Hormat Kami
Kepala SDN Ngunut
H. DAKHLAN, S.Ag
NIP. 19630213 198504 1 001
KATA PENGANTAR
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan
bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Untuk mendukung hal tersebut saat ini telah diberlakukan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permen PAN/RB) No. 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru, yang di antaranya mengatur tentang
program induksi bagi guru pemula. Sebagai penjabaran teknis dari program induksi maka
juga telah diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2010
tentang Program Induksi bagi Guru Pemula.
Sejalan dengan peraturan di atas SDN Ngunut Kec. Babadan merespon positif
penyelenggaraan program induksi, karena program induksi merupakan kegiatan orientasi,
pelatihan di tempat kerja, pengembangan, dan praktik pemecahan berbagai permasalahan
dalam proses pembelajaran/bimbingan.
Pelaksanaan kegiatan tersebut sekolah melakukan langkah-langkah meliputi:
Perencanaan PIGP, Melaksanakan PIGP, serta menyusun laporan hasil kegiatan PIGP.
Kegiatan pembimbingan dan penilaian dilaksanakan selama satu tahun, oleh guru
pembimbing, kepala sekolah, dan juga pengawas sekolah. Di akhir masa penilaian, kepala
sekolah menyusun laporan hasil penilaian diketahui oleh pengawas.
Sehubungan dengan hal tersebut SDN Ngunut Kec. Babadan menyusun Proposal
Program Induksi Guru Pemula, ditujukan kepada Yth. Kepala Dinas Pendidikan Ponorogo
untuk dapat disetujui dan diakui kegiatan ini secara formal, sehingga pada akhir kegiatan
peserta menerima sertifikat Program Induksi Guru Pemula yang dikeluarkan dan disahkan
oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Ponorogo.
Kami menyadari sepenuhnya atas keterbatasan dan segala kekurangan yang kami
miliki, sehingga mungkin proposal ini terdapat kekurangan atau kesalahan, namun kami
sangat berharap adanya kritik dan saran untuk perbaikan lebih lanjut, sebagai langkah awal
pelaksanaan Program Induksi Guru Pemula di SDN Ngunut Kec. Babadan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i
SURAT DINAS ………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR ………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………………………….. v
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………….. 1
1. Latar Belakang …………………………………………. 1
2. Dasar Hukum Program Induksi Guru Pemula ………….. 2
3. Tujuan Program Induksi Guru Pemula ………………….. 2
4. Sasaran Program Induksi Guru Pemula ………………….. 2
5. Manfaat Program Induksi Guru Pemula ………………….. 3
6. Hasil Yang diharapkan ………………………………….. 3
BAB II IMLEMENTASI PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA …. 4
1. Prinsip Program Induksi Guru Pemula …………………… 4
2. Tahap Persiapan …………………………………………… 4
3. Tahap Pembimbingan …………………………………………… 5
4. Tahap Penilaian …………………………………………… 5
5. Tahap Pelaporan …………………………………………… 6
6. Hak dan Kewajiban Guru Pemula …………………………… 7
7. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ……………………………. 7
8. Data Peserta ……………………………………………………. 7
9. Guru Pembimbing ……………………………………………. 7
10. Pendanaan/Pembiayaan ……………………………………. 7
BAB III PENUTUP ……………………………………………………. 8
1. Kesimpulan …………………………………………………… 8
2. Saran …………………………………………………… 9
Lampiran
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menegaskan
bahwa guru adalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Untuk mendukung hal tersebut saat ini telah diberlakukan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PermenPANRB) No. 16 Tahun
2009 tentang Jabatan Fungsional Guru, yang di antaranya mengatur tentang program
induksi bagi guru pemula. Sebagai penjabaran teknis dari program induksi maka juga telah
diterbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2010 tentang
Program Induksi bagi Guru Pemula.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk: (1) meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran, dan (2) meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan
untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yakni berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab
( UU No 20 tahun 2003 pasal 3). Oleh karena itu, guru mempunyai fungsi, peran, dan
kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan.
Mengingat peran guru yang sangat strategis dalam pembangunan pendidikan, maka
seorang guru harus dipersiapkan secara matang. Persiapan tersebut harus dilakukan secara
berkesinambungan mulai dari saat belajar di perguruan tinggi, pendidikan profesi guru, di
Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) sampai menjadi guru yang
ditugaskan di satuan pendidikan.
Pada saat awal seorang guru pemula mulai mengajar dan mengenal lingkungan
sekolah mereka menghadapi beberapa hambatan antara lain: pengenalan karakteristik
peserta didik, budaya sekolah, beradaptasi dan berkomunikasi dengan warga sekolah.
Padahal pengenalan guru pemula terhadap situasi sekolah akan menentukan karir dan
profesionalitas seorang guru selanjutnya. Salah satu program yang dapat membekali guru
pemula dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi guru pada awal mereka bertugas
adalah program induksi.
BAB II
IMPLEMENTASI PROGRAM INDUKSI
1. Prinsip Program Induksi
Diselenggarakan secara profesional, kesejawatan, akuntabel,berkelanjutan bagi
guru pemula pada sekolah/ madrasah di tempat tugasnya. Prinsip Penyelenggaraan
Program Induksi bagi Guru Pemula didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Profesional; penyelenggaraan program yang didasarkan pada kode etik profesi, sesuai
bidang tugas
2) Kemitraan; menempatkan guru pemula dan pembimbing sebagai mitra sejajar;
3) Kesejawatan; penyelenggaraan atas dasar hubungan kerja dalam tim;
4) Mandiri; bekerja tanpa bergantung pada pihak lain
5) Demokratis; menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
kelompok
6) Terbuka; proses dan hasil kerja diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan
7) Fleksibel; menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan yang ada
8) Partisipasif; melibatkan banyak pihak dalam pengambilan keputusan
9) Akuntabel; penyelenggaraan yang dapat dipertanggungjawabkan kepada public
10) Responsibel; penyelenggaraan bekerja sesuai dengan tupoksinya
11) Sistemik, dilaksanakan secara teratur dan runut
12) Berkelanjutan, dilakukan secara terus menerus dengan selalu mengadakan
perbaikan atas hasil sebelumnya;
2. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan pertama implementasi PIGP. Hal-hal yang perlu
dilakukan oleh pihak-pihak terkait pada tahap persiapan ini adalah:
1) Pengawas Sekolah: (a) membuat perencanaan program kepengawasan PIGP, berupa
rencana kepengawasan tahunan dan program semester; (b) memberikan pelatihan
PIGP bagi kepala sekolah dan calon pembimbing; (c) menyiapkan instrumen
monitoring implementasi PIGP; dan (d) memantau persiapan yang dilakukan pihak
sekolah/madrasah untuk mengimplementasikan PIGP.
2) Kepala Sekolah: (a) melakukan analisis kebutuhan PIGP; (b) mempersipkan dan
melaksanakan pelatihan PIGP bagi kepala sekolah/madrasah dan calon pembimbing;
(c) menyiapkan buku pedoman bagi guru pemula; (d) menunjuk seorang pembimbing
bagi guru pemula yang memiliki kriteria sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dengan menerbitkan surat keputusan (SK) kepala sekolah; (e)
menyusun rencana tindak implementasi PIGP; dan (f) menyusun jadwal implementasi
PIGP.
3) Pembimbing: (a) Identifikasi kebutuhan guru pemula dengan mempertimbangkan latar
belakang pendidikan dan pengalaman guru pemula; (b) melakukan evaluasi diri
dengan mengidentifikasi kompetensi yang dimilikinya; (c) menyusun Rencana Tindak
Pembimbingan; (d) menyusun jadwal kegiatan pembimbingan; (e)menyusun prioritas
pembimbingan.
3. Tahap Pembimbingan
Pelaksanaan pembimbingan dilakukan pada bulan kedua sampai dengan bulan
kesembilan oleh guru pembimbing yang telah ditetapkan oleh kepala sekolah/madrasah.
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembimbingan adalahsebagai berikut.
1) Pengawas sekolah: (1) memantau kegiatan PIGP; (2) membina/membimbing kepala
sekolah dan pembimbing secara teknis; dan (3) mengevaluasi kinerja kepala sekolah
dan pembimbing pada tahap pelaksanaan pembimbingan.
4. Tahap Penilaian
Penilaian dalam program induksi dapat dilakukan melalui observasi pembelajaran
dan observasi pelaksanaan tugastambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan pokok
sesuai dengan beban kerja Guru. Penilaian dilakukan dalam dua tahap, yaitu :
Penilaian tahap pertama yang dilakukan oleh pembimbing bersamaan dengan
proses pembimbingan pada bulan kedua sampai bulan kesembilan (assessment for
learning), yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setiap bulan atau
minimal 6 (enam) kali selama masa penilaian tahap pertama. Tujuan penilaian tahap
pertama ini adalah untuk mengidentifikasi bagian-bagian yang perlu dikembangkan,
memberikan umpan balik secara reguler, dan memberikan saran perbaikan dengan
melakukan diskusi secara terbuka tentang semua aspek mengajar dengan suatu fokus
spesifik yang perlu untuk dikembangkan. Pembimbing dapat memberikan contoh proses
pembelajaran dan pembimbingan yang baik di kelasnya atau di kelas yang diajar oleh guru
lain.
Penilaian tahap kedua dilaksanakan pada bulan kesepuluh sampai dengan bulan
kesebelas berupa observasi pembelajaran/pembimbingan, ulasan, dan masukan oleh kepala
sekolah/madrasah dan pengawas sekolah, yang mengarah pada peningkatan kompetensi
dalam pembelajaran/pembimbingan. Penilaian tahap kedua merupakan penilaian
hasil(asesment of learning) yang bertujuan untuk menilai kompetensi guru pemula dalam
melaksanakan proses pembelajaran/pembimbingan dan tugas lainnya. Observasi
pembelajaran/pembimbingan pada penilaian tahap kedua dilakukan oleh kepala
sekolah/madrasah sekurang-kurangnya 3 (tiga) kali, sedangkan oleh pengawas
sekolah/madrasah sekurang-kurangnya 2 (dua) kali.
5. Tahap Pelaporan
Penyusunan laporan dilaksanakan pada bulan kesebelas setelah penilaian tahap
kedua dilaksanakan, dengan prosedur sebagai berikut:
1) Penentuan keputusan pada Laporan Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula berdasarkan
pengkajian penilaian tahap kedua dengan mempertimbangkan penilaian tahap pertama.
Selanjutnya guru pemula dinyatakan memiliki nilai kinerja dengan kategori amat baik,
baik, cukup, sedang, atau kurang.Untuk menentukan keputusan nilai
kinerja guru pemula, kepala sekolah membuat rekapitulasi hasil nilai penilaian kinerja.
2) Penyusunan draft Laporan Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula oleh kepala
sekolah/madrasah berdasarkan pembahasan dengan pembimbing dan pengawas
sekolah/madrasah.
3) Penandatanganan Laporan Hasil Penilaian Kinerja Guru Pemula dilakukan oleh kepala
sekolah/madrasah dan pengawas sekolah/madrasah.
4) Pengajuan penerbitan sertifikat PIGP dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah yang
disampaikan kepada kepala dinas pendidikan atau kepala kantor kementerian agama
kabupaten/kota bagi guru pemula yang telah memiliki Laporan Hasil Penilaian Kinerja
Guru Pemula dengan nilai baik. Sertifikat tersebut menyatakan bahwa peserta PIGP
telah berhasil menyelesaikan PIGP dengan nilai baik.
8. Data peserta :
Terlampir
9. Guru Pembimbing
Terlampir
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada dasarnya pelaksanaan Program Induksi Guru Pemula di SDN Ngunut Kec.
Babadan mempunyai manfaat yang cukup besar khususnya bagi guru pemula yang tersebut
dibawah ini yaitu :
1. Beradaptasi dengan iklim kerja dan budaya sekolah
2. Melaksanakanpekerjaannya sebagai guru profesional di sekolah
Program Induksi Guru Pemula didasarkan pada pemahaman bahwa:
a. Pembelajaran di tempat kerja merupakan unsur utama bagi perkembangan dan
pembelajaran professional guru pemula, Tahap ini juga berperan penting dalam
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
b. Pembelajaran professional melibatkan guru dan kelompok guru yang mengembangkan
praktek dan pemahaman baru tentang pekerjaan mereka.
c. Kerjasama dan dialog professional di sekolah dapat mendukung pembelajaran
professional, mengembangkan praktek reflektif dan memperkuat pendekatan
kolegalitas untuk perkembangan sekolah.
d. Pembelajaran professional guru merupakan landasan bagi perkembangan sekolah dan
peningkatan hasil belajar siswa serta peningkatan status profesi.
Adapun PIGP yang efektif yakni :
1) Mengembangkan kompetensi professional guru pemula dalam mengajar
2) Menuntut peran kepala sekolah dan mentor untuk menciptakan hubungan yang kuat,
professional, dan positif dengan guru pemula serta pegawai sekolah lain
3) Didasarkan pada semangat kemitraan di sekolah.
4) Mengintegrasikan refleksi dan evaluasi diri untuk guru pemula, mentor dan kepala
sekolah
5) Bersifat fleksibel dan mengalami peerubahan dalam perjalanan waktu untuk
menyesuaikan dengan kebutuhan yang muncul dari guru pemula
6) Menghubungkan guru pemula, mentor dan kepala sekolah dengan jaringan seprofesi di
sekolah lain
B. Saran
Untuk kesempunaan penyusunan Proposal Program Induksi Guru Pemula ini, kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Demikianlah Proposal ini
kami buat, semoga bermanfaat bagi yang membaca pada umumnya dan penulis khususnya.
Selanjutnya kami bertawakal dan memohon kepada Allah SWT agar pelaksanaan Program
Induksi Guru Pemula di SDN Ngunut Kec. Babadan dapat berjalan dengan baik dan lancar,
aamiin.