Anda di halaman 1dari 78

LAPORAN

ON THE JOB LEARNING (OJL)

Disusun Sebagai Laporan Akhir Kegiatan On The Job Learning


pada Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah
Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur
Periode: 17 Febuari s.d 7 Mei 2015

Nama : Dra. ERNI PRASETYAWATI, M.Pd


Unit Kerja : SMK NEGERI 2 PROBOLINGGO
Nip : 196710281995122006

PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH


DINAS PENDIDIKAN KOTA PROBOLINGGO
PROVINSI JAWA TIMUR
2015

i
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN ON THE JOB LEARNING

Laporan On The Job Learning Disusun oleh Dra.Erni Prasetyawati, M.Pd,


Sebagai Laporan Akhir Kegiatan On The Job Learning pada Pendidikan dan
Pelatihan Calon Kepala Sekolah Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur Periode:
17 Febuari s.d 7 Mei 2015, Disahkan Sejak Tanggal Ditetapkan.

Di tetapkan di : Probolinggo
Tanggal : Mei 2015

Oleh

Kepala SMK Negeri 1 Kepala SMK Negeri 2


Kota Probolinggo Kota Probolinggo

Drs. DIDIK PURWANDI, M.M Drs.SUNARDI,M.M


NIP.196001091985031009 NIP.196402171989031009

Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan
Kota Probolinggo

Drs.ZAINULLAH,M.M
NIP.196308111987011002

ii
Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam dan

segala isinya, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam

senantiasa tercurah atas junjungan Nabiyyullah Muhammad SAW. Berkat

curahan rahmat dan kasih sayang Allah SWT jualah, sehingga laporan akhir

kegiatan On The Job Learning (OJL) pada Pendidikan dan Pelatihan Calon

Kepala Sekolah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dalam proses penyusunan hingga penyelesaian laporan ini, merupakan

suatu pengalaman dan pelajaran yang sangat berharga bagi calon kepala

sekolah. Walau diakui terasa sangat melelahkan, namun berkat bantuan,

bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak, khususnya Bapak dan Ibu

pendamping diklat akhirnya laporan kegiatan On The Job Learning di SMK

Negeri 2 dan SMK Negeri 1 Kota Probolinggo ini selesai juga. Oleh karena itu,

calon kepala sekolah merasa berkewajiban untuk menyampaikan ucapan terima

kasih yang tulus kepada

1. Walikota Probolinggo, Hj Rukmini, S.H,M.Si

2. Direktur LP2KS Indonesia Prof. Dr. Siswandari, M. Stats

3. Kepala BKD Kota Probolinggo, Drs.H. Paeni, M.H

4. Kepala Dinas Pendidikan Kota Probolinggo, Drs. Zainullah, M.M

5. Master Trainer LP2KS Dra. Yusnaini Agustina, M.Pd, Drs. Gatot Dwi

Atmadji, M.Pd dan Aris Dwi Cahyono,S.Pd,M.Pd.

6. Kepala SMK Negeri 2, Drs.Sunardi,M.M

7. Kepala SMK Negeri 1, Drs. Didik Purwandi,M.M atas bimbingan dan

arahannya.

iii
Demikian pula ucapan terima kasih yang tak terhingga calon kepala

sekolah haturkan kepada Bapak Drs. Hartono, M.Pd selaku Kepala Bidang

ketenagaan Dinas Pendidikan kota Probolinggo yang telah banyak membantu

sejak seleksi sampai pelaksanaan diklat selesai.

Ucapan terima kasih calon kepala sekolah sampaikan pula kepada

Bapak Andri Purwanto, S.Sos, M.M selaku Kepala Bidang Diklat Kota

Probolinggo yang menjadi ketua pelaksana diklat. Beliau telah banyak membantu

dan melayani peserta diklat sejak awal seleksi sampai kegiatan diklat calon

kepala sekolah selesai dilaksanakan.

Ucapan terima kasih calon kepala sekolah haturkan kepada Saudara

Widya Paramita,S.Pd. dan Dwi Nurhidayati, S.Pd. sebagai guru yunior SMK

Negeri 2 Kota Probolinggo yang bersedia diobservasi pada kegiatan supervisi

akademik peserta diklat calon kepala sekolah.

Tak terlupakan, ucapan terima kasih calon kepala sekolah sampaikan

pula kepada guru-guru dan pegawai SMK Negeri 2 Probolinggo dan SMK Negeri

1 Probolinggo yang telah banyak membantu memberikan data dan informasi

kepada calon kepala sekolah dalam melakukan kajian-kajian dan pelaksanaan

rencana tindak kepemimpinan calon kepala sekolah dan semua teman peserta

diklat calon kepala sekolah Kota Probolinggo tahun 2015 atas kerja sama yang

terbangun selama ini mulai dari awal seleksi sampai kegiatan OJL berakhir.

Ucapan terima kasih secara khusus calon kepala sekolah haturkan

kepada suami, Drs. H Paeni, M.H yang telah mengizinkan untuk mengikuti

seleksi calon kepala sekolah, anakku Nendy Rizka Halandevi dan menantuku

Rastra Randy Rakasiwi yang telah mensuport, cucuku Sholahuddin Ayyubi El

Fatih yang menjadi pelipur disaat penyelesaian tugas akhir, dan yang tak kalah

iv
pentingnya doa dan restu dari ibunda Hj.Sumandiyah yang telah memberi

ridhonya untuk mengikuti kegiatan seleksi calon kepala sekolah ini.

Kiranya laporan kegiatan OJL ini dapat bermanfaat, dan semoga segala

bantuan, pengorbanan dan dorongan yang diberikan oleh berbagai pihak,

mendapat ganjaran dan pahala dari Allah SWT, Amin.

Calon kepala sekolah,

v
Daftar Isi

Halaman

Halaman Judul ................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ......................................................................................... ii

Kata Pengantar .................................................................................................. iii

Daftar Lampiran .................................................................................................. vi

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1


B. Tujuan .................................................................................................. 5
C. Hasil yan g diharapkan ......................................................................... 5
BAB II. KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG ................................................. 7

A. Profil SMK Negeri 2 Probolinggo .......................................................... 7


B. Profil SMK Negeri 1 Probolinggo ......................................................... 14
BAB III. RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN .................................................. 23

A. Pelaksanaan Rencana Tindak kepemimpinan ...................................... 23


B. Supervisi Guru Junior .......................................................................... 32
C. Penyusunan Perangkat pembelajaran .................................................. 44
D. Pengkajian Aspek Managerial ............................................................ 49
E. Pengkajian Kompetensi Berdasarkan AKPK yang Kurang di
Sekolah .............................................................................................. 59
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 69

A. Kesimpulan ........................................................................................... 69
B. Saran - Saran ........................................................................................ 70

iv
Daftar Lampiran

1. Jadwal OJL dan Jurnal


2. Profil SMK Negeri 2 Kota Probolinggo
3. Profil SMK Negeri 1 Kota Probolinggo
4. EDS
5. Instrumen RTK
6. Dokumen RTK
7. Instrumen Supervisi Akademik Guru Yunior
8. Dokumen Perangkat Pembelajaran
9. Matrik Kajian Manajerial
10. Dokumen AKPK
11. Jurnal Kegiatan OJL
12. Daftar Hadir Kegiatan OJL
13. Foto Kegiatan
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 28 tahun 2010 tentang

Penugasan Guru Sebagai Kepala Sekolah/Madrasah, menyatakan bahwa

sistem penyiapan calon kepala sekolah/madrasah, proses pengangkatan

kepala sekolah/madrasah, masa tugas, Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB), Penilaian kinerja kepala sekolah/madrasah. Dalam

pasal 7 dinyatakan bahwa :

1. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah merupakan

kegiatan pemberian pengalaman pembelajaran teoritik maupun prakik

yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan pengetahuan, sikap dan

ketrampilan pada dimensi-dimensi kompetensi kepribadian, manajerial,

kewirausahaan, supervisi, dan sosial.

2. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah dilaksanakan

dalam kegiatan tatap muka dalam kurun waktu minimal 100 jam dan

praktik pengalaman lapangan dalam kurun waktu minimal 3 bulan

3. Pendidikan dan pelatihan calon kepala sekolah/madrasah dikoordinasikan

dan difasilitasi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai

kewenangannya.

4. Pendidikan dan pelatihan diakhiri dengan penilaian untuk mengetahui

pencapaian kompetensi calon kepala sekolah/madrasah.

5. Calon kepala sekolah/madrasah yang dinyatakan lulus penilaian diberi

sertifikat kepala sekolah/madrasah oleh lembaga penyelenggara.

1
2

6. Sertifikat kepala sekolah/madrasah dicatat dalam database nasional dan

diberi nomor unik oleh menteri atau lembaga yang ditunjuk.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 35 tahun 2010 tentang

Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa

efektivitas kepala sekolah dinilai angka kreditnya dalam kompetensi :

1) Kepribadian dan sosial

2) Kepemimpinan pembelajaran

3) Pengembangan sekolah dan madrasah

4) Manajemen sumber daya

5) Kewirausahaan sekolah/madrasah

6) Supervisi pembelajaran

Dimensi yang harus dikembangkan calon kepala sekolah/madrasah antara

lain dimensi keribadian. Sebagai pemimpin maka calon kepala sekolah/madrasah

harus belajar bagaimana menjadi pemimpin spiritual yang berbasis nilai,

sehingga dalam mengartikulasi visi masa depan dan kinerja mendasarkan atas

nilai-nilai bawahan. Dengan mengembangkan pola kepemimpinan yang bernilai

maka akan memberikan energi dan motivasi tinggi, komitmen, rasa percaya diri

kepada tem kerja. Selain itu calon kepala sekolah/madrasah juga harus

mengembangkan pola kepemimpinan yang melayani (servan leadership).

Pemimpin yang melayani juga menggambarkan tujuh kebiasaan positif meliputi

berfokus pada prinsip terus belajar, berorientasi pada layanan, percaya pada

orang lain, memancarkan energi positif, melihat kehidupan sebagai sebuah

petualangan, kehidupan yang seimbang, dan melakukan pembaruan diri .


3

Salah satu implementasi dari kepemimpinan spiritual adalah pemimpin yang

visioner. Calon kepala sekolah/madrasah yang memiliki jiwa kepemimpinan

visioner akan lebih mudah menentukan visi dalam hidupmnya, mengembangkan

model cinta altruistik dengan memberi perlindungan dan kepedulian terhadap

orang lain dalam memberi dan menerima tanpa syarat. Di samping itu juga

dibutuhkan hope/faith yang didasarkan pada nilai-nilai kepercayaan bahwa

sesuatu yang diharapkan pasti akan terjadi atau terwujud.

Dimensi kepemimpinan pembelajaran sebagi upaya memimpin para guru

agar mengajar lebih baik, yang pada gilirannya dapat memperbaiki prestasi

belajar siswanya. Untuk lebih efektif maka kepala sekolah dapat melibatkan para

pemangku kepentingan dalam mengelola sekolah dan memberikan dukungan

terhadap pembelajaran, dan melakukan pemantauan terhadap proses

pembelajaran sehingga dapat mengetahui kesulitan pembelajaran

Dimensi kompetensi kewirausahaan berdasarkan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional nomor 13 tahun 2007 tentang sandar kepala

sekolah/madrasah menyebutkan bahwa kepala sekolah/madrasah dituntut agar

menciptakan inovasi yangg beguna bagi pengembangan sekolah, bekerja keras

untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai oganisasi pembelajar yang efektif,

memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai pemimpin, pantang menyerah dan selalu mencari solusi

terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi, memiliki naluri kewirausahaan

dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta

didik. Hal ini didasari oleh Inpres No 4 tahun 1995 tanggal 30 Juni 1995 yang

menyatakan bahwa kewirausahaan diartikan sebagai semangat, sikap, perilaku

dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha dan atau kegiatan yang
4

mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi

dan produksi baru dengan mengingkatkan efisiensi dalam rangka memberikan

pelayanan yang lebih baik.

Out put dari kegiatan on the job learning adalah terwujudnya calon kepala

sekolah yang memiliki kemampuan naluri kewirausahaan dalam mengelola

kegiatan produksi dan jasa sekolah sebagai sumber belajar peserta didik.

Kondisi nyata Keadaan sekolah sendiri yang sesuai AKPK adalah pelaksanaan

dan pengelolaan unit produksi dan jasa dilakukan oleh tenaga kontrak atau mitra

kerja yang tidak melibatkan peserta didik. Sedangkan di sekolah magang 2

pelaksanaan dan pengelolaan unit produksi dan jasa melibatkan peserta didik

untuk belajar langsung berwirausaha sehingga situasi belajar mendekati kondisi

yang sesungguhnya seperti di dunia usaha.

Dimensi kompetensi yang harus dikembangkan oleh calon kepala sekolah

selain ketiga di atas adalah supervisi. Tugas pengawasan pembelajaran oleh

kepala sekolah dilakukan dalam bentuk kegiatan pemantauan, supervisi,

evaluasi dan laporan, sebagaimana dinyatakan dalam Permendikbud nomor 65

tahun 2013, tentang Standar Proses untuk Pendidikan Dasar dan Menengah.

Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru

mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar-mengajar demi

pencapaian tujuan pengajaran. Kondisi nyata di sekolah sendiri adalah supervisi

diserahkan kepada guru senior, sehingga hasil dari rekaman supervisi tidak

ditindaklanjuti oleh sekolah. Demikian juga dengan penerapan Kurikulum 2013

yang dalam penilaian masih dirasakan oleh sebagian besar guru. Terkait dengan

hal tersebut, maka calon kepala sekolah akan mengangkat tema tulisan yang

terkait dengan dimensi manajerial kepala sekolah. Dengan judul “Upaya


5

Meningkatkan Kepemimpinan Calon Kepala Sekolah dan Mengembangkan

Kemampuan Guru dalam Membuat Instrumen Penilaian Outentik Melalui

Kegiatan MGMP”

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan tema yang diangkat dalam laporan ini

adalah :

1. Meningktakan kompetensi calon kepala sekolah dalam melaksanakan tugas

kepemimpinan.

2. Meningkatkan kompetensi guru dalam proses pembelajaran melalui program

supervisi akademik.

3. Mengkatkan kompetensi guru dalam menyusun instrumen penilaian.

4. Meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah sebagai guru dalam

menyusun perangkat pembelajaran.

5. Meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah dalam menyusun dan

melaksanakan sembilan aspek manajerial.

6. Meningkatkan kompetensi akademik calon kepala sekolah melalui Analisis

Kebutuhan Pengembangan Kepemimpinan (AKPK)

C. Hasil yang Diharapkan

Berdasarkan hasil analisis AKPK dimensi kekurangan terletak pada

kewirausahaan sehingga hasil yang diharapkan setelah on the job learning ini

adalah :

1. Peningktan kompetensi calon kepala sekolah dalam melaksanakan tugas

kepemimpinan khususnya kewirausahaan.


6

2. Peningkatan kompetensi calon kepala sekolah dalam proses pembelajaran

melalui program supervisi akademik dan dalam pelaksanaan pra observasi,

observasi dan post observasi terhadap guru junior.

3. Peningkatan kompetensi guru dalam menyusun instrumen penilaian.

4. Peningkatan kompetensi calon kepala sekolah sebagai guru dalam

menyusun perangkat pembelajaran.

5. Peningkatan kompetensi calon kepala sekolah dalam menyusun dan

melaksanakan sembilan aspek manajerial.

6. Peningkatan kompetensi akademik calon kepala sekolah melalui Analisis

Kebutuhan Pengembangan Kepemimpinan (AKPK)


BAB II

KONDISI NYATA SEKOLAH MAGANG

A. Profil SMK Negeri 2 Kota Probolinggo

SMK Negeri 2 Kota Probolinggo terletak di Jalan Mastrip 153 Kecamatan

Kanigaran Kota Proboinggo. SMK Negeri 2 Kota Probolinggo didirikan tanggal 4

April 1967 yang waktu itu bernama Sekolah Teknik Menengah (STM)

Probolinggo. Dua tahun lalu SMK Negeri 2 Kota Probolinggo merupakan Rintisan

Sekolah Berstandar Internasional, sehingga sarana dan prasarana lengkap hal

ini merupakan daya dukung pengembangan sekolah sebagaimana tuntutan

Standar Nasional Pendidikan (SNP). Lahan yang dimiliki sekolah 3,4Ha dengan

40 ruang teori, tujuh bengkel praktik lengkap beserta peralatannya. Terdapat

tujuh program keahlian yaitu Program Keahlian Teknik Otomotif, Teknik

Pemesinan, Teknik Gambar Bangunan, Teknik Instalasi Listrik, Teknik

Elektronika Industri, Teknik Komputer Jaringan. Dan Teknik Ototronik.

Rombongan belajar di SMK Negeri 2 berjumlah 48 kelas dengan jumlah siswa

1500 siswa dengan guru pengajar 121 orang dan didukung tenaga administrasi

34 orang.

Sementara itu, untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya saing dan

pelayanan prima, SMK Negeri 2 Probolinggo telah bersertifikasi ISO 9001 : 2008

yang merupakan salah satu cara mengendalikan mutu sumberdaya manusia di

sekolah, sehingga akan terbiasa pada segala aktivitasnya terkendali dengan

suatu standar mutu dan bekerja taat azas.

Dengan upaya peningkatan penguasaan teknologi di SMK Negeri 2

Probolinggo, maka standarisasi sarana dan prasarana dalam bentuk

7
8

penambahan peralatan penunjang berupa pengembangan ruang perkantoran

yang sangat penting sebagai modal untuk bersaing dan pengakuan kepemilikan

standar mutu yang dituntut Institusi Nasional/Internasional.

SMK Negeri 2 merupakan sekolah yang peduli terhadap lingkungan sehingga

pada tahun 2011 mendapatkan predikat sekolah Adiwiyata, tahun 2014

mendapatkan pengahargaan Adiwiyata Mandiri. Dengan demikian penataan

lingkungan di SMK Negeri 2 dipertahankan sebagaimana tuntutan sekolah

adiwiyata.

Berdasarkan angket yang telah disebar, kinerja SMK Negeri 2 dilihat dari

pencapaian delapan standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Standar Isi

SMK Negeri 2 telah menggunakan dua kurikulum yaitu kurikulum sendiri

yang dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP

dengan mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat,

kondisi budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran (atau KTSP)

dan Kurikulum 2013. Mata pelajaran bahasa Jawa dan Pendidikan Lingkungan

Hidup adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan

sosial masyarakat yang ingin melestrasikan bahasa ibu dan sebagai pendukung

utama sekolah adiwiyata.

Kurikulum sekolah memuat 9 mata pelajaran muatan nasional wajib A

dan B, tiga mata pelajaran C (peminatan) dua mata pelajaran muatan lokal dan

tujuh mata pelajaran kompetensi jurusan. Jumlah jam yang ada di struktur

kurikulum 50 jam pelajaran/minggu dengan alokasi waktu mata pelajaran

Pendidikan Agama dan budi pekerti 3 jam, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 2 jam, Bahasa Indonesia 4 jam, Matematika 4 jam, Sejarah


9

Indonesia 2 jam, Bahasa Inggris 2 jam, Seni Budaya 2 jam, Prakarya dan

Kewirausahaan 2 jam, Pendidikan Jasmani ,Olahraga dan Kesehatan 3 jam,

Fisika 2 jam, Kimia 2 jam, Gambar Teknik 2 jam, muatan lokal Bahasa Daerah 2

jam, Pnedidikan Lingkungan Hidup 2 jam dan mata pelajaran kompetensi

kejuruan 18 jam. Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen

dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara 45 menit. Jumlah jam

pelajaran perminggu 50 jam.

Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan

pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang disediakan

diantaranya pembinaan kepramukaan (ekstra wajib), dan sepak bola, volly ball,

pencak silat, teater dan seni, PMR, pecinta alam, KIR, basket, panjat tebing,

band, tari.

2. Standar Proses

SMK Negeri 2 menerapkan dua kurikulum, kelas X, XI menggunakan

kurikulum 2013 dan kelas XII menggunakan KTSP. Untuk kelas XII silabus yang

dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan

pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri atau berkelompok oleh guru-

guru di sekolah sendiri. Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-

guru belum sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun masih ada

sebagian yang mencontoh silabus dari pusat dan sekolah-sekolah lain yang

serumpun dengan beberapa perbaikan-perbaikan dan penyesuaian dengan

tuntutan dunia kerja. Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus

kemudian dibagi ke dalam bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT)

dan kegiatan mandiri tidak terstruktur (KMTT).


10

Sedangkan yang kelas X dan XI menggunakan silabus yang sudah

ditetapkan berdasarkan Permendiknas nomor 60 tahun 2013. Guru-guru memiliki

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada

prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional

ataupun mata pelajaran muatan lokal berdasarkan Permendiknas no 103 tahun

2014. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan penyusunan RPP juga dilakukan

oleh guru-guru secara mandiri berdasarkan hasil pemikiran sendiri ataupun

kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, nilai-nilai, dan

norma-norma yang ada.

Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP

sebagian sudah menggunakan metode yang aktif, inspiratif, kreatif,

menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa. Untuk kelas X dan XI

sebagian besar sudah menggunakan metode saintifk.

Ketersediaan buku paket yang dibutuhkan siswa (kurikulum 2013)

sebagian besar sudah terpenuhi untuk mata pelajaran wajib A dan B, kecuali

mata pelajaran Kimia, Fisika yang belum ada buku paketnya, sehingga sebagian

besar guru dan siswa merasa kurang nyaman dalam belajar. Sedangkan buku

paket mata pelajaran kejuruan sebagian besar tidak tersedia dalam bentuk hard

copy sehingga siswa dan guru harus mencari sumber belajar dari internet.

Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,

pengawas, kepala SMK Negeri 2, melakukan supervisi dan evaluasi proses

pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala

dan berkelanjutan. Supervisi biasanya didelegasikan kepada guru senior untuk

melakukan supervisi, setelah itu belum ada tindak lanjut dari hasil supervisi

kelas. Sepervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah biasanya dilakukan


11

menjelang pencairan TPP, karena dari hasil supervisi tersebut dijadikan bahan

pertimbangan pencairan dana TPP. Supervisi oleh pengawas di Probolinggo

dikenal dengan istilah MONEV Pengawas.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran 2012/2013 dan

tahun 2013/2014 untuk masing-masing mata pelajaran berturut-turut Bahasa

Indonesia 7,03 dan 7,44 matematika,4.45 dan 5,00 serta Bahasa Inggris 6,00

dan 6,09, mata pelajaran kompetensi produktif 8,00 dan 8,31. Dapat dikatakan

bahwa hasil ini menggambarkan adanya peningkatan pencapaian kompetensi

siswa artinya siswa sudah memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam

mencapai target yang ditetapkan SKL.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Jumlah guru yang mencapai 121 orang dengan ijazah S1 sebanyak 102

dan 19 orang guru berijazah S2. Yang sudah bersertifikasi pendidik sebanyak 94

orang guru dan yang sudah memiliki sertifikat assesor kompetensi produktif dari

LSP sebanyak 4 orang guru. Jumlah tenaga administrasi sebanyak 34 orang

terdiri dari 25 orang berijazah SLTA, 1 orang berijazah D1, 2 orang berijazah D3

dan 6 orang berijazah S1.

5.Standar Sarana dan Prasarana

SMK Negeri 2 Kota Probolinggo memiliki lahan sendiri seluas 35.390M2,

dengan 40 ruang kelas teori dan 6 ruang teori yang sedang dibangun, Lab IPA 1

ruang, Lab bahasa 4 ruang, Lab komputer 2 ruang, Ruang multimedia 2 ruang,

Perpustakaan 1 ruang, Serba guna 2 ruang, UKS 1 ruang, Bengkel produktif 7

ruang besar, ruang display 1 ruang, Koperasi sekolah 1 ruang, ruang guru 7

ruang (guru produktif ruangan gurunya terdapat di bengkel masing-masing),


12

ruang TU 2 ruang, Kamar mandi/WC guru laki-laki 10 ruang, 4 guru

perempuan,kamar mandi/WC siswa laki-laki 15 ruang dan 7 ruang perempuan,

ruang KS 1 ruang, gudang 1 ruang, masjid 1, unit produksi 2 ruang, GOR 1

gedung. Peralatan praktik tersedia dengan mencukupi karena SMK Negeri 2

merupakan sekolah mantan RSBI.

6.Stadar Pengelolaan

Visi dan misi yang sudah ditetapkan di SMK Negeri 2 sudah

disosialisasikan ke seluruh warga sekolah melalui rapat dinas, ditempel di setiap

ruang, dan wajib disertakan di halaman awal perangkat pembelajaran setiap

guru. Dengan demikian visi dan misi sekolah sudah dipahami dan diupayakan

untuk diwujudkan oleh seluruh warga sekolah.

Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) dan rencana

kerja jangka menengah (RKJM) sudah disosialisasikan ke seluruh warga pada

saat rapat dinas. Namun untuk rencana kegiatan dan anggaran sekolah (RKAS)

disosialisasikan kepada seluruh ketua program keahlian dan waka belum ke

seluruh warga sekolah (hanya sekilas pada saat rapat pleno).

Pengumpulan dan pengolahan data sudah menggunakan sistem

informasi berbasis data ICT. Sebagian penyampaian materi pembelajaran

menggunakan sistem on line, bahkan tahun pelajaran 2014/2015 bagi siswa

yang praktik industri pembelajarannya menggunakan elearning. Untuk unjian

nasional tahun 2015 dilaksanakan dengan sistem ujian nasional computer based

tes (CBT).

Untuk mendukung pengelolaan di SMK Negeri 2 juga memberlakukan

sistem ISO 9001:2008, dengan demikian sistem yang dijalankan adalah sistem

standar yang sudah ditetapkan oleh ISO 9001:2008.


13

7. Standar Pembiayaan

SMK Negeri 2 Kota Probolinggo menyusun RKAS dengan melibatkan

seluruh komponen yang ada di sekolah ditambah stakeholder yang terdiri dari

komite sekolah dan industri berdasarkan azas keterwakilan. Dalam penyusunan

RKAS terlebih dahulu dilakukan penjaringan daftar kebutuhan masing-masing

subunit mulai dari kebutuhan kepegawaian, kesiswaan, humas, kurikulum,

sarana prasarana, dan manajemen ISO 9001:2008 serta pokja adiwiyata.

Sehingga dengan menjaring daftar kebutuhan dapat diketahui jumlah kebutuhan

dana yang dibutuhkan dalam jangka tahunan dan dipetakan jangka menengah.

Sumber-sumber dana yang dapat mendukung keberlangsungan sistem

diantaranya berasal dari dana rutin pemerintah, RBOS, RKB, BOS, CSR, kantin

sekolah, koperasi siswa, unit produksi dan jasa, komite. Pelaporan keuangan

yang dananya dari pemerintah cukup dilaporkan dengan mengirim laporan,

sedangkan dana yang berasal dari komite pelaporannya dilakukan secara tertulis

dan dibacakan dalam rapat dinas.

8. Standar Penilaian

Standar penilaian yang dilakukan di SMK Negeri 2 menggunakan 2

sistem. Sistem pertama menggunkan standar penilaian untuk KTSP dan yang

kedua menggunakan sistem penilaian berdasarkan Permendiknas nomor 104

tahun 2014 untuk kurikulum 2013. Sebagian guru mata pelajaran sudah

menyusun rencana penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh masing-masing

mata pelajaran diinformasikan kepada siswa, sedangkan yang menggunakan

Kurikulum 2013 KKM sudah ditentukan 2,67 sesuai SNP.


14

Guru melakukan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah, uji

kompetensi keahlian dan ujian nasional. Penilaian meliputi penilaian sikap,

pengetahuan dan keterampilan baik yang menggunakan Kurikulum KTSP

maupun Kurikulum 2013. Bagian penilaian inilah yang banyak dikeluhkan oleh

guru-guru, terutama dalam penyusunan instrumen penilaian. Guru merasa berat

untuk melakukan penilaian autentik, dengan alasan jumlah siswa dalam satu

kelas ada yang melebihi pagu dan masih harus melakukan pengamatan sikap

sambil mengajar. Sebagian besar guru belum terbiasa dengan tuntutan

Kurikulum 2013 dengan berbagai perangkat penilaian yang harus disiapkan.

Penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan untuk memantau proses,

kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan.

Penegasan tersebut termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

memiliki peran antara lain untuk membantu peserta didik mengetahui capaian

pembelajaran (learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh

pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh informasi tentang

kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar.

B. Profil SMK Negeri 1 Kota Probolinggo

SMKN 1 Probolinggo semula berstatus SMEA swasta yang berdiri dan

beroperasi sejak 1 Agustus 1960. Pemrakarsa berdirinya SMEA adalah guru-

guru SMEP Negeri Probolinggo. Hanya ada satu jurusan, yaitu Koperasi. Tempat

penyelenggaraan proses belajar mengajar masih menumpang pada SMEP

Negeri yang beralamat di Jl. Dr. Moh. Saleh No. 7 Probolinggo, dilaksanakan
15

pada sore hari. Perkembangan dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan

serta kemajuan diimbangi dengan respon masyarakat yang menyambut baik

keberadaan sekolah ini. Sampai pada akhirnya keberadaan sekolah ini dirasakan

sebagai suatu kebutuhan masyarakat, untuk itu beberapa tokoh masyarakat

mengusulkan agar SMEA Swasta ini dikembangkan menjadi SMEA Negeri.

Kendala yang terasa sangat besar pada waktu itu adalah belum memiliki gedung

sendiri.

SMK Negeri 1 Kota Probolinggo yang dulu dikenal dengan nama SMEA

Negeri Probolinggo merupakan sekolah kejuruan pertama bidang bisnis dan

manajemen yang berdiri di kota Probolinggo. Saat ini memiliki lima program

keahlian diantaranya Administrasi Perkantoran, Akuntansi, Pemasaran,

Perbankan, Rekayasa Perangkat Lunak Komputer. Sekolah yang berada di Jalan

Mastrip 357 Kelurahan Jrebeng Wetan Kecamatan Kedopok sekarang terkenal

dengan sebutan Sekolah Sahabat Bumi, nama penghargaan ini diperoleh karena

keberhasilan di sekolah Adiwiyata Mandiri berturut-turut samapai tahun ke tiga.

Untuk meningkatkan pelayanan dan mutu SMK Negeri 1 menggunakan

sistem pelayanan yang berbasis ISO 9001: 2008 sejak tahun 2008. Dengan

demikian tatanan sekolah dan pengadministrasian sudah distandarkan ISO

9001:2008. Visi sekolah ini Teja Tampil Bagai Berlian ( mencetak tenaga kerja

trampil, aktif, mandiri, profesional, berpengetahuan dan menguasahi teknologi,

berwawasan global, beriman serta berbudaya lingkungan).

Berdasarkan angket yang telah disebar, kinerja SMK Negeri 1 dilihat dari

pencapaian delapan standar pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut.


16

1. Standar Isi

SMK Negeri 1 menggunakan dua kurikulum yaitu kurikulum sendiri yang

dikembangkan dengan menggunakan panduan yang disusun BSNP dengan

mempertimbangkan karakter daerah, kebutuhan sosial masyarakat, kondisi

budaya, usia peserta didik, dan kebutuhan pembelajaran (atau KTSP) dan

Kurikulum 2013. Mata pelajaran bahasa Jawa dan Pendidikan Lingkungan Hidup

adalah mata pelajaran muatan lokal sekolah yang merupakan kebutuhan sosial

masyaraka yang ingin melestrasikan bahasa ibu dan sebagai pendukung utama

sekolah adiwiyata.

Kurikulum sekolah memuat 9 mata pelajaran muatan nasional wajib A

dan B, tiga mata pelajaran C (peminatan) dua mata pelajaran muatan lokal dan

tujuh mata pelajaran kompetensi jurusan. Jumlah jam yang ada di struktur

kurikulum 50 jam pelajaran/minggu dengan alokasi waktu mata pelajaran

Pendidikan Agama da budi pekerti 3 jam, Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan 2 jam, Bahasa Indonesia 4 jam, Matematika 4 jam, Sejarah

Indonesia 2 jam, Bahasa Inggris 2 jam, Seni Budaya 2 jam, Prakarya dan

Kewirausahaan 2 jam, Pendidikan Jasmani ,Olahraga dan Kesehatan 3 jam,

Fisika 2 jam, Kimia 2 jam, Gambar Teknik 2 jam, muatan lokal Bahasa Daerah 2

jam, Pendidikan Lingkungan Hidup 2 jam dan mata pelajaran kompetensi

kejuruan 18 jam. Pengembangan diri memperoleh alokasi waktu ekuivalen

dengan 2 jam pelajaran. Satu jam pelajaran setara 45 menit. Jumlah jam

pelajaran perminggu 50 jam.

Kegiatan ekstra kurikuler yang disediakan mengacu kepada kebutuhan

pengembangan pribadi siswa. Program kegiatan ektra kurikuler yang disediakan


17

diantaranya pembinaan kepramukaan (ekstra wajib), dan volly ball, pencak silat,

teater dan seni,PMR, pecinta alam, KIR, basket,panjat tebing, band, tari, debat.

2. Standar Proses

SMK Negeri 1 menerapkan dua kurikulum, kelas X, XI menggunakan

kurikulum 2013 dan kelas XII menggunakan KTSP.Untuk kelas XII silabus yang

dikembangkan oleh guru-guru berdasarkan Standar Isi (SI), Standar Kompetensi

Lulusan (SKL), dan panduan penyusunan KTSP. Kegiatan penyusunan dan

pengembangkan silabus dilakukan secara mandiri atau berkelompok oleh guru-

guru di sekolah sendiri. Diakui bahwa silabus yang dikembangkan oleh guru-

guru belum sepenuhnya berasal dari hasil pemikiran sendiri namun sebagian

masih mencontoh silabus dari sekolah-sekolah lain yang serumpun dengan

beberapa perbaikan-perbaikan dan penyesuaian dengan tuntutan dunia kerja.

Kegiatan pembelajaran yang dirancang dalam silabus kemudian dibagi ke dalam

bentuk tatap muka (TM), penugasan terstruktur (PT) dan kegiatan mandiri tidak

terstruktur (KMTT).

Sedangkan yang kelas X dan XI menggunakan silabus yang sudah

ditetepkan berdasarkan Permendiknas nomor 60 tahun 2013. Guru-guru memiliki

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun berdasarkan pada

prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran baik mata pelajaran muatan nasional

ataupun mata pelajaran muatan lokal. Seperti halnya dengan silabus, kegiatan

penyusunan RPP juga dilakukan oleh guru-guru secara mandiri. RPP yang

disusun guru sebagian masih meng-copy paste RPP sekolah lain dalam satu

MGMP kota dengan beberapa perubahan-perubahan. Namun tentu ada juga

beberapa guru yang telah menyusun RPP berdasarkan hasil pemikiran sendiri
18

ataupun kelompok dengan memperhatikan lingkungan sekolah atau siswa, nilai-

nilai, dan norma-norma yang ada.

Metode pembelajaran yang dirancang guru-guru dalam silabus dan RPP

sebagian sudah menggunakan metode yang aktif, inspiratif, kreatif,

menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa. Untuk kelas X dan XI

sebagian besar sudah menggunakan metode saintifk.

Ketersediaan buku paket yang dibutuhkan siswa (Kurikulum 2013)

sebagian besar sudah terpenuhi untuk mata pelajaran wajib A dan B, kecuali

mata pelajaran Fisika yang buku paketnya masih terbatas dan tidak sesuai

dengan kebutuhan, dan buku bahasa daerah yang sama sekali tidak ada

sehingga sebagian besar guru dan siswa merasa kurang nyaman dalam belajar.

Sedangkan buku paket mata pelajaran kejuruan sebagian besar tidak tersedia

sehingga siswa dan guru harus mencari sumber belajar dari internet.

Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan proses pembelajaran di kelas,

pengawas, kepala SMK Negeri 2, melakukan supervisi dan evaluasi proses

pembelajaran. Hanya saja kegiatan supervisi belum dilakukan secara berkala

dan berkelanjutan. Supervisi biasanya didelegasikan kepada guru senior untuk

meakukan supervisi, setelah itu tidak ada tindak lanjut dari hasil supervisi kelas.

Sepervisi yang dilakukan oleh pengawas sekolah biasanya dilakukan menjelang

pencairan TPP, karena dari hasil supervisi tersebut dijadikan bahan

pertimbangan pencairan dana TPP. Supervisi oleh pengawas di Probolinggo

dikenal dengan istilah MONEV Pengawas.

3. Standar Kompetensi Lulusan

Perolehan rata-rata nilai ujian nasional tahun pelajaran tahun 2013/2014

untuk masing-masing mata pelajaran berturut-turut Bahasa Indonesia 7,89


19

matematika 5.65, serta Bahasa Inggris 6,76 , mata pelajaran kompetensi

produktif 8,50. Dapat dikatakan bahwa hasil ini menggambarkan adanya upaya

pencapaian di atas rata-rata yang ditentukan pemerintah untuk patokan

kelulusan dan pencapaian kompetensi siswa artinya siswa sudah

memperlihatkan kemajuan yang lebih baik dalam mencapai target yang

ditetapkan SKL.

4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Jumlah guru yang mencapai 89 orang dengan ijazah S1 sebanyak 83

dan guru berijazah S2 sebanyak 6 orang. Yang sudah bersertifikasi pendidik

sebanyak 60 orang guru dan yang sudah memiliki sertifikat assesor kompetensi

produktif dari LSP sebanyak 5 orang guru. Jumlah tenaga administrasi sebanyak

20 orang terdiri dari 1 orang berijazah SD, 1 orang berijazah SMP, 16 orang

berijazah SLTA, dan 2 orang berijazah S1.

5.Standar Sarana dan Prasarana

SMK Negeri 1 Kota Probolinggo memiliki lahan sendiri seluas 16265 M2,

dengan 30 ruang kelas teori, Lab IPA 1 ruang, Lab bahasa 1 ruang, Lab

komputer 4 ruang, Ruang multimedia 1 ruang, Perpustakaan 3 ruang, Serba

guna 1 ruang, UKS 1 ruang, Bengkel produktif 3 ruang besar, ruang display 1

ruang, ruang toko 3, Koperasi sekolah 1 ruang, ruang guru 6 ruang (guru

produktif ruangan gurunya terdapat di bengkel masing-masing), ruang TU 2

ruang,ruang OSIS 1 ruang, Kamar mandi/WC guru laki-laki 2 ruang, 3 guru

perempuan, kamar mandi/WC siswa laki-laki 2 ruang dan 5 ruang perempuan,

ruang KS 1 ruang, gudang 7 ruang, masjid 1, unit produksi 2 ruang, GOR 1

ruang Peralatan praktik tersedia dengan mencukupi karena SMK Negeri 1

merupakan sekolah Pertamina Foundation.


20

6.Stadar Pengelolaan

Visi dan misi yang sudah ditetapkan di SMK Negeri 1 sudah

disosialisasikan ke seluruh warga sekolah melalui rapat dinas, ditempel di setiap

ruang, dan wajib disertakan di halaman awal perangkat pembelajaran setiap

guru. Dengan demikian visi dan misi sekolah sudah dipahami dan diupayakan

untuk diwujudkan oleh seluruh warga sekolah.

Rencana kerja sekolah (RKS), rencana kerja tahunan (RKT) dan rencana

kerja jangka menengah (RKJM) sudah disosialisasikan ke seluruh warga pada

saat rapat dinas. Pengumpulan dan pengolahan data sudah menggunakan

sistem informasi berbasis data ICT. Namun sebagian penyampaian materi

pembelajaran belum menggunakan sistem on line. ICT digunakan untuk sumber

informasi kepada komite dengan jalur sms.

Untuk mendukung pengelolaan di SMK Negeri 1 juga memberlakukan

sistem ISO 9001:2008, dengan demikian sistem yang dijalankan adalah sistem

standar yang sudah ditetapkan oleh ISO 9001:2008.

7. Standar Pembiayaan

SMK Negeri 1 Kota Probolinggo menyusun RKAS dengan melibatkan

seluruh komponen yang ada di sekolah ditambah stakeholder yang terdiri dari

komite sekolah, Pertamina dan industri berdasarkan azas keterwakilan. Dalam

penyususnan RKAS terlebih dahulu dilakukan penjaringan daftar kebutuhan

masing-masing subunit mulai dari kebutuhan kepegawaian, kesiswaan, humas,

kurikulum, sarana prasarana, dan manajemen ISO 9001:2008 serta pokja

adiwiyata dan sekolah sahabat bumi. Sehingga dengan menjaring daftar

kebutuhan dapat diketahui jumlah kebutuhan dana yang dibutuhkan dalam

jangka tahunan dan dipetakan jangka menengah.


21

Sumber-sumber dana yang dapat mendukung keberlangsungan sistem

diantaranya berasal dari dana rutin pemerintah, RBOS, RKB, BOS, CSR, kantin

sekolah, koperasi siswa, unit produksi dan jasa, komite, teaching factory dan

bisnis center. Pelaporan keuangan yang dananya dari pemerintah cukup

dilaporkan dengan mengirim laporan, sedangkan dana yang berasal dari komite

pelaporannya dilakukan secara tertulis dan dibacakan dalam rapat dinas.

8. Standar Penilaian

Standar penilaian yang dilakukan di SMK Negeri 1 menggunakan 2

sistem. Sistem pertama menggunkan standar penilaian untuk KTSP dan yang

kedua menggunakan sistem penilaian berdasarkan Permendiknas nomor 104

tahun 2014 untuk Kurikulum 2013. Sebagian guru mata pelajaran sudah

menyusun rencana penilaian berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi

dasar. Kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan oleh masing-masing

mata pelajaran diinformasikan kepada siswa, sedangkan yang menggunakan

Kurikulum 2013 KKM sudah ditentukan 2,67 sesuai SNP.

Guru melakukan penilaian melalui pelaksanaan ulangan harian, ulangan

tengah semester, ulangan akhir semester, kenaikan kelas, ujian sekolah dan

ujian nasional. Penilaian meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan

baik yang menggunakan Kurikulum KTSP maupun Kurikulum 2013. Bagian

penilaian inilah yang banyak dikeluhkan oleh guru-guru, terutama dalam

penyusunan instrumen penilaian. Guru merasa berat untuk melakukan penilaian

autentik, dengan alasan jumlah siswa dalam satu kelas ada yang melebihi pagu

dan masih harus melakukan pengamatan sikap sambil mengajar. Sebagian

besar guru belum terbiasa dengan tuntutan Kurikulum 2013 dengan berbagai

perangkat penilaian yang harus disiapkan.


22

Penilaian hasil belajar oleh guru dilakukan untuk memantau proses,

kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar siswa secara berkesinambungan.

Penegasan tersebut termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun

2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

memiliki peran antara lain untuk membantu peserta didik mengetahui capaian

pembelajaran (learning outcomes). Berdasarkan penilaian hasil belajar oleh

pendidik, pendidik dan peserta didik dapat memperoleh informasi tentang

kelemahan dan kekuatan pembelajaran dan belajar.


BAB III

PELAKSANAAN TINDAK KEPEMIMPINAN

A. Pelaksanaan Rencana Tindak Kepemimpinan

Sudah tahun ke dua pemberlakuan Kurikulum 2013 sehingga menuntut

guru untuk cepat membenahi dan merevisi perangkat pembelajaran. Sosialisasi

dilakukan demi suksesnya pelaksanaan kurikulum 2013, guru-guru diikutkan

dalam pendidikan dan IHT, baik di tingkat nasional, provinsi, maupun kabupaten /

kota, bahkan ke tingkat kecamatan.

Perencanaan proses pembelajaran ( RPP) di sekolah dikembangkan oleh

guru-guru berdasarkan standar isi (SI), standar kompetensi lulusan (SKL), dan

panduan penyusunan kurikulum. Kegiatan penyusunan RPP dilakukan secara

mandiri ataupun berkelompok dalam pertemuan MGMP. RPP dikembangkan

oleh guru-guru yang berasal dari pemikiran sendiri namun sebagian masih

mencontoh dari sekolah lain dengan beberapa penyesuaian. Guru-guru di SMK

Negeri 2 kota Probolinggo memiliki rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

yang disusun berdasarkan pada prinsip-prinsip perencanaan pembelajaran.

Pada kenyataannya guru-guru merasa kesulitan dalam menyusun

instrumen penilaian dalam kurikulum 2013 yang menuntut penilaian sikap,

pengetahuan, ketrampilan secara autentik. Kesulitan tersebut terbukti dari tidak

semua guru melaksanakan penilaian autentik yang dirasa begitu banyak

perangkat/instrumen yang harus disiapkan. Demikian juga guru-guru juga

mengalami kesulitan untuk menentukan jenis penilaian yang paling tepat untuk

mengukur keberhasilan belajar peserta didik pada KI 3 dan KI 4. Keterampilan

23
24

dalam memilih instrumen juga menjadi hambatan dalam melaksanakan penilain

autentik.

Dengan kondisi di atas maka selaku peserta diklat calon kepala sekolah

akan mengangkat tema “Upaya Meningkatkan Kepemimpinan Calon Kepala

Sekolah dan Mengembangkan Kemampuan Guru dalam Membuat Instrumen

Penilaian Outentik Melalui Kegiatan MGMP”

Rencana Tindak Kepimpinan dilaksanakan dengan dua siklus dengan

tahapan siklus : (a) persiapan, (b) pelaksanaan, (c) monitoring dan evaluasi, (d)

refleksi

a. Siklus Pertama

Sebelum pelaksanaan kegiatan MGMP maka calon kepala sekolah

membantu waka kurikulum membuat proposal kegiatan yang kebetulan

bersamaan dengan program sekolah cluster dalam pengembangan Kurikulum

2013. Siklus pertama akan dilakukan IHT dalam upaya meningkatkan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik . Peserta pendampingan adalah

guru-guru yang ada di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo yang belum pernah

mengikuti kegiatan pendampingan Kurikulum 2013. Tahap yang dilakukan

adalah :

a. Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan calon kepala sekolah untuk kegiatan RTK

adalah

1) Melakukan koordinasi dengan kepala sekolah bahwa calon kepala sekolah

mempunyai program pengembangan kompetensi kepemimpinan untuk

meningkatkan kompetensi guru dalam membuat instrumen penilaian.

Bersama dengan kepala sekolah mengadakan koordinasi dengan waka


25

kurikulum untuk menyelaraskan program calon kepala sekolah dengan

program sekolah yang juga akan mengadakan program pendampingan

pengembangan Kurikulum 2013 sebagai sekolah cluster.

2) Bersama dengan waka kurikulum menyusun program pendampingan

berdasarkan petunjuk teknis pengembangan Kurikulum 2013 , menyusun

jadwal pelaksanaan siklus 1 dimulai tanggal 20 dan 21 Februari 2015 ; siklus

2 dilaksanakan tanggal 23 dan 24 Februari 2015, dan tempat/ kelas yang

digunakan untuk pelaksanaan pendampingan . Kelas yang digunakan untuk

pendampingan dikoordinasikan dengan waka sarana sehingga dalam

pelaksanaan pendampingan tidak menggangu kelas yang ditempati siswa

belajar.

3) Calon kepala sekolah menyusun buku panduan pelaksanaan pendampingan

kemudian menyerahkannya kepada Ka TAS untuk digandakan.

4) Calon kepala sekolah membuat dan menyiapkan instrumen kegiatan yang

akan digunakan untuk pretes, pos tes dan kemudian diserhkan kepada Ka

TAS untuk digandakan sejumlah 30 eksemplar.

5) Bersama waka kurikulum calon kepala sekolah menyiapkan kurikulum, buku

sumber dan berkoordinasi dengan penanggung jawab ICT untuk

pelaksanaan pendampingan khusus materi erapor

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan RTK I yaitu melakukan

pendampingan berupa IHT untuk meningkatkan kompetensi guru dalam

pembelajaran dengan pendekatan saintifik di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo.

Pendampingan dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Pemberi materi

adalah pengawas pembina SMK . Materi yang disampaikan masih bersifat


26

penilaian secara umum. Calon kepala sekolah yang juga merangkap sebagai

pemateri menyampaikan materi khusus penilaian di mata pelajaran Bahasa

Indonesia. Lama waktu pendampingan dua hari. Langkah ini sangat tepat

diberikan untuk merefresh dalam menghadapi pekerjaan baru, menghadapi

masalah prestasi kerja, atau yang menginginkan pembinaan kerja untuk

keberhasilan lebih lanjut. Tujuannya adalah untuk memperkuat dan menambah

kinerja yang telah berhasil atau memperbaiki kinerja yang bermasalah dan

menambah wawasan pengetahuan tentang pendekatan saintifik yang akan dan

sedang dihadapi berkenaan dengan diberlakukannya kurikulum 2013.

Karena peserta pendampingan merupakan guru yang belum pernah

mengikuti pendampingan Kurikulum 2013 maka calon kepala sekolah yang

merangkap sebagai pemateri dalam mendampingi dan membimbing guru dengan

sabar, telaten, dan harus mau diajak berdiskusi baik di dalam jam pendampingan

maupun di luar jam pendampingan. Pendampingan merupakan sarana untuk

mengoptimalkan sasaran yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan peluang

dan menghilangkan hambatan yang dapat mengganggu pencapaian kinerja,

sehingga dalam pendampingan diperlukan ketelatenan dan rela berbagi ilmu

demi suksesnya tujuan yang akan dicapai. Pendampingan menjadi alat yang

penting dalam proses pengembangan kepribadian dan keprofesionalan

seseorang, sehingga seorang pemimpin diharapkan mampu menjadi pelatih dan

sekaligus memberi contoh yang baik kepada mitra kerja dan dekat dalam

pemberian materi, dengan demikian dapat menampung keluhan guru. Pada

tahap siklus 1 setelah pemberian materi secara umum, kelas dibagi dalam tiga

kelompok mata pelajaran yaitu kelompok mata pelajara ujian nasional yang terdiri

dari Bahasa Indonesia, matematika, dan Bahasa Inggris, kelompok kedua terdiri
27

dari mata pelajaran sejarah, PPKN, seni budaya, dan prakarya, sedangkan

kelompok yang ketiga yaitu mata pelajaran penjaskes, kimia, dn fisika. Dalam

kegiatan ini calon kepala sekolah sebagai pemateri menyampaian materi

penilaian pendidik. Setelah itu yang dilakukan guru adalah membuat instrumen

penilaian kinerja. Instrumen yang dibuat meliputi instrumen penilaian sikap,

pengetahuan, dan ketrampilan. Instrumen penilaian sikap meliputi penilaian diri

sendiri (self assesment) dan penilaian antarteman (peer assesment).

c. Monitoring dan Evaluasi

Tahap monitoring dan evaluasi pelaksanaan RTK I, guru yang menjadi

peserta pendampingan melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan

RTK I. Angket yang disebar sejumlah 30 eksemplar masing-masing mata

pelajaran diberi 3 angket. Sebelum melakukan pengisian instrumen diberikan

penjelasan tentang cara pengisian instrumen. Dijelaskan pula apapun yang

diisikan tidak mempengaruhi penilaian kinerja mereka. Berdasarkan analisis hasil

pelaksanaan pendampingan yang dilakukan pada pelaksanaan RTK 1 melalui

pengisian instrumen monev 1 dan penyusunan perangkat penilaian setelah

mengikuti pendampingan siklus pertama mulai dari 40 % menjadi 73,8 %.

Peningkatan kompetensi sebesar 33,8 % menunjukkan adanya hasil upaya calon

kepala sekolah sebagai manajer dalam melakukan pendampingan dan

melakukan tugasnya mengembangkan kompetensi guru. Sedangkan hasil dari

instrumen pelaksanaan jalannya Diklat pendampingan pembuatan instrumen

penilaian 79,1%. Hasil dari peningkatan dapat dilihat di tabel 3.1


28

TABEL 3.1

RENCANA TINDAK KEPEMIMPINAN SIKLUS 1

PENDAMPINGAN PEMBUATAN PENILAIAN KURIKULUM 2013

SMK NEGERI 2 KOTA PROBOLINGGO


9
8
7
6
5
4 PRETES
3
POSTES
2
1 PELAKSANAAN
0

d. Refleksi

Kegiatan RTK 1 yang dilakukan calon kepala sekolah berkaitan dengan

upaya peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran dengan pendekatan

saintifik melalui kegiatan pendampingan di SMK Negeri 2 Kota Probolinggo,

menemukan beberapa hal yang menjadi sesuatu yang bermakna. Guru sebelum

pendampingan belum memahami komponen penilaian berdasarkan

Permendiknas 104 tahun 2014, setelah pendampingan guru sudah memahami

komponen- komponen penilaian yang harus tertuang dalam RPP Kurikulum 2013

dan cara menyusunnya sehingga siap untuk mengembangkan pembelajaran di

kelasnya.

b. Siklus Kedua
29

Berdasarkan hasil pelaksanaan RTK 1 diperoleh bahwa guru masih memiliki

kompetensi yang kurang pada kompetensi membuat berbagai fariasi instrumen

penilaian sikap. Untuk itu pada rancangan RTK 2 akan difokuskan pada usaha

pendampingan pembuatan berbagai farian instrumen penilaian sikap.

a. Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap persiapan tindakan siklus 2 antara lain :

1) Memilih beberapa guru/ketua program keahlian yang memiliki kompetensi

lebih dan meminta kesediaannya untuk diberdayakan membantu calon

kepala sekolah dalam melakukan pendampingan terhadap rekan-rekannya

berdasarkan kompetensi yang perlu ditingkatkan, karena ketua program

keahlianlah yang mengetahui kebutuhan instrumen penilaian sikap.

2) Menyusun instrumen monitoring dan evaluasi pelaksanaan tindakan siklus

2. Dalam penyusunan instrumen ini disamakan dengan instrumen siklus 1

karena calon kepala sekolah ingin mengetahui tingkat perkembangan

pemahaman materi penilaian yang dipartikkan oleh guru peserta

pendampingan.

3) Menentukan jadwal pelaksanaan pendampingan siklus 2 yang

dilaksanakan tanggal 23 dan 24 Februari 2015, tempat pelaksanaan

pendampingan menggunkan ruangan laboratorium TIK.

4) Bersama dengan pengelola ICT menyiapkan kebutuhan sofware untuk

mendukung berlangsungnya pelaksanaan materi sistem pelaporan yang

menggunakan erapor
30

b. Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada pelaksanaan RTK 2 yaitu melakukan

pendampingan guru berdasarkan kompetensi keahlian di jurusan masing-masing,

sehingga calon kepala sekolah dibantu 6 ketua jurusan untuk mendampingi guru-

guru. Pembimbingan selama 6 jam dilakukan sesuai dengan waktu yang

ditentukan. Pemberi materi pendamping adalah teman sejawat (semua ketua

jurusan masing-masing). Lama waktu pendampingan ditetapkan dua hari. Materi

pendampingan pembuatan instrumen penilaian portofolio untuk penilaian

keterampilan. Dalam pendampingan siklus 2 ini difokuskan pada bagaimana cara

merangkai kumpulan nilai sehingga dapat terbentuk menjadi penilaian portofolio.

Sistem pembuatan portofolio masing-masing guru berbeda sehingga perlu ada

kesamaan persepsi dan kesamaan format sehingga hasil format yang sudah

disepakati nantinya dimajukan ke Top Manajemen dan Wakil Manajemen Mutu

ISO 9001:2008 untuk disahkan menjadi format baku.

Tugas guru setelah mengambil penilaian peserta didik pastilah membuat

pelaporannya dalam wujud nilai kompetensi yang nantinya akan dimasukkan

dalam rapor, untuk itu dalam pendampingan ini juga dimasukkan materi

pendampingan pengoperasian e-rapor juga. Erapor ini sudah diberlakukan pada

saat semester satu, namun setelah dievaluasi masih banyak guru yang sistem

kerjanya memasukkan nilai dalam erapor dilakukan sekaligus pada saat akhir

semester. Dengan demikian dalam memasukkan nilai guru merasa berat karena

begitu banyaknya data yang harus dimasukkan. Dalam pendampingan ini calon

kepala sekolah bersama dengan tem ICT dan guru TIK memandu guru untk

memasukkan nilai per KD dalam erapor, sehingga pada akhir semester dua nanti
31

guru tinggal memasukkan nilai akhir dari KD yang terakhir yang belum

dimasukkan dalam data erapor.

c. Monitoring dan Evaluasi

Tahap monitoring dan evaluasi pelaksanaan RTK 2, guru yang menjadi

peserta pendamingan melakukan pengisian instrumen monev pelaksanaan RTK

2. Sebelum melakukan pengisian instrumen perlu penjelasan cara pengisian

instrumen. Dijelaskan pula bahwa hasil instrumen monev tidak mempengaruhi

penilaian kinerja mereka. Berdasarkan analisis hasil pelaksanaan pendampingan

dalam MGMP sekolah, melalui pengisian instrumen monev 2 dan pembelajaran

setelah mengikuti pedampingan siklus pertama dari 73,8% menjadi 87,5%.dan

instrumen pelaksanaan pendampingan dari 79,1% menjadi 85% sudah termasuk

kategori kompetensi yang baik. Peningkatan kompetensi sebesar 13,7%

menunjukkan adanya hasil upaya calon kepala sekolah sebagai manajer dalam

melakukan pendampingan dan melakukan tugasnya mengembangkan

kompetensi guru. Hasil peningkatan dapat dilihat dalam tabel 3.2.

Tabel 3.2 Siklus 2

10
9
8
7
6
5
4 Pretes
3
2 Postes
1
Pelaksanaan
0
32

d. Refleksi

Kegiatan RTK 2 yang dilakukan calon kepala sekolah berkaitan dengan

upaya peningkatan kompetensi guru dalam membuat instrumen penilaian dalam

pembelajran dengan menggunakan pendekatan saintifik melalui kegiatan

pendampingan MGMP sekolah, menjadi sangat bermakna karena masing-

masing guru merasa terbantu dengan formulasi penyusunan instrumen yang

telah dibuat bersama dibanding tahun lalu yang instrumen penilaian dibuat oleh

guru sendiri-sendiri. Selain itu antarguru juga dapat bertukar pendapat dan

pengalaman menghadapi dan menyikapi tuntutan penilaian autentik yang

terkenal dengan banyak macam penilaiannya.

B. Observasi Guru Yunior

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 28 Tahun 2010, tentang

penugasan guru sebagai kelapa sekolah, menyatakan bahwa pendidikan dan

pelatihan calon kepala sekolah adalah suatu tahapan dalam proses penyiapan

calon kepala sekolah melalui pemberian pengalaman pembelajaran teori maupun

praktik tentang kompetensi kepala sekolah yang diakhiri dengan penilaian sesuai

standar nasional. Melakukan supervisi akademik pada kegiatan on the job

learning terhadap guru yunior merupakan implementasi pemberian pengalaman

pembelajaran praktik pengembangan kompetensi supervisi calon kepala sekolah.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor

13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah disebutkan bahwa salah satu

kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah kompetensi supervisi

dengan subkompetensi sebagai berikut :

1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan

profesional guru.
33

2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan

pendekatan dan teknik supervisi yang tepat.

3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka

peningkatan profesionalisme guru.

Kegiatan utama pendidikan di sekolah adalah pembelajaran, yang

bertujuan untuk mencapai hasil belajar semaksimal mungkin. Untuk mencapai

tujuan tersebut, maka perlu didukung oleh sejumlah komponen sekolah. Satu di

antara komponen yang memegang peranan penting adalah kepala sekolah

dalam konteks pembelajaran, kepala sekolah memiliki peranan sebagai calon

kepala sekolah. Karena itu, kepala sekolah harus memiliki kompetensi supervisi,

peranan calon kepala sekolah dilaksanakan untuk menyupervisi pekerjaan yang

dilakukan oleh guru.

Supervisi pada hakikatnya dilakukan oleh kepala sekolah yang berperan

sebagai calon kepala sekolah, tetapi dalam sistem organisasi pendidikan modern

diperlukan calon kepala sekolah khusus yang independen (seperti audit ISO

9000:2008), demi terciptanya objektivitas dalam pembinaan dan pelaksanaan

tugasnya. Setiap kepala sekolah harus memiliki dan menguasai konsep supervisi

akademik yang meliputi : pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan

dimensi-dimensi substansi supervisi akademik. Sasaran supervisi akademik

adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang terdiri dari materi

pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan RPP, pemilihan

strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan teknologi informasi

dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran. Namun, jika

supervisi dilakukan oleh kepala sekolah, maka hasilnya harus mampu

melaksanakan berbagai pengawasan untuk meningkatkan kinerja guru.


34

Pengawasan merupakan sarana kontrol agar kegiatan pendidikan di sekolah

terarah pada tujuan yang telah ditetapkan.

Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah antara lain adalah : (a)

membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/metode/teknik

pembelajaran/ bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa,

(b) membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/bimbingan (di

kelas, laboratorium, dan /atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi

siswa, (c) membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan

menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran, dan (d) memotivasi

guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.

Sasaran utama supervisi akademik adalah kemampuan guru dalam

merencanakan kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran,

menilai hasil pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan

layanan pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan,

memanfaatkan sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi

pembelajaran (strategi, metode, teknik) yang tepat.

Tujuan pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru yunior bagi peserta

diklat calon kepala sekolah adalah :

1. Mengembangkan kompetensi supervisi akademik,

2. Melatih kemampuan melaksanakan supervisi akademik,

3. Melatih kemampuan mengidentifikasi permasalahan guru yunior dalam

mengelola pembelajaran kemudian melakukan tindak lanjut dalam rangka

meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya.

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru

yunior bagi peserta diklat calon kepala sekolah adalah :


35

1. Mampu mengembangkan kompetensi supervisi akademik,

2. Mampu melaksanakan supervisi akademik,

3. Mampu mengidentifikasi permasalahan guru yunior dalam mengelola

pembelajaran kemudian melakukan tindak lanjut dalam rangka

meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya.

Guru pertama yang dipilih untuk disupervisi adalah Widya

Paramita,S.Pd. Guru tersebut adalah guru berijazah bahasa Inggris namun

mengajar bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya perubahan struktur

kurikulum sehingga sebagian besar guru bahasa Inggris kekurangan jam

mengajar. Di samping itu guru tersebut selama dua tahun fakum tidak mengajar

dikarenakan tugas belajar. Supervisi akademik terhadap guru yunior 1

dilaksanakan di kelas X Teknik Kendaraan Ringan(TKR) 2. Teknik supervisi yang

digunakan adalah teknik supervisi individual yaitu melaksanakan supervisi

perseorangan terhadap guru yunior. Calon kepala sekolah hanya berhadapan

dengan seorang guru. Pelaksanaan supervisi ini dilaksanakan dengan cara calon

kepala sekolah datang ke kelas untuk mengobservasi guru yunior. Guru kedua

yang disupervisi adalah Dwi Nur Hidayati,S.Pd. Guru masih berstatus guru tidak

tetap dan berijazah matematika namun mengajar bahasa Indonesia.

Tahapan pelaksanaan supervisi terdiri dari tiga tahap, yaitu :

1. Tahap perencanaan

Pada tahap ini calon kepala sekolah merencanakan waktu, sasaran, dan

cara mengobservasi selama kunjungan kelas untuk guru yunior 1, sedangkan

untuk guru yunior 2 dilaksanakan tanggal 25 – 31 Maret 2015. Waktu yang sudah

disepakati untuk observasi perangkat pembelajaran guru yunior 1 tanggal 21-24

Februari 2015, observasi supervisi kelas hari Selasa tanggal 23 Februari 2015.
36

Untuk supervisi kelas dilaksanakan hari Selasa tanggal 3 Maret 2015. Dan untuk

tidak lanjut hasil supervisi tanggal 10 Maret 2015.

2. Tahap pelaksanaan Observasi Guru Yunior 1

Pada tahap ini dibagi menjadi tiga kegiatan, yaitu :

a. Pra-Observasi

Calon kepala sekolah menghubungi guru yunior yang akan diobservasi

dan menyiapkan sejumlah instrumen yang akan digunakan pada pelaksanaan

onservasi di antaranya : (1) instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran, (2)

instrumen observasi kelas, (3) daftar pertanyaan setelah observasi, dan (4)

format tindak lanjut hasil supervisi. Selanjutnya melakukan pertemuan dengan

guru yunior yang akan diobservasi. Pada pertemuan pertama calon kepala

sekolah meminta perangkat pembelajaran untuk dilihat kesesuaian dan meminta

kesediaan guru yunior untuk diobservasi proses pembelajarannya. Pra observasi

ini calon kepala sekolah ikut masuk kelas untuk orientasi dan mengamati

langsung terjadinya proses pembelajaran.

b. Observasi

. Calon kepala sekolah mengamati jalannya proses pembelajaran

berlangsung, dengan melihat administrasi yang telah dipersiapkan oleh guru

yunior dalam pelaksanaan observasi di antaranya : Silabus, RPP, bahan ajar,

alat peraga atau media dan penilaian yang akan digunakan.

Supervisi dilakukan dua tahap yaitu guru kelas X TKR 2 yang

menggunakan Kurikulum 2013. Pada tahap ini calon kepala sekolah melakukan

observasi langsung ke kelas XTKR2 tempat guru yunior melangsungkan proses

belajar mengajar sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Pelaksanaan

observasi dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan (setiap pertemuan 2 x 45


37

menit). Calon kepala sekolah melakukan pengamatan langsung pelaksanaan

pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan penutup.

Observasi dilakukan pada guru yunior Widya Paramita,S.Pd. di kelas

XTKR2. Pada pertemuan pertama, dengan mengacu pada RPP yang disusun

guru. Pada kegiatan awal, ketua kelas menyiapkan teman-temannya untuk

berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing. Guru memberikan

salam, namun lupa tidak melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. Guru

memotivasi siswa dalam mengawali kegiatan pembelajaran. Kemudian guru

lupa menyampaikan tujuan yang diharapkan pada pembelajaran hari ini.

Selanjutnya, pada kegiatan inti guru menjelaskan materi pelajaran. Pada

kegiatan inti di RPP dituliskan pendekatan saintifik, namun dalam

pelaksanaannya guru mendominasi berceramah dengan dibantu slide. Pada

bagian penutup guru lupa meminta siswa memberikan kesimpulan pelajaran hari

ini. Guru kemudian menyimpulkan. Berikutnya guru mempersilahkan siswa

untuk mencatat soal PR yang ada pada bagian latihan. Selanjutnya guru

menutup pelajaran dan memberikan salam.

Pada saat pelakasanaan supervisi tahap kedua guru yunior mengajar

jam ke 1-2 dan 5-6 di kelas XTKR2, masih menyampaikan tema yang sama

yaitu bernegosiasi. Namun dalam pelaksanaan pembelajaran sudah terdapat

kemajuan di kegiatan awal, yaitu sudah menyapa siswa dan mengabsen.

Karena materi yang disampaikan masih sama sehingga media pembelajarnnya

pun juga sama. Guru lebih banyak menggunakan metode tanya jawab dengan

siswa, namun jawaban siswa tidak diumpankan ke siswa yang lain untuk

menanggapi. Sampai jam ke 6 guru belum melakukan penilaian baik sikap,

pengetahuan dan ketrampilan. Padahal dalam RPP direncanakan penilaian


38

sikap, pengetahuan dan ketrampilan di pertemuan ini. Untuk memperoleh bukti

pelaksanaan pembelajaran tersebut calon kepala sekolah

mendokumentasikannya dalam bentuk foto.

b. Pasca-Observasi

Setelah melakukan observasi mengajar guru yunior 1, setelah itu guru yunior

1 diajak untuk merefleksikan dirinya sendiri mendeskripsikan hal-hal yang telah

dilakukan guru dalam mengajar dan yang belum dilakukan oleh guru yunior 1.

Dalam pertemuan dilakukan diskusi hal-hal yang perlu dilakukan perbaikan-

perbaikan diantaranya calon kepala sekolah menyarankan agar jawaban siswa

direspon siswa lain untuk ditanggapi,melakukan pengamatan dan mengambil

nilai sikap, kemudian menilai PR yang sudah dikerjakan siswa sehingga dapat

dijadikan nilai pengetahuan. Calon kepala sekolah memberikan masukan

berdasarkan instrumen pengamatan yang sifatnya melengkapi jika terdapat

kekurangan dari hasil refleksi diri guru yunior tersebut.

c. Hasil

Hasil pelaksanaan supervisi guru yunior yang telah dilaksanakan pada

siklus 1 dan 2 terhadap guru yunior Widya Paramita,S.Pd. diperoleh nilai : (i)

97% untuk kegiatan pra observasi, (ii) 81,9% untuk kegiatan observasi, dan (iii)

93,33% untuk telaah RPP. Nilai akhir kemampuan guru melaksanakan

pembelajaran pada pertemuan pertama adalah 90,74%. Nilai tersebut

mengindikasikan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran termasuk ke

dalam kategori kemampuan baik sekali. Sedangkan pada siklus 2 diperoleh nilai

: (i) 97% untuk kegiatan pra observasi, (ii) 87,5% untuk kegiatan observasi, dan

(iii) 90% untuk kegiatan telaah RPP. Nilai akhir kemampuan guru melaksanakan

pembelajaran pada pertemuan kedua adalah 93,94%. Nilai tersebut


39

mengindikasikan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran termasuk ke

dalam kategori kemampuan sangat baik. Sebagai gambaran dapat dilihat dalam

tabel 3.3.

Tabel 3.3

SUPERVISI GURU YUNIOR 1

WIDYA PARAMITA,S.Pd

100
95
90
Pra observasi
85
Observasi
80
Telaah RPP
75
70
Siklus 1 Siklus 2

d. Tahap tindak lanjut

Pada tahap ini calon kepala sekolah bersama guru yunior merefleksi

pelaksanaan pembelajaran dengan mendiskusikan kelebihan dan kekurangan,

diantaranya pada kegiatan awal agar kelas dikondisikan dan diabsen sehingga

guru mengetahui kehadiran siswa, dan pada kegiatan inti guru masih

mendominasi dengan metode berceramah. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk

perbaikan proses pembelajaran berikutnya. Guru yunior mengisi refleksi secara

tertulis sehingga dapat dijadikan bukti pendampingan tindak lanjut untuk materi

pembelajaran yang berbeda.

3. Pelaksanaan Supervisi Guru Yunior kedua

Guru yunior kedua adalah Dwi Nur Hidayati,S.Pd yang mengajar mata

pelajaran Bahasa Indonesia di tahun kedua. Guru ini tidak sesuai dengan bidang
40

ijazah yang dimiliki yaitu sarjana matematika. Karena masih berstatus guru tidak

tetap dan mata pelajaran bahasa Indonesia kekurangan guru sehingga guru ini

diberi tugas mengajar Bahasa Indonesia di kelas X. Calon kepala sekolah

memilih guru ini karena ingin membandingkan hasil belajar antara kelas yang

diajar guru bahasa Inggris dengan kelas yang diajar oleh guru matematika

dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

a. Pra-Observasi

Calon kepala sekolah menghubungi guru yunior yang akan diobservasi

dan menyiapkan sejumlah instrumen yang akan digunakan pada pelaksanaan

observasi di antaranya : (1) instrumen perencanaan kegiatan pembelajaran, (2)

instrumen observasi kelas, (3) daftar pertanyaan setelah observasi, dan (4)

format tindak lanjut hasil supervisi. Selanjutnya melakukan pertemuan dengan

guru yunior yang akan diobservasi. Pada pertemuan pertama calon kepala

sekolah meminta perangkat pembelajaran untuk dilihat kesesuaian dan meminta

kesediaan guru yunior untuk diobservasi proses pembelajarannya. Pra observasi

ini calon kepala sekolah ikut masuk kelas untuk orientasi dan mengamati

langsung terjadinya proses pembelajaran.

b. Observasi

Calon kepala sekolah mengamati jalannya proses pembelajaran

berlangsung, dengan melihat administrasi yang telah dipersiapkan oleh guru

yunior dalam pelaksanaan observasi di antaranya : Silabus, RPP, bahan ajar,

alat peraga atau media dan penilaian yang akan digunakan.

Supervisi dilakukan dua tahap di kelas X TKR 1 yang menggunakan

Kurikulum 2013. Pada tahap ini calon kepala sekolah melakukan observasi

langsung ke kelas X TKR1 tempat guru yunior melangsungkan proses belajar


41

mengajar sesuai dengan jadwal yang telah disepakati. Pelaksanaan observasi

dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan (setiap pertemuan 2 x 45 menit).

Calon kepala sekolah melakukan pengamatan langsung pelaksanaan

pembelajaran mulai dari kegiatan awal sampai pada kegiatan penutup.

Berdasarkan pengamatan siklus satu, guru yunior 2(Dwi Nurhidayati)

dalam membuka pelajaran tidak diawali ketua kelas menyiapkan teman-

temannya untuk belajar, tidak mengajak semua siswa untuk berdoa menurut

agama dan keyakinan masing-masing. Guru langsung memberikan salam,

melakukan komunikasi tentang kehadiran siswa. Guru langsung mengawali

kegiatan pembelajaran. Kemudian guru tidak menyampaikan tujuan yang

diharapkan pada pembelajaran hari ini. Selanjutnya, pada kegiatan inti guru

menjelaskan materi pelajaran dengan metode tanya jawab. Guru terpaku pada

teks book. Pada bagian penutup guru meminta siswa memberikan kesimpulan

pelajaran hari ini. Beberapa siswa spontan berteriak memberikan simpulan

pelajaran. Guru kemudian mengulangi dan melengkapi simpulan siswa. Namun

berikutnya guru tidak memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya karena

waktu sudah habis. Selanjutnya guru menutup pelajaran dan memberikan

salam.

Pada pertemuan kedua (siklus kedua) guru yunior sudah ada perubahan

dalam membuka pelajaran dengan mengondisikan siswa dan mengabsen,

kemudian melakukan apersepsi dengan tanya jawab pertemuan yang lalu. Pada

kegiatan inti sudah nampak saintifiknya. Media yang digunakan lebih menarik

dengan menggunakan tanyangan film negosiasi. Langkah-langkah yang

dilakukan sudah menunjukkan penerapan metode saintifik. Hanya saja guru


42

masih terpaku pada teks book sehingga pengembangan dan pengaitan dengan

kehidupan sehari-hari masih kurang.

Pada pertemuan kedua guru membuat perencanaan penilaian berupa

ulangan harian. Perangkat penilaian yang disiapkan soal harian dan kisi-kisi,

sedangkan kartu soal belum dibuat sehingga pedoman penilaian dan kunci

jawaban belum ada.

c. Pasca-Observasi

Diakhir pertemuan dilakukan calon kepala sekolah berdiskusi dengan guru

yunior 2 tentang hal-hal yang perlu dilakukan perbaikan-perbaikan diantaranya

calon kepala sekolah menyarankan agar mengondisikan siswa sebelum

pembelajaran dan melakukan apersepsi. Tujuan pembelajaran perlu disampaian

sehingga siswa mempunyai gambaran kegunaan materi pelajaran untuk

kehidupannya. Karena kondisi siswa beragam maka guru disarankan untuk

menggunakan bahasa pengantar pembelajaran menggunakan bahasa Indonesia

yang baik sehingga bagi siswa yang berbahasa ibu madura bisa paham

penjelasan guru. Calon kepala sekolah memberikan masukan berdasarkan

temuan yang sifatnya melengkapi jika terdapat kekurangan dari hasil refleksi diri

guru yunior 2 .

d. Hasil

Berdasarkan hasil pengamatan pembelajaran di kelas dan berdasarkan

instrumen pengamatan, hasil pelaksanaan supervisi guru yunior yang telah

dilaksanakan pada siklus 1 dan 2 terhadap guru yunior Dwi Nurhidayati,S.Pd.

diperoleh nilai : (i) 86% untuk kegiatan pra observasi, (ii) 63% untuk kegiatan

observasi, dan (iii) 93,33% untuk telaah RPP. Nilai akhir kemampuan guru

melaksanakan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah 80,77%. Nilai


43

tersebut mengindikasikan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran

termasuk ke dalam kategori kemampuan baik. Sedangkan pada siklus 2

diperoleh nilai : (i) 86% untuk kegiatan pra observasi, (ii) 69,44% untuk kegiatan

observasi, dan (iii) 94% untuk kegiatan telaah RPP. Nilai akhir kemampuan guru

melaksanakan pembelajaran pada pertemuan pertama adalah 83,14%. Nilai

tersebut mengindikasikan kemampuan guru melaksanakan pembelajaran

termasuk ke dalam kategori kemampuan baik. Sebagai gambaran dapat dilihat

dalam tabel 3.4

Tabel 3.4

SUPERVISI GURU YUNIOR 2

DWI NURHIDAYATI

100

80

60 Pra Observasi

40 Observasi
Telaah RPP
20

0
Siklus 1 Siklus 2

e. Tahap tindak lanjut

Pada tahap ini calon kepala sekolah bersama guru yunior dua merefleksi

pelaksanaan pembelajaran dengan mendiskusikan kelebihan dan kekurangan,

diantaranya pada kegiatan awal agar kelas dikondisikan dan diabsen sehingga

guru mengetahui kehadiran siswa, dan pada kegiatan inti guru masih teks book

sehingga diperlukan pengembangan materi pembelajaran. Disarankan untuk

menggunakan bahasa yang baik dan tepat sehingga siswa yang berlatar
44

belakang Madura dan Papua bisa memahami penjelasan guru. Pada perangkat

penilaian harus dilengkapi dengan pedoman penilaian yang terdapat dalam kartu

soal dan kunci jawabannya. Hasil refleksi dijadikan dasar untuk perbaikan proses

pembelajaran berikutnya. Guru yunior mengisi refleksi secara tertulis sehingga

dapat dijadikan bukti pendampingan tindak lanjut untuk materi pembelajaran

yang berbeda. Dari hasil supervisi dua guru yunior dapat dibandingkan dengan

gambaran tabel sebagai berikut.

Tabel 3.5

REKAPITULASI SUPERVISI GURU YUNIOR 1 DAN 2

120
100
80
60 Pra observasi

40 Observasi
20 Telaah RPP
0
Widya Paramita Dwi Nurhidayati Widya Paramita Dwi Nurhidayati
Siklus 1 Siklus 1 Siklus 2 Siklus 2

C. Penyusunan Perangkat Pembelajaran

Berdasarkan Permendiknas Nomor 103 tahun 2014 tentang

Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan proses

pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian kegiatan

mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga penilaian. Proses pembelajaran

merupakan kegiatan interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya

termasuk dengan guru yang berlangsung secara edukatif, agar peserta didik

dapat membangun sikap, pengetahuan dan keterampilannya untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Proses pembelajaran memerlukan suatu


45

perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk

Silabus yang disusun dan ditetapkan secara nasional dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru mata pelajaran.

RPP dikembangkan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran peserta

didik dalam upaya mencapai KD, disusun secara lengkap dan sistematis agar

pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta

didik. Kompetensi Dasar yang sudah dipilih dalam RPP harus dijabarkan dalam

bentuk indikator pencapaian kompetensi. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

dirumuskan dalam pernyataan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi

untuk kompetensi dasar (KD) pada kompetensi inti (KI)-3 dan KI-4;

Tujuan pembelajaran mengandung unsur peserta didik (audience),

perilaku (behaviour), kondisi (condition), dan kriteria (degree). Rumusan tujuan

pembelajaran harus mencerminkan keterikatan antara KD dari KI-1 dan KD dari

KI-2 di dalam pembelajaran KD dari KI-3 dan KD dari KI-4. Perumusan tujuan

juga harus mencerminkan aspek penilaian otentik berupa proses dan

produk.Rumusan kriteria dalam tujuan pembelajaran berupa kriteria kompetensi

sikap, kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan. Kriteria dapat berupa

perilaku, proses atau produk yang dapat diamati dan atau diukur.

Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk

perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar ini berisi

tentang seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik tertulis maupun

tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk


46

belajar. Bahan ajar dapat diartikan sebagai segala bentuk bahan yang digunakan

untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.

Bahan ajar atau materi pembelajaraan secara garis besar terdiri dari

pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka

mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-

jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip,

prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai.

Ditinjau dari pihak guru, materi pembelajaran itu harus diajarkan atau

disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar

itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan

kompetensi dasar yang akan dinilai dengan menggunakan instrumen penilaian

yang disusun berdasar indikator pencapaian belajar. Bahan ajar yang dipilih

dalam penyusunan perangkat pembelajaran adalah teks eksplanasi kompleks

yang berupa hasil tulisan yang sudah beredar di dunia maya ataupun yang ada

di media cetak.

Langkah-langkah pembelajaran berisikan pendekatan pembelajaran

saintifik dan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik KD yang akan

diajarkan. Langkah-langkah pembelajaran berpendekatan saintifik harus dapat

dipadukan secara sinkron dengan langkah-langkah kerja (syntax) model

pembelajaran. Pada Kurikulum 2013 dikembangkan 3 model pembelajaran

utama yang diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, perilaku sosial serta

mengembangkan rasa keingintahuan.

Pada penilaian hasil belajar Kurikulum 2013 peserta didik dinyatakan

kompeten bila hasil pengukuran kompetensi pengetahuan dan keterampilan


47

mencapai ketuntasan belajar dengan nilai 2,67 (B-) dan untuk sikap dengan nilai

B (Baik). Penilaian pada Kurikulum 2013 juga digunakan penilaian otentik baik

terhadap ranah sikap, ranah pengetahuan maupun terhadap ranah keterampilan.

Penilaian otentik menekankan pada penilaian proses dan hasil belajar secara

berimbang.

Berdasrkan Permendiknas Nomor 104 tahun 2014 tentang penilaian

menyebutkan bahwa penilaian ranah sikap dilakukan melalui pengamatan,

menggunakan lembar pengamatan atau ceklis pengamatan yang memuat aspek

sikap yang diamati. Rincian aspek sikap yang diamati merujuk pada indikator

sikap yang dijabarkan dari KI-1 dan KI-2 pada saat dilakukan analisis

kompetensi. Penilaian sikap dilakukan sebagai upaya mengembangkan sikap

sosial dan sikap religius dalam rangka pengembangan nilai karakter bangsa.

Oleh karena itu, pengembangan sikap pada mata pelajaran Bahasa Indonesia

dengan fokus utama pengembangan sikap ilmiah merupakan bagian dari upaya

pencapaian kedua sikap tersebut (spiritual dan sosial). Guru Bahasa Indonesia

perlu memetakan sikap yang dikembangkan pada setiap materi pembelajaran

sesuai dengan relevansi dan karakteristik baik yang tersurat maupun yang

tersirat pada rumusan KI-3 dan KI-4. Laporan pencapaian kompetensi sikap

pada akhir semester didasarkan atas modus perilaku sikap spiritual dan sosial

yang sering terjadi dari hasil observasi guru selama satu semester.

Kompetensi siswa pada ranah pengetahuan dapat diukur melalui tes dan

nontes. Bentuk tes yang digunakan antara lain adalah tes tulis (uraian, pilihan

ganda, isian, benar salah, dan lain-lain) dan/atau tes praktik. Sedangkan, bentuk

nontes dapat dilakukan melalui tugas-tugas yang diberikan, baik tugas menjawab

soal maupun tugas membuat laporan dalam bentuk tulisan. Pengukuran


48

kompetensi pengetahuan melalui tes dan nontes dirancang mulai dari menyusun

indikator pencapaian, indikator soal dan/atau aspek penilaian nontes, hingga

pedoman penilaian/penskoran. Penilaian ranah pengetahuan melalui tugas

ditekankan pada aspek yang relevan dengan rumusan kompetensi dasar. Aspek

yang dinilai melalui tugas antara lain: kelengkapan isi, kedalaman/keluasan isi,

dan kebenaran isi. Dalam menilai tugas sebaiknya digunakan format penilaian

berbentuk ceklis atau menggunakan skala penilaian. Laporan pencapaian

kompetensi pengetahuan pada akhir semester merupakan rerata dari capaian

kompetensi minimal (2,67).

Penilaian ranah keterampilan meliputi keterampilan abstrak dan

keterampilan konkret. Keterampilan abstrak cenderung pada keterampilan seperti

menyaji, mengolah, menalar, dan mencipta dengan dominan pada kemampuan

mental (berpikir) tanpa bantuan alat. Sedangkan untuk ranah konkret cenderung

pada kemampuan fisik seperti menggunakan alat, mencoba, membuat,

memodifikasi, dan mencipta dengan bantuan alat. Penilaian ranah keterampilan

diukur melalui pengamatan pada saat peserta didik bekerja dalam kelompok,

berdiskusi, memresentasikan, melakukan eksperimen atau tugas kerja projek,

dan hasil kerja/produk serta portofolio. Laporan pencapaian kompetensi

ketrampilan pada akhir semester merupakan capaian paling optimum (nilai

tertinggi) kompetensi dari batas minimal 2,67.

Peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar (2,67) wajib

mengikuti kegiatan remedial dalam semester berjalan sehingga mencapai

ketuntasan belajar. Pengayaan adalah pendalaman materi bagi peserta didik

yang memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata waktu yang telah ditetapkan.
49

Pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran berbasis teks,

artinya pembelajaran melalui pendekatan jenis teks. Misalnya, teks eksplanasi

kompleks, teks ulasan film/drama. Berdasarkan teks tersebut, siswa dapat

memahami struktur teks, kaidah/fitur bahasa, menganalisis teks,

menginterpretasi makna teks, mengabstrak isi teks, dan lain-lain. Untuk

mencapai tujuan tersebut, proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan

saintifik yang berpusat pada kegiatan peserta didik. Pembelajaran bahasa

Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan prinsip bahwa (1)

bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata

atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan

bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa bersifat

fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari

konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap,

nilai, dan ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana

pembentukan kemampuan berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip

itu, perlu disadari bahwa setiap teks memiliki struktur, kaidah/ciri bahasa, tujuan

dan fungsi sosial tersendiri yang satu sama lain berbeda.

Pembelajaran bahasa Indonesia hendaknya mengikuti tahapan sebagai

berikut: (1) tahap pembangunan konteks, (2) tahap pemodelan teks, (3) tahap

pembuatan teks secara bersama-sama, dan (4) tahap pembuatan teks secara

mandiri. Dalam penyusunan perangkat pembelajaran ini dipilih tema teks

eklspanasi kompleks kelas XI semester 2.

D. Pengkajian Aspek Managerial

Berdasarkan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 seorang kepala

sekolah dituntut memiliki kemampuan standar. Kemampuan tersebut diantaranya


50

kompetensi manajerial. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan

dibahas secara detail berikut ini.

Pertama, keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus

mampu melakukan proses perencanaan, baik perencanaan jangka pendek,

menengah, maupun perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek

adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya

untuk satu bulan hingga satu tahun pelajaran. Perencanaan jangka menengah

adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2 - 5 tahun,

sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5 – 10

tahun. Proses perencanaan menjadi salah satu keterampilan yang penting

mengingat perencanaan yang baik merupakan setengah dari kesuksesan suatu

pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada

pertanyaan: “ Apa yang dilakukan, siapa yang melakukan , kapan dilakukan , di

mana dilakukan , dan bagaimana sesuaatu dilakukan ”. Detail perencanaan inilah

yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.

Kedua, keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan

mempunyai sumber daya yang cukup besar mulai sumber daya manusia yang

terdiri dari guru, karyawan, dan siswa, sumber daya keuangan, hingga fisik mulai

dari gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang

sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan sumber daya. Kepala

sekolah harus mampu menggunakan dan memanfaatkan sumber daya yang

tersedia dengan sebaik-baiknya. Walaupun terbatas, namun sumber daya yang

dimiliki adalah modal awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah seni

mengelola sumber daya menjadi keterampilan manajerial yang tidak bisa

ditinggalkan.
51

Ketiga, kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan

perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah

membangun prosedur operasional lembaga pendidikan, memberi contoh

bagaimana bekerja, membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu

melakukan koordinasi dengan berbagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanya

perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan secara

sungguh-sungguh dan profesional.

Keempat, kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tugas

pengawasan dan pengendalian. Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervisi

manajemen dan supervisi dalam bidang pengajaran. Supervisi manajemen

artinya melakukan manajemen dalam bidang pengembangan keterampilan dan

kompetensi administrasi dan kelembagaan, sementara supervisi penhgajaran

adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadap tugas-tugas serta

kemamapuan tenaga pendidik sebgai seoraang guru. Karenanya kepala sekolah

juga harus mempunyai kompetensi dan keterampilan profesional sebagai guru,

sehingga ia mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.

Berdasarkan pemahaman di atas calon kepala sekolah menuangkan

kajian manajemen di sekolah sendiri (SMK Negeri 2 Kota Probolinggo) dan

sekolah magang 2 (SMK Negri 1 Kota Probolinggo), dengan hasil sebagai berikut

1. Kajian Rencana Kerja Sekolah (RKS)

Permendiknas Nomor 19 tahun 2007 tentang standar pengelolaan

pendidikan menyatakan bahwa sekolah harus membuat rencana kerja sekolah

(RKS) yang terdiri dari rencana kerja jangka menengah (RKJM) dan rencana

kerja tahunan (RKT). RKJM menggambarkan tujuan sekolah yang akan dicapai

dalam kurun waktu empat tahun yang berkaitan dengan mutu lulusan yang ingin
52

dicapai dan perbaikan komponen yang mendukung peningkatan mutu lulusan,

sedangkan RKT dicapai dalam waktu satu tahunan. Berdasakan hasil observasi

calon kepala sekolah dan pengisian angket yang telah disebar kepada

pemegang jabatan di sekolah dapat digambarakan dalam penyusunan RKS,

SMK Negeri 2 kota Probolinggo mengumpulkan seluruh waka, kajur, komite dan

perwakilan guru untuk menganalisis EDS. Setelah EDS dianalisis barulah

disusun kepanitiaan untuk penyusunan RKS. Semua waka, kajur, perwakilan

guru, dan komite yang sebelumnya sudah membuat program kerja yang akan

dilaksanakan setahun ke depan. Dalam pembuatan program kerja didasarkan

atas RKS tahun lalu dan melihat RKJM dan RKT tahun berjalan. Masing-masing

personil mempresentasikan program kerja sehingga akan nampak program kerja

yang tumpang tindih antar personil. Setelah itu dirumuskan oleh tem perumus

dan hasilnya merupakan draf RKS. Draf RKS dipresentasikan dan dianalisis lagi

apakah masih ada program kerja yang belum dimasukkan. Setelah melalui

validitas draf barulah disahkan menjadi RKS dan ditandatangani oleh pihak yang

berwenang.

Sedangkan penyususnan RKS di SMK Negeri 1, berdasarkan hasil

wawancara dengan kepala sekolah dan komponen penanggung jawab bidang

dapat digambarkan sebagai berikut. Penyusunan RKS diawali dengan pengisian

EDS dan penyusunan program kerja masing-masing bidang. Setelah itu dibentuk

tem perumus RKS, asil kerjanya dikomunikasikan dalam rapat terbatas yang

terdiri dari pemegang bidang. Apabila draf sudah disetujui maka dikomunikasikan

dalam rapat pleno seluruh warga diundang dan dimintai masukan. Apabila sudah

disetujui oleh seluruh warga maka RKS dapat disahkan oleh komite dan Dinas

endidikan.
53

Kedua sekolah yaiu SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 1 dalam penyusunan

RKS sudah sesuai dengan kondisi ideal yang dituntut SNP. Sedangkan untuk

pengembangan tersosialisasinya RKS ke seluruh warga maka sebaiknya RKS

dapat dipublikasikan ditempel di papan pengumuman atau di tempat strategis.

Hal ini sesuai dengan sistemISO 9001:2008 dalam azaz keterbukaan dan

pengendalian.

2. Kajian Pengelolaan Kurikulum

Kondisi ideal yang ada di SMKN 2 adalah disusun oleh Tim Pengembang

Kurikulum (TPK), kondisi nyata sudah dibentuk TPK dalam penyusunan KTSP.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Untuk itu kepala sekolah perlu memahami panduan penyusunan

kurikulum (KTSP dan Kurikulum 2013). Pada kegiatan OJL ini calon kepala

sekolah perlu memahami panduan penyusunan kurikulum melalui analisis

Dokumen 1, penyusunan silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP), untuk mengungkap pemahaman peserta tentang pengelolaan kurikulum

sekolah, kendala dalam penyusunan kurikulum di sekolah, alternatif pemecahan

yang ditempuh, visi pengembangan kurikulum peserta sebagai calon kepala

sekolah.

Hasil kajian calon kepala sekolah tentang pengelolaan kurikulum, baik di

sekolah sendiri maupun di sekolah magang, pada dasarnya kurikulum telah

disusun dan dibuat sesuai prosedur. Walaupun masih terdapat silabus Program

Keahlian TEI ada yang sebagian kompetensi belum ada silbus dari pusat,
54

sehingga silabus membuat sendiri dengan menyadur dari sekolah lain. Lebih

lengkapnya hasil kajian pengelolaan kurikulum terlampir dalam lampiran.

3. Kajian Pengelolaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Unsur yang tidak kalah pentingnya dalam keberlangsungan pengelolaan

pendidikan adalah tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Pendidik dan

Tenaga Kependidikan merupakan salah satu sumber daya yang penting dalam

menunjang proses pembelajaran di sekolah, untuk itu perlu dilakukan

peningkatan dalam pendyagunaannya agar tujuan sekolah dapat tercapai secara

maksimal. Pendidik dan tenaga kependidikan yang dapat melaksanakan tugas

dan fungsinya masing-masing secara baik sangat terkait dengan kompetensi

yang mereka miliki.

Hasil kajian calon kepala sekolah tentang pengelolaan pendidik dan tenaga

kependidikan baik di SMK Negeri 2 maupun di SMK Negeri 1, cukup memadai.

Kondisi ideal untuk kepala sekolah memiliki sertifikat calon kepala sekolah/

sebagai kepala sekolah dari lembaga yang resmi. Kesenjangannya kedua kepala

sekolah baik SMKN 2 maupun SMKN 1 belum memiliki sertifikat kepala sekolah

(NUKS). Sehingga disarankan untuk kedua kepala sekolah mengikuti diklat

calon/ kepala sekolah yang dilaksanakan oleh lembaga yang ditunjuk pemerintah

untuk mengeluarkan NUKS. Semua guru telah berkualifikasi ijazah S1 dan

sebagian besar telah bersertifikat pendidik. Hal yang lebih penting yaitu usaha

kepala sekolah dalam memberikan pendampingan dan pembinaan kepada

pendidik dan tenaga kependidikan sehingga PTK menjadi terbina dan terarah.

Dengan demikian nilai penting bagi calon kepala sekolah adalah untuk

memahami dan menguasi kompetensi dalam mengelola pendidik dan tenaga

kependidikan sekolah. Mengkaji pengelolaan PTK bertujuan untuk melatih calon


55

kepala sekolah mengembangkan dimensi kompetensi manajerial dalam rangka

pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

4. Kajian Pengelolaan Sarana dan Prasarana Sekolah

SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 1 merupakan sekolah adiwiyata mandiri

sejak tahun 2008 untuk SMKN 1 dan tahun 2011 untuk SMKN 2. Hal ini

merupakan buah dari hasil kerja kepala sekolah sebagai administrator. Demikian

juga dua sekolah ini sudah bersertifikat ISO 9001:2008 diharapkan dapat

memberikan layanan secara profesional dalam bidang perlengkapan atau

fasilitas kerja bagi personil sekolah. Dengan pengelolaan yang efektif dan efisien

diharapkan dapat meningkatkan kerja personil sekolah.

Hasil kajian calon kepala sekolah tentang pengelolaan sarana dan prasarana

sekolah, baik di SMK Negeri 2, Kecamatan Kanigaran, maupun di SMK Negeri 1

Kecamatan Kedopok Kota Probolinggo pada dasarnya sarana dan prasarana

dilaksanakan sesuai kebutuhan sekolah tetapi masih terdapat beberapa

perangkat bengkel yang harus diganti untuk memenuhi tuntutan perkembangan

industri. Kondisi ideal berdasarkan acuan Permendiknas No. 24 Tahun 2007

tentang sarana dan prasarana memenuhi kajian : a) Persyaratan perencanaan,

b) Prosedur perencanaan sarpras, c) Perencanaan pengadaan barang bergerak,

d) Perencanaan pengadaan barang tidak bergerak. Kondisi saat ini perencanaan

dilaksanakan berdasarkan EDS, a) Dituangkan kedalam RKS dan program kerja

tahunan, b) Rapat pertemuan pihak sekolah dengan dengan orang tua siswa

serta Stakeholder tentang kebutuhan sarpras yang prioritas. Kesenjangannya

Orang tua siswa hanya di beritahukan tentang kebutuhan sarpras yang prioritas

saja, tidak bisa dijadikan dasar untuk sarpras untuk jangka menengah 4 tahun.

Alternatif pemecahannya Menerima saran dari Stakeholder tentang kebutuhan


56

sarpras yang prioritas dalam bentuk angket dan ditindaklanjuti. Daftar kebutuhan

sarana dipampang di tepat strategis sesuai tuntutan ISO 9001:2008 dengan azaz

keterbukaan dan pengendalian

Khusus di SMK Negeri 2 memerlukan peralatan balancing dan spooring yang

lengkap untuk melengkapi peralatan bengkel otomotif. Hal penting yaitu usaha

kepala sekolah dalam mengadakan sarpras dan merawat sarpras sehingga

menjadi milik bersama warga sekolah. Dengan demikian nilai penting bagi calon

kepala sekolah adalah tentang bentuk upaya kepala sekolah dalam mengadakan

sarpras dan merawat sarpras bagi warga sekolah.

5. Kajian Pengelolaan Peserta Didik

Kegiatan pengelolaan peserta didik idealnya meliputi : perencanaan peserta

didik, penerimaan peserta didik, orientasi peserta didik baru, mengatur kehadiran

peserta didik, mengatur kenaikan tingkat peserta didik, pembinaan

ekstrakurikuler, program keagamaan dan yang lainnya.

Seorang calon kepala sekolah diharapkan dapat memahami pengelolaan

peserta didik. Mengkaji pengelolaan peserta didik sekolah tempat magang padaa

kegiatan OJL bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan

dimensi kompetensi manajerial khususnya kompetensi mengelola peserta didik.

Kondisi saat ini baik di SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 1 dalam pengelolaan

peserta didik sudah bagus, hal ini terbukti dengan lulusnya peserta ujian nasional

di setiap tahunnya. Banyak prestasi yang telah diperoleh peserta didik baik

tingkat kota maupun tingkat nasional dan tingkat kerterserapan lulusan cukup

tinggi. Sehingga dengan demikian menunjukkan bahwa pengelolaan peserta

didik sudah sesuai dengan standar yang telah ditentukan.


57

Kedua sekolah ini menerima program CSR dari Pertamina Foundation

dengan program beasiswa untuk peserta didik dari Papua. Peserta didik yang

dari Papua inilah yang sekarang menjadi fokus utama dalam peningkatan

kompetensi untuk bisa sejajar dengan peserta didik asli yang bukan CSR

Pertamina. Menurut laporan dan pengamatan dari BK dan guru pengajar, peserta

didik CSR Papua memiliki kebiasaan yang kurang disiplin, kurang tanggung

jawab, berkompetensi rendah. Dengan demikian sekolah mengupayakan dan

mengejarkan ketertinggalan kompetensi peserta didik CSR pertamina sehingga

nantinya dapat lulus dan dapat disalurkan ke perguruan tinggi dan perusahaan.

6. Kajian Pengelolaan Keuangan Sekolah

Manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas

mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan,

pembelanjaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban keuangan sekolah.

Mengkaji pengelolaan keuangan sekolah tempat magang pada kegiatan OJL

bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah dalam mengidentifikasi sumber-

sumber keuangan sekolah, menentukan alokasi pembiayaan sekolah dengan

baik, dan memahami mekanisme pertanggungjawaban keuangan sekolah.

Setelah melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan bendahara sekolah

dapat digambarkan pengelolaan keuangan di dua seolah sebagai berikut.

Sumber keuangan yang berasal dari pemerintah berupa yang rutin yaitu BOS,

BSM, dari mitra berupa CSR Pertamina, dan dari komite sekolah. Pada dasarnya

pengelolaan keuangan sudah sesuai dengan standar pengelolaan, hal ini terbukti

dalam peneyelesaian pelaporan secara berkala baik ke komite maupun ke SKPD

tidak bermasalah.
58

7. Kajian Pembinaan Tenaga Administrasi Sekolah

Mengkaji pembinaan tenaga administrasi sekolah tempat magang pada

kegiatan OJL bertujuan untuk melatih calon kepala sekolah mengembangkan

dimensi kompetensi manajerial khususnya kompetensi mengelola staf dalam

rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal.

Tugas-tugas administrasi dapat dilaksanakan dengan baik apabila sekolah

memiliki Tenaga Administrasi Sekolah (TAS) yang memenuhi standar, seperti

tertuang dalam Permendiknas Nomor 24 tahun 2008 tentang Standar Tenaga

Administrasi Sekolah. Tenaga administrasi di dua sekolah yaitu SMK Negeri 2

dan SMK Negeri 1 semua tenaga memenuhi standar SNP, hanya saja tenaga

laboran dan toolman belum bersertifikat. Jumlah tenaga adminstrasi sudah

memenuhi kebutuhan.

8. Kajian Pemanfaatan TIK dalam Pembelajaran

Dengan mengkaji pemanfaatan TIK dalam pembelajaran sekolah tempat

magang pada kegiatan OJL bertujuan untuk melatih calon kepala

mengembangkan pemahaman tentang TIK sekaligus dapat mengidentifikasi

guru-guru di sekolah magang yang memanfaatkan TIK dalam pembelajarannya.

Hasil kajian calon kepala sekolah tentang pengelolaan sarana dan prasarana

sekolah,di SMK Negeri 2 dan SMK Negeri 1 pada dasarnya pemanfaatan TIK

dalam pembelajaran, administrasi, dan sarana komunikasi sudah seluruhnya

dilakukan. Sebagian besar pendidik mampu menggunakan komputer untuk

kegiatan pembelajaran, administrasi, dan sarana komunikasi. Kedua sekolah

sudah memiliki website dan aktif. Khusus di SMK Negeri 2 pembelajaran sudah

menggunakan e-learning untuk kelas XI yang sedang partik industri. Rapor juga

menggunakan e-rapor, bahkan tahun ini menggunkan sistem ujian nasional


59

sistem CBT (computer based test). Layanan internet terbuka 24 jam. Di SMK

Negeri 2 juga memiliki ICT, sehingga dijadikan tempat rujukan sekolah lain untuk

pengisian Dapodikmen, padamunegri, dan EDS.

9. Kajian Sistem Monitoring dan Evaluasi

Kepala sekolah sebagai penanggung jawab utama dalam suatu sekolah

harus memahami fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut dari

monitoring, evaluasi, dan pelaporan yang menjadi salah satu kegiatan program

untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Hasil kajian calon kepala sekolah di dua sekolah ini sudah menerapkan ISO

9001:2008 tentang sistem manajemen mutu sehingga dalam pengelolaan sistem

monitoring dan evaluasi pada dasarnya telah dilakukan dengan baik, walaupun

masih ada program yang belum direncanakan teratur. Sistem monitoring dan

evaluasinya dilakukan bersamaan dengan kegiatan audit internal maupun

eksternal ISO 9001:2008. Pelaksanaan supervisi sudah dilaksanakan secara

rutin sesuai perencanaan. Namun kurang ditindaklanjuti sehingga kurang

memotivasi guru untuk perbaikan hal-hal yang kurang. Sebenarnya hal yang

penting yaitu usaha kepala sekolah dalam mengarahkan pendidik untuk dapat

melaksanakan tugas dengan baik dan ada upaya penjadwalan bagi setiap guru

yang akan disupervisi.

E. Peningkatan Kompetensi AKPK Kewirausahaan di SMK Negeri 1 Kota

Probolinggo

1. Persiapan

Berdasarkan penilaian AKPK yang terendah yang diperoleh oleh calon

kepala sekolah adalah kewirausahaan dengan nilai 67. Untuk itu dalam

melakukan magang kedua, calon kepala sekolah menggali informasi keunggulan


60

sekolah magang dengan cara wawancara dan penyebaran angket. Dari hasil

wawancara, observasi di lapangan dan angket maka calon kepala sekolah

menemukan satu keunggulan dari sekolah magang dua berupa program

teaching factory dan bisnis center. Dengan kondisi yang seperti itu maka calon

kepala sekolah mendekati penanggung jawab teaching factory dan pengelola

bisnis center untuk digali informasi dan tukar pengalaman di bidangnya. Selain

itu calon kepala sekolah juga menyebar instrumen yang ditujukan kepada tenaga

kerja/ karyawan yang membantu dalam pelaksanaan teaching factory dan siswa

sebagai pelaksana dari teaching factory.

2. Pelaksanaan

Setelah melakukan observasi lapangan maka calon kepala sekolah

melakukan wawancara dan menyebar angket kepada pihak-pihak yang

berhubungan dengan pengelolaan dan pelaku teaching factory dan bisnis center.

Hasil wawancara dan pengolahan angket sebagai berikut.

a) Sejarah Berdirinya Teaching Faktory dan Bisnis Center di SMK Negeri 1

SMK Negeri 1 adalah sekolah kelompok Bisnis dan Manajemen yang

didalamnya terdapat program keahlian pemasaran. Untuk meningkatkan kualitas

lulusannya maka program keahlian pemasaran membuat program marketing

yang tujuan utamanya adalah memberi bekal kepada siswa agar menjadi

pemasar yang tangguh dan mampu bersaing. Setelah dilakukan evaluasi

beberapa tahun maka untuk menunjang kompetensi pemasaran dibutuhkan

suatu praktik nyata yang lebih banyak. Bersamaan dengan itu Direktur

Pendidikan Menengah Kejuruan meluncurkan program teaching factory. Seperti

gayung bersambut. Maka dibuatlah proposal yang diujukan kepada Dikmenjur

melalui Kanwil Jawa Timur untuk mendapat bantuan dana atau modal awal
61

pendirian teaching factory dan bisnis center. Hal ini juga sesuai dengan Undang-

undang Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 Bab 2 pasal 3 yang mengamanatkan

bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis.

Teaching Factory adalah suatu konsep pembelajaran dalam suasana

sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara

kebutuhan industri dan pengetahuan sekolah. Teknologi pembelajaran yang

inovatif dan praktik produktif merupakan konsep metode pendidikan yang

berorientasi pada manajemen pengelolaan siswa dalam pembelajaran agar

selaras dengan kebutuhan dunia industri. Dengan sederhana dapat dipahami

bahwa teaching factory adaah pembelajaran yang berorientasi bisnis dan

produksi. Proses penerapan program teaching factory dengan memadukan

konsep bisnis dan pendidikan kejuruan sesuai dengan kompetensi keahlian yang

relevan. Sesuai dengan struktur kurikulum di SMK Negeri 1 dengan memasukkan

membatik sebagai muatan lokal, maka ini menjadi kekuatan pendukukng

kompetensi dalam melaksanakan program teaching factory.

b) Pelaksanaan Pembelajaran Teaching factory di SMK Negeri 1

Pelaksanaan pembelajaran di teaching factori dilakukan dengan

menggabungkan antara kegiatan pendidikan dengan kegiatan produksi. Struktur

organisasinya sudah mengadopsi struktur perusahaan. Intervensi kebijakan


62

sekolah sudah sedikit, sehingga pihak pengelola teaching factory lebih leluasa

dalam pengembangan programnya. Tenaga pengajar merupakan sinergi dari

kelompok profesional dan pendidik. Kelompok profesional disikapi sebagai guru

tamu. Sarana dan prasarana disediakan oleh sekolah sehingga antara workshop

dan teori bergabung jadi satu. Dalam pelaksanaan teaching factory digambarkan

sebagai berikut.

1) Standar Kompetensi

Pemilihan standar kompetnsi yang digunakan dalam pelaksanaan

teaching factory adalah kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan dalam

dunia bisnis dalam industri. Dengan pengajaran yang berbasis

kompetensi pada insdustri diharapkan siswa siap menghadapi tuntutan

kebutuhan industri. Kompetnsi yang dipilih adalah membatik.

2) Peserta Didik

Peserta didik digolongkan dalam proses teaching factory adalah

berdasarkan kualitas akademis dan bakat/ minat. Siswa dengan kualitas

yang memadai yang dipilih. Cara awal yang dilakukan dengan melatih

semua siswa kelas X untuk belajar membatik. Bahan batikan diberi oleh

sekolah kemudian didesain dan diolah menjadi batik oleh siswa sendiri,

kemudian hasil jadi batikannya dipakai sendiri untuk seragam sekolah

setiap hari rabu. Dari praktik inilah nantinya nampak siswa yang berbakat

dan yang tidak. Siswa yang berbakat direkrut menjadi tenaga kerja di

teaching factory.
63

3) Media Belajar

Media pembelajaran yang digunakan dalam proses teaching factory

menggunakan pekerjaan produksi sebagai media langsung dalam proses

pembelajaran.

4) Perlengkapan dan peralatan

Perlengkapan yang diperlukan dalam proses teaching factory disediakan

sepenuhnya oleh program Dikmenjur yaitu peralatan membatik lengkap

sejumlah siswa kelas X. Peralatan ini sekaligus digunakan untuk

pembelajaran mata pelajaran Mulok Membatik. Perawatan alat dilakukan

oleh siswa sendiri.

5) Instruktur/guru

Instruktu/ pengajar adalah guru yang memiliki kualifikasi akademis seni

budaya dan guru program produktif yang sudah megikuti diklat

pembuatan batik dan juga guru yang memiliki pengalam industri. Dengan

demikian guru mampu mentransfer pengetahuan dan sekaligus sebagai

kaulifikasi kontrolnya. Selain itu sekolah juga kerjasama dengan

Dekranasda kota dalam pelatihan membatik sebagai guru tamu.

6) Permodalan

Modal awal dari teaching factory berasal dari dana hibah Dikmenjur

melalui Kanwil Dinas Pendidikan Jawa Timur sejumlah Rp 250.000.000.

dana ini yang digunakan dalam proses pembelajaran mulai pendiklatan

guru, belanja bahan dan peralatan.


64

7) Penilaian Prestasi Kerja/belajar

Dalam penilaian prestasi kerja/belajar, teaching factory menlai siswa yang

berkompeten melalui peyelesaian produk. Standar penilaian yang

digunakan harus mengacu pada strandar Dekranasda. Apabila hasil jadi

batik diterima oleh Dekranasda maka nilai yang diperoleh siswa optimal

(4,00), namun apabila dari Dekranasda sudah meretur/ mengembalikan

dari batik yang disetorkan maka batik tersebut harus dipasarkan oleh

siswa ke pasar bebas. Apabila batik yang dipasarkan laku jual maka nilai

siswa juga optimal (4,00), namun apabila batik yang dijual dibeli oleh

orang terdekatnya (keluarga) maka nilainya 3,67. Nilai tersebut dituliskan

dalam raport siswa masuk mata diklat Pakarya dan nilai Mulok Membatik.

c) Kendala yang Dihadapi Teaching Factory di SMK Negeri 1

Kendala atau permasalahan yang dihadapi teaching factory di SMK Negeri 1

adalah sebagai berikut

1) Manajemen operasional

Manajemen operasional mengalami sedikit kendala karena guru sebagai

penggung jawab program merangkap juga sebagai guru pengajar mata

pelajaran yang lain, sehingga fokus dalam pengelolaan tidak selancar

apabila guru hanya bertugas sebagai penanggung jawab seperti di

perusahaan. Cara mengatasi masalah tersebut dengan memberi beban

mengajar 12 jam karena guru yang mengelola teaching factory juga

merangkap sebagai kepala bengkel. Kemudian juga mengikutsertakan


65

guru kewirausahaan, seni budaya dalam pelatihan praktis pengelolaan

manajemen usaha.

2) Kurangnya kerjasama dengan industri

Industri batik yang ada di Kota Probolingga tidak sebanyak industri batik

di Pekalongan atau di Solo, sehingga dengan demikian terdapat kendala

apabila akan mengirimkan magang guru/ siswa untuk menambah

kompetensi bidang membatik. Terdapat tiga industri yang menjadi mitra

sekolah, sedangkan jumlah siswa kelas X yang membutuhkan tempat

magang sejumlah 9 atau 10 industri. Sebenarnya industri membatik di

Kota Probolinggo apabila mereka mau semua ditempati magang siswa

maka kekurangan tersebut tidak terlalu banyak. Dalam mengatasi

masalah di atas dilakukan MOU dengan industri untuk bagi order apabila

order yang diperoleh sekolah banyak, dengan demikian terjalin kerjasama

dalam usaha. Selain itu sekolah juga mencari terobosan untuk mengikuti

Asosiasi Pengrajin Batik seluruh Indonesia. Dengan demikian tempat

magang bagi siswa dapat teratasi.

3) Kompetensi siswa

Keterampilan siswa berbeda dengan tenaga kerja pada umumnya. Siswa

sudah dilibatkan dalam pelaksanaan produksi namun tetap terbatas

bahwa siswa harus mengikuti mata pelajaran yang lain. Dengan demikian

kompetensi siswa dalam membatik tidak bisa dioptimalkan. Siswa secara

optimal dapat menggali pengetahuan dan menambah keterampilan

membatik pada saat pelajaran mulok membatik. Melihat hal seperti itu

maka di teaching factory ini dipilih siswa yang mau bekerja lembur di luar
66

jam pembelajaran untuk menangani order yang masuk.Selain itu untuk

menambah kompetensi siswa dalam pembelajarannya ketiga mata

pelajaran berkolaborasi antara seni budaya, kewirausahaan/prakarya,

dan pemasaran. Seni budaya membidangi desain membatik,

Kewirausahaan/Prakarya membidangi pembuatan batik, dan pemasaran

membidangi pemasarannya. Karena program teaching factory ini wajib

bagi kelas X maka seluruh kelas X wajib membuat karya batikannya dan

harus laku dijual dengan demikian secara tidak langsung siswa dapat

mempraktikkan cara bernegosiasi, pantang menyerah apabila batiknya

belum laku jual dan tidak berputus asa dan dapat meningkatkan

kompetensi bernegosiasi, dan memupuk jiwa pantang menyerah.

Sedangkan kekurangan waktu dapat diatasi dengan cara membawa

pulang pekerjaan membatik untuk diselesaikan di rumah.

4) Pemasaran

Pemasaran hasil batikan siswa dilakukan terbatas di kota Probolinggo

dan sebagian hasil karya siswa dititipkan di gerai Dekranasda. Selain itu

pemasaran juga dibebankan kepada siswa untuk berhasil menjual

batikannya ke lingkungan sekitar. Moment-moment tertentu pihak sekolah

mengikuti pameran batik di tingkat kota dan luar kota sesuai agenda

Pemerintah Kota Probolinggo. Guru sebagai penanggung jawab juga ikut

memasarkan dengan cara menggunakan kain batik untuk sragam kerja.

Namun karena batik merupakan kain yang terbilang masih mahal

dibanding jenis kain yang lain, maka omset batik di kegiatan teaching

factory ini belum begitu besar seperti industri batik yang lain.
67

3. Hasil peningkatan AKPK di SMK Negeri 1

Setelah melakukan observasi lapangan, wawancara, dan penyebaran

angket dalam belajar kewirausahaan di SMK Negeri 1 kota Probolinggo untuk

meningkatkan kemampuan calon kepala sekolah di bidang kewirausahaan, dapat

ditarik hikmah besar, di antaranya adalah

a. Menambah wawasan tentang bagaimana cara mencari terobosan dengan

pengupayaan program baru yang belum ada di sekolah. Pembukaan program

baru seperti teaching factory ini dapat memberi pengalaman bekerja bagi

siswa dan dapat menambah sumber pendapatan bagi sekolah. Dengan

demikian calon kepala sekolah dapat menyusun perencanaan membuka

teaching factory di sekolah sendiri sebagai bekal awal mengembangkan

program inovatif yang bisa meningkatkan keefektifan sekolah dengan baik.

b. Menambah wawasan tentang bagaimana memanfaatkan peluang bisnis yang

ada di sekitar untuk dipotimalkan sebagai sumber pendapatan, selalu optimis,

pantang menyerah, dan berpikir alternatif yang tinggi untuk mencapai

keberhasilan di sekolah.

c. Menambah wawasan tentang bagaimana cara merintis usaha, mengelola

kegiatan produksi dan jasa sehingga dapat mengetahui bangaimana cara

mempertahankan agar mampu bertahan dalam situasi apapun. Dan

menambah wawasan bagaimana cara memotivasi mitra kerja dalam

menghadapi risiko kegagalan.

d. Menambah wawasan bagaimana cara bersaing dengan pihak lain dengan

sehat agar usaha yang dirintis tetap mampu bertahan. Dan menambah

wawasan bagaimana cara mengembangkan modal dan mengatasi resioko

kerugian.
68

e. Menambah wawasan bagaimana cara bernegosiasi dengan pihak lain.


BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan on the job learning selama 250 jam

baik di sekolah magang 1 (SMK Negeri 2) maupun di sekolah magang 2 (SMK

Negeri 1) dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pelaksanaan rencana tindak kepemimpinan dengan mengambil tema “Upaya

Meningkatkan Kepemimpinan Calon Kepala Sekolah dan Mengembangkan

Kemampuan Guru dalam Membuat Instrumen Penilaian Autentik Melalui

Kegiatan MGMP” dapat meningkatkan kemampuan calon kepala sekolah

dalam kompetensi kepribadian, sosial, dan kewirausahaan.

2. Kegiatan pengkajian aspek manajerial dapat meningkatkan kompetensi calon

kepala sekolah dalam menyusun, menganlisis, dan melaksanakan sembilan

aspek manajerial di sekolah magang 1 dan 2 sehingga dapat mengetahui

faktor kekuatan dan kelemahan sekolah.

3. Mengembangkan kompetensi guru dalam menyusun perangkat

pembelajaran yang dilakukan melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan

dapat meningkatkan kompetensi calon kepala sekolah sebagai guru dalam

menyusun perangkat pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013.

4. Kegiatan pemahaman dan pelaksanaan supervisi akademik untuk guru

yunior dapat meningkatkan kompetensi guru dalam proses pembelajaran

melalui program supervisi akademik dan kompetensi calon kepala sekolah

sebagai supervisor sehingga dapat meningkatakan kompetensi

kepemimpinan pembelajaran.

69
70

5. Kegiatan Analisis Kebutuhan Pengembangan Kepemimpinan (AKPK) dalam

bidang kewirausahaan dapat meningkatkan kompetensi akademik calon

kepala sekolah dalam hal kepemimpinan kewirausahaan dengan cara

mempelajari teaching factory di sekolah magang 2 sehingga dapat lebih bisa

membaca peluang, mengetahui kiat pendirian usaha, pantang menyerah, dan

mengelola suau usaha.

B. Saran

Berdasarkan observasi, pengamatan, belajar langsung dari sumber utama,

dan simpulan yang dikemukakan di atas, saran-saran yang perlu disampaikan

sebagai berikut :

1. Untuk kepala sekolah magang secara berkala sebaiknya melakukan

monitoring dan evaluasi sendiri secara sampel untuk mengidentifikasi tingkat

kompetensi guru sehingga dapat dijadikan dasar untuk pemetaan,

pengembangan dan peningkatan kompetensi guru agar menjadi guru yang

profesional di bidangnya dan pengembangan sekolah pada umumnya.

2. LPPKS sebagai lembaga penyelengara diklat penyiapan calon kepala

sekolah agar terus mengembangkan programnya dalam menyiapkan calon

kepala sekolah yang profesional dengan menambah jumlah intensitas

kepembimbingan tidak hanya dua kali dalam pelaksanaan On The Job

Learning
71

Anda mungkin juga menyukai