2018
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/5718
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM
SANITASI TOTAL BERBASIS MASYARAKAT (STBM) PILAR
PERTAMA STOP BUANG AIR BESAR SEMBARANGAN
(BABS) DI DESA BATUHULA DAN DESA TELO
KECAMATAN BATANGTORU KABUPATEN
TAPANULI SELATAN TAHUN 2018
SKRIPSI
Oleh :
OLEH
SELATAN TAHUN 2018 “ ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya
sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara
yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat
keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang
etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian
i
Universitas Sumatera Utara
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
iii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat dan nikmat berupa kesehatan, kekuatan, serta kesabaran, sehingga penulis
Pilar Pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di Desa Batuhula
2018” yang merupakan salah satu syarat untuk menyandang gelar Sarjana
kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari
berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari
berbagai pihak yang bersifat membangun demi kebaikan isi skripsi ini.
bantuan serta dukungan baik moril maupun material dari berbagai pihak. Oleh
kepada :
1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera
Utara.
2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustiana, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan
v
Universitas Sumatera Utara
3. Prof. Dr. Ir. Evawany Yunita Aritonang M.Si selaku Dosen Pembimbing
5. Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
6. Ir. Evi Naria, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan
ini.
7. Dr. dr. Wirsal Hasan MPH selaku dosen penguji yang telah memberikan
ini.
9. Terkhusus buat Alm. Papa tercinta A.Rajab Sikumbang dan Ibunda Vivi
memberikan kasih sayang, dukungan serta motivasi yang tak pernah henti-
10. Saudara terbaik Rahmad Hidayat Chaniago, Dewi Tri Septa Chaniago,
vi
Universitas Sumatera Utara
11. Serta sahabat Mejikuhubiniu yang juga saudari seperjuangan skripsi(Uci,
Fatimah Wiwik, Leli, Fifa, Putri, Helena, dan Widya), keluarga kost bebek
kuning (Kak Azrah, Tiara, Aci dan Ani), keluarga Harmonika Kost (Tami,
Amel, dan Lili), teman PBL (Robert, Raysyah, Meta dan Rokana), teman
dapat disebutkan satu per satu yang telah memberi dukungan, saran dan
tepat waktu.
materinya. Oleh sebab itu, diharapkan adanya kritik dan saran yang mendukung
untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat
Penulis
vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
viii
Universitas Sumatera Utara
3.2.2 Waktu Penelitian .................................................................. 34
3.3 Populasi Dan Sampel ......................................................................... 34
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................... 36
3.5 Defenisi Operasional ......................................................................... 37
3.6 Metode Pengambilan Sampel ........................................................... 38
3.7 Metode Pengukuran ........................................................................... 38
3.8Metode Analisa Data ...........................................................................40
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3 Frekuensi Responden Berdasarkan tentang Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) di Desa Batuhula Kecamatan Batangtoru
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018 .................................. 46
Tabel 4.4 Frekuensi Responden Berdasarkan tentang Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS) di Desa Telo Kecamatan Batangtoru
Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018 .................................. 47
x
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Frekuensi Observasi penggunaan Jamban Sehat pada setiap
Keluarga di Desa Batuhula Kecamatan Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Selatan Tahun 2018...................................................... 59
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Kuesioner........................................................................................75
Lampiran 2.Observasi……………………………………………………….....80
Penelitian……………………………...…………….....82
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISTILAH
KK : Kepala Keluarga
xiii
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
Januari 1997 di Batangtoru, Beragama Islam, dan merupakan anak kelima dari
Ibunda Vivi Suryani Chaniago. Alamat penulis berada di Jalan Harmonika No.70
Pasar 1 Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Kota Medan Provinsi Sumatera
Utara.
Batangtoru pada tahun 2001 dan selesai pada tahun 2002, penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 103580 Batangtoru dan selesai pada
Negeri 1 Batangtoru pada tahun 2008 dan selesai pada tahun 2011, kemudian
Batangtoru pada tahun 2011 dan selesai pada tahun 2014, penulis melanjutkan
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dan selesai pada tahun 2018.
xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
pengendalian semua faktor lingkungan fisik manusia yang akan menimbulkan hal-
hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan, dan daya tahan tubuh.
Menurut WHO pula, kematian yang disebabkan karena water borne disease
buruknya kualitas air dan sanitasi, diare merupakan penyebab kematian terbesar
stagnasi hasil, banyak proyek sanitasi yang gagal, padahal penyampaian program
disebabkan antara lain karena pembangunan masih berorientasi pada target fisik
Hal ini memicu untuk melaksanakan program yang lebih baik dari sebelumnya
(Rahmawati, 2013).
hasil bahwa banyak sarana yang dibangun tidak digunakan dan dipelihara oleh
diantaranya adalah tidak adanya demand atau kebutuhan yang muncul ketika
dengan metode pemicuan. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu komunitas
tidak buang air besar sembarangan (BABS) atau Open Defecation Free (ODF).
Prinsip dari pelaksanaan STBM adalah meniadakan subsidi untuk fasilitas sanitasi
dasar dengan pokok kegiatan menggali potensi yang ada di masyarakat untuk
jawab dalam membentuk tim fasilitator desa atau kader pemicu STBM untuk
Pemerintah yang lain dan memberi dukungan bagi kader pemicu STBM.
semua petugas melaporkan hasil kegiatan di daerahnya. Total dari 9.738 tenaga
(44%) yang melaksanakan monitoring kegiatan STBM sampai dengan tahun 2014
mempraktikan buang air besar sembarangan. Hasil studi ISSDP 47% masyarakat
berperilaku buang air besar ketempat terbuka. Hal ini tentunya berkontribusi
terhadap tingginya angka penyakit berbasis sanitasi seperti diare. Sebagai bentuk
Pendekatan STBM diadopsi dari hasil uji coba Community Led Total
Sanitation (CLTS) yang telah sukses dilakukan di beberapa lokasi proyek air
menjadi buang air besar di jamban yang higiene dan layak. Perubahan perilaku
berkaitan yang ditetapkan sebagai 5 pilar STBM, yaitu (1) Stop Buang Air Besar
Sembarangan (SBS), (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), (3) Pengelolaan Air
Rumah Tangga (PS-RT), dan (5) Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga (PLC-
RT). Pelaksanaan program STBM dimulai dari pilar pertama yaitu Stop BABS
yang merupakan pintu masuk sanitasi total dan merupakan upaya memutuskan
rantai kontaminasi kotoran manusia terhadap air baku minum, makan dan
sehingga tercapai kondisi Open Defecation Free (ODF), pada suatu komunitas
atau desa. Suatu desa dikatakan ODF jika 100% penduduk desa tersebut
STBM pilar pertama Stop BABS bahwa Desa Batuhula memiliki 238 KK, yang
umum atau berbagi jamban dengan tetangga untuk BAB dan ODF 110 KK (46%)
dan Desa Telo memiliki 180 KK, yang memiliki jamban sehat permanen 110 KK
STBM pilar pertama Stop BABS, pada Desa Batuhula yang memiliki jamban
sehat permanen 160 KK (67%), 5 KK (2%) yang memiliki jamban sehat semi
umum atau berbagi jamban dengan tetangga untuk BAB, dan di Desa Telo yang
BAB.
Tahun 2018”
pertama Stop BABS dan penggunaan jamban belum mencapai 100% dan belum
STOP BABS di Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten
Tapanuli Selatan.
mengenai program STBM pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar
program STBM pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan di
Selatan.
STBM pilar pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan di Desa
atas kontrol sumber daya dan keputusan mengenai program STBM pilar
pertama yaitu Stop Buang Air Besar Sembarangan di Desa Batuhula dan Desa
Masyarakat (STBM).
pemikiran yang kritis dan responsif, juga menjadi sarana pendidikan yang
obyektif agar selalu tanggap dalam merespon dan ikut berpartisipasi secara
aktif di setiap program yang dijalankan di Desa Batuhula dan Desa Telo
3. Bagi Penulis, hasil penelitian ini sebagai proses belajar bagi penulis dalam
Utara.
Pendekatan ini berawal di beberapa komunitas di Bangladesh dan saat ini sudah
diadopsi secara massal di negara tersebut. Bahkan India, di satu negara bagiannya
program pemerintah secara massal yang disebut dengan program Total Sanitation
Campaign (TSC). Beberapa negara lain seperti Cambodja, Afrika, Nepal, dan
Mongolia telahmenerapkan dalam porsi yang lebih kecil (Kemenkes RI, 2014).
meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik serta mengubah dan
STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian
yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan dapat mendorong
penularan penyakit dari tinja dengan tujuan menimbulkan rasa jijik, malu, takut
perilaku masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan merupakan suatu
kepada jamban sehat (MDGs target 7.C) tergolong ke dalam kelompok target
yang diharpkan. Dari target akses sebesar 55,6% pada tahun 2015 untuk pedesaan,
pada tahun 2009 masyarakat yang mempunyai akses ke jamban sehat hanya 34%.
rata-rata capaian tahun 2015 yaitu 32,91% baik secara kumulatif maupun
Belitung, Nusa Tenggara Timur dan Jawa Timur. Hal ini terjadi disebabkan
pengintervensian karena memiliki jumlah penduduk yang cukup tinggi. Selain itu
dalam hal pemetaan wilayah dan penduduk juga masuk dalam klasifikasi mudah
mewujudkan perilaku yang higienis dan saniter secara mandiri dalam rangka
CLTS berasal dari evaluasi oleh Kamal Kar mengenai WaterAid dari VERC’s
CLTS dengan metode PRA pada tahun 2000. Sejak tahun 2000, melalui pelatihan
langsung oleh Kamal Kar dan dukungan dari banyak lembaga serta dibantu
Bangladesh dan Negara lain di Asia Selatan dan Asia Tenggara, Afrika, Amerika
Latin, dan Timur Tengah. Lembaga atau instansi yang mensponsori pelatihan ini
oleh Kamal Kar antara lain the WSP-World Bank, CARE, Concern, WSLIC II
sebagai strategi nasional untuk program sanitasi. Pada september 2006, program
pendekatan dana bergulir di seluruh lokasi program (36 kabupaten). Pada saat
yang sama, beberapa LSM mulai mengadopsi pendekatan ini. Mulai Januari
sampai Mei 2007, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Dunia
Bulan Juli 2007 menjadi periode yang sangat penting bagi perkembangan
CLTS di Indonesia, karena pemerintah bekerja sama dengan Bank Dunia mulai
bernama Total Sanitation and Sanitation Marketing (TSSM) atau Sanitasi Total
dan Pemasaran Sanitasi (SToPS), dan pada tahun 2008 diluncurkannya sanitasi
dan program untuk merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan
dimaksud antara lain tidak buang air besar sembarangan, mencuci tangan pakai
sabun, mengelola air minum dan makanan yang aman, mengelola sampah dengan
benar dan mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman. Perilaku tersebut
tersebut disebut sebagai pilar STBM. Kelima pilar tersebut merupakan satu
kesatuan kegiatan namun perlu diprioritaskan pilar mana yang paling mendesak.
untuk ditanggulangi; (4) keterdesakan, akibat yang akan timbul apabila persoalan
masyarakat sadar, mau dan mampu untuk melaksanakan sanitasi total yang timbul
dari dirinya sendiri, bukan melalui paksaan. Melalui cara ini diharapkan
pemicuan ini dilaksanakan oleh tim fasilitator dengan cara memicu masyarakat
sehingga tercapai tujuan dalam hal memperkuat budaya perilaku hidup bersih dan
faktor yang harus dipicu antara lain rasa jijik, rasa malu, takut sakit, aspek agama,
komite dari komunitas tersebut. Komite dibentuk agar rencana aksi dari
masyarakat yang terpicu dapat berjalan dengan baik. Selain itu monitoring dari
tim fasilitator juga harus diterapkan. Kegiatan terus dilakukan sampai tercapai
kondisi desa bebas buang air besar sembarangan (ODF/Open Defecation Free)
kesehatan.
tempat terbuka pindah ke tempat tertutup dan terpusat. Sedangkan tujuan khusus
lingkungan mereka dengan memicu perasaan jijik, malu, takut sakit, rasa
bantuan.
tersebut atau terjadi realisasi. Kesadaran atau realisasi inilah yang kemudian
keadaannya yang jelek menjadi baik. Keadaan inilah yang menunjukkkan motif
pada diri seorang telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan terjadi perubahan
Stop buang air besar sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu
dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar
Cuci tangan pakai sabun adalah perilaku cuci tangan menggunakan air
bersih yang mengalir dan sabun pada waktu yang tepat termasuk sesudah BAB.
suatu proses pengolahan, penyimpanan dan pemanfaatan air minum dan air yang
digunakan untuk produksi makanan dan keperluan oral lainnya. Tujuan dari pilar
ketiga adalah untuk mengurangi kejadian penyakit yang ditularkan melalui air
minum.
sampah dengan aman pada tingkat rumah tangga dengan mengedepankan prinsip
mengurangi, memakai ulang dan mendaur ulang. Pengelolaan sampah yang aman
pengelolaan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk menghindari
lingkungan.
Standar teknis pemicuan dan promosi Stop BABS terdiri dari perencanaan,
1. Tahap perencanaan
tokoh masyarakat, tokoh agama, dan penyandang dana agar stakeholder yang
Tujuan umum dari advokasi adalah diperolehnya komitmen dan dukungan dalam
keikutsertaan dalam kegiatan maupun berbagai bentuk lainnya sesuai keadaan dan
kerja Puskesmas Batangtoru terutama tentang kejadian diare yang cukup tinggi.
Tidak semua desa dapat mejadi lokasi pemicuan. Lokasi pemicuan lebih efektif
apabila daerah itu penuh dengan kekumuhan, belum pernah ada pembangunan
sarana sanitasi dengan pendekatan subsidi, dan pernah menjadi daerah dengan
angka kejadian diare yang cukup tinggi (Ditjen PP dan PL, 2014).
antara apa yang diharapkan atau yang telah direncanakan. Sedangkan analisis
perencanaan karena jika dilakukan dengan tepat maka kita dapat mendefinisikan
masalah sesuai dengan realita yang kita harapkan (Supriyanto dan Damayanti,
2007).
3) Penyiapan Fasilitator
masyarakat untuk kegiatan Stop BABS, maka diperlukan tenaga fasilitator yang
handal, trampil dan memahami prinsip fasilitasi yang benar. Tugas utama
sebagai fasilitator serta langkah pemicuan untuk pilar Stop BABS. Pelatihan
fasilitator ini biasanya ada dua macam yaitu pelatihan bagi pelatih (Training Of
Tenaga yang telah menduduki suatu jabatan atau pekerjaan tertentu di instansi
dan ketrampilan. Diklat merupakan suatu bentuk investasi pada sumber daya
pemahaman lebih lanjut mengenai kebijakan nasional AMPL, STBM dan pilar
SKPD-nya dapat bekerja sama dengan kabupaten lain atau lembaga lain yang
dapat menyertakan personil dari semua SKPD terkait seperti dari unsur Dinas
Kesehatan, Bappeda, Pemberdayaan Masyarakat Desa (PMD) atau nama lain yang
2. Tahap pemicuan
1) Pengantar Pertemuan
2) Pencairan Suasana
komunitas sehingga setiap individu dalam komunitas bisa terbuka/ jujur tentang
penggunaan bahasa sehari-hari mengenai buang air besar dan kotoran manusia.
4) Pemetaan Sanitasi
komunitas untuk mengetahui lokasi BABS. Hal yang ada di peta antara lain lokasi
rumah, batas kampong, jalan desa, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, rumah
penduduk (diberi tanda mana yang punya dan tidak punya jamban), serta lokasi
BABS.
5) Transect Walk
langsung di lapangan dengan menelusuri lokasi pemicuan dari tempat yang satu
ke tempat yang lain. Memicu rasa jijik bisa dengan cara menawarkan air minum
yang telah dikotori dengan rambut. Kemudian rambut dianalogikan sebagai kaki
7) Alur Kontaminasi
dicelupkan ke air minum. Tim fasilitator memicu rasa jijik ke peserta dengan
malu, takut dan dosa. Pertanyaan mengenai kemana mereka BAB keesokan hari,
siapa saja yang akan mandi di sungai yang banyak orang BAB.
rencana kerja kegiatan. Mulai dari membentuk kelompok kegiatan sanitasi (yang
berkeinginan merubah kebiasaan buang air besarnya dapat menjadi calon kuat
Demikian pula para tokoh masyarakat, tokoh agama atau kader yang ada
kebiasaan buang air besar di tempat terbuka sesuai dengan komitmen mereka.
Gambar peta pada saat pemetaan disalin dalam kertas. Pada sesi ini terdapat
kendala pada komite yaitu masalah dana untuk keluarga yang tidak mampu.
3. Pasca pemicuan
tim fasilitator juga mengadvokasi sasaran tidak langsung yaitu kepala desa dan
yang telah mencapai status ODF akan mendapatkan sertifikasi dan penghargaan.
kemajuan yang telah dicapai oleh masyarakat, dan pemantauan yang dilaksanakan
dapat dijadikan acuan dalam penilaiannya. Indikator pilar pertama atau Stop
2. Jumlah desa yang telah ODF (Open Defecation Free) yaitu dalam satu
tahun setiap wilayah kerja Puskesmas terdapat 2 desa yang telah dipicu
dan mencapai keadaan ODF (Open Defecation Free) yaitu dalam satu desa
dipaksa untuk menerapkan program tersebut, akan tetapi program ini berupaya
sangat berbeda, dimulai tingkat partisipasi yang terendah sampai tertinggi (Ditjen
Pada level ini sudah ada komunikasi 2 arah, dimana masyarakat mulai diajak
untuk diskusi atau berunding. Dalam tahap ini meskipun sudah dilibatkan
dalam suatu perundingan, pembuat keputusan adalah orang luar atau orang-
orang tertentu.
Pada tahap ini masyarakat telah diajak untuk membuat keputusan secara
keputusan. Pada tahap ini masyarakat tidak hanya membuat keputusan, akan
masyarakat tidak hanya diberi informasi, tidak hanya diajak berunding tetapi
sudah terlibat dalam proses pembuatan keputusan dan bahkan sudah mendapatkan
wewenang atas kontrol sumber daya masyarakat itu sendiri serta terhadap
keputusan yang mereka buat. Dalam prinsip Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
telah disebutkan bahwa keputusan bersama dan action bersama dari masyarakat
(Notoatmodjo, 2012).
organisasi yaitu :
a. Motivasi
Timbulnya motivasi harus dari masyarakat itu sendiri dan pihak luar hanya
memberikan dukungan dan motivasi saja. Maka dari itu pendidikan kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
b. Komunikasi
Media masa seperti TV, radio, film, poster, dan sebagainya. Sebagian dari
informasi tersebut sangat efektif untuk menyampaikan pesan yang nantinya dapat
sebuah interaksi tatap muka yang berisi ide, perhatian, perasaan, makna serta
pikiran yang diberikan kepada penerima pesan dengan harapan penerima pesan
berikut : Komunikasi antar pribadi yaitu komunikasi langsung, tatap muka antara
satu orang dengan orang lain baik perorangan maupun kelompok. Komunikator
paling baik, karena di dalam cara ini terjadi dialog antara komunikator atau
konseler dengan komunikan atau klien. Karena tidak ada pihak ketiga yang hadir,
(Notoatmodjo, 2012).
c. Koordinasi
team work antara mereka ini akan membantu menumbuhkan partisipasi. Suatu
melengkapi. Koordinasi juga merupakan suatu usaha yang sinkron / teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk
menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah
saling bekerja sama, dilihat perbagian. Rivalry yaitu dalam perusahaan besar
sering diadakan persaingan antar bagian, agar saling berlomba untuk kemajuan.
Team Spirit yaitu satu sama lain perbagian harus saling menghargai. Esprit de
Corps yaitu bagian yang saling menghargai akan makin bersemangat. Cara
bertukar pikiran, mengemukakan ide dan lain-lain. Dan mendorong anggota untuk
d. Mobilisasi
(Notoatmodjo, 2012).
a. Perilaku individu
1) Tingkat pengetahuan
2) Sikap mental
keinginan (mind, feeling and mood) seseorang sehingga hal tersebut berpengaruh
Kondisi ini didapatkan dari proses tumbuh kembang individu sejak masa
yang mendorong seseorang dari dalam untuk menggunakan tenaga yang ada pada
terorganisi dalam suatu sistem sosial atau ikatan. Sesuai dengan kepentingan dan
bentukan dari sistem sosial tersebut bervariasi besarnya dan profil sosial
terutama sarana untuk pemenuhan kebutuhan baik yang dimiliki olehnya maupun
b. Perilaku masyarakat
perangkat-perangkat lunak juga hukum yang ada serta wadah yang jelas
dijumpai situasi dimana tata nilai budaya masyarakat indonesia tertentu belum
kesadaran kesehatannya.
dalam kesehatan.
Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengajak atau menumbuhkan
cepat hasilnya dan mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa,
waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya akan mempunyai rasa
Program STBM
Pilar Pertama
(STOP BABS)
Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan
(BABS). Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan survey rumah tangga untuk
Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan. Lokasi ini termasuk dalam salah satu
desa yang dipilih untuk program STBM pada kegiatan STOP BABS dan lokasi ini
dipilih karena masih ditemukannya warga desa yang tidak memiliki jamban sehat
dan masih berbagi dengan tetangga atau ketempat pemandian umum untuk BAB.
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Kepala Keluarga (KK) yang berada
di Desa Batuhula berjumlah 238 KK dan Desa Telo berjumlah 180 KK.
34
3.3.2 Sampel
diperoleh jumlah sampel pada Desa Batuhula sebanyak 37 KK dan Desa Telo
Rumus Slovin n =
( )
N = populasi,
o Desa Batuhula
Dit : n ?
( )
( )
o Desa Telo
Dit : n ?
( )
( )
Selatan.
sebagai berikut :
2. Stop Buang Air Besar Sembarangan adalah kondisi ketika setiap individu
dalam suatu komunitas tidak lagi melakukan perilaku buang air besar
masalah.
hanya mendengar atau menerima suatu informasi tanpa ikut terlibat dalam
suatu program.
menerima informasi saja tetapi sudah diajak untuk berunding atau diskusi.
antara masyarakat dan pihak luar adalah masyarakat telah diajak membuat
mental, dan emosi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab
atas keterlibatannya.
fisik, mental, dan emosi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung
keseluruhan adalah 72 KK, yaitu Desa Batuhula 37 KK dan Desa Telo 35 KK.
Tinggi
e. Penghasilan perbulan
yaitu:
3. Partisipasi Masyarakat
yang disusun berdasarkan Permenkes No. 3 Tahun 2014 dan Modul Pelaksanaan
yang telah diberi bobot. Jika responden menjawab a, diberi skor = 2 dan jika
mengetahui total skor yang diperoleh. Berdasarkan total skor yang diperoleh
4. Lembar Observasi
1. Jika semua jawaban “Ya” dari setiap kriteria penilaian maka sudah
2. Jika jawaban “Tidak” dari setiap kriteria penilaian maka tidak sesuai
yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Metode statistic data untuk
HASIL PENELITIAN
Daerah dalam penelitian ini adalah Desa Batuhula dan Desa Telo
wilayah 158,5 Ha atau 1,585 km² dan Desa Telo dengan luas wilayah 1,200 Ha
atau 1,200 km². Adapun batas-batas wilayah Desa Batuhula dan Desa Telo adalah
sebagai berikut :
1. Desa Batuhula
2. Desa Telo
Berdasarkan data yang didapat dari Kantor Kepala Desa Batuhula dan
Desa Telo terdapat jumlah penduduk Desa Batuhula sebanyak 975 jiwa dengan
rincian 494 laki-laki dan 481 perempuan serta 238 kepala keluarga (KK) dan Desa
42
Telo jumlah penduduk sebanyak 758 jiwa dengan rincian 342 jiwa laki-laki, 416
4.3Hasil Penelitian
Selatan tahun 2018. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.
dan yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 7 responden (19%) dan Ibu Rumah
15responden (40%).
berusia 15-25 tahun sebanyak 0 responden (0%), berusia 26-45 tahun sebanyak
20responden (57%), berusia >45 tahun sebanyak 15responden (43 %). Responden
Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), diketahui bahwa semua responden
menjawab telah dilaksanakan program Stop Buang Air Besar (SBS) di Desa
Batuhula dan Desa Telo, namun hasil pelaksanaan program tersebut dapat di lihat
Tabel 4.3.
Frekuensi Responden Berdasarkan tentang Stop Buang Air
Besar Sembarnagan (BABS) di Desa Batuhula Kecamatan
Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2018
NO Pilar Pertama Stop BABS n %
1 Program STBM Pilar pertama Stop BABS telah
dilaksanakan di Desa tersebut
a. Ya 37 100
b. Tidak 0 0
Total 37 100
2 Memiliki kloset di rumah
a. Ya 31 83,8
b. Tidak 6 16,2
Total 37 100
3 Sejak kapan memiliki kloset di rumah
a. Sebelum STBM 9 24,3
b. Sesudah STBM 22 59,5
c. Tidak ada 6 16,2
Total 37 100
4 Sebelum memiliki kloset, dimana BAB sebelumnya
a. Pemandian Umum 28 75,7
b. Sudah memiliki jamban sebelum STBM 9 24,3
Total 37 100
5 Kloset jenis apa yang dimiliki di rumah
a. Leher angsa 31 83,8
b. Tidak ada 6 16,2
Total 37 100
menyatakan bahwa jenis kloset yang dimiliki di rumah adalah leher angsa.
(100%).Responden menyatakan tersedia air di lokasi buang air besar (BAB) yang
tinja dari sumber air ≥10 meter sebanyak 37responden (100%) dan tidak ada yang
menyatakan jarak penampungan tinja <10 meter sebab sudah sesuai dengan
Stop Buang Air Besar Sembarangan di desa Batuhula, maka secara keseluruhan
frekuensi responden tentang stop buang air besar sembarangan di Desa Batuhula
Berhasil (100%).
menyatakan bahwa jenis kloset yang dimiliki di rumah adalah leher angsa.
(100%).Responden menyatakan tersedia air di lokasi buang air besar (BAB) yang
tinja dari sumber air ≥10 meter sebanyak 35responden (100%) dan tidak ada yang
menyatakan jarak penampungan tinja <10 meter sebab sudah sesuai dengan
Stop Buang Air Besar Sembarangan di desa Telo, maka secara keseluruhan
frekuensi responden tentang stop buang air besar sembarangan di Desa Telo
Berhasil (100%).
Responden mengetahui bahwa program STBM pilar pertama stop BABS sudah
mendapatkan dan diberikan informasi tentang program STBM pilar pertama stop
penjelasan mengenai maksud dan tujuan dibuatnya program STBM pilar pertama
program STBM pilar pertama stop BABS sebanyak 24responden (64,9%) dan
responden yang tidak ikut serta dalam program sebanyak 13 (35,1%). Responden
sudah mengajak warga desa lainnya untuk berpartisipasi dalam program STBM
dan pasca pemicuan) untuk promosi stop BABS sebanyak 24 responden (100%).
sanitasi, pemetaan sanitasi, transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur
membangun jamban dengan biaya yang dikumpulkan dari masyarakat yang ikut
(100%). Kegiatan program STBM pilar pertama stop BABS sampai sekarang
membuat keputusan secara diskusi kelompok dalam program STBM pilar pertama
(100%). Pihak luar yang bekerja sama dengan masyarakat dalam menjalankan
atau mendukung program STBM pilar pertama stop BABS adalah LSM sebanyak
pertama stop BABS adalah adanya komitmen masyarakat yang tinggu untuk
merubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan bersih
untuk melakukan arisan jamban atau membangun jamban dengan biaya yang
dikumpulkan dari masyarakat yang ikut dalam program dan berkomitmen tidak
komitmen dan sepakat untuk melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan
STBM pilar pertama Stop BABS dari hasil keputusan sebanyak 24responden
(100%). Responden sudah merima wewenang dan dapat berjalan dengan baik
(STBM) pilar pertama stop buang air besar sembarangan di desa Batuhula, maka
program STBM pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan yang
Responden mengetahui bahwa program STBM pilar pertama stop BABS sudah
mendapatkan dan diberikan informasi tentang program STBM pilar pertama stop
penjelasan mengenai mkasud dan tujuan dibuatnya program STBM pilar pertama
pemicuan dan pasca pemicuan) untuk promosi stop BABS sebanyak 25responden
sanitasi, pemetaan sanitasi, transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur
membangun jamban dengan biaya yang dikumpulkan dari masyarakat yang ikut
membuat keputusan secara diskusi kelompok dalam program STBM pilar pertama
(100%). Pihak luar yang bekerja sama dengan masyarakat dalam menjalankan
atau mendukung program STBM pilar pertama stop BABS adalah LSM sebanyak
pertama stop BABS adalah adanya komitmen masyarakat yang tinggu untuk
merubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku yang sehat dan bersih
untuk melakukan arisan jamban atau membangun jamban dengan biaya yang
dikumpulkan dari masyarakat yang ikut dalam program dan berkomitmen tidak
komitmen dan sepakat untuk melakukan perubahan perilaku hidup bersih dan
STBM pilar pertama Stop BABS dari hasil keputusan sebanyak 25responden
(100%). Responden sudah merima wewenang dan dapat berjalan dengan baik
(STBM) pilar pertama stop buang air besar sembarangan di desa Telo, maka
program STBM pilar pertama Stop Buang Air Besar Sembarangan yang
Partisipasi Masyarakat
Karakteristik Berpartisipasi Tidak
No Total
Responden berpartisipasi
n % n %
1 Usia
– Remaja (15-25 tahun) 1 50 1 50 2 100
– Dewasa (26-45 tahun) 17 81 4 19 21 100
– Lanjut usia (>46 tahun) 6 64 8 57 14 100
Total 24 65 13 35 37 100
2 Jenis Kelamin
– Laki-laki 9 64 5 36 14 100
– Perempuan 15 65 8 35 23 100
Total 24 65 13 35 37 100
Partisipasi Masyarakat
Karakteristik Berpartisipasi Tidak
No Total
Responden berpartisipasi
n % n %
3 Pekerjaan
– PNS 0 0 2 100 2 100
– Wiraswasta 6 86 1 14 7 100
– Petani 15 79 4 21 19 100
– Pegawai swasta 0 0 3 100 3 100
– Ibu Rumah Tangga 3 50 3 50 6 100
Total 24 65 13 35 37 100
4 Tingkat Pendidikan
– Rendah (SD – SMP) 15 62 9 38 24 100
– Tinggi (SMA – 9 69 4 31 13 100
Perguruan tinggi)
Total 24 65 13 35 37 100
5 Penghasilan
– Rendah (<2.476.000) 15 68 7 32 22 100
– Tinggi (>2.476.000) 9 60 6 40 15 100
Total 24 65 13 35 37 100
lebih banyak ialah pada usia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 17 responden (81%),
Partisipasi Masyarakat
Berpartisipasi Tidak
No Karakteristik Responden Total
berpartisipasi
n % n %
1 Usia
– Remaja (15-25 tahun) 0 0 0 0 0 0
– Dewasa (26-45 tahun) 12 60 8 40 20 100
– Lanjut usia (>46 tahun) 13 87 2 13 15 100
Total 25 71 10 29 35 100
Partisipasi Masyarakat
Berpartisipasi Tidak
No Karakteristik Responden Total
berpartisipasi
n % n %
2 Jenis Kelamin
– Laki-laki 13 65 7 35 20 100
– Perempuan 12 80 3 20 15 100
Total 25 71 10 29 35 100
3 Pekerjaan
– PNS 1 50 1 50 2 100
– Wiraswasta 9 100 0 0 9 100
– Petani 12 71 5 29 17 100
– Pegawai swasta 0 0 4 100 4 100
– Ibu Rumah Tangga 3 100 0 0 3 100
Total 25 71 10 29 35 100
4 Tingkat Pendidikan
– Rendah (SD – SMP) 18 72 7 28 25 100
– Tinggi (SMA – 7 70 3 30 10 100
Perguruan tinggi)
Total 25 71 10 29 35 100
5 Penghasilan
– Rendah (<2.476.000) 17 71 7 29 24 100
– Tinggi (>2.476.000) 8 73 3 27 11 100
Total 25 71 10 29 35 100
lebih banyak ialah pada usia dewasa (26-45 tahun) sebanyak 12 responden (60%),
Penggunaan jamban sehat pada setiap keluarga dapat dilihat pada tabel 4.9
kloset agar serangga tidak bisa menyentuh tinja sebanyak 31 responden (83,8%).
responden (83,8%). Jamban memiliki tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan
yang kuatsebanyak 31 responden (83,8%). Tinja bayi atau lansia (jika ada)
KATEGORI
No KRITERIA Ya Tidak
n % n %
1. Lubang kloset memiliki tutup agar serangga
30 85,7 5 14,3
tidak bisa menyentuh tinja
2. Jarak pembuangan tinja ke sumur gali >10
30 85,7 5 14,3
meter
3. Tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan
30 85,7 5 14,3
yang kuat
4. Tinja bayi atau lansia (jika ada) dibuang
30 85,7 5 14,3
kedalam kloset (WC)
5. Setiap responden didalam rumah
30 85,7 5 14,3
menggunakan WC
6. Terdapat akses untuk anal cleansing
30 85,7 5 14,3
(membersihkan dubur)
7. Tidak ada tinja manusia terlihat di sekitar
30 85,7 5 14,3
rumah, kebun, dan sungai
kloset agar serangga tidak bisa menyentuh tinja sebanyak 30 responden (85,7%).
Jamban memiliki jarak pembuangan tinja ke sumur gali >10 meter sebanyak 30
responden (85,7%). Jamban memiliki tempat jongkok (kloset) terbuat dari bahan
yang kuat sebanyak 30 responden (85,7%). Tinja bayi atau lansia (jika ada)
BAB.
PEMBAHASAN
5.1.1 Umur
kategori, pada desa Batuhula yaitu remaja dengan usia 15-25 tahunsebanyak 5% ,
dewasa dengan usia 26-45 tahun sebanyak 57% , dan lanjut usia dengan usia >45
tahun sebanyak 38%, dan pada desa Telo yaitu remaja dengan usia 15-25
tahunsebanyak 0% , dewasa dengan usia 26-45 tahun sebanyak 57% , dan lanjut
usia dengan usia >45 tahun sebanyak 43%, Hal ini menunjukkan mayoritas
kebiasaannya tentang STBM lebih baik. Tetapi dengan informasi dari pendidikan
sekolah, lingkungan sosial dan media membuat anak-anak usia sekolah bisa
memiliki kebiasaan lebih baik dalam hal STBM dibandingkan usia dewasa.
STBM, sejalan dengan penelitian Butar-butar (2007) dalam Utami (2010) bahwa
61
Jenis kelamin responden yang diwawancarai pada desa Batuhula dan desa
Telo mayoritas perempuan yaitu desa Batuhula sebanyak 62% dan desa Telo
ketersediaan fasilitas. Sehingga tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
desa Batuhula yaitu SD dan SMP sebanyak 65% dan Desa Telo SD dan SMP
STBM lebih baik dari pada yang berpendidikan rendah. Hal ini dapat dilihat dari
(2009) dalam Utami (2010) yang menyatakan ada hubungan yang bermakna
antara tingkat pendidikan dengan PHBS, dan juga sejalan dengan penelitian
pengetahuan secara langsung dan secara tidak langsung pada terhadap perilaku.
5.1.4. Pekerjaan
swasta, wiraswasta dan ibu rumah tangga. Pada desa Batuhula mayoritas
responden bekerja sebagai petani sebanyak 52% begitu juga dengan desa Telo
pengamatan di Desa Batuhula dan Desa Telo, tidak ada perbedaan perilaku yang
bermakna ditinjau dari pekerjaan, karena baik yang bekerja sebagai petani, PNS,
berperilaku yang baik atau buruk dan berpartisipasi atau tidak terhadap
pelaksanaan STBM.
5.1.5. Penghasilan
jamban keluarga. Hal ini sejalan dengan penelitian Daud (2009) yang menyatakan
Demikian juga sejalan dengan penelitian Amalia (2009) dalam Utami (2010) yang
PHBS.
Pilar pertama STBM tentang Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS)
telah dilaksanakan di Desa Batuhula dan Desa Telo pada tahun 2017. Berdasarkan
Desa Batuhula dan desa Telo, responden yang memiliki kloset di rumah
tidak memiliki kloset didalam rumah, tetapi sebelum memiliki kloset mereka
sudah memiliki jamban sebelum adanya program STBM, dan di desa Telo
responden sudah memiliki jamban sebelum adanya program STBM pilar pertama.
pilar pertama yaitu masih kurangnya kesadaran masyarakat selain karena sulit
bersih, kloset cubluk dan tidak menggunakan septic tank. Berdasarkan hasil
rumah responden sebagian tidak memiliki kamar mandi dan sebagiannya lagi
tidak memilki toilet didalam rumah jadi mayoritas reponden harus pergi ke
pemandian umum untuk mandi dan buang air besar meskipun sebagian rumah
tersebut.
dengan kloset leher angsa dan penampungan menggunakan septic tank, dan
didalam rumah jadi tidak perlu lagi harus berjalan jauh untuk pergi ke pemandian
umum. Responden menyatakan bahwa jarak penampungan tinja dari sumber air
yang dibangun ≥10 meter. Hal ini sesuai dengan Depkes RI tahun 1983, salah satu
syarat jamban adalah tidak mencemari sumber air minum, untuk itu letak lubang
penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air minum
(sumur pompa tangan, sumur gali, dll). Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan,
maka pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat mencemari lingkungan,
terutama dalam mencemari tanah dan sumber air (Soeparman dan Suparmin,
2002).
toilet. Hasil penelitian tersebut telah mencapai indikator desa yang telah mencapai
2014 tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (Kemenkes,2014) dan juga tidak
sesuai dengan teori Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2007) yang menyatakan
Praktek buang air besar adalah perilaku-perilaku responden yang berkaitan dengan
tinja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan dan bagaimana cara buang air besar
yang sehat sehingga tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi kesehatan.
satu penyebab utama kematian, sehingga penting untuk memutuskan mata rantai
penyakit tersebut dengan salah satu cara yaitu pembuangan kotoran manusia
secara aman. Faktor ekonomi merupakan alasan responden tidak memiliki jamban
kurang didapat tentang STBM sehingga responden tidak tergerak untuk merubah
praktik buang air besar sembarangan dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan
secara sadar dan mandiri dapat merubah perilaku buang air besar sembarangan.
Buang Air Besar Sembarangan terkait Jumlah dan Persentase Penduduk Tidak
2011). Dari hasil penelitian berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa pelaksanaan
program STBM pilar pertama telah dilaksanakan di desa Batuhula dan desa Telo.
Jadi dari hasil wawancara dapat disimpulkan semua responden di desa Batuhula
dan desa Telo mengetahui program STBM pilar pertama dilaksanakan di desa
mayarakat dan pihak luar pada desa Batuhula sebanyak 24 responden (100%) dan
dalam mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan pada desa
keputusan adalah masyarakat yang tidak memiliki jamban di rumah dan para
yang dimulai dengan tahap perencanaan sampai dengan tahap pemicuan, dari hasil
masyarakat dan pihak luar yaitu dengan tokoh agama, tokoh masyarakat,
perangkat desa serta gabungan TNI setempat yang membantu masyarakat dalam
mendapatkan wewenang atas kontrol sumber daya dan keputusan ialah dengan
di desa Batuhula dan desa Telo ialah pada desa Batuhula dari 37 responden, 31
mempunyai jamban didalam rumah, dan pada desa Telo dari 35 responden, 30
rumah ialah responden yang masuk kategori sharing/berbagi yaitu jika BAB maka
responden berbagi jamban dengan tetangga dan tidak melakukan perilaku BABS.
6.1 Kesimpulan
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Pilar pertama Stop BABS di
Desa Batuhula dan Desa Telo Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan
(UMK)
pertama stop BABS di desa Batuhula dan di desa Telo adalah dari 35
BABS.
kontrol sumber daya dan keputusan pada desa Batuhula adalah dari 37
70
responden sebanyak 24 responden (64,8%) dan pada desa Telo adalah dari
4. Program STBM yang telah dilaksanakan di Desa Batuhula dan Desa Telo
kecamatan Batangtoru hanya program pilar pertama yaitu Stop Buang Air
6.2 Saran
perilaku yang bersih dan sehat di Desa Batuhula dan Desa Telo.
penelitian lebih lanjut dapat menggali hal-hal lain yang mungkin dapat
Ditjen PP dan PL, 2013, Road Map Percepatan Program STBM 2013-2015,
Kemenkes, Jakarta.
Ditjen PP dan PL, 2014, Kurikulum dan Modul Pelatihan Fasilitator STBM,
Kemenkes, Jakarta.
73
Saragih, S. 2017. Analisis Perilaku Masyarakat Tentang Buang Air Besar Pada
Keluarga Yang Diberi Dan Tidak Diberi Intervensi Gerakan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat Di Kelurahan/Desa Merek Raya Kabupaten
Simalungun Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017, Skripsi, FKM USU.
Soeparman dan Suparmin, 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
KUESIONER PENELITIAN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan/Bulan :
b) Lainnya (sebutkan)
10. Berapa jarak penampungan tinja Bapak/Ibu dari sumber air?
a) > 10 meter
b) < 10 meter
11. Apakah semua anggota keluarga Bapak/Ibu menggunakan toilet?
a) Ya
b) Tidak
a) Diajak diskusi atau berunding tentang program STBM pilar 1 Stop BABS
b) Membicarakan program STBM pilar 1 Stop BABS
4. Dalam diskusi kelompok, kegiatan pertama yang Bapak/Ibu lakukan adalah?
a) Melihat kondisi yang ada di masyarakat dan menganalisanya sehinggan
dapat merumuskan apa yang sebaiknya dilakukan
b) Berbincang-bincang dengan petugas kesehatan
5. Apakah Bapak/Ibu mengikuti semua standar teknis pemicuan seperti
(perencanaan, pemicuan, dan pasca pemicuan) untuk promosi Stop BABS?
a) Ya
b) Tidak
6. Pada tahap perencaan hal apa yang Bapak/Ibu diskusikan atau lakukan bersama
masyarakat lain dan petugas kesehatan?
a) Advokasi kepada pemangku kepentingan yaitu (perangkat desa dan
LSM), identifikasi masalah dan analisis situasi, penyiapan fasilitator, dan
peningkatan kapasitas kelembagaan.
b) Melakukan kegiatan promosi Stop BABS di setiap rumah yang ada di
desa.
7. Pada tahap pemicuan hal apa saja yang dilakukan Bapak/Ibu bersama
masyarakat lainnya dan petugas kesehatan?
a) Pengantar pertemuan atau perkenalan tim fasilitator, pencairan suasana,
identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi, pemetaan sanitasi,
transect walk, menghitung volume kotoran tinja, alur kontaminasi, simulasi
air yang terkontaminasi, diskusi dampak, dan menyusun rencana program
sanitasi.
b) Melakukan identifikasi masalah kesehatan di setiap rumah yang ada
didesa.
8. Setelah melakukan semua tahap pemicuan apakah Bapak/Ibu akan melakukan
perubahan perilaku kesehatan khususnya tidak babs?
a) Ya
b) Tidak
9. Apakah kegiatan yang Bapak/Ibu lakukan untuk perubahan perilaku kesehatan
khususnya tidak babs ?
a) Arisan jamban atau membangun jamban dengan biaya yang dikumpulkan
dari masyarakat yang ikut dalam program dan berkomitmen tidak akan
BABS.
b) Melakukan perubahan dengan tidak BABS.
10. Apakah sampai sekarang kegiatan tersebut masih berjalan di desa Bapak/Ibu ?
a) Ya
b) Tidak
5. Apakah ada evaluasi yang dilakukan terkait dengan dan wewenang yang telah
disepakati?
a) Ya
b) Tidak
LEMBAR OBSERVASI
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN ANALISIS PARTISIPASI
MASYARAKAT DALAM PROGRAM SANITASI TOTAL BERBASIS
MASYARAKAT (STBM) PILAR PERTAMA STOP BUANG AIR BESAR
SEMBARANGAN (BABS) DI DESA BATUHULA DAN DESA TELO
KECAMATAN BATANGTORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN
TAHUN 2018
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan/Bulan :
JAWABAN
NO KRITERIA KETERANGAN
YA TIDAK
Jelas, jika leher
Lubang kloset memiliki
angsa maka tutup
1 tutup agar serangga tidak
tidak diperlukan
bisa menyentuh tinja
lagi
Jelas, jika <10m
maka
penampungan tinja
Jarak pembuangan tinja ke
2 harus kedap air.
sumur gali >10 m
Contoh : septic
tank, betton, biofil,
dll.
Tempat jongkok (kloset) Bukan terbuat dari
3 terbuat dari bahan yang bambu lapuk, atau
kuat kayu lapuk
Jika ada
pembalut/pampres
Tinja bayi atau lansia (jika
maka diperlakukan
4 ada) dibuang kedalam
seperti limbah
kloset (WC)
padat (solid waste
pilar 4)
Lakukan
Setiap orang di dalam
5 pengamatan
rumah menggunakan WC
dengan melihat
sekeliling
Terdapat akses untuk anal Tergantung
6 cleansing (membersihkan kebiasaan
dubur) pengguna
Tidak ada tinja manusia
7 terlihat di sekitar rumah, Observasi
kebun, sungai
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Penghasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lubang kloset memiliki tutup agar serangga tidak bisa menyentuh tinja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tinja bayi atau lansia (jika ada) dibuang kedalam kloset (WC)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tidak ada tinja manusia terlihat di sekitar rumah, kebun, dan sungai
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid a. Sebelum STBM 9 24,3 24,3 24,3
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
KARAKTERISTIK RESPONDEN
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Penghasilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Lubang kloset memiliki tutup agar serangga tidak bisa menyentuh tinja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tinja bayi atau lansia (jika ada) dibuang kedalam kloset (WC)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tidak ada tinja manusia terlihat di sekitar rumah, kebun, dan sungai
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 7,8,9, dan 10 : Kondisi jamban milik responden di desa Batuhula dan
desa Telo
Gambar 11 dan 12 : Kondisi jamban milik responden di desa Batuhula dan desa
Telo
Pamplet yang menunjukkan desa Batuhula dan desa Telo sudah bebas ODF