Anda di halaman 1dari 120

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Analisis Partisipasi Masyarakat dalam


Program Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) Pilar Pertama Stop
Buang Air Besar Sembarangan (BABS)
di Desa Batuhula dan Desa Telo
Kecamatan Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2018

Chaniago, Rahma Dhany


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5718
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR
PERTAMA STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
(BABS) DI DESA BATUHULA DAN DESA TELO
KECAMATAN BATANGTORU KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh :

RAHMA DHANY CHANIAGO


NIM : 141000132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR
PERTAMA STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
(BABS) DI DESA BATUHULA DAN DESA TELO
KECAMATAN BATANGTORU KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH

RAHMA DHANY CHANIAGO


NIM : 141000132

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ANALISIS

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM SANITASI TOTAL

BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA STOP BUANG

AIR BESAR SEMBARANGAN (BABS) DI DESA BATUHULA DAN DESA

TELO KECAMATAN BATANGTORU KABUPATEN TAPANULI

SELATAN TAHUN 2018 “ ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya

sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara

yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat

keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang

dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian

karya saya ini.

Medan, Agustus 2018


Yang membuat pernyataan,

Rahma Dhany Chaniago

i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK

Sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) adalah pendekatan yang


digunakan untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode pemicuan. Pelaksanaan program STBM dimulai dari
pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) yang merupakan
pintu masuk sanitasi total. Pemanfaatan jamban sehat belum mencapai 100%
walaupun puskesmas telah melakukan pemicuan terhadap masyarakat untuk
program STBM pilar pertama Stop BABS.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui partisipasi masyarakat dalam
Program STBM Pilar Pertama STOP BABS di Desa Batuhula dan Desa Telo
Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan.
Penelitian ini bersifat survey deskriptif. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner dan melakukan observasi
jamban, di desa Batuhula sebanyak 37 sampel dan di desa Telo sebanyak 35
sampel secara simple random sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam
program STBM pilar pertama Stop BABS ialah desa Batuhula yang berpartisipasi
64,9%, dan desa Telo yang berpartisipasi 71,4%. Hasil observasi penggunaan
jamban ialah pada desa Batuhula 16,2% tidak memiliki jamban di dalam rumah
dan desa Telo 14,3% tidak memiliki jamban di dalam rumah.
Berdasarkan hasil tersebut, diharapkan masyarakat berpartisispasi dan
terlibat dalam kegiatan dan program STBM sehingga dapat terjadi perubahan dan
kesinambungan perilaku yang bersih dan sehat di lingkungan masyarakat dan
segera memiliki jamban di dalam rumah.

Kata kunci : Jamban, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),Stop


BABS, Partisipasi Masyarakat.

iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT

Community-based total sanitation (STBM) is the approach used to change


hygiene and sanitation behavior through community empowerment by triggering
methods. The implementation of the STBM program stars from the first pillar
which is the stop of defecation (BABS) which is the entrance of total sanitation.
The utilization of healthy latrines has not reached 100% although in the villages
puskesmas have initiated pemicuan against the community for the first pillar
STBM stop BABS program.
The purpose of this research is to know the community participation in
STBM first pillar stop BABS program in Batuhula village and Telo village
Batangtoru District, South Tapanuli Regency.
This research is descriptive survey. Metode primary data collection was
conducted by interview using questionnaire and observation of latrine, Batuhula
village as many as 37 sample and Telo village as many as 35 sample by simple
random sampling.
The results showed that community participation in the first pillar STBM
program stop BABS is Batuhula village participated 64,9% and Telo village
participated 71,4%. The observation of the use of latrines is in the village
Batuhula 16,2% has no latrines in the house and village Telo 14,3% has no
latrines in the house.
Based on these results, it is expected that the community will participate
and be involved in STBM programs so that there will be a change an continuity of
clean and healthy behavior in the community and soon to have latrines in the
house.

Keyword : Latrine, Community-based total sanitation (STBM), Stop


BABS,Society participation

iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan nikmat berupa kesehatan, kekuatan, serta kesabaran, sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini dengan dengan judul “Analisis Partisipasi

Masyarakat dalam Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

Pilar Pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Desa Batuhula

dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun

2018” yang merupakan salah satu syarat untuk menyandang gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat (SKM).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari

berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari

berbagai pihak yang bersifat membangun demi kebaikan isi skripsi ini.

Selama mengerjakan skripsi ini penulis banyak mendapatkan motivasi,

bantuan serta dukungan baik moril maupun material dari berbagai pihak. Oleh

sebab itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sedalam-dalamnya

kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustiana, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

v
Universitas Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang M.Si selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan

di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. dr. Taufik Ashar, MKM selaku Ketua Departemen Kesehatan

Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah

banyak memberikan bimbingan, motivasi dan pengarahan pada penulis

dalam penulisan skripsi ini.

6. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan, memotivasi dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi

ini.

7. Dr. dr. Wirsal Hasan MPH selaku dosen penguji yang telah memberikan

masukan, memotivasi dan mengarahkan penulis dalam penulisan skripsi

ini.

8. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kesehatan Lingkungan

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

9. Terkhusus buat Alm. Papa tercinta A.Rajab Sikumbang dan Ibunda Vivi

Surayani Chaniago yang telah memberikan banyak do’a, yang selalu

memberikan kasih sayang, dukungan serta motivasi yang tak pernah henti-

hentinya dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Saudara terbaik Rahmad Hidayat Chaniago, Dewi Tri Septa Chaniago,

Norma Yunita Chaniago, Berliana Chaniago yang telah menjadi

penyemangat penulis dalam menulis skripsi ini.

vi
Universitas Sumatera Utara
11. Serta sahabat Mejikuhubiniu yang juga saudari seperjuangan skripsi(Uci,

Fatimah Wiwik, Leli, Fifa, Putri, Helena, dan Widya), keluarga kost bebek

kuning (Kak Azrah, Tiara, Aci dan Ani), keluarga Harmonika Kost (Tami,

Amel, dan Lili), teman PBL (Robert, Raysyah, Meta dan Rokana), teman

LKP (Fatimah, Uci, Tiara dan Tika), teman-teman peminatan kesehatan

lingkungan serta teman-teman Fakultas Kesehatan Masyarakat yang tidak

dapat disebutkan satu per satu yang telah memberi dukungan, saran dan

bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

tepat waktu.

Penelitian ini masih banyak kekurangan dalam penyusunan dan

materinya. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang mendukung

untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

memberikan kontribusi positif dan bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Agustus 2018

Penulis

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ........................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
ABSTRAK .............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xiii
RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
1.3.1Tujuan Umum ........................................................................ 6
1.3.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 7

BAB II TINJAUN PUSTAKA............................................................................. 8

2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ................................................... 8


2.1.1Sejarah STBM ....................................................................... 10
2.1.2 Pengertian STBM ................................................................. 11
2.1.3 Pilar STBM .......................................................................... 14
2.1.4 Pilar Pertama Stop BABS .................................................... 16
2.1.5 Indikator Pilar Pertama STBM............................................. 22
2.1.6 Tingkatan Partisipasi STBM ................................................ 23
2.2PartisipasiMasyarakat ........................................................................ 24
2.2.1 Pengertian PartisipasiMasyarakat ....................................... 24
2.2.2 Manfaat Partisipasi .............................................................. 25
2.2.3 Elemen-Elemen PartisipasiMasyarakat................................ 26
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi PartisipasiMasyarakat ............. 29
2.2.4Metode PartisipasiMasyarakat .............................................. 32
2.3Kerangka Konsep ............................................................................... 33

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 34

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 34


3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................................ 34
3.2.1 Lokasi Penelitian .................................................................. 34

viii
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 34
3.3 Populasi Dan Sampel ......................................................................... 34
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 36
3.5 Defenisi Operasional ......................................................................... 37
3.6 Metode Pengambilan Sampel ........................................................... 38
3.7 Metode Pengukuran ........................................................................... 38
3.8Metode Analisa Data ...........................................................................40

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 42


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.................................................. 42
4.2 Data Demografi ................................................................................. 42
4.3 Hasil Penelitian .................................................................................. 43
4.3.1Karakteristik Responden ....................................................... 43
4.3.2Stop Buang Air Besar Sembarangan ..................................... 45
4.3.3 Bentuk Partisipasi Masyarakat ............................................. 49
4.3.4 Observasi penggunaanJamban Sehat Keluarga .................... 58

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 61


5.1 Karakteristik Responden.................................................................... 61
5.1.1Umur ..................................................................................... 61
5.1.2Jenis Kelamin ........................................................................ 62
5.1.3 Tingkat Pendidikan .............................................................. 62
5.1.4 Pekerjaan .............................................................................. 63
5.1.5 Penghasilan .......................................................................... 63
5.2 Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS) ...................................... 64
5.3 Partisipasi Masyarakat ....................................................................... 67
5.3.1 Partisipasi Masyarakat dalam menerima informasi ............. 67
5.3.2Partisipasi Masyarakat dalam berunding, partisipasi
masyarakat dalam membuat keputusan secara bersama-sama
antara masyarakat dan pihak luar, partisipasi masyarakat
dalam mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan
keputusan ............................................................................. 67
5.4Observasi penggunaan jamban sehat keluarga .................................. 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 70


6.1Kesimpulan ......................................................................................... 70
6.2 Saran .................................................................................................. 71

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 73


DAFTAR LAMPIRAN

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis


Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan, dan Penghasilan di Desa Batuhula
Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun2018
..................................................................................................... 43

Tabel 4.2 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Jenis


Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan, dan Penghasilan di Desa Telo
Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun2018
..................................................................................................... 44

Tabel 4.3 Frekuensi Responden Berdasarkan tentang Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) di Desa Batuhula Kecamatan Batangtoru
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018 .................................. 46

Tabel 4.4 Frekuensi Responden Berdasarkan tentang Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) di Desa Telo Kecamatan Batangtoru
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018 .................................. 47

Tabel 4.5 Frekuensi Tingkatan Partisipasi Masyarakat di Desa Batuhula


Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
..................................................................................................... 52

Tabel 4.6 Frekuensi Tingkatan Partisipasi Masyarakat di Desa Telo


Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
..................................................................................................... 56

Tabel 4.7 Frekuensi hubungan karakteristik responden dengan partisipasi


masyarakat di Desa Batuhula Kecamatan Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2018 ..................................................... 56

Tabel 4.8 Frekuensi hubungan karakteristik responden dengan partisipasi


masyarakat di Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2018 ..................................................... 57

x
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Frekuensi Observasi penggunaan Jamban Sehat pada setiap
Keluarga di Desa Batuhula Kecamatan Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2018...................................................... 59

Tabel 4.10 Frekuensi Observasi penggunaan Jamban Sehat pada setiap


Keluarga di Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli
Selatan Tahun 2018 ..................................................................... 60

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Kuesioner........................................................................................75

Lampiran 2.Observasi……………………………………………………….....80

Lampiran 3. Surat Izin

Penelitian……………………………...…………….....82

Lampiran 4.Surat Keterangan Selesai Penelitian………………………….......83

Lampiran 5.Master Data …………………………………………………........85

Lampiran 6.Print Out Data SPS …………………………………………........89

Lampiran 7.Dokumentasi Penelitian………………………………………....98

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISTILAH

BAB : Buang Air Besar

BABS : Buang Air Besar Sembarangan

CLTS : Community Led Total Sanitation

CTPS : Cuci T angan Pakai Sabun

KK : Kepala Keluarga

MDG-s : Millinnium Development Goals

ODF : Open Defection Free

PAMM-RT : Pengolahan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

PAMSIMAS : Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

Pokja AMPL : Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

PMD : Pemberdayaan Masyarakat Desa

PLC-RT : Pengolahan Limbah Cair Rumah Tangga

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

STBM : Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

StoPs : Sanitasi Total dan Pemasaran Sanitasi

TSSM : Total Sanitation dan Sanitation Marketing

VERC’s : Village Education Resource

xiii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rahma Dhany Chaniago, dilahirkan pada tanggal 10

Januari 1997 di Batangtoru, Beragama Islam, dan merupakan anak kelima dari

lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Almarhum A. Rajab Sikumbang dan

Ibunda Vivi Suryani Chaniago. Alamat penulis berada di Jalan Harmonika No.70

Pasar 1 Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan Provinsi Sumatera

Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK) PTPN-III

Batangtoru pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2002, penulis melanjutkan

pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 103580 Batangtoru dan selesai pada

tahun 2008, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Mengah Pertama (SMP)

Negeri 1 Batangtoru pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011, kemudian

penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1

Batangtoru pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2014, penulis melanjutkan

pendidikan S1 di Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.

xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO), sanitasi merupakan upaya

pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang akan menimbulkan hal-

hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan tubuh.

Menurut WHO pula, kematian yang disebabkan karena water borne disease

mencapai 3.400.000 jiwa/tahun. Dari semua kematian yang bersumber pada

buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan penyebab kematian terbesar

yaitu 1.400.000 jiwa/tahun (Ditjen PP dan PL, 2013).

Pelaksanaan program sanitasi di Indonesia pada umumnya mengalami

stagnasi hasil, banyak proyek sanitasi yang gagal, padahal penyampaian program

sanitasi terutama jamban di Indonesia telah lama dilakukan. Keadaan ini

disebabkan antara lain karena pembangunan masih berorientasi pada target fisik

serta belum berorientasi pada perubahan perilaku di masyarakat. Kepedulian

masyarakat terhadap persoalan proyek sanitasi cenderung menurun pada pasca

proyek dan kurangnya kebersamaan dalam mengatasi permasalahan sanitasi.

Kecenderungan masyarakat terhadap uluran subsidi pemerintah juga masih tinggi.

Hal ini memicu untuk melaksanakan program yang lebih baik dari sebelumnya

(Rahmawati, 2013).

Sanitasi total berbasis masyarakat dilatarbelakangi dengan adanya

kegagalan dalam program pembangunan sanitasi pedesaan. Dari beberapa studi

evaluasi terhadap beberapa program pembangunan sanitasi pedesaan didapatkan

Universitas Sumatera Utara


2

hasil bahwa banyak sarana yang dibangun tidak digunakan dan dipelihara oleh

masyarakat. Banyak faktor penyebab mengenai kegagalan tersebut, salah satu

diantaranya adalah tidak adanya demand atau kebutuhan yang muncul ketika

program dilaksanakan (Hasibuan, 2009).

Sanitasi total berbasis masyarakat adalah pendekatan yang digunakan

untuk merubah perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat

dengan metode pemicuan. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas

tidak buang air besar sembarangan (BABS) atau Open Defecation Free (ODF).

Prinsip dari pelaksanaan STBM adalah meniadakan subsidi untuk fasilitas sanitasi

dasar dengan pokok kegiatan menggali potensi yang ada di masyarakat untuk

membangun sarana sanitasi sendiri dan mengembangkan solidaritas sosial. Dalam

Kemenkes RI nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 yang kemudian diperkuat dengan

Permenkes RI nomor 3 tahun 2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

disebutkan peran dan tanggung jawab pemangku kepentingan seperti di tingkat

RT/Dusun/Kampung memiliki peran dan tanggung jawab mempersiapkan

masyarakat untuk berpatisipasi aktif, di tingkat desa berperan dan bertanggung

jawab dalam membentuk tim fasilitator desa atau kader pemicu STBM untuk

memfasilitasi gerakan masyarakat dan pada tingkat kecamatan, pemerintah

kecamatan berperan dan bertanggung jawab berkoordinasi dengan Badan

Pemerintah yang lain dan memberi dukungan bagi kader pemicu STBM.

Kesenjangan pencapaian desa/kelurahan STBM disebabkan oleh belum

semua petugas melaporkan hasil kegiatan di daerahnya. Total dari 9.738 tenaga

kesehatan lingkungan yang terdaftar, hanya 4.285 tenaga kesehatan lingkungan

Universitas Sumatera Utara


3

(44%) yang melaksanakan monitoring kegiatan STBM sampai dengan tahun 2014

(Kemenkes RI, 2014).

Menurut laporan MDGs tahun 2007, sekitar 70 juta orang masih

mempraktikan buang air besar sembarangan. Hasil studi ISSDP 47% masyarakat

berperilaku buang air besar ketempat terbuka. Hal ini tentunya berkontribusi

terhadap tingginya angka penyakit berbasis sanitasi seperti diare. Sebagai bentuk

intervensi yang telah dilakukan pemerintah adalah program Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM).

Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total

Sanitation (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air

minum dan sanitasi di Indonesia, khususnya dalam mendorong kesadaran

masyarakat untuk mengubah perilaku buang air besar sembarangan (BABS)

menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan perilaku

BAB merupakan pintu masuk perubahan perilaku sanitasi secara menyeluruh.

Atas dasar pengalaman keberhasilan CLTS, pemerintah Indonesia

menyempurnakan pendekatan CLTS dengan aspek sanitasi lain yang saling

berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar

Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air

Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT), (4) Pengelolaan Sampah

Rumah Tangga (PS-RT), dan (5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-

RT). Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop BABS

yang merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan upaya memutuskan

rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makan dan

Universitas Sumatera Utara


4

lainnya. STBM menggunakan pendekatan yang mengubah perilaku hygiene dan

sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Dengan

metode pemicuan, STBM diharapkan dapat merubah perilaku kelompok

masyarakat dalam upaya memperbaiki keadaan sanitasi lingkungan mereka,

sehingga tercapai kondisi Open Defecation Free (ODF), pada suatu komunitas

atau desa. Suatu desa dikatakan ODF jika 100% penduduk desa tersebut

mempunyai akses BAB di jamban sehat.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan, dari data

Puskesmas Kecamatan Batangtoru sebelum dilakukannya pemicuan program

STBM pilar pertama Stop BABS bahwa Desa Batuhula memiliki 238 KK, yang

memiliki jamban sehat permanen 100 KK (42%), 5 KK (2%) yang memiliki

jamban sehat semi permanen, 23 KK (10%) masih memanfaatkan pemandian

umum atau berbagi jamban dengan tetangga untuk BAB dan ODF 110 KK (46%)

dan Desa Telo memiliki 180 KK, yang memiliki jamban sehat permanen 110 KK

(61%), 3 KK (2%) yang memiliki jamban sehat semi permanen, 32 KK (18%)

masih memanfaatkan pemandian umum atau berbagi jamban dengan tetangga

untuk BAB dan ODF 35 KK (19%). Setelah dilakukannya pemicuan program

STBM pilar pertama Stop BABS, pada Desa Batuhula yang memiliki jamban

sehat permanen 160 KK (67%), 5 KK (2%) yang memiliki jamban sehat semi

permanen dan terdapat 73 KK (31%) yang masih memamfaatkan pemandian

umum atau berbagi jamban dengan tetangga untuk BAB, dan di Desa Telo yang

memiliki jamban sehat permanen 147 KK (82%) , 4 KK (2%) yang memiliki

jamban sehat semi permanen dan terdapat 29 KK (16%) yang masih

Universitas Sumatera Utara


5

memanfaatkan pemandian umum atau berbagi jamban dengan tetangga untuk

BAB.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa pemanfaatan jamban

sehat belum mencapai 100% walaupun di desa tersebut puskesmas telah

melakukan pemicuan terhadap masyarakat untuk program STBM pilar 1 Stop

BABS, hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran dan keterlibatan

masyarakat dalam program tersebut. Keberhasilan atau pencapaian suatu program

tidak akan lepas dari partisipasi masyarakat itu sendiri.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan tersebut, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Partisipasi Masyarakat dalam

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar Pertama di Desa

Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

Tahun 2018”

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang muncul adalah pencapaian program STBM pilar

pertama Stop BABS dan penggunaan jamban belum mencapai 100% dan belum

diketahuinya partisipasi masyarakat dalam program yang dijalankan oleh

Puskesmas Batangtoru di Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru

Kabupaten Tapanuli Selatan.

Universitas Sumatera Utara


6

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui partisipasi masyarakat dalam Program STBM Pilar Pertama

STOP BABS di Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten

Tapanuli Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam menerima informasi

mengenai program STBM pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar

Sembarangan di Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru

Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam berunding mengenai

program STBM pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan di

Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli

Selatan.

3. Mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam membuat keputusan

secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar mengenai program

STBM pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan di Desa

Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam mendapatkan wewenang

atas kontrol sumber daya dan keputusan mengenai program STBM pilar

pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan di Desa Batuhula dan Desa

Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan.

Universitas Sumatera Utara


7

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini sebagai masukan pemerintah setempat

dalam rangka menjalankan gerakan Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis

Masyarakat (STBM).

2. Bagi Masyarakat, hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan

pemikiran yang kritis dan responsif, juga menjadi sarana pendidikan yang

obyektif agar selalu tanggap dalam merespon dan ikut berpartisipasi secara

aktif di setiap program yang dijalankan di Desa Batuhula dan Desa Telo

Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan.

3. Bagi Penulis, hasil penelitian ini sebagai proses belajar bagi penulis dalam

upaya mengimplementasikan berbagai teori yang diperoleh di bangku kuliah

selama proses belajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara.

Universitas Sumatera Utara


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)

STBM adalah sebuah pendekatan dalam pembangunan sanitasi pedesaan.

Pendekatan ini berawal di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah

diadopsi secara massal di negara tersebut. Bahkan India, di satu negara bagiannya

yaitu Provinsi Maharasthra telah mengadopsi pendekatan STBM kedalam

program pemerintah secara massal yang disebut dengan program Total Sanitation

Campaign (TSC). Beberapa negara lain seperti Cambodja, Afrika, Nepal, dan

Mongolia telahmenerapkan dalam porsi yang lebih kecil (Kemenkes RI, 2014).

Pelaksanaan STBM dengan lima pilar akan mempermudah upaya

meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan

mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan

STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian

yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong

tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan. Perubahan perilaku

dalam STBM dilakukan melalui metode pemicuan yang mendorong perubahan

perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu membangun sarana

sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan (Permenkes RI, 2014).

Kegiatan utama dari gerakan STBM yang dilakukan adalah merubah

perilaku masyarakat agar tidak BAB sembarangan. Kegiatan yang dilaksanakan

berupa intervensi dengan melakukan diskusi, mapping, transect walk, simulasi

penularan penyakit dari tinja dengan tujuan menimbulkan rasa jijik, malu, takut

Universitas Sumatera Utara


9

sakit untuk merubah kebiasaan BAB sembarangan. Karena dengan merubah

perilaku masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan merupakan suatu

jalan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Hasibuan, 2009).

Pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk

mengubah perilaku higienis dan saniter melalui pemberdayaan masyarakat dengan

cara pemicuan. Pendekatan partisipatif ini mengajak masyarakat untuk

menganalisa kondisi sanitasi melalui proses pemicuan yang

menyerang/menimbulkan rasa ngeri dan malu kepada masyarakat tentang

pencemaran lingkungan akibat BABS.

Prinsip pendekatan STBM adalah keterpaduan antara komponen

peningkatan kebutuhan (demand), perbaikan penyediaan (supply) sanitasi dan

penciptaan lingkungan yang mendukung (enabling environment), namun

pelaksanaannya perlu dipertimbangkan komponen pendukung lainnya seperti

strategi pembiayaan, metoda pemantauan dan pengelolaan pengetahuan/informasi

sebagai media pembelajaran (Kemenkes RI, 2013).

Laporan kemajuan Millennium Development Goals (MDGs) yang disusun

Bappenas tahun 2010 menunjukkan bahwa perbaikan akses masyarakat pedesaan

kepada jamban sehat (MDGs target 7.C) tergolong ke dalam kelompok target

yang perlu memperoleh perhatian, karena kecepatan perbaikan tidak mencapai

yang diharpkan. Dari target akses sebesar 55,6% pada tahun 2015 untuk pedesaan,

pada tahun 2009 masyarakat yang mempunyai akses ke jamban sehat hanya 34%.

Terdapat kesenjangan 21% yang harus dicapai selama tiga tahun.

Universitas Sumatera Utara


10

Rata-rata capaian nasional tahun 2016 sebesar 42,24% meningkat dari

rata-rata capaian tahun 2015 yaitu 32,91% baik secara kumulatif maupun

proporsi, 7 provinsi dengan realisasi desa/kelurahan yang melaksanakan STBM

tertinggi yaitu Provinsi DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kep.Bangka

Belitung, Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur. Hal ini terjadi disebabkan

provinsi-provinsi tersebut termasuk dalam 13 provinsi prioritas pertama dalam

pengintervensian karena memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi. Selain itu

dalam hal pemetaan wilayah dan penduduk juga masuk dalam klasifikasi mudah

sehingga menjadi lokasi pengintervensian prioritas pertama (Kemenkes RI, 2016).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yang dimaksud dengan STBM adalah

pendekatan untuk mengubah perilaku higienis dan sanitasi melalui pemberdayaan

masyarakat dengan cara pemicuan. Penyelenggaraan STBM bertujuan untuk

mewujudkan perilaku yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.1.1 Sejarah STBM

STBM merupakan adopsi dari keberhasilan pembangunan sanitasi total

dengan menerapkan model CLTS (Community-Led Total Sanitation). Pendekatan

CLTS berasal dari evaluasi oleh Kamal Kar mengenai WaterAid dari VERC’s

(Village Education Resource). Hasil dari evaluasi adalah penemuan pendekatan

CLTS dengan metode PRA pada tahun 2000. Sejak tahun 2000, melalui pelatihan

langsung oleh Kamal Kar dan dukungan dari banyak lembaga serta dibantu

dengan kunjungan lintas Negara, CLTS telah menyebar ke organisasi lain di

Universitas Sumatera Utara


11

Bangladesh dan Negara lain di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Afrika, Amerika

Latin, dan Timur Tengah. Lembaga atau instansi yang mensponsori pelatihan ini

oleh Kamal Kar antara lain the WSP-World Bank, CARE, Concern, WSLIC II

(Kamal Kar dan Robert C, 2008).

Uji coba implementasi CLTS di 6 kabupaten di Indonesia pada tahun

2005. Pada Juni 2006, Departemen Kesehatan mendeklarasikan pendekatan CLTS

sebagai strategi nasional untuk program sanitasi. Pada september 2006, program

WSLIC memutuskan untuk menerapkan pendekatan CLTS sebagai pengganti

pendekatan dana bergulir di seluruh lokasi program (36 kabupaten). Pada saat

yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi pendekatan ini. Mulai Januari

sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia

merancang proyek PAMSIMAS di 115 kabupaten. Program ini mengadopsi

pendekatan CLTS dalam rancangannya (Kepmenkes, 2008).

Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan

CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai

mengimplementasikan sebuah proyek yang mengadopsi pendekatan sanitasi total

bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total

dan Pemasaran Sanitasi (SToPS), dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi

total berbasis masyarakat (STBM) sebagai strategi nasional (Kepmenkes, 2008).

2.1.2 Pengertian STBM

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan, strategi

dan program untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan

masyarakat dengan metode pemicuan. Perilaku higiene dan sanitasi yang

Universitas Sumatera Utara


12

dimaksud antara lain tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai

sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan

benar dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Perilaku tersebut

merupakan rangkaian kegiatan sanitasi total. Selanjutnya rangkaian perilaku

tersebut disebut sebagai pilar STBM. Kelima pilar tersebut merupakan satu

kesatuan kegiatan namun perlu diprioritaskan pilar mana yang paling mendesak.

Prioritas berdasarkan criteria: 1) luasnya akibat (dampak) yang ditimbulkan oleh

perilaku itu; (2) kemampuan masyarakat untuk menanggulangi; (3) keterdesakan

untuk ditanggulangi; (4) keterdesakan, akibat yang akan timbul apabila persoalan

tidak segera ditanggulangi (Ditjen PP dan PL, 2014).

STBM dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat dimana

masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total yang timbul

dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan. Melalui cara ini diharapkan

perubahan perilaku tidak terjadi pada saat pelaksanaan program melainkan

berlangsung seterusnya (Kemenkes RI, 2008).

Metode yang digunakan dalam STBM adalah metode pemicuan. Metode

pemicuan ini dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara memicu masyarakat

dalam lingkup komunitas terlebih dahulu untuk memperbaiki sarana sanitasi

sehingga tercapai tujuan dalam hal memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan

sehat pada masyarakat serta mencegah penyakit berbasis lingkungan. Faktor-

faktor yang harus dipicu antara lain rasa jijik, rasa malu, takut sakit, aspek agama,

privacy, dan kemiskinan. Setelah pemicuan faktor tersebut terlaksana, dibentuklah

komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk agar rencana aksi dari

Universitas Sumatera Utara


13

masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu monitoring dari

tim fasilitator juga harus diterapkan. Kegiatan terus dilakukan sampai tercapai

kondisi desa bebas buang air besar sembarangan (ODF/Open Defecation Free)

(Ditjen PP dan PL, 2014).

Terdapat empat parameter desa ODF antara lain :

1. Semua rumah tangga mempunyai jamban yang memenuhi syarat

kesehatan.

2. Semua sekolah yang berada di wilayah tersebut mempunyai jamban yang

memenuhi syarat kesehatan dan program perbaikan hygiene.

3. Semua sarana jamban digunakan dan dipelihara.

4. Lingkungan tempat tinggal bebas dari kotoran manusia.

Tujuan umum dari program STBM adalah memicu masyarakat sehingga

dengan kesadarannya sendiri mau menghentikan kebiasaan buang air besar di

tempat terbuka pindah ke tempat tertutup dan terpusat. Sedangkan tujuan khusus

dari program STBM antara lain :

1. Memfasilitasi masyarakat sehingga masyarakat dapat mengenali

permasalahan kesehatan lingkungannya sendiri.

2. Memfasilitasi masyarakat untuk menganalisis masalah kesehatan

lingkungan mereka dengan memicu perasaan jijik, malu, takut sakit, rasa

dosa, dan lain sebagainya sehingga muncul kesadaran untuk merubah

perilakunya kearah perilaku hidup bersih dan sehat dengan meninggalkan

kebiasaan BAB di tempat terbuka.

Universitas Sumatera Utara


14

3. Memunculkan kemauan keras masyarakat untuk membangun jamban yang

sesuai dengan keinginannya dan kemamuan mereka tanpa menunggu

bantuan.

Dalam program ini masyarakat dilibatkan dalam suatu aktivitas. Keadaan

ini dapat memberi stimulasi, sehingga terjadi partisipasi. Partisipasi selanjutnya

menimbulkan interaksi antar anggota masyarakat sehingga timbul pertanyaan-

pertanyaan pada dirinya sehingga timbul kesadaran tentang keadaan dirinya

tersebut atau terjadi realisasi. Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian

menimbulkan keinginan ataupun dorongan untuk berubah, yakni mengubah

keadaannya yang jelek menjadi baik. Keadaan inilah yang menunjukkkan motif

pada diri seorang telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan terjadi perubahan

perilaku (Slamet, 2006).

Prinsip dari program nasional STBM antara lain non-subsidi,

kebersamaan, keberpihakan terhadap kelompok miskin, keberpihakan pada

lingkungan, prinsip tanggap kebutuhan, kesetaraan jender, pembangunan berbasis

masyarakat, dan keberlanjutan (Ditjen PP dan PL, 2014).

2.1.3 Pilar STBM

STBM adalah sebuah pendekatan untuk memperbaiki kesehatan

lingkungan masyarakat, mengubah perilaku higienis dan saniter melalui

pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan (Permenkes RI, 2014).

STBM meliputi lima indikator kesehatan lingkungan (pilar) :

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS)

Universitas Sumatera Utara


15

Stop buang air besar sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu

dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar

sembarangan dan menggunakan jamban ramah lingkungan (tidak dibuang

permukaan tanah atau badan air).

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

Cuci tangan pakai sabun adalah perilaku cuci tangan menggunakan air

bersih yang mengalir dan sabun pada waktu yang tepat termasuk sesudah BAB.

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM-RT)

Pengelolaan air minum dan makanan rumah tangga (PAMM-RT) adalah

suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang

digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya. Tujuan dari pilar

ketiga adalah untuk mengurangi kejadian penyakit yang ditularkan melalui air

minum.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PS-RT)

Pengelolaan sampah rumah tangga (PS-RT) adalah proses pengelolaan

sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip

mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman

adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur ulangan atau

pembuangan dari material sampah dengan cara yang tidak membahayakan

kesehatan masyarakat dan lingkungan.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-RT)

Pengelolaan limbah cair rumah tangga (PLC-RT) adalah proses

pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari

Universitas Sumatera Utara


16

terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan penyakit berbasis

lingkungan.

2.1.4 Pilar Pertama Stop BABS

Standar teknis pemicuan dan promosi Stop BABS terdiri dari perencanaan,

pemicuan, dan setelah pemicuan, uraiannya sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan meliputi : Advokasi kepada Pemangku kepentingan

secara berjenjang, Identifikasi Masalah dan Analisis situasi, Penyiapan fasilitator

dan Peningkatan kapasitas kelembagaan.

1) Advokasi kepada pemangku kepentingan secara berjenjang

Advokasi dilakukan untuk mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah,

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan penyandang dana agar stakeholder yang

terlibat dalam kegiatan ini memahami prinsip-prinsip yang berlaku pada

pengelolaan Stop BABS. Dukungan mereka sangat penting karena merupakan

panutan masyarakat. Sehingga para tokoh masyarakat perlu ditumbuhkan

kesadaran dan pemahaman tentang konsep STBM terlebih dahulu sebelum

melaksanakan pemicuan. Upaya menggalang dukungan tokoh masyarakat

diharapkan adanya kontribusi dalam proses pelaksanaan program mulai

perencanaan hingga terwujudnya desa ODF (Ditjen PP dan PL, 2014).

Advokasi adalah upaya persuasi yang mencakup kegiatankegiatan

penyadaran dan rasionalisasi terhadap orang lain yang dianggap mempunyai

pengaruh terhadap keberhasilan suatu program atau kegiatan yang dilaksanakan.

Tujuan umum dari advokasi adalah diperolehnya komitmen dan dukungan dalam

Universitas Sumatera Utara


17

upaya kesehatan baik berupa kebijakan, tenaga, dana, saran, kemudahan,

keikutsertaan dalam kegiatan maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan

suasana (Wijono, 2010).

2) Identifikasi masalah, kebutuhan dan analisis situasi

Bersama masyarakat mengidentifikasi masalah yang terjadi di wilayah

kerja Puskesmas Batangtoru terutama tentang kejadian diare yang cukup tinggi.

Tidak semua desa dapat mejadi lokasi pemicuan. Lokasi pemicuan lebih efektif

apabila daerah itu penuh dengan kekumuhan, belum pernah ada pembangunan

sarana sanitasi dengan pendekatan subsidi, dan pernah menjadi daerah dengan

angka kejadian diare yang cukup tinggi (Ditjen PP dan PL, 2014).

Identifikasi masalah dilakukan dengan menemukan suatu kesenjangan

antara apa yang diharapkan atau yang telah direncanakan. Sedangkan analisis

situasi merupakan langkah yang sangat diperlukan dalam suatu proses

perencanaan karena jika dilakukan dengan tepat maka kita dapat mendefinisikan

masalah sesuai dengan realita yang kita harapkan (Supriyanto dan Damayanti,

2007).

3) Penyiapan Fasilitator

Dalam rangka mensosialisasikan program dan meningkatkan partisipasi

masyarakat untuk kegiatan Stop BABS, maka diperlukan tenaga fasilitator yang

handal, trampil dan memahami prinsip fasilitasi yang benar. Tugas utama

fasilitator adalah mempersiapkan dan melakukan pemicuan kepada masyarakat.

Proses penyiapan fasilitator dapat dilakukan melalui seleksi yang dilanjutkan

dengan pelatihan. Substansi pelatihan adalah ketrampilan, pengetahuan, dan sikap

Universitas Sumatera Utara


18

sebagai fasilitator serta langkah pemicuan untuk pilar Stop BABS. Pelatihan

fasilitator ini biasanya ada dua macam yaitu pelatihan bagi pelatih (Training Of

Trainers) dan pelatihan bagi fasilitator.

Pengembangan SDM kesehatan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat)

merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam suatudepartemen, instansi,

atau organisasi agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan

ketrampilan (skill) mereka sesuai tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan.

Tenaga yang telah menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu di instansi

yang bersangkutan perlu mendapatkan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan

dan ketrampilan. Diklat merupakan suatu bentuk investasi pada sumber daya

manusia untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimum (Adisasmito, 2008).

4) Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Peningkatan kapasitas kelembagaan yang dimaksud adalah proses

pemahaman lebih lanjut mengenai kebijakan nasional AMPL, STBM dan pilar

Stop BABS. Sasarannya adalah lembaga/institusi (Pemerintah dan Non

Pemerintah) yang mempunyai kaitan langsung dengan program STBM. Untuk

kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan ini Pemerintah Daerah melalui

SKPD-nya dapat bekerja sama dengan kabupaten lain atau lembaga lain yang

bertanggung jawab terhadap program AMPL dan STBM. Proses pelaksanaannya

dapat menyertakan personil dari semua SKPD terkait seperti dari unsur Dinas

Kesehatan, Bappeda, Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) atau nama lain yang

sejenis, Dinas Pekerjaan Umum, Perguruan Tinggi, LSM dan organisasi

masyarakat lainnya (Ditjen PP dan PL, 2014).

Universitas Sumatera Utara


19

Kerjasama lintas sektor diperlukan karena programprogram mereka

langsung bersentuhan dengan masyarakat yang notabene memiliki multimasalah,

sehingga dalam penanganannya pun harus multidimensi dari berbagai peran

institusi yang sinergis. Beberapa program pembangunan akan dapat tercapai

apabila ada kerjasama dengan sektor lain (Adisasmito, 2008).

2. Tahap pemicuan

Tahap pemicuan terdiri dari beberapa langkah antara lain:

1) Pengantar Pertemuan

Ketua tim fasilitator menyampaikan tujuan kedatangan, menjalin

keakraban dengan komunitas. Tim fasilitator terdiri dari :

1. Leader fasilitator : fasilitator utama

2. Co fasilitator : membantu fasilitator dalam berproses

3. Process fasilitator : perekam proses dan hasil

4. Environment setter : penjaga suasana diskusi

Tujuan dari kedatangan tim fasilitator yaitu belajar tentang kebiasaan

masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan dan menyampaikan

dengan tegas bahwa kegiatan ini tanpa subsidi.

2) Pencairan Suasana

Bertujuan untuk menciptakan suasana akrab antara fasilitator dengan

komunitas sehingga setiap individu dalam komunitas bisa terbuka/ jujur tentang

kondisi lingkungan mereka. Pencairan suasana bisa dilakukan dengan permainan.

Universitas Sumatera Utara


20

3) Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi

Leader fasilitator menanyakan beberapa pertanyaan yang dapat menarik

perhatian komunitas untuk mengeluarkan suaranya. Komunitas menyebutkan

penggunaan bahasa sehari-hari mengenai buang air besar dan kotoran manusia.

4) Pemetaan Sanitasi

Pemetaan sanitasi adalah pemetaan sederhana yang dilakukan oleh

komunitas untuk mengetahui lokasi BABS. Hal yang ada di peta antara lain lokasi

rumah, batas kampong, jalan desa, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, rumah

penduduk (diberi tanda mana yang punya dan tidak punya jamban), serta lokasi

BABS.

5) Transect Walk

Transect walk berfungsi untuk memicu rasa jijik. Transect dilakukan

dengan cara mengajak masyarakat untuk menganalisis keadaan sanitasi secara

langsung di lapangan dengan menelusuri lokasi pemicuan dari tempat yang satu

ke tempat yang lain. Memicu rasa jijik bisa dengan cara menawarkan air minum

yang telah dikotori dengan rambut. Kemudian rambut dianalogikan sebagai kaki

lalat yg telah hinggap di kotoran manusia.

6) Menghitung Volume Kotoran Tinja

Perhitungan kotoran adalah menghitung bersama jumlah kotoran manusia

yang dihasilkan dapat membantu mengilustrasikan betapa besarnya permasalahan

sanitasi. Perhitungan dilakukan dengan satuan gram.

Universitas Sumatera Utara


21

7) Alur Kontaminasi

Penentuan alur kontaminasi yang dilakukan oleh komunitas menggunakan

media gambar sketsa kontaminasi dari kotoran ke mulut. Tim fasilitator

memberikan kebebasan kepada komunitas dalam menyusun alur kontaminasi.

8) Simulasi Air yang Terkontaminasi

Tim fasilitator menggunakan rambut ditempelkan ke tinja yang

dianalogikan seperti kaki lalat yang hinggap di tinja. Kemudian rambut

dicelupkan ke air minum. Tim fasilitator memicu rasa jijik ke peserta dengan

meminta mereka untuk meminum air tersebut.

9) Diskusi Dampak (sakit, malu, takut, dosa)

Setelah dilakukan langkah sebelumnya, tim fasilitator mengajak diskusi

dengan komunitas berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat membakar rasa sakit,

malu, takut dan dosa. Pertanyaan mengenai kemana mereka BAB keesokan hari,

siapa saja yang akan mandi di sungai yang banyak orang BAB.

10) Menyusun rencana program sanitasi

Tujuan dari tahap ini adalah memfasilitasi masyarakat untuk menyusun

rencana kerja kegiatan. Mulai dari membentuk kelompok kegiatan sanitasi (yang

selanjutnya disebut KOMITE). Anggota masyarakat yang telah lebih dulu

berkeinginan merubah kebiasaan buang air besarnya dapat menjadi calon kuat

untuk menjadi natural leader.

Demikian pula para tokoh masyarakat, tokoh agama atau kader yang ada

di desa. Mencatat semua rencana individu tiap keluarga untuk menghentikan

kebiasaan buang air besar di tempat terbuka sesuai dengan komitmen mereka.

Universitas Sumatera Utara


22

Gambar peta pada saat pemetaan disalin dalam kertas. Pada sesi ini terdapat

kendala pada komite yaitu masalah dana untuk keluarga yang tidak mampu.

Maka tugas fasilitator adalah membantu memecahkan masalah dengan

memberitahukan cara yang telah dilakukan di desa lainnya dalam kabupaten.

3. Pasca pemicuan

Tahap ini tim fasilitator melakukan pendampingan untuk menjaga

komitmen komite mengenai rencana pembangunan sarana sanitasi. Hal yang

dilakukan adalah memantau perkembangan perubahan perilaku, bimbingan teknis

dengan menyampaikan tangga sanitasi dan opsi teknologi. Pendampingan

dilaksanakan selambat- lambatnya 5 hari setelah pemicuan. Selain kepada komite,

tim fasilitator juga mengadvokasi sasaran tidak langsung yaitu kepala desa dan

perangkatnya. Pendampingan dilakukan hingga desa mencapai kondisi ODF. Desa

yang telah mencapai status ODF akan mendapatkan sertifikasi dan penghargaan.

Upaya untuk menjaga kondisi ODF dengan mengadakan lomba tingkat

kecamatan. pemantauan dilaksanakan melalui 2 (dua) mekanisme yaitu:

Pemantauan yang dilaksanakan oleh masyarakat secara partisipatif untuk menilai

kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat, dan pemantauan yang dilaksanakan

secara berjenjang mulai dari kecamatan sampai ke pusat.

2.1.5 Indikator Pilar Pertama STBM

Terkait dengan penilaian kinerja program, maka diperlukan indikator yang

dapat dijadikan acuan dalam penilaiannya. Indikator pilar pertama atau Stop

BABS yang digunakan sebagai acuan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli

Selatan adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


23

1. Proporsi KK yang BAB di jamban sehat sebesar 85%

2. Jumlah desa yang telah ODF (Open Defecation Free) yaitu dalam satu

tahun setiap wilayah kerja Puskesmas terdapat 2 desa yang telah dipicu

dan mencapai keadaan ODF (Open Defecation Free) yaitu dalam satu desa

100% bebas dari perilaku buang air besar sembarangan.

2.1.6 Tingkatan Partisipasi STBM

Masyarakat sasaran dalam Sanitasi Total Berbasis Masyarakat tidak

dipaksa untuk menerapkan program tersebut, akan tetapi program ini berupaya

meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatannya. Tingkat partisipasi

sangat berbeda, dimulai tingkat partisipasi yang terendah sampai tertinggi (Ditjen

PP dan PL, 2014) :

1. Masyarakat hanya menerima informasi

Keterlibatan masyarakat hanya sampai diberi informasi (misalnya melalui

pengumuman) dan bagaimana informasi itu diberikan ditentukan oleh si

pemberi informasi (pihak tertentu).

2. Masyarakat mulai diajak untuk berunding.

Pada level ini sudah ada komunikasi 2 arah, dimana masyarakat mulai diajak

untuk diskusi atau berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah dilibatkan

dalam suatu perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar atau orang-

orang tertentu.

3. Membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak luar.

Pada tahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat keputusan secara

bersama-sama untuk kegiatan yang dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


24

4. Masyarakat mulai mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan

keputusan. Pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan, akan

tetapi telah ikut dalam kegiatan kontrol pelaksanaan program.

Dari keempat tingkatan partisipasi tersebut, yang diperlukan dalam

Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah tingkat partisipasi tertinggi dimana

masyarakat tidak hanya diberi informasi, tidak hanya diajak berunding tetapi

sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan bahkan sudah mendapatkan

wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu sendiri serta terhadap

keputusan yang mereka buat. Dalam prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

telah disebutkan bahwa keputusan bersama dan action bersama dari masyarakat

itu sendiri merupakan kunci utama (Ditjen PP dan PL, 2014).

2.2 Partisipasi Masyarakat

2.2.1 Pengertian Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat

dalam memecahkan suatu permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi

masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat

dalam memecahkan setiap permasalahan. Di dalam hal ini masyarakat sendirilah

yang aktif memikirkan, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasikan

program-program kesehatan masyarakatnya. Lembaga atas wadah yang ada di

masyarakat hanya dapat mendukung, memotivasi, dan membimbingnya

(Notoatmodjo, 2012).

Universitas Sumatera Utara


25

2.2.2 Manfaat Partisipasi

Menurut Pariatra Westra (Widi Astuti, 2008) manfaat partisipasi adalah :

a. Lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar.

b. Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari para anggotanya.

c. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta


membangun kepentingan bersama.

d. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.

e. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.


Pendapat lain dikemukakan oleh Burt K. Schalan dan Roger (Widi Astuti, 2008)

bahwa manfaat dari partisipasi adalah :

a. Lebih banyak komunikasi dua arah.

b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan.

c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif.

d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui


dalam derajat lebih tinggi.
Dari pendapat-pendapat di atas tentang manfaat partisipasi, dapat disimpulkan

bahwa partisipasi akan memberikan manfaat yang penting bagi keberhasilan

organisasi yaitu :

a. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena


banyaknya sumbangan yang berarti dan positif.

b. Mengedepankan komunikasi dua arah sehingga baik bawahan maupun


atasan memiliki kesempatan yang sama dalam mengajukan pemikiran.

Universitas Sumatera Utara


26

c. Mendorong kemampuan berpikir kreatif demi kepentingan bersama.

d. Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun


kepentingan bersama.

e. Memungkinkan untuk mengikuti setiap perubahan yang terjadi.


2.2.3 Elemen-Elemen Partisipasi Masyarakat

a. Motivasi

Motivasi adalah persyaratan masyarakat untuk berpartisipasi, Masyarakat

akan sulit untuk berpartisipasi di semua program tanpa adanya motivasi.

Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya

memberikan dukungan dan motivasi saja. Maka dari itu pendidikan kesehatan

sangat dibutuhkan untuk meningkatkan tumbuhnya motivasi masyarakat.

(Notoatmodjo, 2012).

b. Komunikasi

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian dan penerimaan pesan

yang dapat menyampaikan ide dan penerimaan informasi kepada masyarakat.

Media masa seperti TV, radio, film, poster, dan sebagainya. Sebagian dari

informasi tersebut sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang nantinya dapat

menimbulkan suatu partisipasi. (Notoatmodjo, 2012). Menurut Nasir, dkk (2009)

menyebutkan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi dalam

sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perhatian, perasaan, makna serta

pikiran yang diberikan kepada penerima pesan dengan harapan penerima pesan

menggunakan informasi tersebut untuk mengubah sikap dan prilaku.

Universitas Sumatera Utara


27

Komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi

secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai

prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal,

maupun komunikasi massa. Tujuan utama komunikasi kesehatan adalah

perubahan prilaku kesehatan masyarakat yang akan berpengaruh kepada

meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Bentuk komunikasi yang sering

dipergunakan dalam program-program kesehatan masyarakat adalah sebagai

berikut : Komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi langsung, tatap muka antara

satu orang dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok. Komunikator

langsung bertatap muka dengan komunikan, baik secara individual ataupun

kelompok. Di dalam pelayanan kesehatan atau komunikasi antarpribadi ini terjadi

antara petugas kesehatan health provider dengan clients, atau kelompok

masyarakat atau anggota masyarakat. Komunikasi antar pribadi merupakan

pelengkap komunikasi massa. Artinya pesan-pesan kesehatan yang telah

disampaikan lewat media massa dapat ditindaklanjuti dengan melakukan

komunikasi antar pribadi, misalnya: penyuluhan kelompok dan konseling

kesehatan. konseling (councelling) adalah metode komunikasi antar pribadi yang

paling baik, karena di dalam cara ini terjadi dialog antara komunikator atau

konseler dengan komunikan atau klien. Karena tidak ada pihak ketiga yang hadir,

klien lebih terbuka menyampaikan masalah dan keinginankeinginannya.

(Notoatmodjo, 2012).

Universitas Sumatera Utara


28

c. Koordinasi

Koordinasi adalah Kerjasama dengan intansi-intansi di luar kesehatan

masyarakat dan instansi kesehatan sendiri adalah mutlak diperlukan. Terjelmanya

team work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. Suatu

usaha kerjasama antara badan, instansi, unit dalam pelaksanaan tugas-tugas

tertentu, sehingga terdapat saling mengisi, saling membantu dan saling

melengkapi. Koordinasi juga merupakan suatu usaha yang sinkron / teratur untuk

menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk

menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah

ditentukan (Nasir, 2009).

Syarat-syarat koordinasi yaitu Sense of Cooperation yaitu perasaan untuk

saling bekerja sama, dilihat perbagian. Rivalry yaitu dalam perusahaan besar

sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk kemajuan.

Team Spirit yaitu satu sama lain perbagian harus saling menghargai. Esprit de

Corps yaitu bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat. Cara

mengadakan koordinasi yaitu antara lain: memberikan keterangan langsung dan

secara bersahabat, keterangan mengenai pekerjaan saja tidak cukup, karena

tindakan yang tepat harus diambil untuk menciptakan, menghasilkan koordinasi

yang diharapkan. Mensosialisasikan tujuan kepada para anggota, agar tujuan

tersebut berjalan secara bersama, tidak sendiri-sendiri. Mendorong anggota untuk

bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain. Dan mendorong anggota untuk

berpartisipasi dalam tingkat perumusan dan penciptaan sasaran.

Universitas Sumatera Utara


29

d. Mobilisasi

Mobilisasi merupakan partisipasi yang bukan hanya terbatas pada tahap

pelaksanaan program. Partisipasi masyarakat dapat dimulai seawal mungkin

sampai seakhir mungkin, dari identifikasi masalah, menentukan prioritas,

perencaaan, program, pelaksanaan sampai dengan monitoring dan program. Juga

hanya terbatas pada bidang kesehatan saja, melainkan bersifat multidisiplin.

(Notoatmodjo, 2012).

2.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat

a. Perilaku individu

Perilaku individu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti : tingkat

pengetahuan, sikap mental, tingkat kebutuhan individu, tingkat keterikatan dalam

kelompok, tingkat kemampuan sumber daya yang ada.

1) Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang mempengaruhi perilaku individu. Makin

tinggi pendidikan / pengetahuan kesehatan seseorang, makin tinggi kesadaran

untuk berperan serta.

2) Sikap mental

Sikap mental pada hakekatnya merupakan kondisi kejiwaan, perasaan dan

keinginan (mind, feeling and mood) seseorang sehingga hal tersebut berpengaruh

pada perilaku serta pada akhinya perbuatan yang diwujudkannya.

Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak masa

bayi/anak dan berkembang pula dari pendidikan serta pengalaman hidupnya

dalam berinteraksi dengan lingkungan/masyarakatnya.

Universitas Sumatera Utara


30

Dengan memahami sikap mental masyarakat (norma), maka para pemberi

pelayanan sebagai “Prime Mover” akan dapat membentuk strategi perekayasaan

manusia dan sosial.

3) Tingkat kebutuhan individu

Berkaitan dengan sistem kebutuhan yang terdapat dalam diri individu,

MASLOW mengatakan bahwa pada diri manusia terdapat sejumlah kebutuhan

dasar yang menggerakkannya untuk berperilaku.

Kelima kebutuhan menurut MASLOW tersebut terikat dalam suatu hirarki

tertentu berdasarkan kuat lemahnya MOTIVASI. Motivasi adalah penggerak batin

yang mendorong seseorang dari dalam untuk menggunakan tenaga yang ada pada

dirinya sebaik mungkin demi tercapainya sasaran.

4) Tingkat keterikatan kelompok

Suatu masyarakat terdiri dari individu/keluarga yang hidup bersama,

terorganisi dalam suatu sistem sosial atau ikatan. Sesuai dengan kepentingan dan

aspirasi anggotanya sistem sosial tersebut dapat berupa organisasi/ikatan : politik,

ekonomi, sosbud, agama, profesi, pendidikan, hukum, dll. Organisasi / institusi

bentukan dari sistem sosial tersebut bervariasi besarnya dan profil sosial

ekonominya, serta tingkatannya, mulai dari paguyuban atau bahkan kelompok

terisolir pada tingkat desa, kota dan nasional.

5) Tingkat kemampuan sumber daya

Perilaku individu juga diepengaruhi oleh tersedianya sumber daya

terutama sarana untuk pemenuhan kebutuhan baik yang dimiliki olehnya maupun

yang tersedia dimasyarakat.

Universitas Sumatera Utara


31

b. Perilaku masyarakat

Perilaku masyarakat dipengaruhi terutama oleh keadaan politik, ekonomi,

sosial budaya, pendidikan, dan agama.

1. Keadaan dan struktur politik ; sangat penting peranannya dalam

mempengaruhi derajat perilaku masyarakat yang selanjutnya akan

mewujudkan peran serta masyarakat. Kestabilan dan kesepakatan politik,

perangkat-perangkat lunak juga hukum yang ada serta wadah yang jelas

merupakan hal penting dalam menunjang perwujudan kearah itu.

2. Keadaan ekonomi ; sangat penting pula pengaruhnya terhadap perwujudan

peran serta masyarakat, mengingat kemajuan yang dicapai dibidang ekonomi

lebih memungkinkan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam

berbagai aspek pembangunan.

3. Aspek sosial-budaya ; turut menentukan pula pengaruhnya terhadap

perwujudan peran serta masyarakat. Dalam berbagai hal masih sering

dijumpai situasi dimana tata nilai budaya masyarakat indonesia tertentu belum

lagi memungkinkan terwujudnya perilaku hidup sehat, apalagi untuk berperan

serta dalam pembangunan kesehatan seperti yang diharapkan.

4. Aspek pendidikan ; tingkat pendidikan suatu bangsa akan mempengaruhi

perilaku rakyatnya. Makin tinggi pendidikan masyarakat makin tinggi

kesadaran kesehatannya.

5. Aspek Agama ; ketentuan atau ajaran-ajaran yang berlaku dalam berbagai

agama mempengaruhi perilaku masyarakat. Agama dapat merupakan

Universitas Sumatera Utara


32

jembatan ataupun hambatan bagi terwujudnya perilaku positif masyarakat

dalam kesehatan.

2.2.5 Metode Partisipasi Masyarakat

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengajak atau menumbuhkan

partisipasi masyarakat. Pada pokoknya ada dua cara yaitu :

1. Partisipasi dengan paksaan (Enforcement participation)

Partisipasi dengan paksaan adalah memaksa masyarakat untuk

berkonstribusi dalam suatu program, baik melalui perundang-undangan,

peraturan-peraturan maupun dengan perintah lisan. Cara ini akan lebih

cepat hasilnya dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa,

dan kaget karena pada dasarnya bukan kesadaran (awarenees), tetapi

ketakutan. Akibatnya masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki

terhadap suatu program (Notoatmodjo, 2012).

2. Partisipasi dengan persuasi dan edukasi

Partisipasi dengan persuasi dan edukasi adalah suatu partisipasi yang

didasari pada kesadaran. Tidak mudah ditumbuhkan dan akan memakan

waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa

memiliki, dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai dengan penerangan,

pemyuluhan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung ataupun

tidak langsung (Notoatmodjo, 2012).

Universitas Sumatera Utara


33

2.3 Kerangka Konsep

Program STBM
Pilar Pertama
(STOP BABS)

Partisipasi Masyarakat Berpartisipasi


- Partisipasi masyarakat dalam
menerima informasi
- Partisipasi masyarakat dalam
berunding
- Partisipasi masyarakat dalam
membuat keputusan secara
bersama-sama antara
masyarakat dan pihak luar
- Partisipasi masyarakat dalam
mendapatkan wewenang atas Tidak
kontrol sumber daya dan
Berpartisipasi
keputusan

Universitas Sumatera Utara


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei

deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan mengenai partisipasi masyarakat dalam program Sanitasi Total

Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan

(BABS). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan survey rumah tangga untuk

pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan dan pilihan

jawaban yang akan dipilih responden.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan

Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan. Lokasi ini termasuk dalam salah satu

desa yang dipilih untuk program STBM pada kegiatan STOP BABS dan lokasi ini

dipilih karena masih ditemukannya warga desa yang tidak memiliki jamban sehat

dan masih berbagi dengan tetangga atau ketempat pemandian umum untuk BAB.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan dimulai pada bulan Februari – Juli 2018.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) yang berada

di Desa Batuhula berjumlah 238 KK dan Desa Telo berjumlah 180 KK.

34

Universitas Sumatera Utara


35

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian ini dilakukan menggunakan Rumus Slovin dan

diperoleh jumlah sampel pada Desa Batuhula sebanyak 37 KK dan Desa Telo

sebanyak 35 KK dengan nilai presisi 85% atau sig 0,15.

Rumus Slovin n =
( )

Keterangan : n = sampel (KK)

N = populasi,

d = nilai presisi 85 % atau sig.= 0,15

Berikut ini adalah perhitungan sampel menggunakan Rumus Slovin :

o Desa Batuhula

Dik : N = 238 dan d = 0,15

Dit : n ?

( )

( )

Universitas Sumatera Utara


36

o Desa Telo

Dik : N = 180 dan d = 0,15

Dit : n ?

( )

( )

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian yang digunakan dengan menyebarkan kuesioner pada

masyarakat. Data dikumpulkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS

dan dilakukan analisis univariat.

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner

di Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli

Selatan.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa, Puskesmas, Dinas

Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan.

Universitas Sumatera Utara


37

3.5 Defenisi Operasional

Sesuai dengan kerangka penelitian, maka defenisi operasional adalah

sebagai berikut :

1. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat adalah pendekatan untuk merubah

perilaku buang air besar sembarangan melalui pemberdayaan masyarakat

dengan metode pemicuan.

2. Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu

dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar

sembarangan dan menggunakan jamban ramah lingkungan (tidak dibuang

permukaan tanah atau badan air).

3. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses

pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada dimasyarakat, pemilihan dan

pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani suatu

masalah.

4. Partisipasi masyarakat dalam menerima informasi adalah masyarakat

hanya mendengar atau menerima suatu informasi tanpa ikut terlibat dalam

suatu program.

5. Partisipasi masyarakat dalam berunding adalah masyarakat tidak hanya

menerima informasi saja tetapi sudah diajak untuk berunding atau diskusi.

6. Partisipasi masyarakat dalam membuat keputusan secara bersama-sama

antara masyarakat dan pihak luar adalah masyarakat telah diajak membuat

keputusan secara bersama-sama untuk suatu kegiatan yang dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara


38

7. Partisipasi masyarakat dalam mendapatkan wewenang atas kontrol

sumber daya dan keputusan adalah masyarakat tidak hanya membuat

keputusan tetapi sudah terlibat dalam kegiatan pelaksanaan program.

8. Berpartisipasi adalah diikutsertakan dalam suatu kegiatan secara fisik,

mental, dan emosi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab

atas keterlibatannya.

9. Tidak Berpartisipasi adalah tidak diikutsertakan dalam suatu kegiatan secara

fisik, mental, dan emosi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung

jawab atas keterlibatannya.

3.6 Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling

digunakan karena banyaknya sampel. Besar sampel yang diperlukan secara

keseluruhan adalah 72 KK, yaitu Desa Batuhula 37 KK dan Desa Telo 35 KK.

3.7 Metode Pengukuran

1. Karakteristik Responden berdasarkan :

a. Umur, di bagi dalam 3 kelompok :

- Remaja kategori umur 15-25 tahun

- Dewasa kategori 26-45 tahun, dan

- Lanjut Usia kategori 46 tahun

b. Jenis kelamin, di bagi dalam kategori laki-laki dan perempuan

c. Tingkat Pendidikan, di bagi dalam 2 kelompok:

Universitas Sumatera Utara


39

- Rendah : kategori tingkat pendidikan SD, SMP

- Tinggi : kategori tingkat pendidikan Tamat SMA, Akademi Perguruan

Tinggi

d. Pekerjaan, terdapat 4 kelompok yaitu : Petani, PNS, Pegawai Swasta,

Wiraswasta dan Ibu Rumah Tangga.

e. Penghasilan perbulan

Tingkat pendapatan keluarga berdasarkan Upah Minimum Kabupaten

UMK di Tapanuli Selatan tahun 2018 yang merupakan UMK terendah

yaitu:

- Pendapatan rendah apabila UMK <Rp. 2.476.505,-

- Pendapatan tinggi apabila UMK >Rp. 2.476.505,-

2. Stop Buang Air Besar Sembarangan

a. Berhasil jika 100% responden telah melaksanakan program STBM

pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan.

b. Tidak berhasil jika <100% responden melaksanakan program STBM

pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan.

3. Partisipasi Masyarakat

Instrumen yang digunakan berupa daftar ceklis yang berbentuk kuesioner

yang disusun berdasarkan Permenkes No. 3 Tahun 2014 dan Modul Pelaksanaan

Pedoman STBM. Untuk mengukur variabel partisipasi masyarakat, dilakukan

dengan penilaian terhadap jawaban yang sudah dipersiapkan dalam kuesioner.

Partisipasi masyarakat diukur dengan memberikan skor terhadap kuesioner

yang telah diberi bobot. Jika responden menjawab a, diberi skor = 2 dan jika

Universitas Sumatera Utara


40

responden menjawab b, diberi skor = 1. Selanjutnya dilakukan skoring untuk

mengetahui total skor yang diperoleh. Berdasarkan total skor yang diperoleh

kemudian diklasifikasikan yaitu :

I. Untuk pertanyaan (A, B, C, dan D)

- Responden berpartisipasi jika memperoleh skor ≥ 75% dari 28

pertanyaan dengan total skor sebanyak 56, sehingga total skor

responden maksimal sebesar 42.

- Responden tidak berpartisipasi jika memperoleh skor ≤ 75% dari 28

pertanyaan dengan total skor sebanyak 56, sehingga total skor

responden minimal sebesar 42.

4. Lembar Observasi

Observasi yang dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang

menyajikan dua kategori jawaban yaitu “ya” dan “tidak”.

Dengan pengukuran bahwa :

1. Jika semua jawaban “Ya” dari setiap kriteria penilaian maka sudah

sesuai dengan Panduan Penggunaan Sistem Monitoring dan Evaluasi

STBM, modul 1 Stop Buang Air Besar Sembarangan.

2. Jika jawaban “Tidak” dari setiap kriteria penilaian maka tidak sesuai

dengan Panduan Penggunaan Sistem Monitoring dan Evaluasi STBM,

modul 1 Stop Buang Air Besar Sembarangan.

Universitas Sumatera Utara


41

3.8 Metode Analisis Data

Analisa dapat dilakukan dengan mendeskripsikan masing-masing variabel

yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Metode statistic data untuk

analis data yang digunakan adalah statistika univariat. Statistika univariat

digunakan untuk menyajikan data-data demografi kepala keluarga secara

distribusi meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

Universitas Sumatera Utara


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Daerah dalam penelitian ini adalah Desa Batuhula dan Desa Telo

Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan. Desa Batuhula dengan luas

wilayah 158,5 Ha atau 1,585 km² dan Desa Telo dengan luas wilayah 1,200 Ha

atau 1,200 km². Adapun batas-batas wilayah Desa Batuhula dan Desa Telo adalah

sebagai berikut :

1. Desa Batuhula

– Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aek Ngadol Sitinjak

– Sebelah Timur berbatasan dengan Hutan Lindung

– Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumuran

– Sebelah Barat berbatasan dengan Tapanuli Tengah

2. Desa Telo

– Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Napa

– Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Wek IV

– Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Wek III

– Sebelah Barat berbatasan dengan PTPN III Batangtoru

4.2 Data Demografi

Berdasarkan data yang didapat dari Kantor Kepala Desa Batuhula dan

Desa Telo terdapat jumlah penduduk Desa Batuhula sebanyak 975 jiwa dengan

rincian 494 laki-laki dan 481 perempuan serta 238 kepala keluarga (KK) dan Desa

42

Universitas Sumatera Utara


43

Telo jumlah penduduk sebanyak 758 jiwa dengan rincian 342 jiwa laki-laki, 416

jiwa perempuan dan 180 kepala keluarga (KK).

4.3Hasil Penelitian

4.3.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan lembar observasi dan

kuesioner kepada responden dapat diketahui bagaimana karakteristik responden di

Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanulin

Selatan tahun 2018. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel4.1.Distribusi Karakteristik RespondenBerdasarkan Umur, Jenis


Kelamin,Pekerjaan, Pendidikan, dan Penghasilan di Desa
Batuhula Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan
Tahun 2018
No. Karakteristik Responden n %
1. Umur Remaja (15-25 tahun) 2 5
Dewasa (26-45 tahun) 21 57
Lanjut Usia (>45 tahun) 14 38
Total 37 100
2. Jenis Kelamin Laki-laki 14 38
Perempuan 23 62
Total 37 100
3. Pekerjaan PNS 2 5
Wiraswasta 7 19
Petani 19 52
Pegawai Swasta 3 8
Ibu Rumah Tangga 6 16
Total 37 100
4. Tingkat Rendah (SD-SMP) 24 65
Pendidikan
Tinggi (SMA-PT) 13 35
Total 37 100
5. Penghasilan Rendah < 2.476.000 22 60
Tinggi >2.476.000 15 40
Total 37 100

Universitas Sumatera Utara


44

Berdasarkan Tabel 4.1diatas menunjukkan bahwa dari 37 responden, yang berusia

15-25 tahun sebanyak 2 responden (5%) ,berusia 26-45 tahun sebanyak 21

responden (57%), berusia >45 tahun sebanyak 14 responden (38%),. Responden

dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 14responden (38%), dan perempuan 23

responden (62%). Tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu responden yang

tingkat pendidikannya rendah 24 responden (65%), sedangkan yang tingkat

pendidikan tinggi hanya 13responden (35%). Pekerjaan responden sebagian besar

bekerja sebagai petani sebanyak 19 responden (52%), sebagai PNS hanya

sebanyak 2 responden (5%), sebagai pegawai swasta sebanyak 3 responden (8%),

dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 7 responden (19%) dan Ibu Rumah

Tangga sebanyak 6 responden (16%). Mayoritas responden berpenghasilan rendah

sebanyak 22responden (60%) sedangkan yang berpenghasilan tinggi hanya

15responden (40%).

Tabel 4.2.Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur,Jenis


Kelamin,Pekerjaan, Pendidikan, dan Penghasilan di Desa Telo
Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
2018
No. Karakteristik Responden n %
1. Umur Remaja (15-25 tahun) 0 0
Dewasa (26-45 tahun) 20 57
Lanjut Usia (>46 tahun) 15 43
Total 35 100
2. Jenis Kelamin Laki-laki 20 57
Perempuan 15 43
Total 35 100
3. Pekerjaan PNS 2 6
Wiraswasta 9 26
Petani 17 48
Pegawai Swasta 4 11
Ibu Rumah Tangga 3 9
Total 35 100

Universitas Sumatera Utara


45

No. Karakteristik Responden n %


4. Tingkat Rendah (SD-SMP) 21 60
Pendidikan
Tinggi (SMA-PT) 14 40
Total 35 100
5. Penghasilan Rendah < 2.476.000 24 69
Tinggi >2.476.000 11 31
Total 35 100

Berdasarkan Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden, yang

berusia 15-25 tahun sebanyak 0 responden (0%), berusia 26-45 tahun sebanyak

20responden (57%), berusia >45 tahun sebanyak 15responden (43 %). Responden

dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 20 responden (57%), dan perempuan 15

responden (43%). Tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu responden yang

tingkat pendidikannya rendah 21responden (60%), sedangkan yang tingkat

pendidikan tinggi hanya 14 responden (40%). Pekerjaan responden sebagian besar

bekerja sebagai petani sebanyak 17responden (48%), sebagai PNS hanya

sebanyak 2responden (6%), sebagai pegawai swasta sebanyak 4responden (11%),

dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 9responden (26%). Mayoritas

responden berpenghasilan rendah sebanyak 24responden (69%) sedangkan yang

berpenghasilan tinggi 11responden (31%).

4.3.2 Stop Buang Air Besar Sembarangan

Berdasarkan jawaban responden tentang pertanyaan pelaksanaan program

Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), diketahui bahwa semua responden

menjawab telah dilaksanakan program Stop Buang Air Besar (SBS) di Desa

Batuhula dan Desa Telo, namun hasil pelaksanaan program tersebut dapat di lihat

pada tabel 4.3 dan tabel 4.4 berikut ini.

Universitas Sumatera Utara


46

Tabel 4.3.
Frekuensi Responden Berdasarkan tentang Stop Buang Air
Besar Sembarnagan (BABS) di Desa Batuhula Kecamatan
Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
NO Pilar Pertama Stop BABS n %
1 Program STBM Pilar pertama Stop BABS telah
dilaksanakan di Desa tersebut
a. Ya 37 100
b. Tidak 0 0
Total 37 100
2 Memiliki kloset di rumah
a. Ya 31 83,8
b. Tidak 6 16,2
Total 37 100
3 Sejak kapan memiliki kloset di rumah
a. Sebelum STBM 9 24,3
b. Sesudah STBM 22 59,5
c. Tidak ada 6 16,2
Total 37 100
4 Sebelum memiliki kloset, dimana BAB sebelumnya
a. Pemandian Umum 28 75,7
b. Sudah memiliki jamban sebelum STBM 9 24,3
Total 37 100
5 Kloset jenis apa yang dimiliki di rumah
a. Leher angsa 31 83,8
b. Tidak ada 6 16,2
Total 37 100

Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui Responden yang memiliki kloset

dirumah sebanyak 31responden (83,8%) dan responden yang tidak memiliki

kloset dirumah sebanyak 6 responden (16,2%). Responden yang memiliki kloset

sebelum dilaksanakan program STBM sebanyak 9responden (24,3%) dan

responden yang memiliki kloset setelah dilaksanakan program STBM sebanyak

22 responden (59,5%). Responden yang memiliki kloset di rumah 28responden

(75,7%) menyatakan bahwa sebelum memiliki kloset dirumah, responden BAB

dipemandian umum. Responden sebanyak 31responden (83,8%) tersebut

menyatakan bahwa jenis kloset yang dimiliki di rumah adalah leher angsa.

Berdasarkan hasil penelitian responden yang tidak memiliki kloset

Universitas Sumatera Utara


47

dirumah,sharing/berbagi sebanyak 6 responden (100%) dan jenis kloset yang

digunakan bila sharing adalah leher angsa sebanyak 6 responden

(100%).Responden menyatakan tersedia air di lokasi buang air besar (BAB) yang

digunakan, yaitu sebanyak 37responden (100%)Responden yang menyatakan

bahwa menggunakan jenis tempat penampungan toilet septik tank sebanyak

37responden (100%). Responden yang menyatakan bahwa jarak penampungan

tinja dari sumber air ≥10 meter sebanyak 37responden (100%) dan tidak ada yang

menyatakan jarak penampungan tinja <10 meter sebab sudah sesuai dengan

standar yang ditetapkan. Responden menyatakan bahwa semua responden di

rumah menggunakan toilet sebanyak 37 responden (100%).

Berdasarkan uraian distribusi responden berdasarkan pertanyaan tentang

Stop Buang Air Besar Sembarangan di desa Batuhula, maka secara keseluruhan

frekuensi responden tentang stop buang air besar sembarangan di Desa Batuhula

Berhasil (100%).

Tabel 4.4.FrekuensiResponden Berdasarkan pertanyaan tentang Stop Buang


Air Besar Sembarnagan (BABS) di Desa Telo Kecamatan
Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
NO Pilar Pertama Stop BABS n %
1 Program STBM Pilar pertama Stop BABS telah
dilaksanakan di Desa tersebut
a. Ya 35 100
b. Tidak 0 0
Total 35 100
2 Memiliki kloset di rumah
a. Ya 30 85,7
b. Tidak 5 14,3
Total 35 100

Universitas Sumatera Utara


48

NO Pilar Pertama Stop BABS n %


3 Sejak kapan memiliki kloset di rumah
a. Sebelum STBM 7 20
b. Sesudah STBM 23 65,7
c. Tidak ada 5 14,3
Total 35 100
4 Sebelum memiliki kloset, di mana BAB sebelumnya
a. Pemandian Umum 28 80
b. Sudah memiliki jamban sebelum STBM 7 20
Total 35 100
5 Kloset jenis apa yang dimiliki di rumah
a. Leher angsa 30 85,7
b. Tidak ada 5 14,3
Total 35 100

Berdasarkan tabel 4.4di atas diketahui Responden yang memiliki kloset

dirumah sebanyak 30 responden (85,7%) dan responden yang tidak memiliki

kloset dirumah sebanyak 5 responden (14,3%). Responden yang memiliki kloset

sebelum dilaksanakan program STBM sebanyak 7responden (20%) dan responden

yang memiliki kloset setelah dilaksanakan program STBM sebanyak 23

responden (65,7%). Responden yang memiliki kloset di rumah 30responden

(85,7%) menyatakan bahwa sebelum memiliki kloset dirumah, responden BAB di

pemandian umum. Responden sebanyak 30 responden (85,7%) tersebut

menyatakan bahwa jenis kloset yang dimiliki di rumah adalah leher angsa.

Berdasarkan hasil penelitian responden yang tidak memiliki kloset

dirumah,sharing/berbagi sebanyak 5responden (100%) dan jenis kloset yang

digunakan bila sharing adalah leher angsa sebanyak 5responden

(100%).Responden menyatakan tersedia air di lokasi buang air besar (BAB) yang

digunakan, yaitu sebanyak 35responden (100%)Responden yang menyatakan

bahwa menggunakan jenis tempat penampungan toilet septik tank sebanyak

Universitas Sumatera Utara


49

35responden (100%). Responden yang menyatakan bahwa jarak penampungan

tinja dari sumber air ≥10 meter sebanyak 35responden (100%) dan tidak ada yang

menyatakan jarak penampungan tinja <10 meter sebab sudah sesuai dengan

standar yang ditetapkan. Responden menyatakan bahwa semua responden di

rumah menggunakan toilet sebanyak 35responden (100%).

Berdasarkan uraian distribusi responden berdasarkan pertanyaan tentang

Stop Buang Air Besar Sembarangan di desa Telo, maka secara keseluruhan

frekuensi responden tentang stop buang air besar sembarangan di Desa Telo

Berhasil (100%).

4.3.3 Bentuk Partisipasi Masyarakat


4.3.3.1. Partisipasi Masyarakat dalam menerima informasidi Desa Batuhula
Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden sudah mengetahui

program STBM pilar pertama stop BABS sebanyak 37 responden (100%).

Responden mengetahui bahwa program STBM pilar pertama stop BABS sudah

dilaksanakan didesa Batuhula sebanyak 37 responden (100%). Responden

mendapatkan dan diberikan informasi tentang program STBM pilar pertama stop

BABS dari petugas/kader kesehatan sebanyak 37 responden (100%). Responden

diberikan penjelasan oleh kader/petugas kesehatan mengenai program STBM pilar

pertama stop BABS sebanyak 37responden (100%). Responden diberikan

penjelasan mengenai maksud dan tujuan dibuatnya program STBM pilar pertama

stop BABS oleh petugas/kader kesehatan sebanyak 37responden (100%).

Universitas Sumatera Utara


50

4.3.3.2. Partisipasi Masyarakat dalam berunding di Desa Batuhula


Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang ikut serta dalam

program STBM pilar pertama stop BABS sebanyak 24responden (64,9%) dan

responden yang tidak ikut serta dalam program sebanyak 13 (35,1%). Responden

sudah mengajak warga desa lainnya untuk berpartisipasi dalam program STBM

pilar pertama stop BABS sebanyak 24responden (100%). Responden diajak

berdiskusi atau berunding oleh petugas/kader petugas tentang program STBM

pilar pertama stop BABS sebanyak 24 responden (100%). Responden melakukan

kegiatan pertama dalam diskusi kelompok untuk melihat kondisi keadaan

masyarakat dan menganalisanya sebanyak 24 responden (100%). Responden

sudah mengikuti semua standar teknis pemicuan seperti (perencanaan, pemicuan

dan pasca pemicuan) untuk promosi stop BABS sebanyak 24 responden (100%).

Responden sudah melakukan advokasi kepada pemaku kepentingan dan

identifikasi masalah dan analisa situasi, penyiapan fasilitator dan peningkatan

kapasitas kelembagaan pada tahap perencanaan sebanyak 24 responden (100%).

Responden sudah melakukan pengantar pertemuan atau perkenalan tim

fasilitator, pencairan suasana, identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan

sanitasi, pemetaan sanitasi, transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur

kontaminasi, simulasi air yang terkontaminasi, diskusi dampak, dan menyusun

rencana program sanitasi pada tahap pemicuan sebanyak 24 responden (100%).

Responden sudah melakukan perubahan perilaku kesehatan khususnya tidak

BABS sebanyak 24responden (100%). Responden melakukan arisan jamban atau

membangun jamban dengan biaya yang dikumpulkan dari masyarakat yang ikut

Universitas Sumatera Utara


51

dalam program dan berkomitmen tidak akan BABS sebanyak 24responden

(100%). Kegiatan program STBM pilar pertama stop BABS sampai sekarang

masih dijalankan responden sebanyak 24responden (100%).

4.3.3.3. Partisipasi Masyarakat dalam membuat keputusan secara


bersama-sama antara masyarakat dan pihak luardi Desa Batuhula
Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden ikut serta dalam

membuat keputusan secara diskusi kelompok dalam program STBM pilar pertama

stop BABS sebanyak 24 responden (100%). Responden ikut sertakan dalam

pengambilan keputusan dengan pihak luar sebanyak 24 responden (100%). Pihak

yang berperan dalam pengambilan keputusan bersama dengan masyarakat yaitu

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan perangkat desa sebanyak 24 responden

(100%). Pihak luar yang bekerja sama dengan masyarakat dalam menjalankan

atau mendukung program STBM pilar pertama stop BABS adalah LSM sebanyak

24responden (100%). Pihak luar mendukung terciptanya program STBM pilar

pertama stop BABS adalah adanya komitmen masyarakat yang tinggu untuk

merubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan bersih

sebanyak 24responden (100%). Responden bersama pihak pihak luar sepakat

untuk melakukan arisan jamban atau membangun jamban dengan biaya yang

dikumpulkan dari masyarakat yang ikut dalam program dan berkomitmen tidak

akan BABS sebanyak 24responden (100%). Responden sudah melakukan

komitmen dan sepakat untuk melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan

sehat sebanyak 24responden (100%).

Universitas Sumatera Utara


52

4.3.3.4. Partisipasi Masyarakat dalam mendapatkan wewenang atas


kontrol sumber daya dan keputusan di Desa Batuhula Kecamatan
Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
Berdasarkan hasil peneitian diketahui responden sudah mendpatkan

wewenang dari keputusan yang telah disepakati sebanyak 24responden (100%).

Responden telah membentuk anggota struktural atau komite untuk program

STBM pilar pertama Stop BABS dari hasil keputusan sebanyak 24responden

(100%). Responden sudah merima wewenang dan dapat berjalan dengan baik

sebanyak 24responden (100%). Responden menerima wewenang dan berlangsung

sesuai dengan program yang telah disepakati sebanyak 24responden (100%).

Responden menerima evaluasi terkait dengan adanya wewenang yang telah

disepakati sebanyak 24 responden (100%).

Berdasarkan uraian distribusi responden berdasarkan pertanyaan tentang

bentuk partisipasi masyarakat dalam program sanitasi total berbasis masyarakat

(STBM) pilar pertama stop buang air besar sembarangan di desa Batuhula, maka

secara keseluruhan dikategorikan menjadi dua kategori seperti yang terdapat di

tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5. Frekuensi Tingkatan Partisipasi Masyarakat di desa Batuhula


Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018

No. Partisipasi Masyarakat Frekuensi Persentase (%)


1. Berpartisipasi 24 64,9
2. Tidak berpartisipasi 13 35,1
Total 37 100

Berdasarkan Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa dari 37 responden,

program STBM pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan yang

Universitas Sumatera Utara


53

berpartisipasi sebanyak 24responden (64,9%), dan yang tidak berpartisipasi

sebanyak 13responden (35,1%).

4.3.3.5. Partisipasi Masyarakat dalam menerima informasidi Desa Telo


Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden sudah mengetahui

program STBM pilar pertama stop BABS sebanyak 35 responden (100%).

Responden mengetahui bahwa program STBM pilar pertama stop BABS sudah

dilaksanakan didesa Batuhula sebanyak 35 responden (100%). Responden

mendapatkan dan diberikan informasi tentang program STBM pilar pertama stop

BABS dari petugas/kader kesehatan sebanyak 35 responden (100%). Responden

diberikan penjelasan oleh kader/petugas kesehatan mengenai program STBM pilar

pertama stop BABS sebanyak 35responden (100%). Responden diberikan

penjelasan mengenai mkasud dan tujuan dibuatnya program STBM pilar pertama

stop BABS oleh petugas/kader kesehatan sebanyak 35responden (100%).

4.3.3.6. Partisipasi Masyarakat dalam berunding di Desa Batuhula


Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang ikut serta dalam

program STBM pilar pertama stop BABS sebanyak 25responden (100%).

Responden sudah mengajak warga desa lainnya untuk berpartisipasi dalam

program STBM pilar pertama stop BABS sebanyak 25responden (100%).

Responden diajak berdiskusi atau berunding oleh petugas/kader petugas tentang

program STBM pilar pertama stop BABS sebanyak 25responden (100%).

Responden melakukan kegiatan pertama dalam diskusi kelompok untuk melihat

kondisi keadaan masyarakat dan menganalisanya sebanyak 25responden (100%).

Universitas Sumatera Utara


54

Responden sudah mengikuti semua standar teknis pemicuan seperti (perencanaan,

pemicuan dan pasca pemicuan) untuk promosi stop BABS sebanyak 25responden

(100%). Responden sudah melakukan advokasi kepada pemaku kepentingan dan

identifikasi masalah dan analisa situasi, penyiapan fasilitator dan peningkatan

kapasitas kelembagaan pada tahap perencanaan sebanyak 25responden (100%).

Responden sudah melakukan pengantar pertemuan atau perkenalan tim

fasilitator, pencairan suasana, identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan

sanitasi, pemetaan sanitasi, transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur

kontaminasi, simulasi air yang terkontaminasi, diskusi dampak, dan menyusun

rencana program sanitasi pada tahap pemicuan sebanyak 25responden (100%).

Responden sudah melakukan perubahan perilaku kesehatan khususnya tidak

BABS sebanyak 25responden (100%). Responden melakukan arisan jamban atau

membangun jamban dengan biaya yang dikumpulkan dari masyarakat yang ikut

dalam program dan berkomitmen tidak akan BABS sebanyak

25responden(100%). Kegiatan program STBM pilar pertama stop BABS sampai

sekarang masih dijalankan responden sebanyak 25responden (100%).

4.3.3.7. Partisipasi Masyarakat dalam membuat keputusan secara


bersama-sama antara masyarakat dan pihak luardi Desa Telo
Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden ikut serta dalam

membuat keputusan secara diskusi kelompok dalam program STBM pilar pertama

stop BABS sebanyak 25responden (100%). Responden ikut serta dalam

pengambilan keputusan dengan pihak luar sebanyak 25responden (100%). Pihak

yang berperan dalam pengambilan keputusan bersama dengan masyarakat yaitu

Universitas Sumatera Utara


55

tokoh masyarakat, tokoh agama, dan perangkat desa sebanyak 25responden

(100%). Pihak luar yang bekerja sama dengan masyarakat dalam menjalankan

atau mendukung program STBM pilar pertama stop BABS adalah LSM sebanyak

25responden (100%). Pihak luar mendukung terciptanya program STBM pilar

pertama stop BABS adalah adanya komitmen masyarakat yang tinggu untuk

merubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan bersih

sebanyak 25responden (100%). Responden bersama pihak pihak luar sepakat

untuk melakukan arisan jamban atau membangun jamban dengan biaya yang

dikumpulkan dari masyarakat yang ikut dalam program dan berkomitmen tidak

akan BABS sebanyak 25responden (100%). Responden sudah melakukan

komitmen dan sepakat untuk melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan

sehat sebanyak 25responden (100%).

4.3.3.8. Partisipasi Masyarakat dalam mendapatkan wewenang atas


kontrol sumber daya dan keputusan di Desa Telo Kecamatan
Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden sudah mendapatkan

wewenang dari keputusan yang telah disepakati sebanyak 25responden (100%).

Responden telah membentuk anggota struktural atau komite untuk program

STBM pilar pertama Stop BABS dari hasil keputusan sebanyak 25responden

(100%). Responden sudah merima wewenang dan dapat berjalan dengan baik

sebanyak 25responden (100%). Responden menerima wewenang dan berlangsung

sesuai dengan program yang telah disepakati sebanyak 25responden (100%).

Responden menerima evaluasi terkait dengan adanya wewenang yang telah

disepakati sebanyak 25responden (100%).

Universitas Sumatera Utara


56

Berdasarkan uraian distribusi responden berdasarkan pertanyaan tentang

bentuk partisipasi masyarakat dalam program sanitasi total berbasis masyarakat

(STBM) pilar pertama stop buang air besar sembarangan di desa Telo, maka

secara keseluruhan dikategorikan menjadi dua kategori seperti yang terdapat di

tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6. Frekuensi Tingkatan Partisipasi Masyarakatdi desa Telo


Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
No. Partisipasi Masyarakat Frekuensi Persentase (%)
1. Berpartisipasi 25 71,4
2. Tidak berpartisipasi 10 28,6
Total 35 100

Berdasarkan Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa dari 35 responden,

program STBM pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan yang

berpartisipasi sebanyak 25responden(71,4%), dan yang tidak berpartisipasi

sebanyak 10responden (28,6%).

Tabel 4.7. Frekuensi hubungan karakteristik responden dengan partisipasi


masyarakat di Desa Batuhula Kecamatan Batangtoru
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018

Partisipasi Masyarakat
Karakteristik Berpartisipasi Tidak
No Total
Responden berpartisipasi
n % n %
1 Usia
– Remaja (15-25 tahun) 1 50 1 50 2 100
– Dewasa (26-45 tahun) 17 81 4 19 21 100
– Lanjut usia (>46 tahun) 6 64 8 57 14 100
Total 24 65 13 35 37 100
2 Jenis Kelamin
– Laki-laki 9 64 5 36 14 100
– Perempuan 15 65 8 35 23 100
Total 24 65 13 35 37 100

Universitas Sumatera Utara


57

Partisipasi Masyarakat
Karakteristik Berpartisipasi Tidak
No Total
Responden berpartisipasi
n % n %
3 Pekerjaan
– PNS 0 0 2 100 2 100
– Wiraswasta 6 86 1 14 7 100
– Petani 15 79 4 21 19 100
– Pegawai swasta 0 0 3 100 3 100
– Ibu Rumah Tangga 3 50 3 50 6 100
Total 24 65 13 35 37 100
4 Tingkat Pendidikan
– Rendah (SD – SMP) 15 62 9 38 24 100
– Tinggi (SMA – 9 69 4 31 13 100
Perguruan tinggi)
Total 24 65 13 35 37 100
5 Penghasilan
– Rendah (<2.476.000) 15 68 7 32 22 100
– Tinggi (>2.476.000) 9 60 6 40 15 100
Total 24 65 13 35 37 100

Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa yang berpartisipasi

lebih banyak ialah pada usia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 17 responden (81%),

jenis kelamin perempuan sebanyak 15 responden (65%), pekerjaan petani

sebanyak 15 responden (79%), tingkat pendidikan rendah sebanyak 15 responden

(62%), dan penghasilan rendah sebanyak 15 responden (68%).

Tabel 4.8. Frekuensi hubungan karakteristik responden dengan


partisipasi masyarakat di Desa Telo Kecamatan Batangtoru
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018

Partisipasi Masyarakat
Berpartisipasi Tidak
No Karakteristik Responden Total
berpartisipasi
n % n %
1 Usia
– Remaja (15-25 tahun) 0 0 0 0 0 0
– Dewasa (26-45 tahun) 12 60 8 40 20 100
– Lanjut usia (>46 tahun) 13 87 2 13 15 100
Total 25 71 10 29 35 100

Universitas Sumatera Utara


58

Partisipasi Masyarakat
Berpartisipasi Tidak
No Karakteristik Responden Total
berpartisipasi
n % n %
2 Jenis Kelamin
– Laki-laki 13 65 7 35 20 100
– Perempuan 12 80 3 20 15 100
Total 25 71 10 29 35 100
3 Pekerjaan
– PNS 1 50 1 50 2 100
– Wiraswasta 9 100 0 0 9 100
– Petani 12 71 5 29 17 100
– Pegawai swasta 0 0 4 100 4 100
– Ibu Rumah Tangga 3 100 0 0 3 100
Total 25 71 10 29 35 100
4 Tingkat Pendidikan
– Rendah (SD – SMP) 18 72 7 28 25 100
– Tinggi (SMA – 7 70 3 30 10 100
Perguruan tinggi)
Total 25 71 10 29 35 100
5 Penghasilan
– Rendah (<2.476.000) 17 71 7 29 24 100
– Tinggi (>2.476.000) 8 73 3 27 11 100
Total 25 71 10 29 35 100

Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa yang berpartisipasi

lebih banyak ialah pada usia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 12 responden (60%),

jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 responden (65%), pekerjaan petani sebanyak

12 responden (71%), tingkat pendidikan rendah sebanyak 18 responden (72%),

dan penghasilan rendah sebanyak 17 responden (71%).

4.3.4 Observasi penggunaan Jamban Sehat Keluarga

Penggunaan jamban sehat pada setiap keluarga dapat dilihat pada tabel 4.9

dan tabel 4.10 sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


59

Tabel 4.9. Frekuensi observasi penggunaan jamban sehat pada setiap


keluarga di Desa Batuhula Kecamatan Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2018
KATEGORI
No KRITERIA Ya Tidak
n % n %
1. Lubang kloset memiliki tutup agar serangga
31 83,8 6 16,2
tidak bisa menyentuh tinja
2. Jarak pembuangan tinja ke sumur gali >10
31 83,8 6 16,2
meter
3. Tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan
31 83,8 6 16,2
yang kuat
4. Tinja bayi atau lansia (jika ada) dibuang
31 83,8 6 16,2
kedalam kloset (WC)
5. Setiap responden didalam rumah
31 83,8 6 16,2
menggunakan WC
6. Terdapat akses untuk anal cleansing
31 83,8 6 16,2
(membersihkan dubur)
7. Tidak ada tinja manusia terlihat di sekitar
31 83,8 6 16,2
rumah, kebun, dan sungai

Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa jamban yang memiliki lubang

kloset agar serangga tidak bisa menyentuh tinja sebanyak 31 responden (83,8%).

Jamban memiliki jarak pembuangan tinja ke sumur gali >10 metersebanyak 31

responden (83,8%). Jamban memiliki tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan

yang kuatsebanyak 31 responden (83,8%). Tinja bayi atau lansia (jika ada)

dibuang kedalam kloset (WC)sebanyak 31 responden (83,8%). Responden

menggunakan WC didalam rumahsebanyak 31 responden (83,8%). Jamban

terdapat akses untuk anal cleansing (membersihkan dubur)sebanyak 31 responden

(83,8%). Jamban tidak terdapat tinja manusia sebanyak 31 responden (83,8%).

Dan sebanyak 6 responden (16,2%) tidak memiliki jamban di dalam rumahnya

dan termasuk dalam kategori sharing/berbagi dengan tetangga jika BAB.

Universitas Sumatera Utara


60

Tabel 4.10. Frekuensi observasi penggunaan jamban sehat pada setiap


keluarga di Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2018

KATEGORI
No KRITERIA Ya Tidak
n % n %
1. Lubang kloset memiliki tutup agar serangga
30 85,7 5 14,3
tidak bisa menyentuh tinja
2. Jarak pembuangan tinja ke sumur gali >10
30 85,7 5 14,3
meter
3. Tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan
30 85,7 5 14,3
yang kuat
4. Tinja bayi atau lansia (jika ada) dibuang
30 85,7 5 14,3
kedalam kloset (WC)
5. Setiap responden didalam rumah
30 85,7 5 14,3
menggunakan WC
6. Terdapat akses untuk anal cleansing
30 85,7 5 14,3
(membersihkan dubur)
7. Tidak ada tinja manusia terlihat di sekitar
30 85,7 5 14,3
rumah, kebun, dan sungai

Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa jamban yang memiliki lubang

kloset agar serangga tidak bisa menyentuh tinja sebanyak 30 responden (85,7%).

Jamban memiliki jarak pembuangan tinja ke sumur gali >10 meter sebanyak 30

responden (85,7%). Jamban memiliki tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan

yang kuat sebanyak 30 responden (85,7%). Tinja bayi atau lansia (jika ada)

dibuang kedalam kloset (WC) sebanyak 30 responden (85,7%). Responden

menggunakan WC di dalam rumah sebanyak 30 responden (85,7%). Jamban

terdapat akses untuk anal cleansing (membersihkan dubur) sebanyak 30

responden (85,7%). Jamban tidak terdapat tinja manusia sebanyak 30 responden

(85,7%). Dan sebanyak 5 responden (14,3%) tidak memiliki jamban di dalam

rumahnya dan termasuk dalam kategori sharing/berbagi dengan tetangga jika

BAB.

Universitas Sumatera Utara


BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Responden

5.1.1 Umur

Berdasarkan wawancara terhadap responden di Desa Batuhula dan Desa

Telo telah diketahui karakteristik berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan dan penghasilan responden. Umur responden dikategorikan menjadi 3

kategori, pada desa Batuhula yaitu remaja dengan usia 15-25 tahunsebanyak 5% ,

dewasa dengan usia 26-45 tahun sebanyak 57% , dan lanjut usia dengan usia >45

tahun sebanyak 38%, dan pada desa Telo yaitu remaja dengan usia 15-25

tahunsebanyak 0% , dewasa dengan usia 26-45 tahun sebanyak 57% , dan lanjut

usia dengan usia >45 tahun sebanyak 43%, Hal ini menunjukkan mayoritas

responden yang diwawancarai adalah dewasa. Secara logika, umur biasanya

berhubungan dengan pengetahuan, semakin tinggi usia responden maka di

mungkinkan pengetahuannya tentang STBM semakin baik sehingga sikap dan

kebiasaannya tentang STBM lebih baik. Tetapi dengan informasi dari pendidikan

sekolah, lingkungan sosial dan media membuat anak-anak usia sekolah bisa

memiliki kebiasaan lebih baik dalam hal STBM dibandingkan usia dewasa.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap praktek

STBM, sejalan dengan penelitian Butar-butar (2007) dalam Utami (2010) bahwa

umur tidak ada hubungannya dengan perilaku.

61

Universitas Sumatera Utara


62

5.1.2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin responden yang diwawancarai pada desa Batuhula dan desa

Telo mayoritas perempuan yaitu desa Batuhula sebanyak 62% dan desa Telo

sebanyak 57% . Dari pengamatan, kebiasaan responden dalam pelaksanaan STBM

tidak berhubungan dengan jenis kelamin. Laki-laki dan perempuan dalam

melaksanakan STBM lebih dipengaruhi oleh faktor kebiasaan, pengetahuan dan

ketersediaan fasilitas. Sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan

perilaku pelaksanaan STBM.

5.1.3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan responden di Desa Batuhula dan Desa Telo ditinjau dari

pendidikan formal, diketahui mayoritas responden berpendidikan rendah pada

desa Batuhula yaitu SD dan SMP sebanyak 65% dan Desa Telo SD dan SMP

sebanyak 60%. Berdasarkan pengamatan dilapangan dapat diketahui bahwa

responden yang berpendididkan tinggi mempunyai pengetahuan dan perilaku

STBM lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah. Hal ini dapat dilihat dari

jawaban yang diberikan responden terhadap pertanyaaan tentang STBM dan

penerapannya dalam keluarga responden. Sejalan dengan Penelitian Amalia

(2009) dalam Utami (2010) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna

antara tingkat pendidikan dengan PHBS, dan juga sejalan dengan penelitian

Nawangwulan (2007) dalam Utami (2010) yang menyatakan bahwa tingkat

pendidikan seseresponden sangat berpengaruh terhadap program peningkatan

pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung pada terhadap perilaku.

Universitas Sumatera Utara


63

5.1.4. Pekerjaan

Berdasarkan wawancara di Desa Batuhula dan Desa Telo, diketahui

terdapat 5 kategori pekerjaan responden yaitu sebagai petani, PNS, pegawai

swasta, wiraswasta dan ibu rumah tangga. Pada desa Batuhula mayoritas

responden bekerja sebagai petani sebanyak 52% begitu juga dengan desa Telo

mayoritas responden bekerja sebagai petani sebanyak 48%. Berdasarkan

pengamatan di Desa Batuhula dan Desa Telo, tidak ada perbedaan perilaku yang

bermakna ditinjau dari pekerjaan, karena baik yang bekerja sebagai petani, PNS,

pegawai swasta, wiraswasta dan ibu rumah tangga, mempunyai kecenderungan

berperilaku yang baik atau buruk dan berpartisipasi atau tidak terhadap

pelaksanaan STBM.

5.1.5. Penghasilan

Penghasilan responden dalam penelitian ini seharusnya berdasarkan Upah

Minimum Kabupaten (UMK) Tapanuli Selatan, sehingga dapat diketahui bahwa

pada desa Batuhula mayoritas responden berpenghasilan rendah sebanyak 60%

dan di desa Telo mayoritas responden berpenghasilan rendah sebanyak 86%.

Berdasarkan pengamatan di Desa Batuhula dan Desa Telo, diketahui penghasilan

berhubungan dengan ketersediaan fasilitas STBM. Responden yang

berpenghasilan rendah banyak yang tidak memiliki fasilitas STBM terutama

jamban keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Daud (2009) yang menyatakan

bahwa penghasilan merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas PHBS.

Demikian juga sejalan dengan penelitian Amalia (2009) dalam Utami (2010) yang

Universitas Sumatera Utara


64

menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat penghasilan dengan

PHBS.

5.2 Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

Pilar pertama STBM tentang Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)

telah dilaksanakan di Desa Batuhula dan Desa Telo pada tahun 2017. Berdasarkan

pengamatan di lapangan dan wawancara dengan responden, diketahui bahwa

responden sudah memiliki kloset dirumahsebelum dan setelah adanya program

STBM yaitu sebanyak 72 responden (100%).

Desa Batuhula dan desa Telo, responden yang memiliki kloset di rumah

sebanyak 61respondendan menggunakan kloset leher angsa dan 11 responden

tidak memiliki kloset didalam rumah, tetapi sebelum memiliki kloset mereka

buang air besar di pemandian umum dan 11 responden. Dari 72 responden

tersebut diketahui di desa Batuhula terdapat 22respondentelah berhasil melakukan

perubahan dengan membuat kloset di rumahnya setelah dilaksanakan program

STBM, 6 responden sharing/berbagi jamban dengan tetangga, dan 9 responden

sudah memiliki jamban sebelum adanya program STBM, dan di desa Telo

terdapat 23responden telah berhasil melakukan perubahan setelah dilaksanakan

program STBM, 5 responden sharing/berbagi jamban dengan tetangga, dan 7

responden sudah memiliki jamban sebelum adanya program STBM pilar pertama.

Berdasarkan wawancara dapat diketahui kendala sebelum adanya program STBM

pilar pertama yaitu masih kurangnya kesadaran masyarakat selain karena sulit

mengubah kebiasaan, sebagian responden juga menyatakan tidak mampu untuk

Universitas Sumatera Utara


65

membuat kloset karena kurangnya pendapatan keluarga dan berharap Pemerintah

memberikan bantuan untuk membangun kloset.

Responden yang sebelum adanya program STBM pilar pertama

memanfaatkan pemandian umum. Pemandian umum ini dilengkapi dengan air

bersih, kloset cubluk dan tidak menggunakan septic tank. Berdasarkan hasil

penelitian, mayoritas responden menggunakan pemandian umum ini karena

rumah responden sebagian tidak memiliki kamar mandi dan sebagiannya lagi

tidak memilki toilet didalam rumah jadi mayoritas reponden harus pergi ke

pemandian umum untuk mandi dan buang air besar meskipun sebagian rumah

responden lumayan jauh untuk menjangkaunya tetapi karena sudah terbiasa

responden tidak merasa capek untuk menjangkau tempat pemandian umum

tersebut.

Menurut Kepala desa setempat, setelah adanya program STBM pilar

pertama pembangunan dilakukan di pemandian umum yaitu dibangunnya toilet

dengan kloset leher angsa dan penampungan menggunakan septic tank, dan

setelah dilaksanakannya program STBM pilar pertama responden yang tidak

memiliki toilet didalam rumah mempunyai kemauan untuk membuat toilet

didalam rumah jadi tidak perlu lagi harus berjalan jauh untuk pergi ke pemandian

umum. Responden menyatakan bahwa jarak penampungan tinja dari sumber air

yang dibangun ≥10 meter. Hal ini sesuai dengan Depkes RI tahun 1983, salah satu

syarat jamban adalah tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang

penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air minum

(sumur pompa tangan, sumur gali, dll). Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan,

Universitas Sumatera Utara


66

maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,

terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Soeparman dan Suparmin,

2002).

Responden menyatakan bahwa semua responden di rumah menggunakan

toilet. Hasil penelitian tersebut telah mencapai indikator desa yang telah mencapai

status SBS yang diharapkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan no 3 tahun

2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Kemenkes,2014) dan juga tidak

sesuai dengan teori Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan

Praktek buang air besar adalah perilaku-perilaku responden yang berkaitan dengan

kegiatan pembuangan tinja meliputi, tempat pembuangan tinja dan pengelolaan

tinja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar

yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.

Responden yang sebelumnya buang air besar dipemandian umum yang

tidak menggunakan penampungan septic tank yang langsung mencemari aliran

sawah/kebun desa setempat dan aliran sungai. Perilaku tersebut dapat

mengakibatkan dampak timbulnya penyakit terutama diare yang merupakan salah

satu penyebab utama kematian, sehingga penting untuk memutuskan mata rantai

penyakit tersebut dengan salah satu cara yaitu pembuangan kotoran manusia

secara aman. Faktor ekonomi merupakan alasan responden tidak memiliki jamban

keluarga. Tetapi berdasarkan pengamatan, informasi dan pengetahuan yang

kurang didapat tentang STBM sehingga responden tidak tergerak untuk merubah

perilaku buang air besar sembarangan. Penyadaran masyarakat tentang bahaya

praktik buang air besar sembarangan dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan

Universitas Sumatera Utara


67

pemicuan dan penyuluhan secara berkelompok sehingga diharapkan masyarakat

secara sadar dan mandiri dapat merubah perilaku buang air besar sembarangan.

Pedoman Pelaksanaan STBM tahun 2011, Indikator Pencapaian Stop

Buang Air Besar Sembarangan terkait Jumlah dan Persentase Penduduk Tidak

Buang Air Besar Sembarangan dengan indikator keberhasilan 100% (Kemenkes,

2011). Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa pelaksanaan

Pilar pertama STBM di desa Batuhula dan desa Telosudah berhasil.

5.3 Partisipasi Masyarakat

5.3.1. Partisipasi Masyarakat dalam menerima informasi

Berdasarkan hasil wawancara di desa Batuhula dan desa Telo didapatkan

hasil partisipasi masyarakat dalam menerima informasi pada desa Batuhula

sebanyak 37 responden (100%) dandi desa Telo sebanyak 35 responden (100%)

mengetahui dan mendapatkan informasi dari kader/petugas kesehatan tentang

program STBM pilar pertama telah dilaksanakan di desa Batuhula dan desa Telo.

Jadi dari hasil wawancara dapat disimpulkan semua responden di desa Batuhula

dan desa Telo mengetahui program STBM pilar pertama dilaksanakan di desa

tersebut, dan responden mengetahui program dari kader/petugas kesehatan dan

reponden diberikan penjelasan maksud dan tujuan dilaksanakannya program.

5.3.2. Partisipasi masyarakat dalam berunding, partisipasi masyarakat


dalam membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat
dan pihak luar, partisipasi masyarakat dalam mendapatkan
wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan
Berdasarkan hasil wawancara di desa Batuhula dan desa Telo didapatkan

hasil partisipasi masyarakat dalam berunding pada desa Batuhula sebanyak 24

Universitas Sumatera Utara


68

responden (100%) dan di desa Telo sebanyak 25responden (100%), hasil

partisipasi masyarakat dalam membuat keputusan secara bersama-sama anatara

mayarakat dan pihak luar pada desa Batuhula sebanyak 24 responden (100%) dan

di desa Telo sebanyak 25responden (100%), dan hasil partisipasi masyarakat

dalam mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan pada desa

Batuhula sebanyak 24 responden (100%) dan di desa Telo sebanyak 25responden

(100%) dalam program STBM pilar pertama Stop BABS.

Berdasarkan hasil penelitian, masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam

berunding sampai dengan mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya

keputusan adalah masyarakat yang tidak memiliki jamban di rumah dan para

kader yang ikut mendukung pelaksanaan program. Kegiatan yang dilakukan

masyarakat dalam berunding merupakan tahapan program STBM pilar pertama

yang dimulai dengan tahap perencanaan sampai dengan tahap pemicuan, dari hasil

penelitian setelah dilakukannya semua tahapan tersebut antusias masyarakat untuk

merubah perilaku semakin meningkat karena sudah dibekali dengan pengetahuan

tentang tidak sehatnya jika BAB disembarang tempat.Semua responden turut

berperan serta dalam pengambilan keputusan secara bersama-sama antara

masyarakat dan pihak luar yaitu dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,

perangkat desa serta gabungan TNI setempat yang membantu masyarakat dalam

pembangunan jamban di rumah masyarakat, dan partisipasi masyarakat dalam

mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan ialah dengan

pembentukan keanggotaan struktrural atau komite untuk program STBM guna

untuk membantu semua proses yang telah disepakati bersama.

Universitas Sumatera Utara


69

5.4 Observasi penggunaan jamban sehat

Berdasarkan hasil observasi penggunaan jamban sehat di setiap keluarga

di desa Batuhula dan desa Telo ialah pada desa Batuhula dari 37 responden, 31

responden (83,8%) mempunyai jamban sesuai dengan indikator modul verifikasi

atau evaluasi penggunaan jamban STBM dan 6 responden (16,2%) tidak

mempunyai jamban didalam rumah, dan pada desa Telo dari 35 responden, 30

responden (85,7%) mempunyai jamban sesuai dengan indikator modul verifikasi

atau evaluasi penggunaan jamban STBM dan 5 responden (14,3%) tidak

mempunyai jamban didalam rumah. Responden yang tidak memiliki jamban di

rumah ialah responden yang masuk kategori sharing/berbagi yaitu jika BAB maka

responden berbagi jamban dengan tetangga dan tidak melakukan perilaku BABS.

Universitas Sumatera Utara


BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan Hasil penelitian terhadap 72 responden yang menjadi sampel

penelitian dari jumlah keseluruhan 418KK tentang Partisipasi Masyarakat dalam

Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar pertama Stop BABS di

Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan

Sumatera UtaraTahun 2018, diperoleh kesimpulan bahwa:

1. Karakteristik responden yang diwawancarai antara lain mayoritas

responden berusia dewasa, mayoritas berjenis kelamin perempuan,

mayoritas berpendidikan rendah, mayoritas bekerja sebagai petani dan

mayoritas berpenghasilan di bawah Upah Minimum Kota/Kabupaten

(UMK)

2. Partisipasi masyarakat dalam menerima informasi pada desa Batuhula

adalah dari 37 responden semuanya mengetahui program STBM pilar

pertama stop BABS di desa Batuhula dan di desa Telo adalah dari 35

responden semuanya mengetahui program STBM pilar pertama stop

BABS.

3. Partisipasi masyarakat dalam berunding, partisipasi masyarakat dalam

membuat keputusan secara bersama-sama antara masyarakat dan pihak

luar dan partisipasi masyarakat dalam mendapatkan wewenang atas

kontrol sumber daya dan keputusan pada desa Batuhula adalah dari 37

70

Universitas Sumatera Utara


71

responden sebanyak 24 responden (64,8%) dan pada desa Telo adalah dari

35 responden sebanyak 25 responden (71,4%).

4. Program STBM yang telah dilaksanakan di Desa Batuhula dan Desa Telo

kecamatan Batangtoru hanya program pilar pertama yaitu Stop Buang Air

Besar Sembarangan (BABS) dan sudah mencapai indikator keberhasilan

seperti yang diharapkan dalam Pedoman Pelaksanaan STBM tahun 2011.

6.2 Saran

1. Kepada Seksi Penyehatan Lingkungan, Makanan dan Minuman Dinas

Kesehatan Kabupaten Tapanuli Selatan diharapkan agar tetap memberikan

informasi tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan juga

agar mempertahankan kegiatan program STBM yang telah terlaksana yaitu

Stop Buang Air Besar Sembarangan sehingga dapat mencapai indikator

keberhasilan, serta di harapkan agar merencanakan pelaksanaan keempat

pilar lainnya sehingga dapat tercapai keberhasilan dalam perubahan

perilaku yang bersih dan sehat di Desa Batuhula dan Desa Telo.

2. Diharapkan kepada masyarakat Desa Batuhula dan Desa Teloyang belum

berpartisipasi dalam Program STBM pilar pertama Stop BABS supaya

berpartisipasi dalam program dan membangun jamban di dalam rumah.

sehingga dapat terjadi perubahan dan kesinambungan perilaku yang bersih

dan sehat di lingkungan masyarakat Desa Batuhula dan Desa Telo.

3. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk peneliti lainnya, agar

penelitian lebih lanjut dapat menggali hal-hal lain yang mungkin dapat

Universitas Sumatera Utara


72

mempengaruhi perubahan perilaku yang berdasarkan STBM sehingga

dapat tercipta lingkungan yang bersih dan sehat.

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR PUSTAKA

Adisasmito, W, 2008, Sistem Kesehatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Daud, R, 2009, Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Pendapatan, dan Perilaku


Masyarakat dengan Kualitas Sanitasi Lingkungan di Pesisir Pantai Desa
Huangobotu Kecamatan Kabila Kabupaten Gorontal. Tesis, UGM
Yogyakarta.

Ditjen PP dan PL, 2013, Road Map Percepatan Program STBM 2013-2015,
Kemenkes, Jakarta.

Ditjen PP dan PL, 2014, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM,
Kemenkes, Jakarta.

Hasibuan, R.B. 2009. Perilaku Masyarakat Tentang BAB Sembarangan Pada


Desa yang Diberi dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan STBM di
Kecamatan Gumai talang Kabupaten Lahat Povinsi Sumut. Skripsi FKM
USU.
Kar, K and Chambers, R., 2008, Handbook on Community-Led Total Sanitation,
Plan UK, London.

Kepmenkes RI No. 852/Menkes/SK/IX/2008. 2008. Strategi nasional sanitasi


total berbasis masyarakat. Depkes RI . Jakarta

Kemenkes RI, 2013, Profil Kesehatan Indonesia, Depkes RI, Jakarta.


Kemenkes RI, 2014, Profil Kesehatan Indonesia, Depkes RI, Jakarta.
Kemenkes RI, 2016, Profil Kesehatan Indonesia, Depkes RI, Jakarta.
Nasir, Muhith, Sajidin & Mubarak, 2009, Komunikasi dalam keperawatan: teori
dan aplikasi, Salemba Medika, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S, 2012, Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Rineka


Cipta, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes RI) No. 3 Tahun


2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Priyono, E, Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Indonesia, Percik,
Media Informasi Air minum dan penyehatan Lingkungan, Desember 2008,
Jakarta.

73

Universitas Sumatera Utara


74

Rahmawati, SK dan Oedojo S, 2013, Analisis Peran Serta Masyarakat Dalam


Keberhasilan Program Community Led Total Sanitation (CLTS), Jurnal
Promkes, Vol.1 No.2 Desember 2013, hlm. 138-144.

Saragih, S. 2017. Analisis Perilaku Masyarakat Tentang Buang Air Besar Pada
Keluarga Yang Diberi Dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat Di Kelurahan/Desa Merek Raya Kabupaten
Simalungun Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017, Skripsi, FKM USU.

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta.


Bandung.

Soeparman dan Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Slamet, JS, 2006, Kesehatan lingkungan, Gadjah Mada University Press,


Yogyakarta.

Supriyanto, S. dan Damayanti NA, 2007, Perencanaan dan Evaluasi, Airlangga


University Press, Surabaya.

Utami, W, 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Cuci Tangan


Pakai Sabun pada Masyarakat di Desa Cikoneng Kecamatan Ganeas
Kabupaten Sumedang 2010. [tesis]. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. Depok.
Widi, A, 2008, Partisipasi Komite Sekolah dalam Penyelenggaraan Kegiatan
Ekstrakulikuler di SD Negeri Se Kecamatan Godean, Skripsi, FIP UNY.

Wijono, 2009, Manajemen program dan kepemimpinan Kesehatan, CV, Duta


Prima Airlangga, Surabaya.

Universitas Sumatera Utara


75

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT


DALAM PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT
(STBM) PILAR PERTAMA STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
(BABS) DI DESA BATUHULA DAN DESA TELO KECAMATAN
BATANGTORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN TAHUN 2018

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan/Bulan :

I. Pilar Pertama Stop Buang Besar Sembarangan (BABS)


1. Apakah menurut Bapak/Ibu program STBM pilar 1 Stop BABS telah
dilaksanakan di desa Bapak/Ibu?
a) Ya
b) Tidak
2. Apakah Bapak/Ibu memiliki kloset di rumah?
a) Ya
b) Tidak
3. Sejak kapan memiliki kloset di rumah?
a) Sebelum STBM
b) Sesudah STBM
c) Tidak ada
4. Sebelum memiliki kloset, dimanakah Bapak/Ibu BAB sebelumnya?
a) Pemandian umum
b) Sudah memiliki jamban sebelum STBM
5. Kloset jenis apa yang Bapak/Ibu miliki di rumah?
a) Leher angsa
b) Tidak ada
6. Jika tidak memiliki kloset di rumah, dimana Bapak/Ibu BAB?
a) Sharing
b) Lainnya (sebutkan)
7. Bila sharing, kloset jenis apa di toilet umum digunakan?
a) Leher angsa
b) Lainnya (sebutkan)
8. Apakah di toilet yang Bapak/Ibu gunakan tersedia air?
a) Ya
b) Tidak
9. Apa jenis tempat penampungan toilet yang Bapak/Ibu gunakan?
a) Septic tank

Universitas Sumatera Utara


76

b) Lainnya (sebutkan)
10. Berapa jarak penampungan tinja Bapak/Ibu dari sumber air?
a) > 10 meter
b) < 10 meter
11. Apakah semua anggota keluarga Bapak/Ibu menggunakan toilet?
a) Ya
b) Tidak

II. Bentuk Partisipasi Masyarakat


A. Partisipasi Masyarakat dalam Menerima Informasi
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui tentang program STBM pilar 1 Stop BABS?
a) Tahu
b) Tidak tahu
2. Tahukah Bapak/Ibu bahwa di desa Bapak/Ibu telah dilaksanakan program
STBM pilar 1 Stop BABS?
a) Tahu
b) Tidak tahu
3. Siapakah yang memberikan informasi tentang program STBM pilar 1 Stop
BABS?
a) Petugas dan kader kesehatan
b) Perangkat Desa (Kades, Sekdes, dll)
4. Dari manakah Bapak/Ibu mendapatkan informasi tentang program STBM pilar
1 Stop BABS?
a) Petugas dan kader kesehatan
b) Melalui pengumuman (poter,leaflet, brosur)
5. Apakah Bapak/Ibu diberikan penjelasan mengenai program STBM pilar 1 Stop
BABS?
a) Ya
b) Tidak
6. Informasi atau penjelasan apa saja yang diberikan oleh petugas kesehatan
tersebut?
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan program STBM pilar 1 Stop
BABS serta tujuan dibuat nya program tersebut.
b. Tidak memberikan penjelasan mengenai program STBM pilar 1 Stop
BABS

B. Partisipasi Masyarakat dalam Berunding


1. Apakah Bapak/Ibu diikut sertakan dalam program STBM pilar 1 Stop BABS?
a) Ikut serta
b) Tidak ikut serta
2. Apakah Bapak/Ibu mengajak warga desa lainnya untuk berpartisipasi dalam
program STBM pilar 1 Stop BABS?
a) Ya
b) Tidak
3. Setelah menerima informasi dari petugas kesehatan kegiatan apa yang
dilakukan selanjutnya ?

Universitas Sumatera Utara


77

a) Diajak diskusi atau berunding tentang program STBM pilar 1 Stop BABS
b) Membicarakan program STBM pilar 1 Stop BABS
4. Dalam diskusi kelompok, kegiatan pertama yang Bapak/Ibu lakukan adalah?
a) Melihat kondisi yang ada di masyarakat dan menganalisanya sehinggan
dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan
b) Berbincang-bincang dengan petugas kesehatan
5. Apakah Bapak/Ibu mengikuti semua standar teknis pemicuan seperti
(perencanaan, pemicuan, dan pasca pemicuan) untuk promosi Stop BABS?
a) Ya
b) Tidak
6. Pada tahap perencaan hal apa yang Bapak/Ibu diskusikan atau lakukan bersama
masyarakat lain dan petugas kesehatan?
a) Advokasi kepada pemangku kepentingan yaitu (perangkat desa dan
LSM), identifikasi masalah dan analisis situasi, penyiapan fasilitator, dan
peningkatan kapasitas kelembagaan.
b) Melakukan kegiatan promosi Stop BABS di setiap rumah yang ada di
desa.
7. Pada tahap pemicuan hal apa saja yang dilakukan Bapak/Ibu bersama
masyarakat lainnya dan petugas kesehatan?
a) Pengantar pertemuan atau perkenalan tim fasilitator, pencairan suasana,
identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi, pemetaan sanitasi,
transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur kontaminasi, simulasi
air yang terkontaminasi, diskusi dampak, dan menyusun rencana program
sanitasi.
b) Melakukan identifikasi masalah kesehatan di setiap rumah yang ada
didesa.
8. Setelah melakukan semua tahap pemicuan apakah Bapak/Ibu akan melakukan
perubahan perilaku kesehatan khususnya tidak babs?
a) Ya
b) Tidak
9. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan untuk perubahan perilaku kesehatan
khususnya tidak babs ?
a) Arisan jamban atau membangun jamban dengan biaya yang dikumpulkan
dari masyarakat yang ikut dalam program dan berkomitmen tidak akan
BABS.
b) Melakukan perubahan dengan tidak BABS.
10. Apakah sampai sekarang kegiatan tersebut masih berjalan di desa Bapak/Ibu ?
a) Ya
b) Tidak

C. Partisipasi Masyarakat dalam Membuat Keputusan Secara Bersama-


sama Antara Masyarakat dan Pihak Luar
1. Apakah Bapak/Ibu diikutsertakan dalam pengambilan keputusan secara diskusi
kelompok?
a) Ya
b) Tidak

Universitas Sumatera Utara


78

2. Apakah dalam diskusi kelompok Bapak/Ibu diikut sertakan dalam pengambilan


keputusan dengan pihak luar?
a) Ya
b) Tidak
3. Pihak-pihak mana sajakah yang berperan dalam pengambilan keputusan
bersama dengan masyarakat?
a) Tokoh masyarakat, tokoh agama, perangkat desa dll
b) Perusahaan swasta
4. Siapakah pihak luar yang bekerja sama dengan masyarakat dalam menjalankan
atau mendukung program STBM pilar pertama Stop BABS?
a) LSM
b) Perusahaan Swasta
5. Apa yang mendorong pihak luar sehingga dapat mendukung terciptanya
program tersebut?
a) Komitmen masyarakat yang tinggi untuk merubah perilaku yang tidak
sehat menjadi perilaku yang sehat dan bersih.
b) Tuntutan dari pemerintah
6. Keputusan apa yang disepakati Bapak/Ibu bersama pihak luar setelah
melakukan diskusi kelompok?
a) Arisan jamban atau membangun jamban dengan biaya yang dikumpulkan
dari masyarakat yang ikut dalam program dan berkomitmen tidak akan
BABS.
b) Melakukan perubahan dengan tidak BABS.
7. Apakah komitmen untuk melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat
yang telah disepakati masih berlanjut di desa Bapak/Ibu?
a) Ya
b) Tidak

D. Partisipasi Masyarakat dalam Mendapatkan Wewenang atas Kontrol


Sumber Daya dan Keputusan
1. Apakah Bapak/Ibu mendapatkan wewenang dari keputusan yang telah
disepakati?
a) Ya
b) Tidak
2. Apakah bentuk atau jenis wewenang yang Bapak/Ibu terima dari hasil
keputusan tersebut?
a) Pembentukan anggota struktural atau komite untuk program STBM pilar
pertama Stop BABS
b) Pemilihan Fasilitator program STBM pilar pertama Stop BABS
3. Apakah wewenang Bapak/Ibu terima dapat berjalan dengan baik?
a) Ya
b) Tidak
4. Apakah wewenang yang Bapak/Ibu terima dapat berlangsung sesuai dengan
program yang telah disepakati?
a) Ya
b) Tidak

Universitas Sumatera Utara


79

5. Apakah ada evaluasi yang dilakukan terkait dengan dan wewenang yang telah
disepakati?
a) Ya
b) Tidak

Universitas Sumatera Utara


80

Lampiran 2 Lembar Observasi

LEMBAR OBSERVASI
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN ANALISIS PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA STOP BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN (BABS) DI DESA BATUHULA DAN DESA TELO
KECAMATAN BATANGTORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2018

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan/Bulan :

Pilar 1 Stop Buang air besar Sembarangan (SBS) di setiap rumah

JAWABAN
NO KRITERIA KETERANGAN
YA TIDAK
Jelas, jika leher
Lubang kloset memiliki
angsa maka tutup
1 tutup agar serangga tidak
tidak diperlukan
bisa menyentuh tinja
lagi
Jelas, jika <10m
maka
penampungan tinja
Jarak pembuangan tinja ke
2 harus kedap air.
sumur gali >10 m
Contoh : septic
tank, betton, biofil,
dll.
Tempat jongkok (kloset) Bukan terbuat dari
3 terbuat dari bahan yang bambu lapuk, atau
kuat kayu lapuk
Jika ada
pembalut/pampres
Tinja bayi atau lansia (jika
maka diperlakukan
4 ada) dibuang kedalam
seperti limbah
kloset (WC)
padat (solid waste
pilar 4)
Lakukan
Setiap orang di dalam
5 pengamatan
rumah menggunakan WC
dengan melihat

Universitas Sumatera Utara


81

sekeliling
Terdapat akses untuk anal Tergantung
6 cleansing (membersihkan kebiasaan
dubur) pengguna
Tidak ada tinja manusia
7 terlihat di sekitar rumah, Observasi
kebun, sungai

(Sumber : Panduan penggunaan Sistem Monitoring, Evaluasi STBM Tahun 2015)

Universitas Sumatera Utara


82

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

Universitas Sumatera Utara


83

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Universitas Sumatera Utara


84

Universitas Sumatera Utara


85

Lampiran 5. MASTER DATA DESA BATUHULA

Universitas Sumatera Utara


86

Universitas Sumatera Utara


87

MASTER DATA DESA TELO

Universitas Sumatera Utara


88

Universitas Sumatera Utara


89

Lampiran 6 Print Output Data SPSS


Desa Batuhula

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Remaja (15-25 tahun) 2 5,4 5,4 5,4

Dewasa (26-45 tahun) 21 56,8 56,8 62,2

Lanjut Usia (>46 tahun) 14 37,8 37,8 100,0

Total 37 100,0 100,0


Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 14 37,8 37,8 37,8

Perempuan 23 62,2 62,2 100,0

Total 37 100,0 100,0


Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 2 5,4 5,4 5,4

Wiraswasta 7 18,9 18,9 24,3

Petani 19 51,4 51,4 75,7


Pegawai Swasta 3 8,1 8,1 83,8

Ibu Rumah Tangga 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0


Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah (SD - SMP) 24 64,9 64,9 64,9

Tinggi (SMA - Perguruan


13 35,1 35,1 100,0
Tinggi)

Total 37 100,0 100,0

Penghasilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Universitas Sumatera Utara


90

Valid Rendah ( < 2.476.000) 22 59,5 59,5 59,5

Tinggi( > 2.476.000) 15 40,5 40,5 100,0

Total 37 100,0 100,0

OBSERVASI JAMBAN KELUARGA

Lubang kloset memiliki tutup agar serangga tidak bisa menyentuh tinja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 31 83,8 83,8 83,8

Tidak 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Jarak pembuangan tinja ke sumur gali >10m

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 31 83,8 83,8 83,8

Tidak 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan yang kuat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 31 83,8 83,8 83,8

Tidak 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Tinja bayi atau lansia (jika ada) dibuang kedalam kloset (WC)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 31 83,8 83,8 83,8

Tidak 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Setiap orang didalam rumah menggunakan WC

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Universitas Sumatera Utara


91

Valid Ya 31 83,8 83,8 83,8

Tidak 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Terdapat akses untuk amal cleansing (membersihkan dubur)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 31 83,8 83,8 83,8

Tidak 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Tidak ada tinja manusia terlihat di sekitar rumah, kebun, dan sungai

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 31 83,8 83,8 83,8

Tidak 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

Apakah menurut Bapak/Ibu program STBM pilar 1 Stop BABS telah


dilaksanakan di desa Bapak/Ibu?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Ya 37 100,0 100,0 100,0

Apakah Bapak/Ibu memiliki kloset di rumah?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a, Ya 31 83,8 83,8 83,8

b. Tidak 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Sejak kapan memiliki kloset di rumah?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a. Sebelum STBM 9 24,3 24,3 24,3

Universitas Sumatera Utara


92

b. Sesudah STBM 22 59,5 59,5 83,8

c. Tidak ada 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Sebelum memiliki kloset, dimanakah Bapak/Ibu BAB sebelumnya?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Pemandian Umum 28 75,7 75,7 75,7

b. Sudah memiliki jamban


9 24,3 24,3 100,0
sebelum STBM

Total 37 100,0 100,0

Kloset jenis apa yang Bapak/Ibu miliki di rumah?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Leher Angsa 31 83,8 83,8 83,8

b. Tidak ada 6 16,2 16,2 100,0

Total 37 100,0 100,0

Jika tidak memiliki kloset di rumah, dimana Bapak/Ibu BAB?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Sharing 6 100,0 100,0 100,0

Bila sharing, kloset jenis apa yang digunakan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Leher Angsa 6 100,0 100,0 100,0

Apakah di toilet yang Bapak/Ibu gunakan tersedia air?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Ya 37 100,0 100,0 100,0

Apa jenis tempat penampungan toilet yang Bapak/Ibu gunakan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Universitas Sumatera Utara


93

Valid a. Septictank 37 100,0 100,0 100,0

Berapa jarak penanmpungan tinja Bapak/Ibu dari sumber air?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. >10 meter 37 100,0 100,0 100,0

Apakah semua anggota keluarga Bapak/Ibu menggunakan toilet?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Ya 37 100,0 100,0 100,0

Print Output Data SPSS


Desa Telo

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Dewasa (26-45 tahun) 20 57,1 57,1 57,1

Lanjut Usia (>46 tahun) 15 42,9 42,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 20 57,1 57,1 57,1

Perempuan 15 42,9 42,9 100,0

Total 35 100,0 100,0

Pekerjaan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid PNS 2 5,7 5,7 5,7

Wiraswasta 9 25,7 25,7 31,4

Petani 17 48,6 48,6 80,0


Pegawai Swasta 4 11,4 11,4 91,4

Universitas Sumatera Utara


94

Ibu Rumah Tangga 3 8,6 8,6 100,0

Total 35 100,0 100,0

Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah (SD - SMP) 25 71,4 71,4 71,4

Tinggi (SMA - Perguruan


10 28,6 28,6 100,0
Tinggi)

Total 35 100,0 100,0

Penghasilan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah ( < 2.476.000) 24 68,6 68,6 68,6

Tinggi( > 2.476.000) 11 31,4 31,4 100,0

Total 35 100,0 100,0

LEMBAR OBSERVASI JAMBAN KELUARGA

Lubang kloset memiliki tutup agar serangga tidak bisa menyentuh tinja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 30 85,7 85,7 85,7

Tidak 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Jarak pembuangan tinja ke sumur gali >10m

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 30 85,7 85,7 85,7

Tidak 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan yang kuat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Universitas Sumatera Utara


95

Valid Ya 30 85,7 85,7 85,7

Tidak 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Tinja bayi atau lansia (jika ada) dibuang kedalam kloset (WC)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 30 85,7 85,7 85,7

Tidak 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Setiap orang didalam rumah menggunakan WC

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 30 85,7 85,7 85,7

Tidak 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Terdapat akses untuk amal cleansing (membersihkan dubur)

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 30 85,7 85,7 85,7

Tidak 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Tidak ada tinja manusia terlihat di sekitar rumah, kebun, dan sungai

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ya 30 85,7 85,7 85,7

Tidak 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN

Apakah menurut Bapak/Ibu program STBM pilar 1 Stop BABS telah


dilaksanakan di desa Bapak/Ibu?

Universitas Sumatera Utara


96

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Ya 35 100,0 100,0 100,0

Apakah Bapak/Ibu memiliki kloset di rumah?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a, Ya 30 85,7 85,7 85,7

b. Tidak 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Sejak kapan memiliki kloset di rumah?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Sebelum STBM 7 20,0 20,0 20,0

b. Sesudah STBM 23 65,7 65,7 85,7

c. Tidak ada 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Sebelum memiliki kloset, dimanakah Bapak/Ibu BAB sebelumnya?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Pemandian Umum 28 80,0 80,0 80,0

b. Sudah memiliki jamban


7 20,0 20,0 100,0
sebelum STBM

Total 35 100,0 100,0

Kloset jenis apa yang Bapak/Ibu miliki di rumah?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Leher Angsa 30 85,7 85,7 85,7

b. Tidak ada 5 14,3 14,3 100,0

Total 35 100,0 100,0

Jika tidak memiliki kloset di rumah, dimana Bapak/Ibu BAB?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Universitas Sumatera Utara


97

Valid a. Sharing 5 100,0 100,0 100,0

Bila sharing, kloset jenis apa yang digunakan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Leher Angsa 5 100,0 100,0 100,0

Apakah di toilet yang Bapak/Ibu gunakan tersedia air?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Ya 35 100,0 100,0 100,0

Apa jenis tempat penampungan toilet yang Bapak/Ibu gunakan?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Septic tank 35 100,0 100,0 100,0

Berapa jarak penanmpungan tinja Bapak/Ibu dari sumber air?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. >10 meter 35 100,0 100,0 100,0

Apakah semua anggota keluarga Bapak/Ibu menggunakan toilet?

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid a. Ya 35 100,0 100,0 100,0

Universitas Sumatera Utara


98

Lampiran 7. Dokumentasi penelitian

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 : Wawancara/membagikan kuesioner dengan responden 1

Gambar 2 : Wawancar/membagikan kuesioner dengan responden 2

Universitas Sumatera Utara


99

Gambar 3 : Wawancara/membagikan kuesioner dengan responden 3

Gambar 4 : Wawancara/membagikan kuesioner dengan responden 4

Universitas Sumatera Utara


100

Gambar 5 : Wawancara/membagikan kuesioner dengan responden 5

Gambar 6 : Wawancara/membagikan kuesioner dengan responden 6

Universitas Sumatera Utara


101

Gambar 7,8,9, dan 10 : Kondisi jamban milik responden di desa Batuhula dan
desa Telo

(Respoden yang memiliki jamban setelah adanya program STBM)

Universitas Sumatera Utara


102

Gambar 11 dan 12 : Kondisi jamban milik responden di desa Batuhula dan desa
Telo

(Responden yang sudah memiliki jamban sebelum adanya program STBM)

Universitas Sumatera Utara


103

Pamplet yang menunjukkan desa Batuhula dan desa Telo sudah bebas ODF

Desa Telo Desa Batuhula

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai