M.Pd
S.Pd.I DAROJAT, S.Pd.I SAMUJI, S.Pd.I

GURU/WALI KELAS

SANTRI
STRUKTUR ORGANISASI TMI DARUL MUTTAQIEN
Tahun Pendidikan 2017-2018

Kepala MA : Hendrizal Rasyid, S.S


Kepala MTs : Abdullah Hudri, S.S, M.Pd
Wakil Kepala Madrasah :
1. Samuji, S.Pd.I
2. Abdul Hasan, M.Pd
3. Heri Hasary, S.Pd.I
4. M. Manshur, S.Fil.I
5. Darojat, S.Pd.I

Kepala Tata Usaha : Tarjo


Wakil Kepala TU : Sukiman, S.Pd.I
Bendahara MTs : Riri Umriah
Bendahara MA : Narwati, S.Si

Staff TU MTs
1. Staff Bendahara : Mirna Ratnasri
2. Bag. Administrasi Kesiswaan : Lilis Nurjannah
Sukari, S.Pd.I
3. Bag. Administrasi Kepegawaian : Dita Fitri Ashriyanti
4. Bag. Administrasi Umum/OP : Nuril Anwar, SE
5. Bag. Tata Persuratan : Dita Fitri Ashriyanti
6. Bag. Sarpras & Inventaris : Ismuhu Sholehudin

Staff TU MA
1. Staff Bendahara : Mirna Ratnasri
2. Bag. Administrasi Kesiswaan : M. Fahrul Rohman, S.Kom
Ismeira Harnani
3. Bag. Administrasi Kepegawaian : Maryam Sam’iyat
4. Bag. Administrasi Umum/OP : Darojat, S.Pd.I
5. Bag. Tata Persuratan : Maryam Sam’iyat
6. Bag. Sarpras & Inventaris : Ibnu Majah

Pekerja Kantor
1. Badru Salam (Putra) 6. Kristiyanto (Putri)
2. Saidi (Putra) 7. Hidayatul Qirom (Putri)
3. Marwi (Putra) 8. Abdul Rasyid (Putri)
4. Idris Affandi (Putra)
5. Muh. Salik (Putra)
DATA TENAGA KEPENDIDIKAN DAN PEKERJA KANTOR
TMI DARUL MUTTAQIEN
TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018

Tempat
No Nama Tanggal Lahir Jabatan Status
Lahir

1 Tarjo Cirebon 10 Juni 1983 Kep. Tata Usaha Menikah


Wakil Kep. Tata
2 Sukiman, S.Pd.I Padang 16 Juni 1971 Menikah
Usaha
3 Narwati, S.Si Bogor 04 Mei 1991 Bendahara MA Belum
28 November
4 Riri Umriah Bogor Bendahara MTs Menikah
1991
5 Mirna Ratnasari Bogor 11 Juni 1995 Staf Tata Usaha Belum
6 Ismuhu Sholehudin Bogor 16 October 1985 Staf Tata Usaha Menikah
Moch. Fahrul Rohman,
7 Bogor 05 October 1983 Staf Tata Usaha Menikah
S.Kom
8 Nuril Anwar, SE. Bogor 12 January 1990 Staf Tata Usaha Menikah
9 Ismeira Harnani, A.Md Kotabumi 21 May 1982 Staf Tata Usaha Menikah
10 Maryam Sam'iat Bogor 15 June 1995 Staf Tata Usaha Menikah
27 February
11 Lilis Nurjannah Magelang Staf Tata Usaha Belum
1993
12 Sukari, S.Pd.I Bogor 15 June 1995 Staf Tata Usaha Menikah
13 Ibnu Majah Cirebon 12 May 1988 Staf Tata Usaha Belum
14 Dita Fitri Ashriyanti Bogor 30 Januari 1997 Staf Tata Usaha Belum
1 Abdul Rasyid Bogor 27 Mei 1989 Pekerja Kantor Belum
15 Nopember
2 Badru Salam Bogor Pekerja Kantor Belum
1992
3 Hidayatul Qirom Gresik 23 Juli 1996 Pekerja Kantor Belum
4 Idris Affandi Bogor 20 Maret 1989 Pekerja Kantor Belum
5 Kristiyanto Kendal 02 April 1993 Pekerja Kantor Belum
6 Marwi Gresik 07 Juni 1993 Pekerja Kantor Belum
7 Muh. Salik Gresik 06 Maret 1994 Pekerja Kantor Belum
8 Saidi Bogor 12 April 1982 Pekerja Kantor Menikah
DATA SANTRI TMI
PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017
Awal Bulan Juli

JUMLAH JUMLAH
NO KELAS NO KELAS L+
L P L+P L P
P

A 29 A 25
1 INT
B 27 B 23 48

C 29 25 23

D 30 4 IPA/A 19

E 29 4 IPA/B 16

F 26 4 IPS/C 29
1 VII
G 29 348 2 IV 4 IPA/D 18
144
H 31 4 IPA/E 19

I 30 4 IPS/F 22

J 30 4 IPS/G 21

K 28 64 80

L 30 5 IPA/A 33

199 149 5 IPS/B 17

A 28 3 V 5 IPA/C 24
121
B 28 5 IPA/D 22

C 30 5 IPS/E 25

2 VIII D 28 221 50 71

E 29 6 IPA/A 35

F 27 4 VI 6 IPS/B 20 120

G 27 6 IPA/C 23
H 24 6 IPA/D 25

143 78 6 IPS/E 17

A 27 55 65

B 30 Jumlah 194 239 433

C 27

D 28 No Ket. L P T

3 IX E 28 1 MTs 482 346 828


259
F 30 2 MA 194 239 433

G 29 Total 676 585 1261

H 30

I 30

140 119

Jumlah 482 346 828


DATA SANTRI TMI
PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
TAHUN PEMBELAJARAN 2016-2017

Akhir Bulan Mei

JUMLAH JUMLAH
NO KELAS NO KELAS
L P L+P L P L+P

A 28 A 23
1 INT
B 24 B 22 45

C 29 23 22

D 27 4 IPA/A 17

E 25 4 IPA/B 16

F 20 4 IPS/C 28
1 VII
G 28 313 2 IV 4 IPA/D 18
141
H 26 4 IPA/E 20

I 27 4 IPS/F 20

J 28 4 IPS/G 22

K 25 61 80

L 26 5 IPA/A 32

181 132 5 IPS/B 15

A 20 3 V 5 IPA/C 24
118
B 22 5 IPA/D 22

C 28 5 IPS/E 25
2 VIII D 28 196 47 71

E 27 6 IPA/A 35

F 24 4 VI 6 IPS/B 19 119

G 21 6 IPA/C 23
H 26 6 IPA/D 25

125 71 6 IPS/E 17

A 26 54 65

B 30 Jumlah 185 238 423

C 26

D 28 No Ket. L P T

3 IX E 26 1 MTs 442 319 761


252
F 30 2 MA 185 238 423

G 28 Total 627 557 1184

H 29

I 29

136 116

Jumlah 442 319 761


Rekapitulasi Data Mutasi Santri Perbulan
TMI Darul Muttaqien
Tahun Pendidikan 2016-2017

Jul Agust Septem Okto Jum


Per November Desember Januari Perbruari Maret Mei
i us ber ber lah
Bulan 8 31 15 9 4 7 9 3 6 4 96

Data Mutasi Santri Perbulan

4% 8%
6%
3% Juli
Agustus

10% September
Oktober
November
32%
7% Desember
Januari

4% Perbruari
Maret

10% Mei

16%
Rekapitulasi Data Mutasi Santri Perkelas
TMI Darul Muttaqien
Tahun Pendidikan 2016-2017

Per VII VIII IX INT X XI XII Jumlah


Kelas 40 32 8 5 8 2 1 96

Data Mutasi Santri Perkelas


1%

2%
8%

5%
VII
VIII
8% 42%
IX
INT
X
XI
XII

34%
Rekapitulasi Data Mutasi Santri Peralasan
TMI Darul Muttaqien
Tahun Pendidikan 2016-2017

Alasan Santri Mutasi


Ingin Suasana Baru 3 3
Kekerasan OPDM 1 1
Kurang Nyaman 10 10
Tidak Betah 25 25
Pergaulan Di Asrama 1 1
Pelayanan Pengasuhan 3 3
Kesehatan Fisik 13 13
Pelayanan Dapur 0
Ingin Dekat Orangtua 1 1
Ingin Sekolah Dekat Rumah 1 1
Permintaan Orangtua 0
Tidak Bisa Jauh Orangtua 0
Tidak Melanjutkan 2 2
Tidak Pernah Masuk Dari Awal 36 36
Kurang Fasilitas Olahraga 0
Kategori D
Kategori A

Kategori C
Per alasan

Kategori B

Kategori E

Jumlah

Jumlah 43 13 0 2 38 96
Per Alasan

Kategori A

40% Kategori B
45%

Kategori C

Kategori D

Kategori E

2% 13%
0%

Rekapitulasi Data Mutasi Santri Putra - Putri


TMI Darul Muttaqien
Tahun Pendidikan 2016-2017

Putra Putri Jumlah


56 40 96
Putra - Putri

42%

Putra Putri

58%
PERKIRAAN DATA FISIK JUMLAH SANTRI
TMI DARUL MUTTAQIEN
AWAL TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018

JUMLAH JUMLAH
NO KELAS NO KELAS
L P L+P L P L+P

A 30 A 30
4 INT
B 30 B 30 60

C 30 30 30

D 30 A 23

E 30 B 23

F 30 C 23

1 I G 30 D 22
390 5 IV
H 30 E 23 181

I 30 F 23

J 30 G 22

K 30 H 22

L 30 91 90

M 30 A 32

210 180 B 26

A 28 C 18
6 V
B 28 D 20 138

C 28 E 20
2 II 289
D 28 F 22

E 28 58 80

F 29 7 VI A 30 117
G 24 B 16

H 24 D 24

I 24 E 22

J 24 F 25

K 24 46 71

169 120 Jumlah 225 271 496

A 23

B 23 No Ket. L P T

C 23 1 MTs 501 368 869

D 23 2 MA 225 271 496


3 III
E 30 190 Total 726 639 1365

F 23

G 23

H 22

122 68

Jumlah 501 368 869


DAFTAR RENCANA WALI KELAS
TMI PONDOK PESANTREN DARUL MUTTAQIEN
TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018

NO Jlh Kls KELAS WALI KELAS


1 1 1 A (Putra) Eko Prasetyo, S.Pd.I
2 2 1 B (Putra) Susila Wahyu Wicaksono
3 3 1 C (Putra) Falahi, S.Pd.I
4 4 1 D (Putra) M. Iksir Ridwan, MA
5 5 1 E (Putra) Komarudn, S.Pd.I
6 6 1 F (Putra) Gipin Gustopa, S.Pd.I
7 7 1 G (Putra) M. Mansur, S.Fil.I
8 8 1 H (Putri) Nurrohmawati
9 9 1 I (Putri) Wiwiyanti
10 10 1 J (Putri) Lulu Siti Lubada, ST
11 11 1 K (Putri) Siti Hidayah
12 12 1 L (Putri) Ai Farida
13 13 1 M (Putri) Istianah
14 1 2 A (Putra) Fahad Aminudin, S.Fil.I
15 2 2 B (Putra) Triyadi Nopiyanto, S.Pd.I
16 3 2 C (Putra) Fadly Miftah, S.Pd.I
17 4 2 D (Putra) Sugianto
18 5 2 E (Putra) H. Ahmad Hidayat, Lc
19 6 2 F (Putra) Ngadiono, S.Pd
20 7 2 G (Putri) Ririn Meiliana, S.Pd
21 8 2 H (Putri) Iyut Yusriyanti, M.M
22 9 2 I (Putri) Eri Apriliyasari, S.Pd.I
23 10 2 J (Putri) Dian Nurhidayah
24 11 2 K (Putri) Arina Zulfa Saroya, M.Pd
25 1 3 A (Putra) Badrut Tamam, S.H.I
26 2 3 B (Putra) Ahmad Suwardi, M.Si
27 3 3 C (Putra) Imron Wachidi, S.Pd
28 4 3 D (Putra) M. Abdil Fathir, S.Pd.I
29 5 3 E (Putra) Heri Hasary, S.Pd.I
30 6 3 F (Putri) Ikah Khoiriah, S.Pd
31 7 3 G (Putri) Qathrunnada, S.S
32 8 3 H (Putri) Dewi Primadona, S.S
33 1 4 A (IPA) (Putra) Aqshodi, M.Ag
34 2 4 B (IPA) (Putra) Budi Sulistyono, S.Pd.I
35 3 4 C (IPS) (Putra) Samuji, S.Pd.I
36 4 4 D (IPS) (Putra) Abdul Hasan, M.Pd
37 5 4 E (IPA) (Putri) Sa’diyah, S.Pd.I
38 6 4 F (IPA) (Putri) Siti Nurhayati, S.Ag
39 7 4 G (IPS) (Putri) Nur Azizah, S.Pd
40 8 4 H (IPS) (Putri) Nur Laela, S.Pd.I
41 1 5 A (IPA) (Putra) Dr. Ahmad, MM
42 2 5 B (IPS) (Putra) Sriyono, S.Kom
43 3 5 C (IPA) (Putri) Karwati, S.Si
44 4 5 D (IPA) (Putri) Siti Hajar, S.Pd
45 5 5 E (IPS) (Putri) Siti Nurjalilah, S.H.I
46 6 5 F (IPS) (Putri) Martini, S.Ag
47 1 6 A (IPA) (Putra) Hendrizal Rasyid, S.S
48 2 6 B (IPS) (Putra) Salim RD, S.Sos.I
49 3 6 C (IPA) (Putri) Abdullah Hudri, S.S, M.Pd
50 4 6 D (IPA) (Putri) Iwan Bagja Nurmawan, S.Sos.I
51 5 6 E (IPS) (Putri) H. Turhamun, S.Ag
52 1 Intensif A (Putra) Subhan Amir Pulungan
53 2 Intensif B (Putri) Mamluatul Karimah, Lc
NB :
Jumlah Kelas :
Putra : 27
Putri : 26
Total : 53

Kondisi Ruang dan Kelas


Tahun Pendidikan 2017-2018

No Nama Ruang Jumlah Keterangan


1 Ruang Kelas Putra 27 Ruang
2 Ruang Kelas Putri 26 Ruang
3 Ruang Guru 3 Ruang
4 Ruang TU 3 Ruang
5 Ruang Operator 1 Ruang
6 Ruang Pantry/OB/R.Makan Guru 2 Ruang
7 Ruang Pertemuan Kecil 1 Ruang
8 Ruang Pertemuan Besar 1 Ruang
9 Ruang Lab. PAI 1 Ruang
10 Ruang Multimedia 2 Ruang
11 Ruang Lab Komputer 3 Ruang
12 Ruang Kepala Madrasah 2 Ruang
13 Ruang Pembantu Kepala Madrasah 1 Ruang
14 Ruang Gudang Putra 1 Ruang
15 Kamar Mandi Putra 25 Ruang
16 Kamar Mandi Putri 55 Ruang

No Keterangan Jumlah
1 Lemari Kelas dengan kondisi Bagus 25
2 Lemari Kelas dengan kondisi Rusak 14
DATA INVENTARIS MEJA KURSI PUTRA
DARUL MUTTAQEIN
TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018

GEDUNG : YAMAN
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 261 - 261
2 Kursi Santri 261 - 261
3 Meja Guru 10 - 10
4 Kursi Guru 10 - 10
5 Papan Tulis 20 - 20

GEDUNG : JEDDAH
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 163 - 163
2 Kursi Santri 163 - 163
3 Meja Guru 6 - 6
4 Kursi Guru 6 - 6
5 Papan Tulis 12 - 12

GEDUNG: MESIR
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 76 - 76
2 Kursi Santri 76 - 76
3 Meja Guru 3 - 3
4 Kursi Guru 3 - 3
5 Papan Tulis 6 - 6

GEDUNG : MADINAH
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 210 - 210
2 Kursi Santri 210 - 210
3 Meja Guru 7 - 7
4 Kursi Guru 7 - 7
5 Papan Tulis 14 - 14

GEDUNG : MEKKAH
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 30 - 30
2 Kursi Santri 30 - 30
3 Meja Guru 1 - 1
4 Kursi Guru 1 - 1
5 Papan Tulis 2 - 2
NB :
Total Meja Santri Putra : 740
Total Kursi Santri Putra : 740
Total Meja Guru : 27
Total Kursi Guru : 27
Total Papan Tulis : 54
DATA INVENTARIS MEJA KURSI PUTRI
DARUL MUTTAQEIN
TAHUN PENDIDIKAN 2017-2018

GEDUNG : CORDOVA
NO KEADAAN JUMLAH KET
NAMA
BAIK RUSAK
INVENTARIS
1 Meja Santri 163 - 163
2 Kursi Santri 163 - 163
3 Meja Guru 7 - 7
4 Kursi Guru 7 - 7
5 Papan Tulis 14 - 14

GEDUNG : UMMUL QURO


NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 237 - 237
2 Kursi Santri 237 - 237
3 Meja Guru 10 - 10
4 Kursi Guru 10 - 10
5 Papan Tulis 20 - 20

GEDUNG: AL-AZHAR
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 68 - 68
2 Kursi Santri 68 - 68
3 Meja Guru 3 - 3
4 Kursi Guru 3 - 3
5 Papan Tulis 6 - 6

GEDUNG : ANDALUSIA
NAMA KEADAAN
NO JUMLAH KET
INVENTARIS BAIK RUSAK
1 Meja Santri 180 - 180
2 Kursi Santri 180 - 180
3 Meja Guru 6 - 6
4 Kursi Guru 6 - 6
5 Papan Tulis 12 - 12

NB :
Total Meja Santri Putri : 648
Total Kursi Santri Putri : 648
Total Meja Guru : 26
Total Kursi Guru : 26
Total Papan Tulis : 52

No Keterangan Putra Putri Total


1 Meja Santri 740 648 1,388
2 Kursi Santri 740 648 1,388
3 Meja Guru 27 26 53
4 Kursi Guru 27 26 53
5 Papan Tulis 54 52 106
DATA DOKUMENTASI
Kegiatan Pembelajaran Qira’at

Pengembangan Muhadarah (Ceramah) menggunakan bahasa Arab


dan Inggris
Wawancara bersama warga

Wawancara bersama ustadz


Gerbang Utama Pondok Peantren Darul Muttaqien Parung – Bogor

Pengamatan bersama tim kebersihan

Anda mungkin juga menyukai