Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM KIMIA FISIKA


“TEGANGAN METODE BERAT TETES”

Hari/Jam Praktikum : Rabu, 2 Oktober 2019 (07.00-10.00)


Asisten Lab : 1. Agus Rusdin
2. Dian Amalia Maharani
3. Kamila Shiba

SHIFT G 2019
ANITA DEWI PERMATASARI KOMARUDIN
260110190081

LABORATORIUM KIMIA FISIKA


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2019
I. Tujuan
1.1 Menentukan tegangan permukaan air – gas
1.2 Mempelajari pengaruh zat aktif permukaan (surfaktan) terhadap
tegangan permukaan
1.3 Mempelajari pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan

II. Prinsip
2.1 Tegangan Permukaan
Tegangan permukaan didefinisikan sebagai kecenderungan atau
kemampuan suatu zat cair untuk selalu menuju ke keadaan dimana luas
permukaannya lebih kecil, yaitu berupa bola yang bulat dan
permukaannya datar (Finda, dkk, 2016)
2.2 Surfaktan
Surfaktan merupakan molekul – molekul yang di dalamnya terdapat
gugus lipofilik (suka minyak atau lemak) dan hidrofobik (suka air)
pada molekul yang sama (Sheat dan Foster, 1997)
2.3 Persamaan Eotvos
Persamaaan Eotvos memberi tahu hubungan linear antara tegangan
permukaan dengan temperatur. Apabila tegangan permukaan menurun
maka suhu akan naik dan akan mencapai nilai 0 pada temperatur kritis.
Hubungan tegangan permukaan dan temperatur menurut Eotvos :
𝛾V2/3 = k (Tc – T)
Dimana V adalah volume molar zat, Tc = suhu kritis, dan k adalah
konstanta (k= 2,1 x 10-7) Jk-1 mol-2/3. Untuk air dapat digunakan v = 18
mL⁄
mol dan Tc = 374℃ (Kensington, 1941)
III. Data Pengamatan dan Perhitungan
3.1 Data Pengamatan
3.1.1 Tabel Perlakuan
No. Perlakuan Hasil Foto
1. Alat dibersihkan Alat telah
dan disiapkan disiapkan dan
dibersihkan
2. Gliserin dengan Telah dibuat
konsentrasi 1,5% gliserin dengan
dibuat konsentrasi 1,5%
dimana
dibutuhkan 1,5
mL gliserin 100%
dan 100 mL air
3. Dihitung Telah dihitung Air
kerapatan air dan kerapatan air
gliserin dengan sebesar 0,975
cara menghitung gram
dan
mL
selisih berat
kerapatan gliserin
piknometer yang Gliserin
sebesar 0,9683
telah ditambah gram
zat dan berat mL
piknometer menggunakan
kosong piknometer
4. Gliserin dan air Gliserin dan air
dipanaskan telah dipanaskan
secara terpisah hingga suhu 65℃
hingga suhu
65℃

5. Gliserin Telah
dimasukkan ke dimasukkan
stalagnometer gliserin ke
dan air stalagnometer
dimasukan ke dan air
gelas piala dimasukan ke
gelas piala
6. Dilakukan Banyak tetes
penentuan dan pada suhu 60℃
penghitungan sebanyak 38
banyak tetes tetes, suhu 40℃
untuk gliserin sebanyak 24
pada suhu 60℃, tetes, dan suhu
40℃, dan 27℃ 27℃ sebanyak 20
tetes
7. Dilakukan Banyak tetes
penentuan dan pada suhu 60℃
penghitungan sebanyak 42
banyak tetes tetes, suhu 40℃
untuk air pada sebanyak 36
suhu 60℃, 40℃, tetes, dan suhu
dan 27℃
27℃ sebanyak 28
tetes

3.1.2 Tegangan Permukaan


Jumlah Tetes Tegangan Permukaan
No. Sampel
27℃ 40℃ 60℃ 27℃ 40℃ 60℃
1. Gliserin 20 24 38 0,102 0,084 0,0339
1,5%
2. H2O 28 36 42 0,0738 0,057 0,049

3.1.3 Kerapatan
No. Sampel Massa Volume Kerapatan
gram
1. Gliserin 1,5% 24,208 gram 25 mL 0,9683
mL
gram
2. H2O 24,381 gram 25 mL 0,975
mL

3.1.4 Grafik Tegangan Permukaan


3.1.4.1 Suhu Terhadap Tegangan Permukaan Air

AIR
0.08
TEGANGAN PERMUKAAN

0.0738
0.06 0.057
0.0492
0.04

0.02

0
27° 40° 60° 80°
SUHU
3.1.4.2 Suhu Terhadap Tegangan Permukaan Gliserin

GLISERIN
0.12

TEGANGAN PERMUKAAN
0.1 0.102

0.08 0.084

0.06
0.0539
0.04

0.02

0
27° 40° 60° 80°
SUHU

3.2 Perhitungan
3.2.1 Volume Gliserin 1,5%
M1 x V1 = M2 x V2
100% x V1 = 1,5% x 100
V1 = 1,5 mL
3.2.2 Massa Jenis Gliserin
Diketahui : • massa piknometer = 26,430 g
• massa piknometer dan gliserin = 50,638 g
• massa gliserin = 50,638 - 26,430 = 24,208 g
massa 24,208 𝑔𝑟𝑎𝑚 gram
𝜌gliserin = = = 0,9683
volume 25 mL mL

3.2.3 Massa Jenis Air


Diketahui : • massa piknometer = 26,430 g
• massa piknometer dan gliserin = 50,811 g
• massa air = 50,638 - 26,430 = 24,381 g
massa 24,381 𝑔𝑟𝑎𝑚 gram
𝜌air = = = 0,975
volume 25 mL mL
3.2.4 Tegangan Permukaan Variasi Suhu
Rumus :
𝜌air
Tegangan Permukaan air : xk
𝑛
𝜌zat 𝑛 air
Tegangan Permukaan zat : x x 𝛾 air
𝜌air 𝑛 zat

Keterangan : • n = banyak tetes


• k = 2,12
 27 ℃
Diketahui : n air = 28 tetes dan n gliserin = 20 tetes
0,975
 𝛾 air : x 2,12 = 0,0738
𝑑𝑦𝑛𝑒
28 cm

0,968 28
 𝛾 giserin
𝑑𝑦𝑛𝑒
: x x 0,0738 = 0,102 cm
0,075 20
 40 ℃
Diketahui : n air = 36 tetes dan n gliserin = 24 tetes
0,975
 𝛾 air : x 2,12 = 0,057
36
0,968 36
 𝛾 giserin
𝑑𝑦𝑛𝑒
: x x 0,057 = 0,084 cm
0,075 24
 60 ℃
Diketahui : n air = 42 tetes dan n gliserin = 38 tetes
0,975
 𝛾 air : x 2,12 = 0,0492
42
0,968 42
 𝛾 giserin
𝑑𝑦𝑛𝑒
: x x 0,0492 = 0,0492 cm
0,075 38
IV. Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan tegangan permukaan air
dengan metode berat tetes. Tujuan praktikum ini adalah menentukan
tegangan permukaan air-gas, mempelajari pengaruh zat aktif permukaan
(surfaktan) terhadap tegangan permukaan, serta mempelajari pengaruh suhu
terhadap tegangan permukaan. Praktikum kali ini menggunakan prnsip
tegangan permukaan, surfaktan, dan persamaan Eotvos.
Untuk menentukan tegangan permukaan air, sebenarnya terdapat tiga
metode, yaitu metode kenaikan kapiler, metode cincin du nouy, dan metode
berat tetes. Metode kenaikan kapiler merupakan metode dimana tegangan
permukaan diukur dengan melihat ketinggian cairan yang naik melalui
kapiler. Metode ini tidak dapat dipakai untuk mengukur tegangan
antarmuka. Metode cincin du nouy yaitu metode yang berhubungan dengan
gaya yang dibutuhkan untuk mengangkat cincin dari permukaan cairan. Ada
juga metode berat tetes yaitu suatu metode untuk membandingkan tegangan
permukaan cairan yang dicari terhadap cairan standar. Praktikan
menggunakan gliserin sebagai surfaktan dan air sebagai cairan standar yang
nanti akan dibandingkan.
Yang pertama kali dilakukan oleh praktikkan adalah membersihkan alat
dengan air sampai bersih, terutama bagian ujung kapiler pada alat
stalagnometer. Selanjutnya, praktikkan membuat gliserin yang diencerkan
menjadi 1,5%. Perhitugan pengenceran ini menggunakan rumus
N1 x V1 = N2 x V2
Pada pembuatan gliserin 1,5% dalam 100 mL dibutuhkan 1,5 mL
gliserin 100%. Disini, praktikkan mengukur volume gliserin dalam gelas
ukur agar hasil yang didapatkan lebih presisi.
Sebelum tegangan permukaan dari gliserin ditentukan, perlu dilakukan
penghitungan kerapatan terlebih dahulu menggunakan piknomoter. Hal ini
dilakukan karena terdapat hubungan antara kerapatan dengan tegangan
permukaan. Penghitungan kerapatan menggunakan piknometer yang
memiliki massa sebesar 26,430 gram. Piknometer yang digunakan ini
bervolume 25 mL.
Untuk menghitung kerapatan digunakan rumus :
massa
𝜌zat =
volume
Massa air dan gliserin diperoleh dari massa piknometer yang di
dalamnya terdapat air maupun gliserin dikurangi masa piknometer. Massa
air yang didapatkan sebesar 24,381 gram dan massa gliserin yang
didapatkan sebesar 24,208 gram. Setelah itu, lakukan penghitungan
kerapatan.
Selanjutnya, disiapkan alat stalagnometer yang dihubungkan dengan
piknometer. Kali ini, praktikan akan menentukan dan menghitung jumlah
tetes pada gliserin terlebih dahulu. Sebelumnya, praktikan perlu
memanaskan air serta gliserin secara terpisah hingga mencapai suhu sekitar
65℃. Hal ini dikarenakan akan dilakukan percobaan untuk membuktikan
pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan. Parameter suhu yang
digunakan yaitu 27℃, 40℃, dan 60℃.
Untuk menghitung tegangan permukaan dengan faktor suhu digunakan
stalagnometer. Stalagnometer merupakan tabung gelas kapiler yang bagian
tengahnya melebar. Bagian bawah stalagnometer perangkatnya sempit. Hal
ini bertujuan untuk membiarkan cairan jatuh dan keluar dari tabung.
Ketika sedang dilakukan pemanasan gliserin maupun air, jangan lupa
untuk mementau suhu dengan menggunakan termometer. Jika suhu yang
diinginkan sudah tercapai, matikan alat pemanas dan dengan hati – hati
masukkan air panas yang berfungsi sebagai lingkungan ke gelas piala
sedangkan gliserin dimasukkan ke stalagnometer dengan cara menutup
salah satu lubang dengan jari dan menuangkan gliserin hingga mencapai
batas. Praktikan dapat menggunakan waterbath agar suhu tetap konstan.
Selanjutnya, amati dan catat tetes gliserin pada suhu 60℃, 40℃, dan 27℃.
Lakukanlah hal yang sama untuk menghitung tetes air sebagai cairan
pembanding pada suhu 60℃, 40℃, dan 27℃.
Perlu diperhatikan bahwa tidak perlu menghitung hingga cairan dalam
stalagmometer habis. Penghitungan tetesan berakhir apabila tetesan tidak
menetes dalam waktu yang lama.
Suhu merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tegangan
permukaan. Ketika suhu meningkat, maka energi kinetik akan meningkat
dan mengakibatkan turunnya gaya antar molekul atau dalam kata lain terjadi
perengganggan. Ketika perenggangan terjadi, maka tegangan permukaan
akan menurun.
Suhu berpengaruh terhadap tetesan – tetesan yang keluar dari
stalagmometer. Di dalam suatu literatur dikatakan bahwa apabila tegangan
permukaan semakin besar, maka cairan akan membentuk permukaan
dengan luas terkecil. Semakin banyak tetesan yang jatuh, maka tegangan
permukaan akan semakin kecil. Karena tegangan permukaan akan turun
saat suhu dinaikkan. Dapat dikatakan bahwa praktikum yang praktikan
laksanakan ini berhasil.
Pada surfaktan, akan ada keadaan yang disebut Critical Micel
Concentration (CMC). Surfaktan akan berbentuk misel dimana misel ini
bersifat lebih lentur pada permukaan. Hal ini akan menyebabkan tegangan
permukaan turun secara drastic. Misel merupakan suatu bentuk molekul
yang dihasilkan dari penggabungan ion – ion surfaktan yang merupakan zat
aktif permukaan.
Misel dapat terbentuk jika konsentrasi surfaktan lebih besar daripada
konsentrasi kritis misel (CMC) dan suhu sistem lebih besar dari suhu kritis
misel. Misel terbentuk jika di bawah konsentrasi kritis misel, konsentrasi
surfaktan yang mengalami adsorpsi pada antarmuka bertambah. Adsorpsi
pada antarmuka bertambah jika konsentrasi surfaktan total dinaikan.
Pembentukan misel dapat dipahami dengan konsep termodinamika. Misel
dapat membentuk proses secara spontan karena keseimbangan antara
entropi dan entalpi.
Data akhir yang praktikan dapatkan dari praktikum kali ini, yaitu
𝑑𝑦𝑛𝑒
tegangan permukaan air pada suhu 27 ℃ sebesar 0,0738 ; pada suhu
cm
𝑑𝑦𝑛𝑒 𝑑𝑦𝑛𝑒
40 ℃ sebesar 0,057 ; dan pada suhu 60 ℃ sebesar 0,0492 . Telah
cm cm

ditentukan pula tegangan permukaan gliserin pada suhu 27 ℃ sebesar 0,102


𝑑𝑦𝑛𝑒 𝑑𝑦𝑛𝑒
; pada suhu 40 ℃ sebesar 0,084 ; dan pada suhu 60 ℃ sebesar
cm cm
𝑑𝑦𝑛𝑒
0,0539 .
cm

Manfaat tegangan permukaan dalam bidang farmasi, yaitu :


1. Penetrasi molekul melalui membran biologis
2. Dalam memengaruhi penyerapan obat pada bahan pembantu padat
pada sediaan obat
3. Pembentukan dan kestabilan emulsi serta dispersi partikel tidak larut
dalam media cair untuk membentuk sediaan suspense
V. Simpulan
4.1 Telah ditentukan tegangan permukaan air pada suhu 27 ℃ sebesar
𝑑𝑦𝑛𝑒 𝑑𝑦𝑛𝑒
0,0738 ; pada suhu 40 ℃ sebesar 0,057 ; dan pada suhu 60 ℃
cm cm
𝑑𝑦𝑛𝑒
sebesar 0,0492 . Telah ditentukan pula tegangan permukaan
cm
𝑑𝑦𝑛𝑒
gliserin pada suhu 27 ℃ sebesar 0,102 ; pada suhu 40 ℃ sebesar
cm
𝑑𝑦𝑛𝑒 𝑑𝑦𝑛𝑒
0,084 ; dan pada suhu 60 ℃ sebesar 0,0539 .
cm cm

4.2 Surfaktan dapat menyebabkan tegangan permukaan turun


4.3 Suhu memengaruhi tegangan permukaan dimana saat suhu naik
tegangan permukaan akan turun dan saat suhu turun tegangan
permukaan akan naik
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W. 1994. Physical Chemistry Edisi ke-5. England : Oxford University
Press
Finda, J., Yulianto, Rofingan, E., Hakim, A., dan Nuzulil, F. 2016. Menentukan
Tegangan Permukaan Zat Cair. Jurnal Kajian Pendidikan Sains. Volume 2
(2)
Kensington. 1941. The Physics and Chemistry of Surfaces. England : Oxford
University Press
Sheat, W.B dan Foster, N.C. 1997. Concentrated Products from Methyl Ester
Sulfonates. Diakses secara online di
http://www.chemiton.com/papers_brochures/Methyl-Ester-Sulfonate-
Product.doc.pdf [Diakses pada 30 September 2019]

Anda mungkin juga menyukai