PENUNTUN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI DASAR
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA
2016
DAFTAR ISI
BAB I
PENGENALAN LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
III. Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses destruksi atau penghilangan
mikroba yang hidup. Objek yang sudah terbebas dari kehidupan mikroba disebut
steril. Sterilisasi merupakan salah satu cara untuk mematikan seluruh mikroba,
sehingga objek menjadi steril, sedangkan cara yang lain hanya menghambat
pertumbuhan mikroba. Mikroba yang digunakan sebagai indikator dalam proses
sterilisasi adalah mikroba yang paling tahan dengan asumsi apabila mikroba yang
paling tahan tersebut sudah terbunuh, maka mikroba lain yang kurang tahan sudah
mati. Umumnya, indikator dalam proses sterilisasi adalah endospora bakteri Bacillus
dan Clostridium. Endospora merupakan bentuk kehidupan yang paling resisten
terhadap panas, pengeringan, starvasi, degradasi enzim, bahan kimia toksik, dan
radiasi. Oleh karena itu, parameter fisik untuk prosedur sterilisasi dirancang secara
spesifik untuk membunuh seluruh endospora bakteri.
Sterilisasi merupakan hal yang penting dalam laboratorium mikrobiologi
karena pada umumnya percobaan dilakukan dengan menggunakan kultur murni yang
membutuhkan media nutrien serta tempat pertumbuhan yang steril, termasuk
peralatan yang terkait. Oleh karena itu, sebelum digunakan, alat dan media yang
digunakan harus disterilkan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya kontaminasi
atau tumbuhnya mikroba kontaminan yang dapat menyebabkan penyimpangan hasil
percobaan. Terdapat tiga macam sterilisasi, yaitu:
1. Sterilisasi dengan panas
a. Sterilisasi panas kering
Sterilisasi ini digunakan untuk sterilisasi alat gelas, cawan petri, dan pipet. Alat
yang akan disterilkan dibungkus dengan kertas atau dimasukkan dalam kaleng
yang tahan panas. Sterilisasi kering baik digunakan untuk alat gelas karena
tidak menyebabkan adanya kondensasi uap air dalam alat gelas tesebut. Alat
yang digunakan untuk steriliasi kering adalah oven. Waktu untuk sterilisasi
tergantung pada suhu yang digunakan.
Suhu Waktu*
170oC 1 jam
160oC 2 jam
150oC 2.5 jam
140oC 3 jam
*waktu terhitung saat suhu tercapai
Cara kerja:
a. Sterilisasi dengan autoklaf
1. Isi autoklaf dengan air sampai dekat angsang (dasar yang berlubang tempat
meletakkan bahan yang disterilkan).
2. Masukkan bahan-bahan yang akan disterilkan (media NB ke dalam
laboratory bottle dan larutan pengencer ke dalam tabung reaksi). Media
yang disterilkan dalam erlenmeyer atau tabung reaksi tanpa tutup harus
ditutup rapat dengan kapas dan alumunium foil.
3. Tutup autoklaf dan kencangkan ulir penutupnya.
4. Tekan ON untuk menyalakan autoklaf.
5. Buka kran pengeluaran uap air.
6. Stel waktu yang diinginkan untuk sterilisasi (15 menit).
7. Tekan tombol sterilisasi untuk memulai sterilisasi.
8. Jika uap air sudah mulai keluar, tutuplah kran pengeluaran uap air.
Tekanan uap dalam autoklaf akan dan suhunya akan mencapai 121oC.
9. Jika waktu sterilisasi sudah tercapai (15 menit), tekanan dalam autoklaf
akan turun perlahan. Tunggu sampai tekanan menunjukkan angka nol atau
tunggu sampai agak dingin.
10. Buka autoklaf hati-hati dan keluarkan bahan yang telah disterilkan
tersebut. Gunakan autoclave gloves saat mengambil bahan dari dalam
autoklaf. Simpan dan pisahkan tempatnya dengan bahan-bahan yang
belum disterilkan.
Selain kondisi area kerja, teknik bekerja secara aseptik perlu diterapkan selama
bekerja dengan mikroba. Teknik bekerja secara aseptik dapat melindungi personel
dari infeksi diri yang berasal dari pencemaran di dalam laboratorium serta dapat
mencegah tercemarnya hasil pekerjaan atau biakan murni. Teknik aseptik harus
dikuasasi dengan baik karena akan digunakan dalam sebagian besar kegiatan di
dalam laboratorium mikrobiologi.
METODE ASEPTIK
Tujuan : memindahkan sel mikroba atau kultur secara aseptik
ALAT :
Ose loop
Bunsen spiritus
BAHAN :
Kultur bakteri dalam media MRSB
Kultur bakteri dalam media agar miring MRSA
Media MRSB
12. Untuk yang sudah mahir, dua tabung reaksi bisa langsung dipegang
sekaligus
13. Inkubasikan tabung reaksi yang sudah diinokulasi pada inkubator.
BAB II
MIKROSKOP
Mikroskop cahaya
Lensa objektif adalah lensa yang terletak dekat dengan objek yang akan diamati
dan berfungsi untuk pembentukan bayangan pertama dan menentukan struktur serta
bagian renik yang akan terlihat pada bayangan akhir serta mempunyai kemampuan
untuk memperbesar bayangan objek sehingga dapat memiliki nilai “apertura”. Nilai
apertura (NA) merupakan ukuran daya pisah suatu lensa yang menunjukkan
kemampuan daya pisah lensa terhadap bayangan objek. Dengan kemampuan ini,
sebuah lensa mampu untuk menghasilkan bayangan objek yang berdekatan sebagai
dua benda yang terpisah.
(monokuler) atau ganda (binokuler). Perbesaran oleh lensa okuler berkisar antara 4
hingga 25 kali.
Pembesaran oleh mikroskop merupakan hasil dari dua sistem lensa yaitu lensa
objektif dan lensa okuler. Objek utama diperbesar oleh lensa objektif lalu bayangan
yang dihasilkan diubah pada lensa okuler sehingga terjadi pembesaran akhir yaitu
perbesaran yang dihitung melalui perkalian besarnya lensa objektif dan okuler.
Contoh:
Perbesaran objektif = 40x
Perbesaran okuler = 10x
Total perbesaran = 400x
Angka 16 mm, 4 mm dan 1.8 mm yang tertera pada masing-masing jenis lensa
objektif menunjukkan panjang fokal dari masing-masing lensa, yaitu jarak lensa
dengan titik fokal lensa (F1 dan F2). Semakin pendek jarak kerja lensa, diafragma akan
semakin terbuka. Lensa okuler yang banyak digunakan mempunyai perbesaran 10x
dan lensa objektif yang perbesarannya 10x, 40x dan 100x sehingga total perbesaran
dengan menggunakan lensa berkekuatan rendah adalah 100x, lensa berkekuatan
tinggi perbesarannya adalah 400x dan perbesaran dengan lensa minyak imersi adalah
1000x.
Mikroskop Stereo
Mikroskop stereo digunakan untuk mengamati objek yang memiliki ukuran
lebih besar dibandingkan objek yang dapat diamati oleh mikroskop cahaya. Hasil
gambar yang dihasilkan bersifat tiga dimensi. Pada mikroskop stereo, cahaya tidak
dilewatkan menembus objek, namun dipantulkan kembali setelah mengenai objek
karena sumber cahaya yang terdapat pada mikroskop stereo terletak di atas objek dan
di bawah objek. Hal tersebut memungkinkan hasil bayangan tiga dimensi yang
dihasilkan dapat terlihat dengan jelas dari semua sisi objek. Mikroskop stereo memiliki
perbesaran objektif sekitar 10 kali hingga 40 kali.
Mikroskop Elektron
Terdapat dua jenis mikroskop elektron, yaitu mikroskop elektron scanning
(SEM) dan mikroskop elektron transmisi (TEM). Perbesaran mikroskop elektron
mencapai 2 juta kali. Pada mikroskop TEM, elektron dari electron gun ditembakkan
hingga menembus objek dan hasil bayangan yang diamati adalah hasil tembusan
tersebut. diperlukan sampel yang sangat tipis untuk dapat diamati pada mikroskop
electron TEM, yaitu dengan ketipisan sekitar 100 nm.
Sesuai dengan namanya, mirkoskop scanning electron (SEM) merupakan teknik
pengamatan terhadap permukaan dengan ketipisan objek sekitar 20 µm. Elektron
pantul yang dihasilkan dari permukaan objek ketika discan diperkuat sinyalnya. Besar
amplitude yang dihasilkan tampak sebagai gradasi gelap dan terang pada layar
monitor CRT (cathode ray tube).
Tujuan:
CARA KERJA:
1. Siapkan gelas objek.
2. Teteskan aquades steril ke permukaan gelas objek secukupnya.
3. Pijarkan ose jarum dengan menggunakan lampu spritus.
4. Ambil satu ose kultur bakteri atau khamir dengan menggunakan ose.
5. Oleskan pada gelas objek yang terdapat aquades teril di atasnya.
6. Lewatkan gelas objek di atas nyala api Bunsen untuk mengeringkan kultur agar
kultur dapat menempel pada gelas objek.
7. Teteskan pewarna methylene blue dan ratakan pada kultur pada permukaan
gelas objek. Tunggu selama 1 menit.
8. Bilas pewarna dengan cara membilasnya dengan aquades pada botol semprot.
9. Lewatkan kembali gelas objek di atas nyala api Bunsen untuk mengeringkan
bekas bilasan.
10. Nyalakan lampu mikroskop, dan aturlah sehingga jumlah sinar yang melalui
spesimen maksimal.
11. Gunakan lensa objektif berkekuatan rendah, turunkan tabung penyangga lensa
dengan menggunakan knop pengatur kasar (makrometer) sehingga jarak
antara lensa dan specimen kira-kira 0.5 cm. Spesimen dilihat melalui lubang
untuk mata (eyepiece).
12. Naikkan lensa objektif dengan hati-hati dengan menggunakan knop pengatur
kasar sehingga tepat fokus.
13. Gunakan knop pengatur halus (mikrometer) untuk menajamkan fokus.
14. Setelah spesimen tepat berada pada fokus, atur kaca dan diafragma iris
sehingga terlihat bayangan yang paling jelas. Jangan sekali-kali memegang
ujung lensa dengan tangan.
15. Geserlah gelas objek ke kanan atau ke kiri, ke depan atau ke belakang dengan
menggunakan knop penyangga specimen.
16. Amati preparat dengan menggunakan perbesaran lainnya (40x atau 100x).
Gunakan lensa berkekuatan tinggi (high dry) dengan cara memutar lensa
objektif.
CARA KERJA:
1. Teteskan larutan laktofenol di atas gelas objek.
2. Pijarkan jarum ose pada lampu spiritus kemudian ambilah pertumbuhan
kapang pada agar atau sampel tempe secara hati-hati dan letakkan di atas
gelas objek. Kapang diambil mulai dari pertumbuhan kapang di bawah agar
sampai miseliumnya. Usahakan jangan sampai ada yang rusak atau terputus-
putus.
3. Tutuplah dengan gelas penutup (cover glass). Pada waktu menutup, hindari
terbentuknya gelembung udara di antara gelas objek dan gelas penutup.
BAB III
PERSIAPAN MEDIA
Mikroba memerlukan kondisi fisik dan kimia serta lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhannya. Kondisi fisik dapat berupa suhu dan struktur bahan, sedangkan
kondisi kimia pertumbuhan mikroba ditentukan oleh komponen yang menyusun
media pertumbuhannya seperti air, sumber karbon, sumber energi, sumber nitrogen,
mineral, maupun konsentrasi ion hidrogen (pH).
Terdapat 2 macam media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba, yaitu
media sintetik (defined media) dan media non-sintetik atau media kompleks. Media
sintetik adalah media yang dibuat dari bahan-bahan kimia dengan kemurnian yang
tinggi dan ditentukan dengan tepat serta komposisi kimianya diketahui dengan pasti,
contohnya media Plate Count Agar (PCA) dan nutrient agar (NA). Media ini dapat
diulangi pembuatannya kapan saja dan akan diperoleh hasil yang sama.
Media kompleks kaya akan nutrien yang mengandung berbagai macam nutrien dan
konsentrasinya tinggi, sedangkan media non-sintetik tidak diketahui komposisi
kimianya, contohnya adalah bahan-bahan yang terdapat dalam kaldu nutrient, seperti
ekstrak daging dan pepton. Kaldu nutrien merupakan media yang paling umum
digunakan, sehingga disebut juga sebagai media serbaguna.
Media yang mengandung zat-zat tertentu yang dapat menghambat pertumbuhan
satu kelompok bakteri atau lebih tanpa menghambat pertumbuhan organisme yang
diinginkan disebut media selektif atau media diferensial. Media ini mengandung zat
kimia tertentu yang memungkinkan pengamatan berbagai macam tipe bakteri
tertentu.
Bentuk media untuk pertumbuhan mikroba dapat berupa media cair, padat
maupun semi padat. Media cair biasanya disebut broth, berupa nutrient yang
dilarutkan dalam air. Pertumbuhan mikroba dalam media ini ditandai dengan adanya
kekeruhan. Media padat tersusun atas nutrient yang dilarutkan dalam air dan
ditambah dengan agen penjendal (gelling agent) yang dapat memadatkan media.
Mikroba diinokulasikan di permukaan media padat dan akan tumbuh membentuk
koloni. Media semi padat mirip dengan media cair hanya konsentrasi penjendalnya
lebih rendah, sehingga konsistensinya seperti jeli. Agar merupakan agen penjendal
yang paling banyak dipakai untuk membuat media pertumbuhan mikroba.
Larutan pengencer
Larutan pengencer digunakan sebagai media untuk mengencerkan contoh. Larutan
pengencer harus steril dan tidak menyebabkan hilangnya kemampuan tumbuh sel
mikroba. Larutan ini bersifat dapat menjaga keseimbangan ion mikroba. Larutan
pengencer yang umum digunakan adalah fosfat karena merupakan satu-satunya
komponen anorganik yang mempunyai sifat buffer pada kisaran pH sekitar normal,
yaitu kisaran pH yang dapat mempertahankan keseimbangan fisiologi mikroba. Fosfat
tidak bersifat racun dan merupakan sumber fosfor untuk pertumbuhan mikroba.
Garam fosfat yang sering digunakan sebagai buffer adalah kalium monohidrogen
fosfat (K2HPO4) atau kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4). Larutan pengencer lainnya
yang sering digunakan adalah larutan garam fisiologi (0.85%) atau larutan Ringer dan
larutan pepton 0.1%. Larutan pengencer sebaiknya mempunyai sifat osmotik yang
sama dengan lingkungan mikroba, hal ini untuk mencegah terjadinya kerusakan sel.
Untuk mencegah terjadinya perbanyakan sel selama pelaksanaan pengenceran, dapat
digunakan larutan pengencer yang didinginkan.
BAHAN:
Nutrient Broth (NB) Potato Dextrose Agar (PDA)
Plate Count Agar (PCA) Kapas
CARA KERJA:
a. Pembuatan agar miring
1. Timbang sejumlah media (NB, PCA, atau PDA) sesuai dengan yang tertera pada
kemasan untuk volume agar yang akan dibuat.
2. Larutkan dengan menambahkan aquades sebanyak volume agar yang akan
dibuat.
3. Panaskan pada hot plate sambil diaduk dengan batang gelas atu magnetic
stirrer sampai semua agar larut dan tampak lebih bening (selama pemanasan
dijaga agar bagian bawah erlenmeyer atau gelas beaker tidak hangus).
4. Masukkan 5 ml media agar yang masih panas ke dalam tabung reaksi dengan
menggunakan pipet. Bilas pipet dengan air panas (>45oC) segera setelah
digunakan agar sisa media tidak menjendal di dalam pipet.
5. Sumbat tabung reaksi dengan kapas atau tutup dengan penutupnya.
6. Sterilkan tabung-tabung tersebut dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15
menit.
7. Setelah sterilisasi selesai, keluarkan tabung reaksi dari autoklaf dan letakkan
dalam posisi miring, dan biarkan sampai media agar menjadi padat.
CARA KERJA:
1. Timbang 3.4 g KH2PO4 pada gelas beaker 250 ml dan tambahkan 60 ml
aquades. Aduk sampai homogen.
2. Atur pH larutan tersebut dengan NaOH 1 N sampai mencapai 7.2. Masukkan
dalam labu ukur 100 ml dan tepatkan sampai volumenya 100 ml dengan
menggunakan aquades.
3. Kocok sampai homogen. Larutan ini disebut larutan stok.
4. Ambil 1.25 ml larutan stok, masukkan dalam labu takar 1000 ml kemudian
encerkan sampai volumenya 1000 ml.
5. Masukkan masing-masing 9 ml larutan stok ke dalam tabung reaksi
menggunakan dispensette dan 90 ml larutan ke dalam laboratory bottle 150
ml.
6. Sterilisasi pada suhu 121oC selama 15 menit.
BAB IV
PENGENCERAN DAN ENUMERASI
Metode hitungan cawan (total plate count) merupakan salah satu metode yang
umum digunakan untuk menentukan jumlah mikroba dalam bahan pangan. Di
samping itu, penentuan jumlah mikroba dalam bahan pangan dapat juga dilakukan
dengan metode kekeruhan (turbidimetri) dengan menggunakan spektrofotometer.
Prinsip dari metode hitungan cawan (TPC) adalah menumbuhkan sel mikroba yang
masih hidup ke dalam medium agar, sehingga sel tersebut berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan
mikroskop.
Metode ini merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan jumlah
mikroba karena hanya sel hidup yang terhitung. Selain itu, metode hitungan ini
memungkinkan beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus dan dapat digunakan
untuk isolasi serta identifikasi mikroba karena koloni yang terbentuk mempunyai
penampakan pertumbuhan yang spesifik.
Adapun kelemahan metode ini, yaitu hasil perhitungan tidak menujukkan jumlah
yang sebenarnya karena adanya beberapa sel yang letaknya berdekatan dan
membentuk koloni, medium dan kondisi yang berbeda dapat memberikan hasil yang
berbeda, mikroba yang ditumbuhkan harus dapat tumbuh pada medium padat dan
membentuk koloni yang kompak dan jelas serta tidak menyebar, perlu persiapan dan
waktu inkubasi yang lama sehingga pertumbuhan koloni dapat dihitung.
PENGENCERAN
Sebelum mikroba ditumbuhkan pada media agar pada cawan petri, maka sampel
yang diperkirakan mengandung mikroba lebih dari 250 sel per gram atau per cm2
harus diencerkan dahulu, agar setelah inkubasi akan terbentuk koloni yang jumlahnya
dapat dihitung, yaitu jumlahnya berada di antara 25-250 koloni.
Pengenceran umumnya dilakukan secara desimal yaitu 1:10, 1:100, 1:1000 dan
seterusnya atau 1:100, 1:10.000, 1:1.000.000 dan seterusnya. Pengambilan contoh
harus dilakukan secara aseptik dan pada setiap pengenceran dilakukan pengocokan
untuk memisahkan sel-sel mikroba yang bergabung menjadi satu. Pengenceran secara
desimal memudahkan dalam penghitungan koloni, sedangkan pengenceran yang
bukan desimal seperti 1:5, 1:25 dan seterusnya jarang dilakukan karena kurang praktis
dalam perhitungannya. Teknik pengenceran ini harus dikuasai agar dapat
menghasilkan perhitungan koloni yang dapat menunjukkan jumlah mikroba di dalam
suatu sampel.
PEMUPUKAN
Pemupukan dilakukan setelah sampel diencerkan hingga tingkat pengenceran
tertentu. Masing-masing tingkat pengenceran dipupukan di dalam media agar cawan.
Oleh karena itu, tahap pemupukan disebut juga sebagai plating. Jenis medium yang
digunakan harus sesuai dengan jenis mikroba yang akan ditumbuhkan pada media
agar cawan untuk dihitung, misalnya untuk menghitung jumlah bakteri asam laktat
digunakan media MRSA (de Mann Rogosa agar), sedangkan untuk menghitung semua
jenis mikroba yang terdapat pada sampel secara umum, digunakan media PCA (plate
count agar). Selain itu, untuk menumbuhkan jenis mikroba tertentu dapat digunakan
penambahan bahan penghambat atau antibiotik untuk membentuk kondisi lingkungan
yang bersifat selektif, seperti media APDA (acidified potato dextrose agar). Media ini
merupakan media PDA (potato dextrose agar) yang diberi penambahan asam tartarat
untuk meciptakan suasana asam dan menghambat pertumbuhan sebagian besar
bakteri, sehingga koloni yang tumbuh hanyalah koloni khamir atau fungi.
ENUMERASI
Terdapat dua macam metode enumerasi atau perhitungan mikroba, yaitu :
1. Enumerasi secara langsung atau mikroskopik (Direct Microscopic Count)
2. Enumerasi dengan menghitung koloni (Standard Plate Count)
Gambar 3. Haemacytometer
Teknik ini memiliki kelemahan apabila dilakukan dengan tidak cermat yang
mengakibatkan terjadinya kesalahan. Beberapa hal yang dapat menimbulkan
kesalahan, yaitu :
Kelelahan pada mata, sehingga tidak akurat ketika menghitung sel yang
tampak pada mikroskop.
Reprodusibilitas ketebalan cairan pengisi di antara dasar petak dan gelas
penutup akibat cara pengisian dan penutupan petak.
Adsorpsi bakteri pada permukaan alat-alat gelas yang digunakan seperti pipet,
tabung reaksi, dan lain-lain.
Adanya pertumbuhan, motilitas, dan agregasi sel-sel mikroba.
2. Spread plates
Sebanyak 0.1 ml sampel yang telah diencerkan, dipipet, dan ditaruh pada
permukaan media agar yang sudah memadat dalam cawan petri. Setelah itu,
sampel diratakan di atas permukaan media dengan bantuan alat perata
(spreader) yang dikenal dengan nama driglaski.
2. Jumlah koloni.
Jumlah koloni yang tumbuh pada setiap cawan petri yang memenuhi syarat
untuk perhitungan adalah antara 25-250 koloni.
3. Suhu media agar.
Media agar yang digunakan untuk plating dicairkan dahulu sebelum dituang
atau dicampur dengan suspensi sel mikroba. Pencairan dapat dilakukan
dengan memanaskannya dalam waterbath atau oven microwave. Sebelum
medium cair digunakan maka suhunya perlu diturunkan dahulu sampai antara
40-45oC (media agar membeku pada suhu + 40oC). Penggunaan media yang
suhunya lebih tinggi dari suhu tersebut (>45oC) akan menyebabkan kematian
atau kerusakan sel mikroba yang tidak tahan suhu tinggi, selain itu
menyebabkan kondensasi yang berlebihan pada cawan petri setelah media
agar memadat atau dingin.
inkubasi diperoleh 32 koloni pada cawan dengan tingkat pengenceran 10-4, maka
jumlah koloni per ml adalah
( )
n1 = jumlah cawan pada pengenceran pertama
n2 = jumlah cawan pada pengenceran kedua
d = pengenceran pada cawan pertama
Contoh : Berikut adalah data hasil analisis sampel sari buah (dengan satu kali
pengulangan)
Jumlah koloni per pengenceran TPC
Sampel -2 -3 -4
10 10 10 (CFU/ml)
A*) 234 220 28 26 1 2 2.3 x 104
B*) 350 343 200 197 130 102 3.0 x 105
C 22 20 15 13 0 2 <2.5 x 103
D TBUD TBUD TBUD TBUD 300 302 >2.5 x 105
( ( ))
*) Contoh perhitungan sampel B :
(( ( ))
TUJUAN:
Mempelajari cara sampling sampel bahan pangan dan menghitung jumlah
mikroba yang terdapat pada sampel bahan pangan dengan metode total plate
count.
METODE TUANG (POUR PLATE)
ALAT:
Cawan petri steril
Mikropippet 1 ml
Inkubator 30oC
Laboratory bottle
Tip pipet 1 ml
BAHAN:
Air minum dalam kemasan Larutan pengencer @ 9 ml
Air sayur asin PCA (Plate Count Agar)
Air rendaman tahu Larutan pengencer @ 90 ml
Air sumur
CARA KERJA:
1. Siapkan dan beri label larutan pengencer dan cawan petri sesuai dengan
pengenceran dan pemupukan yang ditetapkan. Gunakan 2 cawan (duplo)
untuk setiap pengenceran. Kemudian buatlah pengenceran sampel seperti
contoh pada gambar dibawah ini dengan jumlah pengenceran yang ditetapkan.
Untuk pengenceran yang dimulai dari 10-1, pengenceran dimulai dengan
memipet 1 ml sampel dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan pengencer,
BAHAN:
Kelompok Bahan Pengenceran Pemupukan
I Jus mangga pedagang minuman 10-2 – 10-9 10-7 – 10-9 ml
II Es teh pedagang minuman 10-2 – 10-9 10-7 – 10-9 ml
III Sari buah kemasan 10-1 – 10-4 10-2 – 10-4 ml
IV Susu UHT kemasan 10-1 – 10-4 10-2 – 10-4 ml
CARA KERJA:
1. Siapkan dan beri label larutan pengencer dan cawan petri sesuai dengan
pengenceran dan pemupukan yang ditetapkan. Gunakan 2 cawan (duplo)
untuk setiap pengenceran. Kemudian buatlah pengenceran sampel seperti
contoh pada gambar dibawah ini dengan jumlah pengenceran yang ditetapkan.
2. Buatlah agar cawan PCA, yaitu ±10 ml PCA cair dituangkan ke dalam cawan
petri steril. Tutup dan biarkan hingga agar membeku.
3. Pipet 0.1 ml sampel pada tingkat pengenceran yang telah ditentukan masing-
masing ke dalam 2 cawan agar. Dimulai dari pengenceran terendah yang
ditetapkan untuk pemupukan.
4. Celupkan ujung batang gelas drigalski ke dalam etanol lalu pijarkan beberapa
saat hingga nyala api di batang gelas padam.
6. Hitung jumlah koloni yang tumbuh. Harus diingat bahwa jumlah contoh yang
ditumbuhkan adalah 0.1 ml sehingga harus dimasukkan dalam perhitungan
total count sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Koloni di
inkubasi permukaan
BAB V
PENGECATAN BAKTERI
Pewarna asam memiliki molekul dasar yang bermuatan negatif sehingga tidak
dapat berikatan dengan permukaan sel dan tidak dapat masuk ke dalam sel. Sel
bermuatan negatif tidak dapat dicat oleh pewarna yang bermuatan negatif. Akibatnya,
sel akan tampak sebagai warna putih dikelilingi latar belakang yang berwarna.
Pewarna negatif disebut juga sebagai pengecatan negatif.
Dalam pengecatan mikroba, diperlukan penyiapan preparat yang baik. Sel dari
kultur diletakkan pada gelas preparat sehingga diperoleh lapisan tipis pada area yang
kecil. Preparat dikeringkan dan dikuatkan dengan fiksasi panas atau fiksasi kimia agar
sel melekat pada gelas preparat.
Preparat yang baik adalah:
1. Cukup tebal untuk melihat masing-masing sel, namun tidak saling menumpuk.
2. Tetap melekat pada gelas preparat selama pencucian berulang-ulang.
3. Sel tetap pada morfologi asalnya setelah fiksasi dan pengecatan.
Pengecatan bakteri dapat dibedakan menjadi tiga yaitu pengecatan sederhana,
pengecatan diferensial, dan pengecatan struktural.
PENGECATAN SEDERHANA
Pengecatan sederhana adalah pengecatan sel mikroba dengan satu pewarna dan
satu tahap pengecatan saja. Pengecatan sederhana dapat mewarnai sel atau latar
belakangnya sehingga memungkinkan untuk mengamati bentuk sel (batang lurus,
bengkok, atau bulat) dan susunannya (berpasangan atau kluster). Pengecatan
sederhana tidak dapat digunakan untuk membedakan antara berbagai tipe sel bentuk
batang atau bulat. Pengecatan sederhana meliputi pengecatan basa dan pengecatan
asam. Pewarna yang paling banyak digunakan adalah pewarna kation atau basa,
seperti biru metilen, basic fuchsin, dan violet kristal.
TUJUAN
Mempelajari tahapan cara pewarnaan sel mikroba untuk mengetahui morfologi sel
mikroba dengan pengecatan sederhana.
ALAT:
Mikroskop
Object glass (gelas objek) dan cover glass (gelas penutup)
BAHAN:
Biakan murni: Bacillus, Streptococcus, Lactobacillus
Biru metilen
CARA KERJA:
1. Bersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol sampai bebas lemak
dan debu.
2. Beri label pada ujung gelas benda dengan nama atau insial mikroba yang akan
diwarnai. Di bawah gelas benda digambarkan bulatan berdiameter 1 cm
dengan spidol. Daerah bulatan tersebut digunakan sebagai daerah untuk
pengecatan mikroba. Balikkan gelas, benda sehingga gambar bulatan ada di
bagian sebaliknya.
3. Letakkan satu tetes aquades pada permukaan gelas benda di dalam daerah
yang sudah digambar. Ambil sedikit biakan bakteri dengan ose bermata secara
aseptik dan campur dengan aquades yang ada pada gelas benda.
4. Ratakan suspensi ini pada seluruh bulatan area. Lakukan hal yang sama untuk
bakteri yang lain. Apabila bakteri berasal dari kultur cairan, pindahkan
beberapa ose ke permukaan gela benda tanpa dicampur dengan aquades.
Ratakan selnya pada seluruh permukaan bulatan.
5. Kering-anginkan (dengan kipas angin) hingga membentuk noda.
6. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api beberapa
kali. Jangan biarkan gelas benda secara langsung terkena nyala api sehingga
menjadi terlalu panas. Untuk mengetes suhu fiksasi, tempelkan gelas benda
pada pergelangan tangan selama 1-2 detik. Fiksasi yang baik adalah apabila
terasa hangat bukan terasa panas.
7. Warnai noda bakteri dengan cat biru metilen Leoffer dengan cara meletakkan
beberapa tetes cat pada permukaan gelas benda. Biarkan selama 1 menit.
8. Buang cairan biru metilen dan cucilah permukaan preparat dengan air
beberapa kali, kemudian kering-anginkan. Tutup permukaan preparat dengan
cover glass.
9. Amati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat (dengan minyak imersi). Sel
bakteri akan tampak berwarna biru muda. Beberapa struktur dalam sel
kemungkinan dapat terlihat, terutama untuk sel yang ukurannya besar.
10. Amati bentuk sel dan ukuruan relatif tiap-tiap bakteri. Buatlah gambar sel dan
lengkapi dengan keterangan yang diperlukan (nama bakteri, bentuk dan
ukuran sel, serta perbesaran yang dipakai).
Tujuan : menentukan golongan Gram (Gram positif atau Gram negatif) bakteri yang
diuji.
BAHAN:
Biakan murni : Lactobacillu bulgaricus dan E. coli
Larutan cat : violet kristal Hucker, Iodin, etanol 95% (larutan pencuci) dan
safranin
Aquades
ALAT:
Gelas benda dan gelas penutup
CARA KERJA:
1. Bersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol sampai bebas lemak
dan debu.
2. Beri label pada ujung gelas benda dengan nama atau insial mikroba yang akan
diwarnai. Di bawah gelas benda digambarkan bulatan berdiameter 1 cm
dengan spidol. Daerah bulatan tersebut digunakan sebagai daerah untuk
pengecatan mikroba. Balikkan gelas benda sehingga gambar bulatan ada di
bagian sebaliknya.
3. Letakkan satu tetes aquades pada permukaan gelas benda di dalam daerah
yang sudah digambar. Ambil sedikit biakan bakteri dengan ose bermata secara
aseptik dan campur dengan aquades yang ada pada gelas benda.
4. Ratakan suspensi ini pada seluruh bulatan area. Lakukan hal yang sama untuk
bakteri yang lain. Apabila bakteri berasal dari kultur cairan, pindahkan
beberapa ose ke permukaan gela benda, tanpa dicampur dengan aquades.
Ratakan selnya pada seluruh permukaan bulatan.
5. Kering-anginkan (dengan kipas angin) hingga membentuk noda.
6. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api beberapa
kali. Jangan biarkan gelas benda secara langsung terkena nyala api, sehingga
menjadi terlalu panas. Untuk mengetes suhu fiksasi, tempelkan gelas benda
pada pergelangan tangan selama 1-2 detik. Fiksasi yang baik adalah apabila
terasa hangat bukan terasa panas.
7. Bubuhkan cairan utama violet krital 2-3 tetes dan diamkan selama 1 menit.
8. Cuci dengan air mengalir, kemudian kering-anginkan (dengan kipas angin).
9. Tetesi dengan beberapa tetes larutan Iodin dan biarkan selama 1 menit.
10. Cuci sisa Iodin dengan air mengalir dan kering-anginkan.
11. Miringkan gelas benda, cuci dengan larutan etanol dengan cara meneteskan
etanol pada permukaan noda bakteri sampai etanol bekas cucian tidak
berwarna, selama kurang lebih 30 detik.
12. Cuci dengan air mengalir secara singkat dan kering-anginkan kembali.
13. Bubuhkan beberapa tetes cat penutup safranin dan diamkan selama 2 menit.
14. Cuci secara cepat dengan air mengalir dan kering anginkan. Tutup permukaan
dengan gelas penutup.
15. Amati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat (dengan minyak imersi). Sel
akan berwarna merah muda/pink (Gram negatif) atau biru ungu (Gram positif).
16. Catat hasil pengecatan Gram (positif atau negative), ukuran bakteri dan ciri-ciri
yang lain (dalam bentuk berikatan, berkelompok, dan sebagainya) untuk setiap
preparat. Gambar beberapa sel yang mewakili dan tuliskan perbesaran yang
dipakai.
BAB VI
DETEKSI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI
Tahap deteksi dan identifikasi mikroba digunakan untuk mengetahui jenis mikroba
yang diamati sampai ke tingkat spesies bahkan lebih spesifik, namun mikroba di
lingkungan pada umumnya terdapat dalam keadaan campuran. Oleh karena itu, harus
dipastikan sebelumnya bahwa kultur yang akan dideteksi dan diidentifikaksi
merupakan kultur atau biakan yang telah melalui tahap isolasi, sehingga dapat
dipastikan bahwa hanya ada satu jenis mikroba yang terdapat di dalam kultur
tersebut.
ISOLASI
Agar dapat mengidentifikasi suatu spesies mikroba tertentu, sebelumnya spesies
tersebut harus dipisahkan dari organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya
kemudian ditumbuhkan menjadi biakan murni. Biakan murni adalah biakan yang sel-
selnya berasal dari pembelahan sebuah sel tunggal. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan untuk memperoleh biakan murni dari sutu biakan campuran. Metode
goresan dan metode kultivasi langsung merupakan metode yang paling umum
digunakan. Metode goresan cocok digunakan untuk isolasi bakteri dan yeast,
sedangkan cara pengenceran atau kultivasi langsung digunakan untuk isolasi jamur.
Demikian juga untuk sampel biji-bijian akan lebih baik jika mengggunakan metode
kultivasi langsung.
Setiap mikroba dengan sifat genetik yang berbeda akan membentuk koloni dengan
karakter yang berbeda pula, baik ukuran, bentuk maupun warna koloninya, sehingga
sifat ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis mikroba. Berikut adalah
beberapa penampakan mikroba yang umum dijumpai :
Tidak beraturan
Keras Cembung
Kasar
(sukar dipisahkan)
Rhizoid Pulvinate
Seperti mentega Berkerut
Filamentous
Umbonate
Seperti lendir
METODE GORESAN
Prinsip metode isolasi ini adalah dengan membuat suspensi bahan sebagai sumber
mikroba kemudian diambil satu ose steril dari suspensi tersebut untuk digoreskan
pada media padat yang sebelumnya sudah disediakan terlebih dahulu. Goresan
diawali dari tepi cawan petri dengan gerakan kontinu sampai kira-kira seluas ¼ dari
luas media padat. Ose dipijarkan kemudian menyentuh bekas goresan akhir dari
goresan pertama (ose tidak boleh mengambil suspensi sel) lalu digoreskan pada sisi
yang berbeda di media. Goresan selanjutnya dilakukan dengan cara yang sama sampai
terbentuk empat sisi goresan pada media. Hasil goresan yang baik adalah dapat
menghasilkan koloni-koloni yang terpisah dengan jarak lebih dari 2 mm sehingga
mudah diambil dan dipisahkan (diisolasi dan diidentifikasi). Goresan yang dibuat
umumnya mengikuti pola.
Goresan yang dibuat umumnya mengikuti pola. Setiap kali akan berpindah pola
goresan, ose dipijarkan terkebih dahulu dan kemudian didinginkan, agar didapatkan
hasil goresan yang baik, yaitu koloni yang terpisah.
Keuntungan metode goresan adalah menghemat bahan dan waktu, namun cara ini
memerlukan keterampilan yang tinggi, agar diperoleh hasil yang baik. Goresan yang
baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme seperti yang diinginkan. Sel-sel
tunggal yang terpisahkan disebut sel induk. Saat diinkubasi, sel ini akan membelah diri
sehingga jumlahnya menjadi eksponensial. Hal ini disebut dengan pertumbuhan
mikroorganisme yaitu pertambahan jumlah sel mikroorganisme, bukan ukurannya.
Setelah inkubasi, koloni-koloni akan tampak terpisahkan sehingga diperoleh kultur
murni.
Gambar 3. Hasil goresan pada agar cawan setelah diinkubasi selama 24-48 jam.
0
II III
Pewarna Gram
Tabung reaksi
Inkubator
BAHAN :
H2O2 3%
Isolat pada agar miring hasil isolasi yang telah diinkubasi pada percobaan
isolasi
Nutrien Agar (NA)
Nutrien Broth (NB)
CARA KERJA :
Lakukan tahap identifikasi untuk masing-masing isolat dengan tahap identifikasi
sebagai berikut :
a. Pewarnaan Gram
1. Bersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol sampai bebas
lemak dan debu.
2. Beri label pada ujung gelas benda dengan nama atau insial mikroba
yang akan diwarnai. Di bawah gelas benda digambarkan bulatan
berdiameter 1 cm dengan spidol. Daerah bulatan tersebut digunakan
sebagai daerah untuk pengecatan mikroba. Balikkan gelas benda
sehingga gambar bulatan ada di bagian sebaliknya.
3. Letakkan satu tetes aquades pada permukaan gelas benda di dalam
daerah yang sudah digambar. Ambil sedikit isolat bakteri dari agar
miring dengan ose bermata secara aseptik dan campur dengan aquades
yang ada pada gelas benda.
4. Ratakan suspensi ini pada seluruh bulatan area. Lakukan hal yang sama
untuk bakteri yang lain. Ratakan selnya pada seluruh permukaan
bulatan.
5. Kering-anginkan (dengan kipas angin) hingga membentuk noda.
6. Lakukan fiksasi dengan cara melewatkan gelas benda pada nyala api
beberapa kali. Jangan biarkan gelas benda secara langsung terkena
nyala api, sehingga menjadi terlalu panas. Untuk mengetes suhu fiksasi,
tempelkan gelas benda pada pergelangan tangan selama 1-2 detik.
Fiksasi yang baik adalah apabila terasa hangat bukan terasa panas.
7. Bubuhkan cairan utama violet krital 2-3 tetes dan diamkan selama 1
menit.
8. Cuci dengan air mengalir, kemudian kering-anginkan (dengan kipas
angin).
9. Tetesi dengan beberapa tetes larutan Iodin dan biarkan selama 1
menit.
10. Cuci sisa Iodin dengan air mengalir dan kering-anginkan.
11. Miringkan gelas benda, cuci dengan larutan etanol dengan cara
meneteskan etanol pada permukaan noda bakteri sampai etanol bekas
cucian tidak berwarna, selama kurang lebih 30 detik.
12. Cuci dengan air mengalir secara singkat dan kering-anginkan kembali.
13. Bubuhkan beberapa tetes cat penutup safranin dan diamkan selama 2
menit.
14. Cuci secara cepat dengan air mengalir dan kering anginkan. Tutup
permukaan dengan gelas penutup.
15. Amati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat (dengan minyak
imersi). Sel akan berwarna merah muda/pink (Gram negatif) atau biru
ungu (Gram positif).
16. Catat hasil pengecatan Gram (positif atau negatif), ukuran bakteri dan
ciri-ciri yang lain (bentuk sel, dalam bentuk berikatan, berkelompok,
dan sebagainya) untuk setiap preparat. Gambar beberapa sel yang
diamati dan tuliskan perbesaran yang dipakai.
b. Uji Katalase
1. Siapkan gelas objek yang sudah dibersihkan.
2. Teteskan sebanyak 3 tetes H2O2 3% ke atas gelas objek.
3. Ambil sedikit koloni isolat pada agar miring menggunakan ose secara
aseptik.
Katalase - Katalase +
c. Uji motilitas
1. Siapkan media padat NA pada tabung reaksi yang steri.
2. Inokulasikan satu ose kultur bakteri yang sudah dibuat ke dalam tabung
secara aseptis.
3. Inkubasikan tabung reaksi pada suhu 37oC selama 1x24 jam.
4. Amati pergerakan bakteri pada agar tersebut.
5. Tentukan sifat bakteri tersebut berdasarkan pergerakannya.
e. Identifikasi
1. Gabungkan hasil pengamatan berupa bentuk koloni, pewarnaan Gram,
bentuk sel, cara hidup berkelompok, dan hasil uji katalase.
2. Cocokkan hasil yang didapat dengan literature atau kunci taksonomi
(Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology, 8th. Ed., 1974).
3. Tulis jenis bakteri yang diketahui dari hasil pengamatan tersebut.
BAB VII
DETEKSI DAN IDENTIFIKASI JAMUR
6. Untuk mencegah penguapan, olesi bagian gelas penutup yang masih terbuka
dengan lilin yang sedang mencair.
7. Inkubasikan pada suhu kamar selama 2-4 hari.
8. Amati dengan mikroskop pada perbesaran lemah dan sedang.
9. Gambar dan beri keterangan yang lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek: Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tim Penyusun. 2014. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Jurusan BIologi Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim, Malang